Kaki Tiga Menjangan Jilid 24

Jilid 24

Mendengar ucapan Siau Po, hati Kong Lian jadi lega. Dari khawatir, dia malah jadi girang sekali. "Bagus, bagus!" serunya, "Kongkong, terima kasih banyak atas pertolongan kongkong ini!"

Peruntungan Kong Lian memang sedang mujur. Kalau saja tadi Siau Po jadi membunuhnya, tentu dia tidak bisa memerankan sandiwara ini!

"Sekarang cepat kita sadarkan para siwi lainnya," kata Siau Po. "Mereka harus dijelaskan dulu urusan ini, supaya mereka serempak mengaku bahwa telah dibius oleh keempat thay-kam ini!"

"Ya, ya," sahut Kong Lian, Dia segera mencari air dingin, Biar bagaimana, hatinya masih kurang tenang karena belum tahu bagaimana reaksi Sri Baginda.

Dalam waktu yang singkat, para siwi itu sudah siuman kembali. Kepada mereka dijelaskan bahwa semua orang telah dibuat tidak sadar dengan Bong hoan-yok oleh Tang Kim-hwe berempat, kemudian Tang Kim-hwe membinasakan ketiga orang rekannya dan lalu dia kabur bersama para tahanan.

"Hah! Kurang ajar benar orang itu!" caci para siwi itu. walaupun dalam hati mereka terdapat keraguan "mengapa thayhou harus membebaskan ketiga tawanan itu? Mungkinkah mereka justru orang-orang suruhan thayhou?" pikir mereka dalam hati.

Tapi karena urusan ini menyangkut diri ibu suri, meskipun curiga, mereka memilih menutup mulu rapat-rapat.

Siau Po sendiri langsung kembali ke kamarnya. Begitu masuk, dia segera disambut oleh Kiam Peng.

"Kui toako, apa kabarnya?" tanya nona cilik itu.

"Kui toako tidak mempunyai kabar apa-apa, goda Siau Po. "Ada juga suami yang membawa berita. "

Kiam Peng tersenyum.

"Aku tidak takut soal beritanya, Yang dikhawatirkan ada orang lain lagi yang menyebutmu kakak yang baik. "

Wajah Pui Ie merah padam, Dia tahu Siau Kuncu sedang menggodanya, Tapi dia harus bicara, dia memang ingin tahu berita apa yang dibawa Siau Po.

"Saudara yang baik. " katanya, "Kau lebih muda daripadaku bagaimana kalau aku 

panggil kau saudara yang baik saja? Kau tidak keberatan, bukan?" Siau Po menarik nafas panjang. "Aih!" katanya, "Dari suami yang baik tiba-tiba saja berubah menjadi saudara yang baik, bukankah ini sama dengan induk ayam yang mendadak berubah menjadi bebek.,.? Tapi, sudahlah! Yang penting dia sudah berhasil ditolong!"

Tiba-tiba Pui Ie bangkit dan duduk, Ketika dia berbicara, suaranya terdengar bergetar....

"Apa kau bermaksud mengatakan bahwa Lau suko sudah berhasil meloloskan diri?" tanyanya penuh minat.

"Sekali seorang laki-laki mengeluarkan kata-katanya, entah empat ekor kuda apa pun tidak dapat mengejarnya!" sahut Siau Po serius. "Aku sudah menerima baik permintaanmu bagaimana pun aku harus menolongnya!"

Ucapan Siau Po dari dulu masih belum berubah.

Dia tidak tahu bunyi pepatah yang dikatakannya, karenanya dia selalu mengucapkan "Entah empat ekor kuda apa pun tidak dapat mengejarnya."

"Ba.,.gaimana caramu menolongnya?" tanya Pui le kembali Dia penasaran sekali,

Siau Po tertawa, "Dalam hal ini, aku si orang gunung tentu mempunyai muslihat!" sahutnya, "Tunggu saja setelah kau bertemu dengan Lau sukomu, dia pasti akan menceritakannya!"

"Ah!" Si nona menghela nafas lega, Kemudia dia mendongakkan kepalanya sambil mengucap: "Terima kasih kepada langit dan bumi, dia benar benar dilindungi sang Pousat!"

Melihat kegembiraan dan rasa bersyukurnya si nona manis itu, hati Siau Po otomatis jadi kurang enak. Tapi, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya terdengar suara dehemannya yang lirih.

"Eh, eh, Suci," tegur Kiam Peng, "Kau mengucapkan terima kasih kepada Langit dan Bumi kenapa kau malah tidak mengatakan apa-apa ke pada saudara yang baik ini?"

Pui le menolehkan kepalanya.

"Budi besar dari saudara yang baik ini tidak dapat dibalas hanya dengan ucapan terima kasi saja!" sahutnya,

Mendengar ucapan si nona, hati Siau Po jadi gembira, Bibirnya tersenyum. "Tidak perlu kau membalasnya," sahutnya.

"Saudara yang baik, apa yang dikatakan Lau suko?" tanya Pui Ie. "Dia tidak mengatakan apa-apa," sahut Siau Po. "Dia hanya minta aku menolongnya!"

"Ah.,.!" seri Pui le kecewa, "Apakah dia menanyakan tentang kami?" Siau Po bei-pikir sejenak, kemudian baru menjawab.

"Tidak, Aku yang mengatakan bahwa kau berada di tempat yang aman, karena itu dia tidak perlu mengkhawatirkanmu, Dan tidak lama lagi aku akan mengantarkanmu agar dapat bertemu dengannya!"

Pui le menganggukkan kepalanya.

"Perbuatanmu benar," sahutnya. "Tapi tiba-tiba saja air matanya, mengalir dengan deras.

"Eh, suci!" seru Kiam Peng terkejut "Ada apa? Mengapa kau menangis?" "A...ku gembira sekali!" sahut nona yang sedang menangis itu.

Sementara itu, Siau Po berpikir dalam hati,

"Sri Baginda menitahkan aku menguntit ketiga tawanan itu, agar dapat mencari tahu siapa pemimpinnya, Karena itu, aku harus keluar melewatkan waktu supaya tidak dicurigai Setelah satu dua jam, aku baru kembali lagi memberikan laporan..."

Dengan membawa pikiran demikian, Siau Po segera berpesan kepada kedua nona itu agar berdiam di dalam kamarnya seperti biasa, Dia segera menuju ke Tianhio, Hari itu, bagian kiri jalan terdapat banyak pedagang keIontong. Malah ada juga yang membuka panggung pertunjukan Tianki memang terkenal sebagai tempat berkumpulnya berbagai kalangan Terutama orang-orang dunia kangouw, Ke sanalah tujuan cilik kita.

Ketika mendekat, perhatian Siau Po tiba-tiba jadi tertarik, Dia melihat kurang lebih dua puluh orang polisi sedang menggiring lima pedagang kecil yang pakaiannya compang-camping. Dia berdiri sisi jalan dan memperhatikan rombongan itu.

"Benar-benar keterlaluan!" gerutu seorang tua "Sekarang ini berjualan saja sulit!"

Siau Po baru saja berniat menanyakan sesuatu kepada orang tua itu, tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk di dekatnya Ketika dia menolehk kepalanya, dia melihat seseorang yang rambutnya sudah penuh uban dan tubuhnya bungkuk. Setelah diperhatikan dengan seksama, dia mengenali ora itu sebagai Pat-Pi Wan Kau Ci Tian- coan, Orang ini melirik ke arahnya kemudian mengedipkan matanya dan berjalan melaluinya. Siau Po mengerti isyarat yang ditunjukkan orang tua itu, Dia berjalan perlahan mengikuti sehing sampai di tempat yang sepi.

"Wi hiocu," sapanya, "Ada kabar gembira!" Siau Po tersenyum Diam-diam dia berpikir.

"Aku telah menolong Gouw Lip-sin bertiga, rupanya dia sudah mendengar berita gembira it karena itu dia menyahut: "ltu tidak berarti apa-apa!"

"Tidak berarti apa-apa?" tanya Ci Tian-coan dengan pandangan heran "Kau sudah tahu tentang kedatangan Cong tocu?"

Kali ini giliran Siau Po yang tertegun.

"Guruku datang?" tanyanya seakan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri Hal ini memang di luar dugaannya.

"Benar!" safiut Ci Tian-coan. "Aku dititahkan segera memberi kabar kepadamu, Wi hiocu, kau diminta segera menemui beliau!"

"Baik, baik!" sahut Siau Po. otaknya bekerja keras, padahal saat ini, orang yang paling tidak ingin ditemuinya justru gurunya itu, Apa sebabnya? karena sejak berpisah tempo hari, dia merasa belum memperoleh hasil apa-apa dari kitab yang diberikan gurunya, Tan Kin-lam. Celaka kalau gurunya sampai menanyakan kemajuan yang telah diperolehnya selama ini. Urusan ini memang sudah cukup lama terbengkalai karena banyak yang harus diselesaikannya.

"Cong tocu memberitahukan kepadaku," kata Ci Tian-coan pula, "Waktunya di kotaraja ini tidak banyak, karena itu, biar bagaimana aku harap sudilah Wi hiocu pergi menemuinya!"

Melihat keadaannya yang begitu terdesak, Siau Po merasa apa boleh buat. "Baiklah," katanya, Dia langsung mengikuti Ci Tian-coan. sepanjang jalan dia terus 

memikirkan apa yang harus ia katakan kepada gurunya itu. Di menyesal tidak 

mengeram saja dalam istana, Kala dia berada dalam istana, tentu gurunya tidak bisa menyeretnya keluar.

Belum lagi masuk ke dalam lorong, Siau Po sudah melihat sejumlah anggota Tian-te hwe yang berpencaran di sana sini. Tentunya mereka sedang memasang mata untuk melindungi ketua merek dari serangan gelap. Di dalam rumah juga terdapat beberapa penjaga.

Setibanya di ruangan belakang, Siau Po segera dapat melihat gurunya duduk di tengah-tengah da dikelilingi oleh Hong Kong, Hian Ceng tojin dan Hong Cin-tiong serta  yang lainnya. Mereka sedang berbincang-bincang, Cepat-cepat dia maju menghampiri kemudian menjatuhkan dirinya berlutu dan berkata.

"Oh, suhu! Ternyata suhu benar-benar datang. Muridmu ini sudah rindu sekali!" katanya.

Tan Kin Lam tertawa.

"Bagus, bagus! Anak baik!" katanya, "Di sini para saudara kita banyak yang memujimu!"

Siau Po langsung bangkit kembali. Hatinya menjadi lega melihat sikap gurunya yang demikian ramah.

"Apakah suhu baik-baik selama ini?" tanyanya. Kin Lam tersenyum.

"Baik!" sahutnya, "Bagaimana dengan pelajaranmu? Apakah ada yang kurang kau pahami?"

"Banyak sekali yang murid tidak mengerti, suhu," sahutnya, jawaban ini sudah ia pikirkan matang-matang, Dia tahu gurunya bermata tajam dan cerdas sekali, Tidak mungkin bisa dikelabui olehnya, "Karena itulah aku mengharap-harap kedatangan suhu agar murid dapat meminta petunjuk"

Pada saat itu, tampaknya hati Kin Lam memang sedang gembira, Mendengar ucapan muridnya, kembali dia tersenyum.

"Baiklah" sahutnya, "Aku akan menggunakan waktu beberapa hari ini khusus untukmu!"

Baru Tan Kin Lam berkata demikian, salah seorang anggota perkumpulan itu tampak mendatangi dengan cepat. Dia langsung memberi hormat seraya menyampaikan laporannya.

"Cong tocu, ada beberapa tamu yang berkunjung, Menurut penuturan salah satunya, mereka adalah Bhok Kiam-seng dari Bhok onghu serta Liu Taykong."

Senang hati Kin Lam mendengar laporan itu, Dia segera bangkit dari kursinya. "Mari kita sambut mereka!" ajaknya.

"Aku belum mengganti pakaian," kata Siau Po. "Aku tidak bisa ikut!" "Baik," kata Kin Lam. "Kau tunggu saja di belakang!" Begitu guru dan anggota Tian-te hwe yang lainnya berlalu, Siau Po segera menyelinap ke belakang dinding ruangan itu. Di sana dia menggeser sebuah kursi kemudian duduk. Tanpa perlu menunggu lama-lama, segera terdengar suara tawa Liu Tay-hong yang nyaring, Siau Po segera mengenalinya.

"Keinginanku yang paling utama selama hidupku adalah perjumpaan dengan Tan Cong tocu yang namanya sudah terkenal di seantero dunia! Hari ini beruntung sekali dapat bertemu, Sungguh, mati pun aku yang tua sudah merasa puas!"

"Ah, Lo enghiong hanya memuji saja!" terdengar suara Tan Kin-lam. "Aku yang rendah merasa malu dan tidak berani menerima pujian yang begitu tinggi!"

Sembari bercakap-cakap, mereka berjalan menuju ruangan dalam. Kemudian kedua belah pihak mengambil tempat duduknya masing-masing.

"Di dalam partai Cong tocu ada seorang yang bernama Wi hiocu, entah beliau ada di sini atau tidak?" tanya Bhok Kiam-seng, "Aku yang rendah ingin bertemu dengannya untuk mengucapkan terima kasih atas budi pertolongannya yang besar. Kami dari Bhok onghu semua bersyukur sekali terhadap apa yang dilakukannya!"

Kin Lam bingung sekali, Dia memang tidak tahu gerak-gerik Siau Po yang telah menolong orang-orang dari Bhok onghu.

"Wi Siau Po hanya seorang bocah cilik, apa jasanya terhadap Bhok onghu? Mengapa Siau ongya begitu merendahkan diri memujinya demikian tinggi, sedangkan dia hanya seorang bocah cilik?"

Belum lagi Kiam Seng dan Tay Hong menyahut, salah seorang di antara mereka sudah menyela.

"Aku yang rendah bersama murid dan keponakan muridku Lau It-Cou telah ditolong oleh Wi Hiocu, budinya yang luar biasa besarnya ibarat mega di langit, Aku juga pernah menyatakan pada Cian suhu, apabila perkumpulan tuan-tuan memerlukan bantuan, kami siap menjalankan tugas apa saja yang diperintahkan."

Orang yang berbicara bukan lain dari Yau Tau Saycu, Go-Ip-sin yang jujur dan selalu bicara apa ada nya.

Cong tocu dari Tian-te hwe tetap tidak mengerti Karena itu dia segera menoleh kepada Cian Laopan dan bertanya.

"Saudara Cian, bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya?"

Orang she Cian segera menceritakan apa saja yang terjadi di kotaraja akhir-akhir ini. sekeluarnya dari istana, dia langsung mengajak Gouw Lip-sin dan rekan-rekannya kembali ke tempat Bhok Kiam-seng, di mana di tempat itu juga dia dijamu. Pihak Bhok onghu telah menyatakan perasaan terima kasihnya terutama terhadap Wi hiocu, setelah itu Liu Tay-hong dan yang lain meminta dia jadi pengantar ke tempat perkumpulan Tian-te hwe. Di luar dugaan, justru pada saat itu pula Tan Kin-lam, ketua pusat perkumpulan itu datang ber-kunjung, Karena itu Bhok Kiam-seng dan Liu Tay- hong segera memohon bertemu dengan ketua umum itu. Dijelaskan bahwa Gouw Lip- sin bertiga ditolong oleh seorang thay-kam cilik yang mengaku sebagai sahabatnya Wi hiocu dari perkumpulan tersebut Dan si thay-kam melakukan hal itu karena permintaan dari Wi hiocu tersebut.

Baru sekarang Tan Kin-Iam mengerti duduk persoalannya dan dia menjadi senang sekali, Tentu saja thay-kam yang dimaksudkan adalah muridnya sendiri dan hal ini tidak diketahui oleh pihak Bhok onghu.

"Bhok Siau ongya, Liu loyacu dan Gouw toako, kalian bertiga terlalu sungkan," katanya sambil tertawa. "Pihak Bhok onghu dengan perkumpula Tian-te hwe kami ibarat tangan dan kaki dari sesosok tubuh, Karenanya, kalau orang sendiri memerlukan bantuan, sudah seharusnya kami mengulurkan tangan, janganlah Siau ongya 

rnenyebut-nyebut tentang budi pertolongan Hiocu Wi Siau-Po adalah muridku yang rendah, dia masih sangat muda dan belum mengerti apa-apa, tidak pantas menerima penghargaan Siau ongya yang demikian tinggi." berkata sampai di sini. 

Tan Kin-lam berpikir "Siau Po bekerja dalam istana untuk mencari tahu tentang rahasia pemerintah sekarang ia telah melakukan pekerjaan ini, pasti rahasianya akan diketahui oleh orang-orang dunia kangouw, Karena itu, kalau hal ini dirahasiakan pula kepada pihak Bhok onghu, tentu kelak akan timbul kesan yang buruk."

Ketika tuan rumah masih berpikir, Gouw Lip-sin berkata:

"Kami ingin sekali bertemu dengan Wi hiocu agar kami dapat mengucapkan terima kasih secara langsung!"

Kin Lam tertawa.

"Kita semua merupakan sahabat baik, walaupun di balik semua ini ada terselip rahasia yang maha besar dan maha penting, tapi tidak dapat aku menyembunyikannya dari kalian, Gouw toako, thay-kam dalam istana adalah muridku sendiri, Wi Siau-po.   

Siau Po, lekas kau temui para cianpwe ini!"

Tentu saja kata-katanya yang terakhir ditujukan kepada sang murid.

"lya," sahut Siau Po yang mendekam di balik dinding, Dia segera muncul kembali memberi hormat kepada Bhok Kiam-seng beserta rombongannya.

Kiam Seng, Liu Tay-hong dan Gouw Lip-si langsung bangkit Mereka merasa heran sekali Ketika membalas hormat, mereka menatap Siau Po lekat-lekat. Hal ini benar- benar di luar dugaan mereka, Hiocu dari Tian-te hwe menyelundup ke dalam istana kerajaan Ceng dan bekerja sebaga thay-kam.  Malah usianya masih begitu muda, Bagai mana seorang bocah yang masih begitu kecil dapat menjalankan tugas yang demikian hebat dan dapat pula yang menolong jiwa Gouw Lip-sin bertiga!

Siau Po tertawa manis ketika berhadapan dengan Gouw Lip-sin.

"Gouw loyacu, harap kau sudi memaafkan. Selama di istana, boanpwe sudah mendustai loyacu sekalian, boanpwe tidak menyebutkan nama boanpwe yang sebenarnya."

Gouw Lip-sin mengerti.

"Hiocu berada di tempat yang berbahaya, sudah selayaknya hiocu harus bersikap hati-hati," katanya "Mula-mula aku juga sudah berkata kepada muridku Go Piu tentang kau yang masih begitu muda. Aku heran dengan kecerdasanmu hatimu pun sangat mulia, Kami menganggap kau seorang yang luar biasa sekali. Kami penasaran mengapa dalam istana kerajaan Ceng ada seorang thay-kam seperti dirimu. Siapa sangka kau justru hiocu dari Tian-te hwe. Namun sekarang aku tidak merasa heran lagi."

Gouw Lip-sin mengacungkan jempolnya memuji Siau Po.

Gouw Lip-sin adalah sute atau adik seperguruan Liu Tay-hong. Dalam dunia kangouw, namanya juga cukup tersohor Karena itu pujiannya bukan pujian kosong, Hati Tan Kin-lam senang bukan main melihat Siau Po, muridnya demikian dihargai. Tapi dia tidak menunjukkannya di luar, Di mulut dia hanya berkata:

"Saudara Gouw, jangan terlalu memuji muridku yang bodoh ini, nanti dia jadi besar kepala!"

Liu Tay-hong pun tertawa, Dia mendongakkan kepalanya dan berkata.

"Tan Cong tocu, kau seorang diri saja sudah sanggup merebut seluruh kedudukan dalam dunia kangouw, ilmu silatmu lihay sekali Namamu pun terkenal di mana-mana, rupanya itu masih belum seberapa, Setelah berhasil membangun Tian-te hwe dengan jumlah anggota yang besar, sekarang kau juga mempunyai murid yang usianya begini muda, namun keberanian dan kecerdikannya benar-benar luar biasa, Dia membawa kecemerlangan pada wajahmu!"

Kin Lam merangkapkan sepasang tangannya dan menjura kepada Liu Tay-hong. "Liu loyacu, pujianmu padaku juga terlalu tinggi," sahutnya. "Nanti aku bisa jadi 

bangga tidak karuan!"

"Tapi, Tan Cong tocu, aku si tua she Liu ini memang biasa berterus terang!" kata Liu Tay-hong. "Orang yang pantas dihormati seperti dirimu, aku rasa jumlahnya tidak banyak, Kau benar-benar membuatku kagum!" Cong tocu, apabila kita berhasill  mengusir bangsa Tatcu dan Cu Ngo taycu kita naik di atas tahta kerajaan, kauluh orang yang paling cocok menjadi perdana menterinya!"

Kin Lam tersenyum.

"Aku yang rendah kurang bijaksana juga tidak mempunyai kepandaian apa-apa, mana berani aku menerima kedudukan yang begitu tinggi?" sahutnya.

Tepat pada saat itu Cian laopan ikut memberikan pendapat nya.

"Liu loyacu, kalau bangsa Tatcu sudah berhasil diusir dan Cu Sam taycu sudah naik tahta untuki membangun kembali kerajaan Beng kita yang maha besar, Untuk kedudukan Jenderal besar Peng Maj taygoanswe, kami pasti akan mengangkatmu!"

Liu Tay-hong membuka matanya lebar-Iebar dan menatap Cian Laopan dengan tatapan tajam.

"A... pa yang kau katakan?" tanyanya, "Siapa iti Cu Sam taycu?"

Laopan segera menjelaskan

"Setelah Sri Baginda Liong Bu wafat dengan mengorbankan diri demi negara, yang tinggal hanya Cu Sam taycu seorang, Beliau sekarang berada di Taiwan, Kalau kelak di kemudian hari kita berhasil merampas kembali negara ini, otomatis Cu Sam tayculah yang bakal menjadi raja!"

Liu Tay-hong langsung berjingkrak bangun mendengar kata-katanya.

"Tian-te hwe sudah menolong adik seperguruanku beserta muridnya, Untuk ini kami mengucapkan terima kasih dan bersyukur Tetapi, meskipun demikian, urusan raja kita nanti, tidak dapat kita biarkan begitu saja. Cian laote, orang yang akan menjadi junjungan kita nanti adalah Cu Ngo taycu! Sri Baginda Eng Lok adalah raja yang sah, dialah turunan sejati dari kerajaan Beng yang Maha Agung! Seluruh dunia telah mengetahuinya. Karena itu janganlah kau sembarangan bicara!"

Tempo hari perselisihan yang terjadi antara kedua saudara Pek dan Ci Tian-coan juga disebabkan masalah yang sama. Memang ada dua putera mahkota keturunan kaisar dinasti Beng.

Pihak The-seng kong di Taiwan dan Tian-te hwe menjunjung Tong ong, sedangkan pihak Bhok onghu memihak pada Kui ong, Memang negara sudah dirampas oleh kerajaan Ceng. seharusnya kedua belah pihak bersatu untuk merebut kembali tanah Tionggoan, tapi perselisihan sudah berlangsung sekian lama dan masih belum bisa diselesaikan juga. Tan Kin-Iam gagah dan pintar Dia memaklumi keadaan yang terbentang di depannya dan dia juga dapat mengendalikan dirinya.

Sekarang saatnya mereka harus bersatu, perselisihan harus dikesampingkan dahulu, Biarlah sang waktu yang akan memastikan apakah Tong ong atau Kui ong yang akan menjadi raja kelak, karena itu dia segera tertawa lebar dan berkata,

"Liu loyacu, harap jangan marah dulu, Soal siapa keturunan yang sah dari Kerajaan Beng tentu memerlukan waktu dan sekarang belum tiba saatnya untuk membicarakan. Di detik ini, marilah kita duduk bersantap! Mana pelayan? Lekas sajikan barang hidangan! kami hendak berpesta, minum sepuasnya! Asal kita dapat bersatu hati dan bekerja sama untuk mengusir bangsa penjajah, kelak kemudian semuanya bisa dirundingkan!"

"Tan Cong tocu, aku merasa kata-kata Cong tocu itu keliru sekali." Bhok Kiam-seng ikut bicara. "Kalau nama kurang tepat, maka kata-kata pun tidak lurus, dan kalau kata- kata tidak lurus, usaha tidak akan berhasil. Kami menunjang Cu Ngo taycu, tidak sedikit pun kami mengharapkan pangkat atau bagian Apabila Cong tocu sudah mengetahui bahwa ini adalah kehendak Thian yang Maha kuasa dan bersedia demi Cu Ngo taycu, maka kami dari keluarga Bhok, baik atasan maupun bawahan bersedia menjadi pesuruh bagi Tan Cong tocu, tugas apa pun tidak akan kami tolak!"

Tan Kin-lam tersenyum. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan.

"Di langit tidak ada dua matahari, di dunia pun tidak ada dua raja yang memimpin," katanya, "Bukankah Cu Sam taycu masih sehat wal'afiat dan jumlah penduduknya terdiri dari laksaan jiwa dan siap menunjangnya apabila waktunya telah tiba nanti?"

Dalam urusan ini, Liu Tay-hong paling keras kepala, Dia tetap berkeras dengan pendiriannya.

"Tan Cong tocu menyebut-nyebut jumlah tentara yang ada laksaan jiwa, apakah dengan demikian Tan Cong tocu ingin mengatakan bahwa pihak kalian akan meraih kemenangan dengan mengandalkan orang banyak? Apakah dengan demikian Tang Cong tocu bermaksud menghina kami? Satu hal yang perlu kau ketahui, rakyat di seluruh negeri yang jumlahnya lebih dari ribuan laksa jiwa semua mengetahui perihal Sri Baginda Eng Lok yang telah mengorbankan jiwa di Birma, sedangkan beliaulah raja terakhir dinasti Beng! Karena itu, kalau kita tidak memilih anak cucunya yang memegang tampuk pemerintahan kelak, mana mungkin rakyat akan menghormatinya ? Bukankah dengan demikian kalian juga seharusnya merasa iba terhadap raja kita yang wafat secara kecewa?"

Mengucapkan kata-katanya yang terakhir, suara Tay Hong jadi tidak jelas, Dia merasa terharu sekali.

Sebetulnya kedatangan Tan Kin-lam di kotaraja ini justru karena mendengar perselisihan antara Tian-te hwe dan pihak Bhok onghu yang menunjang junjungan  masing-masing. Bahkan hal ini telah mengakibatkan kematian Pek Han-siong. Dia bergegas datang untuk meredakan pertikaian agar urusan ini dapat didamaikan. 

Dia berharap dengan kesabaran dapat membujuk pihak Bhok onghu, Dia juga merasa gembira mengetahui Siau Po telah menolong Gouw Lip-sin bertiga sehingga karenanya Bhok Kiam-seng dan yang lainnya sengaja datang untuk belajar kenal dan mengucapkan terima kasih. Dia tidak menyangka sekarang bisa timbul lagi persengketaan yang sama, bahkan seperti api yang disiram minyak.

"Tentang Sri Baginda Eng Lok yang wafat di Birma, semua orang memang sudah mengetahuinya," kata Tan Kin-Iam kemudian Nadanya sabar sekali dan dia juga terharu melihat Liu Tay-hong sampai menangis karena teringat pengorbanan rajanya itu. "Kejadian itu membuat seluruh rakyat murka. Hal ini dapat dimengerti Namun Bhok Siau ongya dan Liu loyacu, semasa sakit hati kita belum terbalaskan, mana boleh kita bertikai? sekarang merupakan waktunya kita semua harus kompak dalam bekerja sama untuk membinasakan dan memusnahkan musuh kita, terutama Go Sam-kui yang telah berkhianat. Hal ini juga demi membalaskan kematian Sri Baginda Eng Lok. Demi semua ini, kita tidak boleh tercerai berai! Kita juga harus membalaskan sakit hati Bhok Lo ongya!"

Yang dimaksud dengan Bhok Lo ongya adalah ayah Bhok Kiam-seng.

Mendengar ucapan terakhir Tan Kin-lam, Bhok Kiam-seng dan Liu Tay-hong langsung melonjak bangun.

"Benar! Benar!" teriak mereka serentak "Tepat sekali!"

Malah beberapa di antara mereka ada yang mengucurkan air mata dan tubuhnya gemetar.

"Lebih baik sekarang kita jangan masalahkan siapa yang akan menjadi raja kelak," kata Tan Kin-lam kembali, "Bhok ongya, Liu loyacu dan seluruh rakyat di negeri ini, tidak ada satu pun yang tidak merasa benci kepada Go Sam-kui. Baiklah kita mengambil keputusan, siapa saja yang berhasil membunuh Go Sam-kui, maka pihaknyalah yang akan kita angkat menjadi raja!"

"Benar!" sambut Bhok Kiam-seng, Dialah yang paling keras keinginannya untuk membunuh Go Sam-kui Musuh besar pembunuh ayahnya, "Benar, Siapa yang dapat membinasakan Go Sam-kui, dialah yang kita junjung!"

"Bhok ongya," kata Tan Kin-lam, kali ini khusus ditujukan kepada pangeran muda dari Inlam itu. "Sekarang marilah kita buat perjanjian janji antara perkumpulan Tian-te hwe kami dengan pihak Bhok onghu kalian, Kalau pihak Bhok onghu yang berhasil membunuh Go Sam-kui, maka seluruh anggota Tian-te hwe bersedia menerima segala titah Bhok onghu!" "Kalau pihak Tian-te hwe yang berhasil membunuh Go Sam-kui," sahut Bhok Kiam- seng cepat Maka seluruh anggota keluarga Bhong ongha, mulai dari Bhok kiam-seng semua akan tunduk kepada perintahnya Tan Cong tocu dari Tian-te hwe!"

Sebagai penutup dari janji itu, kedua pihak mengulurkan tangannya dan saling tepuk sebanyak tiga kali, Tapi baru saja mereka saling menepuk satu kali, tiba-tiba terdengar suara tawa nyaring dari wuwungan rumah yang tinggi kemudian disusul dengan seseorang yang berkata.

"Bagaimana kalau aku yang berhasil membunuh Go Sam-kui?"

Mendengar suara tawa dan pertanyaan itu, beberapa orang langsung menegur. "Siapa itu?"

Yang menegur adalah beberapa mata-mata Tian-te hwe yang bersembunyi di atas genteng.

Setelah itu terdengar pula suara nyaring lainnya disusul dengan melompat turunnya sesosok bayangan yang terus berkelebat dan masuk lewat jendela tanpa menimbulkan suara sedikit-pun, Hal ini membuktikan bahwa orang yang datang menguasai ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang cukup tinggi.

Hong Ci-tiong dan Ci Tian-coan berada di sebelah timur, sedangkan Liu Tay-hong dan Gouw Lip-sin berada di sebelah barat, Serempak mereka menghambur menyerang ke arah sosok bayangan tadi. Tetapi rupanya orang itu gesit sekali, dia melompat tinggi dan mencelat melewati keempat orang yang sedang menyerang ke arahnya dan tahu- tahu dia sudah sampai di hadapan Tan Kin-lam dan Bhok Siau ongya.

Keempat penyerangnya terdiri dari jago-jago kelas satu di dunia kangouw pada saat itu, Tetapi mereka tidak sanggup berbuat apa-apa. Hal ini membuktikan betapa hebatnya tamu yang tidak diundang itu, Dalam waktu yang lain, mereka segera membalikkan tubuh dan menyerang kembali Ci Tiong mencekal bahu kanan orang itu, Tian Coan mencekal iga kanan, Liu Tay-hong mencekal bahu kiri dan Lip Sin memeluk pinggang orang itu dengan kedua tangannya.

Diperlakukan sedemikian rupa, orang itu tidak mengadakan perlawanan sama sekali, Sembari tertawa dia bertanya.

"Beginikah caranya sahabat-sahabat Tian-te hwe memperlakukan tamunya?" sekarang ini semua orang dapat melihat tegas tampang tamu yang tenang dan 

periang itu. Dia adalah seorang pemuda berusia kurang lebih dua puluh tiga atau empat 

tahun, dia memakai jubah hijau yang panjang, tubuhnya tinggi kurus, roman-nya seperti seorang sastrawan.

Tan Kin-lam segera merangkapkan sepasang tangannya untuk menjura. "Ciok Hi (panggilan seperti tuan, tapi dengan maksud merendahkan diri) siapakah she dan namamu yang mulia?" tanyanya, "Apakah kau sahabat dari pihak kami?"

Sastrawan itu tertawa.

"Kalau bukan sahabat, tentu aku tidak akan datang kemari!"

Ucapan itu disusul dengan tubuhnya yang menciut seperti segumpal daging sehingga cekalan ke-empat penyerangnya jadi terlepas. Hong Ci-tiong benar-benar keheranan dibuatnya, Setelah itu, tamu yang tidak diundang tersebut tertawa lagi, Tapi saat ini tubuhnya mencelat lagi ke atas dan berubah menjadi bayangan yang berkelebat seperti sebelumnya.

Sekarang Tan Kin-lam sendiri yang turun tangan Sembari tertawa panjang, ketua pusat Tian-te hwe bergerak bangun sekaligus meluncurkan tangan kanannya, Apabila tamu tak diundang itu berhasil melepaskan diri dari serangan Ci Tiong, maka kali ini dia tidak dapat mengelakkan cekalan Tan Kin-lam pada kakinya. Dia merasa kakinya tercengkeram kuat seperti dililit oleh rantai besi. Tapi dia tidak takut, dia malah tertawa panjang sambil mengirimkan sebuah tendangan ke arah orang yang mencekal kakinya itu.

Hebat sekali tendangan itu, arahnya pun ke muka orang!

Tapi Tan Kin-lam bisa menyelamatkan dirinya, Tangan kirinya dengan gerakan cepat menyambar sebuah meja kecil yang kemudian digunakan untuk menangkis, Brakkkk! Rusakiah meja kecil itu yang mana kemudian menjadi potongan-potongan kecil.

Setelah itu, tangan kanan ketua pusat Tian-te hwe itu, yang tetap memegang kaki orang, digerakkan ke kanan kemudian dihentakkan ke belakang sehingga orang itu menjadi limbung lalu terbanting di atas lantai.

Tapi, ilmu orang itu ternyata lihay sekali, Tidak menunggu sampai tubuhnya menyentuh tanah, tiba-tiba dia mencelat bangun dan terus melesat dengan kecepatan seperti terbang untuk melayang terus ke belakang dan akhirnya berdiri tegak dengan punggung menyandar pada tembok.

Untuk sesaat, Hong Ci-tiong dan tiga orang lainnya langsung tertegun Tangan mereka masing-masing menggenggam secarik kecil dari pakaian tamu tak diundang itu!

Menyaksikan kejadian itu, para hadirin yang lain segera bersorak memuji, bahkan Liu Tay-hong pun tidak mau ketinggalan Gouw Lip-sin berdiri dengan perasaan jengah sekaligus kagum.

Kin Lam tertawa dan berkata.

"Tuan, kalau kau menganggap dirimu seorang sahabat, mengapa kau tidak duduk dan minum teh bersama?" Pemuda itu merangkapkan sepasang tangannya dan menjura dalam-dalam. "Kebetulan aku memang ingin sekali minum teh!" katanya sambil berjalan 

menghampiri Dia memberi hormat sekali lagi kepada para hadirin, kemudian duduk di 

kursi paling bawah.

Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu ma sih memperhatikannya lekat-lekat Apabila merek tidak menyaksikan kepandaian pemuda itu denga mata kepala sendiri, sudah pasti mereka akan menduganya sebagai seorang pelajar yang lemah,

Kin Lam tertawa.

"Harap Tuan jangan terlalu merendah," katanya. "Jangan bersikap sungkan, silahkan duduk di kursi utama!"

Sastrawan itu mengibaskan tangannya.

"Cayhe (aku yang rendah) tidak berani," sahutnya, "Dapat duduk bersama para orang-orang gagah dari dunia kangouw saja, sudah merupakan sebuah kebanggaan bagiku, Untuk apa aku dudu di atas? Tan Cong tocu, barusan Cong tocu menanyakan nama dan sheku dan aku belum menjawab nya, maafkan kelakuanku yang kurang sopan. ak yang rendah she Lie sedangkan namaku Si Hoa."

Baik Tan Kin-lam ataupun Liu Tay-hong belum pernah mendengar nama itu. Apalagi hadirin yan usianya lebih muda. Karena itu, mereka menyangka jangan-jangan yang dikatakannya nama palsu.

"Maaf, aku merasa malu, Pendengaranku berkurang sekali sehingga aku belum pernah mendengar she dan nama tuan yang mulia!"

Anak muda itu tertawa.

"Orang bilang, ketua pusat Tian-te hwe pandai bergaul dan memperlakukan siapa pun dengan baik, ternyata berita itu bukan cerita bohong, Misalnya setelah mendengar namaku barusan, Cong tocu memberikan pujian setinggi langit, pasti aku akan memandang rendah dirimu meskipun aku tidak akan mengatakannya secara terus terang, Aku adalah orang yang baru menginjakkan kaki keluar gubuk, aku sendiri tidak menghargai diri ini, bagaimana aku dapat mengharapkannya dari orang lain?" Selesai berkata, dia pun tertawa terbahak-bahak.

Kin Lam tersenyum.

"Saudara Lie, pertemuan ini membuat hatiku senang sekali," katanya, "Kau tahu, pertemuan ini juga bisa membuat namamu terangkat ke atas, karena itu, nanti kau bisa buktikan sendiri, setiap bertemu dengan orang, mereka akan menyatakan kekagumannya!" Memang benar apa yang dikatakan Tan Kin-lam. Sebab sudah pasti orang-orang dari Bhok onghu dan anggota Tian-te hwe akan memujinya, Orang yang tergolong jago kelas satu sebanyak empat orang saja tidak dapat menandinginya, jangan kata meringkusnya. sedangkan Tan Kin-lam hanya sanggup mencekal kakinya.

Si Hoa mengibaskan tangannya.

"Tidak, tidak mungkin," sahutnya, "llmu yang kugunakan tadi hanya tipuan belaka, bahkan mengandung sedikit gerak sembarangan Barusan Liu loyacu mencekal bahuku dengan menggunakan jurus "Dalam mega memperlihatkan kuku", hampir saja lenganku patah. sedangkan sahabat yang be rewokan itu telah merangkul pinggangku denga hebat sekali, Bukankah dia memainkan jurus tipuan "menerkam kelinci"? dia membuat aku tidak bisa tertawa maupun menangis, Dan kakek yang ber kumis dan berjanggut putih ini meraba tulang igaku dengan ilmu "Kera putih memetik buah To", tulang igaku hampir seperti buah itu. cekalannya demiki an keras seakan tidak akan dilepaskan lagi. Da terakhir, sahabat yang satunya... aih! Bukankan jurus yang digunakannya dipetik dari ilmu "Seta Ciiik Seng Hong?"

Hong Ci-tiong adalah orang yang terakhir yang dimaksudkannya, Dia segera menganggukkan kepalanya. Dia tidak membantah, meskipun sebenarnya ilmu yang digunakannya bernama "Setan cilik menarik malaikat kota"

"Saudara Lie, ilmu silatmu hebat sekali!" puj Liu Tay-hong- Hal ini karena orang itu dapat meloloskan diri walaupun diserang sedemikian rupa "Matamu juga sangat tajam!"

"Liu loyacu berlebihan memujiku!" kata Si Ho sembari menggoyangkan tangannya berkali-kali "Serangan yang dilancarkan loyacu berempat tadi sebenarnya bisa mencabut nyawa orang, tetapi kalian tidak bersungguh-sungguh sehingga aku yang rendah tidak terluka sama sekali, Terima kasih atas rasa kasihan cianpwe berempat!"

Hong Ci-tiong senang mendengar kata-kata orang itu, Memang serangan yang dilancarkan mereka berempat tadi lihay sekali, namun keterangan orang she Lie itu juga tidak salah, Mereka tidak melakukan penyerangan secara serius.

"Saudara Lie," kata Tan Kin-Iam kemudian "Dapatkah saudara mengatakan tujuan kunjungan saudara yang sebenarnya, bagi kami hal ini benar-benar merupakan suatu kehormatan besar?"

"Dalam hal ini, sebelumnya aku mohon pengampunan." sahut Lie Si-hoa, "Sudah lama aku yang rendah mengagumi Tan Cong tocu, karena itu, ketika aku mendapat berita tentang kedatangan Tan Cong tocu ini, aku ingin mewujudkan keinginanku untuk bertemu, sayangnya aku tidak mempunyai teman yang dapat dijadikan perantara, itulah sebabnya aku yang rendah berbuat lancang dengan menjadi tamu yang tak diundang, Bahkan untuk beberapa saat aku sempat bersembunyi di atas wuwungan mencuri dengar pembicaraan Cong tocu sekalian, Aku juga benci sekali terhadap Go Sam-kui, menyesal sekali aku tidak mendapat kesempatan untuk mencincang tubuhnya sampai  hancur Cong tocu sekalian, sekali lagi harap kalian maafkan kelancanganku ini!" Lie Si- hoa bangun dan menjura ke sekelilingnya.

Para hadirin juga segera berdiri dan membalas penghormatan itu.

"Tuan," kata Bhok Kiam-seng, "Karena tuan juga sangat membenci Go Sam-kui, berarti kita bertujuan sama. Kita adalah orang-orang sego1ong-an. Sudah selayaknya apabaila kita bekerja sama dalam hal ini, Entah tuan mempunyai niat seperti ini atau tidak?"

"Tentu saja ada!" sahut Si Hoa cepat "Tadi ketika Tan Cong tocu sedang membuat perjanjian dengan Siau ongya, aku telah mengganggu. Dan aku merasa menyesal sekali, Bagaimana kalau perjanjian yang tertunda itu dilanjutkan kembali, setelah itu kita rundingkan kembali perjanjian denganku?"

Liu Tay-hong memperhatikan orang itu lekat-lekat.

"Apakah tuan bermaksud mengatakan, apabila tuan yang berhasil membunuh Go Sam-kui, maka kami orang-orang dari Bhok onghu dan Tian-te hwe harus menurut perintahmu?" tanyanya,

"Bukan! Aku tidak sanggup menerima hal itu," sahut Si Hoa. "Aku masih muda, sudah cukup bagiku apabila dapat mengikuti kalian seterusnya.!"

Tay Hong menganggukkan kepalanya, tapi dia masih ingin mendapatkan kepastian. "Baiklah," katanya, sekarang aku mohon penjelasan dalam pandangan tuan, di 

antara dua maha-raja Liong Bu dan Eng Liok, manakah yang merupakan turunan 

langsung dari dinasti Beng?"

Liu Tay-hong ikut bersama kaisar Liong Bu dan Bhok Tian-po berperang ke barat daya, dari propinsi Inlam memasuki wilayah Birma, setelah menderita dan sengsara sekian lama, akhirnya kaisar Liong Bu terbunuh juga di tangan Go Sam-kui. itulah sebabnya dia bersumpah, biar bagaimana pun juga, dia akan mengangkat keturunan junjungannya menjadi kaisar. Tan Kin-lam insyaf akan masalah yang pelik ini. Dia ingin menghindarkan perselisihan yang terjadi, Tetapi jago tua she Liu itu tetap kukuh pada cita-citanya sehingga mengajukan pertanyaan itu kepada Lie Si-hoa.

Mendengar pertanyaan orang tua itu, Lie Si-hoa segera berkata,

"Aku yang rendah mungkin mengucapkan kata yang tidak enak didengar, tapi, meskipun demikian, aku minta tuan-tuan untuk memakluminya!"

Tay Hong tetap tidak sabaran, wajahnya langsung menjadi merah, "Apakah tuan ini bekas bawahannya Lau Ong?" tanyanya, Setelah wafat nya kaisar Cong Ceng dari dinasti Beng, di berbagai tempat bangkit pangeran-pangeran yang ingin mengangkat diri masing-masing menjadi raja, Mereka adalah Lau ong, Kui ong, dan Tong ong.

Begitu kata-katanya terucapkan, Liu Tay-hong segera menyadari kekeliruannya, Lie Si-hoa masih terlalu muda, Tidak mungkin dia itu bekas bawahannya Lau ong. Karena itu, sebelum si anak muda menjawab, dia segera membetulkan pertanyaannya tadi.

"Apakah leluhur tuan pernah menjadi bawahannya Lau ong?" Lie Si-hoa tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya berkata.

"Lebih baik kita tunggu sampai bangsa Tatcu berhasil diusir dari negeri kita ini. Pada saat itu, baik anak cucu Cong Ceng, Tong ong, Kui ong, semuanya berhak menjadi raja, Pada hakekatnya, setiap orang bangsa Han, siapa yang tidak boleh menjadi raja? Umpamanya Bhok Siau ongya dan Liu loyacu dan The ongya dari Taiwan, serta Tan Cong tocu sendiri, mereka juga boleh menjadi raja, ingatkah kalian ketika dahulu leluhur kerajaan Beng mengusir bangsa Mongolia, bukankah beliau juga tidak memilih keturunan kerajaan Song atau keluarga Tio untuk diangkat menjadi kaisar? Bukankah Sri Baginda Beng thaycou Cu Goan-ciang mengangkat dirinya sendiri menjadi raja? Dan rata-rata rakyat menyambutnya dengan gembira!"

Ucapan seperti ini belum pernah didengar oleh para hadirin. Semua orang menjadi heran serta terkejut. Meskipun demikian, tidak ada orang yang berani membuka mulut menentangnya, karena kata-kata itu mempunyai dasar yang kuat. Hanya Liu Tay-hong seorang yang masih kukuh dengan pendiriannya, Dia menggebrak meja dan berkata dengan keras.

"Ucapan mu barusan merupakan rangkaian kata-kata yang bernada memberontak bahkan durhaka, Bukankah kita semua rakyatnya kerajaan Beng yang maha besar? Bukankah kita merupakan anak cucunya menteri-menteri dinasti itu? Bukankah sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk membangun kembali kerajaan Beng? Mengapa sekarang kita harus memikirkan hal yang justru bertentangan?"

Si Hoa tidak menjadi gusar meskipun dibentak oleh Liu Tay-hong, Malah bibirnya menyunggingkan senyuman.

"Liu loyacu," katanya dengan nada sabar "Ada satu hal yang boanpwe tidak mengerti dan mohon penjelasan itulah soal yang sedang kita perbincangkan sekarang. Pada akhir kerajaan Song, bangsa Mongolia terus menerus menyerang negara bangsa Han kita, setelah banyak waktu barulah kaisar Hong Bu dari dinasti Beng kita bangkit di Hongyang dan mengusir bangsa asing itu. Setelah berhasil, seperti yang cayhe katakan tadi, mengapa Beng thaycou tidak mengangkat keturunan keluarga Tio dari kerajaan Song untuk menjadi raja, tapi malah mengangkat dirinya sendiri? Mengapa dia tidak tetap menggunakan nama kerajaan Song, tetapi menggunakan nama kerajaan Beng?" "Hm!" seru Liu Tay-hong. "Ketika itu keturunan keluarga Tio sudah habis, karenanya Beng thaycou yang telah bersusah payah lalu mengangkat dirinya sendiri. Kalau tidak, kepada siapa dia harus menyerahkan tampuk kerajaan? Tatkala itu, tidak ada satu pun keturunan keluarga Tio yang berjasa mengusir bangsa Mongolia, Taruh kata Beng thaycou sendiri bersedia mengalah dan mundur teratur, belum tentu rakyat dan tentara yang iku berjuang mau mengerti!"

"Nah, ini merupakan suatu persoalan pula, kata Lie Si-hoa yang tetap tenang, "Kelak di kemudian hari, masih belum diketahui apakah keturunan keluarga Cu yang berjasa atau tidak, Seandainya dia berjasa, sudah tentu rakyat akan mendukungnya. Dapat dipastikan tidak ada orang yang berani merebut kedudukan itu. Tapi kalau dia tidak berjasa sama sekali, meskipun dia berhasil naik tahta, belum tentu kedudukannya itu bisa kuat apalagi abadi, Liu loyacu, urusan merobohkan kerajaan Ceng adalah hal yang pelik sekali. Mungki hal itu dapat dilakukan kapan waktu saja denga cepat, namun mungkin juga harus memakan wakt yang cukup Iama. Yang paling penting bagi kita sekarang ini adalah menumpas Go Sam-kui. Masalah pengangkatan raja dapat dirundingkan kembali secara perlahan-lahan!"

Tay Hong langsung membungkam mendengar alasan pemuda itu.

"Mengapa harus perlahan-Iahan?" katanya kemudian. "Aku justru menganggapnya sebagai hal yang paling penting dan merasa menyesal tidak dapat dilakukan sekarang juga!"

"Membinasakan Go Sam-kui adalah urusan yang harus diselesaikan secepatnya kata Si Ho kembali "Sekarang saja usianya sudah cukup tua, Kalau tidak selekasnya dibunuh, tentu dia akan mati dengan tenang disebabkan usia tua. Bukankah hal itu akan menjadi penyesalan bagi kita semua? Masalah mengangkat raja yang baru harus kita tunda dulu, setidaknya sampai bangsa Tatcu terusir dari negara kita yang tercinta ini. Dan masalah ini juga akan membawa kesulitan bagi kita semua !"

Kin Lam kagum sekali terhadap anak muda itu. Bicaranya jelas dan alasannya kuat. "Saudara Lie benar sekali," katanya ikut memberikan pendapat "Sekarang aku 

mohon tanya, jalan bagaimanakah yang harus kita tempuh untuk membinasakan Go 

Sam-kui?"

"Maaf, Tan Cong tocu," sahut Lie Si-hoa "Aku yang rendah justru ingin mendengar pendapat dari para orang-orang gagah yang berkumpul di sini!"

"Bagaimana dengan Tan Cong tocu sendiri?" tanya Bhok Kiam-seng. "Apakah Tan Cong tocu sudah mempunyai akal yang baik?"

"Pengkhianat Go Sam-kui itu terlalu jahat dan banyak antek-anteknya, terlalu enak kalau hanya dia seorang yang dihukum mati," kata Tan Kin-lam. "Dan kematiannya sendiri tidak cukup untuk menebus dosa-dosanya terhadap rakyat bangsa Han. seharusnya namanya dirusak dan seluruh keluarganya, baik tua maupun yang muda,  jangan ada satu pun yang dibiarkan lolos! Begitu pula seluruh antek-anteknya! Dengan cara demikian, baru puas hati seluruh rakyat bangsa Han!"

"Bagus! Bagus!" seru Liu Tay-hong sambil menepuk meja, "Apa yang Tan Cong tocu katakan memang tepat sekali! Benar-benar meresap dalam hati yang tua ini. Nah, Iaote. " dia menambahkan sambil menyambar tangan Kin Lam. "Apa akalmu untuk 

membinasakan seluruh keluarga Peng Si-ong beserta antek-anteknya? Lekas katakan!" Tan Kin-Iam tersenyum.

"Sebaiknya kita pikirkan caranya bersama-sama!" katanya, "Kalau hanya aku seorang diri, mana mungkin menemukan akal yang sempurna?"

"Ah!" seru Tay Hong tertahan Dia melepaskan cekalan tangannya, Tampaknya dia agak kecewa mendengar jawaban Tan Kin-Iam.

Kin Lam mengulurkan tangannya ke arah Bhok Kiam-seng.

"Siau ongya, kita masih harus bertepuk tangan dua kali lagi!" katanya mengingatkan. "Benar!" sahut pangeran dari Inlam itu. Dia juga mengulurkan tangannya dan mereka 

pun melanjutkan dua kali tepukan tangan yang tertunda tadi.

Si Hoa bangkit dengan sikap menghormat Tan Cong tocu ingin membasmi Go Sam- kui, aku si orang she Lie bersedia menerima segala titahmu, Tan Cong tocu, seandainya aku yang rendah beruntung bisa membunuh pengkhianat itu, tidak ada hal lain yang kuharapkan kecuali dapat mengangkat saudara denganmu dan diijinkan saling memanggil dengan kakak dan adik!"

Kin Lam tertawa.

"Lie hiante kau terlalu memandang tinggi kepadaku!" katanya yang langsung memanggil "hiante" atau tidak, "Baiklah! Ucapan seorang laki-laki sejati sekali dikeluarkan, empat ekor kuda pun sukar mengejarnya!"

Siau Po menyaksikan gerak-gerik kedua orang itu, hatinya tertarik sekali semangatnya seperti terbangun Dia menyesalkan dirinya yang masih terlalu kecil, Coba kalau usianya sedikit lebih tua dan ilmu silatnya setinggi Lie Si-hoa, tentu dia akan membawa sikap yang sama gagahnya.

Sementara itu, Kin Lam menitahkan agar barang hidangan lekas disajikan Dia ingin menjamu para tamunya, Ketika pesta sedang berlangsung, Lie Si-hoa selalu berbicara dengan nada gembira, Ternyata pengetahuannya luas sekali Tetapi sejauh itu, dia masih tidak menjelaskan asal-usulnya.

Di situ juga Hoan Kong dan Hian Ceng memperkenalkan orang-orang lainnya, Ketika berhadapan dengan Siau Po yang dikatakan merupakan salah seorang hiocu dari Tian- te hwe, Lie Si-hoa menjadi heran. Namun setelah dijelaskan bahwa bocah itu adalah muridnya Tan Kin-lam, sang ketua, dia berkata dalam hati: "Oh, rupanya demikian!"

Setelah mengeringkan beberapa cawan arak, Si Hoa yang pertama-tama mohon diri. Dia diantar oleh Tan Kin-Iam sampai di depan pintu dan ketu Tian-te hwe itu berbisik kepadanya,

"Lie hiante, tadi kakakmu ini belum tahu apakah kau merupakan kawan atau lawan kami, karena itu aku telah mencekal kakimu dengan sedikit tenaga. Tanpa disengaja aku telah keliru mengenaimu. Hiante, dua jam lagi kakimu akan terasa nyeri berbahaya sekali kalau kau tidak tahu cara me obati lukamu itu, atau kau gunakan cara lain dengan terpaksa, Hiante, kau harus menggali sebuah lubang yang dalam dan tingginya sesuai dengan be tuk tubuhmu, kemudian kau masuk ke dalamn lalu kau urug kembali dengan tanah sampai sebatas leher. Kau harus berdiam di dalam lubang itu lama empat jam dan tujuh hari berturut-turut dengan demikian lukamu akan sembuh dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi!"

Si Hoa terkejut setengah mati mendengar terangan itu.

"Oh, jadi aku telah terkena pukulan "Geng-hi sin jiau" (Sambaran kuku pembeku darah)?" tanyanya.

"Jangan cemas, Tidak perlu takut, hiante," kata Tan Kin-lam. "Kalau kau ikuti cara yang kukatakan tadi, niscaya kau tidak akan mengalami kejadian apa-apa, Sekali lagi kakakmu mohon agar kau tidak berkecil hati karena kesembronoanku tadi!"

Pertama-tama Lie Si-hoa memang terkejut tapi akhirnya dia menjadi tenang kembali. "Salahku sendiri." sahutnya kemudian. "Hari ini mataku baru terbuka, Di atas langit 

masih ada langit, di antara para jago masih ada lagi yang lebih jago!" Sekali lagi dia 

merangkapkan sepasang tangannya menjura kemudian ia membalikkan tubuhnya berlalu dari tempat itu.

Liu Tay-hong yang mendengar perkataan Tan Kin-lam barusan, segera bertanya.

Tan Cong tocu, jadi tadi kau menggunakan ilmu "Ceng-hiat sin Jiau" untuk menghadapi pemuda itu? Menurut apa yang pernah kudengar, siapa yang terkena serangan ilmu itu, dalam waktu tiga hari darah di seluruh tubuhnya akan membeku, dan orang itu tidak bisa bergerak sama sekali serta tidak dapat disembuhkan lagi, Benarkah?" 

Tan Kin-Iam menarik nafas panjang, "Pada dasarnya, sifat ilmu itu memang keji sekali," sahutnya, "Aku sebenarnya tidak berniat menggunakan ilmu itu, tapi cara kedatangannya sungguh luar biasa dan dia sudah mendengar percakapan rahasia kita, ilmunya juga lihay sekali dan kita belum tahu maksud kedatangannya, Untu menjaga diri kita semua terhadap hal yang tid diinginkan, terpaksa aku menggunakan ilmu itu,  perbuatanku tadi sama sekali tidak mirip seora laki-laki sejati dan aku menjadi malu karenanya!"

"Tapi," Bhok Kiam-seng ikut bicara, "Perbuatanmu ada benarnya juga, seandainya dia adalah mata-mata musuh atau bawahannya Go Sam-kui dia memang berbahaya bagi kita, Kalau Cong tocu tidak memberi pelajaran kepadanya lalu dia membawa berita tentang kita kepada junjungannya, celakalah kita semua. Syukurlah Cong tocu bisa menguasainya... Tan Cong tocu, kepandaianmu tinggi sekali, kau benar-benar membuat kami kagum!"

Pesta di lanjutkan kembali Akhirnya tiba juga saatnya Bhok Kiam-seng dan rombongannya berpamitan.

"Siau ongya," kata Siau Po pada pangeran itu "Sebaiknya Siau ongya pindah tempat, Sebab entah siang atau malam ini juga, ada kemungkinan ban Tatcu nanti mengirim orangnya untuk mengepung dan melakukan penangkapan atas diri Siau ongya Mungkin Siau ongya tidak takut, tapi kita harus sadar dengan kekuatan kita sekarang ini, kita masih belum sanggup melawan tentara yang jumlah laksaan jiwa. "

Mendengar ucapan bocah itu, Liu Tay tertawa lebar.

"Saudara cilik, apa yang kau katakan memang benar!" katanya dengan nada gembira, "Saudara kecil, sekali lagi terima kasih, terutama untuk saran-mu ini. Baiklah, kami akan segera pindah tempat!"

Kiam Seng pun turut berkata.

"Pembicaraan kita sudah selesai, Hari ini juga kami akan pergi dari kota ini. Tan Cong tocu, Wi hiocu, serta semua sahabat baik yang ada di sini, selama gunung masih menghijau dan sungai masih mengalir, tentu akan ada perjumpaan lagi bagi kita kelak!"

Begitu rombongan itu berlalu, Tan Kin-lam memanggil muridnya,

"Siau Po, kemari!" katanya, "Aku ingin lihat, selama beberapa bulan ini, sudah sampai di mana kemajuanmu?"

Jantung Siau Po langsung berdebaran. wajahnya pun berubah seketika, urusan ini paling dikhawatirkan olehnya, Tapi pada dasarnya dia memang cerdik, dia sudah memikirkan jawaban yang masuk akal.

"Suhu, selama ini kesehatanku agak terganggu, beberapa kali aku jatuh sakit dan asal aku berlatih sebentar saja, perutku langsung terasa nyeri!"

Kin Lam merasa heran sehingga dia memperhatikan muridnya dengan tajam. "Kau sakit?" tanyanya, "Sakit apa?" Dia langsung mengajak muridnya ke kamar sebelah timur Setelah merapatkan pintu kamar itu, dia langsung mencekal tangan kanan muridnya.

"Aih!"Tan Kin-lam sampai mengeluarkan seruan tertahan setelah ia meraba denyut nadi Siau Po. Cepat-cepat dia memeriksa nadi sebelah kirinya.

"Ini... ini.,." saking gugupnya, dia sampai tidak sanggup mengatakan apa-apa. pikirannya langsung bekerja. "Selain terluka parah, kau juga keracunan. Usiamu masih begini muda, bagaimana kau bisa bermusuhan dengan tokoh-tokoh dunia kangouw yang memiliki kepandaian setinggi ini? siapakah musuhmu itu?"

Di hadapan orang lain, Siau Po suka sok gagah, Tetapi di hadapan gurunya ini, dia langsung menangis terisak-isak.

"Perbuatan si nenek sihir dan kura-kura tua itulah yang mencelakai muridmu ini..." katanya.

Tan Kin-lam semakin bingung, Dia menatap muridnya lekat-lekat

"Apa yang yang kau maksud dengan kura-kura tua serta nenek sihti?" tanya gurunya. "Siapakah mereka?"

Siau Po segera menceritakan tentang Hay kongkong yang telah meracuninya dan ibu suri yang telah menepuk punggungnya sehingga dia terluka dalam. Dia juga menceritakan bagaimana ibu suri berhasil mengancamnya.

Kin Lam berpikir dengan keras.

"Apakah kau membawa obat yang diberikan ibu suri kepadamu?" tanyanya penasaran.

"Ya," sahut Siau Po langsung mengeluarkan obat yang selalu dibawanya kemana- mana itu.

Kin Lam memeriksa obat itu, dia mengendusnya berkali-kali. Bahkan dia memasukkan sebutir pil ke dalam mulutnya kemudian dia gigit sampai hancur dan dengan lidah dia mencicipi, tiba-tiba dia menyemburkan obat itu dengan meludah dan kemudian mengomel.

"Oh, dasar nenek sihir!" makinya, "Obat ini juga dicampur dengan racun, Dengan memberimu obat ini, dia ingin membuat kau mati secara perlahan-lahan!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar