Kaki Tiga Menjangan Jilid 95

Jilid 95

Terdengar si Ahli Sastra Holland berkata pula.

"Kalau Kong ciak Tayjin tetap bermaksud mengerahkan pasukan besar Cina menyusup ke Kota Moskow lalu menggunakan ilmu sihir warisan jengis Khan untuk meringkus kedua pangeran serta Tuan Puteri Sophia, mungkin memang bisa berhasil. Tapi rahasia ini harus dijaga rapat-rapat, jangan sampai diketahui oleh Bangsa Lo Sat. negara Lo Sat adalah negara yang besar sekali, kekuatannya tidak bisa disamakan dengan jaman jengis Khan dulu."

"Aku sudah pernah ke Kota Moskow, Kelihatan di sana aku sudah melihatnya dengan jelas sekali. Besok kita lepaskan Golovin, lalu kita ajak berunding lagi. Tentu saja hanya pura-pura. Apa yang kita usulkan juga pasti tidak akan disetujui olehnya. Namun kita bisa mengulur waktu, satu hari perjanjian tertunda, berarti prajurit kita sudah berkurang satu hari dalam perjalanan menuju Moskow."

"Betul, betul. Tapi biar bagaimana sebaiknya Tayjin berhati-hati, sebab urusan ini berbahaya sekali," sahut si Ahli Sastra.

"Aku tahu. Yang penting kau jangan berkata apa-apa, jangan sampai timbul kecurigaan di hati Golovin," kata Siau Po. Si Ahli Sastra mengiakan lalu memohon diri. "Panggil Wang Pat Se Ki dan Cu Ke Juo Fur” teriak Siau Po.

Seorang cong peng berjalan ke luar, tidak lama kemudian dia masuk kembali bersama Walpatsky dan chekonof

"Besok aku mengutus kalian berdua pergi ke Moskow, Bawakan hadiah-hadiah besar untuk Tuan puteri sophia, sepanjang jalan banyak perampok, sebaiknya ajak sejumlah pasukan untuk mengawal kalian," kata Siau Po kepada kedua orang itu.

"Dalam perjalanan dari sini ke Moskow paling-paling ada beberapa maling kecil saja, namun mereka tidak terialu ganas, Tayjin tidak perlu khawatir," sahut Walpatsky.

"Kau tidak tahu bahwa perampok suku Tar Tar sekarang ganas sekali jumlah mereka sekali keluar ada delapan sembilan ribu orang. Malah kalau sasarannya kelas kakap, sekali muncul bisa dua puluh ribuan orang," kata Siau Po pula-

Walpatsky dan chekonof saling memandang sekilas, pandangan mata mereka seakan tidak percaya terhadap apa yang dikatakan Siau Po

" Keberangkatan kalian harus terbagi dua rombongan Wang Pat se Ki memimpin satu rombongan dengan mengambil jalan utara, sedangkan cu Ke juo Fu memimpin rombongan lainnya mengambil jalan selatan, Bagaimana? "

"Tidak jadi masalah, jarak yang ditempuh hampir sama jauhnya," sahut Wafpatsky. Chekonof juga mengiakan,

"Baiklah. Hadiah-hadiah serta surat yang telah kupersiapkan biar diserahkan oleh utusan kami. Kalian hanya jadi pengantar jalan saja. Kalau kerja kalian bagus, ada  hadiah nya besar sekali. Tapi kalau pekerjaan kalian tidak beres, aku akan berpesan kepada komandan pasukan yang mengawal untuk memenggal batok kepala kalian," kata Siau Po- setelah itu dia mengibaskan tangannya, 

"Sekarang kalian boleh keluar"

Kedua komandan Lo Sat itu segera mengundurkan diri Siau Po mengambil sejumlah Leng Ki atau Bendera perintah dan dibagikan kepada para panglima, mulutnya mengoceh dalam bahasa Cina. Golovin memang tidak mengerti apa yang dikatakannya, tapi kalau dengan dari gerak-geriknya, dia tahu bahwa para panglima itu sedang menerima perintah dari Siau Po, lalu setiap orang menepuk dadanya sendiri seperti sedang mengangkat sumpah. Mulut mereka tidak henti-hentinya bersemi "Moskow Moskow"

Terdengar mulut Siau Po mengoceh beberapa kalimat lagi. Empat orang prajurit segera mengambil selembar peta dan membawanya ke hadapan siau "Po. jari telunjuk Siau Po menuding pada sebuah titik biru, lalu menyusuri garis merah sampai pada kotak bertanda hijau.

Meskipun Golovin tidak mengerti huruf Cina dan tidak mengerti pula bahasa yang mereka gunakan, tapi kebetulan peta itu menghadap kepadanya. Dari bentuk serta gambarnya dia tahu bahwa Siau Po sedang menunjukkan perjalanan dari Ni PuJu dan berhenti tepat di Kota Moskov- Mungkin itulah jalur yang akan mereka tempuh besok-

- Bangsa Cina yang bodoh ini benar-benar jahat. Rupanya sejak semula mereka sudah mengadakan persiapan untuk menggempur Moskov — pikir Golovin dalam hati-

Terdengar Siau Po berbicara kembali dalam bahasa Cina, berulang kali dia menyebut-nyebut nama "Golovin", para prajurit yang mendengarnya langsung tertawa terbahak-bahak

Golovin berpikir dalam hati- — Kalian pasti menertawakan aku sebagai si Tolol- Kalian berhasil menipu ku untuk melakukan perundingan dan akan mengulur waktu. 

Diam-diam para prajurit kalian malah menyusup ke Moskov untuk menyerang ibukota 

kami. Hm Kau kira aku bisa tertipu oleh kalian? -

Perlahan-lahan dia berdiri - Tuhan memberkati kami sehingga aku dibiarkan mengetahui rencana jahat Bangsa Cina yang bodoh ini. Hal ini merupakan pertanda bahwa negara kami masih dilindungi, tidak mungkin terjadi apa-apa. Aku tidak perlu khawatir Besok toh aku akan dilepaskannya, untuk apa aku mengambil resiko melarikan diri malam ini? — pikirnya lagi.

Di sebelah barat tampak para penjaga berjalan mondar-mandir tidak henti-hentinya, namun berbalik di sebelah timur justru berbalik jadi gelap gulita. Dengan mengendap- endap Golovin kembali ke tendanya.

Ternyata ketiga penjaga tadi masih tertidur dengan pulas. Dengan hati-hati dia masuk ke tenda dan tiduran kembali di atas balai-balai

Keesokkan paginya Golovin disediakan sarapan yang mewah. pembesar Lo Sat itu menyantapnya tanpa sungkan-sungkan, setelah selesai, dua orang prajurit menggiringnya ke tenda besar Di dalam tenda itu tampak Siau Po duduk sambil  tersenyum simpul. "Tuan utusan Apakah semalam kau bisa tidur nyenyak?" tanyanya-

Golovin mendengus satu kali

"Para penjagamu mengawasiku dengan ketat, tentu saja aku bisa tidur nyenyak" sahutnya ketus.

Siau Po tertawa

"Hari ini tentunya kau tidak lagi marahi bukan? Bagaimana kalau kita bicarakan masalah pembagian wilayah?" tanyanya.

Golovin tidak menjawab, malah mengeluarkan sapu tangan lalu digunakan untuk menyumpal mulutnya lagi. Siau Po menunjukkan sikap marah-

"Kalau kau masih keras kepala, aku akan menyuruh orang untuk menebas batang lehermu" Golovin tidak menunjukkan perasaan gentar sedikit pun.

— Kau toh sudah mengambil keputusan untuk melepaskan hari ini, buat apa buang- buang energi dengan pura-pura marah seperti ini. Memangnya siapa yang takut terhadapmu -Ejeknya dalam hati.

Siau Po memaki-maki panjang lebar, tapi tampaknya Golovin tidak memperdulikannya. Akhirnya dia memperlihatkan mimik kewalahan.

"Baiklah, aku mengakui kegagahanmu Kau boleh kembali ke tempat untuk beristirahat, sepuluh hari kemudian kita bertemu lagi di sini untuk melakukan perundingan kembali," kata si anak muda, Golovin berpikir pula dalam hati.

Kau pura-pura marah, tujuanmu sebenarnya adalah mengulur waktu. Kemungkinan pasukanmu sekarang sudah berangkat menuju Moskov, pokoknya aku tidak akan terjerat oleh perangkap yang kau pasang —

Maka dia pun berkata, "Terima kasih banyak kalau kau bersedia memulangkan aku. untuk menunjukkan ketulusan hati kami, aku bersedia merundingkan perjanjian nanti sore, jadi tidak perlu menunggu sampai sepuluh hari lamanya-" Siau Po tersenyum-

"Tidak perlu tergesa-gesa. Biar kita sama-sama bisa istirahat dan menenangkan pikiran Lewat beberapa hari lagi masih ada waktu untuk merundingkannya."

"Pimpinan kedua negara sama-sama berharap masalah ini bisa cepat diselesaikan setelah itu masih banyak waktu untuk beristirahat." sahut Golovin

"Raja kami tidak tergesa-gesa minta urusan ini diselesaikan Beliau sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Kalau Tuan utusan merasa keberatan, baiklah kita rundingkan hal ini lima hari kemudian," kata Siau Po

Golovin menggelengkan kepalanya. "Jangan menunda waktu lagi. Kita rundingkan hari ini juga."

"Bagaimana kalau tiga hari lagi kita baru berunding?" tanya Siau Po seakan ingin mengulur waktu terus. 

"Tidak Hari ini" sahut Golovin. "Bagaimana kalau besok?" 

"Tidak bisa, harus hari ini" Siau Po menarik nafas panjang "Kalau kau begitu keras kepala, terpaksa aku yang mengalah. Tapi sebelumnya aku harus bicara pahitnya dulu. Dalam menentukan pembagian wilayah aku tidak akan mengalah, setiap jengkal tanah harus ada penawaran dan saling timbang yang terinci," sahut Siau Po, Golovin berpikir dalam hati-

- Dalam pembagian wilayah saja kau ingin melakukan tawar menawar untuk setiap jengkal tanahnya. Kalau begitu, sampai tawar menawar ini selesai kemungkinan prajurit kalian sudah masuk ke Kota Moskow, Kau kira aku ini orang tolol? -

Dia segera berdiri dan berkata," Kalau begitu aku mohon diri sekarang, terima kasih atas hidangan yang telah Tayjin sajikan"

Siau Po mengantar sampai ke depan tenda, serombongan prajurit mengiringi pembesar Lo Sat itu sampai ke kota Ni Pu Ju. Namun dua ratus enam puluh serdadu mereka masih ditahan oleh Siau Po

Golovin berjalan ke luar. Dia melihat pasukan besar Ceng yang kemarin berkumpul di sekitar tempat itu sudah tidak tampak batang hidungnya lagi.

Hanya tersisa segelintir yang berjaga-jaga di sana. Hatinya semakin kecut melihat keadaan itu.

-Bangsa Cina ini berani berbicara berani berbuat pula. sungguh bangsa yang lihai dan tidak boleh dianggap enteng - pikirnya dalam hati.

Rombongan menggiring Golovin sampai di depan tenda tempat pertemuan mereka kemarin. Tampak tiga orang Komandan Lo Sat masih berdiri tegak di tempat semula tanpa bergerak sedikit pun. Enam prajurit Ceng segera menghampiri mereka. Terdengar mulut keenam orang itu berseru serentak

"Jengis Khan jengis Khan" Lalu tangan mereka menepuk beberapa kali di tubuh ketiga komandan tersebut.

Tampak ketiga komandan Bangsa Lo Sat itu menggeliat sedikit. Tubuh mereka sudah terbebas dari totokan. Tapi karena mereka sudah berdiri tegak selama satu hari satu malam, otomatis kedua lututnya jadi kesemutan Mereka langsung jatuh terkulai di atas tanah.

Keenam prajurit Ceng tadi segera membimbing mereka bangun lalu membantu mereka melangkah sejauh belasan depa. Dengan demikian rasa kesemutan di dengkul para komandan itu sudah jauh berkurang sehingga mereka bisa bergerak sendiri, Golovin yang melihat kejadian langsung berpikir

- ilmu sihir yang diwariskan oleh jengis Khan ternyata benar-benar lihai. Tidak heran kalau dulu dia bisa menguasai dunia tanpa tandingan, untung jaman sekarang sudah ada senapan api, sehingga dengan demikian musuh tidak berani terlalu dekat dengan kita. Kalau tidak, Bangsa Cina yang barbar itu akan menguasai seluruh dunia, sedangkan kami yang umat Tuhan malah harus jadi budaknya —

Para prajurit Ceng itu segera mengantar Golovin sampai ke depan pintu gerbang Ni Pu Ju, setelah itu mereka baru kembali ke tempat semula.

Golovin menanyakan nasib ketiga komandannya itu setelah terkena pengaruh ilmu sihir Bangsa Cina, Ketiga komandan itu memberikan jawaban yang sama. "Pada saat itu, tiba-tiba saja terasa ngilu di bagian pinggang dan punggung, lalu tidak terasa apa-apa lagi, seperti orang yang mati rasa." 

"Apakah antara kalian ada yang membawa salib?" tanya Golovin

Ketiga anak buahnya segera melepaskan pakaian mereka. Tampak mereka semua mengenakan kalung salib, bahkan satu di antara mereka membawa patung kecil yesus Kristus. Golovin mengerutkan keningnya. Dia berpikir

- ilmu sihir warisan jengis Khan rupanya benar-benar lihai, salib yesus Kristus sekali pun tidak sanggup mengenyahkan hawa sesatnya —

Dia segera menulis tiga pucuk surat laporan darurat lalu menyuruh lima belas orang serdadu agar berpencar ke tiga arah yang berlainan untuk menuju ke Moskow secepatnya. Di dalam suratnya dia menyatakan bahwa prajurit-prajurit Cina dalam jumlah besar sudah berangkat ke ibukota mereka dan akan melakukan penyerangan secara diam-diam.

Para serdadau itu akan menyamar sebagai gembala-gembala suku Tar Tar, harap pihak Moskow berhati-hati dan menjaga ketat pintu gerbang kota tersebut.

Kira-kira tengah hari, ketiga serdadu yang diutus oleh Golovin kembali ke Kota Ni Pu Ju secara berturut-turut. Mereka memberikan laporan yang sama, yakni seluruh jalan menuju Moskow telah dihadang oleh prajurit Ceng. Begitu utusan Lo Sat bermaksud menerobos, prajurit Ceng membidik mereka dengan anak panah.

Benar-benar tidak ada akal yang baik untuk menerobos. Maka dari pada mati konyol lebih baik mereka kembali lagi.

Hati Golovin semakin panik mendengar keterangan para utusannya.

—jalan satu-satunya adalah mempercepat selesainya perundingan Dengan demikian baru ada kemungkinan mereka menarik kembali para prajuritnya. — pikirnya.

Sore harinya, Golovin membawa lima belas anak buahnya menuju tenda tempat pertemuan diadakan Kali ini dia tidak membawa seorang pun serdadu suku Ke Lungke dari pasukan berkudanya.

Dia ingin menunjukkan ketulusan niatnya kali ini. Lagipula dia merasa percuma membawa pasukan berkuda sebanyak apa pun, sebab anak buahnya tidak bisa menangkal kehebatan ilmu sihir warisan jengis Khan, sebetulnya Golovin berpendidikan tinggi.

Dia sudah mempunyai banyak pengalaman pula. Pada dasarnya dia bukan orang yang mudah ditipu begitu saja, sayangnya rasa gentar Bangsa Lo Sat terhadap keperkasaan jengis Khan sudah tertanam sejak jaman dahulu.

Apalagi ilmu menotok jalan darah Songji sudah mencapai taraf yang tinggi sekali, dia pun melihat buktinya dengan mata kepala sendiri, itulah sebabnya dia percaya penuh ketika mendengar ocehan Siau Po tentang ilmu sihir warisan Jengis Khan,

Golovin tiba lebih dulu di tenda pertemuan, tidak lama kemudian Siau Po, So Ngo Ta dan Tang Kok Bang pun tiba- Siau Po melihat Golovin tidak membawa serdadunya, maka dia pun menyuruh para prajuritnya untuk mengundurkan diri- Kedua belah pihak saling berbasa-basi sebentar, mereka tidak mengungkit urusan kemarin sedikit pun. Mereka segera membicarakan masalah pembagian wilayah. Golovin berharap perundingan ini dapat cepat diselesaikan makanya dalam segala hal dia banyak mengalah, sikapnya jauh berlainan dengan Diam-diam Siau Po merasa geli, dia tahu lakon sandiwara yang dimainkannya tadi malam sudah memperlihatkan hasil, sebetulnya dia sendiri tidak mengerti sedikit pun urusan pembagian wilayah ini, karena itu dia juga tidak berani ambil resiko.

Urusan itu diserahkan kepada So Ngo Ta yang berkomunikasi dengan bantuan si Ahli sastra berkebangsaan Holland. 

Tampak Golovin dan So Ngo Ta meletakkan sehelai peta besar di atas meja. Tangan So Ngo Ta terus menunjuk ke sebelah utara, Golovin mengerutkan keningnya, telunjuknya yang menunjuk ke utara juga menyurut mundur sedikit demi sedikit sebagai tanda bahwa dia terus menerus mengalah.

Asal jari tangannya makin naik ke arah utara, berarti wilayah yang dimiliki negara Cina pun semakin banyak-

Siau Po memperhatikan kedua orang itu beberapa saat, kemudian hatinya jadi tidak sabaran. Dia segera berjalan menuju sebuah kursi goyang dan duduk di sana. Disuruhnya salah seorang prajurit mengambilkan sebuah kotak yang terletak di meja satu nya, sembari menikmati kue dalam kotak itu, hidungnya mendengungkan irama "Raba sana raba sini".

Golovin sudah bertekad untuk mengalah, namun So Ngo Ta juga tidak mau terlalu mendesaki karena khawatir akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan. Meskipun demikian, surat-surat yang harus di-tanda tangani kedua belah pihak memang agak rumit diselesaikan.

Karena surat itu terdiri dari beberapa lembar dan harus diterjemahkan dalam bahasa negara masing-masing, setelah itu masih ada lembaran lainnya yang dibuat dalam bahasa Latin sebagai bahasa yang digunakan oleh saksi.

Sampai empat hari lamanya mereka sibuk menyelesaikan dokumen perjanjian, akhirnya surat-surat itu pun dilanda tangani oleh kedua belah pihak-

Dari So Ngo Ta dan Tang Kok Bang, Siau Po mengetahui bahwa dalam perundingan ini negara Cina meraih banyak keuntungan, sebab wilayah pembagian yang didapatkan lebih luas dari pihak Lo Sat.

Malah jauh melebihi batas yang ditentukan oleh Kaisar Kong Hi Dokumen perjanjian terdiri dari empat bagian, satu dalam Bahasa Lo Sat, satu dalam Bahasa Cina, dan dua dalam Bahasa Latin.

Apabila ada kalimat yang kurang meyakinkan dalam perjanjian kedua belah pihak, maka dokumen dalam Bahasa Latinlah yang akan dijadikan dasar.

Tibalah saatnya bagi kedua utusan dari negara masing-masing untuk menanda tangani perjanjian Siau Po mengenali tulisan namanya sendiri, namun kalau disuruh menggerakkan pit untuk menuliskannya, kadang-kadang membuat salah kaprah.

Huruf Wi ada kalanya ditulis menjadi huruf Cang. Bentuk kedua huruf ini memang hampir sama, apalagi bagi orang yang buta huruf, sedangkan huruf Po kadang-kadang  ditulisnya sebagai huruf Mai- Hanya huruf siau saja yang masih bisa ditulisnya dengan benar-

Seumur hidupnya, jarang sekali melihat wajah Siau Po berubah menjadi merah. Namun saat ini terlihat berona merah- Bukan karena minum arak, juga bukan karena marah, melainkan karena hatinya merasa agak malu.

Masa di depan utusan negara lawan dia sebagai seorang pembesar kerajaan tidak bisa menulis namanya sendiri.

So Ngo Ta paiing memahami diri Siau Po, maka dia berkata.

" Untuk menanda tangani dokumen perjanjian ini yang diperlukan hanya membuat sebuah guratan tangan saja, Wi Tayjin boleh mencantumkan sebuah huruf "siau" saja sudah terhitung menanda tangani perjanjian ini."

Siau Po gembira sekali. Dalam hati dia berpikir bahwa huruf "siau" memang merupakan huruf andalannya, Dia segera mengambil sebatang mopit, di sebelah kiri dia membuat garis miring seperti kumis, demikian pula di sebelah kanannya.

Terakhir dia membuat guratan panjang dengan bagian kakinya agak melengkung sedikit so Ngo Ta tersenyum, "Sudah, tulisan yang bagus sekali," pujinya, Siau Po memiringkan kepala untuk meneliti huruf "Siau, yang dibuatnya, kemudian mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak. So Ngo Ta menjadi heran.

"Apakah ada sesuatu yang lucu dalam pandangan Wi Tayjin?" tanyanya, Siau Po tertawa.

"Coba kau perhatikan huruf ini, bukankah mirip seseorang yang tertotok jalan darahnya lalu berdiri kaku dengan kedua tangan melebar ke samping?" katanya

So Ngo Ta ikut memperhatikan sekilas, apa yang dikatakan Siau Po memang benar Dia tahu benak Siau Po saat ini pasti sedang membayangkan Golovin

Bayangan itulah yang akhirnya menjadi inti tulisannya. Dia langsung ikut tertawa geli. Para pembesar lainnya yang hadir di sana juga ikut tertawa

Golovin mendelikkan matanya memperhatikan orang-orang cina itu. ia tidak mengerti apa yang ditertawakan oleh mereka

Utusan kedua negara dan para pembesar negara masing-masing segera menyelesaikan perjanjian tersebut ini merupakan perjanjian pertama yang dibuat oleh Negara Cina dan Neaara Lo Sat.

Dalam hal ini negara Cina meraih keuntungan besar, wilayah utara yang berhasil dikuasainya mencapai dua ratus laksa li. Kalau dibandingkan negara Cina yang sekarang, maka luasnya mencapai satu setengah kali lipat.

Sesuai dengan peraturan pada jaman itu, kedua belah pihak sama-sama menembakkan meriam ke udara sebanyak empat kali sebagai tanda perjanjian telah disepakati

Meriam milik kerajaan Ceng ada empat ratus lebih, begitu ditembakkan suaranya menggelegar seakan hendak memecahkan angkasa, sedangkan meriam milik Negara Lo Sat yang ada di Ni PuJu ada dua puluhan. Kalau dibandingkan dengan suara meriam milik Kerajaan Ceng, benar-benar ibarat kicauan burung dan auman singa.

Diam-diam Golovin merasa beruntung, sebab kalau perjanjian itu sampai gagal, dia tidak dapat membayangkan akibatnya bila harus berperang dengan pasukan Siau Po- Dapat dipastikan tidak ada satu pun serdadu dari pasukannya yang bisa menyelamatkan diri.

Setelah perjanjian selesai, kedua negara saiing bertukar souvenir, Golovin menghadiahkan arloji, alat teropong, peralatan dari peraki kulit macan tutul dan berbagai macam senjata untuk Siau Po dan para pembesar Ceng lainnya.

Sedangkan Siau Po membalasnya dengan memberikan kuda-kuda pilihan, pelana dari kulit bermutu terbaik, cawan emas, pakaian dari benang sutera, mantel berbulu binatang dan lainnya, sedangkan untuk para serdadu Lo Sat yang berjumlah dua ratus enam puluh orang itu Siau Po memberikan masing-masing uang perak senilai dua puluh tail sebagai pengganti ikat pinggang mereka yang telah diputuskan atas perintahnya.

Diam-diam Golovin masih merasa cemas, entah pasukan Kerajaan ceng yang diperintahkan menyusup ke kota Moskov sudah ditarik kembali atau belum. Maka dalam pembicaraan dengan Siau Po selama perjamuan besar di malam harinya, dia terus melakukan penyelidikan.

Namun Siau Po sangat cemas, dia pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Golovin, pertanyaan orang itu selalu dijawab dengan sangar-sangar.

Dua hari kemudian, Golovin mendapat kabar bahwa ada pasukan besar Kerajaan Ceng yang mendatangi dari arah barat, Golovin segera memanjat ke atas tembok kota dan melihat dengan alat peneropong. Dari kejauhan tampak rombongan besar pasukan berkuda Kerajaaan-Ceng sedang menghambur ke arah kota Ni Puju.

Debu-debu yang terkais oleh kaki kuda sampai mengepul ke udara, Golovin senang sekali. Dia tahu pasukan besar yang tadinya diperintahkan menyusup ke Kota Moskow sudah ditarik kembali.

Beberapa hari kemudian, tukang-tukang batu panggilan telah menyelesaikan tugu perbatasan sesuai perjanjian Talisan yang tertera di atas tugu tersebut terdiri dari Bahasa Cina, Bahasa Lo Sat dan Bahasa Latin.

Setelah selesai, utusan kedua negara beserta para pembesarnya melakukan upacara peresmian secara sederhana, kemudian mereka saling memohon diri untuk kembali ke negara masing-masing.

Sebelumnya Siau Po memanggil Walpatsky dan chekonof, dia menyuruh mereka membawakan hadiah untuk Ratu Sophia, Diantaranya terdapat selimut serta bantal.

Negara utara merupakan wilayah yang tandus, sulit menemukan benda-benda seperti ini. Siau Po memberikan milik Songji kepada si Taan Puteri Negara Lo Sat. Sembari tertawa Siau Po berkata.

"Kalau Taan puteri benar-benar merindukan aku, suruh dia bergumul dengan selimut atau memeluk bantal ini saja." "Cinta Tuan puteri kami terhadap Tayjin dalam sekali, sedangkan selimut dan bantal ini cepat rusaki sebaiknya Tayjin memerintahkan beberapa ahli bangunan datang ke Moskow untuk membuatkan beberapa jembatan. Dengan demikian dalam jangka waktu yang panjang sekali kenangan terhadap Tayjin masih terpateri dalam hati Tuan puteri" sahut Walpatsky. sekali lagi Siau Po tertawa lebar.

"Aku sudah mempertimbangkan hal ini, kalian jangan cerewet," katanya.

Ia lantas menyuruh beberapa anak buahnya menggotong ke luar sebuah peti kemas berukuran besar, yang menggotongnya sampai delapan orang. Tampaknya isi peti itu berat sekali. Di bagian luar peti kemas terbelenggu rantai tebal yang dilas api sehingga kuat sekali.

"Hadiah ini berarti sekali, kalian harus menjaganya baik-baik dan jangan sampai terjadi kerusakan dalam perjalanan Begitu Tuan puteri kalian melihatnya, dia pasti merasa senang.”

"Hadiah ini akan menimbulkan kenangan sepanjang masa sama halnya dengan jembatan buatan orang-orang bangsa kami," kata Siau Po pula.

Kedua utusan dari Lo Sat itu tidak berani banyak bertanya. Mereka menyuruh beberapa serdadunya untuk membawa peti kemas itu. peti itu memang berat sekali, mungkin lebih dari seribu kati. Bayangkan saja betapa susah payahnya para serdadu Lo Sat membawa benda itu dari Ni Puju menuju Moskov.

Begilu menerima hadiah itu. Ratu sophia segera menyuruh orang untuk membukanya, isi peti itu ernyata sebuah patung besar berbentuk Siau Po yang sedang tersenyum simpul, buatannya halus sekali sehingga tampak hidup. Namun yang menjadi keistimewaannya, patung itu justru telanjang bulat. Rupanya Siau Po mendatangkan seoarang ahli pahat patung untuk membuat patung dirinya. Dibagian cincin patung itu terdapat tulisan "Aku selalu mencintaimu" yang dibuat oleh si Ahli Sastra kebangsaan Holland dengan menggunakan Bahasa Lo Sat.

Tuan puteri Sophia yang melihat patung itu sampai tertegun beberapa saat. Dia tidak tahu harus menangis atau tertawa menghadapi kejadian ini. Terbayang olehnya kecerdasan dan sikap nakal si Pembesar Bocah Tiongkok.

Rasanya tidak ada seorang lain pria Lo Sat yang dapat menandinginya. Akhirnya dia menatap patung itu dengan sinar mata penuh kerinduan.

Patung ini diletakkan dalam istana Kremlin. Ketika terjadi pemberontakan antara orang-orang sendiri Ratu Sophia diusir keluar dari istana tersebut, patung Siau Po ini diperintahkan agar dihancurkan para serdadu yang mendapat tugas tersebut merasa sayang menghancurkan patung yang bentuknya demikian hidup.

Akhirnya patung itu mereka sembunyikan di sebuah desa terpencil, oleh sebagian penduduk yang masih primilif, patung itu malah dipuja. Ada orang yang percaya, bila ingin mendapatkan keturunan bagi pasangan yang mendapat kesulitan, mereka harus berdoa di depan patung itu lalu meraba bagian bawahnya beberapa kali. 

-ooo00000ooo- Siau Po memerintahkan anak buahnya untuk segera kembali ke Kotaraja, Begitu pasukan besar Kerajaan Ceng memasuki perbatasan kota utama negara Cina itu, para pembesar istana serta ratusan prajurit pilihan sudah menunggu di pintu gerbang kota.

Siau Po mengajak So Ngo Ta, Tung Kok Bang, Pa Hai, Peng Cun, Lim Heng cu dan beberapa pembesar lainnya pergi menemui Kaisar Kong Hi. sri Baginda merasa puas sekali dengan hasil kerja Siau Po sehingga menganugerahkan pangkat pangeran Lu Ting Kong Tingkat satu. sedangkan So Ngo Ta, Tung Kok Bang serta yang lainnya juga mendapat kenaikan pangkat.

Keesokan harinya Siau Po mendapat panggilan untuk menghadiri perjamuan yang diadakan oleh Kaisar Kong Hi. Di hadapan para pembesar istana, raja menceritakan kecerdikan Siau Po sehingga berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik-

Siau Po juga mendapat berbagai hadiah. Tentu saja si anak muda merasa senang sekali Dalam perjalanannya pulang dari istana, terdengar suara tepukan tangan yang riuh mengiringi dari belakangnya.

Siau Po merasa bangga sehingga membusungkan dadanya tinggi-tinggi, setiap tempat yang dilaluinya selalu terdengar suara sorakan orang ramai memujinya.Tiba-tiba dari pinggir jalan terdengar teriakan seseorang. 

"Siau Po Kaulah si anjing buduk yang tidak ingat budi"

Jangan ditanyakan bagaimana terkejutnya hati Siau Po. Dia merasa suara ini tidak asing bagi telinganya. Ketika dia menolehkan kepala, tampak seorang laki-laki bertubuh tinggi besar menghambur ke luar dari kerumunan orang banyak- orang itu menudingnya sambil memaki

"Siau Po Kau lah si maling kecil yang pantas ditebas seribu kali Kau tidak sudi menjadi orang Han yang baik justru menyerahkan diri untuk mengabdi kepada Bangsa Ceng Kau tidak malu menjadi budak Bangsa Tatcu Kau sudah mencelakai gurumu sendiri, kau juga mencelakai saudara-saudara seperguruanmu sekarang Raja Tatcu menganugerahkan pangkat yang tinggi kepadamu sehingga kau merasa besar kepala Pasti karena hidupmu senang, bukan? Neneknya Locu akan menebas tubuhmu dua puluh delapan kali dan meng ulungkan kepalamu lima belas kali Aku ingin lihat pada saat itu apakah kau masih bisa menjadi pangeran Kura-kura atau pangeran Bebek?"

Laki-Iaki itu tidak mengenakan baju. Tampak dadanya penuh dengan bulu yang lebat Tampangnya garang dan matanya memandang Siau Po dengan sinar menyala-nyala, ternyata dialah Mao sip Pat, yang mula-mula membawa Siau Po ke Kota raja.

Sementara Siau Po masih tertegun mendengar caci maki orang itu, puluhan prajurit Ceng sudah menerjang ke depan dan mengepung Mao sip Pat. Laki-laki itu mengeluarkan sebilah pedang pendek untuk melakukan perlawanan, namun puluhan prajurit itu sudah mengambil tindakan terhadapnya. Ada yang menudingkan golok ke lehernya, ada yang merebut pedang pendek dari tangannya dan sisanya segera menelikung kedua tangan orang itu lalu mengikatnya dengan tali.

Mulut Mao sip Pat tidak henti-hentinya memaki, "Siau Po Kaulah si maling kecil yang lahir dari rahim seorang pelacur sungguh merupakan suatu kesalahan besar Locu  membawamu ke Kota raja tempo hari Aku merasa berdosa terhadap Tan Kin La m dan Tan ceng tocu. Aku juga berdosa terhadap para pendekar dari perkumpulan Thian Te hwee. Hari ini toh aku tidak ingin hidup lagi, biarlah orang-orang di dunia ini tahu bahwa kaulah si pengkhianat yang menjual temannya sendiri Kaulah si maling budukan yang lupa budi orang yang ada dalam otakmu hanyalah bagaimana menjabat pangkat yang tinggi dengan menjadi anjingnya Bangsa Tatcu"

Beberapa prajurit maju untuk menampar mulut Mao sip Pat, tetapi dengan gagah orang itu terus memaki, tidak memperdulikan rasa sakit sedikit pun. Siau Po segera memerintahkan para prajurit jangan bertindak kasar, salah seorang prajurit mengeluarkan sehelai sapu tangan lalu menyumpal mulut Mao sip Pat dengan sapu tangan itu.

Namun Mao sip Pat masih juga mencaci meskipun suaranya berubah aneh dan tidak terdengar jelas apa yang dimakinya. Siau Po menurunkan perintah kepada anak buahnya.

"Bawa orang ini ke rumahku, jaga baik-baik tapi jangan dipersulit Beri dia makan dan minum, nanti aku akan menginterogasinya sendiri"

Siau Po kembali ke rumahnya. Di dalam ruangan perpustakaan telah tersedia hidangan yang lengkap di atas meja. Dia menyuruh orang menggiring Mao sip Pat ke hadapannya. Namun dia takut Mao sip Pat akan mengambil tindakan keras terhadapnya, maka dia menyuruh Songji dan Su Cuan untuk menemaninya dengan menyamar sebagai prajurit Ceng.

Beberapa orang menggiring Mao sip Pat ke hadapan Siau Po. Anak muda itu menyuruh mereka membebaskan belenggu yang mengikat kedua tangan Mao sip Pat setelah itu mereka disuruh meninggalkan tempat itu. Siau Po menyambut orang itu dengan tertawa lebar.

"Mao toako, sudah lama kita tidak bertemu. Tentunya keadaanmu baik-baik saja bukan?" katanya.

Mao sip Pat marah sekali.

"Apanya yang baik atau tidak? sejak bertemu denganmu seharusnya keadaanku baik-baik saja, sekarang sudah pasti tidak baik" sahutnya kasar-Siau Po tetap tersenyum.

"Mao toako, harap duduk dulu, siaute akan menyalang tiga cawan arak untukmu, semoga kemarahanmu bisa reda, setelah itu kau bisa memberitahukan kesalahan apa yang telah siaute lakukan. Rasanya masih belum terlambat, bukan?" katanya. Mao sip Pat melangkah lebar-lebar ke depan.

"Aku akan membunuhmu terlebih dahulu, setelah itu baru minum arak" Tinjunya yang besar terkepal dan dilayangkan ke arah Siau Po.

Su Cuan menghambur ke depan lalu menangkap tinju Mao sip Pat dengan tangan kanannya. Dalam waktu yang bersamaan jari tangan kirinya menotok dua kali pada bagian pundak Mao sip Pat. Detik itu juga tubuh Mao sip Pat menjadi ngilu dan lemas. Dia tidak dapat mengerahkan tenaga sedikit pun. Tanpa terasa dia jatuh terduduk di atas kursi.

Mao sip Pat terkejut sekaligus marah. Dia berusaha untuk bangun, namun Su Cuan yang berdiri di belakangnya kembali menggunakan jari tangannya menutul pundaknya sehingga di luar kemauan Mao sip Pat terpaksa duduk kembali.

Padahal tubuh Mao sip Pat besarnya dua kali tubuh Su Cuan. Namun dengan ilmunya yang tinggi wanita itu berhasil menguasai lawannya, sudah tentu hati Mao sip Pat semakin panas jadinya.

"Hari ini Locu berani memakimu di hadapan orang banyak, dengan demikian Locu juga tidak memikirkan lagi mati hidup ini. Asal orang-orang di seluruh dunia tahu bahwa kau Wi Siau Po hanyalah seorang manusia rendah yang mencelakai gurunya sendiri serta menjual saudara-saudara seperguruannya" makinya.

"Mao toako, aku memang bekerja bagi sri Baginda, tapi apa yang kulakukan adalah menggempur Bangsa Lo Sat, bukan membunuh Bangsa Han kita. Bagaimana kau bisa mengatakannya sebagai sebuah pengkhianatan?" tanya Siau Po dengan nada tenang. 

"Namun kenapa kau membunuh gurumu, Tan Kin Lam?" Mao sip Pat balik bertanya. "Kenapa kau mengatakan aku yang mencelakakan guruku? sudah terang guruku 

mati di tangan si budak The Kek song" kata Siau Po

"Sampai sekarang kau masih mungkir? Dalam firmannya, sri Baginda terang- terangan menjelaskan masalah ini" sahut Mao sip Pat. Siau Po terkejut setengah mati.

"Mengapa,., dalam firman raja bisa disebutkan bahwa aku yang membunuh guruku?" Siau Po merasa heran. Diam-diam dia mengerling ke arah Su Cuan.

"Dalam firman beliau beberapa hari yang lalu, sri Baginda memang menyatakan bahwa kau telah mendirikan jasa besar dalam pemberantasan para pemberontak seperti Go Pay, Go sam Kui dan yang lain-lainnya, juga dikatakan bahwa kaulah yang pertama-tama membuat ciut hati para pemberontak dari Taiwan sehingga bawahannya yang lain tidak mengalami kesulitan merebut pulau itu.

Hal ini memang benar, namun di samping itu masih ada beberapa kalimat yang isinya menerangkan bahwa kau berhasil membunuh Ketua Pusat Thian Te hwee yakni Tan Kin Lam, juga tangan kanannya yang sangat dipercaya, Hong ci Tiong.

Dengan demikian seluruh saudara-saudara dari Thian Te hwee yang tersisa scaera melarikan diri terbirit-birit serta menyembunyikan diri di tempat terpencil karena takut tertangkap prajurit Kerajaan Ceng, inilah yang tidak benar," sahut Su Cuan menjelaskan tanpa diminta.

Siau Po mengerutkan keningnya.

"Aku masih belum mengerti juga, bagaimana urusan ini bisa dibebankan ke pundakku?" tanyanya.

"Dengan kata lain kau telah berhasil membunuh Tan Kin Lam dan Hong ci Tiong sehingga murid-murid Thian Te hwee lainnya kocar-kacir entah kemana. Hal ini dapat dianggap bahwa perkumpulan Thian Te hwee sudah bubar terpecah belah" sahut Su Cuan pula. Siau Po melonjak bangun. "Mana... mana ada urusan seperti itu? Bukankah ini yang dinamakan fitnah?" teriaknya penasaran Su Cuan menggelengkannya perlahan-lahan, "Hong ci Tiong adalah seorang mata-mata. Memang betul kita yang membunuhnya, cuma dalam firmannya sri Baginda menambahkan tiga kata Tan Kin Lam."

Siau Po menjadi panik seketika, Tan Kin Lam adalah guruku yang berbudi tinggi. Bagaimana mungkin aku mampu mencelakakannya? Firman sri Baginda ini... aih, kau sudah mendengar apa isi firman itu, mengapa kau tidak mengatakannya kepadaku?"

" Kami sudah pernah merundingkan hal ini. Dalam firmannya sri Baginda menambahkan tiga kata Tan Kin Lam". Apabila kau mengetahuinya, kau pasti merasa tidak senang," sahut Su Cuan.

Siau Po mengerti apa yang dimaksudkan dengan 

"Kami telah merundingkannya" oleh Su Cuan. Artinya ketujuh istrinya telah mengadakan perundingan Siau Po menoleh kepada Songji, tampak istrinya itu menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.

"Mo toako, dengan sejujur-jujurnya aku mengatakan bahwa aku tidak mencelakai guruku, sedangkan Hong ci Tiong merupakan murid murtad dari perkumpulan Thian Te hwee, dia... dia memberikan laporan kepada sri Baginda mengenai gerak-gerik kami secara diam-diam. " Mao sip Pat tertawa dingin.

"Oh, jadi kau inilah yang disebut orang baik-baik?" ejeknya.

Siau Po terduduk dengan lemas

"Aku.. aku akan menemui Sri Baginda dan meminta agar beliau merubah— merubah isi firman itu. " Meskipun mulutnya berkata demikian, namun dia tahu bahwa Kaisar 

Kong Hi tidak mungkin merubah isi firmannya hanya karena dia dianggap orang yang istimewa. Dalam hati dia berpikir.

— Entah anjing penjilat mana yang melaporkan bahwa aku yang membunuh Tan Kin Lam? Dalam pandangan Sri Baginda, ini merupakan bukti kesetiaanku, tapi apakah.   

aku masih terhitung seorang manusia apabila tidak menjelaskan duduk perkaranya? —

Hatinya semakin gelisahi Tanpa dapat mempertahankan diri lagi dia menangis tersedu-sedu.

"Mao toako, cici Cuan, Songji yang baik, aku benar-benar tidak membunuhi guruku" teriaknya

Melihat Siau Po tiba-tiba menangis keras-keras, ketiga orang itu menjadi terkejut, Su Cuan segera menghampirinya lalu memeluk pundaknya, Dengan lembut dia berkata

"Suhumu dibunuh oleh The Kek song di Pulau Tong sip to. Kami melihatnya dengan mata kepala sendiri" Dia mengeluarkan sehelai sapu tangan kemudian mengusap air mata yang membasahi pipi Siau Po

Pada saat itu Mao sip Pat baru tahu bahwa prajurit yang ilmunya tinggi itu ternyata seorang wanita. Hatinya semakin terkejut, suatu ingatan tiba-tiba melintas dalam pikiran Siau Po. "Betul Mao toako, si budak Kek song sekarang masih ada di Kotaraja, sekarang kita bersama-sama menemuinya lalu Toako bisa menanyakan hal ini sampai jelas. Aku yakin dia tidak berani mengingkari perbuatannya"

Baru berkata sampai di sini, tiba-tiba dari luar terdengar seruan seseorang. "Firman kaisar tiba To congkoan to Lung mendapat tugas menyampaikan firman 

kaisar"

Siau Po segera berdiri menghadap ke utara. Tampak To Lung melangkah masuk dengan wajah berseri-seri. Siau Po langsung menjatuhkan diri berlutut dan menyembah sebanyak tiga kali. to Lung menunggu anak muda itu menyelesaikan penghormatannya, baru ia berkata.

"Sri Baginda berpesan agar orang yang mengacau di jalanan tadi dibawa untuk menemui beliau. Kemungkinan Sri Baginda ingin menginterogasinya sendiri" Hati Siau Po tercekat kaget mendengar kata-katanya.

"Oh, orang itu? Tadi adikmu ini sudah membawanya ke mari dan mengajukan berbagai pertanyaan secara mendetail, rupanya dia itu orang gila. Kata-katanya ngaco, semakin lama siaute semakin tidak mengerti apa yang diocehkannya sehingga dengan kesal siaute terpaksa melepaskannya," sahut Siau Po-

Mendengar sampai di sini, Mao sip Pat tidak dapat menahan kemarahan hatinya lagi. Dia melonjak bangun sambil menggebrak meja keras-keras, getarannya sampai membuat mangkuk-mangkuk yang ada di atas meja itu saling beradu.

"Maknya, Wi Siau Po siapa yang kau katakan sebagai orang gila? Akulah orang yang mengacau di jalanan tadi Aku pula yang memaki-maki Raja Tatcu Meskipun ditebas dengan seribu golok pun aku tidak takut Mengapa aku harus takut bertemu dengan seorang Raja Tatcu?" teriaknya lantang.

Diam-diam Siau Po mengeluh. Dia berharap dapat mendustai Kaisar Kong Hi dan to Lung, setelah itu dia akan melepaskan Mao sip Pat, Ternyata orang itu tidak menyadari kebaikan hatinya sama sekai, malah sengaja memaki-maki sang Raja di depan umum. walaupun batok kepalanya ada delapan belas, belum tentu Siau Po sanggup mempertahankannya lagi. To Lung menarik naIas panjang.

"Saudaraku, kau selalu mengutamakan persahabatanmu dengan orang-orang kangouw, Daam hal ini toakomu merasa kagum sekali, untuk urusan ini kau telah berusaha sebaik-baiknya, jangan menyalahkan dirimu sendiri Mari kita berangkat" katanya.

Mao Sip Pat melangkah ke depan pintu. Ketika hendak ke luar tiba-tiba dia menolehkan kepalanya lalu meludah ke arah Siau Po. Ketika itu pikiran si anak muda sedang bercabang, yakni memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan Mao sip Pat

Tentu saja dia tidak melihat datangnya semburan ludah dari Mao sip Pat, Puih segumpal air liur itu tepat mengenai matanya. Para prajurit yang melihat kejadian itu sebera menghunus golok masing-masing lalu menerjang ke arah Mao sip Pat

Siau Po mengibaskan tangannya "Sudahlah, jangan mempersulit dirinya" katanya- Anak buah To Lung langsung maju untuk meringkus orang itu. Dalam sekejap mata Mao sip Pat sudah berhasil dibelenggu Siau Po berpikir dalam hati

— Kalau sri Baginda mengajukan pertanyaan kepada Mao toako, mungkin belum sampai tiga kata saja dia akan dibawa ke luar untuk dipenggal kepalanya. Aku harus menemui sri Baginda secepatnya. Biar bagaimana aku harus mencari akal untuk menolong jiwa Mao toako,--

Maka dia berkata kepada to Lung, 

"To toako, aku akan menghadap sri Baginda untuk menjelaskan duduk persoalannya. Dengan demikian beliau juga bisa bersiap-siap, jangan sampai orang han yang kasar ini menyerangnya secara tiba-tiba."

Rombongan itu sampai di istana raja, Siau Po mendengar bahwa Kaisar Kong Hi berada di ruang perpustakaan. Maka dia memohon untuk menghadap. Sri Baginda memanggilnya, Siau Po segera masuk lalu berlutut melakukan penghormatan setelah itu dia baru berdiri " orang yang memaki-makimu juga memaki-makiku di jalanan tadi teman baikmu, bukan?"

"Kecerdasan Sri Baginda tidak ada yang bisa menandingi dalam urusan apa pun tidak perlu menebak sampai dua kali," sahut Siau Po. 

"Apakah dia orang dari Thian Te hwee?" tanya Kaisar Kong Hi

"Dia tidak pernah menjadi anggota secara resmi, tapi banyak anak murid Thian Te hwee yang dikenalnya, orang ini sangat kagum kepada guru hamba. Dia mendengar bahwa dalam firman Sri Baginda ada menyatakan bahwa akulah yang membunuh Tan Kin Lam. Dia marah sekali sehingga memaki-makiku seenak perutnya. Mengenai Sri Baginda sendiri, dia tidak berani mengeluarkan cacian sepatah kata pun," sahut Siau Po.

Kaisar Kong Hi tertawa

"Antara kau dengan Thian Te hwee tidak ada apa apa lagi, bukan? sejak hari ini kau tidak pernah menghubungi mereka, kan?”

Siau Po menganggukkan kepalanya

"Benar, Waktu menggempur Negara Lo Sat saja hamba tidak membawa seorang pun anak murid Thian Te hwee"

"Kalau suatu hari ada teman lamamu dari Thian Te hwee yang datang mencarimu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Kaisar Kong Hi.

"Hamba tidak akan menemuinya, ini untuk menjaga perasaan kurang enak pada kedua belah pihaki" sahut Siau Po.

Kaisar Kong Hi menganggukkan kepalanya, "Itulah sebabnya aku menyebut nama Tan Kin Lam dan Hong ci Tiong dalam firmanku tempo hari. Aku justru mencegah terjadinya banyak masalah bagimu di kemudian hari, Siau Kui Cu, tidak mungkin menginjakkan kaki pada dua perahu untuk selamanya.Kalau kau memang setia kepadaku, maka kau harus bekerja untukku dengan sesungguh hati, jangan sekali-kali kau menceburkan diri dalam kemelut gelombang badai Thian Te hwee. Bila kau memang ingin sekali menjadi Hiocu perkumpulan Thian Te hwee, maka kau juga harus mengerahkan segenap kemampuanmu untuk melawanku?" Siau Po terkejut setengah mati mendengar ucapannya, dia segera menjatuhkan dirinya berlutut dan menyembah beberapa kali.

"Biar bagaimana pun hamba tidak berani melakukan perlawanan terhadap Sri Baginda, Di saat kecil hamba memang suka ceroboh melakukan apa pun tanpa berpikir panjang lagi. Namun sekarang hamba sudah dewasa. Hamba tidak akan melakukan hal yang bodoh lagi."

Kaisar Kong Hi tertawa lebar. "Bagus sekali Besok kau tabas saja batok kepala orang gila yang memaki-maki kita di tengah jalan itu jangan sekali-sekali dibiarkan hidup."

Kembali Siau Po menyembah "Hari ini hamba dapat bertemu dan mengabdi kepada sri Baginda, seluruhnya merupakan jasa orang ini. Hamba masih belum mendapat kesempatan untuk membalas budinya. Maka... maka hamba memberanikan diri untuk memohon pengampunan baginya. BiarIah— biarlah hamba mengembalikan semua hadiah yang telah diberikan oleh Sri Baginda, Hamba juga bersedia diturunkan pangkatnya menjadi pangeran Lu Tiong Kong Tingkat Dua kembali."

Wajah Kaisar Kong Hi berubah seketika, "Apa yang sudah dikatakan oleh seorang Raja kau anggap sebagai suatu permainan? Anugerah berupa pangeran Lu Ting Kong Tingkat satu adalah budi yang kuberikan kepadamu. Kau menggunakan hadiah yang kuberikan untuk melakukan tawar-menawar denganku, tampaknya nyalimu sekarang sudah besar sekali, ya" bentak sang Raja.

Siau Po menggelengkan kepalanya, "Hamba memang mengajukan harga, tapi Sri Baginda toh boleh menawar sesuka hati. Kalau sri Baginda keberatan hamba diturunkan pangkatnya menjadi Lu Ting Kong Tingkat Dua, boleh saja turun lagi menjadi Tong sip Pak kembali, atau Tong sipji (Anak kecil dari pulau Tong sip)."

Tadinya Kaisar Kong Hi bermaksud menakut-nakuti Siau Po agar kelak tidak berani membangkang lagi terhadapnya. Tak disangka anak muda ini benar-benar ibarat "Katak dalam tempurung" walaupun pangkatnya sudah tinggi sekali, wataknya masih kampungan gayanya yang tengil tidak pernah berubah. Dalam hati Kaisar Kong Hi jadi kesal sekaligus geli.

"Berdiri kau" bentaknya pura-pura garang, Siau Po menyembah satu kali lagi kemudian baru bangkit. Kaisar Kong Hi masih memasang tampang cemberut.

"Kau ingin melakukan tawar-menawar denganku. Baiklah, Kalau kau meminta aku mengampuni pemberontak itu, maka kau harus membayarnya dengan batok kepalaku sendiri" katanya seolah-olah serius.

Wajah Siau Po justru dipasang semurung mungkin.

"Tawaran Sri Baginda terlalu serius dan sadis, bagaimana kalau harganya dinaikkan sedikit lagi?"

"Baik aku akan menaikkannya sedikit Begini saja, biar bagian paling vital di bawah tubuhmu dipotong saja, jadi kau bisa menjadi Thay-kam yang sebenarnya di istana ini," kata Kaisar Kong Hi.

"Coba naikkan harganya sedikit lagi." pinta Siau Po "Tidak. Harga sudah mantap, Kalau kau tidak membunuh orang itu, berarti kau tidak setia terhadapku, seseorang itu apabila setia ya setia, tidak ya tidak. Memangnya ada tawar-menawar?" kata Kaisar Kong Hi.

"Kepada Sri Baginda sudah pasti hamba menyerahkan kesetiaan Terhadap teman namanya setia kawan atau solider, terhadap ibu namanya berbakti, terhadap istri namanya cinta..." 

Kong Hi tertawa terbahak-bahak mendengar kata-katanya.

"Kau memang bocah paling serakah. Kalau mau apa-apa tidak pernah tanggung- tanggung. Bagus, aku merasa kagum sekali Besok tengah hari, pokoknya kau harus membawa sebuah batok kepala ke hadapanku. Kalau bukan batok kepala orang itu, ya batok kepalamu sendiri"

Siau Po merasa tidak berdaya. Dia segera menyembah sekali lagi lalu mengundurkan diri

Ketika ia sampai di depan pintu, terdengar Kong Hi bertanya. "Tentunya kau bermaksud kabur lagi, bukan?"

"Kali ini hamba tidak berani lagi. Hamba hanya ingin pulang ke rumah lalu berbaring di atas tempat tidur untuk berpikir baik-baik. Paling bagus kalau hamba menemukan jalan ke luar yang ideal. Dengan demikian hamba tetap setia terhadap Sri Baginda, tidak berdosa terhadap teman sekaligus dapat mempertahankan batok kepala ini," sahut Siau Po

Kong Hi tersenyum. "Baiklah, Aku sudah lama tidak bertemu dengan Kian Leng kongcu. Kalau kau pulang nanti, sampaikan agar dia menemui kakaknya ini. Aku sudah rindu sekali kepadanya." setelah berhenti sejenak dia melanjutkan kembali, "Sekalian ke enam istrimu yang lain dan tiga orang anakmu juga suruh bawa untuk menemui Thay Hou. Thay Hou pernah mengatakan bahwa kau telah mendirikan jasa besar, beliau ingin memberi hadiah untuk istri-istri dan anak-anakmu," katanya.

“Terima kasih atas budi yang dilimpahkan sri Baginda dan Thay Hou. Biarpun tubuh ini harus hancur, rasanya masih belum cukup untuk membalas budi tersebut." Siau Po melangkah mundur dua tindak, tanpa dapat menahan mulutnya dia berkata pula.

"Hamba pernah mengatakan bahwa sri Baginda adalah sang Buddha, sedangkan hamba yang menjadi Sun Go Kongnya. Apa pun yang hamba lakukan, tetap hamba tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman Sri Baginda."

Kong Hi tersenyum simpul. "Kau sendiri juga sangat cerdas, jadi kau tidak perlu sungkan-sungkan terhadapku."

Siau Po melangkah ke luar dari ruang perpustakaan. Tidak henti-hentinya dia menarik naIas panjang.

- Sri Baginda sengaja menahan ke tujuh istri dan ketiga anakku. Dia tahu dengan cara ini aku tidak mungkin sampai hati meninggalkan mereka apalagi pakai kabur segala, — pikirnya dalam hati.

Ketika sampai di koridor panjang, tampak To Lung menghampirinya. "Saudara Wi, Thay Hou memanggil istri-istri dan anak-anakmu. Kali ini keluargamu pasti banjir hadiah lagi, selamat" Siau Po menjura.

"Semua ini berkat rejeki to Toako puIa," sahutnya. To Lung tersenyum. "Sebelum menjalankan tugas tempo hari, saudara Wi berpesan kepadaku untuk 

menagihkan hutang kepada The Kek song. Boleh dibilang sudah hampir delapan puluh 

bagiannya yang dibayar, jumlah yang sudah terkumpul mencapai dua ratus laksa tail lebih. Nanti aku akan menyuruh orang mengantarnya ke rumah Adik Wi," kata To Lung, Siau Po tertawa.

"llmu To toako ternyata hebat juga. Dalam waktu yang begitu singkat sudah berhasil menagih begitu banya-" Kemudian dengan penuh kebencian dia berkata pula, "Maknya si bocah Kek song itu Kalau mengingat guruku yang mati di tangannya, rasanya belum puas sebelum berhasil membalaskan dendam ini. Dan orang gila yang memaki-maki di jalanan tadi juga karena perbuatannya itu"

Semakin memikirkan hatinya semakin kesal. "To toako, harap kau membawa anak buahmu lebih banyak lagi, sekarang juga kita tagih lagi hutangnya" katanya pula.

Mendengar Siau Po ingin menagih hutang lagi kepada Kek song, tentu saja hati to Lung menjadi senang sekali. Apalagi hari ini dia ditemani oleh Lu Ting Kong Tingkat satu, wibawanya pasti tampak semakin besar.

Dia segera menyuruh wakilnya menggantikannya untuk sementara. Kemudian dia memerintahkan salah seorang komandannya agar mempersiapkan seratus cong peng pilihan untuk menyertai Siau Po dan dirinya menuju tempat kediaman The Kek song.

Pangkat Kek song sekarang adalah Kong ciak. Kalau dibandingkan dengan Siau Po ibarat langit dan bumi. Apalagi Kek song merupakan pihak musuh yang telah menyatakan takluk.

Sedang Siau Po mendapat pangkatnya dari berbagai jasa yang telah didirikannya, walaupun dihitung dari urutan tidak terpaut jauh tapi isinya justru berbeda sekali.

Di atas pintu gerbang gedung kediaman Kek song terdapat papan yang bertulisan "Hai Tin Kong Hu", namun tintanya warna hitam. Jauh berbeda dengan gedung kediaman Siau Po yang papannya ditulis dengan tinta air emas. Melihat keadaan itu, setidaknya hati Siau Po merasa bangga juga.

"Merek yang terpasang di atas rumah budak ini masih tidak bisa menyaingi gedung kediamanku," katanya.

Para prajurit Kerajaan ceng sudah biasa menagih hutang ke rumah Kek song, setidaknya muncul dua tiga hari sekali, jadi mereka tidak menunggu sampai penjaga pintu melaporkan kedatangan mereka, semuanya main selonong saja, Siau Po masuk ke ruang tamu dan duduk di atas sebuah kursi, sedangkan To Lung duduk di sisinya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar