Manusia Aneh Dialas Pegunungan Bab 02

Bab 02

segera Jing-ling-cu menanya.

Hong san Koay Khek “

Namun Tong Po sudah lantas gembar-gembor: Cepat benar gerakan tangannya ! Siau-yau ih-su, dia adalah orang dari Jing-sia-pay kalian.

Tadi ketika aku hendak menarik tangannya, mendadak tangannya membalik, kedua jarinya terus hendak mengarah kedua mataku.

Bukankah gerakan itu adalah tipu Siang-hong-jak-hun dari aliran Jingsia-pay kalian “ Coba, kalau kurang cepat aku berkelit, mungkin dua biji mataku ini cacat.

Lihatlah, nih ! Betul juga, ketika semua orang memandang muka Tong Po, ternyata kulit kelopak matanya terlihat lecet sedikit.

Aneh, demikian ujar Cu Hong-tin heran.

Setahuku, dari yang tua sampai yang muda, dalam Jing-sia-pay kami belum pernah ada orang seperti ini” Habis itu, iapun berbangkit dan dengan lenggang2 ia mendekati orang itu serta bertanya : Sobat, dari angkatan keberapakah kau ini dalam Jing-sia-pay kita “ Akan tetapi orang itu tetap tidak menjawab bagai tidak mendengar.

Orang ini kecuali makan minum, selalu menjublek kaku bagai patung dan selamanya tak pernah bicara , demikian Jing-ling-cu menyela, namun ia memiliki ilmu kepandaian yang hebat terang ia adalah seorang kosen yang belum dikenal, pinto sendiri sampai kini pun belum bisa melihat wajahnya yang asli.

O , hanya sekali Cu Hong-tin bersuara, habis ini, mendadak dua jari tangannya menjulur terus mengarah kedua mata orang itu.

Gerak tipu inilah yang disebut Sianghong-jak-hun atau sepasang puncak gunung menembus awan, seperti dikatakan Tong Po tadi.

Siapa duga, belum lagi serangannya tiba, mendadak orang itu menjentikkan jarinya -ciong dan siang-yang dua jalan darah diujung kedua jarinya Cu Hong-tin tadi, bahkan jentikan itu diiringi pula sambaran angin tajam yang menuju ke mukanya.

Biasanya Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin sangat agulkan dirinya, ketika tadi menyaksikan orang itu berdiri kaku bagai patung sesudah dibawa keluar Jing-ling-cu, pula tiada sesuatu tanda2 yang luar biasa, meski tadi Tong Po terkecundang, boleh jadi karena kepandaiannya yang kurang becus, sebab itulah, waktu maju, Cu Hong-tin tidak menaruh prasangka apa2.

Hong san Koay Khek “

Tapi kini demi nampak dimana jari orang itu menjentik, sambaran angin yang terbawa terasa dingin bagai es ketika menyambar sampai mukanya, dengan latihan Iwekangnya masih berasa juga panas pedas.

Maka barulah ia terkejut dan kenal kelihayan orang.

Lekas2 ia tarik kembali serangannya tadi, namun tidak urung Siangyang-hiat diujung jarinya sudah terkena ditutuk orang dengan perlahan, hingga seketika tangannya kesemutan.

Cepat ia kumpulkan Iwekangnya untuk mendesak tempat yang tertutuk itu hingga perasaan pegal kesemutan itu menjadi buyar.

Namun begitu cepat iapun sudah melompat mundur kesamping terus berteriak : Hai, lau-Tong, gerak orang ini tadi sudah kau saksikan, bukan “ terang sekali itu adalah Tai-lik-kim-kong-jiu-hoat, cuma kemahirannya masih jauh diatasmu ! Melihat kedua kawannya ber-turut2 kecundang, Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong menjadi getol ingin coba2, mendadak ia lompat bangun hingga tinggi, kemudian baru tancapkan kakinya kelantai dengan enteng sekali.

Si Ikan terbang dari danau Tong-ting ini mempunyai dua macam kepandaian yang diagulkan, pertama adalah ginkang atau ilmu entengkan tubuh, dan yang lain adalah kemahiran renang.

Maka terdengarlah ia berkata : Tong-heng, harap pinjamkan perisaimu yang besar itu ! Sembari berkata tanpa tunggu jawaban yang empunya perisai lagi, segera ia angkat senjata itu terus mengemplang keatas kepala orang itu.

Hai, hai! Dia toh tiada permusuhan apa2 dengan kau, mengapa kau turun tangan sekeji itu “ tiba2 si gadis tadi berseru kuatir.

Namun belum selesai teriakannya, tahu2 terdengarlah suara trang yang keras, hanya sedikit orang aneh itu angkat sebelah sikutnya keatas, maka terbenturlah perisai besar yang beratnya hampir seratus kilo itu, kontan pula Bok Siang-hiong berikut perisainya mencelat terbang keatas, malahan akhirnya iapun tak kuasa memegangi perisai besar itu yang terus menerobos atap dan jatuh keluar Lo-seng-tian, sedang Bok Siang-hiong sendiri lalu melayang turun kebawah dengan enteng sambil memandang kepada Cu Hong-tin serta Tong Po.

Aneh, bukankah gerakannya tadi adalah Jian-kin-cun-tui (palu sikut beribu kati), kepandaian Thi-thau-to dari Ngo-tai-pay” demikian mereka bertiga sama2 menyatakan keheranannya.

Hong san Koay Khek “

Memang benar, ujar Jing-ling-cu.

Orang ini hampir kenal dan memiliki kepandaian istimewa dari segala aliran dan golongan, bahkan melebihi jago2 tertinggi dari aliranaliran bersangkutan.

Maafkan bila aku boleh mengatakan terus terang, seperti gerak tipunya tadi.

Siang-hong-jak-hun dan Kim-kong-jiu-hoat terang masih lebih unggul dari kalian berdua, begitu pula benturan jian-kin-cun-tui tadi, sekalipun umpamanya Thi-thau-to dari Ngo-tai-san datang kemari juga mungkin tiada sehebat seperti dia! Sedang mereka bicara, dua imam kecil sudah menggotong masuk perisainya Tong Po yang terbang keluar kuil tadi.

Ketika Tong Po periksa senjatanya itu, nyata pelat baja yang berat dan tebal itu sampai dekuk meski hanya perlahan terkena sikutan orang itu.

Menyaksikan semuanya itu, sungguhpun Cu Hong-tin yang biasanya sangat tekebur, kini mau tak mau harus mengakui juga akan kebenaran kata2 Jing-ling-cu tadi.

Diam2 ia memikirkan tokoh2 kalangan Bu-lim yang sekaligus merangkap memiliki kepandaian dari berbagai cabang silat, terang sudah jarang terdapat, apalagi ilmu silat dari cabang orang lain sampai melebihi penganut cabang itu sendiri.

Lantas siapakah gerangan orang yang berada dihadapannya ini “ Jing-ling Toyu, segera ia menanya, dari manakah orang ini kau ketemukan “ Dapatkah kau ceritakan “ Cerita ini agak panjang, kata Jing-ling-cu lantas hendak menutur.

Kira2 setengah bulan yang lalu..

Tapi baru sampai disini, tiba2 si gadis tadi telah menukas: Jing-ling Totiang, biarkan aku mencobanya juga, ingin kulihat apakah iapun kenal akan ilmu silat Thong-thian-bun kami ! Mendengar itu, kembali hati Cu Hong-tin tergetar, serupa ketika melihat andeng2 merah kecil di-tengah2 dekuk pipi si gadis tadi, ia tertegun sejenak.

Sementara itu Tai-lik-kim-kong Tong Po lantas mengejek si gadis dengan tertawa dingin : Hm, baiknya kau tinggalkan namamu dulu, nona! Supaya kami nanti dapat mengabarkan pada gurumu, bahwa kau telah ketimpa malang disini ! Ya, nona harus hati2, begitu juga Jing-ling-cu memperingatkan.

Namun anak dara itu ternyata cukup bandel, ia malah melototi Tong-Po, lalu dengan gaya yang lincah ia menjawab Jing-ling-cu : Aku mengertilah ! Hong san Koay Khek “

Habis itu, cepat sekali ia memutar tubuh terus berkata kepada orang aneh itu sembari memberi hormat : Aku bernama Lou Jun-yan.

Ingin kumohon melihat wajah aslimu.

Bila tidak biarlah kau merasakan tipu pukulan lihay dari Thong-thian-bun kami! Cara berkata si gadis begitu sungguh2, tapi kalimatnya justru tidak masuk akal, keruan Tong Po yang per-tama2 bergelak ketawa geli.

Sebaliknya si gadis, Lou Jun-yan ternyata tidak merasa lucu sedikitpun, per-lahan2 ia mendekati manusia aneh itu, dengan teliti ia meng-amat2i sejenak, ia lihat muka orang itu meski ditutupi kedua tangannya, tapi jarinya terdapat sela2.

Pikiran cerdiknya tergerak, segera ia cabut seutas rambutnya yang panjang.

Diam2 semua orang memperhatikan apa yang hendak dilakukan anak dara itu, maka terlihatlah sebelah ujung rambut itu ia ikat dijarinya, lalu rambut yang panjangnya belasan senti itu tiba2 menjengkit lurus kedepan, nyata gadis itu telah menyalurkan Iwekangnya keatas rambut melalui jarinya yang lentik.

Sebagai tokoh silat terkemuka, sudah tentu Jing-ling-cu dan yang lain2 tahu akan hal itu, diam2 mereka kagum akan kepandaian si gadis yang masih muda belia, tapi Iwekangnya sudah terlatih cukup sempurna.

Nyata di bawah pimpinan panglima tangkas tiada prajurit yang lemah alias dibawah guru pandai tiada yang bodoh! Sementara itu dengan wajah gembira, seperti menyusup kelubang jarum saja, Lou Jun-yan menyisipkan rambutnya melalui sela2 jari orang aneh itu terus dimasukkan kelubang hidungnya.

Melihat itu, Tai-lik-kim-kong yang berwatak polos jujur, meski tadi kena digoda Lou Jun-yan hingga marah2, tapi kini dialah yang paling kagum oleh kecerdikan si gadis, maka ia telah ber-teriak2: Bagus! Akal bagus ! Dan karena di-kilik2 lubang hidungnya, mendadak orang aneh itu bersin: Haiiiiih! Sebab itu untuk sesaat kedua tangannya yang menutupi muka menjadi kendor dan sedikit terbuka kebawah.

Lou-jun-yan sendiri segera gunakan gerakan le-hi-pak-teng atau ikan lele melentikan tubuh, terus melompat pergi.

Sedang yang lain2 menjadi terkejut ketika sekilas dapat melihat jelas macam muka orang itu, begitu juga Jun-yan tidak terkecuali, saking kagetnya sampai ia menjerit terus menutupi matanya tak berani memandang pula.

Hong san Koay Khek “

Hanya sekejap saja tangan orang aneh itu kendor, sebab segera ia tutupi lagi mukanya kencang2 seperti tadi.

Keruan semua orang hanya saling pandang terkesima setelah dapat melihat wajah sebenarnya orang itu.

Kemudian Jing-ling-cu yang mendekati orang itu, dengan perlahan ia tepuk2 pundaknya dan membujuk : Lebih baik kau masuk istirahat saja, sobat.

Habis itu, kain selubung kepala tadi ia tutupkan pula keatas kepala orang aneh itu, maka kedua tangan yang menutupi muka pun lantas diturunkan kembali.

Ketika Jingling-cu mendorongnya, barulah ia bertindak, tapi gerak-geriknya tak bersemangat, mirip orang gendeng belaka.

Aduh mak ! Muka orang itu mengapa begitu menakutkan “ kata Jun-yan kemudian dengan lega sesudah orang aneh itu memasuki ruangan belakang.

Nona, siapakah gerangan nama ibumu “ se-konyong2 Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin menanya.

Karena pertanyaan itu, Tai-lik-kim-kong Tong Po menjadi geli.

Cu-heng, macam apakah kau ini, kenapa tanya2 ibu orang” godanya tertawa.

Mendadak wajah Lou-jun-yan berubah hebat.

Hidung kerbau, apakah kau kenal ibuku” balasnya menanya.

Ha “ ah, tidak, hanya sekedar menanya saja ! jawab Cu Hong-tin cepat.

Diantara orang2 yang hadir disitu, si Ikan terbang dari danau Tong-ting, Bok Sianghiong, adalah yang paling pendiam, tapi cerdik.

Sekilas dapat dilihatnya sikap Cu Hongtin rada aneh ketika mendadak menanya Lou-jun-yan tadi, namun ia tetap diam saja, pura-pura tidak tahu.

Tidak lama sesudah keluar kembali, segera Jing-ling-cu berkata : Ai, sungguh tidak nyana bahwa muka sobat ini ternyata begitu menakutkan.

Tentu nona Lou tadi dikejutkan, bukan “ Ya, tapi tak apa2 sudah! sahut Jun-yan sambil elus2 dadanya.

Kiranya ketika sekilas tangan orang aneh itu menjadi kendor hingga mukanya kelihatan, ternyata macamnya tidak berwujut muka manusia lagi, tapi keadaannya benjal benjol tidak rata penuh belang bekas luka, kedua biji matanya se-akan2 mencolot Hong san Koay Khek “

keluar, tampaknya sudah buta, jeleknya tak terkatakan.

Jika kepergok di tengah malam buta, heranlah kalau orang tidak menyangka genderuwo (hantu).

Tadi pinto hendak bercerita tentang diketemukan orang aneh ini, tapi telah terputus oleh tindakan nona Lou tadi, maka kini biarlah aku melanjutkannya, kata Jing-ling-cu kemudian.

Hm, coba kalau tiada aku, boleh jadi seumur hidup kalian takkan dapat melihat wajah orang jelek macam dia ! sela Jun-yan, rupanya ia penasaran karena dikatakan memotong cerita orang.

Namun Jing-ling-cu tidak menghiraukannya lagi, ia tersenyum dan meneruskan ceritanya yang belum lagi dimulai tadi.

Kiranya tidak jauh dari belakang Lo-seng-tian itu adalah tebing2 jurang yang curam, kira2 setengah bulan yang lalu, ketika Jing-ling-cu habis melatih diri diwaktu subuh, dalam isengnya ia ber-jalan2 kebelakang kuilnya dan sampai ditebing curam yang disebut sik-sin-khe itu, mendadak didengarnya semacam suara yang aneh.

Suara itu tidak mirip mengaumnya binatang buas, juga tidak serupa suara manusia, tapi kedengarannya sedih dan sangat mengharukan.

Ketika didengarkannya lebih teliti, ia merasa berjangkitnya suara aneh itu kadang2 jauh dan tempo-tempo dekat, juga mendadak nadanya sangat tinggi, lain saat tiba-tiba menjadi rendah, suatu tanda betapa cepat perubahan tempat berjangkitnya suara itu.

Diam-diam Jing-ling-cu teperanjat sekali, ia pikir, tak perduli suara itu suara manusia atau binatang, tapi gerak-geriknya begitu pesat, sungguh hal yang susah dimengerti.

Dikalangan Bu-lim, Jing-ling-cu terkenal seorang yang budiman dan suka menolong sesamanya.

Ia pikir, meski sedikit tamu2 yang mengunjungi kuilnya sehari2, tapi disekitar gunung itu tidak sedikit tukang2 kayu yang mencari nafkah, jikalau suara aneh yang didengarnya itu adalah suara binatang buas, lalu kepergok oleh tukang2 kayu, terang sekali nasib malang takkan dapat terhindar, kebetulan saat itu suara aneh tadi telah berhenti pada suatu tempat yang tidak terlalu jauh, pula nadanya telah berubah rendah lirih.

Segera Jing-ling-cu mendekatinya per-lahan2 sambil menggendong tangan.

Tatkala itu sang betara surya sudah memancarkan sinarnya yang gilang gemilang menguning emas, dan diutara puncak2 gunung yang se-akan2 gundukan arang Hong san Koay Khek “ terbakar oleh sinar emas sang surya, disitulah orang aneh itu diketemukan oleh Jingling-cu.

Saat mana dilihatnya manusia aneh itu lagi berdiri diatas tebing Sik-sin-khe yang bertepikan jurang curam, kedua tangannya nampak dipentang keatas, kepalanya mendongak, dan mengeluarkan suara teriakan aneh menyeramkan tadi.

Melihat gelagatnya, dengan suara teriakannya yang aneh itu, agaknya orang aneh itu lagi melampiaskan perasaan hatinya yang penuh penasaran dan amarah yang tak terhingga kepada alam semesta.

Sebagai seorang tokoh, begitu melihat tempat dimana orang itu berdiri, segera Jingling-cu tahu orang aneh itu pasti memiliki ilmu ginkang yang luar biasa, apalagi mendengar suara yang aneh itu, rendah, tapi penuh tenaga dan mencapai jauh, terang kalau Iwekangnya belum mencapai tingkatan sempurna, tak mungkin mampu melakukannya.

Dasar watak Jing-ling-cu memang suka bersahabat, pula ketarik oleh kelakuan orang aneh itu, maka iapun segera menegurnya dengan suara kumandang yang disertai tenaga dalam : Ksatria darimanakah telah sudi mengunjungi Ciok-yong-hong ini, silahkan omong2 kedalam kuil kami saja” Diluar dugaan, demi mendengar suaranya, orang aneh itu mendadak menghentikan suara rintihannya, tanpa berpaling lagi se-konyong2 orangnya terus menerjun kedalam jurang sik-sin-khe itu.

Keruan Jing-ling-cu luar biasa terkejutnya.

Ia cukup tahu akan kedalaman jurang disitu yang sedikitnya ber-ribu2 kaki, kalau terjun ke bawah, jangan kata bisa hidup, sedang mayatnya pasti akan hancur lebur juga.

Dalam kuatirnya, secepat kilat Jing-ling cu pun melompat maju ketempat si orang aneh berdiri tadi, dan ketika melongok kedalam jurang, namun dibawah hanya kabut tebal belaka yang menutupi permukaan jurang, lebih dari itu tiada sesuatu lagi yang kelihatan.

Mengira orang itu takkan bisa tertolong lagi dibawah jurang yang tak terkirakan dalamnya, apa daya “ Terpaksa Jing-ling-cu menghela napas dan kembali kekuilnya.

Siapa tahu, ketika besok subuh ia melakukan latihan pagi seperti biasanya, kembali suara aneh orang itu dapat didengarnya.

Segera Jing-ling-cu mendatangi pula tempat Hong san Koay Khek “

kemarin, betul saja, disitu dapat dilihatnya orang aneh itu masih tetap berdiri mendongak sambil mengeluarkan suara teriakan atau lebih mirip rintihan yang mengharukan.

Dan ketika Jing-ling-cu mendadak menegurnya pula, tahu2 orang aneh itu terjun lagi kedalam jurang.

Jing-ling-cu menjadi ragu2, ia tahu tentu dibawah jurang itu ada apa2nya hingga meski orang menerjunkan diri kebawah, tidak sampai terbinasa.

Tiba2 tergerak pikirannya, ia melompat keatas suatu pohon yang ada disitu dan memotes sebatang dahan sebesar lengan yang lebat daunnya, dengan dahan itu sebagai payung yang dia pegangi kencang2, kemudian iapun terjun kebawah jurang menyusul si orang aneh tadi.

Maka seperti parasut saja Jing-ling-cu melayang2 kedalam jurang, karena adanya daya tahan payung itu, daya terjerumusnya menjadi agak lambat, namun begitu, Jingling-cu merasa cukup cepat tubuhnya menurun, sampai lama sekali barulah nampak dataran bawah.

Dan begitu kakinya menyentuh tanah, mendadak pluk , kakinya telah kejeblos.

Kiranya didasar jurang itu adalah sebuah kolam lumpur.

Lekas2 Jing-ling-cu sabetkan dahan pohonnya tadi kepermukaan lumpur, menyusul itu cepat ia tutul kakinya se-kuat2nya, dan pada saat dahan pohon itu belum amblas kedalam lumpur, orangnyapun mencelat keatas setinggi lebih dua tombak.

Sekali tangannya meraup, tepat dapat dipegangnya dahan sebuah pohon Siong yang tumbuh ditepi tebing jurang itu.

Apabila ia melongok lagi kebawah, maka dahan pohonnya tadi ternyata sudah menghilang kedalam lumpur.

Diam2 Jing-ling-cu bersukur atas nasibnya tadi.

Ketika ia me-ngamat2i sekitarnya, ternyata keadaan lembab dan agak gelap, dari dalam lumpur tadi tiada hentinya mengeluarkan suara pluk-pluk , kadang2 berbuih, tempo2 menongol keluar ular berbisa dan binatang2 lain yang tak dikenal namanya.

Semakin jauh mata memandang, keadaan makin gelap, tumbuh2an lebat yang tak pernah terlihat diatas gunung, teramat banyak, hingga keadaan disitu ternyata berwujut suatu dunia lain.

Hong san Koay Khek “

Jing-ling-cu merasa dirinya percuma saja berdiam selama berpuluh tahun dipuncak Ciok-yong hong itu, tapi tak mengetahui bahwa dibawah gunung ternyata ada lagi tempat yang seram bagai akherat ini.

Dan selagi ia meneliti sekitarnya, tiba2 tidak jauh dari tempatnya ada sesuatu suara perlahan ketika dipandangnya kearah sana, maka terlihatlah dari segunduk rumput2 mendadak menyusur keluar seekor ular, dan sesudah berkecimpung dalam lumpur sejenak, lalu amblas kebawah.

Ketika Jing-ling-cu berpaling memandang ke arah suatu batu besar yang menonjol tidak jauh dari tempatnya, ia menjadi terkejut tidak kepalang.

Kiranya diatas batu itu tampaknya rata saja dan luasnya kira2 7-8 kaki, diatas bukit tumbuh serumpun lumut hijau yang subur, tadinya ia sangka hanya lumut biasa saja, siapa tahu mendadak bisa bergerak, ternyata dibawah lumut itu terlentang satu orang ! Segera Jing-ling-cu mengenali orang itu, bukan lain adalah orang aneh yang disusulnya tadi.

Mau tak mau hatinya kembali tercengang, ia menaksir kepandaian dirinya sendiri boleh dihitung kelas tertinggi, tapi diwaktu menerjun ke bawah jurang tadi, masih perlu ia gunakan bantuan sebatang dahan pohon berdaun sebagai payung untuk mengurangi daya turunnya.

Tapi orang aneh ini disaksikannya menerjunkan diri begitu saja tanpa bantuan sesuatu benda, nyata ilmu kepandaian orang itu masih jauh diatas dirinya.

Maka tak berani Jing-ling-cu berlaku ayal, segera ia menegur pula : Orang kosen darimanakah yang menyepi disini “ Cayhe (aku yang rendah) bergelar Jing-ling, sudilah kiranya memperlihatkan diri untuk bertemu “ Tiba2 orang itu berbangkit perlahan, kepalanya masih menghadap rumpun lumut hingga seluruh mukanya ter-aling2, lalu berdiri tanpa bergerak.

Karena itu, kembali Jing-ling-cu mengulangi kata2nya tadi.

Tak terduga mendadak orang itu angkat sebelah tangannya dan tahu2 terus memukul kearah pohon siong di mana Jing-ling-cu menahan dirinya itu, begitu keras pukulannya hingga lapat2 bersuara se-akan2 bunyi guntur.

Hong san Koay Khek “

Terkejut luar biasa Jing-ling-cu, ternyata pukulan yang dilontarkan orang aneh itu dapat dikenalinya bukan lain adalah Lui-bin-cio-hoat atau ilmu pukulan guntur menggelegar, ialah ilmu pukulan yang terkenal dari Heng-san-pay mereka sendiri.

Kalau mendengar suara mengguruh yang terbawa dalam angin pukulan tadi, nyata tenaga dalam yang dipergunakan sudah mencapai tingkat tertinggi, Jing-ling-cu sendiri menaksir dirinya belum mencapai ketingkat itu, maka diam2 ia menjadi heran atas diri orang aneh itu.

Menurut peraturan Heng-san-pay mereka yang istimewa, tiap2 orang hanya boleh menerima satu murid, ia sendiri juga murid tunggal dari gurunya, pernah ia menerima seorang murid, tapi karena diketahui kelakuannya yang menyeleweng, sudah lama berselang dibasminya dan kini belum punya ahliwaris.

Gurunya sudah lama wafat, lalu kalau melihat betapa tinggi ilmu pukulan bunyi guntur yang diunjukan orang aneh itu, apakah mungkin ia adalah kaum angkatan tua dari perguruannya, sebab ilmu silatnya terlalu tinggi hingga berumur panjang sampai sekarang “ Begitulah, selagi Jing-ling-cu memikir, sementara angin pukulan orang aneh itu sudah mengenai dahan pohon yang dibuat pegangan tadi, maka terdengarlah suara krak-krak yang keras, seketika dahan pohon itu patah, tubuh Jing-ling-cu pun terjerumus kebawah.

Baiknya ia cukup tenang, cepat ia himpun semangat dan melompat keatas pula, selagi dirinya terapung diudara, lalu dengan punggungnya menempel dinding tebing terus sambil tangannya bertahan mati2an, dengan begitu untuk sementara badannya dapat diselamatkan.

Bila ia melirik ketempat dahan patah tadi, ternyata disitu seperti hangus habis terbakar, hal ini lebih nyata lagi bahwa ilmu pukulan yang dilontarkan orang aneh itu adalah Lui-bin-cio-hoat dari perguruannya, Heng-san-pay.

Siapakah nama Locianpwe, sudilah kiranya memberitahu “ Supaya tidak sampai terjadi kekacauan peradatan kaum kita ! dengan merendah kembali Jing-ling-cu menanya.

Tapi orang itu tetap tidak menjawab, hanya kedua tangannya ber-gerak2 sambil mulutnya mengeluarkan suara uh-uh-uh seperti orang gagu.

Jing-ling-cu menjadi bingung, dilihatnya tangan dan kaki orang itu kurus kering, pakaian yang menempel dibadannya juga compang-camping tak keruan.

Selang sejenak, barulah kemudian Jing-ling-cu paham akan maksud orang itu, kiranya ia lagi Hong san Koay Khek “

memberi tanda agar dirinya pergi dari situ, tentu saja Jing-ling-cu bertambah heran, segera iapun berseru : Baiklah, pinto menurut saja! Lalu tubuhnya bergerak, ia keluarkan kepandaian pia-hou-yu-jio atau cecak merayap ditembok, dengan ilmu Iwekang yang tinggi, cepat sekali ia merembet keatas setinggi beberapa tombak, ketika tangannya dapat memegang sebuah tonjolan batu, lalu ia berhenti untuk mengaso sambil memandang kebawah.

Ternyata orang itu sedang miringkan telinganya keatas buat mendengar, lalu mulutnya bersuara uh-uh-uh lagi, kemudian orangnya berjongkok terus menyomot beberapa potong daun lumut dan dimasukkan kedalam mulut, rupanya itulah santapannya se-hari2 yang tampaknya lezat sekali.

Diam2 Jing-ling-cu mengkirik sendiri demi menyaksikan kelakuan orang aneh luar biasa ini.

Dan sesudah makan orang ini lalu merebahkan diri lagi diatas batu tanpa bergerak.

Diam2 Jing-ling-cu mempelajari keadaan orang itu lagi, tapi meski ia menunggu sampai hari lewat lohor, masih belum diketahui dari mana asal usul orang ini, cuma dapat ditaksirnya sudah cukup lama tinggal di tempat kolam lumpur itu.

Tapi apapun juga, sebagai seorang tokoh Bu-Iim, tak nanti tega melihat sesamanya hidup ditempat binatang2 berbisa.

Dan pula bila mendengar suara rintihan yang keluar dari mulut orang aneh itu, entah perasaan penasaran dan benci apa yang terpendam didalam hatinya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar