Jilid 72
Karena itu keduanya juga tidak terburu nafsu membunuh Siau Po lagi. Shang Cie memperhatikan A Ki sekilas, -- Saat ini aku baru tahu bahwa kau adalah murid si rahib perempuan itu. Tampaknya dibalik semua ini ada sesuatu yang janggal, - pikirnya dalam hati.
"Kau tadi menyebut-nyebut Tan Wan Wan, kenapa dia?" tanya A Ki.
"Perempuan bernama Tan Wan Wan itu, ketika di Kun Beng, aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri Terus terang saja, usianya lebih tua banyak dibandingkan dengan aku, tapi julukan "Wanita tercantik di dunia" yang disandangnya memang tidak berlebihan.
Begitu memandangnya, sukmaku serasa melayang, tangan dan kakiku gemetaran seluruh tubuh seperti terhajar petir, Dalam hati aku berkata, "mana mungkin di dunia ada wanita yang begitu cantik?", Nona A Ki, sumoaymu A Ko sudah terhitung seorang gadis yang cantik sekali, Tapi kalau dibandingkan dengan Tan Wan Wan itu, baik wajah maupun penampilan, ternyata masih terpaut jauh sekali."
Tentu saja A Ki tahu bahwa A Ko sangat cantik, bahkan melebihi dirinya sendiri. Dia juga tahu kalau Siau Po tergila-gila kepada adik seperguruannya itu, sekarang mendengar si anak muda berkata demikian, kemungkinan ucapannya memang bukan dusta, Tapi di mulut dia tetap tidak mau kalah.
"Kau benar-benar mata keranjang, melihat wajah cantik sedikit saja, kau sudah memujinya setinggi langit, Taruhlah Tan Wan Wan itu memang sangat cantik, Tapi usianya sekarang sudah empat puluh lebih, tentunya tidak seberapa cantik lagi." katanya.
Siau Po berulang kali menggelengkan kepalanya.
"Tidak benar, tidak benar." katanya, "Seperti kau sendiri, nona A Ki, usiamu sekarang paling banter delapan belas atau sembilan belas tahun, sedangkan kau cantik sekali, Lihat saja tiga puluh tahun kemudian, kecantikanmu pasti tidak akan pudar sedikit pun, Kalau kau tidak percaya, mari kita bertaruh, seandainya tiga puluh tahun kemudian kau tidak cantik lagi, aku akan memenggal batok kepalaku ini untukmu."
A Ki tertawa cekikikan Perempuan mana pun pasti senang dipuji kecantikannya, apalagi di hadapan si jantung hati, Hatinya langsung berbunga-bunga, sedangkan dia sendiri juga merasa percaya diri terhadap kecantikannya, Kalau dipikir-pikir, kemungkinan tiga puluh tahun kemudian, perubahannya juga tidak banyak.
Di lain pihak, Siau Po berharap A Ki bersedia taruhan dengannya, Dengan demikian, mau tidak mau pangeran Kaerltan harus memandang muka gadis yang dikasihinya dan membiarkan dia hidup tiga puluh tahun lagi. Sampai waktu itu, kalah atau menang, tentu tidak jadi masalah lagi.
Tidak disangka-sangka Shang Cie justru mendengus dingin.
"Sayangnya umurmu sendiri tidak akan melewati malam ini!" katanya, "Jadi, bagaimana tampang nona A Ki tiga puluh tahun kemudian, kau tidak akan melihatnya lagi!"
Siau Po sengaja tertawa-tawa terkekeh-kekeh.
“Tidak apa-apa," katanya, "Yang penting Tuan Ihama dan pangeran ingat dengar kata-kataku ini. Dengan demikian kalian akan tahu bahwa aku, Wi Siau Po mempunyai kepandaian meramal."
Shang Cie, pangeran Kaerltan dan A Ki jadi tidak dapat menahan diri untuk tertawa terbahak-bahak.
"Ketika aku pergi ke Kun Beng, kejadiannya sudah beberapa bulan yang lalu, aku ke sana untuk mengantarkan Kian Leng kongcu yang akan dini-kahkan dengan putera Gouw Sam Kui, yakni Gouw Eng Him. Kalian tentu sudah mengetahuinya, bukan? sebenarnya hal itu merupakan peristiwa yang menyenangkan. Namun begitu memasuki kota Kun Beng, di sepanjang jalan tampak orang-orang sedang meratap sedih, Ternyata setiap beberapa rumah ada yang sedang berkabung, hal ini terlihat dari peti mati yang diletakkan di depan pintu rumah. Para wanita dan anak-anak mengenakan pakaian berkabung dan menangis meraung-raung."
"Memangnya kenapa?" tanya pangeran Kaerltan dan A Ki serentak.
"Aku sendiri merasa heran, Ketika bertanya kepada para perwira di Kun Beng, mereka termangu-mangu dan tidak bisa memberikan jawaban, Akhirnya, aku menugaskan seorang prajurit ke luar dan mencari tahu. Dengan demikian aku baru mengerti Rupanya pagi hari itu, Tan Wan Wan mendengar tentang kedatangan Kian Leng kongcu, dia ingin menyambutnya sendiri.
Namun ketika dia turun dari tandunya, belasan laksa pemuda kota Kun Beng langsung seperti orang gila, semuanya berkerumun untuk melihatnya. Mereka berteriak bahwa ada bidadari yang turun dari khayangan, Kekalutan pun tidak dapat dihindari, kau dorong aku, aku dorong dia, entah berapa ribu orang yang tergencet mati.
Para bawahan Peng Si-ong segera turun ke jalan untuk mengatasi keonaran itu, Namun ketika mereka melihat Tan Wan Wan, semuanya juga jadi kesemsem. Bahkan mata mereka membelalak dengan lebar dan air liurnya terus menetes. Senjata di tangan mereka terlepas jatuh, semuanya menatap Tan Wan Wan dengan terkesima sehingga mereka melupakan tugas." Shang Cie, pangeran Kaerltan dan A Ki jadi saling memandang. Mereka berpikir dalam hati.
- Bocah ini pasti menambah bumbu di sana sini, Mana mungkin ada kejadian demikian hebat? Tapi, bisa jadi Tan Wan Wan itu memang cantik sekali, Tidak salahnya kalau bisa melihat satu kali saja, -
Siau Po melihat ketiga orang itu mulai mempercayai kata-katanya. Dia melanjutkan keterangannya.
"Pangeran, di bawah pimpinan Peng Si-ong ada seorang cong peng bernama Ma Po, pernahkah kau mendengar namanya?"
Pangeran Kaerltan menganggukkan kepalanya, Tempo hari dia dan A Ki pergi ke Siau Lim si justru bersama-sama orang itu, bagaimana dia tidak mengetahuinya?
"Hari itu kami pernah bertemu di kuil Siau Lim si." Kata pangeran Kaerltan.
"Oh? Diakah orangnya? Aku sendiri juga sudah lupa." Kata Siau Po. "Hari itu aku sibuk memperhatikan lihaynya pangeran ketika menghajar hwesio-hwesio Siau Lim Si, begitu terpananya sehingga aku tidak sempat memperhatikan orang lain. Seandainya ada sedikit waktu luang, aku tentu akan menggunakannya untuk melirik sedikit kecantikan nona A Ki."
A Ki mencibirkan bibirnya, tapi dalam hati dia justru senang sekali "Ada apa dengan Ma Cong Peng itu?" tanya pangeran Kaerltan. Siau Po menarik nafas panjang.
"Apa yang terjadi pada Ma Cong Peng juga berlangsung pada hari yang sama," katanya menjelaskan "Dia mendapat perintah dari Peng Si-ong untuk melindungi Tan Wan Wan, Tidak disangka, ketika melihat perempuan itu, dia juga langsung terpesona, Tanpa sadar dia mengelus tangan Tan Wan Wan yang putih dan halus itu. Kemudian hal itu diketahui oleh Peng Si-ong, dia menyuruh orang merangket bawahannya itu dengan rotan sampai empat puluh kali. Diam-diam Ma Cong Peng berkata kepada orang-orang: "Aku meraba tangan kiri Tan Wan Wan, tadinya aku mengira tanganku ini pasti dikutungkan oleh Peng Si-ong. Kalau aku tahu hanya dirangket sebanyak empat puluh kali, tentu aku akan meraba tangan kanannya juga. Kalau baru delapan puluh kali rangketan, belum tentu bisa membuat aku mati. Di bawah pimpinan Peng Si-ong, keseluruhannya ada sepuluh orang cong peng. Mendengar kata-katanya, kesembilan cong peng lainnya merasa kagum sekali, ucapannya itu terdengar sampai di telinga Peng Si-ong. Dia segera menegaskan sejak itu, kalau ada yang berani menyentuh seujung rambut Tan Wan Wan, maka kedua tangan orang itu harus dikutungkan sebagai hukumannya, Menantu Peng Si-ong sendiri juga merupakan salah seorang cong peng. Dia segera menyuruh seorang tukang besi yang ahli sekali untuk membuat sebuah tangan palsu. Katanya, ada kemungkinan dia juga suatu waktu akan bertemu dengan mertua yang cantiknya bak bidadari itu. seandainya dia tidak dapat menahan diri untuk menyentuhnya, saat itu dia sudah ada persiapan.
Celaka kalau sampai belum sempat membuat tangan palsu itu, Dia bilang ini yang dinamakan entah sedia payung apa sebelum hujan."
Kaerltan yang mendengarkan sampai melongo, sedangkan Shang Cie tidak henti- hentinya menggeIeng-gelengkan kepalanya.
"Keterlaluan! Keterlaluan!" katanya.
Entah kesepuluh cong peng itu yang keterlaluan ataukah cerita Siau Po yang dianggapnya keterlaluan
"Kau sendiri pernah melihat Tan Wan Wan," kata A Ki, "Mengapa kau tidak menyentuh tangannya?"tanyanya.
"Tentu saja ada sebabnya," sahut Siau Po. "Ketika aku ingin melihat Tan Wan Wan, Gouw Eng Him datang menemuiku, Dia mengatakan bahwa hatinya merasa berterima kasih sekali karena aku bersedia mengantarkan seorang istri untuknya meskipun jarak dari kotaraja sedemikian jauhnya.
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah benda yang sinarnya berkilauan dan warnanya keemasan, bahkan sekelilingnya bertaburan permata dan berlian, Ternyata sebuah borgol emas."
"Borgol apa yang begitu berharga?" tanya A Ki.
"Memang betul, Saat itu aku juga bertanya kepadanya mainan apakah itu, Aku masih mengira bahwa itulah pemberiannya untukku, Tidak tahunya terdengar suara klek! Tanganku sudah diborgol olehnya, Tentu saja aku terkejut setengah mati. Aku langsung berteriak Gok Hu, mengapa kau meringkus aku? Memangnya aku salah apa? "
Gouw Eng Him berkata. "Ciam Cai tayjin, kau jangan salah paham, maksudku ini baik, Kalau kau ingin melihat bibi Tan Ku itu, bagaimana pun kau harus mengenakan borgol ini. Kalau kau sampai tidak dapat menahan diri serta mengulurkan tangan menyentuhnya, mungkin dengan memandang muka Ciam Cai tayjin, hu ong juga tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Tapi takutnya, kau justru raba sana raba sini, Pada waktu itu, kemungkinan hu ong akan berbuat dosa dengan membunuh Ciam Cai tayjin.
Kalau sampai terjadi sesuatu pada diri tayjin, tentu seluruh keluargaku juga akan celaka, Aku terkejut setengah mati mendengarnya, karena itu, aku membiarkan diriku diborgol olehnya." A Ki merasa lucu sehingga tertawa geli. "Aku benar-benar tidak percaya ceritamu itu."
"Lain kali kalau kau datang ke kota raja, mintalah Gouw Eng Him menunjukkan borgolnya itu kepadamu, sampai waktu itu, kau pasti percaya ceritaku ini, Dia selalu membawanya ke mana-mana, Begitu melihat Tan Wan Wan, dia segera memborgol tangannya sendiri Kalau terlambat sedikit saja, urusannya bisa gawat." sahut Siau Po.
Shang Cie mendengus dingin.
"Tan Wan Wan itukan ibu tirinya, masa dia berani kurang'ajar?" katanya.
"Tentu saja dia tidak berani, itulah sebabnya dia selalu membawa borgol emasnya ke mana-mana."
"Sekarang dia toh ada di kota raja, buat apa dia masih membawa borgol emas itu?" tanya A Ki.
Siau Po tertegun, Dia mengeluh dalam hati.
- Celaka! Aku salah bicara! - Tapi, dasar otaknya memang encer, dalam sekejap mata dia berhasil menemukan jawaban yang meyakinkan.
"Pada dasarnya, Gouw Eng Him ingin cepat-cepat pulang ke Kun Beng, Dia kan tinggal di kota raja karena terpaksa saja."
Shang Cie mendelik kepadanya.
"Kalau begitu, kau membalas air susu dengan air tuba. Orang dengan maksud baik meminjamkan borgolnya kepadamu, tapi kau malah mencegah dia pulang ke Kun Beng!" katanya.
Siau Po menggelengkan kepalanya.
"Memangnya budi apa yang pernah dilepaskan Gouw Eng Him kepadaku? Antara kami justru ada dendam yang tidak terkatakan dalamnya."
"Dalam hal apa dia bersalah kepadamu?" tanya Shang Cie.
"Apa masih tidak bersalah?" tanya Siau Po. Kalau waktu itu ia tidak memborgol tanganku, tentu aku sudah mengelus pipi Tan Wan Wan. perbuatannya itu malah lebih keji daripada membunuh aku. Aih! Lhama besar, pangeranku, kalau aku berhasil meraba wajah Tan Wan Wan yang cantiknya beribu kali lipat dari bunga yang terindah, kemudian Gouw Sam Kui mengutungkan sepasang tanganku ini, apa artinya? Biarpun dia memotong pahaku untuk dijadikan sate, aku pun tidak keberatan." Ketiga orang itu sudah banyak pengalaman dan merupakan orang-orang yang luas pengetahuannya, Akan tetapi mendengar uraian tentang kecantikan Tan Wan Wan yang setinggi langit itu, ternyata tidak ada satu pun dari mereka yang mentertawakannya.
Siau Po merendahkan tubuhnya sedikit, dia memperlihatkan tampang misterius. "Ada sebuah rahasia besar, Kalau kalian bertiga sudah mendengarnya, jangan
sekali-sekali membocorkannya, sebenarnya urusan ini tidak boleh dibicarakan, tapi
tidak mudah menemukan teman bicara yang cocok, karena itu tidak apa-apalah." katanya.
"Rahasia apa?" tanya pangeran Kaerltan cepat.
"Sri Baginda melatih para prajurit juga menguji jenderalnya, tujuannya ingin menyerang Gouw Sam Kui." Kata Siau Po.
Shang Cie dan dua rekannya saling pandang, Diam-diam mereka tersenyum
-- Rahasia apa itu? Biar pun raja tidak menyerang Gouw Sam Kui, Gouw Sam Kuinya sendiri juga akan mengadakan pemberontakan - Pikir mereka dalam hati.
"Tahukah kalian mengapa Sri Baginda mempunyai maksud menyerang Inlam? Tentunya kalian tidak dapat menerkanya, bukan?" tanya Siau Po.
"Mungkinkah karena Tan Wan Wan juga?" tanya A Ki.
Siau Po menggebrak meja. Tampangnya seperti orang yang terkejut sekali. "Aih! Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Aku hanya menerka saja!" sahut A Ki.
Siau Po menarik nafas panjang seperti orang yang merasa kagum sekali. "Nona memang pantas disebut Cu Kek Liang wanita, Dalam segala hal dapat
menduganya bagai dewata saja, Sri Baginda telah menjadi raja, apa pun telah dimilikinya, yang kurang hanya "wanita cantik nomor satu di dunia. Tempo hari Sri Baginda mengutus aku ke Inlam, Mengapa dia tidak menyuruh orang yang pangkatnya jauh lebih tinggi dari pada aku? Sebab dia ingin aku melihat sendiri, benarkah wanita itu demikian cantik seperti bidadari.
Sri Baginda juga menyuruh aku mendengarkan dengan penuh perhatian nada bicara Gouw Sam Kui, apakah orang itu bersedia menghadiahkan Tan Wan Wan ke istana? Apabila mengutus para menteri mengurus masalah ini, tentu Sri Baginda akan kehilangan muka. Benar bukan? Tidak disangka, ketika aku mengungkit persoalan itu, Gouw Sam Kui langsung menggebrak meja keras-keras dan berteriak, "Apa? Kau hanya mengantarkan seorang kongcu ke mari, kau langsung ingin menukarnya dengan buah hatiku? Perlu kau ketahui, biarpun kau mengantar seribu orang kongcu, aku juga tidak sudi menukarnya!"
Shang Cie dan pangeran Kaerltan kembali bertukar pandang. Diam-diam mereka merasa telah terjerumus dalam jebakan Gouw Sam Kui. Ternyata dibalik kesekongkolan mereka, urusan ini juga menyangkut kisah asmara.
Tempo hari, Gouw Sam Kui berambisi besar, justru karena Tan Wan Wan, dia rela mengkhianati negaranya sendiri, Hal ini diketahui oleh setiap orang, sedangkan usia si raja cilik masih muda, sebagai seorang kaisar tidaklah heran kalau dia mata keranjang.
Dalam hati Siau Po berkata.
-- Siau Hian cu, kau adalah Niau Seng Hi Tong (Sampai sekarang ia masih belum bisa menyebut (Siau Sun Ie Tong)! Tentu kau tidak sudi mengambil istrinya si kura-kura tua. Tapi sekarang aku, Siau Kui cu bak telur di ujung tanduk, harap kau tidak menganggapnya serius, karena aku terpaksa menjelek-jelekanmu sedikit! --
Melihat tampang Shang Cie dan si pangeran yang serius, dia segera melanjutkan kata-katanya.
"Ketika itu aku berada di Inlam, meskipun aku membawa ribuan tentara, tapi mana mungkin mengungguli jumlah tentara dan pasukan Gouw Sam Kui yang mencapai puluhan laksa itu, Karenanya, melihat Gouw Sam Kui marah, aku terpaksa berdiam diri saja."
Pangeran Kaerltan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Pada suatu malam, sebawahan pangeran yakni Kan Tiap Mo datang menemuiku, Dia mengatakan bahwa pangeranlah yang mengutus dia datang ke Kun Beng untuk bekerja sama dengan Gouw Sam Kui. Di sana dia merasa situasinya kurang beres, Dia juga mengatakan bahwa orang-orang Mongol adalah keturunan dari Jeng... entah apa Khan... semuanya terdiri dari laki-laki sejati dan gagah perkasa, mengapa harus mengantarkan jiwa demi seorang wanita pujaan Gouw Sam Kui?
Dia memohon kepadaku agar secara diam-diam membawanya ke kota raja agar dapat bertemu langsung dengan Sri Baginda, Dia ingin mengatakan langsung kepada raja bahwa Tan Wan Wan tidak ada hubungannya dengan entah pangeran atau lhama mana pun dari Tibet, pangeran Kaerltan dari Mongol telah memiliki seorang nona A Ki, dia tidak mungkin menginginkan gadis lainnya. sedangkan lhama dari Tibet juga sudah mempunyai... sudah mempunyai beberapa wanita cantik Tibet!"
"Ngaco!" bentak Shang Cie. "Kami para lhama dari Oey Kau paling pantang bermain perempuan, mana mungkin ada kejadian seperti itu?" "ltukan Kan Tiap Mo yang mengatakannya, tidak ada hubungannya dengan aku lhama besar, sebetulnya tujuan Kan Tiap Mo hanya ingin menghilangkan kekhawatiran di hati Sri Baginda bahwa "kalian tidak bermaksud ikut dalam perebutan Tan Wan Wan. Kau harus memaklumi keadaannya saat itu!" kata Siau Po.
Shang Cie mendengus dingin.
"Lain kali kalau bertemu dengan Kan Tiap Mo, aku akan menanyakannya sampai jelas, sebetulnya dia yang berbohong atau kau yang berbohong!" katanya.
Diam-diam Siau Po merasa senang.
-- Dia mau menanyakan hal ini kepada Kan Tiap Mo. Tampaknya untuk sementara dia tidak akan membunuh aku! -- pikirnya, Karena itu cepat-cepat dia berkata.
"Betul, betul! Lain kali kau boleh padu aku dan dia! Kalian membantu Gouw Sam Kui, sebetulnya tidak ada keuntungan apa pun yang dapat kalian peroleh. Taruh kata pemberontakannya berhasil, tapi kalau kalian tidak menyediakan borgol dan setiap memandang Tan Wan Wan, hati kalian selalu berdebar-debar tidak karuan. " Tiba-tiba
dia melihat wajah Shang Cie Ihama menyiratkan kegusaran, cepat-cepat dia menggantikan ucapannya.
"Lhama besar, kau adalah seorang yang telah menyucikan diri, isi sama dengan kosong, kosong sama dengan isi, tentu kau tidak akan tertarik kepada Tan Wan Wan, namun... namun. aih!"
"Namun apa?" tanya Shang Cie.
"Tempo hari, ketika aku datang ke Kun Beng, Tan Wan Wan ke luar untuk menyambut kedatangan Kian Leng kongcu, Bukankah beberapa ribu orang sampai mati karena desak-desakan? Keluarga para korban itu ingin mengadakan upacara sembahyang, tapi sampai akhirnya tidak ada seorang hwesio pun yang berhasil diundang datang."
"Kenapa?" tanya A Ki.
"Para hwesio yang melihat Tan Wan Wan, semuanya tergerak hatinya, Dalam satu hari, entah ada berapa ribu hwesio di Kun Beng yang melepaskan jubah pendetanya dan menyatakan diri mereka tidak jadi menyucikan diri sebagai hwesio lagi, Coba bayangkan saja, tiba-tiba kehilangan begitu banyak hwesio, bagaimana mungkin bisa mengadakan upacara sembahyang?" sahut Siau Po.
Pangeran Kaeritan bertiga meragukan cerita Siau Po. Rasanya cerita anak muda itu terlalu berlebihan Tapi mengenai kecantikan Tan Wan Wan, mereka tidak meragukannya lagi.
A Ki menatap kepada pangeran Kaeritan dan berkata. "Ternyata wilayah Kun Beng begitu banyak keanehannya, lebih baik aku tidak pergi saja, Kalau kau mau membantu Gouw Sam Kui, kau pergi saja sendiri!"
"Siapa yang bilang aku akan ke Kun Beng?" kata pangeran Kaeritan cepat, "Aku toh tidak bermaksud melihat Tan Wan Wan, aku rasa nona A Ki kita juga tidak kalah cantiknya dengan Tan Wan Wan itu."
Wajah A Ki jadi murung seketika.
"Kau bilang aku tidak kalah dengannya? Terang-terangan kau menyindir bahwa aku tidak bisa mengunggulinya, Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kau berniat melihatnya." Katanya kesal, Tanpa menunggu jawaban dari pujaan hatinya, dia langsung berdiri, "Aku akan pergi!!"
Pangeran Kaeritan terkejut setengah mati.
"Tidak, tidak." katanya gugup, "Aku bersumpah atas nama langit dan bumi, Seumur hidup ini aku tidak akan melirik kepada Tan Wan Wan sedikit pun."
A Ki jadi senang mendengar janjinya, Dia duduk kembali.
"Kalau kau tidak mau melirik Tan Wan Wan sedikit pun juga, ucapanmu itu memang tepat sekali Siapa pun yang pernah melihat Tan Wan Wan, pasti ingin melihatnya sekali lagi dan sekali lagi, Seribu kali, selaksa kali juga tidak pernah cukup." Kata Siau Po.
"Kau ini memang paling pintar mengoceh sembarangan!" maki pangeran Kaerltan, "Sekarang juga aku bersumpah, kalau dalam hidup ini aku melirik Tan Wan Wan sedikit saja, biarlah sepasang mataku ini menjadi buta!"
A Ki senang sekali, Dengan mata memancarkan cinta kasih, dia memandang pangeran Kaer1tan.
"Aku dengar si raja cilik berkata, dia benar-benar tidak mengerti mengapa kalian mau membantu Gouw Sam Kui. Kalau tujuannya untuk mendapatkan Tan Wan Wan, apa boleh buat. Di dunia ini hanya ada satu Tan Wan Wan, bahkan si raja cilik sendiri tidak memilikinya, Kecuali itu, apa pun yang dimiliki Gouw Sam Kui, si raja cilik pasti memilikinya juga, bahkan berpuluh kali lipat lebih banyak, Kalau kalian bersedia membantu si raja cilik, uang emas atau batu permata sebanyak apa pun pasti diberikannya." kata Siau Po.
"Meskipun Tibet dan Mongol terhitung negara yang miskin." Kata Shang Cie. "Tapi kami juga tidak rakus akan harta." Nadanya dingin sekali.
Siau Po berpikir dalam hati.
-- Mereka tidak menginginkan harta, juga tidak senang dengan wanita cantik. Apa sebenarnya yang diinginkan kedua orang ini? -- Tiba-tiba hatinya tergerak, dia berpikir lagi. - Betul! Laki-laki berjiwa kerdi! tidak dapat hidup sehari pun tanpa uang, sedangkan seorang laki-laki berjiwa besar tidak dapat hidup tanpa kedudukan Aku Wi Siau Po adalah seorang laki-laki berjiwa kerdil, mereka berdua tentunya laki-laki yang berjiwa besar (ambisius) - Karena itu, dia segera berkata, "Si raja cilik pernah berkata, pangeran Kaerltan hanya seorang pangeran, kalau dia bersedia membantu aku, maka aku akan menganugerahkan dia menjadi seorang raja di Mongol,"
Sepasang mata pangeran Kaerltan langsung mengeluarkan sinar terang, Dengan suara bergetar dia bertanya.
"Be... narkah Sri... baginda berkata,.. demikian?" tanyanya untuk menegaskan. "Tentu saja benar, Untuk apa aku berbohong?" sahut Siau Po.
"Di dunia ini belum pernah ada kedudukan seperti raja Mongol Kalau si raja cilik dapat membantunya menjadi Jengel Khan saja, pangeran juga sudah merasa puas." kata Shang Cie.
"Boleh, boleh." kata Siau Po. "Cun Ke el hao (Seluruhnya sempurna) ini pasti raja cilik bersedia menganugerahkannya, Dalam hati dia justru berpikir - Apa sin Cun Ke el hao itu? Memangnya di dunia ini mana ada apa-apa yang hanya setengah dapat dikatakan sempurna, tentu saja harus seluruhnya! --
Shang Cie yang melihat mimik wajah Siau Po, segera sadar bahwa si anak muda tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Mongol terdiri dari beberapa bagian." katanya menjelaskan "Raja di Mongol bukanlah raja, melainkan disebut Khan, sedangkan Jengel Khan ini merupakan kedudukan yang tertinggi dan pangeran belum menjadi seorang Khan."
"Begitu rupanya, Kalau pangeran ini menjadi seorang khan, toh bukan hal yang sulit Kalau pangeran bersedia membantu si raja cilik, tentu beliau akan menurunkan firman dengan mengutus laksaan tentaranya ke Mongol. Pada saat itu, mana mungkin ada seorang penduduk pun di Mongol yang berani menentang?" kata Siau Po.
"Apabila Sri Baginda bersedia melakukannya, tentu hal inilah yang paling baik," sahut pangeran Kaerltan dengan nada gembira.
Siau Po menepuk dadanya.
"Kau tidak perlu khawatir, serahkan saja kepadaku! Si raja cilik hanya membenci Gouw Sam Kui seorang, Meskipun nona A Ki sangat cantik, asal tidak terlihat oleh Sri Baginda, tentu beliau tidak akan merebutnya, sedangkan mengenai Tuan lhama ini, kalau kau membantu raja, tentu beliau akan memberikan kedudukan atau menjadi pembesar paling tinggi di Tibet." Dia tidak tahu pembesar apa yang kedudukannya paling tinggi di Tibet, karenanya dia tidak berani sembarangan bicara. "Seluruh Tibet dikuasai Buddha hidup Dalai lhama, tidak bisa sembarangan mendapat penganugerahan dari raja," sahut Shang Cie.
"Orang Iain bisa menjadi Buddha hidup, mengapa kau tidak boleh? seluruhnya ada berapa orang Buddha hidup di Tibet?"
"Masih ada satu lagi, yaitu Pan Dan lhama, seluruhnya dua orang." Sahut Shang Cie. "Nah, itu dia! Makan saja satu hari tiga kali, kalau menghitung apa-apa juga sampai
tiga, Kalau belum mencapai tiga, biasanya belum klop, Kita mohon Sri Baginda untuk
menganugerahkan seorang Buddha hidup lagi, yakni Budda hidup Shang Cie. Buddha hidup besar Shang Cie khusus mengarahkan kedua Buddha hidup kecil entah Da apa dan Pan apa. "
Hati Shang Cie langsung tergerak.
-- Anak ini suka mengoceh sembarangan, tapi apa yang dikatakannya ada benarnya juga.. katanya dalam hati, Berpikir sampai di sini, tanpa terasa selembar wajahnya
yang kurus langsung saja berseri-seri.
Siau Po paling pandai melihat mimik wajah orang, Dia tahu perkataannya sudah termakan, Dia harus mencengkeram kesempatan ini baik-baik. pada saat ini Siau Po hanya berharap dapat meloloskan diri dari maut, apa pun permintaan lawan pasti akan dikabulkannya.
Lagipula, untuk mengangkat Shang Cie mau pun pangeran Kaerltan, dia tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Yang penting dia bisa mengambil hati si raja cilik. Karena itu, dia segera berkata.
"Aku bukannya membuat Rencana apa pun yang aku kemukakan di hadapan si raja cilik, sembilan puluh persen selalu diterimanya, Lagipula, kalau kalian berdua bersedia membantu Sri Baginda menyerang Gouw Sam Kui, bukan hanya kalian berdua saja yang akan mendapat penganugerahan, aku sendiri juga terhitung sudah mendirikan jasa besar. Pasti kedudukanku akan naik lagi dan akan mendapatkan banyak hadiah. Ada pepatah yang bagus sekali,
"Dalam kerajaan selalu ada orang baik yang jadi pembesar", aku menjadi pembesar tinggi di kota raja, pangeran menjadi apa Khan di Mongol dan Tuan lhama menjadi Buddha hidup di Tibet, Aku rasa sebaiknya kita bertiga mengangkat saudara saja,
Dengan demikian, mulai sekarang ada kesenangan kita rasakan bersama-sama dan bila ada kesusahan kita tanggung bersama pu!a, Kita dilahirkan bukan pada tahun, bulan dan hari yang sama, tapi kita rela mati dalam tahun, bulan dan hari yang sama.
Di dalam dunia ini, kecuali si raja cilik, kita bertigalah orang yang paling berkuasa, Bukankah dengan demikian hidup ini akan menyenangkan?" Dalam hati dia berpikir, - Bersedia mati pada tahun, bulan dan hari yang sama, kata- kata ini penting sekali, asal mereka mengganggukkan kepalanya, mereka tidak dapat membunuh aku lagi,
Sebelum datang ke kota Yang-ciu ini, Shang Cie dan pangeran Kaerltan sudah menyelidiki sampai jelas, mereka tahu anak muda ini merupakan orang kesayangan kaisar Kong Hi. Pangkatnya naik terus dengan cepat Kekayaannya juga tidak terhitung lagi, Hanya saja, mereka tidak sangka kalau orang yang dimaksud merupakan bocah cilik yang sudah dikenalinya.
Pangeran Kaerltan sendiri sebetulnya tidak ada permusuhan apa pun dengan anak muda ini, Tapi Shang Cie kehilangan dua belas adik seperguruannya di tangan Siau Po. Apalagi sepuluh jari tangannya sampai kutung gara-gara si bocah ini juga, sebetulnya kebencian dalam hati Shang Cie tidak terlukiskan lagi.
Tapi setelah mendengar kata-katanya barusan, dia berpikir, adik seperguruannya yang sudah mati toh tidak dapat hidup kembali. Jari tangan yang sudah dikutungkan juga tidak dapat menyambung kembali, bahkan tidak dapat tumbuh lagi, Kalau dia menghantam Siau Po satu kali sampai mati, rasanya juga hanya bisa menyalurkan kekesalan sesaat saja.
Kalau membantu Gouw Sam Kui, juga tidak ada keuntungan apa yang dapat diperoleh, Tetapi kalau mengangkat saudara dengan orang ini, kenyataannya sudah terlihat di depan mata, banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Kedua orang itu saling pandang beberapa saat, kemudian perlahan-lahan mereka menganggukkan kepalanya.
Siau Po bukan main senangnya, Tidak disangka-sangka kalau ocehannya bisa melunakkan hati kedua musuhnya, Karena takut mereka akan mengingkarinya, dia segera berkata.
"Toako, jiko, ji so, kami sekarang sudah menjadi saudara. Ji so (kakak ipar perempuan nomor dua) boleh sembahyang boleh tidak, Kau toh akan menyembah langit dan bumi dengan jiko, berarti sudah terhitung satu orang."
Dengan wajah merah padam A Ki mencibirkan bibirnya, dia merasa ucapan Siau Po selalu dapat menyenangkan hati orang.
Tiba-tiba Shang Cie mengulurkan tangannya dan menghantam ujung meja sampai gompal Plak!!! Siau Po terkejut setengah mati.
-- Ada apa lagi? -- katanya dalam hati.
Terdengar Shang Cie berkata dengan nada keren.
"Wi Tayjin, kata-katamu hari ini, biarlah untuk sementara aku mempercayainya, Tapi kalau kelak kau menyalahi janjimu sendiri dan mengingkarinya, nasibmu akan seperti ujung meja ini!" Siau Po tersenyum.
"Mengapa toako berkata demikian? Kita bertiga bekerja sama, semuanya akan mendapatkan keuntungan Kalau aku membohongi kalian, kalian satu di MongoI, yang satu lagi di Tibet, kalian berdua jika sampai mengerahkan pasukan untuk menyerang kotaraja dan hal ini sampai diketahui oleh Sri Baginda, tentu batok kepalaku ini tidak dapat dipertahankan lagi," katanya. "Coba toako dan jiko berdua bayangkan, mungkinkah aku berani berlaku curang kepada kalian berdua?"
Shang Cie menganggukkan kepalanya. "lya, benar juga." katanya.
Saat itu juga, ketiga orang itu menyalakan lilin di ruangan tersebut Mereka berlutut menghadap ke luar, Bersama-sama mereka bersembahyang sebagai upacara pengangkatan saudara. Shang Cie usianya paling tua, dia dihitung kakak nomor satu, pangeran Kaerltan nomor dua dan Siau Po yang terakhir.
Kemudian Siau Po menyembah kepada Shang Cie dan pangeran Kaerltan sambil memanggil toako dan jiko, Setelah selesai, Siau Po juga menjura kepada A Ki sambil tidak hentinya memanggil ji so. Dalam hati dia berpikir.
-- Kau sudah menjadi ji so ku, lain kali kalau melihat aku bergurau dengan istriku A Ko, tentu kau merasa tidak enak hati menghalanginya lagi, bukan? -
A Ki menuangkan empat cawan arak, sambil tersenyum dia berkata.
"Hari ini kalian bertiga telah mengangkat persaudaraan semoga saja ada awal ada akhirnya, Harap kalian bisa melakukan pekerjaan besar bersama-sama. Siau moay menyulang kalian secawan arak."
Shang Cie tertawa.
"Tentu saja arak ini harus diminum," katanya. Dia langsung mengangkat cawan araknya.
Siau Po teringat sesuatu, cepat-cepat dia mencegahnya.
"Toako, tunggu dulu! Arak ini arak murahan, kurang bersih, Biar aku suruh orang menggantinya dengan yang baru." Tanpa menunggu jawaban dia langsung berseru, "Mana pelayan? Bawakan arak!"
Hatinya merasa heran. "Bagaimana sih Li Cun Wan ini? Sampai sekian lama kok tidak ada orang yang datang melayani kita?" Kemudian dia berpikir -Betul! Pasti si mucikari, si kacung dan para pelayan melihat ada orang yang berkelahi, mereka ketakutan dan kabur! -
Baru berpikir, sampai di situ, tampak seorang kacung masuk ke dalam dengan kepala menunduk Dia bertanya dengan nada kemalas-malasan. "Ada apa?"
Siau Po berpikir dalam hati.
-- Kacung di Lie Cun Wan, mana ada yang tidak kukenal? Yang ini pasti orang baru, mana boleh berbicara kepada tamu dengan nada yang begitu tidak sopan? Pasti saking terkejut dia jadi bego! -"Cepat ambilkan dua botol arak!" bentaknya keras.
"Baiklah!" sahut si kacung yang langsung berjalan ke luar.
Melihat bayangan punggung si kacung, Siau Po berpikir dalam hati.
-- Ah! Siapa sebetulnya orang ini? Pagi hari ketika menikmati keindahan bunga obat di kuil Tan Ci si, dia juga pernah muncul Aku ingat betul Mengapa sekarang dia bisa jadi kacung di rumah pelesiran ini? Di balik semua ini pasti ada apa-apanya, --
Dia segera memusatkan segenap pikirannya untuk mengingat-ingat, Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin, Bahkan tanpa sadar mulutnya mengeluarkan seruan tertahan.
Shang Cie, pangeran Kaerltan dan A Ki segera bertanya serentak. "Ada apa?"
Siau Po merendahkan suaranya.
"Kacung yang masuk barusan adalah samaran salah seorang anak buah Gouw Sam Kui yang ilmunya tinggi sekali Apa yang kami bicarakan tadi pasti sudah didengar olehnya."
Shang Cie dan pangeran Kaerltan terkejut setengah mati Mendengar ucapan Siau Po itu. "Kalau begitu, dia tidak boleh dibiarkan nidup." kata mereka serentak.
"Kakak berdua jangan terburu-buru turun tangan. Kita-kita pura-pura belum mengenalinya, Kita lihat dulu, berapa jumlah seluruh orangnya yang telah dikirim kemari! Dan.. dan permainan setan... apa yang telah mereka rencanakan."
Ketika berbicara, suara Siau Po juga sudah gemetar. Kalau kacung tadi benar-benar samaran orang Gouw Sam Kui, Siau Po pasti tidak akan demikian gentarnya, Ternyata dia adalah orang Sin Liong Kau, Lu Kao Han.
Orang ini bersama-sama dengan Siau Po berangkat ke kota raja dari Sin Liong To, mereka bergaul sudah cukup lama, Dan saat ini samarannya benar-benar sempurna, sampai-sampai Siau Po tidak mengenalinya.
Tapi ketika melihat bayangan punggungnya, Siau Po merasa tidak asing, Pagi hari tadi, ketika berada di kuil Tan Ci Si, dia belum mengingatnya, sekarang mereka bertemu lagi di Li Cun Wan, dia segera manyadari bahwa ada sesuatu yang janggal. Setelah dipikirkan dengan seksama, dia baru sadar siapa adanya orang tersebut.
Kalau hanya Lu Kao Han satu orang saja, Siau Po juga tidak begitu takut Tapi ternyata orang itu mengatakan bahwa dia akan datang ke Li Cun Wan untuk mendengarkan lagu. Maka dia segera menyusup ke tempat ini dan menyamar sebagai kacung, Kemungkinan Poan Tau To dan Siu Tau To juga ikut datang, Jangan-jangan Hong kaucunya sendiri juga sudah tiba di sini.
Urusan ini sungguh rumit sekali, Semakin memikirkan, dia semakin takut. Setetes demi setetes keringat sebesar kacang kedelai menetes membasahi keningnya.
Tampak Lu Kao Han berjalan masuk kembali membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua botol arak dengan kepala masih tertunduk. Dia meletakkan dua botol arak itu di atas meja.
Siau Po berpikir dalam hati.
-- Hm! Dia sengaja menundukkan wajahnya karena takut kukenali Entah berapa orang seluruhnya yang telah datang? - Karena itu dia berkata, "Mengapa di dalam rumah pelesiran ini hanya ada kau satu orang? Panggil yang lainnya untuk melayani kami!"
Lu Kao Han berdehem mengiakan, kemudian dia segera membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke luar.
Siau Po berkata kepada rekan-rekannya dengan suara rendah.
"Toako, jiko, jiso, nanti kalian bertindak mengikuti isyarat mata dariku, Kalau aku mendelikkan mataku ke atas sehingga yang terlihat hanya bagian yang putihnya saja, kalian lekas-lekas turun tangan, Siapa pun yang ada dalam ruangan ini, kalau bisa kita bunuh saja, Mereka semua terdiri dari orang-orang yang kepandaiannya tinggi sekali, jangan dianggap enteng!"
Shang Cie dan yang lainnya menganggukkan kepala tanda mengerti Dalam hati mereka justru berpikir.
-- Para bawahan Gouw Sam Kui, meskipun yang ilmunya paling tinggi, juga tidak mungkin seberapa hebat Kenapa kau demikian kelabakan? -
Tidak lama kemudian, Lu Kao Han membawa masuk empat orang wanita penghibur, Masing-masing duduk di samping para tamunya, Siau Po memperhatikan dia tidak kenal dengan keempat wanita itu. Pokoknya bukan perempuan penghibur di Li Cun Wan, Tampangnya juga tidak ada yang enak dilihat BoIeh dibilang malah jeleknya setengah mati. Ada yang matanya juling, ada yang mulutnya pengok, ada yang kulitnya kuning pucat dan satunya lagi justru hitam sekali seperti arang. Rata-rata wajah mereka penuh dengan bintik-bintik atau jerawat. Salah satunya yang penuh dengan jerawat kebetulan sedang melirik kepada Siau Po dan mengedipkan matanya.
Siau Po melihat sinar matanya yang terang sekali, bentuk bola matanya juga sangat indah, Hatinya berpikir
-- Keempat perempuan ini pasti samaran orang-orang Sin Liong kau juga, Mereka sengaja berdandan sedemikian rupa agar tidak dikenali, perempuan yang satu ini justru mengedipkan matanya kepadaku, apa artinya? --
Siau Po segera menuangkan arak Mi Jun Ciu yang mengandung obat bius tadi ke dalam empat buah cawan dan diserahkannya kepada keempat wanita penghibur itu.
"Mari kita minum bersama-sama!" katanya.
Di dalam rumah pelesiran, selamanya belum pernah ada tamu yang menuangkan arak untuk wanita penghibur yang menemaninya. Begitu tangan si tamu menyentuh kendi arak, wanita penghibur akan segera merebutnya dan menuangkannya.
Akan tetapi keempat wanita itu hanya berdiam diri saja, mereka membiarkan Siau Po menuangkan arak tanya untuk mereka, Tidak ada satu pun di antara mereka yang membuka suara, Siau Po berpikir lagi dalam hatinya.
-- Ke empat perempuan ini benar-benar tidak tahu bagaimana harus menyamar sebagai pelacur! --Kemudian dia berkata, "Kalian ke mari untuk melayani tamu, mengapa begitu tidak tahu aturan? Minum dulu arak kalian masing-masing!"
Selesai berkata, dia menuangkan secawan arak lagi lalu berkata kepada Lu Kao Han. "Kau orang baru bukan? jadi kacung saja tidak becus! Kalau kalian tidak minum arak yang disuguhkan tamu, tamu mana yang mau mengeluarkan uang untuk kalian!"
Lu Kao Han dan keempat wanita penghibur palsu itu mengira bahwa memang demikianlah peraturan di dalam rumah pelesiran, Mereka sengaja mengiakan dan mengeringkan arak dalam cawan masing-masing.
"Nah, begitu baru betul!" kata Siau Po. "Apakah di dalam rumah pelesiran ini masih ada kura-kura (germo) atau pelacur lainnya? Panggil semuanya ke luar! Masa Li Cun Wan sebesar ini hanya ada kalian berlima? Rasanya kok aneh!" kata Siau Po.
Perempuan yang berwajah kuning langsung mengedipkan matanya kepada Lu Kao Han. Kacung palsu itu segera ke luar Tidak lama kemudian dia sudah datang lagi dengan membawa dua orang kacung lainnya, Dengan suara yang diserak-serakan dia berkata.
"Pelacur lainnya sudah tidak ada lagi, hanya ada dua ekor kura-kura." Diam-diam Siau Po merasa geli.
"Pelacur, kura-kura itukan panggilan orang lain, Kau sendiri seekor kura-kura, masa kau menyebut dirimu sendiri dengan panggilan seperti itu? Meskipun tamu yang datang ke sini untuk pelesiran juga tidak akan menggunakan kata-kata yang demikian tidak sopan.
Di tempat ini biasanya orang menyebut pelayan dan nona penghibur, aku hanya mengujimu saja, belangnya langsung ketahuan, He he, Hong kaucu pandai meramal dan banyak akal muslihatnya, tapi mimpi pun tidak membayangkan bahwa aku Siau Po justru dibesarkan di rumah pelacuran ini! --
Kedua kacung atau germo yang dibawanya bertubuh tinggi besar, Yang satu, sekali lihat saja sudah ketahuan bahwa orang itu samaran Poan Tau To. sedangkan yang satunya tentu Siau Tau To, tapi mengapa bentuk tubuhnya begitu tinggi? Setelah merenung sejenak, Siau Po segera menyadari bahwa kaki orang itu pasti ditambah tongkat penyanggah. Kalau dia kurang cantik, tentu tidak bisa berpikir sejauh itu.
Siau Po kembali menuangkan dua cawan arak.
"Sekarang tamu menyuruh kalian dua ekor kura-kura minum arak, kalian para kura- kura harus cepat minum!" katanya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Poan Tau to langsung meneguk kering cawan araknya, Sifat Siau Tau To lebih berangasan.
"Kau si bocah busuklah yang pantas menjadi kura-kura!" makinya, Lu Kao Han segera menarik ujung lengan bajunya dengan gugup. "Cepat minum! Kenapa kau begitu berani terhadap tamu?"
Siau Tau To menyamar sebaga kacung justru karena mendapat perintah dari Hong kaucu, hatinya terkejut sekali ketika disadarkan oleh Lu Kao Han. Cepat-cepat dia mengeringkan cawan araknya.
"Apakah semuanya sudah berkumpul di sini?" tanya Siau Po. Tidak ada orang lainnya lagi?"
"Tidak ada." sahut Lu Kao Han.
"Apakah Hong kaucu sendiri tidak menyamar sebagai kura-kura?" tanya Siau Po sembari cepat-cepat mendelikkan matanya ke atas sehingga yang terlihat hanya bagian yang putihnya saja.
Lu Kao Han bertujuh yang mendengar pertanyaan itu segera menjadi tersentak kaget. Ke-empat wanita penghibur palsu itu langsung mencelat bangun, Sejak tadi Shang Cie memang sudah bersiap sedia. Kedua tangannya terjulur ke depan untuk menotok pinggang Siu Tau To dan Lu Kao Han.
Begitu turun tangan, Lu Kao Han langsung roboh, tapi Siu Tau To hanya mendengus satu kali, lalu dia mengibaskan tangannya untuk menghantam kepala Shang Cie. Shang Cie terkejut. Dalam hati dia berpikir, ilmu Liong Ci Tan (Totokan dua jari)nya boleh dibilang tidak ada tandingannya di dunia. Sejak sepuluh jari tangannya kutung, gerakannya memang menjadi agak lamban sedikit, namun karena jarinya tinggal dua ruas, kekuatannya justru jadi berlipat ganda, Terang-terangan totokannya tadi mengenai pinggang Siu Tau To, tapi mengapa orang itu seperti tidak merasakannya? Mungkinkah dia juga seperti Siau Po yang pernah mempelajari ilmu Kim Kong Kong?
Sebetulnya, di antara kedua orang ini, tidak ada seorang pun yang pernah mempelajari ilmu kebal. Kalau Siau Po tidak mempan pukulan atau pun senjata tajam itu hanya karena dia mengenakan baju mustika. sedangkan Siu Tau To menggunakan tongkat penyanggah kaki, dengan demikian tubuhnya jadi lebih tinggi satu kaki. Shang Cie tentu saja tidak mengetahuinya, dia menyerang di bagian pinggang, tapi sebetulnya mengenai bagian paha, maka Siu Tau To hanya mengaduh kesakitan satu kali, tapi tidak sampai roboh.
Pada saat itu, pangeran Kaerltan sudah bertarung melawan Poan Tau To. Wanita penghibur yang mukanya jerawatan segera berbaku hantam dengan A Ki. Sedangkan seorang lainnya segera menerjang ke arah Siau Po.
Si anak muda tertawa.
"Apakah kau tiba-tiba kena sakit ayan? Mengapa menyerang membabi buta?" katanya.
Dia melihat kuku jari tangan perempuan itu panjang-panjang, serangannya juga cepat sekali, Hatinya terkejut, dia menundukkan kepalanya dan menyusup ke kolong meja, tangannya terulur untuk mendorong paha perempuan itu.
Perempuan itu sudah minum arak Mi Jun Ciu, kepalanya memang sudah terasa pusing tujuh keliling, begitu didorong oleh Siau Po, gerakannya langsung limbung, tubuhnya terhuyung-huyung beberapa kali, lalu dia jatuh terduduk dan tidak sanggup bangkit kembali. Kemudian, ketiga wanita penghibur palsu lainnya juga susul menyusul roboh.
Shang Cie dan Siu Tau To sudah bertarung beberapa jurus, Siu Tau To merasa gerakannya kurang leluasa karena menggunakan tongkat penyanggah, Karena itu dia segera membungkukkan tubuhnya untuk mematahkan penyanggah kakinya, Melihat itu, Shang Cie menggumam.
"Rupanya seorang katai!" Siu Tau To marah sekali. "Lohu dulu bahkan lebih tinggi daripada kau! Kalau aku lebih senang menjadi orang katai, apa urusannya denganmu?" makinya.
Shang Cie tertawa terbahak-bahak, mulut keduanya berbicara, tapi tangan dan kaki mereka tidak berhenti bergerak. ilmu keduanya sama-sama tinggi, Setelah bertempur beberapa jurus, mereka sama-sama mengagumi lawannya, Shang Cie berpikir dalam hati.
- Di bawah pimpinan Gouw Sam Kui ternyata ada perwira yang kepandaiannya demikian tinggi! --
Sedangkan Siu Tau To berpikir.
- Kepandaianmu memang tinggi sekali, tapi kau bersedia menjadi kaki anjing si budak busuk Siau Po, tampaknya kau juga bukan orang baik-baik! --
Di pihak lain, dalam beberapa jurus saja, pangeran Kaerltan sudah mulai terdesak oleh Poan Tau To. Untungnya, sebelum terjadi perkelahian Poan Tau To sudah dipaksa minum arak Mi Jun Ciu oleh Siau Po. Meskipun tidak sampai roboh, tapi gerakannya sudah tidak segesit semula. Karena itulah, sampai sedemikian jauh pangeran Kaerltan masih belum sanggup dirobohkannya.
Sementara itu, A Ki merasa heran, perempuan yang menyamar sebagai wanita penghibur itu hanya bertarung dengannya beberapa jurus lalu roboh sendiri Ketika dia menolehkan kepalanya, tampak pangeran Kaerltan mulai kewalahan, cepat-cepat dia menghampiri untuk membantunya.
Pandangan mata Poan Tau To tiba-tiba saja menjadi gelap, Tubuhnya terhuyung- huyung. Dia merasa dadanya kena dihajar oleh lawan, tapi pukulan itu tidak terlalu kuat, Cepat-cepat dia memejamkan matanya, Kedua tangannya direntangkan, dibengkeknya tangan lawan, Jari telunjuk sepasang tangannya langsung meluncur ke depan dan menotok bagian bawah ketiak lawannya.
A Ki segera merasa seluruh tubuhnya lemas, Perlahan-lahan dia jatuh terkulai, dia menindih di atas tubuh Lu Kao Han. Hatinya takut sekali, tapi kemudian dia melihat Poan Tau To sendiri perlahan-lahan tersungkur jatuh.
"A Ki, A Ki, kenapa kau?" tanya pangeran Kaer1tan. Tiba-tiba Poan Tau To bangkit kembali, secepat kilat dia mengirimkan sebuah pukulan kepada si pangeran, Tubuh pemuda itu langsung terpental jauh sampai ke depan pintu dan dengan keras membentur dinding.
Tenaga dalam Poan Tau To sudah mencapai tingkat yang mahir sekali, Meskipun dia sudah minum arak Mi Jun Ciu, tapi itu hanya semacam obat bius yang biasa digunakan dalam rumah pelesiran untuk mengatasi perempuan-perempuan yang tidak bersedia melayani tamu, dayanya tidak seberapa hebat. Meskipun kepalanya terasa pusing, tapi dia masih berusaha mempertahankan diri. Pada saat itu, pandangan mata Siu Tau To mulai berkunang-kunang, Dia mengulurkan tangannya untuk memukul Sang pangeran, tapi dengan mudah semua serangannya berhasil digagalkan oleh Shang Cie.
Pundak kiri dan kening kanannya ber-turut-turut kena hantaman Shang Cie. Dapat dibayangkan betapa hebatnya tenaga dalam Shang Cie, meskipun tubuh Siu tau to seumpamanya terdiri dari otot baja dan kulit besi, tetap saja dia tidak sanggup menahannya, tanpa dapat mempertahankan diri lagi, dia berteriak sekeras-kerasnya, kemudian melarikan diri lewat pintu, sementara itu, Lu Kao Han bangkit dengan tubuh terhuyung-huyung, totokan di pinggangnya masih belum lepas, Dengan setengah bingung, dia ikut Siu Tau To melarikan diri.
Pangeran Kaerltan sendiri kena pukulan Poan Tau To sehingga seluruh tubuhnya yang terpental dan membentur tembok terasa sakit sekali, Baru saja dia hendak memejamkan matanya menenangkan diri, tiba-tiba dia melihat tangan musuh menumpu pada meja dan berdiri sepasang mata orang itu terpejam, tangan kanannya melindungi bagian dada seakan takut terkena serangan.
Kaerltan dapat melihat kesempatan yang baik, dengan memaksakan diri dia mencelat bangun serta mendupak bagian punggung lawan, Poan Tau To menjerit keras-keras, tangannya membalik untuk mencengkeram dada pangeran Kaerltan,
Diangkatnya tubuh pangeran itu. Shang Cie segera menghambur ke depan untuk memberikan bantuan, Poan tau to segera membuka matanya, sambil mencekal dada Kaerltan, dia melompati tembok pekarangan dan melarikan diri.
"Kembalikan orang itu!" bentak Shang Cie. Dia segera mengejar keluar Lalu melompat juga ke atas tembok pekarangan Suara teriakan kedua orang itu sayup-sayup semakin menjauh.
Wi Siau Po merangkak ke luar dari kolong meja, Dia melihat setumpukan tubuh malang melintang di atas tanah, Song Ji dan Cin Ju rebah di sudut ruangan, Keempat anggota Sin Liong kau yang menyamar sebagai wanita penghibur terbaring di atas lantai.
Semua orang itu tidak bergerak sedikit pun. Ada yang roboh karena tertotok, ada juga yang disebabkan pengaruh arak Mi Jun ciu. Mereka semua menggeletak seperti orang mati.
Siau Po paling mengkhawatirkan keadaan Song Ji. Cepat-cepat dia memondong gadis cilik itu. Dia melihat sepasang mata gadis itu berkedip-kedip, pernapasannya lancar, hatinya menjadi lega, Tapi dia tidak mengerti ilmu membebaskan totokan, Karena itu, terpaksa dia memapah Song Ji, Cin Ju dan A Ki agar duduk di kursi.
Hatinya memikirkan keadaan ibunya, Cepat-cepat dia menghambur ke kamar belakang, tampak ibunya terkulai di atas tempat tidur, Siau Po terkejut setengah mati, Dengan panik dia memondongnya, Tubuh ibunya lemas sekali tapi denyut jantung dan pernafasannya masih normal.
Dia menduga, tentu sang ibu juga terkena totokannya orang-orang Sin Liong Kau. Kalau hal ini sampai dialami ibunya, kemungkinan kacung dan mucikari serta pelayan lainnya juga sudah mendapatkan bagian yang sama. Kalau seseorang terkena totokan, dalam waktu beberapa jam akan bebas dengan sendirinya, jadi dia tidak terlalu khawatir.
Siau Po kembali ke ruangan depan, Di depan pintu dia memasang telinganya, tidak terdengar suara Shang Cie, Poan Tau To, Siu Tau To maupun pangeran Kaerltan. Dalam hati dia berpikir
-- perempuan yang mukanya jerawatan tadi mengedipkan matanya kepadaku, tampaknya dia memberi isyarat agar aku berhati-hati, Orang ini baik juga hatinya, Entah siapa dia? -- Dia segera menghampiri perempuan itu dan membungkukkan tubuhnya, Dengan tangannya dia mengusap wajah perempuan itu beberapa kali.
Butiran jerawat palsu itu langsung rontok, Tampaknya seraut wajah berbentuk kuaci, putih dan manis sekali, Siau Po mengeluarkan seruan gembira. Rupanya Siau kongcu, Bhok Kiam Peng.
Siau Po menundukkan kepalanya dan mencium pipi gadis itu.
"Biar bagaimana kau masih bersikap baik kepadaku, tentunya kau dipaksa mereka datang ke mari, bukan?"
Tiba-tiba jantungnya berdebar.
-- Entah siapa perempuan penghibur lainnya? Apakah Pui Ie juga ikut datang? Perempuan hina yang satu ini selalu mencari akal untuk mencelakakan akui Kalau sekarang dia tidak ikut, benar-benar aneh! -- pikirnya,
Teringat kepada Pui Ie, hatinya terasa hangat juga sedih. Dia menatap kepada perempuan yang wajahnya kuning dan pipinya tembem, tapi tubuhnya langsing, Kemungkinan dialah Pui Ie. Karena itu, dia segera mengulurkan tangannya untuk menghapus samarannya.
Bedak berwarna kuning itu segera terhapus, tampaklah seraut wajah yang manis dan berbentuk oval, usianya mungkin lebih tua lima enam tahun dibandingkan Pui Ie, tapi wajahnya jauh lebih cantik. Siapa lagi kalau bukan Hong hujin?
Dalam keadaan terbius, pipinya berona merah, kulitnya halus dan mengkilap, Meskipun dulu Siau Po sendiri sering merasa kalau wanita yang satu ini sangat menawan, tapi pesonanya sekarang semakin terlihat nyata. Kalau dulu tidak pernah ada pikiran kotor dalam benaknya, sekarang dia menjadi lupa diri melihat kecantikan wanita itu, Karena ada kesempatan, dia segera mengulurkan tangan untuk mengelus-elus wajah Hong hujin.
Tampak sepasang matanya terpejam rapat-rapat, dia dalam keadaan tidak sadar, jantung Siau Po menjadi berdebar-debar, sekali lagi dia mengelus wajah wanita itu.
Kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk menatap kedua wanita lainnya, Yang satunya bertubuh sintal pasti bukan Pui Ie. Salah seorang di antaranya malah menyerang Siau Po dengan ganas tadi, Siau Po mengangkat kendi arak lalu distram- kannya ke wajah perempuan itu, kemudian dia menarik ujung baju si perempuan untuk mengusap wajahnya, Siau Po terpana, ternyata si permaisuri palsu, Hati Siau Po menjadi senang.
-- Wah, jasaku kali ini benar-benar besar sekali Sri Baginda dan Thay Hou menyuruh aku menangkap si moler tua ini untuk membalas dendam. Dengan berbagai cara aku tidak pernah berhasil, tidak tahunya sekarang dia malah menyodorkan dirinya dengan menjadi pelacur di rumah pelesiran ini.
Sejak dulu aku sering menyebutnya perempuan hina dan si moler tua, tampaknya aku juga mempunyai bakat meramal nasib orang, Buktinya sekarang dia benar-benar ada di rumah hina ini! --
Kemudian dia mengusap wajah pelacur yang terakhir, yang ini baru samaran Pui Ie. Siau Po terkejut.
- Mengapa pinggangnya begitu besar? -- katanya dalam hati. Mungkinkah dia main serong dengan orang lain? Ya, Thian yang kuasa si moler tua benar Siau Po menjadi
pelacur, tampaknya aku Wi Siau Po juga terpaksa harus menjadi kura-kura kecil! -
Dia mengulurkan tangannya dan disusup-kannya ke dalam pakaian Pui Ie. Yang tersentuh olehnya bukan kulit tubuh dan ketika ditarik keluar ternyata sebuah bantal.
Siau Po tertawa terbahak-bahak.
-- Ternyata hatimu jauh lebih jahat dari Siau kungcu, Dia justru khawatir aku terkena tangan jahat kalian sehingga mengedipkan matanya memberi isyarat kepadaku Kau justru takut ketahuan olehku sehingga sudi menyamar menjadi perempuan bunting! Ha ha ha ha ha.,.! Si pelacur kecil hamil di dalam rumah pelesiran, aku suamimu akan menggugurkan kandunganmu, menggugurkan kandungan yang ternyata sebuah bantal!
--
Siau Po berjalan ke luar ruangan dan melihat-lihat sekitarnya, Tampak mayat berserakan Keadaan di sekitar gelap gulita, tidak terdengar suara apa pun, Dalam hati dia berpikir. -- Poan tau to dan Siu Tau To sudah minum arak Mi Jun Ciu, tentu mereka tidak sanggup mengalahkan kedua kakak angkatku itu. Tapi bila Hong kaucu dan yang lainnya menantikan di depan sana, akibatnya sulit dibayangkan! Kakak berdua, kalau kalian hari ini sampai putus jiwa, maafkan kalau siautee menyalahi janji dan tidak sudi mati pada tahun, bulan atau pun hari yang sama! -- katanya dalam hati.