Seruling Samber Nyawa Jilid 29

Jilid 29

sekonyong-konyong seekor burung air yang besar berpekik kejut dari rumpun alang-alang di pinggir rawa sebelah sana terus terbang ketakutan.

Semua hadirin menjadi menghela napas panjang, mereka menjadi geli dan mengelus dada.

Melihat sikap dan tindak dan tanduk orang-orang itu, Giok Liong menerka dalam hati, tentu ada orang yang sudah terjun ke dalam air, kalau tidak masa mereka berlaku begitu gugup dan tegang.

Memang tepat dugaannya, diantara para gembong gembong iblis itu tampil, keluar seorang laki laki pertengahan umur berpakaian ala sastrawan umumnya, jubah biru yang panjang melambai tertiup angin, sembari tersenyum simpul mulutnya komat-kamit seperti menggumam seorang diri, suaranya keras.

"Suhu air rawa ini sungguh luar biasa, rawa ini merupakan tempat paling berbahaya dari segala danau laut atau sungai yang pernah kulihat. Mengandal kepandaian renang Siangkang- siang-hiong (dua orang gagah dari sungai naga), kukwatir mereka bakal menemui ajalnya di sini."

Nada bicaranya wajar dan sikapnya acuh tak acuh, terang bahwa dia sendiri punya pegangan akan kepandaiannya.

"Pek-tocu."

Terdengar Cukong istana beracun ibun Hoat membuka kata.

"Tuan sebagai majikan dari Ham kang-it-to, ilmu renangmu tentu mempunyai keistimewaan tersendiri, apa kau ada maksud mencobanya ?"

Laki laki pertengahan umur yang bicara tadi bukan lain adalah majikan Ham kang-it-to Pek su-in, sembari gelak tawa ia berkata lantang .

"Aku belajar ilmu renang selama empat puluh tahun, Ham kang merupakan aliran terdingin di seluruh jagad ini, suhu bekunya kukira tidak lebih rendah dari rawa ini, bukan aku orang she Pek suka mengagulkan diri, Hehehehe, hanya mata air semacam ini belum dapat mempersukar diriku "

Tergerak hati Giok- liong, pikirnya.

'Jikalau pusaka rahasia itu terjatuh di tangannya, tidak sukar aku dapat merebutnya,' Muka Cukong istana beracun ibun Hoat yang tepos dan kering itu menyeringai dingin, katanya "Kalau begitu, kenapa tidak kau tunjukkan kemampuanmu itu."

Ham kang-it-ho Pek su-in semakin takabur karena dieluelukan, katanya lantang.

"Tak perlu aku malu sungkan dan pura pura, Kalau aku berani kemari sudah tentu akan kucoba terjun kedalam rawa nanti tapi..."

Ia menghentikan kata-katanya sembari tersenyum penuh arti. Hadirin yang tengah pasang kuping mendengar perca kapan ini dengan cermat, melihat ia mendadak menghentikan kata-katanya, seketika banyak yang menjadi ribut dan menimbrung.

"Akan tetapi apa? Kenapa kau tidak segera coba turun ke air?"

Sepasang mata ibun Hoat yang bersinar tajam menerawang ke meluruh hadirin, mulutnya lantas berteriak.

"Ya. kenapa Peksto-cu tidak segera mencobanya."

Ham- kang it-to Pek su-in tertawa dingin, katanya sambil melebarkan tangan.

"

Kalian bersitegang leher begini, siapa yang berani terjun menempuh bahaya."

"Terjun menempuh bahaya?" "Coba pikirkan, suhu dingin air rawa ini dapat membekukan darah, mengeraskan tulang menghancurkan nadi, bagi orang yang berani terjun meski betapapun kuat pertahanannya, setelah keluar dari air tentu akan kehilangan hawa murni dan kehabisan tenaga, bocah umur tiga tahunpun gampang saja dapat mencabut jiwanya, apalagi....Hahaha Pek su in bukan seorang goblok masa harus melakukan pekerjaan orang bodoh Hahaha... .."

Gelak tawanya kumandang mengguntur menggetarkan alam sekitarnya.

"Eh"

Cukong istana beracun mulutnya mendesir alisnya berkerut dalam, tiba-tiba dengan langkah enteng ia maju beberapa langkah mendekati Ham-kang in ho Pek su in, katanya perlahan.

"Pek-tocu Aku ingin merundingkan sesuatu dengan kau"

Ham-kang-it-ho tertawa nyengir serba misterius, ujarnya.

"Ada urusan?"

"Ibun Hoat jangan kau mengacau"

Belum lagi ibun Hoat menjawab, Ci-hu-sin-kun Kiong-ki sudah melesat di belakang Ham-kang-it-ho Pek su-in sembari menggeleng keras, katanya.

"Pek-tocu kalau kau benar-benar mampu terjun ke dalam rawa ini..."

Belum habis ia bicara, mendadak putaran air rawa menjadi semakin keras dan bergelombang mengeluarkan suara gemuruh, seketika perhatian seluruh hadirin tertuju ke arah rawa lagi.

sekian lama air rawa bergolak seperti mendidih, mendadak tergulung keluar dua sosok tubuh manusia "Sudah keluar" "Liong-kang-siang-hiong sudah keluar."

Giok ling yang berada dipuncakpohon melihat paling tegas, apa yang dipanggil Liong-kang-siang-hiong tidak lebih hanyalah dua sosok mayat yang sudah kaku, masing-masing berwarna putih dan merah, pakaian renang mereka masih melekat di- atas badannya.

Mengikuti gelombang air rawa kedua sosok mayat itupun berputar-putar cepat seperti kitiran.

"blup", tiba-tiba tersedot teng gelam pula kedalam air terus menghilang. seluruh hadirin mengawasi dengan mata terbuka lebar, napaspun ditahan saking tegang. Ham kang-it-ho su-in tertawa tawar, ujarnya .

"Bagaimana dugaanku tadi ?"

Berkatalah Ci-hu-sin-kun deagan semangat menyala .

"Ada Lohu disini, Pek Tocu silakan kau terjun saja, setelah naik kedaratan nanti, biar Lohu membantumu menghadapi mereka."

Seketika bersinar biru kelam sepasang biji mata Cukong istana beracun ibun Hoat, pandangannya mengandung kebencian dan nafsu membunuh yang tebal, mulutnya menyeringai dingin.

sebetulnya Cukong istana beracun ibun Hoat bukan takut seratus persen menghadapi Ci-hu-siu-knn, dalam hal adu Lwekang sedikit banyak cukup untuk bertahan sekian lama, justru karena perhitungan yang dianggapnya sempurna maka sejauh ini ia berlaku sabar dan mengalah saja, hakikatnya yang diincar adalah buku rahasia dalam rawa itu, sebelum duduk perkaranya dibikin jelas, tak sudi ia paling bentrok dengan orang sehingga menghabiskan tetaga sendiri, yang penting harus menghimpun tenaga untuk bergerak pada babak terakhir merebut pusaka itu.

ci-hu-sin-kun tidak memandang sebelah mata kepada seluruh gembong-gembong iblis yang hadir, maka tiada sesuatu yang dikwatirkan dengan bengis ia menghardik .

"Ibun Hoat Apa yang kau tertawakan ?"

Acuh tak acuh ibun Hoat berkata .

"Lwe-kang sin-kun meski lihay dan menjagoi didalam dunia persilatan, tapi jangan lupa dua kepelan sukar menghadapi empat tangan, orang gagah paling gentar menghadapi keroyokan orang banyak."

Demikian sindirnya. Ci-hu-sin-kun menjengek dengan berang.

"Bila hendak main keroyok untuk mencapai kemenangan, Huh, Lohu tidak akan mundur setapakpun."

Ibun Hoat menggoyangkan tangan kecil yang kurus kering katanya .

"Bukan hanya aliran Tok-liong saja. Coba kau buka matamu lebar-lebar."

Tangannya menunjuk keseluruh gelanggang lalu tambahnya lagi.

"Mentang-mentang kau tidak pandang sebelah mata kepada para kawan kangouw ini, apa kau tidak kwatir menimbulkan angkara murka mereka, ketahuilah orang yang sudah gugup dapat melompati belandar, anjing yang kepepet dapat melompati dinding, sampai kelinci yang terdesakpun bisa menggigit orang, Hehehehehe"

Ibun Hoat tua-tua keladi, mulutnya tajam dan licik lagi, banyak tipu dayanya dengan kata-kata sindiran ini hakikatnya ia mengobarkan kemarahan hadirin untuk memusuhi Ci-hu sin-kun.

sepihak ia mendesak orang banyak untuk menekan Ci-husin- kun, lain pihak mengadu domba mereka kepada Cihu-sinkun menanamkan rasa dendam dan sakit hati.

Betul juga ada berapa banyak gembong-gembong iblis diantara para hadirin lantas mendelik dengan pandangan berapi api mengawasi kearah Ci-hu-sin-kun, dari sikap mereka yang garang ini jelas kelihatan mereka berani berlaku nekad untuk mengadu jiwa.

Melihat hasutannya yang licik ini membawa hasil akan reaksi yang nyata ini, Cukong istana beracun semakin takabur, mulutnya lagi-lagi menggumam "Kalau kau Ci-hu-sin-kun sendiri yang terjun ke air dan berhasil mengambil pusaka itu mungkin orang lain tak berani sembarangan bergerak tapi..."

Saking menahan gusar muka Ci-hu-sin kun sudah berselubung hawa ungu yang tebal, mulutnya mendesis berat.

"Tapi apa?"

"Tapi, hehehe orang yang mampu terjun kedalam rawa bukan kau Ci-hu-sin kun"

"

Kata- kata Lohu seumpama perintah saja, selalu kutepati betapa juga akan kulindungi orang yang terjun kedalam air."

"Kalau begitu kenapa kau tidak melindungi Liong-kangsiang- hiong?"

Sungguh sangat kebetulan, belum lagi lenyap suaranya, tampak tubuh Liong-kang-siang-hiong terpental mumbul dari permukaan air karena tergulung cepat oleh pusaran air yang dahsyat "Plung "

Kedua mayat tadi tersembul ke luar dari permukaan air itu kecemplung lagi terus tenggelam, air muncrat kemana-mana pemandangan ini sungguh sangat menggiriskan dan mengerikan. Cihu-sinkun menjadi murka, dengan berjingkrak sambil melangkah maju.

"Ibun hoat, kalau kau tidak terima, boleh silakan rasakan kemplangan Lohu "

Dasar wataknya memang berangasan dan keras, seiring dengan lenyap suaranya, langsung tubuhnya menubruk maju berubah segulung kabut abu-abu terus merangsang ke arah ibun Hoat.

Asap biru bergulung mengembang terbang kesamping setombak lebih, gesit sekali Cukong istana beracun melejit menyingkir dari rangsekan yang dahsyat ini.

"Byar"

Tenaga pukulan Ci-hu-sin kun masih terus menerpa kedepan berubah segulung angin puyuh yang dahsyat menerjang ke permukaan air rawa yang berputar kencang itu, air lantas muncrat dan berombak tinggi laksana tonggak perak mengeluarkan suara gaduh yang mendebarkan hati.

"Plak,plak"

Kebetulan kedua mayat Liong-kang-siang-hiong terbawa arus tonggak air yang muncrat itu sehingga terpental jauh dan terdampar diatas pasir kuning.

Kelihatan seluruh tubuhnya sudah berobah hitam legam, kaki tangannya kaku, keadaan sungguh sangat menyedihkan.

Melihat pukulannya tidak mengenai sasarannya, Cihu-sinkun semakin murka.

sebaliknya Cukong istana beracun ibun Hoat semakin takabur dan bergelak tawa sepuasnya, serunya.

"Coba lihat saudara-saudara bukti pernyataan tadi yang hendak melindungi siapa saja yang berani terjun kedalam air, siapa saja yang tidak takut akan Ci-hu sin kuog-ciang, silakan dengar dan patuhilah petunjuknya tadi"

Seluruh hadirin menjadi gempar, berkobar hawa amarah mereka, seketika yang berdarah panas lantas mencaci maki . "Tujuan yang keji sekali "

"Tindakan yang ganas licik sekali "

Sampai matipun tak diampuni, keterlaluan...

begitulah dari sana sini terdengar umpat caci saling bersahutan serta saling lomba.

semua mencerca dan menista Ci hu-sin- kun.

sebagian besar adalah hasil dari adu domba Cukong istana beracun ibun Hoat yang bermulut tajam, selebihnya karena merekapun berwatak tamak mengincar buku catatan rahasia yang tersimpan di dasar mata air rawa naga beracun ini.

Kemarahan masai sukar dibendung, begitulah menghadapi caci maki yang ribut itu Cihu-sin- kuo semakin berang seperti kebakaran jenggot, namun semakin marah napas memburu, mulutnya sukar bicara.

Melihat adegan yang serba runyam bagi tuan dan ayahnya Ci-hujulo dan Ci-hu-giok-li berubah hebat air mukanya, masing-masing melejit maju kedua samping Ci-hu sin kun bersiaga sembari mengerahkan tenaga dalam.

suara makin semakin riuh dan ribut seperti bergolak.

kuping sampai terasa judek.

Diantara mereka yang mengudal ludah dan pentang bacot, terutama pihak anak buah istana beracun dan Mo khek adalah yang paling keras dan paling kotor makiannya.

Akhirnya tak tertahan lagi kemarahan Ci-hu-sin-kun, dampratnya dengan berjingkrak.

"yang tidak terima silakan tampil kedepan, seorang laki-laki sejati kenapa mesti mengudal mulut berteriak kesetanan macam kentut busuk"

Dua sosok bayangan meluncur maju ke-tengah gelanggang, ternyata Cukong istana beracan dan Gu-bingkhek cu Li Pek- yang tampil bersama maunya berbareng .

"jangan sombong kau, biar kita belajar kenal dan mengukur sampai dimana kehebatan ilmu sakti tunggal dari aliran Ci-hukalian"

"Begitupun baik"

Sahut Ci-hu-sin kun.

Tanpa banyak kata lagi tiba-tiba badannya melenting tinggi ketengah udara, ditengah udara ia goyangkan kepalanya, seketika rambut panjang yang tergelung diatas kepalanya lantas terurai melambai, kabut abu abu menyelubungi seluruh tubuhnya, dimana kedua tangannya bergerak dua pancaran sinar kemilau yang menyilaukan mata lantas menyibak maju menukik kebawah.

Cukong istana beracun Ibun Hoat berdiri disebelah kiri, telapak tangannya terkembang pelan-pelan digerakkan membundar terus didorong kedepan.

Demikianjuga Gu-bingkbek cu yang berdiri disebelah kanan menggerakkan kedua lengannya sedemikian rupa seperti kupu-kupu beterbangan menandingi musuh yang menerjang tiba.

Tiga tokoh silat kelas wahid masing-masing sudah kerahkan seluruh latihan Lwe-kangnya di kedua telapak tangan masingmasing "Blang"

Letusan keras menggetarkan bumi sehingga rumput dan batu beterbangan, begitu keras letusan ini bak umpama guntur menggelegar, laksana angin lesus menerpa tiba, betapa hebat danperbawa adu kekuatan ini betul-betul sangat menakjubkan dan belum pernah terjadi selama ini di kalangan Kang-ouw.

Tengah seluruh hadirin kesima akan kedahsyatan adu tenaga yang hebat ini, sekonyong-konyong bayangan hitam bergerak-gerak,puluhan bayangan hitam yang mengenakan seragam hitam dengan kedok hitam pula tahu-tahu sudah meluncur tiba mengelilingi Tok Liong-tam, begitu lincah dan sebat sekali terus berpencar keempat penjuru, diatas baju depan dada masing-masing tersulam pelangi merah darah yang menyolok mata.

Melihat kedatangan para bandit-bandit dari Hiat hong-pang ini, seketika merah membara biji mata Giok-Liong, seketika terkilas kenangan lama dalam otaknya.

Terbayang betapa keji dan ganas sepak terjang kawanan bandit dari Hiat-hong pang ini sehingga akhirnya dirinya memasuki lembah kematian, kedua tangannya dikepalkan erat-erat.

Tapi dalam keadaan yang tegang dan gawat ini, tak pernah ia turun tangan, begitu kawanan Hiat- hong-pang ini muncul, setelah saling mengadu sebuah pukulan lagi Cukong istana beracun Ibun Hoat lantas melejit mundur, teriaknya bengis.

"Para muridku dengar perintah, siapapun dilarang mendekati pinggir rawa sejauh tujuh kaki, bila berani melampaui ketentuan ini, boleh silakan bunuh dan bikin hancur lebur "

"Terima perintah."

Gemuruh anak buahnya menerima perintah, seketika bayangan bergerak serabutan, seluruh anak buah istana beracun berpencar menjaga sekeliling pinggiran rawa, dengan membelakangi rawa menghadapi seluruh gembong-gembong iblis yang hadir, semua bersiaga menggerakkan tangan melancarkan pukulan, wajah mereka biru kelam..

Di sebelah sana Gu-bing-khekscu Li Pek yang juga tidak mau kalah wibawa berteriak lantang.

"Para Tongcu pimpin rasul masing masing bersama dengan para saudara dari istana beracun menjaga siapa saja yang berani mendekati pinggir rawa tujuh kaki bunuh tanpa kompromi."

Delapan belas Tongcu beserta ratusan rasulnya masingmasing serempak mengiakan dengan suara yang gegap gempita, segera mereka bergerak menurut perintah yang berlaku.

Wajah tua Ci-hu-sin-kun berubah ungu gelap, badan sampai gemetar saking menahan gusar, dengusnya sembari menghentakkan kaki.

"Terlalu menghina orang "

Melihat musuh sudah bersiaga melolos pedang menghunus golok serta segala senjata tajam lainnya, Ci-hu giok-ti menjadi gelisah, betapa tinggi kepandaian ayahnya kalau harus seorang diri melawan jago-jago berani mati demikian banyaknya, tentu akhirnya akan konyol sendiri Maka pelanpelan ia menghampiri kesamping ayahnya, serta bisiknya sembari narik baju ayahnya.

"Yah, sekarang belum saatnya untuk mengadu kekuatan."

Mendadak sesosok bayangan hitam melesat turun dihadapan mereka, kiranya Hiat-hong-pangcu yang berkedok itu telah berkatanya lirih.

"Sin kun Tak perlu menggunakan kekerasan terhadap mereka, urus saja mereka yang berani terjun ke dalam rawa lebih penting "

Dalam keadaan gawat dan terdesak begini, memang Ci-hu sin-kun perlu bala bantuan tenaga dan pikiran orang lain, melihat Hiat-hong pangcu berpihak kepada dirinya betapa girang hatinya, alis tebalnya berjengkit, sahutnya .

"Tepat sekali ucapan Pangcu "

Hiat hong pangcu berkata lagi .

"silahkan sin-kun pegang tampuk pimpinan dalam gelanggang, anak buahku biar berjaga diluar lingkaran, asal ada orang berani terjun ke air, setelah berhasil para gembong iblis dari istana beracun dan Mo khek biar dihadapi anak buahku, sin kun dan aku melindungi orang yang naik kedarat itu, bukankah cara itu sangat aman, kalau tidak bakal memperoleh pusaka terbenam itu, buat apa kita membuat onar dan penghabisan tenaga, kan sia sia belaka."

Berseri girang wajah Ci hu-sin-kun, ujarnya.

"Akal yang cukup cerdik"

Matanya lantas melirik ke arah Ham-kang-it-ho, tiba-tiba entah dengan gerakan apa tubuhnya berkelebat cepat sekali melayang laksana bayangan setan melejit tiba disamping Ham- kang it-ho Pek su-in, telapak tangannya segede kipas terus mencengkeram telak sekali pundak orang telah digenggamnya.

Tindakan Ci-hu-sin kun ini dilakukan secara tiba-tiba, sebelum Ham-kang-it-ho Pek su-in sempat berteriak tahu-tahu pundaknya sudah kesakitan, sepuasnya ia berusaha meronta tapi sia sia, maka dengan pandangan sayu ia berkata.

"sin-kun Kau..."

Suara Ci- hu-sin- kun keras lantang.

"Tocu tak perlu ragu Lohu melindungi kau terjun ke air."

Sesaat Ham kang.it-ho menjadi terlongo, sahutnya tersekat "Tapi.... kalau mendarat..."

"

Kalau Lohu sudah berani menanggung kau terjun ke air, tentu melindungimu naik ke darat"

Hiat-hong pangcu juga menghampiri, katanja dengan tekanan berat.

"Pek-tocu, silakan berlega hati kau terjun ke air, urusan naik ke daratan biar sin-kun dan aku yang mengurusnya .

"

Disebelah sana Cukong istana beracun dan Tu-bing-khek-cu mendadak tertawa tawa dingin tak bersuara. Ham- kang it-ho Pek su in ragu-ragu, ujarnya mendelong. "Setelah aku mendarat, tentu kehabisan tenaga, saat mana...."

Ci hu-sin kun menjadi tak sabaran, katanya.

"Masa kau tidak percaya pada Lohu..."

Lalu ia melangkah lebar ke pinggir Rawa, mulutnya tetap mengoceh.

"Lohu membuka jalan"

Sebelah tangannya dikembangkan ke-depan, sedang tangan yang lain melindungi dada, setiap saat siap lancarkan serangan hebat.

Para anak buah istana beracun dan Mo khek yang menjaga dipinggir rawa serentak merubung maju ke arah sini, meski mereka takut dan gentar, betapa juga perintah harus dilaksanakan.

untung sebelum mereka bertindak Cukong istana beracun Ibun Hoat sudah menjebirkan bibir memdengus memberi isyarat sembari menggoyangkan kedua tangannya.

Gu bing khek-cu Li Pek- yang berkilat matanya, setelah tangannya diangkat tinggi menyetop aksi bawahannya.

Dua pentolan iblis ini bersama memberi tanda kepada anak buahnya supaya menyingkir kesamping membiarkan ci hu-sinkun mengapit Ham kang it-ho diikuti Hiat-hong-pangcu beranjak ke pinggir rawa.

Begitu tiba dipinggir air, mereka bertiga dengan natiap memandang air yang berputar cepat seperti kitiran menimbulkan pusaran angin dingin yang menembus tulang, seketika mereka bergidik.

"Pek-tocu"

Suara Ci-hu-sin-kun berat dan serius. Air muka Ham-kang-it-ho Pek su-in membeku, pelan-pelan ia jongkok mengulur tangan menyentuh air, lantas cepat-cepat ditariknya kembali, air mukanya kontan berubah hebat,desisnya.

"Dingin Dingin Dingin sekali"

Tanya Hiat-hong pangcu.

"Bagaimana kalau dibanding Ham- kang kalian"

Ham-kang-it ho Pek su-in menggelengkan kepalanya sembari melelerkan lidah, katanya.

"

Kecepatan putaran air inijauh lebih keras, suhu dinginnya jauh lebih membekukan tulang..."

"Bagaimana?"

Tanya Ci-hu sin kun.

"Mungkin aku yang rendah juga tidak akan kuat bertahan dinginnya, tak kuasa mengendalikan diri dari pusaran air yang kuat itu "

Hiat hong pangcu menjengek dingin.

"Pek tocu di seluruh Bulim pada jaman ini ilmu renang dibawah air kecuali kau seorang tiada keduanya lagi, kenapa kau begitu merendah diri"

Waktu itu, beratus pasang mata seluruhnya terpancar tajam menatap kearah Ham-kang it-ho. Ci hu sin kunjuga tertawa kering ujarnya.

"Betul Pek-tocu silakan"

Tangannya diulur menyilakan, naga-naganya kalau dirinya tidak mau menurut bakal didesaknya terjun ke air.

Ham kong it ho berpaling ke belakang dilihatnya Ci huji lo sudah menutup jalan mundurnya, di paling belakang adalah dua belas anak buah Hiat hongpang yang mengelilingi, terang dirinya sudah terkepung begitu rapat untuk mundurpun tak mungkin Dan di kedua sampingnya masing-masing berdiri Ci hu sin kun dan Hiat hong pang-cu, jarak mereke tidak lebih hanya dua kaki, Keadaan dirinya boleh dikata seumpama naik ke punggung harimau kalau turun takut dicaplok tidak tiada tempat untuk pegangan kecuali terjun kedalam air tiada jalan lain dapat ditempuhnya.

Darah menjadi bergolak dan jantung berdebar keras, kerongkongan terasa kering dan suara menjadi sember, terpaksa akhirnya ia menyahut.

"Baiklah biar kucoba "

Lalu ia menjahitkan lengan bajunya melepas kan jubah biru panjang, maka terlihatlah pakaian dalamnya yang ketat warna biru berminyak, itulah pakaian peranti berenang dalam air, dari dalam kantongnya dikeluarkan pelan sebuah topi yang terbuat dari kulit ikan berbentuk seperti kepala kera terus dikenakan diatas kepalanya, panjang topi ini sampai ringkas menutupi leher, setelah diikat dengan kencang hanya terlihatlah sepasang matanya.

setelah semuanya dipersiapkan Ham- kang- it-ho tidak lantas turun ke air, mulutnya tiba-tiba mengeluarkan gerungan panjang, seperti lenguh kerbau kelaparan kakinya ditekuk terus duduk bersila, menghimpun semangat menenangkan pikiran, mulai semadi.

Tak lama kemudian kelihatan diatas kepalanya mengepulkan uap putih yang panas, uap itu bergulung dan tersendut-sendut diatas kepalanya sebesar mang kok seperti kabut tebal yang mengepul keluar dari bara api yang menganga.

Tak lama kemudian uap putih ini semakin melebar dan membesar seperti baskom membumbung ke atas kita- kira lima kaki tingginya, seluruh hadirin menahan napas, seluruh perhatian mereka tertuju kearah Ham-kang-it-ho yang tengah semadi itu, setupun tiada yang bersuara.

ci-hu sin-kun tahu bahwa orang tengah menghimpun hawa murni memusatkan suhu badannya ke dalam pusarnya, Lwekangnya-pun tak ketinggalan dikerahkan untuk melindungi badan untuk menahan suhu dingin air rawa yang membekukan itu.

Maka iapun tak bersuara supaya tidak mengganggu.

Di tempat sembunyinya diam-diam Giok- liong membatin.

'Naga-naganya Ham-kang-it-ho memang benar benar hendak terjun ke dalam air, aku harus hati-hati dan waspada, aku harus sigap bertindak sesaat waktu orang muncul dari air merebut pusaka itu, kalau terlambat begitu sampai terjatuh ke tangan Ci-hu sin kun, urusan selanjutnya tentu sukar diatasi.' Karena pertimbangan ini, diam-diam Giok lioogpun menghimpun semangat dan memusatkan seluruh perhatiannya, sekejappun matanya tidak berkedip.

sebentar lagi, sekonyong-konyong dengan gaya Peng-receng hun badan Ham- kang it-ho Pek Su-in mencelat mumbul keatas, sepasang biji matinya bersinar tajam mengawasi permukaan air rawa yang masih berputar kencang itu, mulutnya mendesis.

"Hmm saudara-saudara nantikan dengan sabar, biar aku yang rendah turun ke air sebentar."

Tanpa menunggu penyahutan orang banyak, dengan gayajiang-liong-jip-hay (ular naga menukik kelaut).

"Blang "

Kepalanya meluncur dan selulup dulu kedalam air, laksana anak panah seperti ikan besar terus selulup ke dalam rawa.

Kepandaian renang Ham-king-it-bo memang bukan olaholah pintarnya, waktu tubuhnya meluncur amblas ke dalam air sedikitpun air tidak muncrat, airpun tidak bergelombang hanya terlihatlah riak gelombang yang melebar menjadi bundaran besar dan terus menghilang.

seluruh hadirin menjadi melongo, mata mereka terbelalak mengawasi permukaan air.

Agak lama kemudian baru mereka berseru memuji bertepuk tangan tanpa berjanji, suara nya keras dan gegap gempita.

Ci hu-sin kun juga berseri tawa dengan senang dan bangga, katanya kepada Hiat-hong pangcu.

"Pangcu, harap perintahkan kepada anak buahmu, boleh silakan mereka istirahat sebentar."

Hiat hong-pangcu membalas dengan tertawa riang, katanya pelan-pelan.

"Tidak perlu, anak buahku sudah gemblengan semua tak perlu istirahat "

Kata-katanya ini mengandung arti yang tajam, tak lain untuk menyindir kepada anak buah dan kamrat-kamrat istana beracun serta Mo khek.

Cukong istana beracun dan Gu bing-khekscu tengah berdampingan dan berbisik-bisik, entah apa yang tengah mereka rundingkan.

sekonyong-konyong permukaan air bergolak lagi, seluruh hadirin menjadi gempar semua meluruk semakin dekat ke pinggir rawa.

Terlihat tubuh Ham- kang it ho Pek su-in tiba-tiba melesat keluar setinggi dua tombak dengan luncuran miring menuju ke pinggir rawa, tapi mungkin karena kehabisan tenaga sehingga luncuran tubuhnya di tengah jalan menjadi lamban dan merandek terus meluncur hampir kecemplung ke air lagi.

Giok-liong tersentak kaget, baru saja ia hendak menerobos keluar dari tempat sembunyinya tapi sekilas itu dilihatnya kedua tangan Ham- kang it-ho kosong melompong tak membawa apa-apa, Lwekangnya juga sudah susut sebagian besar, besar dugaannya bahwa iapun tak berhasil, karena tak kuat bertahan dari dinginnya suhu beku air rawa maka lantas meronta keluar.

Maka urung ia melesat keluar tetap sembunyi lagi menonton dari tempat sembunyi.

Cihu-sin kun yang berdiri dipinggir rawa berjarak paling dekat, sigap sekali tubuhnya melejit tinggi dengan gaya Liu-in jut-siu tangannya diulur terus meraih tubuh Ham kang it-ho terus jumpalitan kembali ke daratan.

Keadaan yang kalut dan geger dari para hadirin dan merubung maju itu kini menjadi tenang kembali setelah melihat keadaan ganjil dari tubuh Ham kang- it-ho, tahu mereka bahwa Pek su-in belum berhasil mengambil buku catatan rahasia itu, maka seketika suara ribut sirap semua menonton lagi dengan penuh kesabaran.

Keadaan Hamkang-it ho lemas lunglai dipanggul oleh Ci husin- kun terus direbahkan diatas tanah, kelihatan sepasang mata-nya yang berkilat tajam tadi kini sudah guram dan kuyu, pelan-pelan dengan susah payah ia angkat sebelah tangannya, seluruh tubuhnya gemetar.

Hiat-hong-pangcu memburu maju ikut memayang tubuh orang, katanya.

"Pek tocu, bagaimana keadaan didalam rawa tadi"

Pucat dan membiru muka Ham kang- it-ho saking kedinginan giginya berkerutuk tak mampu mengeluarkan suara.

Cepat-cepat Ci-hu sin kun mengulur tangan kanannya memegang tangan kiri Pek su-in, telapak tangan mereka berhadapan, katanya.

"Pangcu, papah dia berduduk.

biar aku mengerahkan hawa murni membantunya menghilangkan rasa dinginnya."

Lalu ia kerahkan lwekangnya disalurkan melalui telapak tangannya. Kira-kira setengah jam kemudian, wajah pucat seperti kertas Ham kang-it ho Pek su in mulai bersemu merah, masih dengan rasa keder dan kedinginan ia berkata.

"Dingin Dingin aku sudah berbuat sekuat tenaga"

Seluruh hadirin bungkam, keadaan sunyi senyap. semua memasang mata mendengarkan. Kata Ham- kang- it-ho Pek su-iu tersendat.

"Disini air rawa ini boleh dikata merupakan nomor satu diseluruh jagat ini, merupakan pengalaman pertama seumur hidup aku orang she Pek."

Ci-hu-sin-kun lepaskan tangan, katanya.

"Apakah kau sudah melihat pusaka yang terendam di mata air itu?"

Ham kang it ho Pek su in manggut-manggut, katanya rada keras- "Aku orang she Pek sudah mengerahkan seluruh kemampuan menyelam sampai ke dasar air, aku menggigit gigi menahan dingin, kira kira seratus tombak dalamnya, aku keterjeng sebuah gelombang pusaran air yang dingin dan besar sekali daya sedotnya menyelubungi sebuah tongkat batu bundar sebesar meja, begitu cepat dan keras daya putarannya.

Betapa besar daya kekuatan yang terpendam dalam gelombang pusaran air ini sehingga aku tak kuasa mendekat, rasa dingin sih boleh dikesampingkan"

"Tongkat batu bundar" "Ya di ujung tongkat batu bundar samar-samar terlihat sebuah kotak mas persegi panjang satu kaki, sinar mas kelihatan berkilau menyolok mata."

"Kenapa kotak mas itu tidak hanyut keterjang air bah, apa..."

"Sin kun, maka dinamakan mata air sebab itu merupakan aliran gelap di dasar bumi, waktu air berputar ditengahnya kosong tak berair dan tak berhawa, bukan saja kotak mas itu hakekatnya tidak kena air malah tergantung disana, masa bisa hanyut."

Ci hu sin kun menjadi mengurut kening, ujarnya.

"Kembali alam memang sulit diatasi oleh manusia, keajaiban ini benar-benar menakjupkan dan sukar dimengerti."

Hiat-hong pangcu menimbrung.

"Pek-tocu kenapa kau tidak mengambil kotak mas itu?"

Para hadirin menjadi geger lagi, ada yang ikut berteriak bertanya.

"Yah, kenapa tidak kau ambil?"

Ham kang- it-ho su-in tertawa hambar, katanya kepada Hiat-hong-pangcu.

"pangcu, kau terlalu gampang menilai pekerjaan..."

Berkedip mata Hiat-hong-pangcu tanyanya.

"Kenapa?"

"

Kenapa"

Ham- kang it-ho Pek su in menjadi uring-uringan mukanya mengunjuk rasa tak senang ujarnya.

"Rasa dingin di dasar rawa laksana badan dicocoki ribuan jarum, kekuatan putaran air sedemikian dahsyatnya lagi, betapa besar daya sedotnya sungguh sukar dilukiskan, seumpama kau Pa ngcu Lwekangmu tinggi menjagoi seluruh dunia tiada tandingan, mungkin juga hanya mandah melihat tak dapat mencapainya."

Merah muka Hiat- hong-pa ngcu, katanya tergagap.

"Ini... aku... aku tidak bisa berenang, mana bisa... dibandingkan kau."

Kata Ham- kang- it-ho Pek su in lebih keras.

"Bukan soal bisa renang atau tidak, soalnya karena putaran air yang dahsyat itu cukup bisa membuat orang mati karena badannya diputar jungkit balikkan."

Ci-hu-sin-kun tersenyum getir, ujarnya .

"Kalau begitu, kotak mas itu..."

Sampai disini sepasang matanya mengawasi wajah Hamkang it-ho Pek su-in. Ham- kang- it-ho Pelc su-in menggelengkan kepala, katanya.

"Aku dapat mengukur diriku sendiri takkan mungkin dapat menerobos ke dalam pusaran dahsyat didasar mata air itu. aku terima kalah"

Hiat- hong-pa ngcu melenggong, ujarnya.

"Tapi entah cara bagaimana orang yang meletakkan kotak mas itu dapat menerobos masuk kedala m pusaran mata air itu"

Ci hu-sin-kun juga berkata.

"Benar, apakah beliau seorang dewata?"

Giok-liong juga berpikir .

"Benar, ayahkujuga berdiri dari darah daging, malah tak bisa renang lagi, mungkin..."

Tenaga Ham kang it-ho sekarang sudah pulih sebagian besar, suaranya terdengar lebih lantang .

"

Orang itu tentu dibekali sinkang murni dari aliran cincong ( lurus) yang kuat bertahan dari serangan air dan api, bukan saja latihannya sudah sempurna, kepandaiannya tentu juga sangat lihay, gampang saja dia menerobos masuk kedalam pusaran serta meletakkan kotak mas itu di-sana, mungkin pekerjaan yang bagi orang lain ini dianggap sukar dan mustahil baginya hanya seperti membalikkan tangan gampangnya."

Gembong gembong iblis yang ikut hadir menjadi bergidik dan melelerkan lidah mendengar cerita yang sulit dipercaya ini.

Demikianjuga Cihu-sin- kun yang selamanya mengagulkan kepandaiannya saat inijuga tersumbat mulutnya tak berani banyak komentar lagi.

sebab walaupun semua hadirin dari gembong iblis ini meski kepandaian dan Lwe-kang mereka ada yang tinggi dan sempurna, namun tiada seorangpun yang pernah mempelajari sinkang dari aliran lurus itu, boleh dikata mereka seluruhnya dari perguruan sesat dan liar, maka tiada seorangpun yang berani banyak bertingkah lagi.

Tergerak hati Giok-Liong, batinnya.

"

Kalau orang membekal Lwekang dari aliran lurus kuat bertahan terjun kedasar rawa Jilo merupakan pelajaran dari Ji bun yang lurus juga, entah apakah kuat bertahan dari serangan dingin dan pusaran air dahsyat itu?"

Karena pikirannya ini hatinya lantas tertarik dan timbullah niatnya, pikirnya.

"Naga-naganya terpaksa aku harus terjun sendiri keair, demi pesan peninggalan ayah bundaku, meskipun harus menemui ajal juga berharga pengorbananku."

Setelah dipikirkan hatinya menjadi mantup, sembari membetulkan pakaiannya ia siap hendak terjun kedalam air.

sekonyong-konyong dipinggir sebelah sana terjadi keributan lagi, kiranya pada saat yang gawat ini Pekshay su lo telah muncul bersama, begitu datang Kiong-thian-sin Lu say lantas berdiri diatas onggokan tanah yang tinggi serta serunya lantang.

"Para sahabat Bulim sekalian, Pak hay-su-lo bersama menyampaikan selamat bertemu kepada kalian."

Setelah berkata sepasang matanya berkilat menatap ke sekelilingnya. Muka ci-hu-sin-kun cemberut, mulutnya menyeringai dingin. King thian-si Lu say berseru lagi.

"Ketahuilah, bahwa pusaka dalam dasar rawa ini ada pemiliknya, benda yang tersimpan disana itu bukan buku catatan rahasia silat, pokoknya tiada bermanfaat bagi kalian, maka janganlah kalian timbul rasa tamak hendak merebutnya, silakan lekas pergi, tinggalkan tempat ini supaya tidak menimbulkan banyak pertikaian diantara sesama kawan Bulim."

Suaranya keras lantang laksana guntur, setiap kata sangatjelas, terang ia kerahkan Lwekangnya untuk berkata, tujuannya memang hendak memamerkan tenaga dalamnya yang hebat sehingga alam sekelilingnya mendengung, suaranya bergema diatas pegunungan.

Sudan tentu kata kata Lu say ini menimbulkan berbagai reaksi, disana sini menjadi ribut, namun tiada seorangpun yang berani tampil kedepan memberi jawaban.

Tak lama kemudian King-thian-sin Lo say berseru lagi lebih keras.

"Kalian sudah dengar belum ?"

Cukong istana beracun ibun Hoat terkekeh, ujarnya.

"Dengar sih sudah dengar, tapi kata-katamu tentang pusaka itu sudah ada pemiliknya, itu apa maksudnya, apakah benda di dasar rawa itu adalah orang pihak Ping-goan di Pakhay sana yang meletakkan disana?"

Giok- liong bersorak dalam hati, tergerak benaknya, betul dan tepat sekali pertanyaan ini. Tak duga King-tian-sin Lu Say menjadi tak senang, ujarnya.

"Ibun Hoat, apa pedulimu tentang ini."

Tu-bing-khekscu Li Pek- yang sebera menimbrung.

"Ping-goan dilaut utara bisa turut campur urusan di Tionggoan sini, kenapa pihak Tionggoan kita tidak boleh mengurus urusan kita sendiri"

Li Hian menjadi murka bentaknya sambil mengacungkan kedua kepalannya.

"Li Pek yang, perhitungan antara kita dulu masih belum diselesaikan tutup mututmu, lekas cawat ekormu dan kabur pulang ke sarang iblismu, kalau tidak hm"

Gu bing-khekscu Li Pek- yang menyeringai sahutnya.

"Kau ini pesakitanku yang ku kurung selama puluhan tahun berani bertingkah disini, kalau Lohu tidak berbelas kasihan, mungkin..."

"Kau kentut apa."

Sebat sekali sosok tubuh Li Hian berkelebat tahu-tahu ia menerjang tiba dihadapan Gu-bing-khekscu, jarak mereka tidak lebih hanya lima kaki.

Cukong istana beracun Ibun Hoat seorang bandot tua yang licik penuh akal muslihatnya, mana sudi pihaknya cakarcakaran lebih dulu dengan pihak Ping-goan di laut utara yang dipelopori oleh Pak hay-su-lo bukankah melemahkan pihak sendiri juga menguntungkan bagi Ci hu-sin- kun dan Hiathong- pang.

Maka cepat-cepat ia tampil ke depan sembari melirik ke arah Gu bing-khek cu Li Pek- yang memberi isyarat, katanya.

"Nanti dulu Hari ini kita datang karena pusaka dalam dasar rawa itu, pertikaian pribadi yang lain lebih baik dikesampingkan dulu."

Lalu ia memutar tubuh menjura kepada King thian-sin serunya.

"

Urusan terjun kedalam rawa adalah menjadi tanggung jawab Ci husin kun kita beramai hanya sebagai penonton belaka, harap kalian suka berunding dengan siu-kun seorang cikal bakal yang di agungkan."

Kata-kata terakhir bernada menyindir, tujuannya adalah hendak memutar tujuan pokok menimpahkan kesulitan kepada orang lain, dalam hal ini adalah aliran Ci-hu dan Hiat- hongpang lah yang di maksud.

Betul juga segera King thian-sin Lu say turun dari gugusan tanah tinggi pelan-pelan beranjak ke pinggir rawa, katanya sembari soja kepada Ci-hu-sin kun.

"Ci-hu-bun sudah menggetarkan BuIim selama puluhan tahun, apakah sin- kun sudi menanamkan diri dalam pertikaian malam ini?"

Serius wajah Ci-hu-sin-kun, katanya.

"pusaka dunia persilatan yang sudah turun temurun merupakan tradisi bagi kaum persilatan untuk memperebutkannya, aliran Ci-hu-bun tidak akan ketinggalan dalam kebiasaan umum ini, dapat atau tidak memperolehnya nanti merupakan persoalan kedua, adalah keadilan dan kebenaran kaum persilatanlah yang harus ditegakkan dan dilindungi."

Ucapannya ini tiada juntrungannya yang menentu bukan mendebat tapi juga tidak mengakui. Malah setelah berkata Cihu- sin-kun lantas membalik tubuh menghadap Ham- kang- itho Pek su in katanya.

"Pek-tocu, silakan kau menyibukkan diri sekali lagi."

Ham-kang-it ho Pek su in mengunjuk rasa keberatan sesaat mulutnya terkancing. Dari samping Hiat- hong pangcu ikut membujuk.

"Pek-tocu sesudah sampai pada tahap sekarang lantas mengundurkan diri, bukankah sia sia belaka energi yang telah kita buang, sayang sekali,"

Akhirnya Ham- kang it-ho terbujuk juga, katanya mendehem sembari menghela napas.

"Menurut kebenarannya bukan hanya membekal Lwekang dari aliran lurus saja yang mampu terjun ke dalam air yang disayangkan..."

"Bagaimana?"

Tanya Ci hu-sin kun cepat-cepat.

"sayang sekali aku bukan jaka tingting, sebetulnya dengan kepandaian renang aku orang she Pek dan ketahanan dalam kebekuan dingin itu sekuatnya masih bisa mencapai tujuan, sayang aku tidak membekal TOng-cu kang (latihan lwekang seseorang yang belum pernah kawini, hawa murniku kurang kuat, mungkin aku akan mengecewakan belaka."

Mendengar penjelasan ini ci hu-sin-kun dan Hiat hong pangcu lantas mengunjuk seri tawa girang sebab harapan mereka menjadi bertambah tebal akan kemampuan Hamkang- it-ho terjun kedua kalinya ini.

Desak ci-hu sin-kun Kiong Ki.

"Kalau begitu, silahkan Pek-tocu mencoba sekali lagi, kalau benar benar tidak mampu, aku orang she Kiong tidak berani memaksa supaya Pek-tocu tidak menderita."

Sudah menjadikan kodrat alam bahwa watak manusia itu selalu lobha dan moha, kadang-kadang manusia menjadi korban akan ketamakan sifatnya sendiri tanpa disadari, sedari dulu kala entah sudah berapa banyak manusia yang hancur dan konyol karena rakusnya ini.

Demikianlah keadaan Ham- kang it ho Pek su-in, hatinya tergerak dan kecantol akan bujuk manis ini, sambil manggutmanggut ia menyahut.

"Baiklah aku orang she Pek secara suka rela mendharna baktikan tenaganya lagi."

Lalu ia bersila dan mulai semadi menghimpun tenaga dan semangat, hawa murni di pusatkan di pusar terus menimbulkan tenaga dalam yang mulai gairah.

Melihat dengan beberapa kata saja Ci-hu-sinkun tanpa menghiraukan dirinya.

King-thian-sin menjadi dongkol, apalagi orang tinggal bicara saja dengan Ham kang- it-ho, tanpa perdulikan mereka, keruan gemes dan jengkel hatinya, dengusnya.

"Siapa yang tidak tahu diri, silakan cicipi pukulan geledek kita bersama."

Lalu tanpa pandang kepada orang lain ia berkata kepada tiga saudaranya .

"Para adikku, berjaga masing-masing satu jurusan, begitu ada orang berani terjun ke air pukul saja dengan tenaga pukulan jarak jauh."

"Kami paham."

Sahut tiga saudara muda yang lain. serempak mereka bergerak bersamaan masing-masing menduduki satu kedudukan yang menguntungkan, nyata Pak
 hay-su-lo sudah bertekad merintangi siaoa saja yang berani terjun ke air, dilihat dari sikap mereka nyata takkan segansegan mereka turun tangan sesuai dengan ancaman tadi.

Dengan kedipan mata Ci-hu-sin-kun memberi isyarat kepada Hiat- hong-pa ng-cu, Hiat- hong-pangcu manggutmanggut, paham akan maksudnya, pelan pelan ia angkat sebelah tangannya memberi aba-aba kepada anak buahnya yang berpencar di empat penjuru.

Di lain pihak atas kepala Ham- kang- it-ho sudah mengepulkan segulung uap putih yang semakin melebar dan meninggi, Para gembong-gembong iblis yang mengelilingi rawa naga beracun seiring dengan situasi yang meruncing gawat ini hati masing-masing semakin tebang.

Sekonyong-konyong diketahui oleh Giok liong di sela- cela semak gunung yang gelap di sebelah sana kelihatan rumput dan daun-daun pohon bergerak pelan dan lirih sekali, kalau tidak didengarkan dan diawasi secara cermat hampir tidak diketahui.

Bukan saja kejelian mata dan kuping Giok liong jauh melebihi orang lain, apalagi dari tempat gelap melihat ke tempat yang nyata, tempat sembunyinya diatas memandang kebawah lagi maka ia dapat melihat sangat jelas, diam diam ia membatin tentu ada seseorang yang menggeremet sembunyi disana.

Mendadak terdengar ci hu sin kun berteriak keras.

"Pakhay su lo, bagaimana juga biarlah Pek-tocu mencobanya sekali lagi"

King thian-sin Ln say menyahut lantang dan tegas.

"Tidak bofeh."

"yang terakhir saja."

"Betapapun tidak bisa"

Hiat hong pangcu tampil ke depan serta timbrungnya .

"Kalau kalian sendiri tidak mampu terjun ke air mengambil pusaka itu, kenapa merintangi orang lain, tindakan kalian bukankah keterlaluan dan tidak punya aturan."

Ka liong gi Hong menyeringai tawa, ujarnya .

"Dari mana kau tahu kita tidak mampu selulup ke air ?"

Jawaban Gi Hong ini kontan membuat seluruh hadirin terkejut.

Tergetar jantung ci hu sin kun, seketika berubah air mukanya.

sebab salah seorang Pak-hay-su-lo yang berjuluk Ka- liong Gi Hong justru melupakan seorang ahli bermain dalam air sesuai dengan nama julukannya, Ka- liong (ular naga) Lwekang dan latihan kepandaiannya nampaknya tidak dibawah kemampuan Ham- kang- it-ho Pet su-in.

Apalagi su lo berempat sama-sama jaka ting-ting belum pernah kawin, maka latihan Lwekang mereka adalah TOng-cu kang, syarat paling tepat untuk menyelam ke dasar rawa tanpa kwatir kedinginan atau tak kuat bertahan diri pusaran air besar itu.

Kepandaian mereka yang lihay dan tinggi ini sudah puluhan tahun kenamaan di seluruh dunia persilatan sebagai empat tokoh lihay seperti saudara sekandung sendiri.

Kalau menurut tutur kata Ham- kang- it-ho Pek su-in tadi.

justru Ka liong Gi Hong adalah calon yaag paling tepat untuk terjun ke air rawa mengambil kotak mas di mata air itu, seumpama segampang mereka mengambil sesuatu barang dari dalam kantongnya saja.

Kalau Pak hay-sulo sekarang tidak mau bekerja terang karena kwatir begitu Ka- liong Gi Hong berhasil dan keluar dari rawa bukan saja Lwekang dan tenaganya sudah terkuras habis takkan kuat lagi menahan serangan dari luar, terutama gembong-gembong silat lihay seperti Ci-hu sin kun dan lain
 lain, paling tidak satu diantara saudaranya itu harus melindungi dirinya.

Paling banyak dua diantara Pak hay-su-lo mereka yang dapat berkelahi menandingi kerubutan sekian banyak musuh, dengan sendiri kekuatan mereka menjadi jauh lebih lemah, menang atau kalah menjadi sukar diramaikan.

Kalau sekarang mereka merintangi siapa saja yaag hendak terjun ke air, dengan gabungan kekuatan mereka berempat terang kemenangan bakal dipihak mereka.

Berpikir sampai disini, melihat situasi yang semakin gawat ini, hati Ci-hu sin- kun menjadi semakin gelisah.

Kebetulan saat itu Ham-kang-it-ho Pek Su-in sudah melompat bangun dari duduk semadinya, matanya tajam mengawasi Ci-hu sin-kun tanpa berkata-kata, naga-naganya ia gentar menghadapi ancaman Pak-hay-su lo yang serius tadi.

ci-hu sin kun menjadi nekad, katanya sembari menepuk pundak Ham-kang-it-ho Pek su in .

"Pet-tocu silakan terjun "

"Coba siapa yang berani "

Gerung King-thian sin Lu say sembari mendelik, Ham kang- it-ho Pek su in maju mundur tak berani segera ambil keputusan. Ci hu-sin- kun murka, bentaknya.

"segala biar Lohu yang tanggung jawab,"

Tiba-tiba sekuatnya ia dorong tubuh Ham-kang-it-ho Pek su in dari belakang.

Tanpa kuasa tubuh Ham-kang it-ho Pek su ii lantas mencelat tinggi terus meluncur ketengah rawa.

Kalau dikata lambat kenyataan adalah sangat cepat, berbareng dengan mencelatnya tubuh Pek Su in serentak meluncurlah empat gelombang angincukulan yang miris sehingga hawa sekeliling terasa bergolak mem-buntak menggeledek.

Terdengar Pakhaysulo memaki bersama sembari melangkah setindak- "Berani mati"

"

Gempur"

"Blang"

"Pyaar"

Suara serangan mendebarkan hati, air muncrat kemana-mana, disusul bayangan orang bergerak-gerak.

"Aduh"

Teriakan panjang tersendat ditengah udara, sosok bayangan yang mencelat ketengah udara itu terpental tinggi disongsong empat jalur pukulan angin dahsyat itu.

Percikan darah muncrat keempat penjuru seperti hujan darah menyapu keseluruh gelanggang seketika hidung semua orang terangsang bau amis memuakkan.

Nyata tubuh Ham kang itho Pek Su in sudah tergetar hancur lebur dan menjadi ber-gedel terpukul oleh pukulan gabungan Pak-hay-su-lo yang hebat itu, kaki tangan dan tubuh serta kepalanya terbelah dan semua jatuh ke dalam air dan sebentar saja lenyap tak berbekas tertelan pusaran air yang deras itu.

Dalam pada itu, dengan menggertak gigi Cihu sin kun lancarkan sebuah hantaman memukul mundur King thian sin Lu Say.

Tanpa ketinggalan secara diam-diam Hiat hong pangcu juga mendorong kedua telapak tangannya dari belakang menggabiok punggung Ka liong Gi Hong.

Mimpijuga Ka liong Gi Hong tidak menduga apalagi kedua tangan tengah memukul kedepan, merintangi Kiam kang it-ho, seketika badannya terhuyung kedepan hampir terjerembab, tanpa ampun darah segar menyembur deras dari mulutnya terus menyemprot kedalam rawa, sungguh luka dalamnya bukan olah-olah beratnya.

Tepat pada saat itulah, bayangan hitam dalam selokan gelap dipinggir rawa seberang sana mulai bergerak semakin cepat.

"Plung."

Suara percikan air yang hampir tak terdengar, tahu-tahu seorang lak-laki pertengahan umur yang telanjang bagian atas tubuhnya sudah meluncur terjun kedalam pusaran air yang keras itu sedikitpun tidak memercikkan air atau mengeluarkan suara, laksana seekor ikan besar yang menggelengkan kepala mengalutkan ekor langsung selulup tenggelam dan dilain kejap telah menghilang di dasar air.

situasi di daratan sedang geger dan bertempur kacau balau, perhatian seluruh hadirin tertuju pada pertempuran kalut ini sehingga tiada satu orangpun yang melihat kejadian ini.

Adalah Giok-liong yang mengumpet di- rimbun dedaunan diatas pohon diam-diam tertawa tawar, bathinnya.

Kepandaian Te ou-sin-kun Ang TO bok biasa saja, namun otaknya cerdik dan banyak muslihatnya, dia ingin mengail ikan di air keruh pada saat yang genting dan kacau ini, dengan menuntun Ahliong- ong menyuruhnya terjun kedalam rawa, perhitungan waktu yang digunakan sungguh sangat tepat sekali.

Tepat pada dugaan Giok liong, tak jauh dimana tempat Ah liong ong meluncurkan tubuhnya terjun dalam air, di tempat yang gelap dan terlindung itu terlihat sepasang mata berkilat kebiru-biruan tengah berputar mengawasi permukaan air yang bergolak itu.

Hakikatnya dia mana tahu, seperti apa yang dikatakan "ceng coreng hendak menerkam tonggeret tak tahunya burung gereja sudah mengintip di belakangnya"

Tanpa pedulikan apapun juga secara diam-diam Giok liong gunakan kesempatan yang baik ini meluncur turun kearah tempat sembunyinya Ang TO bok, lalu pelan-pelan selangkah demi selangkah menghampirinya.

ilmu Ginkangnya sudah mencapai puncak tertinggi jauh melebihi kemampuan Ang Tobok sendiri seumpama malaikat dewata saja tahu-tahu ia sudah berada di belakang orang.

Apalagi situasi yang kacau balau diseberang sebelah sana karena pertempuran yang seru dan gemuruh itu Tampak Pakhay- su lo terkecung ditengah gelanggang.

sementara Ci hu sin kun bersama Ci hu ji lo bergabung dengan ratusan anak buah Hiat hong pang dengan sengit tengah melancarkan serangan yang serabutan, diantara mereka banyak yang bersenjata golok dan tombak serta senjata tajam lainnya, begitu gencar serangan mereka sehingga untuk waktu dekat Pak hay su-lo kena terdesak dibawah angin.

untung pihak istana beracun dan Gu-bing yang berkeliling dilapisan paling luar selalu membokong dan menyerang begitu ada kesempatan.

Mau tak mau pihak Hiat- hong-pa ng dan cihu- bun menjadi was-was karena harus berjaga dan menghadapi musuh dari dua jurusan.

Kalau tidak satu diantara Pak-hay su-lo sudah terluka parah, pastilah mereka bakal konyol dan hancur karena dikeroyok begitu banyak musuh.

Masih banyak lagi gembong-gembong iblis dari berbagai aliran lain yang-mandah menonton dan berpeluk tangan saja tanpa mau campur, seumpama menonton pertarungan dua harimau yang sama kuat.

Tapi ada juga yang sebelum ini sudah ada rasa dendam permusuhan lantas ikut menerjunkan diri ke pihak Hiat-hong pang atau Ci-hu bun, ada pula yang membantu pihak istana beracun dan sarang Hantu.

Yang sama dalam pertempuran kacau balau ini yaitu bahwa kedua belah pihak sama tidak Pertempuran sepenuh hati dan sepenuh tenaga.

sebab semua orang insyaf bahwa pertempuran ini melulu hanyalah sponsor pembunuhan besarbesaran yang bakal terjadi mendatang ini pertempuran adu jiwa yang benar- benar adalah saat perebutan buku catatan rahasia yang terpendam di dasar rawa itu nanti.

Maka pihak istana beracun tidak mau lancarkan ilmu Lan cu tok-yam yang ganas itu.

demikin juga pihak Ci-hu-bun tidak melancarkan Ci-hu-cin-kangnya.

Namun demikian pertempuran kalut ini sudah cukup menggemparkan, inilah merupakan pertempuran besarbesaran antara gembong-gembong iblis sendiri, pertempuran berdarah yang belum pernah terjadi selama ini.

Darah tergenang, bau amis merangsang hidung di sana sini terdengar dengan umpat caci dan bentakan saling susul diiringi jeritan yang menyayatkan hati sebelum ajal.

Dalam pada itu Giok- liong sudah menggeremet tiba di belakang Te-ou sin kun Ang To bok tidak lebih hanya tiga kaki saja jauh-nya, sekali ulur tangan saja cukup meranggehnya, namun sedikitpun Te ou-sin kun Ang To bok tidak insyaf atas ancaman elmaut ini, sepasang matanya berkilat mendelong mengawasi rawa tanpa berkedip.

seluruh perhatiannya dipusatkan kepermukaan air, tangannya memeluk segulung benang panjang yang terbuat dari urat kerbau, ujung benang yang dipeluknya itu terjulur masuk kedalam rawa.

Diam-diam Giok- liong merasa gemes dan geli pula, tahu dia atau muslihat Te-ou sin kun Ang To-bok ini.

Pasti dengan mulutnya yang manis ia menipu Ah-liong-ong yang tumpul otak dan tidak tahu seluk beluk hidup manusia di dunia ramai yang serba licik dan jahat dengan ujung benang halus dari urat kerbau itu ia mengikat tubuh Ah-liong-ong, sedang ujung yang lain dipegang ditangannya, dengan cara ini ia tidak usah kwatir Ah-liong-ong bakal terbang ke atas langit, Memang tipunya ini tepat sekali untuk menjaga supaya Ah- liong ong tidak melarikan diri setelah berhasil mengambil pusaka didasar rawa itu.

Terpikir sampai disini muak dan benci sekali perasaan ,Giok- liong terhadap pribadi Ang Tok-bok yang licik ini, timbul nafsu membunuh dalam kaIbunya, pelan-pelan ia tepuk pundak orang serta panggilnya perlahan dan tertekan .

"Ang To bok "

"ou "

Te-ou-sin kun Ang To-bok berangkat kaget, namun suaranya sirap seketika sebelum terlontar keluar dari mulutnya, karena dua jari tangan ,Giok- liong sudah menutuk tiba sembari menutuk .

"Kau sendiri yang cari mampus "

Sungguh kasihan Te ou-sin-kun Ang To-bok yang bersusah payah mengatur tipu muslihat mempermainkan Ah-liong-ong, sebelum ajal suaranyapun tak terdengar sama sekali, kedua tangannya masih erat-erat memeluk gulungan benang halus itu.

sekali tutuk Giok liong menutukjalan darah mematikan dipunggung Te ou-sin kun Ang Tok bok, lalu menyingkirkan jenazah-nya kesamping lalu ia sendiri menggeremet lebih maju sembunyi ditempat gelap.

dimana ia lebih terang memandang kearah rawa, benang gulungan itu kini berada di tempatnya.

Kini ganti Giok- liong sendiri yang mencurahkan perhatiannya kearah permukaan air, dasar kepandaiannya tinggi, betapapun bisa diketahuinya bahwa di belakangnya lapat-lapat terdengar suara desiran halus, nyata itulah seseorang tengah merangkak dan menggapai-gapai maju kearah dirinya.

Pendengaran kuping Giok liong sangat tajam, boleh dikata sudah mencapai kesempurnaan sesuai dengan bekal ilmu silatnya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar