Pengelana Rimba Persilatan Bab 17

Bab 17

"Kakak Li, seharusnya begitu keluar benteng kita langsung memisahkan diri masuk ke dalam hutan, seharusnya menunggu hingga pasukan kereta pembelian sampai dijalan di bawah gunung baru melepaskan diri. Sekarang kau lihat, kita di dalam hutan ini, setelah jalan seharian, baru menempuh jalan dua puluh li lebih, tidak tahu kapan baru bisa keluar dari gunung." Nyonya cantik yang berwajah telur angsa itu sedang menyalahkan.

"Adik Gong, keputusan kita tidak salah. Kampung di sepanjang jalan di bawah gunung, dimana-mana ada mata-mata benteng Zhang-feng, menunggu kereta sampai di jalan raya baru melepaskan diri, itu sama dengan menyerahkan diri, kalau sampai kita tertangkap kembali, keadaan kita akan sangat mengerikan. Tahanlah sedikit! Kita cari tempat untuk istirahat semalam dulu, aku percaya besok sore sudah bisa keluar dari gunung." Nyonya cantik bertahi lalat menghibur.

Akhirnya, mereka mendapatkan sebuah tempat, setelah diberi rumput, lalu tertidur lelap.

Pagi keesokan harinya, sinar matahari yang menyilaukan mata menyorot ke dalam hutan, suara-suara kicauan burung membangunkan mereka.

"Burung sialan, sungguh pintar membangunkan orang."

Nyonya cantik marga Gong yang berwajah telur angsa mengumpat pelan sambil menggosok-gosok mata.

Baru saja dia duduk, dia melihat di depan pohon sekitar sepuluh langkah lebih di hadapannya, berdiri satu pendeta dao dan satu orang berbaju biasa berusia sekitar lima puluhan, dengan santainya menggendong tangan, ter-senyum menatap mereka, sorot matanya kebetulan terfokus pada dia.

"Saudara Yin, tebakanku benar kan?" kata orang setengah baya yang berbaju dao tersenyum, "kau lihat, benar saja Ning-xiang-yan-nie (Wanita cantik wangi membeku.) yang bangun duluan!"

"Kalian!" teriak Ning-xiang-yan-nie ketakutan.

Suara pembicaraan itu, membangunkan nyonya cantik yang bertahi lalat.

Dia juga sekali melihat dua orang di depannya, wajah cantiknya seketika jadi pucat.

"Kalian Sepasang Cantik Jiang-nan sungguh hina, hidup mewah di benteng Zhang-feng tidak mau, malah lari tidur di sarang rumput." Dewa Dingin Yun Wu-ji membalikan kepala berteriak pelan, "tangkap mereka!"

Di dalam hutan keluar dua orang laki-laki besar, menotok titik saluran dua wanita itu, diangkat keatas bahunya, sepasukan empat belas orang itu beramai-ramai pulang kembali ke-benteng.

Setelah melewati tiga gunung, tibalah di lapangan datar lembah berparit, pepohonannya hanya sedikit.

Disini, hanya berjarak sepuluh li lebih dari benteng Zhang-feng, bukit di atas lembah berparit adalah bukit kedua di sebelah timur laut benteng Zhang-feng.

Seorang laki-laki besar yang berjalan paling depan, tiba-tiba mengeluarkan isyarat yang mencurigakan.

Pendeta dao adalah pemimpinnya, dia segera membawa sembilan orang mengurung, gerakannya cepat sekali, dengan hati-hati mengurung satu bukit kecil.

Di depan hutan di bukit kecil, Tian-ya-koay dan Shi-tu Yu-yao putri tersayang ketua perumahan Wu-ling Shi-tu-sheng, dengan sorot mata yang waspada menatap pada empat orang yang datang mendekat dari bawah.

Di antara empat laki-laki itu, dua orang menggendong Sepasang Cantik Jiang-nan, mereka tidak terburu-buru mendekat, menunggu yang lainnya datang mengurung dari kedua sisi, baru pelan-pelan mendekat dengan hati-hati.

"Tian-ya-koay setan tua Jie dan seorang betina." Seorang laki-laki besar setengah baya dalam jarak tiga puluh langkah lebih, berteriak pada teman-temannya, "mereka berani sekali datang kepegunungan ini, mencoba mencelakai benteng kita, mereka pasti sudah bosan hidup, kita harus menagih hutang darah terbunuhnya saudara kita di Lin-jia-gou, kali ini dia tidak akan bisa melarikan diri lagi!"

Tian-ya-koay merasa aneh, kedua belah pihak mempunyai bermusuhan besar, jika empat orang ini orangnya benteng Zhang-feng, seharusnya segera mendekat, kenapa malah bergerak pelan-pelan tidak tergesa-gesa mendekatnya"

Tapi begitu mendengar kata-katanya, dia tahu mereka adalah orangnya benteng Zhang-feng.

Peristiwa yang terjadi kemarin malam di benteng Zhang-feng, sedikit pun dia tidak tahu, lebih-lebih tidak tahu benteng Zhang-feng sedang melakukan pencarian besar-besaran, mengejar Sepasang Cantik Jiang-nan yang melarikan diri, yang tanpa di duga bertemu disini, tidak aneh dia merasa bingung.

Mereka datang untuk menyelidik, hanya ingin menyelidiki keadaan benteng Zhang-feng, supaya mempermudah kedatangan Sepasang Pedang Langit Selatan yang sedang mengumpulkan teman-teman pendekar. Tidak ada rencana untuk menyusup masuk. Walau Sepasang Pedang Langit Selatan dan Tiga Phoenix tiba, juga tidak ada kekuatan dan keberanian menantang benteng Zhang-feng, mereka berdua lebih-lebih tidak ada kekuatan, makanya secara sembunyi-sembunyi mereka mendekati benteng Zhang-feng.

Sekarang ada orang benteng Zhang-feng yang pagi-pagi muncul dalam jarak sepuluh li lebih dari dalam hutan, dia merasa bingung. Tapi lawan hanya ada empat orang, dia sedikit pun tidak merasa ada ancaman.

Empat orang lawan ini adalah orang yang mengikuti dari belakang dan menemukan dia lebih dulu, mereka berdua tidak memperhatikan di belakang ada orang pulang dari tugas pencarian akan kembali ke benteng, setelah menemukan ada orang di belakang, lawan sudah mendekat hingga seratus langkah.

"Kalian semakin brutal saja, pagi-pagi sekali sudah menculik wanita!" ejek Tian-ya-koay menunjuk dengan tongkat pemukul anjing, tanpa takut dia berdiri menunggu, "kalian ingin maju satu satu" Atau maju bersama-sama, kalian harus tahu aku adalah ahlinya pertarungan keroyokan......"

Dia mengira lawan hanya ada empat orang, tapi tiba-tiba mendengar ada suara aneh di sebelah kanan, perkataannya belum habis, mendadak dia menarik Shi-tu Yu-yao lari ke bawah, saat muncul lagi dia sudah berada di dalam hutan, kecepatannya mengejutkan orang.

Di tempat semula mereka berdua berdiri, tampak asap abu-abu tipis sedang membuyar, sepertinya ada kilatan api pelan-pelan menurun.

"Benar saja kehebatannya bukan kabar angin." Teriak Pendeta tua terkejut, tadi dia menyerang mendadak untuk menangkap orang tapi tidak berhasil, pendeta tua itu tentu saja terkejut, "lincah dan waspada, licin bagai ular, tidak percuma termasuk dalam delapan terhebat dunia persilatan, tapi kau dan bocah perempuan ini sudah diramalkan bernasib sial, pasti tidak akan bisa lolos dari bahaya."

"Kau sedikit pun tidak ada penampilan seorang pesilat tinggi yang ternama, bisanya hanya menyerang dengan ilmu sesat." Shi-tu Yu-yao sekali tawa dingin, "Tampaknya benteng Zhang-feng selain mengandalkan banyak orang, di tempat liar menutup pintu menyatakan berkuasa, sebenarnya tidak mepunyai orang yang sungguh-sungguh berbobot, tidak berani bertarung dengan pesilat tinggi dunia persilatan."

Tidak jauh di belakang terdengar satu tawa dingin!

Shi-tu Yu-yao walau baru turun gunung, tapi ilmu silatnya juga hebat, meski musuhnya ada lima orang dia tetap tidak takut, dia berharap bisa mendesak lawan bertarung adil menghadapi dia dan Tian-ya-koay.

Walau lima orang bersama-sama maju, dia tetap sanggup menghadapi lawannya, apa lagi dipihaknya masih ada seorang ahli bertarung keroyokan, sehingga dia tidak gentar.

Tidak diduga di belakangnya ternyata masih ada orang lagi, begitu membalikan kepala melihat, diam-diam dia mengeluh.

Di bawah hutan pinus yang rumputnya sedikit, pandangan bisa sampai jauh sekali, dia melihat ada enam orang, jadi semuanya sebelas lawan dua.

Tian-ya-koay juga melihat kebelakang, diam-diam dia juga mengeluh. "Betulkah?"

Orang yang sambil tertawa sambil balik bertanya, dia adalah seorang yang mempunyai mata dingin dan licik, di tangannya tampak senjata trisula yang kelihatan sangat berat, permainan senjatanya bisa digunakan sebagai tombak, pedang, tongkat, malah juga bisa sebagai golok, jika dibacokan ke tubuh manusia bisa menimbulkan luka yang mematikan.

Di dalam hutan pinus jika mendapat serangan keroyokan, tentu saja keadaannya tidak akan menguntungkan, sebab tidak cukup tempat untuk menghindar, Shi-tu Yu-yao memberi isyarat mata pada Tian-ya-koay, supaya cepat meninggalkan tempat yang tidak menguntungkan ini.

"Apakah kau benar-benar orang yang ahli dari benteng Zhang-feng?"

Tian-ya-koay membalikan kepala balas bertanya, dia tidak merasa khawatir jalan mundurnya telah disumbat.

"Kalau tidak dicoba mana bisa tahu?"

"Kalau begitu, baiklah aku coba." Kata Shi-tu Yu-yao, orangnya memutarkan tubuh menjelma menjadi sinar kilat, secara mendadak menerjang, saat membalikan tubuh pedangnya sudah telah dicabut.

Tian-ya-koay juga secara bersamaan meloncat, tongkat pemukul anjingnya digetarkan, menotok tenggorokan orang setengah baya itu.

"Seraang...!" Shi-tu Yu-yao berteriak, sambil melepaskan senjata rahasianya. Tiga buah senjata rahasia uang mas yang diam-diam disiapkan, dilemparkan menjelma jadi tiga garis sinar tipis yang sulit dilihat oleh mata telanjang, bersamaan itu pedangnya juga dengan dahsyat menyerang orang yang memegang senjata trisula, sekuat tenaga menerjang keluar dari kepungan, tidak memberi ampun pada lawan.

Trisula itu segera menangkis pedang yang datang menyerang, dan berusaha mementalkan pedang panj ang yang lincah itu.

Sinar pedang tiba-tiba lenyap, lalu timbul kembali, dari celah tipisnya trisula menerjang masuk.

"Ngeek!" Orang yang berada di .sebelah kiri, tenggorokannya telah terkena serangan pedangnya, tubuhnya berputar lalu jatuh ketanah.

Trisula gagal menahan, Shi-tu Yu-yao segera mencabut pedang, dan orang yang terkena pedang teriak sekali roboh ketanah.

Orang setengah baya di sebelah kanan melihat bayangan tongkat warna kuning hijau samar-samar menusuk, segera dia memotong, dan tubuhnya dijatuhkan ke kanan.

Tian-ya-koay menggetarkan lengannya, berubah dari menusuk jadi menyapu, buug.... terdengar suara, orang setengah baya yang di sebelah kiri kepalanya pecah, orangnya hanya menjerit sekali, lalu roboh ke tanah meregang nyawa. Di depan telah jatuh tiga orang, pengepungan telah mengalami kegagalan.

Tian-ya-koay segera meloncat keluar dari kepungan.

Shi-tu Yu-yao juga meloncat keluar dari kepungan, tapi dia merasa, pendeta dao dan empat orang temannya sedang menyerang dia dari belakang.

"Siaat...!" Sambil membalikan tubuh dia berteriak, sambil lari ke depan.

Tian-ya-koay juga tepat sedang membalikan kepala melihat ke belakang, tiba-tiba kepalanya terkena satu pukulan keras, tubuhnya bergetar Buug... dia jatuh ketanah dan pingsan.

Shi-tu Yu-yao yang baru saja melemparkan senjata rahasianya langsung berkata:

Celaka! Dari belakang satu pohon cemara besar, keluar Dewa Dingin Yu Wu-ji, yang diam-diam telah memukul dengan sebelah telapaknya.

Dewa Dingin namanya termasuk dalam tiga sesat dunia, telapak Tai-yin yang dipukulkan menggunakan tenaga dalam Tai-yin-mo-gang (Setan besar angin dingin) di dunia persilatan sangat terkenal kehebatannya, tenaganya sangat menakutkan, tenaga telapaknya dapat melukai orang dari jarak satu zhang lebih, jika terkena dalam jarak delapan che, di jamin daging akan pecah tulang hancur, jurusnya adalah salah satu jurus telapak yang hebat dan sangat kuat sekali.

Bagaimana pun Shi-tu Yu-yao tidak tahu ada orang lagi yang sembunyi dibalik pohon.

Begitu tenaga telapak mengenai punggung belakang sebelah kiri, dia seperti terkena oleh godam seribu jin, tubuhnya terdorong maju ke sebelah kanan, menabrak satu pohon pinus besar, membuat daun pohon berjatuhan, dia juga mental dan jatuh ketanah, pedangnya terlepas dari tangannya, dia meronta tapi sulit berdiri lagi.

Pendeta dao tahu senjata rahasianya Shi-tu Yu-yao sangat lihay, saat mau jatuh Shi-tu Yu-yao telah melemparkan senjata rahasianya, untung dia cepat membelok dan bergerak memutar ke belakang pohon pinus, dia hampir saja terkena senjata uang logam, dia terkejut sampai mengucurkan keringat dingin.

Seorang laki-laki lainnya, karena tidak waspada dia terkena oleh senjata uang terbang, pada lehernya, setelah menjerit ngeri, lalu roboh ke tanah.

"Cingcang mereka! Mereka berdua telah membunuh empat orang kita."

Seorang laki-laki besar seperti orang gila melayangkan golok menerjang.

Pendeta dao mengayunkan tangannya menampar laki-laki besar hingga mulutnya berdarah dan mundur tiga langkah.

"Brengsek! Jika kau berani membunuh mereka" ketua benteng tentu akan mengupas kulitmu," kata pendeta dao sambil menotok jalan darah Shi-tu Yu-yao, "Tian-ya-koay telah berani membunuh orang-orang benteng, bocah wanita ini bersama Sepasang Pedang Langit Selatan, mengumpulkan teman-temannya, datang ingin meminta pertanggungjawaban benteng kita, ketua benteng marah dan bersumpah ingin menangkap mereka hidup-hidup untuk dijadikan contoh pada mereka, walau mereka tidak datang, ketua benteng tetap akan membawa orang mencari mereka. Sekarang mereka telah tertangkap, apa kau berani membunuh mereka" Hemm... "

"Saudara Wan, sabarlah, lihat bagaimana bocah perempuan ini membayar hutang pada ketua benteng."

Seorang laki-laki setengah baya maju ke depan, menggunakan tali, mengikat kaki dan tangannya Shi-tu Yu-yao sambil tertawa penuh arti, "setelah ketua benteng menikmatinya, akan ada kesempatan buat kalian mendapat sisanya, saat itu kalian ingin bagaimana juga terserah, bukankah lebih bagus?"

Shi-tu Yu-yao ingin bunuh diri dengan menggigit lidahnya, tapi tidak keburu, mulutnya telah dibuka oleh pendeta dao saat menangkapnya, sehingga ingin mati juga sudah tidak bisa!

Sepuluh orang itu menggendong empat mayat dan empat tawanan, dengan senang kembali pulang ke benteng, terhadap temannya yang mati mereka tidak merasa sedih lagi.

Orang yang bermain nyawa, hidup mati adalah hal biasa, asal bisa hidup itu senang, jika mati ya matilah, nasib memang harus begitu, tidak perlu terlalu dipikirkan.

Kali ini yang memeriksa gunung, tidak saja tugas utamanya menangkap Sepasang Cantik Jiang-nan telah berhasil, juga tanpa sengaja bisa menangkap dua orang musuh, sama dengan di atas batang tumbuh bunga, jasanya bertambah satu, pendeta dao Zhong-tiao dan Dewa Dingin dua komandan pasukan merasa bangga, sampai para anak buah yang berjalan menggendong tawanan juga tidak merasa kepayahan.

0-0-0 Fu Ke-wei berempat, sedang istirahat di dalam hutan dekat mata air di tengah gunung, mereka membangun gubuk untuk tidur, dan telah menyiapkan daging dan makanan kering, di hulu air mereka telah mempersiapkan semuanya dengan sempurna, persiapannya terencana, sama sekali tidak ada masalah.

Hoa-fei-hoa sudah diatur di dalam gubuk, tampak sangat kelelahan.

Luka Niu Lang-xing tidak ringan, tangan kanannya sudah dibalut kain tapi tidak bisa digerakan, sedikit saja bergerak sakitnya terasa sekali, untuk sementara dia tidak bisa bertarung.

Hoa-fei-hoa dan Zhi Nu-xing juga tampak kacau, mereka mengenakan baju laki-laki yang diambil sembarangan, di gunung hawanya dingin, baju laki-laki yang diambil mereka bukan saja tipis, juga ada bekas lumuran darah, meski sudah dipakai menutup tubuh mereka, tapi masih terasa dingin, sampai tubuhnya terasa gemetaran.

Fu Ke-wei berempat, kecuali Ouw Yu-zhen dan Nie-sha-yin-hoa yang membawa dua bungkusan kecil, yang masing-masing berisi satu stel baju untuk ganti, semua bawaan dan kudanya dititipkan pada orang di kampung yang berada puluhan li jauhnya.

Ouw Yu-zhen tidak tega melihat Hoa-fei-hoa dan Zhi Nu-xing kedinginan, dia lalu memberikan baju gantinya, begitu juga Nie-sha-yin-hoa.

"Kau menyamar babi makan macan ya?" Hoa-fei-hoa yang telah mengganti baju, sambil makan daging gepukyang dingin dan keras, sambil berkata pada Fu Ke-wei yang sedang duduk makan, "aku begitu jahat terhadapmu, kenapa masih menolongku?"

"Kau jangan menyombongkan diri, mana aku ada waktu khusus menolongmu." Fu Ke-wei tertawa, "ini disebut sekalian jalan menuntun kambing, bagaimana pun aku tidak bisa melihat kematian tidak menolong! Kami mendapat kabar dari tawanan bahwa ketua benteng Xi sedang menginterogasi orang di kamar penyiksaan, demi kalian, malah membuat dia ada kesempatan melarikan diri, sungguh sayang."

"Kau menyesal?"

"Aku mengerjakan sesuatu tidak pernah menyesal." Fu Ke-wei minum seteguk air, "biksunya bisa lari tapi kuilnya tidak, ketua benteng Xi telah terikat oleh benteng Zhang-feng, dia tidak akan meninggalkan harta bendanya melarikan diri, cepat atau lambat aku akan menangkap dia, aku tidak perlu tergesa gesa."

"Di dalam bentengnya, pembantunya banyak sekali."

"Ha ha ha! Kami berempat semua adalah ahlinya membunuh orang." Di pinggir Xie-shen tertawa aneh, "maksudnya tuan, apakah ingin membunuh habis mereka semua, sehari membunuh dua puluh orang, sepuluh hari jumlahnya jadi dua ratus orang, menyapu bersih semua penjahat, seperti memotong rumput sampai ke akar-akarnya. Benteng Zhang-feng hanya ada seratus lebih pesilat tinggi yang dapat bertarung, dan juga sebagian adalah buronan yang minta perlindungan, yang lainnya hanyalah berandalan kelas tiga, apa bisa menahan pembunuhan berencana kita?"

"Kalian paling baik tahu diri, segera pergi jauh, supaya tidak mengganggu rencana kita." Fu Ke-wei sedikit pun tidak memberi hati.

"Dia telah membunuh familiku, dengan kejinya membunuh habis sekeluarganya, aku berhak membalas dendam pada dia." Hoa-fei-hoa dengan keras menolak, "kau tidak berhak melarang kami."

"Kau ini wanita yang tidak bisa diajak bicara, aku sudah merasakannya." Fu Ke-wei menggelengkan kepala tertawa pahit, "aku tidak ingin melarangmu, tempat ini sementara kalian boleh pakai untuk beristirahat, setelah tenaganya pulih harap tinggalkan tempat ini, orang yang mencari ke gunung cepat atau lambat pasti akan mencari kemari."

"Kalian mau pergi?"

"Belum tahu, itu adalah kata mutiara melindungi nyawa, kau seharusnya mengerti!"

Hoa-fei-hoa menatap Fu Ke-wei, wajahnya berubah-rubah, menurut pengalaman yang sudah-sudah, tidak pernah dia bertemu dengan laki-laki besar yang muda, yang terhadap seorang wanita cantik bertingkah begitu buruknya.

"Bisakah berbuat sedikit baik padaku?" Hoa-fei-hoa mengeluh, terhadap daya tarik dirinya dia sudah hilang kepercayaannya, dengan nada yang ragu dia berkata perlahan "apalagi aku masih hutang budi satu nyawa padamu......"

"Hoa-fei-hoa jangan mengingat budi, kita jangan bicarakan itu, baik tidak?" Fu Ke-wei tertawa tawar, "kau dan aku sama-sama berdarah dingin, melakukan apa pun tidak akan menggunakan perasaan, semua demi pandangan hidup sendiri-sendiri, hal lain tidak akan di taruh di dalam hati. Hari ini bertemu, besok berpisah, lusa mungkin bisa berubah jadi musuh, mahluk jenis yang keji tidak mungkin bersatu dengan damai, aturan ini kau dan aku sama-sama mengerti."

"Apakah kau mengira aku ikut hanya demi pusaka dan harta di bawah gudang benteng Zhang-feng" Aku sudah sadar, aku tidak bermimpi minta bagiannya."

"Pusaka adalah harta di luar badan, siapa yang perduli" Gudang bawah tanah menyimpan pusaka, pasti tidak kurang dari dua kereta besar, berapa aku bisa minta" Asalkan kau ada kemampuan memindahkannya, pindahkanlah semuanya!" Fu Ke-wei mulai mengumpulkan barangnya, lalu meloncat berdiri, "apakah kalian sudah kenyang" Kita harus jalan sekarang!"

"Sudah!" Xie-shen melempar masuk sepotong daging gepuk terakhir kemulutnya, membuat perkataannya tidak jelas.

"Iii! Siapa mereka itu?" Zhi Nu-xing tiba- tiba menunjuk ke arah timur lembah berparit, "diantaranya ada yang menggendong barang."

"Itu adalah orang-orang yang mencari ke gunung, dua orang yang memimpin adalah pendeta dao dari Zhong-tiao dan Dewa Dingin, delapan orang dibelakang yang digendong orang bukan barang." Dalam bayangan rumput dan pohon, sepuluh orang sedang berjalan menembus hutan, mata Fu Ke-wei tajam dia mengenal orang-orang itu, "kita telah bertemu dengan ikan besar! Pergilah ke bawah hadang mereka."

Jika bertemu hal yang menyenangkan semangat pun tentu segar.

Pendeta dao Zhong Tiao yang berjalan di depan, dengan wajah cerah berjalan dengan langkah besar.

Dia adalah komandan pasukan ini selain tugas dalam perjalanannya telah berhasil, tidak diduga juga berhasil menangkap dua orang musuh, kematian empat orang anak buahnya sama sekali tidak dirasakannya, tentu saja dia sangat gembira sekali!

Pendeta dao tua telah lupa beberapa hari lalu ada orang yang menyusup ke dalam benteng, juga tidak tahu kemarin malam di kamar penyiksaan yang rahasia telah terjadi masalah.

Ketika Fu Ke-wei berempat muncul di lapangan bukit di depan hutan, pendeta yang merasa dirinya paling hebat, wajah yang tampak senang langsung menghilang seperti asap, diganti dengan rasa terkejut yang amat sangat, langkahnya jadi ragu.

Xie-shen dan Nie-sha-yin-hoa tentu saja dia kenal, Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen dua orang ini walau dia belum pernah bertemu, tapi dia telah menebak lawannya adalah anak muda marga Fu dan pelayannya yang pernah mempermalukan Yu-shu-xiu-shi.

Orang yang lebih bodoh juga seharusnya mengerti, Fu Ke-wei sengaja menunggu mereka, jika tidak ada jaminan bisa menang, mana berani tidak membuat jebakan malah muncul terang-terangan menyambut"

"Sobat lama, kemarilah!" Xie-shen mengulurkan tangan menyapa, wajahnya keji lagi menakutkan, "kita hitung-hitung hutang lama, anggap saja kalian adalah bunga yang dibayar pertama oleh benteng Zhang-feng."

Sepuluh orang itu menurunkan mayat dan tawanannya, bersama-sama maju mengurung dari tiga arah.

Sekali bergerak mereka sudah membentuk siasat pengeroyokan, dengan banyak orang ingin menekan lawannya, ini adalah cara yang sering digunakan orang sejak dari zaman dahulu sampai sekarang untuk memperebutkan kekuasaan, dan juga sering berhasil.

Fu Ke-wei berempat berdiri seperti gunung, membiarkan lawan membentuk formasi.

"Kau yang disebut bocah marga Fu itu?" kata pendeta dao dari Zhong Tiao setelah menjadi tenang, dia tidak perdulikan Xie-shen, matanya menatap Fu Ke-wei, di wajahnya timbul senyum keji, maju mendesak hingga delapan che.

"Sedikit pun tidak salah, aku percaya Yu-shu-xiu-shi telah memberitahukan pada kalian dengan jelas."

"Kenapa di dunia persilatan tidak pernah dengar ada orang seperti kau ini, kenapa tidak sebutkan saja sebutan yang benar" Supaya aku tahu kau ini sebenarnya Budha besar dari kuil mana."

"Tidak perlu, pendeta dao tua." Fu Ke-wei mengayun-ayunkan pisau penyiksa yang diambil dari kamar tahanan, tawa mengejek diwajahnya semakin menghilang, sorot matanya semakin tampak bersinar, "kau pandanglah aku sebagai seorang berandalan kelas tiga saja, menyebutkan julukanku bisa membuat hatimu takut dan tegang, hingga mempengaruhi kemampuanmu, aku tidak ingin kau mati penasaran."

Di dunia memang kekuatan julukan bisa membawa hawa membunuh, ada orang begitu mendengar julukan seseorang, jadi ketakutan hingga denyut jantungnya menjadi cepat, telapak tangannya berkeringat, begitu berhadapan dengan orang ini, tenggorokannya jadi kering seluruh tubuh menjadi kaku atau gemetar, mata tidak berani memandang, kaki dan tangan tidak tahu harus di tempatkan dimana. Seperti beberapa jenderal di kerajaan, mereka juga punya kekuatan julukan seperti ini, prajurit biasa yang melihat mereka juga akan bereaksi seperti yang disebutkan diatas.

Pesilat biasanya yang suaranya keras merasa dirinya paling hebat, baru belajar beberapa jurus silat kucing tiga kaki, sudah merasa dirinya pesilat tinggi yang hebat. Tapi begitu bertemu dengan pesilat tinggi yang julukannya menggemparkan dunia, tekanan di dalam hatinya terasa sangat berat, dan terpengaruhi kelincahan gerak kaki dan tangan, sampai mengerahkan kepandaiannya juga tidak akan sampai lima puluh persen, hatinya yang ketakutan juga tidak akan bisa berkembang.

Sekarang tampang Fu Ke-wei yang tampak dari luar, bagaimana bisa seperti berandalan kelas tiga" Justru bisa di setarakan dengan seorang terkenal sepanjang masa, hawa kepahlawanan yang tiada takut tiada gemetar itu, sudah membuat pendeta dao dari Zhong-tiao yang merasa ilmu silatnya lebih hebat dari pada orang lain, hatinya jadi berdebar-debar, sikap sombongnya jadi lenyap.

"Bocah, kau jangan bicara besar." Pendeta dao dari Zhong-tiao menenangkan diri, timbul amarahnya karena malu, dengan keras berkata, "demi sahabat kau menagih hutang, walau memang itu rasa setia kawan yang baik, tapi harus pertimbangkan dulu kemampuan diri sendiri, apakah mampu atau tidak" Jika tidak mampu bisa-bisa malah masuk kepintu akhirat menemani sahabatmu disana!"

"Aku tunggu kau memasukan aku ke pintu akhirat." Wajah Fu Ke-wei ditekan, mata macannya bersinar-sinar, "orang dulu berkata, hutang uang bayar uang, hutang nyawa bayar nyawa. Hutang nyawa temanku, kau harus bayar dulu, persis seperti yang dikatakan Xie-shen, kau hanya bisa dihitung sebagai bunganya saja, hutangnya harus dibayar oleh Satu Pedang Dunia Xi Zhang-feng. Sekarang coba lihat apakah kau bisa menyelamatkan diri atau tidak."

"Kau......" "Aku pasti dengan kejamnya akan membunuhmu, lebih baik jangan hanya berkata di mulut saja, walau kau banyak mengeluarkan kata-kata ancaman, itu tidak akan membuyarkan tekadku membunuhmu."

"Kau pendosa ini sungguh mencari jalan mati sendiri, menyedihkan!" Nada bicaranya pendeta dao dari Zhong-tiao tiba-tiba jadi dalam dan tenang, di mata elangnya timbul semacam sinar licik, tangan kiri diangkat, lengan bajunya melambai-lambai berirama, "kau adalah seorang pintar, tapi kepintarannya tertutup oleh api dendam, kau sedikit pun tidak tahu dirimu sedang berbuat apa...

Aku mengeluhkan hidup ini, menyayangi rakyat yang susah hidupnya, aku akan menghilangkan setan di dalam dirimu, mengembalikan pada keadaan semula. Sekarang tanganmu sudah tidak mampu menggenggam pisau, lima jarinya jadi lemas......"

Buug..., pisau penyiksa di tangan Fu Ke-wei jatuh sendiri di samping kakinya, sepasang matanya bengong menatap pada sepasang mata pendeta dao dari Zhong-tiao, persis seperti seorang idiot.

Xie-shen terkejut, dia mengangkat golok akan maju menerjang.

Ouw Yu-zhen yang matanya tajam, tangannya cepat menahan Xie-shen, menarik kembali ke tempat semula, menggunakan isyarat mata memberitahukan jangan sembarangan bergerak.

"Salah, jangan di buang, harus serahkan padaku." Pendeta dao dari Zhong-tiao mulanya tertegun, lalu berguman memerintahkan lagi, "pungut pisaunya, betul! Pungut dan berikan padaku......"

Fu Ke-wei dengan patuh menekuk lutut kanannya, mengulur tangan memungut pisau penyiksa, kepalanya tetap sedikit diangkat, sorot matanya tetap tidak berubah, sorot matanya seperti terpikat oleh pendeta dao dari Zhong-tiao, posisi memungut pisaunya membuat orang merasa aneh.

"Betul, serahkan padaku! ganti dengan sebelah tangan berikan padaku, pelan-pelan, betul! Ya begitu......heek......"

Fu Ke-wei menggunakan tangan kanan mengangkat pisau dan diulurkan melintang, tangan kirinya menyambut badan pisau, di saat tangan kiri menyentuh pisau, ikut mendorong ke depan, tangan kanan mengulur ke depan, ujung pisau dengan sendirinya menerjang ke depan, sepasang tangannya menggenggam pisau, menusuk masuk ke arah dada pendeta dao dari Zhong-tiao, ujung pisau sudah menusuk hampir tembus keluar dari punggung belakang.

Pendeta dao dari Zhong-tiao memegang pisau di dadanya, saat jarinya menyentuh pisau terdengar suara seperti logam beradu, rupanya pendeta dao telah mengerahkan tenaga dalam Tai-yi-mo-gang melindungi dirinya, seluruh tubuhnya telah berubah sekeras batu, golok atau pedang biasa jangan harap bisa melukai dirinya, dengan kemampuannya ini, dia bisa bertarung dengan pesilat super yang ternama.

Tapi, jika pendeta dao ingin menggunakan ilmu sesat mengendalikan Fu Ke-wei, ibarat membunuh ayam menakuti kera.

Fu Ke-wei menarik tangannya mencabut pisau, pisau meluncur terlepas dari genggaman pendeta dao, samar-samar bisa terlihat ada bunga api muncul, mengeluarkan suara seperti gesekan logam yang menusuk telinga.

Wajahnya muncul tawa dingin yang keji.

Sekejap kemudian, sinar pisau berkelebat, lalu kepalanya pendeta dao dari Zhong-tiao terlepas dari lehernya, jatuh kebawah.

"Jika tidak membunuh habis kalian, binatang yang tidak berkeprimanusiaan, sulit meredakan kebencian ini." Pisaunya diulurkan ke depan, suaranya seperti geledek, "hanya bisa menyisakan seorang untuk diinterogasi dan kembali melapor, lihat siapa orangnya yang beruntung ini."

Sebuah pisau yang keji dan kejam tidak berperasaan, membuat orang yang melihat seluruh tulangnya timbul rasa dingin, satu tusukan pisau menembus jantung sudah cukup kejam, ditambah dengan memotong kepala, sungguh tindakan yang sadis sekali.

Di depan mata Fu Ke-wei muncul pemandangan tiga belas mayat telanjang yang seluruh tubuhnya terluka, yang membangkitkan amarahnya, dia ingin melampiaskan amarahnya melalui pisaunya, mengayunkan pisau kekesalannya.

Xie-shen tertawa keras, dia melayangkan golok menerjang masuk.

Nie-sha-yin-hoa berteriak keras, pedang panjangnya seperti pelangi di langit.

Ouw Yu-zhen tidak mengayunkan pedangnya, dia menempel ketat di sisi belakang Fu Ke-wei, melindungi keamanan di belakangnya.

Akhirnya Fu Ke-wei bertemu dengan Yin Shen (Dewa Dingin) Yin Wu-ji, pisaunya bergerak laksana kilat dilangit.

Xian-yin-mo-gang nya Yin Shen, masih sedikit dibawah Tai-yi-mo-gang pendeta dao dari Zhong-tiao, tapi kedua orang ini bisa disejajarkan dengan pesilat super tinggi di dunia persilatan.

Karena pendeta dao dari Zhong-tiao dibunuh dengan begitu mudah, hati Yin Shen jadi ketakutan, semangat tempurnya langsung menurun, dia merasa sudah ditakdirkan pasti kalah.

Serangannya Fu Ke-wei terlalu dahsyat, Yin Shen tidak bisa menghindar, datangnya pisau terlalu cepat, satu-satunya gerakan yang bisa dilakukan adalah menangkis pisau lawan dan bertahan.

Senjata yang digunakan oleh Yin Shen adalah pedang berbentuk ular, panjangnya selipat lebih panjang dari pisau, dan juga lebih berat, mudah sekali menggunakan pedang berbentuk ular menangkis pisau itu, pisau pasti sulit menembus pertahanan pedang.

Dengan teriakan dingin, Yin Shen berjongkok mengayunkan pedangnya.

Traang.... satu getaran keras terasa, terlihat percikan bunga api.

Pedang berbentuk ular ternyata tidak bisa menangkis pisau yang meluncur, pedang malah mental keluar, seperti guntur mendadak menyambar, pelangi pisau menerjang masuk melalui celah.

Yin Shen ketakutan sekali, dia melangkah mundur, mengayunkan kembali pedangnya menangkis pisau.

Tapi sesaat itu sudah terlambat, sinar pisau berkelebat menekan, terdengar suara aneh memecahkan tenaga dalam Xian-yin-mo-gang, seperti balon udara meletus.

Lengan kanan yang memegang pedang tiba-tiba terputus dari pergelangannya, sinar pisau seperti kilat, miring memotong perutnya Yin Shen, hingga Yin Shen tanpa mengeluarkan suara, langsung roboh ke tanah, jeroannya bertumpahan keluar.

Dalam satu teriakan dalam, pisau penyiksa Fu Ke-wei muncul di bawah dada kanannya seorang setengah baya yang berada tidak jauh di sebelah kanan, tertembus pinggangnya, akhirnya pisau tertahan di dalam tubuh orang itu.

Ternyata Fu Ke-wei melemparkan pisaunya, pisau hanya berputar sekali, langsung masuk kedalam pinggang orang itu. Orang itu tadinya secara diam-diam akan membokong Nie-sha-yin-hoa dari belakang, sama sekali tidak tahu sinar pisau telah membelah angin dalam sekejap sudah sampai.

Nie-sha-yin-hoa yang tepat menengok ke belakang, memukul jatuh dua orang yang menggunakan golok.

"Terima kasih! Tuan." Teriak Nie-sha-yin-hoa dengan gembira.

Dua tiga kali serangan, telah menjadikan lapangan itu tempat penyembelihan daging dan darah.

Tadinya sepuluh lawan empat, tapi di tengah jalan Hoa-fei-hoa dan Zhi Nu-xing ikut membantu. Dua wanita pembunuh ini tidak punya senjata yang pas, semua senjata gelapnya juga telah dirampas oleh ketua benteng Xi. Sekarang yang digunakan adalah senjata yang diambil dari kamar tahanan, tapi tetap saja senjatanya bisa digunakan dengan hebat, serangannya tidak tertahankan.

Sebuah golok Xie-shen telah melontarkan golok seorang lawannya, dari samping masuk Zhi Nu-xing yang penuh dendam, sinar pedang seperti kilat menerjang punggung orang itu.

"Wanita genit, orang itu punyaku......"

Xie-shen berteriak keras, goloknya menyabet paha kiri orang itu.

Zhi Nu-xing tidak perdulikan teriakan Xie-shen, pedangnya menusuk tembus punggung kanan orang itu, sambil tertawa ringan, seperti asap dia lalu meluncur pergi.

"Tidak tahu aturan!"

Xie-shen memaki-maki, segera lari pada kedua orang yang sedang bertarung dengan Hoa-fei-hoa.

"Jangan merebut!" Hoa-fei-hoa juga berteriak keras, "semua milikku......"

Begitu tertawa, golok Xie-shen dan orangnya sudah tiba bersamaan.

Ouw Yu-zhen yang selalu mengikuti dari belakang Fu Ke-wei, melihat hingga menggeleng-gelengkan kepala.

Fu Ke-wei meloncat-loncat diatas tumpukan mayat, potongan kaki tangan dan mayat tergeletak di mana-mana, bau amis membuat orang ingin muntah, dia tidak tega melihatnya.

"Di mana tawanan hidup yang kukatakan?" Fu Ke-wei meloncat berteriak, "ka.. .kalian..."

"Aku kira tuan telah menyisakan tawanan hidup!" Xie-shen berpura-pura dengan wajah pahit, "julukanku adalah Xie-shen, bagaimana pun kau tidak minta aku meninggalkan yang hidup kan" Apa lagi Zhi Nu-xing wanita genit ini telah merebut satu lawanku, padahal tadinya aku berniat menangkap orang ini hidup-hidup."

"Kau yang pantas mati, bisa saja menimpakan kesalahan pada orang lain." Zhi Nu-xing mencuri-curi tertawa, sambil mundur jauh-jauh, "kau telah memotong paha orang itu, apa itu bisa dihitung tawanan hidup" Sebentar saja darah segarnya akan kehabisan, kau jangan pura-pura!"

"Lawanku terlalu kuat, dengan susah payah aku menggunakan jurus berbahaya baru bisa membunuh dia, mana bisa aku menahan diri?" Nie-sha-yin-hoa dengan wajah tidak merasa bersalah, membuat orang bersimpatik pada dia.

"Kalian ini sungguh bodoh sekali." Fu Ke-wei terpaksa tidak mempersoalkan, "coba pikir, menangkap seorang yang masih hidup, tidak saja bisa mendapatkan berita yang kita inginkan, membiarkan dia kembali dengan mengatakan anu anu, bukankah pekerjaan kita akan lebih mudah" Sekarang, berita yang aku ingin kan telah buyar!"

Yang dia maksudkan adalah masalah ketua benteng Naga Langit, Pedang Naga Langit Lu-zhao dan Sepasang Cantik Jiang-nan, apakah benar minta perlindungan benteng Zhang-feng.

"Tuan, mereka benar-benar tidak tahu tujuan sebenarnya tuan datang ke benteng Zhang-feng, jadi tidak bisa salahkan mereka." Ouw Yu-zhen membela Xie-shen dan kawan-kawannya.

"Tentu saja! Kami ini siapa yang seperti kau banyak akalnya, bisa menyamar jadi babi makan macan!" kata Hoa-fei-hoa melihat dia dengan mata putih, kata-katanya mengandung arti terselubung, "Jika aku punya akal, apa bisa ditipu kau masuk ke dalam hutan dan dipermainkan seenaknya olehmu?"

"Wanita cerewet!"

Fu Ke-wei menahan tawa, terpikir peristiwa dia mempermainkan Hoa Bu Hoa, dia merasa geli dan menyesal.

Dia berjalan menuju mayat yang ditinggalkan orang-orang benteng Zhang-feng. Yang dilihat pertama adalah Tian-ya-koay dan Shi-tu Yu-yao yang hanya bisa melihat, tidak bisa bergerak.

"Kok ini kalian?" dia segera melepaskan ikatan mereka, "kalian ini yang menyebut diri pendekar, selalu tidak memperhatikan nasihat baik, aku kira kalian sudah menuju ke selatan, sudah melewati Feng Ling-du! Dimana yang lainnya?"

Setelah membuka titik saluran bisunya dua orang, dan juga membenarkan mulutnya, dua orang itu sudah bisa bicara lagi.

"Saudara kecil, aku juga pernah memberi nasihat pada mereka! Tapi Sepasang Pedang Langit Selatan yang ingin menegakan kebenaran, mana bisa lepas tangan tidak mengurusnya" Mereka sedang membagi tugas mengumpulkan temanteman, aku terpaksa membawa bocah Shi-tu datang dulu kemari menyelidik." kata Tian-ya-koay tertawa pahit.

"Aku......aku sungguh tidak boleh terlalu merasa diri benar......terburu-buru datang ke benteng Zhang-feng menyelidik......" Shi-tu Yu-yao dengan lesu, wajahnya pucat.

"Sudah sudah, anak perempuan siapa yang tidak merasa dirinya paling benar" Tapi melakukan perbuatan harus bisa mengukur diri dulu! Mmm! Kelihatannya wajahmu tidak baik."

Aku terkena sebuah pukulan Telapak Tai-yin dari Dewa Dingin, bagaimana warna wajahku bisa baik" Aku merasa sepertinya semua alat di dalam tubuhku telah berubah tempat."

"Wah...! Telapak Tai-yin sangat beracun, lukamu tidak boleh ditunda terlalu lama, yang dipelajari Xie-shen adalah tenaga dalam Shao-yang (positif.), kusuruh dia cari tempat buat memeriksamu, mengobati kau harus dengan menggunakan tenaga dalam, setelah itu kau harus cepat-cepat pulang."

Fu Ke-wei memanggil Xie-shen, setelah di sisi telinganya dia memberi pesan, lalu pergi mendatangi Sepasang Cantik Jiang-nan.

Fu Ke-wei melepaskan ikatan tali mereka lalu membebaskan totokan jalan darahnya.

"Terima kasih, tuan muda telah menolong! Kami kakak beradik sangat berterima kasih." Kakak tertua Sepasang Cantik Sinar Bulan dengan lesu mengucapkan terima kasih.

"Tidak perlu sungkan, aku hanya tidak sengaja menolong kalian." Fu Ke-wei tidak kenal dua wanita cantik di hadapannya, yang menjadi buruan yang dipesan oleh organisasi pemburu bayaran dunia persilatan, "apakah jalan darah di tubuh nona, telah dikunci orang?"

"Benar, kami kakak beradik salah masuk ke sarang perampok, saluran kami telah dikunci oleh si anjing tua Xi Zhang-feng......" Ning-xiang-yan-nie salah satu dari Sepasang Cantik berkata sambil menggigit gigi.

"Xi Zhang-feng bisa punya kemampuan mengunci jalan darah?" kata Fu Ke-wei merasa aneh.

"Semua dilakukan oleh orang benteng Zhang-feng......"

"Tuan, tetua Jie ada urusan penting yang ingin dibicarakan denganmu, kau kesanalah sebentar?" Ouw Yu-zhen dari tempat dua zhang lebih melambaikan tangannya.

"Masalah apa?" Fu Ke-wei berjalan mendekat.

"Apakah tuan tahu" Siapa dua orang wanita cantik itu?" tanya Ouw Yu-zhen pelan.

"Tidak tahu." Dia menggelengkan kepala, "Mereka tidak mengatakan, aku juga tidak enak menanyakannya."

"Mereka adalah Sepasang Cantik Jiang-nan yang sedang kita cari." Kata Ouw Yu-zhen pelan, "tiga tahun yang lalu, di Shu-zhou aku pernah melihat mereka dari kejauhan, karena sudah lama, jadi tidak berani memastikannya, bagusnya telah di pastikan oleh tetua Jie memang itu adalah Sepasang Cantik. Jika tidak, mungkin akan terlewatkan!"

Di dalam hati Fu Ke-wei merasa gembira, tapi dia lalu menundukan kepala berpikir.

"Saudara kecil, kau mencari mereka ada masalah apa?" tanya Tian-ya-koay dengan aneh.

"Aku mendapat pesan dari teman mencarikan mereka berdua, masalah sebenarnya tidak jelas." Fu Ke-wei tidak ingin menceritakan sebenarnya, dia hanya berkata basa-basi.

"Teman-teman itu menunggu di dalam hutan setengah li dari sini, apakah perlu memberi tahukan mereka untuk menjemput orangnya?" tanya Ouw Yu-zhen.

"Sementara waktu jangan beritahu mereka dulu, aku ingin menggunakan mereka sebagai satu biji catur untuk menghadapi Xi Zhang-feng." Kata Fu Ke-wei dengan yakin, "ingat, sama sekali jangan sampai mereka curiga, supaya tidak menimbulkan kecurigaannya. Kau dan tetua Jie bantu dulu Xie-shen kembali ke tempat semula untuk istirahat, aku ingin pergi menyelidik dulu, mungkin agak malam baru pulang."

Fu Ke-wei kembali kesisi Sepasang Cantik Jiang-nan, dan memperhatikan mereka sekali.

"Jalan Darah kalian sudah dikunci berapa lama?" tanya dia tersenyum.

"Hampir satu bulan." Kata Wanita Cantik Sinar Bulan.

"Kalau begitu agak sedikit susah, harus menghabiskan waktu tujuh delapan hari, setiap hari menggunakan tenaga dalam melancarkannya selama satu jam, baru dapat bebas." Kata Fu Ke-wei dengan serius.

"Jika tuan muda tahu caranya, rasanya pasti ada kemampuan untuk melancarkannya, apakah tuan muda bisa menolong, kami akan membalas dengan segala yang ada." Kata Wanita Cantik Sinar Bulan dengan nada mengharap.

Apa yang bisa diserahkan wanita" Apa lagi tampang kedua wanita ini tidak karuan.

"Aku bisa mencobanya, tapi saat ini aku belum sempat, tunggu setelah satu dua hari baru bisa melakukannya." Kata Fu Ke-wei tertawa, "oh betul, belum tahu siapa nama nona berdua" Aku marga Fu, dipanggil Fu-jiu."

"Aku marga Li, Li Yu-lian." Kata Wanita Cantik Sinar Bulan tertawa genit, "dia adalah adik angkatku, dipanggil Gong Yu-qin."

"Ternyata adalah Sinar Bulan dan Ning-xiang dua dewi cantik, aku sudah lama mendengar julukan kalian, sayang tidak pernah bertemu." Kata Fu Ke-wei gembira.

"Bagaimana tuan muda bisa tahu nama kami berdua?" tanya Wanita Cantik Sinar Bulan merasa aneh dan juga timbul waspada.

"Aku dengan Yun-sang-nie nona Bai teman baik, dia pernah menyebutkan kalian."

"Oh! Begitu." Wanita Cantik Sinar Bulan jadi mengerti, "Jika tuan muda adalah teman kakak Bai, kalau begitu kita bukan orang luar. Apakah kak Bai akhir-akhir ini baik saja?"

Sepasang Cantik Jiang-nan saat ini sudah memandang dia sebagai orang sendiri.

"Dia tinggal di Qing-yun, hari-harinya sangat lancar."

"Dia memang bernasib baik, tidak seperti kami kakak beradik, terus sial." Keluh Wanita Cantik Sinar Bulan.

"Aku mendengar nona Bai pernah mengatakan, bukankah kalian berdua sudah minta perlindungannya benteng Zhang-feng" Kenapa ketua benteng Xi bisa memerintahkan orang mengunci jalan darah kalian, dan juga seperti buronan menangkap kalian kembali ke benteng?"

"Inilah hal sial yang dikatakan kakak Li." Ning-xiang-yan-nie menyela, "sebulan yang lalu, si anjing tua Xi Zhang-feng karena melihat harta lupa setia kawan, mengambil kesempatan saat kami berdua tidak siap, memerintahkan penganut Budha Zhang-cun mengunci jalan darah kami, memaksa kami mengatakan tempat persembunyian harta......"

Lalu Ning-xing-yan-nu menceritakan bagaimana dia melarikan diri dari benteng Zhang-feng.

0-0-0 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar