Kaki Tiga Menjangan Jilid 77

Jilid 77

"Budak cilik, kemarilah!" Panggil si kakek. "llmu yang kau gunakan berasal dari Hoa San pai, bukan?"

"Aku tidak mau ke sana!" teriak Song Ji. "Kau telah membunuh Gouw toakoku, aku ingin membalaskan dendam baginya, Dan aku juga ti... dak tahu apa Hoa San pai. "

Ketika Ho Ie Siu menurunkan ilmunya kepada Sam nay nay dan Song Ji sekalian, dia juga tidak benar-benar menerima mereka sebagai murid, Karena itu mereka tidak pernah menjalani adat penyembahan guru. Karena itu pula baru pertama kali ini Song Ji mendengar nama Hoa San pai.

Si kakek juga tidak menarik panjang urusan itu dengan Song Ji. Tiba-tiba dia menarik nafas dalam-dalam dan berteriak.

"Murid atau cucu murid Hong Lam Tek, semuanya keluar!"

Suaranya tidak berapa keras, tapi bergelombang sampai jauh, Bahkan debu-debu di atas tiang penglari beterbangan ke mana-mana karena getaran suaranya.

Si kakek mempunyai tiga orang saudara seperguruan Yuan Jin Ci berada di luar perbatasan yang jauh. Kakak seperguruannya yang satu lagi sudah meninggal lama sekali. Dan yang terakhir ketua Hoa San pai juga sudah menutup mata, sekarang perguruan itu dikendalikan oleh murid sulungnya, Hong Lam Tek. 

Seandainya di dalam perkampungan itu terdapat orang Hoa San pai, pasti murid atau cucu murid kakak seperguruannya itu, Tapi, ternyata setelah berteriak sekian Iama, tidak terdengar suara sahutan sedikit pun. "Tahun lalu orang-orang gagah di tanah air merundingkan cara membunuh si pengkhianat besar Gouw Sam Kui," kata Tan Kin Lam. "Sedangkan murid keponakanmu itu, yakni Hong Lam Tek justru menjadi pemimpin pertemuan membunuh kura-kura tersebut. Mengapa locianpwe sendiri malah bersekongkol dengan Gouw Sam Kui dan membunuh anggota perkumpulan kami? Bukankah perbuatan locianpwe membuat derita sesama dan membuat senang pihak musuh?" 

Cara bicaranya memang sungkan, tapi nadanya justru mendesak sekali, Kui Ji Nio melirik Tan Kin Lam sekilas, "Pernah ada orang yang mengatakan bahwa apabila belum bertemu dan berkenalan dengan Tan Kin Lam, rasanya belum pantas disebut seorang pendekar. Kami suami istri sudah malang melintang sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Apakah kami harus menunggu sampai kau dilahirkan baru kami pantas disebut pendekar? Hm! Benar-benar menggelikan!" ejeknya.

"llmu cayhe tentu tidak dapat dibandingkan dengan kalian pasangan suami istri, Apabila orang-orang dalam dunia kangouw memandang tinggi cayhe, itu karena menurut mereka cayhe bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, cayhe tidak sembarangan bertindak atau pun bergaul dengan manusia-manusia rendah," sahut Tan Kin Lam.

"Oh? Jadi kau menuduh kami mengambil tindakan seenaknya dan bergaul dengan manusia-manusia rendah?" teriak Kui Ji Nio.

"Gouw Sam Kui kan seorang pengkhianat besar, apakah dia tidak terhitung manusia rendah?" tanya Tan Kin Lam.

"Gouw Liok Kie ini menggunakan kekuasaannya untuk mengumbar kejahatan, Dia adalah seorang pembesar bangsa Tatcu, Entah berapa banyak rakyat Han kami yang telah ditindasnya! Mengapa sedikit-sedikit kalian menyebutnya sebagai toako? Bukankah perbuatan kalian sendiri sembarangan dan bergaul dengan manusia rendah juga?" teriak Kui Ji Nio tidak mau kalah.

"Meskipun tubuh Gouw toako berada di tempat bangsa Ceng tapi jiwanya berpihak pada kami bangsa Han. Dia sengaja menduduki jabatan di Cuang Tung, Dengan demikian, apabila tiba saatnya untuk merebut kembali negara kita, dia dapat menggerakkan pasukannya untuk membantu. Di samping itu, dia juga serang hiocu bagian Hong Sun tong dari Thian te hwe kami. Saudara-saudara dari Hong Sun Tong, bukankah benar apa yang aku katakan?" teriak Ma Co Heng yang marah sekali.

Serentak anggota Thian Te hwe berseru menyatakan persetujuan mereka akan ucapan Ma Co Heng.

"Betul, betul!"

"Bukalah baju kalian dan biarkan kedua lo eng hiong ini melihat dada kalian!" kata Ma Co Heng pula. Dua puluh orang lebih segera membuka pakaiannya, Bahkan ada yang melakukannya dengan kasar yakni mengoyak sekeras-kerasnya sehingga kancing baju mereka putus dan berjatuhan. Dengan demikian dada mereka pun terlihat jelas, Tampak dada setiap orang terdapat guratan tulisannya, "Langit adalah ayah, bumi adalah ibu, Ceng dihapus dan Beng ditegakkan", Tulisan itu dibuat seperti tato.

Sejak tadi Kui Tiong diam saja, setelah melihat dada ke dua puluhan orang itu dicacah dengan tulisan, Dia segera menepuk tangannya keras-keras.

"Menyenangkan! Menyenangkan!" soraknya.

Para anggota Thian Te hwe menatapnya dengan pandangan gusar.

"Putra Anda menganggapnya sebagai sesuatu yang menyenangkan Entah bagaimana pendapat lo eng hiong berdua?" tanya Tan Kin Lam.

Rasa pilu dalam hati Kui Heng Su tidak terkatakan, Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata kepada istrinya dengan nada sendu.

"Kita telah salah membunuh orang!"

"Ya! Salah membunuh orang, kita telah terjebak dalam siasat si pengkhianat besar, Gouw Sam Kui!" sahut Kui Ji Nio sambil mengulurkan tangannya dengan gerakan cepat dan tahu-tahu golok di pinggang Ma Co Heng telah dicabut olehnya serta ditebaskan ke arah tenggorokannya sendiri.

"Kau.." teriak Tan Kin Lam sambil menggerakkan tangannya mencengkeram pinggang kanan Kui Ji Nio. Si nenek menghantam dengan telapak tangan kanannya, Tan Kin Lam menyambut dengan tangan kiri, tubuh keduanya terhuyung-huyung. 

Tangan kanan Kui Ji Nio sekali dihantamkan ke depan, sementara itu kedua jari telunjuk Tan Kin Lam menepuk pada ujung golok. Dalam waktu yang bersamaan, pukulan si nenek pun mendarat di dadanya.

Tan Kin Lam mencelat mundur menghindari serangan itu. Dia khawatir totokannya pada golok akan meleset dan Kui Ji Nio akan berusaha membunuh dirinya lagi. 

Barusan dia telah bergebrak satu kali dengan Kui Ji Nio. Tan Kin Lam sadar karena usianya yang sudah tua, tenaga dalamnya tidak seberapa hebat lagi, tapi gerakannya justru secepat kilat, itulah yang dikhawatirkan oleh Tan Kin Lam. Karenanya, Tan Kin Lam nekad meneruskan totokannya dan rela dadanya kena dihajar oleh si nenek.

Kui Ji Nio terpaku, golok di tangannya sudah terampas oleh Tan Kin Lam. Laki-laki itu menyurut mundur dua langkah, Hoooaakk!! Mulutnya memuncratkan segumpal darah segar. Ketika Kui Ji Nio merebut golok Ma Co Heng, sebetulnya Kui Heng Su masih sempat mencegah.

Tapi karena mereka telah bersalah membunuh Gouw Liok Kie hatinya menyesal sekali, Memang telah timbul niat untuk membunuh diri guna menebus kesalahan itu, karenanya dia sama sekali tidak mencegah perbuatan istrinya. 

Dan ketika melihat Tan Kin Lam menempuh bahaya untuk merebut golok di tangan istrinya, perasaan si kakek semakin malu dan diam-diam berterima kasih sekali.

"Tan Kin Lam adalah orang gagah nomor satu di jaman ini. Tampaknya ucapan ini memang tidak berlebihan!" katanya dengan kepala menunduk.

Tangan Tan Kin Lam bertumpu pada sebuah meja, dia mengatur pernafasannya sejenak.

"Orang yang tidak tahu, dapat dianggap tidak bersalah, Biang keladi bencana yang terjadi pada diri Gouw toako asalnya bukan lain daripada Gouw... Sam. " Kembali dia 

memuntahkan darah segar. 

Usia Kui Ji Nio memang sudah tua. Tenaga dalamnya juga sudah menyusut banyak dibandingkan dulu, Tapi ketika nenek itu melancarkan serangannya, Tan Kin Lam tidak mempunyai kesempatan untuk mengerahkan hawa murninya sama sekali, Karena itulah dia menderita luka dalam yang cukup parah juga.

"Tan Cong tocu," kata Kui Ji Nio. "Apabila aku tetap ingin membunuh diri, ini berarti aku tidak menghargai pengorbananmu. Kami suami istri telah bertekad membunuh raja Tatcu, setelah itu kami akan berhitungan dengan si Pengkhianat bangsa, Gouw Sam Kui!" Selesai berkata, dia menjatuhkan dirinya berlutut di atas tanah dan menyembah tiga kali ke arah kepala Gouw Liok Kie.

"Sikap Gouw toako biasanya memang misterius sekali, orang-orang gagah dunia kangouw yang tidak tahu watak Gouw toako yang sebenarnya juga sering mencaci maki dirinya, Tujuan kalian turun tangan kali ini sebetulnya untuk membasmi para pengkhianat bangsa, tapi sayangnya... sayangnya. " Tan Kin Lam tidak dapat 

meneruskan kata-katanya karena perasaannya sedih sekali, kembali air matanya mengucur dengan deras.

Dalam hati pasangan suami istri Kui Heng Su telah bertekad. Mereka akan membunuh raja Tatcu dan Gouw Sam Kui, setelah itu mereka akan membunuh diri untuk menebus kesalahan mereka terhadap Gouw Liok Kie. 

Tapi sekarang ini, mereka tidak ingin banyak bicara. Kata-kata tanpa bukti toh tidak ada gunanya? Mereka segera menjura kepada Tan Kin Lam.

"Tan Congtocu, kami mohon diri dulu," kata mereka. "Locianpwe berdua harap tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin cayhe katakan!" seru Tan Kin Lam.

Pasangan suami istri Kui Heng Su baru saja menuntun tangan anaknya dan berniat melangkah ke luar Mendengar panggilan Tan Kin Lam, mereka pun menahan langkah kakinya.

"Gouw Sam Kui telah mempersiapkan pasukannya di In Lam dan memulai pemberontakan tampaknya situasi sekarang ini sedang kacau balau, Boleh dibilang ini merupakan kesempatan bagi kita pecinta tanah air untuk memancing di air keruh guna membangun kembali kerajaan Beng. 

Dalam beberapa hari ini, orang-orang gagah yang sehaluan dengan kita akan berkumpul di kotaraja guna merundingkan urusan ini, Bagaimana kalau locianpwe berdua ikut dengan kita ke Pe King dan mengadakan pertemuan dengan mereka?" tanya Tan Kin Lam.

Hati Kui Heng Su merasa malu dengan perbuatan keluarganya, Dia tidak ingin bertemu dengan orang gagah mana pun. Karena itu dia menggelengkan kepalanya dan bermaksud berjalan ke luar.

Siau Po mendengar ketiga orang itu akan membunuh si raja cilik, dalam hati dia berpikir Tiga manusia kura-kura ini mempunyai ilmu yang tinggi sekali. sedangkan kaisar Kong Hi yang tidak tahu apa-apa pasti tidak bersiap siaga, kemungkinan bisa mati di tangan mereka. Karenanya dia segera berseru.

"lni adalah urusan yang menyangkut negara, sedangkan kongcu kalian itu agak ceroboh kalau melakukan apa-apa. Kali ini, bila kalian melakukan kesalahan lagi, meskipun tiga batok kepala kalian dipenggal sekaligus untuk menebusnya, nama kalian tetap akan,., busuk sepanjang masa!"

Siau Po pernah mendengar orang mengatakan peribahasa yang berbunyi, "Gajah mati meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan kulitnya, manusia mati meninggalkan namanya", Tapi untuk sesaat dia tidak bisa menyebutkan ungkapan itu, karenanya dia hanya mengatakan "nama kalian akan busuk sepanjang masa"

Meskipun demikian, suami istri Kui Heng Su mengerti maksudnya, walaupun ilmu silat mereka tinggi sekali, tapi pengetahuan mereka tidak begitu luas. pergaulan mereka pun terbatas, kalau tidak, tak mungkin mereka bisa terkecoh oleh omongan Gouw Sam Kui dan tanpa menyelidiki benar tidaknya lagi, mereka langsung membunuh Gouw Liok Kie. Mendengar ucapan Siau Po, hati mereka tercekat.

-- Rencana membunuh kaisar memang merupakan urusan yang menyangkut kesejahteraan seluruh negara! - pikir mereka dalam hati.

"Raja yang sekarang usianya masih kecil, dia belum mengerti apa-apa. Karena itulah, Gouw Sam Kui sampai bisa menimbulkan kekacauan dengan memberontak.  Apabila kalian membunuhnya, tentu ada seorang Bangsa Tatcu yang besar menjadi penggantinya, orang ini tentu tidak bodoh. Kalau hal ini sampai terjadi, urusan negara kita ini bisa hancur di tangan kalian," kata Siau Po pula.

Perlahan-lahan Kui Heng Su menganggukkan kepalanya kemudian membalikkan tubuhnya.

"Locianpwe berdua, bocah ini masih terlalu muda, ucapannya tidak mengenal sopan santun, harap kalian berdua jangan ambil hati," kata Tan Kin Lam sambil menjura, "Meskipun demikian, usulnya tadi boleh menjadi pertimbangan. Bagaimana kalau kita berunding terlebih dahulu dan sesudahnya baru mencari jalan untuk bertindak?"

Dalam hati Kui Heng Su berpikir, sekali salah masih tidak apa-apa, tapi jangan sampai terulang lagi. jangan karena perasaan bersalahnya, akhirnya malah kembali mencelakakan rakyat seluruh negaranya.

"Baiklah! Kami akan mendengar perintah Tan Cong tocu!" katanya.

"Kata-kata perintah, cayhe sama sekali tidak berani menerimanya, Besok siang kita bersama-sama berangkat ke kotaraja, pada malam harinya kita akan berkumpul di tempat kediaman bocah ini untuk merundingkan urusan besar, entah bagaimana pendapat kedua Iocianpwe?" kata Tan Kin Lam.

Kui Heng Su menganggukkan kepalanya.

"Apakah tempat tinggalmu masih sama?" tanya Tan Kin Lam pada Siau Po. "Tecu (murid) masih tinggal di gedung Tong Mao Cu di sebelah timur kota," sahut 

Siau Po.

"Lo cianpwe berdua, besok malam kita berkumpul dengan bocah ini di gedung Cu Ciak hanya," kata Tan Kin Lam pula.

"Suhu, kau jangan marah, sekarang sudah menjadi gedung Pak Ciak hu," tukas Siau Po.

"Heh, sudah naik pangkat lagi," kata Tan Kin Lam.

Kui Ji Nio mendelik kepada Siau Po. "Kau toh keponakan Gouw Sam Kui, tetapi tubuhmu di kerajaan Ceng dan hatimu di kerajaan Beng, apakah kau bermaksud membasmi saudaramu sendiri?" tanyanya ketus.

"Aku bukan keponakan Gouw Sam Kui, Gouw Sam Kui juga bukan cucuku!" sahut Siau Po seenaknya.

"Siau Po! Di hadapan orang tua, jangan kurang ajar! Ayo, cepat menyembah dan minta maaf!" Bentak Tan Kin Lam.

Siau Po mengiakan Meskipun dia menjatuhkan dirinya berlutut, tapi melakukannya dengan keenggan-engganan.

Kui Heng Su mengibaskan tangannya dan tubuh Siau Po pun terangkat bangun. Bersama-sama istri dan anaknya, dia melangkah ke luar, Meskipun dia sadar tempat di sekitar situ masih terpencil dan tidak ada sebuah penginapan atau pun rumah makan, tapi dia lebih memilih menyusahkan diri tinggal di tempat terbuka serta menahan lapar. Tampaknya mereka benar-benar enggan bersama-sama dengan orang-orang Thian Te hwe.

Sejak kecil Kui Tiong tidak mempunyai teman bermain, melihat Siau Po yang pandai bicara, serta usianya yang masih kecil, dia merasa senang sekali, Karena itu dia menggapaikan tangannya.

"Bocah cilik, kau ikut dengan aku, temani aku bermain-main!" katanya.

"Kau membunuh temanku, aku tidak sudi bermain-main denganmu!" sahut Siau Po.

Tiba-tiba terasa angin berhembus, sesosok bayangan berkebat, Kui Tiong mencelat ke depan dan mencengkeram Siau Po. Gerakannya benar-benar cepat Tan Kin Lam baru saja terluka, gerakannya tentu saja tidak leluasa, Apalagi jaraknya juga agak jauh. sedangkan para anggota Thian Te hwe lainnya yang lebih dekat saja tidak ada satu pun yang sempat mencegah.

Kui Tiong tertawa terbahak-bahak. "Kau temani aku bermain petak umpet. Kali ini kita harus main sampai puas!" katanya. 

Wajah Kui Heng Su tampak kelam "Anakku, lepaskan dia!" bentaknya, Kui Tiong tidak berani membantah ucapan ayahnya, Terpaksa dia melepaskan Siau Po. Bibir-nya langsung dower, hampir saja dia menangis tersedu, Kui Ji Nio cepat-cepat menghiburnya.

"Anakku, jangan bersedih, nanti ibu belikan dua orang budak untuk temanmu bermain," katanya .

"Aku tidak suka budak belian, aku suka bocah itu, Mak, kita beli saja dia!"

Kui Heng Su melihat sikap anaknya hanya membuat malu saja, Cepat-cepat dia menarik tangan anaknya lalu diajaknya ke luar.

Para anggota Thian Te hwe saling berpandangan. Mereka sama-sama merasa Gouw Liok Kie adalah seorang pendekar di jaman ini, sungguh mengenaskan harus mati di tangan seorang idiot, Benar-benar suatu hal yang membuat hati penasaran. "Suhu!" panggil Siau Po. "Aku akan mengundang Kakak nenek keluar agar bisa bertemu muka dengan kalian." Bersama Song Ji, dia berjalan ke ruangan belakang, ternyata Ho Ie Siu sudah pergi, sedangkan Sam Nay Nay mengatakan bahwa sebagai kaum perempuan rasanya tidak leluasa bertemu dengan rombongan dari Thian Te hwe, karenanya dia hanya menyuruh beberapa pembantu keperluan mereka.

Keesokan harinya, Siau Po berpamitan dengan tuan rumah lalu berangkat ke kotaraja bersama-sama rombongan Tan Kin Lam.

"Siau Po, pasangan suami istri berniat membunuh raja Tatcu, tapi dia sudah berjanji untuk merundingkan caranya dengan kita sebelum turun tangan, sesampainya di kotaraja, kau tidak boleh menyampaikan urusan ini kepada si raja cilik, jangan sampai dia mengadakan persiapanmu" kata Tan Kin Lam.

Sebetulnya memang pernah terselip niat itu dalam hati Siau Po, tapi Tan Kin Lam telah memperingatkannya, karena itu dia terpaksa menyahut.

"Tentu tidak, dia merupakan raja Bangsa Tatcu yang telah merebut negara kita, Aku menjadi pembesar dalam pemerintahan kerajaan Ceng juga atas perintah Suhu, mana mungkin aku mengungkapkan masalah ini kepadanya?"

"Baguslah kalau begitu, Apabila kata-katamu sekarang ini tidak tulus dan di kemudian hari kau melakukan perbuatan yang tidak terpuji, aku akan menjadi orang pertama yang tidak sudi mengampunimu!" kata Tan Kin Lam tegas.

"Suhu, harap kau jangan khawatir!" sahut Siau Po. Tapi dalam hati dia berkata, - Aku justru yang rada khawatir --

Diajaknya Song Ji, serta rombongan Ci Thian Coan untuk menemui Thio Yong dan Tio Liang Tong, mereka menggiring si permaisuri palsu ke kotaraja.

Begitu sampai di gedung tempat tinggalnya, Siau Po langsung teringat kepada kaisar Kong Hi.

- Si Raja cilik adalah temanku, bagaimana mungkin aku membiarkannya mati di tangan ketiga ekor kura-kura itu. Ah! Ada! Aku akan pergi ke istana dan menyiapkan penjagaan yang ketat Aku toh telah berjanji kepada Suhu untuk tidak menyampaikan urusan ini kepada si Raja cilik. Tapi dengan ketatnya penjagaan, aku bisa menggagalkan usaha para kura-kura itu tanpa harus membocorkan rahasia, --

Dengan membawa pikiran demikian, Siau Po bermaksud berjalan ke luar, tapi baru sampai di depan pintu, dia melihat Tan Kin Lam dan yang lain-Iainnya juga sudah sampai. Dalam hati Siau Po mengeluh.

-- Mengapa mereka begitu cepat sampai kemari? - Terpaksa dia pura-pura membangkitkan semangatnya dan menyambut mereka dengan tersenyum ramah. Tidak lama kemudian, para anggota Thian Te hwe yang lain juga mulai berdatangan. Kemudian tampak Bhok Kiam Seng ikut hadir bersama-sama Liu Tay Hong, Yau Tay Say cu Gouw Lip Sin, Sin Jiu Ki Su Sou Kang, Orang-orang Bhok onghu sudah beberapa hari berada di kotaraja. Begitu mendapat kabar, mereka segera berkumpul di tempat kediaman Siau Po.

Mereka menikmati hidangan yang disajikan oleh Siau Po. Setelah selesai, mereka harus menunggu agak lama juga baru Kui Heng Su muncul dengan anak dan istrinya, Siau Po menyuruh orangnya menyiapkan meja hidangan kembali, tapi Kui Ji Nio segera berkata dengan nada tawar, "Kami sudah makan."

Kui Tiong mengedarkan pandangannya ke sana ke mari, Dia melihat ruangan tempat tinggal Siau Po ini mewah sekali.

"Bocah cilik, dekorasi ruanganmu ini ternyata tidak kalah dengan tempat tinggal Peng Si Ong, Rupanya kau tidak berbohong ketika mengatakan bahwa Gouw Sam Kui adalah pamanmu," katanya. 

"Betul, Gouw Sam Kui memang,..." Tiba-tiba dia menghentikan ucapannya, Tadinya dia hendak meniru ucapan Kui Tiong dengan mengatakan "Gouw Sam Kui adalah pamanmu. " Tapi dia sadar, apabila dia meneruskan kata-katanya, gurunya, Tan Kin 

Lam pasti akan marah. 

Karena itu dia segera berganti haluan, "Kalau kalian sudah makan, mari kita ke ruangan timur untuk minum teh saja!"

Setelah sampai di ruangan timur, mereka menikmati teh serta makanan kecil, Setelah selesai, Siau Po menyuruh para pelayannya mengundurkan diri, Tan Kin Lam juga memerintahkan beberapa anggota perkumpulannya untuk berjaga-jaga di sekitar tempat itu. Kemudian dia baru menutup pintu rapat-rapat.

Tan Kin Lam segera memperkenalkan pasangan suami istri Kui Heng Su kepada orang-orang dari Bhok onghu, Meskipun si kakek dan si nenek sudah lama mengasingkan diri, tapi baik Liu Tay Hong maupun Gouw Lip Sin sekalian masih mengagumi mereka.

Kui Ji Nio merasa acara perkenalan sudah cukup, Dia segera membuka suara. "Gouw Sam Kui telah mengerahkan pasukannya untuk menyerbu wilayah Ho Lam 

dan Si Cuan. Tentara-tentaranya terdiri dari orang-orang yang sudah terlatih, 

Kemungkinan mereka akan memperoleh hasil gemilang, Meskipun pada waktu dulu Gouw Sam Kui pernah mengkhianati kita dan berpihak pada musuh, tapi bagaimanapun dia tetap seorang Bangsa Han, bangsa kita. Jadi, menurut loya (suaminya) kami, lebih baik kita bunuh saja raja Tatcu dan membiarkan Gouw Sam Kui berhasil dengan pemberontakannya, Dalam keadaan yang kacau balau, kita malah bisa meraih banyak keuntungan." "Memang sudah sepantasnya kalau raja Tatcu dibunuh, tapi dengan demikian, bukankah sama saja artinya bahwa kita telah memberikan bantuan kepada Gouw Sam Kui?" kata Bhok Kiam Seng menyatakan pendapatnya.

"Pada waktu dulu Gouw Sam Kui telah mencelakai Bhok ongya, Tidak heran apabila Bhok kongcu sekarang tidak sudi melepaskannya, Tapi ada perbedaan antara Bangsa Han dan Bangsa Boan. Pertama-tama kita bunuh dulu si Raja Tatcu, setelah itu, toh masih belum terlambat untuk membuat perhitungan dengan Gouw Sam Kui!" kata Kui Ji Nio.

"Apabila Gouw Sam Kui sampai berhasil dengan pemberontakannya," ujar Liu Tay Hong ikut memberikan pendapat "Tentu dia akan mengangkat dirinya menjadi raja. Pada saat itu, apabila kita ingin membunuhnya, tentu tidak mudah lagi. Kalau menurut pendapat boanpwe (aku yang lebih muda), lebih baik kita biarkan saja Gouw Sam Kui ber-gontok-gontokkan dengan Raja Tatcu. 

Paling baik kalau kedua belah pihak sama-sama hancur. Kita toh tinggal memungut hasilnya, itulah alasannya mengapa boanpwe mengusulkan agar Raja Tatcu itu jangan dibunuh dulu."

Meskipun Liu Tay Hong juga sudah tua, tapi nama pasangan suami istri Kui Heng Su lebih dulu terkenal daripadanya, Karena itulah dia membahasakan dirinya sendiri boanpwe, sedangkan permusuhan antara Bhok onghu dan Gouw Sam Kui tidak terkatakan dalamnya, Biar bagaimana mereka mengharapkan pengkhianat itu yang dibunuh terlebih dahulu.

"Gouw Sam Kui semata-mata hanya memikirkan rakyat Han. Kalau kalian tidak percaya, di sini ada sepucuk surat pernyataan yang dibuat oleh Gouw Sam Kui ketika mula-mula dia mengumpulkan orang-orang yang sehaluan dengannya untuk melakukan pemberontakan." kata Kui Ji Nio pula.

Tan Kin Lam menyambut gulungan kertas yang disodorkan Kui Ji Nio kemudian dibacanya. isinya antara Iain mengatakan bahwa Gouw Sam Kui merasa menyesal sekali dahulu berpihak pada Bangsa Boan. sekarang dia baru sadar bahwa bangsanya sendiri banyak yang tertindas. Karena itu dia ingin memperbaiki kesalahan dengan menjatuhkan kerajaan Ceng,

"Di kemudian hari dia baru menyadari bahwa merupakan salah besar pada waktu dulu memberikan bantuan kepada Bangsa Boan Ciu, tapi tentunya sudah terlambat Dia harus mengokohkan kedudukannya dulu baru bisa menyusun kekuatan," kata Kui Ji Nio pula.

Liu Tay Hong mendengus dingin.

"Pengkhianat ini memang licik sekali, Apa yang dikatakannya dalam surat pernyataan itu pasti bohong!" katanya. "Tan Congtocu, harap kau membaca terus!" ujar Kui Ji Nio tanpa memperdulikan Liu Tay Hong.

"Baik!" sahut Tan Kin Lam. Dia pun meneruskan bacaannya, Gouw Sam Kui juga menyatakan bahwa dia sama sekali tidak menduga bahwa merencanakan sesuatu itu ternyata memakan waktu yang lama, Hampir tiga puluh tahun dihabiskannya untuk menghimpun kekuatan serta merenungi penyesalannya.

Liu Tay Hong benar-benar tidak dapat menahan kekesalan hatinya lagi mendengar isi surat pernyataan itu. Sambil menepuk meja keras-keras, dia berteriak.

"Kentut busuk! Kalau memang berhati anjing ini benar-benar menyesal dan lugiz membangun kembali kerajaan Beng, mengapa pada waktu dulu dia membunuh kaisar Eng Liok? Juga pangerannya? Urusan ini diketahui oleh semua orang di dunia ini, bagaimana dia menyangkalnya?"

Para hadirin lainnya melihat Liu Tay Hong begitu marah, mereka benar-benar kagum terhadap kesetiaan laki-laki tua ini. Dua belas tahun yang lalu, Gouw Sam Kui membunuh kaisar Eng Liok beserta putranya di kota Kun Beng, dalam hal ini memang dia menggunakan cara yang kejam dan licik.

"Apa yang dikatakan Liu toako memang tidak salah, Niat Gouw Sam Kui pasti tidak baik, Aku rasa anak kecil berusia tiga tahun pun tidak percaya dengan kata-katanya. Tapi kami berniat membunuh raja Tatcu, hal ini demi membangun kembali kerajaan Beng, sama sekali bukan untuk membantu Gouw Sam Kui agar dapat menjadi raja," kata Kui Ji Nio.

"Biarkan aku teruskan dulu membaca surat pernyataan ini," kata Tan Kin Lam. "Setelah selesai, kalian boleh merundingkannya kembali." Dia pun membaca kembali isinya memang menggunakan bahasa yang terlalu dalam, Apabila tidak disertai penjelasan, hanya beberapa gelintir dari mereka yang bisa mengerti isinya.

"Siau Po, tulisan yang barusan kubacakan mengungkit dirimu," kata Tan Kin Lam.

Siau Po sejak tadi mendengar penjelasan yang diberikan oleh gurunya mengenai isi surat pernyataan itu. Dia merasa senang juga mendengar perdebatan mereka, Tiba-tiba gurunya mengatakan bahwa dalam surat pernyataan itu Gouw Sam Kui juga menyebut- nyebut namanya, tentu saja dia menjadi terkejut dan girang.

"Suhu, apa yang dikatakannya? Hm! Telor busuk itu pasti menjelek-jelekkan aku!" kata Siau Po.

"Dia mengatakan bahwa situasi dalam pemerintahan sekarang sudah semakin berantakan Sistimnya tidak bisa dijadikan pegangan lagi. Ada orang yang tidak berpendidikan sama sekali, belum cukup umur, tapi hanya dengan pandai mengambil hati saja bisa menduduki jabatan yang tinggi. Coba kau pikir, kalau bukan kau yang dimaksudkan olehnya, siapa lagi?" kata Tan Kin Lam. "Bagaimana dengan dia sendiri? Kedudukannya lebih tinggi dari aku, tentunya dia juga lebih tidak berpendidikan daripada aku," sahut Siau Po.

Para anggota Thian Te hwe tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Siau Po yang lucu.

"Memang betul! Kalau orang yang tidak berpendidikan saja bisa menduduki sebuah jabatan dalam kerajaan, pasti orang yang pangkatnya lebih tinggi lebih bodoh lagi! Padahal, jabatan Gouw Sam Kui dalam kerajaan Ceng sudah sulit dicari tandingannya," kata Liu Tay Hong.

Tan Kin Lam meneruskan bacaannya, isinya yang terakhir mengatakan bahwa Gouw Sam Kui telah berhasil menemukan pangeran ketiga dari Cu Goan Ciang. Apabila pemberontakannya berhasil, dia berjanji akan mengangkat pangeran ketiga atau Cu Sam taycu itu untuk menjadi kaisar baru.

Diantara orang-orang yang hadir di dalam ruangan itu, boleh dibilang Tan Kin Lam dan Bhok Kiam Senglah yang pernah mengenyam pendidikan tinggi. Selain mereka berdua, yang lainnya hanya bisa membaca sedikit-sedikit saja, Karena itu meskipun dalam hati merasa kata-kata dalam surat pernyataan di bagian terakhir itu ada sedikit yang terasa janggal, tapi mereka tidak bisa mengatakan apanya yang janggal.

Bhok Kiam Seng merenung sekian Iama. Kemudian dia baru berkata.

"Tan Congtocu, Gouw Sam Kui berjanji akan mengangkat Cu sam tay cu tersebut menjadi kaisar, mengapa dia tidak menunggu sampai usahanya berhasil dulu baru mengatakannya? Lagipula, kami tidak pernah tahu ada pangeran yang dipanggil Cu sam taycu, jadi entah benar atau tidaknya, Kemungkinan dia sembarangan mencari seorang bocah yang tidak mengerti urusan apa-apa dan diakuinya sebagai Cu Sam taycu, Bisa jadi dia hanya ingin menarik simpatik orang-orang gagah di negara kita ini agar sudi membantunya," katanya.

Para hadirin segera menganggukkan kepalanya sebagai pertanda setuju dengan pendapatnya.

"Gouw Sam Kui menggunakan nama Cu sam taycu untuk menarik simpatik, aku rasa hal ini memang tidak dapat diragukan lagi," kata Kui Ji Nio, "Kaisar Cu Goan Ciang memang mempunyai seorang putra kecil hal ini diketahui kita semua, Tapi menurut berita yang tersebar, pangeran itu terbunuh ketika masih kecil. Sekarang, kaisar Cu Goan Ciang sudah meninggal tiga puluhan tahun, Kalau puteranya ternyata masih hidup, usianya pasti sudah diatas tiga puluh tahun, tidak mungkin seorang bocah yang tidak mengerti urusan apa-apa."

"Anak berusia tiga puluh tahun ke atas yang tidak mengerti apa-apa, toh bukannya tidak ada," tukas Siau Po sambil melirik kepada Kui Tiong. Mendengar kata-kata Siau Po, para hadirin langsung memperdengarkan tertawa geli. Kui Ji Nio marah sekali ketika ingin mengumbarkan kedongkolan dalam hatinya, tiba- tiba dia berpikir Apa yang dikatakan Wi Siau Po memang tidak salah, Buah hatinya sendiri sudah hidup di dunia ini hampir empat puluh tahun lamanya, tapi tingkahnya masih seperti seorang bocah kecil yang tidak mengerti apa-apa. Nenek tua itu menarik nafas panjang.

Cukup lama mereka berunding, Usul yang dikemukakan pun berbeda-beda, Ada yang mengusulkan agar mereka meminjam tangan raja Tatcu untuk membunuh Gouw Sam Kui, kemudian baru mencari jalan menjatuhkan raja tersebut. 

Tapi ada pula yang mengatakan bahwa sebaiknya mereka jangan membunuh Gouw Sam Kui terlebih dahulu, Mereka harus membantunya menjatuhkan kerajaan Ceng. Setelah kerajaan Beng dibangun kembali, mereka baru menentukan hukuman bagi penghianat bangsa itu, pokoknya setiap orang mempunyai pandangan yang berlainan. 

Karena itu, sampai sekian lama masih belum ada keputusan yang tetap, Akhirnya pandangan mata mereka beralih kepada Tan Kin Lam. Mereka tahu Iaki-laki ini berpandangan jauh dan berpendidikan tinggi Maka mereka mengharapkan Tan Kin Lam dapat memberikan kepastiannya.

"Kita harus mengutamakan kepentingan umum. Kalau sekarang kita membunuh Kaisar Tatcu, memang merupakan suatu keuntungan bagi Gouw Sam Kui. Akan tetapi di samping itu, The ongya dari Taiwan bisa menggerakkan orang-orangnya dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian kemungkinan Bangsa Boan bisa terusir dari negara kita yang tercinta ini. 

Pada waktu itu, apabila Gouw Sam Kui berniat mengangkat dirinya menjadi raja, dengan pasukan The ongya dari Taiwan ditambah bantuan dari pihak Bhok onghu, keinginannya itu pasti bisa dicegah dan kita bisa menguasainya, jangan lupa bahwa masih ada saudara-saudara kita dari perkumpulan Thian Te hwe," kata Tan Kin Lam memberikan pandangannya,

"Ucapan Tan Congtocu ini, apakah tidak hanya memikirkan keuntungan pihak The ongya dari taiwan saja?" tanya Sou Kang dengan nada dingin.

"The ongya sudah terkenal kesetiaannya terhadap negara, Apakah Sou heng masih tidak mempercayai beliau?" sahut Tan Kin Lam.

"Kegagahan dan kebesaran jiwa Tan Congtocu, siapa pun sudah yakin, tapi pengkhianat dan mata-mata musuh juga tidak kurang jumlahnya di samping The Ongya," kata Sou Kang.

"Kata-katanya tidak salah juga," tukas Siau Po yang tidak dapat menahan mulutnya, "Seperti pendekar yang berjuluk It Kiam Bu Hiat dan putranya sendiri, The Kek Song, kedua-duanya bukan orang baik-baik." Tan Kin Lam jadi terpaku sejenak mendengar ucapan Siau Po yang tidak berpihak padanya. Tapi setelah direnungkan sesaat, dia merasa kata-kata bocah itu ada benarnya juga, Akhirnya dia menarik nafas panjang.

"Mengusir Bangsa Tatcu adalah urusan yang paling penting," kata Kui Ji Nio. "Mengenai siapa yang akan menjadi raja kelak, kita tidak usah memperduIikannya, Menghancurkan kerajaan Ceng harus dilakukan, sedangkan dapat atau tidaknya membangun kembali kerajaan Beng, dapat kita rundingkan perlahan-lahan, Mantan kaisar Kerajaan Beng dulu juga bukan manusia baik-baik."

Baik Tan Kin Lam, orang-orang Bhok onghu maupun para saudara dari Thian Te hwe adalah orang-orang yang setia terhadap kerajaan Beng, Mendengar ucapan Kui Ji Nio, wajah mereka langsung berubah.

"Kalau bukan mengangkat keturunan mantan kaisar Cu Goan Ciang, apakah kita harus mengangkat Gouw Sam Kui, si pengkhianat bangsa itu menjadi raja?" tanya Bhok Kiam Seng dengan nada kurang senang.

Tiba-tiba Kui Tiong berteriak "Wah, Gouw Sam Kui orangnya baik sekali. Dia menghadiahkan aku selembar kulit harimau putih sebagai mantel, apakah kalian sudah pernah melihatnya?" Selesai berkata dia lalu mengeluarkan kulit harimau putihnya dan direntangkannya Iebar-lebar agar dapat dilihat oleh setiap orang, wajahnya tampak berseri-seri.

"Anak kecil jangan mengacau di hadapan orang banyak!" bentak ibunya, "Di mata Kui Siauya, selembar kulit harimau putih itu bahkan terlebih berharga daripada penderitaan bangsa Han kita," sindir Sou Kang.

Kui Ji Nio marah sekali. "Anakku, bawa mantel itu ke mari!" bentaknya. 

"Kenapa?" tanya Kui Tiong bingung, Kui Heng Su mengulurkan tangannya, Dicabut- nya pedang yang terselip di pinggang Kui Tiong, Tampak sinar pedang berkelebat, pedang panjang itu menggores di bagian dada, punggung dan kiri kanan tubuh Kui Tiong dengan kecepatan kilat. orang-orang yang hadir dalam ruangan itu terkejut setengah mati, serentak mereka melompat bangun dari tempat duduk masing-masing. 

Mereka mengira kakek tua itu akan membunuh anaknya, Tetapi setelah dilihat dengan seksama, ternyata sehelai kulit harimau yang membalut tubuh Kui Tiong sudah tertebas menjadi potongan-potongan kecil yang bertebaran ke mana-mana, sekarang Kui Tiong hanya mengenakan sehelai pakaian biasa dan celana panjang dari bahan katun.

Gerakan Kui Heng Su benar-benar cepat dan telak, Goresan pedang di tangannya begitu hebat sehingga tubuh anaknya sendiri tidak terluka sedikit pun. orang-orang yang hadir dalam ruangan itu menjadi kagum sekali terhadap kelihaian si kakek tua. Sementara itu, Kui Tiong begitu terkejutnya sehingga dia sempat termangu-mangu untuk sesaat Kemudian terdengar dia terbatuk-batuk dan dengan suara meratap dia berkata.

“Tia, (ayah) Huk... Huk... aku. "

Kui Heng Su mengibaskan tangannya. Pedang panjang yang digunakannya tadi masuk kembali ke dalam sarung di pinggang Kui Tiong, Lalu dia melepaskan mantelnya sendiri dan digunakan untuk menutupi tubuh anaknya.

"Pakailah!" katanya.

Kui Ji Nio memunguti koyakan kulit harimau yang bersebaran di atas lantai dan dimasukkannya ke dalam tungku perapian, Dalam sekejap mata api dalam tungku itu menyala tinggi dan terciumlah bau sangit, Lambat laun serpihan kulit harimau itu berubah menjadi abu.

Siau Po menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sayang! Sayang!" katanya.

"Mari kita pergi!" ujar Kui Heng Su sambil menarik tangan anaknya untuk berjalan menuju pintu ruangan.

"Kui tayhiap akan melakukan perbuatan besar, sudah seharusnya kita memberikan bantuan!" kata Tan Kin Lam.

"Tidak perlu! Kami tidak pantas menerima uluran tangan Saudara!" sahut Kui Heng Su sambil meneruskan langkah kakinya.

Siau Po tahu bahwa pasangan suami istri itu akan turun tangan segera, tentu tidak ada waktu lagi memperingatkan kaisar Kong Hi. Dia berusaha menggunakan akal menunda sedikit waktu, Karena itu dia berteriak.

"Kamar-kamar di dalam istana kaisar Tatcu, meskipun tidak sampai selaksa ruang, paling sedikitnya ada lima ribu kamar, Tahukah kau kamar mana yang ditempati raja Tatcu itu?"

Kui Heng Su tertegun, Dia merasa ucapan Siau Po ada benarnya juga. Dia memalingkan kepalanya dan bertanya.

"Apakah kau tahu?" Siau Po menggelengkan kepalanya, "Tidak ada yang tahu, Raja Tatcu khawatir ada orang jahat yang akan membokong dirinya, karena itu setiap malam dia selalu berganti kamar, Kadang-kadang dia tidur di Yang Cun Kiong, ada kalanya di Keng Yang Kiong, kadang di Kam Hok Kiong, Cen Si Kiong, kemungkinan dia juga tidur di Li Cing Kan, Ho Hua Kiok." Sekaligus dia menyebutkan nama tujuh delapan kamar yang terdapat dalam istana, Kui Heng Su sampai mengerutkan kening mendengarnya.

"Biarpun penjaga pribadi atau Thay-kam pribadi Raja sendiri tetap tidak tahu di mana dia akan tidur malam ini," kata Siau Po pula.

"Lalu, bagaimana kita bisa menemukannya?" tanya Kui Heng Su.

"Pagi hari, kalau raja berada di ruang pertemuan, seluruh menteri dan penjaga pasti berkumpul selain itu, kalau bukan dia sendiri yang memerlukan kita, sulit sekali kita menemuinya," kata Siau Po.

Sebetulnya keadaan di dalam istana tidak tepat seperti yang digambarkan Siau Po. Kaisar Kong Hi jarang berpindah-pindah kamar tidur. Tapi pasangan Kui Heng Su dapat dikatakan orang dusun, mana mungkin mereka tahu keadaan di dalam istana? 

Mereka malah merasa itulah cara terbaik bagi seorang raja untuk menghindarkan diri dari pembokongan musuh, Karena itu mereka percaya sepenuhnya apa yang dikatakan oleh Siau Po.

Melihat wajah Kui Heng Su yang kelam, timbul semangat dalam hati Siau Po. "Kui Loyacu, tahukah kau berapa jumlah selir Raja Tatcu?" tanyanya.

Kui Heng Su mendelik padanya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Menurut berita yang tersebar di luaran, di dalam istana ada enam pendopo besar dan tiga istana pribadi. Di ruangan belakang yang terdiri dari ribuan kamar, ada tiga ribu selir Raja, sebetulnya itu merupakan berita bohong yang dilebih-lebihkan saja. 

Tetapi setidaknya selir raja memang ada sejumlah delapan ratus atau sembilan ratus orang, Setiap malam dia jadi pengantin baru, Malam ini dia tidur di kamar selir ke tiga ratus lima puluh satu, besok dia tidur di kamar selir yang enam ratus tujuh lima, bahkan selirnya sendiri tidak pernah tahu dia akan tidur bersama siapa malam ini. 

Ada malah yang menunggu sampai tiga empat tahun tapi masih belum mendapat kesempatan digilir olehnya," kata Siau Po seenaknya.

"Siau Po, kau sudah cukup lama berdiam di dalam istana, tentu tahu cara menemukannya, bukan?" kata Tan Kin Lam.

"Kalau pagi atau siang hari, rasanya masih bisa menemukannya Tapi kalau malam hari, terus terang saja, aku sendiri tidak yakin," sahut Siau Po. 

"Kalau begitu, besok kita semua menyamar menjadi apa saja, kau memimpin kami masuk ke dalamnya." Bukankah kau pernah mengajak Cian heng dan Gouw jiko ini  masuk ke dalam istana?" kata Tan Kin Lam. Tangannya menunjuk Cian Lao Pan dan Gouw Lip Sin.

"Cian toako hanya sampai di dapurnya, sedangkan Gouw jiko begitu masuk ke dalam istana langsung kepergok, Kalau ingin bertemu dengan rajanya sendiri, rasanya masih jauh sekali jaraknya, Cian toako, Gouw jiko, bukankah benar apa yang kukatakan?" tanya Siau Po.

Baik Cian Lao Pan maupun Gouw Lip Sin terpaksa menganggukkan kepalanya, Kenyataan-nya, kedua orang itu memang sudah pernah masuk ke dalam istana, tapi untuk melihat wajah kaisar Kong Hi, tidak ubahnya seperti mencari sebatang jarum di antara tumpukan jerami.

"Tecu mempunyai sebuah akal," kata Siau Po. "Akal apa?" tanya Tan Kin Lam cepat.

"Tecu besok akan menemui Sri Baginda, Dia pasti ingin berunding denganku cara mengatasi pemberontakan Gouw Sam Kui. Tecu akan memancingnya keluar melihat persiapan meriam, Kalau dia sudah keluar dari istananya, tentu lebih mudah turun tangan terhadapnya, Baik berhasil maupun gagal, kita juga lebih mudah mengambil langkah seribu. Dengan demikian, berkurang pula bahaya yang kita hadapi," sahut Siau Po.

Kui Ji Nio tertawa dingin.

"Masa Raja Tatcu akan mendengarkan omonganmu? Kalau sampai tiga tahun dia belum keluar dari istananya juga, jadi kita juga harus menunggu sampai tiga tahun lamanya? Kau mendorong sini menolak sana, tampaknya kau memang sengaja menghalangi usaha kita ini!" katanya ketus.

"Kalau menyelinap ke dalam istana untuk membunuh raja, kami orang-orang dari Bhok onghu juga sudah pernah mencobanya, Bila diceritakan malah memalukan saja, Beberapa orang dari pihak Bhok onghu kami tewas di tempat itu. Bahkan adikku sendiri bersama seorang sumoay bernama Pui Ie, Gouw susiok serta dua orang adik seperguruannya yang lain malah tertangkap dan disekap dalam istana. 

Pada saat itu kami semua sudah putus asa, untung saja ada Wi hiocu yang membantu dari dalam sehingga mereka bisa meloloskan diri. Bukannya kami bernyali kecil, tapi urusan ini benar-benar sulit dilaksanakan," kata Bhok Kiam Seng.

Kui Ji Nio menatap Siau Po dengan pandangan dingin.

"Aku kurang yakin dengan mengandalkan seorang bocah cilik seperti engkau saja bisa membebaskan mereka dari marabahaya!" katanya ketus. "Meskipun usia saudara Wi ini masih muda, tapi jiwanya gagah dan suka menolong, Berkat kecerdasan dan akalnya, kami beberapa bersaudara baru berhasil mempertahankan jiwanya masing-masing," kata Gouw Lip Sin cepat.

"Apa yang gagal dilakukan oleh orang-orang Bhok onghu, belum tentu gagal dilakukan oleh orang she Kui," kata Kui Ji Nio sinis.

Liu Tay Hong langsung berdiri dari tempat duduknya.

"llmu silat pasangan suami istri Kui Heng Su sudah lama terkenal, mana mungkin kami orang-orang dari Bhok onghu sanggup menandinginya. Kalau kalian berdua ingin turun tangan segera, harap berangkatlah secepatnya, Biar kami menunggu berita baik dari sini," katanya.

Salah seorang anggota bagian Hong Sun Tong dari perkumpulan Thian Te hwe ikut berbicara.

"Wi hiocu, sebaiknya kau ikut saja kembali ke istana, Kalau kedua locianpwe ini menyelinap ke sana dan tertangkap, toh kau sudah siap siaga memberikan pertolongan kepada mereka!" Kata-katanya ini sudah terang merupakan sindiran bagi pasangan suami istri Kui Heng Su. 

Dia merasa benci karena si nenek dan putranya telah membunuh hiocu mereka, Gouw Liok Kie. Karena itu, meskipun di hadapan ada Tan Congtocu mereka di sana, dia tidak memperdulikan begitu banyak lagi.

Dalam hati Siau Po memaki.

-- Kalau sampai ketiga ekor kura-kura ini menyelinap ke dalam istana kemudian tertangkap, biarpun kepalaku ini akan dipenggal, aku tetap tidak akan memberikan bantuan apa-apa! -

Meskipun dalam hati memaki, di luarnya dia justru tertawa dan berkata.

"Mana mungkin ketiga pendekar besar dari keluarga Kui ini bisa tertangkap oleh para Sie Wie? jumlah Sie Wie dalam istana hanya delapan ribu orang lebih. Asal Kui siauya terbatuk-batuk beberapa kali saja, para Sie Wie itu pasti akan terpental ke mana-mana dan tidak dapat bangkit lagi!"

Beberapa anggota perkumpulan Thian Te hwe serta orang-orang dari pihak Bhok onghu tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tertawa-tawa, Kui Tiong sendiri ikut tertawa, "Benarkah apa yang kau katakan? Mereka takut mendengar suara batukku yang Huk... Huk.,.? Huk... Huk. " Begitu bangganya Kui Tiong sampai sengaja 

memperdengarkan suara batuknya berulang kali.

Pasangan suami istri Kui Heng Su marah sekali, masing-masing mencekal sebelah lengan anaknya kemudian diseretnya ke Iuar. "Kui tayhiap, jangan marah, cayhe mempunyai sebuah siasat!" kata Tan Kin Lam cepat.

Kui Ji Nio tahu bahwa Tan Kin Lam cerdas dan banyak akalnya, Karena itu dia membalikkan tubuhnya dan menunggu kelanjutan kata-katanya.

"Ketinggian ilmu silat pasangan suami istri Kui tayhiap tentu tidak perlu diragukan lagi. Kemungkinan di dalam dunia kangouw sekarang sudah sulit dicari tandingannya. Tapi biar bagaimana kalau kalian menyelinap ke dalam istana, jumlah musuh tidak terkirakan banyaknya, Bahaya yang akan dihadapi juga bukan main besarnya, sebaiknya kita rundingkan kembali jalan yang terbaik..."

"Huh!" dengus Kui Ji Nio yang memotong perkataan Tan Kin Lam. "Aku kira kau mempunyai siasat yang jitu!" Kembali dia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke luar.

Liu Tay Hong dan Gouw Lip Sin berdiri serentak dan menghambur ke depan, Mereka menghadap di depan pintu.

"Kalau kalian ingin memberikan bantuan kepada Gouw Sam Kui, kami orang-orang dari Bhok onghu tidak dapat menurutnya!" bentak Liu Tay Hong.

"Apa? Rupanya kalian ingin berkelahi?" teriak Kui Ji Nio tidak kalah garangnya. "Kalian boleh bunuh dulu kami dua bersaudara, Setelah itu baru keluar pintu itu dan 

membantu Gouw Sam Kui!" kata Liu Tay Hong pula.

"Siapa yang bilang kami akan membantu Gouw Sam Kui?" teriak Kui Ji Nio. "Meskipun kalian tidak berminat memberikan bantuan kepada Gouw Sam Kui, tapi 

apabila usaha kalian nanti berhasil, berarti kalian telah meringankan beban si 

pengkhianat bangsa itu. Pada saat itu, tentu sulit lagi bagi kami untuk mengendalikannya!" kata Liu Tay Hong.

"Minggir!" bentak Kui Heng Su sambil maju satu langkah.

Liu Tay Hong merenggangkan kedua tangannya. Kui Heng Su mengulurkan tangannya untuk mencekal dada lawannya, Liu Tay Hong menggerakkan tangannya untuk menyambut serangan itu, Terdengar suara Plak! Kedua telapak tangan beradu. Tampak tubuh Liu Tay Hong terhuyung-huyung, wajahnya langsung berubah pucat pasi.

"Aku hanya mengerahkan tenaga sebanyak lima bagian," kata Kui Heng Su. Sembari menggelengkan kepalanya, Gouw Lip Sin berkata.

"Kau boleh mengerahkan tenagamu sebanyak sepuluh bagian, Bunuh saja kami dua kakak beradik!" teriaknya. "Sepuluh bagian juga boleh!" kata Kui Heng Su tidak mau kalah.

Kui Tiong mendahului ayahnya menerjang ke depan, Sebelah lengannya disurutkan ke belakang, sedangkan tangan satunya lagi menghantam ke depan. Gouw Lip Sin menggerakkan tangannya untuk melancarkan sebuah serangan, tapi tiba-tiba Kui Tiong menyurutkan tangannya ke belakang sehingga serangan Gouw Lip Sin pun menubruk tempat kosong. 

Kui Tiong menggunakan kesempatan ketika Gouw Lip Sin menarik tangannya kembali untuk melancarkan serangan, Gerakannya secepat kilat, tahu-tahu jalan darah penting di dada Gouw Lip Sin sudah tercekal olehnya.

Tan Kin Lam cepat-cepat menghambur kedepan.

"Semuanya toh orang sendiri, jangan menggunakan kekerasan!" katanya menasehati.

"Sejak tadi kita berdebat terus, Kalau begini, sampai kapan pun tidak bisa diambil keputusan. Begini saja, lebih baik kita melemparkan dadu untuk mencoba peruntungan masing-masing, Kalau pihak Kui loyacu menang, kita bukan saja tidak boleh menghalangi kepergiannya, malah boanpwe akan menjelaskan secara terperinci keadaan dalam istana," ujar Siau Po menengahi.

"Bagaimana kalau pihakmu yang menang?" tanya Kui Ji Nio.

"Kalau kebetulan aku yang menang, kalian harus menunda urusan ini. Setelah Gouw Sam Kui mati, kalian baru boleh membunuh Raja Tatcu," sahut Siau Po.

Kui Ji Nio merenung sejenak.

- Kalau kita memaksakan diri, kemungkinan orang-orang pihak Bhok onghu akan menyampaikan kabar ini secara diam-diam kepada Raja Tatcu, Bagaimanapun urusan ini memang sulit dijalankan, lebih baik aku ikuti saja kemauannya, -- katanya dalam hati. Dengan membawa pikiran demikian, dia menoleh kepada si kakek.

"Suamiku, bagaimana menurut pendapatmu?" tanyanya. Kui Heng Cu menoleh kepada Siau Po.

"Bocah, kalau kau sampai kalah, awas kalau kau tidak menepati janjimu!" katanya. Siau Po tertawa,

"Ucapan seorang laki-laki sejati berat sekali, kuda mati pun sulit mengejarnya. Raja Tatcu toh bukan ayahku, untuk apa aku melindunginya? Biarpun demikian, kalau menang harus menang secara gagah, kalah pun harus habis-habisan, Siapa pun yang kalah atau menang, pokoknya tidak boleh ada rasa dendam," sahutnya. Tan Kin Lam merasa bahwa ucapan Siau Po yang terakhir tepat sekali.

"Urusan ini menyangkut kepentingan negara, Apakah usaha kita akan mencapai hasil atau tidak, sekarang ini masih sulit dikatakan Orang jaman dulu sering menggunakan Ciok Pue (Sepasang kayu yang dilemparkan di atas lantai) untuk menentukan pilihan, kita menggunakan dadu, intinya tidak jauh berbeda, Biarlah kita ikuti kehendak Thian Yang Kuasa," katanya.

"Anakku, lepaskan tanganmu!" kata Kui Ji Nio. "Aku tidak mau!" sahut Kui Tiong.

"Adik kecil ini ingin mengajakmu bermain dadu," kata Kui Ji Nio.

Kui Tiong senang sekali, Dia segera melepaskan tangannya, Dibebaskannya totokan pada tubuh Gouw Lip Sin. Si Yau Tau Say Cu merasa ngilu di dadanya, Pernafasannya pun tersendat-sendat sehingga dia tidak henti-hentinya menggelengkan kepalanya.

"Kui Siauya, harap kau keluarkan dadumu, Kita pakai kepunyaan kalian saja," kata Siau Po.

"Dadu? Aku tidak punya. Kau punya tidak?" sahut Kui Tiong.

"Aku juga tidak punya, Saudara sekalian, apakah di antara kalian ada yang punya dadu?" tanya Siau Po.

Para hadirin menggelengkan kepalanya, Dalam hati mereka berpikir.

- Kami toh bukan penjudi, buat apa bawa-bawa dadu? -

"Kalau tidak ada dadu, pakai uang logam saja!" kata Kui Ji Nio.

"Lebih baik menggunakan dadu saja! Lebih adil Namanya juga adu peruntungan, Di luar banyak para serdadu, di antara mereka pasti ada yang suka bawa dadu," kata Siau Po. Tanpa menunggu persetujuan dari yang lainnya, dia segera berjalan ke luar.

Begitu keluar dari ruangan sebelah timur itu, dia masuk ke dalam ruangan besar. Dari dalam saku dia mengeluarkan dadunya, Dadu itu merupakan benda mustika baginya yang selalu dibawanya ke mana-mana. 

Tapi kalau tadi ia langsung mengeluarkannya, pasangan suami istri Kui Heng Su pasti akan curiga, Dia duduk beberapa saat di dalam ruangan itu, kemudian baru berjalan kembali ke ruangan sebelah timur Sambil tertawa dia berkata.

"Aku sudah mendapatkan dadunya." "Bagaimana cara taruhannya?" tanya Kui Ji Nio. "Aku sama sekali tidak mengerti cara bermain dadu, Kui Siauya, apakah kau tahu cara bermain dadu?" Siau Po malah bertanya kepada Kui Tiong.

Kui Tiong meraih dua buah dadu dari atas meja.

"Kita adu kecepatan dan ketepatan," katanya sambil melemparkan kedua dadu itu, Gerakannya tidak istimewa, tapi ternyata kedua dadu itu melayang ke depan dan tanpa suara sedikit pun menancap ke dalam dinding dengan posisi horisontal.

Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu secara diam-diam merasa kagum sekali, Meskipun laki-laki penyakitan itu tampangnya ketolol-tololan, tapi rupanya memiliki ilmu yang cukup tinggi.

"Aku pernah menyaksikan orang bermain dadu, yang dipertaruhkan adalah jumlah angkanya yang besar atau kecil, bukan menggunakannya seperti senjata rahasia," kata Siau Po.

"Betul," kata Kui Ji Nio. "Kalian masing-masing melemparkan dadu itu satu kali, siapa yang angkanya lebih besar maka dialah yang menang."

Siau Po berpikir dalam hati.

- Kalau hanya bertaruh satu kali, kemungkinan peruntungannya bagus dan bisa mendapatkan angka paling besar, --

Dengan membawa pikiran demikian, dia segera berkata.

"Begini saja, kita masing-masing melemparkan dadu-dadu itu sebanyak tiga kali,"

Bagi Kui Tiong, semakin banyak kesempatan melemparkan dadu semakin menyenangkan.

"Begini saja, kita masing-masing melemparkan dadu sebanyak tiga ratus kali, Yang angkanya lebih besar dua ratus kali, berarti dialah yang menang," katanya.

"Mana mungkin menggunakan cara yang demikian merepotkan? Masing-masing melemparkan dadu sebanyak tiga kali saja," kata Kui Ji Nio.

Ci Thian Coan mengorek keluar kedua biji dadu yang melesak ke dalam tembok penyekat lalu di-taruhnya di atas meja.

"Kui Siauya, silakan, biar kau duluan!" kata Siau Po. Kui Tiong mengambil dadu dari atas meja.

Dengan tertawa terkekeh-kekeh, dia menggerakkan tangannya dengan maksud melemparkannya, tapi keburu dicegah oleh Kui Ji Nio. "Tunggu dulu! Kalau kebetulan kami yang menang, apakah orang-orang dari Bhok onghu termasuk dalam pertaruhan ini?" tanya Kui Ji Nio.

Tadi Liu Tay Hong sudah bergebrak satu kali dengan Kui Heng Su, sampai sekarang dadanya masih terasa sesak dan darahnya terasa masih bergejolak, Dia sadar bahwa ilmu pasangan suami istri dari Bhok onghu mereka, belum tentu sanggup mencegah keinginan sepasang kakek nenek itu untuk membunuh Raja Tatcu, Karena itu dia segera menganggukkan kepalanya,

"Apa pun kehendak Thian Yang Kuasa, kita lihat saja dari hasil pertaruhan kalian berdua," kata Bhok Kiam Seng.

"Bagus!" seru Kui Ji Nio. Kemudian dia menoleh kepada putranya dan berkata kembali "Lemparlah dadu itu, semakin besar angkanya semakin bagus!"

Kui Tiong memperhatikan enam biji dadu yang sekarang ada dalam genggaman tangannya dengan seksama.

"Yang besar titiknya ada enam, angka paling kecil dua. Masih ada satu lagi yang lekukkannya dalam," katanya.

"Yang ada lekukkannya itu berarti satu titik, merupakan angka terkecil," kata Kui Ji Nio menjelaskan.

"Aneh-aneh saja, Angka empat titiknya berwarna merah semua," kata Kui Tiong.

Dia menggerakkan tangannya, terdengar suara plak! Keenam biji dadu itu pun melesak ke dalam meja dengan titik enam di sebelah atas. Rupanya dia menggenggam biji-biji dadu itu dengan kedua tangannya dirapatkan titik satu diletakkan di sebelah bawah, Begitu dia menggebrak meja, enam biji dadu itu pun melesak ke dalam dengan angka atau titik enam di atasnya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar