Jilid 40
Mendengar disebut nama Liu Yan hati Siau Po bergetar.
Teranglah Liu Yan orang Sin Liong Kau, entah siapa itu Song Beng Gi apakah ia bukannya si dayang keraton?"
Tengah Siau Po berpikir, si nyonya menggapai tangan kirinya memanggil Siau Po sambil tertawa.
"Eh, adik kecil kemarilah!" panggilnya. "Aku," katanya, ia pun heran sekali.
Nyonya itu pun tertawa. "Benar." sahutnya, "Aku memanggil engkau."
Cepat-cepat ia menoleh pada tabib Liok dan Ay Cun cia yang ada di sampingnya dengan bermain mata sebagai isyarat.
"Hu Jin memanggilmu Cepat kau pergi dan beri hormat!" kata si tabib. Di dalam hati Siau Po berkata-kata.
"Aku tak mau menghormatinya, apa yang akan ia lakukan jika ia tidak memberikan hormat padanya," tetapi ia tetap saja memberikan hormatnya seraya berkata.
"Semoga kaucu dan Hu Jin berbahagia dan panjang umur sama dengan langit!" Hong Hu Jin pun girang sekali.
"Nak kau masih kecil tetapi kau cerdas sekali, Siapa yang mengajari kau kalau disamping kaucu kau juga harus menghormatiku?"
Memang biasanya dalam Sin Liong Kau orang cuma memujikan ketua-nya, dan tak pernah ada orang yang menambahkannya meskipun hanya satu kata, Maka untuk itu Siau Po berlagak lain dari pada yang lain, dalam hati dia merasa tak puas tetapi dia tidak menampakkannya.
Dia melihat wanita cantik dan berpengaruh maka sudah selayaknya ia mengalah, Demikian juga bila si nyonya yang cantik itu bertanya ia pun lalu menjawabnya.
"Kaucu, sudah sepantasnyalah jika usia Hu Jin harus sama dengan usia kaucu, jika tidak nanti jika Hu Jin dipanggil yang maha kuasa tentunya kaucu merasa kesepian." Hu Jin tertawa terpingkal-pingkal begitu juga kaucu, Sambil tertawa ia mengusap jenggot dan kumisnya yang putih dan panjang itu.
Semua anggota Sin Liong Kau ngeri melihat mereka yang sebagai ketuanya itu, bagaikan tikus melihat kucing, Mereka sudah ketakutan jikalau mereka salah dalam berbicara. Tetapi melihat kaucu dan Hu Jin tertawa mereka jadi tenang dan ketegangan mereka pun hilang.
"Jadi itulah kata-kata yang kau tambahkan sendiri ?" kata sang ratu. "Benar Hu Jin," sahut Siau Po.
"Kata-kata itu tak dapat dihindarkan, sebab di dalam tulisan batu yang mirip dengan anak-anak katak itu juga terdapat nama Hu Jin."
Liok Sin Si kaget sekali mendengar ocehan Siau Po. Tubuhnya merasa dingin bagaikan es karena si bocah telah menambahkan kata "Hu Jin" itu, ia sendiri sudah menambahkannya, Siau Po benar-benar lancang sekali, Bukankah dengan demikian rahasianya akan terbongkar?
Hong Hu Jin heran mendengar jawaban Siau Po.
"Kau bilang namaku terukir dalam tulisan itu." tanyanya,
"Benar," katanya, Di lain waktu dia sadar dan mengingat perintah yang mengatakan agar ia menghapal kalimat tersebut Bersyukur sekali Siau Po karena Hu Jin tidak menanyakan lebih jauh lagi.
"Kau Si Wi, datang dari pakia, bukan?" tanya si nyonya.
"Menurut Poan Tou To kau pernah bertemu dengan seorang nyonya gemuk yang disebut Liu Yan, bahkan Liu Yan pernah mengajari mu ilmu silat, benarkah itu?" si nyonya Hu Jin bertanya.
Ditanya begitu Siau Po berpikir dengan cepat.
"Apa yang Hu Jin bicarakan dengan Ay Cun cia, Ay Cun cia telah menyampaikan pada kaucu dan Hu Jin. Maka itu aku harus bersikap cepat karena Liu Yan sudah mati dan saksinya tak ada?" Maka ia cepat menjawab.
"Benar, Bibi Liu dulu sahabat kekal pamanku, baik di waktu siang maupun di waktu malam, ia sering ke rumahku."
Hong Hu Jin tertawa.
"Mau apakah dia dengan kedatangannya itu?" tanyanya. "Dia suka bergurau dengan pamanku, sering mereka merangkul satu dengan yang lainnya, mereka menyangka aku tidak melihatnya tetapi aku sering mengintainya."
Hu Jin pun tertawa pula.
Siau Po pandai sekali berbohong, Dia berpikir semakin banyak berbicara semakin mudah untuknya berbohong, sebab ia mengira orang akan percaya akan kata-katanya yang dilakukan secar wajar.
Lagi-lagi Hu Jin tertawa.
"Eh, Nak! Kau cerdik sekaii, begitu beraninya kau mengintip pamanmu yang sedang berciuman dan berpelukan itu." ia lalu menoleh pada He Liong Su dan berkata.
"Nah, kau dengar atau tidak anak ini tak mungkin berdusta."
Diam-diam Siau Po melirik pada Hek Liong Su Dia melihat wajah orang itu menjadi pucat dan menggigil, suatu tanda ia sangat ketakutan. Dia harus menjatuhkan diri dan berlutut sambil mengangguk-angguk.
"Hamba... hamba kurang penilikan... hamba harus mati... hamba mohon kaucu dan Hu Jin dapat memberikan ampunan pada hamba dapat menebus dosa ini. "
Siau Po merasa heran juga, Diam-diam dia berpikir dalam hatinya.
- Tua bangka ini aneh juga, Aku toh cuma mengatakan bahwa si Liu Yan berpelukan dan berciuman dengan pamanku, apa hubungannya dengan dia ini? Mengapa dia jadi demikian ketakutan?
Hong Hu Jin tertawa.
"Membuat jasa guna menebus dosa?" katanya "Jasa apakah yang kau miliki? Aku mengira orang yang kau beri tugas itu sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, Tak disangka di kota kerajaan dia malah bermain asmara?"
Hek Liong Su mengangguk lagi berulang kali, bahkan kepalanya sampai membentur batu sehingga dahinya berdarah.
Melihat demikian, Siau Po tidak sampai hati. Akan tetapi dia tidak menemukan kata- kata yang baik untuk meredakan suasana.
Hek Liong Su merayap kehadapan kaucu.
"Kaucu" katanya, "Hambamu ini sudah cukup lama mengikuti kaucu bercapek lelah, biar pun tidak berjasa apa-apa, banyak bahaya yang sudah hamba tempuh demi. " Belum lagi kaucu itu memberikan jawaban apa-apa, Hong Hu Jin sudah tertawa dingin.
"Untuk apa kau menyebut-nyebut pekerjaanmu yang dulu-dulu?" tegurnya, "Usiamu sudah begini tua, masih berapa tahun lagi kau sanggup menyumbangkan tenagamu untuk kaucu? Karena itu, ada baiknya kau tidak usah menjabat lagi kedudukanmu sebagai Hek Liong Su. Bukankah demikian lebih menyenangkan?"
Hek Liong Su mengangkat kepalanya untuk menatap sang kaucu.
"Kaucu!" katanya dengan suara bergetar "Apakah benar terhadap hambamu yang lama yang sudah seperti saudaramu ini, kau tidak mempunyai sedikit pun rasa menyayangi?"
Sejak semula sikap Hong kaucu tetap tenang, dengan tawar dia menjawab. "Di dalam partai kita banyak sekali orang-orang tua yang kerjanya sudah tidak
karuan, maka itu ada baiknya sejak sekarang kita mulai melakukan penertiban."
Inilah untuk pertama kalinya Siau Po mendengar suara si kaucu yang perlahan dan kurang tegas, justru ketika otaknya sedang bekerja, terdengar para pemuda pemudi memperdengarkan suaranya yang nyaring dan lantang.
"Ajaran kaucu senantiasa kami ukir dalam hati. Kami akan membangun jasa! Kami akan mengalahkan setiap musuh agar dapat melindungi diri dan hidup panjang umur!"
Mendengar suara itu, Hek Liong Su menarik nafas panjang, Dengan tubuh masih bergetar, dia bangkit
"lnilah yang dinamakan, habis manis sepah dibuang!" katanya, "Kami merupakan orang-orang yang sudah tua dan tidak berguna, memang sebaiknya kami mati saja!" dia langsung memutar tubuhnya kemudian berkata kembali "Marilah!"
Empat pemuda sudah langsung maju ke depan, Tangan mereka masing-masing membawa sebuah nampan kayu yang di atasnya terdapat sebuah kotak yang berisi sejenis kopiah dari bahan kuningan
Mereka maju ke depan dan meletakkan nampan-nampan itu di hadapan Hek Liong Su kemudian mereka kembali lagi ke tempat semula.
Begitu juga dengan orang-orang lainnya, mereka masing-masing menyurut mundur dua langkah.
Terdengar suara Hek Liong Su yang lantang. "Ajaran Kaucu senantiasa kami ukir dalam hati! Kami akan membangun jasa! Kami akan mengalahkan setiap musuh agar dapat melindungi jiwa kami dan hidup. Hm!
Tapi, tidak apa-apa meskipun jiwaku yang tua ini tidak dilindungi."
Sembari berkata, Hek Liong Su memegang bagian atas dari sebuah kotak, kemudian dia menariknya, Setelah itu dari dalam kotak tampak mencelat bayangan sesuatu benda dan disusul dengan berkelebatnya sinar keputihan.
Ternyata cahaya dari sebatang golok yang membacok bayangan yang mencelat tadi sehingga terkutung menjadi dua bagian dan terjatuh ke dalam nampan, namun masih terus berkutik-kutik.
Rupanya itulah seekor ular kecil panca warna.
Menyaksikan hal itu, Siau Po terkejut setengah mati, Dia bahkan sampai mengeluarkan seruan tertahan. Lalu terdengar suara teriakan banyak orang.
"Siapa? Siapa yang berani menentang atasan. Bekuk dia! Siapa si murid murtad yang berani menentang kaucu?"
Menyusul itu, terdengar suara Hong Hu Jin yang keras. "Ngo Liong Siau Lian! Lekas turun tangan!"
Ngo Liong Siau Lian yang dimaksudkannya ialah barisan pemuda "Lima Naga"
Ternyata nyonya itu tidak dapat dilihat dari sudut kecantikan ataupun sikapnya yang centil. Begitu dia mengeluarkan suaranya yang keras, suara-suara bising lainnya langsung sirap, sebaliknya para pemuda-pemudi itu langsung bergerak.
Hal ini membuktikan, bahwa selain wajahnya yang cantik dan sikapnya yang centil, nyonya itu mempunyai tenaga dalam yang dahsyat. Suaranya mengandung pengaruh yang besar. Begitu mendengar perintahnya, ratusan pemuda-pemudi langsung menghunus pedangnya masing-masing sehingga timbullah suara berdesingan yang riuh, Setelah itu mereka lantas mengurung para orang tua yang tadinya merupakan rekan mereka juga.
Semua pemuda-pemudi itu bergerak dengan rapi menurut warna seragamnya masing-masing. Mereka terdiri dari kelompok-kelompok, Ada lima atau enam orang yang mengepung satu orang tua.
Di bagian lain ada juga yang terdiri dari delapan atau sembilan orang, sedangkan pedang mereka masing-masing mengancam bagian tubuh yang mematikan dari para orang tua itu, Dengan demikian para orang tua itu seakan sudah tidak mempunyai jalan untuk meloloskan diri lagi.
Tabib Liok dan Ay Cun cia juga tidak terkecuali, mereka juga ikut terancam. Seorang imam berkumis hitam dan usianya kurang lebih lima puluh tahun tertawa. "Hu Jin." katanya, "Entah berapa bulan waktu yang kau habiskan untuk melatih
barisanmu yang istimewa ini. Tapi kalau tujuannya untuk menghadapi para saudara
tuamu ini, sebetulnya tidak perlu kau sampai menggunakan cara ini!"
Begitu dia selesai berkata, dua dari delapan orang nona yang mengurungnya segera maju selangkah dan mengancam dada orang itu dengan pedang masing-masing. "Jangan kau bersikap kurang ajar terhadap Kaucu dan Hu Jin!" katanya garang.
Si imam tertawa lagi.
"Hu Jin!" katanya kepada nyonya kaucu itu.
"Sebaiknya aku katakan terus terang bahwa naga Ngo Cay Sin Liong itu, akulah yang membunuhnya." Yang ia maksudkan tentunya ular kecil panca warna tadi namun disebutnya naga, "Kalau Hu Jin ingin menjatuhkan hukuman atas dosaku itu, silahkan Hu Jin turun tangan kepada diriku! Harap jangan merembet orang lain yang tidak bersalah!"
Hong Hu Jin tersenyum.
"Bagus! Kau telah mengakuinya sendiri!" katanya. "Totiang, bukankah selama ini perlakuan kaucu terhadapmu tidak dapat dikatakan buruk? Bukankah kau telah dipercayakan tugas Cia Lioi Bun, Ciang Bun Su? Bukankah kedudukan itu hanya di bawah kaucu seorang, tapi di atas ribuan orang lainnya? Mengapa sekarang kau justru berkhianat?"
"Aku yang rendah sama sekali tidak berniat mengkhianati" kata si imam, "Hek Liong Su To Yam Goat telah berjasa besar terhadap partai sekarang hanya karena kesalahan kecil yakni kurang waspada terhadap sebawahannya, Hu Jin ingin merampas selembar jiwanya, Tindakan Hu Jin ini benar-benar membuat aku tidak puas. Aku mohon agar kaucu dan Hu Jin memberikan keringan kepadanya!"
Hong Hu Jin tertawa kembali. "Bagaimana kalau aku menolaknya?".
Sejak semula selalu si nyonya muda ini yang berbicara, sedangkan kaucunya hanya diam saja.
"Sin Liong Kau dibangun oleh kaucu," sahut Bu Kin Tojin. "Tetapi, di samping itu, kami ribuan saudara lainnya juga turut berjasa dengan mempertaruhkan nyawa bekerja tanpa menghiraukan marabahaya, Semula jumlah kita semuanya ada seribu dua puluh tiga orang, sampai sekarang orang lama hanya tersisa beberapa ratus saja, Saudara kami yang lainnya telah tiada, ada yang terbinasa di tangan musuh, ada juga yang dihukum mati oleh kaucu sendiri. Karena itu, aku mohon kaucu sudi mengampuni jiwa kami yang sisanya tidak seberapa ini, Pecatlah kami dan keluarkanlah kami dari partai! Apabila kaucu dan Hu Jin sudah jemu melihat kami yang sudah tua-tua ini, serta berniat memakai orang-orang baru, silahkan kaucu dan Hu Jin mengusir kami agar kami berlalu dari sini!"
Hong Hu Jin tertawa dingin.
"Semenjak partai Sin Liong Kau didirikan, belum pernah ada orang yang keluar dari partai dalam keadaan hidup-hidup, Karena itu, Bu Kin tojin, tidaklah kata-katamu itu luar biasa sekali?"
"Kalau begitu, apakah berarti Hu Jin tidak sudi menerima baik permintaan kami?" kata Bu Kin tojin.
"Maaf! partai kita tidak mempunyai peraturan seperti itu." sahut si nyonya tegas. Bu Kin Tojin tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu, tentunya Hu Jin dan kaucu akan membunuh habis kami semuanya." katanya nyaring.
Hong Hu Jin hanya tersenyum.
"Tidak sepenuhnya betul." katanya, "Para anggota yang sudah tua, asalkan masih setia terhadap kaucu, tetap kami anggap sebagai saudara. Kami tidak mementingkan usia muda atau tua, yang penting kesetiaannya, Nah, sekarang kalian semua dengar! Siapa yang masih setia kepada kaucu, silahkan angkat tangan!"
Si nyonya langsung bertanya kepada para anggota partainya. Para muda-mudi yang jumlahnya ratusan orang itu langsung mengacungkan tangannya. Para orang tua yang terkepung itu pun ikut mengangkat tangannya tinggi-tinggi, tidak terkecuali Bu Kin tojin.
Kemudian terdengar suara teriakan dari para anggota partai itu, "Kami semua setia terhadap kaucu, Kami tidak akan berhati dua."
Bahkan Siau Po pun ikut mengangkat tangannya. Hong Hu Jin yang menyaksikan keadaan itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Bagus sekali." katanya gembira, "Rupanya setiap orang setia terhadap kaucu, Bahkan adik kecil yang baru datang ini pun tidak terkecuali ia juga mengatakan kesetiaannya."
Mendengar ucapan si nyonya muda, Siau Po berpikir dalam hati.
- sebetulnya aku hanya setia kepada si kura-kura dan si jahanam hina dina, - Hong Hu Jin berkata kembali.
"Semuanya setia kepada kaucu, Kalau begitu, di sini tidak terdapat seorang pengkhianat pun, Benarkah? Bukankah keadaannya jadi tidak tepat? Karena itu, aku harus menanyakannya satu persatu dengan teliti, Saudara sekalian, sudilah kiranya kalian menyerahkan diri di belenggu sementara!"
"Baik." sahut beberapa ratus pemuda-pemudi itu.
"Tunggu dulu!" tiba-tiba terdengar suara lantang seorang pria, Tubuhnya tinggi besar dan orangnya penuh wibawa.
"Hai, Liong Su!" sapa Hong Hu Jin. "Apakah kau mempunyai pemikiran yang sempurna?"
"Pemikiran yang sempurna memang tidak ada." sahut orang yang ditegur. "Apa yang hamba pikirkan adalah masalah ketidakadilan."
"Hm! Hm!" Si nyonya muda mengeluarkan suara mengandung keheranan "Apakah kau bermaksud mengatakan bahwa tindakanku ini tidak adil?"
"Hal itu, hamba tidak berani mengatakannya." sahut pria tinggi besar itu, "Hamba telah mengikuti kaucu selama dua puluh tahun, selama itu persoalan apa pun, hamba selalu ke depan, tidak pernah menyurut mundur.
Ketika hamba mempertaruhkan nyawa demi partai ini, bocah- bocah yang hadir di sini pasti belum lahir, Karena itu, mengapa mereka yang masih muda mendapat prioritas dengan dikatakan setia terhadap kaucu, sedangkan kami yang tua tidak?"
"Dengan kata-katamu ini, Pek Liong Su, berarti kau telah membeberkan jasamu sendiri." katanya, "Sama saja artikan kau mengatakan, bahwa tanpa jasamu Tio Ci Leng si Naga Putih, Sin Liong Kau tidak dapat berdiri sampai sekarang, bukankah begitu?"
Orang bertubuh tinggi besar itu memang bernama Tio Ci Leng. Dia segera menjawab.
"Berdiri serta bertahannya Sin Liong kau sampai sekarang ini, semuanya berkat jasa kaucu sendiri Kami semua hanya memberikan sedikit bantuan, tidak pantas di katakan sebagai jasa, Akan tetapi. "
"Akan tetapi apa?" tukas Hong Hu Jin.
"Akan tetapi, kalau kami yang sudah tua ini dikatakan tidak mempunyai jasa apa-apa, anak-anak yang masih bau kencur ini." sahut Ci Leng dengan berani. "Usiaku sendiri belum mencapai tiga puIuh, apakah aku juga terhitung orang yang belum mempunyai jasa apa-apa. Mendirikan partai dan menjalankannya itu jasa kaucu sendiri."
Tidak tampak kegusaran pada mimik wajah Hong Hu Jin. Dia hanya berkata dengan perlahan.
"Kalau semua memang tidak ada jasanya, seandainya kau kubunuh, tentu kau juga tidak akan penasaran, bukan?"
Tiba-tiba sinar mata nyonya muda ini menyorotkan kebencian dia berteriak.
"Kalau hanya aku orang she Tio yang di bunuh, tidak apa. Tapi aku khawatir, bila kau membunuh para menteri-menteri yang setia dan sudah lama mengikuti kaucu, maka Sin Liong Kau akan hancur di tanganmu seorang."
"Bagus! Bagus!" seru si nyonya muda, sikapnya masih tenang sekali "Aih, aku merasa letih sekali."
Kata-kata itu di ucapkan dengan seenaknya. orangnya pun tampak lesu, siapa tahu rupanya itulah isyarat rahasia untuk segera melaksanakan hukuman, Tujuh orang pemuda segera menghunjamkan pedangnya ke tubuh si Naga Putih, Ketika pedang mereka di cabut kembali, darah pun ber-cipratan ke mana-mana,
"Kaucu, kau... tega seka... li!" seru Tio Ci Leng. Hanya sekian kata-katanya dan tubuhnya roboh di atas tanah dengan jiwa melayang, sedangkan ke tujuh pemuda itu sudah kembali ke tempatnya semula.
Sebetulnya Tio Ci Leng terhitung salah satu anggota yang lihay sekali dari Sin Liong Kau, tapi ketika ke tujuh pemuda itu menikamnya, dia tidak berdaya sama sekali, Hal ini membuktikan bahwa ilmu ketujuh pemuda itu sudah dilatih sedemikian rupa sehingga mencapai kesempurnaan.
Hong Hu Jin menguap, dengan tangan kirinya dia menutup bibirnya yang mungil seperti buah ceri, Tampaknya dia mengantuk serta letih sekali.
Bagaimana dengan Hong kaucu? dia tetap berdiam diri seperti tidak melihat bagaimana Tio Leng dibinasakan.
Kemudian dengan sikap seenaknya pula Hong Hu Jin bertanya.
"Chi Liong Su, Oey Liong Su, bagaimana pendapat kalian tentang Pek Liong su yang berani berniat berkhianat? Bukankah dia sudah selayaknya mendapat hukuman atas dosanya itu?"
Seorang tua yang tubuhnya pendek segera menjura dan berkata, "Sebenarnya niat Pek Liong Su berkhianat kepada kaucu dan Hu Jin sudah berlangsung lama. Beberapa kali hamba melaporkan hal ini kepada Hu Jin, tetapi Hu Jin selalu mengatakan, selaku sesama saudara, Hu Jin ingin membiarkan saja agar tersadar dengan sendirinya, Kaucu dan Hu Jin ya berhati mulai masih berharap dia insyaf dengan kesalahannya itu dan dapat memperbaiki diri. Siapa tahu hatinya yang busuk dan tidak selayaknya mendapatkan pengampunan sekarang dia telah menerima hukuman yang pantas baginya, sesungguhnya kami semua bersyukur atas tindakan Hu Jin dan kaucu ini!"
Mendengar ucapan si kate itu, Siau Po berpikir dalam hati.
-- ini dia yang dinamakan si raja menepuk-nepuk kempolan kuda! -- Hong Hu Jin tersenyum.
"Ternyata Oey Liong Su pandai melihat suasana. Nah, Chi Liong su, bagaimana pikiran Anda?"
Seorang tua berusia kurang lebih lima puluhan tahun dan bertubuh tinggi memandang bengis kepada delapan pemuda yang mengurung dan mengancamnya. Dia berkata dengan suara keras.
"Kalian semua mundur! Kalau kaucu hendak membunuh aku, kalian kira aku tidak dapat melakukannya sendiri?"
Delapan pemuda itu bukannya menyurut mundur, mereka malah menjulurkan pedangnya sehingga menempel di dada orang.
Orang jangkung kurus itu tertawa dingin beberapa kali, Dengan perlahan dia mengangkat tangannya untuk memegang leher bajunya, kemudian dia berkata dengan suara lantang.
"Kaucu! Hu Jin! Dahulu hambamu bersama ke empat Ciang Bun Su Merah, Putih, Hitam, dan Kuning telah mengangkat tali persaudaraan Kami bersatu hati untuk menjual jiwa demi Sin Liong Kau, tak disangka sekarang bisa ada kejadian seperti hari ini? Kalau Hu Jin ingin membinasakan aku si orang she Kho, sama sekali tidak aneh. Yang aneh ialah kakek tua she In yang memangku jabatan Oey Liong Su ini, dia tamak akan kehidupan, takut menghadapi kematian. Maka barusan dia telah mengucapkan kata- katanya yang hina dan busuk, Dia telah memfitnah saudaranya sendiri."
Berkata sampai di situ, tiba-tiba si jangkung kurus merobek bajunya sendiri sehingga koyak menjadi dua bagian kemudian dilepaskannya dan secepat kilat diayunkannya ke depan seperti selembar selendang.
Dalam sekejap mata dia sudah berhasil merampas dua batang pedang, Tanpa berhenti sedikit pun, tangannya yang sudah menggenggam pedang digerakkan secepat kilat. Di lain saat ke delapan pemuda yang berdiri di hadapannya dan mengepungnya sudah roboh di atas tanah bermandikan darah dan mati seketika, Gerakannya sungguh hebat dan mengagumkan.
Hong Hu Jin terkejut sehingga dia berjingkrak bangun dari kursinya, Dia menepuk kedua belah tangannya, dua puluhan pemuda berseragam hijau dengan pedangnya masing-masing segera menghadang di depan Chi Liong Su, sedangkan beberapa puluh pemuda lainnya langsung mengambil sikap mengepung.
Chi Liong Su atau si Naga Hijau tertawa terbahak-bahak.
"Oh, Hu Jin!" serunya nyaring, "Kawanan bocah asuhanmu ini semuanya dogol sekali. Sungguh kecewa kaucu mengandalkan mereka untuk menghadapi musuh."
Sungguh luar biasa juga ketenangan kaucu Sin Liong Kau itu. Tadi, ketika ke tujuh pemudanya membinasakan Pek Liong Su, dia seakan tidak melihatnya, sekarang Chi Liong Su berbalik membunuhi delapan orang anggotanya yang muda, dia juga diam saja, dia seperti tidak menghiraukan kejadian apa pun.
Ketika Hong Hu Jin melihat sikap suaminya, dia menjadi jengah sendiri. Akan tetapi, dia menabahkan hatinya dan tetap tersenyum Kemudian dengan tenang dia duduk kembali di kursinya.
"Chi Liong Su!" katanya, "llmu pedangmu lihay sekali Hari ini aku. "
Belum habis ucapan si nyonya, tiba-tiba terdengar suara yang memusingkan suasana yang mencekam, karena beratus-ratus pedang di tangan pemuda pemudi itu terlepas sendiri dan secara aneh sekali berjatuhan di atas tanah.
Ketika orang-orang lainnya masih merasa aneh, para pemuda pemudi itu pun terkulai di atas tanah menyusul jatuhnya pedang-pedang mereka, Para anggota yang tenaga dalamnya lebih mahir roboh belakangan dengan tubuh terhuyung-huyung terlebih dahulu,
Tiba-tiba saja mereka merasa kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang dan kedua lututnya menjadi lemas seperti orang yang kehabisan tenaga dan tidak sanggup lagi berdiri
"Ka,., lian kenapa?" teriak si nyonya muda yang langsung berjingkrak bangun roboh kembali dan melorot dari atas kursinya.
Chi Liong Su tetap berdiri tegak, Kedua pedang yang berhasil direbutnya dari para pemuda tadi masih digenggamnya erat-erat, Dia mengeluarkan suara tertawa dingin kemudian berkata.
"Kaucu! Kau telah membinasakan saudaramu sendiri secara kejam, Siapa sangka akan datang hari seperti ini bagimu." Kata-katanya ditutup dengan dibenturkannya kedua batang pedang di tangan kanan kirinya sehingga menimbulkan suara yang nyaring, Setelah itu, dia berjalan ke depan melewati para pemuda yang terkulai di atas tanah untuk menghampi ketuanya.
"Hm! Belum tentu!" sahut si ketua yang baru memperdengarkan suaranya kembali Tangannya segera bergerak, palang kursi yang terdapat bagian belakang tempat duduknya langsung ditarik dan terputus lalu dicekal erat-erat olehnya.
Chi Liong Su terkejut setengah mati sehingga tanpa sadar kakinya menyurut mundur satu tindak, diam-diam dia berpikir
-- Hebat kaucu ini! Ternyata dia dapat melawan pengaruh obat! Aku harus mencari jalan membiarkannya agak lama sehingga dia roboh sendiri,., -- Karena itu, untuk mengulur waktu, dia sengaja berkata, "Kaucu! Sin Liong Kau begini besar dan berpengaruh tetapi sekarang menjadi hancur lebur seperti ini, sebenarnya siapakah yang menyebabkannya ? Tentunya kaucu sudah mengerti sendiri, bukan?"
Hong kaucu mengeluarkan seruan tertahan dan tubuhnya merosot jatuh bersama kursinya, Dia terduduk di atas lantai disebabkan kaki kursi itu patah sendiri.
Menyaksikan keadaan itu, senang sekali hati Chi Liong Su, Dia langsung menerjang ke depan.
Tepat pada saat itulah, Serrrrr, Sreettt! Sebuah benda menyambar ke arah dada si Naga Hijau ini sehingga dia terkejut setengah mati, Dengan gesit dia menggerakkan pedangnya dan berhasillah dia menyelamatkan diri karena benda itu terpapas kutung olehnya.
Ternyata benda itu sebuah pegangan kursi yang ditimpukkan si kaucu dengan tenaganya yang terakhir Karena kayu itu kena dikutungkan ujung yang satunya tetap meluncur Si Naga Hijau yang baru saja merasa lega karena mengira dirinya telah bebas dari ancaman, langsung menjerit ngeri karena dadanya telah tertikam kutungan kayu itu. Enam potong tulang rusuknya patah dan tembus sampai ke paru-parunya.
Saking kaget dan nyerinya, Chi Liong Su menjerit keras-keras, namun baru sampai setengah jalan, pernafasannya telah tertutup, mulutnya tidak sanggup menimbulkan suara lagi, dan tubuhnya terhuyung-huyung sesaat kemudian dia pun roboh.
Yang sial justru dua orang pemuda yang sedang roboh tidak berdaya, Kedua batang pedang yang tadinya digenggam si Naga Hijau jatuh menancap di tubuh mereka sehingga mereka berkaok-kaok kesakitan namun tidak sanggup bangun atau pun menyelamatkan diri.
Para pemuda yang roboh di atas lantai itu menyaksikan kegagahan si kaucu, serentak mereka bersorak kembali menyatakan pujiannya. Hong kaucu berusaha untuk bangun, tangan kanannya menumpu pada lantai, kaki kanannya digerakkan juga, tetapi tetap saja dia tidak sanggup melakukannya. Kedua kakinya terasa lemas sekali. Dia roboh kembali bahkan tubuhnya berguling seperti labu air.
Menyaksikan hal itu, sadarlah para pemuda itu bahwa kaucunya telah menjadi korban semaca racun yang digunakan pihak lawan.
Tapi yang roboh bukan hanya para pemuda beserta kaucu dan Hu Jinnya saja, orang-orang yang tua pun ikut roboh. Dilain detik, setelah sekian lama yang berdiri tinggal satu orang saja, Dia bertubuh kecil, bahkan termasuk kate, tetapi setelah semuanya roboh di atas lantai, dia justru menjadi orang yang paling jangkung di antara yang lainnya. Dia jadi mirip seekor burung bangau di antara burung-burung kecil lainnya.
Dialah Wi Siau Po, thay-kam kita, Mulanya dia berdiri terpaku sebab dia heran sekali atas peristiwa yang berlangsung di hadapannya, Baru kemudian dia sadar lalu cepat- cepat menarik tangan tabib Liok.
"Liok Sin Se, bagaimana ini?" tanyanya bingung.
Si tabib sendiri juga heran. Karenanya, dia bukan menjawab malah bertanya. "Eh, apa kau tidak keracunan?"
"Keracunan?" tanya si bocah, "Aku.,, tidak tahu,.,."
Ketika masih merasa heran, Siau Po membantu si tabib bangun dan berdiri Tetapi kemudian menegakkan tubuhnya sedikit, tabib itu langsung terjatuh kembali.
Ketika itu, Chi Liong Su masih belum mati, Dia dapat bergerak dan berusaha bangun, Tubuhnya terhuyung-huyung, mulutnya mengeluarkan suara gumam yang tidak jelas, Dia juga terus terbatuk-batuk.
Liok Sin she memperhatikan orang itu.
"Saudara Kho," tanyanya, "Racun apa yang kau gunakan?"
"Sayang... sayang.." sahut orang she Kho itu, Dia bukannya menjawab tapi menggumam seorang diri, "Sayang usahaku cuma berhasil sebagian, akhirnya toh aku gagal juga... sayang,., aku sudah tidak berguna lagi..."
"Apakah kau menggunakan Sip Hiang Joan atau Cian Li Siau Hun?" tanya Liok Sin Se. "Ataukah itu racun Hoa Hiat Hu Kut Hun?"
Ketiga obat yang ditanyakannya semua merupakan racun. Di waktu menyebut nama obat yang terakhir, si tabib jadi menggidik sendiri, terang dia merasa takut sekali. Chi Liong su terluka pada bagian paru-paru kanannya, Dia terus terbatuk-batuk, sebab itu dia tidak dapat menjawab pertanyaan si tabib. Liok Sin si pun menoleh kembali kepada tamunya, si bocah tanggung.
"Eh, eh, Wi Kongcu," tanyanya, "Mengapa kau tidak terkena racun? Oh, ya." Mendadak dia berhenti berkata, seakan ada suatu ingatan yang melintas dalam benaknya. "lya, aku ingat sekarang, Pada ujung pedang pendek itu telah kuolesi obat Pak Hoa Hok. Wi Kong Cu, coba kau cium ujung pedangmu! Bukankah berbau wangi bunga?"
“Ujung pedang itu ada racunnya, mana sudi aku menciumnya." kata Siau Po dalam hati tetapi ia menjawab.
"Sekarang aku mencium wangi bunga yang begitu menyengat." Mendengar jawaban itu, Liok Sin Se menjadi sangat senang. "Benar-benar Pak Hoa Hok!" serunya.
"Obat itu kalau dipakai dan ditelan serta bercampur dengan darah akan berbau harum yang sangat keras sekali, Sebab yang dipakai sari wangi-wangian. Dan yang menciumnya akan mendapatkan kesegaran dari wanginya itu, Namun kami yang tinggal di pulau ini memakainya untuk mengobati orang yang terkena ular berbisa, Namun sebaliknya, jika wangi-wangain itu tercampur dengan arak warangan, akan menyebabkan orang menjadi lemas selama seharian Saudara Kho memang bagus sekali dan sebenarnya Pak Hoa Hok itu benda terlarang, Siapa tahu kau telah menyimpannya secara diam-diam. Dan bukankah sudah beberapa bulan ini kau tidak minum Hong Hok Tau Yung Cu itu."
Ci Liong Su duduk merebahkan diri di samping seorang anak muda. Atas pertanyaan itu ia menggelengkan kepala dan ia sangat menyesali lalu berkata.
"Perhitungan manusia tak dapat melawan nasib dan takdir Akhirnya aku pun terkena tangan beracun itu."
"Oh, murid jahanam yang berhati besar." Dia mendamprat anak muda. "Bagaimana kau berani-beraninya menyebutku dengan nama suci dari kaucu?"
Chi Liong Su tertawa dingin sambil perlahan ia bangun dari duduknya, lalu mengambil sebilah pedang, kemudian langkah demi langkah ia mendekati Hong kaucu.
"Apa?" katanya.
"Tak dapatkah kau menyebut nama Hong An Tong? Aku justru akan membinasakannya mengapa aku tak dapat menyebut nama itu?" Lewat beberapa detik terdengarlah suara dari dalam yaitu suara si naga sakti. "Kakak, jika kau berhasil membunuh Hong An Tong, kami semua akan
mengangkatmu menjadi kaucu dari Sin Liong Kau. Mari ramai-ramai kita menyebutkan
Khau kaucu, kami setia dan tidak berhati dua!"
Hanya sejenak keadaan menjadi sunyi dan tak lama kemudian berkatalah semua yang hadir di situ.
"Kami bersedia menerima perintah dari Khau kaucu, Kami semua akan setia dan tak akan berhati dua!" Suara itu tidak sama, ada yang keras ada puIa yang lembek.
Chi Liong Su berjalan beberapa langkah, dia luka parah tetapi masih ingin membinasakan ketuanya yang jahat itu.
Tiba-tiba Hong Hu Jin tertawa cekikikan.
"Chi Liong su, kau telah kehabisan tenaga, katanya.
"Lihat kakimu sudah mengucurkan darah, begitu pula dadamu, sebentar lagi kau akan kehabisa darah, Duduk, duduklah! Kau hidup pun percuma mendingan kau mati, Kalau kau sudah mati baru kau merasakan enak sekali," katanya.
Kau Sou Teng, demikian Ching Liong su memberikan suaranya.
"Oh,., Oh.,." Beberapa kali ia mengungkapkannya lalu jatuh terduduk dan tak bangkit lagi, Namun pikirannya masih tetap sehat dan cepat sadar karena jika ia tetap duduk saja tak mungkin dapat membunuh Hong kaucu di antara mereka yang jumlahnya ratusan itu, Hong kaucu saja yang tenaganya paling mahir, karena itu pasti hanya dia yang mampu menghilangkan racun itu, dan dia pula yang akan menolong kawan-kawan mereka dari racun itu dan mereka semua akan merasa menjadi tangan kanannya kaucu itu.
"Liok... Liok Sin Se, tolong kau berikan aku pilihan mana yang harus aku jalani karena aku sudah tak dapat bergerak lagi, coba kau tolong pikirkan sesuatu untuk aku!"
Liok Sin Se tidak menjawab dan ia hanya berkata pada Siau Po.
"Wi kaucu itu sangat jahat dan kejam kalau dia dapat menghilangkan racun ular itu dari dalam tubuhnya ia akan membinasakan kita semua, Kau pun tak akan dapat hidup lebih lama lagi karena itu kau harus dapat membinasakan kaucu dan istrinya Hu Jin!"
Kata-kata itu telah dapat menginsapkan dirinya dan karena itu ia lalu mengambil pedang dan melangkah dengan ringan sekali ke arah kaucu.
Berkata pula Liok Sin si. "Wi Kong Cu awas dengan Hu Jin ia pandai membuat orang hilang ingatan, jangan pandang wajahnya terutama matanya! jangan percaya dengan kata-katanya karena itu dapat membuatmu menjadi celaka, dan pertama kau datang hadiahkan untuknya sebuah tusukan atau tebasan pedangmu itu!"
"Ya," sahut Siau Po yang maju terus pada Hu Jin.
Sementara itu Hu Jin menatap terus anak it terutama matanya. "Hai anak kecil! Coba kau bilang aku cantik atau tidak," katanya.
Suara itu terdengar sangat merdu dan orangnya pun sangat lemah lembut serta gerak-geriknya sangat bagus.
Hati Siau Po merasa berdebar dan ia ingin melihat mata dan wajah Hu Jin yang cantik itu tetapi ia sadar akan teriakan Ay Cun cia.
"Jangan lihat matanya itu mata celaka yang akan menghancurkanmu!" Siau Po terkejut lalu ia memejamkan matanya
Hong Hu Jin tertawa perlahan dan berkata.
"Anak kecil coba kau buka matamu dan lihat mataku! Di mataku ada bayang-bayang dirimu."
Siau Po sangat tertarik sekali ingin membuka matanya tetapi ia masih dapat menahan diri untuk tidak melihat, Anak tanggung itu sudah siap menghunjamkan pedangnya, namun tiba-tiba.
"Kakak yang baik jangan bunuh dia!" itu teriakan yang suaranya sangat ia kenali. Sambil membatalkan tikamannya itu ia menoleh mencari arah suara itu.
Tampak di sebelah kiri tergeletak seorang nona cantik bergaun merah, Nona itu ternyata Sio Kuncu Bhok Kiam Peng yaitu seorang putri pangeran Bhok dari In Lam, ia sangat terkejut sekali mengapa putri itu ada di markas Sin LiongKau dan dalam keadaan seperti itu pula.
Siau Po cepat-cepat menghampiri nona bangsawan itu dan membantunya untuk bangun.
"Eh Nona, mengapa kau berada di sini?"
Nona bangsawan itu tidak menjawab pertanyaan Siau Po, malah dengan nada bingung ia berkata. "Kau tak dapat membinasakan Hu Jin dan kau pun tak dapat membinasakan kaucu...!"
Siau Po diam dan ia terus menatap nona itu.
"Apakah kau telah masuk ke dalam Sin Liong Kau?" tanyanya heran. "Dan mengapa kau bisa jadi begini?"
Kiam Peng bersandar pada tubuh Siau Po. Nona itu sangat lemas dan mulutnya yang mungil itu dekat dengan kuping Siau Po dan ia berkata.
"Aku minta pada kakak sudi kiranya kakak mengabulkan permintaanku Yaitu kakak jangan membunuh Hu Jin dan juga kaucu, Jika saja Su Ci ada di sini tentu ia pun memohon padamu untuk tidak membunuhnya."
"Su Ci" adalah kakak seperguruannya yang perempuan.
Siau Po terdiam, ia sangat senang sekali karena nona bangsawan itu telah lama tidak berjumpa dan kali ini ia berada dalam dekapannya bahkan mulutnya yang mungil itu berada di telinganya.
"Bagaimana sekarang? Jika aku tak membunuh kaucu, nanti setelah ia terbebas dari racun itu ia yang akan membunuh aku," kata Siau Po yang memeluk nona itu dan berbicara di telinganya.
"Kau menolong kaucu dan Hu Jin, mana mungkin ia mau membunuhmu."
Siau Po berpikir, benar juga kata-kata itu namun ia memikirkan tabib Liok, Ay Cun cia dan Bun Kin Tojin, Bukankah ia akan dibinasakan oleh kaucu, Liok Sin Si dan Ay Cun cia adalah sahabat barunya yang baik sedangkan Bun Kin Cun adalah imamnya yang sangat gagah. Tidakkah sangat disayangkan jika mereka itu sampai dibinasakan ole kaucu dan Hu Jin?
"Yang paling baik, jangan membunuh kaucu dan Hu Jin tetapi juga dia harus dapat melindung kawan-kawannya bertiga.,." demikian pikirnya.
"Kami semua orang-orang Hu Jin," kata Kiam Peng dengan suara berbisik, "Kalau Chi Liong Su berhasil mempengaruhi yang lainnya dan ia diangkat menjadi kaucu, kita semua pasti tidak bisa hidup lebih lama lagi."
"Kau benar, istriku yang baik!" kata Siau Po "Aku pasti akan membantumu." Dia mencium pipi kiri si nona yang halus.
Kiam Peng menjadi jengah sehingga wajahnya merah padam. Tapi matanya menyorotkan cahaya yang menandakan bahwa hatinya senang sekali.
Sambil merangkul Kiam Peng, Siau Po berkata kepada kawannya. "Liok Sin Se, kaucu tidak boleh dibunuh, demikian pula Hu Jin, Bukankah di atas batu berukir telah dinyatakan bahwa kaucu dan Hu Jin akan kekal berbahagia dan usianya sama dengan usia tangit? Mana boleh aku mencelakai mereka? Lagi-pula kedua orang itu sakti sekali, taruh kata ada niat kita mencelakakannya, belum tentu hal itu akan kesampaian."
Liok Sin Se bingung sekali.
"Huruf-huruf yang ada di atas batu itu palsu semuanya." katanya, "Mana boleh hal itu dianggap benar? Kita juga tidak boleh berpikir yang tidak-tidak, Lekas kau bunuh kedua orang itu! Kalau tidak, kita semuanya bakal celaka, mungkin kita bisa mati tanpa liang kubur."
Berulang kali Siau Po menggelengkan kepalanya.
"Liok Sin Se, tidak boleh kau mengucapkan kata-kata yang mendurhakai itu," katanya, "Apakah kau mempunyai obat pemunah racun? Cepat kita tolong kaucu dan Hu Jin!"
"Ya, benar sekali, saudara kecil!" kata Hong Hu Jin. Sekian lama ia berdiam diri mendengarkan pembicaraan mereka, "Sungguh kau berpemandangan luas. Jelas Tuhan telah mengutus kau yang muda belia turun ke dunia untuk membantu dan menunjang kaucu, Dengan adanya pahlawan muda seperti kau ini, Sin Liong kau pasti akan mencapai masa kejayaannya."
Kata-kata itu sepertinya diucapkan dengan sungguh-sungguh, bibirnya juga menyunggingkan senyuman yang manis sekali, suaranya juga merdu di telinga.
"Hu Jin aku bukannya orang Sin Liong Kau," kata Siau Po sambil tertawa. Hong Hu Jin tertawa senang.
"Oh, oh... saudara kecil!" katanya. "Kau sampai berpikir sejauh itu. sekarang juga kau bisa masuk menjadi anggota Sin Liong Kau dan aku akan menjadi si juru antar kaucu!" Nyonya itu menambahkan pada suaminya, "Saudara kecil ini sudah memberikan jasa besar sekali bagi partai kita, Coba kau pikir, jabatan apa yang pantas kita berika kepadanya!"
"Ciang Bun su dari Pek Liong Bun, Tio Ci Le telah mengkhianati kita dan dihukum mati." sahut si kaucu, "Karena itu, aku pikir sebaiknya anak muda ini menggantikan kedudukannya sebagai Pek Liong su."
Hong Hu Jin tertawa.
"Bagus!" serunya, "Saudara kecil, orang teragung dalam partai adalah kaucu sendiri, Dibawahnya ada lima naga yang terdiri dari naga Hijau, Merah, Putih, Hitam dan Kuning. Orang seperti kau yang baru masuk langsung diangkat sebagai anggota bahkan menjabat sebagai Liong Su, baru pertama kali ini terjadi. Hal ini membuktikan bahwa kaucu sangat menghargaimu, Saudara, kami tahu kau she Wi, tapi kami ingin mengetahui nama lengkapmu."
"Aku bernama Wi Siau Po." sahut si bocah, "Di dunia kangouw, orang menyebut aku Siau Pek Liong atau si Naga putih kecil."
Bocah itu menyebut nama gelaran tersebut karena tiba-tiba dia teringat julukan yang pernah diberikan oleh Mau Sip Pat, Dia tidak menyangka wanita itu akan menanyakan namanya.
Hong Hu Jin tampak girang sekali.
"Kau lihat!" katanya. "lni merupakan suatu hal yang telah diatur oleh Thian Yang Maha Kuasa! Kalau tidak, tak mungkin terjadi kebetulan seperti ini! kaucu bermulut emas, apa yang pernah diucapkannya tak pernah ditarik kembali!"
Liok Sin Se mendengarkan semuanya, Hatinya menjadi bingung dan resah.
"Eh, Wi Kongcu! Wi Kongcu!" serunya, "Jangan sampai dirimu diakali oleh mereka! sekalipun kau diangkat menjadi Pek Liong Su, tapi sekali saja mereka tak menyukaimu, maka akan timbul keinginan membunuh dalam hati mereka, Bila mereka ingin melakukannya, hanya semudah membalikkan telapak tangan, Pek Liong Su Tio Ci Leng menjadi bukti di depan mata. Bagaimana dengan mudah di dibunuh begitu saja, meskipun jasanya sudah banyak terhadap partai ini. Lekas kau bunuh saja kaucu dan Hu Jinnya itu, Nanti kami akan mengangkat dirimu menjadi kaucu!"
Mendengar ucapan si tabib, Ay Cun cia, Kh Soat Teng, dan Bu Kin tojin jadi tercekat hatinya. Namun kemudian mereka berpikir. Mulanya mereka memang tak setuju dengan usul itu, Tapi kalau bukan Siau Po yang diangkat menjadi ketua, Di sana tak ada orang lain yang lebih cocok Iagi.
Bukankah keselamatan jiwa mereka semua ada di tangan anak muda ini?
Yang penting sekarang mereka harus hidup, urusan lainnya bisa dipikirkan kemudian.
"Akur! Akur!" akhirnya seru mereka bersa sama, "Kami semuanya mendukung Wi Kongcu menjadi ketua atau kaucu dari Sin Liong Kau!"
Tapi Siau Po meleletkan lidahnya waktu mendengar ucapan mereka.
"Aku tidak dapat menjadi kaucu," katanya tertawa, "Dengan ucapan kalian ini, kalian sudah mengurangi rejekiku, Menurut aku, sebaiknya be saja, Kaucu beserta Hu Jin dan semua lainnya yang ada di sini hidup akur bersama-sama, Apa yang telah terjadi, kita lupakan saja! Anggap saja pernah terjadi, Harap kaucu sudi melepas dengan melupakan perbuatan Liok Sin Se dan yang lainnya, Bukankah bagus usulku ini?" Hong kaucu terdiam beberapa saat, Ada sesuatu yang tengah dipikirkan.
"Baik," katanya kemudian, "Keputusanku sudah tetap, Urusan ini kita sudahi sampai di sini saja!"
"Nah, kalian sudah dengar sendiri, Liok Sin Se, Bagaimana pendapatmu?"
Liok Sin Se berpikir sejenak, Akhirnya dia merasa memang tak ada jalan lain yang lebih bagus.
"Baiklah," katanya, "Kami percaya kaucu tak akan menarik kembali kata-katanya sendiri!" Dia langsung mengeluarkan sebotol obat yang kemudian dicampurkan dengan air, lalu diminumkan kepada orang banyak.
Kurang lebih satu kentungan kemudian, semuanya sudah membaik, Hong kaucu juga tak menyebut-nyebut lagi kejadian tadi, Dia hanya berkata kepada Siau Po.
"Sekarang siapkan meja upacara! Kita akan mengangkat Wi Siau Po sebagai Pek Liong Su yakni Ciang bunsu dari Pek Liong Bun!"
Perintah itu segera dilaksanakan.
Dalam sekejapan mata meja sembahyangan dan keperluan lainnya telah dipersiapkan. Caranya berlainan dengan cara yang dilakukan Tian Te hwe. Di sini Siau Po harus memberi hormat kepada sebuah kotak berisi lima ekor ular dengan warna yang berlainan Setelah itu Hong Hu Jin mengangkat cawan araknya dan berkata,
"Kau harus minum tiga cawan arak!" katanya sambil tertawa, "Dengan demikian, ular- ular di pulau ini tidak akan mengganggumu lagi."
Siau Po tidak mengatakan apa-apa. Dia meneguk habis tiga cawan arak yang disodorkan Hong Hu Jin. Setelah itu para anggota Sin Liong Kau yang lainnya segera memberi selamat kepada Siau Po. Tidak ketinggalan Liok Sin Se dan yang lainnya.
Hong kaucu menanyakan keadaan Chi Liong su. Liok Sin Se menyatakan luka yang diderita saudaranya itu parah sekali, sehingga belum tentu dapat disembuhkan Hong kaucu mengeluarkan sebuah botol kecil dan menuangkan tiga butir isinya."
"Berikan pil ini kepadanya, Obat ini mujarab sekali, Tapi karena lukanya cukup parah, perlu waktu lama apabila keadaannya ingin membaik."
"Oh, ya.,." ujar Hong Hu Jin. "Pek Liong Su apabila kau kembali ke kotaraja nanti, kau harus menyelidiki tentang Siau Kui cu, apa maksud Sri Baginda mengutusnya datang ke Gunung Ngo Tai san?"
Mendengar kata-katanya, Siau Po terkejut setengah mati. Untung saja dia cukup cerdik sehingga tak tampak perubahan pada wajahnya. "Baik! Baik!" jawabnya.
"Kaucu menginginkan kitab Si Cap Ji Cin Ken kata Hong Hu Jin kemudian "Maka itu menjadi tugasmu untuk mendapatkannya, Di dalam kitab itu katanya ada rahasia untuk panjang umur. Pek Lio su, kaucu kami telah mendapatkan berkah dari Thian Yang Maha Kuasa, Sudah selayaknya beliau mendapatkan kitab tersebut. Kalau engkau berhasil jasa mu besar sekali, Kaucu tidak akan melupakannya, Kaucu pasti akan memberikan hadiah besar kepadamu!"
Siau Po berdiri, kemudian menjura dalam-dalam kepada kaucu dan Hu Jin.
"Biarpun tulang di tubuh hambamu ini akan hancur tebur, hamba tetap akan bersetia kepada kaucu dan Hu Jin!" katanya.
"Bagus!" kata Hong Hu Jin, "Kau boleh memilih beberapa orang rekan sebagai teman seperjalananmu nanti, Nah, Pek Liong Su, siapa yang akan kau pilih sebagai rekanmu?"
"Hamba memilih. " Siau Po berpikir sejenak, Matanya memperhatikan orang-orang
dalam ruangan itu, kemudian menjawab dengan tegas, "Hamba memilih Ay tosu dan tabib Liok sebagai rekan dalam perjalanan!"
"Baik!" sahut Hong Hu Jin. "Aku memberikan tiga butir pil ini untuk ditelan oleh kalian masing-masing, Namanya Tok Liong I Kin Wan!"
Ay Cun cia dan Tabib Liok segera menjatuhkan diri berlutut di hadapan ketuanya, Meskipun tidak mengerti, Siau Po ikut berlutut juga.
Mereka masing-masing menyambut sebutir pil dan mengucapkan terima kasih, Kemudian di depan ketuanya itu, mereka langsung menelan pil tersebut.
"Pek Liok Su, kau menggunakan senjata apa?" tanya Hong Hu Jin tiba-tiba. "Kepandaian hamba buruk sekali," sahut Siau Po. "Hamba belum pernah belajar
menggunakan senjata apapun, kecuali pisau belati kecil ini!" Dia segera mengeluarkan
pisau belatinya yang tajam dan memperlihatkannya kepada Hong Hu Jin.
"Oh, pisau yang bagus sekali! Bukan main tajamnya!" gumam Hong Hu Jin setelah memperhatikan pisau itu dengan seksama, "Baiklah! Aku akan mengajarkan tiga jurus ilmu kepadamu Harap kau perhatikan baik-baik! ilmu ini bernama Bi Jin Sam Ciau!"
Tanpa menunggu komentar dari Siau Po, dia langsung menggerakkan kedua tangan dan kakinya serta mulai melangkah Siau Po cepat-cepat memusatkan perhatiannya untuk menyimak baik-baik.
Siau Po merasakan gerakan wanita itu bagus sekali Dia berusaha mengingat setiap langkah yang dijalankannya, Setelah selesai jurus pertama, Hong Hu Jin menyuruh Siau Po menirukannya. Ternyata Siau Po sanggup meskipun masih banyak kesalahan yang dilakukannya.
Selesai jurus pertama, Hong Hu Jin langsung menjalankan jurus kedua dan ketiga, semuanya ditiru baik-baik oleh Siau Po. Hong Hu Jin dengan sabar menunjukkan di mana letak kesalahan yang dilakukannya.
Setelah cukup lama, Siau Po mulai bisa menjalankannya dengan baik. Hong Hu Jin tersenyum.
"Bagus!" katanya, "Pek Liong Su, ternyata otakmu cerdas sekali!"
"Sebetulnya otak hamba tidaklah cerdas, hal ini bisa terjadi karena Hu Jinlah yang pandai mengajarkannya."
Hong Hu Jin tertawa senang, Hong kaucu berdiri dari kursinya,
"Karena istriku telah mengajarkan tiga jurus ilmu kepadamu, ada baiknya aku pun mengajarkan satu jurus kepadamu," Dia menoleh kepada istrinya, "Hu Jin, sini sebentar! Kau tangkislah seranganku ini! Dan Pek Liong Su, kau perhatikan baik-baik."
Hong Hu Jin memenuhi permintaan suaminya, Dia segera maju ke depan, Hong kaucu segera menggerakkan kedua tangannya dengan perlahan-lahan agar Siau Po dapat melihat gerakannya dengan jelas.
Meskipun demikian, ternyata Hong Hu Jin tak sanggup menahan serangan kaucu itu. Siau Po merasa kagum sekali sehingga dia mendecakkan mulutnya, Sebuah jurus yang demikian sederhana saja ternyata begitu ampuh, apalagi ilmu lainnya.
"llmu ini terdiri dari banyak jurus dan perubahannya, Yang pertama baiknya kita namakan Ngo Cu Si mengangkat kaki. Dan yang kedua ini. Ti Cim Poat Liu yaitu Ti
Cim mencabut pohon Liu. "
"Bagus!" seru Hong Hu Jin. "Ti Cim memang seorang gagah, Tapi jurusmu yang ketiga ini tidak mirip dengan perbuatan seorang gagah atau pendekar umumnya!"
"Kau harus tahu, tak semua pendekar terdiri dari orang yang gagah, Tidak jarang yang berjiwa pengecut!" kata Hong kaucu sambil tersenyum.
Tapi si nyonya tidak dapat tertawa. karena seakan ditampar wajahnya mendengar
sindiran suaminya.
Hong An Tong tertawa.
"Mengapa itu tidak dapat dinamakan orang gagah?" dia balik bertanya, Tapi tak apalah, namakan saja Tio Ciang Hoa Bi atau Tio Ci " menyipat alis. " Sembari berkata, dengan tangannya Kaucu memberi contoh dengan pura-pura menyipat istrinya.
Hong Hu jin tertawa.
"Kau aneh!" katanya, "Tio Ciang bukan orang gagah! Apakah dia seorang pendekar yang khusus menolong istrinya menyipat alis?"
Hong An Thong tertawa Iagi.
"Tapi dia orang gagah dari lain kalangan!" katanya, "Apakah bukan orang gagah kalau dalam kamar dia sanggup menguasai istrinya dan menyipat alis istrinya itu?"
Mau tidak mau, wajah Hong Hu Jin jadi merah padam. "Kau bisa saja!" katanya.
Siau Po berpikir dalam hati, Dia tak tahu siapa itu Tio Ciang. Menurutnya, menyipat alis istri bukan perbuatan laki-laki yang gagah, pasti kaucu itu hanya bergurau, Maka dia turut bicara, "Kau cu, bukankah lebih tepat kalau jurus itu dinamakan In Ciang atau Siok Po menunggang kuda?"
"Nama itu sebetulnya dapat dipakai, tapi masih kurang tepat," kata Hong Kau cu. "Apa sebabnya? Sebab kuda Kwan In Tiong itu asalnya milik Lu Pou, sedangkan kudanya sendiri telah dijual Aku pikir sebaiknya menggunakan nama Tek Ceng Hang Ki saja, sebab Tek Ciang telah menaklukkan kuda naganya."
"Bagus!" seru Hong Hu Jin sembari bertepuk tangan, Tek Ciang adalah seorang pendekar. Dia pernah membuat musuhnya terkejut dan melarikan diri!"
"Sampai di situ, Siau Po kembali mengulangi pelajaran ilmu Bi Jin Sam Ciau itu, dan Hong Hu Jin selalu memberi petunjuk mana yang masih belum sempurna, pelajaran itu sebenarnya suIit, tapi untungnya bocah kita ini bisa mengingat setiap jalannya, sehingga dia dapat berlatih terus.
Sementara itu, waktu sudah menjelang tengah hari.
"Pek Liong Su," kata Hong Hu Jin kemudian "Kau sungguh beruntung. Kau tahu, orang dalam partai ini yang mendapat pelajaran langsung dari Kau cu, selain aku sendiri, kau merupakan orang satu-satunya!"
"ltu karena peruntunganku yang bagus!" sahu Siau Po. "Hambamu sangat berterima kasih kepada Kau cu dan Hu jin!"
"Karena itu," kata Hong Hu Jin kembali "Kau harus belajar sungguh dan kelak di kemudian hari harus bisa membalas budi kebaikan Kau cu ini. Terutama, kau harus bekerja sesungguh hati terhadap Kau cu!" "lya, Hu Jin!" sahut Siau Po.
"Nah, sekarang kau boleh mengundurkan diri" kata Hong Hu Jin. "Kau harus mempersiapkan diri agar besok kau bisa mulai menjalankan tugasmu. Besok pagi-pagi kau harus berangkat bersama Po Tauto dan Liok Kho Hian, tanpa perlu berpamit lagi pada kami!"
Siau Po mengangguk. Kemudian dia memberi hormat pada ketua dan nyonyanya itu, Setelah itu dia membalikkan tubuh untuk mengundurkan diri. Tetapi ketika sampai di ambang pintu, dia berkata.