Seruling Samber Nyawa Jilid 04

Jilid 04

Dan lagi ilmu pukulan yang dilancarkan tadi juga merupakan ilmu pukulan tunggal yang sangat disegani didunia persilatan yaitu Wi-hian-ciang.

ilmu pukulan semacam ini dulu pernah dimiliki dan digunakan oleh seorang tokoh aneh yang bernama Liong-Bun, tokoh ini terkenal juga akan wataknya yang keras dan tidak kenal apa artinya ka-)ata, tapi pada ratusan tahun yang lalu jejak Liong Bun ini sudah menghilang, konon kabarnya sudah meninggal dikalahkan oleh musuh besarnya, sejak kematian Liong Bun ini maka ilmu pukulan Wihian- ciang ini lantas ikut lenyap dan tidak terturunkan lagi.

Justru ditempat ini dan pada saat ini juga seorang tua aneh ini ternyata bisa melancarkan ilmu pukulan hebat yang sudahputus turunan itu, bukansaja kaget Giok-liong heran pula dibuatnya.

Tatkala mana si orang tua tengah mendatangi dengan tenang, wajahnya tampak serius lantas membungkuk memberi hormat kepada Giok-liong, ujarnya.

"Ma-siau-hiap, harap maaf akan kelancangan Lohu tadi."

Sebenarnya Giok-liong merasa dongkoI, namun begitu melihat sikap orang ini lantas ia merasa rikuh sendiri cepatcepat ia menjawab "Mana berani, harap Cian-pwe jangan berlaku sungkan."

Si orang tua tertawa lantang, katanya.

"Tadi Lohu hanya ingin coba-coba asal usul kepandaian Ma-siau-hiap saja, untuk memastikan bahwa Ma-hiau-siap betul-betul adalah murid tunggal Pang-lo-cian-pwe. Karena aku ada sebuah urusan penting yang minta di-sampaikan."

Giok liong juga tertawa, sahutnya.

"Kalau ada pesan apaapa, silahkan Cian-pwe katakan saja, asal Wanpwe mampu melakukan aku berjanji untuk melaksanakannya"

"Dimanakah sekarang gurumu menetap?" "Sekarang Suhu tengah menuju ke Lam-hay, jejaknya juga tidak menentu!"

Terdengar si orang tua itu mengeluh seperti kehilangan sesuatu, katanya sambil menghela napas.

"Kuharap Siau-hiap berusaha dalam tempo setengah tahun harus dapat menemukan gurumu. Haturkan sembah Sujud-ku kepada beliau katakan bahwa sahabat kecilnya Liong Bun menghaturkan selamat kepada beliau!"

Tanpa merasa Giok liong berseru kaget, si orang tua dihadapannya ini ternyata tidak salah adalah Wi-hian-ciang Liong Bun yang pernah menggetarkan dunia persilatan pada ratusan tahun yang lalu, tidak heran ia memiliki Lwekang sedemikian hebat dapat Iolos dari lingkungan angin pukulannya tadi.

Tampak Wi-hian-ciang Liong Bun mengunjuk sikap risau dan gundah, katanya tertekan.

"Bencana dunia persilatan sudah diambang pintu, Harap sampaikan pada guru-mu, katakan bahwa para iblis pada masa silam kini telah bangkit kembali dari liang kuburnya, mereka bermaksud menggulung dan menguasai seluruh jagat raya ini. Harap dia orang tua segera mengundang Ih-lwe-su cun serta para sahabat tua yang lain untuk berkumpul merundingkan cara mengatasi mala petaka yang bakal terjadi ini. Pula aliran Hiat ing bun juga ada tanda-tanda tengah menghimpun kekuatan untuk menunjukkan perbawanya, betapapun kita harus berjagajaga."

Tergetar hebat hati Giok-liong, serunya tak tertahan.

"Apa mungkin Hiat-ing cu masih hidup?"

"Tentang hal ini Lohu sendiri juga tidak tahu pasti, Hanya pada bulan yang lalu waktu Lohu bertemu dengan majikan hutan kematian ini, dia pernah bilang bahwa Hiat-ing-bun sudah mulai unjuk gigi ingin merajai dunia persiiatan, ini merupakan tandingan paling kuat bagi hutan kematian kita!" "Kepandaian siapakah yang lebih tinggi diantara Hiat-ing-cu dengan majikan hutan kematian?"

"Kepandaian mereka sama-sama sudah mencapai taraf yang paling tinggi, siapapun belum ada yang pernah melihat, juga belum pernah ada seseorang yang betul betul membuat mereka harus melancarkan ilmu kepandaiannya sampai puncak tertinggi. Pula belum pernah terdengar mereka berdua pernah adu kepandaian, maka Lohu sendiri juga tidak berani memastikan."

"Jadi Lo-cian-pwe memendam diri dalam hutan ini sudah delapan puluh tahun lama-nya?"

Liong Bun manggut-manggut, sahutnya.

"Losiu dengan Siau-hiap adalah seangkatan selanjutnya harap panggil saja lazimnya sebagai kaum seangkatan! Baiklah sampai disini saja perkataanku, harap Siau-hiap secepatnya meninggalkan hutan ini, supaya tidak mengejutkan mereka sehingga terjadi sesuaiu hal yang tidak diinginkan"

Giok-Iiong menunduk berpikir sebentar lalu tanyanya.

"Bagaimanakah susunan tingkat perguruan dari hutan kematian ini?"

"Disini dibagi dua belas seksi i tau tong, setiap seksi mempunyai Tong-cu dan wakilnya serta Hou-hoat (pelindung) pelaksana hukum atau komisaris masing-masing satu orang semua jabatan ini masing-masing dipegang oleh tokok-tokoh silat yang berkepandaian sangat tinggi, Maka kelak merupakan ancaman yang serius bagi kita."

"Locian-pwe..."

"Hai jangan mengagulkan Losiu lagi, Jikalau kau tidak pandang rendah Losin sebagai orang yang lebih tua baiklah kau panggil aku sebagai Liong-loko saja, aku sangat girang." "Liong-Ioko, sampai dimana kedudukanmu didalam hutan kematian ini?"

"Sebagai pelindung dari Liong-tong (seksi jaga)."

"Kalau begitu dengan kepandaian Liong loko, yang hebat itu masih berada di bawah para Tong-cu serta wakilwakilnya?"

"Ya, masih kalah setingkat."

"Laln siapa pula para Tong cu serta wakil wakilnya itu?"

"Bagi mereka yang menduduki jabatan Tong-cu atau wakil Tong ca bila bukan para tokoh yang dulu menjagoi dan malang melintang di Kangouw yang selebihnya adalah para murid terpercaya dari majikan hutan kematian sendiri..."

Mendadak dari dalam hutan yang jauh sana terdengar pula sebuah jeritan yang panjang melengking bergema sekian lamanya. Seketika berubah air muka Liong Bun, katanya dengan nada berat.

"Mereka tengah mendesak aku harus segera kembali. Kuharap hiante bisa segera meninggalkan tempat ini. secepat bertemu dengan gurumu laporkan perihal yang kuceritakan tadi, ini menyangkut untung rugi seluruh kaum persilatan!"

Cepat-cepat Giok - liong menyahut.

"Siaute sudah paham bemi, oh, ya, apakah Liong-loko ada melihat seorang gadis baju merah memasuki hutan ini ?"

"Dia sudah kubujuk dan segera pergi, menuju kearah timur sana!"

Habis suaranya lantas berkesiar angin dan hilanglah bayangannya entah kemana.

Giok liong juga tidak berani tinggal terlalu lama, bergegas ia menggunakan Leng-hun-poh seringan burung ia melesat keluar dari hutan kematian yang kramat ini.

Setelah sampai di luar hutan sedikit menerawang serta melihat keadaan sekitarnya ia lari sekencangnya menuju kearah tirnur, sepanjang jalan ini pikirannya terus bekerja, semakin dipikir hatinya menjadi gundah dan tidak tentram.

Entah tokoh macam apakah majikan hutan kematian ini, tak terkira ia mempunyai kekuatan sedemikian besar malah bertujuan membuat onar dan bersijahaiajaleia didunia persilatan.

Wi-hian ciang Liong Bun tidak malulah sebagai seorang gagah yang perwira, demi keselamatan kaum persilatan diseluruh kolong langit ini, ia rela merendahkan diri bersembunyi serta menyelundup didalam hutan kematian itu selamanya delapan puluh tahun, semangat serta tekad yang besar ini benar-benar harus dipuji dan diagungkan.

Dari pengalaman yang baru dialami lambat laun pikirannya melayang kearah soal diri pribadi, tentang asal usul serta riwayat hidup sendiri yang sebatang kara ini.

Banyak tahun yang lalu ayahnya telah menghilang, konon kabarnya adalah memasuki lembah putus nyawa, tapi tidak bertemu jenazah atau tulang beIulangnya.

Suhunya sendiri juga berkata belum pernah ada seorang she Ma memasuki lembah putus nyawa itu, lalu kemana beliau pergi dan apalah sebabnya ? Apakah mungkin ibundanya juga masih hidup dalam dunia fana ini ? Menurut tutur ibu aku masih mempunyai adik kandung yang bernama Giok-hou, ia telah hilang setelah lahir belum beberapa lama, apakah adikku itu juga masih hidup ? Dan lagi nama ayah bunda sendiri aku tidak mengetahui, sungguh tak berguna aku sebagai manusia sebagai anak orang, Pikir punya pikir tak terasa ia merogoh dan mengelusngelus kalang batu giok yang dipasang sendiri oleh ibunya diatas lehernya.

Perkataan ibu lagi-lagi terngiang dalam telinganya ...

jikalau di jalanan kau mengalami kesukaran kalung batu giok ini mungkin dapat membantu kau ...

"

Ini berani bahwa kalung batu giok warna merah darah ini pasti dikenal oleh banyak orang.

Berpikir sampai disini tahu-tahu mulutnya menyungging senyum manis dan puas.

Dari asal usul batu giok ini rasanya aku dapat menyelidiki nama serta asal usul riwayat hidup ibu, selanjutnya juga dapat mencari tahu nama ayah, lalu berusaha lagi menyelidiki siapasiapakah musuh besar keluarganya...

Mendadak ia merandek dan teringat akan perkataan Liong Bun tadi, bukankah Wi hian-ciang tadi pernah berkata bahwa dirinya persis besar dengan seorang sahabat kentalnya? Karena kelalaiannyalah sehingga ia lupa menanyakan siapakah orang yang dimaksudkan itu, Ai sungguh sangat ceroboh aku ini.

Begitulah setelah berkeluh kesah seorang diri, akhirnya ia membatin lagi.

"Peduli semua itu, yang penting bahwa sekarang aku sudah dapat mempelajari kepandaian tingkat tinggi, lebih baik segera aku langsung menuju ke Bu ki-san mencari mata air sumber nasa itu untuk mengambil kotak serta mengeluarkan buku peninggalan rahasia itu, bukankah dengan demikian segalanya dapat dibikin terang. Tapi betapa jauh gunung Bu ki-san itu sedikitnya juga ada ribuan li, seumpama siang malam terus menempuh perjalanan tanpa mengenal juga beras memakan waktu kira- kira tiga bulan, apalagi ia sendiri tidak mengetahui letak dari pada sumber mata air naga beracun itu, untuk mencarinya memakan waktu lagi, hitung hitung sedikitnya dalam tempo setengah tahun ini pasti dirinya takkan ada harapan dapat menemui gurunya. Menurut pesan ibu bahwa air rawa naga beracun itu dingin luar biasa, bila kepandaian silat orang belum mencapai tingkat sempurna pasti sukar dapat terjun kedalam air, sekarang bila tingkat kepandaiannya belum mencapai syarat dan akhirnya mampus didalam rawa itu atau terluka, sedikitnya dalam tempo setengah tahun ini pasti dirinya takkan ada harapan dapat menemui gurunya. Oleh karena itu bila majikan hutan kematian benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya dalam keadaan yang belum tahu dan tanpa siapa sedikitpun pasti sangat menakutkanlah akibatnya bagi kaum persilatan didataran tengah ini. Apalagi musuh bebuyutan terbesar dari perguruannya yaitu Hiat-ing-bun juga telah bangkit kembali dan segera muncul dikalangan Kangouw, hal iai juga harus prihatin benar-benar. BegituIah sepanjang jalan ini ia terus berpikir dan berpikir hingga tanpa merasa Leng-hun-toh dikembangkan sampai puncak tertinggi, badannya melesat secepat anak panah dan seenteng burang walet mengembang dan laju diatas tanah didalam atas pegunungan. Sampai saat itu ia masih belum dapat kepastian bagaimana ia harus bertindak, Urusan pertama adalah mengenai pembalasan dendam kesumat keluarganya serta mencari jejak asal usul riwayat hidupnya. persoalan yang lain adalah mengenai nasib atau mati hidup bagi kesejahteraan kaum persilatan umumnya. Ke-dua urusan penting ini, yang manakah harus ia dahulukan."

Setelah mengalami berbagai pertimbangan akhirnya ia bertekad untuk mencari suhunya dulu melaporkan berita itu, tentang pribadinya bolehlah ditunda untuk sementara waktu ini.

terpikir dalam benaknya bahwa kepentingan kaum persilatan umumnya adalah lebih besar dan lebih mendesak dari kepentingan pribadinya.

Dengan adanya keputusan ini hatinya menjadi terbuka dan pikiran menjadi jernih sedikit menyedot hawa, badannya meluncur semakin pesat lagi.

Mendadak dalam keremangan menjelang malam ini dilereng gunung dikejauhan sana, tampak dua bayangan manusia cepat sekali berkelebat menghilang, Ditengah alas pegunungan yang jarang dijajagi manusia ini kiranya juga ada kaum persilatan muncul disini, diam-diam ia merasa heran dan bertanya-tanya.

"Mungkinkah ada sesuatu peristiwa apa yang terjadi ? Atau mungkin, ..tiba tiba teringat olehnya gadis cantik Ang-i-mo-li Li Hong, Orang pernah menyelamatkan jiwanya, dirinya masih hutang budi padanya, bukankah dia juga tengah menuju kearah ini juga, bukan mustahil disini ia mengalami rintangan dan menghadapi bahaya ? Munculnya dua bayangan tokoh silat di atas pegunungan ditengah malam ini dengan perjalanan Li Hong menuju ketimur sebenarnya adalah dua persoalan, kini bergandeng menjadi satu dalam pemikirannya, mungkin ia sendiri juga tidak dapat menerangkan apakah sebabnya. Karena pikirannya ini, diam-diam ia berkata dalam hati.

"Aku harus kesana untuk mencari tahu!"

Segera ia putar badan dan terus berlari sekencang meteor melesat kearah Iamping gunung dikejauhan sana.

Sekonyong-konyong terdengar pekik nyaring suara perempuan yang ketakutan dan kaget, tapi teriakan itu terputus setengah jalan terus lenyap dan kembali menjadi sunyi.

Suara itu kedengarannya laksana sebatang anak panah menusuk di lubuk hati Giok-liong.

Bukankah itu suara Li Hong? Kepandaiannya sudah sedemikian tinggi, mungkin ia ketemu tokoh bangkotan yang berkepandaian lebih tinggi.

Begitulah dengan dirundung pertanyaan dan hati gelisah Giok liong sudah kembangkan Leng-hun toh sampai tertinggi, tidak lama kemudian ia sudah sampai di lamping gunung itu.

Keadaan disini remang-remang disinari cahaya bulan suasana sangat sunyi senyap.

Sekilas Giok-liong menyapu pandang keadaan sekelilingnya, matanya yang tajam melihat kira-kira tiga puluhan tombak didepan sana ada sebuah hutan rimba yang lebat dan gelap, tergerak hatinya, secepat kilat badannya segera terbang menuju kearah rimba gelap itu.

Begitu sampai sepasang matanya yang tajam berkilat itu segera menjelajah setiap pelosok yang mencurigakan, Betul juga dilihatnya di sebelah dalam sana, samar-samar terlihat adanya bayangan manusia yang bergerak gerak, sedikit menyedot hawa ringan sekali bagai asap melayang tubuhnya melejit kedepan, dimana mata memandang, seketika mukanya merah padam dan serasa kepalanya berdenyut saking gusar.

Ternyata diatas rumput dalam hutan sana rebah terlentang seorang gadis cantik yang seluruh pakaiannya sudah dilucuti sehingga telanjang bulat, kulitnya yang putih serta sepasang buah dadanya yang montok menonjol tinggi sangat menusuk pandangan seluruh badan tengah berkelojotan, kedua pipinya yang putih halus itu kini sudah berwarna merah matanya separo dipejamkan, pinggangnya terus bergerak meliuk liuk, seakan akan tengah dirangsang nafsu birahi yang tengah membara diseluruh tubuh.

Tapi dilihat keadaannya itu terang bahwa ia dalam setengah pingsan atau mungkin terkendali oleh obat bius, Gadis cantik bagai bunga mekar ini bukan lain adalah Ang-imo- li Li Hong adanya.

Dipinggir kedua sampingnya tengah berjongkok dua lakilaki pertengahan umur berbadan kurus tengah mengulurkan kedua cakar iblis, masing-masing mengelus serta meremas tubuh yang putih bersih itu.

Orang yang disebelah kiri mengenakan pakaian kembang berjenggot pendek bermata juling.

Sedang yang berada disebelah kanan karena membelakangi Giok-liong jadi tidak terlihat wajahnya, tapi terlihat dipunggungnya menggemblok sepasang pedang panjang..! Tatkala itu kebetulan orang dlsebelah kiri itu tengah meremas dan mengelus-ngelus sepasang bukit padat yang menonjol itu, serta katanya sambil tersenyum girang.

"Hehehehe, siapa akan percaya bahwa Ang-i-mo-li yang kenamaan itu akhirnya terjatuh ditangan kita bersaudara."

Orang yang disebelah kanan juga tengah meraba-raba pinggang Li Hong yang meliuk-liuk, sahutnya.

"Haha, Toako ini berkat obat biuskulah sehingga berhasil, betapapun harus menjadi hakku untuk hjemecabkaa kesuciannya ini."

"Tidak yang lain boleh tapi yang ini jangan, Kau minggir saja dan menonton permainanku dulu, kalau aku sudah selesai menjadi giliranmu nanti, apa yang kau gelisahku !, Hehehehe ...

"

Habis berkata langsung ia berdiri terus mulai mencopoti pakaian sendiri. Cepat-cepat orang disebelat kanan itu mengulur tangannya mencubit pinggang Li Hong dengan gemas terus berdiri dengan uring uringan, mulutnya juga mengomel panjang pendek.

"Setiap kali memperoleh barang baik selalu kau monopoli dulu ..."

Mendadak sebuah gelak tawa dingin yang menciutkan nyali terdengar dari hutan sebelah sana, sungguh kejut kedua orang ini bukan kepalang.

"sret"

Serempak mereka mencabut senjata masing-masing. Orang disebelah kiri itu menyeringai tawa aneh serta serunya.

"Kawan, seorang laki-Iaki harus berani berlaku terang-terangan. jikalau tiada suatu urusan yang dapat di rundingkan siiakan keluar berhadapan dengan Bu-san bersaudara."

Kiranya kedua orang ini bukan lain adalah Bu-san siang im, dua manusia cabul dari Bu-san yang sangat terkenal sebagai maling pemetik bunga dikalangan Kangouw."

Belum lagi lenyap suaranya, terdengar suara dingin dari dalam rimba.

"srilitiiitt"

Terdengar suara ringan disertai kilatan sinar melesat datang, tahu-tahu ditengah hutan di hadapan mereka sudah tertancap sebatang potlot emas panjang beberapa senti.

Itulah pertanda khas dari aliran Ji-bun yang sudah turun temurun selama ratusan tahun.

Begitu melihat potlot emas ini, berubah pucat dan ketakutan Bu-san siang-im, setelah saling berpandangan mendadak mereka menjejak tanah terus melesat tinggi melarikan diri kedalam hutan dibelakang mereka.

Dalam hutan lagi-lagi terdengar jengekan dingin, terlihat sebuah bayangan putih berkelebat melayang turun, tahu-tahu seorang pemuda berpakaian serba putih dengan ikat kepala yang putih pula telah menghadang dihadapan mereka.

Pemuda ganteng seperti pelajar ini melangkah maju dengan ringan mendekat dinadapan Busan-siang im.

Bukan saja Bu-sansiang-ini terkenal manusia cabul juga wataknya sangat kejam dan telengas, licik dan banyak akalnya lagi ditambah kepandaian silat mereka tinggi, jejaknya tidak menentu, sehingga kaum aliran lurus menjadi kewalahan menghadapi mereka.

Sekarang begitu mereka melihat pertanda khas dari To-ji yang berupa pottot emas yang sudah menghilang ratusan tahun mendadak muncul disangkanya bahwa satu diantara Ihlwe su-cua yaitu To-ji Pang giok telah datang sendiri, maka tidak heran sedemikian rasa takut mereka berdua sampai lupa membetulkan pakaiannya yang masih kedodoran terus melarikan diri.

Tapi setelah melihat yang muncul ini kiranya hanya seorang pemuda cilik yang mirip pelajar lemah, sesaat mereka tertegun melenggong.

Terkilas cepat sekali dalam otaknya.

"Bocah ini paling tidak berusia dua puluh, seandainya ia sudah belajar silat dalam kandungan ibunya, juga tidak mungkin begitu menakjupkan kepandaiannya."

Saudara tua dari sepasang manusia cabul itu segera tegak berdiri, sambil mendongak tertawa terbahak-bahak teriaknya melengking.

"Bocah keparat, berani kau mengandal pamor perguruan Ji-bun hendak mengganggu usik kesenangan tuan besarmu."

Takut kalau dibelakang bocah ini masih ada tokoh yang menjadi andalannya, maka ia memancing lebih dulu dengan kata katanya itu.

Pemuda pelajar berpakaian serba putih ini bukan lalu adalah Giok-liong adanya.

Kedua pipinya itu sekarang sudah bersemu merah menambah kegantengannya.

Tapi expresi wajahnya adalah sedemikian dingin laksana es, kedua matanya memancarkan kilat tajam yang dingin pula mengamati Bu-san-siang-im, katanya menjengek.

"Silakan kalian memilih jalan sempurna sendiri, bunuh diri atau tuan mudamu ini yang harus turun tangan "

Jawabannya ini secara lang sung menerangkan bahwa dia datang seorang diri."

Betapa licik dan licin tokoh-tokoh Bu-san-siang-im ini ? Begitu mendengar jawaban ini legalah hati mereka tanpa merasa mereka saling pandang dan tertawa terloroh-loroh. Belum lenyap suara tawa mereka mendadak mereka berbareng menghardik.

"Bocah goblok, serahkan jiwamu."

Dimana sinar kuat berkelebatan dua batang pedang tahu-tahu sudah menusuk dan membabat tiba mengarah tempat mematikan.

Bertepatan dengan aksi saudara tuanya ini, demikian juga adiknya dari Siangliro ini tidak ketinggalan mengajukan tangan kirinya, seketika kelap kelip sinar hijau kebiruan beterbangan memenuhi angkasa seperti bintang-bintang layaknya secepat kilat meluruk semua kearah Giok-liong.

Giok-liong berlaku tenang sekali, malah ujung mulutnya menyungging senyum ejek, begitu bayangan putih berkelebat tahu tahu bayangan Giok-liong sudah menghilang, Terdengar sebuah suara yang mendirikan bulu roma terkiang dipinggir telinga mereka.

"Kalian cari mampus."

Keruan kejut kedua manusia cabul ini bukan kepalang, siapa akan nyana bahwa pemuda cilik yang kelihatan lemah ini kiranya adalah tokoh silat yang berkepandaian begitu lihay.

Tidak banyak kesempatan untuk mereka berpikir dan menduga-duga tanpa berjanji berbareng mereka memutar tubuh sambil mengayun senjata kebelakang, nyata gerak gerik mereka juga cukup gesit dan tangkas sekali.

Tapi baru saja badan mereka berputar selengan jalan, terdengar lagi tawa dingin lantas terlihat bayangan putih berkelebatan selulup timbul diselingi bayangan tangan pukulan yang mengaburkan pandangan serta dilandasi angin pukulan yang kencang seperti gugur gunung terus menungkrup keatas badan mereka.

Tapi Bu-san siang-im juga bukan kaum kroco yang berkepandaian rendah.

Berbareng mereka membentak keras, pedang diputar sekencang kitiran sampai mengeluarkan sinar dingin gemerdep menerbitkan angin mendesis terus melambung keangkasa, Ternyata mereka bisa mengerahkan hawa murninya untuk didorong keluar melalui ujung pedangnya terus membentuk suatu hawa pedang untuk melindungi badan, dan yang terpenting adalah hawa pedang ini semakin melebar menyongsong kearah angin pukulan yang dilancarkan Giok-Iiong.

Giok- liong berseru heran tidak duga mengandal dua manusia cabul sampah masyarakat persilatan ini kiranya juga mempunyai kepandaian begitu tinggi, segera ia perdengarkan ejekannya lagi.

"Ternyata ada isinya juga!"

Diam-diam dalam hati ia sudah bertekad.

"kedua orang ini berkepandaian tinggi, kalau tidak dibabat lenyap pasti kelak akan menimbulkan bencana yang lebih besar lagi."

Cepat-cepat kedua tangannya ditekuk serta disilangkan terus berputar ditengah udara membuat setengah lingkaran lantas perlahan-lahan didorong keluar, Kontan terbit angin menderu serta kabut putih mengembang bergulung-gulung terus menerus kedepan.

Terdengar suara teriakan yang ketakutan.

"Sam ji cui-hunchiu, dia adalah Pang Giok..."

Belum habis suaranya, lantas terdengar suara "blang"

Yang keras dua larik sinar melambung tinggi ketengah udara berbareng hujan darahpun terjadi! Setelah angin reda dan debu hilang suasana menjadi sunyi kembali, tampak Giok-liong berdiri tempatnya dengan tenang, Delapan tombak disebelah sana meringkuk dua mayat Bu sansiang- im dan ditempat yang lebih jauh sana adalah kedua batang pedang mereka yang terbanting ditanah dan sudah patah patah menjadi empat potong.

Tadi dengan jurus Cin-ciu sekuatnya Giok-liong turun tangan, hanya segebrak saja cukup membuat jiwa Bu ~ san - siang im melayang ditangannya, Tapi dia sendiri karena terbentur oleh hawa pedang musuh, dadanya juga sedikit dirasakan sesak, maka sementara ia berdiri diam mengerahkan Ji-lo berputar ke-seluruh badannya.

Tak lama kemudian ia membuka mata, sekilas ia menyapu pandang kearah kedua mayat itu lalu putar tubah memasuki hutan.

Teringat olehnya bahwa Ang i-mo li Li Hong masih telanjang bulat rebah diatas tanah.

Baru saja kakinya melangkah lantas terlihat tubuh Li Hong yang padat menggiurkan itu masih menggeliat dan meliuk-liuk tak henti-hentinya.

Kontan merah jengah seluruh wajah Giokliong, jantungnya juga berdebar sangat keras seperti hendak meloncat keluar.

Cepat-cepat ia berpaling muka tidak berani melihat lagi.

Akan tetapi entah mengapa akhirnya toh dia meliring mencuri pandang pula.

sepasang pipi Li Hong yang merah membara bak sekuntum bunga mekar itu kini telah diliputi pikatan menarik bagi seorang laki Iaki.

Kedua bibirnya juga tengah megap-megap memperlihatkan sebarisan giginya yang putih halus.

Ditambah tubuhnya yang langsing menggiurkan terutama kedua bukit yang montok itu karena bergoyang dan menggeliatnya pinggang ikut bergerak-gerak tak hentihentinya.

Apalagi kedua pahanya yang putih besar itu sabansaban dibuka tutupkan Iebih lebih memikat hati lawan jenisnya.

Usia Giok-liong sedang menanjak dewasa, darah mudanya gampang berkobar, melihat pertunjukan gratis yang menggiurkan ini kontan kepala terasa mendengung pikiran juga menjadi butek, terasa sekujur hawa hangat segera timbul dari dalam pusarnya terus meluber ke atas.

seketika ia merasa kepalanya pusing dan pikiran juga menjadi kabur.

Tanpa disadari kakinya segera melangkah maju dengan sempoyongan terus menghampiri kearah tubuh Li Hong yang rebah telanjang bulat itu, Waktu disamping tubuhnya tiba-tiba pandangan matanya bentrok dengan kilauan sinar mas kuning yang menyolok mata.

Seketika tergetar keras hatinya, pikirannya lantas menjadi jernih dan sadar kembali gumamnya menyesali diri sendiri.

"Giok liong, wahai Giok liong, seorang laki laki tidak mengambil keuntungan secara pengecut! sebagai murid aliran Ji-bun aku harus mengutamakan kelurusan......."

Jalur sinar kuning yang kemilau itu kiranya adalah batang potlot mas tua pertanda khas dari perguruannya. Segera Giok-liong menjemput potlot kecil itu, waktu pandangannya melihat kearah Li Hong, sekonyong-konyong timbul pula hawa amarahnya.

"Hm, manusia cabul yang rendah menggunakan obat bius bagaimana aku harus menolongnya? Oh ya, diatas badan mereka pasti ada obat pemunahnya."

Karena pikirannya ini segera ia berkelebat keluar rimba langsung mendekati jenazah Bu san-siang-im, setelah semakin lama ia menggeledah seluruh tubuhnya hanya diketemukan sebuah bungkusan kecil obat pemunahnya.

Bergegas ia mem bawa obat pemunah itu kembali.

Tapi waktu ia sampai dimana tadi Li-Hong rebah di atas tanah, seketika ia berdiri tertegun dan terlongong longong sekian lama.

Ternyata keadaan tetap sunyi, bekas bekas diatas rumput masih ada tapi bayangan Li Hong sudah menghilang entah kemana, sampai baju yang dipakainya juga ikut lenyap.

Giok-liong menggeleng, jarak sedemikian dekat dan orang sedemikian besar hilang begitu saja lenyap tanpa diketahui olehnya, Apa mungkin Li Hong sendiri yang sudah siuman terus tinggal pergi? Tidak mungkin! Pasti tidak mungkin ! Mendadak ia membanting kaki sambil berteriak kejut.

"Wah, cialat!"

Dimana badannya bergerak laksana segulung asap terus menerobos keluar dari dalam rimba.

Baru saja ia keluar lantas dilihatnya puncak sebelah kanan berkelebat sesosok bayang kecil langsing terus menghilang.

Gerakan siapakah yang sedemikian cepatnya? Dalam hati ia bertanyatanya, kakinya segera mengerahkan seluruh tenaga mengembangkan Leng-hun-toh terus melesat ke-arah purcak didepan sana.

Laksana meteor terbang sebentar saja ia sudah tiba diatas puncak namun disini tiada apa-apa yang dapat dilihatnya, maka tanpa ragu-ragu lagi Leng hun toh dikembangkan sampai puncak tertinggi untuk mengejar lagi kedepan, Sambil berlari dan terbang itu, kedua matanya yang celingukan kian kemari mengamat-ngamati sekelilingnya, adalah sesuatu tanda-tanda yang mencurigakan.

Hatinya menjadi bingung dan risau selalu.

Betapa tidak Giok-liong menjadi gugup karena dengan telanjang bulat Ang-i moli Li-Hong telah digondol pergi seseorang, kepandaian orang yang menculik itu sedemikian lihay bagai mana hatinya takkan gugup dan kwatir.

Dalam berlari kencang tanpa tujuan ini tanpa disadari ia terus berlari semakin dalam diatas pegunungan, dikejauhan kegelapan samar samar terlihat setitik sinar pelita, jelas kelihatan didepan sana kalau bukan sebuah kampung kampung pasti sebuah kota kecil.

Sinar pelita yang kelap-kelip itu seketika membangkitkan semangatnya.

Memang kenyataan sudah sekian lama dia belum pernah berdekatan dengan khalayak ramai.

Tapi kebangkitan semangat itu hanya sebentar saja.

Hilangnya Li Hong merupakan beban pemikiran dalam benaknya.

Akan tetapi dia tiada tempo atau waktu untuk berusaha mencari jejak Li Hong lagi, Sebab masih banyak tugas yang lebih penting menunggu penyelesaiannya ini merupakan pukulan berat bagi penderitaan batinnya, Entah menyapa dia tidak tahu, kenapa dirinya mengambil perhatian sedemikian besar terhadapnya! Mungkin adalah karena aku berhutang budi terhadapnya! demikian ia mengguman sendiri untuk menjawab pertanyaan hati sen-diri, Akan tetapi betapapun setelah mendapat jawaban ini, apalagi yang dapat diperbuatnya.

Dalam jangka setengah tahun dia harus dapat menemukan gurunya, kalau gurunya tidak meninggalkan lembah putus nyawa itulah baik.

Tapi gurunya sekarang telah menuju ke Lam-hay ! sekarang bila berusaha hendak mencari gurunya, satu-satunya jalan hanyalah menuju ke Lam-hay mencari pula Bu-ing-to.

Apakah benar gurunya pernah kesana- Entahlah, tapi sekaligus dapat menyerapi jejak Kim-leng-cu, untuk menyampaikan pesan gurunya tempo hari.

"Ai,"

Perlahan lahan ia menghela napas, batinnya "Nona Li Hong, maaf bahwa aku tiada waktu lagi untuk mencarimu."

Pikir punya pikir lantas timbul perasaan menyesal dalam hatinya. Sekonyong-konyong bentakan keras terdengar bagai guntur menggelegar dari sebelah samping kiri sana.

"Maknya, kurcaci dari mana yang sebal sebul napas ditengah malam gelap ini mengganggu impianku saja."

Seiring dengan bentakan ini, dari belakang sebuah batu besar menggelinding keluar seorang aneh berkepala besar bertubuh kecil setinggi empat kaki.

Sedemikian besar kepalanya seperti semangka saja layaknya, hidungnya mendongak keatas dengan sepasang mata kecil seperti mata ayam, rambutnya awut-awutan, ditambah alisnya yang tebal seperti sapu, mengenakan pakaian kucel dan banyak tambalan, kedua kakinya kecil pendek tapi besar kuat, bentuk tubuhnya yang lucu ini benar-benar sangat menggelikan.

Sambil menyeret sendal bututnya, tangannya diulur untuk menyeka umbel dari hidungnya terus disiutkan kontan memberon-dong keluar liur umbelnya langsung terus dikebutkan "Siuut"

Sedemikian keras samberan titik bayangan putih ini secepat kilat terus melesat kearah muka Giok liong. Giok -liong mengerutkan alis, sedikit menggeser kaki sebat sekali ia menghindarkan diri.

"Plak"

Terdengar suara nyaring, lantas terlihat batu pecah berhamburan bersama percikan api, gumpalan umbel itu sekarang sudah amblas masuk kedalam batu besar dibelakang Giok-liong.

Terdengar orang aneh berkepala besar itu heran, sedikit menggoyangkan pundak, gesit sekali tahu-tahu dia sudah berada dihadapan Giok-liong, terdengar suaranya keras seperti gembreng pecah berkata.

"Bagus, bocah keparat ternyata berisi juga, tak heran berani datang kemari menjual lagak didepan orang tua."

Sambil bertriak tangannya mendadak mencengkeram kedada Giok-liong. Keruan Giok-liong menjadi dongkol, tapi dia tahu bahwa kesalahan dipihaknya, sedapat mungkin ia berlaku sabar, serunya sambil melompat mundur menghindar.

"Ada omongan marilah dibicarakan, kenapa harus menggunakan kekerasan ..."

Orang aneh kepala benar itu tetap membandel teriaknya.

"Bagus. kau sudah membangunkan impianku, masih berani tidak minta maaf..."

Dimana pundaknya bergerak "wut"

Tangan kanan menampar tiba dengan dahsyatnya. Giok liong menggeser kaki kiri terus menyingkir enam kaki serunya jengkel.

"Diatas pegunungan siapapun boleh gembargembor, dengan hak apa kau mengatakan aku mengganggu tidur nyenyakmu?"

Sebentar orang aneh kepala besar itu tertegun lantas berteriak lucu lagi.

"Bagus... bagus sudah salah tidak mengaku masih berani mengobral mulut, hari ini kalau Lohu tidak memberi pelajaran pada kau sungguh sia-sia aku hidup sekian lama berkelana di Kangouw."

Sambil gembar gembor, dengan suaranya yang aneh melengking itu tubuhnya bergerak cepat berkelebat mendadak ia berputar seperti gangsingan mengitari tubuh Giok liong.

Dimana kedua kepalannya bergerak bayangannya bagai gugur gunung menindih tiba.

Sementara itu, rasa gusar Giok-liong sudah semakin memuncak.

sambil berkelit ia berseru keras.

"Kalau cian-pwe tidak segera berhenti terpaksa Cayhe berlaku kurang hormat! "

"Hm emangnya kau sudah tidak tahu tata kehormatan setelah tahu aku orang tua sebagai cian-pwe, lekas berlutut dan menyembah sembilan kali, kalau tidak Lohu nanti putuskan kedua kaki anjingmu itu."

Semakin memuncak amarah Giok-liong, batinnya.

"Orang ini tidak kenal aturan, kalau aku tidak turun targan, pasti disangka aku ini gampang dipermainkan..."

Dalam hati berpikir, badannya lantas melejit mundur. teriaknya geram.

"Aku menghormat kau baru kupanggil Cianpwe, Siapa tahu ternyata kau tiada harganya untuk dihormati Hui, kalau tuan tidak segera berhenti, terpaksa Cayhe berlaku lancang."

Orang aneh berkepala besar ini bernama Siok-Kui-tiang, tingkat kedudukannya di kalangan persilatan sangat tinggi, kepandaian silatnya juga lihay dan tinggi sekali, biasanya polahnya memang aneh dan suka melucu, wataknya juga sangat aneh suka bawa adatnya sendiri, Bersikap kejam dan telengas lagi, serasi dengan bentuknya yang serba kekurangan itu maka kaum persilatan sama-sama memberikan julukan iblis rudin.

"Iblis rudin Siok Kui-tiang mendelikkan mata, mulutnya menggarang keras.

"Kurcaci mari tumpahkan seluruh kepandaianmu Kalau hari ini Lohu tidak menghajar anak kecil yang kurang ajar dan tidak tahu adat kesopanan ini, sia-sia aku dipanggil iblis rudin Siok Kui-tiang!"

Seiring dengan habis ucapannya segera ia merubah cara permainannya, kontan angin lesus yang deras timbul membumbung tinggi ketengah angkasa sambil mengeluarkan suara mendesis yang menderu hebat, bayangan pukulan tangan yang memenuhi angkasa mendadak berubah tutukan jari yang merata dimana-mana, terus langsung menutuk keseluruh tempat-tempat penting dibadan Giok-liong.

Baru mendengar nada perkataan orang, lantas Giok-liong terkejut dan cepat-cepat siaga, batinnya.

"Celaka, siapa nyana kiranya orang aneh kecil ini ada!ah iblis rudin Siok Kiu tiang yang sudah menjagoi dunia persilatan puluhan tahun yang lalu..."

Meskipun terkejut tapi rasa mau menang sendiri lantas bersemi dalam hati kecil. Maka segera ia bergelak tertawa, serunya.

"Bagus biarlah Cayhe menerima pengajaran dari iblis rudin ytng tenar."

Belum lenyap suara tawanya tenaga ji-lo sudah terkerahkan berputar keras diseluruh badannya, dimana setiap kali tangannya terayun tenaganya memberondong keluar secepat kilat itu ia sudah lancarkan delapan belas kali pukulan serta dua belas tutukan jari.

Seketika angin menderu pasir beterbangan bayangan pukulan serta tutukan saling selulup timbul bergantian laksana angin badai yang mengamuk bertumpuk berlapis-lapis.

iblis rudin tiba-tiba mementang mulut meneriakkan tawa anehnya, tubuhnya juga ikut berputar keras seperti gangsingan berubah bayangan menyelusup kedalam bayangan tutukan, Maka bayangan jari tutukan berlapis meninggi bagai gunung, sebaliknya bayangan angin pukulan menderu-deru bagai hujan batu terus memberondong keluar bergantian tidak mengenal putus.

Beruntun terdengar suara plak-plok, berulang kali dari benturan tangan yang keras sekali.

Dua bayangan manusia yang berwarna ungu dan putih dengan angin melambai secepat kilat menyerang saling melancarkan serangan dahsyat yang mematikan diantara tusukan jari serta pukulan tangan yang rapat dan rumit sekati, mereka mengerahkan segala kemampuan serta kegesitan tubuh untuk menyelimatkan diri.

Sekejap mata saja, enam puluh jurus itulah berlalu.

Dua belah pihak sama-sama sudah mengerahkan seluruh kekuatan.

Tiba-tiba terdengar iblis rudin mendamprat gusar, kekuatan angin tutukannya bertambah semakin besar dan dahsyat, laksana tajam anak panah yang meluncur menembus hawa ditengah udara langsung menusuk kesetiap tempat yang mematikan dibadan Giok-liong.

Giok-liong sendiri juga lantas memperdengarkan suara tawa panjang yang lantang, Dimana terlihat jubah panjangnya melambai-lambai, hawa murninya mendadak dikerahkan sampai sembilan bagian, dimana pukulan tangannya sampai hawa murninya segera memberondong keluar pula, laksana gelombang samudra yang mengamuk terus menerjang kearah musuh.

Angin lesus semakin keras dan menghebat ditengah gelanggang pertempuran ini, semua benda yang berada dekat dari gelanggang semua terseret dan tergulung mumbul ketengah udara dan terus melayang tinggi entah jatuh dimana, saking cepat berputarnya angin lesus ini sampai akhirnya bayangan kedua orang yang tengah bercampur menjadi terbungkus hilang dari pandangan mata.

Kadang kala kalau angin tutukan atau pukulan menerobos keluar gelanggang dan mengenai bumi lantas terdengarlah ledakan keras yang menggetarkan alam sekelilingnya, disertai pasir dan debu beterbangan diselingi percikan api.

Tanpa merasa tahu-tahu mereka sudah bertempur sampai lima ratus jurus banyaknya setelah bertempur sekian lama ini, jidat iblis rudin Siok Kiu-tiang sudah mulai mandi keringat, jelas kelihatan bahwa dia berada diposis terdesak, sebaliknya badai pukulan yang dilancarkan Giok-liong semakin garang dan melebar, bukan semakin lemah malah semakin dahsyat bagai gugur gunung.

Lambat laun ketekatan serta kepercayaan terhadap diri sendiri telah semakin luntur dalam benak Siok Kui-tiang, kepandaian silat serta Lwekang pemuda lawannya ini benarbenar diluar perhitungannya, Kepedihan hati akan keputusan harapan untuk menang segera bersemi dalam lubuk hatinya, malah semakin membesar dan luber.

Betapa ia takkan sedih, sudah puluhan tahun lamanya nama julukannya sangat tenar dan ditakuti, selama hidup ini belum pernah ia temukan tandingan yang setimpal.

Maka begitu menghadapi seorang pemuda yang masih berbau wangi malah dapat mendesak dirinya.

Lambat laun ia kehilangan inisiatif untuk balas menyerang dari pada lebih banyak membela diri, Apalagi jelas dalam waktu singkat ini dirinya sudah pasti bakal dikalahkan.

ia merasa bahwa dirinya bak umpama selembar sampan yang diumbang-ambingkan hujan badai yang bergelombang tinggi ditengah samudra raya dimalam gelap, ini masih belum terang dirinya masih terserang oleh badai dan bayu seorang diri tanpa ada seorangpun yang membantu atau berusaha menyelamatkan jiwanya.

Ia putus harapan serta hampa, sebatang kara tanpa bantuan setelah diterawangi serta dipikirkan secara mendalam, akhirnya ia mengerak gigi mengambil keputusan nekad.

"Meskipun ilmu kepandaian tunggal perguruan ini setiap dilancarkan pasti melukai malah mungkin membunuh orang, tapi dalam keadaan yang terdesak itii, seumpama melukai lawan juga bukan menjadi kesalahanku."

Seperti diketahui Siok Kiu-tiang adalah tokoh kejam yang suka turun tangan dengan keji.

Kalau biasanya siapa-siapa yang mengganggu tidurnya sampai hatinya gusar, tentu ia lampiaskan amarah hatinya itu bagai orang gila layaknya, sekali turun tangan pasti membunuh orang, Tapi menghadapi pemuda pelajar yang ganteng ini, sebaliknya hati kecilnya menjadi tidak tega turun tangan dengan membawa suara hatinya, sebaliknya timbul rasa simpatiknya, hasratnya memberi sekedar hukuman ringan saja.

Diluar tahunya begitu saling gebrak, kepandaian serta kekuatan lawan mudanya ini ternyata sedemikian hebat dan lihay, walaupun dirinya sudah kerahkan seluruh kemampuannya masih kewalahan juga, sekarang demi gengsi dan jiwa dia sudah bertekad untuk menggunakan kepandaian simpanan dari perguruannya yaitu Kam-thian-ci ilmu tunggal perguruan baru dua kali ia pernah gunakan selama malang melintang puluhan tahun di dunia persilatan.

Harap diketahui bahwa dibawah serangan Kam thian-ci selamanya belum ada seorangpun yang masih tetap hidup, inilah sebabnya mengapa sekian lama ini kaum peralatan belum tahu asal usul perguruan iblis rudin ini.

Setelah mengambil ketetapan, hatinya juga 1amasmenjadi tenang.

Sementara daya pukulan Giok-liong yang keras dan dahsyat itu sudah membuatnya tidak kuat berdiri tegak lagi, tubuhnya terhuyung mundur beberapa langkah.

Sekonyong-konyong terdengar ledakan dahsyat yang menggetarkan bumi dan langit, kiranya kedua lawan ini lagi lagi telah mengadu pukulan sekuat tenaga mereka, Kontan terdengar suara gerangan tertahan, menggunakan daya pentulan yang keras ini iblis rudin melambung tinggi tiga tombak, sebaliknya Giok-Iiong juga limbung lima langkah, seketika gelanggang pertempuran menjadi gelap dan ribut oleh debu dan angin yang mengembang keempat penjuru.

Tiba-tiba iblis rudin mendongak serta tertawa gelak-gelak aneh, seluruh rambut diatas kepalanya tegak berdiri, air mukanya juga berubah membesi, badannya berputar cepat seperti roda kereta diatas udara terus meluncur turun sampai mengulur tangan kanannya yang mendadak mulur sekali lipat kelima jarinya juga membesar dan berwarna merah menyerupai wortel, dengan kepala dibawah dan kaki diatas diiringi dengan tawa anehnya langsung ia menerkam turun seperti elang hendak mencabik mangsanya.

Waktu mengadu pukulan tadi Giok-liong sendiri juga rasakan darahnya bergolak dan dadanya menjadi sesak, matanya kunang kunang, tahu dia bahwa dirinya sudah terluka dalam, Kini waktu ia angkat kepada dilihatnya iblis rudin tengah menerkam datang dengan daya luncuranyang pesat serta gaya yang aneh itu, hatinya membatin.

"Bukankah ini Kam-thian-ci dari Pat-ci-kay-ong yang kenamaan itu?"

Tapi sudah tiada waktu lagi untuk memberikan suatu penjelasan atau memperkenalkan diri siapa dirinya sebetulnya, Apalagi sejalur angin keras warna merah merong diselingi sebuah uluran tangan yang menjojohkan sebuah jari tengahnya yang berwarna merah darah itu sudah terpaut setombak diatas kepaianya, tengah menusuk tiba dengan kecepatan yang tak dapat diukur.

Sudah tentu Giok-liong tidsk berani berajal, hawa Ji lo segera terkerahkan sampai sepuluh bagian, tipu Tian-ceng jurus ketiga dari Sam-ji ciu-hun-chiu juga lantas dilancarkan.

Berbareng kakinya juga ikut bergerak mengembangkan Lenghun- toh, tubuhnya melesat mundur menghindarkan diri.

Berkuntum kuntum awan putih bergulung maju didorong hawa murni yang kokoh dan deras gemuruh melandai kedepan, sebuah telapak tangan yang putih halus, tanpa mengeluarkan suara melayang maju memapak kedepan seperti bayangan setan saja.

"Ha, kau..."

Terdengar iblis rudin Siok Kui tiang berteriak keras dan kejut.

"Dar... Byeeeeerrrr,"

Gunung bergerak bumi tergetar, batu pasir menari-nari ditengah udara.

Kabut putih melesat mengembang keempat penjuru dengan derasnya, demikian pula hawa merah itu buyar menembus angkasa.

Hujan darah terjadi diselingi pekik kesakitan yang tertahan, dua bayangan manusia terpental terbang kedua jurusan.

Tubuh kecil pendek dari iblis rudin membawa jalur darah segar yang menyempit keluar dari mulutnya terpental jauh puluhan tombak.

"bluk"

Keras sekali terbanting ditanah.

Sinar muka Giok-Iiong juga pucat pasi, dimana mulutnya terpentang ia juga menyemburkan darah segar badannya tersentak mundur enam tombak terus jatuh terduduk tak bergerak lagi, bintang berkunang kunang didepan matanya, darah dirongga dadanya bagai hendak meledak seakan dipalu oleh godaan yang beratnya ribuan kati.

Meskipun keadaannya sangat payah, namun ingatannya masih segar bugar, segera ia himpun semangat menenangkan hari, pelan-pelan ia kerahkan hawa murninya mengiring berputar keseluruh tubuhnya, Didapatinya bahwa sebagian dari isi perutnya ada yang pecah dan hancur kalau tidak segera diberi pengobatan dan tertolong luka-lukanya itu bakal membahayakan jiwanya.

setelah dapat berganti napas, dengan susah payah dirogohnya sebuah pulung berwarna putih dari balik bajunya, dari pulung kecil ini dituangnya dua butir pil berwarna hijau, bau harum semerbak segera merangsang hidung, langsung ia telan obat obat mujarab itu.

Obat yang baru ditelah ini merupakan obat yang terpenting dan termahal dari semua obat obatan yang diberikan oleh To ji sebagai bekal, Dalam pulung kecil itu hanya berisi sepuluh butir, khasiatnya dapat mengembalikan jiwa orang dan ambang kematian.

Begitu butir pil itu tertelan kedalam perut lantas lumer menjadi cairan wangi terus masuk kedalam perutnya, dengan dilandasi hawa murninya yang kuat itu, segera khasiat obat didorong dan dikembangkan ke berbagai urat nadi serta seluruh isi perut yang luka-luka, Tidak lama kemudian sebagian besar lukanya sudah dapat disembuhkan.

Bergegas ia bangkit berdiri terus memburu kearah iblis rudin yang masih rebah tak bergerak ditanah.

Keadaaa iblis rudin Siok Kiu-tiang lebih parah lagi, wajahnya merah hitam, darah masih mengalir keluar dari telapak tangan kanan, serta meleleh keluar dari ujung mulutnya, inilah akibat dari tokoh silat tingkat tinggi yang terluka berat dari benturan tenaga yang membalik menghantam badan sendiri sehingga seluruh isi perutnya-pecah dan jungkir balik.

Melihat keadaan orang yang parah ini Giok-liong menjadi gelisah, cepat cepat dirogohnya keluar pulung kecil tadi serta dituangkannya dua obat yang mujarab serta mandraguna itu langsung dijejalkan kedalam mulutnya.

Dia sendiri terus duduk bersila disamping iblis rudin serta memayang tubuh orang untuk duduk bersila juga, tangan kanan diulur lurus dijalan darah Bing-bun-hiat mulailah tenaga Ji-Io, dikerahkan serta disalurkan kedalam badan Siok Kuitiang.

Lambat laun kasiat obat mulai bekerja, Hawa murni didalam badan Siok Kui-tiang sendiri juga mulai bekerja, menyambut hawa trobosan yang disalurkan Giok-liong kedalam badannya terus berputar-putar keseluruh pelosok tubuhnya.

Baru saja ia sadar dan kembali kesadarannya lantas merasa bahwa dirinya telah tertolong dari saat-saat yang kritis, ada seorang tokoh silat maha lihay telah menolong mengobati luka luka parahnya, Mata masih tak kuasa dibuka namun mulutnya sudah darat sedikit bergerak serta berkata tergagap.

"Orang ..kosen dari ....manakah yang telah ....menolong ....Siok kui-tiang, ... Selama hidup ini pasti takkan kulupakan - , ..Tapi ... , disebelah sana ....masih ... masih , . ,.

"

Bicara sampai disini tenaga nya sudah habis sekali lagi ia menghamburkan darahnya. Cepat-cepat Giok - liong membujuk lirih "jangan banyak bicara lagi, lebih penting lagi kau mengerahkan tenaga dan hawa murni berobat diri."

Seolah-olah iblis rudin tidak mengenai jelas orang yang bicara duduk dibelakang-sya adalah Ma Giok-Iiong atau musuh berat yang tadi adu kepandaian dengan dirinya, setelab menelan air liur, ia meneruskan bicara.

"Ditanah sebelah sana... masih ada ... seorang pemuda berpakaian putih ... yang terluka berat , ..karena kesalahan tanganku , ..sehingga terluka parah .., sila .., silahkan tuan menolongnya lebih dulu... keadaanku . , , rasanya tidak terlalu parah ...

"

Habis berkata lagi-lagi ia menyemburkan darah. Mendengar perkataan orang yang penuh prihatin ini, terharu perasaan Giok liong,"

Katanya lembut.

"Kau sendiri perlu tekun berobat diri, dia sudah sembuh !"

"Apa ... apa betul ?"

"Benar."

Sekarang Siok Kiu tiang baru merasa lega dan tentmm, pelan pelan ia mulai kerahkan hawa murni serta menuntunnya mengalir keselumh tubnhnya, bersama dengan aliran panas dari bantuan tenaga yang dikerahkan Giok-Hong mendorong serta membantu bekerjanya obat terus bergerak merambati badannya, Tatkala mana baru Giok-liong benar-benar merasa terperanjat betapa panjangnya dan dalam tenaga hawa murni Siok Kiu-tiang ini benar-benar sangat mengejutkan.

Tanpa memerlukan banyak waktu hawa murni dalam tubuhnya sudah pulih kembali dan mulai lincah bergerak malah.

bergulung deras bagai gelombang samudra yang berderai maju tiada putusnya.

Lambat laun malah Giok-hong semakin merasa tertekan dan banyak mengeluarkan tenaga, air mukanya sampai pucat pias, keringat sebesar kacang membasahi jidat.

Tahu dia bahwa sampai taraf terakhir ini luta-luka Siok Kiutiang sudah tidak perlu dikwatirkan lagi, perlahan-lahan ia menarik kembali tenaga murninya, duduk bersila disamping Siok Kui tiang mengerahkan Ji-lo untuk menormalkan jalan darah serta kemurnian tenaganya lama kelamaan diatas kepala kedua orang yang tengah duduk bersila ini mengepul kabut putih yang semakin tebal dan semakin lama bergulunggulung semakin keras dan cepat.

Akhirnya bagai air mendidih dalam kuali melonjak-lonjak keatas.

Hanya ada perbedaannya, kalau kabut diatas kepala Giokliong adalah putih bersih, sebaliknya kabut yang menguap diatas kepala Siok Kiu tiang adalah bersemu merah marong.

Dari lobang kedua hidungnya juga menjulur keluar dua jalur kabut yang molor modot panjang pendek bergantian demikian juga warna kedua jalur pendek ini berbeda, jalur-jalur kabur diujung kedua hidung Giok-liong ada ada lebih besar satu perempat dibanding kabut yang menjulur keluar dari hidung Siok Kiu-tiang.

Dari sini dapat diukur dan diterangkan bahwa khikang yang dilatih dari masing-masing perguruan ini berbeda.

sedang dalam taraf tingkat kesempurnaannya latihan Siok Kui tiang boleh dikata lebih rendah setingkat dibanding Giok-liong.

ini tidak perlu dibuat heran, Giok-liong mendapat karunia Tuhan harus mengalahkan berbagai rintangan dan petaka sehingga akhirnya mendapat manfaat yang berlimpah dari pelajaran yang diberikan oleh Pang Giok.

kenapa tidak karena sekarang dalam tubuhnya sudah membekal Lwekang dengan latihan seabad lebih, ditambah kasiat obat-obat mujarab yang mandraguna serta bakat Giok-liong sendiri.

Betapapun hebat dan tinggi pembawaan Siok Kui-tiang yang serba pandai itu juga harus mengakui kekurangan dibanding orang lain.

Begitulah latihan dalam usaha penyembuhan diri sendiri ini sudah mencapai pada taraf yang paling genting dan membahayakan.

Kabut tebal diatas kepala mereka sudah semakin kuncup dan menghilang menjadi gumpalan hawa kabut yang berhenti bergerak dan bergantung ditengah udara, sebaliknya dua jalur kabut dikedua lobang hidung mereka masing-masing bergerak panjang pendak semakin cepat, seluruh tubuh juga mulai mengeluarkan keringat dan uap yang hangat, warnanya sama dangan kabut di masing masing kepala mereka.

Jelas bahwa usaha mereka sudah mendapat sukses lari berhasil dengan baik sekali.

Tatkala mana sangat pantang sekali bila ada seseorang datang mengganggu kalau tidak bukan saja berhasil malah sebaliknya jiwa mereka bisa celaka atau sedikitnya juga menjadi cacat seumur hidup, betapa berat dan mengerikan akibat ini ! Sekonyong-konyong terdengar angin ber-kesiur disusul terlihatnya bayangan orang berkelebat, tahu-tahu disekitar mereka berdua telah bermunculan serombongan orang-orang mengenakan seragam hitam, ditengah dada mereka terlukiskan lembayung warna merah, semua laki-laki tinggi besar dan tegap ini menenteng golok-go!ok dan berbagai persenjataan lain.

Gemuruh tawa dingin memecah kesunyian alam sekelilingnya dari rombongan seragam hitam itu ...

Dari rombongan seragam hitam yang mengepung ini, beranjak keluar tiga laki-laki yang mengenakan pakaian serba merah dan mengenakan kedok hitam pula, Diatas pundak masing-masing semampai jubah panjang yang terbuat dari kain sutra.

Orang yang berdiri ditengah barperawakan tinggi kurus tapi gagah garang, sebaliknya dua orang di kanan kirinya bertubuh lebih gemuk dan kekar, pinggang masing-masing menyoreng sebilah pedang panjang, sepasang mata yang tersembunyi dari balik kedoknya memancarkan cahaya dingin yang tajam, Mereka menanti dibelakang kanan kiri orang yang berdiri ditengah.

Gelak tawa dingin yang terdengar rendah sember itu justru keluar dari mulut kedua orang ini, Para laki-laki seragam hitam yang mengepung gelanggang sejak mendengar suara tawa scmber ini lantas semua berdiri tegak dengan sikap hormat, sedemikian patuh sikap mereka sampai menghela napas besar juga tidak berani.

Sunyi dan tebang melingkupi suasana gelanggang dan mencekam sanubari seluruh hadirin, Keadaan dalam hutan ini seolah-olah telah dilingkupi hawa kematian yang tebal, ya, elmaut tengah mengancam dan mengintai setiap jiwa hadirin.

Mendadak laki-laki kurus tinggi mengenakan kedok hitam itu menggeledekkan suara tawa dinginnya yang mendirikan bulu tengkuk ditengah malam gelap ini, suaranya mendengung bergema sekian lama diudara.

Lambat laun suara tawa itu semakin meninggi keras dan melengking bak ujung sebatang anak panah yang menusuk lubuk hati manusia.

Semua laki-laki seragam hitam yang berdiri melingkar diluar gelanggang kontan mengunjuk sikap menderita yang ditahan-tahan keringat sebesar kacang membanjir keluar.

Mereka tahu bahwa tawa panjang ini bukan lain semacam serangan tawa, Karena gema suara ini merupakan hawa panah yang telah didesak dan didorong keras.

kekuatan hawa murni dari Lwekang tertinggi unuk melukai musuh.

Terhadap siapa suara tawa ini ditujukan, maka isi perut dari orang itu pasti akan tergetar hancur dengan menyemburkan darah dan melayanglah jiwanya.

Para laki-laki yang berdiri diluar gelanggang paling-paling hanya keserempet gelombang dari genta tawa itu saja, tapi toh mereka sudah menderita dan mengerahkan tenaga untuk melawan.

Mereka jelas mengetahui siapakah kedua orang yang tengah mereka hadapi ditengah gelanggang ini.

Ma Giok-liong adalah orang yang harus diringkus hidup-hidup atas perintah Pangcu mereka.

Sedang mereka yang lain adalah tokoh lihay yang berulang kali dipanggil dan diundang untuk masuk anggota perkumpulan mereka, tapi selalu membunuh utusan yang membawa surat undangan, bukan saja menolak malah menentang, dia ini bukan lain adalah iblis rudin Siok Kui-tiang yang kenamaan dan disegani.

Mereka tahu pula bahwa kedua orang ini sekarang tengah mengerahkan hawa murni untuk mengobati luka luka dalamnya dan sudah sampai pada taraf yang menentukan, sedikit gangguan saja cukup untuk menamatkan jiwa mereka.

Apalagi menggunakan penyerangan cara tawa bergelombang yang mengerahkan hawa murni dari aliran lurus sana! Disaat orang berkedok seragam hitam itu mulai perdengarkan suara tawanya tadi, Giok-liong dan Siok Kiutiang yang bersila ditengah gelanggang itu tampak melonjak tergetar tubuhnya Lebih parah lagi keadaan Siok- Kiu-tiang, wajahnya menunjuk rasa derita yang tertahan, mengikuti suara gelombang tawa yang semakin meninggi rasa derita diwajahnya juga semakin tebal, sehingga kulit wajahnya mengkerut dan meringis menggigit bibir sampai berdarah, keringat dingin membanjir membasahi seluruh tubuh.

Lebih mendingan keadaan Giok-liong, setelah seluruh tubuh tergetar hebat, kabut diatas kepalanya itu segera bergulung lebih keras seperti air mendidih diatas tungku yang mengepul tinggi dan melebar sekelilingnya sehingga terlingkup oleh kabut tipis.

Lambat-laun kabut tipis ini mulai membungkus kedua orang ini yang duduk bersila ini.

Suara gelombang tawa mendadak lenyap dan berhenti.

Orang berkedok yang berdiri ditengah itu dengan sorot pandangan dingin berpaling kanan kini serta berkata.

"Cahyu Hu-hoat bunuh mereka."

Sedikit mengerahkan badan kedua pelindung itu segera menghadap didepannya serta katanya sambil memberi hormat.

"Baik Pang-cu!"

Seiring dengan hilang suara mereka, dua bayangan hitam serentak melesat mundur, sedemikian cepat gerak gerik mereka laksana kilat menyambar tahu-tahu badan mereka sudah melambung tinggi sepuluh tombak, dimana pinggang ditekuk serta merentang kedua tangan masing-masing, jalur-jalur kabut warna kehijauan segera merembes keluar dari seluruh badan mereka.

Begitu kedua dengkul masing-masing ditekuk, dari setinggi sepuluh tombak itu badan mereka lantas meluncur turun bak umpama burung garuda yang hendak menerkam dan mencabik mangsatnya, berbareng dengan itu, empat kepalan tangan mereka juga ikut bekerja memancarkan sinar merah yang sangat menyolok
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar