Bab 5
Matahari terik diatas kepala, tapi orang d lapangan tidak merasa kepanasan. Sebaliknya, sepertinya ada hawa dingin mendesak dari segala arah ketengah lapangan.
Dengan kedudukannya polisi Xu sepakal diangkat oleh semua orang menjadi wasit.
Setelah lima orang saksi lainnya tidak ada lagi yang mengajukan pertanyaan, polisi Xu mengangkat tinggi tangan kanannya, melihat sekali pada kedua orang yang mau bertarung, lalu tangar. kirinya memberi aba-aba pada para saksi untuk mundur.
Lima orang saksi membagi ke kiri dan kanar mundur sejauh dua puluh langkah, berdiri di posis: masing masing, menjaga kalau-kalau ada orang mencoba mengganggu, siapa pun tidak diizinkan mendekat lebih dari dua puluh langkah.
"Aku Pedang Penakluk Iblis Xu Wen-ding dengan ini menjatakan pertarungan dimulai, kedua belah pihak boleh melakukan apa saja, sampai ade yang mati baru selesai. Pertarungan mulai!' Teriakan polisi Xu keras sekali, diikuti teriakar tangan kanannya dikibaskan kebawah, dengan cepat dia mundur ke belakang.
Wajah Fu Ke-wei tampak serius, die memberi hormat pedang terlebih dulu.
Ketua Zhan sudah menguasai dunis persilatan tiga puluh tahun, dari usia, pengalaman dan kedudukannya, kedudukan Fu Ke-wei jauh di bawahnya, melakukan penghormatan pedang adalah penampilan merendah diri saja.
Ketua Zhan tidak berani sombong, dia juga sama memegang pedang membalas hormat.
Setelah saling menghormat, mereka bersamaan melangkah maju, dalam jarak dua zhang baru menghentikan langkah, menggerakan pedang, memasang kuda-kuda, bersiap menyerang.
Kuda-kuda Fu Ke-wei tampak sangat aneh, sangat berbeda dengan jurus pedang dari perkumpulan pedang manapun juga bukan jurus pedang aliran lurus.
Sikap jurus pedang aliran lurus adalah memakai pedang diulur kedepan, sejajar dengan alis, kuda-kuda begini sangat lincah untuk menyerang atau bertahan, saat menyerang bisa langsung membuka menerjang udara, saat bertahan cukup sedikit menggerakan ujung pedang, maka sudah dapat menangkis serangan lawan.
Tapi kuda-kuda Fu Ke-wei, malah tidak beraturan, tangan kiri digantung di sisi tubuhnya. Pedang juga di taruh miring di depan dada, ujung pedang sedikit keluar, berada di kiri depan, gayanya menunjukan, kuda-kuda dia lemah, sebelah kanan ada kekosongan, saat akan bergerak menyerang gerakannya pasti kurang leluasa, banyak kekurangan, tidak aneh gaya dia dijuluki orang Xie-jian (Pedang Sesat).
Begitu kedua belah pihak bergerak, hawa membunuh mendadak meledak, semangat kedua belah pihak tampak kelihatan di luar, hawa yang sangat kuat membentuk tekanan dahsyat yang tidak terlihat, sedikit-sedikit menerjang pada lawannya, hawa dingin di sekelilingnya menjadi lebih kental lagi.
Dibawah sinar matahari pedang ketua Zhan tampak berkilauan, samar-samar terdengar suara dengungan, pedangnya mulai bergerak menyerang, wajahnya yang ganas membuat orang jadi takut.
Sebaliknya, pedangnya Fu Ke-wei tampak tidak bertenaga, dia seperti memegang tongkat penggiring bebek, bukan pedang untuk membunuh orang, tidak ada suara dengungan pedang, juga tidak ada hawa pedang yang maju menyerang. Sepertinya, seluruh tubuhnya menciut di bawah tekanan serangan lawan, hingga tidak bersemangat, lemah tidak seperti seorang ahli pedang yang ternama.
Tapi di mata ahli, malah bisa melihat kekuatan di dalamnya. Setiap otot dia adalah lemas, setiap saat ada gejala tenaganya akan mendadak meledak, jika meledak, akan menjadi sebuah serangan yang dahsyat tiada tara dan sangat menakutkan.
Jika ingin berlatih hingga taraf ini, di katakan sulit memang sangat sulit, tenaganya terpusat di dalamsetiap ototnya, tidak terpengaruh oleh perubahan yang ada diluar, yang disebut diam laksana bayi, sekali meledak, tenaganya mendadak bisa berkumpul dari satu titik dan memancar keluar, seperti geledek, angin kencang, batu pecah, awan hancur, yaitu gerak laksana kelinci lepas, lewat seperti guntur.
Waktu seperti terhenti, dalam keheningan, suara yang dapat di dengar hanya samar-samar suara dengungan yang keluar dari pedang ketua Zhan. Ketegangan hampir membuat orang tidak bisa bernafas.
Beberapa saat, lagi beberapa saat
Mendadak, terdengar teriakan dan kilatan pedang menerjang, bayangan orang seperti kilat bertemu, memecahkan keadaan yang tadi saling menunggu.
Batu pecah langit terkejut, hidup mati hanya sekejap.
Tidak terdengar suara bentrokan senjata, hanya terlihat kilatan sinar pedang yang menyilaukan mata dari pedangnya ketua Zhan, yang mendesak angin maju menyerang, tekanannya seperti ribuan jin yang tidak bisa ditahan, meluncur pada Fu Ke-wei dengan buasnya, seperti puluhan ribu ular mas mendadak berkumpul.
Pedang Fu Ke-wei seperti sebuah titik menerobos maju menusuk, lalu berkelebat keluar, tubuh dan pedang menjadi satu keluar satu zhang lebih, begitu menginjak tanah seperti angin ribut. Fu Ke-wei membalikan tubuh, wajahnya tidak berperasaan, nafasnya seperti berhenti.
Ketua Zhan juga melayang satu zhang lebih, menggunakan Qian-jin-zhui (berat seribu kati) menahan tubuhnya, dengan agak sulit membalikkan tubuh. Di bawah iga kanannya, mantel yang berwarna biru hijau ada satu robekan besar, tali pinggangnya setengah putus, darah segar keluar memerahkan baju, bekas darah semakin lama semakin membesar. Warna wajahnya menakutkan sekali, warna darahnya dengan cepat memudar, giginya menggigit dengan kuat, otot bergerak-gerak.
"Trang..!" pedangnya tiba-tiba terlepas dari tangan jatuh ke tanah, tangan kanannya gemetar keras.
"Dalam usia dua puluh tahun aku keluar gunung, melanglang buana selama empat puluh tahun." Kata ketua Zhan mengeluarkan suara seperti datang dari dunia luar, "hari ini, hanya satu jurus saja aku sudah kalah, aku aku benci, sangat benci, ini bukan kenyataan, bukan kenyataan!"
Darah segar mengalir di bawah iga, pedangnya terjatuh tanah, itu kenyataan.
"Beritahu aku, siapa pelanggannya?" tanya Fu Ke-wei dengan nada dalam.
"Hmm...!" Ketua Zhan berteriak, tangan kirinya dengan cepat diayunkan, sinar kilat meluncur datang.
Fu Ke-wei menjatuhkan diri, berguling dua kali lalu meloncat berdiri.
Tiga buah garpu kecil dan dua senjata gelap berbentuk bintang, membentuk kipas terbang melayang lewat dari atas punggung Fu Ke-wei, dalam keadaan itu mati hidup manusia tipis seperti sehelai rambut, orang yang berada dalam jarak satu zhang lima enam chi, pasti tidak akan bisa menghindar dari serangan lima buah senjata gelap itu.
Senjata gelap itu meluncur sejauh tujuh delapan zhang baru tenaganya habis, sungguh menakutkan sekali.
Tapi Fu Ke-wei dapat menghindar serangan maut ini, dia telah menggunakan cara menghindar dengan menggulingkan tubuh di tanah, gerakan yang tidak sudi digunakan oleh seorang pesilat tinggi dalam menghindarkan bahaya.
Tangan kiri ketua Zan merogoh kantong senjata gelap yang ada di bawah tali pinggangnya, semacam benda sudah berada ditangannya lagi.
Fu Ke-wei melemparkan pedangnya sejauh tiga zhang lebih, berjalan berkeliling merubah posisi.
Tangan dia sedikit mengepal, orang yang di pinggir tidak dapat melihat di tangannya ada benda apa.
Ketua perkumpulan Zhan pelan-pelan juga merubah posisi, tidak memperdulikan luka di iga kanannya.
Dua ahli top senjata gelap, segera akan ada menentukan siapa yang akan lenyap dari bumi ini atau mungkin keduanya bersamaan mati.
Berkeliling setengah lingkaran besar, Fu Ke-wei yang menyerang pertama, sepasang tangannya diayunkan, lalu tubuhnya dijatuhkan kekiri.
Kuda-kudanya dari tadi sudah terbuka, jadi mudah saja menjatuhkan diri. Tapi, tubuh dia tidak jatuh sekali, hanya sedikit bergoyang saja, tubuhnya sudah kembali kesemula.
Sepasang tangannya diayunkan, tapi hanya melemparkan sebuah Pisau Xiu-luo saja dari tangan kirinya.
Ketua Zhan melempar senjata gelapnya lebih lambat sekejap, sebuah pisau daun Liu seluruhnya menusuk kedalam rerumputan di sebelah kiri Fu Ke-wei.
Jika Fu Ke-wei tadi benar-benar menjatuhkan diri, saat ini dia sudah mati di tanah tertusuk pisau daun Liu.
Senjata gelapnya sangat cepat, walau bisa di lihat oleh mata tapi susah menghindar, maka hanya mengandalkan pengalaman dan keputusan yang tepat baru bisa menghindar. Bisa dikatakan, begitu senjata gelap dilepaskan sudah ditentukan mati atau hidupnya. Orang yang salah antisipasi, orang itulah yang akan melangkah masuk ke kuburan.
Ketua Zhan sudah melemparkan pisau daun Liu, karena yang digunakan adalah tangan kiri, menurut kebiasaan dia pasti bergerak ke kanan, tapi dia malah sebaliknya melawan kebiasaan, dia bergerak ke kiri, siapa tahu gerakannya malah masuk kedalam perhitungan-nya Fu Ke-wei, tubuhnya tepat menyambut datangnya Pisau Xiu-luo, dia ingin menghindar tapi sudah tidak keburu.
"Ah...!" Ketua perkumpulan Zhan berteriak, tubuhnya sekali bergoyang sekali bergetar, Pisau Xiu-luo sudah masuk kedalam sisi perut kirinya, tidak tertahan dia mundur dua langkah.
Satu kilatan lagi berkelebat, Pisau Xiu-luo kedua membelah angin datang, cepatnya laksana kilat.
"Aiit! " ketua Zhan kembali teriak, mundur lagi dua langkah.
Pisau Xiu-luo menusuk di bahu kiri, sampai ke celah tulang.
"Beritahu aku, siapa pelanggannya?" Fu Ke-wei dengan suara dalam berteriak.
"Aku aku tidak akan beritahu, ini adalah....a ....aturan " ketua Zhan dengan suara gemetar berteriak, selangkah demi selangkah mendekat pada Fu Ke-wei.
Fu Ke-wei melayangkan tangan kiri, Pisau Xiu-luo ketiga satu kilatan sudah sampai, masuk ke dalam bahu kanan ketua Zhan.
Ketua perkumpulan Zhan seperti terkena petir, hampir saja jatuh ke belakang, tapi bisa di tahannya, dengan bengis kembali melangkah ke depan.
"Aku terpaksa membunuhmu." Kata Fu Ke-wei menggigit gigi.
Ketua Zhan sudah mendekat sampai kurang dari satu zhang, tangan kanan yang tadinya sudah mati rasa mendadak di ayunkan, diiringi sebuah keluhan sakit, dan jatuh kedepan.
Fu Ke-wei mengulurkan tangan kiri, menangkap sebuah jarum tipis sepanjang lima cun, tadinya dia ingin segera menyerang kembali, akhirnya dia melemparkan jarum tipis itu ke pinggir, berjalan pada ketua Zhan yang tengkurap meronta di rerumputan.
Dia berhak membunuh ketua Zhan, dia berdiri di samping tubuh ketua Zhan, tangan kanannya diangkat perlahan, pisau Xiu-luo yang kecil ujungnya menonjol di ujung jari.
"Berhenti!" dari kejauhan Zhao-zhong yang menjadi seorang saksi cepat berteriak.
Pedang Penakluk Iblis polisi Xu sekelebat sudah sampai, dia merentangkan tangan menghadang, dengan suara dalam berkata:
"Saudara Zhao, apa kau tahu kau sedang melakukan apa?"
"Aku tahu." Kata Zhao-zhong tegas, "aku tidak akan menghalangi Xie-jian-xiu-luo mengambil nyawa ketua Zhan, aku hanya ingin bicara dengan marga Fu."
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Aku ingin membicarakan syarat dengan dia, aku bukan orang ketua Zhan."
"Biarkan dia datang kemari." Fu Ke-wei berteriak, "polisi Xu, aku dapat menghadapinya."
Zhao-zhong cepat mendekat, katanya:
"Pergilah cari orang yang akhir-akhir ini telah bermusuhan dengan mu, hargamu adalah lima belas ribu liang perak."
Fu Ke-wei jadi sadar, juga mengeluh:
"Orang yang sanggup mengeluarkan uang lima belas ribu liang perak, tidak ada seberapa."
"Apa sudah cukup?" tanya Zhao-zhong.
"Terima kasih, aku akan ambil kembali pisauku."
"Bila percaya padaku, biar aku yang ambil."
"Aku percaya padamu." Kata Fu Ke-wei sambil mundur kesisi.
Zhao-zhong melepaskan kantong serba adanya, mengeluarkan dulu obat-obatan yang diperlukan, membalikan tubuh ketua Zhan yang hampir pingsan, dua tangannya bergerak, menghentikan darah yang mengucur, lalu memasukan pil obat kedalam mulut ketua Zhan, lalu mencabut iga buah pisau Xiu-luo, menyobek baju dengan ancarnya memberikan obat bubuk membalut luka.
"Kukembalikan barangmu." Zhao-zhong Derdiri sambil mengembalikan pisau Xiu-luo, "kau idak takut aku mengambil kesempatan?"
"Kau sangat hati-hati." Fu Ke-wei dengan :enang menerima pisau Xiu-luo, "pisau Xiu-luo iitanganku ini, kapan saja bisa dilemparkan nenusuk titik kematianmu, kau tidak akan mau nenempuh bahaya melakukannya."
"Kau telah menang."
"Lima belas ribu liang perak, sebelum hari *elap harus sudah diantarkan ke toko obat Hui Vlin."
"Pasti sampai ditujuan."
Fu Ke-wei membalikan tubuh langsung oergi, langkahnya mantap dan bertenaga.
0-0-0 Setengah bulan kemudian. Di benteng Tian-long yang terletak di bukit Bai-wen gunung Huang, menyala api besar, asap tebal mengepul keudara.
Sekelompok laki-laki dan perempuan mem bawa peti perbekalan dan bungkusan baju, sedang menelusuri jalan kecil berbondong- bondong turun gunung.
Di pinggir jalan Fu Ke-wei melangkah keluar menghadang dijalan sambil tersenyum bertanya:
"Saudara-saudara, ada hal yang ingin ku tanyakan, apayang terjadi di benteng Tian-long?"
Seorang pria besar setengah baya yang membawa kapak besar mendatangi, dengan aneh bertanya:
"Anda marga apa" Apakah temannya ketua benteng?"
"Betul, aku adalah teman lama ketua benteng Lu, Apakah benteng Tian-long terkena api langit?"
"Kami yang membakarnya, atas perintah."
"Atas perintah" Atas perintah siapa?"
"Ketua benteng kami!"
"Dimana ketua benteng Lu?"
"Dia tiga hari lalu ketua telah pergi membawa beberapa orang." Kata pria besar setengah baya, "sebelum pergi dia berpesan, setelah tiga hari dia pergi bakar bentengnya, supaya benteng Tian-long lenyap dari dunia persilatan, dan menghindarkan musuh mencari jejaknya dan mengejar."
"Ooo! Begitu. Kalian ini kapan tinggal di benteng Tian-long?"
"Dua tahun lalu kami datang ke benteng Tian-long."
"Tidak aneh kalian tidak kenal aku."
"Kau ini " "Aku, Xie-jian-xiu-luo." Dia tertawa menggoyangkan tangan, "kalian baik-baik di jalan, sampai jumpa."
0-0-0 Dua bulan kemudian. Fu Ke-wei muncul di sebuah kereta jarak jauh dari Xu-zhou ke Nan-yang.
Dalam dua bulan ini, dia telah menjelajahi utara dan selatan sungai besar, malah sampai jauh ke ibu kota, mengejar Pedang Naga Langit Lu-zhao.
Walau benteng Tian-long sudah lenyap di dunia, dan ketua bentengnya juga telah menjadi orang cacat, tapi Pedang Naga Langit yang berada di urutan ketiga dari sembilan jagoan aliran hitam ini, di Jiang-hu telah merajala rela selama empat puluh tahun lebih, uang haram yang dia kumpulkan sudah sulit dihitung banyaknya, tidak dapat di jamin dia tidak menyewa pembunuh bayaran lagi membunuh dia, jika tidak di cabut akar bahaya ini, bukankah dia selamanya tidak akan bisa tenang"
Bulan lalu dari teman persilatan, dia memperoleh beberapa berita, sehingga dia jauh-jauh datang ke He-nan mencoba keberuntungan.
Tengah hari, kereta kuda telah meninggalkan daerah perbukitan, masuk ke dataran Ru-he, keadaannya juga semakin lembab, sungguh seperti di dalam oven.
Terpal kereta sudah sangat buruk, tapi untuk menutup terik matahari lebih dari cukup.
Dari sembilan penumpang di kereta, dua orang diantaranya wanita. Sembilan orang itu duduk di dalam kereta yang ditarik oleh dua keledai, terlihat sedikit berdesakan.
Jalan raya yang lebarnya hanya tiga zhang lebih, tidak ada angin yang berhembus, gandum tinggi di kedua sisi menghalangi udara yang bergerak, maka cuara terasa sangat panas dan gerah, benar seperti di dalam oven.
Permukaan jalan dari tanah yang kuning keabu-abuan, setelah di gilas oleh roda kereta, amblas sedalam hampir satu chi. Sehingga, debu di belakang kereta bergulung keatas, dalam setengah hari debunya mungkin belum turun, dan delapan kaki keledai yang menginjak jalanan, mengangkat debu, tepat menyembur kedalam kereta, membuat semua orang yang berada di dalam kereta wajahnya penuh dengan tanah dan kepala penuh dengan debu, keringat di tambah debu, sungguh tidak enak dipandang dan dirasakan, baik laki-laki atau perempuan semua sama, siapa pun jangan harap bisa bersih.
Sepanjang jalan tidak banyak pelancong, kadang ada dua atau tiga orang yang naik kuda lewat, mereka memperlambat tunggangannya, menghindar debu yang berterbangan.
Setelah lama kering, jika turun hujan lebat, pelancong yang lewat jalan ini akan lebih susah, sebab jalan bisa-bisa amblas hampir kelutut, kereta juga sama sekali tidak bisa bergerak, harus menunggu sampai tanahnya kering baru dapat berjalan lagi.
Didalam kereta, ada seorang pelajar dari kota Xiang pergi ke kota Nan-yang untuk sekolah, pada tahun itu, orang yang tidak sekolah di anggap rendah, dengan sekolah, baru dihargai setiap orang, demikian permikiran itu tertanam dalam hati orang.
Dalam dinasti Ming, setiap raja selalu ada pejabatnya yang menyalahgunakan kekuasaan, beratnya pajak, sungguh membuat orang mengeluarkan lidah, membuat rakyat sulit hidup, langit marah, orang kesal, yang sial adalah rakyat. Pelajar bersusah payah belajar supaya bisa berhasil, setelah berhasil maka dia akan mendapat kedudukan jadi pejabat, raja tidak perduli dari mana asalnya" Asal lulus bisa jadi pejabat. Bagaimana pun menjadi pejabat lebih baik dari pada jadi rakyat miskin, karena menjadi pejabat adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan.
Dari sembilan penumpang, kecuali dua orang wanita, yang lainnya terdiri dari petani, karyawan, usahawan semua ada, dan Fu Ke-wei mungkin adalah satu-satunya orang Jiang-hu yang berkelana.
Larinya kereta keledai sangat mantap, kecepatannya stabil, keretanya tidak begitu bergoyang, hanya gerahnya yang membuat orang tidak tahan.
"Saudara!" Usahawan setengah baya yang duduk diseberang berkata pada Fu Ke-wei yang sedang menutup mata istirahat, "kita semua kepanasan, sampai baju basah oleh keringat, kau sepertinya sedikit pun tidak merasa kepanasan, kau bisa menutup mata beristirahat dengan santai, kau tidak takut panas?"
"Takut satu hal, bisa atau tidak bisa menahan adalah satu keahlian besar." Dia membuka sepasang matanya tertawa, "takut juga tidak ada gunanya, kita harus berusaha bisa menahannya."
"Ooo! Bagaimana cara menahannya?"
"Hati tenang tentu akan dingin, seluruh tubuh dilemaskan, tidak gelisah, pikirkan hal yang gembira, lakukan nafas yang panjang dan dalam. Cobalah! Dijamin kau tidak akan demam." Dia tenang berkata, "air jangan terlalu banyak minum, sedikit bicara."
Selesai berkata, dia kembali menutup sepasang matanya.
"Debu yang menyebalkan!" kata orang yang memakai baju petani mengerut alis, "sampai di tempat istirahat di depan, sungguh aku akan meloncat kedalam kali berendam sepuasnya!"
"Jalan ini aku pernah beberapa kali lewat, di depan sepertinya ada sebuah kali, semua orang menyebutnya kali Putih, tapi mungkin kusir tidak akan menghentikan keretanya, harus sampai dulu di kabupaten Ye baru dapat beristirahat, di sana kau baru dapat berendam air."
"Orang setempat memang menyebutnya Kali Putih." Kata pelajar itu menyela, "tidak lama lagi kalian sudah bisa melihatnya, kedua pantai jauhnya beberapa li, semua pasir putih ini dibawa oleh aliran sungai. Begitu air sungai meluap, air sungai itu warnanya menjadi putih susu, makanya disebut kali putih."
Bagaimana pun seorang pelajar, banyak pengetahuannya.
Benar saja kata-katanya tidak salah, tidak lama, di depan tampak sebaris-sebaris pasir putih, ada beberapa sudah menutupi sawah, tidak ada rumput yang tumbuh, putihnya menyilaukan mata, juga tampak liar.
Suara roda kereta mengeluarkan bunyi keras, ketika melewati jembatan Ru-wen, pemandangannya pun berubah.
Di depan debu membumbung tinggi keatas, satu kereta dengan empat kuda berlari dengan kecepatan penuh datang mendekat, di tiga empat li jauhnya, sudah dapat melihat bayangannya dengan jelas.
Ini adalah kereta tali panjang, empat ekor kuda semuanya kuda pilihan. Dengan as lebar, roda besar, badan kereta kecil, box kereta mewah dengan gambar burung merak biru. Kusirnya memakai baju putih bulan, pakai topi matahari, berdiri diatas tempat kusir mengayunkan pecut, panjangnya pecut satu zhang delapan chi, pecut itu diayunkan tidak berhenti membentuk kembang pecut.
Di belakang kereta, empat penunggang kuda memakai baju warna biru langit, membawa golok atau pedang, mengawal kereta kuda kadang melihat kebelakang, kudanya juga kuda pilihan.
Di belakangnya lagi, debu bergulung-gulung, terdengar suara derap banyak kuda, paling sedikit ada empat belas ekor kuda, mengikuti dari jarak seratus langkah di belakang.
Kusir utamanya adalah seorang pria kasar, dia terkejut, mungkin dia telah banyak pengalaman, telah melihat ada yang tidak beres, dua kali teriakan terdengar, satu suara pak pak dan satu lagi suara pecut, kereta pelan-pelan menepi kepinggir kiri.
Jalan raya dapat dilewati tiga atau empat kereta secara bersilangan, logikanya kalau menghindar menepi kekiri sisi jalan, kereta tidak akan sampai tabrakan, kereta empat kuda tali pendek, juga dapat lewat bersilangan.
Penumpang didalam kereta, tidak dapat melihat keadaan di depan, hanya mendengar suara kereta dan derap kuda yang cepat sekali, mereka juga malas mengeluarkan kepala melihat keadaan di luar kereta.
Kedua buah kereta itu semakin dekat, kereta kuda yang didepan seperti gila menerjang datang.
"Perlahan sedikit, apa mau mati"'' kusir utama berteriak.
Orang yang didalam kereta terkejut bangkit berdiri.
Fu Ke-wei tidak istirahat lagi, dengan cekatan dia bangkit dari duduknya, mengeluarkan kepala dari kereta memeriksa, wajahnya berubah.
Empat ekor kuda yang datang dari depan seperti sudah gila, kusirnya juga seperti sudah gila, keretanya bergoyang keras, berloncat loncatan, tampak mengerikan, sepertinya setiap saat keretanya bisa terguling hancur berkeping-keping.
"Cepat jalankan kereta ke dalam sawah!" terdengar teriakan pada kusir utama.
Di pinggir jalan ada parit selebar dua chi, sawah hanya beberapa tumpukan pasir putih, bagaimana kereta bisa keluar"
Kusir utama tidak menurut, dia malah mengerem keretanya, dengan lancar mengendalikan keledai, keretanyajadi berhenti di sisi jalan.
"Hati-hati mereka " Fu Ke-wei berteriak dengan keras, mendadak dia keluar dari dalam kereta.
Kereta lawan datang menerjang, kekuatannya seperti gunung runtuh.
Empat penunggang kuda di belakangnya, malah di luar sepuluh langkah telah meninggalkan jalan raya, maju dari kedua sampingjalan, baru saja kereta berpapasan, empat penunggang kuda itu juga sudah sampai di kedua sisi kereta.
Golok dan pedangnya di cabut, saat dua penunggang kuda itu menempel disisi kereta, mereka melukai pantat keledai dengan pedang dan golok, dan tanpa berhenti menerjang terus kedepan.
Kusir utama terkejut, keledainya kesakitan dan berlari ke depan, kusir utama tidak menduga kejadian ini, hingga jatuh terlentang.
Debu berterbangan, di depan tidak terlihat orang.
Kereta kuda yang berlari mendadak membelok, membuat kereta tidak terkendali dan berguling ke kanan.
Di dalam bayangan debu, sepuluh ekor lebih kuda telah datang menerjang, melihat kereta kuda berguling, mereka tidak keburu menghindar.
Orang berteriak, kuda berkikik! Langit goyang bumi goncang, mengerikan sekali.
"Oh! Langit!" Fu Ke-wei yang melayang turun di atas tumpukan pasir di sisi jalan me-nengadah kepala berteriak, merasa, bulu di seluruh tubuhnya menjadi dingin dan berdiri, hawa dingin menutup tubuhnya.
Kereta empat kuda yang mewah dan empat penunggang kuda telah berlari sejauh seratus langkah lebih, suara keretanya sangat keras, derap kuda seperti guntur, semua menghilang dalam debu yang berterbangan.
Tiga belas penunggang kuda, hanya tinggal tiga orang yang paling belakang, di saat kritis menerjang, mereka kesamping dan masuk kesawah jadi bisa selamat, sepuluh yang lainnya tujuh mati seketika, tiga luka berat hampir mati, empat belas ekor kuda tidak ada seekor pun yang dapat berdiri sendiri, kebanyakan putus kaki patah leher, roboh semua.
Kusir utama sudah mati, mati tertindih oleh kuda yang mati.
Delapan penumpang di dalam kereta luka parah, yang beruntung selamat hanya dua orang, pelajar dan pedagang. Yang satu patah tulang kaki kanannya, yang satu tangan patah dan kepala luka.
Orang yang tidak mati, dalam kepulan debu menolong yang terluka, yang mati dibaringkan di sisi jalan, yang luka dibopong kesawah untuk dibalut lukanya.
Fu Ke-wei menemukan buntalannya sendiri dibawah kereta yang hancur, dengan lancarnya mengobati dan membalut luka pelajar dan pedagang.
Dia mendengar suara derap kuda, juga tahu tiga penunggang kuda yang selamat membawa temannya yang luka, dengan cepat pergi kearah selatan.
Dia tidak sempat memperdulikan, dengan fokus dia mengobati pelajar dan pedagang. Dia mempunyai obat luka yang paling bagus, cara membalutnya juga lancar sekali.
"Kalian bertalianlah." Dia menghibur dua orang yang terluka parah, "nanti aku pergi kekampung terdekat minta pertolongan."
Dia jalan kearah datangnya, kampung Ru-wen yang ada dibelakang yang berpenduduk sekitar dua-tiga puluh keluarga.
Dia tidak dapat tinggal menjadi saksi melapor ke polisi, setelah dua orang yang luka parah di serahkan pada kepala kampung, dia meninggalkan Ru-wen menuju kearah selatan, menuju ke kabupaten Ye. Saat tiba disana, hari sudah hampir malam.
Dia masuk kota sebelum gerbang kota di tutup, dan tidur di penginapan.
Hari kedua dia tidak meneruskan perjalanan, dia menghabiskan waktu seharian mencari berita.
Hari ketiga, dia menyewa seekor keledai kecil, dengan penuh amarah menuju Nan-yang.
Xiang-yang, kota terbesar di perairan tengah Han-jiang, adalah pintu penting di utara provinsi Hu dan Guang, sejak jaman dahulu ternama lalu lintasnya, perekonomian dan kemili-terannya.
Kota pemerintahan Xiang-yang walau mengalami beberapa kali peperangan, tapi pulihnya cepat sekali, di dalam kota sudah tidak tampak kerusakan akibat peperangan, pasar sangat ramai, tampak sangat maju.
Xiang-yang merupakan sentral perdagangan, di seberang utara Han-jiang berjarak tiga empat li dari kota Fan. Dulu jalan kota Fan memanjang sampai kepinggir kali, tapi jalan lama telah dibakar rusak, deretan toko dan penginapan yang makmur sudah tidak terlihat.
Fu Ke-wei menginap di penginapan Fulai, penginapannya terletak di selatan kota, di sekitarnya merupakan tempat penambatan perahu, 'naga' dan 'ular' bercampur baur, hingga banyak masalah terjadi.
Satu li lebih dari barat daya kota, ada satu erumahan Han-bei yang cukup ternama, lerumahan ini miliknya tuan Li, bangsawan Xiang-ang, Li Yong-kang.
Tapi pengurusnya adalah marga Jin, biasa dipanggil Jin-ba-dou (tuan kedelapan Jin).
Perumahan ini adalah satu tempat penting yang di ketahui orang-orang dunia persilatan, orang di perumahan ini menguasai berbagai macam usaha di Xiang-yang, kereta, perahu, toko, kaki, gigi, tidak ada yang tidak di kuasai. Barang kelontongan yang datang dari hilir, dan hasil bumi ang dikirim ke hilir, semua telah di dirikan oleh tuan Li dengan kantor bermerk besar, pemasukan perhari satu dou emas sumbernya sangat luas.
Di hati orang persilatan, nama tuan Li berada dalam urutan Sembilan Jago Pedang terbesar, julukannya Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian), pedang pusaka dia yang bersinar emas mencolok mata sungguh menakutkan orang.
Julukannya Jin-ba-dou adalah Delapan Arah Tanah, bisa di nilai dia orang bagaimana.
Pokoknya, mereka berdua bukan saja naga setempat daerah Xiang-yang, di dunia persilatan juga punya nama. Di dalam hati orang setempat, mereka adalah hartawan kaya raya dan tuan tanah besar.
Rumah tuan Li, berada sepuluh li di selatan Xiang-yang sebelah barat gunung Xian, tempatnya dinamakan Kebun Li. Diantara Kebun Li dengan gunung Xian, ada sebuah jalan raya yang menuju Jing-zhou. Dari Kebun Li ke utara, sampai ke pantai selatan danau Xiang-yang, sawah didaerah ini hampir semuanya milik keluarga Li, bisa bayangkan besarnya kekayaan keluarga Li.
Xiang-yang adalah pelabuhan darat dan air terbesar di Han-jiang, tidak saja hasil buminya subur, lebih-lebih jalannya ramai oleh pedagang dan pelancong, di penginapan jika ada seorang tamu menginap, tentu tidak menimbulkan perhatian orang lain, apa lagi tamu ini sama sekali bukan orang ternama.
Nama yang di daftarkan Fu Ke-wei di penginapan adalah Fu-xian, seorang pelajar pengelana.
Pakaiannya cocok dengan kedudukannya, berbaju hijau, orangnya tampan dan tinggi, ada bawaan sedikit lembut, sedikit pun tidak ada ciri ciri orang persilatan.
Kebun Li tidak terlalu luas, di sana ada sepuluh lebih gedung yang di kelilingi pohon dan bunga. Satu li disebelah barat, baru ada perkampungan petani yang terdiri dari dua puluh lebih rumah dan kandang hewan, ini adalah tempat tinggalnya para pekerja dan petani.
Gunung Xian adalah tempat melancong yang ternama, dengan pemandangan indah. Anak anaknya keluarga Li, sering dengan anak orang kaya di kota, melancong ke atas gunung.
Pagi hari ini, sekelompok pemuda berbaju mewah, beramai-ramai melewati kampung menuju Xian Shan di lereng barat, mereka jalan di jalan besar mendaki gunung. Satu li lebih di atas, terdapat kuil Yang-hou yang ramai di kunjungi orang.
Di sepanjang jalan, pohon menghijau, kicau burung, wanginya bunga, membuat hati orang jadi lega dan damai.
Orang yang paling depan mendaki adalah putra sulung tuan Li, Li Hoa-xin, dan putra keduanya Li Hoa-sheng. Li Hoa-xin sudah kawin dan punya anak, usianya baru dua puluh lima-enam tahun sudah mempunyai sepasang anak, julukannya di dunia persilatan Telapak Besi Pedang Dewa (Tie zhang-shen-jian).
Li Hoa-sheng masih belum berusia sepuluh tahun, tapi tubuhnya tegap seperti anak sapi, malah memakai baju ringkas sutra berwarna biru, tampak sangat gagah.
Ada seorang pemuda yang berjalan bersama mereka, sama gagah dan juga tampan. Mantelnya berwarna hijau langit, di sabuknya yang lebar ada dua buah variasi yang modern: Kantong bahu dan dompet.
Di belakangnya, ada tiga orang wanita. Mereka adalah tamunya keluarga Li
Salah satu tamunya adalah nyonya muda berusia dua puluh tahun lebih, bajunya berwarna hijau air danau, memakai konde rambut hijau, mutiaranya tampak bergoyang-goyang. Di sabuknya ada sebuah belati mewah sebagai pelindung.
Tuan rumahnya adalah putri sulung tuan besar Li, Li Jian-jian, dan putri yang paling bontot Li Xiu-xiu.
Usia Jian-jian delapan belas tahun, dia pernah ikut kakaknya Telapak Besi Pedang Dewa pergi ke banyak tempat, punya banyak pengalaman, tapi sampai sekarang masih belum punya jodoh, putra orang kaya di sekitarnya, sama sekali tidak berani melamar pada keluarga Li, begitu menyebut putri sulung keluarga Li, tidak ada orang yang berminat.
Ini bukan karena Li Jian-jian, wanita buruk rupa yang ditakuti orang, sebaliknya dia adalah wanita cantik yang jarang ada tandingannya di Xiang-yang. Justru karena dia sangat cantik, wanita yang sangat cantik dan pintar, akan berbeda dengan wanita umumnya, membuat para pemuda yang didikan keluarganya keras, hatinya merasa takut.
Hari ini dandanan dia, tidak terlihat seperti anak keluarga kaya, dia memakai baju musim semi dengan lengan ketat warna biru kehijauan, baju model ini sangat di benci oleh para pendekar, walau para pendekar diam-diam juga sangat menikmati baju model begini, baju ini bisa membuat orang yang melihat menjadi melotot, bajunya membuat lekuk tubuhnya bisa dilihat dengan jelas, langsing semampai, sangat seksi.
Dia juga membawa belati, dan lebih dari satu kantong kulit kecil, tentu saja di dalamnya terisi senjata rahasia.
Adiknya Li Xiu-xiu, gadis kecil berusia dua belas tahun, juga sama seperti kakaknya, dia memakai baju ringkas hitam kehijauan, meski masih kecil, sudah tampak kecantikannya.
Enam orang itu dibagi jadi dua kelompok, sambil berbincang mereka berjalan naik keatas.
"Saudara Luo." Li Hoa-xin pada tamu yang tampan itu berkata, "kau datang dari Jiang-xi, kudengar, Xie-jian-xiu-luo yang paling misterius, paling berani di dunia persilatan, tiga bulan yang lalu telah membuat onar di Jiu-jiang, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Kejadian sebenarnya aku juga tidak begitu jelas." Luo Wen-jing tersenyum pahit, "menurut kabar, salah satu dari tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran di dunia yaitu perkumpulan Qing-lian, mendapat pesanan membuat jebakan di Wu-hu diam-diam ingin membunuh Xie-jian-xiu-luo, tapi rencana ini tidak saja gagal, malah sebaliknya Xie-jian-xiu-luo mendatangi pusat perkumpulan, dan membubarkan perkumpulan Qing-lian, menghapus namanya dari perkumpulan pembunuh bayaran."
"Ooo! Saudara Luo." Kata Li Jian-jian di belakang menyela, "tahun lalu aku di Wu-chang, sudah mendengar nama Xie-jian-xiu-luo, setiap orang membuat cerita berbeda, Saudara Luo sudah lama berkelana di dunia persilatan, julukan saudara Shuang-jie-shu-sheng, termasuk dalam Tiga Pelajar Persilatan, pengalamannya banyak, apakah saudara pernah melihat orang ini?"
"Tidak pernah." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing wajahnya tidak senang, "orang ini jarang tampil dengan wajah aslinya, berhubungan dengan orang juga jarang sekali menyebutkan julukannya, hampir tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya, dia adalah golongan keji yang tidak pantas bertemu dengan orang, iblis jahat yang suka mengurusi urusan orang dengan cara keji, orang-orang aliran putih dan hitam memandang dia sebagai wabah, semua membenci pada dia."
"Siapa marga dan namanya "
"Tidak pernah ada orang mendengar dia menyebutkan namanya." Kata Luo Wen-jing lagi, "makanya sahabat persilatan menyebut dia orang yang paling misterius."
"Jika ada kesempatan, aku ingin mencoba orang ini." Li Hoa-xin seperti berkata pada diri sendiri, "aku tidak percaya dia mampu menghancurkan perkumpulan Qing-lian."
"Adik Li, paling bagus kau jangan sampai bertemu dengan pengelana persilatan yang suka berbuat seenaknya." Kata nyonya muda yang cantik itu, "menurut yang aku tahu, orang yang bertarung dengan dia, tidak satu pun yang bisa mengalahkannya, sampai Raja Langit Utara Ling Jun-yi pendekar besar Ling yang paling hebat dari aliran putih, juga di permainkan oleh dia sampai mendapat malu, jadi sulit di bicarakan, setiap orang ini berada di suatu tempat, maka di tempat itu akan timbul mala petaka, paling baik kau menghindari dia sejauh mungkin."
"Sebenarnya, dia tidak pantas dikatakan dia iblis jahat yang dibenci dewa ditolak setan." Kata Luo Wen-jing sedikit malu, "umumnya, sahabat persilatan kelas satu atau dua, memuji dirinya. Dalam aliran putih, juga tidak sedikit orang yang menyukai dia. Bagusnya orang semacam ini selalu tidak memupuk kekuasaan untuk dirinya sendiri, hingga dunia persilatan masih bisa menerima dia"
"Pedang saudara Luo menggemparkan dunia persilatan, kedudukannya termasuk satu diantara Tiga Sastrawan Persilatan." Li Hoa-xin dengan bodohnya menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan, "jika saudara Luo berselisih dengan Xie-jian-xiu-luo, apakah saudara mampu mengungguli dia?"
"Sulit dikatakan," Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak tersinggung, dia tertawa tawar, "penyakit buruk orang persilatan adalah suka bertarung dan ingin menang, setiap orang percaya akan dirinya sendiri, aku pun tidak terkecuali, aku percaya bisa menang. Sayang aku belum pernah bertemu dengan dia, juga tidak ada perselisihan sulit mendapat kesempatan bertarung dengan dia, jika benar-benar bertemu, aku percaya sanggup membuat dia sedikit mengurangi kesombongannya. Ooo! Saudara Hoa-xin, adik anda Hoa-rong beberapa hari ini pasti bisa pulang?"
"Mungkin." Kata Li Hoa-xin, "kemarin adikku mengutus orang kemari melapor, mengatakan beberapa hari lalu di kabupaten Gang-yi, bertemu dengan orang hebat Nan-yang, hampir saja kalah, makanya saat kembali mungkin akan mengambil jalan lain, akan melalui gunung Tong-bo, sehingga akan telat beberapa hari kedatangan-nya."
"Ooo! Nan-yang-ba-jie (Delapan Hebat Nan-yang)?"
"Benar. Ayahku sudah lama bermusuhan dengan mereka, mereka tidak pernah mendapat kemenangan, adikku hanya membawa empat orang, mereka juga tidak mendapat keuntungan."
"Mmm! Saudara Hoa-xin, kali ini mungkin kalian akan ada kerepotan." Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan serius.
"Maksud saudara Luo adalah "
"Di kota He-nan, aku sudah mendengar manusia aneh nomor satu dari Zhong-zhou Huo-bao-ing (Pembalas Segera), Du Zhang-he, sedang menuju gunung Xiong Er bertamu ke Bu-fei-khe (Tamu Tak Kembali), Hong-wu, mereka bersama-sama akan menuju Nan-yang, berkumpul dengan Tombak Dewa Lu Hoa-ji. Tombak Dewa adalah kakak tertuanya Nan-yang-ba-jie, jika Lu Hoa-ji minta bantuan pada Huo-bao-ing, Du Zhang-he dan Bu-fei-khe, Hong-wu keadaan kalian sangat tidak menguntungkan! Menghitung waktu perjalanan, dua tua aneh yang sulit dihadapi ini, beberapa hari ini juga akan sampai."
"Dua tua aneh ini tidak ada yang perlu ditakuti." Hoa Sheng kecil meniru orang dewasa, dengan menepuk dada dengan berani dia berkata, "tentara datang di tahan jenderal, air datang ditimbun tanah, kita keluarga Li takut pada siapa" Apa itu Huo-bao-ing, apa itu Bu-fei-khe, menakuti orang lain boleh, datang ke Xiang-yang untuk menakuti orang keluarga Li, jangan harap."
"Pepatah mengatakan, tombak terang mudah dihadapi, panah gelap sulit menahannya."
Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa, "dua orang tua aneh tidak mudah dihadapi, dalam kegelapan seperti setan mengganggu kalian, bagaimana pun hal ini bisa membuat orang sakit kepala, bagaimana pun berhati-hati adalah yang terbaik, jika menilai kemampuan sebenarnya, tentu saja Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian) ayah kalian bisa mengalahkan mereka, tapi mereka berada di tempat gelap kita di tempat terang, juga siang malam harus waspada, itu hal yang tidak menyenangkan."
"Xiang-yang adalah daerah kekuasaan keluargamu, orangnya banyak, pengawasan di mana-mana." Nyonya muda cantik melanjut-kan, "jika mereka datang membalas dendam, pasti tidak akan terang-terangan, cara paling bagus bertahan, adalah menyerang lebih dulu, tidak memberi kesempatan lawan menyerang."
"Betul, menyerang lebih dahulu." Li Hoa-xin mengangguk kepala tanda setuju, "jika bukan saudara Luo kebetulan datang bertamu ke rumah, kami masih tidak tahu dua orang tua aneh itu adalah temannya Nan-yang-ba-jie, hingga mungkin memberi mereka kesempatan! Saudara Luo, terima kasih."
Di depan tampak ada satu bangunan kecil untuk istirahat, tadinya dari kejauhan tidak terlihat di dalamnya ada orang, tidak diduga setelah mendekati sampai sepuluh langkah, mereka melihat di sisi tiang berdiri seorang sastrawan muda berbaju hijau.
Sastrawan muda ini usianya dua puluh tahun lebih, wajahnya tampan, perawakan tinggi semampai, seluruh tubuhnya tampak lembut, tidak ada ciri-ciri orang persilatan, juga tidak seperti seorang pelajar yang lemah.
Mata semua orang menjadi bersinar, tidak tahan mereka menatap sekali pada sastrawan itu, tapi tidak ada waktu berpikir bagaimana dia bisa datang, sambil berbincang, mereka berjalan nendekati bangunan untuk istirahat.
"Kalian baru datang!" Sastrawan baju hijau :ertawatawar, "sungguh bagus, bagus..."
Li Hoa-xin tertegun, lalu menghentikan angkah.
"Kata-kata anda mengandung sesuatu." kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan nada dalam, "tolong tanya, bisakah beritahu siapa marga dan nama anda?"
"Aku orang biasa, tidak punya keluarga yang bisa dibanggakan, tidak menyebut marga dan nama juga tidak apa, kau panggil saja aku sastrawan, aku memang seorang sastrawan."
"Baik, anggap saja kau sastrawan." Li Hoa-rin sudah sampai dimulut bangunan, jarak kedua belah pihak kira-kira empat lima chi, "kau kenal kami?"
"Di kota Xiang-yang siapa yang tidak kenal dengan tuan muda Li yang besar?"
"Tapi aku tidak kenal dirimu, Ooo! Kau pasti ada keperluan penting, tolong tanya ada keperluan apa?"
"Ada orang menitipkan surat padaku untuk disampaikan." Sastrawan baju hijau mengulur tangan kedalam dada, "orang yang mengirim surat itu berkata, asalkan orangnya keluarga Li, suratnya boleh diberikan. Aku tahu tuan-tuan dari keluarga Li, sering datang bermain ke gunung Xian, maka aku datang kesini menunggu. Di rumah anda, di kebun Li ada anjing galak, aku tidak berani datang kesana mengantar surat. Ini! Ini suratnya."
"Ooo! Coba lihat." Luo Wen-jing melewati Li
Hoa-xin, mengulurkan tangan kanan menerima surat, "surat ini... ii!"
Luo Wen-jing berniat baik, dari pembicaraannya, dia sudah tahu orang ini, lawan bukanlah kawan, makanya dia ingin menggunakan kesempatan menerima surat, sekalian menangkap sastrawan untuk di tanya.
Tapi jurus Sutra Emas Membelit Pergelangan gagal dilancarkan, tangan si sastrawan sangat lincah, tidak saja telah ditarik di saat berbahaya, juga melontarkan surat itu dengan dua jarinya, dengan kecepatan sangat tinggi berputar menuju ke wajah Luo Wen-jing.
Suratnya lewat dari sisi telinga kanan Luo Wen-jing, malah terdengar ada desiran angin, bisa diketahui tenaga jari sastrawan sangat mengejutkan. Jika Luo Wen-jing tidak meningkatkan kewaspadaan sebelumnya, pasti tidak akan bisa menghindar luncuran surat itu.
Reaksi Luo Wen-jing cukup luar biasa, begitu tangkapannya gagal, dia sudah tahu ada bahaya, tepat waktu itu tubuhnya bergerak menghindar, juga menarik tangannya, cepat menangkap surat itu, sayang dia masih terlambat sedetik, dia tidak dapat menangkap surat yang sangat cepat itu.
Li Hoa-xin juga sudah bersiap, dia segera merendahkan tubuh, begitu berteriak, tangan kirinya diangkat, sebuah mata uang membelah angin terbang keluar.
Sastrawan itu tidak tertipu, dia tertawa dua kali, bertiarap ke tanah, meloncat miring keluar, menerobos bawah pembatas sisi bangunan, sejauh tiga zhang lebih.
Uang logam itu tiba-tiba menjadi tiga, membelok dari tiga arah terbang berputar, lalu setelah satu zhang lebih berkumpul kembali, baru nenjadi satu garis lurus berurutan terbang, di empat-lima zhang baru jatuh kedalam hutan.
Tapi sastrawan itu malah muncul dari arah berlawanan, dari sebelah kiri dia bangkit berdiri.
Li Jian-jian sudah sampai, dia juga berteriak, dengan angin yang membawa bau harum dia menyerang, lima jari tangan kanannya setengah lurus setengah di tekuk, dengan cepat menjulur ke dada sastrawan itu, arahnya sederetan jalan darah besar Ren-me, ke atas menguasai tenggorokan, ke bawah jalan darah Jiu-wei, titik mana pun sekali terkena, jika tidak lumpuh juga pasti mendapat luka dalam, melihat tenaganya saja, sudah tahu jari-jari mulus itu sangat menakutkan, pasti bukan serangan ringan.
"Kau juga terlalu sombong." Sastrawan dari dalam lengan bajunya mengeluarkan kipas, tanpa sungkan menyabetkan keatas.
Li Jian-jian terpaksa merubah gerakannya lari menotok jadi mencengkram, lima jarinya ditekan, dan berhasil menangkap bagian atas kipas tertutup itu, dengan posisi kuda-kuda merampas kipas.
Tapi, tiba-tiba dia merasakan diatas kipas ada arus tenaga yang tidak dapat ditahan, tidak saja dia harus melepaskan cengkeramannya, tenaga lawannya pun sudah menyerang.
Terdengar teriakan terkejut! Li Jian-jian seperti ditiup angin topan, terbang ke pinggir sejauh dua zhang lebih, hampir saja terjatuh, wajahnya berubah.
"Hahahaha " Tawa sastrawan itu menggelagar, tubuhnya zerbang masuk kedalam hutan, pergi menjauh.
"Saudara Li, jangan dikejar." Nyonya muda cantik cepat berteriak, "bertemu hutan jangan masuk, musuh sudah tidak dapat dikejar."
Li Hoa-xin menghentikan langkahnya dan mundur kebelakang, warna wajahnya sudah tidak seperti biasanya.
Dia tadi melihat, sastrawan itu telah mendahului, menghindar dari jurus Tiga Bintang Mengejar Rembulan, membuat di dalam hatinya merasa terkejut, dan merasa sangat tidak tenang.
Hoa-sheng yang kecil memungut suratnya, lalu membacakan: "Kepada Pedang Pemutus Arwah Tuan besar Li. Penjelasannya ada didalam."
Suratnya telah disegel, menurut aturan harus dibuka sendiri oleh tuan besar Li. Tapi karena cara pengirimannya mengandung permusuhan, diatas surat juga tidak ada pengirimnya, jadi sangat mencurigakan.
Li Hoa-xin adalah seorang yang berani bertanggung jawab, setelah berpikir sebentar, dengan berani membuka surat itu, dan dibacanya.
Setelah selesai membaca, diajadi tertegun.
"Surat dari siapa?" tanya Luo Wen-jing yang menghindar ke pinggir dengan perhatian.
"Tidak ditulis nama pengirim." Li Hoa-xin menggelengkan kepala.
"Apa yang ditulis?"
"Katanya setengah bulan lalu, kereta adik ku di pantai utara sungai Ru di kabupaten Ye terjadi kecelakaan, adikku dengan sengaja membuat celaka sebuah kereta, hingga empat belas orang mati."
"Aduh!" "Orang yang mengirim surat meminta ayah ku bertanggung jawab, pergi ke kabupaten Ye menyelesaikannya, menyerahkan pelakunya pada pemerintah, mengganti kerugian pada keluarga yang ditinggalkan."
"Hal tidak bagus." Luo Wen-jing tertawa pahit.
"Adikku di kabupaten Ye bertarung dengan Nan-yang-ba-jie, orang yang diutus belum kembali hingga laporannya tidak jelas, harus tunggu adikku pulang dulu, baru bisa tahu kejadiannya dengan jelas. Jika yang mati adalah orangnya Nan-yang-ba-ie, Hm! memang mereka seharusnya mati." Kata Li Hoa-xin dingin, "meminta kami menyerahkan orang ke pemerintah, mana ada aturannya?"
"Sastrawan tadi, sangat mungkin bukan orangnya Nan-yang-ba-jie." Li Jian-jian sangat teliti, berpikir tentang hal yang tadi dibicarakan, jika benar, dia seharusnya bertindak menurut aturan dunia persilatan, kenapa minta menyerahkan diri pada pemerintah"'
"Memang seharusnya dia bukan." Nada bicara Luo Wen-jing tidak begitu yakin, di sudut matanya timbul hawa pembunuhan, "jika benar, aku Luo Wen-jing akan terus bermusuhan dengan dia. Hemm! Aku pasti bisa menyelidiki asal-usul orang ini, lain kali jangan harap dia bisa meloloskan diri. Saudara Hoa-xin, kita pulang saja, ayahmu harus membuat rencana menghadapinya."
Enam orang berangkat dengan gembira tapi pulang dengan lesu.
Turun gunung sekitar setengah li, tiba-tiba Luo Wen-jing berkata dengan perlahan:
"Saudara Hoa-xin, kalian jalanlah duluan, jangan melihat kebelakang."
Li Hoa-xin mengerti, dia menganggukan kepala, mempercepat langkahnya.
Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing menyelinap ke belakang sebuah pohon besar di sisi jalan, menyembunyikan diri, seperti seekor kucing mengincar tikus, dengan sabarnya diam menunggu tikus bodoh keluar dari lubangnya.
Lama didepan dibelakang tidak ada gerakan.
Tempat ini adalah sebuah belokan jalan, keatas kebawah bisa melihat pemandangan sejauh setengah li.
Di kedua sisi jalan adalah hutan sangat rimbun, rumput liar tumbuh subur, pandangan jadi terbatas dan juga sulit berjalan disana, walau kemiringan gunung tidak seberapa, berjalan pun tidak mudah.
Sehingga, orang yang naik atau turun gunung pasti lewat jalan gunung ini, tidak mungkin melewati tempat liar, mencari kesulitan sendiri.
Dia bersiap tidak menunggu lagi, baru saja mau bangkit berdiri.
"Apa sudah tidak sabar menunggu?" di belakang tubuhnya terdengar suara lantang yang penuh mengandung sindiran, "kau harus belajar seperti aku, tidur diatas pohon, kau lihat, bukankah aku ini santai sekali?"
Dia membalikan kepala melihat, hatinya diam-diam menjadi dingin!
Sastrawan baju hijau itu berada diatas akar pohon besar, tiga-empat zhang jauhnya, sedang menyilangkan kaki, setengah berbaring, tampak santai sekali.
Dengan ketajaman telinganya, di hari yang terang, ada daun kering yang jatuh pun, tidak ada orang yang bisa mendekati dari belakang, sampai sepuluh zhang tanpa diketahuinya, lalu darimana sastrawan ini datangnya"
"Anda sepertinya sudah datang beberapa saat."
Dengan suara dalam sastrawan itu melangkah pelan menginjak rumput menuju kebawah pohon, katanya
"Tidak salah." Kata sastrawan itu seperti tidak terjadi apa-apa.
"Anda sungguh hebat."
Sastrawan itu tertawa dingin, dengan santai nengeluarkan kipas lipat yang bergambarkan bunga anggrek.
"Terima kasih atas pujiannya."
"Apa kau mengerti keadaanmu?"
"Pasti berbahaya, benar tidak?"
"Benar, sangat bahaya."
"Belum tentu." "Anda tidak perlu memaksakan diri bersikap tenang, anda sudah tidak dapat turun lagi."
"Jika tidak bisa turun lagi, buat apa aku nenyapamu?" Sastrawan itu sedikit pun tidak serniat untuk bergerak, "bukankah kau sendiri yang kurang tenang, kau berpikir ingin menunggu kelinci dibawah pohon, lalu kenapa pergi begitu saja" Jarak dari tanah dua zhang, kau tidak dapat berbuat apa-apa padaku. Jika kau meloncat ke atas, aku akan turun kebawah, kau ikut turun, aku kembali meloncat keatas. Ha ha ha! Kau bisa berbuat apa?"
"Apa kau tahu julukanku Shuang-jie-shu-sheng, maka sengaja mempermainkan aku?" Luo Wen-jing kesal sampai hatinya terasa panas, "kau ngin mengadu ilmu meringankan tubuh denganku?"
"Memangku maksudku." Kata Sastrawan itu dengan wajah berseri-seri, "kau, marga Luo menganggap dirinya pahlawan hebat, menganggap dirinya dengan sebilah pedang dengan ilmu meringankan tubuh yang lumayan bagus, ingin meraja lela, menjagoi dunia persilatan, makanya mengambil sebutan Shuang-jie (sepasang hebat). Sekarang di tanganmu tidak ada pedang, kecuali beradu ilmu meringankan tubuh denganku, kau sedikit pun tidak ada kemampuan lainnya."
"Jika anda sudah tahu asal-usulku, tentu juga tahu tentang "
"Aku tahu maksudmu." Kata Sastrawan memotong, "kau punya seorang pelayan merangkap teman yang setia, dipanggil Bandit Tai. Orang ini sejak lahir sudah mempunyai tenaga super, dengan satu tangan dapat mengangkat tempat abu kaki tiga yang besar dan beratnya seribu jin, suatu kali perampok yang ternama dari gunung Tai ini, dikepung oleh tentara pemerintah, dan hampir dipenggal kepalanya. Saat itu kau tanpa sengaja sedang lewat disana, sesaat timbul perasaan satu nasib, malam-malam kau masuk ke dalam penjagaan yang ketat menolong dia membuat dia terhindar dari hukuman mati, membuat dia merasa hutang budi dan ingin membalas budinya, dia mengikutimu dari pinggir secara diam-diam melindungi keselamatanmu, dia telah menjadi bayanganmu. Tapi kau adalah pendekar kelana dari aliran putih, dia adalah perampok besar dari rimba hijau, jika berjalan bersama, mana pantas" Maka dia selalu bersembunyi, selamanya dengan setulus hati membalas budimu secara diam diam. Tapi, kau telah mengabaikan satu hal penting."
"Hal penting apa?"
"Kau terlalu yakin pada pemikiranmu, kau memastikan, dengan teman-temanmu bermain keatas gunung, pasti tidak akan terjadi sesuatu. Makanya, aku berani bertaruh denganmu, pengawalmu pasti ada di kampung Xian sedang tertidur lelap, kau tidak mungkin dapat menggunakan kemahiran dia menggunakan Garpu Terbang Kecilnya yang dahsyat itu bersama-sama menyerang aku, kau berani bertaruh tidak?"
"Suara siulanku dapat mencapai sepuluh li lebih, aku pasti bisa memanggil dia kesini, asal aku bisa bertahan, itu sudah cukup. Garpu Terbang Kecil dia, dalam jarak lima zhang tidak pernah meleset, kau pasti mati."
"Menunggu dia datang, mungkin aku sudah ada di kota bersenang-senang."
"Siapa tuan sebenarnya?" Luo Wen-jing mengganti topik pembicaraan, dia jelas tahu kata-kata sastrawan ini masuk akal.
"Kau tebak saja sendiri! tuan, pulang dan beritahu Tuan Li, orang yang mati sia-sia di kabupaten Ye itu, setiap orangnya harus mendapat ganti kerugian seribu liang perak. Dengan kekayaan dia, mungkin hanya satu rambut dari sembilan sapi. Jika dia tidak mau, dia akan menyesali seumur nidup."
"Nan-yang-ba-jie juga bukan orang baik, tidak perlu mengganti kerugian, perselisihan dunia persilatan bisa dibereskan masing-masing, kalau mati ya terima nasib, anda tidak berhak melibatkan diri dalam hal ini. Sekarang, anda sengaja menantang aku marga Luo, ini adalah perselisihan pribadi antara aku dengan kau, harus diselesaikan oleh kita berdua, bertarung mati atau hidup mengandalkan kepandaian masing-masing, aku pasti tidak akan melepaskanmu."
"Kau tidak pantas bagus! Ha ha ha "
Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing tidak tahan lagi, mendadak dia meloncat terbang, tanpa bersiap tanpa mengangkat kaki, dengan jurus Bangau Menerjang Awan dia naik keatas, senjatanya sudah siap menyerang.
Dalam tawa yang keras, sastrawan telah bergeser ke pinggir dua zhang, cepat dan ringan melayang turun, dibawah terdengar suara gemeresik daun, dia menerobos ranting masuk kedalam hutan, seperti terbang pergi ke selatan, dua tiga kali kelebatan sudah menghilang didalam hutan.
Luo Wen-jing mengejar sejauh setengah li, beberapa kelinci hutan pada lari ketakutan karena kejarannya, tapi dia terpaksa membawa perasaan terkejut menyerah mengejar, dengan lesu kembali mencari jalan turun gunung.
Setengah li di sana, Li Hoa-xin berlima bersembunyi di dalam kebun buah di sisi jalan, diam mendengarkan gerakan yang ada diatas, lama sekali, hingga membuat setiap orang gelisah.
Yang pertama tidak tahan adalah Hoa Sheng, anak kecil memang kesabarannya terbatas, dia ribut ingin naik ke atas membantu, akhirnya di paksa oleh kakaknya untuk diam.
Akhirnya, mereka mendengar tawa keras itu!
Mereka melihat ada orang yang turun gunung, Luo Wen-jing turun dengan rupa wajah yang tidak biasa.
Ketika dia berkumpul bersama melewati belakang kampung Xian beberapa saat, seorang pria besar dengan dandanan orang kampung, perawakannya tegap, dengan langkah besar keluar dari kampung, berjalan menuju ke jalan kecil.
Di sebelah kanan jalan di belakang satu pohon, melangkah keluar seorang sastrawan baju hijau, kipas lipatnya direntangkan, menghadang jalannya.
0oo0