Kaki Tiga Menjangan Jilid 82

Jilid 82

Sejak kehancuran pulau Sin Liong to, sehingga sebagian besar pengikutnya mati dan sebagian lagi terluka dan melarikan diri, Hong Kaucu hanya mengajak beberapa kaki tangannya yang berilmu tinggi untuk berkelana di dunia kangouw. 

Ucapan "Usia Kaucu seperti usia langit" jarang dihapalkan lagi, Kemungkinan semangat mereka juga sudah kendor, malah satu hari belum tentu dia mendengar kata- kata itu walau hanya satu kali, Sekarang, mendengar Siau Po mengucapkannya dengan lancar dan penuh semangat, hatinya terasa agak lapang.  Tanpa terasa dia melepaskan cekalannya, Wajah yang sebelumnya dingin dan kaku mulai tersungging sedikit senyuman.

"Hari ini tecu dapat bertemu kembali dengan Kaucu dan Hujin, tubuh ini terasa jauh lebih ringan dan semangat pun menyala-nyala. Hanya saja, ada satu hal yang tecu tidak mengerti," kata Siau Po.

"Apa itu?" tanya Hong Kaucu.

"Tempo hari tecu berpisah dengan Kaucu serta Hujin. Kalau dihitung-hitung, rasanya sudah cukup lama juga, tapi mengapa tampaknya kaucu malah lebih muda tujuh delapan tahun, dan Hujin justru lebih pantas menjadi adikku?" sahut Siau Po. "Bukankah hal ini benar-benar sulit dimengerti?"

Hong Hujin tertawa terkekeh-kekeh, dia mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Siau Po.

"Eh, Monyet kecil, kalau menepuk pantat kuda, kau memang paling pintar!" katanya. Tuan Puteri marah sekali.

"Perempuan ini benar-benar tidak tahu malu! Bicara dengan laki-Iaki, tidak cukup menggunakan mulut, tangan dan kaki pun ikut mengambil bagian!" sindirnya.

Hong Hujin tertawa semakin lebar.

"Lho? Aku kan hanya menggerakkan tangan? Baiklah, sekarang kaki pun harus mengambil bagian!" Selesai berkata, dia mengangkat sebelah kakinya lalu menendang lengan si Tuan Puteri, Tentu saja Kian Leng Kongcu menjerit kesakitan.

Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang riuh dan sumbernya dari setiap arah, Tampaknya entah berapa banyak tentara telah mengepung di sekitar rumah itu.

Pintu besar terdorong, serombongan tentara menyerbu masuk, Mula-mula ada dua orang di antaranya yang menerjang ke da!am. Mereka memperhatikan orang-orang dalam ruangan itu. Salah satunya segera berkata.

"Rupanya hanya penduduk desa yang tidak ada gunanya!"

Siau Po mengenali suara orang itu sebagai suara Ong Cin Po. Hatinya senang sekaIi. Dia menoleh ke arah orang itu, ternyata di sebelah Ong Cin Po bukan lain dari Sun Kek Si. 

Kedua orang itu memberikan isyarat dengan kerlingan mata, mereka juga mengulapkan tangan sebagai perintah agar tentara yang mengiringi mereka ke luar dari tempat itu, Lalu Sun Kek Si berkata dengan suara lantang. "Hanya beberapa penduduk desa yang sudah tua renta! Hei, apakah kalian melihat adanya serombongan pemberontak yang melarikan diri lewat tempat ini? Baiklah, kami akan mencari ke tempat lain!"

Tiba-tiba saja hati Siau Po tergerak.

-- Kali ini kembali aku terjatuh ke tangan orang-orang Sin Liong To. Biar bagaimana caranya iku memutar lidah, rasanya selembar nyawa ini tetap sulit dipertahankan sebaiknya aku ikut saja dengan saudara Ong Cin Po serta yang lainnya, Begitu terlepas dari cengkeraman jahat pihak Sin Liong To, aku bisa memohon kepada saudara Ong Cin Po dan Sun Kek Si untuk membebaskan aku! --Ketika melihat kedua orang itu bermaksud berjalan keluar, dia segera menegur "Ong koko, Sun koko, akulah Wi Siau Po, kalian bawalah aku."

"Kalian orang-orang dusun ini benar-benar cerewet, menggelindinglah jauh-jauh!" bentak Sun Kek Si.

"Saudara cilik ini menanyakan apakah kau mempunyai sedikit uang, soalnya dia sudah kehabisan," tukas Ong Cin Po.

"Oh, uang? Ada! Ada!" Dari dalam saku bajunya, Sun Kek Si mengeluarkan beberapa keping uang dan disodorkannya kepada Siau Po lalu berkata kembali "Ada beberapa orang penjahat yang melarikan diri dari kota Peking? Raja marah sekali, sehingga mengutus ribuan tentara untuk mengejar mereka. Begitu berhasil tertangkap, batok kepala orang-orang itu harus segera dipenggal Saudara cilik, tempat ini sangat berbahaya, seandainya para tentara salah tangkap dan batok kepala kalian dipenggal, namanya mati penasaran."

"Kalian tangkap saja aku, aku rela mengikuti kalian," sahut Siau Po.

"Kau mau ikut kami menjadi tentara? Wah, ini bukan permainan! Di luar terdapat banyak pasukan yang membawa meriam. Begitu meriam ditembakkan, suaranya saja sudah memekakkan telinga, Biar pun ilmu silatmu tinggi, belum tentu kau bisa menyelamatkan diri," kata Ong Cin Po.

Mendengar ucapannya, Siau Po berpikir dalam hati.

-- Ada meriam? Ya, lebih bagus lagi! Aku yakin Hong Kaucu saja tidak berani sembarangan mengambil tindakan! -- Karena itu dia segera berkata lagi, "Ada sedikit urusan yang ingin kusampaikan kepada Raja, mohon kalian bawa aku ke istana."

"Begitu Raja melihatmu, kau pasti dibunuhnya," ujar Ong Cin Po. "Raja juga tidak ubahnya dengan manusia biasa yang mempunyai sepasang mata dan sebuah mulut, apanya sih yang bagus dilihat? Saudara, kami meninggalkan tiga belas ekor kuda untuk teman-teman saudara yang ada di dusun ini. Kalian bersembunyilah sejauh-jauhnya, delapan atau sepuluh tahun kemudian, kau harus mengembalikan kuda-kuda tersebut  Satu pun tidak boleh ada yang mati, kalau tidak, batok kepala kalianlah yang akan dijadikan pembayaran hutang ini!" Selesai berkata, dia langsung berjalan ke luar.

Siau Po menjadi panik, Dia menghambur ke depan dan menarik lengan baju Ong Cin Po sambil berteriak.

"Ong koko, cepat bawa aku!" Tiba-tiba sebuah telapak tangan telah menekan di atas ubun-ubun kepalanya, lalu terdengar suara Hong Kaucu berkata.

"Saudara cilik, hati Tuan besar ini baik sekali, dia baru saja datang dari Kota Raja, yang mana pasti mengetahui dengan jelas situasi serta pemikiran Raja kita, kau jangan membuat keonaran!"

"Benar, sebaiknya kita kejar para penjahat itu sekarang!" ujar Sun Kek Si dengan suara lantang.

Siau Po sadar bahwa dirinya sudah terjatuh ke dalam tangan Sin Liong Kaucu. Asal laki-laki itu menekan ubun-ubun kepalanya agak sedikit keras lagi, selembar jiwanya pasti melayang, Tapi dia juga sadar, meskipun kematian belum menjemputnya sekarang, waktunya pasti tidak larna lagi, Oleh karena itu dia menjadi nekat, sengaja dia berteriak keras-keras.

"Kalian tangkaplah aku! Aku adalah Wi Siau Po!"

Para tentara itu terperanjat Langkah kaki mereka pun terhenti seketika, sedangkan Sun Kek Si segera tertawa terbahak-bahak.

"Wi Siau Po adalah seorang pemuda berusia tujuh belasan tahun, kau ini kakek yang sudah hampir masuk lubang kubur, masak mengaku sebagai Siau Po, benar-benar menggeiikan!"

Selesai berkata, Sun Kek Si segera menarik ujung pakaian Ong Cin Po. Kedua orang itu berjalan ke luar dengan langkah lebar. Kemudian terdengarlah suara perintah, "Tinggalkan tiga belas ekor kuda di sini, biar orang-orang itu dapat memberi kabar kepada tentara-tentara yang menyusul di belakang! Bakar rumah penduduk itu, agar para penjahat tidak dapat menggunakannya sebagai tempat persembunyian!"

"Terima perintah!" Terdengar pula sahutan para tentara.

Kemudian, beberapa di antaranya segera menyulut api obor, lalu diletakkannya di bagian depan pintu rumah.

Hong Kaucu tertawa dingin.

"Teman-temanmu itu ternyata solider sekali, Sudah memberi uang, kuda pun ditinggalkan pula, Mari kita berangkat!" katanya. Bhok Kiam Peng membimbing si Tuan Puteri, beramai-ramai mereka berjalan ke luar melalui pintu belakang, kemudian memutar ke bagian depan. Ternyata di sana memang telah tersedia tiga belas ekor kuda. 

Dua di antaranya memakai ladam yang indah sekali serta pelananya juga menyolok Rupanya itulah kuda tunggangan Ong Cin Po dan Sun Kek Si sendiri.

Mereka segera naik ke atas seekor kuda. Siau Po berempat digiring di tengah- tengah, mereka menuju ke timur, Siau Po sendiri terus berharap datangnya rombongan tentara yang lain agar ia dan teman-temannya segera diringkus, Hubungannya dengan si Raja cilik cukup dekat, biarpun kali ini kesalahannya cukup besar, belum tentu dia harus menebusnya dengan kepala dipenggal, sedangkan Kaucu dari Sin Liong Kau ini mempunyai watak yang jahat, licik serta hatinya beracun. 

Kalau sampai jatuh ke tangannya, entah berapa banyak siksaan yang harus dideritanya sebelum mati. Tapi, meskipun telah menempuh perjalanan sekian jauh, belum juga terdengar suara derap kaki kuda para tentara yang datang mengejar sedangkan kuda-kuda yang mereka tunggangi merupakan kuda-kuda pilihan yang diseleksi oleh Ong Cin Po sendiri. 

Sudah barang tentu kecepatannya tidak perlu diragukan lagi, seandainya di belakang ada tentara yang menyusuI, belum tentu sanggup mengejar mereka, LagipuIa, sebelumnya Tio Liang Tiong, Ong Cin Po dan Sun Kek Si sudah mengalihkan pengejaran para tentara itu ke arah utara.

Sepanjang perjalanan, kecuali gerutuan dan caci maki si Tuan Puteri, tidak ada seorang pun yang bersuara, Akhirnya, Oey Liong Su menotok jalan darah gagu si Tuan Puteri, Biarpun dalam hati Kongcu itu mendongkol sekali, tapi apa boleh buat, dia tidak sanggup bersuara Iagi.

Hong kaucu memerintahkan rombongan orang-orang itu agar mempercepat perjalanan ke arah timur laut. Malam hari mereka beristirahat di daerah pegunungan. Beberapa kali Siau Po mencari akal untuk melarikan diri, namun kecerdikan Hong Kaucu tidak terpaut dengannya sehingga akhirnya dia malah menerima bogem mentah beberapa kali, jangankan melarikan diri!

Beberapa hari kemudian, mereka sampai ke tepi laut, Liok Ko Hian mengambil sekeping uang perak dari saku Siau Po, kemudian digunakan untuk menyewa perahu, Dalam hati Siau Po tidak hentinya mengeluh, malah uang untuk menyewa perahu saja harus dia yang mengeluarkan bukankah runyam?

Begitu semuanya naik ke atas perahu, tukang perahu segera mengembangkan layarnya untuk menuju ke arah timur laut Siau Po berpikir dalam hati.

-- Kali ini tujuannya pasti pulau Sin Liong To Iagi. Si Kura-kura tua tentu ingin mengumpankan diriku kepada ular-ular yang ada di sana! -- Setiap kali mengingat ular- ular berbisa di sana yang melilit seluruh tubuhnya sembari menguakkan mulut lebar- lebar, tubuh Siau Po pasti gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. 

Diam-diam dia merenung - Paling bagus kalau bisa mendapatkan akal melubangi dasar perahu ini. Dengan demikian kita semua akan mati bersama-sama, Siapa pun tidak ada yang merasa dirugikan! -

Namun, para anggota Sin Liong Kau sudah mengenal betul kelicikan Siau Po. Oleh karena itu mereka menjaganya dengan ketat Dengan demikian Siau Po juga tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan akalnya, Siau Po teringat, dirinya sudah dua kali ke pulau Sin Liong To. pertama dengan Pui Ie dimana dalam sepanjang perjalanan mereka bersenda gurau, sungguh kenangan yang manis. 

Dan kedua kalinya dia memimpin serombongan pasukan untuk meledakkan pulau itu, benar-benar berwibawa sekali lagaknya tempo hari. 

Tapi, untuk ketiga kali ini, dia malah dalam keadaan tidak berdaya serta menjadi tawanan Kaucu Sin Liong Kau. jiwanya bagai telur di ujung tanduk, Kalau dibandingkan dengan dua kali yang sebelumnya, benar-benar bagai langit dan bumi.

Sejak bertemu kembali dengan Pui Ie di perbatasan Kota Peking, gadis itu tidak menunjukkan perasaan sedih atau pun gembira. Mimik wajahnya kaku seakan perasaannya telah mati. Gadis itu juga tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun. walaupun dia tidak menyulitkan posisi Siau Po, tapi gadis itu juga tidak melirik ke arahnya sekali pun.

Kadang-kadang Siau Po berpikir, kemungkinan Pui Ie berada di bawah tekanan Hong Kaucu, jadi, seandainya gadis itu mempunyai sedikit perasaan kepadanya, tentu dia tidak berani menunjukkannya. 

Tapi, kadang-kadang pula Siau Po teringat kelicikan gadis itu yang membuatnya terperangkap berkali-kali, Sebetulnya, dari sekian banyak gadis yang dikenalnya, Pui Ie mempunyai pesona tersendiri serta menanamkan kesan yang paling dalam di hati Siau Po, namun dia juga merupakan gadis yang paling dibencinya.

Setelah berlayar beberapa hari, ternyata mereka sudah mendekati pulau Sin Liong To. Liok Ko Hian dan poan Tau To menggiring Siau Po, Kongcu, Bhok Kiam Peng serta Cin Ju berempat naik ke daratan. 

Salah seorang anak buah tukang perahu mencoba membangkang, Oey Liong Su langsung menggerakkan golok membunuhnya. Para anak buah tukang perahu yang lain jadi ketakutan. Mana mungkin mereka berani melakukan gerakan apa-apa. Mereka terpaksa pasrah pada nasib.

Tampak pepohonan di pulau itu telah berubah menjadi tandus. Tanah pun kering kerontang, Di mana-mana masih terlihat sisa kedahsyatan ledakan meriam yang ditembakkan tempo hari, Dari bagian pepohonan terhendus bau amis.  Di sana-sini tampak bangkai ular tergeletak, bahkan ada yang tinggal tulang belulangnya, Begitu sampai di halaman aula, tampak temboknya retak parah, sejumlah pondok bambu yang tadinya berjejer di kanan kiri empat itu sudah tidak berbentuk lagi, semuanya hancur akibat ledakan.

Hong Kaucu berdiri tertegun tanpa mengeluarkan suara apa pun. Wajah Oey Liong Su serta yang lainnya menyiratkan kemarahan, bahkan di antaranya ada yang mendelik ke arah Siau Po.

Tio Tan Goat langsung berseru dengan lantang. "Hong Kaucu sudah kembali! Para anggota perkumpulan harap keluar melakukan penghormatan!"

Orang itu berteriak dengan mengerahkan hawa murni dalam tubuhnya, otomatis suaranya keras sekali, bahkan gemanya mencapai beberapa li. 

Beberapa saat kemudian, dia berseru lagi dua kali, tapi dari dalam lembah hanya terdengar kumandang suaranya sendiri.

"Sudah kembali! Lakukan penghormatan!"

Lewat sesaat lagi, keadaan di sekitar tempat itu tetap sunyi senyap, Bukan saja tidak tampak seorang pun dari anggota perkumpulan itu menghambur keluar memberikan penyambutan, bahkan tidak terdengar sahutan sedikit pun.

Hong Kaucu menolehkan kepalanya.

"Kau menembakkan meriam ke pulau ini sehingga semuanya tidak tersisa! Tentunya sekarang kau sudah merasa puas, bukan?" katanya kepada Siau Po dengan nada dingin.

Siau Po melihat mimik wajah Kaucu itu menyiratkan kekejian hatinya, tanpa terasa bulu romanya jadi meremang, Kemudian dengan suara gemetar dia menyahut

"Yang lalu biarkanlah... berlalu, asal... lain kali ja... ngan terulang la... gi. Hong Kaucu mem... punyai wibawa ibarat pa... ra dewa, kekuasa... annya tidak ter... kalahkan.   

Dalam waktu sekejap... pasti berhasil membangkitkan lagi perkumpulan. Sin Liong 

Kau.... Ini,., yang dinama... kan semakin dibakar semakin. matang, semakin 

diledakkan. semakin semarak, Kaucu dan Hujin mempunyai rejeki yang tidak bisa 

disamakan dengan orang biasa. "

"Bagus sekali!" teriak Hong Kaucu sembari mendupak Siau Po keras-keras. Tubuh si pemuda melayang ke atas lalu terjerembab di tanah dengan menimbulkan suara Bukk!

Tulang belulang di tubuh Siau Po seakan remuk, sakitnya tidak terkatakan, bahkan dia tidak sanggup merangkak bangun. Cin Ju ketakutan melihat kegarangan Hong Kaucu, meskipun demikian dia tetap menghampiri Siau Po dan membantunya berdiri.

Oey Liong Su maju ke depan dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada sang Kaucu.

"Lapor kepada Kaucu! Pengkhianat ini jahat sekali, jangan sekali-sekali dikasih ampun, Biar hamba menebasnya dengan golok agar tubuhnya hancur tanpa bentuk!" katanya.

Hong Kaucu mendengus satu kali.

"Tidak usah terburu-buru!" ujarnya, Lewat sesaat dia berkata lagi. "Di dalam hati bocah ini terdapat sebuah rencana besar yang dirahasiakan Kebangkitan perkumpulan kita kemungkinan tergantung dari rahasia tersebut Oleh karenanya, untuk sementara ini dia tidak boleh dibunuh dulu!"

"Baik, baik," sahut Oey Liong Su. "Pandangan Kaucu sangat jauh, kecerdasannya pun melebihi manusia biasa, hamba yang bodoh ini tentu saja tidak mengerti jalan pemikiran Kaucu yang hebat!"

Hong Kaucu duduk di atas sebongkah batu besar, untuk sesaat tampak ia merenung. "Untuk menghasilkan urusan yang maha besar, mulanya pasti banyak rintangan dan 

kendala, Apa yang dialami perkumpulan kita kali ini, tidak perlu diberatkan lagi. 

Sekarang ini para anggota kita sudah kucar-kacir. Yang penting sekarang kita mencari jalan untuk menyelesaikan masalah ini. Harap kalian tidak sungkan-sungkan mengeluarkan pendapat yang berharga!" ujarnya kembaIi.

"Kaucu adalah seorang jenius, Biarpun kami berpikir sepuluh hari sepuluh malam, tetap saja kalah dengan pemikiran Kaucu sesaat, Lebih baik Kaucu saja yang memberikan jalan pemecahannya, hamba sekalian tinggal melaksanakannya dengan segenap kekuatan," sahut Oey Liong Su.

Hong Kaucu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yang penting sekarang ini kita harus mengumpulkan kembali anggota-anggota kita, Meskipun tempo hari para tentara Tatcu meledakkan tempat ini sehingga banyak yang terluka serta tewas, tapi kalau dihitung-hitung paling sepertiganya, sisanya yang dua pertiga mungkin kabur untuk menyelamatkan diri, Pertama-tama, Liok Kho Hian harus diangkat menjadi Pek Liong Su, dengan demikian lima duta besar kita menjadi genap kembali," katanya pula.

Liok Kho Hian segera membungkukkan tubuhnya sebagai tanda terima kasih.

"Kalian berlima harus segera kembali ke cabang-cabang kita di berbagai daerah, cari sisa anak buah kita, dan cari pula pemuda pemudi yang bisa ilmu silat serta ajak  mereka menjadi anggota kita, Kita bina kembali mereka demi membangkitkan perkumpulan kita ini," ujar Hong Kaucu pula.

Oey Liong Su, Tio Tam Goat serta Liok Kho hian segera memberi hormat. "Hamba sekalian menerima perintah!" sahut mereka serentak.

Bu Kin Tojin dan Kho Soat Teng tidak bersuara sama sekali, Hong Kaucu melirik kedua orang itu sekilas.

"Gi Liong Su dan Ce Liong Su, apakah ada yang ingin kalian katakan?" tanyanya. "Jawab kepada kaucu! Hamba mempunyai dua buah permintaan. Harap Kaucu 

bersedia mempertimbangkannya!" sahut Kho Soat Teng.

Kembali Hong Kaucu mendengus dingin. "Urusan apa?" tanyanya kembali.

"Selama ini hamba sangat setia kepada Kaucu, tapi tampaknya Kaucu tidak sepenuhnya mempercayai kami, hal ini membuat hati kami menjadi gundah, Yang pertama, hamba mohon Kaucu memberikan pil penawar racun, Dengan demikian perasaan kami jadi tenang dan kami dapat melakukan tugas tanpa ada yang perlu dikhawatirkan," sahut Kho Soat Teng.

"Apabila aku tidak bersedia memberikan pil penawar racun, tentunya kalian akan bekerja dengan setengah hati, bukan?" tanya Hong Kaucu dengan nada dingin.

"Hamba tidak berani. Urusan yang kedua yaitu mengenai penerimaan anggota yang masih muda belia, mereka tidak dapat diandalkan, bahkan bisa memberikan kerusuhan bagi kita, Begitu bertemu dengan urusan berat, mereka langsung kocar-kacir perkumpulan kita sedang menghadapi musibah, lihat saja... orang-orang yang masih setia dan bersedia mengikuti Kaucu hanya beberapa orang, yakni kami-kami ini. 

Pada waktu biasa, mulut para pemuda-pemudi itu sungguh manis, setiap hari mengatakan bahwa diri mereka akan setia, tidak takut menghadapi kematian, Tapi begitu benar-benar ada bencana, mana buktinya? Karena itu, hamba berpendapat lebih baik kita kumpulkan anggota tua yang masih setia kepada Kaucu, Mengenai para pemuda-pemudi yang tadi Kaucu katakan, sebaiknya dibatalkan saja. 

Sebagai contoh, Wi Siau Po ini, bukankah dia yang dianggap setia serta dapat diandalkan? Akhirnya dia pula yang mencelakai kita!" sahut Kho Soat Teng.

Setiap dia menambahkan sepatah kata, wajah Hong Kaucu semakin kelam, Hati Kho Soat Teng berdebar-debar, namun dia mengeraskan hati untuk menyelesaikan ucapannya. Perlahan-lahan sinar mata Hong Kaucu beralih kepada Bu Kin Tojin, tatapannya tajam menusuk.

"Bagaimana dengan engkau?"

Bu Kin Tojin menyurut mundur dua langkah.

"Hamba sependapat dengan Ce Liong Su, jalanan yang dulu penuh diri, kita tidak boleh kita lalui lagi. Pepatah mengatakan, sebelum mencoba, bagaimana bisa tahu apa rasanya? Karena itu hamba yakin setelah pengalaman pahit ini, Kaucu yang cerdas tentu sudah mengerti sendiri bahwa anggota yang masih muda-muda tidak ada gunanya, Mereka tidak dapat diandalkan maka... maka," sahut pendeta itu sembari menunjuk kepada Bhok Kiam Peng. 

"Seperti nona cilik Bhok Kiam Peng itu, sebetulnya dia anggota dari Gi Liong Su kami. Kaucu telah menanam budi besar kepadanya, tapi begitu menghadapi masa sulit, dia langsung berkhianat dan memihak kepada musuh, Orang semacam dia harus dicari kembali satu per satu, Mereka harus ditebas dengan golok agar menjadi contoh bagi anggota lain yang berani berkhianat," sahutnya.

Mata Hong Kaucu beralih kepada Liok Kho Hian dan yang lainnya.

"Apakah urusan ini telah kalian rundingkan sebelumnya?" tanya pemimpin tersebut.

Para hadirin tidak ada yang bersuara, sesaat kemudian Poan Tau To baru menyahut. "Jawab Kaucu! Kami belum pernah merundingkan urusan ini, Tapi... tapi hamba 

merasa apa yang dikatakan Gi Liong Su dan Ce Liong Su memang beralasan." Hong Kaucu menatap kepada Thio Tam Goat seakan menunggu pendapatnya.

"Bencana yang dialami oleh perkumpulan kita kali ini, tidak perlu diragukan lagi bahwa Wi Siau PoIah biang keladinya, Hamba paling tidak bisa percaya kepada manusia sepertinya," sahut Thio Tam Goat penuh semangat.

Hong Kaucu menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Bagus! Rupanya kau juga berpihak kepada mereka, Liok Kho Hian, bagaimana dengan engkau?" tanyanya setengah menyindir.

"Hamba telah mendapat budi besar dari Kaucu, bahkan sekarang diangkat menjadi Pek Liong Su. Tentu saja hamba akan mengeluarkan segenap kemampuan untuk bekerja serta berbakti kepada Kaucu, Apa yang dikatakan oleh Ce Liong Su sekalian tentunya demi kepentingan perkumpulan kita juga. Hamba yakin mereka tidak mempunyai niat Iain," sahut Liok Kho Hian. "Kata-kata kalian keliru sekali!" ujar Oey Liong Su. "Kecerdasan Kaucu melebihi kita semua ratusan kali lipat, Untuk apa kalian bicara banyak? Yang penting kita mendengarkan petunjuk dari Kaucu dan Hujin. Meriam yang ditembakkan oleh tentara Tatcu sebetulnya malah membantu kita membersihkan perkumpulan Sin Liong Kau, karena dengan demikian para pengkhianat perkumpulan kita juga sudah pada mati oleh ledakannya, Lagipula kita menjadi tahu siapa yang setia dan siapa yang tidak! 

Kita para hamba ibarat katak dalam tempurung, yang terlihat hanya kegagalan sesaat, pandangan kita mana mungkin disamakan dengan pandangan Kaucu yang jauhnya mencapai tepi langit?"

Kho Soat Teng marah sekali mendengar ucapan itu.

"Keruntuhan perkumpulan kita pada hakekatnya justru terjadi karena adanya orang- orang yang pandai menepuk pantat kuda semacam engkau! Kau sesumbar setinggi- tingginya, coba apa faedahnya bagi perkumpulan kita? Apa pula manfaatnya bagi Kaucu kita?" tanyanya keras.

"Apa maksudmu dengan mengatakan menepuk pantat kuda?" teriak Oey Liong Su tidak mau kalah, "Bukankah sekarang kau sudah menunjukkan pembangkanganmu?"

Kho Soat Teng semakin gusar.

"KauIah manusia rendah yang tidak tahu malu! Kau merusak perkumpulan kita, kaulah yang membangkang!" Sembari menyahut, tangannya menggenggam gagang pedang.

Oey Liong menyurut mundur satu langkah.

"Tempo hari kau membuat keributan dan membantah ucapan Kaucu! Untung saja jiwa Kaucu serta Hujin sangat besar sehingga urusan itu tidak diperpanjang, Ternyata... hari ini kau berani membangkang lagi!" katanya.

Kho Soat Teng, Bu Kin Tojin, Thio Tam Goat, Liok Kho Hian, serta Poan Tau To menoleh kepada Hong Kaucu, semuanya memendam kegusaran tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Hong Kaucu sendiri memalingkan wajahnya kepada Oey Liong Su. Sinar matanya menyiratkan kekejian serta kebekuan yang mencekam, Oey Liong Su terkejut setengah mati. Dia kembali mundur satu langkah lalu berkata.

"Kaucu, mereka... berlima sudah sepakat untuk berkhianat Mereka harus menerima hukuman mati..."

Hong Kaucu memicingkan matanya sedikit.

"Apa yang barusan kau katakan?" tanyanya dengan suara dalam. Oey Liong Su melihat mimik wajah pemimpinnya yang garang, hatinya semakin takut Dengan nada bergetar dia menyahut.

"Ham... ba sangat... setia ter... hadap Kaucu, hamba ti... dak sudi bekerja sama de... ngan para pengkhianat ini. "

"Tempo hari kita semua sudah bersumpah berat Siapa pun yang mengingat kembali dendam lama, maka dia harus dimasukkan ke telaga Liong Tam agar tubuhnya dimakan oleh ribuan ekor ular. "

Oey Liong Su begitu terkejutnya sehingga sepertinya selembar jiwanya melayang entah ke mana.

"Mohon Kaucu mengampuni kesalahan hambamu. " ratapnya.

"Urusan itu sudah selesai, semua orang telah melupakannya sama sekali, hanya kau seorang yang masih mengingatnya terus, Begitu ada kesempatan, kau malah menggunakannya untuk mengadu domba. Apa maksudmu sebetulnya? Apa yang kau inginkan?"

Begitu pucatnya wajah Oey Liong Su seakan tidak mengandung darah setetes pun. Kedua lututnya menjadi lemas, dia menjatuhkan dirinya berlutut seketika.

"Hamba tahu salah! Lain kali hamba tidak berani mengungkitnya kembali!" sahutnya panik, Dengan tenang Hong Kaucu berkata, "Sumpah yang pernah diucapkan oleh perkumpulan kami, kau kira boleh dilanggar seenaknya? apabila bukan kau yang termakan sumpah itu, maka akulah yang harus merasakannya, Coba kau katakan, apakah kau yang harus diceburkan ke telaga Liong Tham atau aku yang lebih pantas menerima hukuman tersebut?"

Oey Liong Su memekik keras-keras, tubuhnya nencelat jauh lalu mengembangkan langkah seribu untuk kabur

Hong Kaucu membiarkan orang itu mencelat sampai sejauh beberapa depa. Dipungutnya sebuah batu, timbul suara mendesir, timpukannya tepat mengenai bagian belakang kepala Oey Liong Su, Orang itu meraung kesakitan, tubuhnya terhempas ke atas kemudian jatuh di atas tanah. Setelah bergeliat beberapa kali, nyawanya pun melayang.

Hong Kaucu dapat melihat kalau Kho Soat Teng berlima sudah bersepakat, meskipun ilmunya sendiri sangat tinggi dan dibantu pula oleh Hong Hujin serta Oey Liong Su, kemungkinan dia akan berhasil meringkus kelima orang tersebut. 

Namun apabila hal itu sampai terjadi, maka perkumpulannya semakin terancam kemusnahan, orang-orang yang dapat diandalkan hanya tinggal segelintir, sedangkan Oey Liong Su cuma pandai mencari muka, tidak banyak kegunaannya.  Kalau dia sampai membunuh Kho Soat Teng berlima, berarti anak buahnya tidak bersisa, Dengan pemikiran yang matanglah, ia mengambil keputusan ini. Lebih baik kehilangan sedikit daripada banyak. Dengan dibunuhnya Oey Liong Su, maka kemarahan Kho Soat Teng berlima akan surut.

Liok Kho Hian dan Thio Tam Goat langsung membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Ucapan Kaucu beratnya ibarat gunung, terbukti dengan hukuman yang dilaksanakan barusan, hamba sekalian benar-benar merasa kagum."

Kho Soat Teng, Bu Kin Tojin serta Poan Tau To juga serentak menyatakan terima kasihnya.

Kelima orang ini sudah lama merasa sebal dengan sikap Oey Liong Su yang selalu mencari muka, Orang itu mempunyai watak yang rendah dan dibenci oleh mereka semua. Melihat Kaucu mengambil tindakan tegas dengan membunuhnya, tentu saja mereka merasa puas sekali.

Hong Kaucu menunjuk kepada Siau Po.

"Bukannya aku ingin mengampuni selembar jiwa bocah ini, tapi dia mengetahui sebuah tempat penyimpanan harta karun di perbatasan Liau Tong. Kalau bukan dia yang menunjukkan kita tidak akan menemukannya, Setelah mendapatkan harta karun itu, tentu mudah bagi kita untuk membangun kembali perkumpulan Sin Liong Kau kita," katanya. 

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan lagi, "Tadi kalian mengatakan bahwa anggota-anggota yang muda tidak ada gunanya dan kalian menasehati aku agar mempertimbangkannya lagi, Setelah aku memikirkannya baik-baik, kata-kata kalian memang beralasan. 

Oleh karena itu aku mengambil keputusan untuk menuruti permintaan kalian. Kelak apabila kita membangun kembali partai Sin Liong Kau, kita harus lebih teliti memilih anggota baru, sebaiknya memang orang yang lebih tua karena dapat diandalkan, dan jangan sampai kegagalan yang dulu terulang Iagi."

Wajah Kho Soat Teng dan yang lainnya menjadi cerah, serentak mereka memberi hormat dan menyatakan perasaan terima kasih.

Hong Kaucu mengeluarkan dua botol kecil dari saku pakaiannya, Dari botol masing- masing dituangkannya lima butir pil, Lima butir berwarna kuning, dan lima butir lainnya berwarna merah. BotoI pil itu dimasukkannya kembali ke dalam saku, butiran pilnya sendiri tetap digenggam dalam tangan.

"lnilah pil-pil penawar racun I Kin Wan, kalian masing-masing menelan dua butir..." Tentu saja Kho Soat Teng beserta rekannya senang sekali mendengar ucapan Hong Kaucu, Mereka segera menyatakan terima kasih, Kemudian pil yang disodorkan itu pun langsung mereka terima.

"Lekas kalian minum pil penawar racun itu!" kata Hong Kaucu.

Kelima orang itu segera memasukkan dua butir pil ke mulut masing-masing lalu ditelannya tanpa ragu-ragu lagi.

Bibir Hong Kaucu menyunggingkan senyuman.

"Bagus sekali!" katanya. Tapi tiba-tiba dia membentak "Liok Kho Hian, apa yang ada di tangan kirimu?"

Liok Kho Hian menyurut mundur dua langkah.

"Tidak.... Tidak ada apa-apa. " Tangan kirinya diturunkan ke bawah, telapaknya 

dikepalkan.

"Buka kepalan tangan kirimu!" kata Hong Kaucu dengan nada tajam suaranya begitu keras sehingga telinga orang-orang yang mendengarnya merasa mendengung.

Tubuh Liok Kho Hian limbung, perlahan-lahan dia membuka telapak tangan kirinya, Terdengar suara trak!, sebutir pil terjatuh di atas tanah.

Wajah Kho Soat Teng berempat langsung berubah hebat, tapi mereka sadar bahwa otak Liok Khi Hian brillian sekali, tentu ada rencana tertentu mengapa dia berbuat demikian Dia pasti mempunyai alasan tersendiri mengapa pil tersebut tidak ditelannya. Tapi mereka berempat sudah menelan pil itu ke dalam perut Apa lagi yang harus disesalkan?

Dengan sinis Hong kaucu berkata.

"Pil itu merupakan pil Soat Som yang dapat menguatkan badan serta menyehatkan, mengapa kau menaruh kecurigaan kepada Kaucumu ini sehingga secara diam-diam kau menyembunyikan pil itu dan tidak mau menelannya?"

"Hamba... tidak berani... namun belakangan i. ni kesehatan hamba sedang 

terganggu, karena kesalahan dalam latihan, maka jalan darah di tubuh hamba tidak da... pat menga... lir dengan lancar.... itu. lah sebabnya.,, hamba menyimpan pil 

vitamin pemberian Kaucu ini. Maksud hamba baru akan menelannya setelah bersemedi melancarkan jalan da... rah nanti malam Hamba khawatir... khasiatnya a. kan sia-sia 

bila ditelan sekarang. "

Mimik wajah Hong Kaucu berubah agak lunak. "Begitu rupanya, jalan darah bagian mana yang tersumbat? Masalah itu mudah sekali, aku bisa membantumu melancarkan kembali jalan darah itu. Kau kemarilah!"

Liok Kho Hian melangkah mundur satu tindak.

"Hamba tidak berani merepotkan Kaucu," sahutnya, "Asal hamba rajin bersemedi, lama-kelamaan penyakit ini pasti akan sembuh."

Hong Kaucu menarik nafas panjang.

"Kalau begitu, kau masih tidak bisa mempercayai aku sepenuh hati?" tanyanya. "Hamba tidak berani mempunyai pikiran demikian," sahut Liok Kho Hian.

Hong Kaucu menunjuk ke arah pil yang sudah dipungut oleh Liok Kho Hian.

"Sebaiknya kau telan saja pil itu sekarang, seandainya nanti jalan darahmu masih tersumbat juga, aku toh tidak mungkin berdiam diri?"

Liok Kho Hian menatap pil di tangannya, Untuk sesaat dia tidak berkata apa-apa. Tiba-tiba dia menjentikkan jari telunjuknya sehingga pil itu melayang jauh serta menghilang di balik bukit.

"Hamba sudah menelan pilnya, terima kasih Kaucu!" katanya. Hong Kaucu tertawa terbahak-bahak.

"Bagus, bagus! Ternyata nyalimu tidak kecil juga!"

"Hamba sangat setia kepada Kaucu, Apabila Kaucu sudah memutuskan untuk memberikan pil penawar racun, mengapa Kaucu harus menambahkan sebutir pil lainnya yang daya racunnya terlebih berat lagi? Hamba tidak merasa bersalah, karena itu hamba tidak sudi menerima hukuman," sahut Liok Kho Hian.

Kho Soat Teng serta yang lainnya terkejut sekali mendengar pernyataan itu. "Pil yang racunnya lebih dahsyat? Pil racun apa itu?" tanya mereka serentak.

"Kaucu mengumpulkan bisa dari seratus ekor ular berbisa serta seratus ekor ulat yang berbisa pula, Racunnya diracik menjadi pil ini. Apakah pil ini dapat digunakan sebagai "Racun lawan racun", hamba tidak jelas, Kemungkinan memang ada khasiatnya, tapi nyali hamba terlalu kecil sehingga tidak berani mencobanya." Sahut Liok Kho Hian sebagai penjelasan.

Rasa terkejut di hati Kho Soat Teng dan yang lainnya semakin menjadi-jadi. serentak mereka maju ke samping Liok Kho Hian dan berdiri berendeng dengannya. Dengan mata mengandung kecurigaan, mereka menatap ke arah Hong Kaucu. "Bagaimana kau bisa tahu bahwa ini pil seratus racun?" tanya Hong Kaucu dengan nada dingin, "Kau hanya mengoceh sembarangan dengan maksud mengadu domba sehingga perasaan yang lainnya menjadi bingung."

Liok Kho Hian menunjuk kepada Pui Ie. "Tempo hari aku melihat Nona Pui sedang mencari keong siput, aku bertanya untuk apa, dia bilang telah mendapat perintah Kaucu mencari siput untuk meracik obat, sedangkan kertas yang menuliskan komposisi pembuatan pil tersebut, juga tanpa sengaja telah terlihat olehku, Meskipun di sana juga tertera bahwa racun dalam pil ini baru akan bekerja setelah tiga tahun sejak diminum, tapi yang mengkhawatirkan justru Kaucu belum pernah membuat pil ini, jadi kita tidak bisa yakin bahwa racunnya baru akan bekerja setelah tiga tahun, Kedua, hamba masih ingin hidup lebih lama lagi, tidak sudi hidup tiga tahun saja lalu mati."

Rona wajah Hong Kaucu berubah kehitam-hitaman. "Bagaimana kau bisa melihat kertas racikan obatku?" tanyanya. Liok Kho Hian melirik sekilas ke arah Hong Hujin.

"Hujin menyuruh aku mengambilkan obat untuknya di peti obat Kaucu, Kertas racikan obat itu justru adanya di dalam peti tersebut," sahut Liok Kho Hian.

"Ngaco belo! seandainya Hujin ingin meminum obat, dia pasti akan memintanya kepadaku, mengapa dia harus menyuruhmu mengambilnya? Lagi-pula peti obatku itu selamanya dalam keadaan terkunci, mengapa kau berani membukanya dengan lancang?" bentak Hong Kaucu. 

Sesaat kemudian, dia menoleh kepada istrinya. "Apakah kau yang membukakan?" tanyanya pula.

Wajah Hong Hujin menjadi pucat pasi, kemudian dengan perlahan-lahan dia menganggukkan kepalanya.

"Obat apa yang kau cari? Mengapa kau tidak mengatakannya kepadaku?" tanya Hong Kaucu kembali.

Tiba-tiba wajah Hong Hujin berubah menjadi merah padam, lalu menjadi pucat kembali. Tubuhnya terhuyung-huyung, mendadak dia meraba perutnya dan terdengarlah suara Hoakkk!! sebanyak dua kali. Rupanya dia termuntah-muntah, tapi yang terlihat hanya air yang berwarna kehijauan.

Hong Kaucu mengerutkan alisnya, Kemudian dia berkata dengan nada lembut. "Apa yang terasa tidak enak? Lebih baik kau duduk saja agar dapat beristirahat 

sejenak."

Tiba-tiba Tuan Puteri berteriak. "Dia sudah ada bayi dalam perutnya, Dasar Tua bangkai sendirinya akan punya anak saja, tidak tahu!"

Hong Kaucu terkejut setengah mati. DicekaInya lengan Hong Hujin lalu bertanya dengan nada tajam.

"Apakah benar apa yang dikatakannya.

Hong Hujin kembali mendekap perutnya, muntahnya semakin menjadi-jadi.

"Kau ingin mencari obat untuk menggugurkan kandunganmu, bukan?" tanya Hong Kaucu dengan suara menyeramkan.

Selain Liok Kho Hian, orang-orang lainnya semua merasa heran, Hong Kaucu tidak mempunyai keturunan, lagipula dia sayang sekali kepada Hong Hujin, istrinya, seandainya perempuan itu melahirkan seorang anak baginya, baik laki-laki maupun perempuan, tentu merupakan hal yang menggembirakan. 

Mengapa wanita itu justru ingin menggugurkan kandungannya? Mereka menduga kemungkinan terkaan Hong Kaucu kali ini pasti keliru.

Siapa sangka Hong Hujin malah menganggukkan kepalanya perlahan-lahan. "BetuI, aku memang ingin menggugurkan kandungan ini. Sekarang kau bunuh saja 

aku!" tantangnya.

Hong Kaucu menaikkan telapak tangannya, lalu kembali bertanya dengan nada tajam.

"Siapa ayahnya?"

Semua orang tahu kepandaian Hong Kaucu tinggi sekali, Kalau tangannya itu sampai diayunkan, pasti nyawa Hong Hujin akan melayang seketika. Tapi wanita itu malah mendongakkan kepalanya dan menyahut dengan tenang.

"Aku sudah bilang, kau boleh membunuhku, mengapa kau tidak segera turun tangan?"

Sinar mata Hong Kaucu seakan memancarkan api. Dengan suara bergetar ia berkata.

"Aku tidak akan membunuhmu Kau katakan saja, anak siapa yang ada dalam kandunganmu itu?"

Hong Hujin menutup mulutnya rapat-rapat, sikapnya keras kepala seakan dia memang sudah bersiap untuk mati. Hong Kaucu menolehkan kepalanya ke arah Liok Kho Hian. "Apakah kau ayahnya?" tanyanya dengan mata mendelik.

"Bukan, bukan," sahut Liok Kho Hian cepat, "Hamba sangat menghormati Hujin yang seperti Dewi, mana berani hamba melakukan pelanggaran sebesar itu?"

Sinar mata Hong Kaucu yang tadinya tertuju kepada Liok Kho Hian secara perlahan- lahan beralih kepada Kho Soat Teng, Thio Tam Goat, Bu Kin Tojin lalu Poan Tau To. Di mana sinar matanya berhenti, orang itu pasti merasa bergidik.

"Bukan siapa-siapa!" teriak Hong Hujin, "Kau bunuh saja aku, untuk apa banyak tanya?"

"Dia toh istrimu, tentunya yang ada dalam perutnya pasti anakmu, Kenapa malah curiga yang bukan-bukan? Dasar pikun!" kata Kian Leng kongcu dengan suara keras.

"Tutup mulutmu! Kalau kau mengucapkan satu patah kata lagi, pertama lehermu yang akan kupelintir!" bentak Hong Kaucu.

Kian Leng Kongcu segera menutup mulutnya rapat-rapat, meskipun hatinya merasa tidak puas, Mana dia tahu bahwa sejak muda Hong Kaucu belajar ilmu tenaga dalam tingkat tinggi yang membuat dirinya tidak boleh berhubungan intim dengan wanita. 

Pernikahannya dengan Hong Hujin hanya untuk menjaga mukanya, kenyataannya dia tidak pernah menyentuh wanita itu. Karena itu pula, dia segera menyadari bahwa wanita itu telah menyeleweng dengan orang lain sehingga hamil, ini juga merupakan salah satu alasan mengapa dia sangat menyayangi wanita itu. 

Dia merasa dirinya bukanlah suami yang sempurna, Dengan menuruti apa pun kemauan Hong Hujin, mungkin dia dapat memberinya sedikit kebahagiaan.

Saat ini, tiba-tiba saja dia mengetahui kehamilan istrinya, Berbagai perasaan berkecamuk dalam batinnya, malu, kecewa, marah, sesal, kasihan, sedih. 

Tangannya yang terangkat di udara tidak sanggup diayunkannya ke kepala perempuan itu, Dia menolehkan kepalanya kepada Kho Soat Teng dan yang lainnya, Wajah mereka memancarkan perasaan takut, Dalam hati, Hong Kaucu berpikir.... -- Urusan yang memalukan ini telah diketahui oleh mereka semua, mana aku ada muka lagi untuk menjadi Kaucu mereka? Orang-orang ini harus dibasmi bersih, tidak boleh meninggalkan seorang pun yang hidup, Asal ada setitik saja desas-desus yang tersebar keluar, orang-orang dari dunia kangouw pasti akan menertawakan aku, pendekar macam apa aku jadinya? -

Hawa pembunuhan telah memenuhi hatinya, Dia langsung melepaskan cekalannya pada lengan Hong Hujin, Tiba-tiba dia menghambur ke depan dan meringkus Liok Kho Hian. "Semua ini gara-gara engkau yang memulai kekacauan!" bentaknya.

"Kau ingin membunuhku agar mulut ini bung.,." sahut Liok Kho Hian setengah jalan.

Kata-kata "bungkam" belum sempat diselesaikannya, tiba-tiba batok kepalanya terasa ditepuk dengan keras, Rupanya telapak tangan Hong Kaucu telah menghajarnya. Kedua matanya mendelik seketika, dan dalam waktu kurang dari tiga detik jiwanya pun sudah melayang.

Melihat perubahan itu, Kho Soat Teng dan yang lainnya sadar bahwa Hong Kaucu memang ingin membunuh mereka semua agar rahasianya tidak bocor.

Keempat orang itu segera mencabut senjata masing-masing dan melintangkannya di depan dada untuk melindungi diri.

"Kaucu, semua ini merupakan urusan pribadimu, tidak ada hubungannya dengan hamba sekalian!" teriak Kho Soat Teng.

"Hari ini semua orang kembali ke asalnya bersama-sama, satu pun jangan harap dapat meloloskan diri!" bentak Hong Kaucu sembari menerjang kepada Kho Soat Teng berempat.

Poan Tau To mengangkat goloknya yang seberat dua puluh kati lebih tinggi-tinggi, dari atas dia membacok ke bawah, serangannya dahsyat bukan main.

Hong Kaucu menggeser badannya sedikit untuk menghindar telapak tangan kanannya menghantam ke arah kepala Tio Tam Goat, sepasang Poan Koan Pit yang merupakan senjata andalan Tio Tam Goat secara berturut-turut- mengirimkan dua buah serangan kepada Hong Kaucu. 

Dalam waktu yang bersamaan, golok Bu Kin lojin juga mengancam bagian pinggang ketua itu. Hong Kaucu mendengus keras, tubuhnya mencelat ke udara, tapi arahnya tetap kepada Tio Tam Goat.

Sepasang senjata Tio Tam Goat seolah sepasang belati yang bukan main tajamnya, dalam sekejap digerakkannya sebanyak tujuh delapan kali, jurus ini dinamakan "Jit Seng Kit Goat" (Tujuh bintang mengerumuni rembulan), juga merupakan jurus serangan yang diandalkannya, serangannya lihay sekali.

Telapak tangan Hong Kaucu yang diarahkan kepadanya tiba-tiba mendarat perlahan- lahan di pinggang Tio Tam Goat. Serentak orang tua itu juga mencelat mundur Terdengar suara teriakan Tio Tam Goat. Tubuhnya terjatuh dan bergulingan di atas tanah. Kemudian melonjak bangun, tapi mendadak dia merasa sebagian kiri tubuhnya ngilu dan nyeri.

"Hari ini kalau kita tidak membunuhnya, siapa pun jangan harap bisa meloloskan diri dalam keadaan hidup!" teriaknya. Keempat orang itu menggerakkan senjata masing-masing dan lagi-lagi menyerang Hong Kaucu, Keempat orang ini merupakan tokoh nomor satu dalam perkumpulan Sin Liong kau, apalagi ilmu silat yang dikuasai oleh Poan Tau To dan Kho Soat Teng, kehebatannya jangan ditanyakan lagi.

Golok besar Poan Tau To digerakkan secara memutar ke atas sebanyak delapan sembilan kali, Suara golok itu sampai mendengung-dengung, bagian yang ditujunya selalu bagian mematikan, sepasang Poan Koan Pit di tangan Kho Soat Teng justru merupakan sepasang senjata kecil yang ber-bahaya, Setiap jurusnya mengarah jalan darah yang mematikan. 

Pedang putih Bu Kin To jin menimbulkan seberkas cahaya putih keperakan, dalam hati dia merasa hidupnya tidak akan dapat bertahan lama lagi, karena dia telah menelan pil racun yang mematikan. 

Sebelum mati, bagaimanapun dia harus berhasil membunuh musuh besarnya yang licik itu. Karena itu, dari sepuluh serangannya, sembilan di antaranya pasti merupakan serangan yang mengandung maut. Setidaknya dia ingin mati bersama orang yang dibencinya itu.

Sedangkan Tio Tam Goat teringat kegagaIannya dalam melaksanakan tugas yakni mencuri kitab "Si Cap Ji Cin Keng", Apabila tidak ada bantuan dari Bu Kin lojin dan Kho Soat Teng, hari itu juga dia sudah dihukum mati oleh Hong Kaucu. 

Dia sudah mendapat perpanjangan hidup, nyawanya sendiri seakan hasil pungutan dari tengah jalan, Karena itu, meskipun sebagian tubuhnya terasa ngilu dan nyeri, dia tetap melancarkan serangan.

Ilmu silat Hong Kaucu sendiri jauh di atas ke empat orang itu. Apabila dia ingin mencabut nyawa salah seorang di antaranya, tentu merupakan hal yang mudah baginya. 

Tapi keempat orang itu menyerangnya dengan gencar, bila dia ingin membunuh salah satu di antaranya, tentu dirinya sendiri tidak bisa menghindarkan diri dari ancaman terluka.

Setelah bertempur kurang lebih puluhan gebrakan, hawa amarah dalam dadanya lambat laun mereda, Begitu hatinya terasa tenang, jurus yang dimainkannya pun semakin mantap. sepasang tapak tangannya menghantam ke sana-sini untuk mengelakkan serangan lawan-lawannya. 

Tampaknya, meskipun dikeroyok empat orang, pimpinan Sin Liong kau itu masih belum terjatuh di bawah angin, Dia melihat serangan tangan kiri Tio Tam Goat semakin melemah, dalam hati dia yakin inilah saat yang bagus untuk turun tangan, tanpa ragu lagi dia membalas serangan dengan dahsyat. Sementara itu, Siau Po melihat kelima orang itu sedang bertempur dengan seru, Diam-diam dia menjawil ujung lengan baju si Tuan Puteri dan Bhok Kiam Peng, Dia juga memberi isyarat kepada Cin Ju agar mereka jangan bersuara, Keempat orang itu membalikkan tubuhnya dan mengendap-endap berjalan ke kaki gunung, Hong Kaucu sedang bertempur menghadapi keempat lawannya, siapa pun tidak ada yang memperhatikan gerak-gerik mereka. seandainya mereka melihat sekali pun, tentu tidak ada yang sempat meluangkan waktu untuk mencegah kepergian mereka.

Setelah berjalan beberapa saat, jarak antara mereka dengan Hong Kaucu sudah agak jauh, maka hati mereka terasa tenang, Siau Po menolehkan kepalanya, tampak kelima orang itu bertempur semakin seru. Dalam waktu yang singkat tentu sulit menentukan siapa yang akan kalah atau menang.

"Mari kita pergi selekasnya!" seru Siau Po kepada yang lainnya,

Keempat orang itu mempercepat langkah kaki-nya. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara langkah susulan, rupanya ada dua orang yang mengejar ke arah mereka. 

Kedua orang itu ialah Hong Hujin dan Pui Ie. Ke empat orang itu terkejut sekali, Senjata mereka telah dilucuti musuh ketika tertawan Masih lumayan kalau hanya menghadapi Pui Ie, tapi justru Hong Hujin ikut mengejar sedangkan ilmu silat wanita itu tinggi sekali. Mereka merasa tidak sanggup menghadapi lawan, maka mereka segera mengambil langkah seribu.

Baru berlari puluhan Iangkah, tiba-tiba kaki si Tuan Puteri tersandung batu, sambil berteriak, tubuhnya terkulai.

Siau Po berpikir dalam hati.

- Di dalam rahimnya ada anakku, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Karena itu, dia berlari kembali untuk membimbing gadis itu.

Tampak Hong Hujin berloncatan beberapa kali, tahu-tahu dia sudah sampai di hadapan Siau Po. perempuan itu berdiri tegak sambil bertolak pinggang.

"Siau Po, kau masih hendak kabur?" tanyanya sinis. Siau Po tertawa.

"Kami bukan kabur, tapi pemandangan di sini lebih indah, lagipula anginnya juga sejuk, karena itu kami berniat bermain-main di sini," sahutnya.

Hong Hujin tertawa dingin.

"Bagus, kalau kalian memang ingin melihat pemandangan indah! Mengapa aku tidak diajak?" Ketika dia berbicara, Pui Ie pun sudah tiba di sampingnya. Bhok Kiam Peng serta Cin Ju melihat Siau Po tertahan oleh Hong Hujin, mereka berjalan kembali lalu berdiri mendampinginya.

"Pui suci, kau ikut saja dengan kami, dia..." kata Bhok Kiam Peng sambil menunjuk kepada Siau Po. "Dia... dia selalu baik... terhadapmu, lagi... pula... dulu kau sudah pernah bersumpah, tentunya kau belum lupa, bukan?"

"Aku hanya taat kepada Hujin, hanya perintah Hujin yang pantas aku jalankan," sahut Pui Ie.

"Kau taat karena dicekoki obat olehnya, Dulu aku juga pernah mengalami hal yang sama," kata Kiam Peng pula.

Siau Po baru tersadar, rupanya berkali-kali dia dikhianati oleh Pui Ie hanya karena gadis itu telah menelan obat dari Hong Hujin, Untuk sesaat dia termangu-mangu, rasa benci di dalam hatinya sirna seketika.

"Pui cici, ikutlah dengan kami!" katanya.

Panggilan "Pui cici" sudah terbiasa diucap oleh mulut Siau Po, yakni ketika mereka sama-sama naik perahu datang ke Sin Liong to ini. Tentu saja Pui Ie dapat mendengarnya dengan jelas, tanpa terasa pipinya berona merah.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan Hong Kau-cu,

"Hujin! Hujin! A Cuan! A Cuan! Ke mana kau?" Nada suaranya seperti panik, seakan takut ditinggalkan oleh istrinya.

Namun, Hong Hujin pura-pura tidak mendengar Hong Kaucu memanggil lagi beberapa kali, tapi perempuan itu tetap tidak menyahut.

Siau Po berlima mengalihkan pandangannya kepada Hong Hujin, Dalam hati mereka berpikir --Kaucu toh memanggilmu mengapa kau tidak menjawab? Mengapa kau tidak kembali ke sisi suamimu? --

"Kau tentu mendengar Kaucu memanggilmu bukan?" tanya Siau Po.

Perlahan-lahan Hong Hujin menggelengkan kepalanya, wajahnya merah padam. "Cepat kita tinggalkan tempat ini, kita naik perahu saja!." ujar Hong Hujin dengan 

suara lirih.

Hati Siau Po girang sekaligus terkejut mendengar kata-katanya, "Kau... kau juga ikut dengan kami?"  "Di atas pulau ini hanya ada satu perahu, Biar bagaimana aku harus ikut denganmu! Lagipula, Kaucu ingin membunuhku, apakah kau masih belum menyadarinya?" Sahut Hong Hujin. Sekali wajahnya merah padam, lalu dia mendahului yang lainnya melangkah ke depan.

Beramai-ramai mereka berlari ke bawah sejauh belasan depa, Iagi-lagi terdengar suara teriakan Hong Kaucu.

"Hujin! Hujin! A Cuan! A Cuan! Cepat kau kembali!"

Tiba-tiba terdengar pula suara teriakan seorang lainnya, tidak salah lagi, nada suara itu merupakan jeritan menyayat sebelum jiwanya melayang, Hanya saja mereka tidak yakin siapa di antara ke empat lawan Hong Kaucu yang berpulang terlebih dahulu.

Kembali Hong Kaucu berkoak-koak.

"Kau lihat! Si tua bangka Tio Tam Goat ini sudah kuhabisi! Sejak muda dia ikut denganku, sudah tua malah mau membangkang, benar-benar goblok! A Cuan! A Cuan! Mengapa kau masih belum kembali ke sini? Aku tidak menyalahkanmu, kau sudah kumaafkan! Maknya! Kau berhasil membacok aku! Ha... ha... ha... ha.,., Poan Tau To! Coba kau rasakan, apakah seranganku kali ini tidak bisa mencabut selembar nyawa anjingmu! Otakmu tumpul! Mengapa kau ikut-ikutan dengan mereka mengkhianati aku? sekarang kau cari mati! Ha ha ha!"

Hong Hujin menghentikan langkah larinya, wajahnya tampak agak berubah. "Dia sudah berhasil membunuh dua Iawan!" katanya.

Siau Po jadi panik mendengarnya.

"Lekas kita lari!" serunya gugup, Dan, tanpa menunda waktu lagi, dia mempercepat langkah kakinya.

Tiba-tiba terdengar suara geraman marah Hong Kaucu.

"Kalian berdua sang pengkhianat! Nanti aku akan kembali membereskan kalian! Hujin! Hujin! jangan pergi!"

Suara teriakannya semakin lama semakin mendekat Tampaknya pemimpin Sin Liong kau itu sudah mulai turun gunung melakukan pengejaran. Siau Po menoleh, tampak Hong Kaucu sedang menghambur ke arah mereka dengan rambut awut-awutan dan pakaian Iusuh. 

Kali ini rasa terkejutnya jangan ditanyakan Iagi, sukmanya malah terasa terbang entah ke mana. "Halangi dia! Halangi dia!" Terdengar suara teriakan Kho Soat Teng. "Dia sudah terluka parah! Kalau bukan sekarang, kelak kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk membunuhnya lagi!"

"Dia tidak bisa lari ke mana-mana!" sahut Bu Kin tojin.

Kedua orang itu mengejar Hong Kaucu dari belakang sambil mengangkat tinggi- tinggi senjata masing-masing, Tidak lama kemudian, Siau Po dan yang lainnya sudah sampai di tepi pantai, Namun, langkah kaki Hong Kaucu, Bu kin tojin dan Kho Soat Teng bukan main cepatnya, langkah kaki depan segera disusul langkah kaki belakang.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar