Warisan Jenderal Gak Hui Jilid 13 (Tamat)

Jilid ke 13 

KIAM CIU ! Kau kira aku tidak mampu menghadapi pedang dan ilmu pedangmu ? Mengapa kau sarungkan pedang pusakamu ?” seru Ciam Gwat dengan sikap menantang. "Tidak perlu banyak mulut, hayo hadapi kematianmu !” seru Kiam Ciu sambil meloncat mengirimkan hantaman kearah dada Ciam Gwat.

Gerak cepat melesat kedepan dengan jurus Pek-jit-hui-sat dan mata memancarkan sinar aneh dan ingin mencengkeram kearah dada lawan.

Perubahan serangan dari hantaman menjadi cengkeraman itu sangat mengejutkan Ciam Gwat. Ternyata hebat juga ilmu Kiam Ciu dalam gerak ilmu Pek-jit-hui-sat itu. Ciam Gwat hampir saja tidak mampu untuk menghindarinya, Karena daya pukau sinar mata aneh yang terpancar dari mata Kiam Ciu kearah Ciam Gwat. Seria kelintingan emas itu sangat mengganggu pemusatan pikiran Ciam Gwat. Ternyata wanita sakti dan cantik itu sama sekali telah dibuat tidak berdaya oleh Kiam Ciu.

Namun untuk membinasakannya Kiam Ciu belum mampu, dengan satu gerakan kesamping saja Kiam Ciu ternyata hanya menerkam tempat kosong dan sempoyongan akan jatuh karena dorongan tenaga sendiri.

Ciam Gwat meloncat mengirimkan tendangan maut kepunggung Kiam Ciu.

Pemuda itu merasakan sambaran angin tendangan dan sempat mengelak sambil melejit dan memutar tubuh.

Keduanya ingin saiing menjatuhkan dan menghindari serangan lawan.

Kelihatannya kini mereka seimbang. Kiam Ciu dengan tangan kosong juga menghadapi serangan Ciam Gwat itu.

Sampai puluhan jurus mereka bertempur, belum ada ketentuannya. Karena Ciam Gwat yang biasanya mengandalkan ilmu Pan-yok-sin-im itu kini ilmu andalannya itu tidak berarti lagi terhadap Kiam Ciu.

Maka kini Ciam Gwat harus mengerahkan Gin-kangnya juga untuk mengimbangi kelincahan Kiam Ciu. Dia harus mengerahkan ilmu-ilmu silat yang dapat untuk melumpuhkan Kiam Ciu.

Dengan memutar tubuh dan meloncat kemudian menghentakkan kaki kanan diatas tanah maka terlihatlah Ciam Gwat menyerang Kiam Ciu.

Dengan mengerahkan ilmu pukulan maut Hwe-sat-pik-tee (api maut membongkar bumi) maka Ciam Gwat menghantamkan kepalan tinjunya kedada Kiam Ciu. "Darr,” terdengar dua tenaga beradu.

Karena Kiam Ciu tidak sempat menghindar, maka satu-satunya jalan hanyalah memapaki serangan tinju maut itu dengan tapak tangannya. Kepalan tinju Ciam Gwat bagaikan melekat pada tapak tangan Kiam Ciu.

Kiam Ciu terdorong sedikit kebelakang dan dengan mencondongkan tubuhnya kedepan maka pemuda itu dapat bertahan.

Sesaat lamanya mereka mengadu sinkang. Kiam Ciu tampak mandi keringat karena mengerahkan Bo-kit-sin-kong untuk mengatasi ilmu Kie-kang Ciam Gwat yang memang sangat lihay itu.

Mereka yang menyaksikan hal itu menahan napas. Lebih-lebih Teng Siok Soat murid Shin Kai Lolo. gadis itu kalau tidak ditahan oleh subonya pastilah telah melesat kegelanggang untuk membantu Kiam Ciu. Karena Siok Soat dengan diam-diam telah menaruh hati kepada pemuda perkasa dan budiman itu. "Siok Soat tenangkan pikiranmu” bisik Shin Kai Lolo ke telinga gadis anginanginan itu.

"Subo” bisik gadis itu dan wajahnya bersemu merah jambu. Sesaat Siok Soat memandang wajah subonya. Tampaklah nenek itu tersenyum dan mengisyaratkan kepada muridnya itu untuk memperhatikan jalannya pertempuran. Mereka yang berada ditempat itu terpesona menyaksikan kehebatan Kiam Ciu. Seolah-olah mereka sedang menyaksikan suatu pertandingan yang menentukan masa depan kalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.

"Haya!” terdengar suara terluncur dari mulut Ciam Gwat.

Tampaklah wanita itu telah terdorong dan Kiam Ciu telah menyiramkan pukulan jarak jauh dengan tapak tangannya kearah Kiam Gwat. Ternyata ilmu pukulan Kai-thian-pik-tee ajaran nenek lembah Si-kok itu dapat mengimbangi ilmu pukulan Ciam Gwat Hwe-sat-pik-tee. Seo!ah-olah kedua ilmu itu ada persamaannya. Hanya ilmu pukulan Hwe-sat-pik-tee terasa lebih ganas dan berhawa panas.

Namun Kai-thian-pik-tee mengutamakan hembusan angin besar dan tenaga sinkang yang besar. Pada intinya kedua ilmu pukulan itu sama-sama mempunyai jurus perkembangannya yang berlainan. Hanya pada intinya yang sama. Hebat keduaduanya. Namun Kiam Ciu ternyata dapat melebihi setingkat lebih tinggi dari ilmu sinkang Ciam Gwat. Karena Kiam Ciu telah memakan biji Leng-yok. Sehingga menambah kehebatan sin-kang maupun lwekang pemuda itu. Tenaga dalam yang luar biasa itu ternyata dapat mengatasi serangan tenaga memukul jantung yang disalurkan dalam mengadu sin-kang lewat kepalan tinju dengan ilmu Hwesat-pik-tee.

Kiam Ciu lelah mengirimkan sekali lagi hantaman mautnya kearah Ciam Gwat yang ternyata merasa agak keripuhan juga. Dia telah meloncat kesana kemari. Sebenarnya bukanlah karena dia menghindari serangan lawannya Tetapi dia mencari kelemahan jurus-jurus permainan ilmu silat Kiam Ciu.

Sampai sepuluh jurus Ciam Gwat bertempur dengan Kiam Ciu. Noda darah dipunggung pemuda itu tadi telah terobek oleh pedang Oey Liong Kiam yang dilancarkan oleh Kwi Ong. Maka kini tampaklah merah membasahi jubahnya dibagian punggung yang terobek memanjang.

Rupa-rupanya karena terlalu banyak darah yang mengalir itu, mata Kiam Ciu menjadi berkunang-kunang. Tubuh Ciam Gwat didepannya itu tampak bergoyang-goyang dan kabur tampaknya. Kiam Ciu merasa kecewa dengan keadaan tubuhnya itu. Tetapi pemuda itu telah bertekad untuk membinasakan musuh besarnya. "Kiam Ciu ! Kiam Ciu ! Kiam Ciu kuatkan ditimu, kerahkan semangatmu musuh besarmu berada dihadapanmu ! Tunaikan tugasmu dengan baik !” terdengarlah bisikan telinganya. Diam-diam Kiam Ciu terheran-heran mendapat bisikan halus ditelinganya itu. Padahal para pendekar berdiri mengelilingi tempat pertarungan itu berjarak cukup jauh. Tetapi ketika diingat-ingat suara itu, dia telah pernah mengenalnya. Dalam kesayup-sayupan daya pikir yang telah kabur dan kepala mulai berputar-putar rasanya Kiam Ciu mendengar bisikan itu lagi.

Tiba-tiba wajah Kiam Ciu yang telah menjadi pucat itu, kini tampak gembira.

Bahkan ketika Ciam Gwat meloncat menyerangnya dia telah mampu untuk memiringkan tubuh dan terhindar dari sasaran lawan.

Ciam Gwat melesat kebelakang Kiam Ciu. Dengan cepat wanita itu telah memutar tubuh dan dengan genggaman kepalan mautnya serta memasang kuda-kuda. Kiam Ciu memutar tubuh pula dan kini telah dapat menguasai diri lagi dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong.

Mereka berdua telah berhadapan dan masing-masing telah pada puncaknya Ciam Gwat sudah tidak sabar lagi. Dia bertekad harus memusnahkan Tong Kiam Ciu. Karena dengan adanya Kiam Ciu selangit dan sebumi dengan dirinya maka selama itu hidupnya tidak akan merasa tenang. Hanyalah dua pilihan, binasa atau membinasakan itulah kesimpulan Ciam Gwat.

Tampaklah sinar mata Ciam Gwat menanar dan menyeramkan roman mukanya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan pasti langkah-langkahnya mendesak Kiam Ciu. Dengan satu jeritan yang menyerupai auman harimau betina, maka melesatlah Ciam Gwat menerkam Kiam Ciu, Tetapi belum sampai tangan wanita itu menyentuh tubuh Kiam Ciu. Tiba-tiba terdengar suatu teriakan dan kelebatan tubuh seseorang didepannya. Ciam Gwat menahap serangannya karena khawatir mencelakai orang yang baru datang.

"Ibu tahan dulu!” terdengar seruan itu dan kelebatan tubuh .yang menghambur diantara Kiam Ciu dengan Ciam Gwat.

"Wus.” terdengar angin berhembus kesamping tubuh Kiam Ciu.

"Cit Sio Wie! Anak durhaka apa yang kau lakukan?” seru Ciam Gwat.

Walaupun suaranya melengking membentak dengan gusar, namun tandatanda bahwa wanita jelita itu menaruh kasih sayang dan selalu memanjakan kepada orang yang baru datang itu. Tiada lain kecuali Cit Sio Wie gadis cantik yang bernasib malang itu.

"Ibu, kau menyingkirlah dari tempat ini” seru Cit Sio Wie: "Anak durhaka! Apa maksudmu? Kau teruskan untuk berhubungan dengan pemuda laknat tak berguna itu?” bentak Ciam Gwat dengan suara serak dan sangat bergusar hati. "Ibu, pergilah! Pergilah dari tempat ini! Ibu aku minta seru Cit Sio Wie sambil memeluk kaki ibunya dan menggoncang-goncangkan.

Tetapi Ciatn Gwat tidak sabar lagi. Darah kemarahan telah bergolak dan menggelegak diseluruh tubuhnya. Pembuluh-pembuluh darahnya telah menjadi hangus dan tegang penuh amarah.

"Minggir anak durhaka !” seru Ciam Gwat dan menggerakkan kakinya maka terlemparlah Cit Sio Wie melesat beberapa tombak kesamping.

Orang-orang yang menyaksikan drama itu merasa bergidik dan bingung.

Karena mereka tidak mengetahui latar belakang kejadian ditempat itu. Begitu tampak kejamnya Ciam Gwat kepada anaknya sendiri yang mereka ketahui bahwa gadis itu adalah yang terkenal dengan nama panggilan Cit Siocia. Gadis cantik jelita yang selalu mengendarai kereta indah dan bertamasya.

Begitu selesai melempar putrinya maka Ciam Gwat lalu memasang kudakuda kan mengerahkan sinkang kemudian bergerak dengan jurus Hwe-sat-piktee dan tampaklah tubuhnya melesat kearah Kiam Ciu.

Namun bersamaan dengan itu pula tampaklah tubuh Cit Sio Wie telah melesat diantara Kiam Ciu dan Ciam Gwat.

"Bukk !” terdengar suara tinju menumbuk dada.

Tampaklah Cit Sio Wie telah terhantam oleh pukulan maut ibunya sendiri.

Dadanya hancur dan tangan wanita jelita itu melesak kedalam dada Cit Sio Wie sebatas pergelangan tangan dan darah menyembur ke baju dan wajah Ciam Gwat karena jantung Cit Sio Wie pecah.

Gadis itu tidak dapat menjerit lagi. Sekali hantam telah hancur dadanya dan langsung menuju kejalan maut. Ciam Gwat tidak dapat mengelakkan pukulannya lagi karena datangnya Cit Sio Wie tidak terduga dan dengan cepat sekali.

Semuanya terlanjur dan diluar perhitungannya Ciam Gwat tampak pucat wajahnya dan menubruk tubuh anaknya.

"Cit Sio Wie . . anakku, mengapa kau nekad anakku ? Untuk apa lagi aku harus hidup ini kalau kau tinggalkan . . . oh, Sio Wie . . . kau telah binasa ditanganku sendiri . . “ Ciam Gwat berbicara sambil memeluki tubuh dan wajah Cit Sio Wie yang telah tidak bernyawa lagi.

Seolah-olah untuk sementara dia telah melupakan permusuhannya dengan Tong Kiam Ciu. Semua pendekar dari kalangan Kang-ouw menyaksikan kejadian itu dengan hati penuh haru. Namun mereka tidak ada yang berbicara turut campur tangan dalam urusan itu. Mereka seolah-olah penonton yang sedang nonton lelakon sandiwara diatas pentas terbuka. Walaupun sebenarnya Tong Bwee merasa kurang pernah menyaksikan kejadian itu. Karena walaupun bagaimana dia pernah mendapat cinta kasih tulus dari Cit Sio Wie yang telah menganggapnya sebagai saudara kandung.

Namun Pek Giok Bwee memegangi tangan putrinya untuk tetap tenang menyaksikan perkembangan selanjutnya.

Tiba-tiba diantara kesunyian dan isak tangis Ciam Gwat itu, terdengar suatu bentakan nyaring dan tegas kearah Ciam Gwat, "Ciam Gwat! Kita masih ada urusan dan perhitungan!” seru Kiam Ciu dengan suara tegas dan lantang. Giam Gwat terkejut dan tersadar dengan keadaannya. Maka dengan sekali loncat dia telah berdiri dan menghadap kearah Kiam Ciu "Tong Kiam Ciu, kau tak perlu melawan aku lagi !” seru wanita itu dengan meloncat memutar tubuh dan menyambar pedang Kim-kong-sai-giok-kiam milik Cit Sio Wie yang terselip dipinggang mayat gadis itu. Begitu memutar tubuh dan tangan kanan tergenggam sebilah pedang milik Cit Sio Wie. Mengkilat dan tajam sekali tampaknya. Kiam Ciu dengan cepat pula telah mencabut pedang Oey Liong Kiam tampaklah sinar menyilaukan dan tajam berkilat-kilat diputar cepat sekali di tangan kanan Kiam Ciu. Pemuda itu bergerak secepat kilat dan secepat gerakan Ciam Gwat. "Crakk! Brukk !” terdengar suara bacokan keras dan terpenggallah kepala Ciam Gwat oleh pedang Oey Liong Kiam. Kemudian tubuh Ciam Gwat terjungkal ke tanah dengan kepala terputus. Darah menyembur dan berakhirlah riwayat iblis wanita yang selalu menghancurkan rumah tangga para pendekar muda yang masih hijau dalam lautan asmara.

Namuu ketika Kiam Ciu meneliti keadaan Ciam Gwat hatinya menjadi malu.

Kareda ternyata Ciam Gwat bukannya mempergunakan pedang Kim-kong-saigiok-kiam untuk menyerang Kiam Ciu, tetapi ternyata Ciam Gwat mempergunakan pedang itu untuk menikam perutnya sendiri. Semuanya berjalan dengan cepat dan tanpa terduga sebelumnya.

Belum lagi Kiam Ciu sempat mengurus jenasah Cit SioWie dan Ciam Gwat, tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita lagi.

"Koko awas!” terdengar teriakan Tong Bwe.

Namun Kiam Ciu yang mendengarkan suara teriakan yang sudah sangat dikenalnya itu. Maka dia bukannya berwaspada tetapi memalingkan wajahnya memandang kearah datangnya suara itu.

Pada saat itu sebuah hantaman telah mengenai lambung Tong Kiam Ciu hingga pemuda itu terpental jatuh, menggelinding di tanah.

Orang yang menyerangnya itu adalah seorang laki-laki bertubuh gemuk pendek tiada lain adalah wakil Kwi Ong. Ialah Ho Beng bekas wakil ketua Ouw Hin Lee yang telah berkhianat karena inginkan kedudukan.

Ho Beng telah menjadi orang Kwi Ong dan telah diangkat sebagai wakilnya.

Maka ketika dia menyaksikan keadaan pemimpinnya telah binasa, tiadalah jalan lain baginya kecuali hanya untuk merebut pedang Oey Liong Kiam.

Begitu telah menghantam roboh Kiam Ciu maka segeralah dia melompat menyambar pedang Oey Liong Kiam.

Namun belum lagi tangannya menjamah hulu pedang pusaka Naga Kuning itu, Kiam Ciu dengan sebuah lompatan panjang dan cepat sekali dalam jurus Kai-thian-pik-tee menerkam lengan kanan Ho Beng yang terjulur akan meraih hulu pedang Oey Liong Kiam.

Namun walaupun tangannya telah tercengkeram kuat oleh tangan Kiam Ciu namun Ho Beng terus nekad akan meraih hulu pedang. Akhirnya sebuah hantaman keras telah bersarang dirahang Ho Beng dan orang itu menggelinding kesamping menghindari hantaman Kiam Ciu selanjutnya.

Ho Beng meloncat berdiri dan dengan sebuah loncatan pendek telah mengirimkan tendangan punggung kaki kanan. Namun Kiam Ciu dapat menangkisnya dengan punggung tapak tangan kanan. Kedua tenaga beradu dan mereka berdua sama-sama surut kebelakang. Kiam Ciu surut selangkah kebelakang, sedangkan Ho Beng terlonjak surut lima langkah dan tampak matanya melotot memandang Kiam Ciu dengan takjub.

Sesaat lamanya Ho Beng berhenti dan mengatur pernafasan dan debaran jantungnya. Karena ketika dia terhempas surut oleh tangkisan Kiam Ciu dia merasakan bagaikan ada suatu tenaga keras dan kuat sekali telah menghempasnya. Kakinya terasa sesemutan dan nafasnya sesak.

Namun semuanya sudah kepalang tanggung. Maka dengan tidak banyak perhitungan lagi Ho Beng telah menyerang Kiam Ciu dengan sebuah hantaman beruntun dan tendangan-tendangan bergantian. Beberapa orang dari suku Biauw yang setia kepadanya telah terjun kedalam gelanggang untuk membantu Ho Beng menyerbu Kiam Ciu.

Menyaksikan kecurangan dikalangan orang-orang suku Biauw itu. Maka Tong Siok Soat, Ji Tong Bwee dan Kun-si Mo-kun telah melibatkan diri dalam pertempuran itu. Kini tampaklah beberapa orang Biauw telah roboh oleh amukan Kun-si Mo-kun dan Kiam Ciu menghadapi Ho Beng.

Yang menjadi perebutan adalah Oey Liong Kiam. Namun Ho Beng tidak pernah dapat menyentuh hulu pedang pusaka itu. Dengan cepat pula Kiam Ciu berusaha untuk menubruk pedang Oey Liong Kiam yang tergeletak di tanah dekat jenazah Ciam Gwat. Ho Beng melompat menerkam punggung Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu berhasil mengi rimkan tendangan kebelakang. Ternyata tendn. ngan yaDg tidak terduga itu dapat mengenai sasarannya dengan tepat.

"Auw !” terjerit Ho Beng dan terlempar kebelakang dua tombak dan jatuh dengan mulut menyeringai dingin gigi meringis menahan sakit.

Tong Kiam Ciu telah berhasil memegang kembali pedang Oey Liong Kiam dan pemuda itu melangkah dengan langkah pasti mendekati Ho Beng dan tangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga Kuning yang menjadi perebutan dikalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.

Langkah pasti Kiam Ciu menghampiri Ho Beng yang memandang Kiam Ciu dengan mata terbeliak dan panik.

Pedang Oey Liong Kiam tampak bersinar-sinar menyilaukan mata. Hawa saat itu sangat dingin karena pada saat itu adalah musim Chiu. Ho Beng memandang kilatan sinar Oey Liong Kiam yang tergenggam ditangan kanan Kiam Ciu.

Dengan hati penuh kepanikan dan meraba-raba lehernya. Ho Beng terbeliak matanya menyaksikan langkah tetap Kiam Ciu.

Ketika jarak antara Kiam Ciu dan Ho Beng kira-kira lima langkah, tiba-tiba Kiam Ciu mengangkat pedangnya. Ho Beng terbeliak matanya. Tetapi apa yang dilakukan oleh Kiam Ciu ternyata diluar dugaan semua orang meraka lega hati.

Ternyata pedang Oey Liong Kiam itu telah diputar kebelakang dan disarungkan.

"MenggelindingIah dari hadapanku, sebelum aku mengambil keputusan lain!”

bentak Kiam Ciu kepada Ho Beng.

Tanpa banyak bicara lagi Ho Beng telah berdiri dan membongkok hormat kepada Kiam Ciu. Kemudian memberikan isyarat kepada orang-orang Biauw untuk menyingkir. Maka suasana sementara itu menjadi tenang kembali.

Beberapa saat kemudian terdengar teriakan seseorang tiada jauh dari tempat pertempuran. "Auwww!” terdengar suara teriakan kepanikan dan mengerikan.

Kiam Ciu dan beberapa tokoh persilatan yang berada ditempat itu dengan cepat meloncat menuju ketempat dimana suara teriakan itu berasal.

Ketika mereka tiba dibawah sebatang pohon ternyata tampaklah Ho Beng telah tergantung dengan kaki diatas kepala dibawah.

Namun orang yang berkepala dua itu lelah binasa. Beberapa anak panah telah menembusi punggungnya dan darah kehitam-hitaman tampak meleleh dari mulut, telinga, hidung dan mata Ho Beng.

Kiam Ciu mengambil pedang Oey Liong Kiam, dengan satu gerakan meloncat dan membabat tali yang menjerat kaki Ho Beng. Sekali tabas tali itu putus dan dengan gerakan yang sangat indah Kiam Ciu telah memondong tubuh Ho Beng.

Setelah kembali kaki Kiam Ciu menginjak tanah dengan gerakan sangat indah dan lunak sekali. Maka tubuh Ho Beng lalu diletakkan diatas tanah berumput.

Tubuh Ho Beng telah berubah berwarna hitam bagaikan terbakar.

"Oh, panah beracun orang-orang Ouw-ki-pang". terdengar seruan sikakek raja setan Kun-si Mo-kun. Benar juga tiada lama kemudian tampaklah serombongan orang-orang yang menyandang busur dan dipunggungnya dengan menggendong setabung penuh anak panah dengan bulu angsa bitara. Dibagian depan berjalan seorang laki-laki berjambang bauk tetapi wajahnya tampak arif dan tenang sorot matanya. Orang itu tiada lain adalah Ouw Hin Lee ketua partai silat Ouw-ki-pang.

"Omitohud! Rupa-rupanya Ouw Hin Lee pangcu dari Ouw-ki-pang yang telah menghukum Ho Beng.. !” terdengar seruan Shin Kai Lolo sambil menghadap kearah Ouw Hin Lee. "Ya, memang aku yang menghukumnya itulah ganjarannya orang yang berkhianat. Apakah urusan kita sudah selesai ?” pangcu Ouw-ki-pang itu bertanya dan menahan langkah kakinya dihadapan Shin Kai Lolo.

"Berkat bantuan semua orang gagah, hari ini persoalan Rimba persilatan dibagian pertengahan ini telah selesai. Pedang Oey Liong Kiam telah dapat direbut kembali oleh yang berhak. Giok-ciang-cui-kiam si orang she-Tong yang gagah perkasa!” jawab Shin kai Lolo.

Tampaklah Shin Kai Lolo sangat gembira saat itu. Karena dia telah merasa puas menyaksikan bahwa orang yang paling dibenci dan menyebabkan dia menderita hingga menjadi seperti sekarang ini karena Ciam Gwat. Tetapi disamping rasa puasnya itu dia merasa terharu pula karena pada saat itu bekas suaminya yang malang ialah Kim-leng-ji-su telah meninggal dalam keadaan mengenaskan dan menderita sampai akhir hayatnya.

Menderita kemenyesalan dan patah hati karena perbuatannya yang semula hanya terburu nafsu disebabkan godaan dan rayuan Ciam Gwat yang memang sangat cantik jelita. "Ting ting ting tingg !” terdengar bunyi kelintingan dan tersadarlah Shin Kai Lolo ketika mendengarkan bunyi kelintingan mas (Kim-leng) yang digerakgerakan oleh Kiam Ciu.

Nenek itu memandang kearah Tong Kiam Ciu. Ketika pandangan mata nenek dan Kiam Ciu saling bertemu maka nenek itu menyeringai. Begitu pula Kiam Ciu maklum dengan seringai nenek itu.

Orang-orang Ouw-ki-pang telah mengambil jenazah Ho Beng dan dirawatnya dengan baik-baik. Walaupun dia pada masa hidupnya adalah seorang pengkhianat, namun orang yang sudah mati tidaklah pantas kalau didiamkan terlantar. Begitu juga jenazah-jenazah yang berada ditempat bekas pertempuran itu telah mendapat perawatan secukupnya.

Kiam Ciu berlutut didekat jenazah Cit Sio Wie sampai beberapa saat lamanya pendekar muda yang berjiwa luhur dan gagah perkasa itu berlutut serta merenungi keadaan Cit Sio Wie.

Hati Kiam Ciu sangat mengenas dan pedih sekali menyaksikan keadaan orang yang pernah banyak memberikan pertolongan serta pernah mencurahkan kasih sayang kepadanya itu kini ternyata telah meninggal dan semua kecantikan dan ilmunya telah lenyap kalau manusia telah mengalami kematian itu.

Didekat Kiam Ciu tampak sebuah bayangan dan angin sejuk berhembus serta terciumlah bau harum yang sangat halus dan nyamnan sekali.

"Koko..” terdengar bisik seorang gadis didekat telinga kanan Kiam Ciu. Hati pemuda itu tercekat dan berdebar keras jantungnya.

Ketika Kiam Ciu memutar wajahnya dan dipandanginya ujung sepatu orang yang berdiri didekatnya, merayaplah pandangannya itu sedikit demi sedikit keatas. Tampaklah gadis jelita tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Kiam Ciu. "Ciu Koko, janganlah kau hanyutkan terlalu dalam kepedihan hatimu karena kematiannya” bisik gadis itu yang tiada lain adalah Ji Tong Bwee. Suara gadis itu sangat merdu dan meresap sekali dihati Kiam Ciu.

Maka dengan perlahan-lahan Kiam Ciu telah berdiri dan disambutnya uluran tangan Ji Tong Bwee. Kemudian keduanya saling berpandangan dan dari sudut mata gadis jelita itu telah meleleh air-mata dan tidak tahan lagi tubuhnya telah menubruk jatuh kepelukan Kiam Ciu.

"Bwee moay.. .” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Kiam Ciu, selanjutnya tangan pemuda itu telah mengelus rambut Ji Tong Bwee dengan kemesraan. Ketika itu tampak pula Shin-ciu-sam-kiat ialah Ji Han Su, Pek Giok Bwee dan Siauw Liang. Maka Kiam Ciu lalu melepaskan pelukannya dan menjura dihadapan ketiga oraug tuanya itu. Ketiga orang pengasuhnya itu dengan rasa hormat dan terharu. Semua yang berada ditempat itu merasa terharu pula menyaksikan pertemuan mereka. Angin semilir berhembus dan beberapa ekor burung hong jantan telah terbang melintasi, sekali kulumnya yang panjang menjurai bagai kan selendang sutera dewata.

"Kapan kita diundang untuk meresmikan perjodohan Giok-ciang-cui-kiam dengan Ji Tong Bwee?” berseru Shin Kai Lolo sambil tertawa dan nenek itulah yang mulai menggembor-gemborkan Kiam Ciu dengan gelarnya sebagai Giokciang-cu-kiam.

Mendengar perkataan Shin Kai Lolo itu maka tampaklah Tong Bwee sangat malu dan wajahnya tampak merah sampai keteiinga.

Walaupun sebenarnya hati kedua muda-mudi itu merasa senang. Namun mereka merasa malu. Tahu-tahu Teng Siok Soat telah melesat pergi dari tempat itu. Shin Kai Lolo memaklumi sikap murid tunggalnya itu. Maka segeralah nenek itu menjura dihadapan Shin-ciu-sam-kiat untuk minta diri.

"Maafkan kelakuan muridku yang tidak sopan itu. Aku menunggu undangannya dan kini ijinkanlah aku orang tua untuk menyusul muridku” berkata nenek itu sambil membongkok hormat.

Tampaklah Ji Han Su tersenyum dan mengangkat tangan kanannya.

Sikapnya begitu agung dan sopan. Setelah memberikan hormat kepada nenek itu maka berkatalah Ji Han Su.

"Baiklah dan terima kasih atas bantuan Shin Kai Lolo cianpwee yang telah banyak diberikan kepada anakku Kiam Ciu, hingga dia dapat berhasil tugasnya !” jawab Ji Han Su dengan kata-kata sopan dan sikap sangat menghormat.

Setelah Ji Han Su mengutarakan maksudnya untuk membicarakan dulu tentang perjodohan Kiam Ciu dan Ji Tong Bwee maka sambil menunggu kepastian dan hari baik, mereka diundang untuk berkunjung ketelaga Cui-ouw bertamasya dan bergembira.

Ternyata Shin-ciu-sam-kiat adalah tokoh yang dihormati dikalangan Kangouw. Apalagi dengan munculnya Kiam Ciu dikalangan Kang-ouw yang ternyata pemuda itu bukan saja berilmu lihay, tetapi berhati arif dan bijaksana serta budiman. Maka undangan untuk mengunjungi tempat tinggal Shin-ciu-sam-kiat itu diterima oleh segenap orang gagah yang berada ditempat itu.

Juga termasuk si pendekar wanita berpakaian serba hijau atau Ceng-hi Sioli.

Angin sejuk berhembus dengan halus. Terasalah hawa yang sangat nyaman dan sangat berkesan. Pada saat itu semua orang gagah telah pada pergi menuju ke telaga Cui-ouw. Ji Tong Bwee tersenyum menyaksikan keindahan alam dihadapannya itu.

Hatinya terasa tenteram karena kekasihnya kini telah berada disampingnya.

Maka gadis jelita itu menempelkan bahunya kebahu Kiam Ciu. Masa depan mereka berada diujung senja itu. Air telaga bening dan bayangan langit merah jingga, angin berhembus halus dan sejuk. Tenteramlah hati mereka penuh bahagia. 
TAMAT 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar