Kaki Tiga Menjangan Jilid 93

Jilid 93

Tapi Bangsa Lo Sat yang sekarang sudah kena batunya, tentunya mereka tidak berani menganggap remeh bangsa kita lagi. Meskipun demikian, di saat mengadakan perundingan dengan mereka, Sri Baginda berharap Wi Thayswe tahu cara berhadapan dengan mereka, sebaiknya sikap keras dan lunak harus saling mengimbangi.

"Memang benar, Sri Baginda memang sudah berpesan agar kita menampar pipi mereka beberapa kali, menendang kaki mereka beberapa kali, setelah itu kita harus menepuk-nepuk pundak mereka beberapa kali dan mengelus-elus punggung mereka beberapa kali," sahut Siau Po seperti biasanya. Tidak karuan.

"Ratu yang memegang tampuk pemerintahan dinegara Lo Sat sekarang juga licik sekali. Dalam surat balasannya dia seakan-akan tidak tahu kalau ada pembesarnya yang sudah tertahan oleh kita. Namun ada beberapa patah kata yang justru membuka kedoknya sendiri. Dia mengatakan bahwa bersedia mengadakan perundingan dengan pihak kita, tapi meminta kita mengembalikan para serdadunya yang berhasil kita tangkap agar dapat diadili di negaranya sendiri," kata utusan kaisar. Siau Po tertawa.

"Enak benar Dia baru menghadiahkan beberapa lembar kulit macan tutul dan beberapa butir jamrud yang disebutnya sebagai hadiah besar saja lalu mau mengharapkan kita mengembalikan para serdadu?"

"Sri Baginda juga berpesan, apabila Bangsa Lo Sat benar-benar ingin berdamai dengan kita, sebetulnya tidak ada salahnya kalau kita memberikan sedikit kelonggaran. Tapi kita harus membawa pasukan besar ke sana serta mengadakan perjanjian di bawah tembok kota," kata si utusan pula.

"Apa sih yang dimaksud dengan perjanjian di bawah tembok kota?" tanya Siau Po. " Kedua negara saling menukar tawanan perang masing-masing, tapi dalam hal ini 

klta berada dipihak yang unggul karena tidak ada prajurit dari pihak kita yang tertawan oleh musuh- Pasukan besar kita mengepung tembok kota. Pihak musuh mengajak berdamai Kita melakukan perundingan dan menandatangani perjanjian di bawah tembok kota, itulah yang dinamakan perjanjian di bawah tembok kota, walaupun hal ini tidak berarti musuh menyatakan takluk terhadap kita, namun setidaknya mereka sudah mengaku kalah," sahut sang utusan menjelaskan.

"Begitu rupanya, sebetulnya kita toh bisa membawa sejumlah pasukan besar untuk merebut kembali daerah Ni Pu Ju. Rasanya bukan hal yang terlalu sulit, bukan?" tanya Siau Po-

"Sri Baginda berkata, bahwa memenangkan beberapa peperangan lagi hatinya tetap merasa yakin- Tapi, di depan mata sekarang ini, Lo Sat adalah sebuah negara besar. Banyak negara kecil yang dikuasainya. Apabila di wilayah Timur pihak mereka mengalami kekalahan secara berturut-turut, gengsi mereka tentu jatuh di mata dunia.  Dengan demikian akan timbul pemberontakan dari negara-negara kecil yang tadinya mereka kuasai. Akhirnya pihak Negara Lo Sat akan gusar, mereka akan mengerahkan segenap kekuatannya untuk menggempur kita.

Pada saat itu, apakah keberuntungan atau musibah yang akan kita dapatkan, kita masih belum tahu, jadi untuk apa mengambil resiko seberat itu? sedangkan di sebelah barat Negara Lo Sat masih ada satu negara lain yang tidak kalah kuatnya, yakni Negara Swiss.

Kedua belah pihak itu juga sedang saling menggempur. Negara Lo Sat tentu khawatir apabila dari sebelah timur ada pihak lain pula yang menyerang. Kita gunakan kelemahannya ini untuk melakukan negosiasi dengan mereka, setidaknya untuk jangka waktu yang panjang bangsa kita tidak akan mengalami tekanan dari pihak Negara Lo Sat," sahut sang utusan menjelaskan.

Semangat Siau Po sedang menyala-nyala setelah memenangkan peperangan kali ini, ingin rasanya dia membawa pasukan besar untuk menyerang Ni Pu Ju.

Hatinya agak kecewa mendengar sri Baginda mengharapkan dia bernegosiasi dengan pihak negara Lo sat. Rasanya kurang seru kalau tidak perang. Tapi ini merupakan keputusan sri Baginda, Tentu saja Siau Po tidak berani membantahnya lagi.

Utusan ini adalah paman sri Baginda, juga merupakan paman istriku, kalau dihitung- hiTung kau adalah generasi tua. Pangkatmu pangeran Tingkat satu, sedangkan aku belum lama dinaikkan pangkat menjadi pangeran Tingkat Dua.

Kali ini Sri Baginda menyuruhku mengadakan perundingan dengan pihak Lo Sat, kau justru dijadikan wakilku. Kalau dipertimbangkan lagi, sri Baginda sudah cukup memberi muka kepadaku, - pikirnya.

Ayah sang utusan yang bernama Tung tu Lai masih saudara kandung ibunda Kaisar Kong Hi, sedangkan ayah mereka ialah orang Han. jadi sebetulnya Kaisar Kong Hi tidak asli Bangsa Boan ciu. Dalam tubuhnya masih mengalir setengah darah Han.

Tung tu Lai sudah meninggal, anaknya Tung Kok Bang (utusan) dianugerahi pangkat pangeran Tingkat satu. Dulu Tung tu Lai menjadi komandan pasukan perang di luar perbatasan, dia memimpin pasukan Bendera Kuning.

Pada jaman keemasannya, jasa orang itu banyak sekali, dan namanya sangat terkenal Namun Siau Po selalu merasa nama itu kurang bagus, tu Lai... tu Lai, kalau diartikan dalam Bahasa Cina bisa mengandung makna orang yang sudah kalah berjudi tapi tidak mau bayar.

Malam hari itu, Siau Po mengadakan perjamuan sekali lagi, selesai bersantap, seperti biasanya Siau Po mengajak tamunya bermain judi. Tentu saja si utusan raja tidak menolak-

Mereka bermain sampai larut malam- Tung Kok Bang, utusan raja kalah sampai enam ratus tail uang perak lebih. Namun orang itu masih tertawa terbahak-bahak- Tidak sedikit pun tampang orang yang sudah kalah tidak mau membayar Begitu kembali ke kamarnya, lama Siau Po merenung.

Dia berpikir dalam hati. -Si utusan Raja ini bersikap sportif, untung tidak menuruni nama ayahnya yang Tu Lai, sudah kalah tidak mau bayar orangnya juga cukup menyenangkan masih kerabat si Raja Cilik pula, orang ini harus kugaet agar menjadi teman dekat. -

Keesokan harinya Siau Po mengadakan rapat bersama beberapa -menteri dan pembesar yang dikirimkan dari Kota raja. Mereka mengatakan bahwa sebaiknya pasukan perang diberangkatkan sekarang saja karena cepat atau lambat mereka toh harus melakukan perundingan dengan pihak Negara Lo Sat.

Kalau ditunda lama-lama, bisa-bisa pasukan tentara jadi tidak bersemangat lagi, Siau Po menyetujui usul itu, lalu memerintahkan dua orang komandannya untuk menyiapkan pasukan perang dan berangkat hari itujuga ke Kota Ni Pu Ju-

Hari itujuga mereka sampai di pesisir pantai. Ada seorang prajuritnya yang melaporkan bahwa telah datang dua orang komandan yang memimpin sepasukan serdadu, mereka mengajukan permohonan untuk bertemu dengan wi Thayswe-

Siau Po menyuruh keduanya menghadap, Rupanya kedua orang itu tidak lain dari Walpatsky dan chekonof, Siau Po gembira sekali melihat mereka-

"Bagus, bagus Rupanya Wang Pat se Ki dan cu KeJuc Fu" serunya keras-keras-

Kedua orang itu segera membungkukkan tubuh sebagai penghormatan lalu menyerahkan surat balasan dari Ratu sophia-

Si Ahli sastra berkebangsaan Lo Sat yang mewakili Siau Po menulis surat masih ikut dengan rombongan mereka. Tentu saja untuk menjaga kemungkinan apabila tenaganya diperlukan sewaktu-waktu, Disamping itu, kaisar Kong Hi juga mengutus seorang penterjemah berkebangsaan Holland untuk membantu Siau Po dalam melakukan perundingan Siau Po segera memanggil keduanya untuk membacakan surat Ratu sophia.

Si Ahli sastra dari negara Lo Sat telah mengubah sedikit surat Siau Po tempo hari. Dia khawatir dalam surat balasannya Ratu sophia menyinggung hal yang akan membongkar rahasianya. Cepat-cepat dia mengambil surat dari tangan Siau Po dan melihatnya sekilas.

Hatinya baru merasa tenang setelah mengetahui isinya. Dia menyerahkan surat itu kepada Si Penterjemah Holland yang langsung membacakannya dalam Bahasa Cina.

Surat itu menyatakan, bahwa sejak berpisah dengan Siau Po, Ratu sophia juga selalu merindukan anak muda itu. Dia berharap, setelah perundingan berjalan dengan lancar, Siau Po bersedia main ke Moskow untuk mengenangkan kembali masa lalu mereka yang indah.

Siau Po mendapat perhatian serta kasih sayang dari dua kepala negara yang seharusnya menjadi penengah yang adil untuk menghapus segala kesalahpahaman dan sengketa yang tidak diperlukan. Ratu sophia juga berharap Siau Po akan menjadi penunjang tercapainya kerukunan kedua belah pihak.

Dalam suratnya Ratu sophia juga mengatakan bahwa Cina dan Lo sat merupakan dua negara terbesar di Timur danBarat,Bila kedua negara dapat bekerja sama, maka tidak akan ada negara lain di dunia yang berani mencoba-coba menyerang mereka. Namun apabila perundingan tidak berjalan sesuai kehendak kedua belah pihaki maka perang yang panjang tidak akan dapat dihindarkan lagi. Akhirnya baik Negara Lo sat maupun Negara Cina akan mengalami kerugian besar.

Ratu sophia berharap Siau Po dapat menunaikan tugas ini dengan baik, agar dapat mendirikanjasa besar bagi Negara Cina, sedangkan Negara Lo sat juga tidak akan melupakan begitu saja kebaikannya.

Dia juga meminta Siau Po membujuk Kaisar Kong Hi agar bersedia membebaskan para serdadu Lo sat yang telah tertawan. Dengan demikian mereka dapat kembali ke keluarga masing-masing yang sudah merasa cemas sekali atas nasib para suaminya.

Ahli Sastra itu sudah selesai membacakan surat dari Ratu sophia, Siau Po melihat Walpatsky dan chekonof memberikan isyarat dengan kedipan mata. Anak muda itu tahu masih ada urusan lain yang ingin dibicarakan kedua orang itu, Siau Po segera menyuruh kedua Ahli sastra Lo sat dan Holland itu meninggalkannya, setelah itu dia baru bertanya. 

"Apakah masih ada urusan lain yang ingin kalian bicarakan?"

"Tuan puteri meminta kami menyampaikan pada Pembesar Bocah Tiongkok bahwa laki-laki bangsa Lo Sat tidak ada yang hebat, justru harus Pembesar Bocah Tiongkok seorang yang paling hebat di dunia. Tuan puteri merasa rindu sekali kepada Anda. Biar bagaimana pun hamba berdua harus berhasil mengundang pembesar Bocah Tiongkok mengunjungi Moskov kata Walpatsky.

Siau Po mendengus satu kali, diam-diam dia berpikir-

— ini pasti rayuan gaya Lo sat, sama sekali tidak dapat dipercayai - Terdengar chekonof berkata lagi.

"Tuan puteri masih mempunyai beberapa macam urusan yang harus dimohonkan penyelesaiannya kepada Pembesar Bocah Tiongkok, Ada pula sesuatu yang diberikan oleh Tuan puteri kepada Pembesar Bocah Tiongkok."

Dia melepaskan rantai tembaga yang melilit di lehernya, gandulannya ternyata sebuah peti besi berbentuk. mini, besarnya kurang lebih dua kali kepalan tangan orang dewasa. Demikian pula dengan Walpatsky, Kemungkinan kedua orang itu menempuh jarak jauh, jadi mereka terpaksa menggunakan cara seperti ini untuk menjaga jangan sampai peti kecil itu hilang di perjalanan atau dicuri orang.

Setelah itu chekonof juga mengeluarkan sebuah anak kunci dari selipan ikat pinggangnya, Rupanya tutup peti itu digembok rapat Dia menggunakan kuncinya untuk membuka peti mini di tangan Walpatsky, sedangkan Wafpatsky juga mengeluarkan anak kuncinya untuk membuka peti mini di tangan chekonof.

Kemudian keduanya menghaturkan peti-peti mini itu dengan hormat ke atas meja dihadapan Siau Po.

Siau Po mengangkat peti mini yang pertama, lalu membalikkan Terdengarlah suara dentingan, ternyata dari dalamnya tumpah puluhan butir batu permata yang indah- indahi sinarnya menyilaukan mata, ada batu safir, ada Jamrud, batu Mira, bahkan  Topaz kuning, sedangkan peti mini yang satunya berisi berlian dan intan yang besar- besar.

Seumur hidupnya, sudah banyak batu permata, emas dan intan berlian yang dilihat Siau Po. Tapi jumlah sebanyak ini dan bentuknya sebesar ini, benar-benar belum pernah ditemuinya, sambil tertawa dia berkata.

"Wah, hadiah yang diberikan Tuan puteri benar-benar berat dan besar sekali, aku merasa tidak kuat menerimanya"

"Tuan puteri juga berkata, seandainya Pembesar Bocah Tiongkok bisa menyelesaikan pekerjaan besar yang disodorkannya, masih ada hadiah-hadiah menarik lainnya, seperti sepuluh gadis cantik dari sepuluh negara, yakni India, Nepal, Pakistan, Polandia, Jerman, Swiss, Polinesia, Denmark dan lain-lainnya. Dijamin semuanya masih perawan, bukan janda serta berparas cantik bak dewi kayangan, semuanya akan dipersembahkan kepada Pembesar Bocah Tiongkok" kata Walpatsky

Siau Po tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Aku sudah mempunyai tujuh istri, itu saja sudah cukup kesulitan yang kuhadapi. Ditambah sepuluh gadis cantik lagi, si pembesar Bocah Tiongkok ini bisa melayang jiwanya."

"Tidak akan terjadi hal seperti itu," sahut Walpatsky "Kesepuluh gadis cantik ini sudah tersedia. Kami sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Masing-masing mempunyai wajah yang tidak kalah ayunya dari sekuntum mawar. Kulit tubuh mereka putih halus seperti secangkir susu, suara mereka seperti kicauan burung yang merdu." 

Tentu saja hati Siau Po agak tergerak mendengarnya "Urusan apa sih yang harus aku selesaikan?" tanyanya penasaran.

"Pertama, kedua negara hidup rukun, dengan adil membagi kekuasaan, sejak sekarang tidak ada serdadu lawan yang ditahan," kata Chekonof 

Diam-diam Siau Po berpikir-- Ini toh sama dengan keinginan si Raja Cilik, Hal ini pasti dapat kulakukan dengan baiki— Dia mengerutkan keningnya lalu berkata. "Di sebelah barat negara Lo sat kalian ada sebuah negara yang bernama Su. Apa gitu, mereka mengirimkan utusan yang menyatakan ajakan kerja sama. Mereka ingin kami bersama-sama memimpin pasukan perang guna menggempur Negara Lo sat dari dua arah. Dengan demikian negara kalian akan kewalahan menghadapinya. Pada saat itu. Negara Polandia keki jerman keki Hindia Belanda keki semuanya bisa kami kuasai, maka jika aku menginginkan wanita cantik macam apa atau berapa pun jumlahnya bukan masalah lagi. Apalagi Tuan puteri kalian hanya mengirimkan masing-masing seorang dari setiap negara, huh. Tidak cukup menggairahkan"

Kedua Komandan dari negara Lo sat itu terkejut setengah mati mendengar kata- katanya. Pada saat itu negara Swiss dipimpin oleh Raja Charlie ke sebelas.

Dia seorang pemuda yang gagah dan pandai mengatur siasat perang. Memang sudah terdengar desas-desus bahwa raja ini ingin memimpin sendiri pasukannya untuk menyerang negara Lo sat. Cepat atau lambat hal ini pasti terjadi, para menteri serta pembesar di Moskov memang sedang mencemaskan masalah ini. Mereka sama sekali tidak menduga kalau pihak Swiss malah terpikir untuk bekerja sama dengan Cina,  walaupun Lo sat adalah negara yang kuat, tapi mereka juga tidak berani menjamin pihak mereka tidak akan kalah digempur dari depan dan belakang.

Siau Po memperhatikan tampang kedua utusan itu. Dia tahu ocehannya sudah termakan oleh mereka. Maka dia berkata pula.

"Tapi, bagaimana pun aku dan Tuan puteri kalian merupakan teman sehati Mana mungkin aku menerima begitu saja usul negara kasar seperti sui apa tadi? Untungnya sekarang kaisar kami belum mengambil keputusan yang mantap. Bila pihak kalian benar-benar ingin berdamai, aku bisa mengusahakan agar utusan dari negara sui apa itu segera dipulangkan." 

Kedua Komandan itu senang sekali mendengar janjinya dan cepat-cepat mereka menyahut.

"Tentu saja pihak kami mau berdamai setulus-tulusnya, sedikit pun kami tidak sudi berbohong mengenai urusan yang penting ini. Harap pembesar Bocah Tiongkok segera memulangkan utusan dari Swiss itu, kalau perlu penggal saja batok kepalanya" Siau Po menggelengkan kepalanya.

"Memenggal kepala seorang utusan itu tidak boleh sekali-kali kita lakukan. Apalagi dia sudah mengirimkan aku sedemikian banyak batu permata, sepuluh wanita pilihan dari negara nya. Masa aku tidak tahu diri main penggal saja kepala orang itu, iya kan?" sahut si anak muda ugal-ugalan.

Kedua Komandan Lo sat segera menganggukkan kepalanya berkalUkali, Mereka berpikir dalam hati.

- Rupanya pihak Swiss juga sudah memikirkan segala kemungkinan dengan matang- matang. Belum apa-apa mereka sudah mengantarkan sejumlah hadiah, strategi mereka benar-benar jitu, keluar uang dulu belakangan baru menerima kembali berikut bunganya, -

Sesaat kemudian mereka berpikir lagi, - Untung pembesar Bocah Tiongkok ini merupakan kawan sehati Tuan putri kami, kalau tidak urusan ini bisa runyam jadinya —

"Masih ada urusan apalagi yang Tuan Puteri kalian minta kuselesaikan?" tanya Siau Po pula.

Walpatsky tersenyum.

"Satu urusan lagi yang harus diselesaikan oleh pembesar Bocah Tiongkok tidak dapat tidak harus dilakukan dalam istana Kremlin di Moskow “sahutnya sambil cengar- cengir, Siau Po mendengus dingin.

— Lagi-lagi gaya Lo Sat, bisa juga disebut sup perangsang dari Lo Sat, boleh dihirup tidak boleh dipercaya. — katanya dalam hati.

Sambil tertawa dia berkata pula

"Rupanya kalian para laki-laki Lo Sat benar-benar tidak ada gunanya" "Bukannya laki-laki Lo sat tidak ada gunanya, melainkan justru Tuan Puteri kami 

terlalu merindukan pembesar Bocah Tiongkok." sahut Chekonof,

— Lagi-lagi sup perangsang dari Lo sat, — pikir Siau Po- "Kalau begitu, tampaknya tidak ada urusan lain yang dipesankan oleh Tuan Puteri kalian?" tanyanya kemudian.

"Ratu Sophia berharap raja kalian mengeluarkan ijin perdagangan bagi kedua negara, dengan demikian perekonomian kita akan semakin lancar," sahut Walpatsky

"Kalau jalur perdagangan kedua negara bisa diperlancar, kapan saja Tuan puteri dapat mengirimkan surat serta menghadiahkan berbagai barang untuk pembesar Bocah Tiongkok." sambung chekonof. Dalam hati Siau Po memaki

— Maknya. Datang lagi semangkok sup yang lain, — namun diluarnya dia berkata. "Kalau begitu, niat Tuan puteri melancarkan jalur perdagangan kedua negara adalah 

mementingkan pribadinya bukan kepentingan umum?"

"Betul, betul. Apa yang dilakukan Tuan puteri kami demi pembesar Bocah Tiongkok." sahut Chekonof.

"Sekarang aku bukan seorang anak kecil lagi. Kalian tidak boleh memanggilku dengan sebutan Pembesar Bocah Tiongkok" kata Siau Po.

Kedua Komandan itu segera membungkukkan tubuh mereka dalam-dalam.

"Baiki baik. Kami akan memanggil pembesar orang Dewasa Tiongkok" sahut mereka serentak.

Perlahan-lahan Siau Po mengembangkan seulas senyuman.

"Baiklah. Kalian boleh beristirahat sekarang. Apabila kami berangkat ke Ni Pu Ju, pokoknya kalian harus ikut serta," katanya kemudian. Kedua orang itu terkejut setengah mati. Mata mereka saling lirik sekilas.

-Untuk apa pembesar ini datang ke Ni Pu Ju? Apakah dia benar-benar ingin melakukan penyerangan ke kota itu? - tanya mereka dalam hati.

"Kalian tidak perlu khawatir, aku sudah berjanji kepada Tuan Puteri untuk mendamaikan kedua negara, Keberangkatan kami ke sana bukan untuk berperang," kata Siau Po yang dapat menebak isi hati kedua komandan itu. Kedua orang itu sekali lagi membungkukkan tubuhnya rendah-rendah. "Terima kasih pembesar Bo-.. eh, orang Dewasa Tiongkok"

Kemudian Walpatsky berkata pula, "Tuan puteri kami mendengar bahwa jembatan buatan orang Tiongkok bagus sekali. Biarpun danau atau sungai yang bagaimana lebarnya, orang Tiongkok sanggup membuat jembatan dari batu di atasnya. Di bawahnya tidak menggunakan penyanggah beton pula. Tuan puteri sangat mencintai pembesar orang Dewasa Tiongkok. tentu saja beliau juga mencintai barang-barang buatan Tiongkok. Oleh karena itu. Tuan puteri berharap pembesar orang Dewasa Tiongkok bersedia mengutus ahli-ahli bangunan untuk pergi ke Moskow dan membuatkan beberapa buah jembatan di sana. Bila ada jembatan buatan orang Tiongkok. Tuan Puteri kami akan melaluinya setiap pagi dan senja hari. Menurut beliau, hal ini sama saja dengan mengenang kembali masa-masa indah bersama Pembesar orang Dewasa Tiongkok." 

Dalam hati Siau Po berpikir, - sup yang dikirimkan perempuan dari Lo sat ini datang semangkok demi semangkok. Kalau aku terus menghirupnya, lama kelamaan aku pasti  bisa muntah, secara khusus Tuan putri Lo Sat ini mengincar jembatan batu buatan bangsa kami, ada apa sebenarnya? Pasti ada udang di balik batu. Aku harus hati-hati, jangan sampai terperangkap jerat yang dipasangnya, — Maka dia berkata.

" Kalau Tuan puteri kalian sangat merindukan aku, tofo tidak perlu menyuruh orang membuat jembatan di Moskow, pekerjaan ini rumit sekali, jumlah tenaga kerjanya juga banyaki waktunya lama pula. Biar aku kirimkan beberapa lembar selimut dan bantal guling saja. Dengan demikian, apabila Tuan Puteri kalian memeluk bantal guling itu dan mengenakan selimutnya, tidak ubahnya ada laki-laki Tiongkok yang menemaninya di tempat tidur." 

Tampang kedua komandan itu jadi aneh kelihatannya. Mereka saling lirik sekilas. "Ini.,., Ini... rasanya " kata Chekonof tergagap.

Tampaknya otak Walpatsky lebih encer daripada rekannya, dia segera berkata. "Usul yang dikemukakan Pembesar orang Dewasa Tiongkok tadi memang bagus 

sekali. Biar kami saja yang mengantarkan selimut dan bantal dari Tiongkok. Biarpun 

Tuan Puteri kami tidak bisa memeluk langsung pembesar orang Dewasa Tiongkok. tidak banyak bedanya apabila beliau memeluk selimut serta bantal guling dari Tiongkok. Namun baik selimut maupun bantal guling merupakan benda yang tidak dapat bertahan lama, satu dua tahun kemudian pasti sudah rusak. Lain halnya dengan jembatan batu, benda itu bisa menjadi kenangan bagi Tuan puteri kami selama-lamanya. Karena itu, harap Pembesar orang Dewasa Tiongkok tetap mengirimkan beberapa ahli bangunan untuk membuatkan jembatan bagi Tuan Puteri kami,"

Mendengar nada bicara kedua orang itu, tampaknya pihak Negara Lo sat sangat menginginkan pembuatan jembatan batu seperti yang ada di Cina, dia tahu dibalik semua ini pasti ada intrik yang tidak menguntungkan pihaknya.

Siau Po tidak tahu bahwa pembuatan jembatan di Cina pada masa itu menjadi kekaguman negara-negara lainnya. Mereka merasa aneh sebuah jembatan batu yang kekar dapat melintang di atas sungai yang lebar sebetulnya tidak ada intrik apa-apa di balik semua Pihak Negara Lo sat hanya ingin mempelajari cara pembuatannya. Namun kalau meminta secara terang-terangan, pihak Raja di Cina pasti akan menolaknya. Apabila berhasil membujuk Siau Po mendatangkan beberapa ahli bangunan untuk membuatkan jembatan di Moskov, mereka bisa menyuruh ahli mereka melihat cara buatannya dan kemudian menirukannya.

Siau Po berpikir lagi dalam hati.

— Apa yang semakin kalian inginkan, bapakmu ini semakin tidak sudi memberikannya 

— Maka dia berkata.

"Baiklah, aku sudah tahu. Kalian boleh mundur sekarang"

Kedua komandan Lo Sat itu tidak berani banyak bicara lagi. Kemudian setelah memberikan penghormatan mereka pun mengundurkan diri

Keesokan harinya, pembesar utusan Lo sat yang ada di kota Ni Pu Ju yakni Fedor. A-Golovin mendapat laporan bahwa pasukan besar Kerajaan ceng telah tiba. Cepat- cepat dia menyuruh seseorang mengantarkan surat yang menyatakan bahwa dia akan  segera menjumpai mereka dan berharap pihak Kerajaan ceng mendirikan kemah di luar kota tersebut. 

"Tidak perlu sungkan-sungkan. Biar kami yang mendatanginya sebadai tamu" kata Siau Po

"Para prajurit Kerajaan ceng segera berpencar Lung Pu suki Peng cun dan Komandan perang yang lainnya memimpin pasukan masing-masing untuk mengepung seluruh Kota Ni Pu Ju. Bahkan jalan mundur serdadu Lo sat juga ditutup untuk menjaga kemungkinan mereka melarikan diri. Juga untuk mencegah masuknya bala bantuan dari pihak Barat, Siau Po sendiri memimpin sepasukan prajurit tepat di depan pintu gerbang kota itu. Dia menggerakkan tangan sebagai isyarat. Dalam sekejap mata berpuluh- puluh meriam ditembakkan ke atas sebagai tanda kedatangan mereka.

Para pembesar serta menteri-menteri Lo sat melihat begitu banyaknya prajurit Kerajaan Ceng telah mengepung di sekitar mereka. Malah semangat para prajurit itu begitu berkobar-kobar sehingga sedikit banyak membuat ciut nyali lawan.

Golovin sebagai menteri utusan Lo sat segera menyuruh anak buahnya menyiapkan berbagai macam hadiah untuk dipersembahkan kepada utusan dari Cina, selain itu dia juga menyampaikan surat yang isinya menyatakan bahwa pimpinan kedua negara telah bersepakat untuk berdamai.

Untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan, sebaiknya tentara kedua belah pihak jangan terlalu berdekatan, urusan apa pun dapat dirundingkan secara baik-baik. Bila kedua belah pihak ada satu orang saja yang memulai sengketa, urusannya bisa gawat. Perdamaian pun jangan diharapkan lagi.

Siau Po segera mengajak para menterinya untuk merundingkan masalah ini- supaya banyak mengatakan bahwa Bangsa Tionghoa bukanlah bangsa yang tidak tahu adat istiadat- Karena pihak lain telah meminta secara baik-baik maka Bangsa Tionghoa pun harus menerimanya- Sopan dulu, perang belakangan.

Siau Po langsung meminta para prajuritnya untuk mundur sejauh beberapa lie.Golovin melihat prajurit-prajurit Kerajaan ceng telah mengundurkan diri sesuai permintaannya. Hatinya menjadi lapang.

Dia menulis sepucuk surat lagi untuk Siau Po yang isinya menyatakan bahwa dia mempunyai empat hidayat yang diharapkannya dapat dipenuhi oleh Siau Po- Pertama, tempat pertemuan harus dipertengahan antara Kota Ni Pu Ju dan sungai sengelkev.

Kedua, pada waktu pertemuan, utusan dari kedua belah pihak akan didampingi oleh empat puluh orang pilihannya. Ketiga, juga disiapkan lima ratus prajurit dari negara masing-masing, serdadu Lo sat menjaga di bawah tembok kota, sedangkan prajurit Kerajaan Ceng menjaga di sepanjang sungai.

Empat, utusan kedua negara juga dikawal oleh serdadu serta prajurit dari pihak masing-masing, batasnya dua ratus enam puluh orang. Tidak ada seorang serdadu pun dari kedua belah pihak yang boleh membawa senjata tajam ataupun senapan api.

Golovin mengajukan keempat hidayat ini justru mengingat banyaknya prajurit Kerajaan Ceng yang datang, sedangkan serdadu dari pihaknya jauh lebih sedikit. Kalau jumlah pengawal utusan itu tidak dibatasi kerugian pasti ada di pihaknya. Siau Po mengajak para menterinya merundingkan persyaratan yang diajukan oleh Golovin. Mereka merasa permintaan itu dapat dipenuhi, maka waktu pertemuan pun ditentukan malam hari itu juga Siau Po menyuruh orang mendirikan tenda besar untuk tempat berlangsungnya pertemuan.

Keesokan harinya, Siau Po, So Ngo Ta dan Tang Kok Bang membawa empat puluh orang pilihan serta dua ratus prajurit ke tempat pertemuan.

Di depan pintu Ni Pu Ju yang terpentang lebar, tampak cGolovin memimpin sejumlah pasukan berkuda yang semuanya dilengkapi dengan perisai. Mereka berbaris dengan rapi, tampak gagah dan berwibawa. Melihat hal itu, Siau Po langsung memaki.

"Neneknya setan Lo sat benar-benar licik. Dalam syarat yang diajukan kemarin hanya dikatakan bahwa masing-masing utusan boleh membawa pengawal sebanyak dua ratus enam puluh orang. Kita justru tidak menanyakan pasukan jalan kaki atau pasukan berkuda. Telah dicantumkan pula bahwa kedua belah pihak tidak boleh membawa senjata tajam, tidak tahunya mereka justru membawa perisai untuk melindungi diri"

"Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam mengadakan perjanjian dengan pihak mereka kita harus super hati-hati. Kalau kita melakukan setitik kecerobohan saja, kita bisa tergelincir habis-habisan" kata So Ngo Ta

Sementara kedua orang itu berbicara, pasukan berkuda Lo sat sudah hampir sampai di hadapan mereka.

"Kita ikuti saja perintah sri Baginda, Bangsa kita adalah bangsa yang tahu sopan santun, tidak suka menggunakan kekerasan. Kita tunjukkan terlebih dahulu niat baik kita, sebaiknya kita turun dari kuda." ujar Tang Kok Bang. 

"Baik, semuanya turun dari kuda" teriak Siau Po memberikan perintah.

Empat puluh orang pilihan yang mengiringi kedatangan memang menunggang kuda. Mereka segera turun dan berdiri dengan rapi. ,Golovin yang melihat hal itu segera berseru lantang dan para pengikutnya pun segera turun dari kuda masing-masing. Kedua belah pihak sama-sama maju untuk berhadapan.

"Utusan Raja dari Negara Lo sat, Golovin mendoakan semoga sri Baginda serta keluarganya di Tiong goan dalam keadaan sehat-sehat selalu" ujar Golovin dengan suara lantang.

Siau Po menirukan kata-kata lawannya, "Utusan dari Kerajaan ceng mendapat perintah dari Kaisar Kong Hi untuk mendoakan semoga pangeran-pangeran beserta seluruh keluarganya di Moskow dalam keadaan sehat-sehat selalu"

Dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat lalu menambahkan sedikit, "semoga Tuan Puteri sophia juga selalu cantik dan berbahagia" Golovin tersenyum simpul Dalam hati dia berpikir.

- Kaisar Cina kok mendoakan semoga Tuan puteri kami selalu cantik dan berbahagia? Tapi kalau Tuan Puteri mendengarnya, tentu beliau akan merasa senang juga. - Kedua belah pihak segera mengenalkan menteri-menteri dan pembesar dari negara masing-masing lalu berbasa-basi sedikit, setelah itu masing-masing mengemukakan pendapat tentang perjanjian yang harus disetujui-

Siau Po melihat para pembesar dan menteri dari Negara Lo sat mendengarkan Ahli sastra Cina membacakan surat kaisar dengan tenang dan sopan, tapi ke dua ratus enam puluh serdadu negara itu justru sudah melompat naik ke atas kuda masing- masing dan mengacung-acungkan perisai di tangan mereka tinggi-tinggi. Siau Po yang melihatnya semakin lama semakin mendongkol.

Ucapan ini dikatakan dalam Bahasa Lo sat. Biasanya bahasa asing yang terucap dari mulut anak muda ini selalu kacau balau, tapi dalam keadaan serius ternyata dia dapat menggunakannya dengan baik, Bahkan aksennya mengandung wibawa yang dalam.

"Serdadu kalian benar-benar tidak mengenal sopan santun bertemu dengan pembesar orang Dewasa Tiongkok seharusnya mereka turun dari kuda dan menunggu sampai pertemuan selesai"

Golovin menyahut dengan tenang.

"Negara kami mempunyai peraturan tersendiri biarpun berhadapan dengan pangeran kami sendiri, serdadu pasukan berkuda tidak perlu turun dari tunggangannya masing- masing"

"Daerah ini masuk wilayah Tiongkok. maka kalian harus mengikuti peraturan Tiongkok pula," kata Siau Po-

Golovin menggelengkan kepalanya, "Pendapat Tayjin salah ini merupakan tanah yang telah dikuasai oleh negara kami, jadi peraturan yang harus dipakai adalah peraturan kami pula," sahutnya.

Pertemuan yang akan diadakan hari itu justru mempersoalkan siapa pemilik tanah tersebut Hasil keputusan rapat nanti masih belum diketahui, namun utusan kedua belah pihak negara begitu bertemu sudah berdebat, 

"Kalian Bangsa Lo Sat datang ke sebuah tempat, kemudian kalian bangun menjadi sebuah kota, dengan demikian apakah berarti tanah itu sudah menjadi milik kalian? Di dunia ini mana ada peraturan seperti itu?" kata Siau Po

"lni merupakan tanah kekuasaan Negara Lo sat kami, itulah sebabnya kami mendirikan kota di sini, orang Cina toh tidak mendirikan kota di sini, jadi tanah ini memang milik bangsa kami, Tayjin berani mengakui tanah ini merupakan milik Negara Cina, apakah ada bukti-bukti yang menguatkannya?" tanya Golovin tak mau kalah-

Sebetulnya kota Ni Pu Ju merupakan daerah bebas tadinya, tidak ada negara mana pun yang pernah mendebatkan masalah ini. Bahkan dalam buku peta pun tidak tertera kalau wilayah ini masuk wilayah Cina atau Rusia (Lo Sat).

Tapi sejak kota itu mulai dibangun dan banyak penghuninya yang terdiri dari berbagai golongan ras, maka Cina dan Rusia pun saling memperebutkannya dan mengakui wilayah itu sebagai tanah milik negara masing-masing.

Siau Po yang mendapatkan pertanyaan tadi jadi bingung. Kalau dia berdebat dengan menggunakan Bahasa Lo sat, perbendaharaan kata-katanya dalam bahasa itu terbatas  sekali. Untuk percakapan saja dia sudah kewalahan, apalagi harus bersilat lidah? Hatinya marah sekali.

"lni merupakan tanah Negara Cina Kami mempunyai banyak bukti" teriaknya. Kemudian dia mengganti kata-katanya dengan menggunakan bahasa daerah Yang-ciu, kampung kelahirannya, 

"Maknya. Aku ini pernah menjadi leluhur Bangsa Lo Sat dari generasi ke tujuh belas" sekali makian terlontar dari mulutnya, kata-katanya ibarat sungai deras yang mengalir di saat banjir, sampai-sampai nenek kakek buyut, istri dan anak-anak Golovin pun tidak terhindar dari caci maki nya.

Melihat utusan dari Tiongkok itu marah sekali, menteri-menteri dan pembesar kedua negara menjadi bingung sekali, jangankan ,Golovin yang tidak mahir berbahasa Cina, bahkan banyak prajurit dari pihak Siau Po sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya.

Bahasa yang digunakan Siau Po merupakan caci maki dari kalangan rendah di kota Yang-ciu orang-orang dari keluarga baik-baik dalam kota itu mungkin hanya bisa menangkap dua atau tiga bagian kata-katanya. Apalagi So Ngo Ta, Tung Kok Bang yang selamanya tinggal di utara dan mendapat didikan dari kalangan istana?

Setelah memaki panjang lebar, hati Siau Po sudah terasa lapang. Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak

Walaupun tidak mengerti maksud ucapan Siau Po, tapi melihat mimik wajahnya saja Gofovin dapat merasakan bahwa anak muda itu sedang melampiaskan kemarahan di hatinya. Dan ketika dia melihat akhirnya Siau Po tertawa terbahak-bahak, dia malah terkesima. Untuk sesaat dia menatap Siau Po dengan pandangan terpana.

"Mohon tanya kepada Tayjin, petunjuk apa yang diberikan oleh Tayjin barusan?" tanyanya kemudian

"Harap dimaklumi, bahasa Cina kami terbatas, sedangkan bahasa yang digunakan Tayjin adalah bahasa tinggi semoga Tayjin bersedia mengulangi satu persatu dan menjelaskan maknanya agar kami sekalian dapat mengerti."

"Tadi aku mengatakan bahwa kau benar-benar tidak tahu aturan, aku ingin mengambil nenek moyangmu menjadi istriku." Gofovin tersenyum.

"Ketika masih gadis, nenekku terkenal di Kota Moskow karena kecantikannya. Banyak bangsawan negara kami yang tergila-gila kepadanya. Ayahnya adalah menteri Pedrovousky yang gagah- Rupanya Tayjin juga pernah mendengar tentang kecantikan nenekku. Aku merasa bangga sekali karenanya, sayangnya nenekku sudah mati sejak tiga puluh delapan tahun yang lalu," sahutnya

"Kalau begitu aku memilih ibumu saja untuk menjadi kekasih atau istriku," kata Siau Po pula

Wajah Golovin semakin berseri-seri, kelihatan kalau hatinya sedang gembira sekali.

"Ibuku juga keturunan orang terkenal wajahnya bersih, kulitnya halus. Beliau pandai membuat puisi dalam Bahasa Perancis, Di dalam Kota Moskov saja entah ada berapa puluh pangeran yang jatuh hati kepadanya. Di negara kami ada seorang penyair yang  pernah menuliskan lima puluh lembar puisi untuk ibuku, usianya sekarang sudah enam puluh tiga tahun, tapi tampangnya tidak melebihi wanita yang berusia tiga puluhan. Kalau suatu hari pembesar orang Dewasa Tiongkok berkunjung ke Moskow, aku pasti akan mengenalkan kalian berdua. Tapi untuk menikah rasanya tidak mungkin. Kalau jadi kekasih hati saja, tentu tidak apa-apa seandainya ibuku juga bersedia"

Kebudayaan barat memang jauh berbeda dengan kebudayaan timur. Bila ada memuji istri atau ibunya, mereka bukannya cemburu,justru malah merasa bangga. Bahkan merasa lebih menyenangkan daripada dirinya sendiri yang dipuji.

Siau Po justru salah paham. Dia menyangka Golovin merasa gentar terhadapnya sehingga ibu sendiri pun rela dipersembahkan baginya. Kemarahan yang menyelimuti hatinya tadi sirna seketika. Apalagi mendengar nada suaranya, tampaknya Golovin bersedia mengangkat dirinya sebagai ayah tirinya. sambil tertawa dia berkata pula.

"Bagus, bagus sekali Lain kali kalau aku berkunjung ke Moskov, aku pasti akan menjadi tamu langganan dalam rumahmu" Dia menarik tangan ,Golovin lalu diajaknya masuk ke dalam rumah.

Pengikut dari kedua negara pun ikut masuk ke dalam tenda yang besar itu- Rombongan Siau Po duduk di sebelah timur, sedangkan rombongan Golovin di sebelah barat, 

0oo0

"Ratu yang memegang tampuk pemerintahan di negara kami berpesan bahwa dalam perundingan menuju perdamaian kali ini, pihak kami benar-benar tulus. Kedua belah pihak harus adil siapa punjangan sampai ada yang menekan pihak lainnya. Karena itu cula, negara kami mengusulkan untuk menggunakan sungai Hek Liong Kiang sebagai batas. Bagian utara sungai (Kiang Pak) merupakan wilayah kami, sedangkan sebelah selatan, yakni Kiang Lam menjadi wilayah Tiongkok. Kalau perundingan ini disetujui, mulai sekarang serdadu kami tidak boleh menginjakkan kaki ke wilayah selatan dan prajurit Kerajaan Ceng tidak boleh melintas ke utara," kata Golovin sebagai pembukaan. 

" Kalau Kota ya Ke Lung itu termasuk wilayah utara atau selatan?" tanya Siau Po- "Letaknya di sebelah utara sungai Kota itu juga dibangun oleh bangsa kami, jadi 

termasuk wilayah kekuasaan kami," sahut Golovin.

Mendengar kata-katanya, hawa amarah dalam dada Siau Po meluap lagi.

"Di tengah-tengah Kota ya Ke Lung ada sebuah gunung, tahukah kalian apa nama gunung itu?" tanyanya.

Golovin menolehkan wajahnya dan bertanya kepada seorang tua yang berdiri di belakangnya, setelah itu dia baru menjawab. 

"Namanya gunung Kocutle"

Siau Po tahu "Kocutle" artinya Menjangan, maka dia berkata.

"Dalam Bahasa Cina disebut Lu Ting san (gunung Puncak Menjangan). Tahukah kau pangkat apa yang aku jabat sekarang?"

"Tayjin adalah Lu Ting Kong, dalam bahasa kami disebut Kong ciak dari Kocutle," sahut Golovin. "Kalau begitu kau sengaja ingin menentang aku. Kau sudah tahu kalau aku ini Lu Ting Kong, tapi kau sengaja menguasai gunung Lu Ting sanjadi kau menginginkan agar aku tidak mendapat jabatan sebagai Kong ciak-"

"Tidaki tidaki Kami tidak bermaksud demikian," sahut Golovin cepat. "Sekarang aku ingin tahu apa jabatanmu?" tanya Siau Po pula. "Jabatanku sekarang Menteri Lomonosasj"

"Baik, Lomonosasj itu terletak di sebelah mana Tiongkok?"

Golovin sempat terkejut mendengar pertanyaannya, tapi segera tersenyum. "Lomonosasj terletak di sebelah barat Moskow, mana ada kaitannya dengan Negara 

Tiongkok?"

"Tadi kau mengatakan bahwa jabatanmu juga berdasar nama suatu tempat yakni Laomanosasi…." 

"Laomanosasi," sela Golovin.

Siau Po tidak memperdulikannya, dia tetap melanjutkan kata-katanya.

"Berapa jauh jarak antara Pe King, Kota raja kami dengan Lomona apa tadi? Harus menempuh perjalanan berapa hari?"

Jarak dari Lomonosasj ke Moskow saja kurang lebih lima ratus li, setidaknya menempuh perjalanan lima hari. sedangkan ke Kota raja Cina mungkin harus menghabiskan waktu tiga bulan lebih."

"Taruhlah waktu yang dihabiskan untuk menempuh perjalanan itu kurang lebih tiga bulan lima hari. Wah, benar-benar perjalanan yang panjang" kata Siau Po pula. 

"ya, memang perjalanan yang panjang sekali." sahut Golovin.

"Kalau perjalanannya saja sepanjang itu, sudah pasti wilayah Lomono apa tadi bukan lagi termasuk wilayah Cina," kata Siau Po pula. Golovin tersenyum.

"Apa yang dikatakan Tayjin memang tepat sekali." Siau Po mengangkat cawan araknya.

"Silahkan minum" ajaknya.

Orang Lo sat gemar minuman keras. Malah mereka memilih tidak makan daripada tidak meneguk minuman keras. Tapi setidaknya Golovin tahu aturan. Arak sudah sejak tadi disajikan di depan batang hidungnya, baunya harum semerbak. Namun apabila tuan rumah belum mempersilahkannya minum, sudah pasti dia tidak berani menyentuhnya, sekarang mendengar ajakan Siau Po, tentu saja hatinya senang sekali. Dia segera mengangkat cawan araknya dan meneguknya sekaligus sampai kering.

Seorang prajurit yang bertugas melayani perjamuan itu segera menuangkan arak lagi ke dalam cawan Golovin. Pembesar dari Moskow itu juga di jamu dengan berbagai hidangan dari lainnya.

Sembari bersantap, iseng-iseng Siau Po bertanya, "Kapan Tuan utusan berangkat dari Moskov?" "Kami mendapat perintah dari Tuan puteri pada bulan empat tanggal dua belas. Hari itu juga kami berangkat dari Moskov," sahut Golovin.

"Bagus, mari kita keringkan lagi cawan ini. Tang Kong ya (Tung Kok Bang) kami ini kuat minum, kalian harus saling mengeringkan beberapa cawan," kata Siau Po-Tung Kok Bang segera menyalang Golovin, Masing-masing minum sebanyak tiga cawan. 

"Apakah Tuan utusan bulan ini juga sampai di Ni Pu Ju?" tanya Siau Po sambil lalu. "Kami tiba di sini tanggal lima belas bulan lalu," sahut Golovin,

"Hm, kalian berangkat bulan empat tanggal dua belas, sampai di sini bulan tujuh tanggal lima belas, perjalanannya saja sudah tiga bulan lebihi" kata Siau Po-

"Betul, kami menempuh perjalanan selama tiga bulan lebih. UnTung saja musim dingin sudah berlalu sehingga perjalanan yang harus ditempuh tidak begitu sulit" 

Siau Po mengacungkan jempolnya secara tiba-tiba,

"Bagus, Kali ini Tuan utusan benar-benar bersikap jujur. Akhirnya dia mengakui bahwa Ni Pu Ju bukan termasuk wilayah Lo sat," serunya lantang. Golovin sudah menenggak belasan cawak arak- Dia mulai mabuk.

"Kapan aku pernah mengakui hal ini?" tanyanya, Siau Po tertawa.

"Dari Lomonosa apa tadi ke Kota raja memerlukan waktu selama tiga bulan lebih baru bisa sampah perjalanan itu panjang sekali, jadi Lomonosa apa tadi bukan termasuk wilayah Cina. sedangkan dari Moskov ke Ni Pu Ju juga memerlukan waktu selama tiga bulan lebihi ini bukan perjalanan yang pendek lho jadi Ni Pu Ju juga tidak mungkin termasuk wilayah Negara Lo sat."

Golovin mendelikkan matanya lebar-lebar, untuk sesaat dia tidak tahu harus berkata apa, sampai agak lama dia baru menyahut. 

"Negara kami sangat luas, tentu saja tidak dapat disamakan." "Negara Kerajaan ceng kamijuga bukan negara kecil," kata Siau Po- Golovin memaksakan diri untuk mengembangkan seulas senyuman.

"Tay… Tayjin benar-benar suka bergurau. Kedua hal ini mana bisa dibanding- bandingkan?"

"Tuan utusan masih bersikeras kalau Ni Pu Ju ini merupakan wilayah Lo sat. Kalau begitu kita bertukar tempat saja. Kita sama-sama berangkat ke Moskov, Aku akan memohon pada Ratu Sophia untuk menganugerahkan kepadaku jabatan sebagai Menteri Lomonansasa apa, dan kau menjabat sebagai Lu Ting Kong, Dengan demikian maka wilayah Lomonosasa apa itu sudah menjadi wilayah Tiongkok." kata Siau Po pula.

Wajah Golovin langsung berubah merah padam, "Mana ada aturan seperti itu?" ujarnya.

Hatinya jadi gundah seketika. Dia tahu anak muda ini pernah menjadi kekasih hati Tuan Putirinya. Kalau sampai wanita itu terkena obat bius Cina anak muda ini, urusannya bisa runyam. Kemudian dia berpikir pula. — Wilayah Lomonosasj merupakan wilayah yang subur dan kaya dengan berbagai produk lokal. Bagaimana kalau Tuan puteri benar-benar memindahkan aku ke kota Ni Pu Ju ini? Di sini wilayahnya terkenal dingin, penduduknya masih segelintir, hasil buminya sedikit, bisa celaka aku jadinya. Apalagi pangkatku yang sebenarnya adalah Pangeran Tingkat satu. Kalau aku berganti jabatan dengan anak muda ini, bukankah sama saja pangkatku jadi turun? -

Siau Po melihat air muka Golovin yang serba salah sambil tertawa dia melanjutkan lagi.

"Kau malah bermaksud merebut Kota ya Ke Lung. Dengan demikian aku juga tidak bisa menjadi Lu Ting Kong lagi? Biarpun nama wilayahmu yang Lomonosa apa itu kedengarannya kurang enak di telinga, tapi apa boleh buat, tidak ada udang ikan pun jadi" Golovin berpikir lagi.

— Rasanya tidak mungkin kalau negara Cina ingin mengakui wilayah Lomonosasj begitu saja. Tapi si bocah Siau Po ini pernah mendirikan jasa bagi Tuan puteri. Bukan tidak mungkin dia diberikan jabatan untuk mengelola wilayah Lomonosasj, Hal ini bisa membuat aku repot, sedangkan kami juga bukan serius menginginkan Kota ya Ke Lung, Toh kota itu sudah diduduki kalian, memangnya kalian bersedia disuruh keluar begitu saja? —

Karena itu dengan wajah tersenyum dia berkata.

"Apabila Tuan utusan mengatakan kota ya Ke Lung merupakan wilayah kalian, ya tidak apa-apa. Kami akan mengalah. Kedua negara tetap menggunakan sungai Hek Liong Kiang sebagai patokan. Kota ya Ke Lung dan daerah sepuluh li di sekitarnya merupakan milik Negara Cina, Hal ini kami biarkan karena memandang muka Tuan utusan saja. Kami sudah mengalah sebisa-bisanya." Siau Po berpikir dalam hati.

— Kalian sudah kalah perang masih membuka mulut besar Coba kalau kalian yang memenangkan peperangan ini. Kemungkinan kota Pe King juga harus kami serahkan kepada kalian — Meskipun demikian di luarnya dia berkata.

"Kita sudah melakukan peperangan satu kali, entah pihak kalian yang menang atau pihak kami yang menang?"

Golovin mengerutkan keningnya, "Hanya perang kecil, rasanya juga sulit untuk mengatakan siapa yang menang atau siapa yang kalah. Apalagi Tuan puteri kami sudah berpesan, demi kerukunan kedua negara, jangan sekali-sekali berperang, itulah sebabnya kami tidak melakukan pembalasan ketika prajurit Tuan utusan menyerang. Kalau tidak akhir ceritanya tentu berbeda lagi-" Siau Po jadi marah mendengar kata- katanya.

"Jadi kalau Bangsa Lo Sat mengangkat senjata dan menembakkan meriam, bukan melakukan pembalasan namanya?" teriaknya keras-keras.

"Mereka hanya mempertahankan kota yang dianggap milik negaranya... Bukan melakukan pembalasan namanya. Kalau benar-benar berperang, tidak mungkin Bangsa Lo Sat hanya mempertahankan tanpa melakukan pembalasan. Mereka pasti akan mengeluarkan seluruh persediaan senjata api yang paling hebat dan menyerbu langsung ke Kota raja Pe King" sahut Golovin. Siau Po marah sekali. Dalam hati dia memaki, - Neneknya. Kalian bangsa rambut kuning hanya pandai menggertak. Kalau aku Wi Siau Po sampai termakan gertakanmu, maka aku akan mengikuti margamu, jadi anakmu atau cucumu Namaku akan kuganti menjadi Siau Po Pedro —

Dia tahu orang Lo sat selalu menggunakan nama kecil di depan dan marganya di belakang, tapi justru tidak tahu bahwa Pedro itu nama kecil si utusan, sedangkan Golovin baru marganya. Kemudian terdengar dia berkata.

"Bagus, bagus sekali Tuan Besar, tahukah kau apa yang paling kuharapkan dalam hati ini?"

"Mengenai hal ini aku tidak tahu, harap Tuan utusan memberikan petunjuk" sahut Golovin.

“Jabatanku sekarang baru Kong ciak (gelar pangeran yang diberikan karena mendirikan jasa besar), bukan pangeran asli. Aku mengharapkan kenaikan pangkat sehingga aku bisa menjadi pangeran yang asli atau setidaknya menantu raja," kata Siau Po

— Menjadi pangeran asli atau naik pangkat, memangnya hanya kau yang bercita-cita setinggi, itu? -Ejek Golovin dalam hati. Di luarnya dia justru berkata lain.

"Tuan utusan sangat cerdas dan masih muda, perjalanan yang harus ditempuh masih panjang. Apabila Tayjin mendirikan beberapa jasa lagi, aku yakin lama kelamaan Tayjin akan dianugerahi pangkat sebagai Ceng ong atau pangeran yang dianggap sedarah dengan rajanya. Dengan setulus hati aku mendoakan agar cita-cita Tayjin segera tercapai." 

Siau Po merendahkan suaranya. "Tapi untuk hal ini aku memerlukan bantuanmu," katanya, Golovin tertegun sejenak.

"Tentu saja aku bersedia mengulurkan tangan, tapi entah bantuan apa yang dapat kuberikan?" tanya Golovin.

Siau Po mendekatkan bibirnya ke daun telinga Golovin dan berkata.

"Kalau menurut peraturan negara kami, seorang harus sanggup memenangkan peperangan besar barulah dapat dianugerahi kedudukan Pangeran Tingkat satu, sedangkan sekarang ini negara kami sedang damai-damainya, para pemberontak sudah terbasmi semua.

Untuk menunggu kesempatan baik ini, mungkin dua atau tiga puluh tahun lagi baru kesampaian, sedangkan dalam perundingan ini kau tidak mau mengalah setindak pun, sebaiknya kau pimpin sejumlah pasukan besar untuk menggempur Kota raja kami, kalau perlu sekarang bunuh dulu dua atau tiga orang menteri utusan Istana. Dengan demikian kedua negara pasti akan berperang. Kau kerahkan seluruh perlengkapan senjata api dan meriam yang paling dahsyat untuk menyerang Pe King. Dan kami akan bekerja sama dengan negara Swiss mengerahkan seaenap kekuatan untuk menggempur Moskow.

Lebih baik lagi kalau perangnya berjalan sadis, darah berceceran di mana-mana, rakyat yang tidak berdosa kita korbankan. Akhirnya toh aku bisa dianugerahi pangkat yang lebih tinggi, bahkan ada kemungkinan kaisar yang sekarang bersedia  mengangkatku menjadi saudaranya, Tolong deh. Mudah-mudahan kau sudi memberikan bantuanmu. Tapi bicaranya jangan keras-keras, nanti terdengar oleh orang lain"

Semakin didengarkan hati Golovin semakin terkejut terhadap apa yang dikatakan Siau Po- Dia berpikir bahwa anak muda ini benar-benar nekad- Demi mendapat jabatan sebagai pangeran asli saja rela mengadu domba kedua negara agar berperang, malah bermaksud mengajak negara Swiss bekerja sama untuk menggempur Moskov.

Kalau perang ini sampai terjadi, siapa yang menang atau siapa yang kalah memang masih belum pasti. Tapi situasi di depan mata ini justru tidak menguntungkan pihaknya. Diam-diam Golovin menyesal barusan mengungkit-ungkit soal menggempur Kota raja Pe King segala.

Anak muda di hadapannya ini bukannya gentar malah jadi bersemangat umpannya kali ini sungguh-sungguh salah sasaran. Tapi kalau dia memperlihatkan mimik cemas, pasti akan dipandang rendah oleh Siau Po- Untuk sesaat dia dilanda kebingungan. Terdengar Siau Po berkata pula.

"Sayangnya jarak tempat ini ke Moskov terlalu jauh. Kalau mengerahkan tentara Ceng menyerbu ke sana, kami tidak yakin juga,Jangan-jangan bukannya menang malah kalah. Kalau sampai hal ini terjadi, sri Baginda tentu akan menyalahkan aku. "

Mendengar ucapan Siau Po yang terakhir, otak Golovin berjalan lancar lagi dan wajahnya berseri-seri seketika,

"Betul, betul," sahutnya mengiakan 

"Sebaiknya Tuan utusan jangan menempuh resiko besar ini."

"Aku toh hanya ingin mendirikan jasa besar agar mendapat kenaikan pangkat, bukannya benar-benar ingin menghancurkan Negara Lo sat. Lagipula, negara kalian begitu besar, belum tentu kami sanggup menghancurkannya," kata Siau Po.Kembali Golovin mengiakannya berkali-kali.

"Begini saja" kata Siau Po dengan suara lirih.

"Kau kerahkan pasukan untuk menggempur Pe King, sedangkan aku akan mengerahkan pasukan untuk menggempur Ni Pu Ju, Berhasil menggempur Pe King tentunya merupakan jasamu, berhasil menggempur Ni Pu Ju akan menjadi jasaku. Kita dua bersaudara memimpin peperangan masing-masing. Apa pendapatmu tentang siasat yang satu ini?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar