Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 03

Bab 03

Oleh karena itu, tak tertahan Jing-ling-cu bersuara menegur pula : Sebenarnya ada perasaan apakah yang tertekan dalam hatimu, kenapa tak mau kau bicarakan pada orang, sebaliknya berkeluh kesah sendirian disini “ Karena suara Jing-ling-cu yang mendadak itu, rupanya orang aneh itu menjadi kaget, cepat ia berdiri, kedua tangannya terus bergerak, hanya sekejap saja kekanan, kekiri, kemuka dan kebelakang, sekaligus telah dilontarkannya 7-8 jurus pukulan.

Melihat hal ini, hati Jing-ling-cu semakin heran dan tercengang, sebab diantaranya terdapat Lui-bin-cio-hoat , bahkan ada pula ilmu pukulan terkenal dari cabang2 persilatan lainnya, malahan jurus pukulan terakhir yang dilontarkan dengan tutukan jari, dapat dikenalinya adalah Tiam-hiat-hoat atau ilmu tutuk yang tersohor dari Sian-hoat Suthay dan Bian-in Suthay, kedua paderi wanita terkemuka dari Go-bi-pay, yaitu yang disebut Ji-lay-it-ci atau jari tunggal Ji-lay-hud (budha).

Hong san Koay Khek “

Dan setelah melontarkan pukulan2 tadi, lalu orang itu berdiri tegak sambil mengerang tertahan.

Menyaksikan kelakuan orang, semakin kuat dugaan Jing-ling-cu bahwa pasti orang itu berhati penasaran tak terkatakan, mungkin kena diperdayai orang hingga mukanya menjadi jelek, mata buta, mulut bisu, sebab itulah, asal sedikit mendengar suara orang, segera terkejut terus melontarkan serangan.

Harap sobat jangan kuatir, pinto tiada maksud jahat ! Bagaimana kalau singgah dikuil kami untuk sekedar omong2” demikian kemudian Jing-ling-cu membujuknya lagi dengan ramah.

Namun orang itu tetap tak menjawab, hanya sikapnya sudah agak tenang dan dengan kaku berdiri ditempatnya.

Jing-ling-cu menjadi berani, sekali lompat ia menaiki batu besar itu, dan betul juga, orang itu tidak menyerangnya lagi, melainkan dengan telinganya yang tajam untuk mendengarkan gerak-gerik Jing-ling-cu.

Sobat, kata Jing-ling-cu pula sembari coba menarik tangan orang.

Marilah kita naik keatas bersama! Ternyata orang itu tidak melawan ketika tangannya dipegang, dan bila kemudian Jing-ling-cu geraki tubuhnya meloncat keatas, tahu2 tubuh orang itu serasa enteng bagai kapas, terus mereka me-rayap2 didinding tebing yang curam itu untuk menaik keatas puncak Ciok-yong hong.

Setiba kembali dikuilnya, Jing-ling-cu memberi ganti sepasang pakaian kepada orang aneh itu, tapi sepatahpun masih orang itu tidak bersuara.

Maka kini Jing-ling-cu mengerti mungkin orang sudah gendeng, kalau disuruh duduk, ia pun menurut, suruh berdiri, juga ia berdiri.

Hanya ada beberapa hal, reaksinya ternyata amat tajam dan cepat.

Pertama ialah mukanya tidak mau dilihat orang, kedua, jika ada orang mendadak bersuara didepannya, maka seketika itupun ia melompat bangun dan sekaligus 7-8 jurus pukulan lihay dilontarkannya.

Hari kedua, ketika Jing-ling-cu membawanya keruang depan, mendadak seorang imam masuk memberi sesuatu laporan, dan karena mendengar suara yang tiba2, kontan orang aneh itu melontarkan beberapa jurus serangan, tapi rupanya Hong san Koay Khek “

penglihatannya sudah tak ada, maka tungku batu didepan kuil itu kena dihantamnya hingga roboh ! Dan karena bingung oleh asal usul orang aneh itulah, maka Jing-ling-cu menyebarkan undangan kilat kepada para sobatnya supaya mereka datang mengenalinya.

lapun tahu diantara Thong-thian-sin-mo Jiau-pek-king dan Siau-yau-ihsu Cu Hong-tin ada perselisihan paham, tapi jejak keduanya sudah menjelajahi seluruh negeri, terpaksa ia undang semuanya.

Siapa tahu Thong-thian-sin-mo toh tidak datang, hanya mengirim murid perempuannya, yaitu si nona jahil Lou-Jun-yan untuk memenuhi undangan itu.

Begitulah setelah Jing-ling-cu tuturkan kisahnya, semua orang hanya saling pandang saja, mereka tetap tak mengetahui siapakah gerangan orang aneh ini.

Aku tahu, mendadak Lou Jun-yan mendahului, orang ini pasti seorang kosen yang punya dendam kesumat aneh, sebab itulah ia korbankan masa hidupnya untuk menyepi sambil melatih diri lebih tinggi didalam lembah dibawah jurang, boleh jadi ia hanya pura2 gendeng saja! Ah, nona cilik tahu apa! cela Tai-lik-kim-kong.

Hm, kalau tiada aku, macam apa orang ini, belum tentu kalian bisa melihatnya, balas Jun-yan menjengek.

Hai, hidung kerbau, betul tidak kataku “ Yang berada disitu ada dua tosu atau imam, sedang kata2 hidung kerbau itu adalah sebutan yang tidak terhormat bagi kaum imam, cuma ia tunjukkan kepada Cu Hong-tin, maka Jing-ling-cu pun tidak ambil pusing.

Sebaliknya karena lagak lagu si gadis itu, telah mengingatkan Cu Hong-tin pada sesuatu peristiwa yang dulu, maka sejak tadi ia mencoba untuk bersabar, setelah diolok-olok berulang kali, kini ia menjadi murka, sekali bergerak, kebut pertapaannya segera menjengkit.

Budak cilik, mungkin gurumu tak berani datang, maka kau yang disuruh datang kesini untuk menerima hajaranku “ bentaknya.

Dasar watak Lou Jun-yan memang nakal, tapi lincah dan cerdik, pula bernyali besar, berkat nama besar suhunya, siapapun suka mengalah padanya, kedatangannya ke Heng-san kali ini justru atas suruhan sang guru, maka terhadap Siau-yau-ih-su Cu Hongtin, sedikitpun ia tak sungkan-sungkan.

Hong san Koay Khek “

Karena itu, segera ia balas memaki : Hai, hidung kerbau, kata-katamu itu memang betul, suhu suruh aku kemari untuk mewakilinya menghajar kau, maka lekaslah kau turun kemari, biar aku gebuk kau tiga puluh kali dengan perisai besar si raksasa ini! habis berkata ia tertawa terkikih-kikih.

Karena muka Cu Hong-tin merah padam seakan-akan orang keselak tulang, seketika ia berbangkit hendak bertindak.

Baiknya tuan rumah, Jing-ling-cu keburu mencegahnya : Ah, apa guna Toyu sepandangan dengan kanak2 “ setelah itu ia berpaling dan berkata pada Lou Jun-yan : Sudahlah, nona, kaupun terlalu nakal! Baru saja selesai ucapannya, tiba2 dari belakang ruangan terdengar suara blung yang keras, menyusul mana kembali tiga kali blung-blung-blung yang maha dahsyat, seluruh isi kelenteng itu se-akan2 tergoncang oleh suara itu.

Ketiga suara itu lebih keras dari yang pertama, malahan kembali disusul lagi sekali blung yang terlebih keras, seketika batu pasir berhamburan, tiga arca Sam-jing-cosu yang besar ditengah kuil itupun mendadak roboh, dari gugusan tembok sana satu orang melangkah keluar dengan tindakan lebar.

Siapa lagi dia, kalau bukan si orang aneh itu ! Nyata cara keluarnya itu dengan menggunakan ilmu nge-kang (tenaga keras) untuk menumbuk beberapa lapis tembok kuil itu.

Karena munculnya orang aneh ini secara mendadak, semua orang yang berada dipaseban kuil itu sangat terperanjat, seketika mereka menyingkir minggir.

Maka terlihatlah orang aneh itu telah menyingkap kain selubung kepalanya, dua biji matanya ternyata melolor keluar bagai ikan mas, tapi jelek luar biasa dan sudah buta berkedip-kedip pula mengitari paseban itu dengan perlahan, tampaknya seperti ingin sekali mengamat-amati seseorang yang berada disitu.

Sobat tidak jadi mengaso, ada perlu apakah maka keluar lagi” demikian Jing-lingcu coba membujuk.

Diluar dugaannya, mendadak dari tenggorokan orang itu mengeluarkan suara gerungan kalap, kelima jarinya bagai kail terus mencengkeram kearah Jing-ling-cu.

Melihat serangan itu, sebagai kawan karib tuan rumah, Tong-ting-hui-hi Bok Sianghiong menjadi terkejut, dilihatnya serangan orang itu cepat luar biasa, dan pula Jingling-cu tanpa siap siaga, cepat ia mewakili bertindak, sepasang senjatanya Hun-cui-goHong san Koay Khek “

bi-ji , yakni semacam cundrik (badik panjang berujung lancip) yang biasa dipakai kaum nelayan, ia tarik keluar terus menghadang dimuka Jing-ling-cu sambil gunakan tipu siau-hu-kiat-khiang atau sejodoh ikan selamat bahagia, kontan ia tusukkan dada orang aneh itu.

Tapi orang aneh itu mendadak berdiri tegak.

Ujung cundrik yang gemerlapan itu berhenti di depan dadanya sekira satu-dua dim saja hingga tak sampai mengenai sasarannya.

Sebaliknya karena senjatanya sudah diulurkan sepenuhnya dan tidak mengenai sasaran, selagi Bok Siang-hiong hendak mengganti serangan tahu2 sesudah tertegun sejenak, orang itu terus baliki tangannya mencengkram, dan sebelum Bok Siang-hiong sempat menghindarkan diri, senjata Hun-cui-go-bi-ji sudah kena terbetot olehnya.

Senjata Hu-cui-go-bi-ji atau cundrik pemisah air yang dipakai Bok Siang-hiong ini terbikin dalam bentuk segi empat dan tajam tiada bandingan, tapi ketika dipegang oleh orang aneh itu dan ditarik kesamping, sesaat genggaman Bok Siang-hiong menjadi sakit tak tertahan dan tahu2 senjatanya sudah berpindah tangan.

Dalam kagetnya cepat2 ia melompat mundur.

Sebaliknya meski orang itu berhasil merampas senjata orang, tapi tak urung tangannya juga terluka oleh mata Go-bi-ji yang tajam, namun seperti tak berasa sakit saja, tiba2 kedua tangannya menekuk, sepasang senjata andalan Tong-ting-hui-hi Bok Siong-hiong itu telah kena dipatahkan menjadi empat potong terus dibuang kelantai.

Berbareng dari tenggorokan si orang aneh mengeluarkan suara kruk-kruk yang tak terhempas, mulutnya yang jelek, karena bibir atasnya sudah gerowak, menganga lebar, hingga terlihat kedua gusinya yang merah darah lantaran giginya sudah ompong seluruhnya, kesemuanya itu membikin orang2 yang memandangnya menjadi ngeri.

Dan kalau melihat gerak geriknya, agaknya orang itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, cuma tak mampu bersuara, sebab itulah ia menjadi kelabakan sendiri.

Melihat macam orang yang menakutkan bagai setan itu, tapi tampaknya hendak mengucapkan sesuatu perkataan, Lou Jun-yan menjadi menaruh belas kasihan.

Maka lantas menegur : He, apakah kau hendak menga..

Tapi belum lagi selesai pertanyaannya mengatakan sesuatu diucapkan tiba2 dari tenggorokan orang itu mengeluarkan semacam suara siulan gembira, lalu kedua tangannya dipentang terus menubruk kearah si gadis.

Hong san Koay Khek “

Keruan Jun-yan menjerit kaget.

Baiknya ilmu ginkangnya sudah terlatih sangat matang, sekali kakinya menutul dengan gerakan Koan-im-seng-thian atau Budha Koan-im naik ke langit, tubuhnya terus mencelat keatas dan menggunakan tangannya memegangi belandar paseban kuil itu, hingga tubuhnya bergantung di udara.

Tak tersangka, tahu-tahu orang aneh itu seperti bayangan saja yang selalu mengikuti gerak tubuhnya, iapun ikut meloncat keatas terus meraup, tiba-tiba Jun-yan merasa kakinya terbetot, tapi syukur segera terlepas, kiranya sebuah sepatu yang terbuat dari kulit rusa itu telah lepas kena ditarik manusia aneh itu.

Dalam kaget dan takutnya, cepat si gadispun melompat turun kesamping.

Orang aneh itu ternyata tidak memburunya lebih jauh, hanya sebelah sepatu si gadis itu dipeganginya kencang-kencang, sambil tiada hentinya ditempelkan kepipinya dengan lakunya yang lucu bagai sijejaka lagi bercumbu rayu dengan sang kekasih.

Melihat itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli : Hahaha, mungkin sekali orang ini berpenyakit gila perempuan! Ngaco-belo! semprot Jun-yan dengan wajah merah jengah.

Maklum seorang gadis remaja tidak layak mendengarkan kata2 semacam itu.

Tapi karena suaranya itu, tiba2 orang aneh itu sisipkan sebelah sepatunya itu kedalam bajunya, lalu bagai anak panah terlepas dari busurnya, cepat sekali ia menubruk kearah si gadis sambil tangan dipentang.

Lekas-lekas Jun-yan berkelit kesamping hingga orang aneh itu menubruk tempat kosong, dan begitu seterusnya sampai dua-tiga kali luput menubruk sasarannya, namun masih tetap ia memburu kearah mana si gadis menyingkir dan menyusul menubruk lagi, hingga keduanya undak-undakan kian kemari mengitari ruangan sampai beberapa kali.

Ketika sekilas Jun-yan mengetahui sikap Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang lagi senang2 lantaran menyaksikan dirinya diuber orang aneh itu, tiba-tiba iapun mendapatkan akal, cepat ia berkelit dari tubrukan si orang aneh dan mengumpet kebelakang tubuh Cu Hong-tin sembari mengeluarkan suara tertawa terkikih-kikih untuk memancing datangnya si orang aneh itu.

Dan aneh juga, entah mengapa, asal mendengar suara si gadis, pasti orang aneh itu pentang mulut mengeluarkan suara ah-ah-ah yang tak jelas terus menubruk kearahnya.

Sekali ini pun tidak terkecuali, kontan ia menubruk lagi ketika mendengar Hong san Koay Khek “

suara tawa si gadis, dan sudah tentu yang pertama-tama harus menghadapinya adalah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin yang dibuat tameng.

Cu Hong-tin tadi sudah merasakan betapa lihaynya orang aneh itu, keruan ia sangat terkejut oleh tubrukan itu, lekas-lekas ia mengegos kesamping, namun Lou Jun yan juga terus menempel disebelahnya sambil tertawa pula, hingga tentu saja diuber lagi oleh si orang aneh.

Setelah berkelit beberapa kali masih terus diudak saja, akhirnya Cu Hong-tin menjadi kalap.

Sekali kebutnya mengebas, bulu kuda kebut itu mekar bagai berdiri, dengan gerak serangan hun-hoa-hut-liu atau menebar bunga mengebut pohon liu, segera ia menyabet kedada orang aneh itu.

Diwaktu mengubar Lou Jun-yan, kedua tangan orang aneh itu selalu dipentang lebar2 se-akan2 hendak merangkul si gadis kepelukannya.

Dalam sikap demikian, dengan sendirinya dadanya menjadi terbuka tidak terjaga.

Maka serangan Cu Hong-tin itu boleh dikata dapat makanan empuk , apalagi bulu kebutnya itu hanya satu perempat terbuat dari bulu kuda, sedang tiga perempat lainnya adalah benang emas putih yang sangat lembut, bahkan pada tiap2 ujung benang emas itu berkait kecil.

Senjata ini adalah dahulu dimasa mudanya ia berkelana ke daerah barat, dimana ia dapat menawan dua orang pandai emas, ia tutup mereka didalam suatu kamar dan paksa mereka selama tujuh bulan untuk membuatkan benang emas berkait dari bulu kebut itu.

Dikalangan kang-ouw, kebutannya itu terkenal dengan nama siau-yau-kek-lok-hut atau kebut pesiar kesorga.

Nama itu diambil oleh karena ilmu permainan kebutnya yang berjumlah tiga puluh enam jurus itu disebut Kek-lok-hut-hoat atau ilmu kebut riang gembira, setiap jurus mempunyai nama yang indah.

Pula dengan kebutnya itu entah sudah berapa banyak korbannya yang sudah dikirim ke sorgaloka.

Begitulah, sebab kebutnya cepat lagi ganas, dan orang aneh itu justru menubruk kedepan, maka telah kena disabet.

Tapi orang aneh itu pun amat sigapnya, cepat sebelah tangannya membalik hendak menangkap ekor kebut lawan.

Namun Cu Hong-tin sudah sempat menarik kembali senjatanya, bahkan berbareng sikunya digunakan untuk menyikut Lou Jun-yan yang berada dibelakangnya, malahan kebutnya yang ujung benangnya berkait itu terus dikebaskan pula buat menyerempet si orang aneh itu.

sekali gerakan dua serangan yang amat lihay.

Hong san Koay Khek “

Sebaliknya karena tahu dirinya hendak disikut, cepat Jun-yan melompat pergi, sedang orang aneh itupun berusaha hendak bungkukan tubuhnya menghindarkan serangan, namun demikian, dimana kebut Cu Hong-tin menyamber, terdengarlah suara bret , kain baju dibagian dada orang aneh tetap tersobek sebagian besar, hingga tulang iganya yang menonjol bagai jeruji pagar itu tampak jelas.

Sementara itu karena serangannya berhasil, hati Cu Hong-tin menjadi besar, mendadak kebutnya ia sentak, tahu2 bulu kebut itu menjengkit terkumpul menjadi satu hingga ujungnya yang lancip itu ditutukan kearah Jin-tiong-hiat dijidat si orang aneh.

Tipu serangan itu terkenal dengan nama gwa-ho-seng-thian atau menumpang bangau menjulang kelangit, cepat lagi ganas luar biasa.

Tapi sama sekali orang itu tidak berkelit, tanpa menggeser tubuh, tahu-tahu badannya menyondong kebelakang mengeluarkan ilmu tiat-pan-kio atau jembatan papan besi yang maha hebat.

Dan pada saat itu Cu Hong-tin hendak ayunkan kebutnya terus, mendadak ia sendiri menjerit kaget, kebutnya yang sudah dikebaskan itu ia tarik kembali mentah-mentah, habis itu ia maIah terhuyung2 mundur kebelakang dengan muka pucat lesi dan sinar matanya nyata sekali menunjukkan rasa ketakutan.

Tadi waktu orang aneh itu mengeluarkan kepandaian tiat-pan-ko , oleh Jing-ling-cu, Tong Po dan kawan-kawannya dapat melihat dengan jelas bahwa kedua tangannya menurun kebawah tanpa mengadakan pembelaan diri sedikitpun, tapi kenapa mendadak Cu Hong-tin malah terhuyung-huyung mundur dengan wajah ketakutan “ Ada apakah, Cu-heng” Kau tidak apa-apa, bukan “ demikian sebagai kawan mereka lantas menanya.

Namun Cu Hong-tin tidak menjawab, bahkan terus putar tubuh dan melangkah keluar kelenteng, hingga sekejap saja orangnya sudah pergi jauh.

Hai, hai, hidung kerbau, utangmu 30 kali gaplokan tadi masih belum kulakukan! segera Jun-yan ber-teriak2.

Tapi tahu bila dengar suaranya itu, tentu si orang aneh akan menubruknya lagi, maka segera iapun menggeser tubuhnya terus mengumpet dibelakangnya Jing-ling-cu.

Saat itulah tubuh si orang aneh telah membal keatas, lalu tancap kaki kembali kebawah, dan pada saat yang sama, Jun-yan juga sudah berdiri tegak dibelakang Hong san Koay Khek “

pelindungannya.

Ia lihat orang aneh itu tengak-tengok kesana kemari sambil kepalanya meleng-meleng seperti ingin mendengarkan sesuatu.

Maka tahulah kini semua orang dengan pasti bahwa kedua mata orang aneh itu memang sudah buta, cuma anehnya sebab apakah selalu Lou Jun-yan yang di-uber2 saja “ Dan dari sebab itu juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tadi dengan menggunakan ilmu ngekang yang dahsyat menerobos beberapa lapis tembok kuil dari belakang kedepan, nyata tujuannya juga disebabkan mendengar suara tertawa si gadis yang terkikih-kikih tadi.

Maka sambil menghalang-halangi Jun-yan, sebelah tangan Jing-ling-cu berjaga-jaga didepan dada, lalu dengan sungguh2 dan jujur ia berkata : Sobat, sebenarnya siapakah kau ini “ Kenapa tak mau kau berterus terang “ Kami sekali-kali tiada bermusuhan, hal ini harap kau jangan kuatir! Namun orang itu tetap membisu, kepalanya meleng dan termangu-mangu sejenak, habis itu, kedua tangannya memegang mukanya, sesaat kemudian, tiba-tiba ia menengadah sembari bersuara pilu, lalu secepat kilat tubuhnya melesat keluar pintu.

Hai, seru Jun-yan tiba-tiba, jangan kau pergi, aku ingin bertanya dulu padamu! Begitu cepat cara tubuh orang aneh itu melesat pergi, tapi aneh, demi mendengar suara teriakan Jun-yan, di mana angin berkesiur, tahu2 orangnya melesat balik, dan kedua tangannya terus me-rangsang2 dengan samberan angin yang keras.

Sungguh tak terduga oleh Lou Jun-yan bahwa orang bisa mencelat balik secara begitu cepat, hingga hampir saja ia kena ditangkap, untung ilmu entengi tubuh yang dipelajari dari sang guru tidak mengecewakan, dalam gugupnya, ia masih sempat mengegos kesamping Jing-ling-cu sembari sedikit menarik lengan orang.

Tapi karena tak ber-jaga2 lantaran tarikan itu, Jing-ling-cu kena diseret maju selangkah hingga se-akan2 memapaki si orang aneh, pada saat mana kelima jarinya yang bagai cakar sedang mencengkeram ke bawah.

Hihihi, maaf, Jing-ling-Totiang! Jun-yan terkikih-kikih senang.

Nyata ia anggap kejahilannya itu sebagai lelucon.

Tentu saja Jing-ling-cu yang serba berabe, lekas2 ia gunakan kepandaiannya yang gesit untuk menghindarkan cengkraman si orang aneh, lalu ia pelototi si gadis yang nakal itu.

Hong san Koay Khek “

Hahaha, budak ini benar2 telah menurunkan segala kelicinan gurunya! seru Tailik-kim-kong terbahak-bahak.

Emangnya aku muridnya suhu! sahut Jun-yan tertawa.

Karena suaranya itu, kembali orang aneh itu menubruk kearahnya meninggalkan Jing-ling-cu.

Tapi Jun-yan sudah bersiap-siap, segera ia melompat pergi, cuma sekali ini tidak kebelakangnya Jingling-cu, melainkan kesampingnya Tai-lik-kim-kong Tong Po.

Tong Po, simalaikat bertangan raksasa itu, memangnya seorang polos, ia anggap kelakuan si gadis itu licin menarik, sama sekali tak terpikir olehnya bahwa selama belajar silat pada Thong-thian-sin-mo Jiau Pek-king, sampai-sampai kesukaan menggoda orang dari gembong persilatan itupun sudah diwarisi si gadis.

Lebih jail lagi, meski tahu betapa lihaynya setiap gerakan orang aneh itu, namun gadis nakal itu ternyata tidak ambil perduli, ketika ia berkelit kesamping Tai-lik-kimkong, ia berterak : Aku tak ingin hidup lagi! dan kepalanya terus menumbuk keperisai baja Tong Po yang besar itu.

Keruan si raksasa itu kena dikejutkan, lekas-lekas ia angkat senjatanya itu kesamping, tapi sebab inilah ia telah kena diakali si gadis, ketika secara gesit tubuhnya mendekati Tong Po mendadak jarinya yang lentik itu terus menjojoh kesamping iga tempat Thian-coan-hiat .

Dengan kepandaian ngekang yang dilatihnya hingga pada tingkat tertinggi itu, sekali ia himpun tenaganya, 72 tempat hiat-to atau jalan darah seluruh tubuhnya seketika tertutup semua, maka tak nanti Tong Po takut ditutuk si gadis.

Cuma celakanya pada saat itu juga tiba-tiba terdengar Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong telah berteriak: Awas, Tong-heng! Berbareng itu dari belakang terasa angin keras menyambar datang, ia tahu tentu si orang aneh yang sedang menyerangnya sebab hendak menubruk Lou Jun-yan.

Tadi perisainya yang hendak digunakan buat mengemplang orang aneh itu telah kena disengkelit hingga senjatanya itu mencelat ke angkasa, maka ia sudah cukup kenal akan lihaynya orang aneh itu, segera ia bermaksud memutar tubuh untuk menghalau serangan.

Tapi pada saat itu pula, tutukan Jun-yan sudah tiba, meski jalan darahnya tidak sampai tertutup hingga badannya kaku, tapi tempat thian-coan-hiat yang tertutuk itu Hong san Koay Khek “

terasa kesemutan juga.

Ia berseru tertahan, habis itu, cepat tangan kiri menahan kebawah, lalu sebelah tangan lain lantas hendak disodokan.

Tatkala mana si orang aneh itu lagi menguber Jun-yan menuruti suaranya, tapi karena gadis itu masih berada dibelakang Tong Po, maka rangsangan si orang aneh menjadi seperti ditujukan kepada Tong Po.

Melihat raksasa bertenaga sakti itu lagi sibuk melayani Jun-yan, lekas2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong turun tangan menolong, mereka melompat maju dari kanan kiri terus menangkis keatas hingga kedua orang merasa ditumbuk oleh suatu tenaga yang maha besar, cuma tenaga itu lunak kuat, beda sekali dengan angin pukulannya yang keras.

Sebagai ahli, Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong saling pandang dengan ter-heran2 oleh ilmu kepandaian orang aneh itu, bukan saja segala macam ilmu silat dipahaminya, bahkan ilmu Iwekang dari berbagai cabang pun dimahirinya.

Mereka tak berani ayal, masing-masing segera balas menyerang sejurus.

Melihat kedua kawannya sudah turun tangan membantunya, Tong Po menjadi lega.

Sebaliknya Lou Jun-yan benar2 gadis jail, ketika jarinya dapat menutuk tubuh Tong Po dan merasa badan orang keras bagai baja hingga jarinya sendiri yang kesakitan, mendadak dari menutuk ia ubah menjadi mencengkeram, tiba2 ia mencengkeram tepat sekali dibawah iga Tai-lik-kim-kong Tong Po.

Keruan mendadak Tong Po menjadi geli, tak tertahan lagi ia bergelak tertawa.

Dan yang menjadi heran adalah Jing-ling-cu dan Bok Siang hiong, mereka tak mengerti sebab apa tiba2 Tong Po ketawa terpingkal-pingkal.

Sementara itu Jun-yan sudah melompat minggir, dengan tepuk tangan ia berkata sambil tertawa : Hihi, ternyata Tai-lik-kim-kong seorang yang takut bini! Kiranya menurut dongeng rakyat, katanya orang yang merasa geli bila dikitik2 iganya, maka orang itu tentu takut pada bininya! Kini dikatai takut bini oleh Lou Jun-yan, seketika muka Tai-lik-kim-kong menjadi merah, ia ber-kaok2 lucu : Budak cilik, biar kuhajar kau ! Ai, jangan galak2! goda Jun-yan sembari lelet2 lidahnya.

Lalu katanya pula : Jingling Totiang, Bok-locianpwe, dan Tai-lik-kim-kong yang takut bini, karena disini tiada urusan lagi, sekarang juga aku hendak pergi! Hong san Koay Khek “

Melihat si gadis akan mengeloyor pergi begitu saja, tentu saja Tong Po masih penasaran.

Sekali tubuhnya melesat, bagai malaikat penjaga pintu saja, tiba2 tubuhnya yang besar sudah menghadang diambang pintu.

Namun Jun-yan hanya tersenyum, tahu2 kakinya menutul perlahan, mendadak tubuhnya mencelat keatas.

Ternyata ia tidak perlu menembusi rintangan Tia-lik-kim kong itu, tapi terus menerobos keluar kelenteng melalui lubang atap yang jebol oleh perisainya tadi.

Melihat itu, Tong Po menjadi melongo, tapi segera ia hendak mengejar keluar.

Namun Jing-ling-cu keburu melerainya: Sudahlah, Tong-heng, buat apa kau mesti gusar pada seorang anak dara “ Tapi tidak pantas ia bilang aku takut bini ! sahut Tong Po masih penasaran.

Mendengar itu, diam2 Jing-ling-cu dan Bok Siang-hiong menahan rasa geli mereka.

Kiranya istri Tai-lik-kim-kong Tong Po juga seorang pendekar wanita yang dikenal orang sebagai Thay-jing-sian-cu, she Cio bernama Ham, asalnya adalah sumoay atau adik seperguruan Tong Po sendiri.

Dalam hal ilmu silat, Tong Po ada sedikit lebih rendah, maka memang rada2 takut pada sang istri, hal ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang kang-ouw.

Pantas kalau ia marah2 dikatai takut bini, sebab tepat kena boroknya.

Namun sesudah dihibur Jing-ling-cu, perlahan-lahan rasa gusarnya Tai-lik-kim-kong pun menjadi reda.

Heran juga, seperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar