Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 05

Bab 05

Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di kelenteng Lo-seng-tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal-usulnya, tadi aku melihat ia gunakan kepandaian lip-te-seng-kin untuk pantek dirinya diatas batang pohon, masa dia bukan orang golonganmu” Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang” Hong san Koay Khek “

Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu , sahut Li Pong.

Cuma ditengah jalan terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat.

Apakah undangan Jing-ling-cu pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini” Benar , kata Jun-yan mengangguk.

Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari.

Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat! goda Li Pong dengan tertawa.

Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku.

Aku hanya gunakan kesempatan ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu, harap jangan kau laporkan! pinta si gadis.

Tak bisa , kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya.

Masa kau suruh aku seorang tua yang menghina kaum muda, seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang persilatan, supaya berdusta untukmu” Aii, Li-sioksiok ini..

sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut.

Li Pong menjadi geli melihat muka si gadis yang menyenangkan ini.

Jun-yan tahu kalau orang tua itu diam2 sudah berjanji, lalu ia menceritakan pengalamannya di Loseng-tian diatas Ciok-yong-hong itu.

Sambil mendengarkan cerita si gadis yang menarik itu, diam2 Li Pong memperhatikan orang aneh itu.

Ia lihat orang aneh itu berdiri menghadap kearah si gadis tanpa bergerak sedikitpun, se-akan2 sangat senang dan ketarik oleh setiap kata2 serta setiap suara ketawa si gadis.

Sesudah Jun-yan selesai menutur, lalu Li Pong berkata : Kalau dia mahir ilmu silat cabang lain, itulah bukan soal, tapi kepandaian lip-te-seng-kin benar2 adalah ilmu tunggal Khong-tong-pay kami, darimana ia dapat mempelajarinya” Ahm..

ia merenung sejenak, tiba2 dari pinggangnya ia lolos keluar sebilah golok yang bersinar hijau mengkilap.

Nyata itulah golok pusaka Pek-lin-sin-to kaum Khong-tong-pay.

Melihat Li Pong mendadak lolos senjata, sedang orang aneh itu juga rupanya sudah mendengar suara senjata tajam dicabut, maka agak terkejut dan terus mundur setengah langkah, kakinya berdiri kokoh dalam gaya miring, nyata itulah kuda2 yang kuat sekali untuk menghadapi segala kemungkinan.

Hong san Koay Khek “

Menyangka kedua orang bakal saling gebrak dan kasihan juga bila orang aneh yang cacat itu sampai terluka, maka cepat Jun-yan bertanya: Li-sioksiok, apa yang hendak kau lakukan “ Aku hendak menjajal dia.

Kau bilang dia mahir ilmu lip-seng-kin , apakah ia juga pandai Liok-hap-to-hoat”

! sahut Li Pong.

Lalu ia membentak ke arah si orang aneh: Nah, sobat, sambutlah! Habis itu, sekali tangannya bergerak, tahu2 golok pusakanya itu tertimpuk kedepan membawa selarik sinar hijau yang menyilaukan ke-arah orang aneh itu.

Ternyata orang aneh itu sangat cekatan, sekali tangannya membalik, segera golok itu sudah kena dipegangnya.

Terkejut sekali Li Pong melihat cara si orang aneh itu menyambuti goloknya, tanpa terasa ia berseru memuji.

Kepandaianmu bagus! Awas serangan! Segera ia gunakan sarung goloknya sebagai senjata, terus dengan tipu Ci-gi-tonglai atau hawa ungu datang dari timur, sarung goloknya membawa angin kencang terus menusuk kemuka si orang aneh.

Liok-hap-to-hoat dan Liok-hap-co-hoat dari Khong-tong-pay, kesemuanya mengambil atas gabungan langit bumi dan keempat penjuru yang diubah lagi, jadi langit dan bumi atau atas dan bawah ditambah empat penjuru yalah enam, maka disebut Liok-hap atau enam gabungan.

Ilmu golok dan pukulan itu sebenarnya masing-masing hanya terdiri dari enam jurus saja, yaitu dengan aksara langit, bumi, timur, barat, utara dan selatan, tapi diantara tiap-tiap jurus itu terkandung pula enam macam pecahan, dari tiap-tiap pecahan, ini juga mengambil kedudukan enam aksara seperti tersebut diatas, maka kalau dimainkan menjadi enam kali enam menjadi tiga puluh enam jurus.

Ilmu silat ini adalah kepandaian tunggal Khong-tong-pay yang tak diajarkan pada orang lain.

Begitulah Jun-yan melihat gerak serangan Li Pong itu dilontarkan sangat perlahan sekali, ia tak kenal tipu serangan macam apakah itu, juga tak tahu kemuzizatan yang terkandung dalam tipu ini, tapi bila ingat inilah kesempatan bagus untuk mencuri belajar Liok-hap-to-hoat, berkat otaknya yang tajam, segera ia perhatikan sungguh2 gerak geriknya Li Pong, ia ingat baik2.

Hong san Koay Khek “

Ia lihat ketika tusukan Li Pong itu dilontarkan, sarung golok yang dibuat senjata itu mendengung sekali terus ujungnya memutar hingga menjadi satu lingkaran kecil, kembali mendengung sekali terus menggores sebuah lingkaran besar, selesai dua lingkaran digores, ujung golok itu sudah mendekati muka si orang aneh.

Orang aneh itu masih berdiri tegak sambil memegangi Pek-lin-to yang dilemparkan Li Pong tadi, sama sekali tiada tanda2 hendak menangkis atau berkelit.

Hayo sambut! bentak Li Pong lagi sembari menggores lingkaran yang ketiga.

Dengan digoresnya tiga lingkaran sinar itu, ujung goloknya sudah tinggal beberapa senti saja didepan muka si orang aneh.

Karena itu, baru mendadak orang aneh itu geraki goloknya secepat kilat.

Herannya gerak tipunya ternyata sama dengan tipu serangan Li Pong, golok bersinar hijau yang menyilaukan itu segera melingkar menjadi satu bundaran, hebatnya lingkaran pertama ini sudah jauh lebih besar dari lingkaran ketiga yang digoreskan Li Pong tadi.

Dibawah sambaran sinar senjata itu, sarung golok Li Pong sudah terkurung didalamnya.

Melihat sekali bergerak, orang itu benar-benar melontarkan tipu Ci-gi-tong-lai , jurus pertama dari Liok-hap-to-hoat, bahkan tenaga dalam yang digunakannya terang diatas dirinya, tak nanti dibawahnya, keruan Li Pong terkejut, segera ia bermaksud menarik kembali sarung goloknya, tapi sudah tidak keburu lagi.

Tiba2 sinar hijau berkelebat, ilmu golok orang aneh itu sudah berubah, Pek-lin-to dibujurkan kesamping.

Li Pong adalah Ciangbunjin atau ketua Khong-tong-pay, sudah tentu ia kenal gerak tipu itu disebut Se-jut-ham-koan atau kebarat keluar benteng Ham.

Jika ia tidak mundur cepat saatnya, tapi tunggu sampai orang habis memainkan enam jurus hingga tiga puluh enam macam perubahan seluruhnya dilontarkan, maka pasti ia akan kewalahan menghadapinya.

Ia menjadi geregetan mengapa tadi terlalu pandang enteng lawannya dan menyerahkan golok pusaka kepadanya, kini ia sendiri hendak melepaskan diri dari rangsakan saja rasanya susah.

Mendadak ia kendorkan cekalannya, sarung goloknya terpaksa ia korbankan, ia ulurkan kedepan dan dilepaskan, berbareng orangnya terus melompat mundur.

Hong san Koay Khek “

Maka terlihatlah sinar golok gemerlapan, sarung golok itu tahu2 terkutung menjadi tujuh potong.

Nyata itulah tipu Lam-tau-liok-sing atau enam bintang dari langit selatan.

Tipu serangan ini biasanya sangat susah dimainkan, sebab harus sekali membacok beruntun-runtun menyendal enam kali, tapi dalam permainan orang aneh itu, tipu itu seperti sepele saja, jitu dan langgeng, sedikitpun tidak meleset, hingga sarung golok itu terbabat enam kali dan terkutung menjadi tujuh potong dan berserakan ditanah.

Sesudah Liok-hap-tong-cu Li Pong melompat pergi, kembali orang aneh itu berdiri kaku.

Saking herannya Jun-yan sampai ternganga, hingga lama baru ia buka suaranya : Li-sioksiok, bagaimana ini “ Kau adalah Ciangbunjin Khong tong-pay, masa ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat malah kalah sama dia” Bukan saja ilmu golokku kalah, bahkan tenaga dalam juga dia lebih menang , sahut Li Pong.

Umpamanya dia yang gunakan sarung golokku dan aku memegang Pek-lin-to, rasanya akupun bukan tandingannya! Bukankah kau saksikan tadi, begitu bergerak, jurus pertama saja sarung golokku sudah terkurung didalam sinar goloknya” Sungguh aneh! Orang ini pasti tokoh Khong-tong-pay, apakah mungkin masih angkatan tua dari golongan kami “ Sehabis berkata, segera ia gelengi kepala menjawab sendiri: Tak mungkin, tak mungkin! Li-siok-siok, tak perlu kau terka tak keruan, sebab ilmu silat cabang lain, iapun sangat mahirnya! ujar Jun-yan.

Paling benar sekarang carilah akal untuk merebut kembali golok pusakamu itu dari tangannya! Benar juga pikir Li Pong, segera ia menubruk maju sambil julurkan tangannya yang merah itu untuk merebut goloknya, tapi sedikit orang aneh itu angkat lengannya, dengan jurus Thian-ho-to-kwa atau sungai langit gantung terbalik, satu jurus dari Liok-hap-tohoat, terus hendak memotong pergelangan tangan Li Pong.

Keruan Li Pong menjadi terkejut, cepat ia tarik tangannya dan ganti jari tangan kiri diangkat buat menyerang kedua mata lawan, dan ketika orang aneh itu lintangkan goloknya hendak menangkis, Li Pong membarengi sekali gertak, tangan kanan secepat kilat hendak menangkap punggung golok.

Hong san Koay Khek “

Tipu serangan Li Pong ini disebut sam-sing-boan-ngoat atau tiga bintang mengelilingi bulan, ialah semacam ilmu kepandaian merebut senjata orang dengan tangan kosong, lebih dulu jari kiri mengarah mata lawan, disusul menggertak, berbareng tangan kanan merebut, tiga gerakan sekaligus dilontarkan.

Dibawah permainan Liokhap-tong-cu, tipu itu menjadi makin hebat.

Tapi hasilnya ternyata nihil, sebab orang aneh itu mendadak tekan goloknya kebawah sembari kepala mengegos, lalu tubuhnya terus meloncat keatas, dalam sekejap saja tipunya thian ho-to-kwa tadi sudah berganti menjadi te-lai-hong-seng atau bumi bergoncang menjangkitkan angin.

Dalam kagetnya Li Pong tak berani menyusul buat merebut senjata lagi, dengan masgul ia melompat mundur, ia termangu-mangu tak berdaya.

Disamping sana Jun-yan juga ikut kuatir bagi Li Pong, Pek-lin-to itu adalah golok pusaka kaum Khong-tong-pay yang hanya dibawa oleh ketuanya, malahan ada peraturan yang menentukan bahwa melihat golok itu seakan-akan melihat ketuanya, anak murid Khong-tong-pay sendiri tidak sedikit jumlahnya, golok pusaka itu mana boleh dihilangkan begitu saja” Tapi apa daya, kalau Li Pong sendiri tak mampu merebut kembali, apa lagi ia sendiri “ Hai, kau ini kenapa tidak kenal kebaikan , dalam gugupnya ia berseru, Orang meminjamkan golok padamu untuk menjajal ilmu goloknya, mengapa senjatanya malah kau kangkangi” Tiba-tiba mulut orang aneh itu menyengir, tapi karena wajahnya yang jelek dan bibirnya yang sudah cacat, maka nampaknya menjadi ngeri.

Menyusul ia angsurkan Pek-lin-to itu kepada Lou Jun-yan yang terperanjat sembari mundur selangkah, tapi kemudian dapat dilihatnya orang tak bermaksud jahat, segera ia tabahkan diri dan menanya: Apakah kau hendak berikan golok ini padaku “ Orang aneh itu tertegun sejenak, lalu mengangguk.

Maka tanpa ragu2 lagi Jun-yan mendekatinya, cuma untuk menjaga segala kemungkinan pecutnya ia siapkan ditangan.

Lalu golok yang diangsurkan orang aneh itu diterimanya.

Melihat itu, Liok-hap-tong-cu Li Pong menjadi lega, golok pusaka itupun ia terima kembali dari si gadis, dan katanya : Setan cerdik, sekali ini benar2 berkat kau ! Kebaikanmu ini tentu takkan kulupakan! Hong san Koay Khek “

Takkan melupakan, apa gunanya “ Masakan kau bakal memberikan golok itu padaku” demikian sahut Jun-yan.

Lalu iapun berkata lagi pada dirinya sendiri : Ah, betapa baiknya kalau benar2 golok pusaka ini milikku “ Siapa duga, baru selesai ia berkata, mendadak si orang aneh itu terus menerjang ke arah Li Pong, kelima jarinya terpentang terus hendak merebut golok itu, diwaktu tangannya bergerak itu samar2 membawa suara yang gemuruh.

Lekas2 Li Pong enjot tubuh berjumpalitan kebelakang hingga jauh sambil berseru : Ilmu Pi-lik-cio yang hebat ! Setan cerdik, apa yang kau katakan tadi memang benar, orang ini mahir benar dalam berbagai cabang silat, ilmu pukulan Pi-lik-cio ini adalah kepandaian tunggal keluarga In di Holam yang hanya diturunkan kepada anaknya, ternyata diapun bisa menggunakannya, benar-benar hebat dan aneh ! Begitu ia melompat mundur, segera orang aneh itu memburunya dan beruntunruntun melontarkan beberapa jurus serangan buat merebut golok, tapi Li Pong sudah memegang senjata pusakanya, iapun tidak gentar pula, segera ia mainkan Liok-hap-tohoat dengan kencang hingga orang aneh itu ditahan dalam jarak-jarak tertentu tak mampu mendekat.

Karena itu, maka terdengarlah orang aneh itu bersuara uh-uh-uh pula, rupanya gugup karena seketika tak bisa merebut senjata lawan.

Lekas kau pulang ketempatnya Jing-ling-cu saja, buat apa masih keluyuran disini “ kata Jun-yan kemudian.

Aneh bin ajaib, terhadap apa yang dikatakan Jun-yan, ternyata orang aneh itu selalu menurut.

Maka sekali putar tubuh, cepat ia mengeloyor pergi.

Li Pong dan Jun-yan ter-mangu2 melihat kelakuan orang yang susah dimengerti itu.

Berpuluh tahun aku berkecimpung di kang ouw, tapi belum pernah kenal dikalangan persilatan ada seorang tokoh aneh seperti ini , demikian kata Li Pong saking herannya.

Kalau melihat tindak tanduknya sudah terang seorang gendeng yang tak merasa lagi asal usul dirinya sendiri.

Menurut aku, Jing-ling-cu harus mengumpulkan semua tokoh2 dunia persilatan dari yang rendah sampai yang tinggi, boleh jadi baru bisa mengenalinya! Maka kini biarlah aku pergi ke Ciok-yong-hong untuk menemui Jing-lingcu, apakah kau juga ingin ikut” Hong san Koay Khek “

Ah, tidak , sahut Jun-yan menggelengkan kepala.

Tapi harap Li-siok-siok, jangan sekali2 kau beritahukan suhu tentang jejakku ini, bila kau mengatakan padanya, kelak pasti aku akan siarkan kejadian golokmu dirampas orang aneh tadi, coba pamormu bakal merosot atau tidak “ Habis berkata, dengan tertawa ter-kikih2 ia terus berlari pergi.

Melihat kenakalan si gadis, Li Pong hanya bisa angkat bahu sambil tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya ke Ciok-yong-hong.

Dengan kata2nya tadi, Jun-yan sudah yakin meski ia keluyuran setengah atau selama setahun diluaran, pasti juga Li Pong akan membelanya dimuka sang suhu, maka tak kuatir lagi kini, saking senangnya larinya tambah cepat.

Malamnya, ia dapatkan sebuah penginapan disuatu kota kecil dibawah gunung, tapi belum lagi fajar tiba ia sudah bangun, ia melompat keluar melalui jendela, ia pilih sebuah gedung yang paling mentereng dan digerayanginya belasan lonjor emas yang seluruhnya hampir 400 tahil, dengan ini ia akan gunakan sebagai biaya pesiarnya nanti.

Memangnya Jun-yan murid Thong-thian-sin-mo yang terkenal ksatria bukan, penjahat pun tidak, maka mesti sementara menjadi pencuri, Jun-yan tidak merasakan sesuatu keganjilan.

Setibanya kembali dihotel, hari masih belum terang, ia masuk tidur lagi hingga hari sudah dekat lohor baru mendusin, tapi baru saja sadar, segera ia merasakan sesuatu yang aneh, di dekat lehernya serasa dingin tajam, seperti ada sesuatu senjata tajam terletak disitu.

Ketika ia menoleh kesamping, maka terlibatlah sebilah golok pusaka yang memancarkan sinar hijau menyilaukan, persis terletak diujung hidungnya, jaraknya tidak lebih dari satu senti saja.

Coba bila ia menolehnya sedikit sembrono, boleh jadi hidungnya yang mancung itu sudah menjadi pesek.

Demi nampak golok pusaka itu, segera Jun-yan mengenali itu adalah Pek-lin-to milik Khong-tong-pay, maka tanpa ragu2 lagi segera ia berteriak: Ha, Li-siok-siok, kau selalu mau takut2i aku saja! Tapi meski ia mengulangi teriakannya, masih tiada orang menyahut, malahan terdengar pelayan hotel yang sedang menegur diluar: Apakah nona sudah bangun “ Apakah perlu diambilkan air cuci muka “ Hong san Koay Khek “

Siau-ji-ko (panggilan pada pelayan), mari kau masuk, aku ingin tanya padamu ! sahut Jun-yan sembari betulkan rambutnya yang kusut.

Sebenarnya datangnya Jun-yan seorang diri menginap dihotel sudah membikin pengurus hotel merasa heran, kini dilihatnya pula si gadis tidur hingga lohor masih belum bangun, rasa curiga mereka semakin menjadi, maka sebenarnya sipelayan dan kasir lagi kasak kusuk dan bisik-bisik diluar kamar, kini demi mendengar panggilan, segera mereka mendorong pintu dan masuk kekamar.

Tapi begitu pintu terbuka, mendadak mereka melihat si gadis berdiri didepan ranjang sambil menghunus golok, mereka menjadi terpaku kaget, malahan saking ketakutan kasir hotel itu sampai mendeprok ditanah sembari memohon : Am..ampun Li-tai-ong (sebutan pada begal wanita) ! sedang sipelayanpun ikut-ikut mendekam diatas tubuh sikasir dengan badannya menggigil ketakutan.

Mengkal dan geli si gadis melihat macam kedua orang itu, lalu dampratnya : Ngaco belo, masa aku kalian sangka Li-tai-ong apa segala” Lekas bangun! Dengan gemetar kedua orang itu berbangkit tapi muka mereka tetap pucat bagai mayat.

He, apakah semalam kalian melihat ada orang memasuki kamarku “ tanya Junyan.

Kedua orang itu saling pandang dengan heran oleh pertanyaan itu.

Tidak ada! sahut mereka akhirnya.

Tiada seorang kakek buntak bertangan merah yang masuk kemari “ desak Junyan.

Tidak ada, tidak ada! sahut kedua orang itu berulang-ulang.

Jun-yan menjadi semakin heran dan bingung tiba-tiba dapat dilihatnya disamping bantalnya terdapat pula secarik kertas kecil, lekas-lekas ia mengambilnya dan dibaca, ternyata diatasnya tertulis dua huruf Jing-kin , gaya tulisannya kuat dan indah, selain itu, tiada sesuatu lagi yang didapatkannya.

Semakin Jun-yan tak faham apakah artinya itu, dan meski sudah dipikir dan tiada mengerti, akhirnya iapun simpan baik-baik golok pusaka itu dan pesan pelayan menyediakan makanan, habis itu, iapun tinggalkan hotel.

Ia membeli seekor kuda kuat untuk alat pembantu perjalanannya, sepanjang jalan ia selalu tungak tengok kesana Hong san Koay Khek “

kemari hingga sangat menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang, namun sama sekali ia tak menghiraukan.

Jalan yang diikutinya itu ternyata adalah jalan raya yang menuju kota Hengyang, suatu kota yang ramai makmur dan terkemuka diwilayah Oulam dan banyak dikunjungi saudagar2.

Diatas kudanya Jun-yan sangat terpesona oleh keramaian lalu lintas itu.

Tiba2 didengarnya ada suara keleningan bercampurkan suara berdetaknya kaki kuda dari belakang, ketika ia menoleh, kiranya seorang Su-seng atau orang sekolahan, menunggang seekor keledai sedang mendatangi cepat dari belakang.

Orang menunggang keledai sebenarnya tidaklah mengherankan, tapi Suseng ini justru anak aneh, sebab caranya menunggang binatangnya itu dengan mungkur, jadi seperti caranya Thio-ko-lo, itu dewa dalam cerita Pat-sin (delapan dewa).

Pula keledai itu meski kecil, tapi larinya ternyata amat cepat, lebih aneh lagi ialah bulu tubuhnya seluruhnya putih mulus, sebaliknya empat telapakan kaki dan ekornya hitam mengkilap.

Ter-heran2 Jun-yan melihat macam keledai yang menarik itu, diam2 ia membatin : Keledai ini hebat amat, jika dapat kurebutnya untuk pesiar ke-mana2, bukankah jauh lebih bagus daripada menunggang kuda belian ini “ Tapi sipelajar muda itu se-akan2 dapat menerka akan maksud hatinya, tiba2 ia membentak, segera keledai putih itu pentang kaki terus lari cepat luar biasa.

Sesaat itu Jun-yan malah tertegun, ketika ia sadar kembali, dua saudagar yang berlalu disitu sudah mendahuluinya lagi.

Lekas2 ia berdiri diatas kudanya untuk melongok, tapi keledai sipelajar sudah jauh sekali, untuk mengejar rasanya tak mudah, diam2 ia menyesal kenapa tadi melepaskan kesempatan baik itu.

Sedang ia ter-menung2, tiba2 disamping ada orang membentak keras2 : Samthay..

lalu yang seorang menyambung: Piau-kiok! Nada teriakan itu semuanya sengaja ditarik panjang2 hingga kedengarannya rada aneh dan lucu.

Ketika Jun-yan berpaling, kiranya itu adalah dua orang pembuka jalan dari sesuatu perusahaan pengawalan.

Hong san Koay Khek “

Memangnya hati Jun-yan lagi mendongkol, apa pula tiba2 melihat kedua pembuka jalan Piau-kiok itu selalu melarak-lirik kearahnya seperti copet mengincar sasarannya, tentu saja ia menjadi gusar.

Setan, disamping nonamu, kenapa gembar-gembor sesukanya” demikian dampratnya.

Pada umumnya, sebagai pengawal rendahan Piaukiok, meski bisa silat juga tiada artinya, tapi karena pengalaman pekerjaan mereka yang senantiasa merantau, mulut mereka justru tajam luar biasa, lebih-lebih kata-kata yang bersifat menggoda dan rendah, jangan ditanya lagi! Maka ketika mendengar Jun-yan mendamprat orang tanpa alasan, cara mereka memandang si gadis menjadi semakin berani, mereka tidak melirik lagi kini, tapi sengaja mengamat-amati dari depan sampai kebelakang dan dari kepala turun kekaki lalu dari kaki naik lagi keatas.

Menghadapi seorang gadis jelita, tentu saja mereka menjadi tambah berani dan ingin mendapatkan keuntungan kata-kata.

Mereka saling pandang sekejap, lalu tertawa bersama, sikap mereka sangat rendah memuakkan.

He, nona besar, kami bukan lakimu, kenapa belum kenal, datang-datang kau memaki orang “ segera seorang buka suara.

Ai, toako ini! demikian sambung yang lain seperti dua pelawak yang lagi main dagelan, kenapa dia memaki orang” Siapa tahu kalau dia telah penujui kita berdua! Hahaha! Begitulah mereka bergelak ketawa, masih ada tiga-empat orang kawannya yang dengan sendirinya ikut terbahak-bahak.

Sebenarnya mulut Lou Jun-yan tidak kalah tajamnya, ditambah kecerdasannya, biasanya tokoh persilatan mana saja kalau kebentur dia, tentu akan merasa kewalahan.

Seperti halnya Siau-yau-ih-su yang dipermainkannya diatas Ciok-yong-hong, tapi tak mampu membalas.

Tapi kini menghadapi dua lelaki bangor dengan kata-katanya yang bersifat rendah kotor, sebagai seorang gadis dengan sendirinya tak ungkulan menandinginya.

Keruan mukanya menjadi merah mendengar apa yang dikatakan kedua orang Piaukiok tadi, pikirnya : Mereka berteriak membuka jalan memang sudah menjadi peraturan Hong san Koay Khek “

Piaukiok, salahku sendiri tadi memaki mereka, kini rugi sendiri! maka sembari melototi kedua orang itu dengan sengit, tanpa buka suara lagi ia keprak kudanya berlari mendahului.

Kalau si nona sudah terima salah, sebenarnya urusan menjadi beres, tapi dasar kedua orang Piaukiok itu memang lelaki bangor, mereka masih tidak kenal selatan, dikiranya Jun-yan hanya seorang gadis biasa yang mudah digoda.

Tiba-tiba merekapun keprak kuda menyusul bahkan sambil bergembar-gembor dengan kata2 kotor yang tak sedap untuk didengar.

Sungguh hati Jun-yan tak bisa bertahan lagi, diam2 ia pikirkan nama perusahaan Sam-thay-piau-kiok yang diteriakan mereka tadi, logat mereka juga logat daerah Soatang, nama Sam-thay-piau-kiok di Soatang memang sangat terkenal, cuma siapa pemimpinnya ia sudah lupa.

Kini ia hendak memberi hajaran setimpal pada laki2 bangor itu, iapun tak pikir bakal cekcok dengan siapa nanti.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar