Kaki Tiga Menjangan Jilid 66

Jilid 66

"Ah kasihan, nanti aku akan menghiburnya dan datang padanya untuk apakah menangis terus-menerus? Bukankah hal itu tak ada manfaatnya?" Kata Siau Po terharu.

Song Ji mengangguk tak berkata apa-apa. setelah itu ia pun tertunduk ikut memikirkan hal yang diderita tuan putri itu.

Siau Po kemudian masuk ke dalam kamar tuan putri Sophia, ia berusaha untuk menghibur tuan putri itu.

Sophia rebah dalam kamarnya di atas pembaringan kakinya digunakan untuk menendang benda yang ada di dekatnya, ia tidak menginginkan ada orang yang mengganggunya, dan ia pun menolak sewaktu Siau Po ingin menghiburnya dengan bercerita.

"Tidak! Aku tidak mau dengar cerita-ceritamu ituI Aku hanya ingin Czarina masuk ke dalam neraka! Ya. Aku hanya ingin agar Czarina masuk ke dalam neraka, Czarina 

Natalia.,." katanya,

Siau Po belum mengetahui apa itu "Czarina", Kemudian ia bertanya pada tuan putri Sophia dan tuan putri itu menerangkan apa arti Czarina itu. Setelah ia mengetahui kalau Czarina itu ratu atau ibu suri dari raja Peter I, maka Siau Po berkata dengan sangat senang, hal itu diperuntukkan agar tuan putri dapat melupakan kesedihannya.

"Aku kira Czarina itu orang macam apa tak tahunya ia ibu suri! Nah, mari aku beritahu padamu, Tuan putri! Di Tiongkok, Czarina dipanggil Loo Piauw-cu atau si moler tua, dan dia pula seorang yang sangat jahat dan kejam. 

Belakangan itu setelah aku memikirkan usaha untuk menyingkirkannya dan aku telah berhasil Aku berhasil membuatnya terusir dari istana, Rajaku sangat senang dengan usahaku dalam mengusir ibusuri itu. Setelah itu aku mendapatkan hadiah dari raja berupa pangkat yang sangat tinggi dan terhormat." katanya. Sophia sangat girang mendengar kata-kata Siau Po itu, ia lalu bangkit dan duduk di sisi pembaringan.

"Daya upaya apakah yang telah kau lakukan itu?" tanyanya dengan bernapsu.

Ditanya demikian Siau Po berpikir dengan cepat lalu berkata dalam hatinya, "Aku berhasil mengusir si moler tua itu, karena ia ibusuri palsu, Tetapi moler tua dari Losat ini lain, dia adalah ibusuri asli raja Peter I. walaupun ia isteri kedua maha raja, tetapi cara yang aku lakukan di Tiongkok tak dapat aku terapkan di sini." 

Katanya, "Daya upayaku atau cara yang kulakukan dalam hal ini, aku bekerja sama dengan rajaku yang masih sangat muda, dan itu pula dilakukan di hadapan ibusuri Tiongkok." katanya memberikan penjelasan.

Tuan putri itu lalu merapatkan alisnya. "Peter sangat menyayangi ibunya, tak mungkin ia mau mendengarkan kata-kataku, Tak dapat ia menentang ibunya, kecuali.   

Kecuali." Kata Siau Po yang kata-katanya agak terpotong-potong.

"Kecuali apa?" tanya si putri, sampai-sampai ia melompat dari tempat tidurnya dan mendekat pada Siau Po. Matanya menatap tajam pada Siau Po dan dari mulutnya keluar nada yang menandakan panas hatinya dan sangat mendongkol. Dia berjalan mundar-mandir seraya giginya menahan rasa kesal yang amat sangat.

Siau Po menatap tuan putri itu. Diam-diam ia turut menatap wajah Sophia dan setelah itu ia pun berkata dengan ceritanya.

"Di Tiongkok dahulu pernah hidup seorang raja wanita, Dia sangat cantik, dan ia pun banyak dinikahi oleh banyak laki-laki. Raja itu banyak memelihara selir yang kesemuanya gagah-gagah dan tampan. Hidupnya sangat senang, dan menurut penglihatanku, tuan putri tidak banyak berbeda dengan raja wanita di Tiongkok yang kami sebut Bu Cek Thian. Maka sebaiknya kau sendiri yang menjadi raja, pasti kau akan berhasil. !"

Hati Sophia sangat senang mendengar kata-kata Siau Po itu soalnya seumur hidupnya belum pernah ia memikirkan hal itu. Di negara Losat belum pernah ada raja wanita, makanya ia beranggapan bahwa wanita itu tidak bisa menjadi raja. Tetapi sekarang ia berpikiran lain. Kalau di Tiongkok ada raja wanita mengapa di negaranya tidak ada?

Semenjak di kurung dalam istana itu Sophia senantiasa berada dalam kemendongkolan dan kegelisahan serta ketakutan. sebab sewaktu-waktu ada 

kemungkinan ia terancam maut. Hingga setiap saat ia selalu berpikir bagaimana caranya agar ia dapat keluar dari tempat itu, ia ingin kembali ke timur untuk hidup bersama dengan Korichin.  Di sana pastilah ia merdeka dan hidup tak terkekang seperti di sini, sekarang setelah mendengar kata-kata Siau Po, ia seperti disadarkan dalam mimpinya, ia melihat satu dunia baru terbentang di hadapannya.

Setelah berdiam cukup lama, kemudian secara tiba-tiba Sophia memutar tubuhnya dan dengan tangan-tangannya ia memeluk Siau Po dan seterusnya ia menciumi pipinya, pada saat itu matanya kembali bersinar tenang.

"Jikalau aku telah menjadi raja maka aku akan mengangkatmu menjadi permaisuriku atau suamiku." katanya.

Dalam hati Siau Po terperanjat itu adalah di luar dari dugaannya, dan sama sekali tak terpikirkan.

"lni tidak dapat. Kami bangsa Tionghoa maka kami tak dapat menjadi ratunya Bangsa Losat, oleh karena itu aku lebih senang jika kau mengangkat pangkatku saja." katanya dengan cepat.

"Kau jadi ratuku dan kau pun nantinya akan menjadi pembesar istana." kata Sophia, Kembali Siau Po berkata dalam hatinya: "Sekarang ini kita sedang dalam keadaan bahaya, mengapa aku masih saja bermimpi? Mana dapat ia mengangkat pangkatku?" katanya.

Sophia menatap Siau Po yang sedang berpikir itu.

"Coba sekarang kau pikirkan bagaimana caranya agar aku dapat menyingkirkan Czarina Natalia itu?" tanyanya.

Siau Po merapatkan alisnya, Dalam urusan ke tatanegaraan ia memang kurang mengerti. Bagaikan langit dan bumi, apabila ia dibandingkan dengan kaisar Kong Hie, ia pun kalah jauh dengan Tan Kin Lam, So Ngo Ta dan juga Gouw Sam Kui. 

"Tuan putri, dalam soal ini aku tak sanggup memikirkannya, sekarang begini saja, sebaiknya aku segera pulang ke Pakhia, Di sana aku akan menanyakan pada raja cilikku agar dia mau mencarikan jalan yang baik bagi tuan putri, Setelah itu aku akan kembali ke mari dengan membawa orang-orang yang gagah dan perkasa, untuk mengadakan penangkapan Czarina Natalia atau si moler tua dan Czar si bocah cilik Peter I. Maka dengan demikian jelas kita berhasil dalam usaha kita, Kau akan naik tahta menjadi raja wanita seperti apa yang kau inginkan. orang-orang yang akan aku bawa ke mari di samping gagah dan perkasa aku juga akan membawa mereka dalam jumlah yang besar." kata Siau Po.

Dalam mengucapkan kata-katanya itu yang terakhir mendadak ia bergerak untuk merangkul tuan putri itu.

"Oh, itu tidak dapat! Kau mau pulang dulu ke Pakhia, baru kau akan kembali lagi ke marl, Untuk itu kau membutuhkan waktu yang tidak sebentar, atau mungkin mencapai  satu tahun lamanya, Bu-kankah dengan demikian aku telah mati dan naik kesorga?" kata si putri.

Siau Po menarik napas panjang, perkataan tuan putri itu memang benar, Memang sangat banyak yang dibutuhkan untuk perjalanan itu, Akan tetapi bukankah itu hanya sandiwara saja?

"Oh, Tuan putri yang cantik, jikalau tuan putri akan pergi ke sorga maka aku si menteri dari Tiongkok akan ikut denganmu ke sorga." kata Siau Po kemudian.

"Oh, Bocah cilik, kau paling pandai mendustai orang, Ya, kau hanya ingin menghibur aku!" Setelah berkata demikian Sophia mendorong tubuh Siau Po dan berkata pula.

"Oh, anak kecil dari Tiongkok, kau tidak berguna, kau hanya pandai menepuk punggung kerbau dan meniup kulit kuda!" katanya.

Siau Po tertawa mendengar kata-kata tuan putri yang membalikkan kata-kata itu, yang seharusnya "menepuk punggung kuda dan meniup kulit kerbau" ia pun melihat tuan putri itu tak memandang sebelah mata padanya, maka dalam hati Siau Po merasa mendongkol ia lalu berkata dalam hatinya.

"Apalah caranya untuk tuan putri agar dapat menjadi raja? Sayang aku tak tahu caranya." katanya dalam hati.

Siau Po berpengetahuan banyak hanya dari pengalamannya, sebab ia gemar menonton sandiwara kebangsawanan, Namun sangat disayangkan dalam hal ini ia belum pernah melihat atau menonton sandiwara tentang berdirinya kerajaan wanita dan sebagai rajanya seorang wanita pula.

"Tentang raja wanita aku tahu bagaimana caranya ia menjadi raja seorang raja dan mendirikan kerajaan, lalu bagaimana dengan raja-raja pria? Aku ingat mengenai Cu Goan Ciang, dia berhasil karena ia mempunyai panglima perang yang besar seperti: Cie Tat, Siang Gie Cun, Ouw Toa Hay, Bhok Eng. " itulah lakon cerita "Eng Liat Toan" 

tentang berdirinya kerajaan Beng.

"Tatkala Lie Cu Seng memimpin tentaranya menyerbu Pakhia, kaisar Cong Ceng, telah mati menggantung diri, Setelah itu Lie Cu Seng mengangkat dirinya menjadi raja. Kemudian datanglah tentara Boan, yang menghajar Lie Cu Seng, Karena itu kaisar Sun Tie, si tua bangka, lalu menjadi kaisar tua di seluruh Tiongkok, Kemudian Gouw Sam Kui ingin menjadi raja, dia mengangkat senjata dan mengadakan pemberontakan Maka nyatalah bahwa yang ingin menjadi raja harus mempunyai tentara dan berperang, membuat banyak mayat-mayat manusia berserakan di mana-mana, darah manusia bagaikan air sungai."

Mengingat akan bahaya perang, Siau Po menjadi ketakutan sendiri. "Dan sekarang kita terkurung di sini. Dari manakah datangnya kekuatan tentara itu? Mana dapat kita berperang? sedangkan jika kita tak berperang kita tak akan menjadi raja?" katanya.

Karena pengetahuan tentang hikayat sangatlah sedikit Siau Po tak tahu halnya membangun negara, ia manyangka dengan mengikuti cerita wayang yang pernah disaksikannya, hanya dengan cara berperang orang dapat menjadi raja, Di samping itu ia hanya mengandalkan para kaisar saja, sedangkan kaisar itu pun menjadi raja karena turunan dari ayahnya yang sekarang telah mengundurkan diri.

Banyak lakon yang diingat Siau Po, yang kesemuanya itu adalah untuk menjadi raja. Kesemuanya itu diawali dengan peperangan yang banyak memakan kurban jiwa manusia, Rakyat yang menderita sedangkan raja yang kaya raya. Rakyat semakin miskin dan yang kaya semakin kaya, Hanya itu yang diketahui Siau Po.

Namun ringkasnya, semua itu sebagai bukti bahwa itulah yang Siau Po ketahui, bahwa jika seseorang ingin menjadi raja ia haruslah berperang terlebih dahulu barulah ia dapat menjadi raja. Dan jika ia telah menjadi raja apabila tak pandai berperang, maka kerajaannya akan diambil alih oleh yang menang, dan kerajaan dengan sendirinya akan runtuh...

Sophia mengertakkan giginya dan mengepal keras tangannya.

"Eh kau sedang berbuat apa?" tanyanya pada Siau Po yang sedari tadi ngoceh terus- menerus tak henti-hentinya seperti orang yang sedang kesurupan, Cerita itupun membingungkannya.

Ditanya demikian Siau Po melongo terlebih dahulu, ia seperti orang yang baru saja sadar.

"Untuk menjadi raja orang harus dapat berperang." katanya. Sophia kembali heran.

"Berperang. Berperang dengan siapa?" tanyanya.

"Tentulah berperang dengan si moler tua Bangsa Losat itu." kata Siau Po menerangkan.

Sophia belum mengerti walaupun Siau Po sering mengatakan kata-kata "Moler Tua", Sewaktu tuan putri itu hendak menanyakannya, daun pintu terbuka dan si komandan muncul Komandan itu menjambak leher baju Siau Po dan berkata dengan nada yang sangat kasar, ia lalu menarik Siau Po untuk keluar dari kamar tuan putri itu.

Sambil menutup pintu keras-keras kaki kanan komandan itu menendang kumpulan kaki Siau Po. Siau Po merasa nyeri dan gusar, Komandan itu sangat kurang ajar apalagi telah menendangnya dengan keras, Si Komandan tertawa mengejek, mendadak ia jadi naik darah, Setelah komandan itu hendak mendupaknya lagi Siau Po berlompat kesamping, Komandan itu mengulangi lagi begitu juga Siau Po berlompat-lompatan. Akhirnya Siau Po melompat tinggi dan berdiri di pundak Komandan itu.

Itulah tipu silat yang pernah diajarkan oleh Hong Hujin, Satu di antara tiga jurus terlihay untuk menolong orang dalam keadaan terjepit Siau Po sebenarnya belum mempelajarinya dengan sempurna apa lagi jika ia menghadapi orang yang pandai bermain silat, pastilah ia tidak berdaya. Tetapi dengan komandan Bangsa Losat ini Siau Po merasa paling pandai.

Dengan tak kurang cepatnya Siau Po menekan mata komandan itu.

"Jangan bergerak.... Awas matamu...!" ancamnya pada Komandan yang sudah tak berdaya itu.

Komandan itu kaget, ia dapat menerka arti dari ancaman itu, maka dengan terpaksa ia diam saja.

Dengan tangan kanannya Siau Po menarik telinga Komandan itu.

"Jalan!" perintah Siau Po yang tetap berada di punggung komandan itu, ia menganggap komandan itu sebagai kuda tunggang.

Komandan itu menurut saja Siau Po memerintahkannya untuk jalan kearah tuan putri dan memerintahkannya juga untuk menutup pintunya, Siau Po memerintahkannya dengan suara keras.

"Tutup pintunya dan cepat kau ambil senapan." katanya.

Sophia sangat kaget dan juga heran, tetapi ia dapat menutup pintu itu, sedangkan Siau Po mengambil senjata milik komandan itu, dan seterusnya senjata tersebut dipakainya untuk mengancam komandan itu.

Siau Po berlompat turun dan dengan tali kulitnya ia mengikat kaki komandan itu, Begitu pun dengan kedua tangannya ia menggunakan tali celana komandan itu maka dengan sendirinya celana itu pun menjadi turun.

"Ha ha ha ha!" Siau Po tertawa bersamaan dengan tuan putri itu.

Opsir itu sangat malu dan gusar, tetapi ia hanya dapat mendongkol tanpa mengadakan perlawanan, karena kaki dan tangannya terikat. wajahnya menjadi merah menahan rasa malu yang luar biasa itu.

Tak lama kemudian pintu itu terbuka, tampak Song Ji yang datang melihatnya. "Tak apa-apakan siangkong?" tanyanya perlahan Tetapi setelah melihat keadaan komandan itu, ia terperanjat heran hingga dengan sendirinya ia menjadi malu sendiri.

Siau Po menggapai memanggil Song Ji yang baru saja masuk, "Untuk apakah menahan opsir ini?" tanya Sophia.

Ketika tadi membekuk si komandan itu Siau Po hanya bermaksud untuk membalas amarahnya saja dan tidak berpikir apa pun. sekarang setelah ditanya tuan putri itu ia barulah sadar, Akan tetapi karena ia sangat cerdas segera ia mendapatkan satu pikiran.

"Aku akan menyuruh seseorang untuk membunuh Czar Peter I dan juga ibunya Czarina Natalia, Nanti jika kita berhasil kau akan menjadi raja atau kau akan menggantikan Czarina." kata Siau Po.

Bicara Siau Po yang menggunakan bahasa Lo-sat, memang kurang lancar Akan tetapi tuan putri dapat mengerti apa yang dimaksud oleh Siau Po. Maka tuan putri itu lalu tertawa, dan selanjutnya ia bertanya pada opsir itu, yang sebelumnya ia sudah memikirkan pertanyaan apa yang akan ia tanyakan itu.

Tampak opsir itu menggelengkan kepala, Siau Po mengira-ngira bahwa opsir itu telah menolaknya. Maka ia berkata dengan suara kasar.

"Jikalau dia menolak maka lebih baik kita bunuh saja." katanya sambil mengeluarkan pisau belatinya yang disembunyikannya dalam kaos kakinya, Dengan pisau itu Siau Po mengerok halus berewok sebelah kanan komandan itu. Memang pisau itu sangat tajam.

"Sungguh tajam pisau itu!" kata Sophia, Muka komandan itu menjadi pucat karena sangat takut kalau Siau Po benar-benar akan membunuhnya.

"Oh, bocah kecil ini telah menyembunyikan pisaunya dalam kaos kakinya, Sayang sewaktu menggeledahnya aku tidak menemukannya, Anak Tiongkok ini sangat cerdas!" katanya dalam hati.

"Eh! Kau mau menyerah atau tidak? Kau mau atau tidak mengangkatku sebagai Czarina?" tanya tuan putri itu dengan bengis.

"Bukannya aku menolak, tetapi pasti orang-orang sebawahanku akan menentangku, Lagi pula dalam kota ini ada dua puluh tangsi tentara bersenjata api, sedangkan dalam tangsiku hanya ada satu tangsi saja. Taruh kata kita akan memberontak tak mungkin dapat memenangkannya, Mana dapat satu tangsi melawan sembilan belas tangsi?" katanya.

Sophia terdiam, komandan itu berbicara sangat beralasan sekali, ia hendak menjelaskan hal itu pada Siau Po hanya ia khawatir kalau Siau Po tidak mengerti masalah itu. Maka ia berbicara dengan bahasa isyarat, seperti halnya orang bisu saja,  dan untuk mengatakan angka dua puluh ia membuka kaki dan tangannya untuk menunjukkan angka dua puluh.

Agak sulit untuk menerangkan dalam bahasa isyarat itu. ia hanya menggunakan gerak-geriknya, dan entah Siau Po dapat mengerti ataukah tidak hingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat Siau Po dapat mengerti apa yang dimaksudkannya itu.

Akhirnya Sophia diam, ia tahu bahwa komandan itu pasti akan membangkangnya, Percuma membunuhnya toh ia tak mau menolongnya.

"Komandan ini menolak, mari kita coba dengan pembantunya!" kata Siau Po pada tuan putri itu.

"Pembantunya...?" tanya tuan putri mengulangi kata-kata Siau Po tadi. "Ya, pembantunya, Cepat suruh ia ke mari!" kata Siau Po.

Sophia menurut, lalu dibawanya komandan itu ke depan pintu, sedangkan Sophia menodongnya dengan senjata milik komandan itu. Setelah itu Sophia memerintahkan komandan itu untuk memanggil komandan muda.

"Cepat kau panggil pembantumu! Kalau kau coba-coba akan melawan aku tak segan-segan membunuhmu!" kata Sophia,

Terpaksa komandan itu menurut apa kata-kata tuan putri itu, ia lalu memanggil komandan muda.

Song Ji bersembunyi di balik pintu, Setelah si komandan muda itu muncul dan masuk, nona itu menotok punggung komandan muda hingga ia tak dapat bergerak.

"Oh, Siangkong! Kiranya jalan darah setan-setan asing ini sama dengan orang-orang kita. Tadinya aku sangat khawatir keduanya berlainan..." kata Song Ji.

Siau Po tertawa.

"Bukannya mereka itu sama saja? Mereka mempunyai mata hidung tangan dan kaki, demikian juga dengan jalan darahnya." kata Siau Po.

Lantas Siau Po mengambil alih pedang si komandan muda itu kepada Sophia. "Sekarang kau perintahkan membinasakan komandannya, supaya ia memberontak. 

Kalau ia menolak, suruh sebawahannya membunuhnya!" katanya.

Sophia mengerti apa yang dimaksud Siau Po, maka ia lalu berkata pada si komandan itu. "Nah pedang ini kau pegang, dan kau harus membunuh komandanmu! Maka dengan sendirinya kau akan menjadi pemimpin utama dari pasukanmu, Lalu kau pimpin pasukanmu untuk mendengarkan segala perintahku! jikalau kau menolak untuk membunuh komandanmu, aku akan memerintahkan anak buahmu untuk membunuh kalian semua, agar dialah yang akan menggantikan menjadi komandan utama. Nah, kau mau turut perintahku ataukah tidak?" tanyanya pada komandan muda itu, Belum lagi si komandan itu menjawab pertanyaan tuan putrinya itu Siau Po sudah lebih dahulu berkata pada Song Ji.

"Song Ji cepat kau bebaskan dia dari totokanmu tetapi badannya saja jangan sekalian tangannya."

Song Ji menurut, dengan cepat ia membebaskan totokan darah pada badan komandan muda itu, Setelah itu ia menyerahkan pedang itu kepadanya, "Nah bagaimana?" tanya Sophia pada komandan muda itu.

Tiba-tiba komandan itu mendamprat komandan muda itu, ia pun mengancam pada komandan muda, maksudnya akan mencegahnya agar ia tidak menuruti kata-kata tuan putri.

Pikiran si komandan muda berubah dengan cepat pada dasarnya ia tidak mau mengikuti kata-kata tuan putri walaupun pernah di antara mereka ada perselisihan, tetapi karena komandan itu mendampratnya maka, ia menjadi panas, karena jika dia tidak membunuh, pastilah ia yang akan dibunuhnya.

Setelah berpikir beberapa saat dia sudah dapat mengambil keputusan untuk membunuh komandan itu, ia lalu berkata dalam hati:

"Kau sudah mencaci maki aku secara keterlaluan Kau membuat aku harus mengambil jalan ini! jikalau aku tidak membunuhmu pastilah nanti aku yang akan dibunuh oleh sebawahanku, Dan kaupun nantinya akan di bunuhnya pula! Untuk apakah kami berdua mati konyol?" Pikir si komandan muda itu.

Karena berpikir demikian maka komandan muda itu tidak sangsi lagi untuk melakukan hal yang menurutnya itu baik, Pada waktu yang sangat singkat komandan yang muda telah menebas batang leher komandan yang tua atau komandan utama.

"Bagus!" kata Sophia, begitu juga Siau Po dan Song Ji yang menyaksikan hal itu. ia berkata dengan bahasanya sendiri, setelah itu tuan putri Sophia menjabat tangan si komandan muda itu seraya memujinya karena kegagahannya.

"Sekarang aku mengangkat kau menjadi komandan. Kau boleh duduk dan sekarang mari kita berdamai!" katanya.

Komandan muda yang baru saja diangkat tuan putri itu mengerutkan keningnya, ia tampak menyesal lalu menunjuk pada Siau Po dan Song Ji sambil berkata. "Kedua anak-anak ini telah menggunakan ilmu gaibnya sehingga anggota tubuhku bagian bawah tidak dapat digerakkan sama sekali..." katanya pada tuan putri.

Sophia mengangguk dan ia menoleh pada Siau Po.

"Tolong kau singkirkan ilmu gaibmu untuk membebaskan tubuhnya agar dapat digerakkan seluruhnya seperti semula!" kata tuan putri pada Siau Po dan Song Ji.

Siau Po dan Song Ji tersenyum mendengarkan kata-kata tuan putri yang dirasakannya lucu itu. Tanpa menunggu perintah siangkongnya Song Ji telah membebaskan totokannya dari tubuh si komandan muda itu.

Setelah itu Sophia berkata pada si komandan yang baru saja diangkatnya itu. "Cepat kau pergi memanggil sebawahan-sebawahanmu beserta pembantu-

pembantunya! Akan aku suruh anak-anak Tiongkok ini untuk membuatnya tidak 

berdaya." kata tuan putri itu. sedangkan pada Siau Po dan juga Song Ji ia memberikan keterangan.

Komandan muda itu mengangguk lalu pergi, Tak lama ia sudah kembali dengan empat orang anak buahnya, yang di perintahkan untuk berbaris di depan pintu.

Para sebawahan komandan itu menanti untuk dipanggil satu persatu, sedangkan Song Ji sudah siap ingin menotoknya, Setelah mereka masuk satu persatu mereka langsung ditotok oleh Song Ji, hingga mereka yang jumlahnya enam orang itu tak dapat bergerak.

Sampai disitu Sophia berkata pada semua opsir yang berada di dalam kamarnya itu: "lni komandan barumu telah mendukung aku untuk mencari Czarina, Kita semua 

akan mengerahkan pasukan perang untuk memberantas Czarina Natalia, Sekarang aku 

akan bertanya pada kaiian, apakah kalian mau bekerja sama dengan aku ataukah tidak?"

"Keenam opsir itu bingung, setelah mendengarkan kata-kata tuan putrinya itu. Sewaktu masuk kamar, mereka telah di totok, hal itu yang membuat mereka menjadi heran. Sebagai akibatnya mereka tidak dapat menggerakkan kaki dan tangan mereka. 

Mereka juga terkejut setelah melihat mayat yang ada di kamar itu. itulah mayat komandan mereka, sehingga mereka dapat menerka-nerka apakah yang telah terjadi, Dan mereka dapat menerka bahwa bencana telah mengancam mereka, sehingga hati mereka menjadi sangat takut. Mereka hanya dapat saling memandang satu sama lain.

Siau Po dapat menerka kekhawatiran mereka itu, sehingga kemudian ia berkata pada tuan putri: "Kau jelaskan pada mereka, bahwa kau akan memberontak di bawah pimpinanmu! Kau juga menjanjikan pada mereka kenaikan pangkat gaji upah yang  besar Katakan bahwa mereka akan menjadi pejabat penting dan mempunyai banyak uang!" kata Siau Po.

Sophia berpikir kata-kata Siau Po itu benar, Maka ia langsung saja menurut apa kata Siau Po, tetapi agar tidak kepalang tanggung ia berkata pada si komandan muda itu:

"Kau panggil semua pasukanmu serta serdadumu sekalian, katakan aku ingin berbicara dengan mereka itu!" katanya.

Komandan itu menurut, maka tak lama kemudian Sophia telah berdiri di hadapan para serdadu dan pasukan bersenjata komandan muda itu, jumlah mereka semuanya kira-kira seribu lebih, Di sana pun telah turut ke enam opsir yang telah di totok oleh Song Ji. Mereka itu dijadikan contoh dari orang yang membangkang.

Segera Sophia berbicara mengenai keinginannya untuk menjadi Czarina, dan menentang maksud dari Czarina Natalia, ia mengutarakan sebab-sebabnya, tapi terlebih dahulu ia memuji para serdadu itu sebagai putra Losat yang gagah dan berani, yang telah berjasa pada negara, Namun katanya. ia telah mendapatkan upah yang 

sangat rendah, sedangkan tanpa uang mereka itu tak akan mendapatkan wanita-wanita yang cantik, tak leluasa berbelanja dan rumah-rumah mereka semua sangat kurang pantas jika di bandingkan dengan hasil kerja mereka.

"Coba kalian lihat para hartawan di kota Moskwa ini! Mereka memiliki gedung- gedung yang bagus-bagus dan banyak pegawainya, dan istri mereka semuanya cantik- cantik. Justru kalian sebaliknya, Kalian tak memiliki semua itu, Coba kalian pikir, apakah itu adil? Padahal kalian telah berjuang membela negara." katanya dengan bersemangat.

"Tidak adiI. Tidak adil!" jawab mereka serempak.

"Semua orang yang berharta itu, mereka gemuk-gemuk tetapi mereka bodoh-bodoh, habis makan mereka tidur bagaikan babi saja, jikalau mereka bertempur dengan kalian apakah mereka itu berada di pihak yang akan menang? Apakah dalam ilmu menembak mereka dapat melebihi kalian? Apakah ilmu pedang mereka jauh lebih pandai dari kalian? Apakah mereka yang telah membangun negara serta meninggikan derajat bangsa Losat? Cobalah kalian pikirkan masak-masak!" kata tuan putri mempengaruhi mereka.

Setiap pertanyaan tuan putri itu selalu saja dijawab dengan sikap menyangkal oleh para serdadu, jawaban itu sudah Siau Po mengerti artinya dan sudah dapat dikira-kira, Namun Siau Po tidak dapat mengerti pertanyaan yang diajukan oleh tuan putri itu. Siau Po hanya dapat mengira-ngira bahwa anjuran itu hanyalah untuk mereka berontak di bawah pimpinan tuan putri tetapi mereka menolak....

Masih saja Sophia berbicara. "Kalian semua sudah sepantasnya mendapatkan kedudukan yang baik dan tinggi Kalian sudah sepantasnya menjadi orang-orang yang hartawan dan banyak uang. Sehingga kalian akan hidup berbahagia." kata tuan putri itu memanas-manasi para serdadu.

Para serdadu itu berseru-seru serta menyebut-nyebut tuan putri, Ada di antara mereka yang memberanikan diri unjuk bertanya tentang cara yang harus mereka tempuh untuk mencapai maksud itu:

"Tuan putri Sophia, jalan apakah yang harus kami tempuh untuk kami dapat naik pangkat dan mendapatkan uang yang banyak itu?" tanya mereka dengan bersemangat pada tuan putrinya.

"Apakah kalian ingin naik pangkat?" tanya tuan putri.

"Mau!" seru mereka serempak, " Apakah kalian ingin memiliki banyak uang?" tanya tuan putri pula.

"Mau!" jawab mereka serempak pula. 

"Apakah kalian mau memiliki wanita-wanita yang cantik-cantik?" tanya Sophia lagi. "Mau. Mau!" jawab mereka, Mendengar jawaban para tentara itu hati Sophia dapat 

terhibur Apa lagi mereka semuanya dapat dipengaruhi dengan balasan kenaikan pangkat dan harta yang berlimpah ruah.

"Bagus kalau begitu! Kalian dapat pergi dan katakan pada rekan-rekan kalian yang berada di tangsi yang lainnya yang berjumlah sembilan belas tangsi itu! Kalian katakan pada mereka kalau kalian datang atas perintahku Putri Sophia. Akulah Czarina 

mereka! Seluruh negara Losat pastilah mendengarkan kata-kataku. Dengan demikian aku berjanji pada kalian, kalian semua dapat mengambil rumah dan harta para hartawan yang ada di kota Moskwa ini. Dan sebelumnya kalian harus menggempur para hartawan itu. siapa yang dapat berhasil membunuh para hartawan itu dialah yang berhak mendapatkan rumah dan isinya, emasnya, kereta-nya, kudanya, pakaiannya, dan yang paling menarik yaitu wanita-wanita cantiknya, Tegasnya kalian berhak memiliki semuanya dari si hartawan yang kalian bantai itu. Nah. berani atau tidak 

melakukan penyerbuan itu? Untuk membunuh orang, merampas hartanya dan mengambil wanitanya?" Demikianlah kata-kata tuan putri itu dengan bersemangat.

"Berani.... Berani. Berani! Untuk membunuh orang, merampas hartanya dan 

mengambil wanita-wanita yang cantik-cantik itu mengapa kami tak berani." jawab mereka.

"Bagus, tadinya aku khawatir kalau-kalau kalian bernyali kecil dan tak berani melakukan usaha besar? Ternyata kalian memang para serdadu yang gagah perkasa yang memiliki keberanian yang tinggi. Nah, sekarang kalian pergi mengambil Vodka,  pilihlah yang kalian suka dan ambil sendiri di dalam gudang bawah tanah!" katanya senang.

Memang dalam istana luar ini telah tersedia berbagai macam minuman yang kesemuanya sangat enak dan lezat-lezat yang disimpan dalam gedung bawah tanah, Hal itu dimaksudkan untuk keluarga raja dan para menteri pembesar istana, Anggur yang demikian jangan harap para serdadu dapat merasakannya seumur hidupnya, Akan tetapi sekarang sungguh sangat hebat perintah tuan putri itu. 

Maka meledaklah mereka kegirangan, lalu berlomba lari ke gudang untuk mengambil minuman mewah yang belum pernah mereka rasakan, Tak lama kemudian mereka sudah menenggak minuman itu dengan sepuas-puasnya.

"Putri Sophia, Czarina.... Hidup Czarina. Hidup Czarina.,." kata mereka berulang-

ulang.

Kali ini Siau Po dapat menerka kata-kata tuan putri itu, Maka ia lalu menarik ujung baju gaun putri seraya berkata dengan perlahan:

"Sekarang suruhlah mereka untuk membinasakan keenam pemimpin mereka agar mereka tak ragu-ragu lagi apalagi berubah pikiran!" kata Siau Po.

Mendengar penjelasan Siau Po yang dirasakan ada baiknya juga, maka Sophia mengangguk dan menuruti kata-kata itu.

"Para orang gagah bangsa Losat, marilah kalian mendengarkan kata-kataku ini! Aku telah memerintahkan pada kalian untuk membunuh para hartawan untuk kalian mengambil harta, wanita dan rumahnya. Akan tetapi Czarina Natalia telah memerintahkan pada enam orang telur busuk ini untuk membinasakan kalian dan menghukum kalian." kata Sophia setelah mendapatkan keterangan dari Siau Po yang maksudnya untuk membunuh keenam pasukan yang telah ditotok itu.

Sambil berkata demikian Sophia memperlihatkan keenam orang tentara yang membantahnya.

Mendengar kata-kata tuan putri itu mereka menjadi naik pitam. Mereka sangat tidak senang dengan cara keenam orang itu, bahkan ada belasan tentara yang membawa pedang yang sudah keluar dari sarungnya.

"Bunuh sekalian para jahanam ini!" teriak mereka sambil mengayunkan pedangnya ke arah leher masing-masing opsir itu. Maka tak ayal lagi keenam orang itu telah menemui ajalnya di tangan anak buah mereka sendiri.

Setelah membunuh para opsir itu pasukan yang telah terpengaruh minuman keras itu bagaikan orang yang telah kehilangan akalnya, ia mengamuk dan mengajak kawan- kawannya untuk memulai bergerak. "Mari kita mulai merampas uang, harta, dan wanita yang cantik-cantik! Kita binasakan mereka-mereka itu!" katanya.

Melihat hal itu Sophia tambah memberikan semangat yang membuat mereka menjadi marah.

"Pergilah kalian menemui kawan-kawan kalian dari kesembilan belas tangsi itu, jikalau ada yang tidak sepaham dengan kalian atau menentang kalian bunuh saja, jangan tanggung-tanggung, meskipun itu para menteri atau jenderal sekalipun! Dan setelah itu kalian rampas hartanya.... Ya rampas hartanya... wanita-wanitanya, Mereka itu memiliki banyak sekali harta juga mutiara... kalian rampas semuanya!"

Kembali para serdadu itu berteriak-teriak, malah sekarang para serdadu itu mengeluarkan pedang mereka masing-masing memberikan semangat pada yang lainnya, Setelah itu mereka ke luar dan bersiap naik kudanya masing-masing lalu kabur ke arah istana.

"Kau juga turut dengan mereka! merampas harta, wanita dan tahta!" kata tuan putri pada sang komandan muda itu. "Kau janganlah sungkan-sungkan! Yang penting kau jangan sarnpai bentrok dengan pasukan bersenjata api itu, Bahkan sebaliknya kau harus dapat mengajak kawan-kawanmu untuk bekerja sama dengan mereka, Lalu kau ajak mereka itu ikut denganmu ke istana Kremlin. Di sana kau bekuk Czarina Natalia dan juga Peter, anaknya! Tentang kekayaan istana dapat kau ambil seluruhnya, semua itu aku hadiahkan kepadamu." kata tuan putri Sophia.

Komandan muda yang mendengar kata-kata tuan Sophia itu menjadi sangat girang, Ternyata ia telah merobah pikirannya, Setelah tuan putri itu memerintahkannya untuk pergi ke istana, ia langsung saja berlari ke luar dari kamar itu.

Menyaksikan kepergian orang-orang itu barulah tuan putri dapat bernapas dengan lega, ia menjadi lemah menyaksikan hal itu, hingga ia terjatuh duduk di atas undukan tangga, "Sungguh meletihkan!" keluhnya.

"Mari aku papah kau untuk ke dalam!" kata Siau Po.

Sophia menggelengkan kepala, "Tak usah biarlah! Mari kita naik ke atas agar kita dapat melihat bagaimana mereka melakukan hal itu!" katanya.

Istana luar kota itu terbuat dari batu-batu kasar dan tinggi, Menara kota tingginya delapan atau sembilan tombak, Menara itu sengaja dibuat untuk mengintai musuh, Sebab sebelum berdiri negara Losat, dahulunya punya kekuasaan Bangsa Hertog, Setelah ia mengalahkan saingan-saingannya, lalu membangun dengan mengangkatnya sebagai kaisar Czar. Dia sangat khawatir kalau-kalau ada yang menyerangnya secara mendadak maka ia membangun menara itu untuk mengintai musuh.

Dengan mengajak Siau Po mendaki puncaknya, Sophia memandang jauh ke arah barat sehingga tampak sinar api yang berkobar di kota Moskwa, tetapi keadaan di sana  sangat tenang, Tuan putri tampak berduka, "Mengapa tak ada pertempuran? Mungkinkah mereka semua.... Aku. Aku sangatlah khawatir sekali." katanya.

Siau Po tidak mengetahui sifat tentara Losat, maka ia hanya dapat menghiburnya saja.

Dalam kesunyian sang malam itu secara mendadak terdengar suara tembak- menembak dari arah yang sangat jauh tetapi masih dalam wilayah kota Moskwa, Menyaksikan demikian Sophia secara mendadak menjadi girang,

"Pertempuran sudah muIai," katanya dengan senang. Setelah itu ia menatap tajam ke arah suara tembak-menembak tadi.

Tak lama kemudian kota Moskwa menjadi sangat terang. Hanya kali ini bukan berasal dari pelita atau lampu yang lainnya, melainkan dari api yang membakar secara besar-besaran.

"Mereka menggunakan api! Bagus! Menyerbu dan membakar adalah salah satu cara yang bagus dalam pertempuran, dan keduanya harus dilakukan bersamaan." kata Siau Po.

Hanya beberapa lama kemudian api sudah tampak di beberapa penjuru kota, mengepul sampai tinggi ke udara.

"Mereka sedang membunuh, membakar dan menyerbu kota dan masyarakat kota! Oh, Siau Po kau memang orang yang paling cerdas yang pernah aku jumpai." kata tuan putri itu, Siau Po tersenyum.

Sophia dan Siau Po terus saja meneliti keadaan kota, Api bukannya padam melainkan malah sebaliknya makin menjadi-jadi, membakar gedung-gedung mewah dan yang lainnya, Melihat hal itu tuan putri Sophia menjadi sedih sebab kejadian itu sangatlah hebat dan luar biasa. sekarang barulah ia mendapat pikiran itu....

"Setelah membakar dan membunuh orang, habis merampas harta orang lalu apa lagi yang kita harapkan?" tanyanya. Hal itulah yang baru saja ia ingat dan ia pikirkan akibatnya.

Ditanya demikian Siau Po menjadi terbengong-bengong, sebab ia belum mempersiapkan jawabannya. Setelah beberapa saat kemudian baru ia menjawabnya.

"Hal itu mudah saja, Setelah merampas, pastilah mereka akan berhenti Setelah membunuh mereka tentulah akan berhenti Yang pasti jikalau mereka itu telah puas barulah mereka akan berhenti.

Sophia mengerutkan keningnya, "Bukan itu yang kumaksudkan." katanya, Lama mereka bertiga mengawasi kota Moskwa, baru setelah merasakan puas dan terharu  mereka bertiga ke istana, Di sini mereka diam saja menanti laporan dari komandan yang muda itu.

Baru keesokan harinya komandan muda itu memberikan laporannya pada tuan putri Sophia, sedangkan Sophia dan Song Ji hanya mendengarkannya, Komandan itu memberikan laporan bahwa dua puluh tangsi tentara tadi malam telah melakukan penyerangan pada kota Moskwa, dan mereka itu tunduk pada perintah dari tuan putri, sedangkan keadaan di istana, mereka berhasil membinasakan Czarina Natalia, serta harta yang menjadi sitaan di antaranya harta emas, perak, intan, berlian, dan banyak lagi yang lainnya, Sedangkan keadaan kota sekarang sedang kacau.

Mendengar berita itu putri Sophia berjingkrak saking girangnya.

"Czarina Natalia telah di bunuh? Lalu bagaimana mengenai anaknya Peter yang telah menjadi raja?" tanyanya pada komandan muda itu. Saking girangnya sampai- sampai ia berkata acak-acakan.

"Tuan Peter sedang ditawan hidup, sekarang ia telah ditawan dalam istana Kremlin di dalam tanah dekat gedung penyimpanan arak." kata komandan muda itu memberikan laporannya.

"Bagus.,., Bagus. Bagus!" kata tuan putri kegirangan karena ia merasa girang 

karena raja itu tidak turut dibinasakan.

Tak lama kemudian terdengar suara kaki kuda yang sangat riuh. itulah pertanda akan datangnya pasukan tentara yang sangat besar, Sophia menjadi sangat kaget hingga mukanya menjadi pucat pasi.

"Siapakah mereka itu yang sedang datang ke arah sini?" tanyanya pada komandan itu.

"Mereka para pangeran, para menteri dan para pembesar istana serta para jendral, yang datang untuk mengundang tuan putri, Mereka akan mengangkat tuan putri untuk naik menjadi raja Czarina." kata sang komandan muda yang memberikan keterangan.

Sophia merasa berlega hati dari khawatir berubah menjadi sangat senang, ia lalu menyambar Siau Po dan merangkulnya untuk selanjutnya menciumi pipi kanan dan kirinya.

"Oh, bocah dari Tiongkok, sungguh bagus tipu dayamu itu!" katanya memuji Siau Po.

Tiba-tiba terdengar berhentinya pasukan di luar istana dan disusul dengan langkah kaki serempak. Tak lama kemudian muncullah para menteri dan pangeran itu.

Di depan tuan putri itu, para pangeran, menteri dan para jenderal memberikan hormat pada tuan putri yang seterusnya ia berkata: "Para pangeran, para menteri dan para jendral telah sepakat untuk mengundang 

tuan putri ke istana dan selanjutnya akan dinobatkan menjadi raja atau menjadi Czarina, agar dengan demikian kekacauan dapat segera ditumpas habis serta keamanan dapat dipulihkan kembali." kata salah seorang utusan itu.

Sophia mengangguk.

"Bukankah si penghianat Natalia telah terbinasa? Dialah sebenarnya pemimpin kekacauan ini." katanya dengan tenang.

"Natalia telah mengacaukan pemerintahan dan dia pun telah mencelakai banyak menteri yang sangat setia pada negara, Maka untuk itu ia telah di hukum mati, dengan hukuman penggal kepala." kata sang pangeran.

"Bagus.... Bagus. Nah, marilah kita pulang ke Kremlin!" kata sang putri mengajak 

mereka semua.

Mendengarkan perkataan tuan putrinya mereka semua berangkat untuk menuju istana dalam kota Moskwa, Maka dalam beberapa saat kosonglah istana tempat istirahat itu hanya yang tinggal Siau Po dan Song Ji.

Siau Po menyesal sekali dan sangat mendongkol.

"Celaka! Ternyata putri Losat itu tak memiliki budi sama sekali! Bagaikan seorang pembela ia telah menyia-nyiakan si perantaranya. Sudah menjadi ratu barulah ia tidak membutuhkan kita lagi, habis manis sepah di buang!" katanya.

Song Ji tersenyum melihat tingkah siangkongnya itu.

"Siangkong. Apakah siangkong masih mengharapkan agar siangkong diambil 

menjadi ratu pria-nya? Atau permaisuri prianya? Benar atau tidak?" tanya Song Ji sambil bergurau.

"Ah, kau menggoda aku! Lihat aku akan membekukmu atau tidak?" kata Siau Po setelah ia sadar kembali dari lamunannya.

Setelah berkata demikian Siau Po maju ingin merangkul Song Ji. Song Ji tertawa perlahan, dan dengan mudah ia berkelit

Pada saat itu musim sedang bagus-bagusnya, Musim salju telah reda dan sekarang sedang berlangsung musim semi, Udara hangat sudah mulai menyinari permukaan bumi, Banyak bunga tumbuh di halaman istana, Burung yang berkicauan saling bersahut-sahutan.

Di istana luar kota kini hanya tinggal Siau Po dan Song Ji. Mereka berdua saling diam. Hal itu bukanlah berarti kalau mereka sedang menikmati suara burung atau  melihat-lihat bunga yang sedang mekar, melainkan karena mereka itu tidak ada yang mengganggu.

Lawan satu minggu Siau Po dan Song Ji yang ditinggal pergi oleh tuan putri Sophia, Sedang asik mereka melamun tiba-tiba dikejutkan oleh suara beberapa orang penunggang kuda yang memasuki halaman istana luar kota itu. Setelah diselidiki ternyata mereka itu adalah orang suruhan dari tuan putri yang diperintah untuk menjemput mereka, Siau Po dan Song Ji menyangka kalau Sophia telah menjadi raja atau biasa disebut Czarina,

Setibanya mereka di istana, Siau Po dan Song Ji dibawanya masuk ke dalam kamar tuan putri itu.

Siau Po sangat kaget melihat kenyataan kalau Sophia sedang dalam kekacauan, rambutnya acak-acakan, mukanya kusut, dan kakinya di gunakan untuk menendang- nendang tepi pembaringan.

Barang-barang perabot rumah tangga semuanya hancur berantakan Tetapi setelah melihat kedatangan Siau Po ia berubah menjadi senang, dan bergembira hingga terdengar suaranya yang dalam beberapa hari ini diam saja.

"Bagus utusan dari Tiongkok telah tiba! sekarang kau pikirkan bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini!" katanya.

"Jikalau kau tidak dalam kesulitan tak bakal kau akan mengingat aku. Maka kali ini aku harus dapat mengeduk sesuatu dari kau.,.! jangan kau menyangka bahwa kau dengan mudah dapat mengakali aku dan mendapatkan pikiran dariku..." kata Siau Po dalam hati.

Karena berpikir demikian maka Siau Po berkata dengan sangat sabar dan perlahan: "Sri baginda Czarina, ada kesulitan apakah?" Sophia menggelengkan kepala, 

"Tidak... aku bukannya ratu mereka, mereka itu tidak sudi kalau aku menjadi ratunya." 

katanya dengan nada sedih.

Semula Siau Po merasa bingung, tetapi setelah mendapatkan penjelasan barulah ia memahaminya. Ada aturan yang mengatakan kalau wanita tak dapat menjadi Czar, memang Czarina Natalia telah menutup mata, Akan tetapi masih banyak para menteri yang masih mendukung pada Peter, dan mereka itu berkeras tak akan memecatnya.

Sampai sidang dilakukan berhari-hari tetap saja para jenderal dan para menteri yang memihaknya tak mau memecatnya juga. Hanya separuh menteri dan jendral yang memihak kepadanya, hingga masalah itu menjadi terapung-apung tak ada penyelesaiannya. 

Namun di samping itu mereka yang memihak pada Sophia atau pada Peter masih saja memikirkan diri sendiri agar kedudukan mereka tak goncang, Dan sulitnya mereka  itu sama-sama kuat dan sama-sama memiliki tentara. jikalau mereka sampai bentrok, entah mana yang akan menang.

"lnilah soal yang besar dan aku tidak mengetahuinya, apalah dayaku ini? Yang paling baik aku harus menyingkir dari tempat ini karena hanya itu cara yang terbaik. jikalau mereka itu sampai mengangkat senjata aku akan mengalami celaka." kata Siau Po dalam hati.

Setelah berpikir demikian Siau Po terus mengawasi ke segala arah, Setelah itu barulah ia berkata.

"Soal mudah. Aku punya cara tetapi harus ada syarat. "

Sophia menjadi senang, mendadak harapannya timbul."

"Katakan apa syaratmu? Apa pun syarat itu aku akan berusaha mengabulkannya, Bukankah kau ingin menjadi permaisuri pria dari aku?" tanyanya, Bukannya caranya yang ia tanyakan tetapi syaratnya yang pertama ia tanyakan pada Siau Po.

"Untuk menjadi permaisurimu itu memang baik dan itu memang yang aku harapkan, Namun yang terpenting yaitu kau yang tidak dapat menjadi Czarina itu." kata Siau Po.

Sophia menjadi heran.

"Kenapakah?" tanya Sophia pada Siau Po. Siau Po tersenyum saja.

"Kau pastilah sudah tahu sendiri." katanya.

"Syarat-syarat ku tak sukar. Yang pertama aku menginginkan pangkat yang tinggi yaitu pangkat jendral,., yang kedua kau harus tidak atau membatalkan berperang dengan bangsa kami yaitu bangsa Tiongkok, Setelah kau menjalankan syarat-syaratku itu barulah aku akan memberitahukan kuncinya agar negaramu dapat selamat dan kau akan menjadi Czarina." kata Siau Po pada Sophia.

"ltu soal mudah, setelah aku menjadi Czarina pertama aku akan mengangkat kau menjadi orang yang berpangkat tinggi atau yang kau sebut jendral Dan jikalau kau ijinkan aku akan mengangkat pula kau menjadi permaisuriku. Setelah itu aku akan membuat surat untuk kaisarmu sebagai arti perdamaian dari Bangsa Losat pada Bangsa Tiongkok. Dan aku akan menurut apa katamu, jikalau kau menginginkan aku bersalaman dengan kaisarmu di depan para tentara itu aku akan melakukannya, Dan aku akan melakukan'hal yang terbaik jika kau mau melakukan pula hal yang terbaik untukku." kata tuan putri Sophia itu pada Siau Po.

Setelah berkata demikian, Sophia mencium pipi Siau Po berulang kali dan menanyakan apakah masih ada persyaratan yang akan diajukan. "Bocah Tiongkok, aku pun mencintaimu, karenanya tentara Losat tak akan menyerang Bangsa Tiongkok dan sebaiknya kita bersahabat saja. Untuk kami berperang dengan Bangsa Tiongkok tak bakal kami dapat menang, Bangsamu itu orangnya pandai ilmu gaib sehingga orang tak dapat berbuat apa-apa. Nah, sekarang masih adakah syarat yang akan kuajukan lagi kepadaku?" tanyanya sambil tangannya merangkul tubuh Siau Po dan menciuminya terus-menerus.

"Sudah tidak ada, Nah, sekarang aku akan mencari jalan yang baik untuk masalahmu itu. Yang pertama-tama aku akan menanyakan dan mengetahui terlebih dahulu keadaan pemerintahan Mungkin aku dapat mengambil manfaatnya dari situ." tanya Siau Po.

Putri Sophia sebenarnya pintar Melihat lagak Siau Po tuan putri itu menjadi curiga. "Jangan macam-macam kau. Bila kau ingin kurang ajar kepadaku aku tak segan-

segan membinasakan kau." ancam tuan putri itu.

Siau Po menjadi heran mendengar ancaman itu. ia lalu mengalihkan pembicaraannya ke yang lainnya.

"Baiklah, Mari kita bicarakan saja masalah kau ingin menjadi raja atau Czarina dengan jalan..?" katanya terputus.

"Bagaimanakah caranya? Kau tahu sendiri kalau para menteri itu sekarang telah terpecah menjadi dua. Ada yang pro dan kontra padaku, Lalu bagaimanakah jika mereka itu bertempur? pastilah pihakku yang akan mengalami kekalahan yang sangat fatal? pastilah pihakku yang akan mengalami kekalahan yang sangat fatal Hal itu sangat meng-khawatirkan aku." kata tuan putri yang tak sabar mendengar penjelasan Siau Po.

"Sekarang begini saja, kalian bersama-sama menjadi raja. Artinya kau dan Peter sama-sama naik tahta menjadi raja, Setelah itu kau singkirkan para menteri yang sekarang kau benci karena ia telah menentangmu, kemudian barulah secara perlahan pula kau singkirkan Peter, Setelah kau menyingkirkan Peter barulah kau mengangkat dirimu sebagai Czarina, Maka dengan demikian kau dapat dua keuntungan." kata Siau Po.

Sophia merasa senang mendengarkan kata-kata Siau Po.

"Namun bagaimana mengenai kata para menteri yang mengatakan bahwa wanita itu tak dapat menjadi raja...?" tanyanya.

"Jikalau memang peraturan yang menerapkan demikian, dan kau tak dapat menjadi raja, kau dapat menjadi kepala pemerintahan sementara!" kata Siau Po memberikan keterangannya.

"Bagaimanakah hal itu dapat terjadi?" tanya Sophia. "Kalau bukan menjadi Czar tetapi kau tetap saja menjadi orang yang berkuasa, Buat apa menjadi Czar kalau toh tidak berkuasa? Lebih baik menjadi pejabat pemerintah asalkan orang lain mendengar orang itu sudah takut dan menurut apa katamu." kata Siau Po dengan tenang.

"Bagus, Bagus." kata tuan putri Sophia yang kemudian memanggil para menteri yang mendukungnya, jumlah mereka itu lebih kecil jika dibandingkan dengan para pendukung Peter. Kemudian kepada mereka itu tuan putri menyampaikan apa yang dikatakan Siau Po.

Para menteri itu setuju tak apa biar tuan putri tak jadi raja asalkan menjadi orang yang berkuasa. Akan tetapi kesudahannya mereka masih masih menghendaki ada dua Czar, yaitu Czar tua dan Czar muda. 

Biar pun Peter menjadi Czar tetapi di atasnya masih ada Czar tua yaitu adik dari tuan putri Sophia yang bernama Ivan, dan Sophia tetap menjadi Regentes.

Setelah mereka itu mengambil keputusan Sophia mengumpulkan para pasukannya, Setelah itu ia mengundang para menteri dan para pangeran untuk memberitahukan pada mereka tentang keputusan itu. ia menjamin tak akan sembarang dalam memecat para menteri itu, bahkan akan menaikkan satu tingkat pada siapa yang setuju dengan usulnya itu.

Karena keputusan itu tidak mengganggu pangkat atau peraturan pemerintah, dan para menteri yang mendukung Peter menyatakan setujunya, maka ketika salah satu menteri memberikan kata selamat, menteri yang lainnya pun ikut memberikan kata selamat.

Bukan main puasnya hati Sophia, Kemudian ia memanggil adiknya untuk dinobatkan menjadi Czar tua, dan Peter pun akan dikeluarkan dari tahanannya untuk dikembalikan pada kursi kehormatannya hanya sekarang ia menjadi Czar yang muda, Setelah itu mereka menerima kehormatan itu.

Sophia mengambil tempat duduk di bawah kedua adiknya sebagai Liop-cong-ong, ia adalah yang memegang tampuk pimpinan sampai pada soal mempercepat atau memberikan keputusan pada para menteri yang bersalah atau yang mendapatkan kebaikkan, Usia adiknya, Ivan baru berumur enam belas tahun sedangkan Peter berumur sepuluh tahun, hingga usia mereka itu masih sangat muda.

Sebagai kesudahannya Sophia memanggil Siau Po untuk menghadap kepadanya, ia lalu mengucapkan kata terimakasihnya karena Siau Po telah berjasa kepadanya, jikalau tidak pastilah Czarina Natalia sudah membinsakannya dalam penjara itu, serta lewat beberapa tahun ia pasti akan memaksanya untuk mencukur kepalanya agar ia menjadi biarawati, sehingga ia akan terkeram selama-lamanya dalam biara. 

Mengingat ancaman bahaya itu ia menjadi ketakutan dengan sendirinya. Maka selain ia memuji Siau Po, ia pun ingin memberikan hadiah dan juga pangkat yang tinggi. Siau Po sebaliknya, ia menganggap tipu dayanya itu tidaklah berarti apa-apa di mata bangsa Tiongkok, ia berkata dalam hati dirinya adalah orang yang tidak berarti bila di Tiongkok tetapi di sini sangatlah di hormati, di pandang pintar sebagai Cukat Liang alias Khong Beng.

Hampir saja Siau Po berbicara yang tidak-tidak, untunglah ia ingat pada sesuatu hal, jikalau ia dianggap pintar luar biasa, ada kemungkinan putri Sophia akan menahannya terus menerus agar ia tinggal di negara Losat, Karena takut akan hal itu Siau Po kemudian merubah jalan pikirannya.

"Tuan putri yang mulia, sekarang Tuan putri telah menjadi wali dari Czar, maka kelak di kemudian hari tak sulit buat aku untuk naik pangkat dan kau akan naik tahta sebagai Czarina, singkatnya jikalau Tuan putri berpegang pada sesuatu dan mentaatinya, pastilah setiap orang akan takluk dan tunduk pada tuan putri." katanya kemudian.

Putri Sophia heran bercampur senang. "Apakah itu? Cepat kau katakan!" katanya,

"Tuan putri harus dapat membuktikan setiap kata-kata yang telah diucapkan. Kata- kata kaisar kami di Tiongkok adalah kata-kata emas dan setiap kata-kata yang telah diucapkan tak bakal akan ditarik kembali atau disesali, justru itu yang harus diwujudkan dan dijalankan sama sekali dia tidak menyesal karenanya." kata Siau Po.

"Apakah yang pernah aku janjikan padamu? Apakah kau takut kalau aku nantinya akan menyangkalnya? Oh, anak Tiongkok yang harus dicintai kata-kata Bangsa Losat yaitu kata-kata batu permata, karena kata-kata itu jauh lebih mahal dari pada kata-kata emas atau perak yang kau katakan sebagai kata-kata kaisar Tiongkok atau daerah asalmu itu." kata tuan putri Sophia pada Siau Po.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar