Pengelana Rimba Persilatan Bab 31

Bab 31

Tiga perahu cepat, mengangkut tidak sedikit orang, berlayar masuk ke danau Bai-ma, menghilang di kedalaman perairan.

Saat fajar, pulau Ban-ping sudah terlihat.

Ketua perkumpulan Liu, Shen-li-jin-gang berdiri diatas dak, melihat ke sekeliling.

"Kenapa tidak terlihat ada perahu nelayan yang kembali?" Dia seperti bertanya pada diri sendiri, "Mmm...! Aku tidak suka dengan situasi begini."

Di tiga perahu cepat semuanya ada dua puluh satu orang, kekuatannya cukup besar, ketua perkumpulan Liu datang dengan persiapan yang matang.

"Mungkin perahu nelayan tibanya sudah dari tadi." Kata Mi-hun-tai-sui tidak sependapat, "perairan disini terlalu tersembunyi, mungkin bukan jalur perairannya perahu nelayan, Jiu-tian-fei-long (Naga terbang sembilan langit) bisa bersembunyi ditempat seperti ini, dia ini sungguh kuat. Jika diganti aku, tinggal tiga hari saja juga bisa jadi gila."

"Kalau dipikirkan demi kehidupan generasi penerus, maka tidak akan jadi gila." Shen-shou-tian-jun pandangannya berbeda, "satu generasi bersusah payah, ratusan generasi tenang."

"Tahi anjing!" kata wakil ketua utama Wu-chang-yi-jian sinis.

"Apakah ada yang salah?"

"Siapa pun tahu, kata-kata orang dulu: kekayaan tidak akan melewati tiga generasi, kau mengerti tidak?" Wu-chang-yi-jian tawa dingin, "makanya bagi orang berkuasa seperti kami ini, atau melewati hidup dengan seadanya, semua ingin bersenang-senang saja dulu selagi masih ada kesempatan, hanya orang bodoh, yang rela menjadi kuda atau sapi nya anak cucu."

"Hm...!" "Jangan bersuara hm..., ini kenyataan. Kaisar Qin ingin berkuasa ribuan tahun, baru sampai generasi Qin kedua sudah habis, generasi ketiga juga tidak sampai...!" Wu-chang-yi-jian dengan wajah seperti guru, "uang yang di dapatkan kita ada setengahnya lebih dari uang haram, jika bisa mati tenang seumur hidup, itu sudah syukur, tuan langit bersedia membuka satu celah jaringnya, jika masih menginginkan ratusan generasi senang" sungguh sungguh orang idiot cerita mimpi, tidak ada pengetahuan."

Saat Shen-shou-tian-jun akan membantah, perahu cepat sudah bergerak secepat panah menepi ke perkampungan nelayan.

Di pantai tidak terlihat ada orang, tidak terlihat perahu yang ditarik ke darat, seluruh kampung tampak sepi, seperti sebuah kampung mati saja.

"Rasanya ada sedikit tidak beres!" kata ketua perkumpulan Liu yang meloncat kedarat dengan waspada.

"Kampung kosong!" Mi-hun-tai-sui juga curiga teriak.

"Apakah tidak salah tempatnya?" tanya Wu-chang Yi-jian juga.

"Tidak mungkin, pasti benar disini." Kata laki-laki besar pengendali perahu yang menarik perahu kedarat.

"Mungkin disini telah terjadi wabah penyakit, dan orangnya mati semua, begitu ada orang berteriak, dengan ketakutan mundur ke tepi sungai."

Jaman itu siapa yang tidak takut pada wabah penyakit" Sebuah kampung dalam satu malam bisa mati semua satu pun tidak tersisa, tidak ada orang yang bisa melarikan diri. Dewa wabah, adalah salah satu dewa yang paling jahat.

"Jangan sembarangan bicara!" tidak jauh di sebelah kanan, terdengar suara makian, "bukankah aku ini hidup sehat wal afiat" Lihat kau ini, seperti orang yang takut mati, buat apa hidup di dunia persilatan" Puuh..!"

Itu adalah sebuah gubuk rumput, tempat berkumpul yang biasa digunakan orang tua kampung duduk-duduk mengibrol, melewatkan hari. Tinggi tiangnya lima che dari tanah.

Di atas kursi panjang di dalam gubuk, duduk dengan tenang Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen (dewa nyamuk sungai besar), karena dua orang ini tidak bicara dan tidak bergerak, dan jaraknya juga ada tiga puluh langkah lebih, samar-samar memakai tiang menghalangi pandangan, sehingga tidak bisa dengan cepat ditemukan oleh para pesilat tinggi ini.

"Ha ha ha! Suadara tua Ju, sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya?" Shen-li-jin-gang ketua perkumpulan Liu dengan senyum di buat-buat, membawa kelompok orang mendekati gubuk, "aku sengaja membawa teman-teman, khusus berkunjung pada kalian."

"Aku tersanjung, baik, baik." Jiu-tian-fei-long yang tubuhnya kurus kulitnya hitam juga dengan tertawa di buat-buat berkata, "Ini bukan musang, tikus kuning berunjung dalam tahun baru ke ibu kota kan" Kau tidak disambut disini, ketua perkumpulan Liu, orang yang kau bawa sungguh tidak sedikit. Tuan tuan, silahkan duduk."

"Ha ha ha! Tidak persilahkan kami ke rumah anda ngomong-ngomong?"

"Rumah ku sangat sempit, tidak bisa menampung tamu agung, bukankah disini sangat bagus" Sinar fajar terang benderang, sungguh tempat bagus untuk bicara terang-terangan."

"Bicara saudara Ju mengandung arti, sepertinya sudah meramalkan aku akan datang." Shen-li-jin-gang didalam hati diam-diam terkejut, bagaimana beritanya bisa bocor"

"Tidak tahu, bagaimana pun aku tidak menyambutmu datang kesini, aku akui aku takut pada kau!"

"Saudara......"

"Silahkan katakan langsung saja, tidak perlu sungkan." Jiu-tian-fei-long tertawa dingin tidak henti-hentinya, "sejak lahir aku tidak banyak akal, selalu bicara langsung, paling benci pada kelicikan, makanya, selamanya aku tidak pantas jadi pemimpin para jagoan."

Bicaranya mengandung duri, terselubung nada mengejek, ada sedikit nada bicaranya kasar.

Dua puluh satu orang itu, sudah mengurung gubuk rumput.

Mi-hun-tai-sui seperti biasanya berdiri di atas angin, saat kedua belah pihak saling menyapa, dia jadi seorang penonton, skap tenangnya sungguh membuat orang tidak tahu ada maksud apa.

Jiu-tian-fei-long dengan dingin melirik pada Mi-hun-tai-sui, pada Da-he-shen-wen mengantarkan sorot mata pengertian.

"Baik, saudara Ju sudah bicara terus terang, aku juga tidak perlu basa-basi lagi." Shen-li-jin-gang ketua perkumpulan Liu sebenarnya juga tidak mau membuang waktu, lebih cepat selesai lebih bagus, lebih cepat bisa pergi.

"Aku sedang mendengarkan."

"Kami bertemu dengan satu musuh yang menakutkan, sengaja datang minta bantuanmu, uangnya telah disediakan banyak."

"Ooh langit! Perkumpulan anda pesilat tingginya banyak sekali, kepandaiannya komplit, dengan dua puluh satu orang kalian ini, sudah cukup untuk membalikan laut meruntuhkan gunung, malah minta bantuan padaku, perampok kecil, membantu kau menghadapi musuh, apa kau ini berkelakar?"

"Bagaimana mungkin aku mau merendahkan diri sendiri?"

"Sungguh! Musuhnya berasal dari mana" Budha besar dari kuil mana?"

"Seorang bocah yang dipanggil Fu-jiu, tidak ada orang yang tahu asal-usulnya. Aku sudah gagal total, terpaksa minta bantuanmu, masalahnya mendesak, terpaksa merepotkan kau."

"Ooo...! Fu-jiu" Tidak pernah dengar ada orang ini. Aneh, kau tidak gunakan lautan orang merendam dia" Perkumpulan anda bukankah biasanya menggunakan cara dengan banyak orang menghadap musuh?"

"Menghadapi orang semacam ini, tidak bisa menggunakan cara itu." Kata Shen-li-jin-gang dengan enteng.

"Ditambah aku, apa berguna?"

"Pasti berguna, saudara Ju. ilmu bertarung di udara dan senjata gelap Man-tian-xing mu, di padukan dengan strategi golok tanah tiga saudara keluarga Lin, dengan serangan mendadak, sembilan puluh sembilan persen bisa menang."

"Tiga harimau keluarga Lin dari danau Chao?"

"Tidak salah, mereka juga dalam daftar orang yang di minta bantuan."

"Maaf, aku menolak ikut dalam rencanamu membunuh orang." Jiu-tian-fei-long dengan tegas menolak, hingga semangat untuk bertanya lagi juga sudah hilang, "aku Jiu-tian-fei-long walau seorang perampok kecil, tapi sebutan itu sulit didapatnya, sekarang dengan empat orang pesilat tinggi yang namanya menggemparkan dunia persilatan bersatu, hanya menghadapi seorang bocah yang tidak ada namanya, di kemudian hari mana ada muka aku bertemu dengan para pendekar di dunia" Ketua perkumpulan Liu, ini bukan disebut bertarung, tapi siasat pembunuhan. Aku Jiu-tian-fei-long tidak ingin jadi buronan pembunuhan, kau minta bantuan yang lain saja!"

"Kau menolak?" ketua perkumpulan Liu menekan wajahnya, suaranya keras, ekor musangnya akhirnya tampak.

"Tidak salah, dengan tegas menolak."

"Tidak ingin membicarakan lagi?"

"Tidak perlu." "Apakah kau sudah memikirkan akibatnya?"

"Jurus terbangku lebih tinggi dari padamu, kalian tidak akan bisa menghalangi aku."

"Walau kau berhasil meloloskan diri......"

"Aku pasti bisa meloloskan diri, aku jamin dengan nama baikku."

"Walau kau bisa meloloskan diri, lima tahun lalu kau di Shou-zhou, peristiwa kau membunuh adik tiri Zheng Shou-shan, akan tersebar ke seluruh dunia persilatan, nama Jiu-tian-fei-long akan terhapus di dunia persilatan, malah ada kemungkinan di hukum penggal."

"Itu adalah perselisihan setelah minum arak, peristiwa yang disesalkan yang terjadi dalam pertarungan adil, aku tidak salah. Saat itu kau sebagai saksinya, seharusnya tahu kejadian sebenarnya."

"Aku memang ada ditempat waktu itu, peristiwa yang aku lihat berbeda dengan apa yang kau katakan......"

"Orang yang di pelihara induk anjing! Kau sungguh licik!"

"Bagus bagus, tanpa racun bukan laki-laki, kau kira kedudukan ketua ku ini di dapatkan gampang begitu saja?"

"Kau......" wajah Jiu-tian-fei-long berubah, dia bangkit berdiri.

"Kau ingin main kasar" Lebih baik jangan." Ketua perkumpulan Liu tertawa keji terus-menerus, "seharusnya pernah mendengar Mi-hun-tai-sui dan saudara Huang-ji, Xiao-yao-san dia adalah salah satu racun terhebat di dunia persilatan. Asal kau mengumpulkan tenaga dalam dan menggerakannya, pasti kaki dan tanganmu mati kejang, pasti......"

"Apa benar kaki dan tangan tidak bisa gerak?"

"Pasti." Paak... Palang gubuk hancur berantakan, dipukul hancur oleh Jiu-tian-fei-long.

Pukulan ini paling sedikit bertenaga lima ratus jin, jika tidak mengumpulkan tenaga menggerakannya, tenaganya sulit disalurkan di telapak dan mengeluarkan pukulan geledek.

Da-he-shen-wen juga mengulurkan tangan besarnya, lima jari seperti kail, mencakar tiang sebesar mangkuk lalu menariknya, setelah mencakar hancur kayu, tangannya dibuka, hancuran kayu berterbangan, jurus cakarnya membuat kayu hingga hancur berkeping keping.

Semua gerakan yang dilakukan harus mengumpulkan hawa murni menggerakan tenaga dalam, baru bisa membuat lima jari sekeras logam besi.

"Iiih...!" Mi-hun-tai-sui terkejut, ternyata Xiao-yao-san dia sudah tidak ampuh lagi!

"Aku tidak bisa diperintah." Jiu-tian-fei-long tertawa dingin, "karena orang yang mau kau hadapi, sudah tiga hari menunggumu! Saudara tua Liu, aku takut padamu! Masalahmu bereskan terlebih dulu, baru bicara yang lain!"

"Iii...! Maksudmu......"

"Lihat, dia sudah datang."

Semua orang mengikuti arah telunjuknya, memalingkan kepala melihat.

Angin lembut bertiup, Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen sudah mengambil kesempatan loncat terbang keluar gubuk, keluar dari kelompok orang yang mengepungnya.

Tampak Fu Ke-wei muncul dari sebuah gubuk, sambil mengibaskan pedangnya perlahan, dia tersenyum sedikit pun tidak tampak marah, dengan tenang berjalan perlahan mendekat.

"Anjing kecil Fu......" ada orang yang berteriak ketakutan.

"Bunuh!" terdengar teriakan seperti guntur.

Dua puluh satu orang, seperti gelombang pasang menerjang Fu Ke-wei.

Di luar Fu Ke-wei tampak santai, tapi diam-diam telah menggerakan tenaga dalam.

"Membasmi kejahatan harus tuntas." Dia seperti tertawa tapi bukan, menunggu di tempat yang lapang, "sayang Yu-shu-xiu-shi tidak ada, lain kali dia akan mendapat giliran."

Sekejap kemudian orang-orang itu sudah mengurungnya, dua puluh satu banding satu.

"Shen-li-jin-gang, silahkan perintahkan menyerang!" suaranya dipertinggi tiga kali lipat, "Siapa pun tahu, aku Fu-jiu paling suka dikeroyok, bisa bebas membunuh, supaya tidak harus repot-repot membunuh satu persatu."

Seorang setengah baya melihat ada kesempatan bagus, dari belakang dia diam-diam menyerang, tubuh dan pedang menjadi satu datang menyerang punggung Fu Ke-wei.

Tapi dibelakang punggung Fu Ke-wei seperti ada mata, tubuhnya menggeliat berjongkok, membiarkan pedang lawan lewat diatas pundak kirinya. Dan pedang dia malah dari atas kepala menjulur ke belakang, dengan tepat sekali telah membelah kepala orang setengah baya, menghindar dan membalas menyerang di lakukan dalam waktu bersamaan, tampak lancar dan hebat sekali.

Lalu dia bangkit berdiri lagi, kembali berdiri tegak. Dari awal sampai akhir, tubuhnya selalu menghadap ke depan, tidak pernah membalikan kepala melihat ke belakang, sepertinya perubahan yang terjadi dibelakang, dia sedikit pun tidak tahu, dan orang yang telah mati tidak ada hubungan dengan dirinya.

Tubuh orang setengah baya itu jatuh ke depan, jatuh di belakang kaki dia dengan kuat meregang, cairan otak yang merah dan putih mengalir ke tanah, sungguh mengerikan!

"Siapa yang punya keberanian maju bertarung?" dia kembali mendesak, "terhadap penakut yang hina, pedangku selalu tidak memberi ampun."

Terdengar teriakan marah, dua orang setengah baya mengayunkan golok menerjang, tangan kirinya berturut-turut melemparkan pisau terbang, mengikuti pisau terbang tubuhnya dengan ganas menerkam.

Tangan kirinya Fu Ke-wei seperti sedang bermain sulap, lima jarinya menotok, menjentik, menyapu, mengunci, cepatnya sulit dilihat dengan kasat mata, semuanya ada enam buah pisau terbang, dibawah jentikan dia pada jatuh ke tanah.

"Traang!" dia menghindar ke kiri, pedang menangkis golok orang setengah baya di sebelah kiri, lalu di angkat, satu sinar berkelebat, ujung pedang menembus bokong kanannya orang setengah baya.

"Pergi!" bersamaan terdengar bentakannya, tubuh orang setengah baya terangkat miring, kaki dan tangannya bergerak-gerak tidak karuan, tubuhnya terlempar menyongsong pada temannya yang datang belakangan.

Temannya terkejut, hampir saja goloknya melukai orang setengah baya, dalam kegugupannya dia menarik golok menghindar ke kanan, supaya tidak terjadi tabrakan.

Sinar kilat tanpa ampun berkelebatan, bayangan orang maju mundur seperti nyata seperti tidak.

"Aaah......" teriakan orang setengah baya yang berusaha menghindar, tubuhnya juga terbang terlempar miring.

Bahu kanannya sudah ditusuk pedang, lalu tubuhnya diterbangkan orang, kekuatan tenaganya sangat mengejutkan orang!

Sambil bersiul panjang, Fu Ke-wei dengan ganas menerjang pada ketua perkumpulan Liu yang sedang gugup.

"Ooh langit......jurus pedang apa ini!" ada orang teriak, lalu menyingkir meloloskan diri.

Mengulurkan pedang melewati atas kepala, membunuh orang dibelakang tubuhnya. Dua orang pesilat tinggi setengah baya lainnya, setelah tertusuk pedang lalu dilemparkan oleh pedangnya, gerakan ini tidak terbayangkan siapa pun, dalam teori ilmu pedang tidak pernah ada jurus pedang yang berfungsi melemparkan lawan dengan pedang sebab untuk bisa berbuat itu harus mempunyai tenaga besar dan khusus" Tidak aneh orang yang melihat kejadian ini merasa terkejut dan ketakutan, dalam keadaan ketakutan yang terpikirkan hanya melarikan diri.

Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen tidak ikut terlibat, mereka menonton di pinggir, mereka juga merasa ketakutan, wajahnya berubah menjadi pucat.

Di sekeliling, Xie-shen bertujuh diam-diam sudah muncul, mereka menghadang dan membunuh orang yang mencoba lari keluar, datang satu bunuh satu.

Hati Ketua perkumpulan Shen-li-jin-gang menjadi gentar, keberanian Fu Ke-wei, membuat dia gentar, hingga tidak bisa mengembangkan jurus golok pada tingkat seharusnya, dia merasakan kaki dan tangan tidak bisa bergerak dengan leluasa, golok sembilan ring ditangannya seperti bertambah berat seribu jin.

Semangatnya tidak stabil, minum seteguk air saja mungkin tersedak.

Di bawah tekanan sinar kilat yang datang bertubi-tubi, dia dengan serabutan mengayunkan golok menangkis, dengan cepat menghindar, ada beberapa kali terlambat seper sekian detik, sehingga dada kanan dan bahu kanan sudah tampak berdarah, dagingnya sudah terluka.

Dalam pertarungan yang singkat ini, sudah ada lima orang yang datang membantu, semua mati di bawah pedang Fu Ke-wei, sekarang tidak ada lagi orang yang berani maju membantu dia.

"Traang traang!" dia kembali beruntung bisa menangkis dua serangan pedang lagi, juga beruntung bisa bergeser ke sudut mati di samping kiri Fu Ke-wei.

Kesempatan bagus yang sulit sekali bisa di dapat, dia senang, tenaga dan pikirannya dikumpulkan jadi satu, goloknya menyerang laksana kilat, sinar golok dengan cepat membacok ke arah dada kanan Fu Ke-wei.

Dia mendengar satu suara "Hm...!" dingin, melihat sinar goloknya hanya kurang sedikit saja mencapai sasaran, hanya sedikit ini, bukan kemampuan pikiran dan tenaga dia yang bisa membetulkannya, sekali golok keluar akibatnya sudah dipastikan, jika bukan mengenai sasaran maka akan gagal.

Hanya sedikit ini, golok dia telah gagal, saat sekejap ini Fu Ke-wei kembali berkelit memutar tubuh, sinar goloknya lewat hanya menempel bajunya, bersamaan waktu itu, dia melihat sinar kilat yang mendekati tubuhnya.

Dia sudah tidak bisa menghindar lagi, semuanya sudah terlambat, dia merasakan getaran di dada kanan, lalu matanya berkunang-kunang, tubuhnya sudah diangkat oleh tenaga yang besar dan dilemparkan membuat terguling.

Buum____ Sakit yang amat sangat mendadak timbul, dia mengeluh sekali langsung pingsan.

Ilmu silat Mi-hun-tai-sui sebenarnya cukup tinggi, hanya saja orangnya licik dan banyak akal, dia tidak mau bertarung dengan lawannya menggunakan ilmu silat, dia lebih mengandalkan Xiao-yao-san supaya tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga.

Kalau bisa tanpa menggerakan tangan tapi bisa membunuh musuh, inilah pikiran dia, terhadap sikap jantan dia tidak memikirkannya, dia tidak ingin menjadi seorang laki-laki sejati, laki-laki sejati itu matinya cepat.

Ketika dia melihat orang di sisinya semakin sedikit, dirinya juga tidak mendapat kesempatan membantu ketua perkumpulan, dia jadi ketakutan.

Sebenarnya, dia tidak berniat maju bertarung membantu ketua perkumpulan, karena dia telah melihat teman-tamannya demi membantu ketua perkumpulan, satu persatu mati konyol, semua sudah membuat dia merinding, dia jadi hilang keberanian maju bertarung, dia hanya berani di pinggir berjalan dan berteriak, sekali bentrok langsung pergi, dia lebih penting melindungi diri sendiri.

Kembali satu orang maju lagi, tapi dalam sekejap orang ini kembali tergeletak.

"Aku harus kabur......" di dalam hati Mi-hun-tai-sui yang pengecut berpikir, timbul niatnya melarikan diri melihat maju satu mati satu, lama-lama akan tiba giliran dia maju"

Sudah tidak ada seberapa orang lagi, jika dia masih tidak pergi akan terlambat!

Dari sudut matanya dia telah melihat Yin-guai sedang mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang hebat, dia melayang lewat di atas kepala Xie-shen, sepasang lengan digerakan, tubuh bergerak dari tidak mungkin jadi mungkin, naik keatas satu che lebih, memiringkan tubuh membuka lebar lengannya, membelok melayang turun seperti roh, menghindar hadangan Xie-shen jauh di bawah.

"Ilmu meringankan tubuh orang ini sungguh bisa dibanggakan......aduh!" ketika didalam hati sedang berpikir, tiba-tiba tidak tahan berteriak, tapi sudah tidak bisa menolong Yin-guai.

Satu bayangan orang yang tipis, dari samping menerjang naik ke atas dengan cepat, tepat melewati sisi atas Yin-guai, satu sinar kilat berkelebat, saat berpapasan darah menyembur seperti hujan.

Punggung Yin-guai telah di belah satu lubang besar oleh sebilah pedang.

Bayangan tipis dengan cepat turun ke bawah, ternyata dia adalah Jin Wen-wen.

Melihat jelas Jin Wen-wen, wanita cantik dari Jin-she-dong, hati dia meloncat, ada perasaan gembira dan ketakutan, dia menundukan kepala sepertinya tanpa sengaja menghindar pedang wanita cantik, untungnya pedang ini hanya bayangan di dalam kepalanya.

Dia membalikan kepala segera kabur, melarikan diri ke arah yang tidak ada orang.

Ketika dia melarikan diri, ketua perkumpulan Liu. Shen-li-jin-gang masih belum terkena tusukan mematikan Fu Ke-wei.

Keluar melewati sudut tembok rumah gubuk, Mi-hun-tai-sui menyedot nafas dingin.

Di depan ada lapangan lain, Hoa-fei-hoa dan Nie-sha-yin-hoa dengan sorot mata dingin sedang menunggu dia.

"Orang-orang kalian masih belum mati semua, kau sebagai tamu agung diam-diam sudah melarikan diri, apa pantas?" kata Nie-sha-yin-hoa bernada dingin, "jangan takut, kedudukanmu tinggi dan juga tetua, tidak ada alasan takut pada kami dua orang angkatan muda, saat kau ternama kami masih belum lahir! Penakut...!"

Dia melihat di sekeliling tidak ada orang, dia jadi berani, sambil menggigit gigi meloncat masuk kelapangan.

Tapi kemudian dia jadi merandek, tidak berani maju lebih lanjut.

Melihat tiga jarinya tangan kiri Nie-sha-yin hoa menjepit sekuntum Duo-ming-yin-hua, dan tangan kirinya Hoa-fei-hoa memegang tiga buah Jarum Dewa Tanpa Bayangan.

Duo-ming-yin-hua dan Jarum Dewa Tanpa Bayangan adalah senjata rahasia bagi setiap orang persilatan yang mendengarnya jadi berubah warna wajahnya, senjata ini lebih menyeramkan dari pada kartu undangannya raja neraka.

"Kami khawatir akan Xiao-yao-san mu." kata Nie-sha-yin-hoa bernada dingin, "maka kami akan menggunakan senjata ini mengantarkan kau ke neraka, kau harus dibunuh, orang yang telah kau celakai sudah terlalu banyak. Kau ingin pilih senjata yang mana" Duo-ming-yin-hua atau Jarum DewaTanpa bayangan?"

"Wanita kecil, senjata rahasia kalian tidak akan membuatku takut." Dia memaksakan diri berteriak.

Di dalam hati dia tahu, Duo-ming-yin-hua dan Jarum Dewa Tanpa Bayangan sangat menyeramkan. Satu macam senjata itu saja orang sudah ngeri, apa lagi menghadapi dua macam sekali gus" Jika ingin menghindar Jarum Dewa Tanpa Bayangan yang kecepatannya secepat kilat, dan Duo-ming-yin-hua yang keji menakutkan, dia tidak yakin sanggup.

"kami tidak menakut-nakuti, tapi langsung akan membunuhmu." Kata Hoa-fei-hoa dingin melanjutkan, "aku katakan satu pasti tidak akan dua."

"Xiao-yao-san telah aku taburkan." Dia tetap masih berharap lolos, "lihat, kalian sedang berdiri di bawah angin."

"Betul." "Kalian segera akan jatuh."

"Betulkah" Jiu-tian-fei-long juga tidak takut pada Xiao-yao-san mu, apa kami bisa takut" Kau sungguh seperti seekor babi."

"Iii! Maksudmu......"

"Kami ada obat penawarnya."

"Omong kosong! Di dunia ini, sama sekali tidak ada obat penawarnya, hanya obat penawar khusus dariku baru bisa menawarkannya......"

"Memang obat penawar darimu!"

"Apa?" "Ingat tidak" Di kota Wu-chang, taman Qing-feng, tuan muda He itu."

"Aduh!" "Dia adalah Fu-jiu, dan aku ini adalah pelayannya dia."

"Omong kosong! Aku tidak percaya, tidak percaya....."

Dia tidak bisa tidak percaya, tidak ada orang yang takut pada Xiao-yao-san nya lagi.

"Orang semacammu, tidak bisa mendengar kata-kata jujur."

Mi-hun-tai-sui jadi ketakutan, jika tidak pergi sekarang, Fu-jiu akan segera mencari dia, kali ini Fu-jiu pasti tidak akan mengampuni dia lagi!

Sekali bergerak dia meloncat tiga zhang, dia membelok lari dengan cepat.

Dua wanita ini saling berpandangan, sepertinya sudah ada saling pengertian, Hoa-fei-hoa melayangkan tangan kiri.

"Mmm!" Mi-hun-tai-sui merasa punggung di sebelah kanan bergetar, ada benda yang masuk ke dalam tubuhnya.

Tubuhnya masih tetap maju ke depan, punggungnya kembali bergetar sekali lagi.

"Serahkan padaku!" dia mendengar ada orang yang teriak, Jin Wen-wen.

Punggungnya bergetar ketiga kalinya, lalu dia merasakan sakit luar biasa.

"Enghhh......" Mi-hun-tai-sui berteriak terakhir kalinya, kaki dan tangan menjadi lumpuh, karena sakit yang amat sangat dipunggungnya, dia terjungkal jatuh ke depan.

Sekejap sebelum jatuh terjungkal, di depan mata tampak satu bayangan orang, menghadang jalannya, benar saja dia Jin Wen-wen.

"Habislah aku!" dia terakhir kalinya merintih tanpa harapan.

Kampung nelayan yang kosong melompong, setengah bayangan orang pun tidak ada, membuat setiap orang timbul perasaan kosong dan mati.

Perasaan semacam ini sangat mudah menimbulkan perasaan ketakutan di dalam hati, tidak ada orang yang mau tinggal di tempat seperti ini.

Dua puluh satu mayat, semua di lemparkan ke dalam rerumputan ilalang, bau amis darah di kampung itu membuat orang ingin muntah.

Hingga Jiu-tian-fei-long dan Da-he-shen-wen juga telah menghilang, jadi lebih menambah situasi menyeramkan.

Karena tidak menemukan tuan rumah keluar menyambut, semua orang terpaksa naik ke perahu meninggalkan kampung nelayan, siapa pun tidak bisa menduga kenapa tuan rumah menghindar tidak mau bertemu.

Lima hari kemudian, markas perkumpulan Cun-qiu di Zhen-jiang akhirnya resmi ditutup, pohon tumbang kawanan monyet pun bubar, tidak ada seorang pun yang tahu dimana ketua perkumpulan mereka berada.

Perkumpulan Cun-qiu yang disebut perkumpulan nomor satu di Jiang-nan, resmi terhapus dari dunia persilatan.

Para anggota perkumpulan bubar, tapi gelombang tersembunyi sedang mengalir.

Fu Ke-wei dan kawan-kawan, menginap di satu rumah petani di luar kota.

Setelah makan malam, semua orang berkumpul di ruangan mengobrol.

"Si brengsek tahi anjing itu sungguh masih beruntung." Xie-shen mengangkat gelas minum satu teguk, "dua kali penjagalan besar-besaran, dia bisa lolos dari mala petaka, dikemudian hari mau mencari dia akan lebih sulit lagi."

"Dia adalah orang yang tidak bisa diam, oleh sebab itu dia tidak akan bersembunyi selamanya. Dia akan menemui beberapa teman, teman persilatan yang satu haluan dengannya, malah perguruannya bisa membantu dia, supaya bisa bangkit kembali." Kata Nie-sha-yin-hoa menyunggingkan mulut.

"Si brengsek itu sungguh seperti dewa Wabah, setiap tempat yang dikunjungi mala petaka selalu mengikutinya, tiangnya jatuh juga masih menyeret orang lain jatuh, siapa yang masih berani membantu dia?" kata Xie-shen tidak sependapat.

"Bukan begitu, di dunia ini orang yang membantu dia banyak sekali, ternama dan keuntungan siapa yang tidak berminat?" Hoa-fei-hoa melanjutkan.

"Kakak Fu, bagaimana menurutmu?" tanya Jin Wen-wen tertawa melihat Fu Ke-wei berpikir tidak bicara.

"Aku sedang berpikir, mungkinkah sekarang Yu-shu-xiu-shi menggabungkan diri dengan ketua benteng Xi?" kata Fu Ke-wei memperkirakan.

"Mmm! Ada kemungkinan." Kata Pi-li-hu, "Walau perkumpulan Cun-qiu sudah bubar, tapi Yu-shu-xiu-shi masih bisa mengumpulkan sebagian anggotanya, sedang ketua benteng Xi mempunyai banyak uang. Seorang mengeluarkan uang seorang lagi mengeluarkan tenaga, kedua belah pihak bergabung, itu bisa saja."

"Asalkan mereka berkumpul jadi satu, maka para anak buahnya Pu Chao-chen tidak akan sulit melacak jejak mereka. Xiao Zhen akan segera pulang, harap saja membawa pulang kabar baik." Kata Fu Ke-wei dengan tenang.

Jam sembilan malam, Ouw Yu-zhen telah pulang, dan membawa pulang berita yang di perlukan.

Xu-zhou, adalah pusatnya lalu lintas darat selatan-utara, di jalanan kereta kuda berjalan tidak putus-putusnya.

Orang yang punya kekuasaan di Xu-zhou, mempertahankan kekuasaannya dengan sekuat tenaga, tidak saja mengeluarkan biaya mahal juga mempekerjakan pengawal yang berkepandaian tinggi menjaga rumahnya, juga melatih putra-putranya belajar silat, begitu ada gelagat tidak baik, orang-orang berkuasa ini bersatu padu melawan musuh, makanya jika orang luar mengacau di Xu-zhou, akibatnya akan sangat mengerikan. Sampai pemerintah juga tidak bisa mengaturnya, dan malas mengurusnya.

Sekitar jam empat sore, Fu Ke-wei bersama Xie-shen, Nie-sha-yin-hoa dan Ouw Yu-zhen, menginap di penginapan Liu-fu, penginapan yang paling mewah dikota itu. Penyebaran berita di dunia persilatan ternyata sangat cepat sekali.

Beritanya perkumpulan Cun-qiu di kota Jiang-ning yang terbabat habis semua, sudah menyebar keseluruh Dunia persilatan.

Masalahnya adalah, orang-orang dunia persilatan tidak tahu siapa orang yang bernama Fu-jiu ini.

Sehingga, dalam peristiwa Jiang-ning, orang yang terlibat kecuali orang-orang Jin-she-dong, Hoa-fei-hoa yang sudah ternama malah menjadi sorotan semua orang, Fu-jiu malah jadi orang yang kurang penting, malahan menjadi tawar di dalam berita.

Supaya Fu Ke-wei tidak menjadi sorotan orang, makanya hanya membawa Xie-shen bertiga menginap di penginapan, yang lainnya menginap di penginapan luar kota.

Tapi, tetap saja tidak bisa lolos dari perhatian orang yang ada maksud. Keesokan harinya, setelah sarapan pagi, sudah ada orang yang datang berkunjung.

"Bocah marga Fu, keluar!"

Di pekarangan, seorang setengah baya yang berbaju hitam seluruhnya membawa pedang perlahan berteriak kearah pintu kamar, wajahnya yang pucat kaku, tersenyum dingin yang membuat orang ingin muntah!

Pintu kamar perlahan dibuka, Fu Ke-wei melangkah keluar kamar perlahan berjalan ke pekarangan, dai kiri kanan kamar sebelah juga keluar Xie-shen, Nie-sha-yin-hoa dan Ouw Yu-zhen.

"Kau anjing tua menggonggong apa?" penampilan Fu Ke-wei berbeda sekali dengan dahulu jika menghadapi penantang dengan tersenyum senyum, mata macannya melotot, "mau bicara cepat bicara, mau buang angin segera lakukan."

"Kau ini blasteran yang tidak tahu mati, berani menghina aku." Orang berbaju hitam marah sampai wajahnya jadi lebih pucat lagi, sepasang tangan aneh, sepuluh jarinya dikepal-kepalkan, sikapnya sangat menakutkan orang.

"Kau Pedang Setan Pengail Roh walau termasuk salah satu dari Jiu-hao (Sembilan orang hebat.) dari aliran hitam, tapi masih belum termasuk Xie-shen yang menakutkan, jangan sombong di hadapan aku." Fu Ke-wei menunjukan jati diri lawannya, tampangnya yang menganggap remeh sangat jelas sekali, "aku tidak perduli kau pengangguran ingin jadi ternama, atau disuruh orang datang menakuti aku, semuanya aku tidak perduli, jangan berhayal bisa menakuti aku."

Di pintu koridor, muncul seorang setengah baya berbaju hijau.

"Sombongnya selangit, orang macam kau ini akan cepat mati." Suara orang setengah baya berbaju hijau dingin juga menusuk telinga, dia menggendong tangan pelan mendekat.

"Kau Shi-jue-jian (Pedang jagal sepuluh.) juga pernah sombongnya selangit, kau kenapa bisa hidup sampai sekarang" seharusnya sudah mati dari dulu?" Fu Ke-wei tanpa ragu menghina lawan.

"Saudara Wu, jangan ikut campur, dia bagianku!" Pedang Setan Pengail Roh berteriak dingin.

"Kau juga bagianku." Fu Ke-wei tertawa dingin, "Kau yang mencari aku, ini adalah kesalahan yang paling besar seumur hidupmu, kau akan membayar kesalahan ini dengan harga yang paling mahal."

Satu suara dengungan pedang, Pedang Setan Pengail Roh mencabut keluar pedangnya, dari pedangnya terdengar suara dengungan yang seperti auman singa siulan naga, saat mencabut pedang tenaganya sudah menonjol.

Fu Ke-wei menerima pedang panjang yang diberikan oleh Nie-sha-yin-hoa berikut sarungnya, pelan-pelan mencabut pedang, wajahnya sedikit pun tidak tampak emosi, tenang dan santai sedikit pun tidak ada emosi.

"Hati-hati! Saudara Wang." Shi-jue-jian seperti melihat ada gelagat yang tidak benar, memperingatinya.

Sia-sia dia mengkhawatirkan, Pedang Setan Pengail Roh dengan sombongnya maju menerjang, melalui jalan tengah mendesak, hawa pedangnya tiba-tiba meledak, sedikit pun tidak ada sikap seorang tetua yang ternama, dia menggunakan tenaga dalamnya yang kuat, dalam satu jurus ingin menundukan lawan.

Tidak tahu keadaan diri sendiri juga tidak tahu keadaan lawan, menjerumuskan diri sendiri ke dalam bahaya.

Satu suara tembusan terdengar, sinar listrik yang dikeluarkan oleh Fu Ke-wei tanpa ragu-ragu menghadang kearah sinar pedang yang datang, terlihat sinar berputar, angin dan geledek mendadak timbul.

Pedang Setan Pengail Roh tubuh dan pedangnya terbang terlempar dua zhang lebih, buum... dalam getaran besar, menabrak patah satu tiang koridor, menabrak lagi ke tembok, lalu roboh ke bawah.

Shi-jue-jian terkejut, wajahnya berubah, tangan kanan yang tadinya telah memegang pegangan pedang, dengan putus asa dilepaskan.

"Siapa yang menyuruh kau datang kesini?" ujung pedangnya Fu Ke-wei ditempelkan di tenggorokannya Pedang Setan Pengail Roh, "aku tidak bisa membunuhmu disini, supaya tidak di perkarakan, tapi aku bisa menghancurkan saluran hawa murni dan darahmu, biarkan lawanmu yang mencari kau."

Di sekeliling telah berkumpul beberapa pelayan penginapan dan tamu yang tidak berani mendekat mendamaikan, satu persatu melongo dengan wajah pucat.

"Le......lepaskan aku......"

"Tidak bisa." "A......adalah tuan kedua Xiao dari selatan kota......"

"Xiao apa?" "Xiao Du......"

"Ooo! Seruling Racun Xiao Du salah satu dari Tiga Seruling Dunia, rumah dia disini" Bagus bagus."

"Tuan, kau adalah orang yang di hebohkan, berjalan kemana pun akan timbul masalah, kami tidak berharap orang luar mengacau di tempat kami, sehingga......" Shi-jue-jian melanjutkan perkataannya.

"Sehingga Seruling Racun ingin mengusir aku" kata Fu Ke-wei dingin, "jika aku tidak mau pergi bagaimana?"

"Ini......didaerah kami ada beberapa orang tidak bisa terima, ingin bertarung dengan mu orang yang menghebohkan ini." Kata Shi-jue-jian dengan wajah aneh, "jika mereka mengaku kalah, maka tidak akan mengganggu kau bergerak dikota kami."

"Jika aku tidak terima bagaimana?"

"Kau akan berhadapan dengan orang-orang seluruh kota, terang-terangan, gelap-gelapan, perorangan atau berkelompok semuanya akan menghadapimu."

"Ini siasat cara mendesak" Atau ancaman?"

"Mungkin semuanya benar."

"Apakah kalian tahu aku disini akan mengurus apa?"

"Tidak tahu." Kata Shi Jue Jian tertawa, "apakah kau menerimanya?"

"Baik, aku terima." Nadanya Fu Ke-wei sangat pasti.

"Kau harus seorang diri datang bertemu, jika tidak, di sepanjang jalan pasti akan ada orang yang memblokir, setiap orang asing semua tidak di izinkan melewati jalan yang kau lalui, pasti akan terjadi peristiwa yang tidak terduga, jika kau takut, kau berhak menolaknya."

"Baik, seorang diri pergi bertemu, kapan" Dimana?"

"Dengan suara bom tengah hari di loteng benteng kota sebagai batas waktu, tepat tengah hari, di lapangan latihan tentara yang telah tidak dipergunakan lagi, tiga li dari luar gerbang kota selatan, pada waktunya akan ada orang yang menyambut kedatanganmu, waktunya tidak banyak, anda boleh memilih mau pergi atau tidak, masih belum terlambat."

"Aku pasti datang." Kata Fu Ke-wei tawar, "Kecuali di sepanjang jalan terjadi hal yang tidak terduga."

"Orang-orang di kota kami, pasti tidak akan menggunakan cara licik di sepanjang jalan." Kata Shi-jue-jian tertawa, "Pamit, dan semoga lancar."

"Silahkan." Lalu muncul dua orang pelayan penginapan, dengan tergesa-gesa membopong Pedang Setan Pengail Roh keluar.

Xie-shen bertiga, dengan tegas menolak Fu Ke-wei pergi seorang diri, mereka bersikeras akan menyamar bersama-sama pergi, tapi ditolak dengan tegas oleh Fu Ke-wei.

"Mereka sudah mengatakannya terlebih dulu, sama sekali tidak boleh ada orang asing yang mendekat, jika tidak pasti darah akan mengalir, kalau sudah begitu maka tidak bisa tidak akan diganggu oleh para ular di daerah ini, dan akan terjadi pertumpahan darah yang mengerikan, hingga mengorbankan banyak nyawa tidak berdosa." Kata Fu Ke-wei dengan nada pasti, "makanya aku harus pergi, kalian tenang saja, bila benar-benar ada bahaya, aku akan melihat situasi meloloskan diri, aku punya keyakinan bisa lolos dari kejaran pesilat tinggi super yang ilmu silat meringankan tubuhnya nomor satu di dunia, percayalah padaku."

Tiga orang itu punya keyakinan kuat akan ilmu silat meringankan tubuhnya, asalkan dia tidak bersikukuh, mau meloloskan diri, mereka percaya tidak ada orang yang bisa mencegah dia pergi.

Tiga orang itu terpaksa menganggukan kepala, tapi menyatakan akan menghubungi Hoa-fei-hoa dan kawan-kawan bersembunyi di sekitar tempat pertemuan, setiap saat siap membantu.

Seperempat jam sebelum tengah hari, Fu Ke-wei dengan berbaju hijau berkibar-kibar muncul di gerbang selatan kota.

"Saudara Fu tepat janji, kami merasa tersanjung." Kata dua orang laki-laki besar yang menyambut kedatangannya dengan hormat, "kami berdua akan membawa jalan, silahkan ikut."

"Merepotkan kalian, silahkan!" dia juga dengan ramah, kedua belah pihak sedikit pun tidak tampak permusuhan.

berjalan keselatan tiga li, tibalah di lapangan latihan tentara yang tidak digunakan lagi, rumput liar menghijaukan lapangan, lapangannya datar, sungguh satu lapangan yang cocok untuk pertarungan.

Laki-laki dan perempuan sekitar empat puluh orang lebih, membentuk setengah lingkaran menyambut tamu, empat puluh pasang mata lebih, semua melihat dengan sorot mata aneh menyambut dia.

Diantaranya ada beberapa orang tampak marah, mengira tingkah dia yang berani ini, sangat sombong dan memandang sebelah mata seluruh pendekar kota Xu-zhou.

Di atas loteng benteng kota yang jauhnya tiga li, samar-samar terdengar suara lonceng waktu bergema, dan tiga suara bom memberi tahukan waktu tengah hari, tepat waktu tengah hari.

Shi-jue-jian membawa lima orang anak buahnya, meninggalkan kelompoknya maju menyambut, mempertahankan kedudukannya sebagai tuan rumah, dengan hormat terlebih dulu belakangan baru dengan senjata.

Tuan rumahnya adalah Kuang-jian (pedang angkuh) Yu Ting-yao, dia segera menyatakan pendiriannya, dia adalah sahabatnya keluarga Xiao, mewakili Seruling Racun Xiao-du, mengundang para pendekar di dalam dan diluar kota, berniat, bersama-sama dengan kedudukan sebagai ular setempat, bertarung dengan Fu-jiu, seekor naga kuat.

Naga kuat datang tidal sopan, tidak pernah menurut aturan menemui dulu penguasa setempat, mereka tidak bisa menerima perlakuan ini, makanya hari ini ada pertemuan di lapangan latihan di selatan kota.

Setelah menyatakan kedudukannya, Kuang-jian memperkenalkan empat orang teman yang bersamanya.

Jue-jian (pedang buntung) Su Tian-chao, salah satu dari Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, menempati urutan keempat, lebih rendah dua tingkat dari ketua benteng Xi.

Luo-yin-jian (pedang dingin pahlawan) Lu-an, seorang ahli pedang yang ternama, nama besarnya walau tidak sebesar Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, tapi kemahiran jurus pedangnya tidak kalah oleh Sembilan Jago Pedang Terbesar.

Zhui-hun-biao (senjata rahasia pengejar roh) Luo Tai-he, salah satu ahli senjata rahasia masa kini.

Shen-dao (Dewa golok.) Shang-zi, ahli golok ternama di daerahnya, ilmunya sangat mantap.

Fu Ke-wei merasa lucu, orang-orang ini menyatakan dirinya sebagai ular setempat Xu-zhou, mengaku dirinya adalah pendekar Xu-zhou, tapi hanya Shen-dao Shang-zi yang asli orang dari Xu-zhou. Yang lainnya semua adalah orang yang dipekerjakan oleh penguasa setempat sebagai pengawal, bagaimana bisa mewakili ular setempat Xu-zhou"

Tuan rumah Kuang-jian, juga bukan asli orang Xu-zhou.

Orangnya terlalu banyak, tidak bisa satu persatu di kenalkan, di antaranya malah tidak tahu siapa itu Fu-jiu.

Setelah berbasa basi, Kuang-jian Yu Ting-yao masuk dalam pembicaraan pokok.

"Kita ini semua adalah para pendekar yang hidup dari golok, menghormati moral dunia persilatan dan aturannya." Kata-kata Kuang-jian tajam seperti golok, tapi di luar menampilkan jiwa pendekar, "saudara Fu baru turun gunung, mungkin di dalam hati juga mengerti, moral dan aturan bukanlah sama sekali tidak berubah, bisa mengikuti tempat atau waktu berbeda......"

"He he he! Saudara Yu, maksudmu aku mengerti, semua orang juga mengerti, aku tidak akan merasa terganggu." Fu Ke-wei tertawa melanjutkan, sangat tidak sopan, "bagus sekali kau mengatakannya, aku Fu-jiu baru turun gunung, aku sekarang sudah datang, kalian semua adalah tetua, kalian bagaimana mengatakannya, aku menurut saja, makanya ada pesan apa silahkan katakan saja, apa sudah puas!'"'

"Saudara Fu dalam kerendahan hatinya ada kesombongan, blak-blakan, aku menghormati kau." Kuang Jian tertawa bangga sepertinya telah menangkap tangan musang kuning yang mencuri ayam, "kami berlima, setiap orang dengan adil bertarung sekali denganmu, di antaranya ada waktu bisa istirahat sebentar, dalam lima pertarungan jika memenangkan tiga pertarungan, berarti menang dan bileh meneruskan perjalanan, kami para pendekar dari Xu-zhou, selanjutnya tidak akan perdulikan tingkah lakumu. Tapi jika kalah, kau harus bersujud pada kami para pendekar Xu-zhou menyatakan minta ampun, dan membawa orang-orangmu, sebelum matahari tenggelam jauh, segera pergi dan jangan kembali lagi."

"Bagus sekali, seingat adil!"

Kuang-jian mengangkat tangan diayunkan, keluarlah sepuluh orang laki-laki dan perempuan.

"Sepuluh orang ini adalah saksinya, dijamin kedua belah pihak bisa bertarung dengan adil." Kuang-jian semakin bangga, "mereka mewakili kehormatannya para pendekar Xu-zhou, pasti jadi wasit yang adil, apakah kau ada usul lain?"

"Tidak ada, bagus sekali! Aku percaya mereka akan jadi wasit adil."

Orang-orang ini telah menganggap dia daging di atas talenan, ada usul juga bisa apa"

"Terima kasih atas kepercayaannya saudara Fu, saudara Fu apakah ada kata-kata yang mau diucapkan?"

"Satu hal, kenapa tidak memperbolehkan aku membawa orang?"

"He he he......" Kuang-jian tertawa dingin dengan bangga, "kami sudah tahu, kau di luar membawa Xie-shen tiga orang, diam-diam masih membawa Hoa-fei-hoa wanita pembunuh yang membunuh orang dengan segala cara, empat orang ini semuanya adalah buronan yang tidak takut mati, jika mereka menggila, ini......kami akan membayar dengan harga yang menakutkan."

"Ooo! Begitu, aku sudah tahu bagaimana caranya menghadapi kalian." Fu Ke-wei merasa lega tersenyum, di dalam hati malah berkata, "kalian sungguh tidak beruntung, ternyata semuanya setan penakut."

Mudah menghadapi setan penakut, dan juga sudah ditakdirkan akan kalah.

"Kau bicara apa?" Kuang-jian jelas tidak mendengar kata kata dia.

"Tidak apa-apa, aku sedang menunggu saudara Yu mengumumkan dimulainya!"

"Betul, siap mengumumkan dimulainya. Ooo! Saudara Fu, masih ada satu hal......"

"Silahkan katakan."

"Saudara Fu, tidak di batasi menggunakan pedang atau golok......"

"Betul, tidak dibatasi pedang atau golok, walau pun seorang ahli silat nomor satu dunia, juga tidak berani dengan sombong mengatakan niatnya muncul gerakannya tiba, mengenal titik saluran menusukan pedangnya, menyerang mata kiri tidak akan salah mengenai mata kanan, aku mengerti."

Kata Fu Ke-wei tertawa, "kedua belah pihak bertarung, siapa pun tidak berani menjamin siapa beruntung siapa tidak beruntung, ini kan bukan berlatih silat antara guru dan murid. Tenang saja! Jika aku mati disini, orang-orang aku akan menggali lubang disini menguburkan aku, tepuk-tepuk kaki berjalan pergi, tidak akan menyalahkan langit atau manusia, karena aku kalah dan mati dalam pertarungan yang adil, mereka mengerti apa artinya kalah, orang yang takut kalah tidak akan membayar dengan nyawa."

"Bagus, blak-blakan sekali, sekarang kita mulai, Shen-dao Shang-zi saudara Shang, dia yang pertama."

Matahari terik, sedikit pun tidak ada angin, di bawah terik matahari bertarung nyawa, memerlukan tenaga yang banyak.

Harus bertarung lima babak, sungguh satu lelucon, harus menghabiskan berapa banyak tenaga"

Ini artinya, walau pun ilmu silat Fu-jiu, lebih tinggi satu lawan satu dari pada lima orang itu, tapi asalkan menggunakan cara bertempur bergerilya, menghabiskan waktu beberapa saat lalu mundur . mengaku kalah, dia pasti mati kelelahan.

Ini adalah pertarungan yang sudah di tentukan, para pendekar Xu-zhou menggunakan siasat yang sama sekali tidak adil ini, mendesak dia berjalan kejalan buntu, berniat membunuh dia.

Kedua belah pihak berhadapan hanya berbasa basi saja, tetap menjaga sikap pendekar.

Para saksi menunggu kedua belah pihak selesai basa-basi baru mengambil posisi masing-masing.

Fu Ke-wei berdiri di bawah, menyatakan menghormati kedudukan lawan sebagai tetua.

Para saksi tidak mengumumkan aturannya, juga tidak memeriksa senjata dan senjata gelap. Ini artinya, kedua belah pihak bebas menggunakan apa saja, tidak dibatasi.

Setelah selesai menghormat, pedang pun di hunus, Fu Ke-wei dengan sopan memberi hormat pedang, lalu bersiap, otot di wajah mulai melemas, oleh karenanya diwajahnya muncul tawa yang tidak menentu yang perkasa, dibandingkan dengan mereka yang bertarung untuk menang, mata melotot marah, semangat tinggi sama sekali berbeda.

Sikap perkasanya Shen-dao telah hilang, di ganti dengan wajah yang serius, mungkin memang seorang ahli sungguhan, mengetahui lawan sudah sampai tingkat hawa murninya berkumpul di dalam, dia tidak terganggu oleh keadaan diluar, terpaksa mempertinggi kewaspadaannya.

"Maaf! Tetua Shang." Fu Ke-wei menggunakan suara yang tanpa perasaan dengan tenang berkata.

Ini maksudnya dia akan menyerang terlebih dulu, berbalik dari tamu jadi tuan rumah, dia adalah angkatan muda, orang yang lebih tua harus mengalah baru-betul.

"Silahkan." Kata Shen-dao dengan tenang, golok diangkat samar-samar terdengar dengungan siul naga.

Shen-dao mengira Fu Ke-wei pasti menyerang dengan hati-hati sekali, membentuk kekosongan untuk masuk menyerang.

0-0-0

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar