Pengelana Rimba Persilatan Bab 06

Bab 6

"Bangsat gunung Tai, ha ha ha! Kau berdandan seperti orang kampung, meninggalkan gunung Tai seribu li lebih, mengira tidak ada orang yang bisa mengenalimu?" kata Sastrawan itu dengan keras, "kau ikut di belakang Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing jadi pengawalnya, semua orang persilatan sudah tahu, asal bisa mendapatkan marga Luo, pasti bisa menangkapmu dan menyerahkan pada polisi, memenggal kepalamu untuk digantungkan di gerbang kota untuk di pertontonkan"

Bandit Tai Qiao-zhuang bertolak pinggang, berhenti dua zhang lebih, sepasang mata yang seperti bel tembaga melotot pada sastrawan itu, dia tidak bicara, tidak bergerak, wajahnya bengis.

Sastrawan itu tidak banyak bicara lagi, juga dengan tanpa takut menatap lawannya.

Mata besar melotot pada mata kecil, terjadi, perang pelototan, melihat siapa yang lebih kuat, melihat siapa yang takut akan hancur lebih dulu.

Matahari diatas terasa terik, walau dari hutan di kedua sisi jalan angin bertiup sepoi-sepoi, perasaan panasnya tetap membuat orang tidak tahan, situasi yang tegang juga menambah kekuatan panasnya.

Udara gerah membuat sifat manusia bisa jadi buruk, mudah membuat orang kehilangan kesabarannya, dengan begini saling berhadapan, kau memelototi aku, aku memelototimu, lebih lebih mudah membuat orang naik darah.

"Kau ingin menangkap aku"'' Bandit Tai akhirnya tidak tahan bicara.

"Ada sedikit maksud itu, tapi bukan karena hadiahnya." Kata Sastrawan dengan santai. "Apa kau pantas?"

"Pantas atau tidak, tidak lama lagi akan tahu."

"Katakan julukanmu, nanti aku antar kau ke akherat."

"Sudahlah, yang ke akherat belum tentu diriku, pesilat tinggi bertarung, kesempatan hidup atau mati adalah setengah-setengah. Kalau kau mati, tahu julukanku juga apa gunanya" Bagaimana pun kau di depan raja akherat tidak bisa mendakwa aku, kau sama sekali tidak percaya di dunia ini ada dewa atau setan, hanya percaya yang kuat hidup yang lemah mati, orang mati seperti lampu mati, jika aku mati, kau juga tidak perlu tahu aku ini siapa, semuanya selesai, betul tidak?"

"Betul." "Makanya kau tidak ada gunanya bertanya."

"Kau sudah berada dalam lingkup kekuatan garpu terbang pencabut nyawaku, kau sudah dipastikan mati disini."

"Ha ha ha! Jika aku takut pada garpu terbang mu, aku tidak akan menampakkan diri berbicara denganmu, dari belakang kau saja diam-diam melakukan serangan mematikan, bukankah akan jauh lebih aman?"

"Sayang kau sudah tidak ada kesempatan untuk melakukan serangan diam-diam." Kata Bandit Tai dengan galak.

"Aku tidak percaya tahayul, coba buktikan padaku!"

Begitu Sastrawan habis berkata, tubuhnya tiba-tiba berkelebat kekiri.

Satu sinar membelah udara, berubah jadi pelangi, berkelebat dengan kecepatan yang sulit di lihat mata telanjang.

Tapi, kelebatan ke kiri tubuh sastrawan mendadak berhenti, dia tetap berada di tempatnya, sepertinya sedang menggunakan ilmu merubah tubuh, bayangan berkelebat, hanya begitu saja.

Garpu terbang yang kecil tajam sepanjang delapan cun, dari sisi bayangan sastrawan meluncur lewat, hingga mencapai sepuluh zhang lebih baru dengan satu suara keras jatuh ketanah.

Dalam jarak sepuluh zhang, jejak terbang garpu terbang ini adalah lurus, titik paling tingginya hanya naik sekitar lima cun, tenaga lemparan garpu terbang nya Bandit Tai, sungguh membuat orang mengeluarkan lidah, sulit di percaya.

"Lihay!" kata Sastrawan tertawa meng-ejek, "saudara, kau telah menghamburkan sebuah garpu terbang yang tidak mudah membuatnya, walau kau ada kesempatan memungutnya kembali, garpunya juga sudah berubah bentuknya tidak seperti semula lagi, ingin melemparnya dengan jitu sudah tidak mungkin."

"Kali ini aku akan memberimu tiga bilah." Kata Bandit Tai menggigit gigi, mulutnya bicara, tapi sepasang tangannya ke bawah tidak bergerak, telapak tangannya menghadap ke paha luar, entah garpu terbang kecil itu disembunyikan dimana.

"Aku ini orangnya tidak sabaran, tidak ada kesabaran yang besar." Sastrawan tidak tertawa lagi, nadanya berubah jadi bertenaga, tegas, tidak mengizinkan orang salah paham, "aku bisa memaafkan kau dalam keadaan gelisah ingin menyerang mengambil nyawaku, tapi tidak akan sungkan kalau kau terus-terusan menyerang ingin mengambil nyawaku. Mulai sekarang, jika kau menggunakan senjata rahasia lagi, menggunakan garpu terbang itu untuk mengambil nyawa orang, kau akan menyesal selama-lamanya."

Hati Bandit Tai seperti meloncat, sorot matanya sedikit berubah.

Melihat tingkah sastrawan yang berdiri tegak seperti gunung, tidak takut dan tidak ngeri, dan juga tampil dengan wajah yang percaya diri dan tegas, kepercayaan akan ketepatan lemparannya akhirnya mulai goyah, hatinya tergerak, telapaknya mulai berkeringat, ini adalah hal yang paling tidak bisa di benarkan oleh para pakar senjata gelap.

Arti lain dari telapak tangan berkeringat, adalah hati tegang, kepercayaan diri berkurang, pasti akan mempengaruhi ketepatan senjatanya.

"Aku ingin kau menyampaikan pesanku." Kata sastrawan itu menambah tekanan, "suruh Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jingjangan sampai tertutup matanya oleh persahabatan, mempercayai kata-kata sepihak pasti akan menghancurkan dia sendiri. Jika dia mau lepas tangan dan pergi, itu yang paling bagus, jika tidak mau menuruti, dan memutuskan melibatkan diri, maka pergilah kekantor polisi di kabupaten Ye, tanyakan dengan jelas kejadiannya, untuk menentukan apakah dia pantas melibatkan diri atau tidak.

Mengingat dia tidak mudah bisa jadi ternama, bagaimana pun Tiga Sastrawan Dunia Persilatan adalah orang dari aliran kebenaran yang dihormati orang, aku beri dia satu kesempatan untuk menguji apakah hati manusia itu jahat atau baik, apakah dia membuat cacat nama sastrawan, biarkan dia sendiri yang memutuskan kebaikan atau keburukan dia sendiri, kau, sekarang boleh pergi, ingat sampaikan pesanku."

Kata-kata ini maknanya benar, kalimatnya tegas, nadanya pun sangat angkuh.

Yang lebih penting adalah, setiap kata-katanya tegas bertenaga, menampakan tekad dan keberanian.

Bandit Tai Qiao-zhuang merasakan telapak, tangannya sudah basah oleh keringat.

"Siapa sebenarnya dirimu?"

"Seorang yang melihat ada yang tidak adil maka akan bersuara."

"Jika aku tidak memakai garpu gerbangku, apakah anda berani bertarung dengan aku?"

"Setiap saat kau boleh menyerang." Kata sastrawan itu menyimpan kipas lipatnya.

Bandit Tai membuka sepasang tangannya, menepukan tangan, menyatakan tangannya tidak menyembunyikan senjata gelap apa pun, sepasang matanya yang besar menyorot sinar dingin, hawa membunuh seperti gelombang ganas, semangatnya menekan orang.

Sastrawan itu membuat kuda-kuda, sepasang telapak di angkat menunggu serangan.

Seluruh tubuh dia tampak kendur, setiap ototnya lemas, sepasang telapak yang diangkat satu diatas satu dibawah, jarak depan belakang hanya kurang lebih setengah chi, telapaknya juga terlihat tidak bertenaga, dengan tampang Bandit Tai yang kejam seperti ingin makan orang sama sekali berbeda.

Bandit Tai mulai bergerak merubah posisi, tidak berani menyerang dari depan.

Sastrawan itu berputar di tempatnya, seluruh tubuhnya tampak lemas, kuda-kudanya pun tidak mantap, hanya sepasang matanya bersorot sinar aneh, menghisap dengan kuat sorot mata lawannya.

"Kau telah berlatih mencapai tingkat dari fokus kembali ke hampa," Bandit Tai tiba-tiba mengendurkan tenaganya, "aku bukan lawanmu, aku menyanggupi permintaanmu, aku pasti akan menyampaikan pesanmu."

Bandit Tai pandai melihat keadaan, memukul genderang mundur bukan tidak ada alasannya.

Seorang ahli sekali mengulurkan tangan, sudah tahu lawan ada tidak isinya.

Kepandaian sastrawan yang tenaga dalamnya terpusat di dalam, telah mencapai tingkat tertinggi dalam bertarung, sudah melampaui kemampuan seorang manusia, mencapai tingkat tiada orang tiada aku.

Saat tidak menyerang, penampilan luarnya lemas, sedikit pun tidak ada gejala yang membahayakan, sekali tenaga dalamnya keluar, pasti akan seperti geledek mendadak muncul, seperti gunung meletus bumi pecah, sangat mengerikan.

Bandit Tai adalah seorang ahli tenaga dalam, dia terpaksa mengakui dirinya tidak setinggi kepandaian lawannya.

Setelah berjalan sejauh seratus langkah lebih, Bandit Tai baru"merasakan otot di tubuhnya mengendur, sepasang telapak tangan sudah tidak berkeringat lagi, dia membalikan kepala melihat kebelakang, ternyata lawan sudah menghilang.

"Orang ini sangat menakutkan." Dia berkata sendiri, "ilmu silat dan pengalaman bertarungnya, paling sedikit telah mengalami ujian keras selama lima puluh tahun. Kenapa sejak dulu tidak pernah mendengar ada orang yang ilmu silatnya setinggi ini, apa lagi usianya begitu muda, sungguh hal yang tidak masuk akal."

Di kebun Li telah terjadi keributan yang tidak kecil, pengantar surat dengan kecepatan penuh menuju perumahan Han-bei di kota Fan, tikus, ular diseluruh kota semua dikerahkan.

Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak pergi ke kabupaten Ye, di kebun Li, mereka menunggu anak kedua tuan besar Li pulang dan menceritakan kejadiannya. Menunggu anak-anak keluarga Li, menyelesaikan perselisihan lamanya dengan Nan-yang-ba-jie yang namanya di dunia persilatan tidak begitu bagus, masalah di kabupaten Ye apa yang masih perlu di selidiki" Masalah ini tidak perlu ditangani oleh pemerintah, kecuali mayatnya korban ada di tangan polisi.

Alasan lain yang menurut tuan besar Li benar, adalah Nan-yang-ba-jie dalam keadaan marah, telah menutup jalan raya yang menuju ke utara, orang-orang tuan besar Li jika berani melampaui perbatasan, akan mendapat pembalasan yang sangat kejam.

Dua keluarga hartawan besar yang bertetangga ini telah bermusuhan selama beberapa tahun, akhirnya masing-masing mencari bantuan pada teman-temannya, permusuhan menjadi terbuka, masing-masing tidak mau mengalah, menimbulkan gejolak di dunia persilatan.

Api telah dinyalakan, tinggal menunggu kesempatan membara.

Setelah tiga hari, di jembatan Bao-tai sebelah utara kota Fan kira-kira lima-enam li, lima orang penanggung yang datang dari Nan-yang, dengan beberapa tukang pukulnya Tanah Delapan Arah Jin-ba-dou telah melakukan pertarungan yang seimbang, kedua belah pihak masing-masing ada yang terluka dan mati. Akhirnya orangnya Jin-ba-dou yang lebih banyak bisa memenangkan pertarungan kecil yang pertama kali ini.

Situasi kota Fan menjadi tegang, mereka bersiap-siap menghadapi keributan yang segera akan datang.

Hari ini penginapan Fu-tai menerima dua tamu, semuanya pria berusia sekitar empat puluhan, tepat menginap di sebalah kanan kamar Fu Ke-wei.

Karena sama-sama tamu, kedua belah pihak tidak terhindar bertemu dan menganggukan kepala saling menyapa, berbincang-bincang untuk menghilangkan kesepian di perjalanan.

Dimalam hari, kereta tuan muda kedua Li, memutar Zao-yang kembali ke Xiang-yang, pulang dari kota Fan kereta empat kuda melewati jalan raya, dengan cepat masuk ke perumahan Han-bei.

Tuan muda kedua Li Hoa-rong membawa seorang gadis cantik, lalu menunggang kuda sampai di sisi sungai, dengan perahu cepat yang di peruntukan keluarga Li diantar kepelabuhan kota, dengan gembira dia pulang ke kebun Li.

Dia berjalan melalui jalan raya barat kota, tidak melalui kota, karena gerbang kota telah di tutup.

Fu Ke-wei berdiri di depan penginapan, melihat kereta empat kuda lewat.

Dia mengenal kereta empat kuda yang mewah ini, tapi, dia melihat empat penunggang kuda yang mengawal orangnya telah diganti, bukan empat orang yang semula.

Biksunya bisa lari, kuilnya tidak akan lari, asalkan dia tahu siapa pemilik kereta empat kuda, dia tidak akan takut tidak bisa menemukan pelaku kejahatannya.

Tengah hari di hari kedua, situasi penginapan Fu Tai tiba-tibajadi tegang.

Sepuluh lebih pria besar mengawal Jin-ba-dou yang memakai mantel panjang, berdandan hartawan, dengan angkuh masuk keruangan, mereka mendapat sambutan dari pemilik dan pelayan penginapan.

Jin-ba-dou, julukannya adalah Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah), orangnya gampang bergaul, di Jiang-hu dia cukup punya nama.

Dia sudah berusia setengah abad, bahunya lebar berpinggang besar, beralis pedang, mata macan, tidak saja belum tampak tua, juga masih bersemangat sekali, gerakannya lincah, sorot mata sedikit berhawa pembunuhan, keberaniannya menonjol keluar.

Di bawah tuntunan pemilik penginapan, Jin-ba-dou dengan enam orang tukang pukulnya sampai di luar pintu kamar dua orang tamu.

Di depan dua mulut jalan pekarangan, sudah ada dua orang laki-laki besar berjaga.

Fu Ke-wei kebetulan mau keluar dan membuka pintu kamar, hingga mereka bertemu berhadapan.

Jin-ba-dou baru saja lewat dari pinggir sampai di depan pintu sebelah, ketika Fu Ke-wei membuka pintu melangkah keluar kamar, seorang tukang pukul yang berada dibelakang Jin-ba-dou, dengan tanpa sungkan mengulurkan tangan menghadang dia, tangannya menekan di dadanya.

"Masuk, disini tidak ada urusanmu."

Tukang pukulnya berkata pada dia, lagaknya memaksa, sepasang mata yang aneh melotot, sikapnya seperti ingin makan orang saja.

"Iii...! Kenapa kau ini?"

Sepasang kakinya tetap di tempat, dia melawan dorongan tangan besar lawan, membantah dengan tidak senang.

Begitu ada penolakan, segera hal itu menarik perhatian semua orang, sampai Jin-badou yang di depan juga membalikan kepala, melihatnya.

Para penjahat setempat ini sudah terbiasa memaksa orang, mana bisa menerima orang yang melawan"

Tukang pukul yang pertama tertegun, lalu timbul amarahnya.

"Apa kau ingin mati" Jika tidak, pasti punya tulang hina, ingin dipukul." Kata tukang pukul dengan keras, matanya melotot, "cepat kau berguling kesana, supaya tidak kupecahkan tulang hinamu."

Fu Ke-wei melirik sekali pada Jin-ba-dou, yang juga menatap dia, sedikit pun tidak ada niat menghentikan tindakan tukang pukulnya, dan di wajahnya tampak ada rasa tidak senang dan tidak sabar atas penolakan dia yang berani ini.

"Aku keluar untuk makan siang, aku tidak mengganggu siapa pun." Sorot matanya melihat pada tukang pukul dengan berani, "siapa yang memberitahuku, orang-orang bengis ini begitu galaknya, sebenarnya apa maksudnya?"

"Tuan, kau kurangilah bicara." Pemilik penginapan dengan wajah pahit menasihati.

"Paak..!" terdengar satu suara.

Tukang pukul yang marah itu menampar.

"Pergi sana!" Tukang pukul itu berteriak marah, ingin menginjakkan kakinya diatas perut pemilik penginapan.

Fu Kei Wei mundur ke dalam kamar, lalu muncul kembali di pintu.

"Aku akan mengingat wajah kalian." Dia berkata dingin, "tempat ini sudah tidak ada hukum, harus mencari seorang yang punya kharisma, yang punya kemampuan, tampil membereskannya."

"Hajar dia!" teriak Jin-ba-dou tiba-tiba dengan nada dalam.

"Buum!" pintu kamarnya di tutup.

Tukang pukul baru saja ingin mendobrak pintu, pemilik penginapan keburu berteriak:

"Tuan ke delapan, penginapan kecilku tidak bisa bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa."

Jin-ba-dou tidak bodoh, akhirnya mengangkat tangan menyuruh menghentikan tukang pukulnya mendobrak pintu.

"Lihat saja nanti." Kata Jin-ba-dou pada tukang pukul, "urus hal penting dulu, utus orang awasi orang ini."

Seorang tukang pukul maju mengetuk pintu kamar sebelah, pintunya tidak lama sudah dibuka, tujuh orang masuk kedalam.

Pemilik penginapan dengan seorang pelayan menunggu di pekarangan, dua orang itu mengerutkan alis, wajahnya pahit, seperti ada kesulitan tidak bisa dibicarakan.

Pintu kamar Fu Ke-wei di buka, dia melangkah keluar kamar.

"Tuan, melawan orang-orang ini tidak ada gunanya." Kata pemilik penginapan sambil menggosok-gosok tangan tidak tenang, "orang jauh dari rumah yang utama harus bisa menahan diri, mereka orangnya banyak, jika kau tidak mengalah, demi mukanya, kau lebih beralasan juga mereka tidak akan membiarkan kau menyalahkannya, buat apa kau...?"

"Aku tadi dengar orang itu memaki aku orang bodoh." Dia berkata pada diri sendiri, 'aku ingin dia menyesal selamanya.'

"Tuan......" "Bagus, bagus sekali." Dia mulai tertawa keji, melirik sekali pada dua pria di ujung jalan pekarangan.

Di dalam kamar, dua orang tamu melihat dengan dua pasang mata aneh yang tidak bersahabat.

"Pagi ini kalian berdua pergi ke kantor polisi melapor." Tawa dingin di wajah Jin-ba-dou membuat orang ketakutan, "apa sudah selesai melapornya."

"Jin-ba-dou, aku mengerti maksudmu." Kata tamu pertama tenang, "walau anda bisa mengusir aku pergi, di kemudian hari masih ada orang yang akan datang. Orang yang datang lain kali, sangat mungkin adalah tuan Tui Guan, akibatnya bagaimana, harap kau dapat menghadapinya. Aku menjamin pada anda, sebelum tuan Tui-guan datang ke tempat anda, tuan Li dan anda sekalian, pasti akan makan nasi damai dulu di dalam penjara, percaya atau tidak terserah kau. Jika tidak bisa menghukum kalian yang tidak tahu aturan ini, buat apa pemerintah punya pejabat besar dan kecil?"

"Kau mengancam aku?"

"Aku tidak perlu mengancam siapa pun." kata si tamu dengan dingin, "aku hanyalah pengantar surat dari kantor polisi Nan-yang, dengan kantor Xiang-yang tidak ada hubungan sedikit pun, aku hanya melaksanakan tugas, itu saja. Jangan menganggap tuan besar Li banyak hartanya,dan besar kekuasaannya, lantas pemerintah takut pada dia, tapi jika bapak Bupati di tempat anda mengetahui masa depannya terancam, maka sudah tidak ada yang dia takuti lagi, maka nasib tuan besar Li sudah di tetapkan, anda pasti tahu cerita Ling Yi yang seluruh keluarganya di penggal."

"Mmm...! Begitu seriuskah" Apakah Nan-yang-ba-jie yang menuntutnya?"

"Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Nan-yang-ba-jie."

"Apa..." Bukan mereka......"

"Nan-yang-ba-jie bukan orang yang tidak bisa menerima, mereka sama dengan kalian, ingin menyelesaikan dengan cara sendiri."

"La......laporan dari kantor anda adalah..."

"Ada surat laporan resmi dari kabupaten Ye, yang menuntut adalah dua orang korban yang selamat, mereka adalah tamu ekspedisi, keluarga korban yang meninggal juga dengan tegas menuntut menangkap pelakunya. Di dalam kereta ada seorang yang jadi saksi, orang ini sudah sampai di tempat anda. Kantorku mengirim surat pada Xiang-yang, harap mengundang tamu ini ke kantor tempat kejadian menjadi saksi, itulah tugasku datang ketempat anda, besok aku segera meninggalkan tempat ini, tidak perlu merepotkan anda membawa orang mengusir keluar."

"Iii...! Bukankah orang yang mati itu orangnya Nan-yang-ba-jie?"

"Mereka yang mati tujuh orang, belum dilaporkan ke kantor pemerintah. Dalam angkutan kereta dari Xu-zhou, kusirnya berikut enam orang penumpang semua meninggal." Pengantar surat itu tertawa dingin, "tujuh nyawa orang hilang, apakah pemerintah bisa tinggal diam" meski kalian lebih kejam juga tidak akan bisa membereskan dengan menekan aku, tidak ada gunanya, bagaimana anda harus bertindak pikirlah sendiri, benarkah anda akan memaksa kami berdua pergi?"

Jin-ba-dou jadi bengong, tampang bengisnya sekarang sudah menghilang.

"Jangan menyangka pak Bupati di tempat anda merasa takut pada tuan besar Li, menurut yang aku tahu, terhadap tuan besar Li dia sudah tidak senang." Pengirim surat menambah tekanannya, "tidak ada orang yang senang di matanya ada duri, di hatinya ada pisau, tuan besar Li itulah duri di matanya pisau di hatinya. Kau tahu, beberapa tahun ini penangkapan terhadap orang-orang perkumpulan Er-le sangat gencar, entah sudah terjadi berapa banyak salah tangkap yang mengerikan, asalkan pak Bupati bertekad, mudah saja mengambil tindakan pada Tuan Jin, yang telah memenggal kepala tiga atau lima ratus orang. Tentu, kalian tidak ada hubungannya dengan perkumpulan Er-le, tapi asalkan ada dua tiga orang yang tampil menjadi saksi, akibatnya sulit dikatakan, bukankah begitu" Mencari beberapa orang saksi mudah sekali."

Jin-ba-dou mendengar kata-kata ini bulu kuduknya jadi berdiri semua, warna wajahnya berubah besar.

"Aku kira ini masalahnya Nan-yang-ba-jie, makanya......" Akhirnya Jin-ba-dou tidak bisa galak lagi, "makanya berbuat tidak sopan, saudara, aku di sini minta maaf, minta maaf."

"Tidak berani." Kata pengantar surat terhadap tingkah Jin-ba-dou yang mula-mula kasar belakangan menjadi hormat, dia seperti tidak merasakan terganggu, "sebenarnya dalam perkara ini kalian telah salah jalan, kalian ingin menghilangkan masalah, tapi malah mencari masalah yang bukan-bukan, kalian dengan sekuat tenaga menghadapi Nan-yang-ba-jie, sebaliknya mereka tenang-tenang menonton lelucon ini."

"Tolong tanya, siapa nama dan marga tamu itu?" tanya Jin-ba-dou.

"Surat dinas itu menggunakan surat segel, yang dikirim dari kantor polisi ke kantor polisi di tempat anda, juga memakai surat rahasia, aku tidak cukup alasan bisa mengetahui isi surat."

"Kalau begitu harus menyelidik ke kantor polisi."

"Betul, tuan besar Li tentu punya orang di kantor polisi."

"Terima kasih atas perhatiannya." Jin-ba-dou jelas ingin buru-buru pergi dari sana, "hal yang tidak mengenakkan ini, di lain hari aku akan meminta maaf, pamit."

Setelah mengantar pergi tamu yang tidak di undang, dua pengantar surat itu saling tertawa penuh arti, mereka kembali kekamar menutup pintu.

Di ruang dalam melangkah keluar seorang bertubuh pendek yang gesit berusia setengah baya, dengan enteng berkata, "terima kasih atas bantuan kalian berdua, banyak terima kasih."

"Baik, baik." Kata Pengirim surat yang tadi bicara dengan Jin-ba-dou, "dengan demikian, mereka tidak sempat lagi memperdulikan masalah kalian, pergilah dengan bebas! Semoga kalian berhasil."

"Aku segera menyampaikan suratnya." Kata orang setengah baya, "surat palsu itu, apa tidak tampak ada kelemahan?"

"Bukan aku bermulut besar." Pengantar surat menepuk dadanya, "aku Pit Seribu Bayangan dalam meniru tulisan dan prosedur surat resmi dan aturannya aku sangat hapal, pasti tidak akan ada kesalahan, tenang saja!"

"Bagus kalau begitu. Kalian berdua paling baik segera tinggalkan tempat ini, supaya jangan terjadi 'malam panjang banyak mimpinya', aku pergi dulu." Orang setengah baya selesai bicara, mundur ke ruang dalam, dari jendela belakang pergi meninggalkan rumah penginapan.

Dua orang pengantar surat segera beres-beres, bersiap pergi, ketika sedang membereskan bungkusan, seorang pengantar surat mengulur tangan mengambil kantong surat dinas yang di taruh diatas meja.

"Kantong itu tinggalkan saja, boleh tidak?" Di dalam gorden jendela ada orang yang bicara, "aku ingin melihat tanda tangan penerima-nya."

Dua orang pengantar surat itu terkejut, mereka jadi terbengong.

Fu Ke-wei melangkah maju ke sisi meja, wajahnya tenang.

"Pembicaraan kalian, aku telah mendengar semua." Dia menunjuk keruang dalam, "saudara yang telah pergi itu, apakah orangnya Nan-yang-ba-jie?"

"Kau......" Yang menyebut dirinya sendiri Pit Seribu Bayangan pengantar surat palsu maju ke depan mendesak.

"Jangan risau." Fu Ke-wei menggoyangkan tangan menghadangnya, "aku tidak menanyakan urusan kalian, kalian memberitahukan jejaknya saksi pada Jin-ba-dou, supaya semua orang-orangnya mencari saksi ini. Aku tanya, kalian tahu seberapa banyak terhadap saksi itu?"

"Jujur saja padamu, terbatas sekali." Kata Pit Seribu Bayangan, "orang itu tidak mau memberitahu namanya, kami hanya dapat katakan pada laporan di kampung Ru-wen, kira-kira tahu bentuk tubuh dan wajahnya saja, kalau mau jelas harus menyelidik ke Xu-zhou, di perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou dia telah meninggalkan nama dan usianya."

"Bukankah kalian berniat mencelakai dia" Jika dia jatuh ke tangan orang-orangnya tuan besar Li, tinggal tunggu mati saja."

"Tidak mungkin." Kata Pit Seribu Bayangan dengan pasti, "dia itu tidak mau menuntut, pasti ingin cepat-cepat pergi menghindarkan kerepotan, malah mungkin sudah meninggalkan Xiang-yang, lagi pula, di laporan dinas hanya ditulis nama palsu dia......"

"Nama palsu dia adalah......"

"Nama palsu dia adalah Wu-ming, ciri tubuhnya di kira-kira."

"semua pelancong yang bermarga Wu yang lewat di Xiang-yang, akan terkena imbasnya karena ulah kalian. Tapi itu bukan urusanku, pamit." Habis bicara dia tertawa tawar, lalu mundur ke ruang belakang.

Pit Seribu Bayangan berdua mencoba mengikutinya, tapi sudah kehilangan jejak dia.

Hati dua orang seperti ada setan, buru- buru mengambil bungkusannya, keluar kamar dan pergi.

Jin-ba-dou sudah melupakan masalah Fu Ke-wei, juga tidak mengutus orang mengawasinya. Masalahnya terlalu sibuk, sibuk mengejar pelancong yang bermarga Wu namanya Ming, sibuk mengutus orang pergi ke kabupaten Ye mencari kabar.

Hampir tengah malam, perumahan Han-bei masih sibuk.

Jin-ba-dou di ruangan mewah yang luas, mengumpulkan sepuluh pembantu yang di percaya, sedang merundingkan kemana pergi nya saksi Wu-ming.

Kota Xiang-yang sebesar itu, ingin cari seorang yang bermarga Wu dan namanya Ming. Sungguh tidak tahu harus bagaimana, marga dan nama ini sangat umum sekali, Wu-ming di kota ini yang sudah di data ada sebanyak sepuluh sampai dua puluhan.

Jika bisa mendapatkan saksi ini, masih ada harapan merubah keadaan, makanya Tuan besar Li sangat mementingkan hal ini, Jin-ba-dou terpaksa bekerja sekuat tenaga.

Dua bayangan hitam mendekat dari arah utara, dengan mudah menyusup masuk dua lingkaran penjagaan luar.

"Sungguh bodoh Tuan muda kedua melakukan hal ini." Kata Jin-ba-dou pada sepuluh lebih anak buahnya, "dia bersikeras tidak tahu apa yang terjadi, setelah lepas dari kejaran orang-orangnya Nan-yang-ba-jie, langsung menuju Xu-zhou, menjemput nona Bai, melalui Xi-ping kembali ke selatan, seharusnya setelah dia sampai di kota Xiang-yang, diam-diam mengutus orang kembali mengawasi ada gerakan apa dari Nan-yang-ba-jie, hingga akan tahu apa sebenarnya yang terjadi......Iii!"

Satu bayangan orang melayang masuk dari luar pintu ruangan yang terbuka, dibawah sinar lampu tidak bisa melihat dengan jelas.

Seorang laki-laki besar tertegun, dengan reflek yang cepat sekali bangkit berdiri mengulur tombak menghadang.

"Berhenti! Kau......" teriak laki-laki besar dengan suara dalam, sambil memukul dengan sebelah telapaknya.

"Buung!" terdengar suara getaran besar! Orang yang terbang masuk itu bertabrakan dengan dua laki-laki besar, dua orang itu jatuh ke bawah bergulung.

"Ha ha ha ha......" Suara tertawa keras terdengar, "disini Huo-bao-ing, Bu-fei-khe, orang yang menuntut keadilan sudah datang."

Satu hitam satu putih, dua bayangan orang, dengan suara keras, cepat masuk kedalam, mulutnya mengatakan keadilan, tapi gerakannya sebaliknya, sebilah pedang sebuah tongkat kepala naga seperti angin ribut hujan deras, dengan dahsyat melabrak.

Untungnya semua orang disana membawa senjata, tapi sudah tidak ada kesempatan membicarakan keadilan, di dalam teriakan marah, golok dan pedang keluar dari sarungnya melakukan serangan geledek.

Senjata bersentuhan membuat orang ketakutan, kelebatan bayangan orang seperti kilat.

Diikuti teriakan terkejut, bayangan orang mendadak berpisah, tenaga angin berpencar ke segala arah.

Semuanya ada empat orang yang jatuh ke tanah, di tanah meronta, merintih.

Di tengah ruangan berdiri dua orang, berwajah merah dengan janggut putih, Huo-bao-ing Du Zhang-he, dengan pedang bersinar di tangan, ujungnya ada bekas darah.

Bu-fei-khe Hong-wu yang memakai mantel putih berwajah pucat, beralis panjang dengan mata kecil, tongkat kepala naga di tangannya tampak panjang dan berat, bersinar ungu menyilaukan mata.

Karena Jin-ba-dou duduk di sebelah atas, tidak keburu bentrok dengan tamu tidak diundang, pedangnya sudah digenggam, saat ini tepat berhadapan dengan dua orang hebat dari punia persilatan.

"Aku bicara aturan dengan kalian." Huo-bao-ing dengan nada dalam berkata, "tiga hari kemudian tepat tengah hari, di Guan-qiu sebelah utara jembatan Bao-tai, suruh Tuan besar Li membawa anaknya kesana dan menyelesaikan masalah, jika dia melakukan siasat busuk, akibatnya dia yang bertanggung jawab."

"Du Zhang-he, apa dengan cara ini kau menyampaikan pesan?" kata Jin-ba-dou dengan marah sekali, dia mengangkat pedangnya maju ke depan, "kau terlalu menghina orang, perumahan Han-bei tidak bisa mengizinkan kau melakukan kejahatan disini, aku ingin mencoba ilmu pedangmu."

"Kau punya ilmu silat tinggi, aku tidak menganggap rendah dirimu, seharusnya aku menemanimu bermain-main sebentar." Huo-bao-ing Du Zhang-he memberi aba-aba tangan pada Bu-fei-khe, "pesan sudah di sampaikan, tidak ada waktu berlama-lama, pamit!"

"Berkata datang langsung datang, berkata pergi langsung pergi, kau terlalu menghinaku, aku akan menahanmu."

Habis berkata begitu Jin-ba-dou menyerang, pedang dan orangnya tiba bersamaan, terlihat sinar dingin sekelebat, cepat laksana kilat, pedang-nya mendadak berbunyi seperti siulan naga, hawa pedang seperti gelombang menerjang.

Menghadapi dua orang aneh dan hebat yang ternama di dunia persilatan, Jin-ba-dou malah berani terang-terangan menyerang, bisa diketahui Jin-ba-dou penguasa setempat ini, memang mempunyai ilmu yang hebat.

"Traang..traang!"

Huo-bao-ing berturut-turut menangkis dua kali, lalu mundur dua langkah.

Jin-ba-dou juga tidak bisa mengambil kesempatan baik dari serangan berturut-turutnya, posisinya berubah ke sisi pedang yang ditangkis keluar.

Dua serangan percobaan ini, mungkin kedua belah pihak menyimpan dua atau tiga puluh persen tenaganya, masing-masing ada rasa khawatir, menyerang dan menangkis dengan mantap.

"Kau sudah dapat mengeluarkan hawa pedang untuk melukai orang." Kata Huo-bao-ing dingin, "tidak aneh tuan besar Li bisa tenang-tenang hidup banyak tahun dalam kedamaian. Baik, kau juga terima dua jurus pedangku."

Pelangi pedang meluncur, dahsyat laksana mendorong gunung menumpahkan laut.

"Traang!" Dua Pedang bentrok, angin kuat menyebar.

Bayangan orang mendadak berpisah, hawa pedang mendadak hilang.

Huo-bao-ing mengeluarkan teriakan tertahan yang terkejut, dia mundur ke belakang satu zhang lebih, wajah yang merah api tiba-tiba kehilangan warna darah, tangan kanan yang memegang pedang tampak gemetar.

Jin-ba-dou hanya mundur dua langkah, tubuhnya tidak mantap, dia memaksakan berdiri dengan kuda-kuda, dia kehilangan tenaga untuk membalas serangan.

Bu-fei-khe tertegun, tongkat kepala naga di ulurkan, mundur dengan waspada, mengawal Huo-bao-ing mundur ke pintu ruangan.

"Orang ini telah berhasil melatih hawa pedang." Huo-bao-ing sambil mundur sambil perlahan berkata, "cepat mundur!"

Terdengar siulan marah, pedang Jin-ba-dou dan tubuhnya menjadi satu terbang kembali maju menyerang.

Jika Bu-fei-khe sebelumnya tidak mendapat peringatan dari Huo-bao-ing, pasti menggunakan tongkat kepala naga menangkisnya, dan sangat mungkin tongkatnya akan hancur oleh hawa pedang, malah mungkin juga terluka.

Dua orang ini tidak melayani serangannya, seperti angin ribut mereka keluar dari ruangan, menghilang dalam kegelapan malam. Di kebun sebelah kiri ruangan, di tanam tidak sedikit bunga dan pohon. Fu Ke-wei yang bersembunyi di satu pohon besar, dapat melihat dengan jelas gerak-gerik yang terjadi di dalam ruangan melalui jendela yang terbuka lebar.

Dia sudah lama datangnya, lebih pagi satu jam dari pada Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe.

Dia tidak sembunyi diatas cabang pohon, tapi dengan jurus aneh menempel di batang pohon, seperti seekor cecak. Orang di bawah pohon jika ingin mencari orang diatas cabang, pasti tidak akan berhasil.

Setelah dua orang tua hebat itu pergi, diam-diam dia juga meninggalkan perumahan Han-bei.

Di sebelah selatan rumah sembahyang Fan Hou bagian timur kota, ada satu warung yang menjual makanan kecil, arak yang di jualnya mendapat pujian dari para peminum, warung itu dinamakan Xu Lao-ren.

Masakan teman minum arak yang dijual di warung Xu Lao-ren, tidak ada yang memakai daging, semuanya dari buah kering dan kacang-kacangan.

Ruangan warung tidak besar, tidak ada pelayan, hanya pemilik warung Xu Lao-ren (orang tua Xu) yang melayani, tamunya hampir semuanya adalah langganan disekitar, tidak menjadi perhatian orang.

Sore hari, Fu Ke-wei tampil diwarungXu Lao-ren.

Ruang warung yang kecil, hanya ada enam meja makan.

Cuacanya panas, didalam ruangan warung sangat panas dan gerah.

Dia duduk disatu meja, satu teko arak, empat piring bermacam kacang-kacangan untuk teman minum arak, dia minum dengan santai, menikmati makanan.

Di meja sebelah kanan, ada dua orang tua setengah baya, dua orang tua yang lemah, tua dan buruk rupa, orang tua kampung.

Begitu orang jadi tua, segala penyakit bermunculan!

Sungguh hal yang menyedihkan, makanya kedua orang itu sepertinya seluruh tubuhnya berpenyakit, minum seteguk arak pun harus batuk dua kali, tidak hentinya menepuk pinggang dan punggung, supaya membuyarkan sakit pada punggung dan pinggang.

Laki-laki besar pertama muncul diluar pintu warung, lalu kedua, ketiga.

Dua orang tua buruk rupa tidak ada reaksi, sambil minum arah sambil meneruskan perbincangan, suaranya pelan, ada hawa tidak ada tenaga.

Paling akhir, Jin-ba-dou muncul dengan tubuhnya yang tinggi besar, di belakangnya diikuti oleh dua orang, dengan wajah yang serius perlahan melangkah masuk kewarung.

Dua orang ini yang satu adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang tampan, yang satunya lagi adalah tuan muda kedua dari keluarga Li, berwajah tampan dengan tampangnya yang sombong, usianya baru dua puluh dua tahun, dijuluki Yu-mien-el-lang (Tuan Kedua berwajah kemala),Li Hoa-rong.

Dua orang tua buruk rupanya merasakan keadaan berbahaya, mereka bersamaan menaruh gelas arak dan sumpit.

Tiga orang yang sampai di sisi meja, dingin menghentikan langkah.

Jin-ba-dou melirik sekali pada Fu Ke-wei, dia mengenal orang yang berada di penginapan Fu Tai, yang tidak tahu diri melawan hingga mendapat hajaran.

Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing walau telah melihat Fu Ke-wei, tapi sesaat belum mengenalnya, sebagai sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.

Karena saat ini dandanan Fu Ke-wei, walau tetap berbaju hijau, tapi baju bawahnya ditarik keatas diselipkan dipinggang, penampilannya persis seperti seorang persilatan, sedikit pun tidak ada bau pelajar.

Fu Ke-wei acuh saja, dia menundukkan kepala minum arak dan makan kacang.

"Kalian berdua, tidak perlu pura-pura lagi." Kata Jin-ba-dou dingin, "sebenarnya, dua hari lalu aku sudah menyelidik kalian berdua bersembunyi di rumah sembahyang Fan Hou, siang hari tidur, setelah bergerak di malam hari lalu kembali lagi, tidur di tumpukan rumput di belakang rumah sembahyang. Dengan kedudukan kalian berdua yang namanya menggemparkan dunia persilatan, dan terhormat, demi membantu teman sehingga hidup jadi susah, memang perlu dimaklumi, juga sangat menyedihkan."

Orang tua yang sepasang alisnya panjang, matanya kecil, membalikan wajah menengadah, dari sepasang matanya yang tampak lesu dan letih, dia tertawa tawar, pelan bangkit berdiri.

"Kalau tidak salah anda orang yang bergelar Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah)," kata orang tua berwajah buruk, "aku Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terlalu menganggap rendah dirimu, tidak aneh bisa ditemukan jejaknya olehmu. Ooo...! Anda membawa orang tidak sedikit."

"Tidak sedikit." Kata Jin-ba-dou tertawa dingin, "tapi anda boleh tenang, aku tidak pernah mengandalkan orang banyak untuk mencari kemenangan."

"Tentu, tentu, seorang pesilat tinggi di antara pesilat tinggi, pedangnya bisa mengeluarkan hawa pedang, mana mau mengandalkan banyak orang untuk menang?"

"Ini adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing saudara kecil Luo." Jin-ba-dou memperkenalkan temannya, "salah satu dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan masa kini, adalah orang hebat di dunia persilatan, kalian berdua mungkin tidak merasa asing."

"Sudah lama kami mendengar ketenarannya!" kata Huo-bao-ing juga bangkit berdiri, "gelombang belakang Zhang-jiang mendorong gelombang depannya, di dunia orang baru menggantikan orang lama, dunia persilatan adalah miliknya anak muda, dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan usianya paling banyak tidak melewati tiga puluh tahun, sungguh dunia persilatan sudah ada penerusnya."

"Ini tuan muda kedua Li, Li Hoa-rong, putra kedua tuan besar Li." Jin-ba-dou mengulur tangan memperkenalkan Li Hoa-rong, "tuan muda kedua, apa ada yang mau dibicarakan pada mereka?"

"Tidak ada yang harus dibicarakan." Kata Li Hoa-rong dengan sombong, "kemarin malam mereka merasa sebagai orang tua melakukan kejahatan mengirim pesan, melukai empat orang, kita harus mengundang mereka keperumahan, supaya nanti kalau Nan-yang-ba-jie pulang, menggunakan tandu melapor."

"Kalian berdua, bicaralah di luar warung." Jin-ba-dou mengulur tangan mempersilahkan, "ini adalah pertarungan yang adil, kalian berdua boleh kembali ke belakang rumah sembahyang mengambil senjata."

"Baik, aku menurut saja." Bu-fei-khe sambil tertawa melangkah keluar.

Huo-bao-ing menghembus nafas panjang, lalu melangkah mengikutinya.

"Hey! Dua orang tua." Fu Ke-wei tiba-tiba teriak, "kalian belum membayar bon masakan dan minuman lho! Jika kalian dipatahkan tulang tuanya dan digotong pergi, bukankah Xu Lao-ren akan rugi?"

Semua orang, jadi tertegun.

"Kau lagi." Jin-ba-dou marah, "kau ini......"

"Diam!" Fu Ke-wei dengan nada dalam berseru, dia menepuk meja bangkit berdiri, matanya melotot, "kemarin kau menghina dan memaki aku orang bodoh, aku mengalah saja, apa hari ini kau ingin memaki lagi?"

"Kau..." Jin-ba-dou merasa terkejut sekali.

"Lebih baik kau tutup mulut yang bau itu."

Jin-ba-dou sudah tidak tahan lagi! Mendadak melayangkan tangan menampar.

Shuang-jie-shu-sheng (Sepasang sastrawan hebat) Luo Wen-jing saat ini baru mengenali Fu Ke-wei, sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.

"Hati hati Tuan kedelapan......" teriak Luo Wen-jing buru-buru.

Tapi teriakannya sudah terlambat.

Paak... terdengar satu suara, pergelangan tangan Jin-ba-dou telah di cengkram dengan kuat oleh Fu Ke-wei.

"Kau telah mati satu kali." Fu Ke-wei memelintir tangan lawan dan ditekankan keatas meja, dengan galak berkata lagi, "untung aku tidak berniat mengambil nyawamu."

Sungguh sulit membuat orang percaya, Jin-ba-dou yang sudah berhasil melatih tenaga dalam sampai tingkat kesempurnaan, tidak bisa terluka oleh senjata tajam, bisa memakai pedang mengeluarkan hawa pedang, sekarang malah tidak bisa meronta, bukan saja tidak bisa bergerak, juga seluruh tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, tangannya dipelintir, ditekan di atas meja, membuat bentuk tubuhnya yang membuat orang tertawa, mulutnya terbuka menghirup nafas, tapi hawa murninya tidak bisa terkumpul di Dan-tian, perubahannya terjadi begitu mendadak, dia tidak dapat mengerahkan kepandaiannya melawan, seluruh kemampuannya sudah dikendalikan orang.

Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terkejut, mulut sampai menganga tidak bisa bicara, sepertinya tidak percaya dengan kenyataan didepan matanya.

Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing juga terkejut sampai wajahnya ikut berubah, bengong! walau pun dia tahu Fu Ke-wei mempunyai ilmu silat tinggi, tapi tidak terpikir bisa setinggi ini, menakutkan.

Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong juga terkejut, dia maju dua langkah ingin membela.

"Kau berani?" Fu Ke-wei berteriak keras, "dibandingkan dengan Jin-ba-dou, apa kepandaianmu lebih tinggi" Heeh!"

Tangan Yu-mien-el-lang yang terulur jadi terhenti, tidak berani bergerak maju lagi.

"Kau berani sekali." Li Hoa-rong dengan wajah merah, "apa kau orangnya Nan-yang-ba-jie" Apa kau telah melihat dengan jelas keadaanmu" Di daerah ini kau berani menampakan diri, sungguh . tidak memandang keluarga Li?"

"Orang yang bermarga Li, kau jangan salah kaprah." Kata Fu Ke-wei dingin, "aku ini hanya pelancong yang lewat di tempatmu, sekalian menyampaikan pesan, kesatu, tidak kenal siapa itu Nan-yang-ba-jie, kedua, tidak kenal dengan kau ini apanya keluarga Li, hanya tahu saudara ini membawa sekelompok tukang pukul, di penginapan bukan saja dengan kata-kata kasar menghina aku, juga menyuruh tukang pukul menghajar aku. Hari ini apa lagi, dia sendiri ingin turun tangan menangkap orang, orang semacam ini sudah tidak ada hukum, terlalu menghina orang, jika tidak mendapat hukuman, mana ada keadilan" mana ada hukum?"

Mulutnya sedang bicara, tangannya juga mungkin menambah tenaga tekanan, karena Jin-ba-dou sedang menggerakan tenaga melawan, ingin melepaskan tangannya.

Kesakitan tampak di wajah Jin-ba-dou, dia sudah menampakan kelelahan, setengah tubuhnya bergulung diatas meja setengah berbaring, wajahnya jadi hijau, seluruh tubuhnya sedang kram menakutkan.

"Lepaskan dia!" Yu-mien-el-lang berteriak marah, tangan kanannya seperti kait pelan-pelan diulurkan kedepan, "jika tidak, aku inginkan kau mati, hidup, keduanya susah."

"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras, "aku melanglang buana ke seluruh dunia, peristiwa besar apa yang belum aku temui" Kau, masih belum bisa menakuti aku marga Fu."

Sudah ada enam orang tukang pukul, mengurung ruangan warung, matanya melotot mengawasi, ingin segera bergerak.

"Saudara Hoa-rong, jangan ceroboh." Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing sadar, dia cepat-cepat bicara menghalangi, "saudara ini punya semacam ilmu aneh yang menakutkan, jika kau menyerang, Tuan kedelapan mungkin akan celaka."

"Aku tidak terima ancaman dia, jika dia berani mencelakai Tuan kedelapan, aku akan menghancurkan dia." Yu-mien-el-lang dengan benci berkata, tapi tangan yang sudah diulurkan telah dihentikan, meski tidak ditarik kembali, "walau dia bisa terbang ke langit masuk ke tanah juga tidak bisa lolos dari kematian."

"Apa benar?" tanya Fu Ke-wei seperti tertawa tapi bukan tertawa.

"Anda lebih baik percaya, lepaskan!"

Sepasang tangan Fu Ke-wei bersama-sama bergerak, pukulannya laksana badai menerpa di atas tubuh Jin-ba-dou yang tidak dapat bergerak. Sederetan suara yang aneh terdengar, telapak dan jari tanpa ampun mengenai daging.

Pukulannya terlalu cepat, menunggu Yu-mien-el-lang yang marahnya menyerang, pukulannya yang cepat telah berhenti, tubuhnya Jin-ba-dou yang setengah sadar dengan kecepatan yang menakutkan menubruk kearah Yu-mien-el-lang. Yu-mien-el-lang hampir saja tertubruk. Akhirnya dengan reflek yang cepat, dia mundur menghindar kesisi, menangkap Jin-ba-dou yang menyedihkan itu.

"Kita selesaikan di luar." Fu Ke-wei memakai pedang yang dirampas dari tangan Jin-ba-dou menunjuk keluar, "aku akan membuka larangan membunuh, biar kalian penjahat penguasa setempat yang tidak tahu hukum merasainya."

Dengan langkah lebar dia melangkah keluar, pedang menggantung kebawah dengan santainya, kepalanya menengadah langkahnya lebar seperti tidak ada orang, dengan dandanannya sama sekali berbeda, semangatnya sungguh menakutkan orang.

Seorang laki-laki besar mencoba menghalangi jalannya, tidak tahu bahaya goloknya diulurkan kedepan.

"Traang!" Terdengar suara keras menggetarkan telinga, kembang api memancar!

Goloknya si tukang pukul terbang naik, traang... menabrak tembok jatuh kebawah.

"Aduuh......" Tukang pukul itu menjerit sambil memegang tangannya, roboh ketanah secara terlentang, buku lima jari tangan kanannya semua terlepas, telapaknya pecah, darah mengalir.

Sekarang tidak ada lagi ada orang yang berani menghalangi, semua bengong melihat Fu Ke-wei melangkahi tubuh tukang pukul yang roboh ke tanah, keluar dari pintu.

Dua orang tukang pukul yang menjaga di luar pintu, terkejut dan menghindar memberi jalan.

Yang pertama keluar adalah Shuang-jie-shu-sheng, yang paling akhir adalah Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe, yang harus keluar semuanya sudah keluar, Jin-ba-dou malah tidak keluar.

Jalannya lebar sekali, saat ini di luar pintu telah berkerumun banyak orang yang menonton keramaian.

"Bertarung dulu baru bicara, atau bicara dulu baru bertarung, tamu terserah tuan rumah." Kata Fu Ke-wei sambil mengibaskan pedang dengan keras, wajahnya penuh dengan hawa membunuh, "harimau buas tidak takut kambing yang banyak, kalian boleh mengeroyok. Hidup mati tergantung nasib, keberuntungan ada dilangit, orang yang takut mati berdirilah yang jauh."

Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing berdiri dua zhang lebih, wajahnya sedikit tegang, dia menatap pada Fu Ke-wei, tangannya memegang pegangan pedang, diam-diam memusatkan tenaga dalamnya, ber-siap-siap.

"Siapa nama tuan, bisakah beritahu?" tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan nada dalam.

"Aku marga Fu, Fu-xian. Bisa diselidik dari buku daftar tamu di penginapan, seorang persilatan kecil yang tidak punya nama."

"Beberapa hari lalu digunung Xian, anda mengaku sebagai orang pengantar surat, kenapa malah melibatkan diri dalam permusuhan antara Nan-yang-ba-jie dengan tuan besar Li" Jelas anda adalah orang yang membantu Nan-yang-ba-jie." Kata Shuang-jie-shu-sheng dengan nada menyalahkan.

"Kau sepertinya mudah lupa, aku sudah beberapa kali mengatakan tidak kenal dengan Nan-yang-ba-jie, juga selamanya tidak akan membela penguasa setempat di seluruh dunia." Fu Ke-wei tertawa tawar, "kau Shuang-jie-shu-sheng cukup ternama di dunia persilatan, namanya juga tidak buruk, makanya, aku pernah menitipkan pesan pada Bandit Tai untukmu, jika Bandit Tai tidak menyampaikan pesannya, pasti kau tidak memandang persahabatan, merasa diri benar, tidak memandang niat baikku, tidak mau pergi ke kabupaten Ye menyelidiki kejadian sebenarnya, tuan, aku sangat menyayangi mu!"

"Aku selalu punya pendirian, tidak perlu dinasihati orang," Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa dingin, "apa yang telah kau lakukan pada Tuan kedelapan Jin?"

"Masalah kecil, mengunci jalan darah dia, aku ingin dia menyesal selamanya, jika kalian tidak mampu dan tidak bisa membuka kuncian-nya, gotonglah dia ke gunung Wu-dang, mungkin para tetua Wu-dang dapat menolong dia. Wu-dang adalah nenek moyangnya tenaga dalam di dunia persilatan, mungkin tahu cara membuka penguncianku."

Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong mencabut pedangnya, wajah penuh dengan hawa membunuh.

"Tenang saudara Hoa Rong." Luo Wen-jing mengulurkan tangan menghalangi, "tanya dulu apa keinginannya, kemunculan dia pasti bukan tidak disengaja, aku telah pastikan dia adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."

"Tidak perduli apa niatku, hari ini kalian tidak akan bisa lolos." Ujung alis dan sudut mata Fu Ke-wei tampak penuh hawa pembunuhan, "kalian ibarat ular setempat, menghadapi aku naga kuat, kecuali menyelesaikan dengan ilmu silat, tidak ada jalan lain lagi. Shuang-jie-shu-sheng yang bermarga Luo, perbuatanmu hari ini, sungguh membuat aku putus harapan, semua akibatnya, kau harus bertanggung jawab."

"Kenapa kau putus harapan?"

"Kau hanyalah pengelana Jiang-hu yang penjilat, membantu penjahat yang kuat, tidak pantas disebut Sastrawan."

"Apa" Kau......"

Luo Wen-jing saking marahnya hampir saja sampai meloncat.

"Jangan bicara dulu, Selain memfitnah, menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."

Di sudut mulut Fu Ke-wei tampak tawa dingin yang sulit ditebak, "Jin-ba-dou menghina aku, anda melihat dengan mata kepala sendiri, siapa benar siapa salah, kau seharusnya sangat jelas, tapi aku tidak melihat kau tampil keluar mengatakan kata-kata adil, aku malah melihat kau sedang membantu seorang penguasa jahat setempat melakukan kejahatan. Orang-orang aliran putih dunia persilatan jika semuanya sepertimu, bukankah benar dan salah tidak bisa dipisahkan, hitam putih tidak dibedakan, menjadi dunia binatang. Kau mengandalkan apa pantas disebut Sastrawan" Mengandalkan apa pantas menyebut diri dari aliran putih?"

Kata-kata ini sangat berat, wajah Luo Wen-jing merah sampai ke telinga, dia tidak dapat berkata-kata.

"Aku adalah teman keluarga Li, anda menuduh aku membantu kejahatan itu tidak adil." Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing memaksakan diri membela diri, "dua jagoan dari Xiang-yang dengan Nan-yang, salju membeku tiga chi bukan karena dingin sehari, mereka telah bermusuhan bertahun-tahun, menyelidiki siapa benar siapa salah, saat ini sudah tidak ada artinya. Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, aku adalah temannya keluarga Li, demi teman dua iga ditancap pisau tidak masalah bagiku, hari ini, Jin-ba-dou walau punya salah, tapi anda pun harus mengerti, anda menggunakan cara ini menjebak Jin-ba-dou, itu adalah hal kenyataan yang tidak dapat dibantah, malah juga menarik aku tambah terjerumus, sungguh keji."

"Itu adalah pikiranmu sendiri."

"Kau......" "Kau telah naik ke punggung harimau, satu satunya cara menutupi, yaitu tetap menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, hingga punya alasan membantu penjahat setempat melakukan kejahatan, tidak perlu perdulikan siapa benar siapa salah, yang mana hitam yang mana putih." Fu Ke-wei sedikit pun tidak memberi ampun langsung menyerang kelemahan lawan, "dengan cara apa pun aku membuktikan bukan orangnya Nan-yang-ba-jie, kau juga tetap tidak percaya."

"Asalkan kau dapat mengeluarkan satu bukti kuat......"

"Apa yang dimaksud dengan bukti kuat?"

"Aku ingin menahan dua orang ini." Luo Wen-jing menunjuk pada dua orang yang aneh, "aku ingin dari mulut mereka, membuktikan asal usulmu."

"Ha ha ha ha......" Fu Ke-wei tertawa keras menengadah.

"Mengapa tertawa?" tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan tidak senang.

"Kau kira kau ini siapa" Apakah tuan langit?" Fu Ke-wei mengolok, "maka, jika bukan gila, kau pasti idiot. Puuh! Wajah dan mulutmu yang tidak mau kalah ini, sungguh membuat orang tidak bisa menerimanya."

"Kau......" "Hidup matinya dirimu masih belum bisa diramalkan, malah berkhayal dari mulut kedua orang tua menentukan hidup matinya aku. Aku lihat kau sudah terlalu banyak makan jadi sakit perut, hatimu tertutup minyak, sampai dirimu punya permainan apa juga tidak bisa membedakannya, aku kasihan padamu, tuan."

Luo Wen-jing yang didesak oleh kata-kata ini jadi sewot, dengan teriakan kemarahan dia mengulur tangan mencabut pedang.

Baru saja pedang keluar sarung, belum sempat diayunkan, perubahan besar telah terjadi.

Pedang Fu Ke-wei, tiba-tiba dengan kecepatan yang tidak bisa di lihat mata, seperti kilat menusuk, ujung pedang tiba-tiba telah menempel di tenggorokan Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing.

0-0-0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar