Chapter 6
Kembali kisah dilanjutkan tatkala Wanyen Hong melihat Hay Yan bersama-sama Gokhiol menghampirinya di Kota Hitam. Diam2 ia merasa gembira sekali. Disambutnya Gokhiol dengan ramah-tamah dan diajaknya masuk kedalam istana dibawah tanah. Setelah mereka berada dalam ruangan duduk maka mulailah Hay Yan menceritakan tentang pengalaman2nya, tatkala ia bersama Gokhiol bertempur melawan Im Hian Hong Kie-su.
Setelah itu diperlihatkannya kepada Wanyen Hong tanda bekas telapak tangan pada dada Gokhiol. Tanpa terasa lagi Wanyen Hong menggertakkan giginya.
Teringatlah kembali olehnya bahwa Im Man Hong Kiesu itu masih, terhitung kemenakan murid dari gurunya Tiang Pek Loni. Duapuluh tahun yang lalu bersama-sama Tio Hoan, lm Hian Hong Kie-su ber-sama2 bekerja didalam istana raja dari kerajaan Song. Sedangkan hubungan antara kedua orang itu demikian eratnya, se-olah2 bagaikan kakak beradik saja. Tapi apa mau dikata, hati orang tak dapat diterka. Maka yang telah datang ingin merampas mustika yang tersimpan secara rahasia itu bukan lain dari pada Im Hian Hong Kie-su, juga yang mencemarkan dirinya.
Tidaklah heran orang itu telah menutupi mukanya dengan sepotong kain hitam. Rupanya, supaya orang tidak mengenali rupanya yang asli! Demikianlah kejadian2 yang selama tujuh belas tahun dialaminya, kini ter-bayang2 pula dialam pikiran Wanyen Hong. Tiba2 ia tersadar kembali setelah mendengar suara Hay Yan "Suhu! Lekaslah kau tolong lenyapkan racun Lok-Mo Ciang dari tubuh Tio Kongcu. Kalau terlambat aku kuatir ia akan binasa." Semangat Wan Yen Hongt bangkit kembali, diawasinya wajah sipemuda yang tak ubahnya mirip seperti wajah ayahnya Tio Hoan, bekas kekasihnya! Bukan kepalang rasa pilu hatinya, iapun akhirnya berkata dengan suara perlahan.
"Hian-tit. Apakah kau sudah mengetahui tentang hubungan antara ayahmu dengan aku?" "Kongcu," jawab Gokhiol dengan tersenyum, siauwtit pernah mendengarnya dari ibuku, bahwa ayahku dahulu menjadi kepala ksatrya dari istana kerajaan Kim. Bahwa ia ber-sama2 Kongcu pergi untuk menunaikan tugas perdamaian" "Benar," ujar Wan Yen Hong, "jika kehidupanku tidak sampai dirusakkan Im Hian Hong Kie-su, aku... aku sudah menikah dengan ayahmu...." Tak sampai habis pengakuan yang mengharukan itu atau air mata mengalir dengan deras dikedua belah pipi puteri negeri Kim. Kemudian diambilnya dari dalam sakunya, sebuah cermin tembaga yang pada bagian tengahnya tersisip sebutir mutiara bersinar putih cemerlang. Gokhiol disuruh mendekatinya dan cermin itu disorotkan pada luka akibat pukulan Lok-Mo-Ciang pada dada Gokhiol.
Kira2 sepemakan nasi lamanya maka mulai kelihatan bekas telapak tangan yang berwarna hijau lambat laun mulai lenyap... Sedangkan rasa sesak dalam dadannyapun kini sudah tidak terasa lagi. Gokhiol merasa gembira, iapun segera berlutut dihadapan Wanyen Hong untuk menyatakan rasa terima kasihnya.
Tiba2 pemuda kita teringat pula akan pesan gurunya.
Tanpa perkenan gurunya, ia telah meninggalkan Leng Wan Koan dan apabila gurunya sampai mengetahuinya, niscaya ia akan mendapat teguran. Maka seketika itu juga ia mohon diri kepada Wanyen Hong.
Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Siauwtit, kau hendak kemana?" tanyanya.
"Aku ingin kembali ke Leng Wan Pay untuk berlatih dengan tekun selama setahun lagi. Kelak, apabila telah tinggi kepandaianku, aku akan mencari Im Hian Hong Kiesu untuk mengadakan perhitungan jiwa!" jawab Gokhiol dengan penuh semangat.
Sambil me-manggut2kan kepalanya Wanyen Hong berkata pula : "Benarlah kata2-mu itu. Hanya, kau harus.
senantiasa ingat bahwa kau adalah keturunan dari bangsawan kerajaan Song. Kau masih berdarah dan berdaging bangsa Han yang mempunyai nama keturunan Tio. Bahwa dahulu karena aku telah melenyapkan diri, ayahmu telah memutuskan diri untuk menetap di Monggolla. Dan disanalah ia telah menikah dengan ibumu, Lok Giok. Kini kau sudah dewasa, maka sudah kewajibanmu untuk memulihkan martabat nama keluarga she Tio itu dan memakai namamu Tio Peng, namamu yang sebenarnya. Tak boleh kau menjadi anak-angkat Tuli, musuh dari negara dan bangsa kita." Sungguh tak disangka-sangka oleh pemuda kita bahwa Wanyen Hong akan mengungkap persoalan tersebut. Maka iapun segera menjawab : "Kongcu, maafkanlah aku sebelumnya, tapi aku kira Monggolia letaknya sangat jauh dengan negeri Song dan diantaranya masih terpisahkan oleh negeri Kim, negeri Kongcu. Bahwa selama beberapa puluh tahun ini kerajaan Song kerapkali mengerahkan tentara dan mengangkat senjata untuk berperang dengan negara Kim.
Maka jika berbicara tentang musuh negeriku, Iebih tepat jika dikatakan musuh itu adalah negeri Kim. Dan bagi diriku yang diperlakukan oleh Jendral Tuli sebagai anaknya sendiri, sudah selayaknya berlaku sebagai ksatrya Monggolia" Wanyen Hong menjadi gusar bukan kepalang.
"Diam!" serunya menggeletar. "Kau tidak mengetahui, apa2! Sejak Monggolia berdiri, negeri Kim telah bersepakat dengan kerajaan Song untuk hidup berdampingan secara damai. Sebab itulah ayahmu telah datang kekerajaan Kim untuk melakukan tugas muhibah. Kelak, dikemudian hari Monggolialah yang akan menghancurkan kerajaan Song! Kau jangan mengira bahwa Tuli berbudi luhur terhadapmu, sesungguhnya ia hendak memperalat dirimu untuk mengabdi kepada Monggolia untuk menghancurkan negeri Song dan negeri Kim!" Melihat Wanyen Hong demikian, gusarnya, Gokhiol, tidaklah heran apa bila ia senantiasa membunuh Busu2 dari Monggolia! lapun lekas2 menyahut dengan tegas.
"Kongcu, aku bukan orang yang tidak mengenal budi.
Hari ini aku telah menerima budi kebaikanmu yang sudah rela menolong jiwaku, maka biarlah kelak seteiah berhasil membalas dendam aku akan, kembali datang bersujud, dihadapan Kongcu!" Setelah berkata demikian pemuda kita memberi hormat dan membalikkan tubuhnya.
Sementara itu Hay Yan melihat gurunya bersitegang dan gusar, tergesa-gesa mendampingi Gokhiol keluar dari istana. "Suhu bermaksud baik, mengapa kau tidak menuruti perkataannya?" Gokhiolpun menggelengkan kepalanya.
"Suhumu tak mau membantu aku dalam menuntut balas, sebaliknya malah ia minta aku mangingkari ayah angkatku Jendral Tuli. Manakah dapat aku menyetujui pendapatnya?" Hay Yan menghantarkan sipemuda keluar dari rimba Ang-Liu-Wi, lalu berpisah dengan airmata bercucuran, hancur hatinya. Ketika ia kembali kedalam, tampak gurunya sedang mencekal pedang musika Mo-Hwee-Kiam dengan wajah beragi-api. Terdengarlah teriakannya penuh kemurkaan.
"Yan-jie, tangkap dia! Bawalah dia kembali kesini!" Mendengar titah gurunya itu, Hay Yan menjadi terkejut.
"Suhu!, apakah yang kau maksudkan dengan kata2-mu itu ?" Wanyen Hong membuka mulutnya.
"Dia mengetahui rahasiaku. Sekarang dia kembali kegunung Mo-thian Nia. Jika kelak ia mewariskan kepandaian gurunya yaitu Wan Hwi Sian yang menjadi tokoh kaum To Kauw, niscaya ia akan menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan bangsa Monggolia! Dia akan menjadi musuh yang berbahaya! Lebih baik apabila kita siang2 menangkapnya dan mengasingkannya! Janganlah kita sampai meninggalkan bibit bencana dikemudian hari!" "Tapi.... suhu; bukankah ia puteranya Tio Hoan"!" Hay Yan menegurnya dengan cemas.
"Diam! Kau tidak tahu apa2. Jika Tio Hoan sendiri dapat mengetahuinya, ia pasti takkan mengijinkan puteranya memandang musuh. sebagai ayah angkatnya.
Kini baiklah kau menangkapnya untuk dikurung kembali: Lekas kau pergi dan jangan gagaI!. Kalau sampai kau secara diam2 membantunya, aku... bunuh kau."
---oo0dw0oo---
Begitulah tatkala Gokhiol tengah melanjutkan perjalanannia atau se-konyong2 dari belakangnya terdengar suara halus berseru : "Tio Kongcu! Berhentilah dulu!" Pemuda kita berpaling kebelakang maka tampaklah o!ehnya Hay Yan berlari datang menyusul. la menjadi.
heran dan berdiri menanti. Dilihatnya airmuka sicantik dingin, sedangkan ditangannya mencekal pedang Mo-hweekiam.
"Siocia, apakah kau ingin ikut ke Mo-thian Nia?" Pemuda kita bertanya dengan tersenyum.
"Guruku menyuruh kau kembali, katanya ia masih ada sesuatu yang ingin diucapkan kepadamu secara pibadi." "Ha-ha-ha! Kau tak usah mendustai aku," sahul Gokhiol.
"Sedangkan tadi saja aku telah mempunyai firasat yang kurang baik. Gurumu menginginkan agar aku memisahkan diri dari bangsa Monggol dan kembali mengabdi kepada kerajaan Song. Tentu ini menyuruh kau untuk menangkap aku, bukan?" Hay Yan diam tak bergerak, akhirnya dengan suara gemetar ia berkata : "Baiklah, setelah kau mengetahuinya juga, akupun akupun tak perlu berdusta pula. Memang pada tahun yang lalu suhu telah menyuruh aku mengurungmu dibawah tanah justru karena ia mengetahui hahwa kau adalah anak angkat dan Jenderal Tuli. Dan kelak dikemudian hari kau pasti akan menjadi musuh negeri Kim dan Song. Selain dari pada itu, suhupun merasa kuatir bahwa kau telah diperkuda oleh Im Hian Hong Kie-su untuk mencari tahu tentang rahasianya. Sebab itulah sekalipun aku hendak, menolongmu, aku masih lebih dipangaruhi oleh perasaan takut dimarahi oleh guruku..." "Dan sekarangpun kau takut kalau2 gurumu menjadi gusar hingga terpaksa kau menangkap aku juga" Gokhiol memotong perkataan sigadis. "Bukankah begitu, Siocia?" Tampak sepasang mata sigadis bersinar.
"Kau belum habis mendengar penjelasanku! Jika aku bermaksud menangkapmu, untuk apa aku harus membuka mulut panjang-lebar" Suhu menyuruh kau untuk tidak kembali ke Holim dan beliaupun berjanji akan membunuh Im Hian Hong Kie-su!" "Huh, janganlah membuat aku tertawa. Apakah kau belum tahu bahwa aku ini seorang jantan" Im Hian Hong Kie-su adalah musuh ayahku, aku harus membunuhnya dengan tanganku sendiri. Aku tak perlu bantuan suhumu!" "Tio Kongcu, jika bukan diobati oleb guruku, siapa lagi yang dapat menyelamatkan hidupmu" Paling2 kau masih dapat bertahan selama tiga hari saja! Hal ini sudah membuktikan bahwa kau masih bukan tandingan musuhmu. Maka kalau bukan dengan pertolongan guruku, siapa lagi yang dapat membantumu" Dapatkah kau dengan mendongkol menuntut balas seorang diri?" Pemuda kita tak mau mengalah dan iapun menyahut : "Kau jangan meng-agung2kan kepandaian gurumu dihadapanku. Diluar langit masih ada langit yang lebih tinggi. Demikian pula halnya dengan kaum rimba persilatan. Dibalik jago, masih ada lagi yang lebih jago daripadanya. Kau belum tahu bahwa guruku Wan Hwi Sian adalah seorang tokoh kelas satu didunia persilatan.
Aku menuntut ilmu kepada beliau, dan akupun pasti akan membunuh lm Hian Hong Kie-su! Lihatlah nanti!" Tengah mereka sedang ber-cakap2, tiba2 desiran angin menyambar dari atas bukit. Menyusul mana berkelebatlah satu, bayangan. Tahu2 orang itu sudah berada dihadapan mereka! Bukan kepalang rasa kaget hati pemuda kita. Orang itu kiranya bukan lain dari Wan Hwi Sian! Buru2 Gokhiol menjatuhkan diri dihadapan gurunya.
"Kedatangan suhu sungguh tepat pada waktunya. Siocia ini....
Tapi Hay Yan cepat2 menjura.
"Boanpwe Hay Yan anak perempuan Hay An Peng dari Hay-Kee-Chun." Dewa Kera Terbang menatap dengan suram kepada gadis itu, lalu berkata. "Yan-jie, lebih baik sekarang kau lekas2 kembali ke Hay-Kee-Chun! Hay An Peng telah binasa dibunuh orang " Hay Yan menjadi pucat, ia sangsi apakah berita itu benar atau tidak.
"Yan-jie, pulanglah dan beritahukan kepada gurumu.
jika ingin mencari Im Hian Hong Kie-su untuk menuntut balas, pinto dapat membantunya. Tapi kuminta supaya hal ini jangan sampai bocor. Nanti kelak kita dapat bertemu pula." Begitulah selesai berkata maka Wan Hwi Siang mengajak Gokhiol pergi meninggalkan tempat itu.
Hay Yan menggigil tubuhnya.
"Orang itu adalah gurunya Gokhiol, kiranya tidaklah ia akan mendustai aku," pikirnya dalam hati.
Dengan satu, lompatan ia menyusul kedua murid dan guru itu sambil berseru. "Boanpwee mohon bertanya kepada to-tiang, sekarang ini Im Hian Hong Kie-su berada dimana?" Wan Hwi Sian berpaling kebelakang, lalu menjawab : "Dia tidak berketentuan tempat tinggalnya. Maafkanlah Pinto tidak dapat menjelaskannya. Jika gurumu Wanyen Hong Kongcu, memerlukan aku, maka dalam waktu sepuluh hari ini boleh ia bertemu dengan aku diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok." Hay Yan berpikir, bagaimana orang ini dapat mengetahui akan gurunya yang memang adalah puteri dari kerajaan Kim" Ia menengadah pula tapi kedua orang itu sudah berada jauh sekali. lapun membalikkan tubuhnya dan berlari menuju... Hay-Kee-Chun.
Ketika ia sampai di Hay-Kee-Chun, dilihatnya pintu masuk kedalam rumah terkunci rapat. Keadaan sunyi senyap. la dobrak pintu itu dan masuk kedalam rumah. la menjerit bahna kagetnya! Hay An Peng rebah diatas tanah dengan tidak bernyawa lagi! la, menubruk tubuh orang itu seraya menangis menggerung-gerung. Didapatkan olehnya, pada bagian bawah kuping Hay An Peng darah yang sudah-kering dan disitu masih menancap sebuah senjata rahasia! Dicabutnya senjata itu yang ternyata bukan lain adalah... Kui-cu Liu-seng! Sambil menggertakkan giginya ia mendesis seorang diri : "Im Hian Hong Kie-su! Tunggulah pembalasanku!" Akhirnya Hay Yan menutupi jenazah. Hay An Peng dengan selimut, kemudian ia berlari ke Kota Hitam pula.
Setelah tiba dihadapan Wanyen Hong, gadis kitapun menjatuhkan dirinya ditanah. Sambil, menangis tersedu-sedu dituturkannya perihal kematian Hay An Peng, yang telah terbunuh oleh Im Hian Hong Kie-su. Diberikan pula senjata rahasia Kui-cu Lui-seng kepada gurunya.
Wanyen Hong gemetar sekujur tubulinya tatkala mendengar semuanya yang diceritakan oleh muridnya, mengenai Gokhiol dan Wan Hwi-Sian.
"Wan Hwi To-tiang yang kau jumpai itu berapa kira2 usianya?" tanya Wanyen Hong dengan nada curiga.
"walaupun sejak dahulu aku belum pernah mendengar tentang orang tua itu, didalam rimba persilatan. Heran! Bagaimana ia dapat mengetahui bahwa aku ini adalah puteri dari negeri kerajaan Kim" Dan selain itu, bagaimana ia dapat mengetahui terlebih dahulu akan kematian Hay An Peng?" "Suhu," jawab Hay Yan, "sebelum mereka pergi aku teiah menanyakan apabiIa; Wan Hwi To-tiang mengetahui.
dimana Im Hian Hong Kie-su berada. Ia katakan bahwa Iblis itu tidak tentu tempat tinggalnia, tapi apabila suhu kelak memerlukan bantuannia, maka dalam waktu sepuluh hari suhu dapat berjumpa dengannya diatas bukit Sai-cu-giam di Kiam Kok" Wanyen Hong mengerutkan keningnya.
"Dibalik ini tentu orangtua itu ada maksud apa2. Yan jie, baiklah akan kutulis sebuah surat rahasia. Kau harus dengan segera pergi kegedung Hu-tim Koan digunung Ciong-Iam San untuk menyerahkan suratku itu kepadai Hian Cin-cu yang menjadi kepala dari kuil disana. Dia adalah murid dari Song Hie Liam yang kini sudah lanjut usianya. Kemudian kau harus lekas2 kembali untuk menyusul aku digunung Kiam Bun dalam jangka waktu delapan hari. Jangan sampai meleset perhitunganmu!" "Muridmu pasti akan menjalankan tugas suhu dengan baik," jawab Hay Yan dengan sungguh2 "Hanya aku belum mengetahui hubungan apa yang ada antara suhu dengan pendeta Hian Cin-cu?" Sambil menulis surat Wanyen Hong menjelaskan kepada muridnya : "Hian Cin-cu berasal dari partai Bu-tong Pay.
Kini ia telah menjadi Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay. Pernah ia menjabat sebagai koksu agama To-Kauw diistana negeri Kim dan menjadi sahabat karib dari guruku.
Nah, kalau nanti dilihatnya suratku ini dengan tanda pengenalku, pasti ia akan bertindak. Ingatlah! Kau harus kembali menurut waktu yang telah kutetapkan, janganlah sampai terlambat." Berbareng dengan selesainya surat itu, Wanyen Hong melepaskan gelang Giok-cwan dari pergelangan tangannya dan kemudian dibungkusnya menjadi satu dengan surat rahasia tadi. Pada saat itu juga Hay Yan meninggalkan Kota Hitam untuk menempuh perjalanan siang dan malam ...
---oo0dw0oo---
MAKA beralihlah kini cerita pada pada pahlawan kita Gokhiol yang tengah mengikuti gurunya Dewa Kera Terbang, melewati gunung Wi-Lian San untuk kembali ke Mo-Thian Nia.
Disepanjang jalan hatinya tidak tenteram, sebab ia telah Melanggar perintah gurunya dan takut dimarahi.
Wan Hwi Sian dapat menangkap pikiran muridnya, iapun mesem. "Muridku, segala yang telah kau perbuat telah kuketahui semuanya. Peruntunganmu masih bagus, kalau tidak niscaya nyawamu sudah melayang." "Suhu!" jawab Gokhiol dengan rasa herannya, "bagaimaha suhu mengetahui bahwa aku telah kena pukulan Telapak Tangan Hijau dari Im Hian Hong Kiesu?" "Aku tidak menyebut tentang kau kena pukulan Lok-moCiang itu, melainkan bahwa Wanyen Hong bermaksud mengambil jiwamu' Mendengar keterangan gurunya itu, pemuda kita makin tidak mengerti. "Apa suhu juga mengetahui bahwa Hek-Sia Mo-lie itu adalah sama orangnya dengan Wanyen Hong" la telah menyembuhkan luka2-ku bagaimana suhu dapat mengatakan bahwa ia ingin mengambil jiwaku?" "Huh!" bentak Wan Hwi Sian dengan suara dihidung.
"Apakah kau kira aku tidak mengetahui segala-nya" Wanyen Hong bukannya orang baik2. la telah mengetahui bahwa kau tak sudi mengingkari Jenderal Tuli ayah angkatmu dan kelak kau pasti akan menyumbangtan tenagamu demi kepentingan bangsa Monggol, sebab itulah ia bermaksud memusnahkan bibit penyakit yang akan merugikan terhadap kepentingannya negeri Kim." Sejenak Wan Hwi Sian berhenti, kemudian meneruskan.
"Oleh karena itulah ia telah membujuk Hay Yan untuk menurunkan tangan jahat terhadapmu. Mengenai luka didadamu, sekalipun tidak diobati, kau takkan binasa oleh karenanya. Bukankah kau mengetahui sendiri bahwa selama setahun ini kau sudah berlatih ilmu Sui Hwee To yang tak mempan air dan api" Mana dapat racun Lok-mo-ciang masuk kedalam tubuhmu?" Gokhiol mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Suhu," tiba2 ia berseru, "kau telah menjanjikan kepada Wanyen Hong untuk berjumpa denganmu di Kiam Kok, agakah benar2 kau ingin membantunya untuk membunuh Im Hian Hong Kie-su?" "Benar," jawab Wan Hwi Sian, "Im Hian Hong Kie-su kepandaiannya tinggi sekali, tetapi sebaliknya terhadap pedang Mo-Hwee-Kiam ia gentar menghadapinya. Nah, begitulah rencanaku! Apabila Im Hian Hong Kie-su sampai dapat ditaklukan, barulah aku membekuk Hek Sia Mo-lie dan kemudian akan kubawa mereka ke Holim untuk memperoleh hadiah dari ayah angkatmu Jenderal Tuli.
Dengan jasaku yang besar ini beliau pasti akan gembira sekali. Selain itu kaupun dapat membalas Sakit hatimu dan dihadapan ayah angkatmu kau akan meyakinkan kepercayaan lebih teguh terhadap dirimu. Nah, bukankah kau tidak sia2 mempunyai aku sebagai guru?" Mendengar ucapan gurunya itu, bukan main besar hatinya pemuda kita. Lekaslah ia berlutut dihadapan sang guru untuk menyatakan terima kasihnya. Tiba2 ia teringat akan nasib Hay Yan.
"Suhu, adapun murid Wanyen Hong yang bernama Hay Yan itu, orangnya baik sekali." Sebuah senyuman tersungging pada bibir Dewa Kera Terbang tatkala ia berkata : "Hm, kau sudah terpikat oleh gadis cantik itu" Hati2lah, ia selama ini telah mempergunakan tipu Bie-jin-kee terhadapmu. Dahulu tatkala kau baru saja meninggalkan Holim dan berada dilembah Ban-Coa-Kok, bukankah kau telah diserang oleh dua orang See-hek" Sebenarnya yang berada dibelakang peristiwa itu adalah... Hay Yan sendiri! Kemudian karena usahanya gagal, ia telah muncul sendiri untuk merebut pedang pusakamu Ang-liong kiam. Apakah dengan kejadian tersebut kau masih berpendapat bahwa Hay Yan itu hatinya baik?" Gokhiol tak sependapat dengan apa yang diuraikan oleh gurunya terhadap Hay Yan, namun hal itu disimpannya saja dalam hatinya. "Suhu, sekarang kita kemana?" ia bertanya.
"Muridku, kau harus benar2 menurut perintahku. Dua hari lagi kita akan tiba didaerah Ceng-hay. Kau harus menyampaikan suratku kekuil Bu-liong Sie yang letaknya dibawah gunung Siok-kit San." "Tapi, suhu." Gokhiol menegurnya dengan heran.
"Daerah itu termasuk wilayah See-Hek. Sedangkan suhu sendiri mengetahui bahwa kaum See-Hek itu adalah musuh besar dari Monggolia." "Aku tahu," jawab Wan Hwi Sian, "Tapi aku hanya menyuruhmu pergi kekui! Bu-liong Sie untuk menemui Ang-bian Kim-kong disana. Bagaimana orang2 See-Hek dapat megetahui tentang asal-usulmu" Setelah selesai melakukan tugasmu, kau harus lekas kembali ke Leng-Wan Koan dan menunggu berita selanjutnya dariku." "Mengapa suhu tidak membiarkan teecu mengikuti suhu saja untuk ber-sama2 mencari Im Hian Hong Kie-su?" tanya pemuda kita dengan nada tidak puas.
"Apa kau ingin menghantarkan jiwamu dengan konyol"' jawab Wan Hwi Sian dengan gusar. "Kelak, apabila aku berhasil membekuk Im Hian Hong Kie-su, maka dengan sendirinya kau dapat kesempatan untuk menuntut balas terhadapnya." Gokhiol terdiam. Dua hari kemudian tibalah guru dan murid itu digunung Siauw-cek San dan dikejauhan nampaklah pegunungan Siok-kit San. Wan Hwi Sian menyerahkan sepucuk surat kepada Gokhiol dan mengulangi lagi pesanannya, setelah itu merekapun saling berpisah.
---oo0dw0oo---
Cerita beralih pada Hay Yan yang tengah membawa surat rahasia dari Wanyen Hong yang harus disampaikan kepada Hian-Cin-cu digunung Ciong-lam San.
Adapun Ciong-lam San merupakan anak cabang dari pegunungan Cin Nia didaerah wilayah Siam-lam (daerah propinsi Siam-say bagian selatan yang beberapa ratus lie panjangnya).
Tatkala Hay Yan sampai dikaki bukit ia menanyakan letak tempatnya Hu-tim Koan kepada penduduk yang berdiam disekitar daerah itu. Setelah mendapat beberapa petunjuk, iapun meneruskan perjalanannya mendaki gunung. Adapun kuil Hu-tim Koan letaknya dilembah In-bu Hoan, bentuknya sangat mewah dan mentereng pada pilar pintu gerbang besar terukir kata2 : Sin Sian In Kong Kwat.
Gadis kita melewati pintu gerbang itu dan ia terus disambut oleh petugas penerima tamu, yaitu Tie Tek Tosu.
Melihat Hay yan yang masih sangat muda dan ingin menemui Ciang-bun-jin, maka Tie Tek Tosu merasa heran".
"Siauw niocu datang dari Mana" Couw-su kami sudah lama tidak menerima orang luar. Siauw niocu mempunyai urusan apa dengan beliau" Nanti biarlah siauw-te yang menyampaikannya." Hay Yan tak sabar hatinya, surat rahasia yang harus disampaikan sendiri kepada Hian Cin To-tiang. Harap kau memberitahukan kepada beliau dengan lekas" Mendengar sigadis mempunyai urusan penting, Tie Tek Tosu tergerak hatinya. "Silahkan Siauw nioicu masuk dan tunggulah dikamar tamu. Biarlah siauw-te memberitahukannya kepada Couw-su Ya." Hay Yan diantarkan keruangg tetamu. Setelah melewati beberapa lapis rumah dan pekarangan, maka sampailah mereka pada sebuah ruangan kecil. Disitu ada seorang To-tong keci1 menyajikan teh. Tie Tek Tosu meninggalkan gadis kita diruangan itu.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya, Tie Tek Tosu masih belum muncul juga. Hay Yan menjadi gelisah, ia keluar dari ruangan tamu untuk berjalan dipelataran rumah.
Begitulah tanpa disengaja sampailah ia pada tempat dimana tertanam banyak pepohonan dengan sebuah jalan kecil Yang terbuat dari batu2 menuju kesebuah bukit. Diatasnya berdiri sebuah rumah yang terbuat dari bambu. Keadaan disekitarnya sangat sunyi, nampaklah Tie Tek Tosu tengah berdiri tegak didepan rumah bambu itu.
Hay Yan menjadi mengkel. Mengapa tosu itu berdiam saja disitu dan tidak masuk kedalam rumah". Sungguh kelakuan mereka itu sangat tolol kelihatannya. Hay Yan berlari menanjak bukit, gesit sekali seperti kijang. Begitu sigadis datang, Tie Tek Tosu lantas membentak.
"Siauw niocu jangan sembarang masuk" Couw-su sedang tidur siang dan tidak boleh dibangunkan" "Urusanku sangat penting, harap bangunkan saja "Couw-sumu," ujar gadis kita.
Tie Tek Tosu menyilangkan tangannya.
"Siauw niocu" Jangan kau coba berbuat lancang! Tunggu dibawah?" Mendengar bentakan tosu itu, Hay Yan menjadi mendongkol, maka didorongnya Tie Tek Tosu hingga terpental kebelakang. Tapi pada saat itu juga terdengarlah orang berseru dari dalam.
"Biarkan gadis kecil itu masuk, Tie Tek! Surat yang dibawanya telah kubaca!" Suara itu bergema dikeempat penjuru angin, menandakan tenaga dalam yang sempurna sekali. Tie Tek Tosu tersenyum getir.
"Siauw niocu, silahkan masuk," ujarnya.
Hay Yan dengan hati berdebar masuk kedalam rumah bambu itu dan nampak dihadapannya sebuah tempat tidur yang terbuat dari batu marmer putih. Seorang Tosu yang lanjut usianya sedang duduk bersila diatas pembaringan itu.
Ditangannya, ia masih memegang sepucuk surat dan diatas meja kecil menggeletak... batu Giok-Cwan! Terperanjat Hay Yan merabah saku bajunya dan... benar saja. Surat rahasia sudah berpindah tangan tanpa disadarinya sedikitpun juga. Ia mengawasi dengan terbengong-bengong, kepandaian tosu tua itu sungguh hebat luar biasa. Penuh hikmat ia berlutut dihadapan Hian Cincu.
"Lo-sin Sian," ujarnya "Tit-lie yang rendah bersujud kepadamu. Surat itu adalah dari suhuku untuk disampaikan kepada Couw-su Ya." Hian Cin-cu mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata : "Pinto sudah mengetahui semuanya. Sungguh tidak kusangka bahwa Wanyen Hong Kongcu masih hidup didunia. Kini kau pulanglah dan sampaikan salamku kepadanya." Hay Yan membelalak matanya.
"Tapi..., tapi, apakah Couw-su hanya dapat memberikan jawaban itu saja?" "Aku sekarang belum dapat menjawabnya dengan segera. Tapi obat Oil yang gurumu minta akan kuserahkan, tapi kau harus ber-hati2 membawanya dan simpanlah dengan baik2 dalam baju dalammu." "Couw-su," tanya Hay Yan pula, "obat apakah itu?" "Nanti, gurumu akan beritahukan padamu sendiri," jawab Ciang-bun-jin perguruan Ciong-lam Pay.
Setelah menghaturkan terima-kasihnya, maka Hay Yan meninggalkan gunung Ciong-lam San dan menempuh perjalanan siang dan malam tanpa berhenti. Begitulah ia sampai dibukit Kiam-Bu Nia, yang merupakan daerah penting untuk memasuki propinsi Su-Cwan. Disitu hanya terdapat jalanan batu pasangan yang berjajar menanjak keatas bukit.
Gadis kita meng-hitung2 dan baru diketahuinya bahwa ia telah berjalan selama tujuh hari lamanya. Iapun berpikir apakah gurunya sudah sampai atau belum" Sedang asyiknya berjalan, sekonyong-konyong sesosok bayangan orang melompat turun dari puncak gunung. Tapi ayal ia bersiap dalam sikap tempur dan nampak olehnya kini orang itu sudah berdiri dihadapannya! "Yan-jie, gurumu sedang menantikan kau," kata orang.
Itulah gurunya Gokhiol, Wan Hwi Sian" "Gurumu sudah bertemu denganku pagi ini," kata Wan Hwi Sian dengan suara tenang, "kami telah berjumpa dibukit Sai-cu Giam. Ia takut kalau2 ia sampai dikenali orang, sedangkan tempat ini letaknya tidak jauh dari Mo-Thian Nia. Oleh karena itu untuk sementara ia bersama Gokhiol bersembunyi di Leng-Wan-Koan. la telah memberitahukan bahwa hari ini kau akan tiba kesini, maka ia telah minta pertolonganku untuk memberitahukanmu." Hay Yan setengah tidak percaya akan ucapan itu dan iapun berkata penuh kesangsian : "Tapi suhu telah menyuruh aku berjurnpa denangnya disini, mengapa sekarang ia sudab pergi lebih dahulu sebelum menemui aku?" "Suhumu hendak mencari tahu tempat dimana Im Hian Hong Kie-su sedang bersembunyi," jawab Wan Hwi Sian dengan wajah sungguh2. "Setelah diketahuinya, barulah bersama pinto akan pergi menuntut balas" Nah, oleh karena itu ia menunggu kedatanganmu di Leng-Wan-Koan. Nah, sampai bertemu pula." Dengan sekali berkelebat Dewa Kera Terbang meninggalkan tempat itu. Hay Yan menghela napas panjang, tapi tak urung daIam hatinya ia merasa cemas dan kuatir. Sebaiknya malam itu juga ia pergi ke Leng-Wan-Koan untuk melihat keadaan sesungguhnya.
---oo0dw0oo---
Kembali pada kisah Wanyen Hong, yang telah menyuruh muridnya pergi kegunung Ciong-lam San untuk minta obat Cie-sui Wan (Pil penghenti rasa ngantuk) kepada Hian Cin-cu, serta untuk menyelidiki asal-usul tentang diri... Wan Hwi Sian. Karena Wanyen Hong merasa curiga terhadap munculnya Wan Hwi Sian didalam dunia persilatan. Lagipula kekuatiran timbul ia harus tidur kembali, dan keadaan sangat gawat.
Begitulah sejak Hay Yan berangkat, sang waktu berjalan amat pesatnya. Pada hari kedelapan, pagi2 sekali puteri kita telah berdiri menanti dibawah bukit Salju Giam. Tapi setelah ditunggu sampai petang, Hay Yan masih juga belum kunjung tiba. la menjadi gelisah.
Menjelang magib, tiba2 terdengar olehnya suara senjata saling beradu dibawa angin. Rupanya ada orang sedang bertempur. Dengan cepat ia lompat kebalik bukit dan memandang kelembah. Tampak olehnya dua bayangan manusia yang sedang bertempur diancara berkelebatnya sinar2 pedang yang berkilauan. Tatkala itu sang surya yang berwarna kemerahan sudah lambat2 menyelinap dibalik gunung. Didalam lembah sudah menjadi gelap. Wanyen Hong mempergunakan ilmunya untuk melihat dalam jarak jauh. Maka tampak olehnya salah seorang mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan seorangnya lagi mengenakan pakaian berwarna hitam. Walaupun jaraknya jauh, ia dapat melihat bahwa pedang sibaju hitam mengeluarkan sinar merah. Itulah Ang-liong-kiam! Sayup2 terdengar orang berseru : "Hai, iblis Im Hian Hong! Apakah ganjalan sakit hatimu terhadap gadis kecil itu" Mengapa kau menurunkan tangan kejammu?" Itulah suara Wan Hwi Sian! "Huh," jawab orang yang berbaju hitam itu. "Hay Yan adalah puteriku. Aku bawa ia pulang, itulah urusanku.
Mengapa kau ingin turut campur urusan orang" Kalau kau belum kenal gelagat janganlah kau salahkan bahwa pedang pusaka Ang-liong-kiam tidak mempunyai mata!" Mendengar ucapan sibaju hitam itu. Wanyen Hong timbullah kegusarannya. Sekali cabut pedang Mo-HweeKiam terhunus ditangannya dan bagaikan macan betina ia, melompat turun kedalam lembah dimana dua orang tadi tengah bertempur. "Wan Hwi To-iang! Jangan lepaskan iblis jahanam itu." teriaknya. Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang jarang tandingannya, maka cepat sekali puteri kita sudah sampai dibawah lembah. Ia lompati batu2 gunung yang terjal bagaikan seekor burung walet saja yang sedang melayang turun dari angkasa.
Begitu mendengar seruan Wanyen Hong, sibaju hitam Menangkis pedang Wan Hwi Sian. Kemudian menyusul pukulan Telapak Tangan Hijau dan segera pasir serta lelatu kecil berhamburan bagaikan dihembus badai. Sesaat kemudian sibaju hitam melesat keatas, tebing lamping gunung. Hal itu tepat terjadi pada ketika Wanyen Hong sampai dibawah lembah! Bagaikan setan sibaju hitam menghilang tanpa diketahui arahnya lagi.
Wanyen Hong berhadapan dengan Wan Hwi Sian. Ia melihat pada baju tosu itu terdapat bekas telapak tangan berwarna hijau. Sedangkan yang kelihatan hanyalah empat jari! Wan Hwi Sian bermandikan peluh. Begitu melihat Wanyen Hong ia menyapanya dengan nada menyesal.
"Kalau Kongcu datang sedikit lebih cepat pasti Iblis itu takkan lolos dari kematian." Wanyen Hong tak menghiraukan ucapan orang itu, sebalikanya ia bertanya dengan kuatir.
"To-tiang, dimanakah muridku Hay Yan ?" Wan Hwi Sian berubah suram.
"Iblis itu telah menangkap muridmu. Pinto mengejarnya dari belakang tapi tengah kukejar tak di-sangka2 muncul kalian yang lantas mengambil muridmu dan melarikan diri." "Celaka!" Wanyen Hong berseru bahna kagetnya, "aku harus, menolong Yan-jie. Apakah totiang dapat membantu aku untuk mencarinya?" "Memang aku bermaksud mengajak Kongcu untuk bersama pergi kegunung Jie-Liong San untuk membuat perhitungan dengan jahanam Im Hian Hong Kie-su," jawab Wan Hwi Sian dengan penuh semangat, "jika Kongcu tidak gentar untuk menyatroni sarang harimau, maka dengan menggabung tenaga kita berdua menjadi satu, pasti kita dapat membunuh penjahat itu!" Wanyen Hong memberi hormat kepada Dewa Kera Terbang, yang lekas2 mundur seraya mengulapkan tangannya. "Jangan Kongcu mengucap terima kasih terhadapku.
Sudah selayaknya kita harus bantu membantu dalam menumpas kebathilan. Dengan menggunakan pedang MoHwee-Kiam Im Hian Hong pasti akan dapat dibinasakan oleh Kongcu." "Mula2 aku kira Wan Hwi Sian adalah orang jahat.
Sungguh keterlaluan, hampir saja aku memusuhi seorang sahabat rimba persilatan," demikianlah pikir puteri kita dalam hatinya.
Begitulah malam hari itu juga bersama Wan Hwi Sian, Wanyen Hong menempuh perjalanan kegunung Jie-Liong San. Bagaikan bayangan saja kedua petualangan itu melesat secepat angin dan dalam waktu sekejap mata saja mereka telah hilang dikegelapan malam ...
---oo0dw0oo---