Warisan Jenderal Gak Hui Jilid 12

Jilid ke 12

SIAPA pula ini yang berbuat?” pikir Tong Kiam Ciu seraya memeriksa keadaan didalam gedung mungil itu.

Ketika dia memeriksa didalam rumah itu ternyata tidak diketemukan barang yang dicari, maka segeralah dia keluar. Keadaan didalam gedung yang berserakan itu dibiarkannya seperti apa adanya. Diluar masih tampak setumpuk debu bekas kertas terbakar. Namun Tong Kiam Ciu tidak dapat menduga bahwa debu yang bertumpuk dan telah mulai bertebaran ditiup angin itu adalah debu kitab Pek-seng-ki-su. Hanya satu yang diduganya, bahwa kitab pusaka itu pastilah jatuh ketangan Kwi Ong. Kalau benar kitab pusaka Pek-seng ki-su jatuh ketangan Kwi Ong. Maka alamat bahwa dunia persilatan akan kiamat. Orang yang berjiwa keji itu akan merajalela dikalangan Kang-ouw dan akan berbuat sewenang-wenang serta menginjak-injak perikemanusiaan.

"Semuanya telah menjadi ber larut-larut dan ruwet. Aku harus cepat-cepat menyelesaikan tugasku!” pikir Tong Kiam Ciu.

Kiam Ciu meninggalkan gedung mungil itu dan kesamping taman menghampiri makam Gan siocia. Sejenak Tong Kiam Ciu berdoa di makam gadis malang itu. Dipandangnya makam yang membisu itu, kemudian dengan tekad bulat dia berjanji akan membasmi segala kejahatan.

Dengan langkah pasti ditinggalkannya tempat itu. Kepergian Tong Kiam Ciu tidak diiringkan oleh lambaian tangan. Tetapi angin kencang berhembus dan debu bekas kitab Pek-seng-ki-su berhamburan seolah-olah mengiringkan kepergiannya. Begitu pula kembang-kembang yang terdapat dipertamanan itu berhamburan seolah-olah taburan kembang dan sedaun pohon liu tertiup angin seolah-olah seruan penghuni kota Pek-seng itu mengiringi kepergian Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu telah berjanji dengan nenek di lembah Si-kok. Dia harus datang kelembah itu untuk mempelajari jurus-jurus pokok ilmu sakti yang dimiliki oleh nenek itu. Dia telah berjanji bahwa dalam waktu setahun dia akan datang kembali kedalam lembah itu dan akan menemui nenek itu. Saat itu kurang dari setahun dengan pertemuannya yang pertama ketika dia menyaksikan nenek itu membinasakan ular-ular berbisa dan menundukannya dengan mudah. Begitu pula dia telah mencari dua kitab sakti yang katanya tersimpan di bawah patung dilembah Si-kok itu. Namun patung telah dibongkar dan selama tiga-hari tiga malam dia mencari kitab yang tersimpan itu namun tidak diketemukannya. Akhirnya nenek itu menjanjikan untuk mengajarkan ilmu sakti itu dalam waktu setahun lagi. Kini Tong Kiam Ciu akan menagih janji nenek itu. Karena untuk memburu kitab sakti Pek-seng-ki-su telah mengalami kegagalan. Lagi pula dia merasa khawatir akan datangnya bencana yang mengancam seluruh umat manusia kalau sampai kitab Pek-seng-ki-su itu benar-benar jatuh ketangan Kwi Ong yang berjiwa kejam. Maka Tong Kiam Ciu telah bersumpah untuk memperdalam ilmunya guna mengatasi Kwi Ong atau orang-orang yang berjiwa keji dan jahat. Setelah berjalan beberapa hari lamanya dan jauh dia meninggalkan kota Pek-seng serta menyeberangi telaga Ang-tok-ouw kemudian sampailah dia di sebuah padang pasir dan pegunungan yang tinggi puncaknya. Akhirnya sampailah Tong Kiam Ciu dilembah Si-kok yang banyak dihuni oleh ular-ular berbisa. Ular-ular ganas dan berbisa keras. Siapapun yang tiba dilembah itu pasti diserangnya dan kerangka manusia banyak berserakan ditempat itu. Juga kerangka-kerangka binatang. Maka lembah itu dinamakan lembah Si-kok atau Lembah Maut. Tetapi berlainan dengan kedatangan Tong Kiam Ciu yang pertama, saat itu dia tidak mendapat serangan dari ular penghuni lembah itu mungkin karena pengaruh akar Lok-bwee-kim-keng yang berhawa wangi.

Walaupun tiada sambutan dari ular-ular penghuni lembah itu, namun Tong Kiam Ciu berhati-hati juga menghampiri pintu gua yang mengaga dan disana sini berserakan tengkorak manusia.

Tampaklah beberapa ekor ular penghuni gua itu meluncur cepat-cepat memasuki kedalam lubang didinding gua. Seolah-olah ketakutan. Namun Tong Kiam Ciu tidak merasa heran akan keadaan itu. Karena binatang-binatang itu hanya berge rak instingnya. Pengalamannya yang lalu, kc tika untuk pertama kali Tong Kiara Ciu me masuki lembah itu. Ular-ular itu telah menyerangnya, tetapi akibatnya bagi mereka itu luar biasa! Bukan saja Tong Kiam Ciu tidak mengalami bencana, tetapi beberapa ekor ular telah binasa karenanya mereka menjadi jera setelah tercium bau Lok-bwee-kim-keng maka mereka cepat-cepat merat dan sembunyi. Tong Kiam Ciu masih juga berjaga-jaga kalau-kalau sampat terjadi penyerangan yang datangnya dengan mendadak. Namun sampai sekian jauhnya dia masuk di dalam gua itu ternyata tidak ada serangan salah seekor ularpun. Tetapi tiada antara lama tampaklah batu-batu kerikil berjatuhan dari tebing lembah Si-kok. Tong Kiam Ciu menunggu didalam gua itu. Dia telah menduga, pastilah si nenek aneh itu yang telah menuruni tebing lembah Si-kok dan akan meninjau kedalam gua. Pastilah beberapa ekor ular yang memberikan laporan atau setidak-tidaknya nenek itu mempunyai suatu ilmu yang hebat untuk membeda-bedakan bau dan telah terlatih panca indranya.

"Hee hee hee kau lagi yang datang !” seru nenek itu sambil tertawa-tawa mendekati Tong Kia m Ciu.

"Terimalah salam dan hormatku !” seru Tong Kiam Ciu sambil membongkok hormat. "Hee hee hee kami dikalangan ular dilembah Si-kok sudah tidak ada lagi tata cara seperti manusia beradab. Tetapi aku senang juga mempelajari tata cara peradaban itu hee hee hee !” sahut nenek itu sambil membongkok-bongkok pula menghampiri Kiam Ciu. "Ya aku tahu, nenek gemar belajar tata cara peradaban !” sambung Tong Kiam Ciu. "Hee hee hee kau datang untuk apa anak muda ?” tanya nenek itu.

"Aku telah berjanji untuk datang kelembah Si-kok ini dalam waktu satu tahun.

Nah, kini aku datang dan ingin mempelajari ilmu-ilmu yang Locianpwee janjikan dulu.” jawab Tong Kiam Ciu.

"Ooh, sebenarnya kau ini dengan maksud apa ingin mempelajari ilmu sakti dariku ?” tanya nenek lembah Si-kok.

"Untuk menegakkan keadilan dan membinasakan kemungkaran!” jawab Tong Liam Ciu. "Oh.. . apakah kau sanggup berbuat begito?” tanya nenek tua dan masih tampik ragu-ragu. "Mengapa?” sahut Tong Kiam Ciu bertanya dan heran.

"Menurut perhitungan manusia beradab, katanya selama masih ada kehidupan maka jahat dan baik itu pasti ada. Seperti juga adanya siang dan malam, gelap dan terang hee-hee-hee itu kata mereka” jawab nenek itu tertawa tawar. "Benar juga Locianpwee, namun satu alasan yang sebenarnya ialah aku ingin membinasakan seorang tokoh tua yang maha sakti. Musuh besarku itu adalah seorang yang telah menghancurkan dan menumpas segenap saudarasaudaraku dan membunuh mati kedua orang tuaku” itu diucapkan oleh Tong Kiam Ciu dengan hati sedih.

"Siapa orangnya yang kau maksudkan?” tanya nenek tua.

"Dia adalah Ciam Gwat!” seru Tong Kiam Ciu.

"Oh, dia pula?!"seru nenek itu dengan mata terbeliak.

Maka Kiam Ciu sedikit mengisahkan tentang keadaan keluarganya. Dengan hati terharu dan sedih mendengar cerita Kiam Ciu, maka nenek lembah Si-kok itu kemudaan menyanggupi untuk menurunkan ilmu kepada Tong Kiam Ciu.

"Baiklah akan kuajarkan padamu dan ilmu silat ialah Pek-jit-hui-sat (Sinar matahari menyorot maut) dan Kai-thian-pik-tee (membuka langit membongkar bumi)” kata-kata nenek itu diucapkan dengan sorot mata tajam memandang Kiam Ciu. "Terima-kasih locianpwee!” seru Kiam Ciu sambil membongkok hormat dan menundukkan kepala. "Sebelum kau memulai dengan ajaran kedua ilmu itu, maka lebih dahulu makanlah biji Leng Yok. Biji ini khasiatnya untuk kekebalan terhadap segala macam pukulan maut!” seru nenek itu seraya menyerahkan biji Leng Yok kepada Kiam Ciu. Suasana kembali sepi, hanya kesiuran angin yang bertiup dari lembah Sikok menghembus dalam goa. Kiam Ciu memakan biji Leng Yok seperti petunjuk nenek itu. Beberapa saat kemudian barulah nenek itu memulai memberikan petunjukpetunjuk untuk memulai pelajaran ilmu silat Pek-jit-hui-sat atau Sinar matahari menyorot maut. Jurus permainan silat yang diajarkan nenek itu memang sangat aneh tetapi mempunyai dasar-dasar langkah maupun gerakan-gerakan yang kuat. Semua gerakan-gerakan berdasarkan keseimbangan tubuh dan pernapasan.

Tampaknya sangat lamban, tetapi pasti dan kuat.

Begitulah Kiam Ciu yang terotak tajam dan cerdas itu dapat memahami serta menghapal semua gerakan pokoknya. Dengan tekun Kiam Ciu memperdalam ilmu Pek-jit-hui-sat itu. Tanpa lelah-lelahnya dia terus berlatuh. Istirahat hanya untuk makan dan minum sebentar, kemudian memulai berlatih lagi Nenek itu memang dengan bersungguh-sungguh mengawasi latihan Kiam Ciu. Semua keperluan makan dan minum telah disediakannya.

Dalam beberapa hari saja Tong Kiam Ciu telah dapat memahami rahasia ilmu yang diajarkan olah nenek itu.

"Bagui. bagus, dan sekarang kau akan kuajarkan ilmu Kai-thian-pik-tee. Nah, perhatikanlah baik-baik". Selesai dengan kata-katanya itu tampaklah nenek itu mulai berloncatan. Tong Kiam Ciu memperhatikan semua jurus-jurus yang dimainkan oleh nenek itu. Perhatian Kiam Ciu sangat besar sekali terhadap ilmu ajaran nenek itu. Maka dalam beberapa kejap saja dia telah dapat menghapal semua langkahlangkah dan gerakan Kai-thian-pik-tee.

Seperti juga ketika memperdalam ilmu Pek-jit-hui-sat maka kini Tong Kiam Ciu juga dengan penuh semangat telah memperdalam segala langkah maupun gerakan Kai-thian-pik-tee dengan tekun sekali.

Dalam waktu beberapa hari saja Kiam Ciu telah dapat memperdalam kedua ilmu itu. Hal ttu menjadikan nenek yang mengajarkan ilmunya itu menjadi sangat bergembira dan mengagumi kesanggupan serta kecerdasan Tong Kiam Ciu.

Kini Tong Kiam Ciu telah dapat memperdalam kedua ilmu itu. Bahkan telah dicoba oleh nenek yang baik hati itu. Ternyata ilmu Pek-jit-hui-sat dan Kai-thianpik-tee dapat dipahami, diperdalam perkembangannya oleh Kiam Ciu.

"Bagus !” seru nenek itu memuji.

"Terima kasih atas pujian Locianpwee” seru Kiam Ciu.

Tong Kiam Ciu masih terus memanggil nenek itu dengan sebutan Locianpwee, karena nenek itu tidak mau menyebut namanya serta tidak mau disebut sebagai suhu oleh Kiam Ciu.

"Kau telah dapat memahami dengan sempurna ilmu itu! Tinggalah kini kau memperdalam cara latihan-latihan yang tekun!” seru nenek itu seraya mengamati Kiam Ciu. Adapun Kiam Ciu hanya menundukkan kepala memandangi lantai goa yang berbatu-batu itu. "Apakah aku telah diizinkan untuk keluar dari lembah Si-kok ?” kata Kiam Ciu sangat sopan kepada nenek itu.

"Ya, akupun tidak akan menahanmu lebih lama ditempat ini!” jawab nenek itu dengan nada seenaknya.

"Terimakasih atas kebaikan . . . . “ belum selesai kata-kata itu diucapkan oleh Tong Kiam Ciu, Nenek yang aneh dari lembah Si-kok itu telah lenyap. Tong Kiam Ciu mengarahkan pandangan matanya kesegenap sudut di daiam gua itu tetapi ttdak dapat menemukan nenek itu.

"Hem, nenek yang aneh tetapi baik hati” pikir Tong Kiam Ciu.

Tong Kiam Ciu tidak dapat lebih lama lagi berada di dalam gua itu. Dia harus cepat-cepat untuk menunaikan tugas mencari Ciam Gwat kemudian mencari kitab Pek-seng-ki-su. Dengan rasa puas dan gembira Tong Kiam Ciu telah meninggalkan gua di lembab Si-kok itu. Selama Tong Kiam Ciu berada di gua itu tiada seekor ularpun yaug berani mendekati ataupun tampak berkeliaran ditempat sekitar gua.

Padahal dilembah Si-kok itu terkenal dengan ribuan ular berbisa.

Ketika itu udara masih sangat dingin walaupun matahari telah tampak tinggi.

Kiam Ciu berjalan setengah berlari di lembah Si-kok. Matanya sekali-sekali mengawasi ke langit memandang kearah awan yang sedang bergolak di langit biru. Seolah-olah awan-awan itu sedang saling memburu dan bergurau. Tiba-tiba kembali dia teringat akan masa kanak-kakaknya dulu di telaga bermain-main dengan adiknya yang jelita. Tong Kiam Ciu terbayang saat berlatih ilmu dan berkejaran di atas air telaga dengan Ji Tong Bwee saat itu. Mereka sedang melatih ilmu Cian-li-piauw-biauw (melayang diangkasa seribu li). Karena mengenangkan ke masa-masa lampau itu maka kini kembalilah kerinduannya akan diri Ji Tong Bwee sangat menjadi-jadi. Bahkan dia merasa khawatir janganjangan Ji Tong Bwee mendapat bencana ketika terjadi angin topan di telaga Angtok-ouw dulu.

Juga tentang kabar berita ketiga Shin-ciu-sam-kiat sampai sekian lamanya dia tidak mendengarkannya. Banyak persoalan kini yang harus dihadapinya.

Tong Kiam Ciu merasa banyak bersalah dan hampir saja terjerumus dan memadamkan semangatnya untuk menuntut balas sakit hati keluarganya.

Dengan mengembangkan ilmu Cian-li-piau-hong Tong Kiam Ciu telah meninggalkan lembah Si-kok. Kemudian meloncat keatas tebing serta berlarilari di pegunungan. Tujuan utama ialah desa Cit Wi.

Beberapa saat kemudian ketika Tong Kiam Ciu istirahat dibawah sebatang pohon, tiba-tiba telinganya mendengar ada seseorang yang telah mendatanginya. Tong Kiam Ciu telah berdiri dan siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Tetapi sosok tubuh yang berke!ebat itu terdengar tertawa dan memanggil nama Tong Kiam Ciu. Suaranya tidak asing lagi bagi pemuda itu, ialah suara murid tunggal Shin Kai Lolo.

"Tong Siauwhiap! Lama aku mencarimu dan kemana-mana tetapi baru sekarang aku dapat bertemu !” seru Teng Siok Siat sambil tertawa.

"Teng heng!” seru Kiam Ciu sambil tersenyum.

"Idih Ciu Ko, mengapa kau nemanggilku begitu ? Bukankah kau telah mengetahui kalau aku ini seorang gadis .?” seru Teng Siok Siat sambil cemberut.

"Oh, maaf kukira kau masih sebagai laki-laki” Kiam Ciu menggoda dan tertawa geli. "Biar kutinggalkan dan ada suatu berita penting yang seharusnya kau penting sekali untuk mendengarnya, tetapi aku tidak jadi mengabarkannya dan akan segera pergi!” terdengar gadis itu berseru dan suaranya manja sekali.

Tampaklah dia akan segera meninggalkan Tong Kiam Ciu. Pemuda itu jadi merasa khawatir juga, karena Teng Siok Siat itu mempunyai sifat aneh seperti suhunya Maka segeralah Tong Kiam Ciu mengejar dan melarangnya.

"Maaf Siat siocia! Maafkan aku dan jangan kau pergi dulu!” seru Tong Kiam Ciu seraya meloncat menghampiri gadis itu.

"Ai aku tidak sudi".!” seru Teng Siok Siat seraya akan meneruskan langkahnya.

Tong Kiam Ciu menahannya dengan memegang lengan kanan gadis itu ditahannya dan Teng Siok Siat pura-pura ingin melepaskan lengannya. Tetapi Tong Kiam Ciu membujuknya.

"Maafkan kelancanganku adik Siat kalau memang kau sudi memberikan kabar penting itu padaku, aku akan menganggap dirimi sebagai adikku sejati !”

seru Tong Kiam Ciu sambil tertawa dan membujuk.

"Semua orang sedang bingung, tetapi kau bersenang-senang dengan Cit siocia! Dimana dia sekarang berada?” tegur Siok Siat sambil melepaskan tangannya dan cemberut. "Yang jelas tidak bersamaku sekarang!” jawab Tong Kiam Ciu.

"Apakah Tong Siauwhiap tahu bahwa dunia Kang Ouw sedang terancam ?”

tanya Tong Siok Siat. "Ya, aku tahu karena kiiab Pek-seng-ki-su dan pedang Oey Liong Kiam telah jatuh ketangan Kwi Ong!” jawab Tong Kiam Ciu.

"Bukan-bukan, karena itu saja, Ketahuilah bahwa kitab Pek-seng-ki-su telah musnah terbakar !” seru Teng Siok Siat menjelaskan.

"Hah? kitab Pek-seng-ki-su telah terbakar, Dari mana kau tahu?” Tong Kiam Ciu tampak heran akan keterangan Stok Siat itu.

"Dari Kiat Koan yang mengikuti Kwi Ong kekota Pek-seng. Tempat itu tadi telah menemukan sebuah gedung mungil yang sangat indah. Saat itu ada seorang gadis cantik yang sedang membaca buku, ketika Kwi Ong dan Kiat Koan tiba di gedung itu, gadis itu tertawa terbahak-bahak dan katanya kitab Pekseng-ki-su telah dimusnahkan. Maka gadis itu lalu dibunuhnya! Gedung itu diperiksa oleh Kwi Ong dan Kiat Koan tetapi tidak diketemukan apa-apa.” Siok Siat berceritera tentang Pek-seng-ki-su dan gadis cucu Gan Hua Liong.

"Lalu siapakah yang membunuh gadis itu?” tanya Kiam Ciu.

"Menurut keierangan Kiat Koan, yang membunuh gadis tidak dikenal itu ialah Kwi Ong. Dengan sekali hantam tanpa jeritan lagi gadis itu telah jatuh terjungkal dan mati!” seru Siok Siat dengan wajah yang menggambar kan rasa kengerian.

"Kejam dan biadab benar orang itu” sambung Tong Kiam Ciu.

"Menurut keterangan Kiat Koan, Tong Siauwhiap juga telah dibunuh oleh Kwi Ong serta pedang Oey Liong Kiam telah jatuh lagi ketangan iblis itu. Itulah yang menyebabkan gegernya dunia Kang-Ouw! "seru Siok Siat.

"Aku tahu! Aku tahu semuanya itu! "seru Tong Kiam Ciu dengan suara bergetar karena menahan kemarahan yang meluap.

"Kwi Ong telah menantang semua jago-jago di bagian tengah ini. Dia mengatakan kepada Kiat Koan bahwa hari ini dia akan datang serta akan menyapu bersih semua jago-jago silat dari daerah kita ini Sebenarnya semua tokoh persilatan telah menaruh kepercayaan padamu untuk mewakili mereka semua. Selain kau adalah seorang yang berilmu tinggi, tetapi kau adalah pemuda yang memiliki kecerdasan, kecerdikan mereka yakin dengan kecerdikan dan kelihayanmu, Kwi Ong pisti dapat dibasmi !” seru Siok Siat mengharapkan.

Ketika Teng Siok Siat mendengar bahwa Tong Kiam Ciu telah dapat bencana dan dibinasakan oleh Kwi Ong. Maka gadis itu lalu pergi untuk mengusut kebenaran berita kematian Tong Kiam Ciu itu. Hatinya menjadi lega ketika dia sampai di suatu penginapan dekat dengan telaga Ang-tok-ouw yang mengatakan, bahwa Tong Kiam Ciu masih hidup dan kini dirawat oleh seorang wanita yang sangat jelita berkendaraan kereta indah.

Yakinlah Siok Siat bahwa wanita yang menolong Tong Kiam Ciu itu adalah Cit siocia. Namun murid Shin Kai Lolo itu ketika sampai didesa Cit Wi telah terlambat. Dia telah menyaksikan Cit Cai Hui yang sedang menguburkan mayat Pek Nio dan mayat Sio Cin.

Hatinya cemas ketika menyaksikan hal itu. Dengan diam-diam Siok Soat mencari jejak Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie. Menjejaki perjalanan mereka berdua ternyata sangat sulit. Sok Siat menjadi bingung dan hampir saja berputus asa.

Pertemuannya dengan Tong Kiam Ciu tiada jauh dari lembah Si-kok itu hanyalah secara kebetulan saja. "Jadi aku sengaja mencari Tong Siauwhiap atas kehendak hatiku sendiri”

sambung Teng Sok Siat sambil menundukkan kepala memandangi ujung sepatunya. "Hem, kau jangan pergi terlalu jauh seorang diri. Apakah suhumu dan---dan dia.. . tidak cemas?” Tong Kiam Ciu menggoda.

"Bah! Apa yang kau bicarakan itu? damprat Siok Siat cemberut.

"Jangan marah!” seru Tong Kiam Ciu tersenyum.

"Ha ha ha hah! Ternyata tidak terlalu sukar mencari-carimu Tong Kiam Ciu keparat!” terdengar suara kasar dengan tiba-tiba.

"Kwi Ong! Jangan kau menepuk dada dan bangga karena kau telah dapat menguasai Oey Li ong Kiam!” seru Tong Kiam Ciu.

"Ha ha ha bocah iblis kau masih hidup juga? Hayo terimalah kematianmu!”

bentak Kwi Ong dan langsung menyerang Kiam Ciu.

Laki-laki yang berwatak kejam itu telah menyerang Tong Kiam Ciu dengan sebuah hantaman yang bertenaga hebat. Namun Kiam Ciu dengan cepat dapat meloncat menghindari serangan itu.

Sambil melambung menghindari serangan lawan kemudian mengirimkan serangan tendangan. Gerakan itu adalah ilmu Liong Hong Hun Hai, cepat dan hebat sekali akibatnya. Kwi Ong merasa kagum dan terhadap kegesitan Kiam Ciu saat itu. "Hebat sekali! Pantas kau berlagak dihadapanku, ternyata kau telah dapat menyempurnakan ilmumu anak muda!” seru Kwi Ong sambil tertawa.

"Tidak usah banyak bicara, ayo serahkan Oey Liong Kiam padaku sebelum terlanjur kau binasa dan tidak bermakam” seru Tong Kiam Ciu.

"Ha ha ha baru segitu sudah besar kepala kau!” bentak Kwi Ong.

Selesai dengan kata-katanya itu. segeralah dia meloncat menerkam bahu Tong Kiam Ciu. Cakaran garuda maut itu sangat hebat. Namun Kiam Ciu waspada.

cepat-cepat dia meloncat menghindari terkaman beracun yang dilancarkan oleh Kwi Ong. Beberapa langkah Tong Kiam Ciu berloncatan menghindari serangan itu.

Tampaklah dia berloncatan dan serangan Kwi Ong bagaikan angin dan topan mendebur air laut hingga berdebur bagaikan gelombang dan badai mengamuk.

Namun Tong Kiam Ciu tetap angkuh bagaikan batu karang yang tetap megah walaupun badai dan gelombang menghempaskannya.

Gerakan lincah dan mengutamakan kelincahan serta ilmu meringankan tubuh dalam menghadapi serangan cakaran-cakaran garuda maut Kwi Ong itu.

Tampaklah pertempuran itu berjalan dengan cepat sekali. Tahu-tahu mereka telah bertempur sampai beberapa jurus tanpa ada salah seorang yang dapat dilukai atau disinggung kulitnya.

Keduanya sama-sama mempunyai keistimewaan. Kwi Ong bertambah gusar ketika menerima kenyataan bahwa tiap serangannya selalu dapat dielakan oleh Tong Kiam Ciu. Diam-diam dia merasa kagum juga akan kehebatan dan kelincahan Tong Kiam Ciu.

Ketika menurut perhitungan Kwi Ong bahwa dia telah dapat menerobos pertahanan Kiam Ciu maka dengan gerungan keras yang mengejutkan Kwi Ong telah meloncat menerkam Kiam Ciu dengan kesepuluh jari jemarinya yang berkuku tajam serta beracun.

Namun Kiam Ciu dengan memutar tubuh telah meloncat ke udara. Kakinya terangkat bertepatan dengan meluncur lalu mengirimkan hantaman Ciu sianglok-hua kearah Kwi Ong.

Serangan yang tidak terduga datangnya itu hampir saja dapat mendampar wajah Kwi Ong. Karena sama sekali tidak terduga bahwa lawannya yang didesak itu dapat menghindar sambil mengirimkan serangan. Kwi Ong merasa gugup menghindari hantaman yang membadai dan berangin keras itu.

Namun ketika Kiam Ciu kembali berdiri diatas tanah, dengan satu loncatan Kwi Ong telah mengirimkan jotosan lagi kearah dada Kiam Ciu. Serangan yang bertenaga berat itupun dilancarkan oleh Kwi Ong dengan cepat pula. Kiam Ciu waspada menggeser berdirinya dan membongkok. Terasalah angin berkesiuran diatas kepalanya. Kemudian Kiam Ciu menggelundung menjauhi tempat itu. Karena Kwi Ong bertambah gusar mendapat kenyataan itu. Serangan demi serangannya tambah cepat dan bertenaga hebat. Batu-batu cadas yang terdapat disekitar tempat pertempuran itu berantakan menjadi sasaran hantaman maut.

Dalam pada itu telah datang pula ditempat pertempuran itu beberapa orang yaog sebenarnya akan memenuhi tantangan Kwi Ong. Para pendekar itu adalah Shin Kai Lolo, Shin-ciu-sam-kiat, Siok Siat Sin Ni, Eng Ciok Taysu, Tay Jat Cin Jin, Tie Kiam Suseng, Ceng-hi Sio-li, Ji Tong Bwee, ketua partai Kim-sai dan ketua partai Ouw-ki-pang, si raja setan Kun-si Mo-kun dan masih banyak lagi tokohtokoh persilatan yang membanjiri lembah Angin itu.

Mereka mendatangi tempat itu dengan berhati-hati sekali. Karena mereka menjaga jangan sampai Tong Kiam Ciu terpengaruh dengan kedatangan mereka.

Sementara itu Tong Kiam Ciu dan Kwi Ong masih terus bertempur saling mengeluarkan ilmu-ilmunya yang ampuh. Beberapa jurus telah berlalu. Mereka telah mengadu kelincahan dan kepandaian. Kemudian mengadu sinkang.

Tampaklah Kwi Ong terpental kebelakang sampai beberapa tombak jauhnya.

Iblis keji itu jatuh terduduk dan memuntahkan darah segar. Dengan gusar dia telah meloncat kembali dan mencabut pedang Oey Liong Kiam di tangan kanan.

Pedang itu diputar-putarnya terdengarlah deruan angin yang ditimbulkan oleh pedang itu. Tong Kiam Ciu menghadapinya hanya dengan tangan kosong.

Kwi Ong sambil tertawa-tawa telah menyerang Kiam Ciu dengan bacokan pedang Oey Liong Kiam. Bacokan itu begitu keras mengarah kepala Kiam Ciu.

Namun pemuda itu telah meloncat menghindar kesamping dengan cepat sekali.

Pedang Kwi Ong menyerempet dan membentur batu disamping Kiam Ciu, lalu hancur berantakan. Kiam Ciu menggelundung kesamping dan Kwi Ong mengejar dengan bacokan-bacokan pedangnya kearah kepala dan tubuh pemuda itu. Ketika Kwi Ong telah meloncat dan berhasil mengakangi tubuh Kiam Ciu, pemuda itu dalam keadaan tidak berdaya dan pedang Oey Liong Kiam telah diangkat tinggi dengan kedua belah tangan Kwi Ong menggenggam hulu pedang pusaka itu diangkat tinggi untuk ditublaskan ke dada Kiam Ciu. Kiam Ciu berusaha untuk melepaskan diri dan bergerak-gerak menggeliat seria menggerak-gerakan kakinya. Namun tidak berhasil untuk melepaskan diri dari himpitan Kwi Ong.

Ketika bahaya telah dekat sekali terdengar Kiam Ciu memekik dan terdengar suara kelintingan beradu dengan pedang Oey Liong Kiam.

"Tring-tringl” tampak Kiam Ciu menggenggam kelinting emas ditangan kanan dan pemuda itu telah berdiri dihadapan Kwi Ong.

Kwi Ong tampak seperti orang bingung dan keheranan memandangi Kiam Ciu yang masih tersenyum dengan menggenggam kelinting emas ditangan kanan. "Keparat!” hanya itu kedengaran suara Ong sambil meloncat menyerang dengan pedangnya lagi. Dengan pengalamannya tadi, kini Kiam Ciu tidak berani terlalu sembrono dalam menghadapi lawannya yang ternyata berilmu tinggi itu.

Tiap kali Kwi Ong menyabetkan pedangnya maka Kiam Ciu selalu menghindar dan berputar-putar sambil mencari lubang kelengahan lawan.

Sebuah loncatan panjang sambil mengayunkan pedang kearah lambung Tong Kiam Ciu. Namun Pemuda itu telah berbasil menghindarinya dengan menggerakan kelintingannya. Buyarlah jurus-jurus yang dimainkan oleh Kwi Ong ketika mendengar suara kelintingan yang ternyata dapat membuat pekak telinga dan pening kepala. "Kurang ajar kau membawa permainan setan!” seru Kwi Ong dengan gusar dan mengayunkan pedangnya.

Pedang yang diayunkan oleh Kwi Ong itu hampir saja membelah kepala Kiam Ciu. Untungnya Kiam Ciu dengan tangkas memapakinya dengan tali kelintingan sambil tangan kanan dan kiri memegang kelintingan emas pedang tertahan.

Dengan tendangan punggung! kaki mengarah ke selangkang Kwi Ong.

Terpaksa Kwi Ong harus menghindari tendangan itu dan meloncat mundur sambil menarik pedangnya. Namun Kiam Ciu telah mendapat angin dalam kelengahan Kwi Ong itu maka segeralah Kiam Ciu menggerakkan kelintingannya dan mengirimkan tendangan-tendangan berantai.

Kwi Ong kewalahan juga. Dia tidak lagi menyerang namun mempergunakan pedangnya untuk melindungi tubuhnya dari benturan kelinting emas yang ternyata berhawa keras juga. Berloncatanlah Kwi Ong menghindari serangan Kiam Ciu. karena dia tahu bahwa kelinting emas yang dipegang oleh Kiam Ciu itu mempunyai kehebatan juga. Tidaklah berani dia untuk menggempurnya.

Sampai beberapa jurus Kiam Ciu telah dapat mendesaknya. Kwi Ong terus mundur dan memutar-mutarkan pedang Oey Liong Kiam. Suara yang menderuderu, akibat dari angin yang ditimbulkan oleh gerakan pedang pusaka itu membuat orang yang mendengar mengkirik kuduknya.

Tokoh-tokoh persilatan yang menyaksikan pertempuran antara Kwi Ong melawan Kiam Ciu pada tercekam hatinya. Mereka memperhatikan benar-benar jalannya pertempuran itu. Begitu pula orang-orang yang menaruh hati kepada pribadi Kiam Ciu merasa kuatir akan keselamatan pemuda itu. Maka mereka siap siaga untuk menjaga segala kemungkinan seandainya mereka harus bertindak dimana perlu nanti.

Kwi Ong terus memutar-mutarkan pedang Oey Liong Kiam dengan gerakan cepat sekali. Bahkan dengan loncatan-loncatan yang tangkas dan cepat sekali dia berhasil mengurung tubuhnya sehingga terlindung. Kiam Ciu mendesaknya dengan gerakan-gerakan kelinting mas dan mempergunakan ilmu Pek-jit-huisat. Kelebatan tubuh Kiam Ciu begitu cepat sehingga mengejutkan lawannya.

Ketika Kwi Ong nekad menerjang kedepan dengan membabatkan pedangnya kearah lambung Kiam Ciu. Maka pemuda itu berhasil menahannya dengan sabetan ketintingnya. Dan tangan kiri membalik menghantam kebahu Kwi Ong.

"Buk! "terdengar suara tumbukan keras dan tahu-tahu tubuh Kwi Ong telah terlontar sekira lima tombak jatuh terduduk.

Kiam Ciu masih mengepalkan tinjunya dan melompat menyerang kearah Kwi Ong yang kini tidak berdaya lagi. Pedang Oey Liong Kiam telah jatuh terpental. Ketika Kiam Ciu akan memungut pedang Oey Liong Kiam, dengan tibatiba Kwi Ong telah meloncat menyerang.

Keadaan Kiam Ciu pada saat itu sedang membongkok akan memungut pedang Oey Liong Kiam. Tetapi pemuda itu telah siap siaga untuk menghadapi kemungkinan. Ketika tiba-tiba Kwi Ong meloncat menyerang dengan tendangan kedepan. maka Kiam Ciu menjatuhkan diri dan menggelinding kesampmg.

Tubuh Kwi Ong melebat menerjang tempat kosong. Begitu jatuh Kiam Ciu meloncat menerkam pedang Oey Liong Kiam. Namun kembali Kwi Ong menyapukan kakinya kearah Kiam Ciu, hingga terpaksa pemuda itu menarik kembali tangannya dan meloncat kesamping membuang diri.

Kwi Ong memutar tubuh dan mengejar lawannya. Mempergunakan kakinya sebagai baling-baling berputar mendesak Kiam Ciu. Namun dengan entengnya tubuh Kiam Ciu meloncat melalui atas kepala Kwi Ong mengarah pedang Oey Liong Kiam. Begitu tangan Kiam Ciu akan memegang pedang pusaka tiba-tiba Kwi Ong telah mengirimkan tendangan. Kiam Ciu meloncat menghindar sayang pedang pusaka itu belum berhasil ditangkapnya. Begitu pula Kwi Ong tidak berhasil memegang pedang Oey Liong Kiam karena diserang oleh Kiam Ciu.

Jadinya sekarang mereka memperebutkan pedang itu. Pedang Oey Liong Kiam memang menjadi tanggung jawab Kiam Ciu. Karena didalam perebutan dalam pesta pertemuan orang-orang gagah dalam pesta pertemuan yang disebut Bu-lim-ta-hwee yang berhasil mendapatkan pedang Oey Liong Kiam adalah Tong Kiam Ciu. Maka pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee sepuluh tahun yang akan datang, Tong Kiam Cu harus membawa pedang itu.

Lagi pula pedang Oey Liong Kiam adalah pedang yang dijadikan semacam piala dalam mengadu kepandaian dalam pertemuan orang-orang gagah dikalangan Kang-ouw dalam pesta Bu-lim-ta-hwee itu.

Maka kini Kiam Ciu dengan mati-matian akan merebut kembali pedang Oey Liong Kiam dari tangan Kwi Ong karena Kwi Ong bukanlah orang daerah pertengahan, jadi tidaklah ada haknya dalam mempergunakan dan memegang pedang pusaka Oey Liong Kiam.

Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu tiada seorangpun yang turut turun tangan. Mereka menghormati sikap jantan dan kesatrianya. Maka mereka menantikan pertempuran itu dengan hati berdebar. Baik mereka itu kawan maupun lawan rata-rata mendoakan semoga kemenangan ditangan Kiam Ciu. Karena mereka tahu, kalau sampai yang mendapat kemenangan Kwi Ong mereka tahu akan akibatnya. Orang yang berwatak kejam dan sombong itu, dengan pedang Oey Liong Kiam ditangannya akan merajalela dan akan banyak membinasakan orang. Tampaklah harapan mereka itu tidaklah hampa. Karena Kiam Ciu kelihatan bertempur dengan bersungguh-sungguh dan kini tampak lebih hebat dari waktu beberapa bulan yang lampau. Kwi Ong sendiri memujinya. Malah kini Kwi Ong yang sombong itu merasa menyesal karena kurang berhati-hati dan kurang teliti. Hingga meninggalkan Kiam Ciu yang dulu disangka telah mati. Ternyata kini muncul kembali dengan kepandaian yaug lebih hebat lagi.

"Wah berat juga untuk menumpas pemuda ini” pikir Kwi Ong dengan memutar otak untuk menjatuhkan lawannya.

Tiap usahanya untuk menubruk pedang Oey Liong Kiam selalu mengalami kegagalan. Begitu pula serangan-serangannya selalu dapat dihindari oleh Kiam Ciu dengan mudah. Pukulan maupun cengkeraman garuda mautnya ternyata tidak ada artinya lagi bagi Kiam Ctu Pemuda itu seolah-olah telah menjadi kebal kulitnya maupun tenaga dalamnya begitu hebat.

Sebenarnya kehebatan Tong Kiam Ciu adalah dikarenakan dia telah memakan biji Leng Yok pemberian nenek lembah Si-kok. Biji Leng Yok yang mempunyai kasiat dapat kebal terhadap segala macam pukulan sakti maupun racun. Maka tidaklah mengherankan kalau sampai sekian jurus yang dikerahkan oleh Kwi Ong untuk menggempar Kiam Ciu dengan mengerahkan segala macam ilmu dan sinkang. Namun Kiam Ciu ternyata selalu dapat mengatasinya dengan mudah. Bahkan Kwi Ong selalu mendapat kenyataan yang memalukan. Dia berkalikali jatuh terjengkang dan langsung diserang oleh pemuda yang dipandang rendah itu. Ternyata kini Tong Kiam Ciu memiliki ilmu hehat. Dengan pesat pula telah mengembangkan ilmunya dan tenaga sinkangnya bertambah bebat.

Kwi Ong yang semula hanya mengandalkan dan membanggakan ilmunya sendiri kini tampak kerepotan juga menghadapi Kiam Ciu. Pedang Oey Liong Kiam yang masih menggeletak ditanah itu belum ada yang berhasil memegangnya. Baik Kwi Ong maupun Tong Kiam Ciu.

Tong Kiam Ciu meloncat kearah pedang Oey Liong Kiam. Kwi Ong menyaksikan itu dengan cepat pula dia meloncat mengejar dan mengirimkan tendangan kearah Kiam Ciu.

Namun Kiam Ciu waspada, dengan memiringkan tubuh dia berhasil menghindari tendangan Kwi Ong, langsung pula mengirimkan tendangan berputar dengan cepat sekali dan beruntun. Kwi Ong berusaha untuk menghindari serangan beruntun itu.

Namun sebuah tendangan kearah lambung telah membuat dia terhuyung hampir jatuh. Tetapi Kwi Ong tetap bertahan. Ketika Kiam Ciu akan memungut pedang, dengan sebuah lompatan Kwi Ong berhasil menendang tangan Tong Kiam Ciu. Tangan pemuda itu terangkat, namun dengan tangkas pula Kiam Ciu meloncat kesamping dan memasang kuda-kuda untuk menghadapi serangan Kwi Ong berikutnya. Lompatan Kwi Ong berikutnya adalah menerkam kearah pedang Oey Liong Kiam, karena pemimpin suku bangsa Biauw itu berkeyakinan bahwa dengan pedang Oey Liong Kiam dia dapat merajai seluruh daerah Pertengahan dan selatan. Gerakan itu begitu cepat dan tidak terduga oleh Tong Kiam Ciu. Maka pemuda itu terlambat menyerang Kwi Ong yang telah berhasil mencekal pedang Oey Liong Kiam. Namun demikian Tong Kiam Ciu tetap menyerangnya dengan tendangan tumit kearah iga Kwi Ong.

Karena Kwi Ong telah memegang pedang pusaka, maka tampaklah orang kejam itu yang semula sangat takabur kembali dapat tertawa cekakakan dan menantang Kiam Ciu. "Hebat-hebat permainanmu anak muda! Tetapi sekarang bersiap-siaplah untuk kupenggal kepalamu” seru Kwi Ong dengan nada seraya sangat sombong dan mengacung-acungkan pedang Oey Liong Kiam.

"Bah!” hanya itu sambutan Kiam Ciu.

Selanjutnya Kwi Ong telah menyerbu Kiam Ciu dengan memutar-mutarkan pedang Oey Liong Kiam. Begitu hebat ilmu pedang Kwi Ong dari Selatan itu.

Memang dia adalah orang yang terkenal jago pedang nomor satu didaerah selatan. Walaupun kelihatannya permainan pedang pemimpin suku bangsa Biauw itu begitu hebat dan rapat, namun Kiam Ciu terus mengamati dengan teliti dan waspada. Langkah-langkah permainan pedang Kwi Ong telah dipermainkan oleh Kiam Ciu. Dia terus memutar olaknya untuk mencari kelemahan pihak lawan.

Namun Kwi Ong terus berusaha untuk membinasakan lawannya dengan sangat bernapsu. Dia tidak hendak memberikan kesempatan kepada Kiam Ciu sedikitpun. Mendesak membacok, masuk dan membabatkan pedangnya kearah Kiam Ciu. Semuanya dikerjakan dengan cepat dan sangat berbahaya.

"Tiap kali angin berkesiur, maka tampaklah kilatan seolah-olah halilintar menyambar. Setiap kali pula terdengar desingan, ternyata pedang Oey Liong Kiam melewat disisi atau didepan Kiam Ciu. Untung Kiam Ciu punya kelincahan dan kewaspadaan yang luar biasa pula.

Sampai beberapa saat lamanya, kedua orang itu saling memamerkan kelincahan dan keindahan gerakannya. Kiam Ciu mempunyai gerakan yang sangat lemas dan indah sekali. Seolah-olah tubuhnya sangat lemas dan ringan sekali. Kwi Ong yang mengeluarkan langkah-langkah kaku tetapi gerakannya sangat indah pula dan tampak kalau mempunyai kekuatan luar biasa, baik sinkang maupun lwekang. Berkali-kali Kwi Ong menghancurkan batu-batu besar karena bacokannya dapat dihindari oleh Kiam Ciu. Kiam Ciu juga telah berkali-kali pula nyaris dari terpapras kepalanya oleh pedang Oey Liong Kiam.

"Telah beberapa jurus permainan itu berlalu, maka lama-lama tampaklah Kwi Ong agak lemas gerakan-gerakannya. Sedangkan Kiam Ciu bertambah hebat pula gerakan-gerakannya. Menyaksikan kebebatan ilmu Tong Kiam Ciu itu, diam-diam Kwi Ong merasa heran dan kagum juga. Bukan saja Kwi Ong tetapi semua orang yang telah berada ditempat itu memujinya. Yang paling gembira dalam kal itu ialah Kun-si Mo-kun. Karena dia mengenali jurus-jurus permainan yang saat itu dimainkan oleh Kiam Ciu. "Bagus! Bagus, kau telah herhasil kelembah Si-kok” gumam Kun-si Mo-kun berbicara dengan diri sendiri.

Karena pada saat itu tampaklah perubahan-perubahan jurus-jurus langkah permainan silat Kiam Ciu. Jurus permainan silat Pek-jii-hui-sat ajaran si nenek dari lembah Si-kok. Giranglah hati Kun-si Mo-kun menyaksikan itu semua. Diamdiam raja setan itu menaruh simpati sangat besar kepada Tong Kiam Ciu.

Seolah-olah dia telah menaruhkan harapan besar sekali kepada pemuda itu, Seluruh jalannya perkelahian, Kun-si Mo- kun mengikutinya dengan seksama.

Kwi Ong juga merasa heran dengan perubahan jurus permainan silat Kiam Ciu.

Lagi pula cakaran garuda maut Kwi Ong sudah tidak ada artinya lagi bagi Kiam Ciu. Pukulan maut yang diandalkan benar oleh tokoh dari selaian ini ternyata dapat dihalaukan dengan begitu saja oleh Kiam Ciu.

Lama-lama Kwi Ong merasa gentar juga setelah menghadapi kenyataan itu Dia telah memutar pikiran dan mengerahkan segenap kebisaannya. Dengan mengerahkan Sinkang maupun Gwakang untuk menjatuhkan lawan. Tetapi dasar Kwi Ong adalah orang yang berwatak berangasan serta sombong, dia tidak mau mengaku kalah. Tekadnya dia daripada mendapat malu lebih baik binasa! Kiam Ciu waspada dan memperhitungkan masak-masak atas segala tindakan maupun perbuatannya untuk melawan musuh yang lihay dan keji itu.

Sama sekali dia tidaklah membanggakan ilmunya. Walaupun dia telah yakin akan mampu untuk mengatasi ilmu Kwi Ong, namun dia sangat berhati-hati.

Kenyataannya Kwi Ong juga sangat ulet. Karena ketua suku Biauw itu adalah tokoh kawakan yang sangat lihay dan banyak pengalaman dalam pertempuran.

Saat-saat yang menentukan untuk menguasai kembali pedang pusaka Oey Liong Kiam itu telah berlalu dari satu jurus kesatu jurus. Namun tampaknya mereka memang sama-sama mempunyai keuletan.

Telah menjadi kebiasaan dikalangan Kang-ouw bahwa secara kesatria mereka bertempur. Karena mereka menjunjung kehormatan diri dan kehormatan perguruan, maka mereka sangat menaati peraturan itu, dengan demikian mereka tidak akan mengerubut Kwi Ong.

Walaupun para tokoh Kang-ouw pada saat itu banyak berkumpul serta menyaksikan pertempuran antara Kiam Ciu dengan Kwi Ong. Mereka menaruh harapan dan hormat kepada Kiam Ctu. Bukan saja karena mereka itu kebetulan para tokoh dibagian tengah dan Kiam Ciu kebetulan juga adalah orang pertengahan, sedangkan Kwi Ong adalah orang dari Selatan, namun mereka menaruh harapan karena keluhuran dan budi Kiam Ciu.

Mereka tahu bahwa Kiam Ciu lah kelak yang akan membawa keharuman dikalangan Kaag-ouw dari bagian pertengahan. Sedangkan Kwi Ong sangat berbahaya dikalangan orang-orang gagah karena kebengisannya dan telah berani mengancam seluruh orang gagah didaerah bagian pertengahan.

Apa yang diucapkan oleh Kwi Ong ketika habis menggerebek Kiam Ciu dan bermaksud untuk membinasakan pemuda budiman itu. Karena Kwi Ong merasa kesal hati selalu dipermainkan oleh Kiam Ciu. Ketika itu Kwi Ong pernah mengatakan kepada Kiat Koan bahwa Kwi Ong akan memusnahkan semua jagojago silat dibagian pertengahan. Lagi pula Kwi Ong telah sangat menghina tokohtokoh kang-ouw dibagian pertengahan dengan membawa-bawa Oey Liong Kiam.

Sedangkan dikalangan pertengahan Oey Liong Kiam pada masa itu adalah merupakan pedang pusaka yang dipandang sangat suci dan keramat. Karena dengan pedang Oey Liong Kiam para pendekar dibagian pertengahan berarti dia telah memenangkan dalam perebutan pedang pusaka itu dalam pesta Bu-limta-hwee dan mereka adalah pendekar yang arif bijaksana.

Namun saat itu Kwi Ong telah menginjak-injak tanda kebesaran dikalangan kang-ouw bagian pertengahan. Samalah artinya dengan merendahkan orangorang bagian pertengahan. Untuk itu saja mereka telah cukup untuk membenci Kwi Ong. Orang yang sama sekali tidak berhak untuk menguasai Pedang Naga Kuning itu. Karena mereka masih menghargai peraturan dikalangan Kang-ouw maka saat itu mereka hanya turut membantu dengan sorakan dan seruan saja yang bersifat mendorong semangat Kiam Ciu dalam bertempur.

Sampai seratus jurus Kiam Ciu dan Kwi Ong melakukan pertempuran itu.

Namun selama itu belumlah dapat ditentukan siapa yang bakal menang dan siapa yang bakal kalah. Tiba-tiba tampaklah Kwi Ong telah mengubah jurus permainannya. Dengan langkah sangat pendek serta memutar seperti orang menari, namun pedang Oey Liong Kiam yang digenggamnya itu telah berputar sangat cepat mengurung tubuh. Kilatan menyilaukan memancar dari mata pedang yang menampakan seolah-olah telah haus darah.

Kiam Ciu tampak agak kebingungan dengan jurus permainan pedang melebur samudra itu. Ternyata Kwi Ong dengan tiba-tiba telah ingat akan ilmu simpanannya yang selalu berhasil. Karena jarangnya ilmu silat pedang melebur samudra itu dipergunakan, karena jurus pelebur samudra itu adalah ilmu yang paling hebat dan hanya dipergunakan dimana Kwi Oag telah kehabisan akal dan lawan sangat libay. Menghadapi Kiam Ciu yang mempergunakan jurus Pek-jit-hui-sat (sinar matahari menyorot maut) yang bukan saja mempunyai langkah cepat dan rapat, namun ternyata banyak sekali perubaban-perubahan bagaikan sinar matahari yang beruntai-untai banyaknya.

Langkah dan tendangannya serta cengkeraman silih berganti dengan cepatnya. Bahkan seolah-olah dimana ada saja tubuh Kiam Ciu menurut penglihatan Kwi Ong. Maka tampaklah Kwi Ong sangat kebingungan umuk menyerangnya. Ternyata berkali-kali dia dibikin kecele karena menyerang tempat kosong. Karena telah merasa penasaran dan kegusaran hati, tidak tersangka Kwi Ong telah mengubah jurusnya dengan ilmu Pelebur samudra. Dengan sebuah loncatan panjang menyerang Kiam Ciu. Pedang berputar kesamping dan menghentakan kaki kanan. "Wuss! Wuss! Rakkk!” terdengar hembusan angin dan suara kain terobek.

"Hait!” terdengar Kiam Ciut terpekik perilahan dan keringat dingin membasahi tubuhnya. Punggung jubahnya terobek panjang.

"Houw!” terdengar serentak suara bersama dari para pendekar yang tengah menyaksikan pertempuran itu. Mereka terperanjat menyaksikan serangan tibatiba yang sangat cepat dan ternyata mengenai sasarannya itu Namun untung Kiam Ciu dapat terhindar dari kebinasaan itu.

Namun demikian Kiam Ciu terperanjat juga. Dibalik wajahnya yang pucat itu ter sungginglah senyuman.

"Hebat kau Kwi Ong!” seru Kiam Ciu memuji secara jujur.

"Kau tidak perlu memujiku, terimalah kematianmu dan selanjutnya aku akan menyapu bersih semua orang gagahnya bagian pertengahan !” seru Kwi Ong.

Dengan seruan sombong itu semua orang yang hadir ditempat pertempuran merasa gusar dan panas hati.

"Jangan kau takabur Kwi Ong! Semuanya itu belum tentu, kalau bukan aku, kaulah yang akan mengalami kebinasaan. Hanya itu pilihan bagi kita !” jawab Kiam Ciu dengan tersenyum tetapi kata-katanya tandas.

"Bedebah!” seru Kwi Ong.

Selesai dengan kata-kata itu maka Kwi Ong tampak telah menyerang dengan pedangnya. Serangan ttu bagaikan gelombang menerjang batu karang dan dahsyat sekali. Kiam Ciu menghadapi serangan Kwi Ong itu dengan tangan kosong. Dia telah mengerahkan Sinkang, Bo-kit-sin-kong dan mengembangkan jurus Pek-jit-huisat serta meloncat ke samping menghindari serangan Kwi Ong. Dengan memutar tubuh maka Kiam Ciu mengirimkan pukulan dengan jurus Kai-thian Pek-tee (membuka Langit membakar bumi) tangannya setengah mencengkeram kearah punggung Kwi Ong.

"Haya.” terdengar suara pekikan kaget dan tertahan dari mulut Kwi Ong.

Namun Kwi Ong dapat menghindari hantaman maut ajaran lembah Si-kok itu.

Dengan menjatuhkan tubuhnya Kwi Ong dapat terhindar dari kebinasaan kemudian melejit dan berdiri dengan sekaligus menyerang. Pedang Oey Liong Kiam terdengar berderu-deru menyeramkan suaranya. Angin yang ditimbulkan oleh permainan pedang itu telah mendesak Kiam Ciu.

Hingga beberapa langkah Kiam Ciu melangkah mundur. Ternyata dengan jurus melebur samudra itu Kwi Oag dapat menguasai lagi ketangguhan Sin kang, lwe-kang maupun gwakangnya. Terbukti saat itu Kiam Ciu terpaksa mundur karena desakan hawa yang ditimbulkan oleh pedang Oey Liong Kiam. Baru hawanya saja sudah mampu untuk mendesak lawan. Apalagi kehebatan babatan atau bacokan pedangnya. "Luar-biasa!” seru Kiam Ciu dalam hati.

Namun Kiam Ciu telah bertekad untuk membinasakan manusia keji dan berbahaya itu. Kwi Ong memang manusia yang paling berbahaya kalau dibiarkan terus merajalela. Kakek keji dari Biauw itu harus cepat-cepat dapat dibinasakan sebelum terlanjur membikin berantakan dan hancur manusia serta mencemarkan kalangan Kang-ouw.

"Hayo Kiam Ciu, mana ilmu pukulan bajamu !” tanya Kwi Ong dengan suara mengejek. "Jangan kau menepuk dada Kwi Ong! Kaupun belum tentu!” seru Kiam Ciu dengan suara pasti dan menyilangkan kedua belah lengannya didada.

Panas hati Kwi Ong, maka dengan serentak pula Kwi Ong telah meloncat dan menyerang dengan pedangnya. Pedang Oey Liong Kiam yang berhawa keras dan panas itu, seperti apa yang dimainkan oleh Kwi Ong pada saat itu. Pedang Oey Liong Kiam dapat dikendalikan seperti apa yang disalurkan oleh kehendak pemegangnya. Kalau orang itu mempunyai inti jiwa kejahatan maka pedang pusaka Naga Kuning itu akan bersifat ganas, seganas hati orang yang memegangnya. Kalau orang yang memegangnya adalah orang yang berjiwa bersih dan agung maka pedang itu akan berhawa sejuk walaupun dapat menggempur gunung. Kiam Ciu terlonjak melesat dua langkah dan menghindarkan serangan lawannya itu. Dengan sebuah tendangan samping dan hantaman geledek kearah pedang yang digenggam oleh Kwi Ong. Namun Kwi Ong dengan langkah surut selangkah dan memutar pedangnya kekanan tendangan Kiam Ciu melesat terhalau. Ketika Kiam Ciu terhuyung karena tendangannya menemui tempat kosong itu dengan cepat Kwi Ong menghantamkan sisi tapak tangan kiri ketengkuk Kiam Ciu. Kiam Ciu menyadari suatu kesalahan langkahnya dan langsung memutar tubuhnya dan tangan kanan bergerak menghantam lengas kiri Kwi Ong. Karena Kwi Ong sama sekali tidak menduga bahwa lawannya dapat berbuat begitu cepat dalam penangkisan serangannya itu. Maka dengan tidak terduga dia telah menjadi lengah.

"Plakkk!” terdengar suara dua kekuatan berbentur.

Punggung tapak tangan kanan Kiam Ciu menempel pada lengan kiri Kwi Ong.

Ternyata Kwi Ong mempunyai Sin-kang yang hebat juga.

Mereka beradu Sin-kang untuk sesaat itu hanya Kiam Ciu mengirimkan hantaman tapak tangan ke lambung Kwi Ong dangan cepat Kwi Ong sadar akan hal itu maka ketika tangan Kiam Ciu bergerak akan mengirimkan hantaman tapak tangan kelambungannya. Dengan cepat Kwi Ong meloncat surut dengan menghentakan tangan kiri.

Kiam Ciu mengejar dengan satu loncatan panjang. Namun Kwi Ong dengan tangkas telah memutar pedang dan memapaki serangan Kiam Ciu. Namun apa yang terjadi? Ternyata Kiam Ciu telah mengirimkan pukulan mematahkan baja kearab lengan Kwi Ong. "Haya! "terdengar seruan kaget Kwi Ong dan terlonjak kebelakang.

Namun Kiam Ciu mendesak terus dan mengirimkan tendangan beruntun silih berganti, hantaman dengan jurus Kai-thian-pik-tee. Begitulah Kwi Ong telah dibuat kalang kabut oleh Kiam Ciu karena ternyata pemuda itu telah dapat menguasai ilmu baru yang diterimanya dari nenek Si-kok.

"Bisa celaka aku kalau begini !” pikir Kwi Ong.

Tampak Kwi Ong telah melirik kearah sekitarnya, rupa-rupanya Kiam Ciu telah menduga dan memperhitungkan suatu kemungkinan. Maka dengan bergerak lebih cepat dan mengerahkan sin-kang dan dengan jurus Lui-sianglok-hwa (angin topan menghembus bunga) telah menghantam dada Kwi Ong.

Namun Kwi Ong telah berhasil memiringkan tubuh dan langsung mengirimkan tendangan samping kearah lambung Kiam Ciu.

Dengan hentakan kaki maka Kiam Ciu telah melentik dengan mengembangkan ilmu Cian-li-piauw-biauw. Menyaksikan kegesitan Kiam Ciu itu Kwi Ong jadi melompong dan pedang Oey Liong Kiam telah membacok batu besar yang tadi berada disisi Kiam Ciu. Batu itu hancur dan meledaklah suatu derakan keras dan batu itu berhamburan.

Tetapi dengan cepat dan tidak terduga Kiam Ciu telah meluncur turun sedangkan Kwi Ong masih dalam sikap membongkok dengan pedang masih dibawa hendak membacok. Tanpa dapat terduga Kiam Ciu telah mengirimkan tendangan kaki kanan jurus Liong-hong-hun-hui menyerang wajah Kwi Ong dengan cepat dan dahsyat.

Namun Kwi Ong dapat dengan cepat menggelundung menghindari serangan Kiam Ciu itu. Dengan mengandalkan ilmu trenggiling menggelundung, maka tubuh Kwi Ong dapat terluput dari kehancuran terkena hantaman dan tendangan Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu telah mendepaknya dengan sebuah lompatan lebar. Semua orang yang berada ditempat itu berseru kaget. Saat itu Kiam Ciu telah bersikap menerkam tubuh Kwi Ong yang tergeletak ditanah.

Dengan cepat pula Kwi Ong telah menggerakan pedang Oey Liong Kiam tepat menikam perut Kiam Ciu yang tengah melayang akan menerkamnya.

Tetapi suatu yang tidak terduga telah terjadi. Ternyata Kiam Ciu telah menggunakan jurus Kai-thian-pik-tee (membuka langit membakar bumi) dimana tampaklah tangan kanan Kiam Ciu menghantam pedang Oey Liong Kiam dan tangan kiri menebak dada Kwi Ong. Gerakan itu begitu cepat bahkan tidak dapat diikuti dengan seksama oleh para Kang-ouw yang berada ditempat itu.

Namun Kun-si Mo-kun yang pernah berhadapan dengan nenek lembah Sikok itu dapat menduganya dan ketika Kiam Ciu meloncat diam-diam dada Kunsi Mo-kun telah berdebar hebat. Ingin dia menyaksikan lekas-lekas Kiam Ciu menyudahi pertempuran itu dengan Kwi Ong binasa.

"Auwww!” terdengar teriakan Kwi Ong.

Dengan secepat kilat Kiam Ciu telah meloncat menyambar pedang Oey Liong Kiam yang terpental melambung tinggi. Sedangkan Kwi Ong telah binasa dengan dada remuk dan mata terbeliak.

"Trang !” terdengar desiran angin laju dan logam tertimpuk.

Ketika Kiam Ciu telah meloncat hendak menyamber Oey Liong Kiam, tibatiba saja pedang itu telah meleset terkena timpukan batu kerikil. Namun Kiam Ciu dengan ilmu Cian-li-piauw-biauw berhasil mencandak pedang itu.

Namun bertepatan dengan itu telah melesat pula berdiri dihadapan Kiam Ciu yang telah kembali berdiri diatas tanah dengan Oey Liong Kiam tergenggam ditangan kanan. "Kiam Ciu, kau merasa dirimu jago ya? Kau harus binasa ditanganku!” bentak orang yang baru datang itu dengan rasa bengis.

Orang yang baru datang dan turut campur tangan di gelanggang pertempuran itu adalah seorang wanita yang berwajah cantik. Jelas kalau wanita itu adalah seorang jago silat yang berilmu tinggi juga. Karena memiliki tindak dan gerak yang sangat ringan dan ilmu meringankan tubuh yang sempurna.

Semua orang menebak-nebak tentang wanita cantik yang baru datang itu.

Mereka belum mengenalnya, jago silat dari bagian mana dan siapa sebenarnya wanita yang baru muncul itu.

Namun pada saat itu Shin Kai Lolo. Siok Siat Sin-ni dan Tong Kiam Ciu tampak terperanjat dengan kehadiran wanita cantik itu. Karena wanita itu tiada lain adalah Ciam Gwat. Orang-orang yang berada ditempai itu saling berpandangan. Tanpa banyak bicara lagi Kiam Ciu telah mengerahkan sin-kang dan dengan ilmu Kai-thian-pik-tee telah melesat menerkam kearah wanita cantik itu. Kiam Ciu mencakar wajah wanita itu hingga rambut yang menutupi dahi wanita itu tersingkap dan tampaklah suatu tanda didahi wanita itu. Bulan sabit yang jelas tergores dikeningnya. "Houwww!” terdengar suara gumam orang-orang yang menyaksikannya.

Mereka baru melihat tanda didahi wanita itu telah dapat menebak siapa adanya wanita cantik itu. tiada lain adalah Ciam Gwat.

Ciam Gwat wanita jelita yang berilmu silat tinggi dan sempurna. Sesaat lamanya mereka yang berada dilempat itu bagaikan terpaku melibat kehadiran wanita jelita itu. Mereka baru kali itu melihatnya.

"Ciam Gwat, kaupun harus menemui kebinasaanmu untuk menebus dosadosamu!” seru Kiam Ciu dengan berkecak pinggang dan menuding kearah jago silat wanita itu. Ciam Gwat bergusar hati karena diperlakukan seperti itu, rambutnya yang dipergunakan untuk menutupi dahinya yang bernoda goresan bulan sabit itu telah disingkap oleh Kiam Ciu. Dia barus membunuh pemuda itu dan mencincangnya atas kekurang ajarannya. Juga dia sangat marah karena Kiam Ciu dia telah kehilangan orang-orang yang selama ini sangat disayanginya dan sangat setia padanya. Mereka itu ialah Peng Nio wanita yang dengan setianya mengikuti dan mengasuh anaknya hingga dewasa dan dia bunuh gara-gara Kiam Ciu, juga Sio Cien telah dibunuhnya karena Kiam Ciu.

Dengan minggatnya putri tunggal yang sangat disayanginya ialah Cit Sio Wie karena mengikuti Kiam Ciu. Semuanya itu menambah kemarahan Ciam Gwat yang merasa telah dihancurkan oleh Kiam Ciu segala kebahagiaannya itu. Maka tiadalah mengherankan lagi kalau wanita itu menjadi sangat gusar, marah sekali bertekad untuk mengadu jiwa dan membinasakan Kiam Ciu.

"Jahanam! Kau harus binasa!” berbareng dengan suara itu Ciam Gwat mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im.

Tetapi Kiam Ciu telah memegang kim leng ditangan kiri. Kelintingan emas itu digerakannya dan terdengarlah bunyi kelintingan itu. Berbareng dengan suara bentakan Ciam Gwat. Sehingga suara yang mengandung ilmu Pan-yoksin-im itu buyar punah. Ciam Gwat merasa gusar dan heran menyaksikan itu semua. Tetapi ketika menyaksikan apa yang dipegang oleh Kiam Ciu itu hatinya bertambah gusar. Maka dengan teriakan nyaring Ciam Gwat telah meloncat menerkam Kiam Ciu dengan jurus Hian-hiong-kong-ki.

Namun Kiam Ciu dengan gerakan Liong-hong-hun-hui memutar tubuh dan mengirimkan hantaman kelambung Ciam Gwat.

"Darrrl” terdengar dua tenaga berhantam yang menimbulkan suatu ledakan keras dan mengejutkan para hadirin semuanya. Orang-orang gagah yang berada ditempat itu merasa takjub dan memuji kegesitan Kiam Ciu menghadapi serangan lawannya itu. Ciam Gwat terkenal sebagai wanita aneh yang berilmu tinggi dan kejam. Siapapun yang pernah melihat tanda ciam gwat didahinya pasti orang itu akan binasa ditangan wanita kejam itu.

Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu sebenarnya menjadi sangat heran karena mereka tidak mengetahui sebab musababnya mengapa sampai Kiam Ciu bermusuhan dengan Cim Gwat. Mereka dalam bertanya-tanya itu tiba-tiba Kiam Ciu berseru kepada Ciam Gwat.

"Cit Cai Hui, aku putra Tong Kiam Seng! Hari ini telah bersumpah untuk mengambil nyawamu dan memenggal kepalamu untuk menebus kematian seluruh saudara-saudaraku ibuku dan ayahku yang telah kau bunuh!” seru Kiam Ciu dengan suara lantang dan tegas penuh wibawa.

Namun Ciam Gwat atau nama aslinya Cit Cai Hui tampak tertawa mendongak kelangit. Tampaklah suatu perubahan diremak muka yang jelita itu. Kini tampaklah guratan wajah wanita jelita itu menjadi kentara dan menampakan kebengisannya. "Tong Kiam Ciu, karena kau maka hancur keluargaku. Kau harus binasa ditanganku supaya tenang ayahmu karena menunggu anaknya yang gagah dan hari ini kau akan menyusulnya kealam baka!” seru Ciam Gwat dengan suara mengejek dan wajahnya tampak bengis dengan mulut menyeringai.

Berbareng dengan teriakan dan ancaman itu maka Ciam Gwat telah menerkam kearah dada Kiam Ciu dengan mengerahkan segenap sinkang dan lwekangnya untuk menghancurkan dada pemuda itu.

"Binasa!” seru Ciam Gwat sambil mengirimkan hantaman dengan jurus Hianhiong-kong-ki yang bertenaga bebat.

Kiam Ciu waspada dengan hantaman itu maka pemuda itu lalu berkelit dan kelinting emas yang digenggamnya di tangan kiri berbunyi. Maka buyarlah ilmu Pan-yok-sin-im yang telah dikerahkan oleh Ciam Gwat. Berkali-kali wanita itu berusaha mengerahkan ilmunya untuk melumpuhkan Kiam Ciu namun selalu dapat dibuyarkan akibat tenaga sakti yang ditimbulkan oleh Kim Leng atau kelinting emas. Ketika Kiam Ciu berkelit dengan menggeser kaki kanannya kebelakang dan Ciam Gwat dengan tiba-tiba telah mengubah serangannya dari hantaman kearah dada dengan kepalan tinju kini telah diubah dengan membabat kesamping dengan sisi tapak tangan kearah perut Kiam Ciu.

"Buk!” terdengar suara benda tertumbuk hantaman sisi tapak tangan wanita itu. Kiam Ciu terlempar kebelakang beberapa tombak. Namun berkat biji Leng Yok pemberian nenek lembah Si-kok dan telah dimakannya, maka dia menjadi kebal akan pukulan bertenaga hebat itu.

Sebenarnya Kiam Ciu dapat hancur isi perutnya akibat terkena pukulan sisi tapak tangan Ciam Gwat karena wanita itu telah mengerahkan segenap tenaga dengan jurus Hian-hiong-kong-ki. Apalagi isi perut baru besar sebesar gajah saja dapat dilumatkan karena hantaman itu mempunyai tenaga dasyat.

Kiam Ciu dapat menahan pukulan sakti itu berkat biji Leng Yok yang telah dimakannya. Dia hanya terpental karena dorongan tenaga sakti Ciam Gwat.

Namun pemuda itu tidak jatuh, dia tetap berdiri walaupun sampai terpental lima tombak, namun masih dapat menguasai keseimbangan tubuhnya. Serta kelinting emasnya selalu memperdengarkan kelintingan nyaring mengatasi suara-suara Ciam Gwat yang dilambari dengan ilmu Pan-yok-sin-im.

"Hebat tidak omong kosong kau mendapat gelar Giok-ciang-cui-kiam!” seru Ciam Gwat sambil memutar tubuh dan berhadapan dengan Kiam Ciu.

Kiam Ciu bukannya bergirang hati mendapat pujian itu. Namun pemuda itu bertambah waspada. Karena dia tahu bahwa Ciam Gwat adalah tokoh sakti yang banyak ilmu dan pengalamannya.

Segenap tokoh Kang-ouw yang berada di tempat itu kini telah mengetahui latar-belakang pertempuran antara Ciam Gwat dengan Kiam Ciu. Maka mereka banya dapat menyaksikan tanpa berani bercampnr tangan dalam urusan itu.

Mereka hanya menyaksikan saja serta bersiap-siap untuk memberikan bantuan kepada Kiam Ciu dimana diperlukan atau kalau sampai pemuda itu menghadapi bencana. Kiam Ciu masih menggenggam pedang Oey Liong Kiam. Diam-diam pemuda itu teiah memunguti sarung pedang itu yang masih terselip dipinggang Kwi Ong.

Kemudian pedang Oey Liong Kiam disarungkannya dan disisipkan kepinggangnya. Semuanya itu dilakukan dengan cepat dan Cium Gwat tahu apa yang dikerjakan oleh Kiam Ciu itu tanpa mengusiknya. Karena dia adalah tokoh kenamaan dan walaupun bagaimana kejam dan kejinya Ciam Gwat namun ternyata dia masih mempunyai harga diri. Maka lawan yang dalam keadaan tidak siap dia tidak sudi menyerangnya. Pada saat Kiam Ciu mengambil sarung pedang dipinggang mayat Kwi Ong itu dianggap oleh Ciam Gwat dalam keadaan tidak siap. Walaupun sebenarnya Kiam Ciu selalu waspada seandainya mendapat serangan tiba-tiba saja dapat menghadapinya.

Ketika Kiam Ciu telah berdiri kembali dengan kuda-kuda lutut setengah tertekuk dan renggang kedua belah kakinya, maka Ciam Gwat berseru sambil tertawa. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar