Giok Bun Kiam Lu Chapter 5

Chapter 5

Dengan cepatnya dua bulan telah lewat, sedangkan Gokhiol masih menjelajahi tanah pegunungan Hwa-San dan gunung Bu-Tong San. Disamping menikmati pemandangan yang indah, ia mmperhatikan tiap orang dijumpai, adakah diantara mereka yang... mengenakan gelas emas putih pada leherrnya.

Setelah sekian lamanya belum berhasil menemukan Dewa Kera Terbang, lambat laun ia menjadi ragu2.

Pikirnya dengan cara begini, sampai kapan ia dapat menuntut ilmu" Pada suatu hari Gokhiol melewati jalanan yang disebut Kian Kok Canto, karena dipinggir jalan itu terdapat jurang yang sangat curam, sedang disebelahnya lagi merupakan tebing gunung yang tinggi tegak menjulang keangkasa.

Jalan Kian Kok Canto itu sangat sempit sekali dan hanya dapat dilewati dua orang saja.

Tiba2 terdengar olehnya suara tok-tok-tok berulang kali, yang datangnya dari kejauhan, maikin lama makin keras, Nadanya bagaikan seorang pedagang bakmi mengetok tabung bambunya, tok ... tok... tok ...

Gokhiol mengawasi jalan dimukanya yang sangat berliku2 itu, tapi tak terlihat olehnya satu bayangan mahluk pun. Sesaat kemudian terdengar pula suara tadi, kini semakin keras! Suara itu terdengar dari atas tebing! Gokhiol mendongak keatas, maka tampak olehnia sebuah bayangan orang! Pemuda kita terperanjat tidak terkira. Tampak orang itu berjalan seperti terbang pada tebing gunung! Dandanannya sebagai seorang imam aliran agama Too-kauw. Topinya kerucut yang pinggirannya bersayap bagaikan bentuk pyramid dan warna pakaiannya hijau mengkeredep.

Perawakatnya kurus dan yang lebih ganjil ialah bentuk mukanya, yang berjenggot kambing sedang diatas nya melintir dua garis kumis panjang yang bergulai kebawah sampai lima enam dim. Dahinya bulat bagaikan ditempel obat koyo.

Kedua kaki imam itu bagaikan melekat pada dinding tebing dan ketika berjalan tak ubah bagaikag seekor kera saja rupanya. Ditangannya ia memegang sebuah tongkat dari kayu yang panjangnya kira2 satu kaki. Alat itu sebentar-bentar dipukulkannya menotok dinding tebing gunung, sehinga menerbitkan suara tok-tok-tok. Adapun bekas dinding yang kena diketok itu meninggalkan lubang sebesar mangkok nasi dalamnya, dan itulah yang membuat si imam bergerak maju.

Pemuda kita membelalak matanya. Dalam sekejap mata saja imam itu lewat diatas kepalanya, dan lenyap dari pemandangannya! "Too-su ini benar2 berkepandaian tinggi," pikir pemuda penuh kagum, "sayang karena bergerak demikian cepat bagaikan terbang, sehingga aku tak dapat menegurnya untuk menanyakan kepadanya apakah ia bukannya Wan Hwi To-tiang." Tapi diluar dugaannya, tengah ia masih melamun, suara tok-tak-tok terdengar pula dari sebelah belakang! Buru2 ia menengok kebelakang dan nampak olehnya bahwa imam, itu telah muncul pula pada dinding tebing guuung yang tegak lurus itu. Baru saja suara itu terdengar.. beberapa kali atau imam itu sudah berada dekat diatas kepalanya! Bukan kepalang. terkejut hati pemuda kita, sudah jelas orang itu tadi berjalan kearah depan, tapi kini bagaimana ia begitu cepatnya sudah bisa kembali, bahkan dari belakangnya?" "Harap To-tiang berhenti sebentar!" teriak Gokhiol.

"Aku ingin bertanya tentang seseorang." Tapi baru sadia ia berteriak atau imam itu sudah jauh berlalu dari situ! Batu2 jatuh kejalan Canto dan lobang2 bekas totokan tertinggal bagaikan gumpalan bundar: Gokhiol sudah tidak melihat bayangan imam to-su lagi, maka ia mengoceh sendirian : "Apakah imam to-su itu akan kembali pula" Apabila ia sekali lagi lewat disini, aku akan memanggilnya saja dengan nama Wan Hwi Sian! Aku ingin tahu bagaimsna reaksinya nanti!" Tiba2 terdengar olehnya suara orang berkata dari belakangnya : "Aku sudah kembali! Apakah kau belum tahu?" Gokhiol berdiri terpaku saking terkejutnya. Perlahan-lahan ia membalikkan badannya dan tampak olehnya imam itu sudah berdiri dilbelakangnya! Pemuda kita terlongo-Iongo mengawasi orang aneh itu.

Pada saat itulah si imam melihat gelang emas putih dileher Gokhiol, dan ... berubahlah airmukanya! "Anak muda, siapa namamu" Apakah kau telah disuruh situa bangka Im Hian Hong untuk datang kemari?" Kini pemuda kita yakin bahwa imam yang luar biasa itu, adalah pasti tidak lain daripada Wan Hwi Sian Totiang.

Buru2 ia menjura amat girangnya.

"Tidaklah salah terkaan, To-tiang. Tee-cu bernama Gokhiol yang telah disuruh oleh Im Hian Hong Cianpwee untuk mencari jejak perjalanan To-tiang yang ribuan lie jauhnya. Bahwa hari ini teecu beruntung sekali teIah dapat bertemu dengan To-tiang." Wan Hwi Sian memandang pemuda kita dari atas sampai bawah. "Im Hian Hong ini ada2 saja. Mengapa ia memaksa kepadaku untuk menerima kau sebagai murid?" Buru2 Gokhiol menyahut. "To-tiang, dengarlah penuturan teecu ini. Teecu mempunyai beban kewajiban untuk menuntut balas sakit hati mendiang ayah. Karena kepandaian teecu masih rendah sekali, maka teecu bersama ini mohon belas kasihan To-tiang. Jika sampai juga permohonan teecu ditolak, maka teecupun tak ada muka lagi untuk kembali pulang" "Hm," jawab Wan Hwi Sian dengan suara dihidung, "selama ini aku tak mempunyai niat untuk menerima murid. Jika kau tidak ada muka untuk pulang, baiklah kau mati saja disini!" Gokhiol berpikir, mengapa baru sekali saja bertemu siimam telah menyuruh ia mati saja" Tentu ia ingin tahu apakah aku akan mentaati perkataannya. Maka ia berkata : "Bila To-tiang lebih suka teecu mati daripada menjadi murid, baiklah sekarang juga teecu akan membunuh diri dihadapan To-tiang!" Mengadu untung, Gokhiol menerjunkan dirinya kedalam jurang yang dalam! Angin mendesir ditelinganya ketika tubuhnya jatuh pesat kebawah. Pemuda kita memejamkan kedua matanya menantikan saat ajalnya! Tak lama tiba2 terasa gelang dilehernya ada yang membetot. Tubuhnya berhenti jatuh kebawah, sedangkan telinganya tak mendengar desiran angin pula. Beberapa saat kemudian kakinya merasa menginjak tanah pula! "Anak yang baik. Aku takkan membiarkan kau mati!", demikian suara Wan Hwi Sian sayup2 terdengar ditelinganya. Dan ketika Gokhiol membuka kedua matanya, Wan Hwi Sian berdiri disisinya. Ketika ia mengawasi keadaan disekitarnya, ternyata mereka sudah berada dibawah jurang! Pemuda kita melihat ditangan sitosu ada gelang emas putih yang tadmya terikat diIehernya.

Pemuda kita meraba lehernya. Benar saja! Gelangnya sudah pindah ketangan orang! Gelang itupun masih utuh kelihatannya, tidak cacad sedikitpun.

Teringatlah Gokhiol akan perkataan Im Hian Hong Kiesu yang mengatakan, apabila gelang masih tetap utuh setelah dibuka oleh Wan Hwi Sian dari lehernya, maka tasu itu akan menerimanya sebagai muridnya! Segera pemuda kita menjatuhkan diri berlutut dihadapan siimam seraya menyoja sebanyak tiga kali.

Wan Hwi Sian tersenyum simpul : "Tunggu dulu! Jika ingin menjadi muridku, terlebih dahulu kau harus memenuhi ketiga syarat yang aku ajukan ini. Dan syarat2 ini tidak semudah seperti yang akan kau duga dan lagi aku sangat menyangsikannya apabila kau dapat menyanggupinya." Gokhiol lantas menyahut. "Apapun juga yang suhu ajukan, meskipun sukar umpama kata harus memindahkan gunung sekalipun, tak akan teecu menolaknya! Maka silahkan suhu menitahkannya." Kumis Dewa Kera Terbang yang panjang ber-gerak2 keatas, tanda puas akan jawaban itu.

"Benar2kah kau berani terjun kedalam air yang mendidih apabila aku menitahkan kepadamu" Kau tidak takut?" "Bagus! Bagus sekali semangatmu. Dengarlah baik2 sekarang. Aku hendak mengajarkan suatu ilmu yang tiada bandingannya dibawah langit ini. Dan kau harus melatihnya dengan rajin mengikuti cara2nya dengan sungguh2. Pasti selama dua tahun lamanya kau akan menjadi pendekar yang menggetarkan dunia Kang-ouw." Wan Hwi Sian berhenti sejenak sambil mengawasi sipemuda dengan dalam, lalu dilanjutkannya : "Namun demikian, sebelum kita mulai kau terlebih dahulu harus menjalankan tiga syarat.

Syarat pertama, kau harus menghilangkan seluruh kepandaianmu yang kau miliki dan mulai belajar pula dari pertama dengan dasar2nya...." Belum selesai Wan Hwi Sian berbicara, Gokhiol sudah mendahuluinya : "Ilmu yang teecu miliki tak akan menjadi soal untuk dilenyapkan sampai ke-akar2nya. Sekarang yang syarat yang ke dua" Karena keyakinan sipemuda, mau tak mau Wan Hwi Sian mengerutkan alis matanya.

"Ah kau terburu nafsu! sedangkan perkataanku belum selesai. Sebab setelah seluruh kepandaianmu lenyap, maka kau akan merasakan penderitaan yang sangat hebat! Hampir seperti orang yang dalam keadaan mati, mendapatkan hidup kembali. Apakah kau berani?" "Teecu tidak tahut," yawab Gokhiol sambil menggertakkan giginya. Wan Hwi Sian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Baiklah, yang kedua ialah kau harus mentaati segala perintahku! Apa saja yang kuminta, kau harus melaksanakannya tanpa memberi alasan! Bila kau berani melanggar dan membangkang, maka hukumannya keras sekali. Dan apabila terjadi, kau tak boleh mengeluh ataupun menyalahkan aku. Baiklah hal ini kau renungkan dulu baik2, setelah masak kau pikirkan, barulah kau berikan keputusanmu kepadaku!" Tatkala itu hati Gokhiol sudah percaya penuh terhadap Wan Hwi Sian dan memujanya setinggi langit! Iapun beranggapan sebagai seorang murid terhadap suhunya, maka sudah menjadi kewajibannya mentaati segala peraturan apa saja yang diberikan.

Terdengar pula Dewa Kera Terbang berkata : "Umpama kata saja aku menyuruh kau membunuh seseorang, tak perduli siapa gerangan orang itu, kau harus memenuhinya! Mengertikan apa yang kumaksud?" Gokhiol berfikir dalam hatinya : "Baiklah aku menyetujuinya terlebih dahulu, kelak baru akan kupikirkan dengan tenang." Maka iapun menjawab : "Yah!, teecu takkan ber-pikir2 Iagi Walaupun suhu menyuruh teecu matipun, aku takkan menolaknya. Apa lagi yang harus dibicarakan?" Wan Hwi Sian tersenyum. "Baiklah," sekarang syarat yang ketiga. Dalam masa dua tahun ini, kecuali aku sendiri kau tak boleh bertemu dengan lain orang." "Itupun memang sudah seharusnya," jawab Gokhiol dengan serentak.

"Baiklah," Wan Hwi Sian berkata, "sekarang kau adalah muridku. Marilah ikut aku pulang." Wan Hwi Sian mengambil jalan diantara bukit2 yang tinggi, sedangkan Gokhiol mengikutnya dari belakang.

Mereka berjalan sampai jauh malam.

Dari kejauhan yang kelihatan hanya puncak gunung yang keputih2an diselubungi salju dan tebing2 gunung yang terjal. Tak lama kemudian sampailah mereka pada puncak gunung dan tampak dibawah puncak itu sebuah sungai es yang mengalir sepanjang ribuan lie, bergemerlapan disinari Rembulan. Lapisan es yang membeku diatas aliran air rupanya tidak melumer sepanjang tahun. Sungguh suatu pemandangan alam yang menakjubkan! Wan Hwi Sian memecahkan kesunyian dan katanya : "Tempat kediamanku terletak diujung sungai es itu. Kita masih harus menempuh jalan selama dua jam, barulah sampai disana." "Apa halangannya untuk berjalan. Janganlah suhu menghiraukan untuk berjalan selama dua jam lagi. Sehari lagipun teecu akan menuruti suhu," ujar Gokhiol.

Tapi baru saja ia selesai berkata atau ia menjadi heran.

Sebab dihadapannya jalanan terputus, yang terbentang dibawah adalah sebuah jurang! "Suhu, kita sudah berada dipuncak gunung, sedangkan didepan kita tidak ada jalan lagi." Sambil menuding kebawah Wan Hwi Sian berseru : "Terjunlah kebawah!" Berbareng itu ditariklah tangan Gokhiol oleh Dawa Kera Terbang dan ber-sama2 mereka terjun kedalam jurang yang curam! Tampak dua titik bayangan terapung! diangkasa me-layang2 kebawah, dan tatkala kaki mereka hampir menyentuh tanah, Wan Hwi Sian mengayunkan tubuhnya bersama tubuh sipemuda mengikuti aliran sungai es! Bagaikan anak panah terlepas dari busurnya kedua orang itu melesat diatas permukaan sungai yang telah menjadi es.

Terdengar ditelinga pemuda kita deru angin yang keras dan tahu2 dirasakannya tubuhnya tertumbuk pada sebuah dinding tebing. Tapi buru2 Wan Hwi Sian menariknya dengan sebat, dan mereka menikung kesamping dengan pesatnya. Bukan kepalang rasa terkejutnya Gokhiol! Peluh dingin mengucur diseluruh badannya.

Sungai es mengkilap bagaikan cermin, memanjang dan licin sekali. Sebab itu sekali orang meluncur diatasnya, maka sukar sekali untuk berhenti. Entah berapa Iama merela "terbang" diatas es, melewati tikungan2 yang tajam.

Tanpa tertahan lagi Gokhiol merasa pening dan matanya menjadi berkunang-kunang.

Kiranya sungai es itu berakhir pada sebuah jurang gunung dimana kedua belah sisinya merupakan lamping yang sangat berbahaya. Lamping itu menegak lurus bagaikan dinding tembok, terdiri dari es menjulang keangkasa. Terdengarlah Wan Hwi Sian berseru : "Kita sudah sampai !" Tubuh Gokhiol terguling-guling dan ia dapatkan dirinya sudah jatuh kebawah lamping gunung. Kiranya muara sungai berada diantara tebing batu dan merupakan sumber air terjun. Sepanjang tahun es itu tidak mencair, maka muara itu seperti bukit es yang miring letaknya.

"Rupanya aku tadi terguling jatuh dari bukit es itu," pilkir Gokhiol seorang diri.

Pemuda kita mengawasi lebih jauh keadaan sekitar tempat itu dan tampak diihadapannya terbentang sebuah bangunan ibadah kaum Too-kauw. Besar dan mentereng sekali bentuk kuil itu dan ketika Gokhiol menghampiri lebih dekat, maka kelihatnya pada gerbang pintu tertera tulisan.

"LENG WAN KOAN" atau Rumah lbadah Kera Sakti.

Lebih tepat dikatakan kuil itu didirikan me!ekat pada dinding tehing yang curam, sebab bagian belakang bangunan itu tembus kedalam goa gunung yang lalu buntu.

Sedangkan jalan tembusan tidak ada, yang terdapat hanya secbuah panggung batu yang tingginya belasan tombak.

Wan Hwi Sian mengajak Gokhiol masuk kedalam rumah ibadah itu, lalu ia menuding pada sebuah patung yang berjanggut merah, yang berdiri diatas meja sambil berseru : "Muridku, patung ini ialah Couw-su-kongmu (datuk guru)! Lekaslah bersujud dihadapannya !" Gokhiol melihat pada kepala patung itu terdapat sebuah topi Peng-Thian-Koan, sedangkan pakaiannya adalah dari kaum Sui-Hwee To-Bauw. Yang mengherankan adalah muka patung itu! Tak ubahnya seperti manusia hidup saja! Itulah patung Hwee Liong Cinjin! Segera pemuda kita berlutut dihadapannya sambil mengguk beberapa kali, dengan hikmatnya.

Wan Hwi Sian membawanya kedalam sebuah kamar dan disuruhnya pemuda kita untuk tidur. Pintupun ditutup dengan suara keras.

Gokhiol melihat keadaan dalam kamar itu. Seluruh dinding terbuat dari batu dan diatas terdapat sebuah lobang angin. Besar lubang itu hanya sampai kepala orang saja.

Gokhiol memanjat keatas dan melongok keluar. Tampak dimukanya gunung yang tinggi puncaknya. Sedangkan dibawahnya terbentang lautan es yang meluas tiada terlihat batasnya. Melihai pemandangan yang dahsyat itu, hati sipemuda merasa kecil. Akhirnya ia turun dan merebahkan diri diatas pembaringan.

Menjelang fajar, Gokhiol samar2 mendengar orang berbisik memanggilnya. "Tio Kongcu! Tio Kongcu!" Dalam keadaan setengah mimpi ia melihat Hay Yan sedang mendekatinya. Pakaian sigadis serba-putih dan ditangannya tergenggam Mo-hwee-kiam.

"Apakah kau ingin menangkap aku lagi?" demikian Gokhiol berteriak dengan suara gusar.

"Kongcu, bangunlah!" Pemuda kita terkejut dan bangun sebab dahinya kena sesuatu. Tatkala dibukanya matanya lebar2, ia mendapatkan dirinya masih tetap rebah dalam pembaringan didalam kamar. Dari lubang angin sinar yang lemah menerobos masuk kedalam kamar. Rupanya fajar akan segera menyingsing. DiIihatnya sesosok tubuh manusia tengah bergantungan terbalik dan berbisik dengan pelahan : "Kongcu, aku menengokmu!" Gokhiol tercengang. Suara itu suara perempuan! Nampaklah kepala perempuan itu yang bundar dengan dua kepang terbalik kebawah. Siapa lagi yang mengenakan rambut secara demikian kalau bukannya ....Tai-tai" Pemuda kita cepat2 lompat dari pembaringanya, lalu memanjat kelubang angin. Keadaan diluar masih diliputi halimun, tak kelihatan apa2. Yang nampak hanyalah Tai-tai yang bergaya seperti capung gelantungan (To-Su Ceng-Teng), kakinya mengngait atap rumah. "Tai-tai"! Bagaimana kau dapat kemari?" tanya Gokhiol dengan keheranan.

"Hi-hi-hi Kongcu juga datang," jawab si tolol sambil mesem, "kalau Kongcu boleh datang, kenapa aku tidak boleh" Diam2 pemuda kilta mulai sadar bahwa Tai-tai pun memiliki kepandaian yang tinggi.

"Apa Siociamu juga datang?" "Huh, kau sigenit hanya mencari nonaku saja. Apa kau tidak mengingat sedikit kepadaku?" Tai-tai mengolok sipemuda sambil menyipiti matanya.

"Rupanya kalian telah membuntuti aku," kata Gokhiol, "aku baru saja kemarin malam tiba, kini kalian sudah menemui jejakku sampai disini. Apakah kalian tidak takut kalau nanti dilihat oleh suhuku?" Tai-tai tak menghiraukan perkataan sipemuda bahkan sebaliknya sambil cemberut ia mendesis.

"Memang orang selalu salah menangkap apabila ingin berbuat baik. Nonaku telah menyuruh aku mengirim surat untukmu. tapi sebaliknya kau kini menuduh kami telah menguntit dirimu!" Dalam hati Sanubarinya pemuda kita memang rindukan Hay Yan. Kini mendengar Tai-tai mengatakan bahwa ia membawakan surat, iapun merasa girang.

"Tai-tai yang baik, mana surat itu ?" Tai-tai merogoh kedalam kantong bajunya. Tiba2 ia berkata : "Kongcu, terlebih dahulu kau harus memejamkan kedua matamu, sesudah itu barulah akan kuberikan surat itu kepadamu!" Gokhiol menuruti permintaan gila itu, dipejamkannya matanya. Tanpa disengaja mulutnya terbuka. Pada saat itulah mendadak saja Tai-tai memasukkan secara paksa sebutir pil kedalam mulutnya! Berbareng mukanya digampar dengan kerasnya sehingga pil itu tertelan masuk melalui lehernya.

Pemuda kita jatuh terguling saking kagetnya, tapi piI sudah masuk kedalam perutnya. Barulah sekarang ia sadar bahwa dirinya tengah dipermainkan oleh Tai-tai! "Hi-hi-hi! Maafkan aku, Kongcu!" tertawa sitolol seraya meninggalkan kamar dengan gerakan Hai-hong Jut-yauw atau Burung-walet-keluar-dari-sarang dan terus lompat turun.

Gokhiol lompat pula kelubang angin, tapi karena keadaan cuaca yang masih diliputi oleh halimun, maka tak kelihatan apa2 lagi dari bayangan Tai-tai.

Dengan hati mendcngkol Gokhiol meraba Iehernya dan memandang keluar. Tampak sinar matahari mulai muncul dari balik bukit, hawa segar masuk kedalam hidungnya, badannya nyaman sekali. Apakah ia bermimpi, pikirannya dengan ragu2.

la tertawa getir dan kembali turun. Tapi baru saja ia tiba dekat pembaringan atau disamping bantalnya ia melihat secarik kertas. Diambilnya kertas itu dan dibukanya dengan hati berdebar-debar. Beginilah tulisannya : "Suhumu hendak melenyapkan seluruh kepandaian silatmu pada hari ini, sebab itu aku telah berikan padamu sebuah pil melalui Tai-tai, yang dinamakan PIT JIAUW WAN atau Pil penutup jalan-darah. Pil tersebut untuk sementara dapat menutupi kepandaian silatmu. Ingatlah! Jangan sampai ada orang yang mengetahuinya, kalau sampai ketahuan rahasia ini, niscaya kau akan ... binasa!" Kejadian yang demikian cepatnya membuat Gokhiol sungguh merasa heran. Masih teringat olehnya dahinya kena sesuatu. Rupanya. kertas itulah yang telah disentilkan kepadanya oleh Tai-tai. Tapi bagaimana Hay Yan sampai dapat mengetahui bahwa pada hari ini, suhunya hendak melenyapkan seluruh kepandaiannya" Tiba2 dari luar terdengar suara tindakan kaki. Tergesa gesa Gokhiol melemparkan carikan kertas tersebut keluar melalui lobang angin. Baru saja ia melemparkan kertas itu, atau pintu kamar sudah dibuka oleh ... Wan Hwi Sian. la menatap sebentar dengan curiga kepada Gokhiol, Ialu berkata : "Muridku, hari ini kau mulai dengan pelajaranmu.

Makanlah dahulu sebentar." Hari pertama kedua kaki Gokhiol diikat oleh Wan Hwi Sian, lalu digantung-dengan kepala kebawah. Setelah aliran darahnya turun, sekonyong2 ubun2 kepalanya ditepuk oleh Wan Hwi Sian. Tubuhnya bagaikan disambar kilat! Kedua tangan kakinya lantas menjadi kejang dan ototnya seperti putus! Saking sakitnya, pemuda kita menjerit keras dan meronta dengan sekuat tenaga. Tali yang menggantung tubuhnya putus, ia jatuh ketanah! Gokhiol pingsan ....

Setelah siuman kembali ia sudah berada diatas pembaringan. Rasa lelah yang luar biasa melemaskan sekujur tubuhnya. la menoleh dan tampak Dewa Kera Terbang berdiri mengawasinya, sambil tersenyum kecil.

"Hari ini aku telah melenyapkan seluruh kepandaian silatmu." ujar Wan Hwi Sian. "Sejak hari ini kau adalah murid dari partai Leng-Wan Pay." Gokhiol bangkit dengan gemetar, lalu berIutut.

"Suhu telah sudi menerima teecu sebagai murid, maka sejak ini dan seterusnya, seluruh jiwa-raga akan kupersembahkan sebagai milik suhu. Dan untuk seumur hidup, teecu akan mentaati perintah suhu!" Mendengar ucapan sang murid, wajah Wan Hwi Sian berseri-seri. Ia meng-usap2 kumisnya dan tertawa terkekeh-kekeh.

Pada hari2 selanjutnya Wan Hwi Sian mengajak Gokhiol kepuncak yang penuh salju. Disana ia diajarkan bersamadhi dan melatih pernapasan. Dengan kepandaian menyalurkan hawa murni dari telapak-tangannya, Wan Hwi Sian menambah tenaga-dalam muridnya. Hawa Cinkhie meresap kedalam tubuh Gokhiol, terus kejantung dan membuka seluruh jalan2-darah.

Dibagian Tan-tian timbul hawa Soen-Yang, yang mengalir dan ber-putar2 keseluruh bagian dari tubuhnya.

Setelah mengikuti perputaran menurut alam sejumlah tiga ratus enampuluh kali, maka lewat empat puluh sembilan hari Gokhiol telah berhasil menyelami kepandaian berlatih iImu pernapasan Leng-Wan Pay. Tubuhnya menjadi ringan sekali, sedangkan pernapasannya lebih kuat dari sebelum ia datang ketempat itu. Bukan kepalang girangnya hati pemuda kita! Diluar dugaan Wan Hwi Sian sebetulnya sedang melaksanakan percobaan ilmu yang baru kepada sipemuda dengan maksud tertentu. Adapun ilmu GOA-TO- HIANKONG, yaitu sejenis ilmu kebal yang diberi nama Sui Hee To (Jalan air dan api), hanya dapat dijalankan pada tubuh seorang jaka yang masih suci bersih.

Ilmu ajaib ini jika dilatih secara kaum Buddha, sedikitnya harus bertapa selama delapan belas tahun lamanya. Sama halnya dengan Kim-Kong Put-Hway-Kang atau Tenaga Pengawal Buddha yang tersohor itu.

Kini Wan Hwi Sian mendapatkan suatu cara belajar yang lebih singkat dan cepat, yang dipelajarinya dari kitab To-Ke Pit-Kip, suatu kitab rahasia dari kaum Too-kauw.

Apabila seorang berhasil dengan ilmu tersebut, maka daya dan khasiatnya tidak ada bedanya seperti menguasai Kim-Kong Put-Hway-Kang.

Wan Hwi Sian memberikan ilmu tersebut kepada Gokhiol adalah tidak lain karena ia sendiri telah berusia lanjut dan syarat mutlaknya adalah bahwa orang itu harus masih perjaka suci. Demikianlah Gokhiol telah diperalat sebagai percobaan! Apabila kelak berhasil dengan baik, maka dia dapat menitahkannya untuk membasmi lawan2nya! Pada hari berikutnya Gokhiol ditanggalkan bajunya, lalu digantung dalam sebuah kamar pengolahan obat2an.

Dibawahnya dinyalakan api yang besar sehingga tubuhnya terasa bagaikan dipanggang! Makin lama kulitnya mulai hitam tambus dan keringat tak henti2nya mengucur bagaikan air hujan. Mulutnya menjadi kering sekali dan matanya menjadi merah berdarah. Sambil meleletkan lidahnya, ia berseru dengan napas tersengal-sengal : "Su. .. .

Suhu, tee ... teecu ... . tidak tahan lagi!" "Anak yang baik." terdengar suara Wan Hwi Sian dengan nada yang dalam, "tahanlah sedikit lagi akan penderitaanmu ini. Tahanlah untuk beberapa saat pula.

Nanti akan kuberikan kanair obat." Disudut kamar terdapat sebuah empang kecil berisikan air, sedangkan didasarnya terbenam balokan es. Selain itu terdapat pula tidak jauh dari empang kecil itu, sebuah belanga besi berkaki tiga yang bawahnya dinyalakan api.

Dalam belanga besi tersebut terisi semacam cairan yang mendidih.

Gokhiol samar2 mengawasi empang yang terisi air dingin itu. la sudah tak tahan lagi, badannya panas sekali.

Hampir2 saja ia pingsan ... pingsan.

Wan Hwi Sian menyendok cairan dari dalam belanga besi dan menghampiri muridnya : "Lekas buka mulutmu! Aku berikan obat padamu!" Gokhiol yang sudah tidak dapat membuka matanya lagi, segera membuka mulutnya.

Wan Hwi Sian menuangkan cairan mendidih itu kedalam mulut pemuda kita.

Bukan kepalang rasa terkejutnya Gokhiol! Bagaikan segumpalan api menembus kedalam tubuhnya saja, cairan yang dikatakan obat itu. Lebih tepat cairan itu disebut dengan air raksa yang mendidih! Gokhiol berteriak sekuat tenaga, tapi napasnya sesak sekali. Pada saat itulah Wan Hwi Sian melepaskan tali gantungan lalu melemparkan pemuda kita keempang air.

Tubuh Gokhiol terbenam didalam air bercampur es itu. Air mendesis keras disusul dengan asap putih yang mengepul dari permukaan air.

Gokhiol tengah mendapat gemblengan yang sangat hebat! Tanpa terasa lagi setengah tahun telah lewat, pemuda kita telah menjadi manusia baru yang berkulit tembaga dan bertulang besi. Air maupun api takkan dapat membahayakannya! Selanjutnya Wan Hwi Sian mulai mengajarkannya iImu pedang Leng-Wan Kiam-hoat (Ilmu Pedang Kera Sakti).

(Adapun pemuda kita harus pandai melompat kesana kemari, tinggi-rendah dengan gerakan yang gesit sekali.

Seperti kera saja. Pada satu hari sang guru dan murid duduk berhadapan untuk melatih jalan pernapasan. Perlahan-lahan Wan Hwi Sian menyalurkan tenaga-dalamnya yang telah dilatihnya selama puluhan tahun, kedalam tubuh Gokhiol! Tiba2 bercekadlah hatinya pemuda kita. la merasa bahwa dari sepuluh jari suhunya yang ditempelkan pada tubuhnya, hanya ... sembilan jari2 saja yang mengeluarkan getaran2! "Mengapakah telunjuk tangan-kanannya tidak mengeluarkan apa2?" pikirnya heran.

Sebaliknya setelah diperhatikannya, ternyata sepuluh jari2 orang itu lengkap, iapun tidak menaruh curiga lagi.

Setahun telah lewat tanpa terjadi sesuatu peristiwa penting. Selain mengikuti Wan Hwi Sian pergi meninggalkan Leng Wan Koan, Gokhiol belum pernah berjalan seorang diri. la selalu bersamadhi menambah tenaga-dalamnya, tekun mempelajari ilmu Ciang-hoat dan Kiamhoat.

Pada suatu hari Dewa Kera Terbang turun, gunung dan menurut keterangannya ia akan pergi selama setengah bulan lebih lamanya. Gokhiol dipesan agar menjaga kuil Leng Wan Koan dengan baik2, disamping harus terus menerus berlatih apa yang telah diturunkan kepadanya.

Selain itu pemuda kita hanya diperkenankan pergi kepuncak gunung untuk berlatih, sedangkan turun gunung sama sekali tidak diperkenankan.

Kemudian Wan Hwi Sian bergerak melompat dan sekejap mata saja ia sudah naik kemulut batu gunung, dimana sebelumnya mereka pernah masuk melalui muara sungai dari es. Berselang dua hari, Gokhiol mulai merasa kesepian, tinggal seorang diri didalam rumah ibadah. Pikirnya : Sudah setahun sejak aku datang kesini, selain Tai-tai iang pada hari pertama kujumpai, tak ada lain orang lagi yang kulihat. Kini suhu sedang turun gunung, mengapa kesempatan ini tidak kupergunakan untuk pergi keluar. Dan apabila ,dibawah sana ada seorang penjual arak maka aku senang sekali untuk minum beberapa cangkir.

Demikianlalh setelah mengambil keputusan, diambilnya sebilah pedang dan ditinggalkannya rumah ibadah ini.

Sampai didepan kuil ia menengadah keatas, dan dilihatnya mulut batu gunung kira2 tujuh sampai delapn tombak tingginya. Sebenarnya ia belum pandai melompat setinggi itu, tapi kini ia ingin menjajalnya. Dengan menyedot hawa Cin-kie dan Tan-tian, tiba2 ia menjejakkan kakinya dan diluar dugaannya ..... tubuhnya lantas membubung tinggi keudara! Tahu2 ia sudah sampai diambang mulut batu gunung! Pemuda kita sangat terkejut bercampur girang. Gua batu itu rupanya adalah sebuah terowongan dan ia masih ingat bahwa dari tempat itulah ia dulu tergelincir jatuh kebawah.

Maka ia beranikan diri untuk memasuki terowongan dan setelah berjalan beberapa puluh tombak, tiba2 keadaan menjadi terang benderang. Rupanya ia sudah sampai diluar gunung.

Tampak olehnya sungai es darimana ia dahulu datang, yang Ietaknya terapit oleh dua puncak gunung. Dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuh ia melompat keatas ...

---oo0dw0oo---

SUNGAI es itu ber-liku2 bagaikan ular, dan Gokhiol merasakan tubuhnya ringan sekali, bagaikan seekor burung walet menyusuri jurang2 gunung yang berbahaya. Saat kemudian ia tiba dibawah ... gunung. la melihat keatas dan menjalarkan matanya dengan lebih jelas. Kiranya tempat itu bukanlah jalan yang pernah ditempuhnya waktu dulu! Diawasinya dengan heran lereng2 gunung yang terjal serta puncak2.

Tiba2 terdengar suara orang berseru dibelakangnya. "Halo! Bukankah yang datang kesini Tio Kongcu?" Bagaikan kilat Gokhiol menoleh kearah darimana suara itu datang dan ... dilihatnya seorang gadis cantik jelita muncul keluar dari balik batu gunung.

"Halo! Bukankah yang datang kisini Tio Kongcu?" Bagaikan kilat Gokhiol menoleh kearah darimana suara itu datang dan ...

dilihatnya seorang gadis cantik jelita muncul keluar dari balik batu gunung.

Pemuda kita tertegun. Itulah Hay Yan, gadis yang siang-malam dikenangi olehnya! Perasaan heran dan girang bergolak dalam hatinya. Untuk beberapa saat lamanya dipandanginya gadis itu tanpa dapai mengucapkan sepatah kata pun juga.

Hay Yan menghampiri dengan tindakan ayu, disapanya Gokhiol : "Tio Kongcu, apa kau masih membenci aku!" Dengan susah payah aku tetah mencari kau sehinga sampai disini. Adapun sampai aku berbuat demikian tidak lain adalah untuk memberi beberapa penjelasan kepadamu." Keadan menjadi sunyi kembali, anginpun seolah-olah berhenti. Ampat mata saling memandang.

Berdebar-debarlah jantung Gokhiol. Ingin ia menjerit mengungkapkan rindu-dendamnya, ingin ia mendekap tubuh yang gemulai itu.....

Serabut sutera yang terhalus adalah bagaikan rumput saja jika dibandingkan dengan rambut yang terkulai pada pipi sijuita. U1ar2 pasti mengiri jika melihat gerakan tubuhnya yang halus tatkala sicantik berjalan. Sedangkan napasnya memenuhi udara disekelilingnya dengan bau harum yang sedap, karena boleh dikata Hay Yan adalah gadis tercantik dalam dunia... dimata pemuda kita, tentunya. Angin dingin yang menampar pipi Gokhiol, telah menyadarkan pemuda kita bahwa Hay Yan sebenarnya adalah... Wie Mo Yauw-lie! Seorang pembunuh yang telengas! ular betina yang cantik, yang menyembunyikan kekejamannya dan kesesatan dibalik ... kecantikan.

"Nona Hay Yan, apakah yang ingin kau sampaikan kepadaku ?" ujarnya dengan dingin, "bukankah lebih tepat apabila dikatakan bahwa kau mencari aku untuk memberi hukuman atas pelarianku dari Kota Hitam" Mendengar sindiran sipemuda, Hay Yan tersenyum getir dan tidak menjadi gusar.

"Bukankah setahun yang lalu Tai-tai pernah memberikan pil kepadamu, yaitu pil Pit-Jiauw-Wan" Sebenarnya pada waktu itu akupun berada dengannya..." "Jika pada waktu itu kau berada disana, mengapa kau tak mau menemui aku?" Hay Yan memandang dengan sunguh2, lalu menjawab : "Aku tahu bahwa pada waktu itu hatimu masih penasaran terhadapku dan lagipula aku tak mau mengacaukan pikiranmu selagi kau bermaksud menjadi murid tosu itu." "Apa maksudmu untuk menyuruh Tai-tai membuat aku menelan pil itu?" tanya pemuda kita dengan mendongkol, karena mengingat tentu sicantik tertawa geli tatkala ia jatuh terguling dari lobang angin.

"Kelak Kongcu akan dapat memahaminya sendiri." jawab Hay Yan, "lebih baik tidak kujelaskan padamu saat ini.

Adapun kedatanganmu kemari sekedar ingin menyampaikan berita kepadamu." Sigadis terdiam, lalu bertanya dengan perlahan : "Apakah kau sudah ketahui siapa sebenarnya pembunuh ayahmu?" Mendengar pertanyaan yang datangnya seperti halilintar disiang hari bolong itu, mata pemuda kita terbuka lebar.

"Apakah kau bersungguh-sungguh dengan pertanyaanmu itu" Apakah kau sendiri telah mengetahui siapa gerangan pembunuh ayahku" serunya dengan gemetar." Hay Yan merogo sakunya, lalu dikeluarkannya sebuah benda yang lantas diserahkan kepada Gokhiol.

"Ayahmu binasa karena senjata-rahasia ini!. Sebenarnya ayahmu mengenal baik kepada Im Hian Hong Kie-su.

Bahkan sangat erat sekali pertalian persahabatannya. Tetapi setelah orang itu berhasil mencuri sebotol obat mujarab penyalin rupa didalam goa Cian Hut Tong, maka kelakuannya sudah berobah bagaikan iblis. Orang itu terus-menerus merobah roman mukanya, hingga ayahmu tak dapat mengenalinya." Berhubung disebutnya tentang obat aneh itu, Gokhiol teringat kembali akan peti yang ditemukannya dalam goa batu itu. Adapun diatasnya terdapat tulisan bahwa dalam peti tersebut tersimpan obat-mujarab penyalin rupa dan yowan untuk awet muda. Boleh jadi cerita sigadis bukannya khayalan belaka. lapun berkata : "Hay Siocia, baiklah aku terangkan sesuatu kepadamu. Dahulu ayahku telah meninggalkan sepucuk surat wasiat yang antara lain juga diterangkan bahwa orang yang harus dicarinya itu pada tangan kanannya kehilangan sebuah telunjuk jari. Apakah Im Hian Hong Kie-su kehilangan sebuah jarinya?" "Tepat sekali pertanyaanmu," jawab Hay Yan, "dahulu suhuku telah bertempur dengannya malam2 digunung Ben-See San. Suhuku telah sengaja memancingnya agar dia melakukan pukulan dengan tangannya. Begitu orang itu menyerang, suhuku mengelak dan menyodorkan patung ditangannya. Setelah diperiksanya dengan teliti, maka tampaklah..... tanda pukulan empat jari2-tangan! Maka suhuku segera mengenali bahwa orang itu adalah musuh besarnya. Namun kita harus sangat ber-hati2, karena orang itu sangat licin. Ia telah membuat sebuah telunjuk tangan palsu yang disambungkannya, sehingga dapat mengelabui mata orang. Apabila tidak kebetulan, maka sukarlah untuk mengetahui cacadnya." Tanpa disadari Gokhiai berkata : "Hay Siocia, bagaimana kau dapat tahu bahwa gurumupun bermusuhan pada orang yang sama yang teIah membunuh ayahku?" Hay Yan merasa te!ah terlanjur bercerita, maka iapun menjawab : "Persoalan itu sebaiknya kelak baru kuceritakan kepadamu. Hanya sckarang ingin sekali kuketaltui, apakah kau percaya atau tidak kepadaku?" Gokhiol mengangkat pundaknya.

"Kau mengatakan orang itu bernama Im Hian Hong Kiesu, maka aku juga percaya. Tapi apabila kau ingin mengatakan bahwa dia adalah pembunuh ayahku, hal itu belum berani aku percaya. Kecuali apa bila kau dapat memberikan bukti yang nyata:" Melihat akan keraguan sipemuda, Hay Yanpun. berkata : "Dapatkah kau meninggalkan tempat ini untuk beberapa waktu" Nanti akan kuperlihatkan beberapa bukti kepadamu!" Gokhiol merasa sangsi. Pikirnya ini mungkin suatu tipu muslihat dari sigadis untuk menjebaknya. Walaupun demikian dalam hatinya ia ingin lebih lama melewatkan waktu dengan sicantik itu.

"Kongcu, sekarang kau sudah berhasil menyelami ilmu silat dari Leng Wan Pay," ujar Hay Yan sambil tersenyum, "mengapa kau harus merasa takut seperti dahulu?" Mendengar teguran yang halus itu Gokhiol merasakan mukanya panas, dan sambil tertawa ia menyahut : "Tempat apakah yang kini kita sedang berada, mungkin kau mengetahuinya. Dan nanti dapatkah kau hantarkan aku kembali kemari?" Mendencar pertanyaan tersebut Hay Yan tertawa geli.

"Jika melihat usiamu, kau lebih tua dari padaku, tapi kalau dilihat dari kecerdikanmu .... hi-hi-hi!... tempat kau belajar silat saja tidak kau ketahui!-Bukankah hal itu sangat memalukan?" Sicantik menunjuk kedepan...

"Puncak yang tinggi itu disebut Mo-thian Nia yang letaknya disebelah Utara dari Kiam-bun dan merupakan juga anak cabang dari gunung Bin Gek San. Sekarang bila kau mau ikut denganku, lekaslah kita berangkat!" Demikianlah kedua muda-mudi itu meninggalkan gunung Mo-thian Nia. Disepanjang jalan mereka bercakap-cakap dengan riangnya, dengan sebentar-sebentar diselingi...... senda gurau. Untuk Gokhiol hal ini adalah untuk pertama kalinya bahwa ia berjalan bersama dengan gadis idaman hatinya. Ia menurut saja bagaikan kambing jinak.

Dikala malam hari mereka bermalam dirumah penginapan dan masing2 mengambil sebuah kamar.

Apabila ada yang bertanya, mereka mengaku sebagai kaka beradik. Tak berapa lama kemudian tibalah mereka diluar perbatasan Giok-bun-koan. Setelah sampai disitu, pemuda kita mengenali kembali jalan2an.

Berselang berapa waktu pemuda kita melihat pula daerah gurun pasir dan iapun merasa heran dan kaget.

"Apa kau ingin menipu aku lagi untuk balik ke Kota Hitam?" ia bertanya.

Hay Yan melontarkan senyumnya yang menarik sukma.

"Bila kau merasa curiga, silahkan kembali kepuncak Mo-Thian Nia!" jawabnya, Gokhiol tertawa. Dalam hatinya ia berpikir bahwa gadisnya ini mempunyai tabiat yang jail pula.

Tatkala itu Sang Surya telah condong ke Barat, kedua muda-mudi itu mendaki puncak Beng-See San. Kemudian kedua pendekar muda itu mempergunakan ilmu meringankan tubuh dan berlari dengan kencangnya. Seolah-olah bintang berkilas, tak lama kemudian sampailah mereka pada goa Teng Hong, mereka langsung kekaki gunung.

Itulah tempat dimana dulu Hek Sia Mo-lie bertempur mati2-an dengan Im Hian Hong Kie-su.

Hay Yan mengambil dari semak2 sepotong batu, yang bukan lain adalah sebuah lengan patung.

"Cobalah kau perhatikan. Bekas Telapak tangan ini ada berapa jumlah jarinya?" uyar Hay Yan.

Itulah lengan patung yang dipergunakan sebagai perisai dulu oleh Hek Sia Mo-lie.

Gokhiol memperhatikan bekas telapak tangan itu, dan pada detik itu juga napasnya tersesak. Peras2an dingin menggigilkan sekujur tubuhnya.

"Yang ada .... hanya.... empat jari tangan ?" cetusnya.

"Bukankah yang kurang satu itu adalah telunjuknya?" tanya Hay Yan. Tatkala itu Gokhiol telah meluap-luap kegusarannya, keinginannya untuk membalas dendam bergelora keluar bagaikan air sungai Tiang-kang yang mengamuk menghancurkan bendungan. Tiba2 ia mendongak kelangit dan terdengarlah teriaknya yang mengguntur : "Ayah! Hari ini puteramu telah mengetahui siapa musuh-besarmu! Aku akan menghirup darahnya, aku aku hancurkan tubuhnya sampaikan berkeping-keping!" Begitu selesai bersumpah lalu lengan patung itu diremasnya. Sungguh hebat sekali tenaga Gokhiol! Lengan batu itu hancur dan menjadi debu ditangannya, berterbangan dihembus angin.

Gokhiol telah mempergunakan tenaga yang sepuluh kali lipat dari pada kekuatannya yang dahulu. la sendiri pun tercengang menyaksikan hasil latihannya yang dahsyat ini, "Setahun saja kita berpisah, tak dinyana kepandaian kongcu menjadi demikian tingginya bisik" Hay Yan amat kagumnya.

Gokhiol tak menghiraukan pujian sigadis. la menggumam seorang diri. "Im Hian Hong Kie-su, kau telah menyuruh aku berguru kepada Wan Hwi Totiang. Bukankah hal ini berarti setelah aku berhasil menamatkan pelajaran aku akan mencari kau untuk mengambil jiwamu. Memang roh ayahkulah yang telah mempergaruhi pikiranmu untuk melakukan perbuatan bahaya ini. Kau telah memasang perangkap untuk dirimu sendiri!" Tiba2 ia teringat pula akan pedang pusakanya Ang-liongkiam yang dahulu diselipkan dibawah sebuah batu gunung besar. Dan bahwa kelak setelah tiga tahun ia boleh datang kembali untuk mengambilnya. Hal ini diceritakannya kepada Hay Yan. Sigadis hanya tersenyum. "Kau telah ditipu! Sungguh goblok kau ini, mau mempercayai orang sampai sedemikian rupa. Marilah kita lekas pergi ketempat itu." Tanpa ayal Gokhiol berlari, diikuti oleh Hay Yan.

Sepemakan nasi kemudian sampailah mereka ditempat penyimpanan pedang Ang-liong-kiam.

Karena amarahnya telah meluap amat hebatnya, tanpa banyak bicara lagi pemuda kita mendorong batu gunung! itu. Batu gunung yang besar itu, yang beratnya ribuan kati mulai ber-goyang2. Sedangkan kedua kaki Gokhiol melesak kedalam tanah! Sekonyong2 batu raksasa itu terangkat dari atas tanah dan menggelinding jatuh kebawah jurang, disusul oleh suara menggelegar yang seperti guntur kerasnya.

Tapi lubang dibawahnya.... sudah kosong! Pedang pusaka Ang-liong-kiam sudah hilang tak berkesan, seolah-olah ditelan bumi.

Pemuda kita menahan amarahnya, ia mengawasi gadis disebelahnya. "Kali ini apabila bukanya kau yang menunjukkan kepadaku, niscaya rahasia pembunuhan ayahku akan tersembunyi terus. Sungguh tak kusangka bahwa lm Hian Hong Kie-su itulah pembunuh ayahku! Tahukah kau kini di mana tempat kediamannya?" Perlahan-lahan Hay Yan menarik tangan sipemuda untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Sekarang baru kau mengerti. Bukankah perjalanan kita jauh2 ini tidak sia2 belaka" Maka sebab itulah aku telah bersusah payah untuk bertemu denganmu dan kuharap pula agar kau suka maafkan perbuatan2ku waktu yang lalu." Sicantik berhenti sebentar dan menundukkan kepalanya.

"Tempat ini letaknya tidak jauh dari kediamanku, sedangkan haripun sudah mulai gelap. Maka lebih baik kita pergi kerumahku untuk bermalam disana. Nanti akan kuceritakan segala rahasia yang kuketahui kepadamu!" Tadinya Gokhiol masih mempunyai perasaan curiga terhadap Hay Yan, tapi kini tersapu bersihlah kecurigaan itu.

Pemuda kita memandang tersenyum dan kebetulan sekali Hay Yan tengah mengawasinya dengan sepasang matanya yang bening merayu! Hay Yan menantikan jawaban sipemuda dengan perasaan malu : "Apabila kau tidak menyuruh Tai-tai memalangkan pintu pula" jawah Gokhiol sambil bergurau, "maka undanganmu ini bagaikan. karunia dari langit ketujuh." Kedua pipi Hay Yan menjadi merah, sambil mencubit sipemuda ia meniahut : "Sebaiknya hal tersebut jangan kita ungkap2 lagi. Nanti aku tinggalkan kau!" Ber-sama2 kedua muda-mudi itu melomoat turun dari atas tebing. Bagaikan sepasang burung- walet, mereka melayang turun dibawah sinar remang2. Sebentar saja mereka sudah tiba dilembah.

---oo0dw0oo---

Keadaan di Hay-kee-cun telah malam. Permukaan air danau mencerminkan kilauannya bintanq2 ditangit, amat indahnya. Kadang2 tertiup oleh angin sepoi2 permukaan air menunjukkan gelombang berirama yang sedap dipandang.

Hay Yan mengajak Gokhiol mengitari rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun juga. Setiba pada sebuah gundukan tanah, ia melompat naik keatas. Kiranya dari atas gundukan itu terlihat pemandangan sekitar taman yang terpelihara dengan indah sekali. Tampak pohon Liu yang berjajar dalam dua baris menghiasi beranda. Mereka kemudian masuk kedalam ruang-tengah.

Tiba2 terdengar suara orang berseru : "Siocia datang!" Pada saat itu juga tirai tersingkap dan Tai-tai berjalan keluar. Tatkala Gokhiol menoleh kepadanya, Tai-tai mencibirkan bibirnya. "Eh, Tio Kongcu. Kau ketimpa rejeki apa" Tempat ini adalah untuk siociaku tidur, sedangkan kaulah laki pertama yang pernah memasuki ruang ini." Hay Yan lantas membentak.

"Hei, Tai-tai! Jangan kau berani berlaku kurang ajar terhadap kongcu! Lekas ambilkan teh." Terbirit-birit Tai-tai berlalu.

Hay Yan menambahkan kayu. pada perapian yang telah tersedia dalam ruangan itu dan menyediakan tempat.

duduk. Merekapun saling duduk ber-hadap2an.

"Waktu dahulu aku pernah masuk kedalam Kota Hitam," pemuda kita membuka percakapan, "disana kulihat seorang wanita sedang tidur, apakala ia itu gurumu ?" Hay Yan mengangguk. "Tak salah. Guruku adalah Hek Sio Mo-lie." "Tapi," tanya Gokhiol dengan heran. Ketika aku melihatnya didalam goa Cian Hut Tong, romannya buruk sekali dan menakutkan, tapi sebaliknya waktu kulihat ia sedang tidur, alangkah cantiknya." Sebuah senyuman tersungging pada mulut Hay Yan, lalu ia mengisahkan tentang hal ikhwalnya Wanyen Hong, puteri negeri Kim yang telah hilang. selama tujuhbelas tahun lamanya. Juga diceritakan bahwa gurunya telah menelan obat pengawet muda sehinga oleh karena kasiatnya obat tersebut, maka Wanyen. Hong harus bersilih ganti tidur satu bulan dan melek satu bulan. Sebab itulah maka wajahnya tetap muda dan tidak menjadi layu, walaupun lanjut usianya! Dan apabila ia keluar untuk mencari selalu ia berkedok, guna mengelabui mata sipenjahat itu." "Sekarang dimana adanya Iblis jahanam itu?" tiba2 Gokhiol menegurnya, "apakah kau sudah mendengar berita?" Baru saja Hay Yan ingin menjawab atau sekonyongkonyong terdengar suara yang sangat menyeramkan.

"Hai! Kamu berdua anak liar! Kalau sampai dibiarkan hidup, niscaya kamu hanya menanam bibit penyakit saja.

Lebih baik aku matikan saja!" Terkesiap Gokhiol mengenali suara.... Im Hian Hong Kie-su! Sambil menghunus pedangnya, pemuda kita meloncat keatas dinding tembok. Setibanya diatas genteng ia mengawasi sekelilingnya. Benar saja! Tidak beberapa jauh dari situ berdiri.... sibaju hitam! Seketika itu juga rasa amarahnya meluap timbul.

"Anjing tua! Benar2 kau licin sekali, untung aku tidak terdiebak oleh akal bulusmu! Kiranya kaulah yang telah membunuh ayahku!" Gokhiol merasakan dadanya sesak saking gusarnya, dengan mata berkilat-kilat ia mengangkat padangnya.

"Kau telah mengelabui mataku agar aku bertengkar dengan Wanyen Hong dan muridnya. Untung hari ini juga rahasiamu telah tersingkap!" Dengan teriakan mengguntur diputarnya pedangnya, yang lantas lenyap menjadi gumpalan sinar putih, menyusul ujung pedang menikam kearah kepala lawannya.

Buru2 sibaju hitam menyingkirkan diri dari tikaman ang dahsyat itu. Lalu dari dalam lengan bajunya ia keluarkan sebilah pedang yang bercahaya merah.

Pemuda kita segera mengenali pedang pusaka Ang-liongkiam yang menjadi kepunyaannya sendiri!. Maka bukan main rasa marahnya, sekali lagi ia maju menyerang.

Kali ini sibaju hitam tidak berkelit, sebaliknya tampak sinar pedangnya berkelebat bukan main cepatnya. Tahu2 Gokhiol merasakan tangannya gemetar, sedangkan pedangnya terhisap oleh suatu tenaga yang tersembunyi.

Dengan sekuat tenaga ia menarik kembali pedangnya.

Cahaya merah berkilauan menyerang dengan hebatnya dan.... Lok-mo-ciang.... menyambar mukanya! Keringat mengucur disekujur tubuh Gokhiol. la insaf akan bahaya yang sedang mengancam dirinya. Tetapi pada saat yang genting itu tiba2 terdengar suara berdesiran dua kali dan cepat2 sibaju hitam membungkuk kebawah sambil menangkap sesuatu. Setelah ia berdiri kembali, maka ditangannya tergenggam dua buat senjata-rahasia berupa anak panah yang terbuat dari emas.

"Ha-ha-ha!.... siluman kecil," berteriak sibaju hitam "sampaikan ayahmu sendiri berani kau serang secara gelap." Sambil mempergunakan kesempatan musuhnya sedang lengah sebentar, pemuda kita tak alal lagi menarik kembali pedangnya dan melompat mundur.

Hay Yan melompat tinggi keudara untuk kemudian turun menyerang dengan pedangnya sambil berseru : "Sambulah pedangku, tua bangka yang tak kenal malu!" Tiba2 saja kedua tangan sibaju hitam terbentang, deagan sebelah tangan ia menikam dengan pedangnya dengan gerakan Heng-kek Kim-liong atau Menyanggah-belanga emas secara-melintang untuk menangkis pedang sigadis.

Sedangkan sebelah tangannya lagi menimpukkan dua buah anak-panah emas tadi yang ditangkapnya itu kearah muka Gokhiol. Begitu senjata2-rahasia tersebut membeset udara dengan kecepatan antara kelihatan dan tidak, tangannya sudah lantas menyerang Hay Yan! Gadis kita yang sedang menangkis pedang musuhnya mau tak mau harus mengosongkan pembelaan pada bagian bawah. Dan hal itu tidak dilewatkan lagi oleh sibaju hitam,... telapak tangannya menyambar kearah mukanya.

Gokhiol kaget sekali. Secepat kilat ia maju kedepan sambil menggerakkan pedangnya.

"Trang! Trang!" Kedua anak-panah itu jatuh terpental.

Melihat serangannya digagalkan oleh pemuda kita.

sibaju hitam lompat kesamping, gesit luar biasa. Berbareng pedangnya menangkis keatas, hebat sekali! Terdengarlah suara logam beradu amat kerasnya dan terpentallah pedang Gokhiol.

Ilmu pedang sibaju hitam bukan saja ganas, tapi gerakannya dan mengambill kedudukannya sangat tepat dan terkendalikan. Sedikitpun tak mempelihatkan kelemahan. Kini dia merobah serangannya. dengan tangan! Tiba2 Gokhiol menjadi terkejut! Adapun Ciang Hoat itu adalah merupakan ilmu silat yang tiada bandingannya dikolong langit ini, yang bukan lain daripada Kim-kong Put-hway-kang atau Tenaga Pengawal Buddha! IImu tersebut hanya terdapat dikalangan perguruan kaum Buddha saja. Serupa dengan ilmu Goa-to Hian-kong yang sudah dipelajarinya, maka Gokhiolpun sangat heran dan terperanjat.

Teringatlah ia akan kata2 gurunya, bahwa setelah setahun ia berlatih dengan tekun, maka hasilnya tenaga dalamnya dapat menahan serangan golok dan pedang.

Terdengar Hay Yan berteriak dengan gusarnya dan pedangnya dibolang-balingkan. Pada detik itu menyusul uap putih mengepul keluar dari ujung pedangnya, pedang mustika Mo-hwee-kiam! Im Hian Hong Kie-su tertawa dengan nada mengejek : "Siluman kecil, ayahmu pun memiliki sebilah pedang pusaka. Heh-heh-heh!" Menyusul dua bilah pedang saling beradu keras diudara, lalu berkubetan.

Melihat gelagat yang baik. Gokhiol mempergunakan kesempatannya untuk cepat2 memungut pedangnya, lain seraya berteriak keras ia sampok pedang Ang-liong-kiam.

Tapi tak dinyana pedangnya begitu menyentuh pedang Ang-liong-kiam, tiba2 terasa olehnya adanya hawa panas menyerang ketangannya! Tahu2 pedangnya keluar asap dan melumer dalam waktu sekejap mata saja.

Sibaju hitam tertawa terbahak-bahak. Dengan gaya tipu In-liong Chut-siu atau Naga-dalam-awan-keluar-darilobang-gunung, ia membalikkan diri. Berbareng tangannya menyambar laksana ular berbisa memagut dan sinar hijau menyerang dada Gokhiol.

Pemuda kita baru ingin lompat mundur atau kedua kakinya menjadi lemas, terhuyung-huyunglah tubuhnya.

Sementera itu pedang Hay Yan masih melekat berkutetan dengan pedang Ang-liong-kiam. Bukan kepalang rasa cemas hati sigadis.

Pada detik2 yang sangat krisis itu, tiba2 terdengar suara gemuruh yang datangnya tidak jauh dari bukit yang letaknya miring itu! Tampak sebuah benda hitam bergelinding turun kebwah dengan kecepatan yang luar biasa_. Dalam keadaan yang gelap yang kelihatan dari benda tersebut adalah sepasang mata yang menyala-nyala mencoreng kearah sibaju hitam. Benda itu terus menghantam pedang sibaju hitam hingga tersampok kesamping, namun tak telepas.

Cepat Hay Yan menarik Gokhiol keluar dari gelanggang pertempuran. Benda itu adalah sebuah guci arak yang besar, yang tadinya tersimpan didalam rumah Hay Yan! Bukan kepalang gusarnya sibaju hitam, baru saja ia ingin menendang guci itu, atau tiba2 dari dalamnya muncuI sebuah kepala orang yang berambut kepang dua sedang meleletkan lidahnya. Dialah..... Tai-tai! "Hai, bangsat tua! Sambutlah mustika jimatmu'." demikian teriaknya. Berbareng itu pula melesatlah sebuah senjata gelap yang berputar-putar dengan cepatnya.

Sibaju hitam tidak memandang sebelah mata, senjatagelap itu ditangkapnya dengan tangannya. Tapi seketika itu juga ia menggeram kesakitan.

Kiranya senjata-rahasia itu tidak lain adalah Kui Ci Liu Seng! Ujung jarinya keserempet juga dan suatu aliran hawa panas menyerang masuk kebadannya. Bukan main gusar hatinya. Seraya melompat ia mengangkat tangan kanannya dan menyusul mana sinar hijau menyambar diudara.

Gokhiol dan Hay Yan serentak maju menyerang. "Iblis! kau jangan coba menurunkan tangan jahatmu, lagi!" Berbareng pegang Mo-hwee-kiam kepunyaan Hay Yan yang mengandung gelombang hawa panas menusuk bagaikan halilintar cepatnya! Sedang Gokhiol sendiri menghantam dengan telapak-tangannya, hebat sekali pukulannya, bagaikan hendak mengaduk lautan dan merobohkan gunung. Sibaju hitam yang telah kena racun Kui-cu LuiSeng, merasa tak sanggup untuk terus melayani. Dengan suatu gerakan kilat tahu2 ia mencelat mundur, dan berlari pergi.

Tai-tai menggeliat keluar dari dalam guci. la tertawa ha-ha-hi-hi.

Pemuda kita mendapatkan pada bagian atas guci itu dua buah lobang kecil untuk melihat. Ada pun lobang itu dicat putih, sehingga seolah2 lobang mata itu berkedap-kedip.

Tiba2 Gokhiol berteriak! Didapatkannya pada bagian dadanya sebuah bekas tanda telapak tangan-hijau. Tatkala ia mengungkapkan bajunya, seketika itu juga kainnya menjadi hancur. Sedangkan pada kulit tubuhnya membekas tanda telapak-tangan hijau! "Ah," seru Hay Yan dengan kagetnya, kau telah kena pukulan maut Lok-Mo-Ciang! Bagaimana baiknya sekarang?" Tampak wajah sigadis berubah pucat bahna cemasnya, Gokhiol dengan tenang memeriksa lukanya dan dilihatnya bahwa tanda telapak tangan itu.... berjari empat! Telunjuknya tak ada! "Tanda bekas telapak tangan ini sama seperti yang kulihat digoa Cian Hut Tong," ujarnya, "hal ini membuktikan bahwa Im Hian Hong Kie-su yang telah membunuh ayahku!" "Kini kau baru sadar sendiri, Tio Kongcu," jawab Hay Yan. "Namun kau terluka oleh tangan-jahatnya, racun Lok-Mo-Ciang merembes kedalam tubuhmu, niscaya jiwamu melayang." Mata sigadis menjadi basah.

Gokhiol cepat menghiburnya. "Siocia, janganlah kau kuatir. Selama satu tahun ini aku telah berlatih ilmu Hwee Sui To. Biarpun Lok-Mo-Ciang sangat berbahaya, aku masih dapat bertahan untuk tiga sampai lima hari Iamanya.

Setelah kembali ke Leng Wan Koan, akan kuminta guruku untuk mengobatinya.' Hay Yan berpikir sebentar, lalu menyahut : "Suhumu tidak ada diatas gunung Mo-Thian Nia, bagaimana kau dapat berjumpa dengannya. Ah, hampir kulupa. Guruku Wanyen Hong memiliki sebutir mutiara Tong Hay Ya Kong Ci. Cahaya putih yang terpancar dari butir mutiara itu dapat menghilangkan racun. Baik kuajak kau untuk menemui guruku" Gokhiol merasa hatinya tidak tenteram. la masih ingat kejadian tahun yang IaIu, tatkala ia malam2 berkunjung ke Kota Hitam. Bukankah Hay Yan pernah mengurungnya didalam goa dibawah tanah" Hay Yan membanting-banting kakinya, seolah-olah dapat menduga apa yang sedang dipikir oleh Gokhiol.

"Apakah kau masih curiga aku" Waktu itu suhu sedang tidur. Justru Im Hian Hong Kie-su mempergunakan kesempatan tersebut untuk mencelakakan dirinya. Aku kira pada waktu itu bahwa kaupun adalah kaki tangannya juga.

Selain itu suhuku telah memesan kepadaku sebelum ia ingin tidur bahwa apabila aku berhasil menangkap kau, aku harus menunggu sampai ia bangun pula untuk.." "Dalam Ha1 ini kau ada sedikit salah pengertian." Gokhiol buru2 menjawab dengan muka merah.

Hay Yan tanpa malu2 lagi menarik tangannya.

"Sudahlah, hal2 yang sudah lewat jangan diingatkan kembali. Kebetulan sekali suhuku baru bangun beberapa hari, dan justru pula ia ingin bertemu denganmu." Serta-merta Hay Yan menyuruh Tai-tai untuk menjaga rumah, sedangkan ia sendiri dengan Gokhiol berangkat dengan menunggang kuda dimalam itu juga.

---oo0dw0oo---

Dikisahkan bahwa sejak Hek-Sia Mo-lie atau Wanyen Hong menemukan Gokhiol didatam goa Cian Hut Tong, dengan didapatkan pula sebuah telunjuk tangan manusia yang sudah kering dan kumala merah pada ikat pinggang dari pemuda kita, dalam hatinya Wanyen Hong menduga bahwa ia lagi berhadapan dengan puteranya Tio Hoan.

Tapi, apa mau musuhnya pun telah datang Kembali ia merasa curiga. Mungkinkah sepemuda ini merupakan suatu jebakan yang sengaja dipasang oleh musuhnya" Tatkala Gokhiol ditangkap oleh Hay Yan, Wanyen Hong sedang dalam keadaan tidur dan tatkala ia bangun pula, Gokhiol sudah tertolong oleh sibaju hitam. Maka iapun bercekad hatinya.

Pada suatu hari Hay An Peng menghaturkan sepucuk surat rahasia kepada Wanyen Hong, yang katanya dari seorang pendekar wanita. Ketika puteri negeri Kim menerima surat itu terkejutlah hatinya. Kiranya pada surat itu dilukiskan sebuah tangan Buddha! Adapun lukisan tangan Buddha itu merupakan tanda isyarat gurunya. Sin Ciang Tay-su! Dengan jantung memukul keras dibukanya surat itu dan didapatkan didalamnya... sebutir pil yang berwarna emas, ia membaca surat tersebut : "Muridku yang tercinta.

Kutahu bahwa selama tujuh belas tahun lamanya kau menderita karena malapetaka hebat telah menimpah dirimu. Aku dapat merasakan penderitaaamu, hingga akhirnya kau telah menyepi diri di Kota Hitam. Aku sedang berlatih ilmu Sam Bie Tay-hoat, dan belum sempat membalaskan sakit hatimu, aku masih harus bertapa selama setahun. Setelah itu aku baru dapat bertemu dengan kau.

Bersabarlah dan terimalah nasibmu dengan tawakal.

Setelah selesai membaca suratku maka dalam waktu tiga hari pergilah ke Leng Wan Koan, di gunung es Mo-Thian Nia. Obat pil berwarna emas Pit Jiauw Wan ini kau suruh anak Tio Hoan menelannya. Dialah Gokhiol, anak angkat Jendral Tuli. Setelah itu dengan diam2 kau harus mengangkat kaki pula. Jangan bercakap sedikitpun dengan dia, karena dapat membahayakan jiwanya. Adapun obat itu sangat penting sekali. Dan janganlah sampai kau gagalkan hasratnya menjadi murid Leng Wan Pay. Perhatikanlah pesananku ini! Tiang Pek Lo-ni." Wanyen Hong sangat heran. Bagaimana gurunya Tiang Pek Lo-ni yang sudah duapuluh tahun lamanya tidak jumpai dan sejak itu hingga kini tak pernah diberitahukan tentang keadaannya, sekarang tiba2 saja mengirimkan sepucuk surat kepadanya"! Lagi pula ia diminta untuk memberikan obat kepada orang lain, apakah benar pemuda itu adalah putera dari Tio Hoan" Dan gurunya rupanya mempunyai suatu rencana terhadap pemuda itu.

Setelah merenungkan hal itu beberapa lama, maka ia mulai melaksanakan permintaan gurunya. Segera Tai-tai diajaknya ikut bersama, sedangkan ia sendiri menyamar sampai wajah aslinya menjadi berubah.

---oo0dw0oo---

Mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh. Siang dan malam mereka terus berjalan tanpa mengaso. Setelah tiga hari tiga malam, barulah mereka sampai di gunung Mo-thian Nia.

Keadaan disekitar gunung itu sangat-sepi, hanya tertihat tebing es dan puncak2 bersalju disana-sini. Dicarinya gedung Leng-Wan Koan dan pada malam harinyalah mereka baru dapat menemukannya. Adapun letak kuil itu tersembunyi pada goa diantara lamping2 gunung.

Leng Wan Koan bentuknya kecil dan sangat ajaib nampaknya. Tengah mereka memperhatikan keadaan disekitar gedung itu, tiba2 terdengar suara gemuruh dari atas gunung. Tentu ada orang yang sedang. mendatang, pikir Wanyen Hong. Buru2 ia berlari bersembunyi dibalik sebuah bukit, diikuti oleh oleh Tai-tai.

Dengan teralingnya sinar salju yang remang2 maka tampaklah oleh mereka disebelah kejauhan dua sosok tubuh manusia tengah berjumpalitan turun dari atas bukit. Salah seorang dikenali oleh Wanyen Hong sebagai pemuda Gokhiol, sedangkan seorangnya lagi sangatlah aneh romannya. Sedangkan dandanan orang itupun luar biasa.

Bila dikatakan ia seorang hwee-sio, ya bukan. sebaliknya seorang biasapun bukan pula. Tak lama kamudian kedua orang itu sudah masuk kedalam kuil.

Dengan menggunakan ilmu ringan tubuh istimewa yang disebut Cok-tee Bu-seng atau Menginjak-tanah-tanpa bersuara, Wanyen Hong dan Tai-tai berhasil juga menghampiri tempat Gokhiol berdiam. Ia mengintai keadaan ruangan tidur pemuda itu. dan iapun mendapat suatu akal. Disuruhnya Tai-tai bergelantungan didepan lubang angin, lalu diberikan petunjuk apa2 yang harus dilakuka olehnya. Sebagaimana hasilnya, obat pil itu tertelan oleh Gokhiol.

---oo0dw0oo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar