Warisan Jenderal Gak Hui Jilid 8

Jilid ke 8

SEBENARNYA aku tidak berkeberatan untuk pergi bersama-sama. Tetapi aku lebih senang berjalan seorang diri ! seru Sio Bie Hu lalu segera memutar tubuh dan melesat pergi. Menyaksikan sikap yang ganjil dan kata-kata gadis itu maka Kiam Ciu menyerah. Dia tidak lagi menahan atau mengejarnya. Walaupun dalam hati pemuda itu merasa heran mengapa Sio Bie Hu bersikap terlalu baik kepadanya? Karena Tong Kiam Ciu tidak ingin membuang-buang waktu lagi maka segaralah dia berangkat menuju ke Telaga Ang-tok-ouw.

Ketika Kiam Ciu sampai dipinggir telaga Ang-tok-ouw keadaan agak buruk.

Langit bagian selatan tampak hitam dan mega bergulung-gulung berpindahpindah alamat akan datang angin tofan Walaupun tahu akan bahaya itu, namun Kiam Ciu telah bertekadd harus mcnemukan kota Pek-seng yang hilang itu. Dia hanya mengetahui bahwa yang menjadi pedoman ialah telega Ang-tok-ouw itu. Walaupun dia belum dapat mempelajari peta Pek-seng itu, karena harus dilihat diwaktu malam, baru guratan-guratan dalam peta itu dapat terlihat. Kalau diwaklu siang hari, atau keadaan terang maka gambar peta itu tidak akan terlihat.

Setelah mengurus keperluan untuk menjelajahi telaga itu, dengan menyewa sebuah perahu kecil dan didayungkan sendiri. Kiam Ciu telah mendayung perahunya menuju ketempat telaga. Walaupun telah banyak perahu-perahu yang lain dan Kiam Ciu yakin bahwa Kwi Ong dan beberapa tokoh persilatan telah berada di telaga itu, namun dia yakin bahwa mereka pasti belum mengetahui letak kota Pek-seng dan tempat penyimpanan kitab pusaka Pekseng itu.

Karena meyakinkan itu maka Kiam Ciu masih bersemangat untuk meneruskan maksudnya. Ketika dia telah berada ditengah telaga Ang-tok-ouw itu terkenanglah dia akan masa kanak-kanaknya dulu.

Dia kembali terkenang Ji Tong Bwee dan telaga Cui-ouw. Tetapi kenangankenangan itu segera diusirnya jauh-jauh, karena dia sedang meyakinkan diri untuk merebut kitab pusaka Pek-seng.

Ketika kepalanya terangkat dan memperhatikan perahu layar yang berada dihadapannya tahu-tahu perahu Kiam Ciu menumbuk buritan kapal layar didepannya. "Brak!” terdengar suara nyaring.

"Kurang ajar, siapa berani kurang ajar!"' terdengar suara membentak dari atas perahu layar yang ditumbuk oleh perahu Kiam Ciu.

Ketika itu tampak seseorang telah berdiri ditepi perahu. Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kearah orang itu, Ternyata orang itu ialah Liat Kiat Koan. Ketika Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kepinggir perahu layar dan hembusan angin pukulan itu menghantam Liat Kiat Koan hingga kepala partai silat Kong-tong itu jatuh di geladak perahunya.

"Turunkan layar!'“ seru sihidung bawang itu dengan suara penuh kemarahan, Apalagi ketika diperhatikan bahwa perahu kecil yang menubruknya itu adalah perahu yang dinaiki oleh Kiam Ciu.

Suatu isyarat yang telah diberikan oleh Liat Kiat Koan itu lelah cukup memberikan aba-aba kepada keempat perahu layar dari partai silat Kong-tong itu untuk mengepung perahu kecil Kiam Ciu.

"Hey Kiam Ciu! Belum lama kita telah mengadu ilmu dalam pertemuan Bulim-tahwee untung kau tidak mati! Kita sama sekali tidak menduga ternyata kau sangat berbaik hati mau mengantarkan pedang Oey l.iong Kiam di tengah telaga ini ha-ha-ha!” setu Liat Kiat Koan.

Sesaat kemudian menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menghembus air telaga dan membentur tepi perahu-perahu serta suara deritan tiang-tiang perahu yang tertiup angin.

Sedangkan Tong Kiam Ciu dengan waspada mengawasi satu persatu perahu layar itu dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi.

Diatas perahu layar itu ia menyaksikan ratusan orang-orang dari partai silat Kong-tong yang bersenjata lengkap.

"Jik.a kalian ingin menguasai pedang Oey Liong Kiam, aku dapat menanti sampai kalian dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su! Itu suatu keputusan pada Bu-lim-ta-hwee. Tanpa kalian menguasai kitab pusaka Pekseng-ki-su jangan kalian harapkan untuk dapat merebut pedang Oey Liong Kiam!” seru Kiam Ciu dengan suara bentakan lantang.

"Tong Kiam Ciu apakah tau tidak sayang dengan ketampananmu, dengan usiamu yang masih muda ? Kalau kau tetap akan mempertahankan pedang Oey Liong Kiam, kau akan mati konyol!” seru Liat Kiat Koan dengan nada suara sombong dan nemandang rendah lawannya.

"Kau boleh mencola.. !” bentuk Kiam Ciu berani menantang ketua partai Kongtong itu. Kemudian terdengar salah seorang diantara orang-orang yang berdiri disamping Liat Kiat Koan itu memaki Tong Kiam Ciu.

"Hey Tong Kiam Ciu, kau benar-benar kurang ajar dan bernyali besar! Aku Liong Kauw Ji akan memberikan hajaran padamu !”

Tetapi Tong Kiam Ciu telah waspada dan siap mengdapi serangan. Maka ketika dengan selesainya kata-kata Liong Kauw Ji, tampaklah orang itu melesat dan terjun keatas perahu Tong Kiam Ciu.

Dengan serentak pula orang itu telah mengirimkan pukulan bergandanya mengarah dada dan ulu hati Kiam Ciu. Namun pemuda itu hanya dengan satu gerakkan tangan kiri telah berhasil menghantam lawannya. Hingga Liong Kauw Ji terpental dan jatuh tercebur ke dalam telaga.

"Ha. ha "ha ha ! Kukira aku menghadapi seorang jago silat ! Tidak tahunya hanya sebuah tong tempat tuak saja !” seru Tong Kiam Ciu sengaja mengejek menarik kemarahan orang-orang Kong-tong.

"Kauw Ji kau tidak sabaran ! Dia bukan lawanmu !” seru Liat Kiat Koan sambil memerintahkan orang-orangnya untuk melemparkan tali kearah Liong Kauw Ji, "ayo naik keatas perahu !”

"Orang-orang Kong-tong aku masih banyak urusan. maaf aku tidak sempat melayani kalian !” seru Tong Kiam Ciu sambil menggerakkan dayungnya memutar perahu kecil itu tikan meninggalkqn pengepungan.

"Tong Kiam Ciu, apakah kau takut melawan aku ? Sekarang juga kita akan mengadakan perhitungan!” seru Liat Kiai Koan menantang sambil mengirimkan sebuah pukulan kearah kepala Kiam Ciu Kemudian tampuk dua orang dari partai silat Kong-tong telah meloncat kearah perahu Tong Kiam Ciu. Mereka melompat serentak untuk menerkam dan membinasakan Kiam Ciu Liong Kauw Ji Tiba-tiba dari atas perahu kecil yang sangat laju mendekati perahu-perahu yang sedang mengepung perahu Kiam Ciu itu. Terdengar sebuah seruan nyaring dan sangat berwibawa. "Tahan !” terdengar suara itu.

Kemudian semua orang yang berada ditempat itu memandang kearah perahu yang tengah meluncur laju kearah mereka. Diatas perahu itu tampak seorang kakek yang mengenakan kulit singa dan di dadanya tertera huruf ONG (Raja). Dia adalah ketua partai sitai Kim-sai.

Semua orang tidak kecuali Liat Kiat Koan menjadi heran dengan kemunculan tokoh tua yang telah lebih dari dua puluh tahun mengasingkan diri itu telah muncul dengan tiba-tiba. Justeru kemunculannya itu bertepatan dengan bahaya yang sedang mengancam diri pendekar muda Tong Kiam Ciu.

Lalu mereka semuanya berpikir-pikir hubungannya dengan Tong Kiam Ciu yang kebetulan pula saat ini sedang berada diatas telaga Ang-tok-ouw dan dalam pengepungan orang-orang Kong-tong.

Perahu kecil itu telah mendekati kapal induk orang-orang partai Kong-tong.

Kemudian tampak dengan jelas Liat Kiat Koan berdiri di tepi perahu layarnya dan memandang dengan sikap heran kearah Kuk Kiat.

Namun Kuk Kiat telah berdiri tegak diatas perahu kecil seolah-olah sebuah perahu tiang baja yang dipancangkan diatas perahu itu.

"Liat Kiat Koan ! Apakah kau ingin mengganggu Tong Siauwhiap? Kalau kau akan mengganggunya berarti kau harus berhadapan denganku ! Dengarkan baik-baik kata-kataku itu !” seru Kuk Kiat dengan nada tegas dan bersikap menantang dan gagah. Setelah kakek itu berseru dengan suara nyaring dan tegas, maka segeralah memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian kepada pemuda itu dia berseru pula : "Tong Siauwhiap, marilah kita lekas berlalu !” seru ketua partai silat Kim-sai itu dengan suara nyaring pula.

Tampaklah perahu Tong Kiam Ciu telah bergerak mendekati perahu Kuk Kiat.

Tetapi Liat Kiat Koan pemimpin partai silat Kong-tong merasa bergusar hati dan tidak mau direndahkan martabatnya. Maka segeralah dia berseru dengan suara lantang dan marah sekali.

"Kalian akan lari kemana !” seru ketua partai Kong-tong itu dengan suara lantang dan nyaring sekali. "Hayo kalian kepung mereka !”

Maka dengan gerakan serentak perahu layar itu telah kembali mengepung kedua perahu kecil yang ditumpangi Kiam Ciu dan Kuk Kiat.

"Kiat Koan jahanam ! Apa artiinya ini ?"seru pemimpin partai Kim-sai dengan sikap sangat marah. "Ha-ha ha! Kuk Kiat, kau telah mengubur partaimu sendiri selama puluhan tahun. Kau sendiri tidak tampak malang melintang lagi dikalangan Kang-ouw.

Sehingga aku mengira bahwa partaimu telah dibubarkan. Sekarang tiba-tiba saja kau muncul dan akan turut campur tangan dalam urusan orang lain. Ku kira kau hanya akan mencari mati saja. Kuk Kiat, aku hanya berurusan dengan Tong Kiam Ciu ! Tetapi kalau kau orang juga akan campur tangan, maka aku tidak akan segan-segan untuk membinasakan kamu !” bentak ketua Kong-tong itu dengan suara gusar. Mendengar jawaban yang panas dan bersifat menantang itu ketua partai Kim-sai terperanjat dan wajahnya bersemu merah.

"Ha-ha-ha! Liat Kiat Koan ternyata kau tidak memandang dirimu sendiri ! Apakah kau belum sadar bahwa kau berbicara dengan siapa ? Tanyakan kepada suhumu aku ini siapa, kau kini beruntung dapat menjadi ketua Kong-tong ! Tetapi kini kau cari kematian !”

Tanpa menjawab lagi dampratan itu. Liat Kiat Koan telah meloncat keatas perahu kecil itu sambil mengirimkan pukulan kearah Kuk Kiat. Tampak perahu itu tergoncangn namun Kuk Kiat tetap berdiri tegap dan berkelit kesamping sedikit menghindari serangan ketua partai Kong-tong itu.

Sedangkan Tong Kiam Ciu tidak dapat membantu Kuk Kiat karena perahunya juga diserbu beberapa orang Kong-tong yang bersenjata tajam.

Maka segera terjadilah perkelahian yang ramai diatas perahu kecil itu.

Hampir saja perahu-perahu yang hanya kecil itu tenggelam karena dimuati oleh sekian banyak orang dan sedang bergerak seenaknya.

Bahkan orang-orang Kong-tong ada pula yang telah mencebur kedalam telaga Ang-tok-ouw mereka berenang dan menuju ke perahu kecil dengan makud untuk menggulingkannya.

Tetapi Kuk Kiat tidak datang ke telaga itu seorang diri. Orang-orang dari partai Kim-sai ternyata telah menyertainya dan membantu dalam pertempuran itu. Maka dalam sekejap saja telah berkobar suatu pertempuran yang hebat kekuatan melawan kekuatan. Antara partai Kong-tong dengan pariai Kim-sai.

Mereka bertempur mati-matian, hingga terdengar jerit dan rintihan karena mereka terkena senjata atau banyak pula yang tercebur di atas telaga Ang-tokouw dengan luka parah.

Seolah-olah telaga yang airnya bening itu kini telah berubah menjadi telaga darah. Mereka bertempur dengan pedang dan tombak serta senjata-senjata andalan masing-masing ! Dalam keadaan yang sedang gaduh itu tiba-tiba datang pula kapal layar besar dengan gerak yang sangat laju menuju kearah tempat pertempuran itu.

Kapal layar besar itu mengibarkan bendera hitam yang tampak megah dan melambai-lambat tertiup angin.

"Hey kalian dari mana? Mengapa membuat kotor air telaga Ang-tok-ouw? Jika kalian tidak menghentikan pertempuran, maka kami dari partai Ouw-ki-pang tidak segan-segan untuk menggempur bersih kalian!” seru pemimpin partai itu dengan suara lantang yang dilambari ilmu melontarkan suara "berhenti!”

Teriakan yang dikeluarkan dengan suara yang dilambari dengan ilmu melontarkan suara dan lwekang itu didengar oleh semua orang yang sedang bertempur itu, walaupun keadaan sangat gaduh. Tetapi mereka tidak menggubris teriakan itu. Mereka terus bertempur! Karena teriakannya itu tidak digubris, maka Ouw-ki-pang yang bergelar Lauhai-teng-liong (Naga sakti dari lautan hitam) menjadi sangat marah. Diatas perahu layar besar itu terdapat pula Shin Kai Lolo dan Sio Bie Hu. Ketika Ouw Hin Lee menjadi sangat gusar dan akan memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menyerbu. Tiba-tiba Sio Bie Hu mendekati ketua partai Ouw-kipang dan menunjuk kearah Tong Kiam Ciu. Kemudian mencegahnya karena dia khawatir kalau salah menyerang orang.

Kemudian Sio Bie Hu menghampiri suhunya dan memberitahukan bahwa yang sedang dikerubut itu ternyata adalah Tong Kiam Ciu.

"Suhu lihat ! ternyata itu Tong heng ! Marilah kita membantunya!”

Saat itu Tong Kiam Ciu baru saja memukul seorang dari partai Kong-tong, maka dia sangat terperanjat dengan meloncatnya Sio Bie Hu di perahu itu.

Hampir saja Tong Kiam Ciu mengirimkan sebuah pukulan.

"Teng Lotee !” seru Tong Kiam Ciu dengan suara terperanjat. Karena dengan tiba-tiba saja gadis itu telah muncul.

Namun Sio Bie Hu hanya tersenyum. Dalam waktu sekejap itu telah terjadi pula suatu pertemuan antara Tong Kiam Ciu dengan Sio Bie Hu ketika mereka saling berpandangan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menggerakkan tubuhnya berputar dan tampak seorang Kong-tong lelah terpelanting dan sambil menjerit tercebur kedalam telaga Orang itu memang sengaja meloncat dan akan merebut pedang Oey Liong Kiam dipunggung Tong Kiam Ciu. Namun angin sambarannya telah dirasakan oleh Tong Kiam Ciu. Maka dengan suatu gerak putar yang cepat sekali Tong Kiam Ciu telah berhasil menghantam lawannya itu.

Walaupun sebenarnya Tong Kiam Ciu telah mengetahui bahwa pemuda yang berada didepannya itu adalah seorang gadis yang bernama Sio Bie Hu dan sedang menyamar, pula pemuda itu telah mengetahui bahwa Sio Bie Hu adalah tunangan Cen Yun Leng. namun untuk menjaga suasana itu Tong Kiam Ciu berpura-pura tidak tahu. "Tong heng!” seru Sio Bie Hu seolah-olah akan mengucapkan sesuatu tetapi tertahan dan tidak dapat dikeluarkannya. Hanyalah sampai disitu saja dia berbicara dan selanjutnya hanya memandang dan tertunduk.

"Entah disebabkan karena apa tiap kali dia bertemu dengan Tong Kiam Ciu selalu merasa kikuk dan malu, seperti juga kali itu.

Saat itu Shin Kai Lolo juga teluh meloncat ke perahu Kuk Kiat. Nenek itu telah mengebutkan lengan jubahnya yang menimbulkan hembusan angin keras yang hampir saja menjatuhkan kedua orang yang sedang bertempur itu.

"Liat Kiat Koan, kalau kau tidak lekas menyingkir, kau dan orang-orang Kongtong akan disapu bersih oleh Ouw Hin Lee” seru nenek Shin Kai Lolo.

Liat Kiat Koan memandang keadaan sekitarnya. timpaklah orang-orangnya telah banyak yang binasa dan terluka. Hatinya pedih sekali. Dia yakin bahwa orang-orangnya tidak akan mampu melawan orang-orang dari partai Kim-sai.

Apalagi kalau sampai dibantu oleh orang-orang Ouw-ki-pang. Maka setelah menyadari hal itu segeralah dia mengangkat tangan dan menghormat.

"Oh.. . kiranya siapa yang datang.. “

Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyebarkan pasir beracun kearah Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat.

Baik Shin Kai Lolo maupun Kuk Kit menangkis serangan itu. Mereka telah berloncatan dan melindungi diri bahaya pasir beracun. Kesempatan itu dipergunakan oleh Kiat Koan untuk melarikan diri.

Pemimpin partai Kong-tong yang bersikap keji itu telah meloncat menceburkan diri kedalam Telaga Ang-tok-ouw.

Kuk Kiat menyaksikan itu segera mengejar, tetapi baru saja dia akan terjun kedalam ait telaga tiba-tiba ditahan oleh Shin Kai Lolo.

"Biarkan dia lari..!” seru nenek itu sambil memegang lengan Kuk Kiat, "dikemudian hari kita masih dapat bertemu lagi. Coba lihat orang-orang Kongtong sudah banyak yang luka dan yang masih selamat telah berusaha untuk melarikan diri!” seru Shin Kai Lolo sambil menunjuk kearah telaga.

Kuk Kiat dapat menguasai diri, kemudian memandang kearah telaga.

Memang diatas air yang telah mulai tenang itu tampak beberapa orang dari partai silat Kong-tong yang berusaha untuk berenang ketepian.

Dalam pada itu mereka lelah dikagetkan dengan bunyi lengkingan panjang dan berkesan. Ketika mereka memperhatikan kearah datangnya suara itu ternyata tampaklah sebuah perahu layar yang besar dan dihiasi sangat indah sekali. Orang-orang yang berada di tempat itu semuanya memandang kearah perahu indah itu. Mereka mengaguminya. Apalagi ketika perahu layar itu bertambah dekat, tampaklah diatas perahu layar itu seorang wanita yang sangat jelita dengan dua orang laki-laki tampan dan dua orang wanita jelita pula. Wanita muda yang sangat jelita itu ialah Cit Siocia.

Tong Kiam Ciu menjadi sangat terperanjat ketika matanya menyaksikan bahwa dengan tiba-tiba saja tampak ditepi perahu itu orang-orang yang dia sangut kenal. Orang oring itu inilah Pek Giok Bwee. Ji Han Su, Siauw Liang dan Ji Tong Bwee Sin-ciu-sam-kiat dengan tiba-tiba saja telah berada diatas telaga Ang-tok-ouw. "Suhu!” seru Tong Kiam Ciu tidak dapat menahan hatinya lagi. Tahu-tahu pemuda itu telah meloncat keatas perahu itu.

Ketika itu Shin Kai Lolo telah memalingkan wajahnya kearah Sio Bie Hu dan berseru "malam ini kita akan meng idakan perjamuan besar Sio Bie Hu, lekaslah kau beritahukan kepada paman Ouw Hin Lee uniuk menjamu tamu-tamu agung kita !” Dengan cepat Sio Bie Hu sudah melesat menghadap Ouw Hin Lee dan menyampaikan pesan itu. Kemudian setelah semuanya disanggupi oleh ketua Ouw Ki pang maka gadis itu kembali akan menghadap kepada suhunya. Saat itu masih banyak orang-orang dari kalangan Kim-sai.

Ketika Sio Bie Hu melewati beberapa orang Kim-sai, tiba-tiba dia telah ditegur oleh seseorang. "Siok Soat ! Akhirnya aku dapat bertemu kau juga disini ! Aku telah mencari kau dimana-mana !” seru seorang pemuda yang tiada lain adalah Ceng Yun Leng. Sio Bie Hu juga terkenal dengan panggilan Teng Siok Soat berhenti dan memandang kearah pemuda yang menegurnya itu.

"Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi, hubungan kita telah putus ! Habis !”

"Siok Soat ! Apakah kau tidak mengenali aku lagi ? Aku Ceng Yun Leng orang yang sangat mencintaimu ! Mengapa kau begitu kejam kepadaku !” seru Yun Leng sambil mengejar gadis itu yang telah beranjak.

"Jangan berbicara keras-keras ! Kita sudah patah areng ! Apakah kau kira aku tidak mengetahui bahwa kau telah tergila-gila dengan puteri Kuk Kiat ?”

seru Teng Siok Soat dengan mata membelalak.

"Hah ? Mengapa kau berkata begitu ? Jika aku mencintai gadis itu, mengapa aku mencari-cari kau sampai berbulan-bulan ?” sambung Yun Leng.

"Ah bohong” sambung Teng Siok Soat.

"Betul-betul aku hanya mencintai kau seorang” seru Yun Leng. Tetapi katakata itu terpatahkan oleh kedatangan Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat ditempat kedua orang itu. Kedua remaja itu memandang kearah ke datangan kedua orang tokoh yang yang telah beridi disamping mereka. Teng Siok Soat masoh tampak cemberut, sedangkan Ceng Yun Leng tampak tegang dan keningnya masih berkerut.

Namun ketika pandangan matanya bertemu dengan nenek Shin Kai Lolo, pemuda itu memaksakan diri untuk tersenyum.

"Hee-he-hee, kalian anak muda.., hem.. pandai benar mengambil kesempatan untuk berduaan hee..hee. hee..hee” seru Shin Kai Lolo.

Namun Teng Siok Siat tamhah cemberut dan memandang suhunya.

"Suhu, aku akan pergi kalau suhu menggodaku terus !” seru Teng Siok Siat dan akan melangkahkan kakinya.

Tetapi nenek itu menyandak lengan muridnya dan tertawa-tawa.

"Hee.. . hee kau anak aleman kita memang perlu cepat-cepat pergi dan menemui tamu agung kita. He hee hari ini kita akan makan lezat bersama-sama dengan tamu agung . . . hee he !” sambung Shin Kai Lolo.

Sambil mengakhiri kata-katanya itu mereka telah meninggalkan tempat itu menuju kearah kapal layar milik Ouw Hin Lee.

Wajah Teng Siok Soat masih tampak kuyu dan mulutnya masih jemberut.

Sebenarnya dia adalah seorang gadis remaja yang sangat jelita seandainya dia mengenakan pakaian wanita dan tambutnya disanggul dengan rapi. Tetapi memang keadaannya saat itu memang disengaja, karena gadis itu memang sengaja mengenakan samaran sebagai seorang pemuda, maksudnya agar memudahkan dirinya dalam mengembara dikalangan Kang-ouw.

Sepanjang perjalanan menuju ke tempat pertemuan itu mereka diam membisu, hanya mata Ceng Yun Leng yang selalu melirik kearah kekasihnya dan tiap lirikan mereka bertemu, hati pemuda itu berdebar. Memang Ceng Yung Leng sebenarnya sangat mencintai Teng Siok Soat dengan sepenuh hati, hanya gadis remaja itu menaruh syak wasangka dan cemburu buta terhadap kekasihnya. Dia menyangksikan bahwa antara Yun Leng dan putri ketua partai Kim-sai ada hubungan cinta.

Adapun pada saat itu memang adalah hari yang sangat luar biasa. Hari-hari yang paling bahagta selama Kiam Ciu mengembara karena saat ilu dia telah dipertemukan oleh Thian kepada orang-orang yang sangat diciniai. Bukan saja adiknya dan kekasihnya yang selalu dirindukan itu ialah Ji Tong Bwee tetapi juga Ji Han Su dan Pek Giok Bwee kedua orang tua angkat yang telah dianggap seperti orang tuanya sendiri juga kehadiran paman angkatnya ialah Siauw Liang.

Tong Kiam Ciu tidak dapat berbicara apa-apa, karepa menahan keharuan.

Pemuda perkasa itu telah berlutut dihadapan ketiga Sin-ciu-sam-kiat. Dia telah menghaturkan sembah dan selanjutnya hanya diam.

Ditempat itu juga tampak hadir Cit siocia. Tetapi kehadirannya seolah-olah tidak mendapat perhatian mereka. Gadis jelita itu seolah-olah tidak ada ditempat itu. Tapi Cit siocia juga tidak merasa sakit hati, karena gadis jelita dan liehay itu telah memaklumi bahwa mereka sedang meluapkan kerinduan dan keharuan setelah lama saling berpisah.

Tetapi ketenangan dan kemesraan itu tiba-tiba telah dirusakan oleh kehadirannya Shin Kai Lolo ditempai itu.

"Hee-hee-hee-kita ketemu lagi anak muda hehehe". seru Shin Kai Lolo sambil tertawa gembira sekali. "Oh, Shin Kai Lolo . . . .” sambung Kiam Ciu sambil menghormat.

Kemudian Tong Kiam Ciu memperkenalkan kedua orang tua serta pamannya. Mereka berempat telah saling berkenalan. kemudian Shin Kai Lolo telah mengetengahkan bahwa dia telah menyuruh sahabatnya ketua partai Ouw ki-pang untuk mengadakan perjamuan.

"Aku sudah minta kepada Ouw Hin Lee ketua partai Ouw-ki-pang untuk mengadakan perjamuan” kalian Sin-ciu-sam-kiat menjadi tamu kehormatan kami, ayohlah kita menemui Ouw Hin Lee” seru Shin Kai Lolo selesai bicara itu sudah mau beranjak dari tempat itu.

Tetapi ketiga pendekar dari daerah Shin Ciu itu tampak ragu-ragu.

"Tetapi".” sambung Ji Han Su ragu.

"Sudahlah! Meskipun kita belum pernah berjumpa sebelum pertemuan ini, tetapi nama kalian telah banyak kami dengar dikalangan kangouw. Cobalah tanyakan kepada Tong Kiam Ciu. Ayolah kita berangkat sekarang !” seru Shin Kai Lolo mengajak yang berada ditempat itu semuanya dengan tersenyum.

Semuanya mengikuti nenek itu. tetapi Cit Siocia tidak mau turut.

"Cit cici ayolah kita turut juga !” ajak Jt Tong Bwee.

Cit Siocia menggelengkan kepalanya seraya berkata : "Tidak, kau sajalah yang pergi !” seru Cit Siocia kemudian gadis jelita itu mengajak Tong Bwee untuk menghadap Tong Kiam Ciu.

"Kiam Ciu. meskipun kita pernah berselisih, tetapi akhirnya kuakui bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Entah mengapa aku dengan begitu saja telah sangat mencintaimu.. . .” Cit Siocia berbicara dengan berterus terang kepada pemuda yang sangat didambakan itu tanpa tendeng aling-aling lagi.

Sesaat lamanya mereka saling berpandangan, kemudian Kiam Ciu menundukkan kepala dan Cu Siocia menarik napas panjang.

"Karena kau, aku telah banyak menghamburkan waktu untuk memancing dirimu. Karena kau pula aku telah salah tangan melukai adikmu ini. tetapi aku juga sudah mengobatinya. Kemudian aku telah menyadarinya bahwa Ji Tong Bwee lebih mencintaimu dan dialah yang berharga untuk mendampingimu Dia telah mengampuiniku dan kita telah bersumpah untuk bersaudara". Sekarang aku menyerahkan Tong Bwee kepadamu, kuharapkan kau menjaganya dengan baik-baik. Aku senantiasa mendoakan kebahagian untuk kalian berdua, Nah, kukira perjumpaan ini kita akhiri dulu, aku akan segera pergi dan mudahmudahan kita akan berjumpa lagi kelak” Cit siocia mengakhiri kata-katanya.

"Cici bukankah kita telah berjanji selalu akan berkumpul dan tidak akan berpisah?” seru Tong Bwee.

"Kau jangan timbulkan urusan begitu lagi. Sudahlah kau ikut dia dan aku akan segera pergi!' sambung Cit siocia sambil tersenyum.

"Tetapi cici, kau sudah berjanji!” Ji Tong Bwee mendesak terus.

"Ikut dia” Cit siocia membentak sambil dilambari ilmu Pan-yok-sin-im, karena pengaruh ilmu Pan-yok-sin-im itu, maka mereka tidak benarnya seperti orang linglung. Mereka meninggalkan Cu Siocia seorang diri.

Ketika mereka sampai diatas kapal Ouw Hin Lee, Ji Han Su menanyakan apa sebenarnya Cit Siocia tidak ikut serta.

"Mengapa Cit Siocia tidak turut datang ?” tanya Ji Han Su kepada Tong Bwee.

"Dia telah pergi!'“ jawab Tong Bwee dengan wajah keruh.

Maka orang tua itu tidak melanjutkan pertanyaan. Mereka membisu.

Sementara itu awan tipis telah tertiup angin dan menyelubungi bulan. Angin berhembus halus dan hawa terasa sangat sejuk.

Bertepatan dengan itu pula, kapal layar yang indah milik Cit Siocia telah mulai bergerak. Indah sekali tampaknya. Sedangkan suasana sangat tenang.

Telaga Ang-tok-ouw tenang sekali, hanya sesekali air tertiup angin dan bergelombang halus menuju ketepian.

Cit Siocia tampak menyendiri, menatap ke langit. Bulan yang berselubung mega angin halus berhembus, kericikan air telaga yang menghantam lambung perahu besar itu. Semuanya itu telah membuat hati gadis jelita itu bertambah sepi dan hanyut, pikirannya telah hancur luluh berkeping-keping rasanya. Ia telah melakukan pengorbanan yang besar, tetapi luhur. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapat siksaan yang berat seperti kali ini. Bukankah semua laki-laki tunduk dihadapannya serta menuruti semua perintah dan kehendaknya ? Sekarang suatu kenyataan yang baru saja dialaminya, dia telah benar-benar terpukul hatinya. Dia mencintai seorang pendekar muda, cinia yang luar biasa hingga dia banyak mengorbankan waktunya hanya untuk mengejar pemuda itu. Tetapi dia telah berani berkorban pula demi cintanya kepada pemuda itu.

Cit siocia telah berani berkorban dan menderita karena cintanya kepada pemuda itu juga tanpa disadarinya dia menaruh rasa sayang pula kepada gadis saingannya. Dia telah menyerahkan semuanya, menyerahkan harapannya kepada Tong Bwee. Kemudian membiarkan hatinya sendiri luluh karena cinta yang kandas. Dia telah bersumpah tidak akan mencintai laki-laki lain ! Tetapi apakah sumpah itu dapat dipenuhinya ? Entahlah keadaan yang akan menentukan nanti! Dengan hati luluh dan hancur itu Cit Siocia menatap kelangit memandangi bulan yang telah menyembul dari balik awan. Angin halus bertiup sejuk dan air telaga bergelombang kemudian terdengar riakan air membentur lambung perahu. Gadis itu tampak bertambah ayu parasnya karena tertimpa sinar rembulan. Siapapun yang memandangnya akan terhanyut dalam godaan asmara. Cit Siocia. Tapi saat itu dia sedang duka. Risau dan hancur luluh ha tinya. Diatas kapal layar milik Ouw Hin Lee tampak sangat sibuk dan diliputi suasana kegembiraaan. Karena diatas perahu besar itu sedang diadakan perjamuan dan pesta kemenangan dari partai Ouw ki-pang dan partai Kim-sai yang lelah berhasil menundukan partai Kong-tong. Tampaklah mereka bergembira dan tertawa gelak-gelak seria menyanyikan lagu kemenangan bahkan ada yang menari-nari pula. Pesta yang sangat meriah itu diikuti oleh semua orang yang berada diatas perahu besar itu.

Kalau mereka itu merayakan kemenangan dalam peperangan, tetapi lain halnya dengan Teng Siok Soat dan Ceng Yun Leng Kedua remaja ini tampak guratan hambar diwajahnya, sedangkan tertawanyapun hambar pula. Begitu pula Kiam Ciu dan Tong Bwee. Mereka bercanda dalam berpikir bukan saja dalam pertemuan itu yang mereka pikirkan. tetapi mereka mempunyai kesibukan pikiran sendiri. Kacau dan bingung meliputi hati mereka. Hal itu hanyalah orang-orang arif yang mengetahuinya.

Tampaklah Shin Kai Lolo sangat bergembira, nenek itu rupa-rupanya telah banyak minum tuak hingga beberapa mangkuk maka terdengarlah dia telah banyak berbicara dan tertawa. Memang kalau nenek itu sedang mabuk dia lelah banyak tertawa dan bicaranya sangat ringan tak terkendali. Kemudian tampak Shin Kai Lolo mendekati Kiam Ciu dan mengajak pemuda itu untuk bersamasama dia mengangkat mangkuk arak.

"Hari ini kita telah berkumpul disini. Kau Tong Kiam Ciu, adalah seorang anak muda yang telah menggemparkan rimba persilatan Kau masih sangat muda dan baru saja terjun dikalangan Kangouw, tetapi namamu telah banyak dipuji dan dipuja orang. Bukan saja karena kelihayanmu, tetapi karena sepak terjangmu yang suka menolong dan budiman itu yang banyak dihormati. Orang hingga aku siorang tua bangka ini, merasa hormat padamu ! Marilah kita minum untuk kehormatan itu !” seru Shin Kai Lolo sambil mengangkat mangkuk araknya dihadapan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu berdiri dan menghormat kemudian mengangkat mangkuknya sambil tersenyum dan menyahut dengan kata-kata menghormat pula.

"Kau orang tua kelewat memujiku!” seru Tong Kiam Ciu.

"Hee. . . hee. . . hee kau terlalu merendahkan diri arak muda !” sambung nenek itu setelah selesai meneguk araknya kemudian tampik dia memperhatikan sesuatu dan berseru dengan suara berubah nadanya Hemmm, kita kedatangan tamu lagi. Hei tamu ! Jika kau ada urusan mengapa tidak segera datang saja kemi !” seru Shin Kai Lolo dengan memandang ke suatu arah.

Semua yang hadir di tempat itu berhenti berbicara dan tertawa, mereka berusaha mendengarkan sesuatu, kemudian Tong Kiam Ciu telah meloncat dan menghormat kepada orang-orang tua didekatnya.

"Biarkan aku pergi dulu untuk menyelidiki keadaan !” setu Tong Kiam Ciu.

kemudian seorang laki-laki yang bertubuh pendek dengan wajah seram dan alisnya tebal kaku serta hidungnya yang besar. Orang itu bernama Ho Beng wakil ketua Ouw-ki-pang tahu-tahu telah berdiri dan beranjak kedepan "Tong siauwhiap! Aku juga turut! Aku dari sebelah kanan dan kau kesebelah kiri” seru Ho Beng sambil melangkah keluar dari ruang pesta itu.

Setelah sampai diluar mereka berpisah, Tong Kiam Ciu membelok kekiri, sedangkan Ho Beng kesebelah kanan Suasana diatas geladak kapal layar itu seketika menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin berhembus dan gerakan air membentur lambung perahu.

Tong Kiam Ciu memanjat tiang layar, dari atas dia memandang kebawah memeriksa keadaan perahu itu, Tetapi sampai sebegitu jauh Tong Kiam Ciu tidak melihat ataupun mendengar suara apa-apa yang mencurigakan.

Apakah Shin Kai Lolo salah mendengar karena terlalu banyak minum?” pikir Tonn Kiam Ciu. Ia lekas-lekas turun tangan dan ketika tiba diatas geladak dia sangat terperanjat ketika dihadapannya terlihat Shin Kai Lolo telah berada di tempat itu dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak mengeluarkan suara.

"Angkatan tua, mengapa kau juga turut keluar?” tegur Kiam Ciu.

"Hehehe kau masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kita dalam keadaan begini harus hati-hati . . “ sambung Shin Kai Lolo dengan suara setengah berbisik. "Ya . . “ sahut Kiam Ciu.

"Apa kau tidak melihat sesuatu?” bisik Shin Kai Lolo sambil melirik ke sekitar tempat itu. "Tidak” jawab Kiam Ciu sambil mengerutkan keningnya "Rupa-rupanya kau juga dalam kesulitan?” tegur Shin Kai Lolo.

"Biasa saja, kesulitan yang mana?” jawab Kiam Ciu gugup.

Nenek itu tersenyum mendapat jawaban Kiam Ciu. Tetapi senyuman itulah justru yang membuat hati Kiam Ciu jadi gelisah.

"Kau masih muda dan belum berpengalaman, kau harus berhati-hati dalam keadaan ini . .” bisik Shin Kai Lolo mengulangi kata-katanya tadi dan tersenyum.

Kiam Ciu memandang wajah nenek itu kemudian dia menarik kesimpulan bahwa Shin Kai Lolo hanya mempermainkan dirinya, atau memang terlalu banyak minum arak? "Memang aku dalam kesulitan, aku mencari seorang musuh besarku sampai sekarang belum dapat kuketemukun.. .” bisik Kiam Ciu.

"Hah?” sahut nenek itu sambil memandang kearah Kiam Ciu.

"Ya, benar aku telah berusaha untuk mencari musuh besarku itu hampir selama satu tahun, tetapi sampai saat ini belum juga kuketemukan. Karena.. . . . . “

sambung Kiam Ciu terputus lagi.

"Karena apa ? Siapakah musuh besarmu itu?” tanya Shin Kai Lolo.

Sambil menunjuk kearah bulan Kiam Ciu menyahut.

"Menurut suhuku Pek-hi-siu-si, bahwa musuh besarku itu bernama Ciam Gwat” sahut Tong Kiam Ciu.

"Hem, Ciam Gwat ? Dia sangat sukar dilihat orang. Hanya beberapa jago silat saja yang pernah melihatnya, ilmu silatnya sangat lihay.. .” sambung Shin Kai Lolo tampak sebaris guratan asam di wajah nenek itu.

Tetapi Kiam Ciu mendesaknya. Pemuda itu merasakan, seolah-olah Shin Kai Lolo pasti telah mengetahui rahasia musuh besarnya itu.

"Angkatan tua apakah kau kenal atau telah pernah mengenalnya?” tanya Kiam Ciu mendesak dan berharap.

"Ya.” jawab nenek itu sambil mengangguk.

"Lalu.” sahut Kim Ciu tak sabar.

"Kau sebenarnya hampir menemuinya. Kau telah mendapat suatu alat untuk menemukan musuh besarmu tetapi karena kau belum mengenalinya maka kesempatan itu telah kau lepaskan berlalu saja!” Shin Kai Lolo menjelaskan.

Justru karera keterangan itulah maka Kiam Ciu bertambah penasaran.

Pemuda itu bertambah gelisah. Mengapa nenek itu mengatakan bahwa dia telah mendapat jalan dan mendapat kesempatan yang baik sekali untuk menjumpai Ciam Gwat, yang mana kesempatan itu Yang mana jalan itu? Semuanya itu membuai hati pemuda itu bertambah gelisah saja.

Gurunya sama sekali tidak memberikan gambaran orang yang sedang dicarinya itu. Baik wajahnya, bentuk tubuhnya maupun kelihayannya. Dia hanya mengenal namanya saja. Itupun nama gelar musuh besarnya itu saja dan sama sekali dia tidak mengenal wajahnya maupun ketangguhan orang yang akan dihadapinya itu. Kiam Ciu bertambah bingung dan mendongkol dengan keterangan Shin Kai Lolo tadi. Kau hampir menemukannya, kau telah mendapat jalan ! Semuanya itu menggelisahkan hatinya. "Angkatan tua, jika aku telah menemukan jalannya Maka beritahukanlah padaku keterangan-keterangan yang jelas agar aku dapat menemukan Ciam Gwat dengan cepat. Aku akan merasa sangat berterima kasih padamu", kata Kiam Ciu memohon dan menghormat nenek itu.

Sesaat lamanya Shin Kai Lolo terdiam. Nenek itu memejamkan matanya, kemudian terdengar helaan nafasnya, sikapnya kini telah berubah syahdu.

"Ciam Gwat adalah seorang pendekar yang berwatak aneh dan keji. Karena barang siapa yaug telah melihat wajahnya maka orang itu akan binasa ditangannya, maka aku . . .” kata-kata Shin Kai Lolo terputus, nenek itu menghela nafas sejenak. "Maka bagaimana ?” desak Kiam Ciu dengan perasaan tidak sabar.

"Hem, aku tidak ingat lagi pada tahun apa saat itu. Aku pernah sangat membencinya saat itu, dia adalah seorang yang sangat ajaib dan saat itu benar aku tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Namun aku masih dapat memberikan sedikit petunjuk kepadamu, jika seandainya dia berhasil kau cari dan lagi dia sudi mengatakan bahwa dia itu adalah Ciam Givai, maka pada saat itulah kau akan mengetahui bagaimana sifatnya dia!” seru Shin Kai Lolo merangkak, kemudian nenek itu memandang Kiam Ciu sejenak dan menarik napas. Suasana sesaat lamanya menjadi hening, mereka berdua terdiam sedang air telaga masih terus berombak dengan tenang karena hembusan angin perlahan, sedangkan bulan masih timbul tenggelam diselubungi oleh mega di langit. Bintang-bintang berhamburan dan hawa terasa sejuk, suara angin menghembus tali temali menimbulkan suitan-suitan panjang seolah-olah bagaikan rintihan. "Apakah ka n peria', dengar rentang Kim leng Ji-*u ?” tanya nenek nu sambil menian daug wajah Kiam ( 'm "Angkatan tua. bukankah kau pada waktu dua puluhan tahun silam telah banyak dikenal dan dimalui di kalangan Kang-ouw, bersama dengan Kim-leng Ji-su ?” sambung Kiam Ciu ganti menanya.

Mendengar kenyataan jawaban Kiam Ciu itu, maka nenek itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian meneruskun berbicara lagi.

"Pada sekira dua puluh tahun yang silam, dia tinggal di sebuah tempat di propinsi Yun-nan dutas puncak Jit Tiauw Hong di pegunungan Tiam-cong-san.

Mungkin juga saat ini dia masih tinggal ditempai itu. Kim-leng Ji-su terpaksa tinggal seorang diri dan terpencil ditempai yang sepi itu juga disebabkan oleh Ciam Gwat. Jika kau telah berhasil dapat menjumpai Kim-leng Ji-su maka kau akan mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan dari siapa adanya Ciam Gwat itu” Shin Kai Lolo menerangkan dan memberikan sedikit gambaran betapa pengaruh yang tidak baik pernah disebarkan oleh Ciam Gwat di kalangan Kang-ouw. Tong Kiam Ciu setelah mendengar keterangan itu lalu menarik napas panjang. Dia merasakan bingung dan penyesalan yang mana dia harus menepati sebuah janjinya kepada sinenek di lembah Si kok. Juga dia harus berbuat sesuatu untuk segera menemui Kim-leng Ji-su di puncak Jit-tiauw-hong. Dua masalah yang mempunyai arti besar bagi hidupnya. Yang satu sebuah janji dan yang satunya lagi untuk keperluan pribadi.

Sebenarnya semuanya untuk kepentingan pribadinya juga kelakuannya.

Demi kepuasan dan tercapainya apa yang dimauinya. Untuk kepentingan pribadi.

Tetapi sama beratnya dan diatur seluruhnya agar dapat dilaksanakannya semua. Dalam keadaan sepi dan tenang lenggang itu, tiba-tiba Shin Kai Lolo mengerutkan kening dan sambil memutar wajahnya kearah Kiam Ciu dia bertanya. "Barusan apakah kau tidak mendengarkan sesuatu yang laur biasa !” tanya Shin Kai Lolo dengan suara berbisik.

Tong Kiam Ciu menggelengkan kepala, kemudian dia mencari-cari pula kalau matanya menemukan sesutu pemandangan luar biasa atau mencurigakan Tong Kiam Ciu merasa heran dengan kecepatan Ho Beng menghilang. Bahkan sampai saat itu dia belum melihat kelebatan Ho Beng yang katanya akan menyelidiki keadaan tadi ketika bersama-sama keluar dari ruang pertemuan. Tetapi Kiam Ciu sampai saat ini sama sekali belum melihat bayangan Ho Beng. Maka mata Kiam Ciu mengamati ke tempat-tempat gelap dibalik-balik bayangan kalau-kalau melihat sesuatu bayangan maupun hal-hal yang patut dicurigai.

"Aku sudah menduga kalau Ho Beng itu bukanlah seorang jujur. Oh, celaka ayolah kita cepat-cepat memberitahukan kepada kawan-kawan kita !” seru Shin Kai Lolo dan tampaklah nenek itu gugup.

Begitu telah selesai dengan kata-katanya itu maka Shin Kai Lolo dan Kiam Ciu segera pergi meninggalkan tempat itu menuju kearah ruangan pesta. Tetapi mereka tertahan sejenak, karena dikejutkan oleh sebuah bayangan yang bersifat mengejek. "Sayang sudah terlambat ! Ha ha ha ha !” suara itu menggelegar bagaikan guruh yang menggoncangkan bumi.

Tong Kiam Ciu terperanjat, pemuda itu menahan langkahnya dan melihat keadaan sekitarnya. Dia berusaha menemukan bayangan atau orang yang telah melontarkan kata-kata yang mengejeknya itu.

Ketika kabut diatas telaga itu tersibak tertiup angin dan tampaklah sebuah perahu besar yang berjarak kira-kira hanya tiga puluh meter jauhnya dari kapal Ouw Hin Lee. Diatas tiang mengintai tampaklah seorang laki-laki bertubuh tegap dan kuat. Oraag itu tengah mengamati kearah Tong Kiam Ciu.

Tidaklah pangling lagi Kiam Ciu, bahwa orang yang mengintai dan tadi melontarkan ejekan itu adalah Kwi Ong. Kwi Ong yang berhaii kejam dan jahat itu. Kemudian melihat pula Ho Beng wakil ketua partai Ouw-ki-pang. Menurut keterangan Shin Kai Lolo bahwa Ho Beng telah berkhianat kepada partainya dan memihak kepada Kwi Ong. Dia telah sampai hati untuk membunuh serta akan meracuni semua tokoh-tokoh yang sedang dijamu oleh Ouw Hin Lee kemudian akan membinasakan orang-orang dari partai Ouw-ki-pang dan partai Kim-sai.

Maka Tong Kiam Ciu segera melompat kearah kapal Kwi Ong dan akan menyerbu orang-orang yang akan berbuat tidak baik itu. Sedangkan Shin Kai Lolo telah lari masuk kedalam ruang pesta untuk bertindak dan menyelamatkan mereka yang berada didalam ruang pertemuan itu, Kapal layar besar milik Kwi Ong lelah merapat pada kapal layai milik Oow Hin Lee, Sedangkan Kiam Ciu telah berada diatas dek kapal Kwi Ong, maksudnya akan membinasakan Kwi Ong dan menghajar Ho Beng. Tetapi begitu Kiam Ciu tiba diatas dek kapal tampaklah air telaga berbuih.

Ternyata dari buihan itu kemudian tampak warna merah darah. Ternyata Ho Seng telah mulai membantai orang-orang dari partai kim-sai dan orang-orang dari partai Ouw-ki-pang. Ketika Kiam Ciu akan memanjat tiang magun, maka tampaklah Kwi Ong telati meluncur dari tiang itu melayang kemudian mencebur kedalam telaga. Menyaksikan hal itu maka Kiam Ciu segera terjun kedalam telaga pula untuk mengejar Kwi Ong, kemudian akan membinasakan Ho Beng yang telah berlaku tidak senonoh dan keji membantai orang-orang bekas anak buahnya sendiri. Ho Beng berkhianat dan berpaling kepada Kwi Ong dengan maksud untuk menduduki tahta kepemimpinan partai Ouw-ki-pang.

Kemudian Ho Beng rela dan sampai hati untuk merebut dari tangan pemimpinnya sendiri. Pemimpin yang telah memberikan kemuliaan dan kebahagiaan kepadanya selama puluhan tahun. Tetapi iblis lelah merasuki benak Ho Beng maka semua kebaikan dan kemanusiaan telah dilupakannya. Yang terngiang dibenaknya hanya bisikan iblis keji untuk merebut kedudukan.

Rupa-rupanya Ho Beng telah memberikan isyarat siap untuk membinasakan orang-orang perkumpulan dari partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang. Maka Kwi Ong telah mengerahkan anak buahnya dari suku bangsa Biauw untuk dengan diamdiam menggasak orang-orang dari kedua partai yang sedang lengah dan berpesta diatas kapal Ouw Hin Lee itu.

Hati Kiam Ciu menjadi sangat gusar dan benci sekali dengan orang yang berhati curang dan khianat. Maka ketika dia melihat Ho Beng berkelebat meloncat naik keatas kapal Kwi Ong, kembalilah kemarahan pemuda itu meluapluap Dia telah mengerahkan ilmu Ceng-teng-pa-cui atau capung melompat dari permukaan air. Langsung Kiam Ciu melompat kearah perahu Kwi Ong.

Namun kelebatan tubuh pemuda itu terlihat oleh Kwi Ong. Segeralah orang kejam itu membentak dan mengirimkan serangan tangan mendorong kearah tubuh Kiam Ciu yang tengah melayang.

"Kiam Ciu mengapa kau tergesa-gesa merat !?” bentak Kwi Ong.

Dalam pada itu Kiam Ciu telah melesat, tubuhnya telah melayang diatas geladak perahu Kwi Ong. Tanpa menduga datangnya serangan itu, maka ketika dirasakan angin pukulan yang mendampar tubuhnya, Kiam Ciu tidak sempat lagi mengelak. Maka tiada ampun lagi tubuhnya telah terkena hembusan tenaga pukulan yang hebat sekali.

"Hait!” terdengar seruan Kiam Ciu. Tetapi pemuda itu tidak berdaya dan tidak dapat mengegosi serangan Kwi Ong. Maka ketika Kiam Ciu telah menginjakan kakinya diatas papan geladak segeralah terjatuh.

Tubuhnya terasa bagaikan dicopoti tulangnya. Dengan tubuh hancur pemuda itu jatuh terduduk dan lunglai Semangatnya telah hilang dan napasnya jadi sesak sekali, Sebentar kemud an dia telah memuntahkan darah kental berwarna hitam. "Celaka. iblis itu lelah meracuniku.” pikir Kiam Ciu.

"Hahaha anak kemarin sore yang berlagak mau berbuat apa kau dihadapan tuan besarmu ini hah?!” seru Kwi Ong yang tiba-tiba telah berada didebat Kiam Ciu. Begitu juga beberapa orang dari partai bangsa Biauw itu telah berdiri mengepung tubuh Kiam Ciu. Juga dalam deretan orang-orang itu Kiam Ciu telah ada beberapa orang yang dikenalnya, misalnya Pa Nu dan begitu juga si penghianat hidung besar Ho Beng juga berada ditempat itu.

Kiam Ciu tidak dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya terasa sangat lemah.

Karena dia tidak berhasil juga mengejarkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk menghalaukan pengaruh pukulan beracun Kwi Ong.

Pemimpin suku bangsa Biauw itu tertawa dengan bangga dan memandang rendah diri Kiam Ciu. Panas sebenarnya hati pemuda itu diperlakukan seperti itu, namun apa boleh buat dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Hanya terdengar kekuatan gigi-gigi pemuda itu pertanda menahan amarahnya. Kwi Ong juga mengagumi sikap gagah pemuda itu.

"Kwi Ong, Bukankah kau datang di telaga ini akan mencari kitab pusaka Pekseng Ki-su ? Peta tempat penyimpanan kitab pek-seng itu berada ditanganku !”

seru Kiam Ciu. Mendengar keterangan Kiam Ciu itu akhirnya Kwi Ong berpikir juga: "Tanpa peta pek-seng itu akan takkan dapat menemukan kitab pek-seng kisu. Maka aku harus merebut peta itu terlebih dahulu dari Kiam Ciu".

Ia telah mengetahui bahwa kitab pusaka pek-seng ki-su tersimpan disekitar telaga Ang-tok-ouw, maka dia telah memimpin orang-orangnya ke telaga itu. Dia telah bersekutu dengan Ho Beng pembantu Ouw Hin Lee itu yang berambisi untuk menjadi pemimpin dan merebut kedudukan Ouw Hin Lee. Kwi Ong telah menjanjikan untuk membantu Ho Beng merebut kedudukan ketua partai Ouw-kipang.

Sebelum Kwi Ong turun tangan maka dia sempat mengetahui pula bagaimana partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang menggempur partai Kong-tong diatas telaga Ang-tok-ouw itu.

Selelah Kwi Ong memperhitungkan bahwa dia mampu untuk menggempur dua partai itu dan mendapat bantuan pula dari dalam ialah Ho Beng yang telah berpaling itu. Maka Kwi Ong segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang Kini setelah dia berada di telaga Ang-tok-ouw dan telah membinasakan banyak orang2 dari partai baik Ouw-ki-pang maupun dari partai Kim-sai dan kini telah berhadapan dengan Kiam Ciu lagi. Maka kini dia akan mengambil jalan terdekat dan termudah untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su. Setelah dia pikirkan lebih dalam maka dia harus dapat merebut peta Pek-teng yang kini disimpan oleh Kiam Ciu. Maka kini dia tertawa sendirian, hingga menimbulkan kengerian dihati orangorang yang berada disekitarnya. Karena tawa pemimpin suku bangsa Biauw itu sangat seram dan bergidikan bulu kuduk siapapun yang mendengarkannya.

"Kiam Ciu jiwamu berada ditanganku, sedangkan peta pek-seng di tanganmu hayo sekarang serahkan peta itu kepadaku !"seru Kwi Ong dengan wajah seram dan mata melotot. Namun Kiam Ciu yang kini tidak berdaya dan seluruh tubuhnya lemah itu tetap tenang. Dia memandang kearah mata Kwi Ong Kemudian tersenyum, sebenarnya Kiam Ciu ingin bangun, tetapi tidak berhasil.

"Kau dapat mengambil sendiri didalam saku bajuku! "seru Kiam Ciu.

Kwi Ong melangkah maju mendekati Kiam Ciu Kemudian merogoh saku jubah pemuda itu. Didalam saku jubah itu dia menemukan beberapa lembar kertas yang bertuliskan huruf-huruf indah, kemudian selembar kertas kosong.

Sama sekali Kwi Ong tidak menemukan selembar peta didalam saku baju luar maupun pakain dalam Kiam Ciu.

Ketua suku bangsa Biauw itu sangat marah dan merasa dirinya dipermainkan dan perolok-olokan oleh Kiam Ciu. Maka segeralah ia membentak.

"Kurang ajar kau mempermainkan aku. Mana peta Pek-seng!” gertak Kwi Ong dengan bergusar hati dan sambil merenggutkan leher baju Kiam Ciu menatap wajah pemuda itu dengan mata melotot.

Saat seperti itu dan dalam keadaan yang tidak berdaya itu, maka ibaratnya nyawa diujung rambut, Dia telah jatuh ditangan dan dalam cengkeraman siiblis itu. Maka sekali ini Kwi Ong membalikan tangan dan matilah Kiam Ciu.

"Peta Pek-seng berada ditanganmu, hanya saja kau belum mengetahui caranya untuk melihat peta itu, Peta itu harus dibaca secara rahasia membaca dan melihat peta itu oleh Gan Hua Liong telah dijelaskan kepadaku. Maka hanya aku seoranglah yang dapat mengerti peta Pek-seng itu. Untuk menemukan tempat kitab Pek-seng ki-su maka kau mencariyapun harus dengan aku” jawab Kiam Ciu menjelaskan. Tong Kiam Ciu benar-benar telah berada ditangan Kwi Ong. Nyawanya tinggal bergantung diujung rambut maka dia harus memutar akal untuk mengulur waktu agar dia dapat selamat. Karena dia akan merasa penasaran serta khawatir binasa dalam keadaan tugas-tugasnya belum dilaksanakan semuanya. Maka dia berusaha untuk menyelamatkan diri dan mencari dayaupaya bagaimana caranya untuk membebaskan diri dari cengkeraman tangan siiblis Kwi Ong itu. Kwi Ong yang keranjingan ingin menguasai dunia persilatan dan dia berkeyakinan bahwa dengan memiliki kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu berarti dia akan mempunyai kesaktian yang langka diatas jagad ini. Maka dia berusaha keras untuk dapa merebut kitab itu.

Maksud semula dia akan membunuh Kiam Ciu, karena dia yakin kalau pemuda itu tetap hidup kelak akan membuat kacau keadaan. Kiam Ciu menurut pandangan Kwi Ong kelak kalau dibiarkan hidup akan banyak mengacaukan keadaan dan mungkin akan menyulitkan dirinya sendiri. Maka lebih haik dibinasakan saja ! Namun ketika disadarinya, bahwa dia masih membutuhkan tenaga pemuda itu untuk menunjukkan tempat penyimpanan kitab Pek-seng-kisu maka untuk sementara terpaksa dia membiarkan Kiam Ciu hidup. Lagi pula menurut perhitungannya, bahwa Kiam Ciu sudah tidak berdaya untuk dapat melarikan diri lagi. Akhirnya Kwi Ong berkesimpulan untuk pergi meninggalkan telaga Ang-tok-ouw dan mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka dia berseru kepada Ho Beng. "Untuk sementara waktu, aku mengangkat kau sebagai wakilku. Aku telah mengambil keputusan untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su dan mempergunakan si jahanam Kiam Ciu itu untuk mencarinya, Maka kini untuk sementara kau bawalah dia keruang bawah, sementara itu kita mengubah haluan!"seru Kwi Ong dengan sikap memerintah. Beberapa saat kemudian Ho Beng dan Pa Nu telah mengangkat tubuh Kiam Ciu. Dengan cepat kedua orang itu telah membawa Kiam Ciu keruang bawah.

Disaksikan juga oleh Kim Ciu dan beberapa orang suku bangsa Biauw yang berdiri ditempat itu. Adapun Kiam C'iu yang dalam keadan lemah dan tidak berdaya itu, sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dia membiarkan saja segala apa-apa yang yang dilakukan oleh orang-orang itu. Dia telah dibaringkan diatas lantai papan pula di ruangan bawah. Kiam Ciu terlentang dan pikirannya kacau. Sama sekali dia tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa padahal dia harus melaksanakan tugas-tugasnya yang masih terbengkalai, juga pada saat-saat seperti itu dia teringat kembali kepada kedua orang tuanya, adiknya yang sangat dicintai juga paman yang mennyintainya. Apakah mereka selamat atau telah terkena racun ? Bingung pikiran pemuda itu, padahal dirinya sendiri masih dalam keadaan tidak berdaya.

Dalam kegelisahannya itu, akhirnya dia menangkap suatu langkah halus bagaikan tikus merangkaki mendekat. Kiam Ciu telah dapat membayangkan, pastilah di bawah dan dalam ruangan yang gelap dan pengap itu banyak sekali tikus buas dan kelaparan. Dia siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan itu. "Tong Siauwhiap ! Tong Siauwhiap!” terdengar sebuah bisikan dari arah kegelapan. Kiam Ciu membuka mata dan mengamati ke tempat itu. Lama-lama tampaklah bentuk tubuh dan ketika orang itu mendekati dan menghampiri Kiam Ciu maka jelaslah bahwa orang itu tiada lain adalah Pa Nu.

“ Tong Siauwhiap, aku ini Pa Nu . . . Apakah kau sudah lupa ?” Aku pernah bertemu denganmu dan pernah memberikan petuniuk untuk memasuki tempat perangkap serta keluar dari perangkap dulu di Desa Sing-kiauw-cong. Bisik orang itu berhati-hati sekali.

"Mengapa kau dalang kesini ? Apakah kau telah disuruh oleh Kwi Ong untuk mengorek rahasia peta Pek-seng itu ?” tanya Kiam Ciu berbisik pula.

Sebenarnya saat itu kiam Ciu akan berbicara keras, tetari Pa Nu telah memberikan isyarat dengan jari telunjuknya. Hingga Kiam Ciu menahan tekanan suaranya. "Tong Siauwhiap, kuharap kau jangan salah mengerti. Aku akan datang untuk menolongmu” Pa Nu berhenti sejenak dan menunggu reaksi Kiam Ciu.

"Aku dan Kim Ciu sangat mengagumi sifatmu yang luhur dan budiman Kau hampir menjadi korban keganasan Kwi Ong karena kau membela Gin Ciu. Maka kita telah bertekad untuk membalas budimu itu” sambung Pa Nu.

Ucapan-ucapan yang setengah berbisik itu diucapkan oleh Pa Nu dengan khidmad. Maka ketika mendengar kata-kata yang meyakinkan itu percayalah Kiam Ciu akan kata-kata Pa Nu.

"Sekarnnp aku berada dimana?” tanya Kiam Ciu berbisik kepada Pa Nu.

"Kau berada di ruang bawah dialas kapall.

Kwi Ong. Kini sedang berlayar menuju ke kota Pek-seng Kita pernah menemukan kota yang hilang itu". jawab Pa Nu.

"Oh “ sambung Kiam Ciu Sesaat suasana menjadi sepi, hanya mendengar napas mereka yang teratur karena memang mereka sangat berhati-hati untuk jangan sampai menarik perhatian para petugas orang-orang Biauw. Tiba-tiba Kiam Ciu meraih lengan baju Pa Nu dan menariknya dekati benar dengan wajah Kiam Ciu. Kiam Ciu berbisik "Mengapa kau berusaha unluk menolongku? Aku tidak ingin melibatkan dirimu dalam urusan ini. Menyingkirlah kalau perbuatanmu ini diketahui oleh Kwi Ong, apakah kau tahu akibatnya?” bisik Kiam Ciu.

"Ya, aku tahu resikonya!” bisik Pa Nu.

"Perbuatanmu ini tidak ada artinya, kau hanya akan mengambil resiko saja!”

bisik Kiam Ciu dan berusaha akan mendorong Pa Nu.

Tetapi orang itu tetap nekad dan berbisik kepada Kiam Ciu.

"Apapun yang akan terjadi itu adalah resiko kami sendiri. Aku telah bertekad.

Kami merasa berhutang budi kepadamu ketika kau berusaha untuk menolong jiwa Gin Ciu, untuk itu apakah seandainya kami juga akan menolong membebaskan kau ? Lagi pula kami sangat menggantungkan harapan kepadamu” bisik Pa Nu.

"Apakah harapan kalian itu ?” tanya Ki- am Ciu.

"Ya, kami merasa tidak betah lagi dibawah kekejaman Kwi Ong yang benarbenar bertambah mabuk kekuasaan dan kejam sekali” bisik Pa Nu.

"Oh . . “ hela Kiam Ctu menarik nafas panjang.

"Namun untuk membinasakan Kwi Ong kami tidak mampu. Maka harapan itu kudambakan atas dirimu dan kawan-kawanmu. Kami mengharapkan kelak Tong Siauwhiap dapat membasmi Kwi Ong” bisik Pa Nu.

"Hem . .” sambung Kiam Ciu.

Tiba-tiba Pa Nu meloncat dan menyelinap ke tempat yang paling gelap dan tersembunyi di balik tong-tong persediaan air. Tiada lama kemudian tampaklah kelebatan bayangan mendekati Kiam Ciu.

"Tong siauwhiap !” bisik seseorang dari tempat kegelapan. Suaranya mirip suara wanita. Tiada lama kemudian tampaklah bayangan itu menghampiri Tong Kiam Ciu. Ketika jarak mereka berdekatan, barulah jelas terlihat oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru dalang nu tiada lai,n adalah Kim Ciu. Gadis itu tampak tersenyum, walaupun wajahnya tidak kelihatan jelas namun saat itu Kiam Ciu terpesona juga melihat perubahan kecantikannya.

“ Mengapa kau berada disini ?” tanya Kiam Ciu berbisik.

"Kau harus mengikutiku lari dari tempat ini ?” bisik Kim Ciu, "Suhu saat ini belum membunuhmu, hanya karena kaulah yang mengetahui rahasia peta Pekseng itu. Jika suhu telah mendapatkan kitab Pek-seng ki-su pastilah kau akan dibunuhnya ! Kau sekarang dalam keadaan terluka parah !”

Mendengar petunjuk itu Kiam Ciu tersenyum. Dipandanginya gadis itu dengan penuh rasa terimakasih atas jerih payahnya. Tetapi kemudian wajah Kiam Ciu tampak hampa. Tampaknya pemuda itu sama-sekali tidak mempunyai hasrat untuk melarikan diri.

"Terima kasih atas jerih payah dan kebaikan budimu” jawab Kiam Ciu.

"Tetapi Tong siauwhiap harus turut kami keluar dari tempat ini!” bisik Kim Ciu. Kiam Ciu sejenak memandang kearah gadis itu. Kemudian tampaklah wajah pemuoa itu tegang, akhirnya tersenyum.

"Aku tidak dapat lari, tidak dapat mengikuti anda keluar dari tempat ini.

Karena aku memang tidak mau untuk lari. Aku telah bertekad untuk.. .” jawab Kiam Ciu serius. Tiba2 Kim Ciu menggerakkan jari-jemarimya menotok jalan darah bagian leher pemuda itu. Bertepatan dengan itu pula, tampaklah kelebatan Pa Nu mencegah perbuatan Kim Ciu itu.

"Sumoi tahan! Mengapa kau menotok jalan darah Tong Siauwhiap ?” seru Pa Nu sambil menampel tangan yang sedang menotok.

Numun Pa Nu terlambat beberapa saat lamanya, tampaklah Kiam Ciu telah tidak berdaya. Karena totokan jalan darahnya itu, tbuh Kiam Ciu jadi lumpuh dan lemah. Setelah Kim Ciu hilang dari rasa terkejut karena kedatangan Pa Nu yang melarikan diri. Jika kalian ingin menolongku, tolonglah untuk menyembuhkan luka dalamku!” seru Kiam Ciu wajahnya masih tampak pucat dan berkeringat.

Sesaat kemudian tampaklah Kim Ciu mengambil sebutir pil dari sakunya dan langsung dimasukan kedalam mulut Kiam Ciu tanpa ragu-tagu.

"Pil ini adalah buatan suhuku sendiri, maka aku yakin bahwa setelah Toug siauwhiap menelannya akan segera sembuh,” bisik Kim Ciu yakin.

Suasana sangat tenang, diluar telah terdengar gemuruhnya air hujan dan angin yang berhembus kencang. Hingga dengan demikian untunglah keadaan mereka itu. Karena gemuruhnya suara air hujan dan desauan angin maka segala pecakapan antara Tong Kiam Ciu dan Kim Ciu maupun dengan Pa Nu tidak dapat terdengar oleh para penjaga.

Tiba-tiba terdengar suara terompet panjang, terompet yang terbuat daritanduk kerbau itu kedengaran melengking dan meliuk-liuk mencurigakan iramanya. "Sumoi, suara apakah itu ? Lebih baik kita keluar saja dari tempat ini! Untuk menjaga jangan sampai terjadi sesuatu” seru Pa Nu.

Sementara itu tampaklah Kiam Ciu telah dalam keadaan tertidur. Setelah dia makan pil obat, keringat masih tampak membintik di wajahnya Kim Ciu memandang wajah pemuda itu sesaat lamanya. Kemudian menghapus keringat yang membasahi wajah pemuda itu.

"Baiklah” kita tinggalkan dulu Tong siauwhiap, setelah dia istirahat sejenak, kukira dia akan berangsur menjadi baik” bisik Kim Ciu.

Sementara iiu diatas geladak kapal Kwi Ong terjadi kegaduhan suara orang ribut dan berlari-lari kesana-kemari, walaupun di luat air hujan lebat sekali.

Namun kegaduhan itu terdengar tidak mereda bahkan bertambah ramai.

Tidak lama kemudian nampaklah Kim Ciu telah turun dan masuk kedalam ruang dimana Kiam Ciu menggeletak. Pemuda iyu terbangun dan menggeliat dirasakan pernapasannya serta tenaganya telah pulih kembali. Banyak perobahan yang dirasakannya, dia merasa bersyukur.

Ketika Kim Ciu tiba ditempat itu dan menghampiri Kiam Ciu. maka pemuda itu telah membuka matanya dan tersenyum kearah Kim Ciu.

"Tong siauwhiap, bagaimana peraaanmu ?” tegur Kiam Ciu.

"Terima kasih atas batuan dan pertolonganmu, Aku sudah banyak kemajuan kini” bisik Kiam Ciu menjawab.

"Rupa-rupanya kapal akan segera merapat ketepian. Kita akan segera tiba dikota Pek-seng. Diluar hujan turun sangat lebatnya, angin topan sedang mengganas. Kulihat pula beberapa orang tokoh tua berada diatas telaga Angtok-ouw dengan tiga buah kapal besar mengejar kapal ini.” bisik Kim Ciu bersungguh-sungguh. "Oh . . .” bisik Kiam Ciu.

"Kulihat Tie-kiat-su-seng, Eng Ciuk Tay su, Siok-soat Shin-ni bahkan seorang yang berwajah aneh yang kudengar bernama Kun-si Mo-kun telah berhasil mendesak suhu. Ilmu silat orang tua itu sangat lilay dan aneh, ternyata dapat menandingi ilmu suhuku. Dia menuntut kepada suhu agar suhu membebaskan Tong siauwhiap. Aku telah mencuri obat-obatan ini dari tempat suhuku menyembunyikannya. Nah. makanlah obat ini dan aku yakin kau akan segera sembuh !” bisik Kim Ciu sambil menyodorkan sebuah benda berbentuk tabung dan didalamnya tersimpan obat-obatan.

Tong Kiam Ciu menerima penberian gadis itu, sesaat lamanya memandangi benda itu. Kemudian memakannya "Terima kasih atas perhatian dan pertolonganmu, Jika aku dapat keluar dari kapal ini lalu bagaimana kau nanti ?” tanya Kiam Ciu ragu dan tampak kuatir.

"Aku ikut kau, karena perbuatanku mencuri obat-obatan ini serta menolong membebaskan Tong siauwhiap ini adalah suatu pelanggaran yang besa r dan tak mungkin dapat diampuni lagi. Maka kalau Kwi Ong dapat mengetahuinya aku akan dibunuhnya” jawab Kiam Ciu.

Belum lagi selesai dengan kata-katanya tiba-tiba terdengar sebuah tertawa yang sangat keras dan mengejutkan. Begitulah kedunya terperanjat mendengarkan suara tawa yang mengguntur itu. Tapi semuanva itu segera berlalu. Kiam Ciu maupun Kim Ciu telah dapat menguasai diri lagi.

Ketika diperhatikan oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru datang itu tak lain adalah Kwi Ong. Maka ketika Kim Ciu menyaksikan bahwa yang baru datang itu adalah Kwi Ong, hatinya agak ragu-ragu tentang keselamatan Kun-si Mo-kun.

Apakah kakek aneh itu masih selamat, atau telah dapat dibinasakan oleh Kwi Ong? "Hmmm, Perbuatanmu bagusus sekali Kim Ciu. Tetapi kau tidak mau memperhitungkan terlebih dahulu, apa akibatnya atas perbuatanmu itu.. .”

damprat Kw Ong dengan suara serak dan mata melotot karera gusar.

"Akibatnya? Aku akan binasa ditanganmu ! Aku rela mati, paling banter tebusannya atas perbuatan ini hanyalah maut” jawab Kim Ciu.

"Brakk !” terdengar gebrakan keras sekali.

Berbareng dengan itu terasalah kapal itu tergoncang sangat keras ternyata kapal Kwi Ong itu bertabrakan dengan kapal lainnya.

"Bangsat! Mereka telah menabrak kapalku” seru Kwi Ong dengan suara makian yang kasar dan melupakan keadaan Kiam Ciu.

"Brak ! Brak ! Brug ! Brug!” terdengar suara gaduh dan goncangan hebat tiga kali, kemudian tampaklah dinding kapal itu pecah dan air telaga menyembur kedalam ruang bawah. Semua benda-benda yang berada didalam ruang bawah itu telah terapung dan suasana kacau balau. Mereka yang berada di tempat itu telah terbenam dalam air, cepat sekali air telaga menyembur dan memenuhi ruangan itu, kapal Kwi Ong lelah miring dan dengan cepatnya air telah memenuhi ruangan bawah.

Kiam Ciu juga tidak berdaya, entah bagaimana keadaannya saat itu. Dia telah melupakan dan semuanya hilang lenyap dan dia tidak sadarkan diri. Tahu-tahu dia telah berada di tepi telaga, dimulut sebuah gua.

Kiam Ciu bingung, dia telah berada di bagian yang mana ? Juga tidak terlihat ada orang lain di tempat itu. Hanya terdengar suara burung berkicau jauh sekali, kemudian terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang sangat merdu sekali.

Suaranya sangat lembut dan menyayat hati iramanya.

Dimasuki lorong gua itu, ternyata lantai gua itu terdiri dari pasir putih dan lembut sekali, terus saja Kiam Ciu memasuki gua sampai ke ujung sana dan tampaklah mulut gua yang terang.

Ketika Kiam Ciu sampai depan gua matanya memandang ke suatu pemandangan yang sangat mengagumkan, Seolah-olah suatu pertamanan yang sangat subur dan teratur rapi sekali. Bunga-bunga tertanam dengan sangat terawat. Pohon-pohon yang rata-rata pendek, serta saat itu sedang pada berbunga. Kagum Kiam Ciu memandang semuanya itu.

Sebuah bangunan rumah mungil dan tampak sangat terawat. Kemudian sebuah kolam yang airnya jernih dengan bunga teratai yang sedang berkembang pula. Kiam Ciu perlahan-lahan melangkah memeriksa disekitar tempat itu. Berkali-kali pemuda itu mengucuk matanya saking tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

"Hem, apakah aku telah berada di surga?” pikir Kiam Ciu.

Sementara itu angin berhembus halus kali. Seolah-olah hanya membelainya.

Tercium bau harum sekali serta hawa yang sangat sejuk. Terdengar pula suara merdu irama lagu yang dinyanyikan sangat enak sekali kedengarannya. Merdu dan menyayat hati. Kiam Ciu melangkah dengan ragu-ragu mendekati tempat itu. Dari kejauhan dia telah melihat bayangan sesosok tubuh yang ramping dan indah sekali. Pohon rindang menghalangi sinar surva pagi itu. Dalam keremangan dan keteduhan pohon-pohon yang rindang dan rapat ini tampaklah semuanya itu syahdu. Indah dan mempesonakan hati. Keadaan itu tidak akan pernah berubah kalau tiada tangan manusia yang akan mengusiknya. Juga tidak dihancurkan oleh kekerasan dunia. Indah dan abadi. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar