Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 08

Bab 08

Ia tak bisa pulas lagi, ia coba merenungkan pengalamannya selama ini, tiba2 ia teringat orang aneh yang dilihatnya di Lo-seng-tian dan selalu menguntitnya dalam perjalanan itu.

Ia menjadi bergidik bila mengingat betapa seramnya muka orang aneh itu, ia coba lupakan orang, tapi makin hendak melupakan, semakin teringat.

Teringat olehnya kelakuan orang aneh itu Pek-lin-to diminta Liok-hap-tong-cu Li Pong tidak boleh, tapi rela diserahkan padanya.

Ketika dirinya berkata ingin memiliki golok pusaka itu, tahu2 besoknya senjata sudah berada di samping bantalnya.

Ketika terjadi pertengkaran dengan orang Sam-thay Piaukiok, pernah dirinya berteriak ingin mereka tinggalkan kapal jamrud, eh, tahu2 besok paginya benda itu dihantarkan kepadanya.

Maka dapatlah dipastikan, kesemuanya itu dilakukan si orang aneh itu.

Tapi Hong san Koay Khek “

sebab apakah orang aneh itu sedemikian menurut pada kata2nya serta berbuat apa yang dapat memenuhi keinginan batinnya” Makin dipikir, makin Jun-yan tidak mengerti.

Pikirnya lagi, jika begitu naga-naganya, terang orang aneh itu senantiasa berada disekitarnya, mungkin sekarang juga masih berada disitu, kenapa aku tidak menjajalnya lagi, apa dugaannya itu sesuai dengan kenyataannya “ Maka ia mendekati jendela, ia lihat diluar sana sunyi senyap, maka ia menggumam sendiri : Ai, kapal jamrud itu benar2 sangat mungil dan indah, kalau besok pagi sudah sampai di Hangciu, tiada kesempatan untuk menikmatinya lagi, alangkah baiknya jika malam ini aku dapat memainkannya benda itu sejenak ! Habis berkata, ia tutup daun jendelanya dan merebahkan diri buat tidur lagi.

Tidak lama kemudian, mendadak diluar terdengar suara bentakan Siang Lui yang keras : Siapa kau “ menyusul terdengar suara blang yang keras, lalu Siang Lui berteriak lagi : Kau adalah sobat dari gadis mana “ Tapi tiada suara orang menyahut, sebaliknya terus berkumandang suara gedubrakan yang gaduh.

Maka dalam sekejap saja hotel itu menjadi kacau balau semua orang keluar untuk melihat keramaian.

Jun-yan bergirang dan terkejut.

Terkejutnya karena orang yang selalu mengintil itu ternyata benar si orang aneh yang menyeramkan.

Girangnya sebab dugaannya ternyata tepat.

Maka cepat iapun membuka pintu kamar, ia lihat dibawah sorot obor, orang aneh itu sudah hancurkan sebuah kereta muatan hingga benda mustika berantakan berserakan ditanah, tersorot oleh sinar api, benda2 berharga itu memancarkan sinar kemilauan yang indah.

Sedang kapal jamrud itu tampak sudah dikempit oleh si orang aneh.

Kedua mata Siang Lui se-akan2 memancarkan api saking murkanya, dengan senjatanya Hok-mo-kim-kong-co atau gada penakluk iblis yang diputar sedemikian kencangnya, ia terus memburu.

Begitu hebat tenaganya hingga meja kursi, tembok dan pintu berantakan kena dihantam senjatanya itu.

Hong san Koay Khek “

Belum pernah Jun-yan melihat Siang Lui memakai senjatanya itu.

Mungkin melihat si orang aneh itu terlalu tangguh baginya, maka Malaikat bermata tiga ini sekarang merasa perlu keluarkan senjata andalannya.

Tapi orang aneh itu seperti tidak mau terlibat dalam pertempuran, hanya berkelit kian kemari dibawah sambaran gada orang, dan sedikitpun Siang Lui tak bisa menyentuh padanya.

Ber-duyun2 begundalnya Siang Lui juga merubung datang dengan senjata lengkap, tapi ketika melihat macamnya orang aneh yang menakutkan, yang bernyali kecil segera bergidik, apalagi suruh maju mengeroyok” Dalam keadaan ribut2 itu, tiba2 diantara penonton itu ada satu orang berteriak: Wah, celaka, hancur semua, hancur semua! Terkesiap hati Jun-yan mendengar suara itu, ketika ia berpaling kearah suara itu, benar juga dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi berjingkrak2 kegirangan oleh peristiwa itu.

Ketika melihat Jun-yan berpaling, ia membalasnya dengan seulas senyuman.

Sementara itu Siang Lui memutar gadanya semakin kencang, ditambah ilmu Thong-pi-kang yang lihay, tapi sesudah 30-40 jurus sedikitpun masih belum bisa menyentuh tubuh orang aneh itu.

Diam-diam ia apa mau percaya apa yang diceritakan Li Pong tempo hari ternyata tidak omong kosong belaka, betapa hebat ilmu silat orang aneh ini, benar-benar susah diukur.

Tapi sekali gebrak saja hampir pundaknya kena dihajar orang, melihat serangan orang aneh ini, terang ilmu pukulan geledek Pi-lik-jiu dari keluarga In di Holam, tapi sekarang melihat gerak tubuhnya yang enteng, tampaknya dari aliran lain lagi.

Dan karena sudah lama masih belum bisa mengalahkan lawan, hati Siang Lui menjadi gugup.

Makin lama ia menjadi semakin kalap, saking sengitnya ia memutar gadanya hingga penonton terpaksa menyingkir mundur oleh angin gambarannya.

Melihat pertarungan yang susah dilerai itu jika diteruskan entah bagaimana akhirnya, maka cepat Jun-yan berseru : Sudahlah, berhenti, berhenti ! Mendengar suara Jun-yan, orang aneh itu tampak tertegun sejenak hingga gerak tubuhnya agak merandek, kesempatan itu telah digunakan Siang Lui untuk mengemplang dengan gadanya.

Saat itu kedua tangan si orang aneh itu lurus kebawah tanpa ber-jaga2, jika kemplangan itu kena kepalanya, jangankan manusia, sekalipun batu juga akan hancur lebur.

Hong san Koay Khek “

Keruan Jun-yan terkejut, ia menjerit kaget sambil menekap mulutnya.

Tapi pada saat itulah, sampai Siang Lui sendiri tidak jelas bagaimana jadinya.

tiba2 pandangan semua orang se-akan2 kabur, mendadak orang aneh itu ulurkan tangan kirinya, secepat kilat gada Siang Lui sudah kena ditangkapnya.

Cepat Siang Lui menarik sekuatnya, tapi sedikitpun lawan tak bergeming, lekas2 ia gunakan ilmu Thong-pi-kang mendorong kedepan, tapi masih tetap tak bisa membuat orang aneh itu bergerak malahan lengannya sendiri hampir2 patah, keruan terkejutnya tidak kepalang.

Ketika tiba2 orang aneh itu menarik kebawah, menyusul disengkelit kesamping, maka terasa oleh Siang Lui suatu tenaga yang amat besar menubruk kedadanya hingga cekalannya menjadi kendor, gadanya telah kena dirampas orang, sedang tubuhnya akhirnya ter-huyung2 kebelakang terus jatuh terduduk.

Sejak ia unjuk diri di kangouw, belum pernah mengalami kekalahan sehebat ini, dalam masgulnya ia membentak pula: Tinggalkan namamu sobat! Akan tetapi orang aneh itu hanya sedikit mengapkan mulutnya yang sudah tidak utuh lagi dan mengeluarkan semacam suara yang menggoncangkan sukma, sekonyong2 gada yang dirampasnya itu ditimpukan ketanah hingga amblas sedalam setengah gada itu, lalu berjalan ke arah Lou Jun-yan.

Terima kasih atas maksud baikmu , kata Jun-yan ketika melihat orang aneh itu mendekatinya.

Tiba2 orang aneh itu taruh kapal jamrud itu ditangan Jun-yan, sekali melesat, mendadak meloncat keluar secepat terbang.

He, nant..

Jun-yan hendak meneriakinya, tapi orang sudah sampai diluar dan sekejap mata saja sudah menghilang.

Menyaksikan semua itu, Sam-bok-leng-koan Siang Lui benar2 terkejut, iapun tahu bukan tandingan orang.

Maka ia berbangkit buat kembali kekamarnya.

Orang she Siang , tiba2 Jun-yan menegurnya sembari meletakkan kapal jamrud yang diterimanya dari si orang aneh itu keatas meja, barangmu ada disini, apa kau kira aku benar2 menginginkannya” kau sendiri yang menjaganya masih dapat dibegal orang, kalau panji Sam-thay Piaukiok kalian telah kupatahkan, rasanya tidak berlebihan.

Sekarang apa kau masih akan menggiring aku kembali ke Jing-sia-san” Hong san Koay Khek “

Siang Lui sudah lesu sekali, ia hanya kebas tangannya dan menyahut: Bolehlah kau pergi, dalam dua bulan, biar aku pergi menemui gurumu! Haha, berani mengaku kalah, masih terhitung seorang laki2 sejati! Jun-yan mengolok2 sembari tinggalkan pergi.

Baru saja ia melangkah keluar pintu, segera dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi menggapai padanya.

Cepat ia mendekatinya.

Tabah benar nona puji pelajar itu dengan tertawa.

Biasanya mulut Jun-yan cukup tajam, tapi aneh, menghadapi suseng ini, mukanya menjadi merah, hatinya ber-debar2, sekejappun tak sanggup buka suara, sampai lama sekali baru ia menjawab : Ah, kau terlalu memuji saja ! Disini bukannya tempat bicara, bila nona tidak menolak, marilah kita tinggalkan tempat ini , ajak suseng itu tiba2.

Aneh juga, Jun-yan benar2 kesemsem oleh pemuda ini, maka ia hanya mengangguk setuju.

Segera mereka mendatangi kandang kuda, suseng itu menuntun keluar keledainya, mereka berdua menunggangi satu keledai terus dilarikan keluar kota.

Siapakah she nona yang terhormat “ tanya suseng itu sesudah sampai ditempat yang sepi.

She Lou, bernama Jun-yan..

ia merandek lalu pikirnya hendak balik menanya : Dan kau “ Namun aneh, ia menjadi tak enak mengucapkannya.

Ia sendiri heran mengapa bisa malu2 kucing begini.

Nona Lou , kata suseng itu pula, orang aneh yang mirip mayat hidup itu, pernah apa dengan kau” Tidak pernah apa2 denganku , sahut Jun-yan.

Lalu menyambungnya pula: Tapi kalau diceritakan, agak panjang juga! Tidak apa, lihatlah, dibawah sinar bulan yang indah, kita menunggang diatas satu keledai, sekalipun kau bercerita sebelum setahun, akupun takkan bosen, makin jelas ceritamu, makin baik , ujar suseng itu.

Senang sekali hati Jun-yan oleh rayuan pemuda itu.

Tanpa pikir lagi, segera ia tuturkan pengalamannya selama itu.

Ketika selesai ceritanya, hari sudah remang2, subuh sudah tiba.

Hong san Koay Khek “

Karena sejak tadi tidak mendengar suara sisuseng, maka Jun-yan berpaling memandang orang, ia lihat wajah si pelajar itu mengunjuk rasa heran dan girang bukan buatan, ia menjadi heran, tanyanya: Eh, hal apa yang membuat kau begini gembira” Ah, tidak apa2 , sahut suseng itu tertawa.

Aku hanya terlalu kagum terhadap ilmu kepandaian orang aneh yang tinggi itu.

Nona Lou, apakah kau tahu, sebab apakah ia selalu tunduk dan menurut pada perintahmu” Ya, aku sendiri tidak mengerti kelakuannya yang aneh itu , sahut Jun-yan.

Orang itu mahir ilmu silat dari berbagai cabang aliran, sesungguhnya susah dipercaya.

Suseng itu termenung sejenak, tiba2 bertanya pula: Sekarang tujuan nona hendak kemana” Memangnya aku tidak mempunyai tujuan, cuma Sam-bok-leng-koan itu bilang dalam dua bulan ini akan mencari suhu ke Jin-sie, bila aku tidak hadir hingga suhu mau percaya atas obrolan mereka sepihak, kelak pasti aku akan didamprat habis2an .

Nona Lou, ujar suseng itu.

Sam-bok-leng-koan bertiga tidak nanti berani mendatangi gurumu, tentu mereka akan mengundang banyak tokoh2 Kangouw lainnya untuk mana sedikitnya akan makan waktu sebulan, dan selama sebulan ini, aku ingin minta sesuatu bantuan, entah kau sudi tidak.

Silahkan berkata , sahut Jun-yan.

Betapa tidak, sejak si gadis merasa orang sudi menolong hindarkan dirinya dari kesulitan, dalam hatinya sebenarnya sudah berbenih asmara, ia justru berharap setiap hari bisa berdampingan dengan sipemuda.

Aku ingin minta nona bikin perjalanan bersamaku ke Hun-kui (Hunlam dan Kuiciu), dalam sebulan, tentu kita bisa kembali , sahut suseng itu.

Tentu saja aku iringimu , sahut si gadis.

Dalam hati ia memikir, meski tidak bisa kembali dalam sebulan juga aku tidak menyesal.

Karena pikiran ini, wajahnya menjadi merah.

Maka sambil mengucapkan terima kasih, segera suseng itu keprak keledainya terlebih cepat ke arah barat.

Jun-yan duduk didepan orang, maka tidak mengetahui gerak gerik sisuseng yang waktu itu sebenarnya lagi tengak tengok kebelakang, maksudnya ialah ingin tahu Hong san Koay Khek “

apakah orang aneh yang berilmu silat tinggi, tapi sangat menurut pada Jun-yan itu, apakah mengintil dibelakang.

Namun ia agak kecewa, sebab satu bayanganpun tidak kelihatan.

Dalam perjalanan selama setengah bulan, dasar gadis remaja mudah terpikat, tanpa merasa Jun-yan telah jatuh kedalam jaring2 cinta, ia merasa setiap gerak-gerik suseng tampan itu sangat menarik.

Hanya satu hal yang belum diketahuinya, ialah setiap kali ia menanya nama dan asal usul suseng itu, orang selalu menjawabnya samar2 dan membilukan pembicaraan.

Karena melihat kedua tangan orang tak berjari, kecuali jari tengah tangan kanan dan memakai sebuah selongsong emas yang ber-kilat2, maka ia memanggilnya It-ci Toako atau engko berjari satu, tapi pemuda itupun mau menyahutnya.

Suatu hari, selewatnya Kuiciu, tibalah mereka diwilayah Hunlam.

Tempat dimana mereka lalui, kedua samping adalah lereng2 gunung hanya di-tengah2nya suatu jalan yang tidak terlalu besar.

Daerah Kuiciu dan Hunlam terhitung dataran tinggi yang banyak lereng pegunungan, penduduknya jarang, tempatnya penuh rahasia.

Sebab itu banyak pula binatang2 aneh yang tak dikenal namanya, dan karena jarang melihat manusia, maka bila ketemu orang, binatang itupun tidak takut2.

Sungguh tidak Jun-yan duga bahwa tempat yang mereka datangi ini ternyata indah permai tidak kalah dengan pegunungan Jing sia tempat kediaman gurunya.

Ditambah lagi bikin perjalanan dengan suseng itu, maka hatinya selalu riang gembira.

Sesudah sehari pula, sampai petangnya, tiba2 mereka melihat di tepi jalan terdapat sebuah gardu istirahat yang kecil.

Didalam gardu itu berduduk dua orang wanita yang berdandan sebagai suku Biau (Miao), yang satu sudah nenek keriput, sedang lainnya gadis jelita.

Kulit badan gadis itu putih laksana salju, tapi diantara putih itu bersemu ke-hijau2an seperti bukan manusia hidup.

Namun ketika kedua bola matanya mengerling, menimbulkan rasa senang bagi orang yang memandangnya.

A Siu, siapakah orang yang datang ini “ tanya sinenek itu dengan suara tertahan ketika mendengar Jun-yan dan suseng itu mendekati gardu.

Entah siapa, belum pernah kenal sahut si gadis dengan wajah heran sesudah memandangi kedua orang.

Hong san Koay Khek “

Barulah kini Jun-yan berdua memperhatikan bahwa nenek itu adalah seorang buta.

Tiba2 suseng itu merosot dari keledainya, dengan jari tunggal ia gantol semacam benda kehitam2an yang diambil dari bajunya, lalu disodorkan sambil bertanya : Apakah aku berhadapan dengan Tiat hoa-popo “ periksalah ini ! Jun-yan tidak jelas benda apa yang diangsurkan sisuseng itu, cuma dalam hati ia merasa heran untuk apa It-ci Toako ini bersalaman dengan orang Biau dan memanggilnya Tiat-hoa-po po atau nenek bunga besi segala.

A Siu, coba kau ambilkan, terdengar nenek tadi berkata.

Lalu si gadis Biau tampak bisik-bisik beberapa kali dalam bahasa mereka.

Karena kepalanya bergerak, maka anting2 besar di telinganya ikut bergoncang tiada hentinya.

Kemudian nenek itu perlahan2 telah berbangkit.

Karena tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, maka Jun-yan berdiam diri saja, tapi perhatiannya tidak lepas dari gerak-gerik wanita2 Biau itu, yang menurut kabar, suku Biau pandai main guna2 dan meracun, mungkinkah mereka akan mencelakai engko jari satunya” Karena pikiran ini, maka ia hendak mendekati kearah mereka bertiga.

Tapi tiba2 dilihatnya sisuseng telah menoleh sambil memberi tanda padanya supaya Jun-yan diam2 saja, terpaksa si gadis urungkan niatnya, meski hatinya penuh tanda tanya.

Sesudah Tiat-hoa-popo berdiri, ia ambil benda dari tangan sisuseng serta diraba2nya dengan teliti.

Barulah sekarang Jun-yan dapat melihat jelas bahwa benda itu berbentuk bunga seruni yang terbuat dari besi.

Setelah me-raba2 sebentar, terdengar nenek itu bersuara puas, lalu katanya : Betullah, nah pergilah, kiri tiga, kanan tujuh, timur tiga belas, dan barat delapan belas ! Jun-yan menjadi bingung oleh istilah2 itu, tapi sisuseng meng-angguk2 dan menyahut : Banyak terima kasih atas petunjuk Popo ! Baru saja mereka putar tubuh hendak berlalu, tiba2 si gadis jelita tadi memandang tajam kearah Jun-yan dan bersuara : Tiat-hoa-popo ! Ada apa “ nenek itu menjawab.

Tapi si suseng itu sudah keburu kedipi si gadis sembari jari tunggalnya itu menggandeng sebelah tangan orang.

Hong san Koay Khek “

Gadis itu menjadi ragu2 sejenak, tapi akhirnya ia berkata pula pada sinenek: Tidak apa2, aku hanya panggil biasa saja! Segera sisuseng itu menarik gadis jelita ini kepinggir dan berbisik: A Siu, terima kasih kau tidak menceritakan pada Tiat-hoa-popo.

Tapi gadis itu tidak menjawab, hanya mengebas tangannya dengan muka merah jengah, ia melirik sekilas pada sipemuda lalu menunduk.

Melihat itu, perasaan Jun-yan menjadi kecut.

Namun sisuseng sudah menaiki keledainya dan melanjutkan perjalanan.

Sesudah jauh tak tahan lagi segera Jun-yan menanya: It-ci Toako, tadi nenek itu bilang tentang kiri-kanan-timur-barat, apa2an itu” Ia menunjukan suatu tempat tujuan kita, yaitu didepan sana yang disebut Bwe-hocap-peh-tong.

Tempat itu sangat sulit didatangi karena jalannya yang me-lingkar2 bagai jaring laba-laba, maka apa yang dikatakan nenek itu tadi yalah langkah2 kemana kita harus membalik sesudah sampai dipersimpangan jalan.

Masih Jun-yan belum faham, tanyanya pula: Lalu untuk apa sesudah sampai disana” Kita bicarakan kalau sudah sampai disana, sahut si suseng.

Kembali jawaban demikian yang diperoleh, Jun-yan menjadi uring2an.

Sepanjang jalan ia sudah sering tanya, dan selalu mendapat jawaban yang sama, padahal ia justru sangat ingin tahu.

Maka omelnya: Aku minta sekarang juga kau terangkan, bila tidak, biar aku kembali saja.

Habis berkata, ia pura2 hendak merosot kebawah keledai.

Diam2 si suseng rada kuatir, maka terpaksa katanya: Tujuan kita menyangkut urusan besar.

Kita berada ditanah Biau, mereka ada peraturan yang menentukan orang tidak boleh sembarangan omong.

Maka nona, haraplah kau sabar dulu” Jun-yan serba salah, kalau melihat sikap pemuda ini, tampaknya bukan pura2.

Maka sesudah berpikir, katanya kemudian: Jika begitu, masa namamu juga tidak boleh kuketahui” Apakah selama hidup aku harus memanggil It-ci Toako” Sesudah mengucapkan ini, barulah teringat olehnya agak ketelanjuran hingga mukanya menjadi merah.

Namun suseng itu tampaknya lagi susah oleh recoknya, maka tidak memperhatikannya, dan sahutnya: Soalnya karena namaku tak sedap didengar, maka tidak ingin kau tahu.

Baiklah kukatakan, aku she Ti, bernama Put-cian (tidak cacat) .

Hong san Koay Khek “

Mendadak Jun-yan tertawa.

Namamu tidak cacat, tapi jarimu justru bercacat, kesembilan jarimu itu..

Sebenarnya ia hendak bertanya mengapa jarimu itu putus, tapi belum terucapkan, tiba2 teringat seseorang olehnya hingga tanpa terasa ia berseru: He, Kanglam-it-ci-seng, kau adanya” Benar , sahut sisuseng mengangguk.

Jun-yan coba meng-amat2i orang sejenak, kemudian menggumam sendiri: Kau adalah Kanglam-it-ci-seng” Ah, bukan, bukan! Tentu memalsukan namanya! Lalu, macamnya Kanglam-it-ci-seng itu dalam bayanganmu, seharusnya bagaimana, nona” tanya Ti Put-cian tertawa.

Aku tidak pernah melihatnya, tapi.

tapi.

Sebenarnya ingin bilang: tapi betapapun juga takkan secakap macam suseng muda seperti kau ini! cuma kata2 ini tak enak diutarakan.

Rupanya Ti Put-cian dapat meraba dugaan orang, maka katanya: Ha, dalam bayangan nona, Kanglam-lt-ci-seng yang terkenal jahat itu tentu berwujut seorang yang kepalanya sebesar gantang, mata sebesar mangkok, ditambah lagi hidungnya sebesar kentongan, mulut sebesar baskom, penuh berewok macam singa, bukan” Jun-yan terkikih geli oleh kata2 itu, sahutnya: Tak peduli apa dia singa atau macan, sekalipun kau benar Ti Put-cian, masakan aku takut padamu” Berani kau menyentuh seujung rambutku” Kiranya nama Kanglam-lt-ci-seng Ti Put-cian atau si pemuda jari tunggal dari kanglam itu sangat disegani orang Bu-lim.

Pada jari satu-satunya itu terpasang segolongan emas yang bisa mulur mengkeret dan khusus dipakai untuk mematuk, ilmu yang menjadi kemahirannya.

Tindak tanduknya kejam, ganas dan tak pilih bulu.

Sebab itulah Jun-yan mulai meragukan kebenaran Kanglam-it-ci-seng yang tersohor sebagai momok itu bisa berupa seorang suseng tampan, malahan diam2 ia sendiri telah jatuh hati padanya.

Sudahlah, jangan2 kita akan kesasar , kata Ti Put-cian kemudian sambil tertawa.

Karena benih cinta telah tumbuh pada orang dengan sendirinya yang terpikir olehnya hanya mengenai hal2 yang baik, maka Jun-yan menjadi lupa namanya lebih jauh soal tadi.

Sebaliknya Ti Put-cian sedang memperhatikan jalan yang mereka lalui Hong san Koay Khek “

itu, haripun mulai gelap.

Dan sesudah melingkat kian kemari, akhirnya terdengar Ti Putcian berkata : Sudah sampai ! Segera hidung Jun-yan mengendus bau harum bunga Bwe, sejauh mata memandang, pepohonan jarang2, tetapi bunga2 mekar mewangi ditambah bulan baru menyinari malam nan indah itu.

Jun-yan benar2 kesemsem akan keadaan waktu itu.

Ketika tiba2 mendengar pemuda itu bilang sampai, ia memandang kearah barat, ia lihat tidak jauh sebuah tebing curam tegak berdiri, tampaknya satu jalan buntu, maka jawabnya : It-ci Toako, jalan sana buntu, jangan-jangan nenek itu salah menunjukkan jalan “ Tidak, Bwe-hoa-cap-peh-tong memang melingkar-lingkar tempatnya, jika orang kesemsem akan pemandangan sekitarnya, tentu dia akan kesasar , sahut Ti Put-cian.

Mereka terus menuju ketebing curam itu, sesudah dekat, tampaklah di bawah semak-semak rotan pegunungan situ terdapat sebuah gua, setelah memasuki gua itu dan berbiluk-biluk didalamnya, akhirnya menembusi perut pegunungan itu dan sampai disuatu lembah dengan lima gua yang lebih besar.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar