Kaki Tiga Menjangan Jilid 63

Jilid 63

Nyonya kaucu itu tertawa terkekeh-kekeh.

"Oh, kunyuk cilik!" katanya sinis, "Sampai saat ini kau masih tidak sadar kapan kau akan hidup dan kapan kau akan mati."

Siau Po memperhatikan si nyonya yang cantik, Dia menarik napas panjang. "Oh, nyonya yang baik, kau telah memperdayai aku dan membuat aku begitu 

sengsara. "

"Aku memperdayaimu?" tanya si nyonya, "Ah. "

"Memang betul, nyonya yang baik," sahut Siau Po. "Tadi tentara ceng telah menawan sejumlah kakak beradik, merekalah nona-nona dari Cek Liong Bun, Tadi aku berdiri di tepi pantai tapi sayang aku tidak mengenali hujin yang kukira seorang anggota biasa saja, sehingga aku berkata pada diriku sendiri 

"Oh, entah kapan Cek Liong Bun kedatangan seorang wanita yang luar biasa cantiknya! Mungkinkah dia adik kaucu atau putrinya sendiri? Aku ingin sekali mencari tahu lebih jauh tentang dirinya, Oh, hujin, pikiranku menjadi kalut dan aku juga lekas- lekas melompat ke dalam perahu untuk melihat dari dekat! Siapa tahu, wanita cantik itu ternyata hujin sendiri!"

Hong Hu Jin tertawa geli mendengar pujian Siau Po. Memang benar, meskipun dia menyerbu sebagai salah seorang serdadu Jiau Kie Eng, tapi kecantikannya tetap menonjol penyamarannya kurang sempurna.

Sementara itu, Kho Cun Cia jadi tidak sabaran.

"Hei, setan paras cantik," bentaknya, "Mengapa di depan hujin sekalipun kau berani mengoceh yang bukan-bukan? Lihat, aku akan membeset kulitmu atau menarik otot- ototmu atau tidak?"

"Oh, Kho Cun Cia!" kata Siau Po kepada orang yang mendampratnya. "Kau adalah manusia bodoh, Tidak sudi aku berbicara panjang lebar denganmu."

Kho Cun Cia menjadi gusar mendengar ejekan Siau Po. "Kaulah yang bodoh!" bentaknya, "Kau tolol sebab kau tidak sadar orang hanya pura- pura mati, bahkan kau menolongnya dan kemudian meminta keterangan dariku! Tentu saja aku menjawab seperti apa yang diajarkan oleh kaucu. Tapi kau memang dungu, kau percaya segala macam ocehanku!"

"Tolol! Tolol!" maki Siau Po dalam hati, Dia mencaci dirinya sendiri, Memang dia merasa dirinya dungu sekali sehingga dapat dikelabui orang-orang itu. Iya, Wie Siau Po, kau memang harus mati konyol! 

Mengapa kau tidak ingat bahwa tenaga dalam Kho cun cia sudah mahir sekali sehingga dia dapat pura-pura mati dan hanyut di laut sekian lama? Mengapa kau percaya saja segala obrolannya, bahwa di dalam Sin Liong kau sudah terjadi segala perang saudara yang dahsyat!

Tapi dia tidak mau kalah bicara, karena itu dia berkata lagi.

"Aku bukannya dungu atau tolol! Tapi aku terpedaya oleh siasat kaucu dan hujin!" "Hm! Kalau kau tidak tolol atau dungu, jadi kau anggap dirimu itu cerdik?"

"Memang aku cukup cerdik!" sahut Siau Po. Tapi aku ingin mengatakan kepadamu, kalau berhadapan dengan kaucu atau pun hujin, orang yang paling cerdik sekalipun pasti akan terjungkal di tangan mereka berdua! Memang kaucu dan hujin sangat pandai meramal dan menghitung, Kalau mereka mengerjakan sesuatu, hasilnya begitu mudah seperti orang membelah bambu sehingga semuanya cepat selesai!"

"Ketika mengucapkan kata-katanya yang terakhir Siau Po sengaja melirik kepada Hong hujin yang bibirnya agak bergetar.

Kembali nyonya itu tertawa. Tampak dua baris giginya yang putih dan rapi.

"Pek Liong su, dasar kau memang jauh lebih cerdas daripada siau tauto!" demikian katanya. "Dia memang kalah bicara kalau dibandingkan dengan kau! Tapi, aku hendak bertanya kepadamu, mengapa kau mengatakan dia tolol?"

"Sebenarnya, Siu tauto mempunyai seorang kenalan baik!" sahut Siau Po. "Sahabatnya itu adalah..."

Belum lagi Siau Po menyelesaikan kata-katanya, Kho cun cia sudah mengeluarkan seruan keras dan menerjang ke depan untuk menerkam si bocah, Kedua tangannya yang kuat mencengkeram ke arah batang leher.

Hong hujin mengulurkan tangannya mencegah serangan itu. "Jangan buat keonaran!" bentaknya. Kho Cun Cia takut sekali terhadap nyonya yang masih muda ini. Tapi karena dia sedang melompat, terpaksa dia meneruskan gerakannya untuk menyambar tiang layar setelah itu dia baru mencelat turun kembali di atas perahunya, namun mulutnya tetap mengeluarkan ancaman.

"Kalau kau tetap sembarangan mengoceh, aku akan mengadu jiwa denganmu!"

Siau Po melihat sikap orang, Dia tahu Kho Cun Cia keberatan menceritakan soal Mo Sek Sek, karena itu dia jadi berpikir keras, Setelah itu dia baru mengambil keputusan.

"Baiklah! Untuk sementara aku tidak akan mengatakan hubungannya dengan ibu suri palsu itu. Mungkin kelak aku dapat membebaskan diriku dengan mengandalkan rahasia ini. "

Oleh karena mendapat pemikiran itu, Siau Po segera mengganti siasatnya. Dia berkata kepada orang yang hatinya mudah terbakar itu.

"Siu tauto, kau telah melihat hujin yang cantiknya luar biasa, bahkan melebihi bidadari, seharusnya kau tidak bisa tertarik hati oleh wanita cantik lainnya, tapi kau memang lain. inilah sebabnya mengapa aku mengatakan kau dungu dan toIol. Perlu kau ketahui, aku paham sekali apa yang terpikir dalam hatimu, Iya, kau sedang mengenaskan dan tidak dapat melupakan wanita cantik yang kedua itu, siapakah wanita cantik itu? Apakah kau ingin akau menyebutkannya?"

Kembali Kho Cun Cia menjadi gusar.

"Jangan sekali-sekali kau membuka mulut!" bentaknya nyaring. Siau Po tertawa.

"Ya, jangan membuka mulut, ya jangan membuka mulut." Dia mengulangi kata-kata Kho Cun Cia, "Tapi, bukankah aku bisa mengatakan bahwa adik seperguruanmu jauh lebih cerdik daripada dirimu? Adik perguruanmu itu, begitu sekali saja melihat wajah hujin, dia langsung mengatakan kepadaku bahwa untuk selanjutnya, tidak ada kegembiraannya untuk melihat wanita lain."

Mendengar ucapannya, wajah Ay Cun Cia menjadi merah padam.

"Kau mengoceh sembarangan!" bentaknya perlahan "Mana ada urusan seperti yang kau katakan?"

Siau Po menatap Ay Cun Cia dengan tertegun.

"Apa?" tanyanya untuk menegaskan "Kalau begitu, apa benar setelah melihat kecantikan hujin kau masih ingin melihat wanita cantik lainnya?"

Ay Cun Cia terdesak oleh pertanyaan itu, Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Aku adalah seseorang yang telah menyucikan diri." katanya perlahan "Aku telah merubah cara hidupku, pandanganku terhadap semuanya telah kosong melompong. Aku tidak pernah memikirkan lagi urusan laki-laki dan wanita."

"Hm! Hm!" Siau Po memperdengarkan suara yang seperti orang kagum tapi mengandung ejekan. "Oh, hwesio tua, kau seperti mempunyai mulut tapi tak punya hati, lya, kau sama saja dengan kakak seperguruannya. Kau kan seorang tosu? lya, mengapa kau setiap hari juga memikirkan kenalan baik kakak seperguruanmu itu?"

Meskipun di mulut dia berkata demikian, tapi di dalam hati Siau Po justru mempunyai pemikiran yang lain. lya, dia memang merasa aneh.

Bukankah aku menitahkan dia dan Liok Kho Hian berdiam di kota raja? demikian pikirnya, Mengapa sekarang mereka berdua bisa berada di sini? Bahkan ada di atas perahu ini? Mengapa mereka bisa ada bersama-sama Hong hujin? Aneh bukan?

Ketika itu terdengar Ay Cun Cia berkata lagi, "Kakak seperguruanku adalah kakak seperguruanku, demikian pula aku adalah aku, jangan kau membanding-bandingkan kami berdua!"

"Menurut pandanganku, kalian berdua justru tidak berbeda satu dengan lainnya." kata Siau Po yang masih mendesak terus, "Kakak seperguruanmu memang rada tolol, tapi kalau dibandingkan dengan dirimu, dia masih agak jujur. Kalian dua bersaudara, kalian telah merusak usaha besar kaucu dan hujin. Sungguh dosa kalian berdua merupakan dosa yang tidak kepalang besarnya."

Baik Kho Cun Cia dan Ay Cun Cia langsung berteriak setinggi langit. "Cara bagaimana kami merusak usaha kaucu dan hujin?" tanya mereka.

Siau Po tidak menjawab, Dia justru mengeluarkan suara tertawa dingin, Dia bukannya tidak mau menjawab, tapi saat itu, dia benar-benar kehabisan akal untuk menjawab lebih jauh. Maksud hatinya ingin memfitnah kedua kakak beradik seperguruan itu.

Sebaiknya aku bersabar dulu - demikian pikirnya dalam hati, Nanti setelah aku tahu apa sebabnya mereka meninggalkan kota raja, baru aku pikirkan hal dengan cara bagaimana aku bisa membangkitkan kecurigaan atau kecemburuan dalam hati hujin.

Dengan membawa pikiran itu, Siau Po memalingkan wajahnya untuk memperhatikan lautan yang luas, Dari sana tetap tidak terlihat sebuah perahu pun, malah dari kejauhan terdengar suara dentuman meriam. 

Karena itu, dia menduga tentunya Sie Long dan Oey Hu sedang melabrak orang- orang Sin Liong to yang berusaha melarikan diri.... Sementara itu, Liok Kho Hian menatap si anak muda, yang sejak semula semua kata-katanya didengar dengan jelas, Di dalam hatinya dia berpikir.

"Anak ini masih muda sekali tapi otaknya luar biasa cerdas dan juga licin sekali, Dia seharusnya disingkirkan sejak siang-siang supaya jangan terus sembarangan mengoceh, ocehannya bisa menimbulkan malapetaka bagi kami semua."

Karena mendapat pemikiran demikian, Kho Hian langsung berkata kepada Hong hujin.

"Hujin, anak ini berdosa besar sekali terhadap partai kita. sebaiknya hujin mengabarkan perihal dirinya kepada kaucu. Dengan demikian kita bisa melemparkannya ke dasar laut agar menjadi hidangan malaikat naga kita."

Terkejut juga hati Siau Po mendengar kata-kata Liok Kho Hian.

--Aku si naga cilik palsu, kalau aku sampai dilemparkan ke dalam laut, pasti melayanglah selembar jiwaku ini. -- katanya dalam hati.

Tapi dia segera mendengar sahutan Hong hujin.

"Masih ada beberapa persoalan yang ingin kaucu tanyakan kepadanya?"

"Baiklah kalau begitu," kata si orang she Liok yang langsung mendorong tubuhnya Siau Po sambil membentak "Mari kita menghadap kaucu!"

Siau Po menurut, tapi dalam hatinya dia mengeluh

-- Di depan hujin aku masih bisa mengoceh untuk mengambil hatinya atau menyenangkan hatinya tapi tidak demikian halnya di depan kaucu, Rupanya dia juga ada di atas perahu ini. Mau atau tidak, kali ini aku, si naga putih cilik terpaksa harus masuk ke dalam istana laut.,, -- Siau Po menoleh kepada Pui Ie dan menggunakan kesempatan itu untuk rnenatapnya, Dia melihat gadis itu berdiri dengan berdiam diri, tidak tersirat pun perasaan senang atau sedih di wajahnya, Karena itu, dia segera berkata.

"Nona Phui, aku mengucapkan selamat kepadamu."

"Mengucapkan selamat kepadaku?" tanya si nona heran. "Selamat untuk apa?" Siau Po tertawa.

"Bukankah kau telah mendirikan jasa besar untuk Sin Liong Kau kita?" katanya, "Bukankah kaucu akan memberikan hadiah besar kepadamu atau menaikkan pangkatmu?" "Hm!" terdengar suara si nona singkat Dia sadar dirinya sedang diejek maka dia memilih untuk berdiam diri.

"Semua masuk ke dalam!" perintah Hong hujin.

Pada saat itu, semuanya memang berada di luar kabin perahu.

Tanpa menunda waktu lagi, Kho Hian segera mencekal batang leher Siau Po dan menyeretnya dengan paksa ke dalam perahu.

Di dalam, Sin Liong kaucu terlihat sedang duduk tegak, wajahnya tampak berwibawa.

Siau Po sendiri segera maju ke depan untuk memberi hormat kepada sang kaucu sambil menyerukan:

"Kaucu dan hujin berbahagia, usianya panjang seperti usia langit! Bawahanmu, Pek Liong Su datang menghadap."

Kho Hian segera melepaskan cekalannya, bersama-sama Phui le, dia pun memberi hormat kepada ketuanya, yang dia pujikan panjang umur beserta Hong hujin.

Diam-diam Siau Po memperhatikan ketua Sing Liong Kau itu. Orang itu tidak memperhatikan siapapun juga. Matanya menatap ke luar perahu. 

Di sisinya berdiri empat orang, mereka adalah Chi Liong Su Bu Kon tojin, Oey Liong Su Ing Tiong Tat, Khou Soat Teng, dan Hek Liong Su Thui Tan Goat.

Menyaksikan keadaan Sin Liong kaucu beserta keempat pembantunya, Siau Po segera mendapatkan pikiran baru, Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dan menghadap kepada Liok Kho Hian untuk menegur dengan keras.

"Orang busuk! Bagaimana kau bisa menyebarkan cerita burung yang tidak-tidak? Mengapa kau mengatakan kaucu bersama hujin sedang terancam bahaya sehingga aku harus terburu-buru datang untuk menolong mereka? Nah, sekarang kau lihat sendiri, bukankah kaucu dan hujin tidak kurang suatu apa pun? Bukankah mereka sehat-sehat saja? Dan para ciang bunsu itu, bukankah mereka berkumpul bersama- sama? Kapan mereka memberontak sehingga terjadi perang saudara yang hebat?"

"Apa katamu?" tanya Hong kaucu dengan suara dingin.

"Sebawahanmu dibuat tidak mengerti." sahut Siau Po. "Sebagaimana kaucu ketahui, sebawahanmu dititahkan kaucu bersama hujin untuk menyelundup masuk ke dalam istana kaisar di kota raja. Tugas itu telah sebawahanmu laksanakan. Di sana sebawahanmu telah mendapatkan dua jilid kitab Si Cap Ji Cin Keng, Belakangan, di Kun Beng, di gedung Gauw Sam Kui, sebawahanmu kembali mendapatkan tiga jilid lainnya dari kitab pusaka itu. " Sepasang alis Hong kaucu terangkat ke atas. Tampaknya dia tertarik sekali dengan keterangan si anak muda.

"Oh, jadi kau telah mendapatkan lima jilid kitab?" tanyanya, "Lalu, di mana kitab-kitab itu sekarang?"

"Ada sebuah kitab yang sebawahanmu telah menyuruh seseorang yang istimewa untuk mengantarkannya kepada kaucu dan hujin," sahut Siau Po yang bicaranya lancar dan sikapnya tenang-tenang saja, "Empat kitab lainnya masih sebawahanmu simpan di kota raja, di sebuah tempat yang aman sekali serta menugaskan Poan tauto dan Liok Kho Hian yang menjaganya..."

Mendengar sampai di situ, wajah Ay Cun Cia serta Kho Hian langsung berubah. Tampaknya mereka terkejut sehingga menjadi pucat pasi, mereka segera menyahut.

"Ti... dak tidak ada urusan seperti itu. jangan kaucu percaya ocehannya!"

Siau Po tidak menghiraukan kedua orang itu. Dengan tenang dia melanjutkan keterangannya.

"Sebawahanmu khawatir keempat jilid kitab itu nanti dicuri orang, Karena itu sebawahanmu memesankan kepada Poan tauto dan Liok Kho hian menjaganya baik- baik dan tidak boleh meninggalkan tempat penyimpanannya selangkah pun sampai kaucu mengutus orang datang mengambilnya. "

Berkata sampai di situ, Siau Po menghentikan kata-katanya sejenak untuk menoleh kepada Ay Cun Cia serta Kho Hian dan dia bertanya dengan suara lantang.

"Liok Kho Hian! Poan tauto! Bagaimana? Aku menitahkan kalian berdua menjaga di dalam rumah, aku larang kalian pergi ke mana pun, mengapa sekarang kalian justru berada di sini? Bagaimana kalau semua kitab itu lenyap sehingga gagallah usaha besar kaucu serta hujin? siapakah nanti yang akan bertanggung jawab?"

Kho Hian dan Ay Cun Cia saling menatap sejenak, keduanya sama-sama bungkam. Lewat sesaat, Kho Hian baru membuka mulutnya.

"Kau toh tidak mengatakan kepada kami kalau kau menyimpan kitab itu di dalam tembok? Bagai mana kami bisa mengetahuinya"

"Tapi aku telah mendapat pesan kaucu agar bekerja serahasia mungkin." sahut Siau Po yang cerdik sekali, "kata kaucu, lebih satu orang yang mengetahui sebuah rahasia, maka rahasia itu sendiri lebih mudah bocor Kepada kalian berdua, untuk berbicara terus terang, tentu saja aku masih belum menaruh kepercayaan penuh. Karena itu mana mungkin aku mengatakannya kepada kalian berdua? Kalian tahu, apa yang aku lakukan setiap hari? Setiap pagi aku berdoa agar kaucu dan hujin panjang umur dan berbahagia, usianya seperti usia langit  Setiap makan, setiap mau masuk tidur, tentu aku memuji sekali 1agi. Tapi, bagaimana dengan kalian berdua? Begitu kalian meninggalkan Sin Liong to, belum pernah kalian memuji kaucu dan hujin apalagi kelihayannya yang ibarat Niau Seng Hi Tong."

Siau Po tidak tahu tentang sebutan Oiau Sun Ie Tong. Kaisar-kaisar bijaksana di jaman dahulu, yakni kaisar-kaisar Giau, Sun, Ie dan Tong, Dia salah menyebutnya menjadi Niau Seng Hi Tong yang artinya sudah berbeda jauh (Burung hidup dan sup Ikan)."

Karena itu, mendengar kata-kata si anak muda, orang-orang menjadi heran.

Wajah Kho Hian dan Ay Cun Cia langsung berubah, sebentar merah sebentar putih, Mereka merasa malu dan takut. 

Terhadap Siau Po, mereka justru benci sekali, Akhirnya Kho Hian bisa menenangkan diri, dia berkata dengan suara lantang kepada si anak muda.

"Kau sendiri melakukan sebuah kesalahan besar sekarang kau mengoceh sembarangan untuk mengambil hati kaucu! Dengan demikian kau akan mendapat pengampunan dari kaucu dan hujin, Kami yang berdiam di dalam pulau, kami sangat menderita, bahkan usaha besar kami sejak puluhan tahun yang lalu, kini runtuh di tanganmu, Kau masih mengharap hidup? jangan bermimpi di siang hari bolong!"

"Kho Hian, Kho Hian, bicaramu salah sekali." kata Siau Po yang tidak mau kalah debat. "Kita semua yang menghamba kepada kaucu dan hujin, Sejak semula masuk menjadi anggota saja, nyawa kita bukan milik kita lagi. Nyawa kita sudah menjadi milik kaucu dan hujin, Karena itu, apa pun perintah kaucu dan hujin, bagi kita hanya ada satu pilihan, yakni melaksanakan dengan sebaik-baiknya, Kita harus jujur dan setia, Bahkan asal kaucu dan hujin menghendaki jiwa kita, kalau kita diharuskan mati, maka kita tidak dapat menolak atau mengelakkannya, Siapa yang berani menyangkal berarti dia tidak lagi bersetia kepada kaucu maupun hujin."

Tegas dan nyata kata-kata Siau Po, lidahnya memang tajam sekali, Mendengar itu, Hong kaucu langsung memuntir-muntir kumisnya serta janggutnya dengan perIahan- lahan. Dia mendongakkan wajahnya untuk menatap tajam kepada Kho Hian dan Ay Cun Cia berdua.

"Kalian mengatakan Pek Liong su memimpin pasukan perang air dengan maksud tidak baik terhadap perkumpulan agama kita, sebenarnya bagaimana duduk persoalannya itu?"

Dalam pendengaran Kho Hian dan Ay Cun Cia, suara ketuanya mengandung perasaan kurang puas, Keduanya menjadi terkejut sekali. Yang pertama segera berkata. "Harap kaucu ketahui! Kami berdua mendapat tugas mengintai gerak-gerik Pek Liong Su. Tugas itu sudah kami jalankan dengan sebaik-baiknya, Setiap saat kami selalu memasang mata dan telinga kami, Kami tidak berani lengah sedikitpun juga. 

Demikianlah pada suatu hari raja memberinya kenaikan pangkat, lalu ada seorang pembesar yang datang mengunjunginya. Apa yang mereka bicarakan kami berdua mendengarnya dengan nyata dan jelas seperti apa yang pernah kami laporkan kepada kaucu, pembesar itu ialah Suisu Tetok Sie Long, laksamana yang sekarang memimpin pasukan armadanya datang menyerang kita. 

Kemudian Pek Liong Su mengajak Sie Long pergi bertugas, Sie Long diharuskan menyamar sebagai salah seorang perwira tangsi Jiau Kie Eng. Di lain pihak, Pek Liong Su melarang kami ikut bersamanya, Hal itu justru yang membuat kami menjadi sangsi serta curiga. "

Mendengar sampai di sini, Siau Po berkata dalam hatinya.

-- Bagus ya, rupanya kalian berdua ditugaskan kaucu untuk mengawasi aku.- Kho Hian melanjutkan keterangannya.

"Pada suatu pagi, setelah lewat beberapa hari, sebawahanmu telah mendapatkan sesuatu dalam keranjang surat di kamarnya Pek Liong Su. Surat itu sudah tersobek- sobek menjadi beberapa bagian, Ketika sebawahanmu menyambungnya kembali sehingga sempurna, kiranya itulah daftar nama-nama di Liau Tong dalam bahasa Boan Ciu. Pek Liong Su buta huruf, apalagi huruf Boan Ciu, tentu itulah surat yang diberikan raja kepadanya. 

Kemudian kami mendengar bahwa Pek Liong Su sudah berangkat dengan sejumlah meriam besar. Karena dalam hati kami telah timbul kecurigaan, kami langsung memikirkan urusan ini secara sungguh-sungguh. 

Siau Po berangkat bersama seorang laksamana, dan pula mereka membawa sejumlah besar meriam, Kami segera menduga dia mempunyai niat yang kurang baik, apalagi sebelumnya dia mendapat surat dari raja, oleh karena itu, cepat-cepat kami meninggalkan kota raja untuk kembali ke sini. 

Maksud kami hendak memberi kisikan kepada rekan-rekan lainnya, Tapi hujin mempunyai pikiran yang Iain. Hujin mengatakan bahwa Pek Liong Su sangat setia kepada perkumpulan kita, tidak mungkin dia berkhianat. Tapi akhirnya toh memang nyata, tahu orang, tahu wajah, tapi tidak tahu isi hatinya, Nah, Pek Liong Su berhati srigala, berparu-paru anjing, kau telah menyia-nyiakan kepercayaan kaucu terhadapmu"

Sementara Kho Hian menceritakan keterangannya kepada kaucu, Siau Po hanya berdiam saja. Sampai dia sudah selesai, Siau Po baru menarik napas panjang dan berkata dengan suara perlahan, "Tuan Liok, rupanya kau menganggap dirimu pintar dan sangat pandai bekerja, Tapi kau tidak pernah berpikir bahwa kau tidak mungkin  membandingkan dirimu dengan kaucu atau pun hujin, Selaksa lawan satu, kau tidak nempil sedikit pun. Aku katakan terus terang kepadamu, kau... ya kalian berdua,., salah. Yang benar ialah kaucu dan hujin." Kho Hian mendongkol sekali. 

Dia merasa gusar "Kau ngaco!" bentaknya. Tapi kata-katanya segera disela oleh Siau Po.

"Kau bilang aku ngaco?" tanyanya sambil menuding orang itu, "Aku sendiri tidak berani memastikan kata-kataku, iya, hanya kaucu dan hujin yang selamanya benar Apa kau merasa tidak puas? Apa kau mengira kaucu dan hujin tidak benar? Jadi hanya kau si Tuan Liok yang selamanya benar?"

Wajah Kho Hian jadi merah padam. Dia kesal sekali.

"Bukan begitu maksudku," bantahnya, "itulah kata-katamu sendiri. A... ku.,., aku tidak mengatakan demikian."

"Kaucu dan hujin mengatakan bahwa aku si Pek Liong Su sangat setia dan tidak mungkin berkhianat," kata Siau Po yang terus bersikap sabar, "Beliau berdua juga sangat pandai meramal Mana mungkin ramalannya salah? Baiklah, mari aku berikan penjelasan kepadamu! Memang raja menitahkan aku membawa pasukan laut untuk pergi ke Liau Tong, juga meriam-meriam besar Tapi itu.,, itu, hm! Tahukah kau apa maksudnya?"

Sembari berkata demikian, Siau Po menguras otaknya, Dia berpikir keras dan bertanya kepada dirinya sendiri.

"Ya, apa yang dititahkan oleh si raja cilik? Aku harus mencari jawaban yang masuk akal..."

Tepat pada saat itu, Hong kaucu justru bertanya kepadanya. "Raja menitahkan kau melakukan apa?"

"Sebenarnya urusan itu rahasia sekali, biar bagaimana aku tidak boleh membocorkannya." sahut Siau Po. otaknya langsung menemukan jawaban yang harus diberikan "Kalau raja mengetahui aku telah membocorkan rahasia ini, pasti batang leherku ini tidak dapat dipertahankan lagi, leherku pasti dikutungkan, sekarang kaucu menanyakan sebawahanmu ini, mau tidak mau aku harus mengambil keputusan. Di mataku, kaucu dan hujin bahkan terlebih agung daripada raja sekali pun. Kalau kaucu menghendaki sebawahanmu ini bicara, sebawahanmu tidak dapat menutup mulut lagi..."

Kembali Siau Po berpikir bagaimana harus menyusun kata-katanya agar kaucu dan istrinya percaya dengan kata-katanya.

Luar biasa sabarnya kaucu itu, meskipun Siau Po ayal-ayalan, dia bukannya gusar, tapi malah tertawa, dia memainkan kumisnya sambil mengangguk-angguk. "Harap kaucu dan hujin ketahui," kata Siau Po kemudian, "Di sisi raja ada dua orang asing, namanya John dan James. Mereka diangkat menjadi kepala dari Kim Thian Kam, kantor perbintangan. "

"Nama John memang pernah kudengar," tukas Hong kaucu, "Menurut apa yang tersiar di luaran, dia pandai ilmu alam dan ilmu perbintangan."

"Memang demikianlah kenyataannya." sahut Siau Po. "Kaucu tidak pernah bepergian, tetapi kaucu dapat mendengar dan mengetahui apa pun. Si John itu telah menghitung bintang dan katanya di utara ada sebuah negara yang dinamakan Losat. Negara itu mengandung niat tidak baik atau tidak menguntungkan bagi raja."

Hong kaucu mengerutkan alisnya.

"Lalu bagaimana?" tanyanya seperti tidak tahu ke mana arah pembicaraan si anak muda.

Diam-diam Siau Po memperhatikan gerak geriknya si kaucu, maka dia percaya orang mulai yakin dengan kata-katanya. Karenanya pula, diam-diam ia merasa girang, Dia membayangkan ancaman maut terhadap dirinya akan lenyap...

"Si raja cilik tampak berduka mendengar keterangan si John," sahut Siau Po melanjutkan keterangannya, "Lalu dia minta si John memutar otaknya dan meminta pendapat kepadanya. Mendengar demikian, si John berjanji nanti malam dia akan 

melihat dulu jalannya bintang dan menghitungnya. Benar saja, lewat beberapa hari, dia datang lagi menghadap raja serta mengatakan tentang urat nadi negara Losat yang berada di Liong Tong entah di gunung apa yang namanya aneh yakni, Tamati apa, serta sebuah sungai yang setahu sebawahanmu ini namanya sungai Amar.."

Hong An Tong sudah lama berdiam di Liau Tong, karena itu dia kenal baik semua nama gunung-gunung maupun sungai-sungai di sana. Mendengar ucapan Siau Po, dia langsung tertawa dan berkata kepada istrinya.

"Kau dengar hujin, bukankah anak ini lucu sekali? Gunung Huma Erlwotsi dikatakan gunung Tamati, dan sungai Amur disebutnya sungai Amar, Ha ha ha ha ha ha!"

Nyonya Hong juga ikut tertawa.

"Ya, ya, kaucu benar!" kata Siau Po memuji, "Memang seperti yang dikatakan sebawahanmu tadi, tidak ada hal yang tidak kaucu ketahui. Sungguh sebawahanmu kagum sekali! Apa yang dikatakan orang Inggris itu, sebawahanmu tidak ingat lagi. Tapi kaisar membuat catatan dalam bahasa Tiong-hoa dan Boan ciu yang mana beliau berikan padaku, sayangnya sebawahanmu ini tidak kenal tulisan sama sekali, maka sebawahanmu asal menyebut nama gunung dan sungainya tadi. "

Kembali Hong kaucu tertawa, Kemudian dia berpaling kepada Liok Kho Hian, sorot matanya menunjukkan kebengisan. Sementara itu, hati Ay Cun Cia dan Liok Kho Hian sejak tadi memang sudah tidak tenang, mereka khawatir ketuanya gusar Mereka berdua berdiam diri dengan perasaan dag dig dug.

Siau Po melanjutkan keterangannya.

"Si John langsung mengusulkan untuk membuat sepuluh meriam besar yang harus diangkut ke Liau Tong lewat jalan laut, tujuannya menyerang kearah gunung dan sungai itu. Meriam-meriam itu dapat melancarkan dua ratus kali tembakan dengan demikian urat nadi Bangsa Losat dapat dirusak, kalau perlu malah dimusnahkan. 

Dengan demikian puIa, selama dua ratusan tahun, kerajaan Ceng akan mengalami pemerintahan yang damai serta aman. Tegasnya satu tembakan berarti jangka waktu satu tahun Karena itu, si raja cilik menanyakan bagaimana kalau melepaskan tembakan sebanyak seribu kali saja, bukankah itu berarti negara akan damai dan aman selama seribu tahun juga? 

Kali ini John menjawab, kalau tembakan dilepaskan terlalu banyak, akibatnya rahasia alam tidak boleh dibocorkan selanjutnya dia mengatakan tentang jalan kuning dan jalan hitam dan lainnya yang entah apa artinya, sebawahanmu ini tidak mengerti, mendengar saja bingung..."

Hong kaucu menganggukkan kepalanya.

"Si John itu telah membuat sebuah buku yang diberi nama Tay Ceng Si Hian Lek artinya kitab penanggalan kerajaan Ceng Maha Besar," katanya "Kitab itu memang berbatas pada waktu dua ratus tahun, Karena itu, kemungkinan kerajaan Ceng hanya bisa bertahan sampai dua ratus tahun saja."

Siau Po hanya mengaco belo, Siapa nyana apa yang dikatakannya dekat dengan kenyataan. Karenanya, Hong An Tong yang pengetahuannya luas mulai percaya dengan keterangannya.

Kemudian terdengar Hong hujin ikut bicara.

"Kalau begitu, si raja cilik telah menugaskan kau pergi ke Liau Tong untuk melakukan penembakan itu?"

Siau Po pura-pura terkejut dan heran, Dia menatap si nyonya dengan tertegun. "Oh, hujin, bagaimana hujin bisa mengetahui hal itu?"

Nyonya ketua itu tertawa.

"Sebab aku merasa kata-katamu tidak seluruhnya benar." katanya, "Raja mengirim kau ke Liau Tong, mengapa kau justru melancarkan tembakan di Sing Liong To?" "ltu pun karena apa yang dikatakan oleh orang asing itu," sahut Siau Po yang selalu mendapat akal untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya, "Menurut bangsa Losat, apa yang disebut urat nadi negaranya adalah seekor naga laut. Karenanya ke sepuluh meriam besar itu harus dibawa lewat jalan air serta harus ditembakkan ke arah naga itu secara langsung, Waktu penembakan pun harus ditentukan yakni disaat si naga hendak membuka mulutnya untuk menyedot air. Asal dia terluka parah, naga itu tidak berdaya lagi, seandainya dia ditembak dari darat, baru sekali tembak saja, dia akan segera terbang ke langit Satu tembakan berarti satu tahun. Lain tahun penembakan harus diulangi, demikian pula seterusnya.

"Bukankah hal itu merepotkan sekali? Lagi pula, walaupun meriam diangkat dengan jalan laut, jalannya sendiri juga berliku-liku. Dengan demikian si naga urat nadi tidak menjadi terkejut."

Hong kaucu merasa sangsi mendengar kata-kata Siau Po. Biar bagaimana dia masih menaruh kepercayaan tentang letak "Hong Sui" yakni tentang keletakkan tanah yang baik, atau tempat yang dikatakan mengandung urat nadi bangsa tertentu atau orang tertentu.

Diam-diam Siau Po mencuri pandang kepada si kaucu dari Sin Liong Kau itu, Meskipun usianya masih kecil, tapi pengalamannya sudah banyak sekali Dia sadar si kaucu ragu-ragu dengan ceritanya, Karena itu dia segera berkata pula.

"Setan asing itu telah membuat beberapa gambar untuk si raja cilik, Setelah itu dia mengukur gambarnya dari sana sini Dia juga memberi tanda bundaran-bundaran merah serta beberapa garis untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana urat nadi itu dapat bergeser. sayangnya sebawahanmu itu bodoh sekali sehingga tidak mengerti apa-

apa. Sebaliknya, si raja cilik itu sangat tertarik sekali hatinya. "

Hong kaucu mengangguk-anggukkan kepalanya. Di dalam hatinya dia berpikir, mungkin orang asing itu benar-benar mempunyai keistimewaan tersendiri dalam melihat "Hong Sui".

Lega hati Siau Po melihat kaucu Sing Liong Kau itu mulai mempercayainya.

-- Asal aku bisa meloloskan diri kali ini, lain kali tidak ada yang perlu kukhawatirkan Iagi.. pikir-nya. Karena itu, dia segera berkata pula, "Pada suatu hari, si raja kecil 

memerintahkan pembesar Kim Thian Kam memilih hari yang baik. Setelah itu dikeluarkan firman sebawahan Tiang Pek San. Yang turut bersama sebawahanmu ini ialah seorang laksamana dari propinsi Ho Kian bernama Sie Long. Dia pandai menembak dengan meriam dari atas kapal perang, Dia disuruh oleh si raja cilik untuk ikut serta dan sebelumnya dipesankan agar menyimpan rahasia ini rapat-rapat, kalau rahasia ini sampai bocor, maka gagallah usaha besar si raja cilik. 

Kami berangkat ke Thian Cin lewat laut. Kami memutar ke tempat yang jauh untuk menuju Liau Tong. Di luar dugaan sebawahanmu ini, kemarin sore kami menemukan sejumlah mayat yang mengambang di atas permukaan laut. Di antara mayat-mayat itu,  ada beberapa mayat asli tapi ada beberapa pula mayat palsu. Maksudnya orang yang pura-pura mati, dialah Siu tauto! Sebawahanmu berlaku murah hati dan menolongnya, di waktu sadar dia segera menceritakan tentang keadaan di pulau Si Liong To yang mana telah terjadi peperangan yang sangat kacau sehingga umpama kata langit runtuh dan bumi ambruk. Dia juga mengatakan bahwa Hong kaucu telah memerintahkan orang untuk membunuh Chi Liong Su Khou Soat Teng."

"Dusta!" bentak Kho Cun Cia. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kaucu akan menghukum mati Chi Liong Su. "

Justru orang membantah dengan suara keras, Hong hujin segera meliriknya dengan tajam dan berkata dengan nada penuh wibawa.

"Siu tauto, di hadapan kaucu, siapa pun tidak boleh berteriak-teriak." "Ya.,." sahut Kho Cun Cia sambil menganggukkan kepalanya.

"Kau toh mengatakan bahwa Chi Liong Su telah dibunuh orang?" tanya Siau Po. "Benar bukan?"

"Aku memang berkata demikian," sahut Kho Cun Cia. "Tapi kaucu sendiri yang menyuruh aku berkata demikian untuk mendustaimu."

"Kaucu menitahkan kau bergurau denganku, hal itu sudah lumrah." otaknya memang cerdik sekali, Ada saja jawaban yang dapat diberikan olehnya. "Tapi dalam kata-katamu itu, ada kelainannya, Kau mengatakan pula, bahwa untuk membalaskan sakit hatinya, kaucu sudah membunuh Chi Liong Su dan Hek Liong Su. inilah yang aku sangsikan, Kaucu jujur dan adil, tidak berpikiran licik bahkan bijaksana dan welas asih, tidak mungkin kaucu akan ingat dan mendendam sakit hati terhadap bawahannya."

"Kau berbohong!" seru Kho Cun Cia pula.

"Terang kau mengatakan bahwa kaucu telah membunuh Hek Liong Su dan Chi Liong Su dengan maksud membalas sakit hati." kata Siau Po kukuh.

"Dusta!" teriak Kho Cun Cia. "Aku tidak pernah mengatakan demikian." "Kaucu kan jujur dan adil." kata Siau Po.

"Dusta!"

"Kaucu bijaksana dan welas asih!" "Dusta!"

"Kaucu tidak pernah ingat sakit hati atau dendam terhadap bawahannya." "Dusta!"

Justru ketika Kho Cun Cia terus berteriak dusta, Liok Kho Hian segera menarik ujung baju sahabatnya itu, Dia sadar temannya telah terperangkap dalam jebakan si bocah cerdik, Selama Kho Cun Cia berteriak, "dusta, dusta", dia melihat wajah ketuanya sudah berubah merah padam. 

Karena itu, sembari menarik ujung baju sahabatnya, dia berkata. "Kau dengarkan saja apa kata kaucu jangan kau memotongnya!"

"Tapi, bocah ini mengoceh yang tidak-tidak." teriak Kho Cun Cia. "Apakah dia harus dibiarkan mengoceh tidak karuan?"

"Kaucu cerdas dan pintar, kaucu dapat mengetahui apapun juga." kata Kho Hian, Dia membujuk dan menyadarkan kawannya, "Jangan kau sibuk tidak karuan. Kaucu pasti mengerti nantinya."

"Hm!" Kho Cun Cia mendengus dingin, "Aku khawatir kaucu..."

Tapi kali ini, dia segera menghentikan kata-katanya, Matanya membelalak, mulutnya terbuka lebar, dia tertegun perasaan takut tiba-tiba melanda hatinya, dia merasa mulutnya telah bicara berlebihan.

Siau Po menatap tajam kepada orang yang sedang didesaknya, Begitu pandangan mata mereka bertemu, dia segera mencibirkan bibir untuk mengejeknya, Kedua tangannya dimainkan di depan wajahnya.

Kho Hian bermata tajam, Dia melihat sikap anak muda, Dia mengerti apa maksud lagak orang, Dia juga mendongkol sekali walaupun demikian, dia tidak berani berkata apa-apa. itu urusannya Kho Cun Cia, dia khawatir sang kaucu akan marah kalau dia turut bicara.

Untuk sesaat keadaan di tempat itu menjadi sunyi senyap, Yang terdengar jelas hanya nafas memburu dari Kho Cun Cia yang hatinya masih panas karena penasaran sekali, Tapi dia berusaha mengekang dirinya, Dia merasa jeri terhadap kaucunya.

Setelah lewat sesaat, baru terdengar Hong kaucu berkata.

"Apalagi yang dikatakan olehnya ?" suaranya tenang dan pertanyaannya ditujukan kepada Siau Po.

"Harap kaucu ketahui, dia juga mengatakan bahwa kaucu telah bertindak yang tidak- tidak, Bahwa kaucu telah mengadu dombakan sebawahannya sehingga pihak Cek Liong Bun menyerang pihak Hek Liong Bun..."

"Aku tidak berkata demikian..." seru Kho Cun Cia membantah. Baru sekarang Hong kaucu menatap langsung anak buahnya itu. Matanya mendelik menandakan kegusaran hatinya, Dia juga membentak.

"Tutup bacotmu! Kalau sekali lagi kau berkaok-kaok, aku akan membelah-belah tubuhmu yang seperti semangka itu!"

Kho Cun Cia terdiam, wajahnya jadi merah. Dia masih mendongkol tapi sekarang dia harus menahan hawa amarah dalam hatinya.

Liok Kho Hian dan Ay Cun Cia terkejut sekali, wajah mereka sampai tampak pucat, Mereka, maksudnya semua anggota Sin Liong, maklum sekali apabila ketuanya gusar. 

Kegusarannya itu tidak ditunjukkan pada mimik wajahnya, namun kali ini berbeda, kaucu mereka malah sudah membentak dengan suara keras.

Sebaliknya dengan Siau Po, Bocah ini justru merasa senang walaupun dia hanya mengutarakannya dalam hati, di luar dia hanya tersenyum, Dia pun berpikir.

-- Kho Cun Cia sudah tidak bisa membuka suaranya, sekarang, apapun yang kuocehkan, dia pasti tidak berani menentangnya lagi, - Maka dia segera berkata kepada ketua Sing Liong Kau.

"Kaucu yang mulia, Siu tauto sebetulnya tidak mengucapkan kata-kata yang menghina kaucu, dia hanya mengatakan bahwa pikiran kaucu picik sekali, Bahwa kaucu mudah membuat pembalasan sebagaimana kaucu pernah menugaskan seorang anggota bernama Ho Seng untuk melakukan pembalasan itu, Ho Seng itu murid Bu Kin tojin, mengapa sebawahanmu ini tidak tahu tentang Ho Seng it?"

“Memang ada orang yang bernama Ho Seng," sahut Hong hujin yang mewakili suaminya menjawab "Lalu bagaimana tentang itu?"

Dalam waktu yang singkat, Siau Po sudah berpikir.

- Ho Seng itu murid Bu Kin tojin, tentu usianya masih muda,.. maka dia lantas menjawab, "Menurut Kho Cun Cia, Ho Seng itu tergila-gila kepada hujin, bahwa selama beberapa tahun dia telah melakukan sesuatu yang tidak pantas disebutkan di sini, Sebawahanmu gusar mendengar ocehannya sehingga dia telah menampar mulutnya, baru dia berhenti mengoceh tidak karuan..."

Wajah Hong hujin jadi merah padam.

"Oh, dia berani menyebut-nyebut aku?" tanyanya keras.

“Tidak! Tidak!" bantah Kho Cun Cia, "Aku tidak berkata demikian!"Tapi Siau Po segera menukas. "Kaucu melarang kau bicara, jangan kau banyak omong, sekarang aku bertanya kepadamu, kau pernah menyebut orang bernama Ho Seng atau tidak? Kalau benar, kau menganggukkan kepalamu, kalau tidak, kau boleh menggeleng."

Kho Cun Cia segera menganggukkan kepalanya.

"Nah, ketika itu pernah kau mengatakan bahwa Ho Seng dan Khou Soat Teng telah berlomba dalam urusan asmara, Bahwa mereka saling bersaing dan saling mendengki karena rasa cemburunya satu dengan lainnya, Bahwa mereka saling merebut mengambil hati hujin, yang akhirnya kejadian Ho Seng membunuh Khou Soat Teng. Katamu kejadian itu membuat hujin senang sekali, Dan dalam hal ini kaucu telah berhasil ditutupi, sehingga kaucu seperti terkurung di dalam tambur yang tidak tahu apa-apa, Ho Seng mengatakan bahwa setelah Chi Liong Su terbunuh, di dalam kamarnya terdapat sebatang golok yang penuh berlumuran darah dan itulah golok orang She Ho. Nah, Kho Cun Cia sekarang jawablah, pernahkah kau mengatakan demikian?"

Kho Cun Cia menganggukkan kepalanya. "Namun..." katanya.

"Kau telah mengiakan, itu sudah lebih dari cukup." potong Siau Po tanpa memberikan kesempatan kepada orang untuk melanjutkan kata-katanya, Dengan demikian ucapan Kho Cun Cia hanya setengah jalan dan Siau Po lah yang melanjutkannya.

"Kau telah mengatakan," Siau Po segera berkata kembali "Bahwa orang-orang Cek Liong Bun, Chi Liong Bun, Oey Liong bun, juga orang-orangku dari Pek Liong Bun, sedang bertempur satu sama lain sehingga keadaan di pulau Sin Liong to kacau balau karena terjadinya perang saudara. Bahwa kaucu sampai kehilangan kewibawaan serta kekuasaannya, Kaucu sampai tidak berdaya memulihkan keadaan seperti semula, Benarkah demikian?”

Kho Cun Cia mengangguk lagi, Memang dia pernah berkata demikian dan dia tidak dapat menyangkalnya. Dia anggap itulah pesan kaucu sendiri...

"Kau juga mengatakan semua orang di pulau telah memberontak sehingga kaucu dan hujin sudah tertawan, bahwa seluruh pakaian hujin telah dilepaskan sehingga hujin menjadi telanjang bulat." Siau Po melanjutkan keterangannya, "Bukankah kau mengatakan bahwa di samping hujin sudah diarak keliling pulau, kaucu sendiri juga telah dibelenggu dan digantung di atas pohon sampai tiga hari tiga malam selama. Bahwa kaucu tidak diberi makan maupun minum. Ya, sekarang kau tentu tidak berani mengakuinya, bukan?"

Wajah Kho Cun Cia jadi merah padam saking malunya dan panas hatinya, pertanyaan itu tidak dapat disangkal atau pun diiyakan, Keringat dingin langsung membasahi seluruh pakaiannya. "Sekarang kau pasti akan menyangkalnya!" kata Siau Po yang mendesak terus, "Benar, kan?"

"Aku tidak mengatakan demikian!" Akhirnya Kho Cun Cia tidak dapat menahan diri, dia menyangkalnya juga.

Siau Po tidak memperdulikan penyangkalan itu, dia meneruskan kata-katanya. "Singkatnya, kau mengatakan kepadaku, bahwa keadaan dalam perkumpulan kita 

sedang kacau balau, Sebab kaucu sudah menawan sebagian besar anggotanya serta 

melemparkannya ke dasar laut. sedangkan sisanya saling menyerang, aku bunuh kau dan kau bunuh aku. Kau juga mengatakan bahwa kaucu dan hujin sudah benar-benar celaka, Meskipun saat itu mereka belum menutup mata, tapi umur mereka pasti tidak lama lagi."

"Aku,., aku. " Kho Cun Cia jadi gugup karena dibikin bingung oleh Siau Po. Dia 

difitnah habis-habisan sehingga hawa amarah dalam dadanya meluap seketika, Tapi dia tidak berdaya, Karena setiap kali dia ingin menjelaskan si anak muda selalu memotong perkataannya. 

Memang dia pernah menceritakan soal kekacauan di pulaunya, tapi keterangannya tidak sama dengan yang diberikan Siau Po sekarang.

Sampai di situ, Siau Po berpaling kepada ketuanya sikapnya hormat sekali.

"Harap kaucu ketahui, sebenarnya sebawahanmu ini mengepalai pasukan laut untuk pergi ke Liau Tong guna menggempur musnah urat nadi musuh, yakni negara Losat. Namun setelah sampai di sini sebawahanmu langsung teringat kepada hujin dan nona Phui, Di dalam hatiku, aku telah berikrar akan menikahi nona itu, Untuk itu hamba berharap kaucu serta hujin akan memberikan perkenannya, Dengan demikian hamba dapat mengajaknya pergi sekalian, itulah sebabnya mengapa hamba menitahkan segenap anak buah untuk menjalankan perahu perlahan-lahan menuju pulau kita, Maksudku ialah agar sedikit banyak para anak buahku itu mengetahui dan melihat keindahan pulau kita, Dengan demikian pula sebawahanmu ini mempunyai kesempatan menjenguk kaucu serta hujin."

Hong hujin tertawa kecil.

"Tentu juga menjenguk nona Phui, bukan?" katanya.

"lya, itu memang benar," sahut Siau Po mengakui. "Memang sebawahanmu ini hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, bukan sekedar menghadap kaucu dan hujin saja, Dalam hal ini, sebawahanmu ini mohon diberikan pengampunan!"

Hong kaucu menganggukkan kepalanya, rupanya dia menjadi sabar sekali. "Silahkan bicara terus!" katanya. "Apa mau, seperti telah diketahui di tengah laut hambamu menemukan beberapa mayat dan akhirnya menolong Siu tauto ini," kata Siau Po pula, "Entah maksud apa yang terkandung dalam hatinya, setelah sadar dari pingsannya, dia langsung mengutuk kaucu beserta hujin, Ketika sebawahanmu pun merasa heran, Tiba-tiba saja hamba menjadi bingung, rasanya ingin tiba-tiba tumbuh sayap untuk terbang ke pulau ini untuk melihat keadaan kaucu serta hujin dan membantu menumpas kawanan pemberontak. 

Ketika itu, sebawahanmu lantas mencaci maki kawanan penjahat itu, Sebawahanmu juga mengatakan pepatah lama yang berarti urusan yang sudah-sudah tidak perlu ditimbulkan kembali terutama jangan mendendam Mengapa mereka justru memberontak serta menimbulkan huru hara? Sebawahanmu menjadi bingung tatkala teringat kaucu yang sedang digantung dan hujin yang dibuat menjadi telanjang bulat. Tentunya kaucu serta hujin sedang membutuhkan pertolongan sedikit waktu pun tidak boleh ditunda lagi, Dasar sebawahanmu ini yang tolol sekali, mengapa sebawahanmu sampai lupa bahwa kepandaian kaucu tinggi sekali dan mempunyai kesaktian yang luar biasa? 

Mana mungkin kaucu bisa dicelakai? Bukankah dengan mudah saja kaucu meluncurkan tangan untuk membekuk mereka seperti sekawanan semut? Mana mungkin sampai kaucu kena ditawan dan dihina seperti apa yang dikatakan oleh Kho Cun Cia? 

Namun dalam keadaan bingung, sebawahanmu langsung memimpin tentara dan menitahkan mereka melakukan perombakan ke pulau Sin Liong To. Sebawahanmu mengatakan mereka para tentara bahwa kemungkinan besar penduduk yang baik-baik sudah kena ditawan para penjahat. 

Karena itu, asal ada perlawanan si pengkhianat harus dihujani tembakan meriam- meriam besar Dan selekasnya kita mendarat anak buahku harus mencari seseorang yang bertubuh kekar dan bertampang gagah bagaikan Giok Hong tayte sebab orang itu adalah kaucu dari Sin Liong Kau yang Maha Mulia, perintah itu segera dituruti dan diiyakan oleh anak buahku. Pesanku lainnya yaitu agar semua orang perempuan jangan diganggu! Terutama seorang nona muda yang cantik manis bagaikan bunga indah atau batu kumala, Dialah Hong hujin yang dihormati oleh segenap anggota Sin Liong Kau dan selalu dijunjung tinggi!"

Hong hujin tertawa terkekeh-kekeh mendengar ucapan Pek Liong Sunya. "Menurut keteranganmu ini," katanya, "Jadi kedatanganmu ke pulau Sin Liong To 

bukan untuk menyerang, tetapi hanya karena kesetiaanmu terhadap kaucu? jadinya kau 

tidak bersalah, tapi malah berjasa besar?"

"Sama sekali tidak ada jasanya sebawahanmu ini," sahut Siau Po dengan merendahkan diri. "Apa yang ada dalam benak sebawahanmu ini hanya kelegaan karena kaucu dan hujin tidak kurang suatu apa. Serta sejumlah anggota yang setia sama sekali tidak melakukan pemberontakan Harapan sebawahanmu yang pertama- tama hanyalah kebahagiaan kaucu serta hujin dan diberi panjang umur seperti usia langit. 

Kedua, agar semua anggota kita setia guna membela agama dan negara. Agar mereka selalu menuruti apa pun yang dikatakan kaucu serta hujin. "

Hong hujin tertawa nyaring memutuskan kata-kata si anak muda. "Dan yang ketiga. agar nona Phui dapat menjadi istrimu?"

"Ya, tapi itulah soal yang lain." sahut si bocah yang tidak tahu malu, "Yang ketiga, sebawahanmu ini sudah mengambil keputusan untuk bekerja sebaik-baiknya dan setia agar membuat kaucu serta hujin menjadi senang hati, Dengan demikian, sebawahanmu percaya kaucu dan hujin akan memperlakukan hamba dengan baik."

Hong An Tong menganggukkan kepalanya.

"Mulutmu ini sungguh lihay, kau memang pandai bicara!" katanya, "Kalau demikian hebat kesetiaan dan ingatanmu kepada aku serta hujin, mengapa kau tidak memimpin sendiri pasukanmu ke pulau Sin Liong To, tapi malah lantas menghujani dengan tembakan meriam sedangkan kau sendiri bersembunyi di garis belakang?"

TAMAT (Bagian ke dua) Bagian KETIGA
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar