Kaki Tiga Menjangan Jilid 22

Jilid 22

Bhok Kiam-Seng menatap bocah di depannya dengan pandangan tajam, Alisnya menjungkit ke atas,

"Kawanan anjing bangsa Tatcu hendak menawan aku?" tanyanya dengan nada sinis. Tidak semudah apa yang kau katakan, Wi hiocu!"

Siau Po tertawa.

"Memang ilmu silat Siau ongya tinggi sekali," katanya, "Di seluruh negeri ini, mungkin sulit lagi dicari tandingannya, jarang sekali ada orang yang sanggup melawan Siau ongya. Mungkin bangsa Tatcu tidak sanggup menawan Siau ongya, tapi bagaimana dengan orang lainnya? Anggota lain dari Bhok onghu maupun sahabat-sahabat Siau ongya belum tentu selihay Siau ongya sendiri Nah, bagaimana kalau di antara mereka  ada yang terjatuh ke tangan bangsa Tatcu? Bukankah kejadian itu akan membawa kesusahan dalam hati Siau ong-ya?"

Wajah si pangeran muda itu langsung berubah hebat. Dia pasti tidak merasa puas. "Wi hiocu!" bentaknya dengan suara keras "Apakah hiocu sedang menyindiri aku?" "Tidak, Siau ongya, Sekali-sekali tidak!" sahu Siau Po tenang, "Bukan begitu 

maksudku, seumurku ini, aku sudah sering dihina orang, tetap aku sendiri tidak pernah 

menghina siapa pun Orang telah mencekal lenganku Nah, lihatlah sendiri buktinya, Ketika itu aku benar-benar kesakitan sehingga seperti mengalami kematian lalu hidup kembali, itulah akibat perbuatan Pek jihiap yang tenaga dalamnya tidak ada tandingannya. Lebih-lebih dua jurus Heng-sau Ciang kun da Kao-san Liu Sui yang hebat luar biasa! Kala kedua jurus ini dipakai untuk menolong sahabat kalian, tentu sangat tepat dan akan berhasil dengan baik. Apalagi kalau dipakai untuk menyambar sesuatu, misalnya kambing atau kerbau, tentu lebih berhasil lagi!"

Wajah Pek Han-hong menjadi merah padam. Dia merasa malu sekaligus mendongkol. Hamp saja dia mengumbar hawa amarahnya, tetapi untunglah dia masih bisa mengendalikan diri.

Bhok Kiam-seng segera menolehkan kepalanya dan melirik sekilas kepada Liu Tay- hong. Dia merasa ucapan hiocu dari Tian-te hwe ini mengandung makna yang dalam.

"Saudara kecil," Liu Tay-hong segera berkata "perkataanmu itu mempunyai maksud yang dalam sekali sehingga sukar bagi kami untuk menjajaki-nya. Saudara kecil, maafkan kami yang masih kurang mengerti!"

Sebaliknya, Wi Siau-po tetap tertawa, "Liu loyacu terlalu sungkan!" sahutnya, "Tidak sanggup aku menerima penghargaan yang terlalu tinggi, sebetulnya ucapanku dangkal sekali dan tidak berarti apa-apa!"

"Saudara kecil," kata Liu Tay-ong kembali "Kalau tidak salah, kau bermaksud mengatakan bahwa ada orang kami yang telah ditawan oleh bangsa Tatcu, bukankah begitu? Atau, kau mempunyai maksud yang lain?"

"Tidak ada maksud lainnya sama sekali," sahut Siau Po. "Bhok siau ongya, Liu loenghiong, anggap saja aku sudah minum arak terlalu banyak sehingga mabuk dan ucapanku jadi ngelantur yang bukan-bukan!"

"Hm!" terdengar lagi Bhok Kiam-seng mendengus dingin, "Wi hiocu, kedatanganmu kemari ternyata hanya untuk bergurau dan menyakiti orang? Atau kau sedang mencari hiburan?"

"Oh, Siau ongya," sahut Siau Po. "Rupanya Siau ongya hendak mencari hiburan? Apakah di kotaraja ini Siau ongya belum pernah berpelesiran kemana-mana?" Kiam Seng semakin heran.

"Bagaimana? Apa yang kau maksudkan?" tanya-nya.

"Kotaraja ini luas sekali," kata Siau Po. "Di kota Kun Beng di propinsi Inlam kalian tidak seluas kotaraja ini, bukan?"

Hati pangeran muda ini semakin panas.

"Memangnya kenapa?" tanyanya dengan nada jengkel.

Hoan Kong juga bingung mendengar kata-kata ketuanya yang tidak karuan, Karena itu dia membuka suara.

"Memang kota Peking ini merupakan kota yang besar dan indah sekali, sayangnya telah diduduki oleh bangsa Tatcu! Kita adalah orang-orang yang berdarah panas, tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak menjadi marah karenanya!"

Siau Po telah mengundang kami menghadiri perjamuan ini, kebaikan ini tidak dapat kami m ba1asnya. Karena itu, kami ingin melakukan suatu, Kapankah kiranya Siau ongya mempunyai waktu luang? Aku ingin mengajakmu berpesiar. Kalau ada orang yang kenal baik wilayah ini, tentu Siau ongya tidak akan kesasar, sebaliknya kalau Siau ongya pergi sendiri berjalan-jalan, lalu tak sengaja salah masuk ke dalam istana raja, oh walaupun Siau ongya berkepandaian tinggi, urusannya bisa gawat sekali. "

"Saudara kecil, di dalam kata-katamu tersembunyi maksud lainnya!" tukas Liu Tay-h "Saudara kecil, kita adalah orang-orang sendiri. Ada apa-apa, silahkan kau katakan terus-terang saja!"

Orang tua yang lihay ini menerka ada sesuatu yang penting, karena itu dia bersikap sabar.

Tidak ada yang lebih jelas lagi dari kata-kataku ini!" sahut Siau Po. "Para sahabat dari Bhok Siau ongya sangat lihay kepandaiannya, terlebih-lebih kedua jurus Heng-Sau Ciang Kun dan Kao-San Liu Sui, Tidak ada yang sanggup menandinginya, Tapi, di kotaraja, kalau orang pergi berpesiar tapi tidak tahu jalan, mungkin dia bisa keliru masuk Ci-kim Sia, kota terlarang itu!"

Liu Tay-hong dan Bhok Kiam-seng saling menatap sekilas. Mereka mengganggap tamunya ini agak aneh.

"Lalu bagaimana baiknya?" tanya Tay Hong.

"Menurut apa yang kudengar," sahut Siau Po. "Kota terlarang mempunyai banyak pintu, Satu per satu seperti jumlah pendopo-pendopo di dalamnya. Siapa yang jalan di dalam Kota Terlarang, apabila tanpa Raja atau permaisuri yang menunjukkan jalan, mudah sekali orang tersesat Bahkan ada kemungkinan kesasar dan tidak bisa keluar  lagi untuk seumur hidup! Aku adalah seorang bocah yang tidak berpengalaman karena itu aku juga tidak tahu, ada atau tidak kemungkinan Raja ataupun permaisuri menjadi penunjuk jalan di malam gelap gulita. Bisa jadi, dengan nama besar Bhok siauong-ya, 

si raja cilik atau si nenek sihir menjadi ketakutan dan bersedia menjadi petunjuk jalan, Ha ini sukar dikatakan!"

Siau Po sudah biasa memaki ibu suri sebagai nenek sihir atau perempuan jalang, tapi baru kali ini dia mengatakannya di depan umum, Hal ini justru membuat hatinya menjadi senang,

Sedangkan para hadirin yang lain justru merasa heran mendengar Siau Po menyebut ibu suri s bagai si nenek sihir. Baru kali ini mereka mendengar ada orang yang menyebut kata-kata itu terhadap ibu suri. Tanpa dapat mempertahank diri lagi, Hoan Kong dan anggota Tian-te hwe lainnya jadi tertawa geli.

Terdengar Liu Tay-hong berkata, "Orang-orang sebawahannya Siau ongya bia bekerja dengan teliti, Tidak mungkin mereka nyasar masuk ke dalam kota Terlarang, Menurut kabar yang kami dapatkan, Go Sam-kui mengutus puttranya datang ke kotaraja, bisa jadi ia memerintah orang-orangnya membuat kekacauan, Kemungkinan seperti ini ada saja bukan?"

Siau Po menganggukkan kepalanya.

"Apa yang Liu loyacu katakan memang tidak salah, Aku mempunyai seorang teman berjudi yang menjadi pengawal dalam istana, Dia mengatakan tadi malam terjadi penyerbuan di istana oleh sekelompok penjahat." Dia menghentikan kata-kata-nya sejenak, 

"kemudian mereka mengenali orang-orang itu sebagai bawahan Bhok siau ongya. "

Bhok Kiam-seng mengeluarkan seruan tertahan. Terang dia terkejut sekali.

"Apa?" tangan kanannya bergetar, sehingga cawan araknya terlepas dan jatuh pecah di atas lantai.

"Tadinya aku juga tidak percaya, tapi aku berpikir lagi, Keluarga Bhok terdiri dari para patriot pecinta bangsa, Mereka memgirim orang untuk membunuh raja Tatcu, hal itu perlu dikagumi sekarang mendengar ucapan Liu loyacu, ternyata mereka adalah orang- orang kiriman Go Sam-kui, kalau begitu, orang-orang itu tidak boleh diampuni. Nanti aku harus mengatakan kepada temanku itu, agar para penyerbu itu diberi hukuman berat, Coba bayangkan saja, orang-orang Go Sam-kui pasti bukan terdiri dari manusia baik-baik! Karena itu, mereka harus disiksa biar kapok!"

"Saudara kecil," tanya Liu Tay-hong, "Siapakah nama sahabatmu itu? Apa pangkatnya dalam istana?"

Siau Po menggelengkan kepalanya. "Dia hanya seorang siwi yang pangkatnya rendah sekali, malah dia merupakan orang baru dan belum diberikan kepercayaan penuh, Tugasnya kebanyakan melayani para siwi yang sudah senior, Dia tidak mempunyai she atau pun nama, Kami biasa memanggilnya Lay Li-tau siau Samcu atau si Kepala Kurapan! Menurutnya, para tawanan itu dibelenggu Tadinya aku berpikir untuk menyuruh Siau Samcu memberi makan kepada mereka, tapi sekarang Liu loenghiong mengatakan bahwa mereka adalah kaki tangan bangsa pengkhianat, Nanti aku minta sahabatku itu membacok kaki mereka agar tidak dapat melarikan diri!"

"Aku cuma menerka," kata Liu Tay-hong cepat, "Tidak berani aku memastikannya, Karena mereka itu berani menyerbu istana, boleh dibilang mereka juga terdiri dari orang-orang yang bernyali besar! Karena itu, Wi hiocu, ada baiknya kau minta sahabatmu itu memperlakukan mereka secara baik-baik saja."

"Sahabatku itu baik sekali kepadaku," kata Siau Po. "Sering dia mengajak aku bermain judi, Kalau kehabisan uang, aku suka meminjamkan barang delapan atau sepuluh tail Dan aku tidak pernah memintanya kembali Karena itu, apa pun permintaanku dia tidak pernah menolaknya!"

"Baguslah kalau begitu," sahut Liu Tay-hong. "Sebenarnya berapa jumlah orang yang ditawan dan siapa saja nama mereka itu? Mereka bernyali besar sehingga kami merasa kagum. Bagaimana perlakuan yang mereka terima sekarang ini? Baik atau buruk? Wi hiocu, kami bersyukur sekali andaikata kau dapat menolong kami mencari keterangan tersebut.

Siau Po menepuk dadanya.

"Gampang! Tidak ada urusan yang lebih gampang lagi daripada itu!" kata Siau Po mengagulkan diri, "Sayang mereka bukan orang-orangnya Siau ongya, Kalau tidak, aku pasti mencari jalan membebaskan mereka, Dengan demikian kita bisa menukar satu jiwa dengan satu jiwa pula, Dan urusan Ci samko pun bisa diselesaikan."

Liu Tay-hong menoleh kepada Bhok Kiam-seng, sembari menatap, dia menganggukkan kepalanya sedikit.

"lya, Kami tidak tahu siapa para penyerbu itu," kata si pangeran muda. Tetapi karena mereka berusaha membunuh raja bangsa Tatcu, pasti mereka juga terdiri dari orang- orang gagah pecinta negara, Mereka bisa dihitung sebagai rekan kami yang ingin menjatuhkan kerajaan Ceng dan membangun kembali kerajaan Beng, Karena itu, Wi hiocu, kalau bisa mencari jalan untuk membebaskan mereka, tidak perduli berhasil atau tidak, Untuk selamanya Bhok Kiam-seng merasa bersyukur dan urusan Ci samya tidak akan diperpanjang Iagi..."

Siau Po menoleh ke arah Pek Han-hong, namun mulutnya menjawab ucapan sang pangeran. "Kalau tidak mendengar Siau ongya mengatakannya sendiri, kemungkinan Pek jihiap tidak mau mengerti," katanya, "Apabila lain kali Pek jihiap mencekal tanganku kembali dan meremasnya keras-keras, aku bisa menangis berkaok-kaok saking sakitnya, Hebat sekali penderitaan itu, mungkin aku tidak sanggup menahannya..."

Mendengar ucapan tamunya itii, Pek Han-hong berdiri dari tempat duduknya dan berkata denga nada serius:

"Andaikata Wi hiocu dapat menolong orang kami, eh, menolong orang-orang gagah yang tertawan bangsa Tatcu itu, aku si orang she Pek tanganku yang telah bersalah ini, bersedia dikutungkan sebagai pernyataan maafku!"

"Tidak perlu, tidak perlur kata Siau Po. "Meskipun kau mengutungkan sebelah tanganmu untukku, tapi apa gunanya bagiku? Lagipula, apakah sahabatku itu bisa menolong mereka atau tidak sekarang masih sulit dipastikan Kawanan penyerbu itu ingin membunuh raja. Dosa mereka tidak palang tanggung beratnya, sedangkan mereka kemungkinan dibelenggu dengan beberapa rantai yang tebal dan dijaga ketat oleh banyak pengawal Kalau aku tadi bicara soal menolong orang, sebetulnya aku hanya membual saja untuk membanggak diriku sendiri..."

"Menolong orang yang tertawan di dalam istana memang merupakan hal yang sulit sekali,"

Bhok Kiam-seng. "Kami juga tidak berani yakin akan hasilnya, Meskipun dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, berhasil atau tidak, kami tetap berterima kasih kepadamu." Dia menghentikan kata-katanya sejenak, seakan ada sesuatu yang diper- timbangkannya, Kemudian baru dia melanjutkan kata-katanya kembali: "Ada satu persoalan lagi, Aku mempunyai seorang adik perempuan yang ikut datang ke kotaraja, tetapi beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja dia menghilang, Kami tahu pergaulan Wi hiocu dan anggota Tian-te hwe yang lainnya sangat luas di kotaraja ini. Kami harap saudara sekalian bersedia menolong kami mencari keterangan tentang adikku itu."

"Oh, urusan itu mudah sekali, Kami akan membantu sekuat tenaga, Baiklah, sekarang kami sudah cukup makan dan minum. sekarang juga aku akan menemui sahabatku Siau Samcu untuk merundingkan hal ini, Neneknya! Paling tidak aku harus mengajaknya berjudi dan membuatnya kalah habis-habisan!" selesai berkata, Siau Po segera bangkit untuk memohon diri, "Terima kasih sekali lagi atas perjamuan ini. sekarang aku ingin mengajak Ci samko pulang bersama kami, bolehkah?"

Bhok Kiam-seng tidak melarang, Dia sendiri mengantarkan Siau Po dan rombongan anggota Tian-te hwe sampai depan pintu gerbang.

"Wi hiocu, jangan sungkan-sungkan, Terima kasih atas kedatangan Wi hiocu dan para saudara Tian-te hwe yang lainnya," katanya,

Mereka kembali ke tempat semula, Hoan Kong yang tidak sabaran langsung bertanya. "Hiocu, apakah benar tadi malam istana di datangi penyerbu? Kalau dilihat dari gerak-gerik Bhok siau ongya tadi, kemungkinan para penyerbu memang orang-orang mereka!"

"Memang benar ada kawanan pemberontak yang menyerbu istana tadi malam, tapi urusan dirahasiakan. Tidak boleh ada yang menyiarkan karena itu tidak ada orang yang tahu kecuali orang yang bersangkutan dan petugas dalam istana, Kalau menilik dari sikap mereka tadi, sudah terang kawanan penyerbu itu memang orang-orang Bhok onghu!"

"Mereka berani menyerbu istana untuk membunuh Raja, nyali mereka memang besar sekali." kata Hian Ceng tojin ikut memberikan pendapatnya. "Mereka harus dihormati dan dikagumi Hi apakah mereka bisa ditolong? Bukankah sebenarnya urusan ini sukar sekali dilaksanakan?"

Sebenarnya ketika perjamuan sedang berlangsung di tempat Bhok Kiam-seng, Siau Po su menyadari bahwa tentunya sulit menolong penyerbu itu. Akan tetapi dia ingat bahwa di dalam kamarnya tersembunyi dua orang nona keluarga Bhok, Nona Bhok sebetulnya adalah tawanan orang Tian-te hwe yang diselundupkan ke dalam istana mana mereka anggap sebagai tempat penyekapan yang aman. 

Tidak demikian halnya dengan Pui Ie. Dia termasuk salah seorang penyerbu dan tidak begitu sulit meloloskannya dari istana, itulah sebabnya dia tertawa mendengar pertanyaan Hian Ceng tojin.

"MenoIong orang banyak tentu saja sulit, tapi kalau seorang saja bisa lolos, itu kan sudah cukup? Bukankah Ci samko hanya membunuh seorang Pek Han-Siong? Tidak ada salahnya kalau kita juga cuma membebaskan satu orang saja. Bukankah satu jiwa ditukar dengan satu jiwa? Dengan demikian, kita sama-sama tidak rugi, 

Sebaliknya, modal kita beranak, Bahkan kita juga bisa mengembalikan si nona yang dibawa Cian laopan sekalian Apa yang akan mereka katakan setelah mendapatkan Siau Kuncu kembali? Nah, Cian laopan, besok pagi kau boleh mengantar seekor babi, tidak. dua ekor babi ke dalam kamarku, Di dapur nanti aku akan marah-marah padamu dengan mengatakan babi yang kau bawa itu jelek sekali dan kau terpaksa membawanya pulang lagi!"

Cian Laopan tertawa sambil tertepuk tangan.

"Bagus! Akal Wi hiocu memang selalu jitu. Babi mati untuk memasukkan si nona cilik sudah ada. Tinggal cari lagi seekor babi yang ukurannya super!"

Wi Siau-po menghibur Ci Tian-coan beberapa patah kata.

"Ci samko, jangan banyak pikiran Semuanya pasti beres, Mengenai Yo It-hong yang telah menyusahkan Ci samko, aku akan meminta Go En him mematahkan kakinya biar Ci samko senang!" "lya, iya. Terima kasih atas perhatian Wi hiocu" sahut Ci Tian-coan, tapi dalam hatinya dia berkat "Bocah ini pembual juga! Go Eng-him adalah putera Peng Si-ong, mana mungkin dia mendengarkan kata-katamu?"

Wi Siau-po berjanji akan menyelesaikan masalah terbunuhnya Pek Han siong tanpa sengaja tangannya, Meskipun hatinya merasa berterima kasih, tapi Ci Tian-goan tidak percaya sepenuhnya bahwa bocah cilik tersebut mempunyai kepandai demikian lihay.

Baru saja Siau Po sampai di dalam istana, dua orang thay-kam segera menyambutnya.

"Kui kongkong, cepat! Sri Baginda mencarimu." kata mereka. "Apakah ada urusan yang penting?" tanya Si Po.

"Entahlah! Tapi Sri Baginda telah memanggil mu beberapa kali, Kemungkinan memang ada urusan yang penting. sekarang Sri Baginda ada di kamar tulisnya," sahut salah seorang thay-kam itu.

Siau Po mengiakan. Dia langsung pergi ke pong, Di dalam kamar tulisnya, tampak Sri Baginda sedang berjalan mondar-mandir dengan kepala tundukkannya, Begitu melihat Siau Po, dia sangat senang, Dia langsung menegur dengan cepat.

"Aih, celaka! Kau pergi kemana saja?"

Siau Po merasa kaisar Kong Hi berbicara dengan gayanya sendiri seperti biasa bila berduaan dengannya, Hatinya menjadi lega.

"Sri Baginda, hamba baru saja kembali dari luar, Hamba memikirkan urusan penyerbuan tadi malam, Kawanan penyerbu itu benar-benar bernyali besar, Kalau tidak ditumpas, mereka bisa menjadi ancaman bahaya! Terutama kita harus mencari biang keladinya! Karena itulah hamba mengganti pakaian seperti orang biasa lalu keluar mengadakan penyelidikan Hamba putar-putar dalam kota, setiap gang dan jalan besar hamba masuki Hamba ingin tahu siapa pemimpin para pemberontak itu dan apakah mereka masih ada di kota raja. "

"Bagus!" puji kaisar Kong Hi. Dia merasa puas sekali, "Lalu, bagaimana hasilnya?" Siau Po berpikir dengan cepat.

"Kalau aku bilang berhasil, rasanya terlalu cepat!" karena itu dia menjawab: "Hamba belum berhasil, Sri Baginda, karena itu besok pagi hamba akan melakukan penyelidikan kembali!"

"Kalau kau menyelidiki dengan caramu itu, belum tentu akan ada hasilnya," kata kaisar Kong Hi. "Kau seperti mengukur jalanan saja, Nah, aku mempunyai sebuah akal!" Siau Po menunjukkan mimik kegirangan.

"Apa itu, Sri Baginda?" tanyanya, "Tentunya sebuah akal yang bagus, bukan?" Kaisar Kong Hi tertawa.

"Barusan To Lung datang memberikan laporan," katanya, "Menurutnya, para tawanan itu menutup mulutnya rapat-rapat, Mereka tidak mempan bujukan maupun siksaan, Satu-satunya keterangan yang mereka berikan hanya menyatakan bahwa mereka adalah orang-orangnya Go Sam-kui. karena itu, aku rasa, percuma saja mereka dijatuhi hukuman mati. sekarang aku justru menganggap ada baiknya, mereka dibebaskan saja..."

"Di bebaskan saja?" tanya Siau Po seakan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Bukankah terlalu enak bagi mereka?"

Kaisar Kong Hi tersenyum.

"Kita melepaskan anak srigala," katanya, "Dan anak srigala pasti pulang mencari induknya!"

Mendengar keterangan itu, Siau Po senang sekali, Dia bersorak sambil bertepuk tangan.

"Bagus! Bagus sekali!" serunya, "ltu artinya lepas para penyerbu itu secara diam- diam kita mengikuti mereka, Bukankah dengan demikian kau akan bertemu dengan pemimpinnya? Sri Baginda akal Sri Baginda ini bagus sekali, Kecerdasan Baginda masih memang tiga kali lipat dari pada Cukat Liang!"

Raja tertawa.

"Apanya yang menang tiga kali lipat daripada Cukat Liang? Oh, kau sedang menepuk punggung ku, tapi sayangnya kelebihan. Kau tahu, masih kesulitan lainnya? Setelah kita membebaskan para penyerbu itu, kita masih harus berusaha mengikuti mereka tanpa disadari orang-orang itu Siau Kui cu, aku ingin memberikan sebuah tugas kepadamu, pergilah kau ke penjara dan pura-pura jadi orang baik yang berniat menolong mereka membebaskan diri, Setelah itu, kau pasti dianggap sebagai dewa penolong dan kemungkinan kau akan diajak ke sarang mereka. "

Siau Po pura-pura bimbang. "Ini. ini.,." katanya gugup.

"Memang siasat ini berbahaya sekali dijalankan," kata Sri Baginda. Dia mengira Siau Po mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, "Asal mereka tahu siapa dirimu, pasti jiwamu akan melayang, Sayang aku adalah seorang raja, kalau tidak, aku pasti akan melakukannya sendiri, Aku yakin tugas seperti ini pasti menarik sekali. " "Sri Baginda," kata Siau Po, "Kalau Sri Baginda menitahkan, hamba pasti menjalankannya, Tugas yang jauh lebih berbahayapun akan hamba laksanakan!"

Senang sekali hati raja mendengar kata-kata Siau Po. Dia menepuk-nepuk pundak bocah itu.

"Memang aku tahu kau cerdas dan bernyali besar!" katanya, "Aku juga tahu kau akan melakukan apa pun untukku, Kau seorang bocah, para penyerbu itu pasti tidak mencurigaimu Tadinya aku berpikir untuk mengirim dua orang pahlawan yang lihay, tapi aku khawatir rahasia mereka akan terbongkar sebab para penyerbu itu pasti bukan oran orang tolol yang bisa menaruh kepercayaan begitu saja. Mereka pasti curiga. Sekali gagal, siasat ini tidak terpakai lagi, Siau Kui cu, kau saja yang melakukan tugas ini, anggaplah kau sebagai pengganti diriku!"

Semenjak belajar ilmu silat, Kaisar Kong ingin sekali menjajal kepandaiannya sendiri, sayangnya kedudukannya terlalu tinggi. Dia tidak bisa melakukan keinginan hatinya seenaknya, Apalagi melakukan sesuatu yang bisa membahayakan dirinya. Karena itu pula, sekarang terpaksa dia menyerahkan tugas ini kepada thay-kam cilik kepercayaan ini.

"Kau harus pandai-pandai membawa diri," pesan raja itu kepada hambanya, "sikapmu harus wajar mungkin, Ada baiknya kalau di depan mereka kau membunuh satu dua orang siwi, Dengan demikian mereka tidak akan sangsi kepadamu, Akan kupesan To Lung agar memperlunak penjaga sehingga kau dapat mengajak mereka melolosk diri!"

"Baiklah!" sahut Siau Po. "Tapi para siwi jauh lebih gagah daripada hamba, Hamba khawatir untuk melawan mereka saja tidak ada kesanggupan, apalagi hendak membunuh satu dua orang diantaranya!"

"Tentang itu tidak perlu kau cemaskan," kata kaisar Kong Hi. "Kau harus bekerja dengan melihat situasinya, terutama kau harus berhati-hati, jangan sampai kau yang terbunuh dulu di tangan para siwi itu!"

Siau Po menjulurkan lidahnya.

"Kalau hamba sampai terbunuh lebih dulu, sungguh hamba akan mati kecewa!" katanya, "Pasti hamba akan dituduh sebagai antek-anteknya para penyerbu itu!"

Kaisar Kong Hi mengibaskan tangannya dengan maksud mencegah Siau Po berkata lebih jauh.

"Siau Kui cu, seandainya kau bisa melakukan tugas itu dengan baik, Hadiah apakah yang kau inginkan dariku?"

Nada suara raja menunjukkan hatinya sedang gembira. "Kalau tugas itu dapat hamba selesaikan dengan baik, pastilah Sri Baginda akan senang," sahutnya, "Asal Sri Baginda senang, hal itu jauh lebih besar artinya dari apa pun di dunia ini, kegembiraan Sri Baginda tidak dapat dibandingkan dengan hadiah apa pun. Sri Baginda, kalau nanti ada tugas lain yang lebih menarik dan penuh bahaya, harap Sri Baginda menugaskan hamba yang menyelesaikannya. itulah hadiah yang hamba minta pada Sri Baginda!"

Hati kaisar Kong Hi semakin senang mendengar ucapan Siau Po.

"Pasti! Pasti!" katanya berulang-ulang. "Siau Kui cu, sayang kau seorang thay-kam kalau tidak, aku akan memberi pangkat kepadamu!" Hati Siau Po tercekat, ada sesuatu yang melintas dalam benaknya.

"Banyak-banyak terima kasih, Sri Baginda!" Tapi dalam hatinya dia justru berpikir: "Suatu hari nanti kau pasti tahu aku seorang thay-kam gadungan mungkin waktu itu kau akan marah sekali terhadapku!" Karena itu, dia menambahkan: "Sri Baginda, hamba ada sedikit permohonan!"

Raja tertawa.

"Kau ingin mendapat pangkat?" tanyanya.

"Bukan!" sahut Siau Po. "Hamba sudah lama bekerja pada Sri Baginda, Selama ini hamba setia dan bersedia melakukan tugas apa saja, Karena itu hamba mohon, bila kelak hamba melakukan suatu yang menimbulkan bencana, Hamba mohon, sudilah kiranya Sri Baginda mengampuni jiwa hamba supaya hamba jangan sampai mendapat hukuma penggal kepala."

"Asal kau tetap setia padaku, asal kau bekerja dengan kesungguhan hati, maka kepalamu akan tetap kokoh di atas batang lehermu!" kata Kaisar Kong Hi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Terima kasih, Sri Baginda!" kata Siau Po kembali, Setelah itu dia memberi hormat dan memohon diri dari hadapan raja.

Sekeluarnya dari Gi-Si pong, dia melangkah dengan perlahan, otaknya bekerja.

"Aku bermaksud menolong Pui Ie dan Siau kuncu keluar dari istana ini, siapa sangka sekarang aku justru mendapat perintah untuk membebaskan para penyerbu itu. Kalau demikian, aku tidak perlu terburu-buru melepaskan kedua nona itu. Lebih baik aku menunaikan dulu tugasku ini, Aneh bukan? Barusan aku berkumpul dan berpesta dengan pemimpin para penyerbu itu, Hm! Apakah aku harus melaporkan pada Sri Baginda perihal si kura-kura cilik Bhok Kian-seng dan si kura-kura tua Liy Tay-hong? Tapi, kalau aku melakukan hal itu, pasti kesudahannya suhu tidak akan mengampuni aku. sebetulnya aku masih ingin menjadi hiocu Tian-te hwe atau tidak?" Siau Po sadar kedudukannya dalam istana, Se-mua orang sangat menghormatinya, Bahkan Sri Baginda pun sangat menyayanginya, Malah pernah dia berpikir untuk menjadi thay-kam saja untuk selamanya, alangkah senangnya hidup seperti ini! 

Tapi sekarang, ada satu hal yang merisaukannya, Mengenai masalah thayhou, Setiap kali dia ingat si nenek sihir itu, hatinya langsung terguncang!

"Perempuan tua jalang itu sangat membenciku Setiap saat ada kemungkinan dia ingin merenggut nyawaku," pikirnya kemudian "Karena itulah aku tidak bisa berdiam lama-lama dalam istana!"

Demikianlah sambil berjalan otak Siau Po terus berputar Ketika dia tiba di depan siwi pong, yaitu kamar para siwi yang letaknya di sebelah barat keraton Kian-ceng kiong, seorang siwi langsung menghambur ke depannya untuk menyambut. Orang itu memamerkan tertawa yang ramah.

"Oh, Kui kongkong! Angin apa yang membawa kongkong berkunjung kemari?"

Siau Po segera mengenali siwi itu sebagai pemimpin di tempat itu. Dia tidak lain dan tidak bukan dari Tio Ci-hian yang mendapat uang dari Siau Po dan mendapat persenan dari To Lung. Dia tahu semua ini karena Kui kongkong sudah mengatakan hal yang baik-baik tentang mereka di depan Baginda.

Setelah berhadapan dengan siwi itu, Siau Po segera tertawa lebar.

"Aku datang untuk melihat beberapa penyerbu yang tertawan itu," sahutnya. "Mereka adalah para pemberontak yang bernyali besar." Setelah berkata demikian dia segera berbisik kepada orang itu: "Baginda menitahkan aku untuk memeriksa mereka. Aku harus mendapatkan pengakuan mereka tentang orang yang mendalangi perbuatan mereka itu,"

Ci Hian menganggukkan kepalanya.

"Baiklah," sahutnya sebagai tanda mengerti. Dia menjawab dengan nada berbisik juga, "Mulut ketiga pemberontak itu benar-benar tertutup rapat. mereka telah dihajar dengan empat batang rotan yang menjadi patah, tapi mereka tetap tidak bersedia memberikan keterangan apa-apa, Mereka hanya mengaku sebagai orang-orang yang dikirim oleh Go Sam-kui!"

Siau Po mengangguk.

"Biarlah aku coba menanyakan lagi para tawanan itu," katanya,

Tio Ci-hian mengantarkan Siau Po ke tempat para tahanan. Letak ruangannya di sebelah barat Di dalamnya ada tiga orang yang terpancang pada tiang kayu, Tubuh bagian atas mereka telanjang dan penuh dengan bekas pecutan rotan sehingga  menimbulkan noda yang mengerikan. Kulit dan daging mereka terkelupas dan darah pun, memenuhi seluruh tubuh. 

Yang seorang bertubuh besar serta berewokan, Dua orang lainnya adalah pemuda- pemuda berusia kurang lebih dua puluhan tahun, Pemuda yang satu berkulit putih bersih, wajahnya juga tampan sedangkan seorang lainnya lagi lebih angker tampangnya.. 

Dadanya ditato dengan gambar seekor harimau yang tampak ganas.

"Di antara kedua pemuda ini, entah mana yang namanya Lau It-cou?" tanya Siau Po dalam hati, Dia memperhatikan mereka lekat-lekat Dia tidak langsung menanyakan apa-apa kepada para tawanan itu, tapi malah menoleh kepada Tio Ci-hian sambil berkata.

"Tio toako, mungkin kau keliru menawan orang! Coba toako mundur sebentar!"

Ci Hian segera mengiakan Dia segera mengundurkan diri dan menutup pintu tempat tahanan ini rapat-rapat.

Siau Po langsung menghampiri ketiga tawan itu,

"Tuan-tuan sekalian, siapakah nama dan she tuan bertiga yang mulia?" tanyanya dengan nada ramah.

Orang yang bertubuh besar dan berewok langsung mendelikkan matanya lebar- lebar.

"Thay-kam anjing!" dampratnya, "Kau kira dengan derajatmu ini, kau pantas menanyakan nama dari she-ku yang mulia?"

Kata-katanya itu merupakan penghinaan dan hal ini membuat Siau Po menjadi kurang senang, tapi dia mengerti bahwa hal ini terjadi karena orang gagah itu telah disiksa sedemikian rupa dan merasakan penderitaan sehingga menjadi gusar.

"Kedatanganku ini atas permintaan seseorang. katanya, "Aku datang untuk menolong seorang sahabat yang bernama Lau It-cou!"

Begitu kata-katanya diucapkan, ketiga orang itu langsung tampak terkejut saking herannya, untuk sesaat mereka saling mengawasi lalu ketiga menoleh kepada si thay- kam cilik.

"Kau menerima permintaan dari siapa?" tany bewok.

"Apakah di antara kalian ada yang bernama Lau It-cou?" Siau Po malah menanya lagi tanpa menghiraukan si bewok, "Kalau ada, aku ingin bicara dengannya, Kalau tidak ada, ya sudah!" Kembali ketiga orang itu saling melirik sekilas. Terbukti mereka ragu-ragu karena curiga, tampaknya mereka tidak ingin tertipu oleh siasat lawan.

"Siapa kau?" kembali si bewok yang bertanya.

Siau Po tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya berkata.

"Orang-orang yang meminta pertolonganku itu, satu she Bhok, sedangkan yang satunya lagi she Liu. Kenalkah kalian pada orang yang berjuluk Tiat Pwe-cong Liong?"

Si Bewok menjawab dengan suara lantang.

"Tiat-Pwe cong Liong Liu Tay-hong terkenal di tiga propinsi Inlam, Kui Cui dan Sucoan, Siapa yang tidak tahu atau mendengar namanya? Dan orang she Bhok itu pasti Bhok Kiam-seng, putera Bhok Tian-po yang namanya sudah tersohor Namun saat ini Bhok Kiam-seng sedang merantau di dunia kangouw, entah sudah mati atau masih hidup,.,."

Kembali Siau Po mengangguk.

"Kalau tuan-tuan bertiga tidak kenal Siau ongya dari keluarga Bhok serta Liu loyacu maka terbukti kalian bukan sahabat-sahabatnya, Dengan demikian kalian juga tidak mengenal dua jurus ilmu ini. "

Tanpa menunggu sahutan dari ketiga orang itu, Siau Po langsung menjalankan kedua jurus Heng-Sau Ciang Kun dan Kao-San Liu Sui, Kedua jurus itu adalah ilmu keluarga Bhok, Di saat dia masih mempertunjukkan kedua jurus tersebut, si pemuda dengan tato harimau di dadanya mengeluarkan seruan tertahan.

"Aih. !"

Mendengar suara itu, Siau Po menghentikan gerakannya. "Eh, kenapa?" tanyanya.

"Ah. tidak apa-apa," sahut orang itu jengah.

"Siapa yang mengajarkan kedua jurus itu?" tany si bewok. Siau Po tertawa.

"lstriku!" sahut Siau Po.

"Cis!" si bewok meludah. "Bagaimana mungkin seorang thay-kam bisa punya istri?" Hampir dia mengejek Siau Po dengan kata-kata "thay-kam anjing" lagi. sedangkan 

Siau Po hany tersenyum. "Memangnya kenapa thay-kam tidak boleh punya istri?" tanyanya, "Kalau orang suka menikah denganku, kenapa kau yang usil? istriku itu she Pui dengan nama tunggal Ie!"

Belum berhenti gema suara si thay-kam cilik, pemuda yang berkulit putih langsung membentak.

"Ngaco kau!"

Siau Po menatap pemuda itu, urat-urat di dahinya menonjol sehingga tampak berwarna biru kehijauan dan matanya mendelik dengan cahaya merah membara. Hal ini membuktikan bahwa dia gusar sekali mendengar ucapan Siau Po. 

Dengan demikian Siau Po segera bisa menduga bahwa dialah yang bernama Lau It cou. Dia melihat pemuda tampan dan gagah. Di saat marah, tampangnya berwibawa dan garang.

"Ngaco apanya?" dia balik bertanya, Dia tidak merasa takut sama sekali meskipun orang itu tampak angker "Kau tahu, istriku itu adalah keturunan dari salah satu ke-ciang keluarga Bhok yang tersohor yakni salah satu dari keluarga Pek, Pui, Sou dan Lau! Ketika kami menikah, salah satu saksinya ialah seseorang yang bernama Sou Kong, dia berjuluk Sin Jiu kisu. Ada seorang lagi yang bernama Pek Han-hong, yakni saudara Pek Han-siong yang belum lama ini mati dihajar orang, Kalian tahu, Pek Han-hong ini miskin sekali, sehingga untuk memakamkan saudaranya dia terpaksa menjadi comblang demi mendapatkan sedikit uang!"

Mendengar ucapannya, si anak muda itu semakin gusar.

"Kau... kau!" saking kesalnya dia tidak sanggup mengatakan apa-apa. "Saudara, bersabarlah," kata si bewok menenangkan rekannya, Kemudian dia 

menoleh kepada Siau Po. "Sahabat, tampaknya kau banyak tahu tentang keluarga 

Bhok?"

"Aku toh termasuk menantu dari keluarga Bhok," sahut Siau Po. "Sebagai seorang menantu, mana mungkin aku tidak tahu segala sesuatu yang menyangkut keluarga mertuaku? Nona Pui Ie itu tadinya tidak sudi menikah denganku, Katanya dia sudah berjanji akan menikah dengan kakak seperguruannya, Lau It cou. sekarang pikirannya berubah karena dia mendengar kekasihnya itu manusia yang tidak berguna sebab dia datang ke Go Sam-kui si pengkhianat bangsa itu dan sudi menjadi bawahannya, bahkan mau saja disuruh menyerbu istana untuk membunuh kaisar Kong Hi. Nah, coba kau pikir, setiap bangsa Han toh benci sekali kepada Go Sam-kui yang telah menjual negaranya sendiri..."

Bicara sampai di situ, Siau Po merendahkan suaranya, Kemudian dia melanjutkan kembali: "Go Sam-kui sudah berpihak pada orang Tatcu, bangsa yang menjadi musuh negara kita, Dia takluk dan bersedia bekerja bagi musuh kita itu. Go Sam-kui berpihak pada Tatcu dengan mempersembahkan negara kita yang indah dan permai, Siapa saja  orang Han, membenci Go Sam-kui sehingga ingin sekali membeset kulitnya dan makan dagingnya, sedangkan It Cou, si bocah busuk itu, dia boleh menghamba pada siapa saja, tapi mengapa dia justru memilih Go Sam-kui sebagai tuannya? Tentu saja karena hal ini nona Pui marah sekali, di mana dia harus menaruh mukanya bila bertemu dengan orang-orang gagah se tanah air? itulah sebabnya dia mengambil keputusan untuk tidak menikah dengan kakak seperguruannya itu!"

Mendengar sampai di sini, tiba-tiba anak muda itu berteriak.

"Aku... aku... aku.,.!" tapi lagi-lagi dia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya karena emosinya yang berlebihan

"Sabar!" seru si bewok, Dia menatap Siau Po lekat-lekat lalu berkata: "Tuan, setiap orang mempunyai cita-cita tersendiri. Kau telah menjadi thay-kam dalam istana Ceng, bukankah itu suatu pekerjaan yang merendahkan dirimu sendiri?"

"Tepat! Tepat!" sahut Siau Po tanpa merasa malu sedikit pun. "Memang pekerjaan ini membuat pamorku jatuh. Tapi sekarang, mari kita bicarakan saja urusan ini. istriku teringat akan bekas kekasihnya, dia meminta aku mencari tahu tentangnya, Dia ingin mendapat kepastian apakah kekasihnya itu sudah mati atau belum, Dia berkata begini, kalau benar Lau It-cou itu sudah mati, maka dia dapat menikah denganku tanpa merasakan susah, Nah, sahabat bertiga, benarkah di antara kalian tidak ada yang bernama Lau It-cou? Kalau benar, aku akan pergi sekarang, Nanti malam kami akan mengadakan upacara pernikahan dengan bersembahyang pada langit dan bumi!"

Begitu selesai berkata, Siau Po segera membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat itu,

"Aku...lah!" kata si anak muda berkulit bersih dengan penuh semangat.

"Sabar!" lagi-lagi si bewok mencegah rekannya berbicara lebih jauh, "Jangan sampai kena terpedaya!"

Si anak muda itu meronta-ronta.

"Dia... dia.,.!" serunya tersendat-sendat, kemudian dia meludahi Siau Po.

Si bocah cilik sempat melihat hal itu, dia sege mengelakkan diri, Dia juga melihat para tawana nya itu diikat dengan tali yang terbuat dari urat kerbau, Meskipun meronta dengan sekuat tenaga tidak mungkin mereka sanggup meloloskan diri. Diam-diam dia berpikir dalam hati.

"Sudah pasti dialah Lau It-cou. Dia sudah mau mengaku, tapi sayangnya selalu dicegah oleh temannya, si bewok, Bagaimana baiknya sekarang?"

Setelah berpikir sejenak, bocah yang cerdik ini segera menemukan akal yang bagus. "Kalian di sini dulu untuk sementara, aku aka pulang dan meminta keterangan dari istriku!"

Memang luar biasa watak bocah yang satu ini. Dia menyebut Pui Ie sebagai istri. Dia juga mengatakan akan mengadakan upacara pernikahan dengan bersembahyang pada langit dan bumi, Kali ini dia benar-benar meninggalkan tempat para tahanan itu, sesampainya di pelataran depan, dia berbisik kepada Ci Hian yang sedang menunggunya.

"Aku telah mendapat suatu keterangan. Mulai sekarang, jangan kau siksa lagi mereka. Sebentar aku akan kembali lagi!"

Tio Ci-hian mengangguk dan Siau Po pun segera melangkah pergi.

Ketika Siau Po kembali ke kamarnya, hari su dah gelap, Dia ingat kedua nona yang terseka dalam kamarnya, Pasti mereka sudah lapar, Karena itu dia tidak langsung masuk ke dalam kamarnya tapi berjalan menuju Siang-sian tong untuk memesan barang hidangan, Dia mengatakan ingin menjamu para siwi yang malam sebelumnya telah berjasa meringkus para penyerbu, Dia juga berpesan bahwa perjamuannya nanti tidak perlu dilayani para thay-kam, karena sembari bersantap, dia ingin membicarakan urusan rahasia.

Ketika kembali ke kamarnya, Siau Po disambut oleh Kiam Peng, "Kenapa kau baru pulang?"

"Kau tentunya kebingungan setengah mati menantikan aku, bukan?" sahut Siau Po sambil tertawa "Kau tahu, aku telah menyelidiki dan aku memperoleh kabar gembira!"

Pui Ie yang berbaring di atas tempat tidur segera mengangkat kepalanya. "Kabar apa?" tanyanya cepat.

Siau Po menyalakan lilin agar kamar menjadi terang dan dia dapat melihat wajah si nona yang bersemu dadu, matanya membengkak sebagai tanda bahwa dia baru saja menangis. Pasti hatinya sedih sekali memikirkan kekasihnya, Lau It-cou. Siau Po menarik nafas panjang.

"Kabar yang aku bawa itu pasti membuat hatimu gembira namun sayangnya merupakan malapetaka untukku!" sahutnya, "Karena istri yang baru aku dapatkan akan melayang lagi! Benar, budak Lau It-cou itu memang belum mati!"

"Ah!" Pui Ie mengeluarkan seruan tertahan. Untuk sesaat dia tidak dapat menahan keguncang" hatinya yang gembira sekali mendengar berita d Siau Po.

Kiam Peng juga senang sekali. "Oh!" serunya, "Jadi, Lau suko selamat dia tidak kurang apa pun?"

"Mati sih belum," sahut Siau Po. "Tapi untuk hidup terus, sukarnya bukan main. Dia sudah tertawan oleh para siwi dan sekarang sedang diperiksa. Dia kukuh mengaku sebagai orangnya Go Sam-kui dan mengatakan bahwa ia mendapat perintah untuk membunuh kaisar Kong Hi. Begitulah, dia masih hidup sekarang, tapi sedang menantikan hukum kematiannya! Kalau perbuatannya ini tersiar diluaran, pasti namanya akan busuk dan dicela oleh para orang gagah karena dikenal sebagai anjing pengkhianat Go Sam-kui. Apalagi setelah dia menjalankan hukuman mati, Namanya akan semakin bau!"

Pui Ie berusaha bergerak bangun Saat ini dia sudah dapat mengendalikan perasaannya.

"Sebelum datang menyerbu ke istana ini, kami sudah mempertimbangkan bahwa kami bisa ditahan dan dihukum mati, Kami tidak memperdulikan hal itu, asal dapat merobohkan Go Sam-kui, pengkhianat bangsa! Cita-cita kami hanya membalaskan sakit hati raja kami!"

Siau Po mengacungkan jempolnya.

"Bagus! Penuh semangat!" katanya memuji, "Aku si Kui kongkong merasa kagum sekali! Sekarang, nona Pui, ada satu urusan penting yang harus kita rundingkan Mari aku tanya dulu, seandainya aku bisa membebaskan kakak seperguruanmu itu, apa yang akan kau lakukan? Bagaimana dengan engkau sendiri?"

Mata Pui Ie menyorotkan sinar berkilauan wajahnya merah padam.

"Apakah kau benar-benar sanggup menolong kakak seperguruanku itu?" tanyanya menegaskan "Kalau benar, bi.,.arlah a.,.ku menjadi budakmu seumur hidup! Dengan kata lain, pekerjaan apa pun dan sesulit apa pun, asal kau perintahkan aku Pui Ie, akan melakukannya tanpa mengerutkan sepasang alisku!"

"Bagaimana kalau kita membuat perjanjian?" tanya Siau Po. "Bisa? Dalam hal ini, biar Siau kuncu menjadi saksinya! Kalau aku berhasil menolong Lau sukomu itu, akan kuserahkan dia kepada Siau ongya Bhok Kiam seng dan Tiat Pwe-cong Liong Liu loyacu. "

"Eh, kau tahu tentang kokoku dan Liu suhu?" tukas Kiam Peng keheranan.

"Siau ongya dari Bhok onghu serta Tiat Pwe-cong Liong Liu Tay-hong merupakan orang-orang yang sudah terkenal sekali, Siapa yang tidak pernah mendengar nama mereka?"

"Kau memang orang baik. Setelah kau berhasil membebaskan Lau suko, kami semua pasti berterima kasih dan bersyukur atas jasa-jasamu itu! kata Kiam Peng. Siau Po menggelengkan kepalanya,

"Aku bukan orang baik," sahuthya. "Sekarang aku sedang mengadakan transaksi jual-beli dengan kalian, Lau It-cau merupakan orang yang luar biasa. Dia telah melanggar undang-undang negara sehingga dosanya berat sekali, Kalau aku hendak 

menolongnya, aku juga harus berani mengorbankan diri, Aku bisa menghadapi bencana besar. Kalau perbuatanku itu sampai ketahuan, seluruh keluagaku, termasuk nenek, kakek, paman tua, pam muda, bibi tua, bibi muda, kakak adikku yang jumlahnya sepuluh orang bisa terancam hukuman penggal kepala, Setelah itu, rumahku, harta benda berupa emas, perak, tembaga, uang, barang-bara antik semuanya akan disita oleh negara, Nah, coba kau bayangkan beratnya tanggung jawab yang harus kupikul!"

Setiap kali Siau Po berkata sampai pada bagi tertentu, Kiam Peng selalu menganggukkan kepalanya. Ucapan Siau Po memang berlebihan, tapi bukan berarti tidak mengandung kebenaran Perbuatannya mengandung resiko yang besar Kata- katanya memang harus dibenarkan, meskipun Siau Po sampai membawa nama kakek dan neneknya.

Pui Ie juga membenarkan kata-kata Siau Po.

"Memang benar! perbuatan ini memerlukan tanggungjawab yang tidak kepalang besarnya, Baiklah, aku tidak jadi meminta bantuanmu! Bagiku, kalau Lau suko diancam hukuman mati, aku juga tidak sudi hidup lebih lama lagi. Terpaksa kita menyerah pada suratan nasib saja. "

Selesai berkata, Pui Ie langsung menangis. Air matanya mengucur deras.

"Jangan mudah bersedih, jangan asal mengalirkan air mata saja!" kata Siau Po. "Kau begitu cantik dan manis, Begitu indahnya sehingga mirip batu kumala dan bunga bermekaran, Melihat air matamu mengalir, hatiku pun ikut hancur luluh. Nona Pui, demi engkau, aku akan melakukan apa saja, Aku akan menolong kakak seperguruannya Dan aku pasti akan berhasil! Nona Pui, mari kita mengadakan perjanjian Kalau aku gagal menolong Lau sukomu itu, biarlah seumur hidupku aku menjadi budakmu, Sebaliknya, andaikata aku berhasil menolong Lau sukomu keluar dengan selamat dari istana ini, maka untuk seumur hidup, kau harus menjadi istriku, Seorang laki-laki sejati, asal kata- katanya sudah tercetus keluar, entah empat kuda apa pun sukar mengejarnya! Nah, demikianlah janji kita!"

Pui Ie memandangi Siau Po dengan pandangan tertegun wajahnya sebentar merah sebentar pucat, Kemudian dengan perlahan dia berkata.

"Kui toako, demi... keselamatan Lau suko, a. ku akan melakukan apa saja, 

seandainya kau. berhasil membebas.,.kannya, apabila kau ingin aku melayanimu, se.,, 

umur hidup, sebetul.,.nya bukan tidak bi... sa, tapi. "

Tiba-tiba Pui Ie menghentikan kata, karena di saat itu juga terdengar suara dari luar kamar. "Kui kongkong, barang hidangan sudah siap!"

"Bagus!" sahut Siau Po yang langsung membuka pintu kamarnya dan merapatkannya kembali Dia membiarkan empat orang thay-kam mengantarkan barang hidangan ke dalam ruang tamu, semuanya diatur dengan rapi di atas meja.

"Sekarang pergilah kalian, kalian tidak perlu melayani aku," kata Siau Po kemudian. "Baiklah, kongkong!" sahut salah satu thay-kam, "Apakah masih ada yang kurang?" "Sudah cukup!" kata Siau Po. Dia melihat barang hidangan itu cukup untuk delapan 

orang

"lngat! Kalau aku tidak panggil, jangan ada yang datang kemari!"

Dia memberi persen kepada mereka itu masing masing lima tail perak, Tentu saja para thay-kam itu kegirangan menerimanya.

Begitu para thay-kam itu berlalu, Siau Po mengunci pintu kembali Setelah itu dia menggeser meja yang penuh hidangan itu ke dalam kamar. Dia mengisi tiga mangkok nasi dan juga menuangkan tiga cawan arak.

"Nona Pui," panggilnya seraya tertawa, Hidangan semua sudah tersedia dan tinggal menyantapnya saja, Tadi nona mengatakan tapi, apa maksudnya?"

Saat itu Pui Ie sedang dibantu bangun oleh Kiam Peng, Mendengar pertanyaan Siau Po, wajahnya jadi merah jengah sehingga cepat-cepat dia menundukkan kepalanya, Untuk sekian lama dia berdiam diri.

"Sebetulnya, aku ingin mengatakan," akhirnya dia menyahut juga, "Kau bekerja sebagai thay-kam di istana, mana... mungkin kau bi.,.sa mempunyai istri? Tapi, tak perduli bagaimana caranya, asal kau bisa menolong Lau suko meloloskan diri dari tempat tahanan, untuk seumur hidup, aku akan melayanimu. "

Sinar lilin menerangi wajah si nona, kecantikannya semakin kentara ketika tersipu- sipu. Siau Po masih anak bau kencur, tapi dia juga merasa tertarik dengan kecantikan gadis itu.

"Oh, rupanya karena kau mengetahui aku seorang thay-kam?" kata si bocah sembari tertawa, "Karena aku orang kebiri, jadi aku tidak bisa mempunyai istri! Ah. itu urusanku 

sendiri, tidak perlu kau khawatirkan. Sekarang aku tanya dulu, bersediakah kau menjadi istriku?"

Sepasang alis Pui Ie mengernyit, wajahnya merah kembali, Namun sekarang emosinya meluap Dia merasa gusar, tapi beberapa saat kemudian pikirannya jernih kembali. "Jangan kata hanya menjadi istrimu, meskipun kau jual aku ke rumah pelesiran menjadi perempuan penghibur atau pun perempuan jalang, aku rela!"

Ucapan itu hebat sekali, Apabila orang lain yang mendengarnya, pasti akan marah karena tersinggung, Tidak demikian halnya dengan Siau Po. Sejak kecil dia dibesarkan dalam rumah pelesiran Baginya kata-kata itu biasa-biasa saja.

"Baiklah!" sahutnya. "Dengan demikian kita sudah mengadakan perjanjian Nah, istri dan adikku yang manis, mari kita keringkan cawan kita!"

Sejak melihat gerak-geriknya Siau Po dua hari ini, Pui Ie tidak menganggapnya sebagai thay-kam lagi, Dalam pandangannya, Siau Po sangat cekatan dan cerdik, Dengan mudah dia berhasil membunuh Sui Tong dan membuat tubuhnya lumer tinggal cairan. 

Dia juga mendapat kenyataan bahwa para thay-kam lainnya di istana ini sangat menghormati bocah, dia masih sangat muda, dan mulai timbul kesan baik dalam hatinya. Diam-diam Pui Ie juga mengaguminya.

Di lain pihak, Pui Ie juga ingat akan Lau It-cou kakak seperguruan yang dikenalnya sejak kecil. Mereka berlatih silat bersama-sama, Hubungan mereka sudah erat sekali, Meskipun keduanya tidak pernah mengatakan apa-apa, namun jauh di dasar lubuk hati, mereka telah sepakat untuk menikah kelak. 

Malam itu mereka bekerja sama menyerbu istana kerajaan Ceng ini, Bahkan dia menyaksikan Lau It-cou tertawan Dia ingin memberikan bantuan tetapi kondisinya tidak memungkinkan, sebab dia sendiri sudah terluka. Dia menduga, karena tertawan oleh pihak musuh, nyawa Lau It-cou tidak mungkin dipertahankan lagi.

Di luar dugaannya, si thay-kam cilik ini mengatakan kekasih hatinya belum mati, Bahkan Siau Po juga berjanji untuk menolongnya meloloskan diri. Karena itu pula, benaknya segera berputar.

"Biarlah Lau suko bebas dan selamat," demikian pikirnya dalam hati, Tidak apa-apa kalau hidupku selanjutnya akan menderita, malah aku bersyukur kepada Thian yang maha kuasa, Apakah thay-kam cilik ini mempunyai maksud tertentu? 

Ah! Mungkin dia hanya mengoceh sembarangan Mustahil seorang thay-kam bisa beristri! Ya, dia tentu bicara seenaknya untuk menggoda aku! Biarlah, aku menerima baik saja permintaannya...!"

Demikianlah dia mengambil keputusannya. Karena itu dia langsung mengembangkan seulas senyuman Dia mengangkat cawan araknya dan dibawa ke bibirnya. "Sekarang aku minum arak bersamamu, tapi kau harus ingat baik-baik. Kalau kau tidak mamp menolongi Lau suko, maka kau tidak akan lolos dari goIokku!"

Siau Po tersenyum, senang hatinya meliha wajah si nona berseri-seri, wajahnya tampak semakin manis kalau tersenyum. Dia mengangka cawannya dan berkata:

"Janji kita merupakan kepastian yang tidak dapat diingkari lagi. Karena itu aku juga ingi bertanya, seandainya aku sudah berhasil menolong Lau sukomu, lalu kau merasa menyesal, bagaimana? Mungkin saja kau mengingkari kata-katamu sendiri dan tetap ingin menikah dengannya, Kalau kalia bekerja sama mengepung aku seorang diri, lalu di menbacok aku satu kali dan kau pun menebas aku satu kali, bukankah tubuh aku, si Kui kongkong akan terbelah menjadi dua bagian? Nah, inilah yan harus aku jaga!"

Pui Ie memperlihatkan tampang serius.

"Raja langit di atas, Ratu bumi di bawah, seandainya Kui kongkong benar-benar berhasil menolong Lau suko meloloskan diri dengan selamat maka Siauli (sebutan untuk diri sendiri bagi anak perempuan) Pui Ie bersedia menikah dengan Kui kongkong dan menjadi istrinya serta melayaninya seumur hidup, Siauli akan setia dan tidak nanti berhati dua. Apabila Siauli mengingkarinya, biarlah siauli tersiksa di alam baka nanti dan tidak akan menjelma lagi untuk selama-lamanya!" Selesai berkata dia menunjuk kepada Siau kuncu, "Nah, Siau kuncu menjadi saksinya!"

Bukan main senangnya hati Siau Po mendengar nona itu bersumpah berat, Dia segera menoleh kepada Kiam Peng dan bertanya.

"Adikku yang baik, apakah kau mempunyai kekasih hati yang harus kutolong?" "Tidak!" sahut nona Bhok.

"Sayang! Sayang!" kata Siau Po. "Kalau kau juga mempunyai kekasih hati, aku akan menolongnya sekalian. Dengan demikian, kau juga akan bersumpah menikah denganku, bukan?"

"Fui!" Kiam Peng pura-pura meludah. "Sudah mendapatkan seorang istri, masih belum merasa puas! Rupanya dikasih hati, kau malah minta ampela!"

Siau Po tertawa.

"Jangan heran!" katanya, "Bukankah ada pepatah yang mengatakan "si katak buduk berkhayal ingin makan daging angsa khayangan! Eh, iya, istriku... bersama-sama dengan Lau sukomu itu, ada tertawan dua orang lainnya, Yang satunya berewokan, siapakah dia?"

"ltu Gouw susiok!" sahut Kiam Peng, Susiok artinya paman guru, "Siapakah yang lainnya?" tanya Siau Po kembali "Di dadanya ada tato harimau yang buas."

"Dia berjuluk Chi Mo houw (Si harimau hijau) Go piu," sahut Bhok Kiam-peng kembali "Di murid Gouw susiok!"

"Siapa nama lengkap Gouw susiok itu?" tany Siau Po.

"Nama lengkap Gouw susiok ialah Gouw Lip sin," sahut Kiam Peng, "Julukannya Yau Tau Say (Singa menggoyangkan kepala)."

Siau Po tertawa.

"Julukannya bagus sekali," kata Siau Po. "Apa pun yang dikatakan orang, dia pasti selalu menggelengkan kepalanya."

"Kui toako," kata Bhok Kiam-peng sambil tersenyum, Dia merasa thay-kam cilik ini jenaka sekali "Kau toh ingin menolong Lau suko, sekalian saja kau tolong Gouw susiok dan Go Piu meloloskan diri dari tempat tahanan!"

"Gouw susiok dan Go Piu itu apakah mempunyai puteri atau kenalan gadis-gadis cantik?" tanya Siau Po.

"Aku tidak tahu," sahut Kiam Peng. "Untuk apa kau menanyakan hal itu?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar