Bab 9
Di pinggir seratus langkah dari jembatan ada satu pohon besar, duduk diatas batang yang melintang Fu Ke-wei bisa melihat dengan jelas keadaan di atas jembatan dan seratus langkah jalan raya di selatannya.
Seorang yang berpakaian ringkas berwarna hijau muda, mengapit sebuah busur indah sepanjang enam chi, di kantong busur ada tiga buah bola tembaga, begitu melihat Fu Ke-wei tahu dia adalah seorang pakar busur bola, kepandaiannya pasti sudah sangat tinggi.
Busur peluru berbeda dengan busur panah, busur peluru harus ada ruang gerak yang lebih luas, makanya tempat persembunyiannya harus di pilih dengan hati-hati.
Orang ini segera bersembunyi dengan baik, matanya yang tajam menembus pada daun yang berada di bawah, mengamati setiap orang yang berlalu lalang diatas jembatan, dia ingin mencari orang yang ditunggunya, duduknya sangat mantap, tangan kirinya menegakan busur, tangan kanan siap di kantong peluru, dia bersiap-siap melepas-kan tembakannya.
Karena semua perhatiannya tertuju pada jembatan, dia jadi lengah terhadap keadaan di belakang tubuhnya.
"Gui Yuan-zhong!" di bawah belakang tubuhnya tiba-tiba terdengar teriakan, "balikan tubuhmu!"
Dewa Ketepel Pengejar Arwah Seratus Langkah Gui Yuan-zhong dengan sendirinya membalikan tubuh melihat ke bawah, tapi celaka! Terlihat satu bayangan orang berbaju biru di belakangnya, dan busur dirinya terhalang oleh batang pohon, tidak ada tempat leluasa untuk menembakan peluru.
Satu sinar pelangi terbang ke atas, seperti kilat langsung menghilang, dia tidak bisa melihat dengan jelas benda apa itu, tidak ada tempat untuk menghindar, juga tidak ada kesempatan untuk menghindar, hanya merasa seluruh tubuhnya bergetar, ada sebuah benda yang masuk ke dalam bawah dadanya, seperti terkena guntur, kaki tangan bergetar, tubuhnya tidak bisa dikendalikan lagi, seperti burung terkena panah, dia jatuh terjun ke tanah, busurnya telah terlepas dari tangannya, tiga butir peluru bajanya juga jatuh dari kantongnya.
Ada sebilah belati sepanjang satu chi, yang bisa dibeli dengan mengeluarkan uang perak dua liang, masuk miring dari dada bawah kiri, masuk sedalam enam cun lebih.
0-0-0 Fu Ke-wei muncul di jalan kecil jembatan yang menuju Guan-qiu, tangan kirinya menarik dua tongkat tembaga, tangan kanan memegang busur.
Puncaknya bukit Guan-qiu tidak tumbuh apa-apa, itu adalah tempat bermain anak-anak, tanahnya sering terinjak-injak sehingga tidak bisa tumbuh apa-apa, tanah yang kecoklatan sangat keras.
Tuan besar Li berserta putranya bertiga, ditambah Li Jian-jian, masih ada empat orang teman keluarga Li, dan tiga orang pendeta dao dari Wu-dang, semua berdiri menunggu di bawah teriknya matahari.
Fu Ke-wei dengan langkah besar mendaki ke bukit, sambil membuang tongkat dan busur ke bawah.
"Masih kurang beberapa saat pada tengah hari tepat." Dia menengadah melihat matahari, nadanya tenang sekali, "kalian mungkin sudah menunggu lama" Maaf maaf!"
Setelah melihat tongkat tembaga dan busur itu, kecuali tiga pendeta dao tua, wajah semua orang telah berubah warnanya.
"Siapakah dirimu sebenarnya?" Tanya tuan besar Li memberanikan diri dan keras.
"Fu Xian korban selamat di peristiwa tergulingnya kereta di kabupaten Ye." Dia dengan keras berkata, "Tuan besar Li, aku......"
"Yang aku tanyakan adalah tingkatan mu di dunia persilatan." Tuan besar Li menyela kata-kata dia, "siapa saksi yang mengatakan kau adalah korban selamat peristiwa berdarah tergulingnya kereta di kabupaten Ye" Siapa saksinya yang bisa menunjukan pelaku kejahatan terbaliknya kereta" berdasarkan apa kau mengharuskan aku mengembalikan keadilan padamu" Jawab!"
"Aku tahu kau akan melakukan ini." Dia tertawa tawar, "tuan, apakah kau tahu saat aku kembali ke penginapan, kenapa para pejabat pemerintah dan kepala polisi Lie begitu hormat padaku marga Fu" Itu karena aku telah melaporkan dengan jelas kejadiannya peristiwa tergulingnya kereta pada Bupati Xiang-yang."
"Apa" Kau......"
"Satu jam yang lalu, mungkin tentara telah berada di perumahan Han-bei, dan berhasil menggeladah kereta ringan yang digunakan putramu melakukan kejahatan di kabupaten Ye.
Surat pemerintah Nan-yang yang meminta kantor Xiang-yang menangkap pelaku kejahatan, sudah tiba satu hari sebelum aku kembali ke penginapan, malam hari aku masuk ke kantor Bupati, pada Bupati minta diundur tiga hari, hari ini adalah tepat waktunya surat perintah penangkapan itu berlaku." Dia memungut satu tongkat tembaga, "sekarang, kita selesaikan dahulu perkara kau berulang-ulang melakukan kejahatan, perkara di pengadilan kita lanjutkan di kemudian hari."
Tangan pendeta dao Qing-xi mengusap janggut, melangkah maju dengan dingin berkata:
"Perbuatan dermawan Fu ini, bukankah sedikit tidak menurut aturan dunia persilatan, tuan datang dengan amarah, bisakah dengan tenang menyelesaikan masalahnya?"
"Tolong tanya, apakah pendeta dao tahu duduk persoalannya?" Fu Ke-wei balik bertanya.
"Aku tahu beberapa keadaannya."
"Pasti dengan apa yang aku katakan ada perbedaannya."
"Aku kira, apa yang dikatakan dermawan Li mungkin hanya kata-kata sepihak, dan tuan juga mungkin tidak dapat membantahnya dengan bukti yang kuat."
"Pendeta dao jika mengira kata-kata si marga Li mungkin adalah kata-kata sepihak, maka dia tidak akan berdiri disini membicarakannya." katanya dengan tidak sungkan.
"Kata-kata dermawan sungguh tajam sekali."
"Pendeta dao kau juga tidak berdiri diatas kebenaran."
"Berani sekali!" Pendeta dao lainnya berteriak dengan nada dalam.
"Jika tidak berani maka tidak akan datang." Katanya dingin, "kalian para pendeta dao apa datang untuk menegakan keadilan" Atau datang untuk membela keluarga Li" Aku masih muda, kesabarannya terbatas, jika kalian belum mengetahui keadaan sebenarnya, paling baik jangan sok membela, katakan apa tujuan kalian, ingin jadi penengah menegakan keadilan, kalau begitu tunggulah di pengadilan, coba lihat apakah kalian pantas tidak. Jika mau membantu tidak perlu bersilat lidah, buang saja kata-kata kebenaran, siapa yang kuat itu yang benar.
Kalian para pendeta dao, sayangilah nama baik Wu-dang! Jika melibatkan diri pada masalah ini, akan berakibat nama Wu-dang akan menjadi buruk, siapa tahu malah bisa mendatangkan mala petaka tidak habisnya bagi perguruan anda, itu dosanya besar sekali."
"Kau mengancam aku?" Pendeta dao Qing-xi dari malu jadi marah.
"Tidak bisa dikatakan mengancam, yang aku katakan adalah kenyataan, jika masalahnya adalah perselisihan pribadi di dunia persilatan, aku pasti akan menghormati kedudukan dan prinsip pendeta dao, melibatkan masyarakat biasa di peristiwa berdarah, itu bukanlah masalah yang harus kalian urus, kalian di pihak luar tidak usah turut campur urusan ini, kalian ini berebut apa?" Kata-katanya keras dan tajam, sangat menekan orang.
Kedudukan pendeta dao Qing-xi sangat tinggi dan terhormat, tapi masih belum terlatih sampai tingkat suci tanpa emosi, maka darahnya jadi bergolak, pikirannya jadi tidak jernih, dengan emosi melakukan kuda-kuda, telapak kiri di dirikan di depan dada.
Fu Ke-wei yang berulang-ulang menerima serangan menggelap, sudah sejak tadi sangat waspada, melihat pendeta dao tua melakukan kuda-kuda, dia mengira pendeta dao tua akan menyerang karena marahnya, maka dia segera bergerak lebih dulu, tongkat tembaga diangkat, siap maju menyerang.
Pendeta dao Qing-xi juga mengira dia mau menyerang, dia menjadi semakin marah, tangan kiri dengan cepat diulurkan, menangkap tongkat tembaga yang baru saja diangkat.
Sekali sentuhan segera bergerak, kedua belah pihak tidak sungkan lagi, Fu Ke-wei sekali bersuara "Hm...!" dingin, tangan kanan memegang erat tongkat, tangan kiri melawan tangan kiri, dengan adil bertarung tenaga dalam.
Kedua belah pihak beradu tenaga dalam, saling dorong, tarik, pelintir, lempar, masing-masing mengeluarkan kemampuannya, kuda-kudanya semakin rendah, tongkat tembaga pelan-pelan turun.
Tongkat tembaga sebesar telur bebek, bisa menahan tekanan seberat sepuluh ribu jin, siapa yang tenaganya kurang, pasti tangan kirinya akan hancur ditolak tenaga lawannya, malah tenaga dalamnya akan hancur.
Sesaat, tiba-tiba tongkat tembaga terlihat membengkok, dua orang itu semuanya tampak serius, setiap otot di tubuhnya mengerut, menegang, nafas sepertinya berhenti.
Sesaat lagi, kaki depan pendeta dao Qing-xi goyah, tangan kanan dengan sendirinya di ulurkan menangkap tongkat.
Fu Ke-wei juga mengulurkan tangan kanan, menggenggam tongkat tembaga, mendadak sekali dia berteriak keras, memutar tubuh merendahkan lutut kiri mengangkat tangan kanan, tenaga sebesar gunung dikerahkan, dengan dahsyatnya mengangkat.
Pendeta dao Qing-xi mendadak mengeluarkan suara "Mmm!", sepasang kakinya meninggalkan tanah tubuhnya mendadak naik keatas, terangkat meninggalkan tanah di lempar keatas, di tengah jalan dia melepaskan genggaman tongkat, kaki dan tangan bergerak-gerak, mantel dao nya berkibar-kibar, dia melayang tiga zhang lebih lalu turun dengan berat, hampir saja terjatuh.
Tongkat tembaga menjadi bengkok sedikit, tenaga yang di terimanya sungguh menakutkan orang.
Dalam sekejap ini, Tuan besar Li mencabut pedang maju dua langkah, sepertinya ingin mengambil kesempatan menyerang.
Fu Ke-wei membuang tongkat tembaga yang telah bengkok, sekali bersuara "Hm!" dingin, tangan kanannya mengeluarkan sebilah belati dari dalam dadanya, di dalam mata macannya tampak sinar aneh, belati berubah jadi segaris semut putih terbang membelah udara, sepasang tangannya yang diulurkan setengah lurus setengah bengkok, bergerak dengan anehnya.
"Ssst sst sst!" Tuan besar Li mengayunkan pedang memukul belati yang terbang datang, kecepatan belati tidaklah cepat, sangat mudah dipukul oleh seorang pesilat tinggi.
Semua orang jadi terkejut"
Hal aneh telah terjadi, belati yang melayang itu sama sekali tidak takut sabetan pedang, saat terkena benturan arahnya hanya berubah sedikit, pisau itu seperti benda hidup. Tuan besar Li sangat ketakutan setengah mati melihat hal ini, setiap sekali mengayunkan pedang dia malah seperti didorong mundur dua langkah, dan dia selalu tidak bisa memukul jatuh belatinya, lebih-lebih tidak bisa menghindar dari kejaran belati itu.
"Dermawan Li cepat buang pedangnya!" teriak pendeta dao Qing-xi yang masih berdiri gemetar, "ilmu hawa mengendalikan pedang!"
Tuan besar Li seperti terhipnotis, dengan ketakutan membuang pedang, berdiri kaku gemetaran.
Belati terbang melewati telinga kiri Tuan besar Li, mendadak naik keatas, membentuk satu lengkungan sinar yang indah, naik keatas tiga zhang belok melayang ke bawah, tepat jatuh di tangan kanan Fu Ke-wei yang diulurkan keluar, sinarnya segera menghilang.
"Li Hoa-rong, tegakan dada pergilah ke polisi menyerahkan diri." Kata Fu Ke-wei sambil menyimpan belatinya, satu kata satu kata itu diucapkan, "bunuh orang ganti dengan nyawa, hutang uang bayar dengan uang, jangan buat malu teman-teman dunia persilatan, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, aku beri kau satu kesempatan lagi."
Habis bicara, dia membalikan tubuh dengan langkah besar pergi meninggalkan tempat itu.
Semua orang terbengong-bengong melihat Fu Ke-wei pergi, menghilang kedalam hutan yang ada didepan.
Wajah Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong tampak pucat, seluruh tubuhnya gemetaran.
"Ayah, ananda pergi menyerahkan diri." Yu-mien-el-lang sambil melepas pedang sambil berkata, "masalah ganti rugi pada korban mati, harap ayah yang urus."
Huo-bao-ing, Bu-fei-khe dan Ouw Yu-zhen menunggu kedatangan Fu Ke-wei, mereka sangat gembira sekali.
"Saudara kecil, apa sudah selesai?" tanya Huo-bao-ing dengan gembira.
"Mungkin sudah selesai, asalkan Yu-mien-el-lang pergi menyerahkan diri." Katanya menganggukkan kepala.
"Karena terhalang oleh dua hutan, kami tidak dapat melihat keadaan di sana." Bu-fei-khe berkata, "Di atas udara arah itu seperti ada pelangi putih menari-nari, hawa pedang berterbangan, apa yang terjadi?"
"Tidak ada apa-apa." Fu Ke-wei tertawa, "Pendeta dao tua dari Wu-dang sedang bersembahyang mengusir setan, begitulah kejadiannya. Ayo jalan! Mari kembali kekota, aku traktir tetua minum."
Empat orang itu berjalan berdampingan, sambil berkata-kata mereka berjalan kembali ke kota Fan.
0-0-0 Kampung Lu-an di Shan-xi, bersebelahan dengan Tai-yuan dan termasuk He-shuo, adalah bahunya dunia, kota terbesar nomor satu ini di lereng barat gunung Tai-hang, taman senangnya .para penjelajah, ranjang hangat para pelaku kejahatan.
Kampung di sekitar sini, hampir semua perumahan dan benteng membangun tembok benteng pertahanan, memiliki pertahanan pesilat yang sangat kuat.
Dari jalan raya di depan istana, Fei Long pergi ke selatan, tidak jauh ada persimpangan jalan yang ramai dengan orang yang berlalu lalang, dari pagi hingga malam, kereta kuda keluar masuk tidak berhentinya. Belok ke sebelah timur, ada jalan di depan kantor pemerintah, ke sebelah barat, keluar ke Xi-guan. Di sudut belokan barat, ada satu rumah makan Tai-an yang sudah ternama ratusan tahun.
Rumah makan Tai-an terkenal karena masakan dan anggurnya yang enak, sehingga termasuk salah satu empat rumah makan besar di kota ini, tamu makan yang keluar masuk disini, sedikit banyak berkedudukan khusus.
Keadaan hidup disini, tentu saja berbeda jauh sekali dibandingkan dengan di Jiang-nan, tapi harga barangnya murah, perbedaan antara si miskin dan si kaya tidak terlalu jauh, sehingga, orang yang punya kedudukan khusus, tidaklah terlalu elegan.
Sore hari itu, Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen naik ke loteng duduk di tempat vip.
Dia memakai baju panjang berwarna hijau langit, menjadikan dia seorang pemuda yang tampan, seperti putra bangsawan, Ouw Yu-zhen memakai baju berwarna putih bulan, berwajah halus pipi kemerahan, sepasang matanya yang genit, sungguh menarik dan bisa mengait arwah orang.
"Tersedia beberapa macam masakan sebagai teman minum arak, lima stel mangkok dan sumpit, sepuluh teko arak Fen." Ouw Yu-zhen memesan pada pelayan yang sambil tersenyum menyodorkan teh memegang kain lap, "pelayan sebentar lagi temanku akan datang, arak dan masakannya harus yang paling bagus."
"Aku mengerti." Pelayan dengan sopan berkata, "arak dan masakannya siap, setelah teman tuan datang baru......"
"Tidak, setelah siap segera saja keluarkan, tidak perlu menunggu."
"Baik, mungkin tuan belum janji waktu sebelumnya."
"Belum, tapi mereka akan datang." Fu Ke-wei sambil tersenyum menyela, "karena kemarin malam aku telah mengirim pesan pada mereka, dan pagi-pagi sekali sudah ada orang datang ke penginapan mengawasi gerak-gerikku. Lihat, dua orang yang baru saja naik ke loteng, merekalah orang yang mengawasiku, mereka bekerja sangat bertanggungjawab."
Pelayan telah melihat dengan jelas dua laki-laki besar yang baru saja naik, wajahnya jadi berubah, dengan buru-buru dia turun ke bawah loteng menyambut.
Pelayan lainnya dengan wajah tersenyum, mempersilahkan dua laki-laki besar duduk di meja dekat jendela, dengan sopan berkata:
"Tuan kedua Ban (Ban-el-ye). Tuan kelima Wan (Wan-wu-ye), mau minum a......"
"Pergi sana." Ban El Ye yang berkepala macan, mata bulat wajah galak mengibaskan tangan mengusir orang, sorot matanya tertuju ke arah Fu Ke-wei, "teman itu sepertinya sedang siap mentraktir orang, apa dia telah mengundang orang."
"Betul!" sahut Fu Ke-wei yang tidak jauh sambil tersenyum, "memang akan mentraktir orang, mungkin tamunya segera datang, apa anda berdua punya ide?"
Dua orang laki-laki besar itu tidak sembunyi-sembunyi lagi, Ban-el-ye pertama-tama yang mendekati meja makan Fu Ke-wei, menarik satu kursi duduk di sebelah kiri Fu Ke-wei. Wan-wu-ye juga duduk melintang, memisahkan Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen, mengapit dia di tengah-tengah.
"Sahabat, siapa marga dan apa namamu?" tanya Ban-el-ye tertawa culas, "kemarin malam, surat yang ditinggalkan di atas kusen pintu, hanya ditulis nama dan tidak ditanda tangani, siapa yang tahu kau adalah Budha besar dari kuil mana" Kelihatannya tubuhmu, untuk menyembelih ayam juga tidak ada tenaga, mana dapat menyusup empat lapis penjagaan tanpa di ketahui, sungguh tidak mudah. Aku percaya pasti sahabatmu yang melakukan aksi yang mengejutkan ini."
"Malah sebaliknya, temanku tiga hari lalu telah pergi, sebelum kejadian dia telah minta tolong temannya untuk menyelidiki terlebih dahulu, setelah siap maka dipersilahkan teman ini pergi, ini adalah prinsip aku melakukan sesuatu pekerjaan, aku sudah tinggal tujuh hari di daerahmu." Fu Ke-wei menggulung lengan baju, gerakan ini jadi tidak cocok dengan penampilan dia sebagai putra bangsawan, "kemarin malam yang mengirim surat itu adalah aku sendiri, jika saudara tidak percaya, aku tidak akan banyak bicara lagi. Mengenai nama! Tunggu saja sampai Huang-jit-ye (Tuan Ketujuh), Huang Yung-sheng datang, bagaimana?"
"Sobat, aku sungguh tidak percaya orang yang mengirim surat kemarin malam adalah dirimu." Ban-el-ye tiba-tiba mengulurkan tangan kanan, ingin mengunci pergelangan tangan kiri Fu Ke-wei yang ditaruh diatas meja, untuk ditekannya di atas meja.
Tiba-tiba meja makan itu mengeluarkan suara aneh, sepertinya lantai lotengjuga bergetar.
"Kau ini sungguh nekad, jika tidak sampai di sungai Huang tidak putus harapan." Fu Ke-wei membiarkan lawan mengerahkan tenaga, tingkahnya tetap santai, "he he he! Aku berani datang mengacau, tentu saja punya sedikit kemampuan."
Wan-wu-ye melihat ada gelagat yang tidak menguntungkan, mengambil kesempatan itu dia bergerak menyerang, sebelah telapaknya melayang miring, dipukulkan ke arah sepasang mata Fu Ke-wei.
Ouw Yu-zhen menjulurkan tangan kirinya, dengan tepat sekali menangkap telapaknya Wan-wu-ye, lima jarinya mencengkeram, lalu membanting kesamping.
"Aduh......" Wan-wu-ye berteriak sambil melayang keluar, merobohkan kursi dan meja, merobohkan satu meja disebelah kiri.
Ruangan makan jadi kacau, sepuluh lebih tamu makan berlarian menghindar, para pelayan berteriak ketakutan, suasana menjadi ribut sekali.
Fu Ke-wei duduk dengan tenang seperti semula, pergelangan tangan kirinya masih dikunci dan ditekan ke atas meja oleh Ban-el-ye.
Tapi anehnya malah seluruh tubuh Ban-el-ye tampak gemetaran, keningnya mengucurkan keringat sebesar kacang, mulutnya tidak bisa bersuara, tampangnya kesakitan sekali.
Lalu Fu Ke-wei membalikan tangan kirinya dengan perlahan, akibatnya tubuh Ban-el-ye seperti terbang, terbangnya lebih jauh dari pada Wan-wu-ye, terbang sampai di mulut tangga, dan buug... jatuh ketanah.
Fu berdua tetap duduk dengan tenang, sepertinya barusan tidak terjadi peristiwa apa-apa.
Ban dan Wan berdua berusaha bangkit setelah setengah harian baru mereka dapat berdiri, seorang memeluk lengan kanannya, seorang lagi menekan tangan kanan, kakinya juga belum leluasa melangkah, tampak jelas, tubuh bagian bawah kedua orang sudah mati rasa, tidak bisa dikendalikan lagi, wajahnya pucat seperti wajah mayat, sambil merintih! Mereka berusaha turun dari loteng, melarikan diri.
"Kalian berdua baik-baiklah dijalan." Fu Ke-wei dengan keras berteriak.
Dua orang ini mana bisa baik-baik dijalan"
Pelayan itu sudah tahu kerepotan akan datang, para tamu makan juga telah pergi menyelamatkan diri.
Masakan dan arak telah di antar, seluruh ruang makan loteng hanya tinggal Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen yang menjadi tamu makan, pelayannya juga hanya ada dua orang.
Beberapa saat kemudian, tangga loteng berbunyi keras, datanglah tujuh laki-laki besar yang tinggi dan yang pendek.
Orang yang memimpinnya, adalah orang keluarga Huang di perbatasan utara sungai Shi-zi Huang-jit-ye, Huang Yung-sheng, berusia lima puluh tahun lebih, tubuhnya besar seperti beruang, dipinggangnya ada satu Kail Kepala Macan.
Fu Ke-wei berdiri sambil tersenyum, mengangguk, menyapa.
"He he! Inikah Huang-jit-ye?" lagak Fu Ke-wei santai tapi ada sedikit angkuh, "aku tadi mengira Huang-jit-ye hanya membawa dua saudara saja, tidak di duga datang sampai tujuh orang. Pelayan, cepat satukan meja dan tambahkan sumpit dan mangkuknya."
Setelah meja disatukan, Ouw Yu-zhen bangkit berdiri di samping kiri Fu Ke-wei.
Lima orang itu duduk, dua orang lagi berdiri dibelakangnya Fu Ke-wei, berdiri di sebelah kiri dan kanan.
Wajah Huang-jit-ye penuh amarah, dia duduk di seberangnya, sepasang matanya yang aneh seperti api membara, menatap tajam pada Fu Ke-wei yang duduk dengan tenangnya sambil tersenyum.
"Aku Huang Yung-sheng." Suara Huang Yung-sheng seperti guntur, "kemarin malam betulkah anda yang datang ke rumahku meninggalkan surat memanggil aku?"
"Betul." "Anda mengundang aku kesini ingin membicarakan apa" Aku tidak kenal kau..."
"Kau tidak kenal aku, tapi aku kenal kau. Kau adalah Dewa Kail Cakar Elang Huang Yung-sheng, Huang-jit-ye."
"Jangan banyak omong kosong! Kau ingin bicarakan apa" Jika mungkin, aku akan mengabulkannya."
"Aku mengundang kau datang, ibarat pesta tidak ada pesta yang baik, pertemuan tidak ada pertemuan yang baik."
"Puuh! Aku berjuang di dunia persilatan sudah dua puluh tahun lebih, gelombang sebesar apa yang belum pernah aku alami" Walau pestamu ini adalah pesta penguasa, aku juga akan datang, bukankah sekarang sudah datang?"
"Terima kasih atas kemurahan hatimu, aku merasa sangat terhormat."
"Aku menunggu kau mengatakannya."
"Baik, aku lebih baik menurut dari pada menghormat. Anda belajar silat di perguruan Biksu Kepala Besi di Liu An-zhou, marga Biksu Kepala Besi adalah Bai, dia punya seorang keponakan bernama Bai Ru-lian, juga adalah adik seperguruanmu. Beberapa tahun lalu Biksu Kepala Besi mendadak mati di kuil Bai-yun di kota Jia-yu, tahun lalu adik seperguruanmu bersama dengan Sepasang Hebat Jiang-nan malam-malam merampok sembilan keluarga kaya di Jiang-ning dan berhasil merampok puluhan ribu liang perak, kemudian menghilang, di dunia persilatan tidak menampakan lagi jejaknya Tiga Wanita Iblis. Adik seperguruanmu berjuluk Yun-sang-nie (Wanita Baju Awan), menurut kabar dia pintar menyamar, dia dengan kau......"
"Tutup mulut! Aku tidak mau dengar omong kosongmu." Huang-jit-ye menepuk meja berteriak marah.
"Kenapa kau begini terburu-buru" Aku tidak akan membicarakan masalah kotor kalian, asal kau beritahu aku di mana dia berada, kita baik-baik saja......"
"Kau ini makhluk apa?" Huang-jit-ye berteriak marah, dan bangkit berdiri.
Tujuh orang sebelumnya seperti sudah direncanakan, berdiri mengepung.
"Anda tidak ingin membicarakannya dengan baik-baik, kalau begitu tidak ada yang bisa dibicarakan lagi." Fu Ke-wei juga bangkit berdiri, wajahnya ditekan, "di tempat umum tidak baik membuat keonaran, besok tepat tengah hari, aku tunggu kau di depan kuil Tai-hang, di lereng selatan gunung Bo-gu, jika lewat waktu tidak akan ditunggu."
Habis bicara, dia dengan langkah pelan jalan ke tangga, Ouw Yu-zhen mengikuti di belakang sebelah kiri.
Di depan ada seorang laki-laki besar setengah baya menghadang jalannya, sepasang tangannya pelan-pelan diangkat.
"Lebih baik tenagamu digunakan besok." Wajah Fu Ke-wei sangat dingin sekali, "jika perlu, aku tidak akan takut menggemparkan khalayak ramai, di keramaian membunuh orang, minggir!"
Bentakan suara minggir tidaklah keras, tapi ada kekuatannya menakutkan orang, pria besar itu mendadak gemetar dingin, dengan terkejut dia memberi jalan.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen dengan kepala terangkat melewatinya.
Seorang laki-laki setengah baya berwajah kuning yang berada di belakang Huang-jit-ye, diam-diam mengayunkan tangan kanannya ke-depan, seberkas sinar hijau terbang melayang menuju punggungnya Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei sepertinya tidak merasakan, dia tetap melangkah dengan tenang. Ouw Yu-zhen yang berjalan di sebelah kiri belakang dia, melangkah setengah langkah ke kanan, lengan bajunya dengan enteng dikibaskan, sinar hijau itu mendadak menghilang.
Kedua orang itu tidak memalingkan kepalanya, juga tidak berhenti, dengan santai turun kebawah.
Laki-laki setengah baya yang berwajah kuning tertegun, akhirnya menghirup hawa dingin berkata:
"Mungkinkah" Seranganku bisa gagal?"
"Adik ketiga, bukan saja kau gagal, Jara Pelebur Darah mu juga diambil wanita itu." Kata Huang-jit-ye, wajahnya sangat tidak tenang, "jika kita tidak bisa segera mengetahui asal usulnya juga tidak tahu ada berapa banyak pembantu dia, mungkin kita akan kalah. Ayo jalan! Mari kita pergi ke taman Tai-hang merundingkannya, bila perlu......"
Tanggal tiga di awal musim panas, di pekarangan timur penginapan tua Shang-dang yang terletak di sebelah timur rumah putra raja Shen.
Karena dekat dengan rumah putra raja, keamanannya sangat terjaga, penduduk disekitar-nya juga jadi aman, tidak ada orang yang berani membuat onar disekitar ini. Sehingga, penginapan tua Shang-dang menjadi salah satu penginapan mewah di daerah ini.
Pekarangan timur di penginapan itu luas sekali, selain dihiasi oleh beberapa pot bunga, di tanam juga dua pohon tua Mei, ada beberapa kursi meja dari batu untuk istirahat tamu, di depan dan di belakang dua jalan dinyalakan dua buah lentera.
Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen adalah satu satunya tamu penginapan yang belum tidur.
Kedua orang itu sambil mendinginkan tubuh sambil mengobrol.
Di atas meja batu ada satu teko teh dengan dua buah cangkir teh, di sisinya ditaruh satu kipas tilap yang terbuka, diatas kipas ada gambar tiruan Tang He-hu. Tentu saja bukan gambar asli Tang Be-hu, Tang Be-hu sudah mati dua ratus tahun lebih.
Kipas seperti ini dibuat di daerah Su-hang, di Jiang-nan, adalah kipas bambu yang sangat biasa, dengan uang sepuluh sen lebih bisa membeli satu kipas, di Shan-xi tentu saja tidak seharga itu.
Angin kecil bertiup, dua bayangan hitam terbang dari atas tembok benteng, mendadak muncul disisi meja mereka.
Dua orang ini tetap duduk tenang seperti semula, terhadap dua bayangan orang yang terbang datang dengan ganasnya, sedikit pun tidak memperdulikan, sedikit pun tidak ada gerakan untuk mempertahankan diri. Dua bayangan hitam itu memakai baju malam, di punggungnya ada pedang panjang, dua pasang matanya bersinar aneh, tidak seperti mata manusia malah seperti mata hewan yang dapat melihat di kegelapan, sangat menakutkan orang.
"Duduklah!" Fu Ke-wei menunjuk pada dua kursi lainnya, "kalian datang kesini kan bukan untuk berdiri saja.
"Siapa nama dan marga anda?" kata Fu Ke-wei dengan nada dalam.
"Aku Hou-yen, dia adalah temanku, marga Tang, namanya Nan."
"Ooo! Ternyata adalah kepala ruang Zhong-yi dari perkampungan Tian-wang, Kera Tangan Besi, saudara Hou dan Tie-fo (Budha besi) komandan Tang, maaf-maaf. Aku marga Fu, namaku di urutan ketiga, karena namaku diambil dari urutan angka, anda berdua panggil saja aku Fu-shan, he he he! Silahkan duduk."
"Kalau nona ini siapa..." Katanya jurus Tangan Gadis Memetik Bintang dia sangat hebat, pastinya dia adalah Gadis Giok nona Ling yang ternama di dunia persilatan itu!"
"Kau salah lihat, tuan!" Ouw Yu-zhen tertawa, "Aku hanyalah seorang pelayan wanita, budak yang mengikuti marga tuannya, kau panggil saja aku Fu-zhen!"
"Aku datang kemari tidak untuk berkelakar." Wajah Hou-yen tampak tidak senang, "anggap saja kalian ini marga Fu. Fu-shan, kau sengaja .datang ke Lu-an ini, apa ingin pamer?"
"Iii...! Kata-katamu ini aneh." Wajah Ouw Yu-zhen yang elok tampak menonjol, "kalau kami datang ke Lu-an untuk pamer, apa hubungannya dengan perkampungan Tian-wang anda" Apakah Lu-an adalah daerah rampokan kalian" Apakah aku lewat Lu-an akan merampok" Disini apa yang pantas untuk dipamerkan?"
"Kau......" Hou-yen tidak bisa menjawab.
"Aku berani bertaruh jika perkampungan anda pasti ada hubungannya dengan Huang Yung-sheng, jika tidak, maka aku akan membawa kalian kerumah putra raja, menjelaskan pada pengawal, aku jamin bisa mendapatkan hadiah uang dua atau tiga ratus liang perak, kau percaya tidak?"
Hou-yen tidak bisa bicara, kemarahannya tambah memuncak.
"Rumah putra raja dekat sekali, jika anda merasa tidak repot......"
Hou-yen tidak bisa menahan amarahnya lagi, dengan menggigit gigi dia mengulurkan tangan mencengkram.
Tapi dia malah celaka sendiri! Tangan yang sekeras besi itu sebaliknya ditangkap Fu Ke-wei dan ditekan ke atas meja batu, di lanjutkan dengan suara tamparan keras pada kepalanya, kecepatan pukulannya seperti kilat, Hou-yen bukan saja tidak bisa meronta, mengeluarkan suara jeritan juga tidak keburu.
Tie-fo (Budha Besi) Tang-nan sangat terkejut, segera dia mencoba mencabut pedangnya.
Pedang dia biasa selipkan dipunggungnya, memang tidak begitu mudah mencabutnya, keuntungannya adalah tidak mengganggu gerakan, tapi kerugiannya buat lengan yang kurang panjang, tidak gampang mencabutnya, tidak semudah dan tidak selincah jika diselipkan di pinggang. Sehingga baru saja tangannya mengenai gagang pedang "Paak!"
Tiba-tiba sebuah teko teh pecah di atas bahu kanan Tang-nan, air teh panas segera membasahi wajahnya, sungguh sangat sakit sekali, lengan kanannya terasa mati rasa, kehilangan tenaga untuk mencabut pedang.
Fu Ke-wei melepaskan Hou-yen, dia meloncat melewati meja batu, tangan dan kakinya menyerang, pukulannya seperti angin ribut, sepasang kakinya menendang dada dan perut lawan, telapak dan tinju mendarat di dasar leher, sepasang bahu dan telinga jadi naik turun, suara daging terkena pukulan tidak terhitung banyaknya.
Begitu sepasang kaki Fu Ke-wei menyentuh tanah, Tang-nan sudah roboh.
"Aku tidak percaya kau benar Budha yang terbuat dari besi." Fu Ke-wei menepuk-nepuk tangannya, "Hawa murnimu masih belum mencapai tingkat keenam, mana bisa disebut Tie-fo" Berdirilah, aku ingin memberi beberapa pukulan lagi untuk melemaskan otot dan tulangmu, coba lihat apa tenaga dalammu sudah berhasil dilatih belum."
Tang-nan merintih dan meronta, ingin berdiri tapi tenaganya tidak bisa dikerahkan, beberapa kali dia mencoba mengangkat tubuhnya ke atas, tapi kembali jatuh, langit seperti berputar tanah terasa gelap, dia meronta sulit berdiri.
Hou-yen yang ilmu silatnya lebih tinggi, sudah lebih dulu terkapar pingsan diatas meja batu.
Akhirnya Tang-nan dengan susah payah bisa berdiri, meski masih bergoyang-goyang.
"Kau...kau bagus...bagus pukulannya......"
Tang-nan berkata dengan kacau, lidahnya seperti membesar satu kali lipat, suaranya tidak jelas.
"Aku sedang berpikir, apakah akan mengantarkan kalian ke rumah raja Shen." Fu Ke-wei menepuk kipas lipat di tangan berkata pada diri sendiri, "terhadap kalian kepala perampok, para pengawal pasti akan senang sekali, dijamin pasti akan mendapatkan hadiah dua tiga ratus liang perak, uang ini paling sedikit bisa dipakai hidup senang selama duatahun tanpa bekerja..."
Tang-nan mengeluarkan teriakan seperti binatang marah, dengan jurus Naga Awan Menampakan Cakar dia menyerang.
"Paak paak paak......"
Kipas tilap malah menerjang seperti kilat, Tang-nan terkena lagi enam kali pukulan. Buum... terdengar satu suara keras, untuk kedua kalinya dia roboh lagi, Fu Ke-wei dengan santai menyelipkan kipas lipat ke pinggangnya.
"Aku ingin mencabut satu persatu dua ratus lebih tulang di seluruh tubuhmu, karena kau tidak tahu diri." Fu Ke-wei dengan nada dalam berkata, "berdiri, kali aku akan menghancurkan tulangmu."
"Tuan awas......" Ouw Yu-zhen yang di samping mengawasi, berteriak cepat.
Sebuah bayangan hitam seperti kilat datang mendekat, dalam sekejap sudah mendekat kurang dari satu zhang, seperti bayangan setan saja, kehebatan ilmu meringankan tubuhnya sangat menakutkan, angin yang membawa bau harum menerpa hidung.
Kedua belah pihak tanpa pikir saling menyerang, mendekatnya sangat cepat. "Buug paak paak......"
Suara beradu pukulan terdengar, kedua belah pihak masing-masing menyerang, setelah lewat lima-enam jurus, hanya terlihat berseliweran kepalan dan telapak, suara suitan angin kencang terdengar bertubi-tubi, tubuh dengan cepat berputar, berpindah tempat, membuat pertarungan berjalan seimbang.
Terdengar satu teriakan dingin, Fu Ke-wei sudah tidak sabar, dia menambah tenaganya, sebelah telapaknya mengenai bawah iga lawannya, bayangan kedua orang itu pun segera berpisah.
Bayangan hitam melayang satu zhang lebih, sepasang kaki menyentuh tanah lalu mundur lagi tiga langkah baru bisa berdiri tetap.
"Iii! Hebat sekali jurus telapakmu." Kata lawannya, nadanya terasa tidak mantap, tapi sangat merdu, "kau ini......"
Ternyata yang berkata adalah seorang gadis muda berbaju ringkas, tangan kanannya tadi menekan iga kanannya, dengan pelan mengurutnya, pukulan tadi mungkin tidak ringan.
"Ih...! Kau bukan Yun-sang-nie (Wanita Baju Awan), kau terlalu muda." Fu Ke-wei juga merasa terkejut, "kaulah orang pertama yang bisa memukulku satu kali, dalam delapan belas jurus Telapak Hujan Memukul Teratai, yang bisa selamat mengundurkan diri."
"Kau juga bukan penjahat yang melarikan diri itu." Kata gadis itu dengan menatap tidak mengerti.
"Penjahat apa" Aku adalah tamu yang menginap disini."
"Tapi, penjahat itu benar melarikan diri kesini lalu menghilang, aku telah melihat dengan jelas wajahnya. Tapi, kenapa kau menyerang begitu cepat?"
"Ooo! Nona, bukankah kau yang lebih dulu menyerang" Aku sudah berkelana di dunia persilatan bertahun-tahun, baru pertama kali bertemu dengan nona yang punya ilmu meringankan tubuh yang begitu hebat. Kelihatannya, kita telah salah paham, maaf!"
Si nona yang dipuji, wajahnya menjadi merah, dia menunjuk pada Tang-nan yang sedang susah berdiri, "Dua orang ini kenapa" Apa kalian sedang bertarung?"
"Mereka dua orang perampok dari gunung Tai Thang-shan, aku sedang menghukum mereka."
Tang-nan berdiri sambil bergoyang-goyang, ingin maju menyerang lagi.
"Saudara ini namanya Tang-nan, julukannya Tie-fo. ilmu baju besinya dinamakan Tie-fo (Budha Besi), dia mengira telah berhasil melatih Budha Besi pelindung badan, makanya aku akan menghancurkan ilmunya, jika beberapa kali lagi dipukul tentu ilmunya akan pecah." Fu ke-wei sambil bicara, sambil mendesak kearah Tany, nun
"Antar saja mereka ke kantor polisi." Kata si nona, "berani sekali mereka membuat onar di perumahan pemerintah, jangan dibiarkan."
Tang-nan gemetar tidak kedinginan, tidak sadar dia melangkah mundur.
"Aku tidak......tidak mau urus lagi masalah kau dengan Huang-jit-ye." Tang-nan akhirnya mengaku kalah, "aku belajar silat kurang rajin, aku tidak menyalahkanmu."
"Bagus sekali. Tolong bawa pergi juga Hou yen, beritahu dia, di kemudian hari jangan mendekati aku, supaya tidak merepotkanku mematahkan lengan besinya."
Tang-nan tidak berani banyak bicara lagi, dia menggendong Hou-yen, lari terbirit-birit.
"Saudara sangat berbesar hati." Si gadis tersenyum pada Fu Ke-wei, di pipi kirinya tampak satu legok tawa yang dalam, "aku dengar para perampok gunung Tai-hang galak-galak, Tang-nan berani mengaku kalah, jarang bisa terjadi ini!"
"Dia cukup pintar." Katanya, "bila benar-benar dia diantarkan kekantor polisi dia akan dihukum penggal, bagaimana pun itu bukanlah hal yang menggembirakan. Nona masalah kau mengejar orang bagaimana kejadiannya?"
"Biarlah, hanya seorang perampok. Aku lewat di Ze-zhou ketika bertemu dengan seorang perampok sedang merampok kereta, dan membunuh dua orang, dia sudah dua hari dikejar olehku. Malam ini aku pastikan dia akan lari masuk kekota dan bersembunyi, aku menunggu di atas benteng gerbang selatan, benar saja dapat melihat dia, sayang jaraknya ada sejauh seratus langkah lebih, sehingga dia bisa lari sampai kemari dan lolos."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu, mana dia berani memberi tahu namanya!"
"Ilmu meringankan tubuh nona sangat hebat, dia masih bisa meloloskan diri, orang ini pasti bukan orang yang tidak punya nama. Nona menginap dimana?"
"Penginapan Zhang-zhi di gerbang selatan."
"Siapa nama nona" Aku marga Fu."
"Margaku Peng. Saudara Fu dengan temanmu apa bukan orang sini?" Si gadis sambil bicara sambil melirik pada Ouw Yu-zhen.
"Bukan, aku dengan temanku pengelana, orang yang menganggap dunia adalah rumah. Ooo! Nona tadi terbang meloncat tembok pekarangan dan kaki tidak menyentuh tembok, setelah sebelah kaki menyentuh tanah segera meloncat ke atas, tubuhnya mengecil mengurangi tekanan angin, satu loncatan bisa sejauh tiga zhang lebih, gerakan ini aku sangat hafal......"
Kata Ouw Yu-zhen: "Tuan, itulah gerakan Meteor Meluncur di Langit, nona ini mungkin ada hubungan dengan keluarga Jie di Zhong-zhou, Tian-wai-liu-xing (Meteor Luar Angkasa) pendekar besar Jie."
"Tian-wai-liu-xing adalah suami bibiku, kakak ini sungguh tajam matanya, tolong tanya..."
"Aku juga marga Fu, pelayannya." Kata Ouw Yu-zhen tertawa.
"Betul, ilmu meringankan tubuh nona begitu hebat, ternyata ada hubungannya dengan pendekar besar Jie......" kata Fu Ke-wei tertawa.
"Saudara Fu kenal dengan suami bibiku?"
"Aku sudah lama mengaguminya, sayang belum pernah bertemu." Kata Fu Ke-wei, "jujur saja, antara aku dengan suami bibimu ada perbedaan pendapat, tapi aku menghormati dia."
"Beda pendapat, kenapa?"
"Pendekar besar Jie orangnya polos, kecuali terpaksa, tidak mau terlibat dalam masalah, setelah usianya setengah baya, dia jarang keluar rumah, dan menempuh hidup tenang. Di daerahnya menjadi seorang yang baik, hanya mendamaikan masalah yang kecil-kecil saja." Wajah Fu Ke-wei tampak sedikit tenang, "dan aku yang muda, bersifat bebas tidak terkendali, tidak memperdulikan masalah kecil, arak, wanita, harta, tidak merusak kehormatan, berkelana di dunia persilatan demi masyarakat, mencegah orang melanggar aturan dunia persilatan, selama banyak tahun lebih banyak merusak dari pada mengharumkan nama, sampai aku sendiri juga tidak tahu apa. yang telah kulakukan, entah benar menurut hukum alam, hukum negara, hubungan manusia. Makanya... menurut pendapat, pendekar besar Jie tidak akan suka pada orang sepertiku."
"Aduh! Kalau begitu aku sudah tahu siapa kau ini." Nona Peng teriak gembira, "kau adalah orang yang di dunia persilatan paling misterius..."
"Aku apa pun bukan, aku adalah Fu Shan, hanyalah seorang pengangguran pengelana Dunia persilatan." Fu Ke-wei memotong pembicaraan dia, "Nona Peng, kau datang dari Zhong-zhou" Apa datang seorang diri?"
"Ini......" "Mmm! Diam-diam keluar rumah, berkelana di dunia persilatan, betulkan" Ha ha! Hati-hati suami bibimu memukul patah kakimu."
"Sembarangan ngomong!" kata nona Peng genit, dia melihat sekali dengan mata putihnya, tingkahnya sangat menarik hati, "aku sedang mengejar kakak Pei, dia dengan pendeta wanita Fou Yun berkunjung ke gunung Wu Tai."
"Ooo! Walet Gelombang Awan Pei Pei-yin" Kau membanggakan dia betul tidak" Dia turun gunung sudah lima tahun, namanya termasuk dalam tujuh wanita hebat di dunia persilatan, hatimu tentu tergerak. Terus terang saja, jika kau juga turun gunung, pasti tidak akan kalah olehnya, masalahnya kau harus bisa menghadapi bahaya yang tidak kecil, perbandingan sukses tidaknya adalah satu banding seratus, apakah kau ingin tanya pendapatku?"
"Menurutmu?" "Cepat pulang." katanya dengan pasti.
"Kau......" "Dunia persilatan adalah tempat setan, sulit untuk sukses, apalagi kalau kalah, sangat menyedihkan, buat apa" Ini adalah nasihatku. Malam sudah larut, nona sudah harus kembali ke penginapan beristirahat. Pendeta wanita Fou-yun dan Walet Gelombang Awan sudah lewat empat hari lalu, mungkin sudah bersembahyang di gunung Wu-tai! Sudah tidak dapat terkejar, selamat malam, nona."
'Hmm..! Orang ini memang aneh.' Kata nona Peng seperti berbicara sendiri, dia melihat Fu Ke-wei dan Ouw Yu-zhen berjalan menuju ke kamar.
Kuil gunung Tai-hang hanyalah sebuah kuil kecil yang tidak ada orang mengurus tempatnya, kampung terdekatnya ada sejauh lima li, satu bangunan kecil, ruangannya tidak dapat menampung Sepuluh orang, tapi di depan kuil tumbuh lima pohon besar cemara putih, seperti lima raksasa berdiri di puncak bukit, dalam jarak lima enam li sudah bisa terlihat.
Mengenai cerita setan, di sini banyak dan seram sekali, walau di siang hari, tetap bisa membuat orang ngeri dan tubuh terasa tidak enak, malam hari lebih-lebih bisa memukul mati orang, tidak ada orang yang berani mendekat, malah binatang liarnya banyak sekali.
Masuk tengah hari, Fu Ke-wei seorang diri muncul di depan kuil, dia berbaju ringkas biru, dengan pedang diselipkan di pinggang.
Dia seperti telah berganti orang, penampilan dulu yang tampan, santai, seperti pohon anggrek sudah menghilang tidak berbekas, berganti dengan penampilan yang pemberani, anggun, lapang dada, mata bersinar, sorot mata dingin, seluruh tubuhnya mengeluarkan hawa berbahaya, seperti seekor harimau yang mencium bau mangsanya.
Sorot matanya yang tajam, dengan waspada meneliti setiap tempat yang dapat menyembunyikan orang, rimba, kumpulan rumput, lereng bukit, tanah liar......setiap sudut tempat diawasi dengan teliti, meneliti gejala-gejala yang mencurigakan.
Dia mengawasi dengan pelan, rumput yang bergoyang di tiup angin juga tidak akan lolos dari pengawasannya, dengan waspada dan pengalaman nya, dia tidak perlu mendatangi setiap sudut, dia sudah tahu tempat mana yang harus diawasi, tempat mana mungkin bisa mendapat serangan menggelap atau pengeroyokkan, tempat mana saja bisa maju atau mundur dengan mudah, tempat mana adalah sudut mati.
Paling akhir, di dalam radius tiga ratus langkah, dengan santai dia berjalan satu keliling, di atas tanah keadaan aneh sekecil apa pun tidak akan lolos dari pengamatannya.
Dia kembali ke depan kuil, dia meloncat ke atas atap kuil dan duduk, mencabut pedangnya lalu beberapa saat memeriksanya, mengangkat kepala melihat keadaan cuaca.
Matahari terik tepat di atas kepala, langit tidak berawan sejauh puluhan ribu li, bukit mengelilingi, rumputnya tinggi rimbanya lebat, kecuali burung yang terbang dan kadang kelinci, anjing liar yang menyusup keluar, tidak ada seorang pun di sana.
"Taar!" sebuah suara diikuti suara siulan panjang yang keras, membuat burung yang sedang istirahat terkejut terbang, kelinci terkejut berlarian.
Tik tak tik tak... suara derap kuda semakin mendekat, sekelompok kuda telah tiba.
Kelompok pertama empat kuda tiba di bawah bukit, semuanya kuda Ce-jin yang besar dan tinggi, penunggang kuda dari jarak seratus langkah lebih menghentikan kudanya dan turun dari kudanya, mengangkat kepala melihat ke atas, tapi tidak berjalan mendekat.
Tidak lama, kelompok kedua dengan enam ekor kuda menyusul, meninggalkan satu orang untuk menjaga kuda, sebelas orang pria wanita di pimpin oleh Huang-jit-ye, Huang Yung-sheng berjalan menuju kuil.
Fu Ke-wei mengembalikan pedangnya ke dalam sarung, lalu meloncat turun kebawah.
Kedua belah pihak berhadapan di lapangan rumput depan kuil. Satu banding sebelas.
0-0-0