Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 29

Bab 29

Meskipun serangan dari belakang itu dilakukan dua jagoan terkemuka, tapi Ki Gothian harus berhadapan dengan silelaki kasar yang merangsangnya dulu dari depan itu.

Maka serangan dari belakang itu sama sekali tak digubrisnya sebaliknya dia tunggu ketika kapak lelaki itu sudah sampai di atas kepalanya, mendadak ia ulur sebelah tangannya dan tepat berhasil merampas kapak besar itu, sekali gertak lelaki itu orangnya berikut kapaknya kena digotai kebelakangnya.

Cepat dan tepat sekali gerakan Ki Go-thian itu hingga begitu tubuh silelaki itu diayunkan dibelakang, kedua pedang Jingling-cu dan Cio Ham juga persis tiba, jadi sekarang bukannya tubuh Ki Go-thian yang mereka tusuk, tetapi silelaki kasar itulah yang dipakai sebagai tameng.

Tentu saja Jing-ling-cu berdua kaget, lekas-lekas mereka hendak tarik kembali senjatanya, namun sudah terlanjur, pundak lelaki itu tetap kena tusukan hingga Hong san Koay Khek “

berdarah, cuma aneh sama sekali lelaki itu tidak bersuara.

Menyusul mana, disertai gedebukan yang keras, lelaki itu telah terbanting ketanah disamping, dan tidak berkutik lagi.

Kiranya ketika kapak lelaki itu kena terpegang Ki Go thian berbareng Ki Go-thian sudah salurkan Lwekangnya yang maha hebat itu hingga lelaki itu sudah tergetar putus jantungnya hingga sebelum tertusuk pedang, sebenarnya orangnya sudah tak bernyawa.

Karuan Jing-ling-cu dan Cio Ham sangat terkejut.

Mereka sudah menduga bahwa jiwa lelaki itu pasti akan korban percuma, tidak menyangka kalau bisa mati begitu cepat dan mudah.

Maka lekas-lekas mereka melompat mundur lagi.

Hm apa maumu sekarang” Kalian mau menyembah atau tidak “ kembali Ki Gothian mendesak.

Untuk sesaat itu keadaan menjadi sunyi, tiada seorangpun yang berani buka suara dan semua keder oleh ancaman itu.

Jun-yan coba memandang Jing-ling-cu, ia lihat imam itu wajahnya merah padam, tapi bersitegang pantang menyerah.

Anehnya ia lihat Jiau Pek-king juga tidak mengunjuk sesuatu reaksi apa-apa, melainkan terus membudeg dan membuta saja.

Ketika Jun-yan berpaling, tiba-tiba dilihatnya si orang aneh itu duduk jauh di sisi sana dengan kaku, tiba2 hatinya tergerak, katanya segera : Ki-locianpwe, kau suruh semua orang menyembah padamu, tetapi sudah jelas dan terang dihadapanmu ada seorang yang sejak tadi diam saja, bahkan berdiripun tidak ketika kau datang, tapi kau suruh orang berlutut menyembah segala “ Memang benar.

Sejak datangnya Ki Go-thian tadi, orang aneh itu terus duduk saja tanpa bergerak.

Karena memandang sepele pada semua orang, dengan sendirinya Ki Go-thian tidak ambil perhatian pada seorang yang tak menarik itu.

Kini mendengar ucapan Jun-yan itu, barulah ia berpaling kearah yang ditunjuk itu.

Benar juga ia lihat ada seorang sedang duduk tenang dengan sikap acuh tak acuh seperti apa yang terjadi tadi sama sekali tak diambil pusing olehnya.

Tentu saja Ki Go-thian menjadi murka.

Sebegitu jauh belum pernah dilihatnya ada seorang yang berani begitu memandang remeh padanya.

Kalau kata-katanya sekarang ada yang tidak mengindahkan, bagaimana nanti dirinya bisa menundukan yang lain.

Berdiri! mendadak ia membentak dengan suara bagai guntur kerasnya.

Hong san Koay Khek “

Tapi sama sekali orang itu tidak terkejut sedikitpun, mungkin suara bentakan itu saking kerasnya, maka kepalanya tampak sedikit mendongak dan matanya yang buram itu ber-kedip2 beberapa kali.

Lalu menunduk pula, se-akan2 tidak perduli apa yang dikatakan Ki Go-thian.

Melihat gelagatnya Jun-yan menduga apabila Ki Go-thian dapat dipancing bergebrak dengan orang aneh itu, sekalipun akhirnya orang aneh itu tidak bisa menang, toh paling tak akan bertahan sampai sepuluh jurus, mengingat ilmu silat sobat aneh itupun serba mahir dan tinggi.

Memikir begitu diam2 dia mengisiki Jing-ling-cu dan Li Pong: Jing-ling Totiang sukurlah bila sebentar sobat itu diterjang oleh Ki Go-thian, kesempatan itu harus kita pergunakan untuk mengerubut maju untuk melenyapkan seorang durjana persilatan ini, dalam keadaan terpaksa kita tidak peduli lagi tentang etiket persilatan segala.

Dalam pada itu diam2pun Jun-yan menyayangkan A Siu yang entah berada dimana saat itu, bila ada tentu akan bertambah seorang kawan yang terkuat, Namun begitu ia tetap percaya sang guru Jiau Pek-king pasti akan mendampingi sobat aneh itu bila jadi gebrakan dengan Ki Go-thian.

Anehnya ia melihat gurunya sampai saat itu masih tetap diam saja.

Sementara itu Ki Go-thian bertambah sengit demi nampak orang yang dibentaknya itu sama sekali tidak ambil pusing padanya, tiba2 ia sambar kaki meja itu menjadi patah terus ditimpukannya kearah orang aneh itu.

Jarak mereka ada beberapa tombak jauhnya, kaki meja yang bulat tengahnya hampir sebesar lengan manusia itu menyambar kedepan dengan pelahan kelihatannya tapi membawa suara menderu yang sangat mengejutkan, suatu tanda betapa hebat Lwekang Ki Go-thian yang dimilikinya.

Kalau mula2 kaki meja itu menyambar perlahan, tapi sampai akhirnya mendadak bisa cepat sekali terus menyambar kemuka orang aneh itu.

Luar biasa caranya orang aneh itu menyambut serangan itu, begitu kaki meja itu sudah dekat dan lagi yang menyaksikan sudah menjerit kaget tahu2 sebelah tangannya membalik ke atas sambil kepalanya itu dengan sedikit miring, maka kaki meja itu telah kena dipegangnya dengan tepat.

Cuma saja orangnya berikut kursi yang didudukinya itu terus memberosot beberapa kaki jauhnya kebelakang.

Hong san Koay Khek “

Maka terdengarlah suara uh-uh yang tak lampias dari tenggorokan orang aneh itu sambil kepalanya miring2 seperti ingin mendengarkan sesuatu.

Agaknya ingin mengetahui siapakah gerangannya yang memiliki tenaga dalam selihay itu hingga melalui sebatang kaki meja yang dipegangnya itu dapat menumbuknya sampai meluncur kebelakang beberapa kaki jauhnya ! Kalau orang aneh itu heran dan terkejut, adalah Ki Go-thian lebih2 heran dan terkejut.

Kalau menurut perhitungannya, dijagat ini belum pernah ada orang yang sanggup menyambut timpukan sebatang kaki mejanya seperti tadi itu, andai kata sekarang ada, sedikitnya orang-orang itu akan terjungkal roboh dan terluka dalam oleh Lwekangnya yang lihay, namun sekarang orang aneh itu hanya tergoncang mundur dengan kursinya, sedangkan orangnya tak kurang suatu apapun.

Sungguh tidak kepalang kagetnya, ia coba meng-amat2i orang aneh itu, tapi kecuali wajahnya yang jelek rusak hingga usianya yang sebenarnya susah diduga, tanda-tanda pengenal lainnya tidak dilihatnya.

Boleh juga kepandaianmu agaknya” katanya kemudian mengejek.

Kalau ada seorang Siau Jiau, rupanya sekarang muncul seorang seperti kau, rasanya kalau sekarang Siau Jiau berada disini, diapun takkan melebihi kau.

Hai, siapa kau “ Akan tetapi mata orang aneh yang buram itu tetap berkedip-kedip saja tanpa menjawab dan tidak menggubris.

Ki Go-thian jadi hilang sabarnya, perlahan-lahan ia berbangkit dan melangkah maju, sesudah setombak jauhnya dari orang aneh itu, mendadak ia membentak lagi: Apa benar kau tidak mau berdiri “

! Karena sudah naik darah, maka bentakannya ini telah dikerahkan sepenuh tenaga dalamnya.

Benar juga, tidak saja orang aneh itu melompat bangun karena tersentak kaget, bahkan Li Pong, Jing-ling-cu dan lain-lainnya jago juga berjingkrak terkejut, lebih jago2 yang sedikit rendah kepandaiannya, banyak yang bergetar roboh dan ada yang ter-kencing2.

Walaupun begitu, keadaan sudah kelihatan memuncak genting, segera Jing-ling-cu dan lain-lain terus mengambil tempat kedudukan mengepung untuk siap sedia membantu sobat aneh itu bila sudah mulai bergebrak.

Hong san Koay Khek “

Tindakan Jing-ling-cu itu bukannya tidak diketahui Ki Go-thian, tetapi ia hanya melirik saja dengan tersenyum dingin, lalu melangkah maju lagi dengan perlahan.

Meskipun orang aneh tadi melonjak bangun terkejut oleh bentakan Ki Go-thian, tapi secepat itu pula ia dapat bersikap tenang dan tampak ter-heran2 suara apakah yang telah membikin kaget padanya itu.

Untuk sejenak Ki Go-thian curahkan seluruh perhatiannya kepada orang aneh itu, mendadak ia angkat tangannya terus memukul kedepan dengan perlahan, pukulan ini mula2 memang dilihatnya perlahan, tetapi sesudah dekat, tiba2 menjadi cepat luar biasa.

Sebab pukulan itu datangnya mula2 tanpa suara, maka orang menduga pasti orang aneh itu akan dirobohkan segera, siapa tahu sekonyong-konyong orang aneh itupun angkat sebelah tangannya memapak pukulan yang sudah dekat itu, maka terdengar suara plak yang keras, disusul oleh suara suitan Ki Go-thian yang panjang.

Kiranya waktu itu Ki Go-thian lontarkan tenaga dalam pada pukulannya itu, ketika mendadak merasa semacam tenaga besar menumbuk ketelapak tangannya, segera ia kerahkan tenaganya lagi lebih besar.

Maka sehabis kedua tangan saling beradu, Ki Gothian masih tetap berdiri ditempatnya, sebaliknya orang aneh itu mengeluarkan suara uh dan orangnya tergetar dua tindak.

Nyata dengan adu tenaga tadi, sudah kelihatan Tok-poh-kian-gun Ki Go-thian lebih unggul dari pada si orang aneh itu.

Karuan Ki Go-thian makin mendapat angin, sikapnya lebih jumawa dengan sinar mata mengejek ia mengerling sekitarnya.

Saat itu, karena melihat orang aneh itu rupanya juga tidak sanggup menandingi Ki Go-thian, maka Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 sudah mulai merubung maju.

Tapi tertatap sinar kerlingan mata Ki Go-thian itu seketika mereka merandek jeri.

Hm, apakah kalianpun ingin maju berbareng” ejek Ki Go-thian dengan senyuman sinis, Tapi menurut aku, kalian tak ada gunanya.

Siapakah bala bantuan aneh yang kalian undang ini “ Orang yang sanggup menyambut sekali pukulanku dari depan, diseluruh jagat ini mungkin hanya dia ini saja ! Hm, belum pasti benar! tiba2 suara seorang mengejek.

Dialah Wi Ko.

Hong san Koay Khek “

Ki Go-thian menjadi gusar, ia memutar tubuh dan hendak membentak siapa yang sanggup melawannya lagi.

Tak terduga pada saat itu juga, si orang anehpun mendadak mungkur hingga membelakangi Ki Go-thian, habis itu tiba2 sikutnya menyerang kepinggang orang.

Karena tak ber-jaga2, hampir saja Ki Go-thian termakan, namun dia bukan jagoan kalau begitu mudah diserang, begitu merasa angin menyambar, segera ia mengisar kesamping, berbareng kelima jarinya bagai cakar terus mencengkeram sikut orang aneh itu.

Tapi orang aneh itupun cepat luar biasa, sekali tangannya ditarik kembali, orangnya terus memutar lagi dan berbalik kelima jarinya juga hendak menjangkau pergelangan tangan Ki Go-thian.

Haha, tampaknya kedua matamu sudah buta, biarlah aku mengalah beberapa jurus padamu! Ki Go-thian tertawa.

Berbareng itu juga dengan bajunya terus mengebas.

Tenaga yang ditimbulkan kebasan bajunya Ki Go-thian itu, tadi Wi Ko, Li Pong dan Boh Hoat Sutay sudah merasakan lihaynya.

Kini orang aneh itu dekat jaraknya, mereka menduga pasti susah menghindarkan diri.

Diluar dugaan, tiba-tiba orang aneh itu hanya miringkan tubuhnya kesamping, sedangkan kakinya masih tetap melengket ditempatnya, maka tenaga kebasan Ki Gothian yang maha besar itu hanya nyamber lewat disampingnya.

Ketika orang aneh itu menyikut tadi, Ki Go-thian telah dapat mengenalinya sebagai ilmu Jian-kin-jun-tui atau sikutan beribu kati dari Ngo-tay-pay, ia menjadi sangsi apakah orang ini barangkali adalah angkatan tua dari Ngo-tay-pay.

Kini melihat lawan menghindarkan tenaga kebasan dengan tubuh miring, tapi kaki tetap melengket ditanah, itulah gerakan Lip-the-seng-kin atau berdiri ditanah tumbuh akar, yaitu ilmu kepandaian tunggal dari Khong tong pay.

Ia menjadi heran dan terkejut sekali.

Maka iapun tidak berani memandang enteng lagi bentaknya pula, Bagus kiranya kau mahir dari berbagai cabang kepandaian ini, terima lagi pukulanku ! Berbareng itu kembali telapak tangannya memukul lagi kedepan.

Pukulan ini dahsyat luar biasa dan berbeda dengan pukulan pertama tadi yang mula2 perlahan dan keras belakang.

Tapi sekali ini begitu dilontarkan segera menimbulkan tenaga maha besar.

Sekalipun In Thian-sang yang terkena dengan Hong san Koay Khek “

pukulan geledeknya, kalau dibandingkan pukulan Ki Go-thian ini, mau tak mau ia harus kagum dan mengaku asor.

Merasa pukulan sehebat itu, orang aneh itu mundur setindak dahulu, habis itu blang iapun memukulkan sebelah telapak lengannya yang keras, hingga kembali kedua tangan saling beradu.

Maka tertampaklah sesosok tubuh mencelat jauh ke belakang, sesudah berjumpalitan diudara, kemudian menurun lagi ditanah.

Yang mencelat itu ternyata si orang aneh lagi.

Tampak ia celingukan pula kian kemari dengan sikap terkejut dan heran oleh tenaga pukulan lawan tadi.

Bagus, ternyata kau sanggup menerima dua kali pukulanku secara berhadapan, seru Ki Go-thian, habis itu, kedua lengan bajunya berterbangan, segera ia merangsang maju lagi.

Nampak suasana lagi meruncing, diam2 Li Pong menaksir sobat aneh itu betapapun pasti bukan tandingannya Ki Go-thian.

Kepandaian orang aneh itu sudah pernah disaksikannya, yaitu ketika ditengah jalan bertemu dengan Lou Jun-yan, dan orang aneh itu telah merebut golok pusakanya.

Teringat akan itu, hatinya tergerak, ia pikir kalau orang aneh itu diberi pinjaman golok pusaka Pek-lin-to yang juga pandai memainkan Liok-hap-to-hoat itu, mungkin akan dapat melawan Ki Go-thian.

Maka dengan cepat Pek-lin-to disiapkannya ditangan, ketika melihat orang aneh sedang kececer, segera ia hendak angsurkan golok ketangannya.

Akan tetapi keburu Ki Go-thian merangsang maju lagi dengan hantamannya yang hebat, angin pukulannya begitu hebat hingga Li Pong terpaksa melompat mundur, gagal memberikan golok pada orang aneh itu.

Nyata, pertarungan diantara dua tokoh raksasa itu berbeda daripada pertandingan jago silat biasa, setiap gerak gerik mereka selalu membawa tenaga maha besar hingga susah didekati orang luar.

Terpaksa Jing-ling-cu, Li Pong dan lain2 hanya bisa menonton belaka dengan hati kebat kebit, jalan lain tidak ada kecuali nanti bila memang benar si orang aneh sudah kewalahan, barulah mereka akan mengerubut maju mati2an.

Dalam pada itu, pertarungan kedua orang itu semakin seru.

Walaupun orang aneh itu kalah dalam hal penglihatan, tetapi gerak geriknya ternyata cukup tangkas dan gesit, hingga dapat melawan Ki Go-thian yang terus melancarkan serangan hebat.

Begitu Hong san Koay Khek “

sengit dan luar biasa pertarungan mereka itu, hingga sekalipun jago2 kawakan seperti Jing-ling-cu dan lain2 ikut ternganga karena kesima, lebih2 Lou Jun-yan, sama sekali tak menduga bahwa kedatangan Ki Go-thian ke Ciok-yong-hong ini sebenarnya garagara pancingannya dengan mencatut nama dua paderi sakti yang katanya tinggal dipegunungan Khong-tong-san.

Siapa tahu kini si orang-aneh itulah yang harus menandingi Ki Go-thian sendirian.

Bila Jun-yan berpaling kearah Jiau Pek-king, ia lihat sikap sang guru itu sangat aneh juga sejak tadi masih tinggal diam2 saja, hanya perhatiannya se-akan2 dicurahkan untuk mengamat-amati setiap gerak gerik si orang aneh.

Pertandingan sengit itu terus berlangsung hingga berpuluh jurus, sampai akhirnya mendadak terdengar suara plak yang sangat keras, kedua orang itu tahu-tahu berpisah, orang aneh itu tampak terhuyung-huyung kebelakang hingga beberapa tindak seperti orang kena terpukul, tetapi tampaknya toh tidak terluka, mungkin hanya tergetar mundur oleh tenaga pukulan Ki Go-thian saja.

Sesudah tergetar mundur, dari tenggorokan orang aneh itu kembali mengeluarkan suara tak lampias seperti ingin berkata sesuatu, namun tak terucapkan, sebaliknya Ki Go-thian terus membentak : Bocah hebat, mampu kau bergebrak tujuh puluh dua jurus dengan aku.

Hari ini kalau aku tidak membunuh kau bagaimana jadinya kelak kalau lewat beberapa tahun lagi” Nyata, karena wajah orang aneh itu sudah rusak hingga susah diketahui dengan pasti umurnya, maka Ki Go-thian menaksir orang hanya setengah tua saja.

Sebab itulah, habis berkata, kembali ia merangsak maju lagi.

Ketika orang aneh itu tergetar mundur, Li Pong merasa kesempatan baik itu jangan disia-siakan, maka cepat ia melompat maju pula untuk mengangsurkan goloknya sambil berseru; Terima senjata ini! Tetapi bukannya menerima sebaliknya orang aneh itu malah mundur setindak lagi.

Dan pada saat itulah, tahu2 Ki Go-thian sudah mendekat, Li Pong merasa semacam tenaga maha besar se-akan2 menindih keatas dadanya, tanpa pikir lagi goloknya dia babatkan kesamping dengan gerakan Lam-tau-liok-sing atau enam bintang dilangit selatan.

Namun sungguh sangat cepat gerak tubuhnya Ki Go-thian, belum lagi serangan Li Pong mencapai sasarannya atau pukulan Ki Go-thian sudah mendahului menyambar, Hong san Koay Khek “

dimana pukulan anginnya sampai, seketika ujung golok Li Pong menceng kesamping.

Golok yang tadinya membabat kearah Ki Go-thian, kini berbalik membacok kepala orang aneh.

Karuan Li Pong terkejut, lekas2 ia hendak menarik kembali, namun betapa besar samberan angin Ki Go-thian itu, terang tidak keburu lagi tampaknya sekejap saja pasti orang aneh itu akan terbelah menjadi dua, siapa duga sekonyong-konyong orang aneh itu telah mengisar sedikit kesamping, berbareng sebelah tangannya terus memapak pergelangan tangan Li Pong yang memegang golok itu.

Begitu cepat perubahan itu hingga Li Pong merasa pergelangan tangannya tergencet, habis itu, golok Pek-lin-to sudah berpindah tangan kena dirampas oleh orang aneh itu.

Semula Li Pong terperanjat, tapi bila dipikir lagi, ia menjadi girang.

Memangnya ia hendak meminjamkan goloknya itu kepada si orang aneh, kini senjata itu benar2 sudah ditangan orang, apakah itu bolehnya disambut atau dirampas, bukankah serupa saja “ Sebaliknya demi orang itu sekarang memegang senjata gara2 Li Pong, Ki Go-thian menjadi murka, ia memburu maju dan menyerang tapi terhalang oleh sinar golok yang telah diputar oleh si orang aneh, maka gerak gerik serangannya itu terus kesampok kesamping menuju Li Pong.

Untuk menghindar terang tidak sempat lagi, dalam keadaan terpaksa, mau tak mau Li Pong harus bertahan, lekas2 ia kerahkan seluruh tenaga pada kedua tangannya terus memapak kedepan.

Namun tiba2 terasa dadanya menjadi sesak napasnya se-akan2 putus, matanya ber-kunang2 dan telinga mendenging.

Melihat Li Pong terancam bahaya, tanpa berjanji, In Thian sang dan Cio Ham telah melesat maju berbareng.

In Thian-sang terus memukul dengan pukulan geledeknya, sedang Cio Ham menusuk dengan pedangnya.

Tenaga pukulan Ki Go-thian yang menyebabkan Li Pong terluka parah itu ternyata belum reda sehingga masih saling bentur dengan pukulan In Thian-sang yang sedang dilontarkan.

Maka dua tenaga keras seketika bertemu, tahu-tahu In Thian-sang yang menjerit, orangnya terpental pergi lebih setombak jauhnya, darah segarpun kontan menyembur keluar dari mulutnya.

Nyata luka yang dideritanya terlebih parah dari pada Li Pong.

Hong san Koay Khek “

Selama hidupnya entah sudah berapa banyak In Thian-sang menghadapi pertarungan besar, tetapi belum pernah ia dikalahkan dalam hal tenaga pukulan.

Tetapi kini belum lagi sejurus ia sudah keok dibawah tangannya Ki Go-thian hingga muntah darah.

Maka dapatlah dibayangkan betapa hebat ilmu Ki Go-thian, kalau bukan martabatnya yang rendah dalam hal ilmu silat, sebenarnya ia tidak malu bila disebut yang dipertuan agung dipersilatan.

Dalam pada itu tusukan pedang Cio Ham tadi juga sudah tinggal beberapa senti dari perutnya, namun tiba2 Ki Go-thian menjentikkan jarinya kebawah, alangkah terkejutnya ketika tahu2 Cio Ham merasa pedangnya patah menjadi dua.

Dalam kagetnya ia cepat melompat mundur dengan terkesima.

Pada saat Cio Ham menyerang itu, Tai-lik kim-kong Tong Po tidak mau ketinggalan, sekali membentak, dengan perisai bajanya yang antap itu terus mengepruk keatas kepalanya Ki Go-thian, tepat pada saat itulah Cio Ham kaget melompat mundur, maka kepalan Ki Go thian terus dipindahkan memapak perisainya Tong Po.

Segera terdengar suara gemerontang yang sangat keras, tubuh Tong Po yang besar itu terpental pergi menggeletak ditepi jurang, hampir2 saja terperosot kebawah, dan tidak berkutik lagi.

Lekas2 Cio Ham mendekat sang suami, tapi ia mendapatkan Tong Po sudah tak bernyawa pula.

Rupanya tergetar oleh Lwekang Ki Go-thian yang maha hebat itu hingga seketika jantungnya berhenti berdenyut.

Karuan air mata Cio Ham bercucuran dengan murkanya ia memutar tubuh terus hendak adu jiwa juga pada Ki Go-thian, sukur Jing-ling-cu dan Boh-hoat Suthay keburu mencegahnya, ujar mereka: Sabarlah Tay-jing-sian-cu.

Hari ini kaum Bulim kita sedang menghadapi saat hidup atau mati, bila kita keburu napsu bertindak tanpa berpikir, bukankah akan korban sia2.

Sungguh lihay luar biasa Ki Go-thian itu hanya dalam sekejap saja orang aneh itu didesak mundur, Li Pong disampok terluka, In Thian sang terbentur hingga muntah darah, Cio Ham dipatahkan pedangnya dan Tong Po malahan melayang jiwanya.

Kini jagoan yang terkemuka yang tinggal disitu antara lain adalah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.

Hong san Koay Khek “

Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut maju, terhadap seorang iblis laknat macam Ki Go-thian ini, kita tidak perlu lagi bicara tentang etiket segala.

Cuma kau harus berhati hati2 ! Ai, semua gara-garaku ! ujar Jun-yan sambil menghela napas.

Sebab apakah “ tanya Wi Ko heran.

Ya, sebab akulah yang memancing Ki Go thian kesini dengan menyatakan bahwa dua paderi sakti dari pegunungan Khong-tong-san yang tersohor namanya, tapi belum pernah dilihat orangnya itu, akan hadir kemari.

Siapa tahu, Ki Go-thian datang benar2, dan kedua paderi sakti itu tentu saja takkan terdapat disini.

Memang kedua paderi sakti itu takkan datang kesini lagi ! tukas Wi Ko.

Eh, dari mana kau tahu “ Apakah kau kenal mereka “ tanya Jun-yan.

Aku kenal mereka, malahan kenal baik sekali, ujar Wi Ko dengan perlahan.

Mereka bukan lain adalah guruku yang berbudi itu.

Tapi sayang, mereka sudah wafat tahun yang lalu, dengan sendirinya takkan datang kesini lagi.

Jun-yan terkesiap oleh keterangan itu.

Dan selagi hendak menanya pula, sekonyong2 terasa samberan angin yang sangat keras, tahu2 dirinya telah ditarik melompat kesamping oleh Wi Ko.

Kiranya pada saat itu si orang aneh telah ayun golok Pek-lin-to membabat kearah Ki Go-thian, tetapi dapat dihindarkan, sebaliknya serangan yang masih nyamber dengan hebatnya itu hampir2 mengenai Jun-yan yang berdiri disamping.

Kebetulan tempat yang mana Wi Ko berpijak itu tepat dibelakangnya Ki Go-thian.

Pikiran Wi Ko tergerak, cepat ia dorong Jun-yan kepinggir lagi, lalu ia sendiri kerahkan seluruh tenaga terus melontarkan pukulan ke-punggung iblis itu.

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar