Seruling Samber Nyawa Jilid 22

Jilid 22

Namun bukan saja mereka tidak mau berhenti, malah masing-masing sudah lancarkan serangan lebih gencar, semakin lama pertempuran semakin seru dan semangat.

Kepandaian kedua belah pihak sudah cukup tinggi termasuk tokoh kelas satu, gerak mereka serba gesit dan cekatan lagi kini, ketemu tandingan yang sembabat, keruan mereka semakin bersemangat untuk menjajal dan mengukur kepandaian sendiri dengan kemampuan lawan.

Hanya Giok-liong sendiri yang dibuat gelisah seperti semut dalam kuali panas, Kalau mau dengan tingkat kepandaiannya gampang saja ia terjun kedalam gelangang untuk melerai perkelahian edan-edanan ini.

Tapi saat ini tak mungkin ia berbuat begitu, pula ia tidak berani, Sebab siapa tahu kalau tidak kebetulan merugikan salah satu pihak, tentu bakal menimbulkan akibat yang susah dibayangkan.

Tan Soat-kiau pernah menolong jiwanya perkenalan ditengah jalan saja, namun dia berulang kali sudah ikut menanggulangi dari kejaran dan keroyokan Hiat hong-pang dan Kim-i pang.

Apalagi sekarang dia sudah di-pungut menjadi anak angkat dari Kim-ling-cu Li cianpve salah satu dari Bu limsu- bi, betapapun ia tidak berani berbuat salah terhadap Soat kiau.

Pertama bersua dengan Li Hong dengan tekun dan prihatin ia melindungi dirinya.

pernah juga menolong jiwanya.

Terang kedatangannya ini adalah mendapat perintah untuk mengambil seruling sakti ini, tak mungkin ia harus mengabaikan perintah ayahnya dan tidak memperdulikan keganasan kaum istana beracun, kenyataan toh ia mengembalikan seruling saktinya, bagaimana juga aku tidak enak menyakiti hatinya.

Pikir punya pikir otaknya semakin terasa butek, semakin kacau balau.

Kalau terang tak mungkin bisa mencegah pertempuran ini untuk apa pula tinggal ditempat ini lamalama, lebih baik tinggal pergi saja seumpama nanti bisa dibedakan siapa lebih unggul dan asor, dirinya juga bakal serba susah lagi.

Karena pikirannya ini Giok-liong lantas putar tubuh tinggal pergi.

Tapi puluhan langkah kemudian mendadak ia menghentikan kakinya lagi, batinnya.

"perkara ini terjadi karena aku, mana mungkin aku tinggal pergi begitu saja tanpa mengurusnya "

Tatkala itu pertempuran berjalan sangat cepat, serang menyerang menggunakan cara kilat, sinar pedang masingmasing menyambar dan membabat atau menikam dengan berbagai gaya yang mematikan, bergulung-gulung ke timur lalu berloncatan kearah barat di lapangan rumput hijau ini, terus saling kejar dan paling hantam.

Memandang dahan dahan pohon dan rumput yang hangus terbakar ditempat itu, mendadak Giok-liong teringat sesuatu.

Bagaimana mungkin hidung dan mulutnya bisa menyemburkan api? samar-samar pengalaman dirinya mulai terbayang dikelopak matanya.

Mendadak ia mengeluh dalam hati.

"Celaka, sebelum lari Ci-hun sin-kun ada berteriak tentang "Le-hwe..."

Sekarang teringat jelas dalam otaknya sebelum lari pergi memang ia mendengar ci-hu sin-kun berteriak ketakutan.

"Bu-ceng le-hwe, Le hwe - - -"

Karena pikirannya inijantungnya menjadi berdebar keras, hatinya menjadi tegang. Terkiang kata kata Cukong Istana beracun Ibun Hoat waktu bertda diatas Im-hong gay .

"setelah terkena Le-hwe bu-ceng-hot kang.... paling banyak masih mempunyai sisa hidup tujuh hari.. ."

Tujuh hari adalah waktu yang begitu pendek- betapa mungkin dirinya lari ko Linglam minta Hui-ting chio kepada Pekschio ang.

apakah mungkln pula mengejar waktu menuju ke laut utara minta Ciat-ham-im.

omongan Ibun Hoat itu naga-naganya memang dapat dipercaya kalau tidak kenapa tanpa sebab dirinya bisa menyemburkan asap dan api.

Mengapa Ci hu-sin- kun sekaligus bisa lantas menyebutkan sumber penyakitnya ini.

Ibun Hoat dan Kiong Ki merupakan tokoh kenamaan yang lihay dari aliran hitam yang sesat dengan tingkat kedudukan mereka tak mungkin sembarangan mengudal mulut bicara bohong atau membual, tak mungkin pula mengada-ngada.

Agaknya memang usia Ma Giok- liong tinggal tujuh hari saja.

"Hidup tua, sakit, mati serta sengsara atau menderita sudah menjadi kodrat alam, bagi seluruh umat manusia takkan luput dari kelima unsur kesukaran ini. Bagaimana mungkin Giok-liong bisa luput dari ketentuan kodrat alam ini ?"

Terpikir olehnya telah tujuh lari kemudian dirinya bakal terbakar hangus dan mampus, tak keruan paran rasa hatinya ini, lesu dan putus asa lagi, semangat gagah dan keperwiraannya sudah hilang dihembus angin lalu.

Tanpa merasa ia menghela napas pula.

gumannya.

"Ai, hidup manusia kiranya juga demikian ini, saja "

Tanpa hiraukan mati hidup pertempuran Li Hong dan soat kiau dengan menunduk kepala langkahnya bergoyang gontai meninggalkan lapangan rumput raja setan itu.

Putus asa benar-benar sudah mencekam seluruh sanubarinya.

Tapi kejadian di dunia ini kadang kadang tak segampang seperti yang di duga oleh manusia umumnya semakin ia berpikir semakin berat rasanya, seperti apa yang dikatakan.

"kalau digunting tidak putus dalamnya masih akan menjadi kacau balau,"

Begitulah karena tidak kuasa mengambil keputusan sendiri hatinya semakin gundah diliputi berbagai bayangan dan kekuatiran. Akhirnya ia ambil keputusan juga, dengan mengepal tangannya ia berseru lantang.

"yang lain boleh aku tidak peduli, seruling sakti ini merupakan senjata yang ampuh mandra guna, betapapun pantang terjatuh ditangan orang jahat. Kalau tidak tentu bakal menimbulkan banyak dosa dan menyesalpun sudah terlambat."

"Tapi - - - "

Pemberian guru inijuga juga harus kukembalikan kepada suhu, tapi di mana aku harus mencari beliau, jejak suhu yang suka kelana mengembara kemanamana itu sulit dijajaki seperti orang linglung mulut kumat kamu langkah sempoyongan.

Akhirnya terpikirjuga cara jalan keluarnya.

"Terpaksa aku harus siang siang pergi ke Gak yang lalu, Kim ling-cu ada mengundang pertemuan pada hari Goan-siau disana, seumpama tidak bisa jumpa dengan suhu, siapa tahu bisa bertemu dengan satu dua orang tokoh-tokoh kenamaan dari aliran lurus atau salah seorang Cianpwe yang punya hubungan erat dengan perguruannya. Baiklah aku tunggu saja disana meninggalkan pesan dan menitipkan pada mereka. Apalagi jangka tujuh hari ini paling cepat cuma kebetulan saja tepat pada waktunya mencapai kota Gak yang."

Setelah mendapat ketetapan hati, hati kecil Giok liong menjadi lapang dan terhibur.

Waktu ia berpaling Kebelakang tak terasa ia sudah jauh meninggalkan Kui-ong-ping, bayangan merah kuning masih kelihatan bertempur dengan sengitnya.

Menghirup napas panjang Giok-liong mengeluh.

"Ai, bertempur dan berkelahi hanya untuk mencari kemenangan dan mengejar nama kosong, akhirnya takkan luput tertimpa kematianjuga, untuk apakah manusia ini hidup "

Pelan-pelan ia salurkan tenaga dari pusarnya dimana tangan berkembang pesat sekali ia kembangkan Ling-hun-toh, laksana seekor garuda tubuhnya mencelat tinggi beberapa tombak setelah mengambil arah tujuan yang tepat sekencang angin ia berlari kedepan tanpa menoleh lagi.

sekejap saja Kui-ong-ping sudah ketinggalan jauh ratusan tombak, sekonyong-konyong terdengar jerit pekik suara perempuan yang ketakutan dari lamping gunung sebelah kiri sana, begitu keras lengking jeritan itu sampai menembus langit menggetarkan alam pegunungan menyayatkan hati.

Tergetar hati Giok liong, badannya giris dan merinding, luncuran tubuhnya menjadi kendor dan mulai pelan pelan berlari.

Tapi terkilas dalam otaknya.

"jiwaku tinggal tujuh hari, orang hampir mati seperti aku buat apa ikut mengurusi segala tetek bengek yang tiada sangkut pautnya dengan diriku "

Segera ia kerahkan tenaganya lagi, tubuhnya lantas mumbul tinggi tiga tombak-luncuran tubuhnya semakin pesat ke depan. Tak diduga jeritan yang menyayatkan hati tadi terulang kembali, malah jaraknya semakin dekat. "Aaaa ...

"

Terlihat dikeremangan lamping gunung sebelah kiri sana melambung tinggi sesosok bayangan merah jambon diiringi teriakan panjangnya, dari suaranya ini jelas sekali bahwa ia seorang perempuan.

Agaknya kepandaian perempuan itu tidak ungkulan atau mungkin sudah terluka dalam, gaya luncuran tubuhnya agak limbung daa seperti meronta dan berlari sipat kuping sekuat tenaga.

Kira kira puluhan tombak, di belakang bayangan merah ini sebuah bayangan putih laksana salju bergerak lincah dan gesit mengejar dengan kencang, dilihat naga naganya sebentar saja bayangan merah di depan itu kena dicandaksambil berlari sipat kuping perempuan baju merah itu berkaok, dan melolong menjerit-jerit, sebaliknya bayangan putih di belakangnya itu tergelak tawa menyeringai seram.

Kalau dalam keadaan biasanya tentu tanpa banyak pikir lagi Giok-liong mengunjukkan diri mengulur tangan menolong si perempuan dari kelaliman.

Tapi saat itu sifat gagahnya sudah amblas terbawa keputus asaan akan bayangan kematian yang mencekam sanubarinya.

Apalagi ia tergesa-gesa memburu waktu untuk pergi ke Gak- yang hendak menyerahkan kembali benda pusaka perguruannya.

Maka walaupun hatinya tergetar dan tak tega akhirnya ia geleng kepala serta menghela napas panjangkakinya tetap meluncur cepat kedepan menempuh perjalanan.

Tak duga kini bayangan merah ternyata membelok dan memapak kearah yang berlawanan dengan arah tujuan Giok liong, jarak yang rada jauh itu sekejap saja menjadi lebih dekat.

"Haya"

Tak tertahan lagi tiba-tiba Giok-liong berteriak kejut, saat itu baru dilihat tegas olehnya bahwa perempuan yang lari pontang- panting itu bukan lain adalah Hiat-ing Kong-cu Ling soat-Yan.

Dilain pihak agaknya Putri bayangan darah Ling soat-yan juga sudah melihat Giok liong, saking girang ia berterik keras minta tolong sambil terus berlari dengan kencang.

"M a Giok liong Engkoh Liong"

Meskipun beribu kali tidak sudi turut campur urusan orang lain juga tidak mungkin lagi bagi Giok liong.

Karena itu tubuhnya yang meluncur berderap kedepan mendadak melembung tinggi menerjang ke depan seperti luncuran anak panah dengan gaya Hong-hong-i-hwi (burung hong terbang) terus menubruk kedepan, tangkas sekali kedua tangannya menyanggah kedua pundak Hiat-ing Kong-cu Ling soat yan, mulutnya bertan gugup "Nona Ling kenapa kau?"

Air muka putri bayangan darah Ling soat yan pucat pasi, rambutnya awut-awuran, napasnya ngos ngosan, begitu melihat Giok-liong seperti melihat handai taulan terdekat.

segera menubruk kedalam pelukan Giok- liong terus meluncur turun bersama, setelah berdiri dengan tergegap dan tersengal ia berkata susah payah "Binatang itu- - -dia memukul mati Chiu-ki, berani berbuat kurang ajar pula terhadapku, dia- - -"

Seketika berkobar hawa amarah Giok-liong, menepuknepuk pundak orang ia berkata gusar.

"sampah dunia persilatan biar aku memberi hajaran kepadanya."

"Apakah kau mampu?"

Seiring dengan ejak dingin tanpa perasaan ini muncullah seorang pemuda berpakaian serba putih berdiri setombak lebih.

Pelan pelan Giok- liong melepaskan Ling Soat-Yan, waktu ia angkat kepala hendak mengumbar kemarahannya tak duga seketika ia berdiri melongo terkejut bukan kepalang tanpa merasa kakinya tersurut mundur dua langkah setelah menyedot hawa dingin mulutnya tak kuasa berseru kejut dan heran.

Di lain pihak pemuda baju putih itu juga terkejut waktu melihat wajah Giok-liong berbareng mulutnya juga menjerit kaget.

Giok liong menjublek ditempatnya, hatinya membatin.

"Dikolong langit ini masa ada kejadian begini bebetulan, bagaimana mungkin wajahnya persis benar dengan aku?"

Sementara itu pemuda baju putih itujuga tengah berpikir.

"Apa kau melihat setan di siang hari bolong Kenapa ia serupa benar dengan aku seumpama saudara kembar"

Sebab kedua orang yang berhadapan ini bentak tubuhnya serta muka dan segala ciri cirinya persis benar seperti pinang dibelah dua- Hanya hawa perwatakan ditengah alis merekalah satu satunya ciri khas yang dapat membedakan sifat mereka.

Kecuali hawa perwatakan ditengah alis pemuda baju putih kurang bersih dan guram malah kentara juga sifat bangor dan nakalnya, selain itu tiada perbedaan lain yang lebih menyolok, apalagi kalau tidak ditegasi juga sulit dapat melihat pertanda perbedaan yang khas ini begitulah setelah berselang agak lama masing-masing mematung berdiri berhadapan.

Terdengar Giok liong berkata lantang.

"siapakah tuan ini ? Kenapa dialam pegunungan liar ini menganiaya dan mengejar ngejar seorang perempuan jelita ? Apa kau tidak takut merusak nama baikmu serta nama harum perguruanmu?"

Karena rupa pemuda itu persis benar dengan Giok-liong maka kata-kata yang diucapkan ini rada sungkan dan tuanya bersifat menegor saja. setelah tercengang sebentar pemuda baja putih terlorohloroh menengadah.

"Kau tanya aku ? seharusnya aku yang tanya padamu ?"

"Aku yang rendah Ma Giok- liong ..."

"Ma Giok liong Hahahaha"

"Kenapa tuan tertawa ?"

"Dicari merusakan sepatu besi tak keketemu, sekarang ketemu disini tanpa susah payah Ha sungguh kebetulan sekali "

"Tuan kenal Ma Giok liong ?"

"Tidak, hitung-hitung pernah dengar akan namamu. itu "nada perkataan pemuda baju putih ini rada menghina dan mengandung sindiran lagi tanpa mengenal sopan, Giok-liong berlaku sabar, sahutnya tertawa tawar.

"o, begitu ?"

"Tak heran gadis genit macam keluarga Ling ini begitu melihat aku lantas nanjang pendek dia memanggil aku dengan sebutan Engkoh Liong apa segala dengan mesra dan penuh kasih sayang. Ternyata kalian mempunyai hubungan begitu erat dan rapat, Ma Giok- liong sungguh bahagia hidupmu ini."

Giok-liong menjadi mengerut kening, katanya keras.

"Tuan bicaralah kenal sopan santun dan tata kehormatan "

"Hahahaha Hormat dan sopan santun Apa yang dinamakan sopan santun, jangan kau pura-pura, berlaku sebagai sosiawan, mulutmu mengundal kata bajik dan berbuat susila apa segala hakikatnya kau sendiri menjual tampang memikat kaum perempuan, apakah kau dapat mengelabui mata jeli dari tuan mudamu ini?" "Tutup bacotmu "

Giok liong menjadi berang, suaranya terdengar lantang penuh kemarahan.

"siapa nama tuan ini, dari aliran atau perguruan mana, sebutkan dengan jelas, perlu kiranya aku yang rendah menyelesaikan urusan ini secara adil "

"Kau tanya padaku?"

"ya, tanya kau "

"Kalau kau tanya aku, kau harus ganti dulu nama busukmu itu "

"Haha Hm, hm Asal kau dapat menyebutkan alasannya, aku Ma Giok- liong sedang setegang apa saja boleh kulakukan "

"Baik- berdirilah kuat dan tegak Aku orang she Ma sejak kecil makan nasi sampai besar, bukan bangsa kurcaci yang gampang di gertak silakan katakan"

"Tuan mudamu inijuga she Ma"

"Betapa besar dunia ini, entah berapa banyak orang yang mempunyai she Ma, tak perlu di buat heran "

"Tuan mudamu ini bernama Ma Giok-hou"

"Ma----Giok- - -Hou "

Seketika Giok-liong berdiri kesirna, hatinya sambil menjublek ditempatnya.

"Ma Giok-hou? Masih teringat olehnya bahwa ibunya pernah berkata bahwa dia masih punya seorang adik laki-laki, bukankah ia bernama Ma Giok-hou?"

Karena ingatannya tergetar hatinya, cepat ia berseru.

"Giok-hou Kau adalah. -adikku "

"Cis Kentutmu busuk "

Ternyata kata pengakuan Giok-liong ini membuat pemuda baju putih itu menjadi murka, setelah berludah ia berkata menghina .

"Ma Giok-liong Kau sedang mimpi Tuan mudamu ini adalah adikmu? Kecuali kau lahir pada jelmaan yang akan datang"

Wajah Giok-liong menjadi panas, terasa bahwa tadi ia telah salah omong terpaksa tertawa getir, ujarnya.

"Kalau begitu, ya sudah, harap maaf akan kesalahan omonganku."

Lalu ia angkat tangan menjura dalam. Dengan sikap gelak dan besar-besaran pemuda baju putih mendengus jengeknya.

"Hm, tidak tahu diri"

Rasa curiga Giok liong masih belum hilang, katanya sambil tertawa.

"Tuan tamatan aliran kenamaan apakah boleh memberi tahu dari perguruan mana?"

"Boleh, tentu boleh. Kau sangka tuan mudamu ini tidak punya akar tak punya aliran "

"Sudah tentu begitu tentu.. ."

"Tuan mudamu hidup dibesarkan dilaut utara, menetap dalam Hwi thiat-hay"

"o Hwi thian hay Ma Hun dari laut utara, Ma-loeng-hiong entah ada hubungan apa dengan tuan?"

"Beliau adalah ayahku "

"Maaf kekurangan hormat tadi "

"Panggilan akan tuan muda pada diriku tidak berlebihan bukan" "Tidak sudah tepat benar, keluarga persilatan murid pendekar "

Pemuda baju putih semakin congkak dan takabur dieluelukan, mendadak wajahnya membersut kaku, katanya rendah.

"Kudengar katanya kau mengandal ketenaran nama Toji Pang Giok serta keampuhan seruling sambar nyawamu itu malang melintang dan menjagoi dunia Bulim? Ternyata namamu begitu tenar bagaikan suara guntur di siang hari bolong didalam daerah Tionggoan ?"

Terang-terangan ini adalah tiada angkatan tua memberi teguran dan nasehat kepada angkatan muda, sikapnya sungguh sangat sombong sekali.

Tapi Giok- liong bersikap sabar tanpa ambil marah sedikitpun meskipun rasa hatinya mendelu dan dongkol, namun lahirnya tetap wajar saja, katanya.

"Terima kasih, itu hanya para kawan Kangouw yang terlalu mengelukan, serta anugerah para bulim Cian-pwe"

Tak duga Ma Giok-hou ambil tidak pusing akan penjelasannya ini, air mukanya semakin membeku dingin, tanyanya balik - "Apakah kau tahu apa tujuan tuan mudamu menuju ke Tionggoan sini ?"

"Dari mana aku yang rendah bisa tahu"

"Ketahuilah Khusus aku hendak mencari kau "

"Karena aku?"

"ya"

"Ada petunjuk apakah ?" "Aku bernama Ma Giok-hou, maka kau tidak boleh lagi menggunakan nama Ma Giok-liong "

"Uh Kenapa pula ?"

"Aku bernama "Hou" (macan) sedang kau menggunakan "Liong" (naga) terang sudah tidak mencocoki satu sama lain, apalagi sama-sama menggunakan pula huruf "

Giok" (kumala) bukankah lebih tidak serasi "

"Tidak serasijuga tidak menjadi soal kurasa "

"Tidak orang lain bisa anggap kita adalah saudara sekandung "

"Ini... Hihihi"

Giok-liong menjadi geli sendiri, pikirnya.

"Hwi-thian khek Ma Hun dari Pak-hay sangat tersohor dan berwibawa tata kehidupan keluarganya tentu sangat keras, bagaimana mungkin bisa punya seorang putra yang bangor dan congkak demikian ini omongannya terlalu takabur, sungguh Jenaka dan menggelikan sekali. Terdengar Ma Giokhou menggerung gusar, semprotnya .

"Apa yang kau tertawakan ?"

"Menurut hemat aku yang rendah, nama seseorang merupakan perwakilan yang tercantum belaka, tentang nama tidak terlalu penting, adalah sepak terjang atau tingkah laku seseorang menjadikan garis utama sebagai hidup manusia layaknya, inilah yang terpenting, bagaimana menurut pendapat tuan?"

Nada perkataan Giok- liong ini sudah mengandung sifat kurang senang. Tak tahunya, sikap Ma Giok-hou acuh tak acuh, cemoohnya.

"Sesuatu yang kau anggap tidak penting sebaliknya kupandang sangat penting " "Oh Lalu bagaimana menurut pendapat tuan ?"

"segera kau ganti nama "

"Kau minta aku ganti nama, lalu ganti she dan nama apa ?"

"Terserah mana suka"

"Kenapa begitu ?"

"Sukar dapat dibedakan secara jelas antara. mata ikan dan mutiara "

"siapakah mata ikan, lalu siapa pula yang menjadi mutiara ?"

"

Untuk itu kau tidak perlu urus, pendek kata selanjutnya kau tidak boleh menggunakan nama Ma Giok-Liong "

Giok liong kurang senang, baru saja ia hendak mengumbar wataknya, akan tetapi lantas teringat olehnya bahwa tidak lama lagi jiwa sendiri bakal melayang, termasuk hari ini tidak lebih tinggal tujuh hari saja, buat apa berbuat menurut isi hati melulu.

Apalagi Hwi-tHan khek Mi Hun dari Pak-hay merupakan tokoh kosen yang berwatak sangat aneh, namanya seumpama geledek disiang hari bolong sifatnya lurus dan suka beramal lagi, bagaimana juga ia tidak rela mengikat permusuhan dengan tokoh kenamaan ini.

Maka sedapat mungkin ia menekan gejolak amarah dalam dadanya mandah menggeleng saja ia berkata.

"untuk soal ini kuharap tuan suka maafkan, gauti nama dan she bukan merupakan urusan sepele, seumpama aku sendiri sudah ganti nama, orang lain juga tetap menyebut namaku yang lama, bukankah sia-sia belaka "

Tak sangka Ma Giok hou masih mengukuhi tuntutannya, dengan berbagai alasan yang tidak masuk diakal. Akhirnya Giok- Hou mengerut alis dan berkata serampangan tak mengenal aturan.

"Hoo, seharusnya sejak semula kau menggunakan namamu sekarang "

Saking dongkol gusar dan geli Giok-liong terloroh-loroh.

"Hahahaha Hehehe Hihi"

"Kau masih berani tertawa "

"Harap tanya tuan tahun ini berusia berapa ?"

"Tuan mudamu sudab cukup berusia delapan belas "

"Nah, kan tidak bisa salahkan aku "

"Apa harus salahkan aku?"

"Aku tidak berani salahkan kau, karena aku lebih tua dua cahun dari kau, tentang nama itu terang aku diberi oleh ibunda dan ayahku lebih dulu "

"

Kau pintar memutar bacot dan ingin menang sendiri "

Sekarang Ma Giok hou malah menuduh Giok-liong semena mena menggunakan akal bulusnya, segera ia pasang kudakuda dan bergaya siap untuk bertempur.

Kemarahan Giok-liong sudah memuncak pada titik paling tinggi, dengan mendengus dingin ia tidak hiraukan lagi pada bocah sombong kurang ajar itu.

Pelan pelan ia memutar tubuh berkata pada Ling soat yan yang tengah duduk bersila semedi.

"Nona Ling, mari kita pergi"

Angin berkesiur, tahu-tahu Ma Giok-hou sudah menghadang didepan mereka, bentaknya mendelik.

"Mau pergi, Mau tidak kau ganti nama ?"

"Sulit aku yang rendah menurut perintahmu, kalau mau ganti, silahkan kau sendiri yang ganti" "Apa kau berani menyuruh tuan mudamu ini ganti nama ?"

"Lalu mengandal apa kau suruh aku ganti nama ?"

"Mengandal wibawa Hwi-thian khek Ma Hun dan kepandaian tunggal Hwi-thian-ling-cu"

"Kau terlalu menghina orang, seumpama seorang limpung aku Ma Giok- liong juga punya parasaan, kau ada simpanan kepandaian tunggal apa, nanti pada suatu ketika biar aku belajar kenal di laut utara sana"

Habis berkata Giok-liong melangkah mendekat ke arah Ling soat-Yan sembari katanya.

"Mari kita pergi"

Saat itu kebetulan Ling soat-Yan selesai dengan semadinya, pelan-pelan merangkak bangun dengan pandangan gusar ia deliki Ma Giok-hou lalu berkata kepada Giok-Liong.

"Kenapa kau hari ini seperti.. ."

Giok-liong tertawa getir, ujarnya.

"Sudahlah Nona Ling "

"Dia membunuh chiu Ki"

"orang yang sudah mati takkan hidup kembali. Nona Ling permusuhan gampang diikat sulit diselesaikan."

Walaupun dengan kata-kata manis Giok-Liong berusaha membujuk Ling Soat-Yan, tapi Ma Giok-hou yang masih mentang-mentang gusar itu tak mau peduli, jurus Ban huasam- ong dimainkan kedua kepelan tangannya beruntun bergerak tiga jurus terus menghadang di depan jalan, bentaknya gusar.

"Kalau kau hari ini tidak ganti nama, jangan harap kau dapat lolos dari sepasang kepelan tuan mudamu ini"

Belum sempat Giok-liong mengumbar kemarahannnja, Ling Soat-Yan sudah tak kuat lagi, katanya kepada Giok liong.

"Kau takut Ma Hun dari Pak-hay, aku orang she Ling tidak takut Awas serangan."

Agaknya ia menyerang dengan penuh kegusaran dan pelampiasan dendam, maka kedua telapak tangannya berubah warna merah darah, sekali turun tangan ia lancarkan Hiat-ing ciang. Ma Giok hou bergelak tawa dengan congkaknya, serunya.

"Apakah ajaran tadi masih belum cukup ?"

Kelihatan iapun menggerakkan kedua kepelan tangannya.

seiring dengan gerak jalan kepalannya mendadak terdengar suara mendesis dari sambaran tenaga pukulannya yang dingin membekukan, sungguh hebat mengejutkan perbawa sekejap saja tiga tombak sekeliling-tubuhnya diliputi hawa dingin membeku seumpama dimusim dingin yang banyak turun hujan salju, begitu dingin hawa ini sampai menembus tulang membuat orang merinding kedinginan.

Terkejut Giok-liong dibuatnya melihat kehebatan pukulan lawan, tercetus teriakan dari mulutnya gugup.

"Awas nona Ling, jangan, kau sambut dengan kekerasan"

Ling Soat-Yan sendiri juga maklum bahwa Hwi thian ciang yang dilancarkan Ma Giok-hou ini didalam gerak tipunya dilandasi dengan ilmu Ciat tok ham-kang, ilmu tunggal dari aliran Pak-hay yang paling diandalkan, perbawanya bukan kepalang hebatnya, tadi dirinya pun sudah merasakan kehebatannya.

Maka tidak menanti peringatan Giok-liong ia sudah bergerak, dengan jurus Thian-li-san hoa (bidadari menyebar bunga), gesit sekali tiba tiba ia melayang mundur 3 tombak jauhnya, lapat lapat terlihat dalam sorot pandangannya hatinya sudah gentar dan kapok, wajahnya pucat.

Ma Giok hou sangat puas dan senang, katanya bergelak tawa.

"Bagaimana? Belum lagi kena kenapa lantas lari?"

Sambil berkata kata ejek ini laksana tebaran bulu angsa tubuhnya yang memutih melayang mengejar dengan enteng sekali- Dimana ia gerakkan tipu Hian-hong it-sek (sejurus angin lesus) mendadak kedua pundaknya bergoyang tahu tahu ia sudah melejit tiba disamping Lign Soat-Yan tangan kanan menyurung kepada telapak tangannya persis mengarah tulang punggungnya, terus menepuk ringan.

Kalau tepukan telapak tangannya ini kena dengan telak, tentu tamat riwayatnya Ling soat yan.

"Tahan"

Tanpa berayal segera Giok liong membentak, dimana mega pulih berkelompok menerpa tiba, belum lagi tubuhnya meluncur tiba angin pukulannya sudah bergerak dengan dilandasi kobaran api deras yang mencorong mega putih terus menindih ke telapak tangan Ma Giok hou yang terulur keluar itu.

"Ei.. OU"

"biang""

Kedua gulung angin dahsyat saling bentur ditengah udara tepat dibelakang punggung Ling soat yan. Tiga bayangan orang kontan terpental ketiga jurusan sampai setombak lebih- Terdengar Ma Giok-hou menjengek dingin.

"Kim-pit jan hun, kiranya hanya sebegitu saja."

Bahwasanya ia tidak tahu bahwa Giok-liong hanya mengerahkan tiga bagian tenaganya saja, tujuh bagian yang lain untuk melindungi badan.

sudah tentu pukulan Ma Giok-hou tadi juga atau belum dilancarkan menggunakan seluruh kekuatannya., setelah menyambuti pukulan Giok liong terasa hanya sebegitu saja, tiada tanda-tanda yang hebat dan mengesankan.

Maka sikapnya semakin takabur, nyalinya semakin besar.

Mendengar kata-kata orang yang menghina itu, hampir meledak dada Giok-liong.

Tak tahan lagi ia maju tertindas seraya berkata lantang.

"Aku sudah berkali-kali mengalah. jangan kau mendesak orang begitu keterlaluan Harus kau ketahui.. ."

Jangan cerewet"

Tugas Ma Giok-hou dengan muka membesi dingin.

"keluarkan kepandaian khususmu. Tuan mudamu tahu kau melulu mengandal kesaktian seruling samber nyawa yang ampuh itu"

Keruan semakin menyala kemarahan Giok-liong, desisnya rendah.

"Menghadapi kau tidak perlu kugunakan senjataku itu"

"Bocah keparat Lihat pukulanku ini"

Dalam tanya jawab itu mereka sudah saling serang satu jurus- Mulailah pertempuran besar-besaran yang sengit dan ramai- Kedua pihak samasama mengenakan pakaian serba putih, dan diselubungi kabut putih lagi keadaan gelanggang pertempuran menjadi semakin seru.

Diam-diam Giok liong membatin "Meskipun sifatnya congkak dan sombong, namun kenyataan Iwekangnya tidak rendah "

Dilain pihak Ma Giok hou sendiri juga tengah membatin "Memang tidak omong kosong ketenaran namanya itu, kepandaian dan kekuatan Iwekangnya bukan olah-olah hebatnya"

Batu kerikil dan debu beterbangan pohon bertumbangan keterjang angin pukulan dahsyat- Dua jagoan muda saling memberondong dengan serangan gencar dan mematikan, sama-sama tidak mau unjuk kelemahan dan mengalah.

semula Giok-liong sedanya saja menghadapi serangan musuh sangkanya betapa juga manusia sombong macam begini kekuatan Iwekangnya tentu ada batasnya siapa tahu begitu saling gebrak lantas ia rasakan permainan Giok-hou begitu aneh dan perubahannya sulit dijajaki, apalagi setiap sambaran pukulannya dilandasi angin dingin yang menyampok keras.

Hwi thian-cay dari Pak-hay memang bukan nama kosong.

Tidak dapat tidak Giok liong harus menaruh perhatian khusus untuk meneliti dan memecahkan jurus jurus permainan lawan.

Lima puluh jurus kemudian timbul suatu perasaan aneh yang belum pernah timbul dalam sanubari Giok-liong selama ini.

Terasa oleh Giok-liong, musuh muda yang dihadapinya ini merupakan tokoh muda yang paling kosen selama ia berkelana di kangouw.

Memang banyak yang berkepandaian setingkat dengan Giok-hou, namun dengan usianya yang masih muda belia ini jarang ditemui.

Terpikir dalam otaknya.

"Aku sudah terserang penyakit Le-hwe-bu-ceng yang tak mungkin dapat diobati lagi, jiwaku tinggal hidup tujuh hari lagi, untuk apa aku berebut kemenangan, orang macam Ma Giok-hou ini setelah bertambahnya usia dengan pengalaman hidup yang lebih berat tentu sifat dan watak kotornya itu bakal berubah pula, dia merupakan tunas muda dan bibit harapan kaum Bulim, kalau aku sampai membuatnya cidera sayang sekali. Karena pertimbangannya ini tanpa disadari gerak geriknya menjadi kendor. Tapi tiada terpikir oleh Ma Giok-hou bahwa Ma Giok-liong mempunyai pikiran aneh yang cenderung kepada harapan masa depan dirinya, yang terang setelah lima puluh jurus kemudian terasa olehnya tekanan permainan Giok- Liong kelamaan menjadi kendor dan lemah tak bertenaga, jurus permainannya juga tidak segesit semula, tenaganya lebih payah lagi, keruan Giok-hou bersorak dalam hati. sebaliknya tanpa mengenal kasihan Giok-hou melancarkan serangannya lebih gencar, kedua kepelan tangannya itu laksana ribuan kupu-kupu beterbangan mendesak dan mengancam setiap saat, sehingga Giok-liong kerepotan mundur dan mundur terus membela diri tanpa mampu balas menyerang. Putri bayangan darah Ling soat yan menjadi gelisah melihat Giok liong semakin payah dan terdesak dibawah angin, tak tertahan lagi akhirnya ia berteriak.

"Giok-liong Engkoh Ling Kenapakah kau "

Mendengar teriakan ini Ma Giok-hou masih lebih memberondong serangannya ditambah tenaga berlipat ganda.

Telapak tangan bergoyang memancing mendorong ke depan, sedang telapak kiri yang membabat dari kanan ke kiri tiba-tiba berubah menjadi tutukan, dimana kedua jari tengahnya meluncur mengarah jalan darah besar dibawah tetek Giokliong, cara serangan macam ini betul-betul ganas dan jahat sekali, karena sembari menutuk mulutnya ikut membentak.

"Kena"

Tapi sedetik sebelum kedua jarinya mengenai sasarannya mendadak bentakannya menjadi seruan tertahan tersipu-sipu ia menjejakkan kakinya lantas melayang jauh setombak lebih, karena terlambat serambut saja dada sendiri juga tertembus oleh selarik sinar pedang dingin yang melesat datang dari tengah udara.

Giok-liong juga berteriak khawatir, lekas lekas berkelit mundur keluar kalangan, cepat cepat Ling soat- an memburu maju menarik lengan baju Giok-liong, mukanya pucat penuh kekwatiran.

sejenak kemudian terlihat sesosok bayangan kuning meluncur turun dari tengah udara.

Tahu-tahu Tan soat-kiau sudah berdiri teoak diantara mereka, sedikit membungkuk ia mengulur tangan mencabut pedang pendeknya yang bergoyang-goyang menancap ditanah, sepasang matanya berkilat mendelik kearah Ma Giok hou, semprotnya.

"Kenapa kau turunkan tangan kejam. Engkoh Liong sengaja memberi hati kepadamu, masa kau tidak tahu ?"

"Hahahahaha ". sebelum Ma Giok-hou bergelak tertawa geli- sekian lama ia mengamati Tan soat-kiau, baru suaranya mengalun.

"Aduh satu lagi Ma Giok liong Rejeki sungguh besar, ya Hahaha."

Tan soat kiau membolang baling pedang pendeknya, bentaknya.

"Mulut bawel, awas nonamu memotong lidah kurang ajar itu"

Saat mana Giok liong berdiri menjublek ditempatnya seperti orang linglung, luka dalam hatinya sungguh besar sehingga membuat semangatnya runtuh hakikatnya ia sudah kehilangan daya gerak kehidupan sebagaimana manusia umumnya, tenggelam semakin ambla Ini tak bisa menyalahkan dia sebab tujuh hari adalah waktu yang sangat pendek ? Lain adalah Ma Giok-hou dengan tertawa cengar cengir ia tunjuk Giok-liong berkata kepada Tan soat kiau.

"Dia adalah engkoh mu ?"

Merah muka Tan soat kiau, namun dengan berani ia menjawab.

"Benar, kau mau apa ?"

"Apa Kaujuga she Ma ?"

"cis Nonamu she Tan"

"Lho, kenapa kau panggil dia engkoh ?"

"Kau tak usah peduli hal ini "

"Kenapa kau tidak panggil 'engkoh' juga kepadaku"

"Bocah bangor Kucincang tubuhmu"

Lenyap suaranya tahutahu sinar pedangnya sudah berkuntum beterbangan laksana titik bintang terus menubruk kearah Ma Giok-hou sembilan jalan darah besar ditubuh orang ia incar dengan tepat, cepat sekali beruntun ia sudah lancarkan sembilan tusukan dan tikaman.

Kepandaian Ma Giok hou boleh dikata sudah mendapat gemblengan pribadi dari Hwt-thian-khek Ma Hun dari laut utara, dengan tingkat kepandaiannya sekarang mana begitu gampang kena disergap oleh serangan musuh.

Pura pura ia berseru kejut dan mundur ketakutan sembari berteriak menggoda.

"Aduh Celaka"

Bayanganputih melayang dan berlompatan kekanan kiri dengan ringan sekali, tanpa terasa dengan kegesitan tubuhnya itu indah sekali ia meluputkan diri dari ancaman ujung pedang lawan, malah tidak sampai disitu saja ia menggoda tiba-tiba ia melejit kekanan Tan soat-kiau begitu dekat jarak mereka boleh di kata berdiri berendeng bersentuhan pundak.

Tangkas sekali ia melulur telapak tangannya mencengkeram pelelangan tangan orang lalu digentakkan, serunya lemah lembut .

"Nona Tan jatuhkan pedangmu"

Tan soat-kiau sangat percaya akan hasil serangannya ini, tak nyana baru saja ia bekerja setengah jalan mendadak bayangan musuh menghilang, belum lagi ia mengetahui duduk perkaranya tahu tahu terasa pergelangan tangan kesakitan kena dicengkeram oleh lawan, begitu sakit sampai menembus tulang, walaupun berusaha hendak berontak namun tenaga sudah lemas.

"Trang"

Ditengah keluhannya pedangnya jatuh ke tanah, sekuatnya ia coba meronta, namun pergelangan tangannya seperti dibelenggu kacip sedikitpun tidak bergeming malah menambah sakit.

Dari kejauhan Hiat-ing Kong-cu tak kuasa memberi pertolongan, mulutnya hanya berteriak mengeluh saja.

sebetulnya semangat tempur Giok-liong sudah ludes dan loyo, namun begitu melihat Tan soat-kiau terbelenggu dalam bahaya kontan membara matanya, mega putih lantas bergerak menerpa kedepan dengan merangkap kedua jari tangan kanannya, ia menubruk maju mengitari jafan darah Gihiat dipunggung Ma Giok-hou, mulutnyapun membentak gusar.

"Lepaskan dia "

Menurut perhitungannya begitu ia lancarkan serangan mematikan ini, tentu Ma Giok hou lepaskan Tan soat-kiau untuk menyelamatkan diri dengan menyingkir jauh.

Tak nyana ternyata Ma Giok-hou malah terkekeh-kekeh, sedikitpun ia tidak bergeming dari tempat berdiri, teriaknya keras.

"Mari tutuk.

Asal kau tega lihat si cantik ini gugur bersama aku, silakan tutuk saja "

Walaupun Giok-liong berhasil mengancam jalan darah besar cio-hian di punggungnya, tapi Ma Giok-hou masih mencengkeram pergelangan tangan Tan soat-kiau, dimana merupakan jalan darah yang mematikanjuga.

oleh karena itu ia menjadi serba sulit dilepas sayang kalau itu diteruskan akibatnya juga tentu runyam, terpaksa ia membentak.

"Lekas lepaskan"

Tatkala itu Tan soat-kiau masih bandel berusaha meronta lepas sampai mukanya merah padam, napasnya sengal-sengal sementara Ling soat yan hanya membanting banting kaki saja sembari melotot tak mampu berbuat apa-apa.

Tanpa pedulikan seruan Giok-liong, Ma Giok-hou malah tertawa kering, ujarnya menantang.

"

Kalau kau punya kepandaian silahkan tutuk "

Lengan Giok-liong menjadi gemetar, giginya terkancing kencang saking gemas.

Di lihat dari perangai Ma Giok-hou yang bangor dan aseran itu, tentu ia dapat melaksanakan perkataannnya, terang dia takkan mau melemaskan Tan soatkiau yang menjadi sandera keselamatan dirinya.

Keruan Giok-liong menjadi bingung dan gugup, katanya.

"Kau mau lepaskan tidak ?"

Acuh tak acuh dengan sikap malas-malasan Ma Giok-hou menyahut.

"Tidak sulit aku lepas tangan, tapi aku kuatir kau takkan mau setuju "

"Menyetujui apa ?"

Tanya Giok liong.

"Letakkan seruling samber nyawamu ditanah dan kau sendiri harus mundur tiga tombak " "Hm, kau memeras ?"

"Bukan memeras, inilah syarat dan hitung dagang "

"Tentu, tukar menukar dengan adil Kalau tidak jangan harap aku melepas kekasihmu ini."

Mendengar percakapan ini Tan soat-kiau menjadi gelisah, teriaknya.

"Giok-liong, engkoh Liong sekali-kali jangan percaya obrolannya "

Di sebelah sana Ling soat-yau juga mendesis mengertak gigi.

"Bangsat rendah dan hina dina "

Giok-liong lemas lunglai, ujarnya menghela napas.

"Ternyata tujuanmu hanya pada seruling samber nyawa melulu "

Tan soat-kiau berteriak lagi.

"Bagaimana juga tidak boleh kau serahkan kepada kurcaci ini. Kalau seruling sakti mandra guna berada di tangannya, tentu penghidupan kaum persilatan tak aman sentosa selanjutnya "

Ma Giok-hou mengeraskan cengkeraman tangannya, katanya dongkol.

"Apa kau tidak ingin hidup lagi?"

"ou..."

Keringat sebesar kacang kedele berketes-ketes meleleh membasahi selebar mukanya, agaknya soat-kiau sangat menderita menahan kesakitan.

"Bangsat berani kau "

Bentak Ling soat yan, tapi apa gunanya membuang tenaga dan suara. "Hentikan siksaanmu "

Mendadak Giok-liong membentak keras, suaranya laksana guntur menggelegar selebar mukanya bersemu hijau mcmbesi, betapa pedih dan mendelu hatinya dapatlah dibayangkan, amarahnya sudah memuncak tak terkendali lagi.

Tapi pada lain kejap sikapnya menjadi lebih tenang, ujarnya pelan-pelan.

"Baiklah selalu kubawapun tiada gunanya lagi, lebih baik kuberikan kepadamu saja"

Soat-kiau dan Soat-Yan berseru tertahan sambil mendekap mulutnya. Ma Giok-hou menyeringai penuh kemenangan ujarnya.

"Asal kau tahu saja Lekas letakkan di tanah dan cepat mundur tiga tombak "

Sepasang mata Giok liong mengembeng air mata, matanya mendelong mengawasi ke depan, pelan-pelan ia merogoh keluar seruling sakti yang selalu diimpikan dan diincar kaum persilatan.

Cahaya cemerlang menyolok mata terpancar dari seruling sakti yang memutih halus itu.

Lekas Ling Soat-Yan memburu maju ke-samping Giok liong, kedua tangannya mengelus-ngelus seruling sakti itu, air mata membanjir keluar, tak tertahan ia menangis sesenggukan keluhnya .

"Apa betul-betul kau hendak menyerahkan seruling ini begitu saja"

Giok liong manggut-manggut tanpa bicara, pelan-pelan ia mendorong tangan Ling soat-yan, lalu dengan seksama dan penuh rasa berat ia mengamati seruling ditangannya. Lama dan lama selali, akhirnya Ma Giok hou menjadi tidak sabar lagi, serunya mendesak.

"Bagaimana ?Jadi tidak barter ini ?" "Jadi, jadi Tapi sebelum seruling ini menjadi milikmu aku ada beberapa patah kata ingin kuucapkan"

"Ada omongan apalagi, lekaslah katakan, main plintat plintut segala."

"Baik, kuharap kau dapat meresapinya "

"Katakanlah "

"Pertama, seruling sakti ini peninggalan orang kuno yang telah menjadi senjata ampuh mandraguna. Dia akan menjadi milik orang yang berjodoh dengan seruling ini. Hari ini aku kehilangan seruling ini mungkin perbuatan bajikku masih minim, maka kuharap saudara selalu ingat akan peringatan ku ini"

"Itu kan obrolan biasa selama orang memberi nasehat "

"

Kedua, seruling ini karena terlalu sakti sehingga cara menggunakannya sangat ganas dan telengas, tidak bisa dikatakan tidak akan bisa membunuh orang, maka harapanku kedua supaya kau menggunakan kesaktiannya ini untuk membunuh orang-orang jahat, lindungilah yang bijaksana dan lemah tak bersalah, jangan sekali kali kau gunakan untuk menyebar maut menimbulkan bencana."

"Aah, omong kosong belaka "

"Ketiga...

"

"Masih ada fagi. Waaah brengsek "

"Hehehe mau tidak kau mematuhi terserah kepadamu saja, bagaimana ?"

"Baiklah, sebutkan terus "

"Ketiga, seruling ini jangan sampai kena kotoran, sebagai benda suci dan sakti sekali kena kotor lenyaplah keampuhannya, bukan menjadi barang antik atau pusaka lagi." "Untuk hal inu boleh dipercaya dan bisa kumaklumi"

"Keempat..."

"Masih ada keempat?"

"Jangan sembarangan kau serahkan seruling ini kepada siapapun, pilihlah orang yang tepat dan orang itupun harus betul-betul dapat kuat melindunginya...."

"sudah sudah Legakanlah hatimu Berada ditanganku seruling ini akan lebih terlindung daripada menjadi milikmu- Direbut orang lain, sesutu tak mungkin terjadi"

"Kuharap begitu pula"

"Sudah belum, tiada sambungan lagi. Letakkan ditanah dan menyingkir tiga tombak"- "Baik kuturuti segala kemauanmu"

Selesai berkata, mendadak Giok-liong bertekuk lutut, seruling samber nyawa diangkat tinggi diatas kepalanya, menghadap ke timur ia menyembah berulang kali, mulutnya bersabda.

"Tecu tak berguna, seruling sakti ini tak mampu kulindungi lagi, harap para Cosu memberikan hukuman setimpal pada generasi yang tak berguna ini."

Selesai ia mengheningkan cipta air mata sudah membanjir keluar tak tertahan. Hati Tan soat-kiau seperti diiris-iris pisau, teriaknya sambil meronta .

"Aku rela mati, jangan kau...aduh"

"Jangan banyak mulut"

"Ternyata begitu Ma Giok-hou mengeraskan cengkeramannya, hampir saja Tan soat-kiau jatuh pingsan saking kesakitan Giok liong menjadi beringas, hardiknya.

"Kau masih belum lepaskan tanganmu."

Ma Giok-hou menyerinyai, jengeknya- "Aku akan lepas tangan setelah kau letakkan serulingmu itu dan mundur tiga tombak-"

"Kau mengukur hari seorang kuncu dengan martabat seorang rendah. Aku tentu akan menepati janjiku- "

Benar juga pelan-pelan Giok liong meletakkan seruling yang memancarkan cahaya cemerlang diatas rumput, lalu katanya pelan.

"Begini, kau puas bukan?"

"Mundur tiga tombak-"

Bentak Ma Giok hou- Giok liong manggut-manggut, menggape kepada Ling soat- Yan sembari katanya.

"Nona Ling, mari kita mundur tiga tombak"

Ling Soat-Yan sudah tidak kuat menahan rasa sedihnya, ia menangis keras tergerung-gerung, katanya tersekat-sekat.

"Kau. benar kau..."

Tan soat-kiau sendirijuga sampai ter-tenggak suaranya saking pilu menangis.

"Engkoh Liong, kau tidak seharusnya.-karena aku...."

Giok liong menggigit bibir, ujarnya.

"Aku sudah menyetujuinya, sudahlah jangan banyak omong lagi, mari."

Sambil mengajak Ling Soat-Yan ia sudah melayang tiga tombak lebih, terus duduk diatas sebuah batu besar, sikapnya lesu dan loyo.

Ling soat yan malah mendelong mengawasi seruling sakti di tanah berumput itu, tidak rela untuk meninggalkan begitu saja "Budak-"

Bentak Ma Giok-hou dengan garang. "Tidak lekas menyingkir, apa cari kematian"

Terdengar Giok-liong berteriak memanggil.

"Nona Ling, marilah kesini "

Dengan pandang berapi-api penuh kebencian Ling Soat-Yan mendelik kearah Ma Giok hou, seolah membanting kaki iapun melompat jauh tiga tombak tiba disamping Giok-liong. suara Giok-liong terdengar lemah berkata.

"Tuan boleh melepas orang bukan."

Ma Giok-hou menyeringai mendadak ia menengadah serta bergelak tawa, tangan yang mencengkeram Tan soat kiau masih belum dilepaskan mendadak ia menyeretnya ke depan lalu membungkuk menjemput seruling samber nyawa, sambii mengentakkan tangan Tan soat-kiau ia berteriak.

"Ternyata begini gampang tanpa mengeluarkan tenaga, Genduk. ayu, tak nyana jiwamu sebagai timbal dengan senjata sakti mandraguna ini, baik hitung-hitung masih menguntungkan kau"

Habis berkata terlihat tangan kanannya dipuntir terus disendai keatas.

Ternyata sekali sentak ia lemparkan tubuh Tan soat-kiau setinggi lima tombak- Bayangan merah dan putih berkelebat bersama.

Kiranya Ling soat-Yan dan Giok-liong memburu bersama, begitu cepat mereka meluncur kearah Tan soat-kiau yang melayang di tengah udara itu.

Betapa berat tubuh besar ini kini meluncur lurus lagi keruan bukan kepalang deras dan kuat daya jatuhnya.

Untung kembangkan Ling hun-toh Giok-liong secepat kilat, dalam saat gawat dan memburu itu kedua tangannya masih sempat menyandak dan menyanggah ke atas, hitung-hitung ia berhasil menahan sedikit daya luncuran jatuh tubuh Tan soat
 kiau.

Tapi tubuh Giok-liong yang meluncur lempang itu sudah hampir saja dadanya menyentuh tanah.

Karena kedua tangan menyanggah tubuh Tan soat-kisu sehingga ia tidak leluasa mengembangkan gerak badannya, hanya dada sedikit menyentuh tanah serta kedua tumit kakinya menutul bumi, tubuhnya terus meluncur kedepanpula beberapa jauh baru ia berhasil mengendalikan tubuhnya dengan berdiri tegak- Tapi tak urung jidatnya sudah di basahi keringat dingin- Dengan wajah masih penuh rasa panik Ling soat-Yan menuding Ma Giok-hou, makinya.

"Keparat, seruling sudah diserahkan kepadamu, kenapa kau ingkar janji sengaja hendak mencelakai jiwa orang ?"

Ma Giok-hou tertawa lebar sambil mendongak, ujarnya.

"ingkar janji ? janji apa yang kuingkari ?"

"Sikapmu terlalu kasar terhadap nona Tan ?"

"Kepada siapa aku pernah berjanji? Hahahaha "

Sambil gelak tawa ia mengobat-abitkan seruling ditangannya, serta teriaknya kegirangan.

"Kupandang seruling ini biar kuampuni jiwa kalian sekali ini"

Lalu dengan memicingkan mata ia membelak balik seruling ditangannya serta menikmati cahaya cemerlang yang memancar keluar, pelan-pelan langkahnya mulai beranjak keluar menuju kebawata gunung.

Mendadak Giok-liong tersentak maju seperti teringat sesuatu, teriaknya keras.

"Tuan ini harap tunggu sebentar"

Sebat sekali Ma Giok-beu mendadak memutar tubuh, seruling melintang didepan da-danya, katanya mengumbar kemarahan. "Kenapa? Kau menyesal ?"

Sikapnya berangasan bersiaga hendak berkelahi,. Giok-liong geleag-geleug kepala, katanya tertawa tawa .

"Bukan begitu maksudku"

"Lalu untuk apa kau panggil aku ?"

"Ada sebuah pesan ketitipkan kepadamu"

"Urusan apa ?"

"Belum lama berselang, aka yang rendah pernah mendapat perintah dari ayahmu, beliau minta aku segera menuju ke Pak hay untuk merundingkan sesuatu sekarang mungkin permintaannya itu tak mungkin terlaksana. Maka kuminta kesedianmu untuk menyampaikan berita ini kepada beliau, tolong sampaikan pula salam hormatku kepada Ma-lo enghiong "

"Kau mimpi mana bisa ayahku mengundangmu "

"omoaganku cukup sekian saja, percaya tidak terserah padamu"

"Hm, kau hendak menekan aku dengan kebesaran nama ayah bukan. Bedebah biarlah dengan seruling ini aku memberi sedikit rente kepadamu, lihat serangan"

"Ma Giok-hou, edan kau"

Bentakan ini nyaring merdu, jauh diluar puluhan tombak.

Namun dalam pendengaran kuping bukan saja jelas malah mendengung berirama tak putus-putus Iwekang orang yang mengeluarkan suara ini tentu sudah mencapai puncak kesempurnaannya.

Disusul terdengar suara kelintingan yang riuh dan ramai berkumandang terbawa hembusan angin.

Berubah air muka Ma Giok-hou, sikapnya menjadi takut-takut nyalinya kuncup.

Giok-liong sebaliknya mengunjuk rasa girang, dengan prihatin ia mengulur leher memandang kearah datangnya suara kelintingan, serunya sambil membungkuk hormat.

"Lo cian pwe telah datang"

Adalah putri bayangan darah Ling Soat-Yan dan Tan Soat kiau yang paling riang berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang melihat ibunya pulang dari pasar membawa kue-kue, tanpa janji mereka berterik-teriak.

"Ibu datang Ibu ibu ? Bu Bu"

Sekuntum Bunga berkembang dikejauhan sana membawa setitik merah terus melayang datang dari kejauhan sana, sekejap saja sudah melayang turun dihadapan mereka tanpa mengeluarkan suara tanpa menimbulkan kesiur angin.

Dengan sebelah tangan menggandeng Ang-i-mo-li Li Hong, Kim ling cu sudah berdiri tegak diantara mereka.

Bau harum semerbak lantas berkembang merangsang hidung, sehingga perasaan menjadi ringan, semangat pulih bergairah- Memang tida malu dan kenyataan benar Kim-Ling-cu sebagai tertua dari Bu lim-su-bi, meskipun usianya sudah menanjak lanjut karena Iwekangnya yang tinggi maka wajahnya masih kelihatan muda, halus dan cantik sekali tak kalah keayuan bidadari, sejenak ia memandang kearah wajah dan sikap kedua putri angkatnya, seketika alisnya menjekit tinggi, matanya lantas memandang pula kearah Giok liong bibirnya berkemik.

"Terjadi apa lagi disini?"

Karena dongkol dan penasaran Ling soat yang dan Tan soat-kiau sejak tadi masih tertekan dalam hati dan belum sempat melampiaskan, mendengar pertanyaan yang halus penuh rasa prihatin ini tak kuasa lagi berbareng memburu maju sambil pecah tangis tergerung- gerung terus menubruk kedalam pelukan Kim-Ling-cu.

Giok-liong menjura dalam seraya menyapa- "Wanpwe menyampaikan hormat kepada Cian-pwe"

Ma Giok-houjuga maju betapa langkah, katanya menghormat.

"Titji (keponakan) menghadapToa-i-be (Bibi besar)."

Mendelik sepasang biji matanya Kim-ling-cu, tanyanya penuh wibawa.

"Eh, kenapa seruling samber nyawa bisa berada di tanganmu ?"

Kembali Ma Giok-hou mengunjuk sikap sombongnya, seruling samber nyawa diayun ditengah udara membuat lingkaran membundar, katanya tertawa.

"Keponakan memperolehnya dalam menang berjudi "

Merengut air muka Kim-ling-cu, katanya kepada Giok-liong.

"

Giok liong Kenapa kau tidak tahu diri Benda pusaka yang sakti mandraguna kenapa kau jadikan taruhan untuk berjudi apa segala kenapa begini ceroboh menuruti perasaan hati melulu ?"

"cianpwe-"

Giok liong tersendak tak kuasa menerangkan. Putri bayangan darah Ling Soat-Yan tampil kedepan seraya menuding muka Ma Giok-Uiou, katanya.

"Bujangan kau percaya obrolannya menang secara berjudi apa segala, bohong "

"sebetulnya, apa yang telah terjadi ?"

Tan soat-kiau menjelaskan sambil sesenggukan. "Dia menyergap dan membokong mencengkeram pergelanganku, aku dijadikan tandera memeras... dia (Giokliong), sebagai gantinya ia minta jan hun-ti, kalau tidak ia hendak membunuh aku"

"Ha, ada kejadian demikian "

Berubah dingin air maka Kimling- eu, telunjuk rasa tak senang pada wajahnya. Ling soat-yan juga monyongkan mulut, tambahnya.

"

Untuk menolong jiwa adik soat-kiau terpaksa Giok-liong meletakkan seruling samber nyawa diatas rumput dan harus mundur lagi tiga tombak jauhnya, siapa tahu setelahjan-hun ti berada ditangan-nya, ia mengerahkan tenaga dalam melemparkan tubuh soat-kiau beberapa tombak, jauhnya kalau Giok-liong terlambat-.."

Dengan memicingkan mata Kim-ling-cu mengawasi Ma Giok-hou, suaranya rendah tertekan.

"Apa besar begitu ?"

Sikap Ma Giok-hou tidak tenang, mulutnya tergagap berkata.

"Tadi memang diadakan pertaruhan"

"yang kutanyakan apakah kenyataan memang begitu ?"

Sekian lama Ma Giok-hou tak berani menjawab, akhirnya ia manggut, namun samar samar dalam pandangan matanya masih terseret rasa dongkol, agaknya hatinya berantai- Kim-ling cu tidak unjuk marah juga tidak memakinya, ia berpaling ke belakang kepada Li Hong memberi syarat kedipan mata serta katanya halus.

"

Ambil kembali jan-hun-ti di tangannya itu "

Berdiri alis Ma Giok-hou, mulutnya sudah terbuka tapi urung bicara, badannya tampak bergetar. Kim-ling-cu tersenyum simpul.

"Serahkan padanya "

Saat mana Li Hong sudah beranjak ke depan dengan langkah gemulai, sekali raih gampang saja ia sambut seruling samber nyawa dari tangan Ma Giok-hou.

Lalu pelan-pelan kembali berdiri di belakang Kim-ling cu, sepasang matanya dengan penuh iba dan rasa dongkol dan penasaran melirik kearah Giok-liong.

Kata Kim ling cu kepada Giok liong.

"Kau ini memang ceroboh. Kenapa kau tinggalkan mereka berkelahi diatas Kui-ong-ping, kau sendiri tinggal pergi tanpa pamit, kalau terjadi malapetaka akan jiwa mereka berdua bagaimana?"

Panas selebar muka Giok-liong, jawabnya tersekat-sekat.

"wanpwe mempunyai kesukaran yang sulit untuk diutarakan"

Kata Kim ling cu lagi.

"Li Hong, menerima perintah dari ayahnya dan pesan wanti-wanti dari Ibun Hoat untuk membuntuti jejakmu, sekarang cara bagaimana dia harus kembali ke yu bing-mo khek- melaporkan tugasnya itu. seorang anak perempuan lemah, tak punya rumah berkelana di Kangouw, apakah itu baik?"

Giok liong semakin keripuhan, lidahnya menjilat-jilat bibir, katanya dengan rikuh.

"Kalau begitu serahkan sajajan-hun-ti kepadanya, supaya ia bisa kembali menunaikan tugasnya."

"Bocah gendeng tak berguna, bagaimana mungkin pusaka perguruan kau jadikan taruhan berjudi dengan orang, kini ada di-berikan kepada orang lagi" "Hati Wanpwe sekaran sudah beku tanpa tanpa lagi"

"Kenapa?"

"sebab... sebab..."

"Katakan saja"

"sebab termasuk hari ini, jiwa wanpwe tinggal hidup tujuh hari saja"

Tersentak kaget seluruh hadirin, terutama Ling-soat Yan dan soat-kiau tergetar tubuhnya, dengan muka pucat dan berdiri menjublek mereka mendelong mengawasi Giok liong. sebaliknya Kim ling-cu mandah tersenyum manis katanya.

"

Kau percaya benar akan ucapan Ibun Hoat"

"Keadaan yang membuat aku harus percaya "

"Coba kau kemari"

Giok liong manggut, ia maju ke hadapan Kim ling cu kirakira lima kaki jauhnya kepadanya, sedangkan pandangan lurus ke depan berdiri tegak- Kim-ling-cu mengulur tangan, kelima jarinya meraba urat nadi pergelangan tangannya, sekali lama ia memeriksa denyut nadi, lalu membalik kelopak mata Giok-liong, lalu memeriksa pula tengah-tengah alisnya dengan seksama.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar