Giok Bun Kiam Lu Chapter 8

Chapter 8

Diceritakanlah bahwa setelah Im Hian Hong Kie-su yang sejati, nama sebenarnya adalah Gak Hong, keluarga almarhum Jendral besar Gak Hui setelah berpisahan dengan Pato dan Gokhiol di Kota Hitam, lalu balik kembali ke Jie Liong San, ke Jie-liong-bio.

Adapun tatkala Gak Hui difitnah oleh Cin Kui dan menjalani hukuman mati yang menimpah sanak keluarganya. maka Gak Hong mengganti namanya menjacli Im Hian Hong Kie-su dan hidup mengasingkan diri bersama kedua orang perwira bawahannya yang setia padanya. Adapun kedua perwira itu yang satu bernama Ong Hoan, yang memiliki tenaga yang luar biasa hebatnya, ia melatih Gwa-kang atau Tenaga-luar. Sedangkan yang satunya lagi bernama Lie Gan yang mempunyai kepandaian untuk mempergunakan senjata Lian Cu Tancie, yaitu peluru berantai! Andaikata ia seratus kali melepaskan pelurunya, maka tidak satupun yang gagal menemui sasarannya. Lie Gan sangat faham akan sifat2 binatang. Apabila ia bersiul, maka binatang2 buas didalam hutan segera datang menghampirinya.

Semenjak kedua perwira setia mengikuti Im Hian Hong Kie-su untuk hidup menyepi mereka menjadi penjaga kuil Jie-Liong Bio. Apabila ada orang jahat yang ingin mendaki gunung, maka mereka menggulingkan batu2 besar atau menyuruh binatang2 buas mengusirnya. Maka selama belasan tahun, tiada seorangpun yang berani mencoba untuk mendekati atau mengganggu Jie-Liong Bio.

Malam itu angin gunung menderu-deru, diluar kuil JieLiong Bio sebaliknya keadaan sunyi senyap. Tiba2 seekor burung gagak terbang keatas seraya menjerit-jerit dengan berisiknya.

Terkesiap Ong Hoan melompat dan masuk kedalam untuk membangunkan Lie Gan.

"Diluar ada orang!" bisiknya.

Cepat2 Lie Gan menjambret busurnya dan membuka jendeIa kamarnya untuk melihat keluar. Baru saja jendela terbuka atau mendadak desiran angin menyambar masuk.

Pada saat itu juga jeritan mengerikan keluar dari mulut Lie Gan, sekonyong-konyong ia roboh dilantai.

Berbarengan dengan jatuhnya Lie Gan, maka sesosok bayangan hitam muncul dijendela. Ong Hoan terperanjat bukan kepalang. Tanpa berpikir panjang lagi ia mengangkat tangannya, dengan penuh kegusaran ia pukul tamu yang tak diundang itu hingga terpental keluar.

Tetapi sebaliknya ia merasa semacam hawa dingin menyerang tubuhnya. Tanpa ayal Ong Hoan menutupi seluruh jalan-darahnya seraya lompat keIuar melaIui jendela. Tapi baru saja ia sampai diluar atau mendadak kakinya menjadi lemas. Maka dengan mengumpulkan tenaga yang penghabisan ia berteriak : "Cujin ada musuh....!" Suaranya berkumandang keseluruh penjuru angin, dan setelah itu seluruh pandangan ong Hoan menjadi gelap.

Menyusul mana ia roboh.....

Im Hian Hong Kie-su yang sedang bersamadi didalam kamarnya, tergetar hatinya. Pada saat itu juga ia mendengar dua macam gelombang suara desiran angin.

Insaf akan kedatangan musuh2 yang tangguh, ia mengganti pakaiannya dan mengenakan baju wasiat Kilin Hok Sin Kok atau baju lapis pelindung tubuh. Lalu diambilnya pula Biat-hwee Hud-tim atau Pengebut-api yang terbuat daripada bulu jenggot gajah laut. Disisipkannya senjata itu pada ikat pinggangnya, kemudiarn barulah ia mengenakan baju biasanya lagi.

Mendadak dari luar terdengar suara gedebukan dan tampaklah dua buah benda besar menghantam dinding hingga hancur, dan terus melayang masuk kedalam.

Itulah dua ekor babi hutan besar yang beratnya ratusan kati. Babi2 itu sudah mati dan kepalanya pecah berlumuran darah.

Seraya tertawa dingin Im Hian Hong Kie-su menyambut hadiah istimewa tersebut dengan kedua belah tangannya.

"Wan Hwi Sian!, malam ini kau baru datang kemari! Sungguh sudah banyak kejahatan yang telah kau lakukan.

Bagus! Aku justru hendak menyingkap kedok rahasiahmu!' Pada waktu yang bersamaan Wanyen Hong yang datang bersama sama Wan Hwi Sian, sudah menghunus pedang pusaka Mo-hwee-kiam. Tiba2 terdengar ditelinganya orang berbisik.

"Wanyen Hong Kongcu, dengarlah! Orang yang datang bersamamu itu justru adalah musuhmu! Dialah Iblis yang selalu berganti rupa." Wanyen Hong menyadari bahwa penghuni dalam rumah itu tengah berbicara dengannya secara rahasia. Ilmu menyalurkan suara diudara itu mirip dengan ilmu pendeta2 kaum Bit-cong Pay yang bernama Thwan lm Jie-Bie! Ilmu itu menunjukkan tenaga-dalam yang tinggi sekali! Dengan cara demikian, hanya orang yang diajak bicara saja yang dapat mendengar, orang lain tidak. Wanyen Hong sangat terkejut akan apa yang baru didengarnya itu.

Wan Hwi Sian tertawa dingin, "Iblis Im Hian Hong!" ia berteriak mencaci. "LekasIah keluar untuk menerina ajalmu" Kau sudah membunuh Hay An Peng, menculik Hay Yan. Hah!, hari ini tamatlah riwayatmu." Berbareng Wan Hwi Sian menggerakkan tangannya, memukul amat dahsyatnya. Biasanya pukulan angin Wan Hwi Sian dapat membuat rubuh dinding batu, maka sudah semestinya dinding kuil Jie-Liong Bio takkan dapat menahan serangannya. Namun sungguh aneh" Beberapa kali Dewa Kera Terbang memukul, tapi rumah itu tidak roboh, hanya pelahan-lahan terbenam kedalam tanah sehingga rumah itu kini lebih rendah berdirinya dari semula.

Melihat kejadian itu, Wan Hwi Sian berdiri mejublak.

Begitu pula Wanyen Hong melongo keheran-heranan.

Sekonyong-konyong ditelinganya terdengar pula bisikan halus: "Kongcu yang berdiri disisimu itu tidak lain dari pada iblis jahanam yang dulu menyamar menjadi Tio Hoan. Ia mengetahui bahwa aku mengetahui rahasianya, maka ia hendak mempergunakan pedang Mo-hwee-kiammu untuk membinasakan aku. Apabila kau tak percaya, kibaskanlah pedang Mo-hwee-kiam dekat tangan-kanannya dan waktu itu juga telunjuk palsu pada tangan sebelah kanannya akan locot dihadapanmu." Selesai membisikkan Wanyen Hong, Im Hian Hong Kiesu membentak dengan suara mengguntur.

"Wan Hwi Sian, kau telah menipu Wanyen Hong Kongcu sebagai Tio Hoan. Tepatlah dikatakan bahwa kau berhati serigala dan bernapaskan paru2 anjing ...." Bukan kepalang gusarnya Wan Hwi Sian! Dangan mata menyala-nyala ia berseru kepada Wanyen Hong.

"Kongcu, lblis itu menyemprotkan darah kepada kita.

Apa yang kita nantikan lagi?" Sambil menarik tangan sang puteri, berbareng ia menghantam bertubi-tubi menghancurkan dinding kuil dengan telapak tangannya.

Serempak dengan itu dari dalam rumah berkelebat keluar dua benda yang lantas saja hancur berkeping-keping. Itulah babi2 hutan yang dilemparkan keluar oleh lm Hian Hong Kie-su! Tiba2 angin berkesiur dari dalam rumah dan sesosok bayangan orang muncul keluar.

Wan Hwi Sian mengayunkan tangannya dan bagaikan kilat senjata-gelapnya membeset diudara malam, menyilaukan sinarnya. Im Man Hong Kie-su berdiri tegak dengan Biat-hwee Hud-tim ditangannya Sekali dikibaskan hud-tim itu. maka senjata2 gelap itu lantas menempel pada bulu2 hudtim, indah nampaknya bagaikan perhiasan saja! "Ha-ha-ha! Sungguh suatu timpukan yang jarang tandingannya dari ilmu Liu-seng Yap-cu Piauw!" Demi mendengar teriakan itu, hati Wanyen Hong terkejut! Diawasinya orang yang bersenjatakan Hudtim itu dengan seksama, sibaju hitam! Dikepalanya terdapat sebuah topi yang biasa dipakai oleh seorang sastrawan, jubahnya amat besar, sedangkan lengan bajunya bergoyang-goyang tertiup angin.

Boleh dikata tidak ada perbedaannya dengan sibaju hitam yang biasa ditemui oleh Wanyen Hong..... tetapi...

ada perbedaannya diantara keduanya. Perbedaannya, ialah yang dulu sinar matanya ber-nyala2 seram menakutkan, sebaliknya yang ini dan sekarang berada dihadapannya ....wajahnya jernih dengan sikapnya yang agung.

"Siapakah gerangan orang ini?" pikir Wanyen Hong dalam hatinya.

Seketika itu wajah Wan Hwi Sian menjadi pucat.

"Im Hian Hong Kie-su!" teriaknya dengan gemetar, "Kiu-cu Liu-seng itu adalah milikmu. Semenjak beberapa tahun ini sudah banyak korban yang jatuh akibat tangan jahatmu. Aku hanya membalas dengan cara yang sama, agar kau binasa dengan nasib serupa seperti korban2-mu." "Ah, kiranya begitu!" jawab Im Hian Hong sambil tersenyum, "Hek Yauw Hu-lit Sian! Aku Gak Hong mengucap banyak terima kasih atas pengajaranmu!" Demi Wan Hwi Sian disebut Hu-lit Sian, Wanyen Hong mendadak menjadi pucat air mukanya.

"Apa"! Kau... Gorisan"!" seru Wanyen Hong dengan gemetar seraya menuding kepada Wan Hwi Sian. Adapun gerakan itu seolah-olah Wanyen Hong hendak menyingkap wajah aslinya Wan Hwi Sian! "Kau"!...." Tetapi sampai disitu saja perkataannya, Wan Hwi Sian yang kini bermandikan peluh tertawa dengar suara parau : "Kongcu, kau jangan mendengar obrolannya.

Ia hendak mengadu-dombakan kita. Waspadalah!" Mendadak, mendadak saja Wan Hwi Sian melompat kesamping! Dengan gerakan yang amat pesat, ia menyerang Im Hian Hong Kie-su! Sebagaimana diketahui Wan Hwi Sian mahir menggunakan ilmu meringankan tubuh dari Barat-laut, maka kini dipergunakannya tipu Leng-wan Ya-cong atau Kera-sakti berloncatan dimalam-hari. Gerakannya sangat gesit dan lincah serta cepat bagaikan halilintar! Im Hian Hong Kie-su hanya melihat bayangan berkelebat dan tiba2 saja mukanya kena telapak tangan yang bersinar hijau.

"Plak!" lm Hian Hong Kie-su terhuyung-huyung kebelakang.

Mata Wanyen Hong membelalak. Melihat tanda bekas telapak tangan berwarna hijau dileher orang, hatinya menjadi dingin. Apa yang dilihatnya ialah bahwa bekas telapak tangan itu... berjari empat! Puteri negeri Kim menggigil kedinginan. Nafasnya turun-naik amat sesaknya saking menahan, amarahnya yang bergelora. Terbayang-bayang pula dalam pikiranya perjamuan maut di Kota Hitam.

Im HianHong Kie-su menggeletak di atas tanah bagaikan mayat.

Seraya menjerit bagaikan keranjingan Wan Hwi Sian lompat menerjang pula untuk membunuh lawannya yang kelihatan sudah tak berdaya lagi, yang sedang menunggu kematian saja.

Dengan gerakan Hek-hauw Tiauw-sim atau Harimauhitam-mencuri-hati Wan Hwi Sian menghantam dada Im Hian Hong Kie-su dengan suara yang menggeletar.

Sedangkan tangannya yang lain siap-sedia memberikan pukalan untuk membinasakan! "Gedebuk!...." Telak sekali pukulan itu mengenai dada Im Hian Hong Kie-su! Sipenunggu Puncak Gunung Maut menjerit dan berkelejetan seperti seekor ikan! Dengan megahnya Wan Hwi Sian mendongak keatas dan tertawa terbahak-bahak. "Ha-ha-ha.! Ha--ha-ha!.... kau akhirnya mampus juga!" Dia melangkah maju dan melontarkan tendangan geledeknya.

Tapi... sekonyong-konyong... dengar tidak ter-duga2 Im Hian Hong Kie-su mencelat bangun! Sungguh suatu gerakan yang luar biasa cepatnya! Berbareng dengan itu pendekar besar itu mengirimkan pukulan Wan-to Bian-chiu atau tangan-kapas-meraup-selendang yang hebat bukan kepalang. Tepat sekali pukulan itu mengenai mukanya Wan Hwi Sian. Dan Wan Hwi Sian mengerang kesakitan, menyusul mana ia jatuh terguling ketanah.

Selagi Wanyen Hong dengan tegangnya menyaksikan perkelahian yang luar biasa hebatnya itu, bekas tetapak tangan pada leher Im Hian Hong Kie-su lenyap! Sebaliknya kini nampak dipipi Wan Hwi Sian... tanda telapak tangan berwarna hijau segar! Wanyen Hong tak habis berpikir. Memang ia mengetahui bahwa para ahli tenaga-dalam sudah mencapai taraf yang sempurna, memiliki ilmu Khie-kang Han-thwan-tauw atau Mengirim-tenaga-melalui-udara.

Ilmu tersebut selain dapat mematahkan pukulan musuh, juga dapat berbareng mengembalikan pukulan pada lawannya sendiri. Tepat kalau dipakai istilah : Meminjam tenaga lawan untuk menghancurkan lawan itu! Tadi Im Man Hong Kie-su telah terkena pukulan Lokmo-ciang dari Wan Hwi Sian, tapi kini telapak tangan itu dikembalikan pada pipi lblis itu. Hal mana dengan sendirinya telah mengubah serta memunahkan lukanya sendiri! Wanyen Hong tertegun bahna kagumnya.

Sebagaimana diketahui Wan Hwi Sian telah duapuluh tahun lamanya menyakinkan Lok-mo-ciang, ilmu yang menjadi kebanggaannya. Tapi tak disangka kini ia sendiri yang menjadi korban kepandaiannya itu! Tanpa ayal dihisapnya hawa murni untuk melenyapkara tanda telapak tangan pada pipinya itu.

Rupanya Im Hian Hong Kie-su telah menggunakan ilmu Khie-kang Hang-thwan-tauw dan sengaja mandah menerima pukulan dari Wan Hwi Sian itu.

Hal ini ada latar belakangnya, sebab Sipenunggu Puncak Gunung Maut ingin memperlihatkan bahwa telapak tangan Wan Hwi Sian hanya berjari ampat! Dengan demikian sudah menjadi bukti yang tak dapat disangkal lagi bahwa benarlah orang itu adalah musuh besarnya Wanyen Hong! Iblis yang telah lama mempergunakan nama baiknya sehingga ia menjadi korban akibat perbuatan2 jahat itu.

Wanyen Hong segera mengenali musuh besarnya! Hatinya melonjak-lonjak, tubuhnya gemetar. Hanya matanya saja yang ber-api2 menatap Wan Hwi Sian dengan penuh dendam dan kebencian. Melihat pandangan Wanyen Hong itu, mau tak mau hati Wan Hwi Sian gentar juga.

"Kongcu, janganlah kau sampai dikelabui akal bulus si Iblis!" Wan Hwi San berteriak, mencoba ingin membela dirinya. "Tangan kananku jari2nya lengkap lima buah, lihatlah! Dia sengaja menghilangkan telunjukku agar kelihatannya hanya ada empat jari2 saja! Dia hendak membingungkan kau agar mengira aku adalah musuh besarmu. Maka dengan jalan ini, dia ingin meminjam tenaga Kongcu untuk membunuh aku." Ketika Wan Hwi Sian sedang berbicara, telinga Wanyen Hong pada saat bersamaan menangkap suara Im Hian Hong Kie-su yang dikirim melalui udara : "Kongcu, dialah saudara misanm sendiri ....Gorisan! Bunuhlah dia! Jangan kasih lolos!" Sekonyong-konyong bagaikan gila Wanyen Hong menuding kepada Wan Hwi Sian serta menjerit bagaikan gila.

"Gorisan! Kau manusia yang berjiwa binatang! Tak kusangka bahwa musuhku yang sudah tujuhbelas tahun lamanya kucari-cari adalah kau.... Kau, saudara misanku sendiri! Kau!"." Bagaikan halilintar pedangnya menyambar, namun Wan Hwi Sian tidak kalah tangkasnya. Ia merandek, berbareng tangannya mengebut. Begitu kebutan tangan itu mengenai pedang Mo-hwee-kiam, senjata itu kena kesamppk.

"Kongcu, jangan ladeni hasutannya. Dia justa!" berteriak Wan Hwi Sian alias Gorisan.

Pedang pusaka bergetar ditangan puteri negeri Kim.

Matanya mengawasi Wan Hwi Sian dengan panah kebencian yang menggila! Tampak olehnya samar2 pada muka orang itu ada sesuatu yang tidak beres. Kulit muka orang itu telah merekah dan terbeset sedikit. Kini Wanyen Hong menyadari bahwa orang telah mengenakan ... sebuah kedok! Gorisan belum mengetahui bahwa sebagian dari kedoknya telah rusak. Melihat sang puteri tengah memandang dirinya dengan mata berkilat-kilat, tanpa ayal ia lompat menubruk deengan tipu Leng-wan Tie-kauw atau KeraSakti-memetik-buah. Tahu2 ia berada disamping puteri negeri Kim! Dengan tangan kirinya diluruskan kaku, Gorisan menotok pergelangan tangan sang puteri yang halus-putih, sedangkan tangan kanannya bergerak mencengkeram.

Tapi pada detik yang gawat itu, Im Hian Hong Kie-su mencelat kedepan, berbareng ia sampok lengan Gorisan.

Hebat sekali pukulannya! Tapi Gorisan pun bukan sembarang orang. Laksana ular bermain, jari2nya menyambar untuk menyerang.

Hawa dingin menyambar diudara, terkesiap Im Hian Hong Kie-su menarik kembali tangannya. Bila terlambat, pasti hawa dingin itu akan merembes kejantungnya dan itu berarti ... kematian! Itulah bukan lain daripada tipu Thian-kwan Kay-in atau Malaikat kayangan mencapkan tanda.

"Gorisan, kau adalah manusia anjing yang tidak mengenal budi!" tiba2 Wanyen Hong berteriak, disusul dengan serangan pedangnya yang dahsyat laksana halilintar. Gorisan terkejut! la menginsyafi dirinya dalam ancaman bahaya menghadapi dua lawan tangguh, maka iapun buru2 melompat keluar dari gelanggang pertarungan.

Dibakar kebencian yang membara, Wanyen Hong melesat kedepan sambil menikam dengan pedang Mo-hweekiam! Mendadak Gorisan membalikkan tubuhnya dan dengan gerakan Ci-ju Tiauw-swie atau Kodok-bangkong-meloncat-kedalam-air ia menyerang dengan Lok-mo-ciang kearah sang puteri" Begitu kesampok, pedang Wanyen Hong balik membal keudara. Dengan gusar Wanyen Hong menggetarkan pedangnya dan asap putih mulai mengepul menyelubungi pedang pusakanya.

Gorisan berkali-kali melepaskan pukulan-mautnya yang dahyat, namun satupun tak ada yang dapat menembusi kepulan asap putih. Sebaliknya dia sendiri menjadi kepanasan hingga mendadak saja telunjuknya terlocot! Kiranya telunjuknya adalah palsu! Tak salah lagi! Gorisan adalah si Iblis! Dialah yang telah mencemarkan puteri negeri Kim! Dialah yang menimbulkan kegegeran dan mala-petaka! "Gorisan!" Wanyen Hong berteriak sambil tertawa menyeramkan, "akhirnya tersingkap juga kepalsuanmu! Malam ini adalah malam kematianmu!" Wanyen Hong membuka baju luarnya! Menyusul mana cahaya putih menyorot dari mutiara pada kaca tembaganya.

Cahaya putih itu menyilaukan sekali.

Gorisan memejamkan maianya dan se-konyong2 tubuhnya berjumpalitan membubung keatas, sambil bersiul panjang memekakkan telinga ia sudah hinggap diatas tebing gunung. Begitu kakinya menyentuh batu. Sekali sepak saja batu dihadapannya jatuh menggelinding kebawah dengan suara gemuruh.

"Pengecut! Jangan lari!" Im Hian Hong Kie-su berteriak dengan suara mengguntur. Dengan tak gentar sedikitpun ia mengangkat tangannya menangkap batu besar itu dan bagaikan menyambut daun yang rontok, maka dilemparkannya kembali keatas. Tetapi Gorisan sudah menyingkirlan diri dan menghilang ditempat yang gelap. Sayup2 dari kejauhan berkumandang suaranya.

"Ha-ha-ha! Wanyen Hong, puterimu Hay Yan masih berada ditanganku! Ingatlah!" Muka puteri negeri Kim menjadi pucat.

"Da menculik Hay Yan. Marilah kita susul!" serunya dengan gemetar.

Tetapi lm Hian Hong Kie-su mencegahnya.

"Kongcu," katanya dengan sabar. "Ada peribahasa yang mengatakan : binatang kawa2 matipun tidak kaku. Dia telah meyakinkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna sekali. Tak mungkin kita menyandaknya. Lebih baik kita bersabar dulu. Puterimu Hay Yan tidak terancam jiwanya." "Kie-su" jawab sang puteri, "walaupun Yan-jie adalah keturunan jahanam itu, tapi aku tetap kuatir akan keselamatannya." Laksana butir2 permata yang putih airmata puteri kita berlinang turun.

"Kongcu, janganlah bersusah hati," Im Hian Hong Kiesu menghibur. "Kini Gorisan dapat meloloskan diri. Tapi kalau kelak ia kembali ke Mo-Thian Nia, pasti ia akan masuk perangkap adik-seperguruanmu Liu Bie." Kemalu-maluan Wanyen Hong mengusap matanya.

"Kie-su, bagaimana kau ketahui bahwa adik seperguruanku bernama Liu Bie" Sedangkan aku sendiri belum mengetahuinya," jawabnya dengan heran.

"Dialah murid gurumu Tiang Pek Lo-ni yang terakhir.

Liu Bie lah yang mengirimkan surat gurumu kepadamu." sahut Sipenunggu Puncak Gunung Maut.

Wanyen Hong kini baru mengerti segalanya. Maka ia bertanya pula: "Bagaimanakah Kie-su mengetahui bahwa puteriku Hay Yan tertawan oleh Gorisan!" Im Hian Hong Kie-su menceritakan bagaimana Gorisan telah berhasil menipu Hay Yan untuk disuruh pergi ke Leng-Wan-Koan. Dan disitulah sigadis telah tertawan oleh para Lhama." "Ada hubungan apakah antara kaum Lhama, dengan Gorisan?" tanya Wanyen Hong dengan heran.

"Kongcu," jawab lm Hian Hong Kie-su "Ketahuilah bahwa Gorisan pada akhir2 ini telah bersekongkol dengan pihak See-Hek dan berteman dengan Ang-bian Kim-kong dari kuil Bu-liong Sie cabang Ceng-hay. Dialah yang baru diangkat menjadi menteri agama oleh raja dari negeri See-Hek." Wayen Hong terdiam, mendengar dengan penuh perhatian. "Adapun tugasnya yang terutama ialah memimpin agama Too sedangkan yang lainnya untuk mengurus agama Buddha. Beberapa hari yang lalu, Gorisan telah menyuruh Gokhiol untuk mengirim surat ke Bu-liong Sie dengan maksud mengundang datang Ang-bian Kim-kong ke LengWan-Koan untuk menangkap Hay Yan!" "Jadi puteriku tertawan oleh mereka"!" tanya sang puteri dengan cemas. "Aku harus segera ke Mo-Thian Nia untuk menolonginya." "Kongcu," ujar Sipenunggu Puncak Gunung Maut.

"Gurumu Tiang Pek Loni memesan agar kita jangan bertindak ter-gesa2. Hati kita boleh panas, namun pikiran haruslah dingin." lm Him Hong Kie-su mengajak sang puteri berjalan, tak beberapa lama kemudian sampailah mereka pada sebuah goa yang tertutup oleh batu besar.

Sipenunggu Puncak Gunung Maut mendorong batu tersebut dan dari dalamnya terhuyung-huyung keluar seorang yang berpakaian baju hitam. Orang itu serupa benar dengan Im Hian Hong Kie-su, bagaikan pinang dibelah dua saja. "Kie-su, siapakah gerangan dia"!" seru Wanyen Hong bahna kagetnya.

"Dia adalah murid Ang-bian Kim-kong dari Bu-liong Sie, namanya Ma Tui si Kaki Terbang. Dialah yang kau lihat telah menyamar seperti aku dan ber-pura2 bertempur dengan Gorisan." Wanyen Hong begitu melihat orang itu, segera timbul pula amarahnya. "Plak ! Plok ?" Tangannya mampir dipipi Ma Tui, yang lantas jatuh terguling. "Sabarlah, Kongcu; dia hanya alat-boneka saja," ujar Im Hian Hong Kie-su, kuatir sang puteri membunuh si Kaki Terbang.

"Hei, Ma Tui! Dimana Hay Yan" Lekaslah beritahukan sebelum Kongcu mengambil jiwamu." Ma Tui melihat kepada Wanyen Hong yang tengah mengawasinya dengan mata me-nyala2, menjadi ketakutan sekali. Lekas2 ia ceritakan apa yang diketahuinya "Nona Hay Yan telah ditipu oleh Gorisan yang telah menyuruhnya pergi untuk berjumpa dengan Koncu di Leng Wan-Koan. la masuk kedalam kuil, tetapi tidak ada orang.

Samar2 terhendus olehnya bau wewangian yang aneh, yang seolah-olah membetot dirinya untuk berjalan, berjalan menghampiri wewangian itu.

la melewati tiga pintu, lalu tiba pada sebuah ruangan yang ditengah-tengahnya berdiri sebuah patung Buddha sebesar manusia, jubahnyapun merah tua.

Hati gadis kita bercekad! Patung itu mirip sekaii seperti...

manusia hidup! Se-olah2 orang hidup dalam keadaan mabuk. Tiba2 hidungnya mencium pula wewangian aneh, kini lebih keras, sehingga kepalanya menjadi pening. Kiranya diatas meja sembahyang ada sebuah anglo terbuat dari tembaga yang mengepulkan asap Hay Yan merasakan ada sesuatu yang kurang beres.

Dengan hatil berdebar dihampirinya patung Budha untuk melihat lebih jelas. Tiba2 pada wajah sigadis membayang kekagetan... Patung itu bergerak! "Kau manusia atau setan"!" teriak gadis kita dalam ketakutannya.

"Ha-ha-ha....! Ha-ha-ha...! Betul, aku setan... gentayangan, gentayangan yang mencari kau! Ha ha-ha!" Bukan kepalang kagetnya Hay Yan. Serentak ia mencabut pedangnya untuk melawan. Tapi tiba2 sekujur badannya menjadi lemas, padangannya menjadi gelap.

Terhuyung-huyung ...... sigadis jatuh pingsan ...

---oo0dw0oo---

MENDENGAR cerita Ma Tui itu, Wanyen hong menjadi tak sabar untuk lekas mendengarkan akhir penuturan itu. "Lalu bagaimana selanjutnya?" ia membentak "Patung Buddha itu adalah guruku dalam penyamaran Tapi ia menantikan Gorisan, untuk mengambil tindakan selanjutnya terhadap muridmu." "Kemana pedang Ang-liong-kiam yang kau pakai itu?" tanya sang putri. "Gorisan merasa kuatir," jawab Ma Tui, "Bahwa Gokhiol akan mengenali pedangnya, maka tak berani ia membawanya kemana2. Kemarin ia telah menyuruh aku untuk menyimpannya kembali kedalam lembah. Tapi diluar dugaan, aku telah kena ditawan oleh Kie-su." "Ma Tui," ujar Im Hian Hong Kie-su, "Bila kau mau menunjukkan tempat persembunyian pedang itu, nanti setelah Kongcu berhasil membereskan Gorisan, aku akan melepaskan kau!" Ma Tui menjadi girang bukan kepalang, terus ia berlutut menghaturkan terima-kasihnya.

"Kongcu," ujar Im Hian Hong Kie-su. "Setelah pedang itu kembali ditangan kau, kita akan berangkat ke Leng Wan Koan!"

---oo0dw0oo---

Kita kembali dahulu pada jago-muda kita Gokhiol yang mendapat tugas dari gurunya untuk mengantarkan surat kepada Ang-bian Kim-kong di Bu-liong Sie.

Pada waktu itu wilayah See-Cong masih dibawah kekuasaan pengaruh Turfan dan pengaruh agama Buddha sangat kuat. Ang-bian Kim-kong mendapat anugerah dari raja See-Hek Lie Tek Wang untuk menjabat sebagai menteri agama dan kini ia berkedudukan dikuil Bu-liong Sie di Ceng Hay.

Kesanalah Gokhiol pergi dan menyampaikan surat suhunya. Kemudian ia segera berangkat lagi untuk pulang.

Sepanjang jalan ia memikirkan kata2 gurunya yang menceritakan kepadanya bahwa Wanyen Hong dan Hay Yan bermaksud untuk membunuhnya. Hal ini mau tak mau menjadi buah pikirannya, membikinya gundah gulana.

Sebaliknya waktu akhir2 ini Gokhiol memperhatikan sepak terjang gurunya sangat aneh dan dalam hati kecilnya timbul rasa prasangka. Gurunya menjanjikan untuk bantu membunuh Im Hian Hong Kie-su, tapi sebaliknya kenapa Wanyen Hong yang diajaknya dan bukannya ia sendiri" Dan lagi pula para Lhama di Bu-liong Sie itu roman mukanya bengis2 dan sangat menakutkan, tak tahu dari golongan mana mereka sebenarnya. Mengapa gurunya tak pernah menjelaskannya lebih dahulu" Kali ini ia menyuruh aku mengirimkan surat, tentu ada latar belakangnya. Petang harinya Gokhiol menginap disebuah dusun. Adapun dusun itu hanya terdiri dari tiga sampai lima rumah keluarga.

Pemuda kita duduk didepan rumah penginapan sambil melepaskan pandangannya kearah jalanan dihadapannya.

Hembusan angin sepoi2 meng-goyang2 daun2 hijau diatas pohon yang berjajar dikedua tepi jalan.

Se-konyong2 kesunyian dikejutkan oleh datangnya seorang penunggang kuda, yang kemudian berhenti didepan penginapan. Penunggang kuda itu lompat turun dan melangkah masuk seraya berteriak : "Hei, pelayan! Lekas sediakan aku makan!" Gokhiol memperhatihan orang itu dengan diam2.

Tampak orang itu menggendong sebuah buntalan dipunggungnya, lalu dilihatnya kedua kaki orang itu sangat panjang seperti cengcorang. "Ma twaya, kau perlu apa lagi?" tanya sipemilik penginapan dengan hormatnya, " Hari sudah hampir gelap apa twaya masih ingin meneruskan perjalanan." Orang itu mengeringkan cawannya dan tidak menyahut.

Setelah meletakkan kembali gelasnya diatas meja, barulah ia menjawab : "Guruku menyuruh aku pergi ke Jie-Liong San, tahukah kau jalan mana yang paling dekat?" "Twaya adalah Ma Tui si Kaki Terbang. Adapun jalan yang Iebih dekat untuk sampai di Jie-Long San, adalah jalan melintang Batu im Peng. Tapi jalanan itu berbahaya..." Belum sipemilik penginapan habis berkata, Ma Tui telah menjangkau buntalannya.

"Harap kau catat saja hutangku, nanti kalau aku kembali akan kubayar semuanya." "Tak usah, biarkan saja," jawab pemilik penginapan dengan hormatnya.

Baru saya Ma Tui! keluar pintu atau tiba2 ia balik seolah2 ada sesuatu yang terlupakannya.

"Haya!" ujarnya, "Hampir saja aku lupa karena ter-buru2. Sun Lotia, guruku Ang-bian Kim-kong besok pagi akan pergi ke Mo-Thian Nia. Adapun guruku orangnya berbadan tinggi besar, harap kau ingatkan untuk menyediakan seekor unta. Dan sebelum tengah hari kau harus menjemputnya di Bu Liong Sie. Jangan sampai kau lupa!" Sun Lotia manggut dengan tersenyum.

"Twaya tak usah kuatir. Koksuya akan kusampar." Gokhiol terkejut. Kiranya Ma Tui itu dari Bu liong Sie! Dan dia hendak pergi ke Jie Long San, tempat kediaman Im Hian Hong Kie-su. Dan Ang bian Kim-kong hendak pergi pula ke Mo-Thian Nia. Mungkinkah Lhama itu begitu menerima surat lantas berangkat untuk menjumpai suhunya" Tapi tak mungkin! Gurunya telah pergi bersama Wanyen Hong dan ia sendiri disuruh kembali ke Leng Wan Koan untuk menanti berita. Ah, tentunya Ang-bian Kimkong telah mengetahui bahwa suhunya tidak berada ditempat. Tapi mengapa ia juga hendak pergi ke Mo -Thian Nia" Ke Leng Wan Koan" Diawasinya Ma Tui yang menghilang diantara gelapnya sang malam. Tiba2 terdengar sipemilik penginapan ini menggerutu sendirian : "Ah, sial sial! Dia makan dengan Cuma2, malahan besok masih harus kucarikan unta untuk Ang-liong Kim-kong, rugi!, rugi!..." Seorang tamu yang sedang minum arak, tertawa terbahak-bahrk. "Ha ha ha! untuk menyokong sedikit rasanya tidak ada halangannya. Sedangkan orang lain sampaikan menyembah-nyembah untuk dapat bertemu dengan Ang-bian Kim-kong. Mengapa kau berpikiran demikian tolol, seorang Koksu dari kerajaan See-Hek yang sangat agung kau tak mau mengambil hatinya" Kemungkinan besar kau akan kecipratan jasa baiknya!" Sun Lotia terdiam, merah mukanya.

Gokhiol mengulum senyumnya.....

Pada keesokan harinya, pagi2 benar Gokhiol berangkat dan melarikan kudanya kearah padang pasir yang luas, menuju Hay-Kee-Cun Matahari bersinar amat teriknya tapi angin menghembus sejuk sekali. Hati pemuda kita besar sekali, maka dua hari kemudian sampailah ia ditempat tujuannya. Dusun Hay-Kee-Cun tenang seperti biasa. Empang yang terdapat didepan pekarangan jernih airnya bagaikan cermin.

Gokhiol lompat turun dari kudanya.

"Tio Kongcu, kebetulan sekali! Ada surat penting sekali untukmu." Tiba2 terdengar suara dari atas pohon.

Terperanjat Gokhiol mengangkat kepalanya dan melihat Tai-Tai yang sedang duduk diatas tangkai pohon.

"Hei!, Tai Tai! Ada surat apa" Hayuh!, lekas turun dan berikan padaku." Tai-Tai segera turun dari atas pohon. Kemudian dikeluarkannya sepucuk surat dari dalam sakunya dan berkata : "Kemarin ada seorang gadis cantik menunggang kuda lewat disini. la memberikan aku sekantong buah Toh dan menitipkan sepucuk surat kepadaku. Katanya hari ini kau akan datang. Surat itu harus kusampaikan kepadamu dan menyangkut keselamatan jiwa siociaku. la memesan wanti2 agar jangan sampai surat ini jatuh ketangan yang salah. Sebab itulah aku pagi2 benar memanjat pohon ini untuk menunggu kedatanganmu. Ah, aku takut sekali kau tidak datang." Gokhiol menerima surat itu dan melihat pada sampulnya tertulis sebagai berikut : Dihaturkan kepada yang terhormat Tio Peng.

Dalam surat itu tertulis : Lekas kembali ke Leng-WanKoan untuk menolongi Hay Yan. Jangan terlambat! Akan ada orang yang diam2 membantu kau.

Dibawah surat itu terlukis sepasang alis mata.

Gokhiol merasa heran sekali. Siapakah pengirim surat itu" Dan bagaimana mungkin Hay Yan berada di Leng-WanKoan" "Siocia menghantarkan surat kegunung Ciong-Lam-San atas perintah gurunya. Tapi sampai sekarang belum pulang.

Aku kuatir, Tio Kong-cu." Gokhiol bercekad hatinya. Jiwa gadis yang dicintainya berada dalam bahaya! "Dapatkah kau lukiskan bagaimana romannya gadis yang sampaikan surat ini kepadamu?" ia bertanya.

"Aih, dia cantik sekali seperti Siociaku, tapi yang ganjil adalah sepasang alis matanya. Warnanya hijau seperti dua helai daun liu yang malekat diatas matanya yang jelita" Mendengar tentang warna alis itu, Gokhiol teringat pula akan kata2 Hay Yan dahulu yang pernah menceritakan kepadanya bahwa gurunya Wanyen Hong, Tiang Pek Lo-ni telah menerima seorang murid baru yang mendapatkan julukan Kim Can Bie. Tentulah gadis itu yang dimaksudkan oleh Tai-tai.

Dengan sekali lompat Gokhiol mencemplak pula kudanya. "Nonamu jatuh ketangan Ang-bian Kim-kong. Aku akan pergi ke Leng-Wan-Kian untuk menolonginya." Tapi Tai-tai menahan tali-kekang kudanya serta memaksa agar ia diajak serta.

"Tio Kongcu! Aku mau ikut, tunggulah sebentar." Tergesa-gesa Tai-tai berlari kedalam untuk bersalin pakaian, tapi begitu ia keluar, Gokhiol sudah tak kelihatan lagi mata-hidungnya.

Tai-tai bukan kepalang gusarnya dan sesumbar ia mencaci : "Persetan! Sial! Gila paras elok!" Sehabis kenyang memaki, Tai-tai merasa menyesal.

Ditempelengnya serdiri mulutnya serta berkata searang diri : "Aku benar2 jahat. Dia pergi untuk menolong siociaku. Mengapa sebaliknya aku memakinya" Jika terlambat bukankah siociaku akan binasa?" Mendadak saja bayangan berkelebat dari belakang Taitai dan tahu2 tubuhnya berada diatas punggung kuda, sedangkan ditelinganya ia mendengar orang berbisik.

"Janganlah kuatir, Tai-tai."Dia tak mau mengajak kau pergi, aku yang ajak kau." Dan dalam sekejap mata saja sang kuda berlari kedepan, Tai-tai menoleh dan segera mengenali bahwa yang naik Kuda itu adalah gadis beralis hijau yang telah menyelipkan surat kepadanya waktu kemarin. Tanpa terasa ia berseru : "Kau mau bawa aku kemana?" "Ah, Tai-tai. Jangan banyak bicara, siociamu sedang ditawan musuh. Aku tahu bahwa kau pernah ke Leng-WanKoan, maka aku minta kau menjadi penunjuk jalan."

---oo0dw0oo---

Tak henti2nya Gokhiol memacu kudanya, bagaikan angin "terbang" diatas padang pasir. Kemudian ia mengambil jalan singkat menyusuri permukaan sungai yang airnya telah membeku menjadi es.

Akhirnya ia tiba di Leng Wan Koan. Tapi hari sudah malam. Pemuda kita loncat keatas genteng rumah dan melongok kesana kemari. Setelah dilihatnya keadaan aman, barulah ia melompat turun diruang tengah. la berjalan masuk, berindap-indap tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Tiba2 dilihatnya sebuah topi bambu yang biasa di pakai oleh kaum Lhama bagian barat, menggeletak diatas serambi yang menembus keluarg gunung. Pada topi itu terdapat tulisan "Bu-liong-Sie" yang merupakan tiga huruf Ceng-hay.

Cokhiol terkejut! Segera ia hampiri goa tadi dan tampak didalamnya sebuah pendopo dengan satu meja sembahyang. Adapun tempat sembahyang tersebut ialah untuk memuja rohnya Kie Thian Tay Seng, Sun Go Kong si Raja Kera.

Sedangkan diluar goa terdapat tiga huruf Swie-Cian-Tong.

Gokhiol melangkah masuk, dan bercekatlah hatinya.

Patung si Raja Kera sudah tidak ada lagi! Juga tiang yang berdiri tegak sebagai Kim-kong Pang, senjata Kie Than Tay Seng yang berupa pentungan dan tingginya kurang lebih tiga tombak sudah dicabut dan kini rebah dipinggiran meja sembahyang.

"Siapa yang telah mencabut tiang berat itu?" pikir sipemuda dalam hatinya, "Tenaga orang itu bukan main hebatnya!" Keadaan didalam goa gelap-pekat. Tiba2 terdengar oleh Gokhiol suara orang sayup2 me-rintih2, iapun menjadi kaget. Dihampirinya tempat darimana suara tadi terdengar dan nampak olehnya..., seorang gadis terhimpit balok batu dan pentungan Kim Kong Pang. Gadis itu bukan lain dari...

Hay Yan! "Siocia, kau kenapa?" seru sipemuda dengan kaget bercampur gusar. Tanpa ayal ia mengangkat sigadis, menariknya, tapi Hay Yan berteriak kesakitan.

"Sudahlah," teriaknya, "Badanku ... terjepit oleh balok batu... " belum habis ia berkata atau sigadis telah... jatuh pingsan.

Karena terburu-buru Gokhiol tidak melihat lagi bahwa badannya sigadis terjepit balokan batu setengahnya, sampai batas pinggang. Hay Yan persis masuk pada lubang bekas tiang, sedangkan balok batu itu kelihatannya seperti belum terkisar dan lagi terpendamnya sangat dalam sekali.

Pemuda kita tak habis pikir cara bagaimana harus mencongkel batu besar itu keluar.

Demi melihat keadaan sigadis, hatinya merasa kuatir, pedih bagaikan disayat sembilu. Berkali-kali ia memanggil Hay Yan, tapi sigadis diam saja. Wajahnya pucat pasi dan napasnya tersesak-sesak.

Gokhiol bingung, bingung sekali. Apakah yang harus diperbuatnya" Tiba2 teringat olehnya bahwa didalam kamar gurunya tersimpan banyak macam obat2-an. Dengan terharu ia turunkan buntalannya untuk diganjalkan pada kepala sigadis. Setelah itu lekas2 ia ber-lari2 kekamar gurunya.

Dengan hati ber-debar2 dicarinya obat Sian Cauw Wan Hun Wan atau Pil Mujijat Pemulih Sukma.

Gokhiol mengetahui obat ini, karena apabila ia berlatih ilmu "Sui Hwee To" dia kerap kali pingsan, maka Wan Hwi Sian memberikannya obat mustajab tersebut. Diraupnya beberapa butir pil, lalu pemuda kita berlari keluar.

Benar saja! Setelah pil itu ditelan, maka Hay Yan sadar pula. Gokhiol bukan kepalang girangnya. Sambil menarik napas legah, iapun bertanya : "Siocia, bagaimana kau sampai datang kesini" Dan kemana perginya Lhama iblis Ang-bian Kim-kong?" Sambil menyenderkan kepalanya diatas paha sipemuda, Hay Yan menjawab dengan suara yang lemah : "Bagaimana kau sampai mengetahui bahwa Lhama itu ingin mencelakakan diriku" Aku telah ditipu oleh gurumu untuk datang kemari. Dia bilang guruku ada disini, tapi tak terduga sama sekali aku masuk perangkapnya Ang-bian Kim -kong." "Aku sudah mengetahui segala tipu busuknya Wan Hwi Sian" ujar Gokhiol dengan gemas. "Memang sebelumnya dalam hati kecilku telah merasa bahwa ia bukan orang baik2. Sebab itulah setelah pulang dari Bu Liong Sie aku mencari kau. Tapi dengan cara bagaimana An- bian Kimkong sampai dapat menawan dirimu ?" "Dia menggunakan ilmu "Toan-auw Kui-eng-kang" atau Ilmu menyusut, tubuh. Dan tanpa terasa lagi aku jatuh Pingsan," demikian Hay Yan menceritakan kepada Gokhiol. "Setelah aku siuman, ternyata separoh badanku tidak dapat bergerak lagi karena terjepit balok batu ini." Mendengar penuturan sigadis, hati Gokhiol bergelora bagaikan dibakar saja. "Tunggulah sebentar," ujarnya, "Aku akan, menolongmu keluar, nanti kita sama2 pergi mencari Angbian Kim-kong untuk mengadakan perhitungan! Aku keremus dia!" Gokhiol meninggalkan sigadis sebettar untuk kembali membawa setahang air. Dituangkannya air itu kedalam lubang. Kini semangat sigadis pu!ih kembali, iapun bertanya: "Apakah yang hendak kau lakukan sekarang?" Gokhiol menyelidiki keadaan permukaan tanah, lalu jawabnya : "Aku sedang menyelidiki bagian tanah yang lembek. Disitu tentunya air akan terhisap dengan lebih cepat." Kemudian Gokhiol mengambil sebuah linggis dan dengan cepat sekali ia sudah berhasil menggali lubang sedalam empat atau lima kaki.

"Ang-bian Kim-kong akan segera kembali," kata sigadis dengan cemas, "Jika kau melakukan pekerjaan ini, mungkin sampai pagi belum bisa selesai." Gokhiol tak menyahut. Tiba2 ditariknya tiang yang terlentang itu, dan ... tiang itu terangkat naik sedikit.

Hay Yan merasakan getaran tanah yang hebat sekali.

Tampak olehnya peluh telah mengucur diseluruh tubuh Gokhiol, sehingga pakaiannya basah. Ia maklum, karena sipemuda telah mempergunakan saentero tenaganya.! Hati Hay Yan merasa girang tercampur terima kasih dan dengan hati berdebar ia berbisik : "Oh, Kokoku.. Kapankah kau yakinkan tenaga yang sehebat itu?" Mendengar sigadis membahasakan dirinya dengan koko, hati pemuda kita terasa seperti di-elu2. Semangatnya semakin bertambah dan sambil menyingsingkan lengan bajunya ia berkata : "Aku telah meyakinkan ilmu Sui Hwee To, sehingga tenagaku seperti raksasa. Tapi sayang sekali, sehabis menggunakan tenaga ini, paling sedikit setengah bulan lamanya aku harus beristirahat. Baru setelah itu tenagaku akan pulih kembali." Pada waktu itu pentungan Kim-kong Pang sudah menyerong kedalam tanah, sedangkan pangkal lainnya menonjol keluar. Gokhiol mendorong pula pentungan itu beberapa kali kedalam tanah, lalu ia berseru : "Moay-moay, kau jangan kaget. Lihatlah aku nanti mencongkel balok batu:" Kedua tangannya mencakup ujung pentungan yang keluar dari tanah itu dan dengan sekuat tenaga ditekannya kebawah. Hay Yan melihat muka sipemuda menjadi merah padam, sedangkan urat2 nadinya menonjol keluar.

Peluh mengalir dengan derasnya, tanpa terasa lagi sigadis berbisik : "Koko, kau capai sekali. Jangan paksakan dirimu." "Untukmu Moy-moy, mengorbankan jiwaku aku rela!" "Aih, balok batu itu sudah bergerak!" ujar Hay Yan saking girangnya, "Lihatlah! Tanahnya sudah naik keatas." Benar saja balok batu itu telah tercangkel keatas. Tanah dipinggiran lobang pada merekah.

Gokhiol berkutetan setengah mati.

Mendadak dari luar berkesiur angin yang, amat santer disusul sebuah bayangan merah meleset kedalam.

Dialah Ang-bian Kim-kong! Tanpa mengucapkan kata2 lagi, Lhama itu menggerakkan tangannya memukul.

Terdengar angin menderu menyertai pukulan geledek tadi, sehingga tanah yang terbuka, kini merapat pula! "Koko, lekaslah Iari ! Jangan kau hiraukan diriku!" sigadis memperingati Gokhiol. Tetapi pemuda kita mana mau mengerti, dengan suara yang menyeramkan ia berseru : "Ang-bian Kim-kong! Marilah kita bertempur sampai kau atau aku menggeletak menjadi mayat!" Ang-bian Kim-kong mengawasi pemuda kita sebentar, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ha-ha-ha! Kau sungguh bernyali besar. Coba lihatlah, aku akan bekuk kepalamu dan mengembalikan kepada gurumu!" Lhama itu lompat menyerbu. Gokhiol menyapu dengan pedangnya. Tapi dengan sekali sampok, pedang sipemuda terpental. Sedangkan telapak tangan Ang-bian Kim-kong menghantam amat dahsyatnya. Gokhiol merandek menghindarkan tangan orang, lalu menjemput pula pedangnya. Bagaikan harimau mengamuk dengan ujung pedangnya Gokhiol tikam perut Lhama itu! Tak dinyana lawannya memiliki ilmu Thiat-pan Sui-gwa-khang yang sangat sempurna. Dengan Iengan bajunya ia mengibas dan pedang sipemuda kelibat. Gokhiol tertarik dan tubuhnya melayang berputar.

Mendadak saja Ang-bian Kim kong mengendorkan lengan bajunya dan Gokhiol terpental menubruk dinding.

Hay Yan, setelah menelan pil mujarab tadi, kini semangatnya telah pulih kembali. Begitu melihat jantung-hatinya dipermainkan, maka sambil menggertak giginya ia mengeluarkan dari kantong bajunya tiga batang panah kecil dari emas dan ditimpuknya kearah kepala si Lhama! Ang-bian Kim-kong tak menduga sama sekali yang sigadis telah pulih kembali tenaganya dengan begitu cepat.

Begitu merasa ada samberan angin, ia miringkan kepalanya.

Tapi apes baginya, sebatang anak panah menancap dipipinya. Yang dua lagi dapat ia elakkan.

Ang-bian Kim kong menggeram kesakitan, dicabutnya panah itu dan dibuangnya ketanah. Kemudian ia membalikkan tubuhnya dan dengan sekelebatan saja anglo batu yang atas meja sembahyang telah berada diatas tangannya. Dengan sekuat tenaga anglo itu ditimpukkan kearah kepala sigadis.

"Budak jahanam! Kuhancurkan kepalamu!" teriaknya dengan bengis.

Se-konyong2 pada detik yang genting itu angin menyambar masuk, menyusul mana terdengar suara orang berseru : "Lepaskan anglo itu!" Maka tampaklah sesosok bayangan berkelebat dan pada detik menyusul anglo itu sudah terlepas dari tangan Angbian Kim-kong.

Terperanjat si Lhama menoleh dan dilihatnya yang menyerangnya adalah seorang ... gadis muda yang berparas elok. Adapun yang mengherankan adalah alis sigadis ...

yang hijau! Ditangannya menggenggam sebuah pecut panjang, sedangkan dipinggangnya terselip sebilah pedang.

Dalam sekejap mata saja pecut gadis itu sudah menggeletar diudara. Cepat2 Ang-bian Kim-kong menggunakan ilmu Thiatpan-sui yang sangat diandalkannya, dan dengan sekuat tenaga ia menyapu pecut orang! Biasanya semua senjata lawan akan hancur kena kibasannya itu, tapi kini diluar dugaannya begitu pecut menyambar, ....brett... bagaikan pisau tajamnya, lengan bajunya terbeset robek! Ang-bian Kim-kong terperanjat! Samar2 permainan pecut gadis itu dapat dikenalnya. Inilah ilmu Tian-Pek Bu-pay yang disebut "Hong-bwee-cie" atau Gergaji-ekor angin yang sangat lihay.

Kabarnya Tiang Pek Lo-ni mempunyai seorang murid yang bernama Kim Gan Bie. Mungkinkah gadis ini orangnya, pikir Ang-bian Kim-kong dalam hatinya.

Si Lhama menjejakkan kakinya dan mencelat keatas meja semhahyang, seraya tertawa dingin ia berseru : "Hai, gadis cilik! beritahukan namamu! Aku tak pernah membunuh orang yang tiada kuketahui namanya!" Sigadis menyimpan kembali pecutnya dan sambil menuding ia berseru : "Ang-bian Kim-kong! Aku memperingatkan kepadamu. Apabila kau mau lekaslah enyah dari sini! Guruku Sin Ciang Taysu sedang menanti diatas puncak!" Ang-bian Kim-kong gentar juga. "Mengapa aku harus bercidera dengan Tiang Pek Lo-ni gara2 Gorisan" Nikow tua itu tak boleh dibuat gegabah!" Tiba2 Gokhiol berteriak mengguntur dan mencabut tiang yang menantap pada lubang tanah, kemudian sambil membalikkan badannya berbareng ia menyapu lawannya.

Bukan kepalang kagetnya si Lhama, buru2 ia lompat kesamping, tapi tak, urung ia masih merasakan juga desiran angin dibawah kakinya.

Menyusul terdengar suara yang keras, pentungan tadi telah membentur batu yang menjepit tubuh Hay Yan.

Tanah disekitarnya bergetar dengan hebatnya, sedangkan balok batu itu menjadi hancur berkeping-keping.

Hay Yan segera meloncat keluar, sedangkan sigadis beralis hijau dengan tersenyum mengayunkan pecutnya hingga berbunyi diudara. Tanpa pikir panjang Ang-bian Kim-kong berlari pergi meninggalkan tempat itu. "Gorisan telah menyuruh aku membunuh Hay Yan, baiklah kalian mencari dia saja!" teriaknya.

Gokhiol ingin mengejarnya, tapi telah dicegah oleh Hay Yan. Dan untuk beberapa saat lamanya ketika muda-mudi itu saling berpandangan satu sama lain.

Kemudian pemuda kita memberi hormat kepada sigadis penolongnya seraya berkata : "Engkaukah Siocia yang dipanggil Kim Gan Bie" Aku mengucapkan terima kasih, atas suratmu. Karena surat itulah aku baru ketahui bahwa Hay Yan tertawan disini. Sudilah kiranya kau menerima hormatku?" "Tio Kongcu, betul akulah Liu Bie," jawab sigadis beralis hijau. Kau tak perlu menghaturkan terima kasih kepadaku. Adapun pada tahun yang lalu guruku Tiang Pek Lo ni telah menitahkan kepadaku untuk menyelidiki hilangnya Wanyen Hong, kakak seperguruanku. Kebetulan sekali aku telah menyingkap rahasia orang yang telah menyamar sebagai Gak Hong, setelah dengan teliti kuselidiki, barulah dapat kuketahui bahwa segala perbuatan adalah perbuataan suhumu. Dan selain itu, diluar dugaanku dialah orangnya yang telah....membunuh ayahmu?" "Liu Siocia" tanya Gokhiol, "Siapa sebenarnya Gak Hong yang kau sebut itu" Apakah dia Im Hian Hong Kiesu?" "Benar, dialah Im Hian Hong Kie-su keponakan alamarhum Goan-swee Gak Hui," sahut Liu Bie seraya menyahut.

"Tapi mengapa Gak Hong jeriji tangan kanannya putus satu?" tanya Gokhiol dengan heran. "Lagipula apa bukan Gak Hong yang membunuh ayahku?" "Koko, kau belum mengerti!" Hay Yan segera memotongnya. "Orang yang berbaju hitam yang berjumpa denganmu itu adalah Wan Hwi Sian yang menyamar sebagai Im Hian Hong Kie-su. Sejak ia memperoleh obat ajaib untuk merubah rupa, ia dapat menyamar sebagai siapa saja. Waktu itu ia menyamar sebagai Im Hian Hong Kie-su dan kau disuruhnya untuk mencari Wan Hwi Sian itu adalah dia sendiri!" Begitulah seterusnya sigadis menceritakan bagaimana ia kena ditipu oleh Wan Hwi Sian, yang menyuruhnya datang ke Mo Thian Nia. Dan lalu bagaimana dirinya sampai kena ditawan oleh Ang-bian Kim-kong, Lhama berwajah merah itu.

Mendengar penuturan Hay Yan itu, pemuda kita bukan kepalang lagi gusarnya "Wan Hwi Sian! kau sungguh seorang keji. Bi1a kau tak kubunuh dengan tanganku sendiri, aku bersumpah tidak akan menjadi arang!" la berteriak dengan suara mengguntur bergema suaranya dikeempat penjuru. Gokhiol bergerak ingin meningggalkan tempat itu, untuk mencari gurunya.

"Tunggu! Kau tak perlu mencari dia!" Liu Bie mencegahnya "dia menyangka bahwa kalian berdua telah dapat dibereskan oleh Ang-bian Kim-kong, maka tak lama lagi pasti ia akan datang sendiri kesini." "Tapi Iblis itu berkepandaian tinggi sekali, mungkin kita bertiga bukanlah tandingannya!" ujar Hay Yan dengan kuatir. "Siauw-tit, janganlah kecil hati," ujar Liu Bie. Dia pergi ke Jie-Liong San bersama gurumu. Gak Hong Taihiap sudah memasang perangkap sedemikian rupa bahwa didepan gurumu ia akan membuka rahasia Ibis itu. Maka waIaupun ia dapat meloloskan diri, tentunya tak lain ia akan bersembunyi disini. Sedangkan Gak Hong dan gurumupun akan mengejarnya sampai kemari. Sebaliknya kita ikhtiarkan dahulu agar tidak sampai ketahuan olehnya bahwa kau dan Gokhiol dalam keadaan bebas." Begitulah ketiga muda-mudi itu bersepakat untuk menunggu kedatangannya Wan Hwi Sian, Iblis jahanam itu.

---oo0dw0oo---

KEMBALI pada Gorisan yang telah dilocoti kedoknya, oleh Im Hian Hong Kie-su. Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna ia berhasil melarikan diri. Dalam hatinya ia tak habis2nya mencaci.

"Selama sepuluh tahun aku berhasil menyembunyikan wajahku, seorangpun tak ada yang tahu bahwa aku Gorisan. Dasar sial! Gak Hong telah menyingkap rahasianya dihadapan Wanyen Hong. Perbuatannya kelak akan kubalas! Tapi, kini Wanyen Hong telah mengetahui bahwa akulah yang telah memperkosa dirinya, pasti ia takkan diam begitu saja. Ah!, masih beruntung aku mempunyai siasat lain, yakni dengan tertawannya Gokhiol dan Hay Yan. Lebih baik kedua anak muda itu kupindakan tempat persembunyiannya!" Bagaikan terbang ia berlari kembali ke Mo-thian Nia dan lantas masuk ke Leng-Wan-Kwan. Tapi ia tidak melihat Ang-bian Kim-kong! Setelah dua kali ia berteriak memanggil dan masih tak ada yang menyahut, iapun mulai merasa curiga, Cepat2 ia lari kebelakang dan samar-samar didengarnya ada orang berteriak, "Suhu, lekas kau tolongi kami! Ang-bian Kim-kong telah menotok aku bersama Hay Yan." Maka dilihatnya Gokhiol sedang, duduk meringkuk bersama2 Hay Yan, masing2 terborgol pada sebuah tiang besar. Gorisan. merasa bersyukur dalam hatinya, tapi ia masih ber-pura2 untuk bertanya : "Apakah si Lhama yang telah kau sampaikan suratku kepadanya" Dimana dia sekarang?" Gokhiol seperti kehabisan tenaga menyahut : "Pagi2 sekali,ia telah berangkat... suhu... lekas bebaskanlah jalan darahku!" Gorisan mengawasi kedua muda-mudi itu dengan sepasang matanya yang buas. Gokhiol tiba2 berteriak sambil terbelalak matanya ia berteriak : "Suhu, wajahmu....! Bagaimana bisa berobah begitu menakutkan?" Rupanya muka palsu Gorisan telah terpukul rusak oleh Im Hian Hong Kie-su, sehingga kini kelihatan muka aslinya yang bopeng dan menakutkan seperti iblis.

Hay Yan yang sedari tadi hanya turut menyaksikan, kini tak dapat mengekang lagi kegusarannya lebih lama, "Wan Hwi Sian kini rahasiamu sudah terbongkar, kaulah jahanam yang telah menyamar sebagai Im Hian Hong Kie-su. Pantas kau menipu aku untuk datang kemari, hingga aku kena ditawan Lhama jahanam itu." Gorisan termenung sebentar, lalu berkata dengan dingin : "Anak manis, kaupun telah mengetahui rahasiaku! Maka akupun tak sungkan2 lagi untuk memberitahukan padamu bahwa aku adalah ayah kandungmu sendiri yang bernama Gorisan, keponakan raja Wanyen Ping dari negeri Kim.

Turutlah aku pulang kenegeri See-hek untuk mengecap kebahagiaan. Janganlah ikuti ibumu yang hidup se-olah2 dalam neraka dan sengsara...." Hay Yan meludahi muka Wan Hwi Sian.

"Jahanam! aku tidak mempunyai ayah yang berhati binatang! Aku tidak mengakui kau sebagai ayahku. Hatimu melebihi binatang alas. Kaulah iblis yang telah membunuh Tio Hoan!" Bukan kepalang gusarnya Wan Hwi Sian dimaki habis2an oleh anaknya sendiri. "Anak haram! Kuperingatkan kamu bahwa Tiang Jun dan Hay Peng telah mati ditanganku! Jangan kurang ajar.

Aku tak sungkan untuk menurunkan tangan dan jangan sesalkan aku apabila nasibmu seperti kedua orang itu. Bila terpaksa aku berani membunuh kau, mengerti!" Gorisan mengangkat tangannya dan memukul tiang batu dihadapannya sampai somplak.

"Hay Yan" ujarnya dengan ganas, "kau boleh pilih mana yang lebih kau suka, mati atau hidup. Apabila ingin hidup, kau harus menyebut ayah kapadaku. Tapi kalau membangkang, tulang igamu akan kucabut satu per satu." Gorisan menggeram dan mengangkat tangan kanannya.

Seketika itu Gokhiol dapat melihat bahwa jari2 tangan orang hanya ada ... empat! Kini pastilah bahwa orang itu adalah musuh besarnya, pembunuh ayahnya.

Tetapi ia segera mengekang nafsunya dan ber-pura2 bermain sandiwara. "Suhu, sabarlah. Bukankah Hay Yan adalah darah dagingmu sendiri" Biarlah nanti per-lahan2 aku akan membujukinya." Maka berpikirlah Gorisan seorang diri, "Tak salah, Hay Yan adalah darah dagingku sendiri, apabila aku mengampuninya kemungkinan besar aku dapat memperalatnya demikian rupa hingga Wanyen Hong tak berani menuntut balas kepadaku" Maka sambil mengerutkan alisnya ia berkata kepada Gokhiol : "Baiklah, aku akan mengampuni dianya. Tapi, sebaliknya apa kau bersedia untuk berkorban meggantikan tempatnya?" "Tapi, suhu!" teriak Gokhiol, "sebab apa kau ingin mengambil jiwaku?" "Tatkala aku menerima kau sebagai muridku, maka kau telah berjanji apabila aku menginginkan kau mati, kau harus mati, Lagipula kini kau sudah mengetahui bahwa aku adalah musuh besarmu yang telah membunuh ayahmu, Maka apabila tidak ini hari juga aku membunuh kau, kelak kemungkinan besar kau sendiri yang akan mengambil jiwaku!" Gokhiol meratap mohon ampun, tapi dibalas oleh Gorisan dengan bentakan : "Diantara kamu berdua salah satu harus mati, dalam tanganku. Lagipula tak seberapa lama lagi Gak Hong bersama Wanyen Hong akan tiba disini." Akhirnya Gokhiol berkata bersedia untuk menggantikan tempat sigadis, sebaliknya Hay Yan tak mau mengerti dan menyerahkan dirinya untuk menerima kematiannya, berbareng mana ia memaki pula Gorisan dengan habis2an.

Gorisan niengangkat tangannya! "iblis! Jahanam!, hari ini kau tidak membunuh aku, tapi pada suatu hari dan suatu ketika aku pasti akan membunuhmu!, hati2-lah." Gorisan yang digerecoki oleh kedua anak muda itu menjadi mendongkol. "Hah!, dasar dua2nya sialan. lebih baik apabila tidak ada satu orangpun diantara kalian yang boleh hidup! Aku akan menghantarkan jiwamu keneraka!" Gorisan menggosok-gosokan tangannya, dan sinar kehijau2an keluar dari telapak tangannya. Tapi dalam keadaan yang sangat kritis itu, kedua muda-mudi itu mendadak lompat bangun. "Gorisan," ujar Gokhiol, "jangan kau anggap bahwa kami dengan begitu saja ingin mengantarkan jiwa" kepadamu" Huh! sebaliknya kau akan, menemui ajalmu!" Berbareng itu dua buah pedang menyambar kearah muka si Iblis! Gorisan terperanjat! Tahulah kini bahwa ia sedang dipermainkan oleh anak2 muda itu. Dengan tipu "Angsa-putih menyeblok air." kedua tangannya menyapu amat dahsyatnya hawa dingin yang menyerang dua bilah pedang itu, sehingga tersampok miring.

Gorisan tidak berhenti disitu saja, sambil menggeram ia melompat maju, kedua tangannya mencengkeram kepala anak2 muda itu! Gerakannya bukan main cepatnya! Tapi dalam keadaan yang sangat gawat, terdangar suara bentakan yang merdu. Menyusul mana sebuah bayangan menyerang Gorisan. Gorisan awas matanya, ia tahu bahwa ada gadis muda mengayunkan pecut yang menggeletar bagaikan seekor ular sedang melibat mangsanya.

Tanpa pikir panjang lagi dengan sepasang telapak tangannya mengibas keatas. Tapi sigadis beralis hijau itu tengah menggunakan ilmu pecut Hong-bwee cie dari Tiang-Pek Bu-pay yang lihay sekali! Adapun diujung pecut itu terdapat semacam rumput yang sangat beracun dan dinamakan Tauw-kan-Cie adapun bisanya sangat hebat, hingga dapat membunuh seekor banteng. Kalau yang terluka adalah manusia, maka ia akan menderita dengan perlahan-lahan dan tidak Iantas menemui ajalnya. Bahkan ilmu menutup jalan darahpun takkan dapat menolong. Gorisan menjambret pecut orang dengan maksud untuk mematahkannya, tapi sebaliknya duri2 pada pecut itu segera melukai telapak tangannya" Rasa sakit yang tak terhingga menembus sampai keulu hatinya. Ia menjerit saking kesakitan.

Gorisan tak mengetahui akan adanya racun yang begitu hebat pada pecut sigadis. Kini ia buru2 menjatuhkan badannya ketanah dan sambil ber-guling2-an bagaikan harimau terluka ia berlari keluar.

Sementara itu Kim Gan Bie mengejarnya dari belakang dan dengan tipu Tok-coa Ko-su atau ular-berbisa-melilit pohon, pecutnya menyambar punggung lawannya. Duri2 itu bagaikan jarum yang lembut menembus masuk. Gorisan mencelat keatas, tapi saking cepatnya sepotong kulitnya terbeset! Gorisan terperanjat bukan kepalang. Untung sekali ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, sehingga ia dapat meloloskan diri dan kabur meninggalkan Leng Wan Koan.

Setelah berada pada jarak yang agak jauh, barulah Gorisan menarik napas lega. la berpikir seorang diri.

"Apakah gadis tadi bukannya murid "Tiang Pek Lo-ni" yang benama Kim Gan Liu Bie" Entah senjata yang telah digunakannya tadi" Hm, apabila tidak sekarang juga kucabut nyawanya, dikemudian hari mereka akan menyusahkan diriku saja." Segera... dikeluarkannya senjata rahasia yang terkenal...

Kiu-ciu Lui-Seng!....

Ketika Gorisan menoleh, maka dilihatnya dibelakangnya Liu Bie sedang mengejarnya. Sekelebat saja ia mendapat akal yang licik. Se-konyong2 ia menjerit dan ber-pura2 jatuh. Liu Bie tidak sadar bahwa orang ber-pura2, hingga begitu sampai dekat, tiba2 sekelompok benda hitam menyambar kearahnya, bagaikan kupu2 beterbangan. Celaka! senjata rahasia itu sudah dekat kepadanya dan.... sukar untuk dielakkannya! Se-konyong2 segumpalan angin meng-gulung2 menyambar dari atas tebing. Dalam sekejap mata saja Kiu-cui Lui-Seng yang berjumlah belasan itu kena tertolong oleh gumpalan angin tadi dan berjatuhan bagaikan daun2 yang rontok tertiup angin! Diatas tebing berdiri dua orang yang bukan lain dari Im Hian Hong Kie-su bersama Wanyen Hong! Gorisan terperanjat, wajahnya pucat pasi. Selagi ia ingin melarikan diri, sipenunggu Puncak Gunung Hantu sudah membentaknya: "Gorisan! Kau ingin lari kemana?" Berbareng tangannya memukul. Segera terasa angin menyambar, dengan dibarengi suara men-deru2 dan ...

Gorisan jatuh terguling. Im Hian Hong Kie-su cepat2 melemparkan pedang kepada Gokhiol, "Tio Peng, ambillah pedangmu ini! Binasakanlah pembunuh ayahmu!" Gokhiol menyambut pedang tersebut, yang bukan lain dari Ang-liong Kiam! Sinar merah gemerlapan diudara, pedang pusaka warisan, dari ayahnya telah kembali ditangannya! Sipemuda berlari menerjang. Sungguh gerakannya sangat hebat dan luar biasa. la menikam! Pada saat genting itu, Gorisan masih dapat mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya. Dengan tipu Siauw-pit Wan-teng atau Kera-melompat-ditebing, ia berlari-Iari menuruni tebing yang curam itu.

Maka dengan sendirinya serangan Gokhiol tidak menemukan sasarannya. Selain itu Gokhiol tak berdaya untuk mengudak musuhnya.

Wanyen Hong yang menyaksikannya dari atas, merasa penasaran. Ia berteriak : "Gorisan! Jangan kira kau akan luput dari ujung pedangku!" Sambil menggerakkan pedangnya, ia berlari dengan ringannya menyusul. Itulah gerakan Ya-cee Tam-hay atau Setan air mengintai laut. Dengan pedangnya ia menusuk batok kepala Gorisan.

Im Hian Hong Kie-su merasa kuatir terhadap keselamatan sang puteri. Sebab kepandaian Gorisan sudah lebih sempurna dari pada Wanyen Hong.

"Kongcu hati2-lah" teriaknya memperingatkan.

Baru saja Im Hian Hong Kie-su memberitahukannya atau Gorisan sudah berbalik dan menyerang! Dengan tipu mencuri buah Toh, diatas pohon menjambret kaki sang puteri! Sekali bergebrak tubuh Wanyen Hong sudah terangkat tinggi diudara.

"Mundur!" serunya mengguntur, "kamu sekalian harus mundur kembali kedalam Kuil! Kalau kamu membangkang aku tak akan sungkan lagi melemparkan Wanyen Hong kedalam jurang! Boleh kamu saksikan sendiri bagaimana tubuh nanti akan hacur luluh!" Mendengar ancaman hebat itu, mau tak mau Liu Bie, Hay Yan dan Gokhiol menjadi keder. Nampaknya ditangan sang puteri masih tercekal pedang Mo-Hwee-Kiam.

Badannya ber-goyang2 hendak jatuh. Dengan bermandikan peluh Gokhiol menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu. Gorisan tertawa dingin. "Gak Hong, denagarlah," ujarnya, "Aku akan menghitung sampai tiga. Dan apabila setelah itu kau masih belum menggelinding dari sini, janganlah sesalkan aku, Gorisan telah berlaku kejam!" "Satu... "Kita mundur" teriak Hay Yan yang kuatir ibunya akan mendapat celaka." "Dua... Gokhiol maju kedepan. Hay Yan menjerit dan menarik pemuda kita dengan penuh kecemasan.

"Tiga!" Tapi diluar dugaan.... "Rasakanlah pedang nonamu!" Adapun suara tadi datangnya dari bawah tebing! Gorisan tiba2 merasakan tumitnya ditusuk pedang sampai tembus ketulangnya! Saking sakitnya ia menjerit sekeras-kerasnya. Menyusul tubuhnya terjungkal masuk kedalam jurang! Dikakinya pedang tersebut masih tertancap tak terlepas.

Berbarengan dengan kejadian tersebut, Wanyen Hong tak ayal lagi melepaskan dirinya. Syukur sekali tangannya masih keburu menjambret sebuah batu besar yang menonjol dipinggiran tebing. Kini tubuhnya bergantungan diudara.

Tiba2 ia merasakan kakinya ada yang pegang. Wanyen Hong memandang kebawah dan melihat Tai-tai. Tahulah ia kini bahwa Gorisan telah kena ditusuk oleh pedang sitolol! "Tai-tai, bagaimana kau sampai berada disini?" tanya Wanyen Hong dengan heran bercampur girang.

"Kongcu," jawab Tai-tai tertawa, "Aku sudah menanti disini setengah harian lamanya." Pada waktu itu Im Hian Hong Kie-su dan lain2-nya sudah sampai diatas tebing. Lalu dengan mengulurkan tangannya Wanyen Hong berhasil ditarik keatas. Sedangkan Liu Bie dengan pecutnya telah membantu Tai-tai naik keatas.

Sampai diatas Wanyen Hong memeluk Tai-tai seraya berkata dengan terharu : "Tai-tai, kau telah menolong jiwa aku, maka sejak hari ini juga aku mengangkatmu sebagai puteriku sendiri!" Rupanya sebelum semua peristiwa terjadi, Liu Bie telah mengajak Tai-tai ke Mo-Thian Nia. Maksudnya ialah tak lain sebagai penunjuk jalan saja. Setelah tiba ditempat tujuan, Tai-tai disuruh untuk menanti dibawah gunung.

Sebaliknya Tai-tai setelah menempuh jarak demikian jauhnya ditambah pula mendaki gunung yang terjal, merasa letih. lapun berjalan dengan seenaknya sambil mengasoh disana sini. Tatkala itu ia berada dipertengahan kaki gunung, tatkala melihat kebetulan sekali tubuh majikannya sedang diangkat tinggi oleh Gorisan.

Sitolol menjadi bingung dan tanpa pikir panjang lagi buru2 ia mendekati siiblis itu dan dengan pedangnya ia menusuk kaki orang! "Hai!, ujar Wanyen Hong seraya memuji, "kalian berempat tak ada seorangpun yang berhasil menjatuhkannya. Sebaliknya dengan tak di-sangka2 Tai-tai inilah yang berhasil menusuk kaki orang!" "Tapi!" Ujar Wanyen Hong seterusnya, "Kalau kita membunuh seekor ular sampai tidak mati, akhirnya kita sendiri yang akan digigit. Baiklah kita turun kebawah untuk memeriksa, dan jangan sampai ia dapat meloloskan diri lagi." Gokhiol melongok kebawah jurang yang nampaknya dalam sekali, sedangkan kabut2 yang terapung diantaranya tak memungkinkan untuk orang melihat kedasar lembah.

"Baiklah aku dahulu yang turun untuk melihatnya," Demikian Gokhiol mengajukan usul.

Dengan menggunakan ilmu ringan tubuh Leng-Wan Pay yang telah dipelajarinya dari Wan Hwi Sian alias Gorisan, pemuda kita melayang-layang turun kekaki gunung, Im Hian Hong Kie su dan yang lain2 menyusulnya dari belakang. Walaupun bagaimana pandainya ilmu meringankan tubuh Gokhiol, namun untuk turun dari puncak gunung itu yang jaraknya masih ribuan tumbak, dan jalannya ber-liku2, maka tak dapat dikatakan pekerjaan yang ringan.

---oo0dw0oo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar