Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 06

Bab 06

Maka segera ia menahan kudanya sambil menoleh, ia menggapaikan tangan dan memanggilnya : Marilah, kalian kemari ! Melihat itu, mengira kalau si nona sungguh2 kepincut, saking senangnya, tulang kedua orang itu se-akan2 lemas seluruhnya.

Maka dengan suara sahutan yang di-bikin2, segera merekapun keprak kuda kedepan.

Diluar dugaan, baru mendekati si gadis, mendadak sinar pecut berkelebat, pandangan mereka menjadi silau tar-tar dua kali, muka kedua orang itu terkena sabetan pecut, saking kesakitan hingga mereka ber-kuik2 bagai babi disembelih, terus merosot kebawah kuda.

Rasa gusar Jun-yan masih belum reda, sekali lompat turun sret golok Pek-lin-to asal milik Li Pong itu ia lolos hingga memancarkan sinar hijau, dan sekejap kemudian, daun telinga kedua orang itu sudah berpisah dengan tuannya, menyusul mana si gadis ayunkan kakinya hingga tubuh mereka terpental jauh ke tepi jalan.

Meski perbuatan Jun-yan dilakukan dengan cepat sekali, namun tempat dimana terjadi itu adalah jalan raya yang sangat ramai.

Maka demi melihat seorang gadis jelita memegangi sebilah golok yang gemerlapan, sedang dua orang lagi ber-guling2 ditanah penuh darah dimuka, karuan orang yang berlalu disitu menjadi kacau.

Hong san Koay Khek “

Tapi Jun-yan tidak peduli, sedang ia hendak melanjutkan perjalanannya, tiba2 terdengar lagi suara keleningan yang ber-ning2.

Waktu ia memandang, kiranya keledai putih yang bertelapak kaki dan ekor hitam itu lagi yang sudah balik kembali dan berhenti sejauh dua-tiga tombak darinya.

Penunggangnya, sipelajar muda itu yang menunggang keledai secara mungkur, lagi ter-senyum2 kearahnya diatas binatang tunggangannya.

Pikir Jun-yan, kebetulan ular mencari penggebuk , memangnya dirinya lagi hendak merampas keledai itu, kini ia sendiri yang datang kembali, kenapa tidak sekalian dilakukan sekarang, tokh tadi sudah terjadi onar” Dengan keputusan itu, sedang ia hendak melesat kesana, tiba-tiba dilihatnya ada tiga kuda bagus sedang menerobos rombongan kereta dan berjalan menuju kearahnya, tiga orang penunggangnya nampak cekatan sekali diatas kudanya hingga sekejap saja sudah datang menghadang didepan si gadis.

Belum lagi Jun-yan mengamat-amati ketiga orang itu, dilihatnya si Suseng tadi sedang bertepuk tangan sambil tertawa dan berkata : Hahaha, bakal ramai, bakal ramai, tentu bakal ramai sekali! Jun-yan menjadi mendongkol, ia mendelik kearahnya.

Tapi tiba-tiba dilihatnya sewaktu pelajar itu bertepuk tangan tadi, tangannnya gemerlapan dengan sinar kuning emas, bila ditegasinya, baru diketahui bahwa kedua telapak tangan pemuda itu ternyata halus rata tanpa satu jaripun, kecuali ditangan kanannya pada jari telunjuknya memakai sebuah salut emas yang bersinar kuning mengkilap.

Melihat itu, diam2 Jun-yan gegetun sendiri.

Sungguh sayang seribu kali sayang, seorang pemuda yang begitu tampan ganteng ternyata tangannya cacat tanpa jari.

Karena itu, tanpa merasa ia memperhatikan pula sekejap pada orang, sebaliknya Suseng itupun lagi tersenyum padanya, entah mengapa, Jun-yan menjadi merah jengah dan lekas-lekas melengos.

Ketiga penunggang kuda yang memburu datang tadi, sebenarnya mula-mula berwajah sangat gusar, tapi ketika melihat ditangan si gadis membawa Pek-lin-to, mereka jadi tercengang dan mengunjuk rasa heran.

Segera yang berdiri ditengah yang berumur paling tua melangkah maju serta menegur: Sam thay-piaukiok kami selamanya tiada permusuhan dengan Khong-tongpay, guru kami Sam-jiu ji-lay Hang-It-wi dengan Liok-hap-tong-cu malahan adalah sobat Hong san Koay Khek “

kental, kenapa sekarang nona mencegat ditengah jalan hendak merampas piau (barang kawalan) kami ditengah hari bolong “ Meski lagu perkataan orang ini tidak kasar tapi terang bersifat menuduh tanpa sebab musababnya, walau sudah kenal juga golok pusaka yang berada ditangan si gadis adalah Pek-lin-to pusaka Khong-tong-pay.

Keruan Jun-yan menjadi marah.

Hm, jadi kalian bilang aku hendak merampas barang kawalanmu” jengeknya segera.

Ketiga orang itu tertegun, tapi toh menjawab juga : Rasanya juga tidak mudah, jika itu memang maksudmu ! Sebenarnya tiada maksud sama sekali pada Jun-yan hendak merampas barang kawalan orang, tapi kini ia benar2 dibikin marah.

Tiba2 terdengar Suseng muda tadi dari samping malahan ikut mengipasi, katanya dingin: Aha, orang sudah terlalu mendesak, kalau tidak turun tangan, kemanakah muka harus disembunyikan! Sementara itu ketiga orang tadi sudah ambil kedudukan sejajar, masing2 mengeluarkan toya Sam-ciat-kun , yaitu toya tekuk tiga, hingga menerbitkan suara gemerincing karena rantai penyambungnya.

Tentu saja hal mana sangat menarik perhatian orang yang berlalu lalang disitu, segera penonton merubung makin lama makin berjubel, se-akan2 tinggal menunggu Jun-yan yang memulai turun tangan.

Dasar anak murid Thong-thian-sin-mo Jiau Pek king yang tindak tanduknya terkenal aneh, setiap perbuatan hatinya menurut panggilan hati seketika, sedang akibatnya tak pernah dipikir.

Rupanya sifat ini sedikit banyak juga menurun pada diri Jun-yan.

Maka dengan tertawa dingin segera jengeknya : Baiklah, katakan terus terang barang apa yang kalian kawal, jika nonamu tidak penuju, boleh jadi tidak sudi turun tangan! Ketiga orang itu berwatak berangasan dan tinggi hati, berkat nama besar Sam-thay piaukiok pula dengan tiga pemimpinnya, yaitu terdiri dari tiga saudara perguruan, yang tua bernama Sam-jiu-ji-lai Hang It-wi, kedua Sam-pi lo-jia Tiat Gin, ketiga Sam-bok-Iengkoan Siang Lui.

Kesemuanya memiliki kepandaian tunggal yang lihay, pergaulannya luas diseluruh negeri, sejak membuka Sam-thay piaukiok, dari kalangan mana saja suka Hong san Koay Khek “

memberi bantuan seperlunya dan selamanya tak pernah gagal.

Sebab itu sedikit banyak orang2nya menjadi terkebur, apalagi kini melihat Jun-yan hanya seorang gadis jelita, lebih2 tak dipandang sebelah mata oleh ketiga orang itu.

Maka dengan tertawa dingin orang yang tadi menjawab : Yang kami kawal adalah benda berharga yang bernilai belasan laksa tahil emas, ada diantaranya sebuah kopiah bertabur mutiara yang besar-besar, ada pula sebuah perahu jamrud yang panjangnya hampir satu meter warna seluruhnya hijau dan terukir dari batu kumala asli, betapa hidup ukiran perahu itu hingga beberapa puluh penumpangnya diatas perahu juga seperti hidup sungguh2.

Nah, dapatkah barang2 itu menarik perhatianmu “ Begitu terkeburnya, hingga barang2 berharga yang mereka kawal, benar2 ia beritahukan pada Jun-yan.

Padahal biasanya benda apa yang dikawal, justru harus dirahasiakan, tak nanti sembarangan boleh diketahui orang, kini caranya bilang terus terang, jelas sekali Jun-yan di pandang sepele saja.

Keruan hati si gadis semakin geram, ia pikir sekalipun nantinya harus berurusan dengan Sam jiu-ji-lai bertiga, hari ini sudah pasti aku akan menahan piau ini, bila tidak, mukaku ini harus ditaruh dimana seperti kata si Suseng tadi “ Mengingat akan pelajar muda itu, tanpa terasa ia melirik pula kearahnya dan tertampak orang masih berpeluk tangan sambil bersenyum saja menonton disamping.

Dasar watak Jun-yan memang tak mau dikalahkan orang, apalagi sejak kecil sudah dimanjakan sang guru, maka begitu ambil keputusan, segera ia membentak : Nah, jika begitu, semuanya tinggalkan untuk nonamu disini! Habis itu, goloknya bergerak, selarik sinar hijau segera menyambar dari atas kebawah.

Cepat ketiga orang itu bersuit, lalu memencar tanpa balas menyerang.

Tapi orang yang berdiri ditengah-tengah tadi telah menjadi incaran Jun-yan, ia menyusul cepat dan mengirim tusukan dari samping.

Lekas-lekas orang itu ayun toyanya untuk menangkis hingga menerbitkan suara gemerincingan.

Mendadak dari menusuk Jun-yan baliki golok pusakanya terus membabat kebawah, maka terdengarlah suara creng yang keras, toya yang bertekuk tiga itu sudah kena ditabas kutung sebagian.

Hong san Koay Khek “

Ha, benar-benar Pek-lin-to pusaka Khong tong-pay! seru orang itu dengan muka berubah.

Mungkin tadinya ia masih ragu-ragu apakah anak murid Khong-tong-pay bisa melakukan pembegalan.

Sementara itu Jun-yan telah tertawa dan berkata : Nah, jika sudah kenal kelihayanku, tinggalkan barangmu, biar jiwamu nonamu ampuni! sembari berkata, goloknyapun terus membacok dan membabat ber-runtun2 beberapa kali.

Sebenarnya ia tak faham To-hoat atau ilmu permainan golok, gerak serangan ini hanya dia keluarkan berdasarkan Hui-hun-cio-hoat atau ilmu pukulan awan mengapung yang dipelajari dari sang guru, gerakan enteng gesit, tipu serangannya cepat ganas, pula ketiga orang itu takut pada tajamnya golok itu, maka mereka jadi terdesak sampai mundur2 terus.

Melihat ada kesempatan, segera Jun-yan melompat kedepan.

Tatkala itu para pekerja perusahaan pengawalan itu lagi berdiri disamping kereta muatan buat menonton pertempuran dan kereta2 itu berhenti ditengah jalan raya, ketika Jun-yan menerjang kesamping kereta itu, sekali kakinya melayang, dua orang disitu segera terpental pergi.

Menyusul mana Jun-yan cabut panji pertandaan diatas kereta itu dan sekali tekuk, ia patahkan panji itu menjadi dua terus dibuang sekenanya, habis itu goloknya untuk membacok kereta.

Keruan ketiga orang tadi sangat terkejut, berbareng mereka memburu datang.

Mendengar dari belakang ramai dengan tindakan orang, tanpa berpaling lagi Junyan ayun goloknya terus membabat kebelakang dengan gerakan heng-hun-liu-cui atau awan meluncur air mengalir, tapi mendadak ia robah menjadi liu-hun-tui-gan atau awan meluncur mengejar belibis.

Dasar golok pusaka Pek-lin-to lebar dan panjang, maka seperti tangan si gadis bertambah panjang, dan pula dimainkan dengan dasar bui hun-cio-hoat , maka terdengarlah segera suara creng-creng dua kali, menyusul sekali lagi suara jeritan orang yang ngeri.

Setelah ini, barulah Jun-yan memutar tubuh, dilihatnya toya kedua lawannya sudah terkutung semua, seorang lagi pundaknya terluka parah dan roboh ditanah.

Nyata dalam dua jurus saja tiga orang lawan sudah dikalahkannya.

Hong san Koay Khek “

Nah, bagaimana “ Cukup tidak untuk maukan perahu jamrudmu itu “ jengek Junyan kemudian sembari acungkan goloknya.

Tapi baru selesai ucapannya, tiba2 terlihat wajah ketiga orang itu mengunjuk rasa girang sembari berseru : Sam-susiok ! Menyusul mana lantas terdengar dibelakangnya ada suara orang tua yang serak sedang berkata : Perahu jamrud itu berada padaku, jika nona mau boleh mengambilnya, mari! Cepat Jun-yan berpaling, maka terlihatlah diatas kereta piau sana entah kapan sudah berdiri seorang tua berpakaian ringkas.

Wajah muka orang tua ini aneh luar biasa, mukanya lebar, diantara kedua alisnya terdapat sebuah belang panjang bundar hingga nampaknya seakan-akan punya tiga mata, tangan dan kakinya pendek, tapi tanpa senjata.

Kedua matanya bersinar tajam sedang memandangi Jun-yan.

Hm , tiba2 kakek itu menjengek pula, kau membawa Pek-lin-to kaum Khong-tongpay, tapi terhadap Liok-hap-to-hoat sedikitpun tidak becus.

Ketiga murid keponakanku itu kena kau kelabui, sebab menyangka kau adalah anak murid Khong-tong-pay dan rada mengalah, karena itu, apakah kau lantas anggap diri sendiri tiada bandingan dikolong langit ini “ Melihat macamnya orang, diam2 Jun-yan menduga orang tua ini tentu yang disebut Sam bok-leng-koan Siang Lui, simalaikat bermata tiga.

Pikirnya kebetulan, memangnya aku bertujuan menyohorkan nama, kenapa aku tidak coba-coba tempur tokoh terkenal ini “ Maka dengan tertawa dingin iapun menyahut : Huh, kalau golok pusaka Khongtong-pay saja sudah berada di tanganku, lalu apa kau tidak pikir baik2 dulu, tapi ingin cari penyakit “ Dengan kata2nya itu, ia seakan-akan maksudkan : jika golok pusaka Liok-hap-tongcu Li Pong dari Khong-tong-pay saja dapat kurebut, lalu kau Sam-bok-leng-koan kirakira bagaimana kalau dibandingkan Li Pong “ Tapi Sam-bok-leng-koan Siang Lui justru bertabiat sangat keras, meski banyak sabar sesudah tua, namun tak tahan juga oleh kata2 pancingan si gadis, sekali menggereng tertahan mendadak orangnya mendoyong kedepan dengan kaki masih Hong san Koay Khek “

menancap diatas kereta, lalu tangan kanannya tiba2 diulur, jarinya bagai kaitan terus mencengkeram kepundak si gadis.

Melihat tangan orang pendek-pendek saja pula jarak mereka lebih dari lima kaki, Jung yan menaksir pasti cengkeraman orang itu tidak sampai, maka ia anggap sepi.

Tak terduga, di waktu kecil Siang Lui bertiga pernah mendapat guru kosen dan masing-masing mendapatkan pelajaran ilmu yang lihay, sejak masih muda Siang Lui sudah berhasil melatih ilmu thong-pi-kong atau ilmu lengan sakti, walaupun lengannya pendek, tapi bila dijulurkan buat mencengkeram, sekali lengan kiri sedikit mengkeret, segera lengan kanan memanjang lebih dari dua kali.

Karena tak ter-sangka2 akan kepandaian orang, hampir-hampir saja Jun-yan kena dicengkeram, cepat ia balikkan goloknya dengan tiy hun-li-yu-liong atau naga melayang didalam awan, segera ia bermaksud membabat lengan musuh.

Akan tetapi sudah terlambat, tahu-tahu goloknya telah kena tercengkeram, ketika Siang Lui gunakan jari telunjuknya terus menjentik, maka nadi tangan Jun-yan kena tertutuk, separoh tubuh si gadis terasa kaku kesemutan, tubuhnya pun ter-huyung2 mundur beberapa tindak dan golok pusaka Pek-lin-to sudah pindah ke tangan Siang Lui.

Ternyata sekali gebrak saja, segera golok pek-lin-to sudah dapat direbut Siang Lui, hal ini benar salah Jun-yan sendiri yang lengah, tapi kalau dibandingkan sungguh2, keuletan Siang Lui memangnya juga jauh diatas si gadis, seumpamanya sekali gebrak tak berhasil, dalam sepuluh jurus hendak merebut golok, rasanya juga tidak sulit baginya.

Setelah golok dirampas orang, Jun-yan berdiri tertegun ditempatnya tanpa berdaya.

Sementara itu Sam-bok-leng-koan Siang Lui telah berkata lagi dengan dingin : Nah, perahu jamrud itu apakah nona masih inginkan pula “ Dibawah pandangan orang banyak, Jun-yan menjadi malu dan gusar, sesaat ia berdiri kaku tanpa bisa menjawab, dan selagi hendak nekad menubruk maju buat adu jiwa dengan Siang Lui, tiba2 terdengar suara ting-ting keleningan, Suseng menunggang keledai tadi tahu2 telah menyelak masuk kelingkaran orang banyak terus bersoja kepada Siang Lui.

Hong san Koay Khek “

Sam-bok-leng-koan , sapa pemuda itu, sudah lama namamu tersohor, kenapa harus main2 dengan seorang nona cilik” Jika melihat dia membawa Pek-lin-to, dengan sendirinya dia ada hubungan dengan Liok-hap-tong-cu janganlah sampai dari kawan nanti menjadi lawan “ Siang Lui tergerak hatinya oleh kata2 si pelajar, sahutnya : Lalu, dua orangku dicelakai, apa lantas selesai begitu saja” Kejadian itu aku juga melihatnya tadi , kata Suseng itu pula.

Asalnya disebabkan kata-kata orangmu yang kasar hingga terjadi salah faham, maka menurut aku, tidakkah lebih baik dianggap selesailah sudah! Meski usianya muda, tapi caranya berkata ternyata seperti orang tua.

Memangnya Jun-yan lagi serba susah, kini dapat diketengahi orang, hatinya benar2 berterima kasih.

Sesudah memikir sejenak, kemudian Siang Lui menjawab : Kata-katamu memang tidak salah, tapi golok ini harus ditinggalkan padaku biar kelak kalau pekerjaanku sudah selesai akan kuhantarkan sendiri ke Khong-tong san untuk diserahkan pada Li Pong! Mendengar golok pusaka itu akan ditahan, Jun-yan menjadi gusar lagi dan segera hendak mendamprat, tapi suseng itu telah kedipi matanya mencegah, lalu terdengar ia berkata : Baiklah, begitu juga boleh! Habis itu, keledainya ia keprak mundur ke samping Jun-yan dan berkata pula : Marilah kita pergi saja ! dan sedikit tubuhnya menggeser, tangannya diulur, tahu2 Junyan telah ditarik keatas keledainya, ketika suara keleningan berbunyi lagi, keledai itu segera pentang kaki berlari cepat, sekejap mata saja sudah jauh meninggalkan tempat itu.

Karena merasa terima kasih, maka Jun-yan pun tidak anggap sembrono kelakuan Suseng itu, tanyanya kemudian : Belum lagi aku menanya namamu yang terhormat, banyak terima kasih atas pertolonganmu ! Tiba2 suseng tertawa dan menjawab: Keledaiku ini disebut oh-hun-hoan-hui (mega hitam ber-gulung2), disebut juga soat-li-song-than (menghantar orang dibawah salju), adalah binatang pilihan yang susah didapatkan, kalau siang bisa mencapai ribuan li, bila malam sanggup berlari ber-ratus2 li! nyata jawabannya menyimpang dari yang ditanya.

Hong san Koay Khek “

AHA, kau ini sungguh lucu, orang tanya namamu, tapi kau jawab tentang keledai! kata Jun-yan sambil tertawa geli.

Eh, kiranya nona menanya namaku yang rendah “ Tapi bukankah nona juga ingin tahu betapa bagusnya keledai ini, supaya kalau ada kesempatan lantas turun tangan merampasnya kata suseng itu mengunjuk heran.

Ternyata rahasia hati Jun-yan dengan tepat telah kena dibongkar oleh pelajar itu, keruan muka si gadis menjadi merah.

Tapi iapun benar2 seorang gadis yang bersifat ke-kanak2an, segera iapun bertanya : He, darimana kau tahu “ Mudah saja , sahut suseng itu.

Aku melihat nona mengincar keledaiku terus ketika aku larikan dengan cepat, malahan nona berdiri keatas punggung kuda buat melihatnya, mengapa aku tak mengerti maksud nona” Mendengar itu Jun-yan semakin kikuk, diam-diam ia merasa pelajar itu sangat menyenangkan, kalau melihat sifatnya yang ramah tamah tapi tentu juga orang kalangan Bulim, sudah tahu dirinya hendak mengincar keledainya, namun masih sudi menolong padanya, kalau dibandingkan, nyata dirinya yang terlalu tak berbudi.

Karena pikiran ini, disamping berterima kasih, Jun-yan jadi menaruh hormat juga padanya.

Pesat sekali keledai itu berlari, tidak lama 40-50 li sudah dilalui, tiba2 suseng itu menahan keledainya, perlahan sekali tangannya mengebas, tiba2 Jun-yan merasa didorong oleh sesuatu kekuatan yang maha besar, tahu2 orangnya terpental dari punggung keledai terus berdiri tegak baik2 diatas tanah.

Sedang si gadis heran dan bingung sementara suseng itu sudah berkata: Harap nona jaga diri baik2 dalam perjalanan selanjutnya, aku masih ada urusan lain, sekarang juga kumohon diri , ketika mengucapkan kata2 mohon diri itu, orang berikut keledainya sudah berada belasan tombak jauhnya.

Dengan ter-mangu2 Jun-yan terpaku ditempatnya, sampai bayangan orang sudah menghilang, barulah ia seperti tersadar dari impian.

Aneh juga, hatinya yang selama ini tiada ganjelan, tiba2 timbul semacam perasaan kesal, ia merasa kalau bisa hendak menyusul suseng itu untuk diajak ngobrol, dengan begitu hatinya yang kesal akan terhibur.

Hong san Koay Khek “

Sesudah merenung sejenak, dengan masgul iapun meneruskan perjalanannya.

Petangnya, ia sampai disuatu kota dan mendapatkan suatu penginapan, didalam kamarnya, ia masih merasa kesal, sembari bersandar pada jendela, ia memandang jauh keluar, pikirannya me-layang2 pada suseng tampan itu.

Pada saat itulah diluar terdengar suara ramai berisik, kiranya kereta barang Samthay Piaukiok itu juga menginap pada hotel yang sama, tapi Jun-yan tidak ambil pusing.

Malamnya sehabis dahar, kembali Jun-yan ter-mangu2 menghadapi pelita didalam kamar, sesudah capek akhirnya ia tidur.

Tapi sebelum hari terang tanah ia telah mendusin.

Diluar dugaan, ketika ia menggeliat bangun, se-konyong2 terasa angin lembut berkesiur, menyusul daun jendela berbunyi keriut sekali, dimana jendela terbuka seakan2 ada seorang melompat keluar dengan cepat luar biasa terus menghilang.

Karena baru mendusin, matanya masih sepat, dan pula gerakan orang itu hampir tiada mengeluarkan suara, hanya sekejap saja orang sudah menghilang, Jun-yan menjadi ragu2 akan pandangannya sendiri yang kabur, maka dengan sangsi ia rebahkan diri buat tidur pula.

Bila kemudian ia mendusin pula, ini disebabkan oleh suara orang yang keras bagaikan guntur sedang ber-cakap2 diluar kamar.

Segera juga Jun-yan dapat mengenali itu adalah suaranya Sam-bok-leng-koan Siang Lui.

Sementara itu terdengar lagi Siang Lui membentak: Bagus, kapal terbalik didalam selokan! kalian tidur dengan mengelilingi kereta2 kawalan, masa tidur kalian sedemikian nyenyak seperti babi mati” Lalu seorang dengan suara gemetar, telah menyahut: Sung..

sungguh kami ti..

tidak merasa sa..

sama sekali! Hm , terdengar Siang Lui mengejek.

Jika manusia sembarangan rasanya tak berani membentur Sam-thaypiaukiok, bila bukan orang sembarangan, tak nanti berbuat secara sembunyi2.

Coba periksa adakah sesuatu tanda yang ditinggalkan, mungkin sobat baik siapa yang telah bergurau dengan kita! Sudah kami periksa , sahut orang tadi, tiada sesuatu tanda2 yang ditinggalkan, golok Pek-lin-to dan perahu jamrud itupun lenyap semuanya! Hong san Koay Khek “

O, jangan2 Liok-hap tong-cu yang menyesali aku” Tapi rasanya tak mungkin Ujar Siang Lui men-duga2 sendiri.

Menyusul mana lantas terdengar suara tindakannya yang mantap.

Rumah penginapan itu sebenarnya sudah kuno, dan mungkin Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah gusar luar biasa, maka diwaktu berjalan tindakannya menjadi berat luar biasa, sampai hotel itu se-akan2 ikut tergoncang.

Mendengar percakapan itu, diam2 Jun-yan senang sekali, ia bersyukur Sam-bokleng-koan ini bisa kehilangan barang2, benar2 Thian maha adil.

Segera ia hendak ber-kemas2 untuk keluar buat melihat apa yang sebenarnya sudah terjadi.

Diluar dugaan, baru ia bangun berduduk, tiba2 dilihatnya golok pusaka Pek-lin-to justru terletak diatas mejanya dengan mengeluarkan sinar kemilauan, malahan disamping golok ada pula sebuah bungkusan besar sepanjang hampir satu meter, cuma apa isinya belum diketahui.

Kembali Jun-yan ter-heran2.

Pikirnya, golok ini sudah dua kali mendadak datang padanya, pertama kali terang direbut langsung dari tangannya Li Pong, dan kini terang dicuri dari orang2nya Sam-thay Piaukiok ini, maka dapatlah dibayangkan betapa pandai orang yang melakukannya ini, cuma entah mengapa selalu golok ini diserahkan pada dirinya “ Cepat ia melompat bangun sambil betulkan rambutnya yang terurai, lalu membuka kain sutera bungkusan itu, meski didalamnya masih dibungkus lagi oleh selapis kertas, tapi segera sudah kelihatan cahaya hijau yang menyilaukan.

Ketika kertas dibuka, kiranya isinya adalah sebuah kapal kumala hijau yang diukir sebagai Liong-cun atau kapal naga, didalam kapal itu terukir pula berpuluh penumpangnya yang semuanya beberapa senti besarnya, tapi gayanya seperti hidup sungguhan, benar2 semacam benda pusaka yang jarang diketemukan dan harganya tak ternilai.

Dengan adanya benda itu, seketika Jun-yan malah menjadi terperanjat, lekas2 ia bungkus kembali kapal jamrud itu, dalam hatinya ia menjadi ragu-ragu dan serba salah.

Terang sudah baginya kapal jamrud itu adalah benda kawalan Siang Lui yang memang nilainya tak terkatakan, jika ia ambil apa gunanya” Tadi Sam-bok-leng-koan Siang Lui marah2 diluar, tentu disebabkan kehilangan kapal ini, dan seharusnya sekarang juga ia kembalikan barang orang.

Hong san Koay Khek “

Tapi karena masih mendongkol kecundang oleh Siang Lui kemarin, jika bukan dilerai oleh suseng itu, entahlah bagaimana kesudahannya” Kalau teringat si suseng itu, hati Jun-yan jadi tergerak, diam-diam ia memikirkan gerak-gerik pemuda yang tampaknya lemah gemulai itu, tapi sebenarnya memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi, hal ini telah terbukti ketika ia dinaik-turunkan keledainya itu, bukankah dengan mudah suseng itu sedikit kebaskan tangannya.

Maka terang sudah betapa tinggi tenaga dalamnya.

Jangan2 dialah yang malam tadi menggerayangi barang kawalan Sam-bok-leng-koan Siang Lui sekedar untuk bergurau saja” Karena kemungkinan itu memang ada, tanpa merasa hati si gadis berlaut-madu.

Ia termenung-menung sendiri, kemudian golok pusaka Pek-lin-to ia masukkan kebungkusan kapal jamrut itu dan di luarnya dibungkus lagi dengan sehelai kain kasar, ia pikir biarkan Siang Lui kelabakan sendiri, toh dirinya tiada pekerjaan lain, mengapa kapal jamrud ini tidak kuhantarkan sekalian ke Sam-thay Piaukiok di Soatang “ Sesudah ambil keputusan ini, segera ia angkat bungkusannya, lalu hendak keluar kamar, tapi tiba-tiba dilihatnya diujung ranjangnya sana terdapat lagi secarik kertas putih, waktu ia menjemputnya dan dilihat, ternyata diatas-kertas itu tertulis dua huruf Jing-kin yang mencang menceng, gaya tulisannya mirip seperti apa yang diketemukan waktu pertama kalinya orang menghantarkan golok dulu.

Untuk sesaat Jun-yan tertegun, ia heran apakah artinya Jing-kin ini” Ia pikir, hal ini mungkin harus ditanyakan pada suseng itu.

Tapi bila ia pikir lagi, tak mungkin orang yang pertama kali menghantarkan golok padanya itu adalah si suseng, sebab waktu itu kenal saja mereka belum, tentu percuma saja bertanya padanya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar