Kaki Tiga Menjangan Jilid 94

Jilid 94

Diam-diam Golovin mengeluh celaka, pasukannya sekarang hanya ada dua ribuan orang. Untuk merebut kembali Kota Ya Ke Lung saja sudah jadi masalah, apalagi menggempur Kotaraja Negara Cina?

Dalam hati dia berpikir, kalau tidak mengaku kalahi kemungkinan anak muda ini akan semakin melantur ke mana-mana. Sambil tertawa getir dia berkata. "Harap Tayjin jangan mengambil hati atas apa yang aku ucapkan tadi. Memang aku mengatakan tentang perlengkapan senjata api dan meriam untuk menggempur Kotaraja Pe King, tapi tentunya aku tidak bersungguh-sungguh, sekarang aku menarik kembali semua kata-kataku tadi, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya." Siau Po memperlihatkan tampang kebingungan.

"Kata-kata yang sudah diucapkan kok seenaknya ditarik kembali?" tanyanya.

"Aku benar-benar berharap Tayjin sudi melupakan apa yang kukatakan tadi," sahut Golovin dengan nada lunak.

“Jadi pihakmu bukan benar-benar ada niat untuk menggempur Pe King?" "Tidak, tidak mungkin kami lakukan hal itu," sahut Golovin tegas. 

"Kalian juga tidak bermaksud menguasai Kota ya Ke Lungku lagi?" tanya Siau Po. "Tidak, kami tidak menginginkannya lagi," sahut Golovin,

"Mengenai Kota Ni Pu Ju ini, berarti kalian juga tidak berani menginginkannya lagi?" Golovin tertegun.

"Ni Pu Ju merupakan wilayah negara kami, harap Tayjin sudi memaafkannya," sahutnya kemudian.

Siau Po berpikir dalam hati.

— Bila aku meminta Kota Ni Pu Ju, belum tentu dia akan mengabulkan. Coba aku ingin tahu apa yang akan dikatakannya, jika aku meminta daerah sebelah barat kota Ni Pu Ju. — Karena itu dia berkata.

"Dalam perundingan kita kali ini, kedua belah pihak harus bertindak adil, jangan sampai ada yang mengalami kerugian, bukan?" 

Golovin menganggukkan kepalanya.

"Betul. Kedua negara sama-sama mempunyai kekuasaan. Paling baik kalau dapat berdiri sejajar untuk selama-lamanya.",

"Bagus sekali. Kalau wilayah sebelah sana dipotong sampai terlalu dekat kota Moskov, berarti pihak Lo sat yang rugi. Kalau wilayah sini yang dipotong sampai terlalu dekat ke Pe King berarti negara Cina yang rugi. sebisanya kita harus mengambil jalan tengah. Dua ditambah satu sama dengan lima," kata Siau Po

"Apa yang dimaksud dengan dua ditambah satu jumlahnya lima?" tanya Golovin tidak mengerti

"Dari Moskov ke kota Pe King kurang lebih harus menempuh perjalanan selama tiga bulan, bukan?" tanya Siau Po tanpa menjawab pertanyaan lawannya. 

"Betul," sahut Golovin

"Kalau tiga bulan dibagi dua jadi berapa lama?" tanya Siau Po pula.

Golovin tidak mengerti apa maksud pertanyaan Siau Po, maka dia menjawab seadanya.

"Jadi satu setengah bulan." "Betul. Kita juga tidak perlu berdebat panjang lebar lagi. Kita kembali saja ke Ibukota negara masing-masing. Kemudian kau berangkat lagi dari Moskov untuk menempuh perjalanan selama satu setengah bulan dan aku juga berangkat dari Kota Pe King untuk menempuh perjalanan selama satu setengah bulan, sampai waktunya tentu kita akan bertemu bukan?" tanya Siau Po-

"Betul. Tapi entah Tayjin mempunyai maksud apa melakukan hal ini?"

"Ini merupakan cara yang paling adil untuk membagi wilayah. Tempat kita bertemu nanti akan menjadi perbatasannya. Tempat itu jaraknya satu setengah bulan perjalanan dari Moskov, juga memerlukan waktu satu setengah bulan perjalanan dari Kota Pe King. Kalian tidak rugi, kami pun tidak rugi. Namun berarti peperangan yang kami menangkan tempo hari, jadi sia-sia. Hitung-hitung malah kalian yang untung," kata Siau Po. 

Wajah Golovin langsung berubah merah padam

"Ini—. ini.,." Dia melonjak bangun dari tempat duduknya. Siau Po tertawa.

"Tentunya kau juga beranggapan cara ini merupakan cara yang teradil, bukan?" Golovin langsung mengibaskan tangannya berkali-kali.

"Tidak, tidak bisa Kalau membagi wilayah dengan caramu itu, bukankah berarti hampir setengah dari wilayah negara kami akan menjadi milik kalian?" protesnya keras.

"Tidak mungkin setengahnya Di sebelah barat negara kalian masih banyak negara- negara kecil lainnya, toh tanah di wilayah itu tidak perlu dibagi menjadi dua tambah satu jumlahnya lima dengan negara kami?" saking kesalnya jenggot Golovin sampai berdiri semua.

"Kong ciak Tayjin, kalau kau benar-benar bermaksud membiarkan pertemuan ini menjadi lancar, seharusnya kau mengemukakan usul yang masuk akal. Cara yang kau katakan tadi sepertinya ingin menguasai setengah dari tanah negara kamu Ini. Ini 

benar-benar penghinaan namanya"

Dengan marah dia menghentakkan pantatnya di atas kursi sehingga terdengar suara krek seakan tungkai kaki tempat duduknya retak.

Siau Po kembali merendahkan suaranya.

"Sebetulnya mengadakan perundingan untuk mendamaikan kedua negara seperti ini kurang seru, bagaimana kalau kita berperang saja?" tanyanya.

Jangan ditanyakan lagi bagaimana perasaan Golovin saat itu. Rasanya dia ingin menggebrak meja keras-keras sambil berteriak.

"Perang ya Perang. Memangnya aku takut?" Tapi dia membayangkan pula, apabila peperangan ini sampai terjadi, akibatnya benar-benar parah, sedangkan menilik situasi sekarang, tipis sekali kemungkinan dia bisa menang.

Karena itu terpaksa diu menahan kekesalan hatinya dan memilih berdiam diri.

Tiba-tiba Siau Po mengulurkan tangannya untuk menggebrak meja keras-keras, lalu tertawa terbahak-bahak. "Ada, ada Aku masih mempunyai cara lain yang lebih adil untuk menentukan batas wilayah negara masing-masing." Dia mengeluarkan dua butir dadu dari balik sakunya lalu ditiupnya satu kali, 

" Kau toh tidak bersedia melakukan parang dengan kami, tapi kau juga tidak menggunakan cara dua tambah satu jumlahnya lima. Mari kita taruahan lempar dadu saja, umpamanya jarak antara Pe King dan Moskov seribu li, kita bagi jadi sepuluh bagian setiap bagiannya seribu li. Kita adu lempar dadu sepuluh kali, siapa yang menang akan mendapatkan wilayah seribu li dari perbatasan Kalau rejekimu bagus dan kau berhasil memenangkan sepuluh kali taruhan, maka kota Pe King akan menjadi milik Negara Lo sat kalian," katanya.

Golovin mendengus dingin.

"Bagaimana kalau pada lemparan yang sepuluh kali itu aku kalah semuanya?" Siau Po tertawa.

"Sebaiknya kau sendirilah yang mengatakannya."

"Apakah tanah negara kami yang luasnya mencapai laksaan li itu harus aku persembahkan kepada kalian?"

"Rasanya nasibmu juga tidak mungkin seburuk itu. Kalau kau bisa menang satu kali saja, berarti kau sudah mempertahankan seribu li tanah kalian. Dua kali menang menjadi dua ribu li. Enam kali menang jadi enam ribu li, kalian malah sudah meraih keuntungan," kata Siau Po.

Golovin semakin marah.

"Untung apanya? jarak sejauh seribu li masih terhitung tanah negara Lo sat kami. Dua ribu li, tujuh ribu li, delapan ribu li juga masih terhitung wilayah negara kami" sejak tadi Siau Po dan Golovin saling berdebat.

Si Ahli sastra dari Kota raja tidak henti-hentinya menterjemahkan. Mula-mula So Ngo Ta dan Tang Kok Bang serta beberapa pembesar lainnya merasa marah karena Golovin dengan seenaknya menentukan sungai Hek Liong Kiang sebagai pembatas kedua negara.

Namun akhirnya mereka mendengar si penterjemah menceritakan perdebatan antara Siau Po dan Golovin. Mereka mendengar bagaimana si anak muda menggunakan cara yang berbeda-beda untuk menaklukkan utusan Lo sat itu.

Siau Po malah mengajak Golovin mengerahkan pasukannya untuk menggempur Kota Pe King. Tentu saja mereka jadi bingung. Tapi mereka juga sadar bahwa Bangsa Lo sat adalah bangsa kasar yang tidak tahu etiket kenegaraan.

Malah belakangan mereka mendengar Siau Po mengajukan cara yang aneh untuk membagi wilayah kedua negara sehingga sang utusan Lo sat menjadi keblinger menghadapinya. Terakhir Siau Po justru mengajak lawannya taruhan lempar dadu. Diam-diam para pembesar dari Kerajaan ceng itu berpikir.

- Bangsa Lo sat licik dan pandai menggunakan kelemahan orang. Mereka tidak pernah memakai peraturan, untung kami mempunyai seorang raja yang bijaksana serta  cerdas. Beliau bisa berpikir untuk mengirimkan Wi Tayjin ini sebagai utusan untuk mengadakan perundingan dengan pihak Lo sat.

Mungkin hanya Wi Tayjin ini seorang pula yang dapat memikirkan bermacam-macam akal busuk untuk menandingi kelihaian Bangsa Lo sat —

Sebetulnya So Ngo Ta, Tang Kok Bang maupun pembesar lain di istana hanya berpura-pura baik dan hormat di hadapan Siau Po, namun di belakangnya mereka justru memandang remeh. Hanya karena kebetulan si anak muda merupakan bawahan yang paling disayang oleh sang Raja, mereka terpaksa mengambil hatinya-

Lagi pula, dalam sikapnya sehari-hari Siau Po sering menunjukkan kebodohannya sendiri. Lagaknya kadang-kadang kelewat norak, sedangkan kali ini sri Baginda memerintahkan anak muda itu menjadi utusan untuk membicarakan masalah perdamaian dengan Negara Lo sat.

Tadinya mereka mengira anak muda ini hanya akan mempermalukan nama negara dengan tindakannya yang konyol Tidak disangka kecerdasan sri Baginda memang tidak dapat diragukan lagi, pilihannya selalu tepat kalau sekarang yang diutus mendamaikan kedua negara bukan Siau Po, urusannya malah bisa jadi perang besar.

Mungkin dalam seluruh istana, tidak ada orang lain lagi yang lebih cocok melaksanakan tugas ini semakin mendengarkan perdebatan yang diterjemahkan oleh Ahli sastra dari istana, mereka semakin kagum terhadap si anak muda itu. Tentu saja semua ini berkat kepandaian Kaisar Kong Hi pula. Mendengar sampai di sini, tiba-tiba So Ngo Ta menukas. 

"Moskov memang asalnya milik negara Cina kami juga."

si Ahli sastra berkebangsaan Holland langsung menterjemahkan kata-kata So Ngo Ta. Tentu saja Golovin jadi terkejut setengah mati- Dia berpikir dalam hati-

Anak muda ini sudah mengoceh yang bukan-bukan, itu sih masih tidak apa-apa, kok engkau si tua bangka malah ikut-ikutan mengacau? Bagaimana mungkin negara kami bisa menjadi milik negara Cina?

Terdengar so Ngo Ta berkata kembali 

" Kalau menilik pembicaraan Tuan utusan barusan, wilayah yang sudah pernah diduduki oleh Bangsa Lo sat berarti sudah menjadi milik bangsa kalian, bukan?"

"Memang benar kok Tanpa hujan tanpa angin kau mengatakan bahwa kota Moskov juga terhitung milik negara kalian, ini benar-benar merupakan lelucon yang paling tidak lucu sepanjang hidupku," sahut Golovin-

Dan negara kalian terdiri dari berbagai suku, ada Elos atau apa yang besar ada pula Elos kecil Elos putih dan sebagainya, bukan?" tanya so Ngo Ta pula. 

"Memang benar, Lo sat adalah negara besar, sudah pasti suku bangsanya juga banyak-"

"Tapi suku bangsa kami juga banyak sekali Ada orang Boan ciu, orang Mongol, orang Han, suku Biau, suku Hwe, Tibet dan lain sebagainya lagi." "Memang benar Lo sat merupakan negara besar. Cina juga merupakan negara besar. Boleh dibilang Lo sat dan cina merupakan dua negara terbesar yang ada di dunia sekarang ini" sahut Golovin

"Tampaknya para serdadu yang dibawa oleh Tuan utusan kali ini sebagian besar terdiri dari orang-orang suku Ke Lungke" kata so Ngo Ta pula. Golovin tersenyum simpul.

"Ke Lungke merupakan suku bangsa yang paling gagah perkasa dari negara Lo sat kami"

"Kalau begitu, suku bangsa yang lain seperti Elos apa tadi tidak ada yang kegagahannya melebihi suku Ke Lungke?" tanya so Ngo Ta

Tidak bisa dikatakan demikian Suku Ke Lungke merupakan rakyat negara Lo sat. Suku Elos yang anda katakanjuga terdiri dari rakyat negara Lo sat- Tidak ubahnya seperti suku Boan ciu. Han maupun suku Biao dalam negara Cina kalian." so Ngo Ta menganggukkan kepalanya.

"ltu dia. Makanya Moskov juga terhitung wilayah Cina kami," katanya

Sejak tadi Siau Po hanya mendengarkan perdebatan antara kedua orang itu. Dia tidak mengerti maksud yang terkandung dalam ucapan so Ngo Ta, jarak antara tempat itu dengan Moskov memang laksaan li. Mana mungkin Moskov bisa menjadi milik Cina sebelumnya? Tapi dia mendengar pembicaraan so Ngo Ta yang berputar-putar, sedangkan semakin lama urat hijau di kening Golovin semakin menonjol, pertanda orang itu sudah gusar sekali. Maka tanpa berpikir panjang dia turut berkata.

"Moskov memang aslinya milik Negara Cina kami. justru raja-raja bangsa kami berjiwa besar satu orang dikirim untuk bertani di sana, seabad kemudian sudah lupa budi"

Tentu saja Golovin tidak mengerti maksud ucapan Siau Po, tapi dia dapat merasakan bahwa pembicaraan orang-orang dari negara Cina ini semakin lama semakin melenceng dari jalurnya. Tidak mirip dengan orang yang beradab tinggi.

Maka dia pun tertawa dingin, "Hm, dulu aku pernah mendengar bahwa Bangsa Cina sangat sopan tutur katanya, rata-rata berpendidikan tinggi. Tak disangka... he— he— semuanya justru tukang mengibul yang tidak sanggup memperlihatkan bukti apa-apa."

Tuan utusan adalah seorang Menteri besar, taruhlah pendidikannya tidak seberapa tinggi, tapi setidaknya mengerti sejarah Negara Lo sat, bukan?» tanya so Ngo Ta pula.

"Sejarah negara kami mempunyai dokumen yang tersimpan rapi. Bukan hanya ucapan di bibir yang tidak ada bukti apa-apa," sahut Golovin tegas.

"Bagus sekali, jaman dulu Negara Cina kami mempunyai seorang kaisar yang bernama Jengis Khan. "

Mendengar disebutnya nama raja jengis Khan, tanpa sadar Golovin menjerit: "Aduh" Dalam hati dia mengeluh.

— Celaka Celaka Kenapa aku sampai melupakan hal yang satu itu? — Terdengar so Ngo Ta melanjutkan kata-katanya.. "Bangsa Cina kami menyebut jengis Khan sebagai Goan Thaycou, Karena beliaulah yang mendirikan Dinasti Goan. Beliau aslinya orang Mongol seperti yang Tuan utusan kemukakan tadi, baik orang Boan ciu, orang Mongol, orang Han, semuanya sama saja, termasuk suku bangsa Cina kami. Pada saat itu pasukan Mongol ia pernah menuju barat untuk menggempur Negara Lo sat, bahkan terjadi peperangan sebanyak beberapa kali, sejarah negara kalian mempunyai dokumen yang tertulis, pasti bukan sekedar isapan jempol belaka. Tolong jelaskan, dalam beberapa kali peperangan itu, apakah Bangsa Cina kami yang meraih kemenangan atau Bangsa Lo Sat kalian yang menang?" 

Golovin membisu, sampai sekian lama dia baru menyahut. "Bangsa Mongollah yang menang"

"Suku Mongol terhitung Bangsa Cina juga," kata so Ngo Ta.

Untuk beberapa saat Golovin mendelikkan matanya lebar-lebar, akhirnya dia menganggukkan kepalanya juga.

Siau Po mana tahu cerita sejarah, apalagi yang satu ini. Mendengar perdebatan antara so Ngo Ta dan Golovin, semangatnya jadi terbangun seketika.

"Kalau Bangsa Cina dan Bangsa Lo Sat berperang, sudah pasti Bangsa Lo Sat yang kalah, Kebisaan kalian belum seberapa. Lain kali kalau kita berperang lagi, sebaiknya bangsa kami menggunakan sebelah tangan saja. Kalau memenangkan suatu peperangan terlalu mudah rasanya kurang seru juga," katanya.

Golovin menatapnya dengan pandangan marah. Dalam hati dia berpikir

- Sayang Tuan puteri telah berpesan wanti-wanti, dalam pertemuan kali ini, bagaimanapun harus berdamai, tidak boleh angkat senjata, Kalau tidak. berdasarkan hinaan kalian atas Bangsa Lo sat saja, aku akan mengajak kau berduel sampai mati — Siau Po tertawa terkekeh-kekeh, lalu bertanya kepada so Ngo Ta. "sotoako, bagaimana caranya jengis Khan dapat mengalahkan Bangsa Lo Sat?"

"Pada waktu itu jengis Khan memerintahkan bawahannya untuk mengerahkan pasukan mereka menuju barat, jumlah tentaranya hanya dua laksa orang. Tapi ternyata mereka sanggup membasmi puluhan laksa serdadu Lo sat, Cucu Jengis Khan, panglima Besar Pa to juga seorang pahlawan. Dia memimpin pasukan perang dan secara gemilang berhasil menduduki Kota Moskov, Malah negara Polandia dan sekitarnya pun berhasil dikuasainya selama puluhan tahun sejak kejadian itu, para pembesar Moskov terpaksa menuruti perkaTaan Bangsa cina, saat itu suku Mongol dari bangsa kita tinggal di tenda yang ditempeli emas permata. Bangsa Lo sat secara berturut-turut datang menyembah Kalau bangsa kita senang menyepak pantat mereka, orang-orang Lo Sat, tidak berani mengaduh sedikitpun. Kalau ingin tampar juga demikian. Malah mereka harus berteriak 'Lagi, lagi', kalau tidak, kepalanya bisa kena penggal."

Wajah Golovin sebentar hijau sebentar putih memucat Apa yang dikatakan oleh so Ngo Ta memang berdasarkan sejarah, bukan cerita yang dikarang-karang, cuma Bangsa Lo sat selamanya tidak pernah mengakui Bangsa Mongol merupakan Bangsa Cina juga. Tapi pada saat ini Mongol memang sudah termasuk wilayah Cina, Kalau mau diperdebatkan bukan urusan yang mudah. Tuan utusan, rasanya masalah membagi wilayah ini tidak perlu kita lanjutkan lagi, sebaiknya kau kembali saja ke negara mu dan tanyakan pada Tuan puteri kalian kapan Moskov akan dikembalikan kepada Cina? Aku juga ingin cepat-cepat kembali ke Pe King untuk mengumpulkan kulit kerbau dan emas- sebab aku ingin segera membuat sebuah tenda dari emas seperti jaman jengis Khan dulu, setelah itu aku akan meratakan istana Kremlin dan mendirikan tenda emasku itu di atasnya. Pada waktu itu aku akan mengundang Tuan Puteri sophia tidur di dalamnya. Ha ha ha ha" kata Siau Po sambil tertawa terbahak-bahaki

Mendengar sampai di sini, Golovin tidak bisa menahan kemarahan hatinya lagi. Tampak dia menerjang ke luar tenda lalu memberi perintah dengan suara lantang. Terdengarlah suara derap kaki kuda yang riuh. Dua ratus lebih pasukan berkuda langsung menerjang datang.

Siau Po terkejut setengah mati.

"Aduh Makhluk berbulu itu mengajak perang, lebih baik kita kabur saja" teriaknya.

Tang Kok Bang sudah berpengalaman menghadapi perang yang bagaimanapun, maka dia tidak sudi mengalah begitu saja.

"Wi Kong ya tidak perlu panik, kalau memang mesti berperang, kita layani saja. Memangnya kita takut kepada mereka" katanya.

Terdengar suara teriakan lantang dari pasukan berkuda, seluruh tubuh Siau Po gemetaran. Dia menundukkan kepalanya dan menyusup ke kolong meja, Tang Kok Bang dan So Ngo Ta saling memandang. Mimik wajah mereka mengandung kekhawatiran juga.

Tenda disingkap, seseorang masuk dengan langkah lebar. Dialah komandan pasukan yang mengawal kedatangan Siau Po, Dia berseru dengan suara lantang. "Lapor Thayswe—."

Tapi dia tidak melihat panglima besarnya, Siau Po yang bersembunyi di bawah kolong meja mengenali suara Lim Heng Cu, maka dia menjawab.

"Aku— aku ada... di-„ sini, Ka.„ lian semua.— cepat-cepat menyelamatkan.,, di,., ri.„."

Lim Heng Cu berjongkoki lalu berkata kepada panglimanya yang bersembunyi di kolong meja

" Lapor Panglima serdadu Lo sat hanya besar suaranya Kita tidak boleh menunjukkan kelemahan. Kalau memang mau dienyahkan, enyahkan saja maknya sekalian"

Siau Po mendengar suaranya yang gagahi perasaannya menjadi jauh lebih tenang. Dia segera keluar dari tempat persembunyiannya. Tadi keadaan memang terlalu mendadak, sehingga tanpa berpikir panjang lagi dia menyusup ke kolong meja, padahal biasanya Siau Po juga bukan orang yang terlalu penakut. Maka dia menepuk dadanya sendiri dan berkata.

"Bagus, Kalau mau dienyahkan, enyahkan saja neneknya sekalian Bapakmu ini juga keturunan para kesatria. Kegagahan baru tidak maju, eh bukan, kegagahan barulah  berharga" Tanpa menunda waktu lagi, dia menarik tangan Lim Heng Cu dan diajaknya ke luar dari tenda.

Sampai di luar tenda, dia melihat pasukan berkuda Negara Lo Sat berputaran mengelilingi tenda. Entah sejak kapan para serdadu itu sudah menggenggam golok di tangan masing-masing dan mengacungkannya tinggi-tinggi. Golovin berseru lantang, para serdadu itu segera memencarkan diri sejauh dua ratus depa.

Mereka langsung membagi diri menjadi sepuluh kelompok Setiap kelompok terdiri dari dua puluh enam prajurit berkuda. Tiba-tiba terdengar suara teriakan keras, beramai-ramai mereka menerjang ke arah Siau Po.Siau Po menjerit.

"Aduh Emak" Dia segera membalikkan tubuh untuk menyusup kembali ke dalam tenda, tapi tiba-ttba suatu ingatan melintas dalam benaknya.

— Kalau Setan-setan Lo sat ini memang berniat membunuhku biar bersembunyi di dalam tenda juga tetap bisa diseret ke luar oleh mereka, tapi muka ini mau ditaruh dimana? Karena itu, meskipun tubuhnya gemetar dan wajahnya berubah menjadi kelabu, dia tetap berdiri tegak di tempatnya-

"Sebarkan barisan untuk melindungi wi Thay-swe" teriak Lim Heng Cu memberikan perintahnya.

Terdengar salah seorang prajurit menyahut. "Baik"

Prajurit Kerajaan Ceng yang berjumlah dua ratus enam puluh orang itu pun segera berpencar dan berbaris rapi melindungi Siau Po dan para pembesar lainnya. Diam-diam Siau Po mencabut belatinya yang tajam dari balik kaus kakinya.

- Kalau memang setan Lo sat itu mau main kasar, lebih baik kita ajak duel saja, tidak usah sungkan-sungkan lagi — pikirnya dalam hati. Dia segera menghambur ke hadapan So Ngo Ta dan berseru, "so Toako, jangan takut, aku akan melindungimu"

So Ngo Ta sebetulnya Menteri Politik, dia tidak pernah berperang, sejak tadi dia memang sudah ketakutan setengah mati, maka dengan suara bergetar dia menyahut. "Toa... ko hanya... bi... sa menyerah— kan semua... nya kepada saudara,., Wi-"

Tampak sepuluh kelompok padukan berkuda itu menerjang datang, jaraknya kurang lebih lima depa, seorang komandan berteriak lantang. Dalam waktu bersamaan dua ratus enam puluh serdadu Lo sat itu menarik tali kendali kudanya masing-masing, dan gerakan kaki kuda pun berhenti sekali lagi sang komandan memberikan aba-aba, pasukan berkuda itu langsung membagi diri menjadi dua kelompok.

Kelompok berjumlah seratus tiga puluh orang, demikian pula dengan kelompok kanan. Mereka lalu bergeraki sebagian ke utara, sebagian ke selatan. Kira-kira mencapai jarak dua ratusan depa mereka berputar lagi, lalu kembali ke tempat semula dan berhenti pada jarak seratusan depa, lalu kembali ke tempat semula dan berhenti pada jarak seratusan depa.

Gerakan mereka teratur sekali, tidak ada kekacauan sedikit pun. Dapat dipastikan bahwa mereka merupakan pasukan berkuda yang sudah terlatih baik,

Golovin tertawa terbahak-bahak "Kong ciak Tayjin, bagaimana pendapatmu tentang serdadu Lo sat kami?" tanyanya dengan suara lantang. Sampai saat ini Siau Po baru tahu bahwa dia hanya pamer kekuatan, Tentu saja si anak muda jadi marah bukan main.

"Itu kan gaya monyet-monyet yang membuat pertunjukkan dalam sirkus Kalau digunakan untuk berperang, sedikit pun tidak ada gunanya" sahutnya kesal. Golovin juga meluap amarahnya.

"Kita coba sekali lagi" serunya. Dalam hati dia berpikir, - sekali ini aku akan menyuruh mereka menerjang sampai ke depan mata kalian. Aku ingin lihat kalian akan lari ketakutan atau tidak. — "Renggut topi para prajurit itu" perintahnya sekali lagi.

Seorang komandan menurunkan perintah atasannya, dua ratus orang pasukan berkuda kembali menerjang ke arah prajurit Kerajaan ceng. 

"Tebas kaki kuda" teriak Siau Po

"Terima perintah Kalian dengar Tebas kaki kuda jangan melukai siapa pun" seru Lim Heng cu.

Terdengar suara derap kaki kuda seperti guntur yang menggelegar di siang hari, jarak mereka semakin lama semakin mendekat Lima puluh depa, tiga puluh depa, sepuluh depa, tujuh depa, lima depa. Tiba-tiba Lim Heng cu berseru, "Gelinding kedepan gerakkan golok kalian"

Rupanya pihak Siau Po juga sudah menduga Bangsa Lo sat pasti tidak berlaku jujur.

Walaupun dalam perjanjian dikatakan masing-masing pihak tidak boleh membawa senjata tajam, namun diam-diam para prajurit Kerajaan ceng menyembunyikan golok di balik pakaian masing-masing. Begitu mendengar perintah Lim Heng Cu, dua ratusan prajurit itu segera menggelindingkan tubuhnya ke atas tanah sembari menebaskan golok-

Dua ratus enam puluh prajurit kerajaan Ceng ini merupakan orang-orang pilihan. Mereka rata-rata mahir memainkan ilmu golok. Ketika tubuh mereka menggelinding ke depan sambil menebaskan goloknya, senjata itu tidak memperlihatkan sinar sedikit pun. Hal ini saking cepatnya gerakan tangan mereka.

Para serdadu Lo Sat melihat prajurit-prajurit Kerajaan ceng menggelinding di atas tanah, mereka jadi heran. Padahal serdadu-serdadu Lo sat yang menjaga di kota ya Ke Lung sudah pernah kena batu prajurit Kerajaan Ceng, tapi sayangnya yang mati sudah mati, yang hidup justru sudah menyerahkan diri kepada pihak Cina, sedangkan pasukan berkuda yang melakukan perlawanan kali ini merupakan serdadu-serdadu yang baru didatangkan dari Moskov bersama-sama dengan Golovin.

Mereka belum mengerti kelihaian prajurit Siau Po- Dalam hati mereka justru berpikir, 

- Berkelahi cara apa itu? Kalian sendiri yang menggelinding di atas tanah, kalau sampai mati terinjak kaki kuda, jangan sampai kalian menyalahkan orang lain -

Dalam sekejap mata rombongan yang pertama sudah menerjang tiba- Mereka masih belum mengerti permainan apa yang dijalankan prajurit Kerajaan Ceng, Tahu-tahu tampak sebagian kuda terkulai jatuh setelah meringkik keras, Menyusul beberapa puluh ekor kuda kembali terkulai dalam keadaan yang sama. Semuanya berlangsung dengan cepat Kira-kira seratusan ekor kuda pihak lawan telah tertebas kakinya sehingga jatuh saling menimpa. Keadaan jadi kacau balau.

Pihak Lo sat sudah melihat ketidak beresan ini, Golovin segera memerintahkan serdadu-serdadunya untuk menarik tali kendali kuda dan membalik. Dalam waktu yang sama Lim Heng Cu juga memerintahkan anak buahnya untuk menghambur kembali ke pasukan masing-masing.

Dari pihak Kerajaan ceng hanya ada belasan orang yang terluka, itu pun hanya luka tidak serius. sambil menahan rasa sakit para prajurit itu kembali ke posisi masing- masing dan berdiri tegak.

Sebagian besar serdadu Lo sat terpelanting dari kudanya. Beberapa diantaranya tertindih tubuh kuda yang berat, sedangkan lainnya terpental mengenai tubuh temannya sendiri. Terdengar suara rintihan kesakitan di sana-sini.

Hanya sisanya yang berhasil melarikan diri jauh-jauh. Teman-temannya yang lain cuma bisa berdiri dengan mulut ternganga dan pandangan terpana serta tidak tahu apa yang harus mereka lakukan,

Saat itu Golovin dan beberapa puluh pembesar Lo sat lainnya justru berada di tengah-tengah arena, mereka tidak menduga akan terjadi hal demikian, sebagian besar pasukannya sudah tidak berdaya, sebagian lagi melarikan diri jauh-jauh- Siau Po yang pandai segera memanfaatkan kesempatan itu. "sebagian prajurit mengepung para pembesar lawan" serunya

Lim Heng Cu menerima perintahnya, sebagian prajuritnya disebar untuk mengepung para pembesar lawan, mereka melintangkan golok masing-masing ke samping sehingga membentuk lingkaran golok. Asal Siau Po berteriak sekali lagi, seluruh golok di tangan prajurit itu akan menebas ke depan.

Bila hal ini sampai terjadi, bukankah rombongan Golovin akan menjadi bola daging?

Melihat situasi saat ini, komandan pasukan berkuda suku Ke Lungke segera melarikan kudanya mendekat sambil berteriak

"Jangan melukai orang jangan melukai orang" 

Siau Po menolehkan kepalanya kepada Song ji yang mengenakan seragam prajurit Ceng. "Ke sana dan totoklah jalan darah mereka" perintahnya.

Songji mengiakan, tubuhnya berkelebat ke arah komandan pasukan berkuda tadi lalu menotok jalan darah di pinggangnya, setelah itu dia juga menotok jalan darah di punggung sang Wakil Komandan.

Seorang Komandan pasukan kecil menyusupkan tangannya ke dalam saku lalu mengeluarkan sepucuk pistol.

"Jangan bergerak" teriaknya.

Dengan gerakan cepat Songji menarik salah seorang serdadu Lo sat yang berada paling dekat dengannya, Dia menggunakan orang itu sebagai perisai sehingga komandan tadi tidak berani menembak

"Jangan bergerak" teriak komandan itu sekali lagi Songji menghempaskan tubuh serdadu yang ditariknya tadi ke depan. Komandan pasukan kecil itu terkejut, dia menggeser tubuhnya untuk menghindar tapi gerakan Songji lebih cepat, dia menerjang ke arah komandan itu serta mengulurkan jarinya untuk menotok jalan darah di dada orang itu.

Setelah itu dia merebut pistol dari tangannya dan terdengarlah Dorr Songji melepaskan tembakan ke udara

"Bagus Dalam persyaratan yang ditentukan tidak boleh ada yang membawa senapan api, dasar kalian Bangsa Lo sat tidak bisa dipercayai teriak Siau Po sambil berjalan ke depan beberapa langkah. Dia menuding Golovin sambil berkata, 

"Hei, suruh anak buahmu membuang senjatanya masing-masing, dan harus turun dari kudanya. Bagi siapa yang membawa senjata api harus menyerahkannya kepada kami"

Golovin melihat situasi di depan matanya tidak menguntungkan bagi pihaknya, terpaksa meneruskan perintah Siau Po kepada bawahannya

Serdadu suku Ke Lungke itu terpaksa membuang goloknya masing-masing dan turun dari kudanya, Siau Po menyuruh anak buahnya melakukan penggeledahan terhadap para serdadu itu. Karena pimpinan mereka sudah terkepung, terpaksa para serdadu itu membiarkan tubuh mereka diperiksa

Di antara para serdadu itu malah ditemukan dua ratus delapan puluhan pucuk pistol. Ada serdadu yang membawa dua pucuk di kiri kanan ikat pinggangnya.

Para serdadu yang menjaga di bawah tembok kota Ni Pu Ju melihat ada perubahan yang telah terjadi Mereka segera bergerak ke depan, namun di lain pihak, prajurit kerajaan Ceng juga mengikuti tindakan mereka, setelah agak dekat, serdadu Lo sat dapat melihat bahwa semua pimpinan mereka telah terkepung. Diam-diam mereka mengeluh dalam hati dan tidak berani maju lagi.

Siau Po bertanya kepada Golovin

"Untuk apa kalian membawa pistol sebanyak ini?"

Golovin menundukkan kepalanya rendah-rendah

"Maaf sebesar-besarnya. Ternyata anak buahku tidak mendengar perintah, diam- diam mereka membawa senjata api. sekembalinya ke Moskow nanti aku akan memberikan hukuman berat kepada mereka," sahutnya.

"Saudara-saudaraku sekalian, lepaskan pakaian kalian, lihat apakah ada di antara kalian yang membawa senjata api" teriak Siau Po dengan suara lantang.

Para prajurit Kerajaan Ceng segera mengiakan Mereka langsung membuka pakaian masing-masing. Tangan yang satunya diangkat tinggi-tinggi. Ternyata tidak ada satupun yang membawa senapan api, Golovin merasa malu sekali sehingga kepalanya tertunduk semakin dalam.

Siau Po berteriak lagi dalam Bahasa Lo sat.

"Bangsa Lo sat tidak tahu malu Lepas seluruh pakaian mereka dan lihat apakah mereka masih menyembunyikan senjata api yang lain atau tidak?" Golovin terkejut setengah mati. "Kong ciak Tayjin, harap kau membuka budi. Kalau celanaku ini dilepaskan juga, aku lebih baik bunuh diri"

"Bagaimana pun juga celanamu itu harus dilepaskan" kata Siau Po tegas. "Harap Tayjin memberi pengampunan sekali ini saja, urusan lainnya aku akan 

menurut apa pun yang kau katakan," ujar Golovin dengan nada meratap.

“Tadi pasukan berkuda mu tiba-tiba menerjang datang. Aku begitu ketakutan sampai bersembunyi di kolong meja, benar-benar membuat malu muka Kong ciak Tayjin ini. Apa pula yang akan kau lakukan untuk mengatasi hal ini?" tanya Siau Po

Golovin berpikir dalam hati

— Nyalimu sendiri yang kecil Memangnya apa yang bisa kulakukan? - Meskipun hatinya menggerutu namun di depan matanya tampak ratusan golok yang berkilauan Karena itu dengan terpaksa dia menyahut, "Aku bersedia mengganti kerugian."

Hati Siau Pojadi gembira mendengarnya. Diam-diam dia bersorak dalam hati.

- ini dia, tidak diminta datang sendiri — Tapi untuk sesaat ia masih belum menemukan apa yang akan dijadikan pengganti kerugian. Maka dia berseru kepada anak buahnya, "Potong ikat pinggang Bangsa Lo Sat"

"Terima perintah" sahut seorang komandan. Dia segera memimpin puluhan anak buahnya maju ke depan. Mereka lalu memotong ikat pinggang para serdadu Lo sat. Dalam waktu sekejap ikat pinggang ratustan serdadu Lo sat itu telah terputus semuanya. Mereka terkejut setengah mati, lalu sebera menarik pangkal celana masing- masing aaar tidak merosot.

Siau Po tertawa terbahak-bahak, girang. “Bangsa Lo sat itu Dengan kemenangan kita kembali keperkemahan" serunya lantang, 

-ooo00000ooo-

Pada saat itu, yang dikhawatirkan oleh Bangsa Lo sat hanya celana mereka melorot jatuh kedodoran. Karena itu tidak ada seorang pun yang berani melakukan perlawanan ketika digiring oleh prajurit-prajurit Ceng. Tang Kok Bang tertawa lebar.

"Siasat Wi Thayswe benar-benar hebat Kami merasa kagum sekali. Dengan diputusnya ikat pinggang celana Bangsa Lo Sat itu, tidak ubahnya mereka tidak mempunyai tangan untuk melakukan perlawanan lagi," katanya, 

Siau Po tersenyum.

"Laki-laki Bangsa Lo sat paling takut kalau celananya dilepas, perempuan bangsa Lo sat justru tidak takut sama sekali. Bukankah hal ini merupakan suatu keanehan?"

Mendengar kata-katanya, baik So Ngo Ta, Tang Kok Bang maupun yang lainnya jadi tertawa terbahak-bahak.

Rombongan itu segera bergabung dengan prajurit-prajurit lainnya, seorang komandan menurunkan perintah, anak buahnya bergerak cepat. Mereka menyingkapkan kain terpal yang menutupi meriam-meriam besar, setelah itu mereka mendorongnya ke depan, empat ratus moncong meriam ditujukan ke arah Bangsa Lo sat,

Sebetulnya Negara Lo Sat memang mempunyai perlengkapan senjata api dan meriam yang dahsyat, namun semuanya berada di Moskov, sedangkan di Ni Pu Ju hanya disediakan jumlah yang terbatas.

Kalau dibandingkan dengan persediaan yang dibawakan oleh Kaisar Kong Hi, baik senjata maupun jumlah prajuritnya sudah terpaut jauh. Bila Golovin tetap menggunakan kekerasan, taruhlah siau Po dan yang lainnya mati, akhirnya mereka pasti kalah juga.

Melihat demikian banyaknya moncong meriam yang diarahkan ke pihak mereka, Golovin dan beberapa pembesar Lo sat lainnya langsung saling memandang.

Mimik wajah mereka menunjukkan perasaan takut, sisa serdadu-serdadu Lo Sat yang tadinya menjaga di bawah tembok kota terkejut setengah mati melihat pemimpin mereka telah tertawan. Tanpa berpikir panjang lagi mereka segera menghambur ke dalam kota Ni Pu J u dan menutup pintu gerbangnya rapat-rapat.

Ketika melarikan diri, mereka sangat tergesa-gesa, sehingga tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya, Mula-mula mereka merasa heran, mengapa tidak tampak seorang pun dari prajurit Ceng yang melakukan penyerangan.

Perlahan-lahan beberapa orang dari mereka melongokkan kepalanya dari atas tembok kota. Mata mereka terbelalak saat itulah mereka baru memperhatikan ada empat ratusan meriam yang moncongnya terarah ke pintu gerbang kota itu. Tentu saja tidak ada satu pun yang berani keluar apalagi berpikir untuk menolong pemimpin mereka.

Sementara itu, tiga komandan serta wakil komandan serdadu Lo sat telah tertotok jalan darahnya oleh Songji. Mereka berdiri tegak di tengah arena seperti patung kayu. Para prajurit Ceng merasa geli melihat pemandangan itu, dan tertawa terkekeh-kekeh, sedangkan serdadu-serdadu Lo sat yang berdiri di atas tembok kota justru kebingungan Mereka tidak mengerti mengapa ketiga orang itu berdiri tegak tanpa bergerak sedikit pun.

Siau Po menyuruh anak buahnya menggiring Golovin serta para pembesar lainnya masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda mereka didudukkan di kursi tamu, sementara itu Siau Po hanya memandangi mereka sambil tersenyum simpul.

Hal ini membuat Golovin semakin marah.

"Kong ciak Tayjin, kau tidak perlu bersandiwara lagi. Kalau mau membunuhku, silakan" teriaknya lantang.

"Kita kawan baik, mengapa aku harus membunuhmu? Lebih baik kita membicarakan masalah pembagian wilayah" sahut Siau Po

Dalam hati Siau Po menduga posisinya sudah di atas angin, apa pun yang dimintanya pihak lawan pasti menurutinya. Tidak tahunya Golovin seorang keturunan para kesatria di negaranya. Watak orang ini keras kepala. "Sekarang aku adalah tawananmu, bukan utusan negara tetangga yang datang untuk melakukan perundingan Di bawah tekananmu, tidak ada yang dapat kita rundingkan Kalaupun sampai terjadi perundingan hasilnya juga tidak berlaku," kata Golovin dengan suara sumbang.

"Kenapa tidak berlaku?" tanya Siau Po-

"Keputusannya ada di tanganmu, apa yang harus kita rundingkan? Kau toh tidak bisa memaksaku untuk melakukan perundingan denganmu" "Kenapa kau mengira aku tidak bisa memaksamu."

"Sebab aku tidak akan menurut" sahut Golovin sengit "Kau boleh menggerakkan golok menebas batang leherku, atau boleh juga menggunakan senapan menembakku" Siau Po tertawa mendengar kata-katanya.

"Bagaimana kalau aku menyuruh orang melepaskan celanamu?" tanyanya santai. Golovin langsung berdiri

"Kau. " Tiba-tiba dia merasa celananya merosot, namun cepat-cepat ditariknya ke 

atas, padahal tadi dia sedang duduk celananya pasti tidak bisa merosot justru saking marahnya tiba-tiba dia berdiri, untung saja dia cepat tanggap sehingga rasa malunya sempat tertolong. Namun adegan itu cukup menimbulkan kegelian di hati para prajurit Hampir semuanya tertawa menyaksikan kejadian itu.

Saking kesalnya, wajah Golovin berubah putih seperti selembar kertas, Kedua. tangannya mencengkeram pangkal celana, sikapnya sungguh mengenaskan.

Rasanya dia ingin mengucapkan sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya, namun kedua tangannya tidak bisa digerakkan agar kelihatannya lebih bersemangat. Akhirnya dia mendengus satu kali lalu duduk kembali di atas kursinya. Terdengar dia berkata.

"Aku adalah utusan negara tetangga yang diperintahkan untuk melakukan perundingan denganmu, kau tidak boleh menghina aku sedemikian rupa"

"Jangan khawatir, aku tidak menghinamu, sebaiknya kita membicarakan lagi masalah pembagian wilayah." ujar Siau Po

Golovin mengeluarkan sehelai sapu tangan dari dalam sakunya lalu digunakan untuk menyumbat mulutnya. Dia bermaksud mengatakan bahwa bagaimana pun dia tidak sudi lagi membicarakan masalah pembagian wilayah dengan Siau Po

Siau Po tersenyum. Dia menyuruh anak buahnya menyediakan arak dan berbagai hidangan. Dalam sekejap mata semua hidangan sudah tersaji. 

"Silahkan jangan sungkan-sungkan" ajak Siau Po

Golovin merasa tergelitik seleranya mencium bau arak. Dia tidak dapat menahan diri.

Segera dilepaskannya sapu tangan yang menyumpal mulutnya lalu meneguk sampai kering secawan arak yang ada di hadapannya. Lagi-lagi Siau Po tersenyum.

"Sekarang mulutmu sudah bisa digunakan lagi?" tanyanya.

Golovin tidak menimpali pertanyaan Siau Po, melainkan terus melahap makanan dan minuman yang tersedia di depannya, ia seakan hendak menunjukkan kepada Siau Po dan yang lainnya bahwa mulutnya hanya digunakan untuk makan dan minum, bukan untuk yang lainnya.

Siau Po terus menuangkan arak di cawan lawannya. Dia berharap dapat membujuk Golovin apabila orang itu sudah mabuk nanti. Tidak disangka yang terjadi justru diluar keinginannya, setelah menghabiskan belasan kati daging sapi rebus dan belasan cawan arak. Golovin mengambil sapu tangannya kembali dan kembali menyumbat mulutnya.

Melihat keadaan ini, mau tidak mau Siau Po merasa geli juga. Dia menyuruh anak buahnya menggiring Golovin ke tenda belakang untuk beristirahat. Dia juga berpesan agar orang itu dijaga dengan ketat, jangan sampai ada kesempatan untuk melarikan diri sementara itu dia mengajak para menteri dan pembesar istana untuk merundingkan tindakan selanjutnya.

"Orang ini benar-benar keras kepala, sudah pasti dia tidak sudi melakukan perundingan di bawah tekanan para prajurit kita. Namun kalau membiarkannya pulang ke rombongannya begitu saja, rasanya tidak rela juga," kata Tang Kok Bang.

"Kurung saja dia selama delapan atau sepuluh hari," usul So Ngo Ta

"Setiap hari kita giring seorang serdadu Lo sat lalu kita bunuh orang itu di hadapan matanya, lihat apakah dia masih terus berkeras?"

"Kalau kita terlalu memaksakan kehendak sampai dia memilih jalan bunuh diri, urusannya bisa jadi runyam. Kita menggunakan kekerasan untuk menindas lawan, apabila masalah ini diselidiki oleh sri baginda, kita pasti terkena dosa," kata Tang Kok Bang.

"Apa yang dikatakan Tang Kokya benar juga. Menggunakan kekerasan juga bukan jalan ke luar yang terbaiki" sahut so Ngo Ta setelah berpikir kembali.

Mereka mengadakan perundingan sampai sekian lama, namun tidak ada jalan ke luarnya juga. Memang mereka sudah berhasil meringkus Golovin, meskipun terhitung sebuah kemenangan, tapi tidak sesuai dengan perintah Kaisar Kong Hi.

Boleh dibilang mereka telah mengacaukan rencana besar kerajaan. Kalau meleset sedikit saja, tindakan mereka bisa dianggap sebagai dosa besar. Akhirnya para pembesar istana menyarankan kepada Siau Po untuk melepaskan Golovin. 

"Baiklah, Kita tahan dia satu malam ini saja, besok kita lepaskan," ujar Siau Po

Dia lalu kembali ke tendanya. Di dalam tenda itu dia berjalan mondar-mandir sambil memeras otak tiba-tiba suatu ingatan terlintas di dalam benaknya.

- Dulu aku meniru cara Cu Kek Liang yang membakar Lembah Ular sehingga berhasil memenangkan peperangan di Ya Ke Lung, sekarang aku mencoba cara yang kulihat dalam sandiwara Tio yu. —

Dia merenung pula sejenaki akhirnya dia sudah mendapat akal yang bagus

Siau Po segera kembali ke tenda besar. Di sana dia memerintahkan anak buahnya memanggil si Ahli sastra berkebangsaan Holland, Dia mengajak orang itu berkasak- kusuk. Kemudian minta diajarkan dua puluhan kata dalam bahasa Lo sat. Pemuda konyol itu langsung menghapalkannya luar kepala, setelah itu dia juga memanggil empat orang komandan pasukannya lalu menyampaikan beberapa pesan. Akhirnya ke empat orang itu menerima perintahnya lalu meninggalkan

Sementara itu Golovin tidur di tenda belakang. pikirannya melayang-layang, di satu pihak dia merasa benci, di satu pihak dia merasa menyesal, mana mungkin dia bisa pulas sepanjang malam?

Golovin bergolek ke sana ke mari sampai tengah malam dia masih belum bisa memejamkan matanya. Keadaan di sekelilingnya sunyi senyap. Sayup-sayup terdengar suara hembusan nafas yang teratur Ternyata ketiga prajurit yang menjaga di depan tendanya tertidur pulas.

Golovin berpikir dalam hati.

- Kalau tidak menuruti kehendak si Pembesar Bocah Cina itu, pasti sulit bagiku untuk meloloskan diri Besok kalau setan Kecil itu marah dan aku dibunuhnya, bukankah jadi mati penasaran namanya? Lebih baik aku mengambil resiko untuk mencoba melarikan diri malam ini juga —

Dengan tergopoh-gopoh dia turun dari balai-balainya. Dekat tempat gantungan baju ada sehelai selendang, dia menggunakannya untuk menggantikan ikat pinggang agar celananya tidak merosot, setelah itu dia mengendap-endap ke luar dari tenda.

Tampak ketiga penjaga sedang tidur dengan lelap, Dengan hati-hati Golovin mengulurkan tangannya untuk mencabut golok yang terselip di pinggang salah seorang penjaga. Hampir saja dia berhasil meraih gagang golok itu, tiba-tiba si penjaga tersentak dan bersin.

Golovin terkejut setengah mati. Dia segera menyurutkan tangannya kembali Beberapa saat dia menunggu, namun tidak terlihat gerakan apa-apa. Kembali terpikir olehnya untuk mengambil golok milik seorang penjaga lainnya.

Namun tiba-tiba penjaga itu juga bergeliat lalu membalikkan tubuhnya. Mulutnya mengucapkan beberapa patah kata yang tidak jelas, Rupanya orang itu mengigau. Namun hal ini membuat Golovin tidak berani coba-coba lagi, dan cepat-cepat dia meninggalkan tenda itu. Dia merasa beruntung karena tidak ketahuan oleh ketiga penjaga itu.

Golovin berjalan terus. Dia memilih tempat yang remang-remang sehingga dirinya tidak terlihat Tampak olehnya beberapa prajurit sedang meronda. Mereka membawa sebuah lentera di tangan masing-masing.

Hampir seluruh pelosok dijaga ketat, hanya sebelah barat yang tampak gelap gulita, Golovin mengendap-endap menuju sebelah barat. Tiba-tiba tiga orang penjaga berjalan ke arahnya, Golovin segera menyusup ke belakang sebuah tenda yang agak besar, untung saja dirinya tidak sampai ketahuanpada saat itulah dia mendengar seseorang dalam tenda berbicara dengan bahasa Lo sat.

"Sebetulnya tidak ada masalah kalau Tayjin tetap ingin menyerang moskov, namun perjalanan ke sana panjang sekali, kemungkinan banyak bahaya yang akan kita hadapi" Golovin terkejut setengah mati mendengar kata-kata orang itu. Dia segera menyingkapkan sedikit bagian bawah tenda dan mengintip ke dalamnya. Hatinya langsung berdebar-debar.

Tampak cahaya di dalam tenda itu berwarna putih terang, pemandangan di dalam tenda tampak jelas sekali, Siau Po mengenakan jubah kebesarannya dan duduk di tengah-tengah ruangan.

Di sisi kiri kanannya berdiri belasan panglima perang beserta komandan-komandan pasukan Di depannya berdiri puluhan prajurit Ceng yang semuanya menggenggam sebatang golok. Di samping Siau Po berdiri si Ahli sastra kebangsaan Holland yang saat itu sedang berbicara dengan si anak muda. 

Terdengar Siau Po menyahut dengan menggunakan Bahasa Lo Sat.

"Kita mengajak Golovin minum arak makan yang enak-enak berbincang-bincang, semuanya bohong. Biar bicara sampai satu bulan, dua bulan, tiga bulan juga merupakan kebohongan, sementara itu secara diam-diam prajurit kita bergerak ke barat. Setiap saat Tuan puteri sophia akan menerima laporan bahwa Golovin masih berunding dengan kita. Dasar bodoh Tuan puteri tidak takut, setiap hari masih berpelukan dengan kekasih-kekasihnya. Mendadak pasukan besar Cina sudah sampai ke Moskov, Mereka diserang dengan cara yang tidak mereka pahami. Kedua pangeran beserta Tuan puteri Sophia akan ditangkap. Pada saat itu Bangsa Lo Sat akan menangis, berlutut, menyembah, memohon pengampunan menyatakan takluk"

"Mengenai urusan parang, aku tidak mengerti apa-apa," kata si Ahli sastra Holland, "Tapi, di satu pihak kita mengajak Bangsa Lo Sat melakukan perundingan sedangkan di lain pihak kita malah mengerahkan pasukan untuk menggempur ibukota negara mereka, rasanya tak melanggar etiket. Tuhan pernah bersabda, kita tidak boleh menipu orang lain untuk kejahatan Kebohongan juga merupakan sebuah dosa."

"Ha ha ha Bangsa Lo sat yang lebih dulu membohongi kita Mula-mula kita sudah berjanji untuk melakukan perundingan dengan baik-baik, kedua belah pihak tidak boleh membekal senjata api. Lihat apa yang dilakukan mereka? Mereka justru membawa senjata api, walaupun bentuknya lebih pendek tapi tetap saja senjata api namanya. Mereka bisa berbohong, kita juga bisa. Dia menggigit aku satu kali, aku akan menggigitnya dua kali" teriak Siau Po. si Ahli sastra terdiam sejenak, kemudian dia mendesah panjang.

"Aku hanya bisa menyarankan kepada Kong ciak Tayjin agar mengurungkan niat ini. Kalau dua negara besar berperang, yang menjadi korban bukankah umat Tuhan juga" katanya menasehati.

Siau Po mengibaskan tangannya berkali-kali. Jangan bicara lagi. Kami hanya percaya kepada Pou sat, tidak percaya Tahan sebetulnya kalau si Golovin itu mau mengalah sedikit dengan memberikan beberapa jengkal tanah kepada Bangsa Cina, mungkin perundingan ini masih bisa dilanjutkan.

Tapi si Golovin busuk itu tidak mau mengalah sedikit pun juga. Biar kita gempur saja Kota Moskov, pada saat itu laki-laki Bangsa Lo sat akan kami bunuh semua agar bisa masuk surga, sedangkan yang perempuannya dibiarkan untuk menjadi istri-istri Bangsa Cina" semakin mendengarkan hati Golovin semakin tegang. — Tuhanku, Bangsa Cina yang tidak beradab ini benar-benar tidak memandang kekuasaan Tuhan, berani-beraninya mulut mereka membual setinggi langit — katanya dalam hati-Terdengar Siau Po berkata lagi.

"Hari ini aku menyuruh seorang prajurit kecil menyentuh tubuh para komandan Lo sat dengan ujung jarinya, tahu-tahu mereka tidak bisa bergerak lagi. Apakah kau melihat kejadian itu?"

Si Ahli sastra menganggukkan kepalanya.

"Ya, aku melihatnya. ilmu sihir dari mana itu? Kok ajaib sekali?" tanyanya dengan tatapan ingin tahu.

"Ilmu sihir dari Cina, warisan dari Jengis Khan, dulu Jengis Khan justru menggunakan ilmu ini untuk menyerang Bangsa Lo sat sehingga mereka berlutut dan menyatakan takluk. sekarang aku akan menggunakan ilmu yang sama untuk menggempur mereka. Matilah Bangsa Lo sat sahut Siau Po dengan roman bangga. " Golovinpun berpikir dalam hati

Dulu Jengis Khan hanya mengerahkan dua laksa prajuritnya untuk menyerang negara kami, ternyata belasan laksa serdadu kami berhasil dikalahkannya. Kami sudah menduga mereka pasti menggunakan ilmu sihir sekarang si bocah setan ini akan menggunakan ilmu itu sekali lagi, gawat Apa yang harus kulakukan? — Terdengar si Ahli sastra berkata pula.

"Tapi kalau dari jauh Bangsa Lo sat sudah menembakkan senapan, ilmu sihir kalian tentu tidak akan ada gunanya lagi"

Siau Po tertawa.

"Memang betul, itulah sebabnya kita harus menjalankan strategi. Di sini kita pura- pura mengajak Golovin berunding, sementara itu pasukan besar kita menyusup ke Kota Moskov, Aku pernah menginjakkan kaki ke ibukota negara tersebut Di dalam kota banyak suku bangsa apa ya. Tar Tar kalau tidak salah. Mereka mengenakan sejenis topi berbulu yang lucu.

Kebanyakan mencari nafkah sebagai penggembala ternak-prajurit kita harus bertindak seperti maling kecil selagi tuan rumah meleng, mereka menyusup masuk ke dalam Kota Moskov dengan menyamar sebagai para gembala- sampai jejak mereka ketahuan tentu sudah terlambat untuk mempertahankan diri," sahutnya pula. 

Tubuh Golovin langsung mengeluarkan keringat dingin.

— siasat si bocah setan ini benar-benar keji- Memang mudah menyamar sebagai para gembala. Kalau mereka berhasil menyusup ke dalam Kota Moskov lalu menggunakan ilmu sihir mereka, bencana apa pula yang harus bangsa kami hadapi? —pikirnya.

Golovin tidak tahu ilmu yang digunakan Songji adalah ilmu menotok jalan darah. Untuk menguasainya harus mempelajari dasar ilmu tenaga dalam tingkat tinggi. Dari puluhan ribu prajurit Kerajaan Ceng, hanya Songji seorang yang bisa melakukannya, Golovin justru mengira ilmu itu merupakan warisan turun-temurun.

Setiap orang Bangsa Cina pasti bisa melakukannya Asaljari tangan menyentuh tubuh, maka orang itu tidak bisa bergerak lagi. Apabila ratusan ribu prajurit Cina  menyusup ke Kota Moskov lalu menggunakan ilmu sihir ini, bukan tidak mungkin dalam waktu yang singkat Bangsa Lo Sat akan habis mereka basmi.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar