Pengelana Rimba Persilatan Bab 04

Bab 4

Dalam waktu yang singkat ini, hanya meninggalkan tempat tidak sampai dua puluh langkah, Fu Ke-wei sudah merasa tidak tahan lagi, kepalanya pusing, kaki dan tangan mati rasa.

Untungnya dia sudah tahu sifat racunnya, jadi dia sudah menyiapkan obat penawarnya.

Di dalam rerumputan yang tertutup rapat, dengan aman dia menyembunyikan diri, memaksakan tenaganya mengambil obat penawar dari kantong serba ada dan menelannya, setelah sesaat buru dia bertenaga mencabut jarumnya.

Perkiraan dia tepat sekali, Jarum Racun Pintu Neraka adalah jarum yang membuat orang Jiang-hu yang mendengar wajahnya akan berubah, senjata ampuh yang bisa membunuh secara diam-diam.

Panjang jarum itu tiga cun, di belakangnya ada bulu lembut berbentuk corong, jarak ampuh tembakannya, dapat mencapai dua sampai tiga puluh kali panjang seruling.

Nama asli peniup seruling adalah Seruling Pengejar Nyawa Xiao-jing, tenaga dalamnya sangat hebat, dia menggunakan tenaga dalamnya meniup jarum, dengan sangat jitu bisa menembak dari seratus chi lebih.

Orang yang pernah melihat wajah asli Seruling Pengejar Nyawa sangat sedikit sekali, tidak perduli orang aliran hitam atau putih semua membencinya. Racun diatas Jarum Pintu Neraka, walau bukan racun sekali melihat darah langsung mengunci tengorokan, tapi racunnya sekali masuk ke jantung pasti mati, dan tidak perduli mengenai bagian mana saja, begitu racun mencapai jantung hanya dalam sekejap, walaupun yang terkena di bagian kaki, perbedaan waktu matinya juga sangat terbatas.

Seruling Pengejar Nyawa dengan Seruling Damai, Seruling Racun disebut Tiga Seruling Dunia, dari Tiga Seruling Dunia, Seruling Pengejar Nyawa yang paling keji, dia diam-diam selalu mencelakai orang, kali ini bisa mati di bawah pedang Fu Ke-wei, sungguh langit mempunyai mata.

Walau Fu Ke-wei telah menyiapkan obat penawar, tapi dia merasakan lemas juga tidak bersemangat, kaki tangannya tidak bertenaga, tidak dapat pulih dalam waktu singkat.

Sampai lewat tengah hari, akhirnya dia pulih kembali, tubuhnya terasa haus dan lapar, sekarang dia sudah bisa keluar.

Dia kembali ketempat pertarungan tadi, empat mayat itu sudah jadi kaku, dan juga mendatangkan banyak sekali lalat, membuat orang ingin muntah.

Tanah yang berpasir gampang untuk mengubur orang, dia menggunakan sepasang tangannya menggali liang, setelah mengucurkan banyak keringat, baru dia selesai mengubur empat mayat itu.

Orang persilatan yang suka berkelahi, tempat terakhirnya, jika mati di parit dikubur di parit, jika mati di jalan cukup mendirikan tanda, tidak perlu bompai segala, juga tidak perlu disem-bahyangi keturunannya.

Fu Ke-wei sudah sampai di kampung nelayan lainnya, setelah makan dia kembali memulai pengejaran.

Dia tidak perlu menanyakan lagi pada penduduk kampung, dia telah menduga Ratu Lebah pasti tidak berani menampakan diri atau berhubungan dengan penduduk kampung.

Dia kembali ke tempat pertarungan meneliti jejak Ratu Lebah. Dia adalah ahlinya pencari jejak, diatas pulau pasir semacam ini, tidak sulit membedakan jejak yang belum lama ditinggalkan oleh manusia atau hewan.

Setelah dua jam, dia melihat di udara yang jauhnya satu li lebih, burung air terkejut dan berterbangan ke segala arah, di bawah kakinya, ada bulu bebek liar, walau telah dikubur dengan teliti, tetap tidak lolos dari matanya yang tajam.

"Kau sudah kenyang makan." pada arah burung air terkejut berterbangan dia berguman, disudut mulut tampak tawa dingin yang menakutkan orang, "kau seorang gadis, siang hari apa berani meloncat kedalam air" Kau terlalu pintar, terlalu pintar sering melakukan kesalahan, melakukan hal bodoh, kau seharusnya merampas sebuah perahu melarikan diri jauh-jauh. Mungkin, kau mengira aku telah mati oleh racun Jarum Pintu Neraka, jadi tidak perlu terburu-buru pergi!"

Sinar matahari tengelam memenuhi langit, malam akan tiba.

Banyaknya burung air diatas pulau air mengejutkan orang, sepertinya langit dipenuhi oleh beraneka ragam burung air yang terbang, mencari sarang untuk istirahat.

Di suatu kampung di pantai barat pulau pasir, di tambatkan dua rakit bambu, itu adalah alat pengangkut hasil buruan pemburu burung, di sisinya masih ditaruh lima enam kurungan burung persegi besar, sangat kokoh, di taruh di dua tempat, di dalam kurungan tidak ada burungnya.

Ratu Lebah seperti roh keluar dari dalam rerumputan, dengan gembira lari ke pantai, menuju kedua rakit bambu.

Dia menarik rakit, dan akan menariknya ke sungai yang berada dua puluh langkah jauhnya, asal dia berhasil di dorong ke air, maka dia tidak akan takut lagi ada orang mengejar.

Di tempat menaruh kurungan burung, tiba-tiba tampak Fu Ke-wei bangkit berdiri.

"Kau baru datang?" Fu Ke-wei mendekat sambil tertawa, "apa ingin pergi ke Wu-wei-zhou" Tidak salah, Wu-wei-zhou memang sangat sepi, mudah menghindari pengawasan orang, bagus untuk bersembunyi. Tapi aliran di utara lebih bahaya dari aliran selatan, kau seorang diri apa bisa mengendalikan rakit bambu ini" Maukah ku bantu?"

Wajah Ratu Lebah berubah total, wajahnya yang cantik memikat tiba-tiba seperti kehilangan darah, dari merah berubah menjadi putih pucat. Baju laki-lakinya di penuhi dengan rumput dan pasir, persis seperti pemburu burung yang hidupnya susah, jika tidak membawa pedang, sungguh tidak seperti pesilat tinggi dunia persilatan.

"Kau kau sembunyi disini?" dia dengan terkejut bertanya.

Tidak ada jalan untuk mundur, dia harus menyelamatkan diri melalui jalan air.

Tapi dia tahu itu tidak mungkin, jarak yang dua puluh langkah seperti ribuan li jauhnya, dia pasti tidak akan secepat pisau Xiu-luo yang ternama diseluruh dunia.

"Benar! Aku sedang menunggumu!" kata Fu Ke-wei sambil tertawa berdiri satu zhang lebih.

Hati Ratu Lebah tenggelam kebawah, tawa Fu Ke Zwei tadinya sangat ramah, walau membuat orang sulit menebaknya, tapi di lihat di matanya, tawa semacam ini sedikit pun tidak ada perasaan ramahnya, sebaliknya menakutkan sekali, itu adalah tawa kucing pada tikus yang ditaruh di depan cakarnya, tawa serigala pada anak kambing di depan taringnya.

"Ssst..!" sebuah suara pedang dicabut, dia mencabut keluar pedangnya, bersiap-siap akan mempertaruhkan nyawa.

"Kau pasti masih punya banyak Jarum Ekor Lebah." Wajah Fu Ke-wei kelihatannya seperti lebih ramah, "mungkin kau masih ada harapan membunuhku, aku pikir kau tidak akan menceritakan alasan kenapa mau membunuh aku. betul tidak?"

Pedang dia di sodorkan ke depan, ujung pedang mencapai posisi menyerang, wajah serius, lima jari tangan kiri setengah direntangkan setengah dibengkokan, tampak bergetar.

"Kau tidak bicara, tapi kau akan mengatakannya." Tangan Fu Ke-wei dengan santai diulurkan kebawah, dia tidak berniat mencabut pedang, "kau tidak ada niat beradu pedang dengan aku, karena ilmu pedangmu tidak seberapa. Cara kau membunuh orang adalah diam-diam menyerang dan bersiasat, usaha yang kau kerjakan adalah yang paling hina di dunia persilatan. Makanya, aku juga akan menggunakan pisau Xiu-luo membunuhmu."

Dia malas menjawab, sepasang matanya memperhatikan sorot mata Fu Ke-wei.

"Tempat aku berdiri, adalah jarak paling ideal untuk jarum Ekor Lebahmu." Fu Ke-wei tersenyum, "kesempatan ini tidak boleh dilewatkan."

Dua zhang, memang jarak paling ampuh jarum Ekor Lebah, juga jarak tepat bagi pisau Xiu-luo mengambil nyawa, pisau Xiu-luo lebih berat dari pada jarum, tenaganya lebih besar beratus kali.

Sehingga, kedua belah pihak sama-sama sangat waspada.

Semangat kedua belah pihak, masing-masing sedang bersiap melakukan pertarungan untuk menjatuhkan semangat lawannya. Tenaga dan semangat kedua belah pihak sudah sampai pada saatnya, sekecil apa pun perubahannya, bisa menimbulkan serangan gila yang mendadak, yang menakutkan, tiada duanya, tidak menyerang tidak apa-apa, sekali menyerang maka kalau bukan kau yang mati maka aku yang mati.

"Aku telah mendapatkan tidak sedikit jejak penting." Fu Ke-wei terus bicara, seperti tidak terpikirkan kalau berkata maka kurang konsentrasi, "tidak perlu lagi pengakuan lebih banyak, menangkap hidup atau mati sudah tidak ada pengaruhnya, Wanita Penenun Fei Yin-yin sudah mengatakan terlalu banyak. Dia tidak bisa tidak bicara, karena mengalami hal yang lebih parah dari pada mati, hingga semangatnya hancur, kalau kau" Apa yang akan kau alami apa pernah kau perhitungkan?"

Sorot mata Ratu Lebah bergerak, pedangnya pelan-pelan mengeluarkan suara siulan naga.

"Tenaga dalammu cukup hebat." Kata Fu Ke-wei sambil pelan-pelan bergerak ke kiri setengah langkah, "tidak sulit membunuh orang dalam jarak tiga zhang dengan menggunakan jarum sekecil ini. Lima enam tahun ini, kau tidak pernah gagal, orang yang mati secara diam-diam sudah terlalu banyak. Aku pikir, jika aku melelangmu di muka umum, coba kau tebak, ada berapa banyak orang yang akan datang berlomba membeli" Harganya entah akan setinggi apa" Jika membuat kau bagus! Lihay!"

Saat dia sekejap tidak konsentrasi, sebuah Jarum Ekor Lebah sekilas sudah meluncur tiba, kebetulan dia sedang melangkah ke sisi satu langkah, jarumnya lewat di sisi iga kanan, sungguh berbahaya sekali.

"Kau cukup hebat, sangat paham akan senjata gelap." Dia tetap berkata dengan tenangnya, "beberapa ahli senjata gelap sangat percaya diri, merasa dirinya paling hebat, menyerang kepada jalan darah atau khusus membidik titik mematikan, merasa ini adalah jurus hebat. Tapi, orang semacam ini yang gagalnya pun sering sekali, malah mengakibatkan nyawanya melayang.

Kau dengan aku bersifat sama, bertemu dengan lawan yang seimbang. Asal bisa melepaskan senjata gelap, dan dapat mengena sasarannya, tidak perduli titik mematikan atau bukan, artinya telah sukses setengah bagian. Maka beberapa tahun ini, kau dan aku bisa hidup dengan baik. Tapi hari ini, diantara kau dan aku harus ada seorang yang dihapus namanya dari dunia persilatan."

Ratu Lebah sudah mulai menggeser posisinya, karena pergeserannya Fu Ke-wei terpaksa dia bergeser juga untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan.

"Lebih baik lemparkan saja pedangmu, agar gerakannya lebih lincah." Fu Ke-wei pelan-pelan bergeser sambil berkata, "orang yang berkhayal menggunakan pedang menangkis senjata gelap, pasti adalah orang paling idiot, paling ditertawakan, paling kasihan di dunia, kau seharusnya mengerti ini. Aku memberi kesempatan, kau menyimpan pedang, aku jamin tidak mengambil kesempatan memberimu, sebuah pisauku."

Siasat Ratu Lebah mengharapkan Fu Ke-wei bertarung menggunakan pedang telah gagal, terpaksa dia menyimpan kembali pedangnya.

Dia merasa denyut jantungnya tidak dapat dikendalikan, telapak tangannya berkeringat, sungguh gejala yang tidak menguntungkan, membuktikan di dalam hatinya ada gejolak, telapaknya berkeringat pasti akan berpengaruh pada tenaga dan teknik melempar jarum.

Tentu saja, dia bukan ingin bertarung pedang dengan Fu Ke-wei, hanya ingin dalam pertarungan ini mendapat kesempatan bagus melepaskan jarumnya. Fu Ke-wei disebut Xie-jian (Pedang sesat), jurus pedangnya berbeda dengan perguruan yang ada di dunia, belum pernah terdengar ada orang ternama atau pesilat tinggi mana yang bisa mengalahkannya, dengan orang macam ini bertarung pedang, adalah menggunakan nyawa sendiri untuk berkelakar.

"Jangan paksa aku." Kata Ratu Lebah sambil menyimpan pedangnya, dengan melemparkan pedang kebawah, dia melihat keadaannya sudah tidak ada kesempatan menggunakan pedang, "lepaskan aku, dan selanjutnya, pasti tidak akan ada orang yang diam-diam membunuh kau lagi, kecuali musuh besarmu tidak melepaskanmu."

"Kaulah yang memaksa aku." Kata Fu Ke-wei, "jika kau di posisi aku, apa kau akan menyelidik sampai tuntas atau tidak" Kita adalah orang yang mempermainkan nyawa, entah penjelasan apa yang bisa membuat tenang" Jika setiap hari kita khawatir ada orang diam-diam akan membunuh, tidak jadi gila juga itu baru aneh."

"Aku tidak bisa memberitahu, kau "

"Aku tidak akan berhenti sebelum sampai di'sungai kuning'."

"Hemm...!" Ratu Lebah berteriak, sepasang tangan berturut-turut diayunkan, yang digunakan adalah jurus BungaHujan Memenuhi Langit, hujan jarum menguasai daerah sekitar dua zh.nij'., dahsyat laksana angin topan badai hujan.

Bayangan biru melayang mundur, melayang mundur sebelum hujan jarum tiba, tubuh manusi.i yang berat malah ringan seperti bunga jatuh, mundurnya seperti tidak cepat, tapi sebenarny.i lebih cepat sedikit dari pada hujan jarum.

Melayang sejauh tiga zhang, hujan jarum pun habis tenaganya pada jatuh ketanah, walau masih ada beberapa yang terbang maju, tapi sudah tidak dapat melukai orang. Jarak kedua pihak sudah ada labih dari lima zhang.

Ratu Lebah membalikan tubuh langsung menggunakan langkah seribu, dengan kecepatan penuh loncat kearah sungai.

"Ha ha ha ha " Suara tawa menggetarkan telinga, semakin mendekat dibelakang. "Matilah kau!"

Ratu Lebah tiba-tiba membalikan tubuh, dengan marah teriak, kedua kalinya dia melepaskan jarum, jumlahnya lebih banyak dari yang pertama kali, tenaganya lebih mengejutkan orang.

Tapi, saat jarum Ekor Lebah dari sepasang tangannya terbang menembus angin, jantungnya seperti meloncat, wajahnya berubah, dia tahu dia sudah habis, hatinya tenggelam kebawah, seluruh tubuh terasa kaku.

Fu Ke-wei yang mengejar sampai tiga zhang, mendadak menerkam kedepan, disaat sekejap tubuhnya menempel tanah, kilatan sinar dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat mata telanjang, sudah tiba didepan dadanya Ratu Lebah.

Ratu Lebah sudah tidak dapat menghindar, hanya dengan reflek menggerakan tubuh, pisau Xiu-luo langsung menusuk masuk kedada kanan bawah, seluruh tubuhnya bergetar, seperti terkena listrik.

Hujan jarum bersiut lewat dari atas punggung Fu Ke-wei, semuanya tidak berhasil mengenai sasaran, ada beberapa lewat hampir menempel di belakang kepala, bahayanya setipis rambut.

Fu Ke-wei menerkam sambil melempar pisau saat lawan telah melemparkan jarum seperti hujan, Pisau Xiu-luo malah lebih cepat sekejap dari hujan jarum, perhitungannya memang tepat dan hebat sekali, meski bergerak belakangan tapi sampai lebih dulu, tidak aneh Ratu Lebah sampai tidak punya kesempatan menghindar, dia hanya sempat bergerak menghindar dari tusukan pisau di tempat yang mematikan.

Dia meloncat berdiri, maju dengan langkah besar. Sepasang tangannya menahan dadanya, membalikan tubuh sempoyongan lari kesungai.

Fu Ke-wei perlahan mengikuti, dengan keras berkata:

"Jangan harap kau ingin mati di dalam air."

Langkah Ratu Lebah kacau, tapi tetap berlari ke depan, dia sudah hampir sampai di sungai.

"Semua karena berhubungan dengan hidup matinya diriku, aku tidak dapat kasihan padamu." Nada bicara Fu Ke-wei semakin dalam.

Saking sakitnya seluruh tubuh Ratu Lebah sampai gemetar, langkahnya semakin lambat bergoyang-goyang.

"Jika aku tidak bisa mendapatkan ketua kalian, ketua kalian akan tidak akan berhenti mengutus orang diam-diam membunuh aku, di tempat mana pun aku harus waspada ada orang yang diam-diam ingin membunuhku, minum seteguk air juga mungkin bisa mati terkena racun. Makanya, aku tidak akan berhenti."

Ratu Lebah sudah hampir sampai di air, lalu jatuh, kembali berusaha berdiri.

"Berani diam-diam membunuh aku, dan dapat mengutus banyak orang, merencanakan jebakan yang rapih, orang ini pasti adalah orang yang hebat. Diantara aku dan dia, hanya boleh satu orang yang hidup, setelah ada yang mati baru boleh selesai." Nada bicara Fu Ke-wei tegas dan kuat, menggetarkan telinga, dan penuh percaya diri, "menangkap bangsat tangkap dulu rajanya, tidak menangkap otak pembunuhnya, aku tidak bisa tidur tenang."

Akhirnya Ratu Lebah sudah sampai pada jarak kurang lebih satu zhang dari sisi air, mendadak dia menerjang ke depan.

Fu Ke-wei cepat maju ke depan, menangkap lengan kanannya, sekali tarik. Dia menjerit kesakitan, lalu dilemparkan ke pantai, tubuhnya meronta, terlentang, kaki dan tangan semakin lemas.

"Aku tidak bisa kasihan padamu." Dia berdiri tegak, "beritahu aku asal usulmu, baru aku dapat menolongmu."

Ratu Lebah menahan sakit, membuka sepasang mata yang tidak bercahaya, menatap pada dia.

"Aku...aku tidak bisa mem...memberi tahumu." Ratu Lebah akhirnya bicara, "aku...aku sakitnya su...sudah tidak tahan, tambahkan aku sa...satu pedang, aku...aku tidak ben...benci kau."

"Tidak." katanya dengan tegas, "aku ingin tahu kebenarannya, di dunia persilatan ada tiga organisasi pembunuh bayaran yang besar, perkumpulan Bunga Merah, Organisasi Teratai Putih, perkumpulan Qing-lian. Beritahu aku, kau anggota pembunuh bayaran dari perkumpulan yang mana?"

"Aku...aku ti...tidak bisa..."

"Dengan susah payah aku bisa mendapatkan orang penting seperti kau, kalau kau tidak mengatakannya aku tidak akan berhenti." Dia dengan galak berkata, "walau kau mati, aku juga akan memamerkan mayatmu di dunia persilatan, mengundang orang persilatan melihatnya, kurasa pasti ada orang yang mengenal wajah aslimu, dan mendapatkan asal usulmu."

Ratu Lebah ingin bicara tapi tidak jadi, akhirnya berteriak sekali, lalu jatuh pingsan.

Saat sadar kembali, bintang-bintang penuh di langit. Dia menemukan dirinya berbaring di dalam gubuk rumput, di sisi menyala satu obor cemara, di sisinya duduk Fu Ke-wei.

Dia menemukan dirinya hanya memakai baju dalam, luka dadanya telah dibalut dengan sobekan baju.

"Aku tidak akan berterima kasih padamu karena telah menolongku." katanya dengan lemah, "orang yang berusaha di bidangku, menjaga rahasia adalah syarat penting dan utama. Aku adalah pakarnya, pakar dihidang ini, kau tidak mungkin mendapatkan apa pun dari mulutku."

"Aku tahu kau sangat pemberani." Kata Fu Ke-wei dingin, "hatimu pun cukup kejam cukup keji, tapi sebagai manusia! Pasti ada kelemahannya di balik kekejaman, pasti tersembunyi satu kelemahan. Jago aliran hitam, Orang Gila Pembunuh Sembilan Leng-gang, tidak takut langit tidak takut bumi, membunuh orang seperti menjagal anjing, tapi begitu dia bertemu dengan seekor kucing hitam, dia ketakutan setengah mati, seluruh tubuhnya kaku, inilah kelemahan dia. Aku tidak akan gunakan cara yang keji memerasmu, tapi aku sedang mencari kelemahanmu."

"Aku aku tidak akan takut takut kucing hitam."

"Masih ada benda dan cara lain!"

"Kau sedang me menyia nyiakan waktu."

"Kita lihat saja nanti." Katanya sambil tertawa, "disekitar sini sangat tersembunyi, aku ada banyak waktu."

Saat tengah malam, Ratu Lebah mulai demam.

Pada saat hari sudah terang, dia sudah dalam keadaan setengah sadar.

Saat dia sadar, melihat Fu Ke-wei diluar gubuk, sedang santainya bernyanyi kecil, dengan bangganya memanggang bebek liar.

"Beri beri aku air " teriak dia dengan lemah.

"Baik, airnya datang." Kata Fu Ke-wei gembira, dia memindahkan bebek panggang setengah matang ke sisi api, batang pohon yang menembus bebek ditaruh diatas cabang kaki tiga penyangga, lalu membawa kendi air keramik dan sebuah mangkuk yang di beli dari kampung.

"Minumlah!" Fu Ke-wei mengangkat tubuh atas dia memberi dia minum air, "airnya belum di masak, kalau sampai sakit perut tidak tanggung jawab."

Dia tidak bisa tidak minum, dia minum satu mangkuk besar.

Fu Ke-wei membaringkan dia kembali, lalu kembali kesisi api memanggang bebek liar.

Seluruh tubuh Ratu Lebah panas sekali, wajahnya merah seperti api, bibirnya sudah tampak ada retak dan kering.

"To...tolong panggilkan...tabib un...untuk aku..." Dengan nada memohon.

"Oh...! bagaimana tabib mau datang" Kau sedang berkhayal." Kata Fu Ke-wei seperti tidak terjadi apa apa.

"Ka... kalau begitu ba...bawa aku ke... kekota ber... berobat..."

"Rupamu yang seperti setan ini, apa aku berani membawamu" Apa siap masuk ke pengadil-an?"

Keadaannya memang sungguh sangat kacau, dia hanya memakai baju dalam, di bawah baju tampak berantakan baunya kalau dicium bisa muntah, laki-laki tentu akan menghindar mengurus dia, keadaan seperti ini memgotongnya masuk kekota, pasti akan terlibat perkara. "Ooo.. .Aku hampir mati..." "Seharusnya kau memang harus mati sejak dulu, tidak perlu salahkan orang!"

Saat ini Ratu Lebah sudah bukan lagi setan wanita yang bisa dengan tersenyum membunuh orang, tapi adalah wanita biasa yang disiksa oleh demam panas yang tinggi yang tidak lama lagi akan hancur.

Demam panas akan membuatnya setengah sadar, setengah sadar akan menjadi mimpi buruk, mimpi buruk akan mengigau, mengigau tidak akan terhindar membocorkan rahasia yang di sembunyikan didalam hati.

Buat orang persilatan tangan memegang golok atau pedang, satu kata tidak cocok segera timbul hawa membunuh, pisau putih masuk, keluar jadi pisau merah, mati pun tidak perlu mengerutkan alis, sekali bertarung tidak perdulikan hidup atau mati.

Tapi semua ini tidak bisa membuktikan dia tidak takut mati, kalau tidak takut mati lalu buat apa hidup" Pahlawan yang takut disiksa sakit, sekali disiksa, seorang pemberani sangat mungkin berubah menjadi penakut.

Sakit, itulah kelemahan Ratu Lebah, di dunia kebanyakan orang ada kelemahan semacam ini, sangat umum sekali.

"Tolong aku..."

Dia seperti menyerah, sebenarnya suaranya sangat dikasihani.

"Aku sudah menolongmu, sayang obat lukaku kurang mujarab."

"Aku " "Kau tidak apa apa, mungkin masih bisa bertahan dua tiga hari, aku akan menunggui mu mati, aku akan menguburkan kau di bawah pasir."

Ratu Lebah teriak sekali, lalu jatuh pingsan.

Saat sadar, hari sudah sore.

Semalam lagi dia menderita, kecuali air, Fu Ke-wei sama sekali tidak perdulikan dia.

Hari sudah terang, keadaan Ratu Lebah hanya tinggal nafasnya, orangnya sudah tidak karuan sekali.

"Kau kau ti tidak meng...mengganti obat." Katanya dengan tidak jelas.

"Obat ku telah habis digunakan." Fu Ke-wei dengan santai berkata, diluar gubuk dia meng-gerakan kaki dan tangan, di sisinya ada dua ekor bebek liar yang diburu semalam.

"Aku aku bunuhlah aku!"

"Terhadap orang tidak berdaya, aku tidak ada selera, aku hanya menunggu kau menghembuskan nafas terakhir, setelah mengubur kau tepuk-tepuk tangan dan pergi. Kau tahu, laki laki mengurus wanita sakit sungguh repot sekali!"

"Aku " "Beritahu aku, siapa nama dan marga kau" Mungkin, aku akan mendirikan satu bompai untukmu, mengukir namamu. Ha ha ha! Orang mati tinggalkan nama, itu harus." "Tolong aku!"

"Belum waktunya. Hey! Kau bukan bermarga Nu kan?"

"Aku...marga Ouw...Ouw Yu-zhen." Akhirnya dia menyerah.

"Dari perkumpulan Bunga Merah?"

"Per... Perkumpulan Qing-lian..." Pikirannya sudah dalam keadaan setengah sadar.

"Ketua perkumpulan mu adalah "

"Hartawan Besar Zhan, Zhan Fan-chen." Kali ini jawaban dia terdengar jelas.

"Ooo! Aku bawa kau mencari dia, bagaimana mencarinya?"

"Di...gunung Lu lembah Da-yin kampung Tao."

"Siapa yang mengeluarkan uang untuk bunuh aku?"

"Ti...tidak tahu."

"Bagaimana Wanita Penenun bisa tahu?"

"Dia...dia tidak mung mungkin tahu, dia hanya me... menerima pe... perintah a... aku..."

"Baik, aku bawa kau berobat." Dia merintih sekali, pingsan tidak sadar-kan diri.

Fu Ke-wei menempatkan Ratu Lebah di penginapan di pelabuhan Fu, setelah meninggalkan cukup uang, dia buru-buru menuju keselatan.

Lembah Da-yin dibawah bukit Shuang-jian di gunung Lu, kampung Tao letaknya setengah li di tenggara hutan.

Perkampungan ini sebenarnya hanya ada sepuluh lebih rumah, ketua perkampungannya Hartawan Besar Zhan, Zhan Fan-chen, di Jiu-jiang dia cukup punya nama, termasuk bangsawan setempat, orangnya ramah dan penderma. Siapa pun tidak tahu dia berpura-pura baik, lebih-lebih tidak ada orang yang tahu dia adalah ketua perkumpulan Qing-lian, pemimpin pembunuh bayaran.

Fu Ke-wei siang malam berlari ke Jiu-jiang, dia tahu dia harus cepat, maka dia segera melakukan gerakan kilat, jika menunggu perkumpulan Qing-lian mendapat tanda bahaya pasti akan mengumpulkan pesilat tinggi untuk berjaga, atau ketua Zhan setelah mendengar berita, bisa melarikan diri, dunia demikian besar, kemana mencari orang menakutkan yang tidak diketahui siapa pun"

Di selatan perkampungan Tao sekitar satu li, ada satu lereng datar seluas sepuluh ha, penuh ditumbuhi rumput setinggi lutut, seperti karpet hijau yang besar.

Keluar masuk orang kampung, harus melalui lereng ini. Jalan kecil menuju kota menerobos lereng, berdiri diatas lereng, dapat melihat dengan jelas pemandangan pintu kampung.

Lewat tengah hari, Fu Ke-wei sudah tampak berada ditengah-tengah lereng, dia duduk di atas rumput di pinggir jalan kecil, membuka makanan dan arak yang dibawa, dengan santai menikmatinya.

Makan di alam terbuka, tidak cocok dengan situasinya, karena diatas kepala matahari sangat terik, sungguh tidak nikmat, dia sesungguhnya sedang menyiksa diri.

Di luar dalam jarak setengah li tampak hutan menghampar, pohon tua menjulang kelangit, di setiap tempat adalah tempat melancong dengan pemandangan indah. Malah ada orang di lapangan rumput pendek, di bawah terik matahari, makan di alam terbuka, sungguh tidak normal.

Hal yang tidak normal, akan menjadi perhatian orang.

Setelah minum setengah puas, di kampung Tao keluar tiga orang, dengan tenang berjalan menurun, semakin mendekati lapangan rumput.

Sejak tiga orang ini mulai meninggalkan pintu perkampungan, gerak-geriknya sudah di dalam pengawasan Fu Ke-wei.

Tentu saja, segala gerakan dia juga dalam pengawasan tiga orang itu.

Jarak kedua tempat satu li lebih, kedua belah pihak bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh dan wajah lawannya, seharusnya dari bentuk tubuh dan gerakan, melihat kedudukan lawan, seorang pembunuh bayaran, sudah punya kemampuan ini.

Dia pikir di perkampungan sudah ada orang yang mengenal dirinya.

Sesudah dekat, semua tampak seperti orang kampung yang berwajah biasa dan ramah, usia-nya sekitar tiga-empat puluhan, berdandan pegawai panjang, tidak terlihat tingkah seorang pesilat.

"Hei...!" orang yang pertama sampai sambil tersenyum menyapa, "saudara semangat sekali, mengapa makan dialam terbuka?"

"Ha ha ha! Diatas kepala matahari seperti pembakaran besar, mana ada semangat makan di alam terbuka?" dia bangkit berdiri sambil tertawa keras, "aku sedang menunggu orang."

"Menunggu orang" Ada janji?"

"Belum janji! Jika janji maka itu janji kematian." Dia menepuk-nepuk pedang yang di selipkan di pinggangnya, "barang yang harus dibawa, aku sudah membawa semuanya."

"Janji dengan siapa?"

"Teman lama." Dia tertawa, dari dalam keranjang makanan mengambil satu hio, menggunakan kuku di bawah hio satu cun, mengupas hio, maka hio nya tampak ada kupasan sepanjang setengah cun, "saudara, kenal hio semacam ini?"

"Tidak kenal." Orang kampung menggelengkan kepala.

"Ha ha ha! Saudara seharusnya kenal, ini adalah hio penghitung waktu yang sering digunakan orang Jiang-hu." Dia menancapkan hio di tanah, "kecepatan pembakarannya, ditentukan oleh besar kecilnya tiupan angin, kering basahnya dan lain-lain, biasanya digunakan didalam ruangan ditaruh diatas tempat abu untuk menghitung waktu. Disini, sulit bisa tepat, tapi perbedaannya tidak besar."

"Maksud saudara ini adalah "

"Ini adalah hio dua cun batas waktu yang aku berikan pada orang untuk bertemu." Dia tertawa, "anginnya tidaklah besar, panas dan kering, hio satu cun ini, kira-kira dapat menyala setengah jam."

"Orang yang saudara janjikan adalah "

"Inilah dia." Di dalam dada dia mengeluarkan kartu minta bertemu, "tuan hartawan besar Zhan, Zhan Fan-chen di perkampungan Tao, benar tidak ketua perkampungan kalian" Tolong, saudara sampaikan untuk aku, terima kasih."

"Apa?" tiga orang kampung wajahnya bersamaan berubah.

"Aku tidak salah cari tempat bukan?" dia tertawa.

"Siapa marga dan namamu, saudara?" orang kampung pertama yang tetap menyapa, dan telah menerima kartu minta bertemu, "sepertinya kau lupa membubuhkan nama."

"Tidak perlu membubuhkan nama, ketua kampung Zhan sudah tahu." Dia kembali mengambil makanan dari keranjang, "masih ada lagi, benda-benda ini sekalian diantarkan."

Tiga pria besar wajahnya berubah besar, menarik nafas dingin.

Seluruhnya ada tiga benda: jarum tiup beracun orang tua, senjata gelap yang kedua ujungnya tajam dari Wanita Penenun, Jarum Ekor Lebahnya Ratu Lebah.

"Ambilah!" Dia memberikan tiga macam senjata gelap ke tangan pria kampung, "tadinya aku punya cukup alasan, diam-diam membunuh dulu beberapa orang perkampunganmu kemarin malam, lalu dengan terang-terangan menyerang. Harap beritahu ketua perkampungan kalian, sekali hionya terbakar habis jika dia tidak datang, aku akan tepuk-tepuk kaki pergi, akibatnya dia harus tanggung semuanya. Ooo ya! Dia tidak dapat membawa terlalu banyak orang, paling banyak hanya boleh membawa tiga orang sebagai saksi, aku juga hanya membawa tiga orang. Orang lainnya, boleh berdiri diatas lereng menyaksikan, menghindarkan kesalah p ah aman."

"Tiga orang saksi anda "

"Disana." Dia menunjuk kehutan disebelah barat sejauh setengah li, "begitu ketua perkampungan datang, mereka akan menampakan dirinya."

"Ini "Apa yang aku katakan, harap saudara jangan lupa apa-apa yang penting. Ah! Aku akan menyalakan hio."

Tiga orang kampung berpencar ke kiri dan ke kanan, akan melakukan sesuatu.

"Kalian adalah orang orang pintar, harap jangan melakukan hal bodoh yang merugikan." Dia santai berkata, "aku masih muda, kesabaran ku ada batas, dan juga bukan pahlawan yang penuh kebenaran dan penuh kesayangan, apa kalian mengerti maksudku?"

Tiga orang kampung itu saling memandang, pelan-pelan mundur.

Dia mengeluarkan peneker api, pisau api begitu dipukul, percikan api membakar pembuat api, lalu perlahan di goyang, pembuat api mengeluarkan api, menyalakan selongsong kain minyak.

"Waktu pembakaran satu cun hio sudah cukup." Dia menyalakan hio, meniup padam api yang menyala, katanya, "kalian lambat satu langkah sama dengan merugikan ketua perkampungan kalian lebih satu langkah kesempatan mempersiapkan diri."

Tiga orang kampung segera berlari, cepat sekali.

Fu Ke-wei kembali duduk, kembali minum arak.

Hio setengah cun hampir terbakar habis jadi abu, di luar pintu tetap tidak ada gerakan.

Dia menghabiskan seteguk arak terakhir di dalam Hu Lu, memasukan kembali alat makan dan sisa-sisa, bangkit berdiri menepuk-nepuk debu di tubuhnya, membereskan baju, pedang dipindahkan ketempatyang mudah dicabut.

Semua gerakannya, dilakukan dengan tenang dan mantap, sepertinya dia benar-benar adalah pelancong menikmati gunung, bukan (latang untuk bertarung dengan pesilat tinggi.

Akhirnya, sekelompok orang mulai keluar dari pintu perkampungan.

Diatas lereng, dua puluh lebih laki perempuan menahan nafas menunggu, berjarak di luar seratus langkah, tetap masih bisa merasakan ada ketegangan.

Empat orang telah tiba, hionya pas terbakar habis.

"Ketua perkumpulan, apa kabar." Sambil tertawa dia merangkapkan tangan memberi hormat, "aku datangnya tergesa-gesa, harap bisa di maafkan, aku Fu Ke-wei."

Ketua perkumpulan Qing-lian, Zhan Fan-chen usianya kira kira setengah ratus, tingkahnya anggun, perawakannya tegap, wajah persegi, telinga besar, wajah bersinar merah, memelihara kumis dan janggut, wajahnya tenang, tersenyum ramah. Memakai mantel panjang berwarna biru pusaka sebagai dasar dengan kembang awan putih berkilat, tidak perduli di tempat apa kehadirannya, siapa pun harus mengakui dia adalah bangsawan ternama yang berkedudukan tinggi.

Tiga orang yang mengikuti usianya tidak beda jauh, semua memakai mantel hijau, semua berwajah terang dan tenang, tingkahnya tidak biasa. Wajah yang jujur ramah, panca indra tepat di tempatnya, sulit buat orang percaya mereka adalah pesilat. Tiga orang membawa empat bilah pedang, jelas yang satunya milik ketua kampung Zhan Fan-chen.

"Lama telah mengagumi." Ketua Zhan sambil tersenyum membalas hormat, tawanya ramah, "saudara kecil menggemparkan dunia persilatan, naga di antara manusia, hari ini dapat bertemu, sungguh membuat kagum orang seumur hidup."

Basa-basi sejenak, ketua perkumpulan memperkenalkan orang-orangnya. Mereka adalah Zhao-zhong, Qian-xiao, Sun-ren. Entah nama mereka asli atau palsu" Bagaimana pun begitu lah kenyataannya.

Fu Ke-wei mengangkat tangan kanan, mengayunkan tiga kali.

Tidak lama, dari dalam hutan melangkah keluar tiga orang setengah baya, langkah kakinya santai, sebentar saja telah mendekat.

Wajah ketua perkumpulan sedikit berubah, tapi tetap tersenyum.

"Tiga temanku ini, mungkin ketua Zhan tidak asing, mereka datang untuk menjadi saksi." Fu Ke-wei memperkenalkan kedua belah pihak, "salah satu empat polisi besar di dunia dari kantor Jiu Jiang, Pedang Penakluk iblis, Xu Wen-ding polisi Xu, salah satu dari sembilan jago pedang terbesar di dunia, Pedang Naga Bersiul, Wu Yu-long, orang pintar dari dunia persilatan, Pedang Setan, Zuo-liang. Mereka adalah orang orang ternama di dunia persilatan saat ini yang bisa kuundang. Mengenai polisi Xu adalah penanggung jawab setempat, dia berhak tahu segala hal yang terjadi di tempatnya.

"Harus, harus," Ketua Zhan tertawa-tawa, "saudara kecil sudah mempersiapkan dengan matang, caranya juga hebat."

"Baik sekali perkataan ketua Zhan." Kata Fu Ke-wei ramah, "tiga barang bukti, ketua Zhan seharusnya sudah menerimanya, jika perlu saksi, uku bisa menyuruh orang membawanya kesini, t idak tahu ketua perkumpulan ada pertanyaan dan petunjuk apa?"

"Sudah tidak perlu." Ketua Zhan wajahnya menjadi dingin, "aku bukan orang yang tidak bisa menerima atau tidak bisa melepas, lebih-lebih I >u kan orang yang tidak bis a menerima kekalahan."

"Mengagumkan, mengagumkan. Kalau begitu, anda mengaku sebagai ketua Perkumpulan Qing-lian," wajah Fu Ke-wei juga jadi dingin, "apa aku salah mencarinya?"

"Tidak salah, aku memang ketua perkumpulan Qing-lian." Ketua Zhan membenar-kan. "Perkumpulanku ternama di Jiang-hu sudah tiga puluh tahun, bisnis yang diterima tidak kurang dari ribuan, walau ada beberapa yang gagal, tapi tidak pernah kalah. Sangat disesalkan, kali ini kalah begitu fatal. Ada polisi Xu disini, jadi perkumpulan Qing-lian sudah hancur sampai keakar-akarnya, nama saudara memang tidak kosong."

"Hartawan besar Zhan mendirikan pusat perkumpulan disini sudah dua puluh tahun lebih, namanya baik, berbudi luhur tersebar keseluruh Jiang-hu." Kata Pedang Penakluk Iblis polisi Xu sedikit malu, "aku benar-benar ada mata tidak ada bola matanya, sangat menyesal. Mulai dari sekarang, aku beri waktu dua puluh empat jam pada hartawan, besok pada waktu ini, tentara akan mengurung rumah anda, jika kurang sopan, harap bisa dimaklumi."

"Polisi Xu sangat bijaksana." Kata Pedang Naga Bersiul Wu Yu-long dingin, "perkumpulan Qing-lian tidak akan membuat perkara di tempat ini, polisi Xu sementara tidak akan mendapatkan bukti kesalahannya. Tolong tanya, besok, pada waktu ini, saudara Xu berdasarkan apa, membawa tentara menggurung perkampungan Tao" Kebijak-kan mu tidak dapat diterima!"

"Ini " Polisi Xu tidak bisa bicara.

"Maka, masalah ini biarkan saja di selesaikan secara pribadi oleh teman Jiang-hu!" kata Pedang Naga Bersiul dengan keras:

"Tentu, masalah saudara Fu harus di selesaikan terlebih dulu, masalah selanjutnya bagaimana nanti saja."

"Betul, masalah saudara Fu diselesaikan terlebih dulu." Pedang Setan Zuo-liang tertawa, "jika ketua Zhan bisa selamat melewati ujian, walau saudara Xu ingin lebih awal membawa orang melaksanakan tugas pemeriksaan, juga akan sia-sia, juga tidak akan mendapatkan bukti kesalahan, kelinci pintar membuat tiga goa, orang-orang perkumpulan Qing-lian tidak akan tinggal diam menunggu mati."

"Tidak perduli hasil akhirnya bagaimana, Perkumpulan Qing-lian sudah pasti kalah." Ketua Zhan dengan tenang berkata, "diantara yang kuat ada yang lebih kuat, aku telah salah menilai kemampuan saudara Fu, usaha selama tiga puluh tahun akhirnya hancur dalam sehari, menyesal sekali. Saudara Fu, bisakah jelaskan cara penyelesaiannya?"

"Dua hal." Fu Ke-wei dengan serius berkata, 'pertama, beritahukan asal-usulnya nama pelanggannya."

"Ha ha ha! Saudara Fu, maaf aku tidak bisa menyanggupi permintaanmu." Ketua Zhan langsung menolak, "sebabnya Perkumpulan Qing-lian bisa berdiri selama tiga puluh tahun, karena dengan kata "kepercayaan" sebagai jaminan, kau sedang mengajukan permintaan yang tidak mungkin."

"Tidak bisa dirundingkan?"

"Tidak bisa," jawab Ketua perkumpulan Zhan tegas.

"Walau aku melepaskan permintaan yang lainnya juga tidak ada kesempatan untuk merundingkan?"

"Tidak salah!" "Baik, kalau begitu aku ajukan permintaan keduaku."

"Aku mendengarkan dengan hormat."

"Bubarkan perkumpulan Qing-lian, semua harta benda perkampungan, di sumbangkan pada toko obat Hui-min yang ada di kota dan Rumah Bi-tian, biar polisi Xu yang mengaturnya."

Toko obat Hui-min di usahakan oleh pemerintah, ada berbagai tabib ahli, tabibnya semua telah lulus uji, mengobati dan memberi obat tanpa bayar itu adalah politik sosialnya pemerintah. Sayang keuangan masing-masing kantor terbatas, makanya kecuali beberapa kota besar, di kota-kota kecil toko obat Hui-min biasanya kekurangan biaya. Rumah Bi-tian juga usaha pemerintah, khusus menampung orang jompo dan yatim piatu, yaitu rumah penampungan yang biayanya juga terbatas sekali.

. "Aku harus mempertimbangkannya dulu." Ketua Zhan merasa di luar dugaan, tidak menduga Fu Ke-wei bisa mengajukan permintaan semacam ini.

"Aku ingin jawaban yang pasti, dan harus di keputusan segera." Tingkah Fu Ke-wei juga sangat tegas, "setelah memastikan, perselisihan kita hapus, aku tidak akan mempertanyakan lagi masalahmu."

"Dikemudian hari?"

"Dikemudian hari" Asal aku dapatkan bukti kesalahanmu, aku bisa mencari kau, harap kau selamanya tidak mendirikan usaha pembunuh bayaran lagi."

"Teman persilatan lainnya" Aku perlu jaminan."

"Ketua Zhan, kau sedang mengajukan permintaan yang keterlaluan." Kata Fu Ke-wei tanpa sungkan, "permusuhan pribadi antara kau dan aku, hanya bisa diselesaikan antara kau dan aku pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Perselisihan antara kau dengan orang persilatan, aku tidak bisa melibatkan diri, kau harus selesaikan sendiri dengan mereka. Sekali kau meninggalkan perkampungan Tao, keselamatan mu menjadi tanggung jawab sendiri, di saat pemindahan hak harta benda, kau tetap aman, inilah satu-satunyajaminan aku."

"Kalau begitu tidak perlu banyak bicara lagi, aku menolak permintaan mu."

"Dua permintaanku semuanya ditolak?"

"Betul." "Kalau begitu, kita terpaksa selesaikan dengan satu pertarungan." "Mungkin benar."

"Baik, aku dengan sangat mengajukan satu pertarungan yang adil, apa anda menerimanya?" Fu Ke-wei satu kata satu kata mengucapkannya.

"Kalau diterima bagaimana, kalau tidak terima lalu bagaimana?"

"Kalau diterima kita selesaikan disini, kau dan aku masing-masing membawa tiga orang saksi, ini akan menjadi satu pertarungan yang adil, dan ada saksinya, hanya boleh satu orang yang hidup, kalau ada yang mati baru selesai. Jika tidak menerima, aku segera persilahkan saksi pergi, selanjutnya masing-masing jalan sendiri, kejamnya pembalasan, tidak akan pernah ada contohnya."

"Apakah anda menakut-nakuti aku?"

"Kau salah ketua Zhan." Kata Fu Ke-wei dingin, "aku Xie-jian-xiu-luo tidak pernah menakut-nakuti orang, aku telah berada di sekitar perkampungan anda selama dua hari, keluar masuk perkampungan anda sebanyak tiga kali, jika bukan polisi Xu merasa khawatir aku melukai wanita dan anak-anak, Sudah dari dulu aku melakukan pembunuhan, mana mau aku melakukan pertarungan adil dengan kau" Kau tidak memberi aku kesempatan yang adil, aku malah telah menghormatimu, apa kau tahu" Katakanlah! Aku menunggu jawabanmu, menerima atau tidak terima terserah kau."

"Saudara, kau sudah mendesakku sampai tidak ada jalan lain lagi." Kata ketua Zhan dengan nada dalam.

"Jika aku mati di Wu-hu, tidak akan ada orang yang bisa membongkar kejahatanmu." Kata Fu Ke-wei tertawa dingin, "kau ingin bicarakan aturan denganku?"

"Sudah tidak perlu, aku terima." Ketua Zhan tertawa tawar, "saudara, katakan saja caranya!"

"Kau mengorganisasi perkumpulan pembunuh bayaran, semua pembunuhnya mahir dengan senjata gelap, ketua perkumpulan pasti telah khusus mempelajarinya. Aku ingin "

"Aku tidak ingin menggunakan senjata gelap menentukan pertarungan hidup mati." Ketua perkumpulan Zhan memotong, dia mungkin tahu pisau Xiu-luo nya Fu Ke-wei sangat menakutkan.

"Kalau begitu dengan senjata di tangan sebagai ganti, senjata gelap sebagai tambahan, masing-masing melakukan sebaik mungkin! Aku pernah terluka oleh Jarum Ekor Lebah dan Jarum Pintu Neraka, berhak menggunakan senjata gelap sebagai tambahan, dibandingkan dengan perkumpulanmu menggunakan secara diam-diam, sedikit lebih jantan, bukan?" Fu Ke-wei tertawa dingin, "bagiku, kau sudah berada di pihak yang unggul, paling sedikit aku tidak tahu asal usulmu, dan asal usulku kau telah sangat tahu, jika tidak, kau pasti tidak akan mengutus puluhan pasukan inti menghadapi aku."

"Baiklah, aku menurut saja." Ketua Zhan tidak bisa membantah lagi, "kita gunakan senjata dan senjata gelap semampunya, sampai ada yang mati baru selesai."

"Ketua tidak bertele-tele, aku ucapkan terima kasih terlebih dulu."

Dengan demikian, saksi di kedua belah pihak jadi tidak perlu memeriksa senjata. Jika hanya menggunakan senjata saja saksi kedua belah pihak harus memeriksa petarung lawannya, apakah menyembunyikan sesuatu permainan kecil yang berbahaya.

Setelah saksi kedua belah pihak berunding beberapa saat dengan singkat, memeriksa lapangan apakah ada jebakan, lalu saksi membawa petarung ketengah lapangan yang datar, jarak kedua belah pihak lima belas langkah.

Saksi kedua belah pihak memberi aba-aba tangan.

"Apa kalian masih ada kata-kata yang ingin dibicarakan?" tanya Pedang Penakluk Iblis dengan keras.

Tidak ada yang menjawab, situasinya menjadi tegang.

"Kedua belah pihak siap! Cabut pedangnya!" Polisi Xu suaranya seperti petir.

Kedua orang itu mencabut pedang, melemparkan sarung pedangnya, menyiapkan diri, berhadapan dari kejauhan.

0-0-0 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar