Kaki Tiga Menjangan Jilid 20

Jilid 20

"Jadi dia sudah melarikan diri?" tanya thayhou "Benar! Eh, thayhou, bagaimana kau bisa tahu Apakah kau telah mendengar sendiri apa yang dikatakannya? Ya! Dia sudah pergi jauh, jauh sekali."

"Hm!" Thayhou mendengus dingin, "Jadi pangkatnya pun tidak ia kehendaki lagi? Kemana tujuannya?"

"Dia.,, dia... pergi ke. "

Baru berkata sampai disini, tiba-tiba sebuah ingatan melintas lagi di benak Siau Po. Karena itu dia langsung melanjutkan kata-katanya. "Katanya dia akan pergi ke. entah 

apa Tay san... Liok Tay... Cit Tay. Eh, bukan! Kalau tidak salah Pat Tay san."

"Mungkin Ngo Tay san?" kata thayhou. "Benar! Benar!" Tiba-tiba Siau Po berseru, "Memang benar gunung Ngo Tay san! Oh, thayhou, kau seperti dewa yang bisa tahu segala hal!"

"Apa lagi yang dikatakannya?" tanya thayhou tanpa memperdulikan pujian orang. Dia juga tidak sadar bahwa bocah itu sedang mempermainkannya.

"Dia tidak mengatakan apa-apa lagi," sahut Siau Po. "Hanya... hanya. "

"Hanya apa?" tanya thayhou cepat.

"Dia hanya mengatakan bahwa dia mengerti perasaanku dan biar bagaimana dia akan melakukan sekuat kemampuan agar berhasil walaupun dia akan dihukum mati, dia akan melakukan nya!"

"Apa yang kau pinta dia lakukan untukmu?" tanya thayhou.

"Ah! Tidak apa-apa, Sui congkoan berkata padaku bahwa baginya, tidak memangku jabatan bukanlah persoalan dan dia juga dapat melakukan perjalanan tanpa uang sepeser pun. Toh, kepergiannya ini bukan untuk setengah atau satu tahun Karena itu, aku telah memberikan uang kertas kepadanya sebesar dua puluh ribu taiI. "

"Banyak sekali uangmu!" sindir thayhou, "Dari mana kau mendapatkannya?" "Semua uang itu aku peroleh dari orang lain! sahut Siau Po. "Aku mendapatkannya 

dari Kong Ci ong, So Ngo-tu tayjin, Di dalam Siangsian tong juga banyak orang yang 

sering menghadiahkan uang kepadaku!"

Thayhou tahu jawabannya itu bukan bualan belaka.

"Kau begitu baik. Tanganmu terbuka lebar, wajar kalau Sui Tong ingin membalas kebaikan hatimu, Sebenarnya, apa yang kau suruh dia laku kan? Apa yang kau pesankan padanya?" tanya thayhou kembali

"Hambamu tidak berani mengatakannya!" sahu Siau Po. "Kau katakan atau tidak?" bentak Thayho garang.

Siau Po menarik nafas panjang, Dia masih membawa lagaknya seperti orang yang dipaksa keadaan.

"Sui Tong telah berjanji kepadaku," sahutnya kemudian. "Seandainya hambamu ini mati dicelakai orang dalam istana, dia akan menghadap Sri Baginda untuk membeberkan duduk persoalannya sebenarnya, Dia mengatakan bahwa dia akan menulis laporan dan akan dibawanya ke mana-mana, Dia juga berjanji setiap dua bulan akan mengadakan pertemuan denganku agar. "

"Agar apa?" bentak thayhou dengan suara sinis tapi nadanya bergetar. "Agar setiap dua bulan sekali, aku harus menemuinya. "

"Bagaimana cara pertemuan itu?" tanya thayhou.

"Setiap dua bulan, aku harus pergi ke Tian Kio," kata Siau Po. "Di sana aku harus menemui seorang. pria penjual buIi-buli gula batu, Aku harus bertanya kepadanya 

apakah dia menjual buli-buli batu akik? Mendengar pertanyaanku orang itu akan mengatakan bahwa harga serencengnya seratus tail, Aku harus bertanya mengapa harga itu demikian tinggi, Orang itu bukannya menjawab tapi bertanya kepadaku, apakah aku sudah pernah pulang ke langit? Aku harus mengatakan padanya agar dia pulang ke rumah orang tuanya! Dengan demikian dia akan menyampaikan kabarku kepada Sui congkoan."

Dalam waktu yang singkat, Siau Po tidak menemukan jawaban atas pertanyaan Thayhou tadi, Karena itu dia mengubah sedikit ajaran yang dianjurkan oleh Tan Kin-lam untuk bertemu dengan Ci Tian-coan.

Hati thayhou tercekat Dia tahu cara itu sering digunakan orang-orang kangouw untuk berhubungan dengan rekannya, Dia jadi percaya thay-kam cilik ini bukan hanya mengada-ada. Semakin dipikirkan hatinya semakin ciut. Dia tidak menyangka bocah cilik ini bisa membuat Sui Tong melarikan diri, Tidak heran kalau Sui Tong menjadi ketakutan dan melarikan diri, juga tidak aneh kalau tujuannya Ngo Tay san, yakni tempat di mana bekas kaisar kerajaan Ceng menyucikan diri.

Dalam waktu yang singkat, banyak sekali yang terlintas dalam benak thayhou, otaknya semaki ruwet, Setelah lewat sejenak lagi, baru dia berkat lagi.

"Bagaimana kalau dalam waktu dua bulan seperti yang dijanjikan lalu kau tidak datang mencari penjual buli-buli gula batu itu?" tanya thayho kemudian.

"Sui congkoan mengatakan kepadaku bahwa dia akan menunggu sampai sepuluh hari lamanya Andaikata aku tetap tidak kelihatan, dia akan mempunyai dugaan bahwa aku sedang terancam bahaya atau kemungkinan sudah mati, maka itu dia akan.. memikirkan jalan bagaimana caranya agar dapat menghadap Sri Baginda untuk menyampaikan laporannya, Sampai waktu itu, hambamu memang sudah mati, Tidak ada urusan apa-apa lagi, Namun aku tetap setia kepada junjunganku, Aku sudah menyadarkan Sri Baginda agar penasaran dibalas dengan penasaran, permusuhan dibalas dengan permusuhan, Sri Baginda tidak boleh sekali-kali diperdaya oleh orang jahat, Dengan demikian hamba beserta Sui congkoan sudah membuktikan kesetiaannya!"

Terdengar suara perlahan dari mulut thayhou yang seperti orang gerutuan. "Penasaran dibalas dengan penasaran, permusuhan dibalas dengan permusuhan.   

Ya, itu memang bagus sekali!" Siau Po tidak menghiraukan wanita itu. Terdengar dia seakan menggumam seorang diri.

"Selama beberapa hari belakangan ini, hamba akan tetap melayani Sri Baginda sebagaimana biasanya. Hamba tidak akan membocorkan rahasia apa pun. Asal hamba tetap hidup dan bisa merawat Sri Baginda, urusan ini tidak nanti hamba bongkar sampai kapan pun juga!"

Mendengar kata-katanya, thayhou agak lega sedikit. "Kalau benar demikian, kau memang baik hati!"

"Sri Baginda memperlakukan aku dengan baik," kata Siau Po kembali "Dan thayhou juga tidak berlaku buruk terhadapku Karena itu, terhadap thayhou, hamba juga akan bersetia, Siapa tahu, kalau hati thayhou sedang senang, hamba akan mendapat hadiah yang berharga, seandainya demikian, bukankah kita sama-sama merasa senang?"

Thayhou tertawa dingin.

"Apakah kau masih mengharap aku akan memberikan hadiah kepadamu? Kutit mukamu benar-benar tebal!"

Biar bagaimana, ibu suri merasa puas juga. Bukankah Siau Kui cu mengatakan dia tidak akan membuka rahasia seumur hidupnya? Karena itu, dia merasa tidak ada halangan untuk memikirkan urusan itu perlahan-lahan.

Siau Po juga merasa puas, Kata-katanya thayhou menyatakan bahwa pikirannya sudah berubah.

"Hamba tidak mengharapkan apa-apa," kata Siau Po kemudian, "Asal thayhou dan Sri Baginda senantiasa dalam keadaan sehat wal afiat dan bergembira, sebagai seorang hamba, aku juga ikut merasa senang! Harap thayhou tidak perlu khawatir Besok hamba akan pergi ke Tian Kiou untuk mencari penghubung itu dan meminta dia menyampaikan kepada Sui congkoan supaya dia menutup mulut rapat-rapat, Aku juga akan menitipkan uang sebanyak tiga ribu tail, dengan mengatakan bahwa itulah persen dari thayhou untuknya."

"Hm!" thayhou mendengus dingin, "Orang semacamnya yang bekerja tidak sungguh- sungguh, Karena rasa takut, dia melarikan diri, Sudah bagus batang lehernya tidak kukutungkan, mana mungkin aku memberinya persen? Ngaco!"

"lya, iya, Thayhou benar juga!" kata Siau Po. "Lagipula uang itu toh milikku, memang thayhou tidak sepatutnya memberi persen kepada orang itu."

Baru sekarang thayhou melepaskan cekalannya pada bahu Siau Po. ia melepaskannya dengan perlahan-lahan. "Siau Kui cu," katanya kemudian, "Apakah kau benar-benar setia padaku?"

Siau Po segera menjatuhkan dirinya berlutut di depan wanita itu, Dia tidak takut akan dihajar oleh thayhou iagi. Dia juga menyembah berkali-kali.

"Iya. Hamba akan setia kepada thayhou!" demikian katanya, "Dalam hal ini, hamba akan mendapat keuntungan besar, Hamba berjanji, kalau hamba sampai tidak setia, biarlah Siau Kui cu rela kepalanya dikutungkan, walaupun hamba orang bodoh, tapi hamba masih tahu bagaimana harus menyayangkan batok kepala ini."

Ibu suri menganggukkan kepalanya.

"Bagus, bagus sekali!" katanya, tapi tangannya tidak henti menepuk bahu bocah itu. jumlah keseluruhannya tiga kali, Siau Po merasa tercekat hatinya. Tiba-tiba dia merasa kepalanya pusing dan perutnya mual pandangan matanya berkunang-kunang, Kerongkongannya mengeluarkan suara yang aneh, sebab dia ingin muntah tapi tidak dapat.

Terdengar thayhou berkata kembali.

"Siau Kui cu, kau ingat kan belum lama ini ketika Hay tayku si bangsat tua mengatakan ada sejenis ilmu yang namanya Hoa Kut-bian ciang. ilmu itu bila dipelajari sampai mencapai taraf kesempurnaan maka siapa yang terserang akan remuk seluruh tulang belulangnya, ilmu itu sulit sekali dipelajari aku juga tidak bisa memahaminya. walaupun demikian, otakmu sangat cerdas, Hatimu baik, lagipula penurut Aku hanya menepuk bahumu tiga kali dengan maksud bergurau, Hal ini menyenangkan sekali. "

Siau Po tidak sanggup mengatakan apa-apa. Dia merasa dada dan isi perutnya bergolak dan darahnya seakan mengalir dua kali lebih cepat daripada biasanya, Tanpa dapat mempertahankan diri lagi, dia memuntahkan darah yang bercampur dengan air.

"Terbukti perempuan hina ini tidak percaya kepadaku," pikirnya dalam hati, "Sekarang dia telah menurunkan tangan jahatnya terhadapku!"

Lalu terdengar ibu suri berkata.

"Siau Kui cu, jangan takut Aku tidak akan memukulmu sampai mati, Sebab kalau kau sampai mati, siapa nanti yang akan pergi ke Tian Kio untuk mencari si penjual buli-buli gula batu? Besok pagi-pagi, pertama-tama kau harus ke keraton Cu Leng kiong, di sana aku akan memberikan tiga butir pil kepadamu, Setiap hari kau harus menelan satu butir. Setelah tiga puluh hari kemudian, jiwamu tidak akan terancam bahaya lagi, Kalau kau telah menghabiskan tiga puluh butir, nanti aku akan mengantarkan tiga puluh butir lagi untukmu!"

Terima kasih untuk kebaikan thayhou," kata Siau Po. Kemudian perlahan-lahan dia menggerakkan tubuhnya untuk berdiri. Namun kepalanya pusing sekali sehingga dia terhuyung-huyung lalu roboh kembali, Lalu dia muntah darah beberapa kali, tapi dia  masih bisa berkata: "Thayhou, setiap hari hamba akan memuja Pou Sat yang maha suci agar thayhou dilindungi dan panjang umur, Sebab, seandainya thayhou batuk-batuk atau masuk angin saja, tentu hamba tidak akan mendapatkan obat dan bukankah hamba akan menjadi setan berumur pendek? Ya, hamba akan menjadi si kura-kura yang pendek usianya."

Thayhou tertawa terbahak-bahak.

"Bagus kalau kau menyadari hal itu!" katanya keras, Setelah itu tubuhnya berkelebat dan menghilang di balik gerombolan bunga-bunga yang lebat.

Dengan susah payah Siau Po bangkit untuk berdiri tegak, Saat itu dia sudah berhasil menenangkan hatinya, perlahan dia mengambil jalan memutar untuk sampai di jendela belakang kamarnya, tapi dia tidak sanggup melompati bahkan untuk sesaat dia harus mendekam di bawah jendela untuk mengatur pernafasannya, Setelah beristirahat sejenak, baru dia merayap naik untuk masuk lewat jendela.

"Kui toakokah itu?" terdengar Kiam Peng bertanya.

"Kalau bukan aku, siapa lagi?" sahut Siau Po dengan nada bentakan, Hal ini membuktikan hatinya sedang tidak senang.

"Kuncu menanya kau secara baik-baik, mengapa kau menjawabnya dengan begitu kasar?" tanya Pui Ie yang merasa tidak puas mendengar nada suara Siau Po.

"Iya..." sahut Siau Po, tapi baru sepatah kata saja, tubuhnya sudah terguling ke dalam kamar. Dia tidak sanggup memegang kusen jendela untuk mempertahankan diri, Tenaganya sudah habis, nafasnya pun memburu. Dia terkulai di atas lantai tanpa sanggup bergerak, bahkan duduk pun tidak bisa.

Bhok Kiam Peng terkejut setengah mati melihat keadaannya. "Oh!" serunya gugup. "Kenapa kau?"

"Apakah kau terluka?" Pui Ie juga ikut khawatir.

Kedua nona itu merasa tercekat hatinya, Siau Po telah terkena pukulan Hoa Kut-bian ciang milik Hong thayhou, walaupun untuk sementara, dia tidak akan langsung mati, tapi keadaannya cukup parah: tapi dia tidak takut, Dasar bocah nakal, mendengar pertanyaan kedua nona itu, dia malah tertawa lebar.

"Ah! Adikku yang manis dan istriku yang cantik! Kalian berdua toh dalam keadaan terluka, Kalau aku tidak ikut terluka, mana tepat dikatakan susah dan senang dicicipi bersama-sama?"

"Oh, kau terluka, Kui toako?" tanya Kiam Peng, "Bagian manakah yang terluka? Apakah kau merasa sakit sekali?" "Oh, adikku... hatimu baik sekali, Aku memang sedang kesakitan tadinya, Mendengar pertanyaanmu yang mengandung kecemasan hatimu itu, rasa sakit itu jadi langsung hilang, Nah, coba kau bilang, aneh bukan?"

Bhok Kiam Peng tertawa.

"Ah, kau paling pandai membohongi orang!" sahutnya.

Siau Po berpegangan pada kaki meja, Dia berusaha berdiri Dalam hati dia berkata. "Aku masih bisa hidup sampai sekarang, semua ini berkat nama Sui congkoan, Coba 

seandainya thayhou mengetahui pengawalnya itu sudah mati, Tentu nyawaku akan amblas juga malam ini!"

Perlahan-lahan Siau Po mendekati kotak obatnya. Dia buka kotak itu dan mencari obat yang dibutuhkannya, Di dalamnya terdapat banyak botol obat, tetapi dia mengambil sebuah yang bentuknya segi tiga dan warna dasarnya hijau keputihan. Di antara sekian banyaknya obat milik Hay kongkong, hanya obat itu yang dikenalinya. itulah bubuk Hoa Si-hun, obat untuk mencairkan mayat. Obat itu pernah dia gunakan untuk menghancurkan mayat Siau Kui cu, thay-kam cilik yang namanya dia pakai sekarang,

Setelah mendapatkan obat itu, Siau Po berusaha menarik keluar mayat Sui Tong dari kolong tempat tidur Lalu dia mengeluarkan uang kerta serta benda-benda berharga yang tadi dia masukkan ke dalam pakaian orang itu.

"Ketika kau pergi, mayat ini terus ada di kolong tempat tidur, Kami takut sekali," kata Kiam Peng.

Siau Po tertawa.

"Kalau kalian berdua sampai mati, bukankah mayat ini malah akan mendapatkan kawan?"

"Cis!" bentak Pui Ie. "Kuncu, jangan bicara dengannya!" Siau Po tidak memperdulikan nona itu.

"Aku akan bermain sulap, apakah kalian mau melihatnya?" Tidak!" sahut nona Pui singkat.

"Siapa yang tidak suka melihat, boleh memejamkan matanya!" kata Siau Po kembali.

Pui Ie menurut Dia segera memejamkan matanya rapat-rapat Kiam Peng juga ikut memejamkan matanya, tapi hanya sebentar Kemudian dia melihat Siau Po mengeluarkan sebotol kecil dan kemudian menuangkan isinya ke dalam sendok, lalu ditaburkan di atas luka Sui Tong.

"Kalian lihat." katanya.

Tidak lama kemudian, tampak asap mengepul dari bekas luka yang ditaburkan bubuk obat itu, lalu tercium bau tidak sedap yang disusul dengan keluarnya cairan berwarna kuning dari luka yang menguak semakin besar itu.

"Ah!" seru Kiam Peng keheranan.

Pui Ie penasaran melihat seruan adik seperguruannya, Dia segera membuka matanya, Ketika dia melihat apa yang disaksikan Kiam Peng, sepasang mata gadis itu sampai membelalak lebar-lebar dan tidak dipejamkan lagi. Seperti Siau kuncu, dia juga keheranan.

Asal terkena cairan berwarna kuning tersebut, luka di tubuh mayat itu semakin meluas, Dagingnya meleleh menjadi cairan kuning pula. Menyaksikan keadaan itu, kedua nona itu sampai tertegun sekian lama.

"Kalian berdua, awas! Siapa yang tidak mau menuruti kata-kataku, wajahnya akan kutaburi dengan obat ini, sehingga jelek seperti mayat ini!" gertak Siau Po.

"Kau... kau jangan menakut-nakuti orang!" bentak Kiam Peng.

Sebaliknya Pui Ie menatap Siau Po dengan tajam dan sorot matanya menunjukkan kemarahan. Hatinya juga tercekat dan khawatir.

Senang hati Siau Po melihat kedua nona itu ketakutan. Dengan hati-hati dia menyimpan obatnya kembali Kemudian dia mengambil sebuah kursi dan mendorong mayat Sui Tong yang terbagi menjadi dua bagian karena gerakan cairan yang tidak merata, Akhirnya seluruh mayat itu lumer menjadi cairan kuning dan menyebarkan bau yang tidak enak.

Melihat keadaan itu, lega rasanya hati Siau Po.

"Biar si nenek sihir itu mengirim lima laksa pengawalnya ke Ngo Tay san, tetap saja dia tidak berhasil menemukan Sui Tong!" Setelah itu Siau Po mengambil air dari dalam gentong untuk mencuci bersih cairan kuning tersebut Setelah membersihkan lantai, dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Dia merasa lelah sekali, matanya langsung dipejamkan Sekejap kemudian dia suda tertidur pulas.

Sampai fajar tiba, baru Siau Po mendusin dari tidurnya, Dia langsung merasakan nyeri di dadanya Bahkan dia juga merasa perutnya mual dan ingin muntah, tapi sampai sekian lama dia mencoba, tetap saja tidak ada sebutir nasi pun yang dimuntahkannya.

Kiam Peng dan Pui Ie merasa heran melihatnya. "Kui toako, apa yang kau rasakan?" tanyany prihatin

Siau Po bangun dan duduk di atas tempat tidur. Dia melihat kedua nona itu dan tidur di antar keduanya, Kedua nona itu tidak membuka pakaian luarnya, Ketika dia melihat waktu sudah tidak pagi cepat-cepat dia bangun dan turun dari tempat tidur.

"Kalian berbaring saja, jangan bergerak!" katanya kepada kedua nona itu, "Aku ingin menemui Sri Baginda secepatnya!"

Tadinya Siau Po berniat keluar dari kamarnya lewat jendela, tapi tenaganya masih 1emah. Akhirnya terpaksa dia keluar dari pintu depan kemudian menguncinya dari luar.

Belum berapa lama Siau Po berada di kamar tulis kaisar Kong Hi, junjungannya itu sudah mengundurkan diri dari ruang sidang seperti biasanya. Begitu melihat Siau Po, kaisar Kong Hi tertawa lebar dan berkata pada thay-kam cilik kesayangannya itu.

"Siau Kui cu, lagi-lagi kau membunuh orang tadi malam."

Siau Po cepat-cepat memberi hormat dan mengucapkan selamat pagi pada junjungannya itu.

"Kau sungguh beruntung!" kata kaisar Kong Hi kembali "Kembali kau dapat menempur para penyerbu itu. Aku sendiri, melihat wajah penyerbu itu saja tidak! Bagaimana kepandaian para pemberontak itu? Dengan jurus apa kau merobohkannya?"

Siau Po berpikir dengan cepat Kaisar Kong Hi pandai ilmu silat Tidak mungkin dia memberikan keterangan secara sembarangan Sebenarnya, dia tidak bertempur melawan seorang pun di antara penyerbu tadi malam. Tapi dia teringat pertempuran yang berlangsung di rumah keluarga Pek ketika Hong Ci-tong melawan Pek Han-tiong.

"Pertempuran itu terjadi di saat gelap," sahutnya, "Tiba-tiba hambamu melihat kaki kiri orang itu menyapu ke kanan dan tangan kanannya menyambar ke kiri, Kemudian..." dia pun menjelaskan tipu silat lawannya,

"Bagus!" seru kaisar Kong Hi seraya bertepuk tangan. "Tepat sekali tipu yang kau gunakan itu!"

Thay-kam gadungan itu tertegun.

"Oh, Sri Baginda, apakah kau tahu jurus silat yang digunakan para pemberontak itu?" "lya," sahut kaisar Kong Hi. Bibirnya menyunggingkan senyuman, Tahukah kau apa 

nama jurus itu?"

Siau Po tahu jurus silat yang diperlihatkannya bernama Heng-Sau ciangkun, tapi dia pura-pur tidak tahu. "Hamba tidak tahu. "

Raja tertawa.

"Kalau kau tidak tahu, biar aku beritahukan, katanya, "Jurus itu bernama Heng-sau ciang kun!"

"Bagus sekali nama itu!" puji Siau Po pura-pur terkesima.

"Dia menggunakan jurus itu, lalu bagaimana kau menghadapinya?"

"Untuk sesaat hamba sempat kebingungan sahut Siau Po. "Lalu tiba-tiba saja hamba ingat tipu silat yang pernah digunakan Sri Baginda ketika dulu kita berlatih bersama, Ketika itu hamba kena dibuat terpental sehingga melewati kepala Sri Baginda. Kalau tidak salah itu adalah, itu adalah tipu ilmu Hui In-jiu dari Butong paimu. "

Senang sekali hati kaisar Kong Hi mendengar jawaban Siau Po.

"Jadi kau menggunakan tipu silatku untuk memunahkan jurus Heng-sau ciang kun itu?"

"Benar, Sri Baginda," sahut Siau Po. "sebenarnya kepandaian hamba belum berarti apa-apa, tetapi untungnya Sri Baginda sering mengajak hamba berlatih bersama sehingga ada sebagian besar ilmu silat Sri Baginda yang masih hamba ingat dan hamba manfaatkan begitu menghadapi musuh. "

Kaisar Kong Hi tambah senang hatinya,

"Bagus! Bagus sekali kau masih mengingatnya!"

Siau Po juga gembira melihat kaisar Kong Hi berseri-seri wajahnya.

"Untung saja ocehanku tepat!" pikirnya, Tidak sia-sia dia mengangkat rajanya itu tinggi-tinggi. Kemudian dia menambahkan kembali "Hanya ada satu hal yang patut disayangkan, yakni tenaga dalam hamba masih cetek sekali, Akhirnya penjahat itu berhasil juga meloloskan diri."

"Ya, sayang! Sayang!" kata raja. "Sebenarnya kau harus langsung menotok jalan darah hwe Cong dan Gwe Kuan penjahat itu, Kalau kau melakukan hal itu, tentu penyerbu tersebut tidak dapat meloloskan diri lagi!"

Sembari berkata, kaisar Kong Hi segera mencekal lengan Siau Po dan menunjukkan cara bagaimana menekan lawannya.

Siau Po berusaha meronta, tapi dia tidak berhasil membebaskan dirinya. "Ah!" serunya penuh penyesalan "Coba kalau dari siang-siang Sri Baginda mengajarkan tipu ini, tentu hamba tidak perlu melalui saat-saat yang membahayakan jiwa."

Kaisar Kong Hi tertawa.

"Lalu, bagaimana kelanjutannya?"

"Begitu berhasil membebaskan diri, orang itu lari ke belakang hamba dan berhasil menghajar punggung hambamu dengan kedua telapak tangannya!"

"Itulah jurus Kao-san Liu Sui!" seru Sri Baginda memberikan keterangan mengenai jurus yang digunakan pihak lawan.

"Oh, itukah jurus Kao-san Liu Sui?" tanya Siau Po pura-pura terkejut "Sayang aku tidak tahu. "

"Benar-benar manusia tidak berguna!" maki kaisar Kong Hi, tapi sembari tertawa, "Mengapa waktu bertempur kau tidak menggunakan ilmu yang diajarkan gurumu? Mengapa kau selalu meniru gerakan ilmu silatku?"

"Entahlah, Sri Baginda!" sahut Siau Po. "Setiap jurus silat yang guru hamba ajarkan, dapat hamba gerakkan dengan baik di saat berlatih, namun apabila menghadapi pertempuran seperti tadi malam, tiba-tiba semuanya jadi menguap dan tidak ada satupun yang teringat dalam benak hambamu ini. sebaliknya semua gerak tipu silat Sri Baginda justru terbayang jelas di pelupuk mata sehingga tanpa berpikir panjang lagi hamba menirukannya, Begitu pula ketika punggung hamba terhajar Tiba-tiba saja hamba mengelit ke samping kanan."

"ltulah jurus Keng Hong-pou," kata Sri Baginda yang menjelaskan tipu silat miliknya yang berarti "Gerakan angin puyuh."

"Benar!" sahut Siau Po. "Setelah berkelit, hamba segera mencabut pisau belati dan membalas menyerang musuh sambil hamba berteriak dengan keras "Hai, Siau Kui cu, menyerah tidak?" Raja tertawa terbahak-bahak, "Aih! Kau ini benar-benar aneh!" katanya, "Mengapa kau justru memanggil namamu sendiri?"

"Saat itu hamba tidak sempat berpikir dan menyebut nama hamba secara tanpa sadar Hamba ingat, ketika baru-baru ini Sri Baginda mengadakan latihan dengan hamba. Bukankah Sri Baginda selalu menyerukan kata-kata itu?"

"Bagus, bagus!" kata kaisar Kong Hi memuji, "Ternyata kau masih ingat semuanya!" Kaisar Kong Hi merasa puas sekali, "Kalau demikian, para pemberontak itu mempunyai nyali yang besar tapi kepandaiannya tidak seberapa lihay!" tambahnya kemudian.

"Sebetulnya, Sri Baginda," kata Siau Po. "Ada juga beberapa di antara para pemberontak itu yang ilmu kepandaiannya cukup tinggi, Buktinya ada beberapa siwi  yang tewas dan terluka, Dasar hamba berpanjang umur, hamba telah mendapat pelajaran dari Sri Baginda sehingga hamba sanggup menjaga diri. Kalau tidak, terpaksa Sri Baginda hari ini mengeluarkan firman agar semua orang membaca doa untuk menghibur arwahnya Siau Kui cu yang sudah berpulang ke alam baka serta menghadiahkan uang sebanyak seribu tail. "

Raja tertawa.

"Seribu tail tidak sebanding dengan jasamu. seharusnya selaksa!"

Siau Po juga tertawa, Senang dia dapat bergurau dengan junjungannya itu.

"Eh, Siau Kui cu. apakah kau dapat menduga asal-usul para pemberontak itu?" 

tanya kaisar Kong Hi kembali

"Memalukan sekali! Hamba tidak tahu!" sahut Siau Po. "Sri Baginda, kalau ditilik dari tipu silat yang mereka gunakan, dapatkah Sri Baginda menerka asal-usul mereka?"

"Mula-muIa aku masih bimbang, tetapi keteranganmu telah memperkuat dugaanku!" sahut sang raja, Kemudian dia bertepuk tangan dan menurunkan perintah kepada salah seorang pelayannya, "Pergi kau panggil So Ngo-tu dan To Lung untuk datang kemari!"

Kedua pelayan itu menunggu Sri Baginda di luar kamar tulisnya, Mendengar perintah junjungannya itu, mereka segera berlalu untuk melaksanakan tugas tersebut.

To Lung adalah orang Boanciu asli. Pangkatnya Tou Tong atau gubernur militer, dan termasuk golongan Bendera bersulam biru, Ketika angkatan perang Boan menyerbu ke selatan, dia telah membangun jasa yang tidak kecil Kepandaiannya juga cukup tinggi, namun karena terdesak oleh Go Pay, dia tidak mendapat kedudukan yang setimpal di kota raja, Setelah Go Pay jatuh, oleh raja dia dinaikkan pangkatnya menjadi Gi Cian siwi Tou congkoan atau Kepala barisan pengawal Raja. 

Namun apa mau dikata, belum lama dia menjabat kedudukan itu, telah terjadi penyerbuan oleh para penjahat. Dengan demikian dia jadi tidak enak hati, sepanjang malam dia tidak dapat tidur, Dia khawatir ibu Suri atau Sri Baginda akan menegurnya dan atau menghukumnya.

Ketika Tou congkoan itu muncul, tampak matanya merah sekali. "Apakah para penjahat yang tertawan itu sudah dimintakan keterangannya?" tanya Sri Baginda,

"Harap Sri Baginda ketahui," sahut kepala siwi itu, "Penjahat yang tertawan jumlahnya ada tiga orang, Hamba telah memeriksanya. Dan hamba melakukannya dengan cara terpisah-pisah untuk mencocokkan ucapan mereka nantinya, Pertama- tama mereka tidak mau mengaku, Belakangan karena tidak tahan menghadapi siksaan, barulah mereka mengaku, Benar saja.... Mereka adalah orang-orangnya. Peng Si 

ong. " Kaisar Kong Hi menganggukkan kepalanya, "Begitu?" tanyanya agak heran "Semua senjata para penjahat itu ada ukiran yang merupakan tanda dari Peng Si onghu," kata To Lung menjelaskan "Sedangkan di dalam baju mereka juga terdapat tanda dari Peng Si ong juga Dengan demikian terbukti bahwa pemberontak pemberontak itu adalah orang-orangnya Go Sam kui. seandainya bukan sekalipun, Go Sam-kui past tidak terlepas dari keterlibatan."

Kaisar Kong Hi kembali menganggukkan kepalanya, Kemudian dia menoleh kepada So Ngo-tu "Apakah kau juga telah melakukan pemeriksaan?"

"Hamba telah memeriksa semua senjata dan pakaian para penjahat, Memang cocok dengan apa yang dikatakan To congkoan!" sahut To Lung.

"Coba bawa kemari senjata-senjata dan pakaian para pemberontak itu!" perintah kaisar Kong Hi. To Lung segera mengiakan Dia langsung k luar untuk mengambil barang-barang yang diperintahkan kaisar Kong Hi. Dia tahu rajanya itu masi muda sekali, tetapi otaknya cerdas dan juga sikapnya teliti. Dia memang sudah menduga raja aka memeriksa sendiri semua senjata dan pakaian itu. Karenanya, sebelum mendapat panggilan dia sudah mempersiapkan semuanya.

Tidak lama kemudian dia sudah kembali ia. Segera dibukanya bungkusan yang ia bawa dan membeberkan isinya di atas meja, Setelah itu dia mengundurkan diri beberapa tindak.

Kaisar-kaisar Boanciu terdiri dari orang-orang gagah dan tidak pantang menghadapi senjata, Tetapi dalam sebuah kamar tulis di istana, semua pembesar dilarang membawa senjata menghadap Sri Baginda, Untuk menghindarkan diri dari kecurigaan To Lung segera mengundurkan diri agak jauh.

Raja mengangkat sebatang golok dan memeriksanya, Memang benar dia melihat ukiran huruf-huruf "Tay Beng sanhay kwan coanpeng hu" Kaisar Kong Hi langsung tersenyum dan berkata.

"Urusan ini agak mencurigakan! Kalau ada rencana terselubung, seharusnya semua bukti-bukti ini dihilangkan terlebih dahulu, tapi ini malah sebaliknya!"

Kaisar Kong Hi menoleh kepada So Ngo-tu. "kalau Go Sam-kui mengutus orang ke istana untuk melakukan pembunuhan, seharusnya dia sudah merencanakannya matang-matang, Senjata apa yang tidak boleh digunakannya? Mengapa dia justru memakai senjata yang ada tanda jati dirinya? Mereka toh datang ribuan li dari propinsi Inlam, masa di tengah jalan tidak pernah terpikir bahwa ada kemungkinan senjata mereka bisa tertinggal di dalam istana di saat melakukan penyerbuan?"

"Ya, ya! Sri Baginda benar sekali!" puji So Ngo-tu. "Sri Baginda cerdik dan dapat memandang urusan sampai jauh, hamba benar-benar takluk!"

Raja menoleh kepada thay-kamnya yang masih muda. "Siau Kui cu," panggilnya, "llmu silat apakah yang digunakan penjahat yang berhasil kau bunuh itu?"

"llmu Heng-sau ciang kun dan Kao-san Li Sui!" sahut si bocah cilik yang ditanyai. "Nah, ilmu dari manakah itu?" tanya kaisar Kong Hi kepada To Lung.

Walaupun kepala pengawal ini asli orang Boan tapi To Lung kenal banyak macam ilmu silat, Karena itu pula tidak heran kalau dia mengenal kedua macam ilmu silat yang disebut Siau Po.

"Mirip dengan ilmu silat keluarga Bhok di Inlam!" sahutnya, Raja menepuk tangan keras-keras.

"Tidak salah! Memang tidak salah!" puji kaisar Kong Hi. "To Lung, pandanganmu luas sekali!"

Puas rasanya hati To Lung mendengar pujian junjungannya, Dia segera menjatuhkan diri berlutut untuk memberi hormat dan mengucapkan kata-kata merendah, serta mengucapkan terima kasih,

"Coba kalian pikir," kata kaisar Kong Hi kembali. "Kalau benar Go Sam-kui menitahkan orang-orangnya datang ke kotaraja untuk menyerbu istana, tidak mungkin dia memilih saat yang sama mengutus puteranya datang berkunjung ke kota Peking ini! Para penyerbunya toh bisa datang setiap waktu, kenapa dia memilih waktu ketika puteranya ada di sini? inilah hal pertama yang menimbulkan kecurigaan. Go Sam-kui pandai mengatur tentara, orangnya teliti dalam mengambil setiap tindakan Mengapa dia bisa mengirim orang-orang semacam ini untuk melakukan tugas yang dititahkannya? Bukankah jumlahnya terlalu kecil dan kepandaian mereka tidak seberapa tinggi? Tapi mengapa dia mengirimkannya juga? Hal inilah yang disebut kecurigaan kedua, Ada lagi yang ketiga, Taruh kata, benar dia mengirim orang untuk membunuh raja-nya, apa manfaat bagi dirinya? Mungkinkah dia ingin memberontak dengan menimbulkan huru- hara? Kalau dia benar ingin memberontak mengapa dia mengirim puteranya ke kota raja? Bukankah itu berarti dia mengantarkan puteranya menuju ambang pintu kematian?"

Tatkala Siau Po mendengar dari Pui Ie, perihal muslihat yang mereka gunakan untuk memfitnah Go Sam-kui, dia merasa siasat itu bagus sekali, Sekarang, setelah mendengar keterangan Sri Baginda, baru dia merasa siasat itu terlalu banyak kelemahannya. Diam-diam dia merasa kagum terhadap Raja muda yang cerdik itu.

So Ngo-tu juga memuji sang raja yang dikatakan cerdas sekali.

"Nah, mari kita pikirkan lebih jauh!" kata kaisar Kong Hi. "Seandainya para penyerbu itu bukan orang-orang Go Sam-kui, tetapi mereka menggunakan senjata dan pakaian yang bertanda Peng Si orujhu itu, apakah maksudnya? Apakah hal ini mempunyai arti  tersendiri? Terang ada orang yang ingin memfitnah Go Sam-kui, Peng Si ong telah membantu kita merampas seluruh tanah Tionggoan. Sudah tentu tidak sedikit orang yang membencinya, Nah, penjahat itulah yang harus kita cari! Siapa kira-kira orang itu? Atau dari pihak manakah ? Hal inilah yang harus kita pikirkan dengan seksama!"

"Sri Baginda benar!" sahut So Ngo-tu dan To Lung serentak "Kalau seandainya Sri Baginda tidak berpandangan demikian jauh, mungkin kami sekalian sudah kena dikelabui, Bukankah itu berarti kami mencelakai orang baik-baik dan memfitnah tidak karuan?" kata To Lung menambahkan.

"Memfitnah orang baik-baik! Hm!" kata Raja, Setelah itu kaisar Kong Hi berdiam diri. Karena itu, So Ngo-tu dan To Lung pun segera memohon diri.

Raja membiarkan kedua orang itu pergi, Dia justru memandangi Siau Kui cu lekat- lekat kemudian berkata.

"Siau Kui cu, coba kau terka, bagaimana aku bisa mengetahui kedua jurus Heng-sau ciang kun dan Kao-san Liu Sui?"

"Hambamu justru sejak tadi, dilanda keheranan," sahut Siau Po. "Apa sebabnya Sri Baginda bisa tahu?"

"Tadi pagi-pagi sekali, aku telah memanggil beberapa orang siwi untuk menghadap. Lalu aku menanyakan soal penyerbuan tadi malam, terutama tentang ilmu silat yang mereka gunakan, Ternyata ada beberapa jurus ilmu silat yang merupakan ciri khas keluarga Bhok, Kau tahu, keluarga ini turun temurun menguasai wilayah Inlam, Hanya setelah masuknya kerajaan Ceng kita, propinsi itu langsung diserahkan kepada Go Sam-kui. Tentu saja karena itu keluarga Bhok menjadi gusar dan sakit hati. 

Selain itu, Bhok Tian-po pangeran terakhir Bhok onghu justru tewas di tangan bawahan Go Sam-kui. Hal ini menambah kebencian di hati mereka. Aku juga menyuruh beberapa orang siwi itu menjalankan ilmu silat keluarga Bhok, ternyata di antaranya memang ada Heng-sau ciang kun dan Kao-san Liu Sui!"

"Sungguh Sri Baginda pandai berpikir dan menerka!" puji Siau Po. Di dalam hati dia justru merasa gundah dan khawatir sekali, Dia berpikir: "Di dalam kamarku tersembunyi dua orang nona dari keluarga Bhok. Entah Sri Baginda mengetahuinya atau tidak?"

Ketika Siau Po masih bingung, kaisar Kong Hi tersenyum dan berkata kepadanya. "Eh, Siau Kui cu, apakah ada pikiranmu untuk mendapatkan rejeki besar?" tanyanya. Siau Po menoleh kepada Raja dan menatap dengan pandangan tidak mengerti.

"Kalau Sri Baginda tidak memberikan, mana berani hamba memintanya," sahut bocah itu, Dia kurang mengerti apa yang dimaksudkan oleh junjungannya, karena itu  dia hanya dapat menduga-duga saja, "Sebaliknya, apabila Sri Baginda bersedia memberikannya, hamba pun tidak berani menerimanya!"

Raja tertawa.

"Bagus!" katanya, "Aku akan memberikan rejeki besar untukmu! sekarang kau kumpulkan semua senjata dan pakaian dalam ini. Juga surat-surat pengakuan para penyerbu yang kena ditawan lalu bawa semuanya kepada seseorang, Aku yakin kau akan memperoleh harta karun!"

Siau Po tertegun, tapi sejenak kemudian dia tersadar. "Oh, dia pasti Go Eng-him!" serunya.

"Kau memang cerdas sekali!" kata Raja, "Nah, kau bawalah semua barang-barang ini kepadanya!"

"Sungguh besar rejeki Go Eng-him!" kata Siau Po. "Ha... ha... ha.,.! sekarang jiwa dia beserta keluarganya, semua ada di tangan Sri Baginda, Bahkan seluruhnya juga merupakan hadiah dari Sri Baginda!"

"Bagaimana nanti kau berbicara dengannya?" tanya Sri Baginda.

"Akan hamba katakan begini kepadanya: "Eh, orang she Go, junjungan kita sangat cerdas dan berpandangan jauh, Sri Baginda dapat mengetahui apa saja yang kalian ayah dan anak lakukan di Inlam. Tidak ada satu hal pun yang tidak beliau ketahui Kalau kalian hendak memberontak, Sri Baginda sudah dapat menduganya dari jauh hari Oleh karena itu, kalian harus baik-baik dan menuruti perkataanku!"

Kaisar Kong Hi tertawa.

"Kau cerdas sekali!" katanya, "Meskipun kau tidak bersekolah, kau buta huruf dan kata-katamu kasar, tetapi alasannya selalu tepat Memang mereka ayah dan anak harus tunduk sepenuhnya kepadaku!"

Senang Siau Po mendengar nada junjungannya. Dia segera membungkus seluruh senjata dan pakaian dalam yang berserakan di atas meja, Juga surat pengakuan para siwi, Kemudian dia memberi hormat kepada Raja untuk memohon diri. Setelah itu dia memutar tubuhnya untuk meninggalkan kamar tulis Raja itu, Namun tepat pada saat itu juga, dia merasa punggungnya nyeri sekali.

"Celaka!" gerutunya dalam hati Mendadak saja kepalanya terasa pusing dan perutnya muak. Dia merasa ingin muntah, "Ah, aku harus menemui nenek sihir itu secepatnya agar diberikan obat!"

Di samping Siau Po ada seorang thay-kam, sembari mengasongkan bungkusannya yang akan menjadi harta karun, dia berkata. "Kau pegang dulu barang ini Aku akan ke keraton Cu Leng hiong untuk mengucapkan selamat pagi kepada thayhou!"

Thay-kam itu mengangguk Dia menyambut bungkusan itu. Siau Po bergegas pergi ke keraton Cu Leng hiong, kamarnya ibu suri, sesampainya d sana dia meminta seorang thay-kam mengabarkan kedatangannya.

Tidak lama kemudian muncullah Lui Cu, s dayang cilik. Melihat Siau Po, dia berkata dengan suara lirih,

"Kui kongkong, thayhou sedang marah. Katanya beliau tidak ada waktu menemui mu. Kalau ka ada urusan apa-apa, besok saja kau datang lagi."

Siau Po jadi tertegun.

"Besok baru datang lagi?" pikirnya dalam hati "Entah besok aku masih hidup atau tidak? Terang terangan kemarin thayhou sendiri yang mengatakan agar aku datang hari ini untuk mengambil obat sekarang dia sengaja mempermainkan aku. Ak benar-benar tidak menyangka!"

"Adik kecil," katanya kemudian kepada Lui Cu "Tolong kau kembali lagi kepada thayhou dan kata kan bahwa kemungkinan besok aku tidak bisa hidup lagi, Tapi, Siau Kui cu menganggap jiwanya kecil karena itu aku tidak perlu minum obat lagi!"

Lui Cu bingung, Untuk sesaat dia menatap Sia Po dengan tatapan heran.

"Eh, apa yang kau katakan?" tanyanya, "Bagaimana aku bisa menyampaikan kata- katamu kepad thayhou, sedangkan ucapanmu itu begitu tidak sopan?"

"Hm!" Siau Po mengeluarkan suara yang tawar. "Karena aku akan mati, perduli apa kata-kataku ini sopan atau tidak!"

Selesai berkata, dia langsung membalikkan tubuhnya dan pulang ke kamarnya sendiri Dia langsung memalang pintu kamarnya itu setelah sebelumnya mengambil dulu bungkusan yang dititipkan tadi, Dia duduk di atas kursi dengan nafas tersengal-sengal. Biar bagaimana, pikirannya bingung dan hatinya mendongkol.

"Apa kau kurang sehat?" tanya Kiam Peng.

"Meiihat wajahmu yang cantik, kesehatanku pun pulih kembali," sahut Siau Po, "Kau begitu cantik sehingga bunga dan rembulan pun merasa malu memandangmu!"

Kiam Peng tertawa.

"Suciku baru termasuk gadis cantik yang bisa membuat bunga-bunga malu dan rembulan menutup diri, Di wajahku ada kura-kura kecil sehingga buruk sekali. " Mendengar gurauan si nona cilik, hati Siau Po terasa lega juga,

"Eh, kenapa di wajahmu ada kura-kura?" tanyanya sambil tertawa. "Oh, aku tahu sekarang, Adikku yang baik, wajahmu begitu bersih dan mulus sehingga bila kau berkaca, kau akan melihat bayangan seekor kura-kura cilik,"

Kiam Peng heran, Dia menatap Siau Po tajam. "Apa katamu? Mengapa kau berkata demikian."

"Kau lihat, dengan siapa kau tidur?" kata Siau Po. "Wajahmu berpotongan telur mirip sebuah cermin Dan di sana terbayang wajahnya seseorang yang tampak mirip seekor kura-kura kecil!"

"Cis!" Pui le yang sejak tadi diam saja jadi sengit karena merasa disindir oleh Siau Po. "Nih, kau lihat sendiri wajahku!"

Siau Po tertawa.

"Kalau aku melihatnya dari dekat, maka di wajah adikku yang manis pasti terpantul tampang seorang tuan besar yang tampan dan gagah!"

Kiam Peng tertawa, Pui le juga ikut tertawa, Mereka merasa thay-kam cilik ini memang lucu sekali.

"Kalau seekor kura-kura kecil bisa jadi tuan besar, lalu tuan besar yang bagaimana itu?" sindir Pui Ie.

Siau Po tertawa, Juga Kiam Peng dan Pui le, tap mereka tidak berani tertawa keras- keras.

"Sekarang mari kita bicara yang serius," kata Pu Ie. "Kami harus menyingkir dari sini Bagaimana caranya? Kau harus memikirkan jalannya bagi kami!"

Di dalam istana, Siau Po selalu dihormati oleh para thay-kam dan para siwi, Berhadapan dengan raja, dia juga merasa gembira. Tapi begitu kembali ke kamarnya, dia akan merasa sepi Sejak adanya kedua nona dari keluarga Bhok, dia tidak lagi kesepian. 

Memang dia khawatir mereka bisa kepergok, namun dia tetap tidak ingin cepat-cepat berpisah dengan kedua nona itu. Mendengar ucapan Pui le, dia jadi berpikir.

"Kita harus pikirkan dengan seksama, Kalian sedang terluka, Apabila kalian keluar dari kamar ini, ada kemungkinan kalian akan kepergok dan ditawan kembali Bukankah hal itu membahayakan sekali?" katanya.

Pui le dan Kiam Peng terdiam, Kata-kata Siau Po memang benar. "Coba kau beritahukan kepadaku," kata Pui Ie. "Di antara kawan-kawanku yang datang menyerbu tadi malam, ada berapa yang mati dan berapa pula yang tertawan? Apakah kau mengetahui nama-nama mereka?"

Siau Po menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu," sahutnya, "Kalau kau ingin mencari keterangan itu, nanti aku akan menanyakannya. "

"Terima kasih," kata Pui Ie.

Siau Po merasa senang dan juga heran. Barukali ini dia mendengar suara si gadis yang demikian lembut, bahkan gadis itu pun mengucapkan terima kasih.

"Yang paling penting kau selidiki, apakah di antara orang yang tertawan itu ada seorang she Lau atau tidak?" kata Kiam Peng ikut bicara.

"Seorang she Lau?" tanya Siau Po menegaskan "Siapa nama belakangnya?"

"Dia adalah kakak seperguruan kami," sahut Bhok Kiam-peng. "Namanya It Cou,., dan dia... juga kekasih. hati kakak Pui.,,."

Tiba-tiba Kiam Peng berhenti bicara dan tertawa, karena Pui Ie menggelitiknya sehingga dia kegelian.

"Oh, Lau It-cou!" seru Siau Po tertahan "Dia. "

"Dia apa?" tanya Pui Ie panik, "Ada apa dengan dia?"

"Bukankah dia bertubuh tinggi, berwajah putih dan tampan? Usianya sekitar dua puluh lebih?" tanya Siau Po, "Bukankah ilmu silatnya cukup tinggi?"

sebenarnya Siau Po tidak tahu siapa Lau It-cou. Dia juga belum pernah melihatnya, tetapi karena pemuda itu adalah kekasih Pui Ie, dia dapat menerka bahwa pemuda itu pasti tampan Padahal dia hanya asal menebak dan sebagai kakak seperguruan Pui Ie, pasti ilmu silatnya juga cukup tinggi Di luar perkiraannya, dugaan Siau Po tepat.

"Tidak salah lagi! Memang dia orangnya! Kenapa dia?" tanya Kiam Peng. Siau Po tidak langsung menjawab Dia menarik nafas panjang terlebih dahulu. "Aih.,, rupanya Lau suhu itu kekasih nona Pui," katanya kemudian

Tepat pada saat itu dari luar kamar terdengar suara panggilan. "Kui kongkong, ada hadiah dari thayhou!" Mendengar itu, Siau Po menjadi senang, Dia berkata dalam hati,

"Oh, dasar perempuan lacur! Dia toh tidak sudi menemui aku, untuk apa aku menemuinya? sekarang lohu tidak takut mati, dia justru yang merasa khawatir!" walaupun berpikir demikian, dia tetap menjawab: Terima kasih atas hadiah itu!" 

Dan dia membuka pintu lalu menjatuhkan diri berlutut dan mengangguk kepada orang yang membawakan hadiah itu, seorang thay-kam Dia pun mengucapkan terima kasih kepada thay-kam tersebut.

Hadiah itu berupa sebuah kotak kayu yang berukiran indah, Ketika Siau Po membuka tutup-nya, dia melihat isinya adalah sebotol obat Dia segera mengeluarkan selembar uang kertas bernilai lima puluh tail dan diberikan kepada si thay-kam sebagai persenan. 

Thay-kam itu senang sekali, dia tidak menyangka akan mendapatkan hadiah sebesar itu, Dia mengucapkan terima kasih berulang kali.

Setelah kembali ke dalam kamarnya, tanpa ragu-ragu lagi Siau Po menelan sebutir obat itu.

"Kui toako!" panggil Pui Ie. "Bagaimana dengan Lau su... ko?"

"Oh, dasar perempuan bau!" maki Siau Po dalam hati, "Biasanya kau tidak pernah bersikap ramah kepadaku, sekarang kau melakukannya sebab ingin menanyakan keadaan sukomu, Malah kau memanggil aku Kui toako, sebaliknya aku gertak dulu dia!"

Thay-kam gadungan inipun segera menggeleng kan kepalanya sambil menarik nafas panjang.

"Sayang... sayang sekali.,." katanya. Pui Ie terkejut setengah mati.

"Bagaimana?" tanyanya gugup, "Apakah dia terluka atau sudah mati? Cepat katakan!"

Tiba-tiba si bocah nakal itu tertawa lebar-lebar

"Oh, orang yang bernama Lau It-cou itu,., katanya memperlihatkan tampang cengengesan "Aku tidak kenal dengannya dan aku tidak pernah melihatnya. Tapi kalau kau menanyakan tentang dia, baiklah! sekarang kau panggil dulu aku kong kong yang baik sebanyak tiga kali, Nanti aku past sudi melelahkan diri mencari tahu soal orang itu!"

Pertama-tama Pui Ie memang terkejut sekali namun setelah mendengar nada suara Siau Po hatinya jadi agak lega. Tapi dia tidak mau memanggil kongkong yang baik, dia hanya berkata. "Kau selalu bicara tidak karuan! sebaiknya kau katakan terus terang saja! Katakanlah yang sebenarnya!"

Siau Po tidak menjawab kata-katanya. Dia malah ngelantur,

"Hm! Kalau Lau It-cou itu jatuh ke tanganku, mula-mula aku akan meringkusnya kemudian aku hajar habis-habisan, Aku akan menanyakan kepada-nya, dengan rayuan manis apa dia dapat menipu serta mencuri jantung hatiku! Setelah itu aku akan mengangkat golokku tinggi-tinggi dan aku bacok-kan kepadanya, suaranya begini: Creppp!"

Kiam Peng merasa tercekat hatinya.

"Apa?" tanyanya, "Apakah kau hendak membunuhnya?"

"Bukan, bukan!" sahut Siau Po. "Aku hanya ingin membacok kantong telurnya, dengan demikian dia akan menjadi orang kebiri!"

Nona Bhok masih terlalu kecil, dia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Siau Po, tapi Pui Ie langsung merah padam wajahnya. Dia merasa jengah mendengar kata-kata seperti itu.

"Kau mengoceh sembarangan!" katanya.

"Lau sukomu itu kemungkinan sudah tertawan," kata Siau Po sambil tertawa, "Aku, Kui kongkong memang tukang bicara, tapi banyak orang yang suka mendengarkan perkataanku Nah, nona Pui, sekarang kau katakan, apakah kau ingin memohon bantuan dariku?"

Kembali wajah gadis itu merah padam, Thay-kam cilik ini benar-benar jahil, pikirnya, "Eh, Kui toako," kata Kiam Peng turut memberi suara, "Kalau kau memang sudi 

memberikan bantuan, tidak perlu menunggu orang memintanya. Bantuan yang tulus 

barulah tindakan seorang yang gagah!" Siau Po mengibaskan tangannya.

"Tidak! Kata-katamu salah!" sahutnya. "Aku justru paling senang mendengar permohonan orang, Kalau orang memanggilku suamiku yang baik, apalagi dengan nada yang mesra, semakin suka aku membantunya!"

Pui Ie menatap Siau Po lekat-lekat Dia benar-benar kewalahan menghadapi orang yang satu ini.

"Kui toako... akhirnya dia memanggil "Toako yang baik, aku memohon bantuanmu!" Kembali timbul rasa iseng dalam hati Siau Po. Dia menggoda lagi "Kau harus memanggil suami padaku!" katanya sambil tersenyum.

"Bicaramu keliru, Kui toako!" kata Kiam Peng. "Suciku ini akan menikah dengan Lau suko, Karena itu Lau suko yang akan menjadi suaminya, Mana boleh suci memanggil suami kepadamu?"

“Tidak bisa!" kata Siau Po. "Kalau dia menikah dengan Lau It-cou, lohu cemburu! Iya, aku merasa tidak puas, aku iri!"

"Kau tidak tahu, Kui toako," kata nona Bhok kembali. Nadanya setengah membujuk "Lao suko itu orangnya baik sekali..."

“Tidak!" bentak si bocah cilik. "Justru karena dia baik, aku semakin iri! Aku cemburu sekali!"

Berkata begitu, Siau Po tetap tertawa, Sembari meraih bungkusannya di atas meja, dia berjalan keluar, pintu kamarnya dikunci. 

Dengan mengajak empat orang thay-kam sebagai pengiring, dia menunggang kuda menuju jalan Tiang An barat, istana yang dihadiahkan Raja untuk Peng Si ong,

Ketika Go Eng-him mengetahui kedatangan utusan raja, dia segera keluar dan menjatuhkan dirinya berlutut.

"Sri Baginda menitahkan aku membawa beberapa barang untuk diperlihatkan kepadamu!" kata Siau Po langsung, "Siau ongya, nyalimu besar atau tidak?"

"Nyali Pi cit (hamba yang berpangkat rendah) kecil sekali Pi cit tidak boleh terkejut sedikit pun," sahut Go Eng-him.

Siau Po menunjukkan mimik heran.

"Nyalimu kecil sekali sehingga tidak boleh terkejut sedikit pun?" tanyanya, "Tapi, apa yang kau lakukan justru begitu besar dan mengejutkan!"

"Kongkong, Pi cit tidak mengerti apa yang kongkong maksudkan," sahut Go Eng-him. Tolong kongkong jelaskan!"

Ketika bertemu dengan Siau Po di istana Kong Cin ong, Go Eng-him tidak membahasakan dirinya Pi cit atau aku yang berpangkat rendah, Kalau sekarang dia menyebut dirinya demikian, karena Siau Po sebagai utusan raja, Lagipula dia dapat merasakan suasana yang kurang menguntungkan dirinya.

Siau Po tidak memberikan penjelasan Dia berkata lagi dengan tampang serius,

"Tadi malam kau telah mengirim beberapa perusuh untuk menyerbu istana! sekarang Sri Baginda menitahkan aku menanyakan persoalan ini!" Sejak pagi harinya Go Eng-him sudah mendengar kabar tentang serbuan tadi malam. sekarang mendengar kata-kata Siau Po, otomatis dia terkejut setengah mati. Dari berlulut, tanpa sadar dia berdiri kemudian berlutut kembali sambil menyembah berulang kali menghadap arah istana kerajaan.

"Sri Baginda! Sri Baginda telah menurunkan budi yang besar kepada kami ayah dan anak, Meskipun menjadi kerbau atau kuda, sulit rasanya membalas budi yang demikian besar itu, Sri Baginda, budak Go Sam-kui dan Go Eng-him bersedia me ngorbankan jiwa dan raga untuk bekerja demi Sri Baginda, Tidak nanti hati kami berani bercabang dua!"

Siau Po tertawa menyaksikan sikap orang itu.

"Bangun! Bangunlah!" katanya ramah, "Perlahan-lahan saja kau menyembah, semuanya masih belum terlambat Siau ongya, mari! Kau lihat dulu barang-barang yang aku bawa ini!"

Sembari berkata, Siau Po membuka bungkusan nya. Go Eng-him lantas bangkit untuk melihat is bungkusan yang terdiri dari senjata dan pakaian pakaian dalam otomatis dia jadi menggigil dan gemetar.

"Ini... ini.,." suaranya bergetar dan ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya ketika membaca surat pengakuan para busu, Dia memaksakan dirinya membaca sampai habis, isinya ternyata pengakuan orang-orang yang tertawan, bahwa kedatangan mereka menyerbu istana adalah atas perintah Go Sam-kui. Dengan demikian kelak Go Sam-kui akan mendapat dukungan untuk menggantikan kaisar Kong Hi yang harus dibunuh.

Meskipun otaknya cerdas, Go Eng-him tetap terkejut dan ketakutan Kedua kakinya jadi lemas dan sekali lagi dia jatuh berlutut

"Kui.... Kui... kongkong..." panggilnya dengan suara bergetar "lni tidak benar! pastilah orang-orang itu sudah dihasut supaya memfitnah kami ayah,., dan anak! Kongkong, aku harap kau sudi menghadap Sri Baginda dan menuturkan urusan yang sebenarnya. Sri Baginda cerdas dan bijaksana, Pasti kata kongkong akan didengarnya. "

"Urusan ini sudah tersiar luas," kata Siau Po. "So tayjin dan To tayjin telah menghadap Sri Baginda dan melaporkan pengakuan para penyerbu itu, Kau tahu sendiri, ini namanya pemberontakan durhaka terhadap junjungannya! siapakah yang bernyali demikian besar membicarakan urusan kepada Sri Baginda? Kau minta aku menghadap Sri Baginda, sebetulnya bukan tidak bisa, tapi untuk itu aku harus memikirkan cara yang sempurna. Alasan apa yang bisa kukemukakan untuk membelamu, Sulit bukan?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar