Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 07

Bab 07

Karena kenyataan yang bertentangan itu, hati Jun-yan menjadi bingung, dengan murung ia melangkah keluar kamarnya hendak berangkat.

Ia lihat Sam-bok-leng-koan Siang Lui sambil menggendong tangan lagi berjalan mondar-mandir di tengah ruangan hotel, mukanya mengunjuk rasa gusar, sedang orang2nya dan ketiga pembantunya yang kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara.

Tapi Jun-yan tak peduli, mendekati meja pengurus hotel dan berseru: Hai, kuasa, ini rekening saya! sembari berkata, ia letakkan serenceng uang perak di atas meja terus putar tubuh hendak pergi.

Hong san Koay Khek “

Diluar dugaan, mendadak dari samping tubuhnya angin menyerempet lewat, tahutahu Siang Lui sudah menghadang diambang pintu sambil melototkan mata padanya.

Hei, maukah kau minggir, aku masih ada keperluan harus lekas-lekas berangkat! demikian Jun-yan mencoba berkata dengan sopan.

Siapa tahu Siang Lui terus memaki: Budak maling! habis itu, mendadak ia ulur tangan mencengkram kemuka si gadis.

Lekas-lekas Jun-yan melompat mundur menghindarkan serangan itu.

Sementara itu Siang Lui sudah berteriak-teriak lagi: ayoh, kenapa kalian masih diam saja, kapal jamrud justru berada padanya! Jun-yan menjadi heran, dari manakah orang bisa tahu, dan bila ia memeriksa bungkusannya, barulah ia insyaf, kiranya dalam ter-gesa2nya waktu membungkus tadi, kain sutera pembungkus kapal jamrud itu ada sebagian terkacir keluar.

Karena perbuatannya sudah konangan, ia pun tak mau unjuk kelemahan, cepat ia tarik Pek-lin-to dari bungkusannya terus mengayun kebelakang hingga orang2 yang mengepung di belakangnya itu terdesak mundur.

Lalu dengan suara keras ia berseru : Sam-bok-leng-koan, katanya kau adalah Bu-lim cianpwe, kau tahu malu tidak “ Tapi Siang Lui sudah terlalu murka, mendadak ia melangkah maju, tangan kiri mengebas kesamping sekuatnya, walaupun kebasan itu tidak langsung menyerang Junyan, tapi tiba2 si gadis merasa ada suatu tenaga yang maha besar se-akan2 menyedot dirinya kesamping hingga hampir saja ia terjungkal, dan pada saat itulah, cepat sekali Siang Lui sudah baliki tangannya terus mencengkeram kemukanya lagi.

Tenaga kebasan Siang Lui itu sebenarnya bertujuan untuk membikin miring tubuh Jun-yan, menyusul terus mencengkeram.

Kalau tubuh Jun-yan sudah terhuyung-huyung kesamping, maka pasti akan kena dicengkeram seperti sengaja memapakkan sendiri.

Dalam keadaan terancam, ternyata Jun-yan tidak kurang akal, mendadak ia jatuhkan dirinya kelantai dengan berduduk, berbareng golok Pek-lin-to ia babatkan kedepan dua kali, habis itu, ujung golok ia tutulkan kelantai dan tubuhnya meloncat kesamping.

Sam-bok-leng-koan , dampratnya, kemudian mengancam, Jika kau berani maju lagi, segera aku bacok kapal jamrud ini hingga hancur, coba kau mampu membunuh aku tidak” Hong san Koay Khek “

Siang Lui menjadi mati kutu, ia pikir, sekalipun gadis itu ia cincang, tapi kalau kapal pusaka itu sudah remuk, kemana harus dicari ganti benda yang tiada taranya itu” Lalu, kau mau apa” tanyanya kemudian kewalahan, tapi dalam hati gusar tidak kepalang.

Sebenarnya kapal jamrud ini aku tak inginkan, cuma..

ah, meski aku ceritakan juga kau takkan percaya, lebih baik tak diceritakan , demikian sahut Jun-yan.

tapi golok ini biar tinggalkan padaku saja, nanti aku yang kembalikan pada Liok-hap-tong-cu! Sejak Sam-bok-leng-koan Siang Lui malang melintang di kangouw, belum pernah ia dibikin mendongkol seperti sekarang ini.

Maka sembari mendengar iapun sambil mencari akal.

Ketika Jun-yan lagi senang2 hampir selesai mengucapkan kata2nya, mendadak Siang Lui menggertak: Ngaco-belo! dan sekali tubuhnya bergerak, secepat kilat ia menubruk maju, tangan kiri mengulur, seketika mulur hampir dua kali lipat, terus membalik hendak menampar muka si gadis.

Keruan Jun-yan terkejut, tapi cepat pula ia angkat goloknya buat menangkis.

Namun tahu2 tangan kiri Siang Lui sudah mengkeret lagi, sebaliknya tangan kanan yang mulur terus memegang buntalan dipinggang si gadis, ia barengi mendorong dengan tenaga dalamnya hingga gadis itu ter-huyung2 kebelakang sambil berseru: Sambuti! dan segera orang2nya menyambut buntalan itu dengan hati2.

Merasa kecundang lagi, Jun-yan gusar tidak kepalang, sesudah berdiri tegak kembali, mendadak sinar tajam berkelebat, ia putar golok pusaka Pek-lin-to dan menghujani bacokan kepada Siang Lui.

Karena tidak bisa menggunakan golok, meski Jun-yan mainkan dengan menurut ilmu pukulan Hui-hun-cio-hoat namun tetap tak ungkulan melawan Siang Lui.

Sesudah beberapa jurus, ia sudah terdesak kalang kabut, keruan ia gugup dan sengit, permainan goloknya semakin cepat, ia menyerang mati2an tanpa pikir.

Tapi pada suatu saat, ketika Sam-buk-leng koan kebaskan lengan bajunya kedepan hingga angin kuat menyambar pergelangan tangan, Jun yan merasa kesemutan hampir Pek-lin-to terlepas dari cekalannya.

terpaksa ia melompat mundur, lalu putar golok semakin kencang.

Tampaknya bila empat-lima jurus lagi, pasti si gadis akan kecundang dan goloknya terampas, tiba2 terdengar diluar hotel itu ada suara orang berkata : He, Li-heng didalam Hong san Koay Khek “

hotel ada orang lagi bertempur, sinar senjata itu tampaknya adalah senjatamu Pek-linto! Lalu suara seorang menjawab : Benar, mari cepat kita melihatnya kedalam ! Girang sekali Jun-yan mendengar suara orang2 itu.

dalam seribu kerepotannya itu ia kenal suara orang pertama itu adalah Jing-ling-cu dan yang lain terang Liok-haptong-cu Li Pong adanya.

Saking girangnya semangatnya terbangkit.

ser-ser dua kali ia ayun goloknya hingga Siang Lui terdesak mundur, dan pada saat itulah Jing-ling-cu dan Li Pong pun telah melangkah maju.

Ketika tiba2 melihat yang sedang bertarung itu satu diantaranya ialah Lou Jun-yan yang memegang golok pusakanya sambil memainkan jurus2 ilmu golok yang aneh lagi bertahan mati-matian, sesaat itu Li Pong tertegun.

Tapi kemudian bila mengetahui lawan si gadis adalah Sam-bok-leng-koan Siang Lui, segera iapun terkejut.

Lekas2 ia berseru: Tahan dulu, tahan dulu! Orang sendiri semua.

Namun Siang Lui sudah ketelanjuran murka, sesaat tak mudah untuk melerai, terutama bila mengingat si gadis segera dapat dilakukan.

Berhenti dulu, Siang-heng! teriak Li Pong pula.

Dengarlah kataku, Siang-heng, anak dara ini adalah murid lo-Jiau, pikiran lo-Jiau (maksudnya Jiau Pek-king situa) biasanya sempit suka mengeloni murid sendiri, kenapa kau mesti cekcok dengan dia “ Jun-yan tahu persahabatan antara Liok-hap tong-cu Li Pong dengan gurunya sangat karib, asal dia ikut campur, betapa besarnya urusan pasti akan beres, maka hatinya menjadi lega.

Segera iapun berseru : Awas, Li-sioksiok, dibelakang suhu kau berani merasahi, kalau pulang nanti, biar aku laporkan pada suhu, coba bagaimana kau akan bela diri” Sembari berkata, ia menjadi sedikit lengah, kesempatan itu segera digunakan Sambok-leng koan untuk menyerang sambil berteriak : Sebentar lagi, Li-heng, biar aku rebut dulu goloknya! dan cepat sekali ia menabok kedepan, lalu tangannya menekan turun, lengan bajunya terus membelit hingga golok Pek-lin-to itu kena digulungnya sambil ditarik.

Keruan tangan Jun-yan menjadi kesemutan hingga goloknya terlepas dari cekalannya.

Hong san Koay Khek “

Liok-hap-tong-cu Li Pong cukup kenal gurunya Jun-yan yang suka mengeloni muridnya pasti tak mau membiarkan muridnya dihina orang, dan jika sampai urusan makin meluas, kedua pihak sama-sama sahabat, tentu ia serba salah.

Maka cepat ia menyelak ketengah sembari mengomeli si gadis : Jun-yan, makin lama kau semakin sembrono, Sam-bok-leng-koan adalah Bu-lim-cianpwe, kenapa kau sembarangan bergebrak dengan dia “ Nah, lekas kau minta maaf! Namun Jun-yan masih penasaran, sahutnya: Hm, kalau dia adalah Bu-lim cianpwe, seharusnya dia mempunyai sifat angkatan tua dari Bu-lim, kenapa dia berkeras menuduh aku yang telah mencuri kapal jamrudnya itu, tak sudi aku meminta maaf padanya! Li Pong benar2 kewalahan, maka dengan tertawa katanya kepada Sam-bok-lengkoan: Lau Jiau orangnya aneh, murid ajarannya ternyata juga serupa! Kalau Li Pong berulang kali menyebut asal usul Lou Jun-yan perlunya biar Siang Lui mengetahui dan jangan coba terlibat permusuhan dengan Jiau Pek king yang disegani itu.

Tak terduga, maksud baiknya itu berbalik jelek, Siang Lui menjadi salah paham malah, segera dengan tertawa dingin ia menjawab: Jau-li, budak ini kemarin membawa golok Pek-lin-to dari Kong-tong-pay kalian dan mematahkan tiga bendera pertandaan kami, waktu aku tinggal minum di belakang hingga datang terlambat sedikit, ternyata daun telinga dua orangku sudah kena diirisnya.

Tatkala mana ia sudah terang2an hendak merampas kapal jamrud itu, tapi melihat pertandaan golok pusakamu itu, aku hanya tahan goloknya dan biarkan dia pergi, siapa tahu semalam ia datang kembali untuk mencuri golok dan kapal, kalau bukan bungkusannya kurang rapat hingga dapat kuketahui boleh jadi sekarang ia sudah kabur jauh2.

Hm, kau jeri pada Jiau Pekking, masakan kami juga takut padanya “ Mendengar lagu kata2 orang menjadi kurang senang juga kepadanya, Li Pong hanya tersenyum saja, sahutnya : Siang-heng, gadis ini meski nakal, tapi tentang merampas barang kawalanmu, mungkin belum tentu berani melakukannya.

Tapi Siang Lui makin gusar, plok mendadak ia gebrak meja hingga meja itu amblong suatu lubang besar, berbareng tangan lainnya pun mengayun, Pek-lin-to yang dirampasnya ia tancapkan keatas meja, lalu katanya dengan sengit : Tidak, budak ini takkan kulepaskan pergi, sesudah aku selesai hantarkan barangku, aku sendiri akan mengirimnya kembali ke Jing-sia san untuk menanya pada Jiau Pek-king cara Hong san Koay Khek “

bagaimana mengajar murid.

Jika kau merasa kurang senang, terserahlah kau bila mau membelanya! Melihat Siang Lui ternyata bermaksud menawan si gadis, Li Pong cukup kenal akan watak Jun-yan yang tentu takkan mau turut.

Tapi tabiat Siang Lui juga keras luar biasa, apa yang dikatakannya kembali, maka ia menjadi serba salah untuk sesaat itu.

Li-sioksiok” tiba2 Jun-yan berseru, orang itu menantang kau, masa kau tidak berani” Ciangbunjin dari Khong-tong-pay janganlah sampai dibikin malu orang! Li Pong menjadi geli dan mendongkol, omelnya: Jun-yan, jangan sembarangan omong ! habis itu ia coba kedipi Jing-ling-cu.

Imam itu faham akan maksud sang kawan, maka cepat ia menyela: Siang-heng, kalau barang kawalanmu belum sampai hilang, kenapa mesti sepikiran seperti bocah ini” Biarkanlah dia pergi! Boleh juga, asal dia menjura tiga kali meminta maaf padaku , sahut Siang Lui marah2.

Kent..

segera Jun-yan hendak mendamprat, tapi belum lagi ucapannya selesai, tahu-tahu Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah melesat kedekatnya dimana tangannya sampai, koh-ceng-hiat dipundak si gadis telah kena ditutuknya.

Namun cepat Jun-yan dapat menyalurkan tenaga mematahkan tutukan itu, lalu teriaknya : Bagus, Li-sioksiok, kau tinggal peluk tangan saja tidak mau menolong, ya” Masa keparat ini menuduh aku merampok, lantas kau mau percaya “ Li Pong tahu didalam urusan ini tentu ada hal2 yang ber-belit2, tapi Siang Lui sudah ketelanjur bergusar sungguh2, rasanya susah mau beres begitu saja, maka cepat ia menyahut : Jun-yan, lekaslah kau pergi saja.

Disini masih ada aku! Bagus, Lau-Li, beginilah baru benar-benar tegas , teriak Siang Lui tiba-tiba dengan bergelak tertawa.

Dengan kata-katamu ini, putuslah persahabatan kami tiga saudara dengan pihak Khong-tong-pay kalian .

Habis berkata, mendadak tangannya bergerak membalik dengan ilmu thong-pi-kang, tiba-tiba lengan kanannya seakan-akan mulur lebih panjang terus menggaplok ke dadanya Li Pong.

Cepat Li Pong berkelit dan gunakan satu tipu Liok-hap-cio-hoat untuk mematahkan serangan Siang Lui itu.

Dalam hati diam2 ia mengeluh.

Ia cukup kenal Siang Lui bertiga saudara perguruan itu semuanya berwatak keras berangasan.

Ketika melihat Siang Lui Hong san Koay Khek “

hendak buka serangan pula dan Jun-yan masih belum mau pergi, tiba2 hatinya tergerak, cepat ia berseru; Nanti dulu Siang-heng, dengarlah kata2ku .

Apalagi” jengek Siang Lui.

Tapi Li Pong terus menanya si gadis: Golok Pek-lin-to itu cara bagaimana bisa jatuh di tanganmu, Jun-yan” Maka berceritalah si gadis apa yang dialaminya didalam hotel serta cara bagaimana golok Pek-lin-to itu tahu2 sudah berada disamping bantalnya hingga batang hidungnya hampir2 pesek terpapas.

Siang-heng , kata Li Pong sesudah merenung sejenak, setelah mendengar penuturan Jun yan, urusan ini memang rada aneh, sesungguhnya Jun-yan tak bisa disalahkan.

Lalu iapun menuturkan pengalamannya ketika bertemu si-orang aneh dirimba tempo hari dan menyambungnya pula: Setelah aku melanjutkan perjalanan ke Lo-seng-tian, sampai disana barulah aku mengetahui golokku sudah hilang tanpa aku merasa.

Melihat gelagatnya, terang dilakukan oleh manusia aneh itu.

Maka hendaklah Siang-heng jangan salah sangka pada orang lain .

Namun Siang Lui tidak mau mudah percaya, bukankah sudah terang2an ia melihat Jun yan yang hendak membawa pergi kapal jamrudnya yang dicuri orang malam2 itu “ Maka dengan tertawa dingin ia menjawab : Liok-hap-tong-cu, biasanya kami tiga saudara selalu pandang kau sebagai seorang laki2 sejati, siapa tahu kaupun tak bertulang, berani pada yang lemah, takut pada yang jahat! Betapa sabarnya Li Pong, akhirnya menjadi kurang senang oleh olok2 Siang Lui ini, katanya segera : Siang-heng, telah kukatakan bahwa anak dara ini adalah muridnya Lau Jiau, maksud baikku kenapa kausalah artikan” Siang Lui menjadi gusar.

Aku justru ingin tahu betapa lihaynya Thong-thian-sinmo , sahutnya.

Jika ternyata kau begitu karib dengan dia, nah, silahkan kau pergi memberitahukan padanya, bahwa didalam dua bulan, pasti kami bertiga saudara akan membawa murid mustikanya ini ke Jing-sia-san untuk mencarinya .

Melihat urusan makin lanjut makin runyam Jing-ling-cu cukup kenal watak Siang Lui yang gopoh, tentu susah dilerai, boleh jadi nanti dua bulan lagi amarahnya sudah hilang dan percekcokan inipun dapat didamaikan, maka cepat ia memberi tanda pada Li Pong.

Hong san Koay Khek “

Li Pong tahu maksud kawan itu, maka katanya pada si gadis: Jun-yan, sebenarnya kau juga salah mematahkan panji pertandaan orang.

Sam-bok-leng-koan ingin kau ikut padanya, dalam dua bulan, kau akan dihantar pulang ke Jing-sia-san, baik kau terima saja, nanti tiba waktunya, tentu kita akan selesaikan urusan ini.

Semula Jun-yan berniat melancong di kang ouw, dengan sendirinya sangat berat kalau disuruh pulang.

Tapi bila mengingat Liok-hap-tong-cu berada dalam keadaan serba salah, kenapa mesti bikin susah padanya, masa nanti di tengah jalan aku tak bisa meloloskan diri” Maka segera ia mengangguk.

Baiklah, Li-sioksiok, masa aku takut padanya” Tapi masih kuatir terjadi apa2 atas diri si gadis, maka ia berkata pula: Jangan kuatir, Sam-bok-leng-koan adalah angkatan tua, tak nanti dia bikin susah padamu.

Dengan kata2 ini, ia telah cegah lebih dulu agar Siang Lui sebagai orang tua tak nanti merecoki seorang muda.

Habis ini, bersama Jing ling-cu mereka lantas berlalu.

Jangan kau coba melarikan diri! kata Siang Lui gemas kepada Jun-yan, lalu perintahkan orang2nya berangkat.

Jun-yan tidak gubris akan kata2 orang, bahkan terus melengos dengan sikap memandang hina.

Keruan Siang Lui ber-jingkrak2, tapi sebagai seorang tua, tidak pantas juga bertengkar terus dengan seorang muda, terpaksa ia menahan gusar pergi mengatur pemberangkatan kereta-keretanya.

Tidak lama, iring2an kereta sudah meninggalkan kota kecil itu, Siang Lui dan Junyan menunggang kuda mengikuti dari belakang, diam2 Sam-bok-leng-koan menimang2, Thong-thian sin-mo Jiau Pek-king itu benar2 lihay, tiga saudara maju sekaligus belum tentu sanggup melawannya, rasanya didalam dua bulan ini mesti mengundang lagi bala bantuan.

Sampai disini ia menjadi agak menyesal juga akan keburu nafsunya menimbulkan percekcokan ini.

Sebaliknya Jun-yan sendiri lagi memikirkan bagaimana caranya meloloskan diri, malahan sebelum kabur, Siang Lui harus diberitahukan dulu, barulah mendongkolnya bisa terlampias.

Tapi apa daya, jika bertempur terang2an takkan berhasil.

Lalu akal apakah yang harus dipakai” Malamnya, mereka menginap dihotel lagi.

Siang Lui mengirim dua orangnya menjaga di luar kamar Jun-yan.

Hong san Koay Khek “

Karena itu si gadis menjadi mati kutu.

Jika ia terjang keluar, tapi kemudian dibekuk kembali oleh Siang Lui, bukankah akan membikin malu saja “ Ia menjadi kesal hati, ia rebahan diranjangnya, tanpa terasa ia terpulas.

Sampai tengah malam, tiba2 terdengar berkesiurnya angin, samar-samar terasa suatu bayangan berkelebat di depannya.

Ia menyangka pandangan sendiri menjadi kabur, cepat ia bangun, tiba2 berjangkit lagi kesiurnya angin, menyusul daun jendela berkedut dan terpentang, satu bayangan orang secepat terbang sudah melayang keluar.

Jun-yan kucak2 matanya, kemudian ia menegasi pula, dan memang jendela kamarnya sudah terpentang.

Ia menjadi ingat kejadian malam kemarin yang mirip dengan barusan ini.

Pada saat itulah, lantas terdengar suara bentakan orang diluar : Budak liar, jangan lari! Menyusul suara itu, segera seorang menjerit di barengi suara gemerentang jatuhnya senjata.

Jun-yan dapat mengenali suara jeritan itu adalah suara orang yang dikirim Siang Lui untuk mengawasi dirinya itu, dan bayangan orang yang begitu cepat dan gesit itu siapa gerangannya” Mungkinkah sipelajar penunggang keledai berjari tunggal itu” Sedang memikir, tiba2 didengarnya lagi suara bentakan Siang Lui yang keras, menyusul mana ada orang sedang melapor dengan gemetar: Susiok, Loji dan Losam telah terbinasa! Jun-yan terkejut, betapa lihaynya cara turun tangan orang itu” Dalam pada itu Siang Lui hanya menjengek tanpa menyahut, mendadak Jun-yan dikagetkan oleh suara blang yang keras, sekonyong-konyong pintu kamarnya kena didepak terpentang.

Cepat ia bangkit berduduk, dengan suara keras ia membentak : Siapa” Tadinya Siang Lui menyangka kalau si gadis telah lari sehabis membunuh orang, ia mendepak pintu kamar yang untuk melampiaskan amarah saja, kini mendengar Junyan masih berada didalam kamar, seketika ia melengak, tapi terpaksa ia menyahut: Aku ! Tiba2 Jun-yan tergerak pikirannya, ia pura2 mendamprat : Tengah malam buta kau dobrak kamarku ada apa “ Katanya angkatan tua Bu-lim, kenapa kelakuanmu begini rendah “ Hong san Koay Khek “

Betapapun Siang Lui memang seorang kesatria, kena digertak demikian, ia menjadi mengkeret dan lekas2 undurkan diri sambil menggerutu didalam hati akan kelicikan si gadis.

Sebaliknya diam2 Jun-yan tertawa geli.

Karena kematian dua murid keponakannya, dan pula dirinya kena di-olok2 si gadis, sungguh Siang Lui gusar tidak kepalang.

Besoknya di waktu meneruskan perjalanan, diam2 ia mengambil ketetapan akan mengundang semua kawan yang dahulu pernah bertengkar dengan Jiau Pek-king untuk mendatangi Jing-sia-san dan menentukan unggul atau asor dengan iblis itu, lalu Jun-yan juga akan dicincangnya pula.

Melihat sikap orang, Jun-yan tahu Siang Lui sudah membencinya tujuh turunan, tapi dasar jahil, dalam perjalanannya ia justru sengaja pakai macam2 cara untuk bikin marah Siang Lui hingga tokoh ini semakin geregetan.

Untuk selanjutnya Siang Lui tidak mengirim orang untuk menjaganya lagi, sebenarnya kalau mau Jun-yan sudah bisa melarikan diri.

Tapi sekarang justru ia berbalik pikiran, ia tidak mau tinggal pergi.

Maka tiada beberapa hari akhirnya sampailah mereka diperbatasan daerah Ciatkang, kalau Siang Lui sudah selesaikan barang hantarannya di Hengciu, ia lantas bisa pulang ke Soatang.

Selama beberapa hari terakhir ini, setiap tengah malam tentu ada satu orang yang diam2 masuk kamar Jun-yan.

Setiap malam si gadis juga melihat bayangan orang, tapi asal sedikit ia bergerak, segera orang itu melompat keluar jendela dan menghilang untuk malam berikutnya datang lagi.

Betapa cepat gerakan orang itu, benar2 sukar dilukiskan.

Tidak peduli betapa perlahan Jun-yan bergoyang, segera orang itu mendapat tahu dan lantas melesat pergi.

Suatu malam, sengaja Jun-yan mengincar orang, pura2 pejamkan mata menantikan datangnya orang.

Betul juga, tengah malam orang itu melayang masuk kekamarnya lagi, karena gelap gulita, maka muka orang itu tak tertampak jelas, hanya perawakannya cukup besar, terang seorang laki2.

Sesudah, masuk kekamar, orang itu terus berdiri kaku didepan ranjang Jun-yan hingga tanpa merasa si gadis merinding.

Diam2 ia pikirkan ilmu silat yang luar biasa itu, kalau orang bermaksud jahat, untuk mencelakai dirinya adalah terlalu mudah, tetapi setiap malam hanya datang, lalu pergi lagi, entah apa yang hendak diperbuatnya “ Agaknya yang dua kali membawakan golok Pek-lin-to, tentulah orang ini tak salah lagi.

Hong san Koay Khek “

Jun-yan men-duga2 siapakah gerangan orang ini, mulanya ia sangka si pelajar berjari tunggal itu, tapi lantas terpikir olehnya mungkin sang guru yang telah turun gunung dan secara diam2 melindungi dirinya” Namun bila dipikir lagi, rasanya hal itu tidak mungkin.

Ketika dilihatnya orang itu masih berdiri terpaku, se-konyong2 ia melompat bangun terus menubruk kearah orang.

Ia menaksir dengan tubrukannya secara mendadak itu tentu orang akan kena dicengkeramnya.

Siapa tahu ia hanya tubruk tempat kosong saja.

Terdengar dua kali suara plak-plak , kedua tangannya telah menghantam diatas meja, sedang disampingnya angin berkesiur perlahan, ketika ia menoleh, orang itu sudah menghilang.

Keruan Jun-yan tambah curiga, cepat ia menyalakan lentera, ia lihat keadaan kamarnya tiada tanda2 aneh.

Ketika ia hendak matikan lentera untuk tidur lagi, sedikit menunduk, mendadak dilihatnya permukaan meja yang tadinya rata mengkilap itu, kini nampak benjal-benjol seperti terukir tulisan.

Waktu ia angkat lentera memeriksanya, ternyata diatas meja itu terukir beberapa hurup yang mencang-mencong, semuanya bertuliskan Jing-kin .

Ukiran ini sedalam hampir setengah senti, licin halus, tanpa ada tanda-tanda bekas korekan senjata, terang asal goresan dengan jari, dan tempat dimana orang tadi berdiri tepat berdekatan dengan meja ini, maka dapat diduga tentu dilakukan orang itu, betapa tinggi ilmu silatnya, sungguh bikin orang tercengang.

Jin-kin, Jin-kin , tanpa terasa Jun-yan menyebut nama itu.

Ia pikir tentu ini nama seorang wanita, tapi apa hubungannya dengan diriku” Kenapa diwaktu orang hantarkan golok dan kapal jamrud itu selalu disertai secarik kertas yang bertuliskan kedua hurup itu”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar