Pengelana Rimba Persilatan Bab 20

Bab 20

"Aku marga Fu, Fu-jiu." Fu Ke-wei melanjutkan menjawabnya, matanya sedikit pun tidak berkedip, sepertinya barusan tidak terjadi apa-apa, "tadi kau tidak kenal aku, sekarang kau sudah kenal, seharusnya tahu tujuan kedatangan aku."

"Mati kau......"

Sambil membentak tangan kiri pengurus lapangan melancarkan jurus Dua Naga Merebut Mutiara menyerang bagian atas mengarah sepasang mata, sedang tangan kanannya melancarkan jurus Dibawah Daun Mencuri Buah Tao, memcengkram dada dan perut. Cakarnya sekeras besi, jangan kata terpukul telak, asal tersentuh, tidak mati juga kulitnya akan terkelupas.

Tangan Fu Ke-wei juga bergerak satu diatas satu dibawah, masing-masing mengunci sepasang tangan lawan, menariknya lalu dibuka ke kiri dan kanan, bersamaan itu lutut kanannya diangkat, dengan ganas membenturkan ke bagian bawah tubuh lawan, kemudian sepasang tangannya melepaskan cengkramannya, mendorong kedepan.

"Nnn......ngeek......"

Sepasang tangan pengurus dalam memeluk bagian bawah tubuhnya, saking sakitnya sampai membuka mulut menarik nafas, tubuh atasnya membungkuk, seperti sapi kebiri jatuh kebawah.

Pemilik peternakan Ji dengan cepat mencabut belati dipinggangnya, wajahnya berubah, dua pembantu yang sangat diandalkan begitu bergebrak langsung dirobohkan, dia jadi ketakutan, didalam kamar rahasia tidak ada persediaan senjata, terpaksa dia bertarung memakai belati yang selalu dibawanya.

"Belatimu bagus sekali." Kata Fu Ke-wei sambil tertawa penuh arti, dia berdiri mantap sambil memeluk tangan, "entahlah, apa bisa lebih cepat dari panah lengan baju tiga-empat kali atau tidak" silahkan lemparkan! Tunggu apalagi?"

Mana berani pemilik peternakan Ji menggunakan belati sebagai pisau terbang" Kecepatan dia tidak mungkin bisa lebih cepat tiga atau empat kali lipat dari pada panah lengan baju.

Dengan satu teriakan, belatinya telah menyerang, menjelma jadi satu sinar menusuk ke arah antara perut dan dadanya Fu Ke-wei.

Fu Ke-wei tertawa tawar, dia tidak perdulikan sinar yang datang menyerang, dia hanya mengangkat tangan kanan mendorong dari kejauhan.

Serangan belatinya pemilik peternakan Ji adalah serangan tipuan, serangan sebenarnya adalah serangan tangan kiri dari kejauhan mencakar keluar.

Aliran tenaga yang menakutkan bertemu dengan tenaga telapak yang hebat, ditengah jalan bentrok mengeluarkan suara letusan, angin kencang menyebar kemana-mana, didalam udara dingin bisa terasa ada aliran panas, keadaan aneh ini ditimbulkan akibat beradunya tenaga cakar dan telapak.

Tangan kirinya Fu Ke-wei telah mengunci punggung telapak tangannya pemilik peternakan Ji, mengunci tangannya dengan kuat berikut belatinya, tenaga dalamnya terus mengalir mengen dalikan lima jari yang mencengkram, ingin menekan menghancurkan tangan pemilik peternakan Ji.

"Cakar Unggas Langit." Fu Ke-wei tertawa dingin, tangan kanannya telah berada di atas pundak kiri pemilik peternakan Ji, mengunci pundak dan menarik orangnya ke depan, "ilmu silatmu, sudah termasuk pesilat kelas satu, malah lebih, Cakar Unggas Langit bisa melukai orang dalam jarak delapan che, tapi sebagai pesilat kelas satu malah sembunyi disini jadi seorang peternak, pasti diam-diam kau telah banyak melakukan kejahatan yang kalau tidak sadis, mungkin lebih kejam dari pada ketua benteng Xi, aku tidak bisa mengampunimu."

Tangan kirinya pemilik peternakan Ji telah dikunci mati, tangan kiri sudah tidak ada berdaya, jurus Cakar Unggas Langit sudah tidak berguna karena tenaganya hilang, dimana bisa menahan tekanan yang begitu besarnya" Dia seperti seekor anak kambing yang tidak bisa bergerak, terserah mau diapakan.

Tangan kanan yang menggenggam belati lebih parah lagi, Fu Ke-wei mengunci mati punggung telapak tangannya, pelan-pelan memelintir tangannya, ujung belati yang bersinar pelan pelan naik menusuk tenggorokannya, satu senti satu senti mendekati tenggorokan, hawa dinginnya sudah lebih dulu dirasakan kulit.

"Aku......sumpah......aku tidak pernah......tidak pernah melakukan kejahatan......yang tidak berkeprimanusiaan......" teriak pemilik peternakan Ji ketakutan, "ku akui aku adalah......adalah seorang perampok besar yang......yang sembunyi, tapi saat merampok mengikuti a......aturan Jiang Hu, ingin......ingin hartanya tidak......tidak mengambil... nyawa......am......ampuni......a... aku"

Ujung belati telah menyentuh kulit tenggorokkan, pemilik peternakan sudah hampir mendekati ajal.

"Ketua benteng Xi......"

"Dia ingin harta juga nyawa, tidak...tidak ingin meninggalkan saksi. ..saksi hidup......"

"Dia setiap tahun keluar berkelana di dunia persilatan, telah menjalin hubungan dengan berbagai macam orang. Kau adalah temannya, sejak dulu merampok, hubungannya sangat erat, kau ikut dibelakang dia diam-diam melakukan kejahatan, keadaan dia kau sangat jelas sekali, betul tidak?"

"Aku......" "Dia punya teman mana saja yang bisa di minta perlindungan, ada berapa banyak harta jarahan dan disembunyikan, dimana saja, semua tidak luput dari pengawasanmu, betul tidak?"

"Dia......dia sebenarnya sudah sejak dulu mempunyai rencana kelinci pintar menggali tiga lubang, tidak......tidak seperti aku hanya mempertahankan satu tempat saja......"

"Kau tahu lubang dia, betul tidak?"

"Aku......aku tidak bisa......bisa pastikan."

"Kau paling baik pastikan, karena jika aku tidak bisa mendapatkan dia, maka aku akan kembali lagi mencarimu, mencabut myawamu sampai keakar akarnya."

"Ohh langit......"

"Jangan sebut langit, langit tidak bisa melindungi kau. Jangan kira kau bisa membohongi aku, lari keseluruh dunia sampai kaki patah, kau bisa dengan tenang meninggalkan diri, seperti dia melarikan diri mencari tempat menghindar kejaran, tapi jangan harap kau bisa berhasil, tuan!"

"Aku... aku hanya bisa.. .bisa menduganya"

"Aku percaya kau pasti bisa menduga dengan tepat, jika tidak kau akan repot sekali, aku bisa menggunakan cara yang tiada duanya di dunia, mengunci jalan darahmu, sampai aku bisa mendapatkan dia, baru kembali membuka kunciannya. Aku punya banyak pembantu, ada yang bisa menyamar didekatmu, mengawasi gerak gerikmu, asalkan rencana kau melarikan diri dilaksanakan, artinya hari kematianmu sudah tiba. Saat itu, seorang biasa pun kau tidak bisa menghadapinya."

"Aku......aku duga......"

"Aku sedang mendengarkan."

"Dia mungkin ada di......"

0-0-0 Hu-guang, pemandangannya walau tidak seindah pemandangan Jiang-nan, tapi ada keindahan yang membuat dada orang menjadi lapang, hatinya tenang. Lebih-lebih dataran Jiang Han dan dataran Dong-ding-hu, yang tadinya adalah dasar 'Rawa besar Yun-meng' di jaman purba, daerahnya sangat rendah, banyak air sungai bercabang mengalir kesana, hingga sawah dan ladang tidak kekurangan air, menjadikan kampung menjadi subur akan hasil ikan dan beras.

Kota pemerintahan Wu-chang, adalah kota damai dan menyenangkan.

Disini banyak sekali keluarga kaya, pejabat pemerintah setempat tinggal, banyaknya seperti bulu sapi.

Didalam kota pemerintahan, orang persilatan yang punya sedikit nama tidak berani membuat onar, malah tidak berani muncul.

Di daerah ini ada perumahan raja Yue, ada kantor kejaksaan, ada kantor keamanan politik, ada kantor keamanan pemerintah......keamanan air dan darat juga diawasi dengan pasukan bersenjata......

Mereka yang terdiri kelompok-kelompok kecil dengan kompak bersatu, berhubungan dengan pejabat pemerintah, bisa bergerak di dalam dan diluar kota, membuat orang yang sangat berani bertindak seenaknya, benar-benar adalah musangnya kota tikusnya masyarakat.

Di luar kota, apalagi dari pintu Wang-shan sampai ke selatan Hai-chuan, memanjang hingga Qiu Yu-yao, merupakan daerah orang-orana, persilatan mencari makanan, di jalanan panjang yang panjangnya ada sekitar tiga empat li, disini apa pun tidak ada.

Tidak semua penguasa setempat berkelakuan memeras rakyat, paling tidak tuan besar Guan Tian-fu hartawan kota ini yang memiliki dua pertanian besar di luar kota, satu perumahan besar di dalam kota, dan satu perusahaan pelayaran di Ping Hu, dia tidak bisa disebut penguasajahat.

Walau tuan besar Guan berhubungan dengan pejabat pemerintah, dia kadang juga merampas, tapi dia juga sering mengeluarkan uang membangun jembatan menambal jalan dan menolong rakyat miskin. Apalagi dua pertanian besarnya, satu adalah kebun teh, satu adalah kebun kapas, jumlah karyawannya mencapai lima-enam ratus orang, semua diurusnya dengan baik sekali, hingga tidak pernah terjadi keributan.

Tuan besar Guan sendiri jarang mengurus pekerjaan pertanian dan pelayaran, dia sendiri adalah hartawan kelas atas di kota ini, menurut cerita di dalam ujian yang dilakukan dua puluh tahun sekali dia mendapatkan gelar Xiu-cai, maka dengan hormat dijuluki orang Shi-shen.

Mengenai apakah dia benar benar ada kemampuan itu, mungkin harus ditanyakan pada pejabat tinggi politik, tuan besar Bian Fei-an yang sudah menjabat dua puluh tahun lalu. Dan selama dua puluh tahun, pejabat tinggi pendidikan sudah beberapa kali diganti, pejabat tinggi pendidikan yang menjabat waktu itu, mungkin sudah lama disembahyangi makamnya!

Pekarangan besar didalam kota kepunyaannya tuan besar Guan, juga besarnya membuat orang matanya jadi merah, didalamnya ada ratusan rumah besar kecil, masuk kedalam sulit membedakan mana timur mana barat, mana utara mana selatan."

Tuan besar Guan mempunyai seorang putra dua putri, orang-orang yang membuat kepala pusing. Mereka adalah penerus, adalah pemimpinnya para putra-putrinya orang kaya, mahir dalam segala bidang hiburan.

Nona yang paling besar bernama Guan Yue-yun sudah menikah, suaminya bernama Jing Ru-ming adalah pemimpinnya para putra-putri yang tidak punya pekerjaan, nona besar Guan tiap hari kerjanya bersolek, bermain dengan para putra-putri yang tidak punya pekerjaan itu, Jing Ru-ming sedikit pun tidak merasa terganggu.

Nona keduanya bernama Guan Mei-yun, tahun ini usianya sudah dua puluh tahun, sudah melewati usia pantas untuk menikah. Tapi dia sedikit pun tidak gelisah, dengan senang dia bermain dan menarik perhatian laki laki, para putra romantis dari dalam dan luar kota bergaya untuk menarik perhatiannya, vila dan kebunnya para orang kaya dari dalam dan luar kota, sering kelihatan nona kedua Guan sedang bermain.

Orang dari aliran lurus di kota, hampir semuanya menyayangkan tuan besar Guan, seorang dermawan besar yang ternama seperti dia, bisa melahirkan tiga putra putri yang kelakuannya begitu jelek, sungguh tuan langit tidak punya mata.

Sore hari itu, sebuah perahu penumpang bertipe setengah besar dari perusahaan pelayaran San Jiang, sedang berlayar kembali dari Nan Jing, berlabuh di pelabuhan Sha-guan kota Wu-chang.

Perusahaan pelayaran San-jiang khusus berlayar dalam pelayaran jarak jauh, perahu penumpangnya bertipe setengah besar ini biasanya disebut perahu cepat, jika mengikuti arus dan mengikut angin, kecepatannya boleh juga, tapi penumpangnya tidak bisa muat banyak, hanya muat empat puluh orang, pos terakhirnya adalah Nan-jing.

Perusahaan pelayaran itu memiliki perahu cepat sebanyak lima belas buah, setiap hari satu perahu berlayar satu rit, setelah sepuluh hari baru bisa tiba di Nan-jing. Lamanya hari pelayaran, jika segala sesuatunya lancar, kira-kira dua puluh hari sudah bisa tiba di kota Wu-chang, tapi kadang juga bisa meleset tiga-lima hari.

Disepanjang perjalanan, perahu tidak menaikan atau menurunkan penumpang, tapi langsung berlayar menuju Nan-jing.

Bos perusahaan pelayaran ini adalah tuan besar Guan Tian-fu, tapi yang benar-benar mengurusnya adalah pengurus besar perusahaan pelayaran Jin Jia-sun.

Perahu cepat yang kembali dari Nan-jing kali ini, mengangkut dua puluh empat penum-pang.

Setelah awak perahu mengikat tali, membentangkan papan jembatan, para penumpang segera berturut-turut naik kedarat.

Didalam perahu, ada seorang sastrawan melancong belajar yang sangat tampan, romantis, membawa seorang pelayan berusia tujuh-delapan belas tahun yang bersih juga tampan, mereka menginap di penginapan tua Jiang-han sebelah barat luar kota.

Di buku catatan penginapan tua Jiang-han, telah mencatat surat jalan sastrawan yang sah.

He Xian-wei, penduduk ibu kota, dua puluh lima tahun, pelajar di Guo-zi-jian. Melancong belajar, tujuan kota Cheng-du di Si-chuan, batas waktu satu tahun. Pelayan yang ikut bernama Yung-lin, tujuh belas tahun, warga Nu.

Dia bicara dengan logat pejabat, dijamin asli. Diatas surat jalannya penuh dengan cap pengawas gerbang kota yang harus diperiksa setiap pelancong lewat, jati dirinya tidak ada yang mencurigakan.

Putra terbaik Nan-jing juga banyak, dan sering datang melancong kekota ini, tapi putra terbaik dari ibu kota, sangat sedikit yang datang.

Orang yang mampu belajar di Guo-zi-jian, seharusnya bergelar diatas Ji-ren, lebih tinggi satu kelas dari pada Xiu-cai, kedudukannya tentu saja lebih tinggi satu tingkat, di dalam masyarakat biasa pantas disebut tuan, makanya pelayan penginapan menyebut dia tuan muda.

Dia sebenarnya adalah Fu Ke-wei, sedang pelayannya adalah Nie-sha-yin-hoa (Wanita Jahat Bunga Perak) Chao Yung-ling. Kali ini dia juga mengganti marganya.

Di Jiang-hu, Fu Ke-wei telah mengadu nyawa selama banyak tahun, di usia tujuh belas tahun turun gunung melabrak lautan pedang gunung golok, tapi dia tidak menginginkan dirinya ternama, dia tidak ingin menonjol, dia tidak mau memberitahukan nama aslinya. Hari ini adalah Fuxian, besok mungkin jadi Fu-jiu. Tapi kali mi, dia harus ganti marga, dia punya alasan M-mlui mengganti marganya.

Ada pepatah berkata, laki-laki sejati jalan tidak mengganti nama, duduk tidak mengganti marga, apa lagi mengganti marga dipandang sebagai hal yang hina.

Dia pernah berkata, dia bukan laki laki sejati, mengganti marga tidak ada pengaruh pada tujuan besarnya.

Jika seseorang memerankan peran misteriusnya di dunia persilatan, maka tidak akan memandang hina mengganti marga.

Nie-sha-yin-hoa juga orang persilatan yang tidak mementingkan aturan, tentu saja juga tidak perdulikan marga atau nama.

Saat ini penampilan He Xian-wei berbeda dengan saat di Shan-xi, yang tingkahnya seperti pengelana dunia persilatan.

Tadinya terhadap penyamaran wajah dia cukup mahir, setelah Hoa-fei-hoa (Bunga Bukan Bunga) mengajarkan dia teknik merubah wajah, membuat dia semakin leluasa, bisa dikatakan dia bisa menyamar apa jadi apa, sampai Nie-sha-yin-hoa yang cantik tiada duanya, matang memikat orang, juga bisa berubahnya jadi pelayan kecil yang putih bersih, sedikit pun tidak terlihat sikap genit, bisa dilihat kemahirannya sudah sampai tingkat sempurna.

Pagi-pagi, Fu Ke-wei berpakaian sutra hijau, tangannya menggoyang kipas lipat, membawa pelayan kecil mengunjungi kantor pendidikan yang berada di sebelah timur kantor keamanan, melakukan kunjungan kehormatan, mencari tahu kapan ada seseorang guru besar atau sastrawan besar yang datang mengajar. Setelah berkunjung hampir dua jam lebih, baru dia pergi ke Jin Feng lou yang megah yang berada digerbang timur, menikmati pemandangan dalam dan luar kota.

Berturut-turut tiga hari, jejaknya telah berada diseluruh tempat ternama didalam mau pun didalam kota, termasuk Huang-he-lou yang berada di kabupaten Wu-chang (Berbeda tempatnya dengan kota Wu-chang) disisi sungai gerbang Han-yang.

Menurut cerita, dulu Zhu Ge-liang meminam angin timur mempermainkan Zhou-yu di Huang He-lou, diatas loteng kuno ada lentera Zhu-ge. Satu sajak dengan tujuh hurufnya Cui-ying "Huang He-lou", menggambarkan pemandangan disekitar Chang-jiang dan Han-jiang hingga membuat orang terus menerus teringat dan membayangkannya. Sayang sekarang lotengnya telah ada tentara yang menjaga, jadi tidak sembarang orang bisa naik, tidak bisa menyaksikan hijaunya rumput Han-yang dan Ying-wu-zhou, orang hanya bisa didepan loteng melihat ke arah gelombang asap diatas dua sungai, membuat orang jadi sedih.

Aktifitas Fu Ke-wei telah menjadi perhatian orang-orang kota, memang dia orangnya menonjol, ditambah kedudukan dia, ingin tidak menjadi perhatian orang juga sulit.

Hari ini, dia muncul dijalan raya barat kota di toko Gu-gu-xuan.

Ini adalah toko barang antik yang paling besar namanya, kepercayaannya tinggi.

Ruang toko Gu-gu-xuan besar, diatas rak, barang antik banyak sekali, hingga alat tembaga di zaman Cun-qiu Zhan-guo, ke bawah sampai dinasti sekarang bermacam-macam batu pusaka yang didatangkan dari India, semuanya tersedia.

Tiga pelayan toko satu pengurus tua terus dengan rajin melayaninya, dengan merendah diri menemani dia berkeliling melihat-lihat, terakhir dia tertarik oleh sebuah penggaris giok yang seluruhnya putih, bersinar.

Pelayan mengeluarkan penggaris giok, ditaruh diatas meja besar yang bersinar, mendadak diruang toko tercium bau wangi, tahu tahu disisinya telah berdiri seorang wanita.

Pelayan dan pengurus baru saja akan menyapa, tapi di beri tanda oleh wanita dengan diam-diam menggoyangkan tangan.

Wangi wanita itu memabukan orang, tubuhnya yang langsing lebih-lebih menarik orang.

Seorang nona remaja cantik, sudah tentu memiliki daya tarik yang memabukan, tidak perlu bersolek hanya berias sedikit lebih menarik orang.

Nona remaja besar ini, daya tariknya lebih besar lagi, dia sudah cantik seperti bunga, baju hijau giok bercorak awan tipis yang dikenakan, juga konde wanita diatas kepalanya, lebih-lebih menonjolkan kecantikannya.

Baju terusan yang mewah ini, jika tidak ditutup selendang kecil kembang indah dari Liu Shu, pasti akan terlihat kerah di dadanya, bisa terlihat kulit segi tiga putih dibawah lehernya, yang menarik sorot mata laki-laki, membuat orang membayangkan yang tidak tidak, daya tariknya sungguh kuat sekali.

Nona ini memang tidak memakai selendang, juga kerahnya dibuka lebar dan rendah, kulit yang ditampilkan besar sekali, asal laki-laki melihatnya, akan timbul keinginan membukanya lebih besar sedikit.

Asalkan dibuka lebih lebar sedikit, dijamin bisa melihat dengan jelas lekukan buah dadanya, malah......

"Hey! Barang ini mahal sekali lho!"

Lima jari yang putih mulus si nona, mengangkat penggaris giok, dengan tanpa sungkan menyapa, dengan pakaian wanita baik-baik yang dia kenakan sedikit pun tidak serasi, tidak seperti wanita baik-baik.

"He he he! Barang bagus biasanya mahal.'' Dia dengan santai tersenyum, "aku tahu barang apa yang bagus."

"Aku juga." Mata terang nona yang hitam, lincah berbicara, tanpa malu-malu menyapu wajah tampannya, "aku juga tahu apa yang paling bagus paling menyenangkan, Ooo...! Kau suka?"

"Sangat suka, makanya ingin membelinya."

"Apakah tahu asal-usulnya?"

"Tidak tahu, asalkan aku suka, buat apa tahu asal-usulnya?"

"Mungkin dari dinasti Han."

"Tidak mungkin, nona." Dia melirik pada penggaris giok, "diatasnya ada ukiran sajaknya Liu-ke-jing 'Yu-lou-cun', seharusnya benda ukiran setelah dinasti Sung Selatan."

"He he he! Kalian berdua tidak perlu berdebat, itu memang benda pusaka." Pengurus dengan baik mendamaikan, mengakhiri perdebatan yang tidak perlu, "Kukatakan dengan jujur, kualitet gioknya memang kualitet bagus, jika tuan muda menyukainya, toko kami sangat tersanjung sekali."

"Aku datang dari ibu kota, harga pasaran barang pusaka tidaklah asing......"

"Tuan muda harap tenang, nama baik toko kami dipercayai di seluruh Hu-guang, dijamin pasti sesuai. Tuan muda datang dari ibu kota, mana berani toko kami menipu pelanggan?"

"Berapa harganya?"

"Harap tuan muda bayar saja tiga ratus liang perak, jika sepuluh tahun lalu, seribu liang emas juga tidak mahal lho!"

"Sangat adil, terima kasih!"

Tahun itu, gaji satu tahun seorang pegawai biasa, tidak akan lebih dari seratus liang perak, juga didalamnya termasuk uang hadiah dan tahunan.

Fu Ke-wei mengambil kantong besar di pinggangnya, mengeluarkan setumpukan cek pemerintah dari bank Bao-qian, dan cek dari bank swasta, jumlah uang yang tertera ada yang besar ada yang kecil, dibawahnya masih ada beberapa daun mas dan perak kecil.

"Aku berikan barang ini untukmu." Si nona menekan tangannya, membuatnya seperti ada perasaan tersengat listrik, "anggap sebagai persembahan dan tanda hormatku buat orang penting yang datang dari ibu kota, aku adalah tuan rumah yang sangat menyukai tamu."

"Ooo! Hanya bertemu dengan kebetulan..."

Wajah dia menjadi merah, menghindar sorot mata si nona yang lembut memikat itu.

"Bertemu juga ada jodoh, betul kan?" nona dengan santainya, menarik tangan memberi isyarat pada pengurus, "Aku marga Guan, nama Mei-yun, nama yang sangat biasa sekali, benar tidak?"

"Tidak, tidak, nona memang secantik awan!" dia tidak canggung lagi, tersenyum ramah, "aku marga He, nama Hong, biasa dipanggil Xian-wei. Nona Guan tinggal dimana?"

"Kami keluarga turun-temurun Wu-chang." Guan Mei-yun menerima kotak penggaris giok, tidak diberikan padanya, juga tidak membayar, melenggok jalan keluar, "rumahku disisi gerbang Ping-hu, tuan muda He datang kekota ini ada urusan apa?"

"Aku mau ke selatan melancong sambil belajar, kebetulan lewat kota anda ini." Dia jalan berdampingan, "di sekolah pemerintah awal bulan depan, ada seorang guru ternama, guru Li dari Nan-jing yang datang mengajar, aku tidak ingin lewatkan teori pengalamannya yang menggemparkan dua ibu kota, apa lagi teori dia mengenai siasat lapangan ujian, dijunjung sebagai kunci kesuksesan para pelajar seluruh dunia!"

Yang disebut teori siasat lapangan ujian, dijaman sekarang disebut buku panduan, dengan kata lain, adalah kunci atau intinya.

"Bagus! Hitung-hitung kau harus tinggal setengah bulan disini." Guan Mei-yun gembira sekali, "biar selama ini aku jadi penunjuk jalanmu, apakah kau mau menerimanya?"

"Aku terkejut di layani begini, hanya saja tidak berani mengganggu......"

"Kau bukan seorang kutu buku kan?" kata Guan Mei-yun, dijalan raya yang ramai pejalan kaki, tanpa malu-malu dia berjalan berdampingan dengan seorang laki-laki, berjalan kearah Xi-guan, "Nanti aku perkenalkan saudara dan teman-teman ku, kegiatan melancong selanjutnya, aku yang atur baik tidak" Aku akan jadi seorang pemandu yang disambut dengan baik."

"Aku asing disini, tentu sangat mengharapkan seorang pemandu! Terima kasih nona Guan!"

"Namaku Mei-yun." Nona Guan melirik dia dengan mata putihnya, tingkahnya genit sangat menggairahkan orang.

"Aku......" "kalau kupanggil kau Xian-wei, kau tidak marahkan!"

Tentu saja Fu Ke-wei tidak marah, juga itu menurut aturan.

Diantara sesama satu generasi, memanggil nama menyebut marga adalah hal yang tidak sopan, seharusnya memanggil sebutannya, kecuali lawan belum dewasa (Setelah berusia dua puluh tahun baru bisa memanggil sebutan), dengan orang-orang persilatan yang kasar dan terbuka berbeda.

"Nona......" "Mmm?" Guan Mei-yun bukan saja kembali melihat dia dengan mata putihnya, dan juga menyentuh sisi tangan dia.

"Sungguh aku terima kasih padamu." Dengan tanpa kesulitan dia pelan memanggil namanya, "aku telah bertemu dengan seorang penolong, di tempat asing yang jauh, bertemu dengan teman wanita yang cantik pintar, aku gembira sekali."

"Aku juga, Xian-wei." Guan Mei-yun matanya yang jernih timbul sorot mata yang aneh, "aku tahu restoran mana yang masakannya enak, biar hari ini aku yang traktir, anggap saja sebagai sambutan kedatanganmu, mencoba masakan enak di kota ini."

Dua orang ini berbincang-bincang, laki-laki ada maksud wanita ada cinta, yang satu ada maksud yang satu ada hati, tentu saja jadi merapatkan jarak, rapatnya sulit dipisahkan.

Sehari sebelum Fu Ke-wei tiba dikota Wu-chang, di jalan raya dari Jiu-jiang ke Wu-chang, ramai dengan para pelancong, ini adalah jalan raya yang paling ramai, adalah jalur darat penting dari Jiu-jiang ke Wu-ghang.

Dua orang penunggang kuda yang pakaiannya tidak terlalu mewah, berjalan menuju utara, topi pelindung matahari yang dipakai sangat rendah sekali, tapi dari lidah topi bisa melihat wajah dibawah hidungnya, bisa melihat dengan jelas kumisnya, wajah hitam coklat yang kurang sehat, dan bibir yang kering keriput, perawakannya kurus kecil, benar-benar melambangkan pedagang kecil yang kurang gizi, tahan banting rajin kerja, mengirit-irit makan dan pengeluarannya, orang biasa yang jalan kemana pun, tidak akan menimbulkan perhatian orang.

Satu li lebih di depan, ada sepuluh lebih kuda juga sedang berjalan menuju ke utara, yang laki-laki tampan dan kasar terbuka, yang wanitanya cantik tapi langsing bertenaga, sekali melihat sudah jelas itu jago wanita yang sedang melancong dunia. Karena tidak perduli laki-laki atau wanitanya semua membawa senjata pembunuh, tingkahnya di dunia ini seperti tidak ada orang yang bisa melawan mereka.

Penunggang kuda laki-laki dan perempuan yang memimpin didepan, ternyata adalah Yu-shu-xiu-shi Gao Yun-fei dan Ling-yun-yan Liu Fei-yan.

Dua orang pedagang kecil mengikuti dengan ketat puluhan pununggang kuda yang ada di depannya, dengan santainya menuju terus ke utara.

Mereka adalah Hoa-fei-hoa dan Ouw Yu-zhen.

Hoa-fei-hoa di Jiang-hu adalah penyamar wajah yang tidak ada tandingannya, Ouw Yu-zhen adalah pembunuh bayaran misterius, teknik penyamarannya juga tidak kalah oleh Hoa-fei-hoa.

Reaksi orang biasa terhadap musuh, biasanya ada dua macam.

Satu adalah menghindar, paling bagus selamanya tidak ketemu lagi.

Satu lagi adalah menghilangkan dia memutus selamanya bahaya dikemudian hari.

Benteng Zhang-feng telah menjalin persekongkolan dengan perkumpulan Cun-qin, dan sudah jadi kenyataan yang tidak bisa didebat lagi. keduanya dianggap musuh juga amat logis.

Ketika Fu Ke-wei malam-malam menyerang benteng Zhang-feng, siapapun yang ditemuinnya langsung dibunuhnya, di dalam pertempuran itu. siapa pun tidak bisa mengenalnya, Fu Ke-wei dan Hoa-fei-hoa dengan kawan-kawan semua tidak tahu orang-orangnya perkumpulan Cun-qiu telah diam-diam melarikan diri.

Ketua benteng Xi dan anaknya tanpa bertempur sudah melarikan diri, orang-orangnya perkumpulan Cun-qiu juga secara diam diam telah meninggalkan Shan-xi, Fu Ke-wei belum berhasil mengejar Pedang Naga Terbang Lu-zhao, dendam Hoa-fei-hoa juga belum terbalas, mana mereka mau berhenti"

Dia menduga asalkan menguntip ketat orang pentingnya perkumpulan Cun-qiu, pasti bisa menemukan keberadaannya ketua benteng Xi dan anaknya.

Ketua benteng Xi dan anaknya bereaksi jenis orang pertama: menghindar.

Fu Ke-wei dan Hoa-fei-hoa bereaksi jenis orang kedua: memusnahkan musuh.

Dengan demikian, terjadi saling mengejar, saling memburu untuk membunuhnya.

Kebanyakan orang didunia ini, demi melanjutkan hidupnya jadi sibuk lari kesana kemari, asalkan bisa hidup tenang dan gembira sudah merasa puas.

Orang punya tujuan hidup masing-masing, ada yang demi nama, demi keuntungan, demi harapan, demi budi dendam.......bermacam macam tujuan.

Semua ini walau merupakan sumber kekacauan, tapi jika tidak ada orang-orang ini, dunia ini juga jadi terlalu sepi, setiap orang hidupnya akan seperti ulat sutra, dunia macam apa itu"

Orang kadang seperti seekor keledai yang ditutup matanya mendorong gilingan. Saat pecut dipukulkan kepunggungnya, dia hanya bisa jalan kedepan, walau sampai dia sendiri pun tidak tahu harus jalan sampai kapan baru berhenti.

Saat ini dijalan raya ini, ada banyak keledai yang ditutup matanya seperti mendorong gilingan.

Dari kejauhan tampak satu kota, yaitu kota kabupaten Wu-chang yang letaknya ditengah tengah pertemuan jalur darat dan jalur air, yang ternama, tapi jarak ke kota Wu-chang masih ada setengah hari perjalanan.

Sudah sekitar jam empat sore, sebelum malam baru bisa mencari penginapan dulu.

Yu-shu-xiu-shi dan kawan-kawannya, sebelas orang laki-laki dan perempuan, menginap di penginapan Yue-bin dipelabuhan Da-he, sebuah penginapan paling besar diluar kota kabupaten, garasi kereta dan kandang kudanya paling komplit.

Hoa-fei-hoa dan Ouw Yu-zhen memperlambat kudanya, kemudian pelan-pelan turun dari kuda didepan penginapan tua Han-jiang yang berada di sebelah selatan pelabuhan.

Mereka tidak berniat membunuh orang-orang itu, hanya berharap dari orang-orang itu bisa mendapatkan berita tentang ketua benteng Xi dan anaknya.

Mereka berdua adalah ahlinya pembunuh bayaran, didalam kerumunan orang mereka bisa diam-diam membunuh orang, semudah seperti membalikan tangan.

Mereka menginap dipenginampan dengan menyamar sebagai laki-laki, untuk menyesuaikan dengan dandanan pedagang kecil, mereka hanya menyewa satu kamar.

Dikatakan kebetulan ya kebetulan sekali, baru saja, membawa buntalannya mengikuti pelayan masuk kekamar, mereka sudah melihat bayangan punggung seorang yang dikenal sedang jalan dikoridor seberang.

"Kenapa dia bisa ada disini." Hoa-fei-hoa merasa aneh, dia berkata pelan pada Ouw Yu-zhen, "mungkin dia tahu, mungkinkah datang dengan tujuan yang sama?"

Hoa-fei-hoa adalah ahlinya penyamaran, sekali melihat dia sudah tahu wajah asli lawannya.

"Sangat mungkin, nanti kita cari dia." Ouw Yu-zhen juga melihat wajah asli orang itu.

Setelah mandi, hari masih belum malam, dua orang jalan kekoridor seberang, mengetuk pintu dengan pelan.

"Siapa?" didalam ada orang yang tanya.

"Mengantarkan teh, tuan." Jawab Hoa-fei-hoa menggunakan suara laki-laki.

"Pintunya tidak dikunci."

Mereka berdua berjongkok kebawah, mengulurkan kaki membuka pintu kamar.

Benar saja didalam kamar keluar satu tangan besar, lima jarinya seperti cakar baja.

Dua orang itu seperti ular, dari bawah menyelinap masuk kedalam kamar.

"Masih kurang waspada."

Dua wanita itu berdiri tertawa, kembali mengeluarkan suara wanitanya.

"Kalian, waspada sekali." Sambil menutup pintu kamar, wajah Xie-shen jadi merah, begitu tangkapannya gagal, dia merasa malu, "Persis seperti pelayan, hebat, hebat, hayo duduk."

Tiga orang itu duduk, Xie-shen menumpahkan dua gelas air teh.

"Kau tidak ikut dengan dia?" Tanya Hoa-fei-hoa, tidak perlu mengatakan dengan jelas, Xie-shen tahu siapa yang dimaksud dia ini.

"Dia tidak mengikuti perjanjian meninggalkan jejaknya, itu artinya tidak mau aku ikut dia, bagaimana bisa aku bersikukuh mengikutinya." Xie-shen mengeluh, "apa kalian juga tidak tahu jejaknya?"

"Dia itu paling menyebalkan, hal yang sudah dibicarakan, malah tidak ditepati, jelas dia tidak ingin kita membantu dia menyelesaikan masalahnya." Kata Hoa-fei-hoa dengan putus asa.

"Sifat tuan aku sedikit tahu, dia sudah terbiasa hidup bebas di dalam bahaya. Jika kita ada disisinya, memang bisa jadi mempermudah pekerjaannya, tapi jika sekali ada kesalahan. Dia pasti akan merasa sedih dan tidak bisa tenang, sehingga, dia tidak mau meninggalkan jejaknya." Kata Ouw Yu-zhen dengan tenang.

"Tapi dia lupa ketua benteng Xi dan anaknya juga adalah musuh kita, mana bisa memisahkan kita?" kata Hoa-fei-hoa merasa tidak puas, "kenapa kau bisa datang ke Hu-guan?"

"Mencari dia!" Wajah Xie-shen ada warna bangga, "dia kira dia tidak meninggalkan jejak, bisa menghindarkan aku."

"Bagus! Kau tahu keberadaan dia?"

"Maaf, tidak bisa aku katakan," kata Xie-shen dengan misterius.

"Kenapa tidak bisa dikatakan?"

"Karena takut kalian mencari dia, bisa mengganggu pekerjaannya."

"Mana bisa?" kata Hoa-fei-hoa merasa aneh, "bagaimana kalau begini saja, kita diam-diam mengawasi, jika keadaannya tidak mendesak jangan muncul?"

"Dia pergi kemarin." Xie-shen berkata, "menuju barat, pergi ke kota Wu-chang, sepertinya ingin mengerjakan satu hal yang amat penting."

"Ooo...! Bagaimana kau bisa tahu?"

"Dua bulan lebih ini, aku terus secara sabar diam-diam mengikuti mereka. Di Nan-jing, aku baru tahu dia akan ke kota Wu-chang mengerjakan sesuatu. Dia membawa Wanita Jahat menyamar sebagai pelayannya, dua hari lalu menginap dipenginapan ini."

"Kau tidak mengikuti dia?"

"Apa mengikuti dia akan mengganggu" Jika sudah tahu arah perginya, buat apa terburu-buru" Dia mengerjakan sesuatu selalu tidak tergesa-gesa, tunggu sampai dia selesai mengaturnya, baru mengikutinya, juga tidak terlambat."

"Dia ingin mengerjakan apa?"

"Tidak tahu, aku sedang menunggu kesempatan membantunya, tapi melihat keadaannya, sepertinya aku tidak perlu mengayunkan golok." Xie-shen mengeliatkan tubuhnya, terhadap tidak perlu menggunakan golok, dia merasa tidak bersemangat.

"Maksud kau......"

"Dia berdandan seperti seorang pelajar, nama yang didaftar di penginapan adalah He Xian-wei, murid dari Guo Zi-jian di ibu kota, penampilannya intelektual romantis, jelas tidak perlu menggunakan senjata, makanya aku tidak diperlukan."

"Belum tentu! Kita pergi sama-sama baik tidak?"

"Bagus juga, kita berangkat besok hari." Xie-shen dengan gembira menyetujui.

"Sayang!" "Sayang apa?" "Sayang terpaksa sementara aku melepaskan kesempatan menguntit Yu-shu-xiu-shi, aku dengan adik Zhen telah mengikutinya dari Zhen Jiang hingga Nan-jing, mengikutinya sampai disini, kami berharap dari dia bisa mendapatkan tempat persembunyiannya ketua benteng Xi dan anaknya."

"Aku lihat bajingan itu membawa anak buahnya, menginap di penginapan Yue-bin." Xie-shen tertawa, "ternyata kalian sedang menguntit dia, jangan menghabiskan waktu padanya, Xiao Ji."

"Kenapa?" "Kau dengar, disaat benteng Zhang-feng terjadi kekacauan besar, bajingan itu tidak perdulikan rasa setia kawan, sebelumnya sudah melarikan diri melalui belakang benteng. Temannya si anjing tua Xi di Zhong-yuan, membencinya sampai ke tulang sumsum, dan sedang menunggu kesempatan membunuhnya! Kalian ingin dari dia mendapatkan tempat persembunyian si anjing tua Xi, bukankah akan sia-sia saja?"

"Jadi menurutmu, kita telah menyia-nyiakan tidak sedikit waktu?" dia menyesal sekali, "Kelihatannya, harus mencari jalan lainnya. Haruskah menyembelih dulu bajingan ini?"

"Buat apa" Bagaimana pun peristiwa Lin-jia-gou tidak ada hubungannya dengan dia, dia bertamu ke benteng Zhang-feng, bukan salahnya."

"Ih.! Paman Tu, hatimu sudah lembek?"

Ouw Yu-zhen tidak berani percaya telinga sendiri, mengira dia salah dengar.

"Tidak bisa dikatakan hatiku jadi lembek, Xiao Zhen." Xie-shen tertawa pahit, "manusia bagaimana pun bisa berubah, sedikit merobah sikap memandang dunia, hari selanjutnya akan sedikit lebih mudah dilewati. Disaat mengikuti saudara kecil Fu, bukan saja aku tidak menggunakan golok, kesabaran dan pengetahuanku juga telah mendapat hasil yang tidak sedikit. Sial! Sebutan aku Xie-shen ini mungkin akan terkikis."

"Mari jalan! Kita keluar cari tempat untuk mengisi perut, kita adalah hartawan besar, jangan menyiksa diri sendiri." Kata Hoa-fei-hoa tertawa.

Zui-xian-lou adalah gedung pesta yang paling mewah di tempat ini, tamunya rata-rata adalah orang kaya pedagang besar yang punya kedudukan tinggi, juga sering muncul anggota keluarga wanita, lentera merah, arak hijau, wangi parfum, situasinya memabukan orang.

Ruang vip diloteng, disediakan dinding penyekat yang dapat digerakan, bisa menyekat ruangan yang dibutuhkan, dua-tiga meja di kelompokkan menjadi satu, dapat menampung banyak sekali tamu. Kadang juga bisa diatur sesuai permintaan tamu, supaya tamu wanita bisa bertindak bebas, maka jadilah ruangan kecil yang berhubungan, sangat mudah sekali.

Xie-shen bertiga, duduk dimeja vip disisi jendela, karena Hoa-fei-hoa dan Ouw Yu-zhen menyamar sebagai laki-laki, maka tempatnya tidak minta dipisahkan.

Mereka memesan makanan yang enak-enak, ditambah seteko arak tawar Nu-er-hong berwarna keemasan, sambil minum sambil menikmati pemandangan sungai.

Diatas sungai perahu berlalu lalang tidak hentinya, lampu-lampu ditiang perahu bersinar gemerlapan tidak jauh disisi pelabuhan, lampunya terang-benderang, suara orang samar-samar terdengar, saat masuk malam tetap saja ramai.

Tangga loteng terdengar derap kaki, naik empat orang tamu

"Itu bajingan marga Gao!" kata Hoa-fei-hoayang duduk menghadap ke tangga, dia memberi isyarat mata pada Xie-shen dan Ouw Yu-zhen.

Dibawah layanan pelayan, empat orang duduk di meja bersebelahan dengan Hoa-fei-hoa.

Walau Yu-shu-xiu-shi saat akan duduk, telah melihat pada tamu disekelilingnya, tapi mimpi pun tidak terpikir tiga pedagang kecil yang duduk di sebelah adalah musuhnya.

Pedagang kecil seperti ini, ada dimana-mana didunia ini, tidak perlu diwaspadai.

"Besok pagi, ketua cabang Xiao akan membawa orang-orang pergi ke utara dulu, setelah tiba di Xiang-yang, segera minta Pedang Pemutus Arwah Li Yung-tai mengerahkan para tikus setempat menyelidiki." Kata Yu-shu-xiu-shi dengan tertawa misterius, "wakil ketua cabang Qiu dan kepala bagian Ji sementara tinggal, membantu aku menyelidiki apa tujuannya orang-orang Jin-she-dong (goa ular emas) datang ke Hu-guang, setelah selesai, kita secepatnya akan pergi berkumpul ke Xiang-yang."

"Apa tujuan sebenarnya wakil ketua perkumpulan tinggal disini adalah demi dua orang cantik di Jin-she-dong!" Seruling Damai tertawa penuh arti, "kau harus hati hati nona Liu bisa cemburu!"

"Kau jangan sembarangan bicara, aku memikirkan ini demi perkumpulan. Jika bisa menjadikan orang-orang Jin-she-dong sebagai teman, kekuatan perkumpulan kita segera akan mengembang sampai daerah Chua-xi," Kata Yu-shu-xiu-shi tidak perduli tersenyum, "mengenai Liu Fei-yan, dia tidak akan cemburu, aku sudah bisa sepenuhnya mengendalikan dia."

"Sungguh?" "Tentu saja sungguh, wanita yang muda cantik sombong merasa diri paling benar, asalkan pernah satu kali naik ranjang, seterusnya kau ingin dia mati dia dengan suka rela meloncat kesungai."

"Tidak diduga Liu Fei-yan yang namanya sangat tenar, yang berwajah cantik, berhati dingin seperti salju, menjadi wanita yang mau merendahkan dirinya, kau sungguh beruntung, bisa bertemu dengan wanita yang sangat penurut." Seruling Damai menggeleng gelengkan kepala.

"Ha ha ha! seharusnya kau berkata, aku punya kemampuan tinggi membuat wanita rela menuruti kehendakku." Yu-shu-xiu-shi dengan bangga tertawa keras, "makanya, dua wanita cantik dari Jin-she-dong, pasti bisa kudapat-kan......yaa! Itu dua wanita cantik telah datang!"

Di tangga loteng muncul dua wanita, bau wangi segera menerjang hidung, dua orang wanita ini memang cantik mendebarkan hati, pakaiannya berani, membuat orang bengong melihatnya. Pakaiannya tipis dengan lengan baju yang ketat, membuat buah dadanya tinggi, lebih sexy lagi, berjalan menggoyang pinggang kecilnya, sungguh memancing orang berbuat dosa. Pipinya merah, sepasang matanya genit, sungguh mampu menggaet roh orang.

Mulut Yu-shu-xiu-shi menganga tidak bisa bicara, dia jadi bengong, nafsu dari dalam hatinya mendadak timbul, aliran darah bertambah cepat, denyut nadinya bertambah satu kali lipat.

Dua orang wanita cantik itu memesan satu meja vip, dipisahkan dengan dinding pemisah bergambar, dipisahkan dengan meja sebelah supaya tidak terganggu.

Dua wanita sambil minum-minum, sambil menikmati pemandangan sungai.

"Kak, besok tengah hari kita baru pulang ke kota baik tidak?" suara manja wanita baju putih di dalam meja vip sangat memikat, "pagi-pagi kita pergi dulu ke gerbang Han Yang, melancong Huang He Lou, kan hanya memakan waktu setengah hari sudah bisa sampai ke kota, mendengar cerita......"

"Tidak bisa, itu akan menghabiskan waktu setengah hari lebih, saat itu paman Ming akan mengomel," Kata wanita baju hijau tertawa, "juga jalan itu jalannya tidak bagus, banyak berlubang, tidak cocok untuk kereta kecil kita."

Di depan meja vip, muncul Yu-shu-xiu-shi yang tampan sambil pelan mengipas kipas tilap, memakai baju panjang hitam hijau.

"Perusahaan angkutan kereta keledai yang ada diluar kota bisa mencarikan kuda bagus, berjalan menunggang kuda akan lebih enak di banding naik kereta." Kata Yu-shu-xiu-shi sambil tersenyum, dia menampilkan tingkah yang paling sopan sedikit membungkuk, "aku sangat hafal akan keadaan sekitar sini, bisa jadi pemandu dua nona ini."

Dua wanita itu sama-sama menatap dia, tapi wajahnya tidak ada perasaan, dengan sorot mata tenang menatap dia, tidak menjawab, juga tidak ada niat mempersilahkan dia duduk, sepertinya dia pajangan tidak bernyawa yang hanya untuk dilihat orang.

Jika ingin menyapa wanita, kulit muka harus tebal, berani, tidak takut ditolak, menggunakan ilmu menempel terus pasti akan menimbulkan perhatian lawannya.

Buat diri Yu-shu-xiu-shi yang pandai, dia sangat percaya diri, wanita yang cantik muda sulit menolak rayuannya, dia percaya akan daya tarik dirinya, bisa mendapatkan hati wanita.

Tapi keadaan hari ini tampaknya berbeda, dia tidak enak dengan keadaan ini, selain tidak ada sambutan, juga wajahnya tidak berubah, menyatakan dia tidak sopan, mereka dengan tawar memandang dia, seperti sedang berkata: Aku mau lihat kau mau main sandiwara apa.

Tidak ada hasil seperti yang diharapkan, dia sedikit merasa ragu, dia lalu melapangkan dada, melipat kipas lipat, sambil tersenyum melangkah mendekat.

"Aku marga Gao, nama Yun-fei, julukan Yu-shu-xiu-shi, disini sedang bertamu." wajahnya tersenyum yang bisa membuat lawan jenis terpikat, dengan penuh percaya diri memperkenalkan diri, "dua orang nona pasti datang dari Jin-she-dong di Chuan-xi......"

Wanita baju putih tidak sabaran, dia menjulurkan telunjuknya menunjuk keluar, lalu digerakan dua-tiga kali, maksudnya mengusir, dia tidak bicara, wajahnya juga tidak terlihat marah.

"Nona asing disini, aku bermaksud baik hati......" dia tidak putus asa, senyumnya lebih tebal berjuang ingin merubah keadaan.

Satu tangan lainnya wanita baju putih tiba-tiba dilayangkan, gelas arak berkelebat, arak menjelma jadi hujan deras, sebuah gelas arak menyembur diwajarinya, jari tangan untuk kedua kalinya menyatakan ingin dia segera keluar.

Dulu dia di restorang di Lin-jia-gou, tubuhnya disembur dengan masakan oleh Fu Ke-wei, kali ini wajahnya disembur arak oleh wanita baju putih, dua-duanya dia ingin menghindar tapi tidak mampu, karena terlalu cepat.

"Nona jangan marah." Dengan sopan sambil tetap tersenyum, malah senyumnya lebih lebar, "harap jangan salah paham, aku sungguh berniat baik......"

"Niatnya buatmu sendiri saja! Wakil ketua Gao." Wanita baju hijau akhirnya bicara, nadanya sedikit dingin.

Jelas, dua wanita tahu asal-usul dia, malah mungkin tahu tujuan dia datang ke Hu-guang.

Gao Yun-fei tertegun sebentar, saat akan bicara, tangannya wanita baju putih memegang piring masakan.

"Jika kau masih tidak mau pergi, maka dirimu akan sangat tidak enak dipandang." Wanita baju hijau buru-buru mengulur tangan, menekan lengannya wanita baju putih berkata, "bagus atau jelek kau adalah orang nomor empat di perkumpulan Cun-qiu, kau bertingkah seperti seorang berandalan, apa kau tidak takut di tertawakan bawahanmu dan tamu restoran!"

"Aku......" "Kau tidak perlu berkata lagi." Kata wanita baju hijau dingin, "aku dengan adikku sudah melanglang ke setengah negara, telah bertemu dengan laki-laki yang bermacam-macam rupanya, situasi besar apa yang tidak pernah aku alami" Aku sudah banyak melihat wajah para laki-laki yang merasa dirinya romantis tapi sebenarnya hina, mengira dirinya adalah kekasih banyak orang tapi sebenarnya bodoh tidak tahu diri, kau pergilah!"

Jika Yu-shu-xiu-shi bodoh juga sudah harus mengerti, dua wanita cantik ini sama sekali tidak memandang dia, merasa tidak ada wanita yang bisa menolaknya, semua dugaan dan harapannya telah gagal, jika meneruskan lagi dengan menebalkan muka, maka masakan dipiring itu sangat mungkin akan tumpah diwajahnya! Penghinaan yang berturut-turut mana bisa dia menahannya"

Maka dengan pintar tanpa berkata apa-apa dia mengundurkan diri.

Cinta dan benci diantara laki-laki dan perempuan, adalah satu mata uang dua muka, jika tidak mendapatkan cinta, kebalikannya akan menjadi benci, hal yang aneh-aneh bisa saja terjadi.

Sambil menggigit gigi dia kembali ketempat duduknya, memberi isyarat tangan pada temannya, kakinya segera melangkah turun dari loteng, pergi.

"Malam ini si berandalan telah kena batunya, wajahnya yang terhina itu, memang membuat orang merasa simpati." Xie-shen menggelengkan kepala pada bayangan belakang Yu-shu-xiu-shi yang pergi membawa marahnya.

"Dia seperti menelan satu gentong mesiu, sudah hampir meledak." Hoa-fei-hoa gembira melihat orang terkena musibah.

"Dia bukanlah orang yang bisa menahan kemarahannya, dua nona dari Jin-she-dong mungkin akan mendapat kerepotan." Kata Ouw Yu-zhen tertawa.

0-0-0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar