Kaki Tiga Menjangan Jilid 84

Jilid 84

"Sie Ciangkun! Kalau kau tidak mau melemparkan golokmu dan menyerah dalam sekejap mata kau bisa jadi bola daging!" teriak Siau Po.

Sie Long memusatkan perhatiannya kepada pertempuran yang sedang berlangsung, maka tidak memperdulikan ucapan orang-orang disekitarnya.

Pertarungan berlangsung dengan seru. Terdengar Tan Kin Lam bersiul panjang, sekaligus melancarkan tiga buah serangan. Pada serangan ketiga, pedangnya sudah saling menempel dengan golok Sie Long. Tampak tangannya bergetar karena mengerahkan tenaga dalam Mendadak Sie Long mendengus keras, dan diluncurkan pedangnya ke depan dan tepat mengancam tenggorokkan Sie Long.

"Bagaimana sekarang?" bentak Tan Kim lam. Sie Long marah sekali.

"Kau toh sudah menang, mau membunuhku silahkan! Apa yang harus kukatakan lagi?"

"Sampai saat ini kau masih menganggap dirimu sebagai seorang laki-laki sejati? Kau pernah mengkhianati atasanmu, dan pernah menjual temanmu sendiri! Apakah seorang laki-laki sejati akan melakukan hal-hal seperti itu?" tanya Tan Kin Lam.

Tiba-tiba tubuh Sie Long mencelat lalu menggelinding di atas tanah, Gerakannya sungguh tepat, lalu mengirimkan sebuah tendangan ke arah paha Tan Kin Lam.

Tam Kin Lam mengerahkan pedang di tangannya lurus ke samping bawah untuk melindungi pahanya, Apabila Sie Long berkeras menendang pahanya, kakinya pasti tidak akan luput dari tebasan pedang di tangan Tan Kin Lam. 

Dengan nekat Sie Long menahan gerakan kakinya, kedua telapak tangannya menumpu di atas tanah, lalu bersalto ke belakang sebanyak dua kali, Namun ketika dia  berhasil berdiri tegak kembali, sekali lagi pedang di tangan Tan Kin Lam mengancam tenggorokannya.

Hati Sie Long dingin seketika. Dia sadar bahwa dirinya masih bukan tandingan Tan Kin Lam. Tiba-tiba dia mengajukan pertanyaan.

"Kunsu, bagaimana perlakuan Kok Seng Ya terhadapku?"

Pertanyaan yang diajukannya kali ini benar-benar di luar dugaan Tan Kin Lam. Saat itu juga, budi dan dendam yang pernah ada antara The Seng Kong dan Sie Long membayang di depan pelupuk matanya, Akhirnya dia menarik nafas panjang.

"Kalau dikatakan secara terus terang, Kok Seng Ya pun pernah berbuat kesalahan terhadapmu, tapi kita semua juga pernah menerima budi besar Kok Seng Ya. Apabila sesekali kita menerima hinaan, apa pula yang dapat kita katakan?"

"Apakah aku harus mati penasaran seperti halnya Yok Hui?" tanya Sie Long. Tan Kin Lam segera menyahut dengan suara tajam.

"Meskipun kau tidak bisa berbuat seperti Yok Hui, tapi perbuatanmu juga tidak benar, Kau berhasil melarikan diri dengan selamat, ya sudah. sebagai seorang laki-laki sejati, mana boleh kau menjual bangsamu sendiri dan mengangkat bangsa Tat-cu sebagai majikanmu? Seorang pengkhianat lebih rendah dari seekor anjing maupun babi di mata kami!"

"Apa kesalahan kedua orang tua, istri saudara dan anak-anakku? Mengapa Kok Seng Ya harus menghukum mati mereka semua? Dia telah membunuh keluargaku, maka dari itu, aku pun ingin membunuh seluruh keluarganya untuk membalas dendam!" teriak Sie Long.

"Balas dendam adalah urusan kecil, sedangkan jadi pengkhianat adalah urusan yang maha besar Kalau sekarang aku membunuhmu, aku ingin tahu apakah arwahmu masih mempunyai muka bila bertemu dengan Kok Seng Ya!"

Sie Long menegakkan kepalanya.

"Kalau memang mau membunuhku, silahkan! Kemungkinan Kok Seng Ya yang tidak mempunyai muka untuk bertemu denganku, bukan aku yang tidak mempunyai muka untuk bertemu dengannya!" sahut Sie Long.

"Ternyata sampai saat ini kau belum sadar juga!" kata Tan Kin Lam dengan suara tajam.

Rasanya dia ingin menghunjamkan ujung pedangnya ke tenggorokan Sie Long, tapi tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya pernah bahu-membahu dengan orang ini melawan musuh, Pada saat itu, tanpa rasa takut sedikit pun Sie Long yang dalam keadaan  tubuhnya penuh dengan luka, menghadang di depan The Kek Song. Kalau dibayangkan kembali, jasa orang ini sebetulnya tidak kecil.

Kalau tidak ada kejadian dengan Tong Hujin, orang ini sampai sekarang pasti masih menjadi salah satu Jenderal andalan pihak Taiwan, Meskipun akhirnya dia memihak kepada musuh, namun sekeluarganya telah dihukum mati sebagai tebusan atas dosa- dosanya, sebetulnya Sie Long ini patut dikasihani juga.

"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi, mulai sekarang kau harus bertobat! Akuilah kesalahanmu dan kembalilah ke Taiwan! Gunakan tenagamu untuk mendirikan jasa sebagai balasan dosamu. seandainya kau berhasil mendirikan jasa besar, rasanya masih belum terlambat untuk menganggapmu sebagai seorang laki-laki sejati, Saudara Sie, dengan setulus hati aku menasehatimu, sadar-lah!" katanya kemudian.

Sie Long menundukkan kepalanya, wajahnya menunjukkan perasaan malu.

"Apabila aku kembali lagi ke Taiwan, bukankah aku akan dianggap sebagai manusia rendah yang tidak punya keyakinan?"

Tan Kin Lam menyarungkan pedangnya, lalu menghampiri Sie Long untuk menjabat tangannya.

"Saudara Sie, bagi seorang manusia, yang paling utama adalah budi dan jiwa besarnya, Asal sejak sekarang kau bersetia kepada negara dan bangsa, tidak ada seorang pun yang akan menertawakan kecerobohanmu di masa lalu, Bahkan Kwan Ongya sendiri, di jaman dulu pun pernah melakukan kesalahan."

Tiba-tiba di belakangnya ada seseorang yang menukas.

"Orang ini mengatakan bahwa kakekku telah membunuh seluruh keluarganya, negara Taiwan kami tentu tidak dapat menerimanya lagi. sebaiknya kau bunuh saja dia secepatnya."

Tan Kin Lam menolehkan kepalanya, ternyata yang berbicara barusan ialah The Kek Song.

"Ji kongcu, Sie Ciangkun adalah seorang ahli peperangan, boleh dikatakan tidak ada seorang pun anak buah Kok Seng Ya yang dapat menandinginya, Apabila dia bersedia kembali ke kita, justru merupakan keuntungan besar di pihak kita. Kita harus mementingkan negara daripada dendam pribadi Apa yang sudah terjadi janganlah diingat lagi," sahut Tan Kin Lam.

The Kek Song tertawa dingin.

"Huh! seandainya orang ini kembali ke Taiwan dan menjabat kembali kedudukannya sebagai Jenderal, mungkinkah dia membiarkan kami sekeluarga tanpa memikirkan dendamnya?" "Asal Sie Ciangkun bersedia mengucapkan sumpah berat, aku akan mempertaruhkan seluruh keluargaku bahwa dia akan setia," sahut Tan Kin Lam.

"Kalau dia sudah berhasil membasmi kami sekeluarga, apakah keluarga Tan kalian sanggup menggantikan nyawa kami? Lagipula, keluarga The adalah milik kami, tidak ada hubungannya dengan keluarga Tan kalian!" kata The Kek Song sekali lagi dengan nada dingin.

Saking kesalnya, kaki dan tangan Tan Kin Lam sampai keluar keringat dingin, Dipaksakannya dirinya untuk menahan emosi, Baru saja dia ingin berbicara, tiba-tiba Sie Long sudah mencelat sejauh mungkin sambil berseru.

"Kunsu, rasa solidaritasmu terhadap saudaramu ini dalam sekali, Adikmu ini tidak akan melupakannya, Tapi, maaf, adikmu ini tidak sudi menjadi hamba keluarga The lagi. "

"Saudara Sie, kembalilah!" teriak Tan Kin Lam. "Ada kata-kata. " Tiba-tiba 

punggungnya terasa nyeri, Sebatang pedang telah menembus dari belakang punggungnya sampai ke dada.

Tikaman ini dilakukan oleh The Kek Song secara membokong, Padahal melihat ilmu silat yang dimiliki oleh Tan Kin Lam, sepuluh orang The Kek Song pun belum sanggup membunuhnya, justru karena melihat ada tanda-tanda bahwa Sie Long akan menyerahkan diri, Tan Kin Lam pun berusaha membujuknya, tidak tahunya kata-kata The Kek Song yang menusuk malah membuat orang itu kabur Tan Kin Lam masih berusaha memanggilnya kembali, hal ini karena dia menyayangkan bakat Sie Long. 

Tidak disangka-sangkanya The Kek Song yang berdiri di belakangnya bisa menurunkan tangan beracun.

Pada waktu dulu, ketika The Kek Song berhasil menduduki Taiwan, dia mengutus puteranya The Keng untuk menjaga di Kim Bun dan Sia Bun. The Keng seorang ahli strategi, sayangnya suka berfoya-foya. Dia malah berzinah dengan salah seorang inang pengasuhnya sehingga sempat mendapatkan seorang anak. 

Di saat The Seng Kong mengetahui hal ini, dia marah bukan main, Diutusnya beberapa orang andalannya ke Kim Bun untuk membunuh The Keng. Orang-orang utusannya menganggap The Seng Kong tidak bersungguh sungguh, apabila sudah lewat beberapa lama, dia pasti akan menyesali perintahnya. 

Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang bersedia melaksanakan tugas itu. Kejadian ini membuat The Seng Kong semakin marah. Tidak lama kemudian, dia jatuh sakit dan meninggal Usianya tiga puluh sembilan tahun. 

Para panglima dan Jenderal di Taiwan segera mengadakan perundingan, akhirnya mereka memilih adik The Seng Kong, The Long menjadi pemimpin The Keng pun kembali ke Taiwan, dia menuntut haknya sebagai Raja. istri The Seng Kong, yakni Tong  Hujin merasa seluruh bencana yang di alami keluarganya justru dimulai sejak The Keng berzinah dengan inang pengasuhnya. 

Maka dari itu, ketika The Keng menyatakan ingin mengangkat anaknya sebagai pengganti Raja Taiwan kelak, dialah yang paling tidak setuju, Dia benci sekali terhadap anak haram The Keng. Dengan segala upaya, dia berharap cucunya yang satu lagi, yakni Kek Songlah yang kelak akan menggantikan kedudukan kakeknya. 

The Keng tidak sudi menuruti perkataan ibunya, Tan Kin Lam sendiri selamanya sangat setia terhadap The Keng. Apalagi anak perempuannya diambil sebagai istri oleh anak pertama The Keng, Akhirnya Tong Hujin dan Pang Ci Hoan serta yang lainnya mengadakan pertemuan rahasia. 

Mereka merundingkan rencana secara diam-diam. Mereka sadar, agar Kek Song dapat tercapai cita-citanya seperti yang mereka idam-idamkan, maka pertama-tama mereka harus membunuh Tan Kin Lam, jangan sampai orang ini menggagalkan rencana mereka kelak. 

Itulah sebabnya, berulang kali mereka berusaha mencelakai Tan Kin Lam, namun selalu gagal Tanpa disangka-sangka, Tan Kin Lam sendiri yang menyelamatkan The Kek Song malah mati di tangan orang ini pula.

Baru saja Pang Ci Hoan berniat mengejar Sie Long, mendadak dia melihat Siau Po menghunus belatinya yang tajam untuk menyerang The Kek Song. 

Pang Ci Hoan segera membalikkan tubuhnya menangkis serangan itu, Terdengarlah suara Traak!! tahu-tahu pedangnya telah terkutung menjadi dua bagian. 

Namun karena tenaga dalamnya sudah tinggi sekali, getarannya saja sanggup membuat pisau belati di tangan Siau Po terpental Dalam waktu yang bersamaan, Pang Ci Hoan juga mengirimkan tendangannya, Tubuh Siau Po sampai terpelanting jatuh. 

Baru saja dia berniat mengirimkan serangan susulan, Song Ji sudah menghadang di depannya, Hong Ci Tiong dan dua orang anggota Thian Te hwee lainnya juga ikut menyerang.

Dengan memaksakan diri, Siau Po merangkak bangun, Dipungutnya pisau belati yang terpental tadi, lalu dengan seruan meratap dia berteriak.

"Orang ini telah membunuh Cong tocu kita. Mari kita adu jiwa dengannya!" Tanpa menunda waktu, dia menerjang kembali ke arah The Kek Song.

Kek Song menggeser tubuhnya untuk menghindar pedangnya dibalikkan dan mengancam di belakang kepala Siau Po. ilmu silat The Kek Song memang jauh lebih tinggi dari pada pemuda itu, Tampaknya Siau Po akan mendapat kesulitan untuk menghindarkan diri, tapi tiba-tiba ada sebatang golok yang menyambar dari sebelah  kanannya. Kek Song terpaksa menarik kembali serangannya, Dalam waktu yang bersamaan, dia mendengar suara bentakan.

"Jangan lukai adik seperguruanku!" Rupanya A Ko yang menyerangnya barusan, Dua orang anak murid Thian Te Hwee pun ikut menyerang The Kek Song.

Dengan seorang diri, Pang Ci Hoan melawan Hong Ci Tiong, Song Ji dan dua anak murid Thian Te Hwee lainnya, ilmu silat orang ini memang tinggi sekali, Meskipun dikeroyok empat orang, dia sama sekali tidak merasa kewalahan, bahkan masih sempat menghantamkan sebuah pukulan kepada salah seorang anak murid Thian Te Hwee sehingga muntah darah dan mati seketika. 

Tiba-tiba dia mendengar suara jeritan Kek Song, Tanpa berpikir panjang dia meninggalkan lawan-lawannya untuk membantu Kek Song, Begitu sampai di samping majikannya, kembali salah seorang anak murid Thian Te Hwee mati di tangannya. 

Dia sadar, begitu Tan Kin Lam mati, orang-orang Thian Te Hwee pasti menganggap Siau Po sebagai pimpinannya, Agar dapat menguasai orang-orang Thian Te Hwee, pertama-tama dia harus membunuh si setan cilik itu dulu, Olah karena itu, dengan keji dia mengirimkan sebuah pukulan ke atas kepala Siau Po.

"Siangkong, cepat lari!" teriak Song Ji sambil menghambur ke bagian punggung Pang Ci Hoan.

"Kau sendiri harus hati-hati!" sahut Siau Po sambil mengambil langkah seribu. “Dalam hati pun, kita harus melindungi Ji kong-cu," katanya.

Peng Ci Hoan berpikir.

-- Ka!au aku mengejar setan cilik itu, tentu tidak ada orang yang melindungi Kongcu - Diulurkannya lengan kirinya untuk meraih pinggang Kek Song kemudian tetap mengejar ke arah Siau Po.

Meskipun dia sedang menggendong seseorang, langkah kakinya tetap saja lebih cepat dari langkah Siau Po.

Siau Po menolehkan kepalanya, ia terkejut setengah mati, Tangannya sudah terulur untuk menekan tombol senjata rahasia, tapi. dengan demikian, langkah kakinya pasti tertunda sebentar sedangkan gerakan kaki Pang Ci Hoan begitu cepat perbedaan waktu yang sekian detik saja kemungkinan dapat membuat batok kepalanya pecah. 

Berpikir demikian, dia membatalkan niatnya. Akhirnya dia mengerahkan ilmu langkah ajaib-nya untuk menghindarkan diri dari serangan Pang Ci Hoan, Kali ini Pang Ci Hoan terlalu kencang mengejarnya, hampir saja ia tidak sanggup menghentikan langkah kakinya, Ketika melihat Siau Po sudah lari ke arah lain, dia segera menahan langkahnya dan mengejar ke arah si pemuda.

"Awas, arwah guruku datang mengejar! Dia akan memegang kepalamu!" teriak Siau Po.

Bisa berteriak beberapa patah saja, Siau Po sudah lega, namun saat itu Pang Ci Hoan malah sudah bertambah dekat Di belakangnya, Song Ji dan Hong Ci Tiong tetap mengejar dengan ketat Mereka berharap dapat menghajar mati Pang Ci Hoan.

Siau Po berlari ke sana ke mari. Langkahnya benar-benar ajaib, Meskipun berusaha mengejar, tapi Pang Ci Hoan tetap tidak berhasil Apalagi ia menggendong seseorang, langkahnya jadi kurang leluasa, Ditambah pula ada dua orang yang mengejarnya dari belakang.

Setelah berlari-larian sekian Iama, Siau Po mulai letih, dan nafasnya pun tersengal- sengal Dalam keadaan gugup tanpa sadar, dia berlari ke atas bukit.

Pang Ci Hoan merasa senang melihatnya. Dalam hati dia berpikir bahwa bocah itu mencari mati sendiri Sejak tadi dia sudah melihat jalan menuju ke atas bukit itu hanya jalan setapak yang sempit sedangkan di kanan kirinya terdapat jurang, jalan mundurpun tidak ada. 

Karena itu, dia jadi mengejar Siau Po dengan ayal-ayalan, tidak perlu tergesa-gesa pikirnya, Yang celaka justru Siau Po. Di jalanan setapak yang sempit dan menanjak seperti ini, ilmu langkah ajaibnya sama sekali tidak dapat dikerahkan sedangkan jarak antara Pang Ci Hoan dengan dirinya semakin dekat.

Siau Po hanya dapat berteriak-teriak,

"Hei, istri tua, istri tengah, istri muda, istri kecil, kalau kalian tidak cepat-cepat memberikan bantuan, sebentar lagi kalian pasti jadi janda!"

Dia terus berlari ke atas bukit, sedangkan para wanita yang ada di atas bukit sebetulnya sudah melihatnya sejak tadi, Sou Cuan sendiri sudah melihat kalau Pang Ci Hoan berlari sambil menggendong seseorang, tapi langkah kakinya cepat sekali. 

Dari kenyataan ini saja dia sudah dapat menduga bahwa ilmu silat Pang Ci Hoan tinggi sekali, mungkin hanya kalah satu tingkat bila dibandingkan dengan Hong Kaucu, Karena itu, dia sudah bersiap-siap dengan goloknya di tepi bukit Begitu Pang Ci Hoan sampai di atas, dia akan menebasnya dengan golok itu.

Pang Ci Hoan yang mendengar Siau Po berkaok-kaok barusan hanya mengira kalau bocah itu sedang mengecohnya, Dia sama sekali tidak menyangka di atas bukit ada banyak orang, Maka dari itu, ketika sampai di atas dan mendapat serangan dari Sou Cuan, dia terkejut setengah mati.  Apalagi gerakan yang dilancarkan wanita itu dahsyat sekali, Dalam keadaan terperanjat tubuhnya terhuyung-huyung, tapi dia sempat menyurut mundur satu langkah, menyusul kaki kirinya mengirimkan sebuah tendangan sambil membentak keras.

Tendangannya telak mengenai pergelangan tangan Sou Cuan sehingga goloknya terlepas dan melayang ke udara.

Sedangkan Siau Po yang cerdik memang sudah menunggu saat ini. Di saat Pang Ci Hoan kelabakan membalas serangan Sou Cuan, dia sudah berdiri dengan mantap, Senjata rahasia diarahkan kepada kedua musuhnya. 

Sekali tekan, berpuluh-puluh batang senjata rahasia meluncur ke depan. Beberapa di antaranya menancap di tubuh Pang Ci Hoan dan The Kek Song.

Pang Ci Hoan meraung histeris, dan cekalan tangannya pada pinggang Kek Song otomatis terlepas. Tubuh kedua orang itu menggelinding turun ke bawah bukit Pada saat itu, Song Ji dan Hong Ci Tiong sudah mengejar sampai pertengahan bukit. Melihat kedua sosok tubuh itu menggelinding ke bawah dengan cepat, mereka segera menjejakkan kakinya serta melayang ke tengah udara untuk menghindar.

The Kek Song dan Pang Ci Hoan terus menggelinding sampai ke bawah bukit Pada saat itu juga, racun yang terdapat dalam senjata rahasia Siau Po sudah bereaksi. Keduanya menjerit-jerit seperti babi yang sedang dipotong. Tubuh mereka menggelinding ke sana ke mari karena tidak sanggup menahan rasa sakit yang mengerikan itu.

Untungnya, sejak Ho I Siu masuk ke dalam perguruan Hoa San pai, segala macam senjata atau benda-benda yang menggunakan racun tidak pernah disentuhnya lagi, Senjata rahasia yang diberikannya kepada Siau Po ini tidak mematikan, boleh dibilang hanya sejenis obat bius. 

Kalau tidak, sebelum sampai di bawah bukit saja, jiwa The Kek Song dan Pang Ci Hoan pasti sudah melayang, Apalagi kalau kita membayangkan senjata-senjata rahasia yang dulu digunakan oleh datuk-datuk yang menamakan diri mereka Lima racun. 

Begitu terkena darah, racun segera menyebar, korbannya pun akan mati seketika, Biarpun demikian, racun di senjata rahasia Siau Po ini dapat menimbulkan rasa sakit dan gatal yang tidak tertahankan Tubuh mereka seakan dirayapi ribuan kalajengking dan kepiting, walaupun adat Pang Ci Hoan sangat keras, dalam keadaan demikian, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit.

Siau Po, Song Ji, Hong Ci Ting, Sou Cuan, Pui le, Bhok Kiam Peng, Kian Leng kongcu, Cin Ju, A Ko dan yang lainnya susul menyusul sampai. Melihat keadaan Kek Song dan Ci Hoan, hati mereka terasa giris. Siau Po segera menenangkan pikirannya, kemudian ia menarik nafas panjang beberapa kali, setelah itu dia segera menghambur ke samping Tan Kin Lam. Tampak pedang panjang yang menembus di dada gurunya masih tertancap, tapi sang guru itu masih belum meninggal, Siau Po langsung menangis menggerung-gerung, sambil peluk tubuh Tan Kin Lam.

Tenaga dalam Tan Kin Lam sudah mencapai taraf yang tinggi sekali, meskipun lukanya sangat parah, tapi nafasnya belum putus.

"Siau Po, biar bagaimana pun pada suatu saat manusia pasti akan menemui ajalnya, Selama hi... dup ini, aku selalu berbakti kepada bangsa dan negara, maka aku tidak merasa malu terhadap langit atau... pun bumi. Kau ju... ga ti... dak perlu ber... sedih lagi," katanya.

"Suhu, suhu!" Siau Po hanya dapat memanggil gurunya berkaIi-kali. Hubungannya dengan Tan Kin Lam belum berlangsung terlalu lama, apalagi mereka jarang bertemu, Malah, setiap kali harus bertemu dengan gurunya, Siau Po selalu merasa takut, dia khawatir Tan Kin Lam akan menguji sampai di mana pelajaran silat yang telah dicapainya. 

Oleh karena itu pula, dia tidak terlalu merasakan budi gurunya selama ini. Tapi saat ini, gurunya sedang sekarat, sedang menunggu ajalnya, Berbagai pelajaran berharga yang telah diterimanya, kasih sayang gurunya yang tidak berbeda seperti seorang ayah, sekaligus memenuhi benaknya. Rasanya dia ingin menggantikan selembar nyawa gurunya dengan nyawanya sendiri.

"Suhu, aku sudah bersalah terhadapmu," kata-nya. "llmu yang kau berikan, sedikit pun tidak ada yang kupelajari."

Tan Kin Lam tersenyum.

"Asal kau bisa menjadi orang baik-baik, gurumu ini sudah merasa senang seka... li. Belajar silat atau tidak, sama sekali tidak ada artinya ba... giku!"

"A... ku akan menurut apa yang suhu katakan, aku akan menjadi orang baik-baik, tidak akan menjadi manusia jahat," kata Siau Po.

Sekali lagi Tan Kin Lam tersenyum.

"Anak baik, selama ini kau memang sudah menjadi anak yang baik," Siau Po menggigit bibirnya untuk menahan keharuan di hatinya.

"Suhu, si bocah busuk Kek Song itulah yang membunuhmu. Aku sudah berhasil meringkusnya, aku akan mencincang tubuhnya seperti perkedel untuk membalaskan dendam bagimu!" Tubuh Tan Kin Lam bergetar, dan cepat-cepat dia berkata.

"Tidak, tidak! Aku adalah bawahan Kok Seng Ya. Seumur hidup ini, budi Kok Seng Ya yang ditanamkan kepadaku sudah seberat gunung, Biar bagaimana pun, kita tidak boleh mencelakai keturunan Kok Seng Ya. Dia boleh tanpa perasaan, tapi aku tidak boleh lupa budi, Siau Po, sebentar lagi aku akan mati, kau tidak boleh menghancurkan nama baikku selama ini. Pokoknya, kau harus mendengarkan ucapanku ini." sebetulnya sejak tadi wajah Tan Kin Lam masih memaksakan diri untuk tersenyum, sekarang, wajahnya tiba-tiba menjadi muram. 

"Siau Po," katanya lagi, "Biar bagaimana pun, kau harus membiarkan dia kembali ke Taiwan, kalau tidak, mati pun mataku tidak akan terpejam!"

Siau Po merasa tidak berdaya mendengar permintaan gurunya.

"Suhu, kalau kau memang mengampuni orang jahat itu, kau tidak perlu khawatir, aku akan menuruti perkataanmu," sahutnya.

Hati Tan Kin Lam jadi lega seketika mendengar janji muridnya, ia menarik nafas panjang-panjang.

"Siau Po, pekerjaan pihak Thian Te hwee untuk membangkitkan kembali kerajaan Beng, harus kau lakukan dengan sebaik-baiknya. Asal rakyat kita bersatu, pasti ada saatnya bangsa kita dapat bangkit kembali Sayangnya, a... ku tidak mempunyai ke- sem... patan untuk melihat hari yang dinanti-nanti-kan itu. " suaranya semakin Iama 

semakin lemah, tanpa sempat menarik nafas lagi, nyawanya sudah melayang.

Sambil memeluk tubuh gurunya erat-erat, Siau Po menjerit.

"Suhu, Suhu!" Meskipun teriakannya sampai memekakkan telinga, tubuh Tan Kin Lam sudah tidak berkutik lagi.

Sou Cuan dan yang lainnya masih berdiri di samping Siau Po. Melihat Tan Kin Lam sudah meninggal dan Siau Po begitu sedih, hati mereka terasa terharu sekali.

Dengan lembut Sou Can menyentuh pundaknya. "Siau Po, suhumu sudah pergi!" katanya.

Tangis Siau Po semakin menjadi-jadi.

"Suhu sudah mati, Suhu sudah mati!" teriaknya, Seumur hidupnya, Siau Po tidak pernah mempunyai ayah. Sejak semula dia sudah menganggap Tan Kin Lam seperti ayahnya sendiri Hanya saja, selama ini dia sendiri tidak menyadarinya.  Sampai saat ini, setelah gurunya meninggal dia baru merasa kehilangan Dalam hati dia baru tersadar bahwa dia adalah seorang anak haram yang tidak pernah mengetahui siapa ayahnya.

Sou Cuan bermaksud mengalihkan kepedihan hati Siau Po. Oleh karena itu, dia berkata.

"Manusia jahat yang membunuh gurumu sudah berhasil kita kuasai, apa yang harus kita lakukan terhadapnya?"

Siau Po langsung melompat bangun, dan mulutnya segera memaki.

"Maknya! Telur busuk kecil! Guruku boleh saja jadi bawahan keluarga The kalian, tapi aku Wi Siau Po tidak pernah menelan sebutir nasi pun dari keluargamu, juga tidak pernah menggunakan sepeser pun uang dari keluarga The kalian, Neneknya bau! Bahkan hutang kepadaku saja kau masih belum bayar! Suhu meminta aku mengampuni jiwamu, baik! Anggap saja jiwamu sudah kuampuni, tapi hutangku harus kau bayar sekarang juga! Kalau tidak, satu tail uang perak sama harganya dengan sekali tebasan pisau belatiku ini!"

Sembari memaki-maki, dia mengeluarkan pisau belatinya dan berjalan menghampiri The Kek Song. jarum beracun yang mengenai tubuh The Kek Song jauh lebih sedikit daripada yang mengenai Pang Ci Hoan, Rasa sakit dan gatalnya sudah jauh berkurang. 

Ketika mendengar Tan Kin Lam memohon pengampunan untuknya, hatinya sudah senang sekali Tan Kin Lam adalah seorang ketua, perkataannya pasti diturut oleh anak muridnya, Namun yang punya uang sekarang menagih hutang, sedangkan dia tidak membawa uang sepeser pun, karena itu dia segera berkata dengan suara meratap.

"Begitu aku kem... bali ke Taiwan, aku akan membayar sepuluh kali lipat... tidak, malah seratus kali lipat. "

Siau Po menendang kepala The Kek Song satu kali.

"Kau. manusia berhati anjing! Maling busuk yang tidak ingat budi, kata-katamu tidak 

ubahnya seperti anjing busuk! Biar bagaimana aku harus membacokmu selaksa kali!" Pisau belatinya dijulurkan ke depan dan dielus-elusnya wajah Kek Song dengan pisau belati tersebut.

Sukma The Kek Song serasa melayang entah ke mana, Dia ketakutan setengah mati. Matanya menatap kepada A Ko, dia berharap gadis itu akan membelanya, Tiba- tiba suatu ingatan melintas dalam benaknya.

-- Eh, tidak benar, tidak benar! Bocah ini justru suka sekali kepada A Ko. Kalau gadis itu membelaku sepatah kata saja, kebenciannya kepadaku pasti bertambah-tambah. Bisa-bisa dia langsung membunuhku - Karena berpikir demikian, dia segera berkata, "Hutang sebanyak seratus laksa tail, pasti akan kubayar, Wi hiocu, eh, kalau Wi Siangkong tidak percaya. "

Siau Po menendangnya satu kali lagi.

"Tentu saja aku tidak percaya! Guruku percaya seratus persen kepadamu, lihat akibatnya, beliau malah mati di tanganmu!" Hatinya sedih sekali, rasanya dia ingin menggerakkan pisaunya untuk menggores wajah The Kek Song.

Kek Song segera berseru.

"Kalau kau tetap tidak percaya, aku akan meminta A Ko yang menjamin!"

"Percuma saja kalau dia yang menjamin, Dulu dia juga sudah pernah menjamin, toh akhirnya hutangmu tidak kau bayar juga!" kata Siau Po.

"Aku masih punya jaminan!" sahut Kek Song.

"Bagus! Kutungkan saja kepalamu sebagai jaminannya! Kalau hutang sebanyak seratus laksa tail sudah terbayar, aku akan mengembalikan kepala anjingmu itu lagi!"

"Aku ingin kau menerima A Ko sebagai jaminannya!" ujar Kek Song.

Saat itu juga, Siau Po merasa seakan bumi berputar dengan cepat, Tangannya mengendur dan pisau belatinya terjatuh serta tertancap di atas tanah, sejauh beberapa dim dari kepala The Kek Song, Pemuda dari Taiwan itu sampai mengaduh terkejut dan cepat-cepat dia menyurutkan kepalanya.

"A Ko kujaminkan kepadamu, Aku akan pulang ke Taiwan untuk mengambil uang, setelah seratus laksa tail itu kubayar, kau boleh mengembalikan A Ko kepadaku," kata Kek Song pula.

"ltu sih bisa dirundingkan nanti," ujar Siau Po.

"Tidak bisa, tidak bisa! Aku toh bukan milikmu, bagaimana kau bisa menggunakan aku sebagai jaminan?" teriak A Ko. Air matanya pun jatuh dengan deras tanpa dapat ditahankan lagi.

Kek Song jadi panik.

"Sekarang ini aku sedang menghadapi bencana besar, A Ko malah tidak memperdulikan! perempuan ini benar-benar tidak berperasaan! Wi hiocu, begini saja, aku jual putus perempuan ini kepadamu, harganya seratus laksa tail, Dengan demikian aku tidak berhutang lagi kepadamu!" katanya.

"Hatinya selalu condong kepadamu, biar kau menjualnya kepadaku, apa gunanya?" ujar Siau Po sengaja. "Di dalam perutnya sudah ada benihmu, mana mungkin dia masih condong kepadaku?" kata Kek Song.

Siau Po menjadi terkejut dan gembira.

"Apa yang kau katakan?" tanyanya kurang percaya .

"Tempo hari ketika di rumah pelesiran Li Cun Wan, kau kan pernah tidur bersamanya, sekarang dia sudah hamil. "

A Ko menjerit histeris, lalu berlari ke arah lautan. Song Ji yang melihatnya segera menghambur ke depan serta mencekal lengannya,

"Kau.,, kau sudah berjanji. untuk tidak mengatakannya kepada siapa pun, mengapa 

kau mengatakannya sekarang? ucapanmu benar-benar seperti angin. " 

Meskipun dalam keadaan marah, tapi dia tetap merasa bahwa seorang gadis tidak pantas menyebutkan "angin busuk" di depan umum.

Kek Song melihat wajah Siau Po yang sebentar memucat dan sebentar merah, dia takut pemuda itu berubah pikiran, Oleh karena itu, cepat-cepat dia berkata kembali.

"Anak dalam perutnya itu seratus persen milikmu Hubunganku dengan A Ko putih bersih, Dia pernah mengatakan kalau kita sudah resmi menjadi suami istri, barulah kami. Pokoknya, kau jangan curiga sedikit pun!"

"Masa kau tidak mau menjadi ayah cuma-cuma jagi anaknya?" tanya Siau Po pula. "Sejak mengandung anakmu, dia selalu teringat kepadamu, Setiap kali bercakap-

cakap denganku, dari pagi sampai malam hanya namamu yang disebut-sebutnya terus. 

Dengar saja aku sudah muak, untuk apa aku menjadi ayah bagi anaknya?" sahut Kek Song.

Tidak henti-hentinya A Ko menghentakkan kakinya di atas tanah wajahnya sebentar pucat sebentar merah, Dia marah sekali terhadap Kek Song.

"Kau... kau malah mengatakan.   semuanya,.,." Dia sama sekali tidak sadar kalau 

ucapannya barusan sama saja artinya membenarkan apa yang dikatakan Kek Song.

Hati Siau Po terasa bahagia sekali.

"Baik, kalau begitu kau boleh menggelinding jauh-jauh!" Kek Song juga senang sekali. "Terima kasih, terima kasih banyak-banyak, semoga kalian berdua bisa akur sampai hari tua, Kado untuk kebahagiaan kalian ini akan... menyusul sesampainya aku di Taiwan!" Sembari berbicara, perlahan-lahan dia merangkak bangun.

Terdengar suara Puih! Siau Po meludah di atas tanah kemudian memaki. "Seumur hidup ini, pokoknya aku tidak sudi melihat engkau, si maling busuk lagi!" 

Dalam hati dia berpikir -- Aku sudah berjanji kepada suhu untuk mengampuni jiwanya, 

Biarlah hari ini aku melepaskannya, Kelak aku dapat mengutus orang untuk membunuhnya, asal orang suruhan itu bukan orang dari pihak Thian Te Hwee, tentu tidak ada yang menghubungkannya dengan suhu! -

Ketiga pengawal keluarga The sejak tadi berdiri di samping, Setelah melihat Siau Po mengampuni tuan mudanya, mereka baru menghampiri untuk membimbing The Kek Song. Mereka juga memapah bangun Pang Ci Hoan yang masih tergeletak di atas tanah.

Mata Kek Song memandang ke arah lautan, hatinya terasa lapang, Kapal perang yang ditumpangi Sie Long sudah jauh di tengah lautan, Di pesisir pantai masih terdapat dua perahu, yang satu miliknya sendiri, tapi sudah tidak bisa digunakan karena terkena bom yang diledakkan tentara kerajaan sedangkan yang satunya lagi milik Siau Po dan yang lainnya. 

Mereka juga memerlukan perahu itu, sudah pasti mereka tidak sudi mengalah baginya.

"Pang suhu, kita tidak mempunyai perahu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Kek Song dengan suara rendah.

"Kita naik sampan dulu, sambil melihat perkembangannya," sahut Pang Ci Hoan.

Perlahan-lahan rombongan itu berjalan menuju tepi pantai, Tiba-tiba di belakang mereka ada yang berseru.

"Tunggu dulu! Wi hiocu boleh mengampuni kalian, tapi aku tidak!"

Kek Song terkejut setengah mati, tampak seseorang menerjang ke arahnya dengan tangan menggenggam golok. Ternyata orang itu bukan lain dari jago Thian Te Hwee yakni Hong Ci Tiong.

"Kau... kau toh anak murid Thian Te Hwee, selama ini pihak Thian Te Hwee merupakan bawahan Cin Peng onghu kami, mengapa kau... kau.,." kata Kek Song dengan suara gemetar.

"Ada apa dengan aku? Pokoknya kalian harus berhenti!" bentak Hong Ci Thiong, The Kek Song ketakutan setengah mati. "lya," sahutnya. Hong Ci Tiong kembali ke samping Siau Po.

"Wi hiocu, orang ini telah membunuh Cong tocu. Dia musuh besar pihak Thian Te Hwee kami yang tidak boleh diampuni, Cong tocu kita pernah mendapat budi besar dari Kok Seng Ya, maka beliau tidak bersedia mencelakai keturunannya, sedangkan Wi hiocu sudah mendapat pesan dari Cong tocu agar mengampuninya. 

Tapi aku, selama hidup tidak pernah bertemu dengan Kok Seng Ya. Lagipula pesan terakhir Cong tocu juga bukan disampaikan kepada hamba. Hari ini hamba ingin membacok manusia jahat ini, guna membalaskan dendam bagi Cong tocu," katanya.

Siau Po mengangkat tangannya ke belakang daun telinganya, berpura-pura tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Hong Ci Tiong.

"Apa yang kau katakan barusan? Eh, aneh. Tiba-tiba saja telingaku ini jadi agak tuli, Aku tidak mendengar apa-apa. Hong toako, kalau kau ingin melakukan apa saja, silahkan, Tidak perlu menunggu perintah dariku, Entah mengapa mendadak telingaku ini jadi penyakitan Aih! Pasti karena ledakan bom si keparat Sie Long!"

Ucapannya ini sudah jelas sekali, Apabila Hong Ci Tiong ingin membunuh The Kek Song, dia boleh turun tangan, Siau Po tidak akan menghalanginya.

Melihat Hong Ci Tiong masih ragu-ragu, Siau Po segera melanjutkan kata-katanya. "Sebelum menutup mata, suhu hanya menyuruhku agar mengampuni selembar jiwa 

Yang Mulia The Kek Song, tapi tidak meminta agar aku melindunginya seumur hidup, 

Yang penting bukan aku sendiri yang turun tangan terhadapnya, Di dalam dunia ini terdapat beribu-ribu laksa manusia. Selain aku, siapa pun boleh membunuhnya."

Hong Ci Tiong menarik lengan baju Siau Po.

"Wi hiocu, mohon bicara empat mata denganmu.,." katanya.

Kedua orang itu berjalan sejauh belasan tindak lalu berhenti

"Wi hiocu, selama ini Raja sangat menyukaimu bukan?" kata Hong Ci Tiong. Siau Po merasa heran mendengar pertanyaanku. "Betul, memangnya kenapa?" "Raja ingin agar kau membunuh Cong tocu, tapi kau tidak bersedia, Hal ini 

membuktikan kebaktian dan solidaritasmu tinggi sekarang kau malah melarikan diri tanpa memikirkan akibatnya, Di mana pun, orang-orang selalu mengagumi seorang pendekar atau laki-laki sejati!" kata Hong Ci Tiong pula.

Siau Po menggelengkan kepalanya, "Meskipun begitu, akhirnya Suhu toh mati juga," sahutnya dengan datar. "Cong tocu dibunuh oleh si bocah busuk The Kek Song," kata Hong Ci Tiong. "Namun, dengan demikian berarti tugas yang diberikan oleh Raja telah terpenuhi. "

Siau Po kebingungan mendengar ucapannya, "Kau. mengapa kau berkata 

demikian?" 

"Dalam hati Raja, ada tiga orang yang selalu dikhawatirkannya, Apabila ketiga orang ini masih hidup, kedudukannya tidak dapat dijamin kelanggengannya. Yang pertama ialah Gouw Sam Kui, hal itu tidak perlu dijelaskan lagi, Yang kedua adalah Cong tocu kita, Anak murid Thian Te Hwee tersebar di mana-mana, tujuan mereka ingin membangkitkan kembali kerajaan Beng. Hal ini membuat Raja sakit kepala memikirkannya, sekarang Cong tocu sudah mati, berarti penghalang besar atau duri di mata Raja sudah berkurang satu. "

Mendengar sampai di sini, tiba-tiba suatu ingatan melintas dalam benak Siau Po. "Kau. rupanya kaulah orangnya!"

Apa pun yang dilakukan Siau Po dalam partai Thian Te Hwee, selalu diketahui oleh si Raja cilik, Bahkan Raja juga hapal kata-kata sandi yang biasa diucapkan oleh orang- orang Thian Te Hwe. 

Namun, perbuatan Siau Po mencuri Si Cap Ji Cin Keng serta menjabat sebagai Pek Liong Su dalam partai Sin Liong Kau, si Raja cilik tidak tahu sama sekali, Setelah dipikir berulang kali, pasti ada mata-mata kerajaan yang menyusup dalam perkumpulan Thian Te Hwee. 

Lagipula orang ini pasti dekat sekali dengannya, Tapi, setiap anggota dari Ceng Bok Tong sangat jujur serta setia kawan, tidak mungkin salah satu dari mereka menjadi mata-mata apalagi menjual teman sendiri, itulah sebabnya selama ini dirinya bagai tertutup kabut tebal, tidak ada sedikit jejak pun yang dapat ditelusuri olehnya, Dia hanya merasa aneh namun tidak berhasil mencari penyebabnya.

Saat ini, setelah mendengar ucapan Hong Ci Tiong, dia baru sadar, Dalam hati dia berpikir.

-- Aku benar-benar bodoh, mengapa aku tidak pernah teringat orang yang satu ini? Tempo hari si Raja cilik menyuruh aku agar meledakkan Pek Ciak Hu. Di antara semua anak murid Thian Te Hwee, hanya orang ini yang tidak ada di tempat, Hal ini sudah jelas sekali, orang yang ada di dalam Pek Ciak Hu tidak mungkin merupakan mata- mata, sebab bila gedung itu diledakkan, bukankah jiwa mereka akan melayang juga? justru karena orang ini sudah mendapat kisikan terlebih dahulu, maka dia mencari jalan agar tidak perlu berada di gedung itu. 

Aih, aku benar-benar goblok, kalau sekarang dia tidak mengatakan apa-apa, kemungkinan aku masih menjadi katak dalam tempurung! - Hong Ci Tiong orangnya pendiam, sikapnya kalem, tampangnya jujur. Meskipun ilmunya tinggi, tapi penampilannya menunjukkan otaknya kurang jalan, Kalau sebelumnya Siau Po pernah berpikir siapa kira-kira mata-mata kerajaan yang menyusup dalam kelompok Thian Te Hwee, mungkin dia bisa menduga Cian Lao Pan yang pintar berbicara, atau Ci Thian Coan yang selalu mempunyai akal licik, atau Kho Gan Ciau yang pandai mengurus pekerjaan apapun, Hian Ceng Tojin yang sifatnya pemarah serta doyan minum. Pernah juga dia mencurigai Lie Liat Sek yang umurnya sudah tua dan badannya tampak lemah. Goan ceng Po yang bicaranya ketus, tapi dia tidak pernah mencurigai orang seperti Hong Ci Tong.

Tiba-tiba dia berpikir lagi, - Tempo hari Song Ji juga tidak ada dalam gedung Pak Ciak Hu, mungkinkah dia juga seorang mata-mata? Mungkinkah dia mau mengkhianatiku? - Berpikir sampai di sini, hatinya menjadi pedih, namun dalam sekejap saja ia sudah tersentak sadar. --

Song Ji pasti dibawa oleh Hong Ci Tiong, Dia tahu aku sayang sekali terhadap Song Ji. Bila kelak ada perubahan apa-apa, aku bisa membencinya sampai ke tulang sumsum, Dia hanya seorang mata-mata yang menyampaikan informasi kepada Kaisar Kong Hi. 

Begitu perkumpulan Thian Te Hwee dimusnahkan si Raja cilik tidak memerlukannya lagi. Kalau aku menjelek-jelekkan namanya di depan Raja, tentu dia bisa kehilangan batok kepaIanya, itulah sebabnya dia tidak berani terang-terangan menyakitiku!

Semua ini memang panjang sekali penjeiasannya, namun sebetulnya hanya beberapa detik melintas dalam benak Siau Po. semuanya menjadi jelas sekarang, maka dia berkata.

"Hong toako, terima kasih karena kau sudah membawa Song Ji keluar dari gedung Pak Ciak Hu! Kalau tidak, dia tentu sudah mati kena ledakan bom-"

Hong Ci Tiong mengeluarkan seruan terkejut, wajahnya langsung berubah hebat, kakinya menyurut mundur dua langkah, dan tangannya segera meraba gagang goloknya.

"Kau... kau...!" Siau Po tertawa.

"Kita sama-sama bukan manusia yang sempurna. Si Raja cilik sudah mengatakan semuanya kepadaku."

Hong Ci Tiong tahu Raja sayang sekali terhadap Siau Po, ucapan si pemuda kemungkinan besar memang benar.

"Kalau begitu, mengapa kau tidak patuh pada Firman Raja?" tanyanya. Dengan berkata demikian, seluruh dugaan Siau Po malah jadi semakin jelas, Kembali dia tersenyum.

"Hong toako, kau sudah tahu jawabannya, mengapa harus bertanya lagi? ini yang dinamakan "manusia tidak ada yang sempurna, jiwa besar dan kesetiaan tidak dapat disatukan Bagaimana perlakuan si Raja cilik, tentu aku tidak perlu menjelaskannya lagi, Aku memang anak emas baginya, tapi biar bagaimana, perlakuan Suhu terhadapku juga tidak buruk, sekarang Suhu sudah menutup mata, apa lagi yang harus kupertimbangkan? Hanya saja, aku belum tahu apakah si Raja cilik bersedia mengampuni aku atau tidak,"

"Justru sekarang ini kau mempunyai kesempatan untuk menebus kesalahanmu dengan membuat jasa. Tadi aku sudah mengatakan bahwa Kaisar Kong Hi ingin membasmi tiga orang yang menjadi duri dalam matanya, Yang pertama ialah Gouw Sam Kui, yang kedua Tan Kin Lam. Yang ketiga justru Toa kongcu yang pindah ke Taiwan, yakni The Keng. Kita ringkus anak The Keng lalu kita giring ke Peking, dengan demikian, kemungkinan kita dapat memaksa The Keng untuk menyerah. Asal Raja merasa senang, Wi Toutong, walaupun dosamu berat sekali, pasti beliau akan mengampuninya." 

Bicaranya tidak ada ditutupi lagi, panggilannya kepada Siau Po pun sudah berubah. ia tidak menyebut "Wi hiocu" lagi, tapi menyapanya dengan panggilan "Wi Toutong", bahkan dia menyebut Tan Kin Lam dengan namanya saja.

Dalam hati, Siau Po sebetulnya merasa marah dan sebal.

-- Dasar maling tanpa kesetiaan, sekarang kau sudah berani menyebut langsung nama guruku, --Tapi membayangkan dapat berbaikan kembali dengan Kaisar Kong Hi, rasanya menyenangkan juga. Bisa jadi pejabat lagi atau tidak, dia sama sekali tidak perdu!i, Asal bisa bercanda dan bermain-main dengan si Raja cilik, sudah melebihi apa pun di dunia ini.

"Wi Toutong, kita kembali ke Peking tapi rahasia kita jangan sampai terbongkar Setelah orang-orang dari Thian Te Hwee tahu Cong tocunya sudah mati, sebagian besar pasti akan mengangkatmu sebagai Cong tocu, Rasa setia kawanmu tinggi sekali, Kau juga sangat berbakti terhadap perkumpulan Thian Te Hwee. Kau tidak sudi menjadi Toutong, dan juga tidak mau menjabat sebagai Pak Ciak, semua ini demi menolong jiwa anak murid Thian Te Hwee. Hal ini pasti sudah tersebar luas ke mana-mana. Akhir-akhir ini, gosip yang paling sering dibicarakan dalam dunia kangouw adalah masalah ini, Siapa yang tidak mengagumi jiwa kependekaran Wi Toutong?"

Siau Po merasa bangga sekali mendengarnya.

"Benarkah mereka masih membicarakan hal ni? Kau tidak berbohong?" tanyanya penasaran. "Tidak, tidak!" kata Hong Ci Tiong. "Hamba sama sekali tidak berani membohongi Wi Toutong!"

"Dia terus menyebut dirinya sebagai hamba, entah kedudukan apa yang dijabatnya dalam kerajaan? -- tanya Siau Po dalam hati.

Meskipun merasa penasaran, tapi dia tidak menanyakannya, Kalau dia bertanya, Hong Ci Tiong pasti curiga, Tentu saja kebohongannya tentang Raja sudah mengatakan semuanya kepadaku", bisa jadi ketahuan.

Kemudian dia berpikir lagi, - Tentunya tidak apa-apa kalau aku menanyakan kenaikan pangkat apa yang diperolehnya sekarang, -- Oleh karena itu dia segera bertanya, "Hong toako, kau sudah membangun jasa besar, kenaikan pangkat apalagi yang kau peroleh kali ini?"

"Raja sangat berbudi kepadaku, Beliau menganugerahkan kedudukan Sit Tong Tou si kepada-ku," sahut Hong Ci Tiong.

-- Rupanya hanya pangkat yang rendah, mak-nya! Kalau dibandingkan dengan Locu, bedanya bisa dua puluh tujuh tingkat! -- pikirnya dalam hati.

Bagi bangsa Ceng, kedudukan Pek Ciak sudah terhitung tinggi sekali, boleh dibilang setaraf dengan menteri bagi bangsa Han. Tapi ketika dia menatap kepada Hong Ci Tiong, wajah orang itu masih menampakkan kejujuran, dan sinar matanya menunjukkan perasaan bangga, Oleh karena itu dia berkata.

"Selamat! Pangkat ini dianugerahkan langsung oleh Sri Baginda, tentu maknanya jadi lain!"

Hong Ci Tiong membungkukkan tubuhnya dalam-dalam.

"Sejak sekarang hamba masih mengharap banyak dukungan dari Toutong Tayjin." Siau Po tertawa.

"Kita kan orang sendiri, mengapa berbicara demikian? Untuk bekerja bagi Sri Baginda, tentunya kebisaanmu melebihi aku," kata Siau Po.

"Mana mungkin hamba menyamai Tayjin walaupun seujung kukunya saja? Harap Tayjin ketahui, Sri Baginda berpesan kepada hamba, apabila bertemu dengan Tayjin, biar bagaimana hamba harus berusaha mengajak Tayjin kembali ke Peking, jangan sekali-kali melanggar Firman Sri Baginda, Kalau mendengar nada suara Sri Baginda, tampaknya beliau sangat memperhatikan Tayjin, kemungkinan beliau sudah merasa rindu sekali.  Kalau kali ini Tayjin berhasil mendirikan jasa besar lagi dengan membawa anak The Keng ke kota raja, Sri Baginda pasti senang sekali, Tentu Tayjin akan dianugerahi pangkat yang lebih tinggi lagi," sahut Hong Ci Tiong.

"Pangkatmu sendiri juga akan dinaikkan lagi, bukan?" sindir Siau Po.

"Bagi hamba, yang penting tenaga hamba bisa terpakai Kalau Sri Baginda bertemu dengan Tayjin, hatinya pasti senang sekali, hamba sekalian pun akan menjadi senang, Naik pangkat atau tidak, bukan apa-apa bagi kami."

Dalam hati Siau Po berpikir.

- Selama ini aku mengira kau orang yang jujur, tidak tahunya hitunganmu hebat sekali! --

"Setelah berhasil menjadi Cong tocu Thian Te Hwee, Tayjin bisa mengumpulkan kedelapan belas orang Hiocu dari berbagai daerah. Waktu itu Tayjin bisa membasmi mereka sekaligus tanpa bersusah payah, Tidak ada seorang pun dari mereka yang bisa meloloskan diri, Jasa besar seperti ini bahkan melebihi daripada meledakkan gedung Pak Ciak Hu tempo hari. Coba Tayjin bayangkan sendiri, apabila Tayjin membunuh Tan Kin Lam tempo hari, dengan adanya sekian banyak Hiocu di pihak Thian Te hwee, mereka bisa memilih siapa saja sebagai pengganti Cong tocunya, mati satu ganti satu, tapi kalau Tayjin yang menduduki jabatan itu, panggil saja mereka sekalian, alasannya ingin merundingkan pembalasan dendam atas kematian Tan Kin Lam, tentu mereka akan hadir semua, kita dapat membasmi rumput sampai ke akar-akarnya. Untuk selamanya Sri Baginda tidak perlu merasa khawatir lagi."

Mendengar kata-katanya, bulu roma Siau Po sampai merinding.

- Benar-benar hebat, siasat seperti ini, belum tentu orang seperti engkau mampu memikirkannya, Kemungkinan si Raja cilik yang mengungkapkan rencananya di hadapanmu. Kalau aku kembali ke Peking, kemungkinan besar si Raja cilik akan mengampuni kesalahanku terhadapnya, tapi pasti aku harus membasmi seluruh murid Thian Te Hwee, kalau aku tidak bersedia, tentu dia mempunyai cara sendiri untuk menghadapi aku. Aku tidak bisa melepaskan diri lagi dari genggamannya, -- pikir Siau Po dalam hati. 

Semakin lama dia semakin bergidik, --Kalau si Raja cilik ingin aku menyerah atau ingin memukul pantatku, pasti tidak apa-apa. Tapi kalau menyuruh aku menjadi Cong tocu lalu membasmi seluruh saudara-saudara dari Thian Te Hwee, itu sama sekali tidak boleh dilakukan, Kalau aku sampai melakukan hal itu, delapan belas keturunanku bisa disumpahi oleh orang-orang gagah di dunia ini, setelah mati pun aku tidak mempunyai muka jgi untuk bertemu dengan suhu, sedangkan gadis besar atau pun gadis cilik yang ada di sini pasti tidak memandang sebelah mata lagi terhadapku. Meskipun orang lain tidak perduli, biar aku Wi Siau Po bukan manusia baik-baik, tapi aku masih mempunyai Liang Sim (Hati nurani) -- Matanya melirik sekilas kepada Hong Ci Tiong dan mulutnya mengeluarkan suara uh! Uh! seakan mengiakan saja apa yang diucapkan orang itu.

-- Tapi kalau aku tidak menyetujui usulnya, dia pasti memalingkan wajahnya. Biia terjadi perkelahian jumlah kami demikian banyak, rasanya belum tentu kalah, Sayang sekali ilmu silatnya sangat tinggi, kalau sampai salah satu gadis besar atau gadis cilikku ada yang mati di tangannya, wah... bisa runyam! Lebih baik aku gunakan lagi senjata rahasiaku ini... -- pikirnya.

Sesaat kemudian dia berkata.

"Kalau bertemu kembali dengan Sri Baginda, aku merasa senang sekali, Namun... untuk membunuh seluruh saudara-saudara dari Thian Te Hwee, rasanya terlalu tidak berperasaan, tidak ingat budi, serta bukan perbuatan seorang pendekar Rasanya kita harus merundingkan kembali urusan ini baik-baik."

"Apa yang dikatakan Tayjin memang benar, Tapi ada sebuah pepatah yang bagus sekali, "Laki-laki yang tidak beracun hatinya bukanlah laki-laki sejati, laki-laki yang tidak berjiwa besar bukanlah seorang Kuncu."

"Benar, benar! pepatah itu memang bagus sekali!" kata Siau Po. "Aih! Aduh... kenapa si bocah The Kek Song malah kabur?"

Hong Ci Tiong terkejut setengah mati, Dia menolehkan kepalanya untuk melihat Siau Po sudah mengarahkan senjata rahasianya dengan jitu, dan sudah siap menekan tombolnya, tahu-tahu tampak Song Ji menghambur datang sambil bertanya.

"Siangkong, ada apa?"

Rupanya sejak tadi Song Ji melihat Siau Po dan Hong Ci Tiong berbicara kasak- kusuk sekian lama. Hati gadis itu terus merasa khawatir, akhirnya perlahan-lahan dia mendekati kedua orang itu. Ketika mendengar Siau Po mengeluarkan suara mengaduh, dia segera menghambur datang. 

Tangan Siau Po sudah siap menekan tombol, Kalau tombol itu benar-benar ditekan, dada Hong Ci Tiong pasti terkena senjata rahasianya, tapi tak urung Song Ji juga ikut jadi sasaran, Karena sayangnya kepada Song Ji, dia batal menekan alat senjata rahasia tersebut.

Hong Ci Tiong yang menolehkan kepalanya, dapat melihat bahwa Kek Song dan Pang Ci Hoan masih berdiri di tepi pantai, Maka dia segera menduga ada sesuatu yang tidak beres, Tepat pada saat itu, Song Ji lewat di depannya, dia segera mengulurkan tangannya untuk menarik gadis itu sebagai pelindung di depannya. 

Sebetulnya, kalau kita lihat ilmu silat yang dimiliki Song Ji, tidak mungkin Hong Ci Tiong bisa meringkusnya dengan sekali gerak saja, Tapi karena Song Ji sedang  mengkhawatirkan keadaan Siau Po, dia juga tidak pernah mencurigai Hong Ci Tiong sehingga dengan mudah laki-laki itu berhasil menyanderanya. 

Bagian atas tubuh gadis itu terasa ngilu dan lemas, dia tidak bisa bergerak lagi karena jalan darahnya telah ditotok, sementara itu Hong Ci Tiong segera berkata dengan suara yang dalam.

"Wi Tayjin, harap kau angkat tanganmu ke atas!"

Kesempatan bagus sudah hilang, malah Song Ji kena ditangkap, Namun Siau Po masih bisa tertawa terkekeh-kekeh.

"Hong toako, apa sih yang kau candakan?"

"Senjata rahasia Wi Tayjin yang tidak bersuara dan tidak mempunyai bayangan itu sungguh lihai, hamba benar-benar merasa takut Harap Tayjin mengangkat tangan ke atas, kalau tidak, maafkan apabila hamba sampai melakukan kesalahan!" sembari berbicara dia terus mendorong-dorongkan tubuh Song Ji ke depan seperti perisai. Dengan demikian Siau Po pasti tidak berani menggunakan senjata rahasianya.

Sou Cuan, Pui Ie dan A Ko sudah dapat melihat perubahan yang terjadi, maka mereka segera menghambur mendekati Dalam hati Hong Ci Tiong berpikir.

-- Bocah ini sayang sekali kepada budak cilik ini, Tapi perempuan-perempuan itu yang perlu dikhawatirkan Mereka tentu tidak perduli dengan jiwa Song Ji, hanya memperdulikan Siau Po. --

Dari selipan ikat pinggangnya, Hong Ci Tiong segera menghunus sebatang golok lalu ditudingkan ke depan tenggorokan Siau Po sambil berseru, "Jangan ada seorang pun yang coba-coba mendekat ke mari!"

Sou Cuan dan yang lainnya segera menghentikan langkah kakinya ketika melihat Siau Po terancam bahaya, Hati mereka panik sekaligus heran, Bukankah Hong Ci Tiong ini kawan baik Siau Po? Barusan mereka masih sama-sama bahu membahu melawan musuh, mengapa dalam sekejap mata mereka jadi berselisih? 

Mereka menduga urusannya tentu karena Siau Po ingin melepaskan The Kek Song tapi Hong Ci Tiong justru ingin membunuh pemuda itu guna membalaskan dendam atas kematian Tan Kin Lam.

Karena tenggorokannya diancam dengan sebatang golok, Siau Po terpaksa mendongakkan kepalanya sedikit, namun Hong Ci Tiong justru mengikuti gerakannya.

"Wi Tayjin, ujung golok ini tidak mempunyai mata, harap kau jangan sembarangan bergerak! Bukan salahku apabila tenggorokanmu benar-benar terluka. sebaiknya kau angkat tanganmu tinggi-tinggi!" Siau Po merasa tidak berdaya. Terpaksa dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, tapi dia masih tertawa.

"Hong toako, kalau kau masih sayang dengan kedudukanmu dan ingin memperoleh pangkat yang lebih tinggi lagi, harap kau perlakukan aku baik-baik!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar