Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Jilid 15

Jilid 15 

Melihat cengkeraman keempat kalinya tidak menggemingkan tubuh orang, Liong-siang Hoa-tong sendiripun merasa diluar dugaan, batinnya : "Tak heran Umong pernah kecundang olehnya, bila Lwekangnya sudah pulih seluruhnya, Liong-jiau-jiu yang kulancarkan ini betapapun tidak dapat mengapa-apakan dia, kecuali melabraknya tiada jalan lain untuk membekuknya." Segera ia kerahkan beberapa lipat tenaganya, jari-jarinya mencengkram ditengah udara dari jarak jauh. Tubuh Hong-thian-lui hanya bergoyang gontai, sedikitpun kakinya tidak bergeming.

Meski tidak bergeser, namun ia sudah merasa sangat payah, kepalanya basah kuyup oleh keringat.

Terdengar Liong-siang Hoatong tertawa dingin, ejeknya : "Bocah kau ini bila main kekerasan, aku tidak akan segan lagi membuatmu terluka."

Tepat pada saat itu juga sekonyong-konyong seseorang menghardik keras laksana guntur menggelegar : "Siapa berani melukai muridku." terdengar suaranya orangnyapun sudah meneriang tiba, segulung angin pukulan yang keras dan kuat sekali, laksana gugur gunung menerpa kearah Liong-siang Hoatong.

Liong-siang Hoatong merubah cengkeraman tangan menjadi pukulan telapak tangan, kontan ia dorong telapak tangannya menyongsong serangan musuh, kekuatan pukulannya menderu keras, lapat-lapat terdengar gemuruh geluduk. Begitu dua tenaga pukulan saling bentrok, jubah kedodoran Liong-siang Hoatong berkembang seperti layar yang dihembus angin badai, orang yang menjadi lawannya itupun bergoyang gontai, kalau dibanding secara kenyataan, kekuatan pukulan Liong-siang-Hoatong masih setingkat lebih menang.

Liong siang-Hoatong bergelak tawa, serunya : "Bi-lek ciang memang tidak bernama kosong, yang datang ini tentu Cin tayhiap adanya. Lolap sudah lama kagum, sungguh kebetulan kedatangan Cin-tayhiap untuk memberi petunjuk." seiring dengan gelak tawanya ia kerahkan seluruh kekuatan Liong-siang kang sampai tingkat kesembilan.

Liong-siang-kang memang terbagi sembilan tingkat, tingkat demi tingkat lebih lihay berlipat ganda, bila kekuatan dikerahkan sampai tingkat kesembilan boleh dikatakan sudah mengembangkan Liong-siang-kang pada tingkat tertinggi dan hebat sekali perbawanya, seolah-olah gelombang bergelombang, gelombang yang belakang lebih tinggi dan lebih hebat dari gelombang yang duluan, tak kenal putus lagi.

Liong-siang Hoatong percaya bahwa dirinya mampu untuk merobohkan Cin Hou-siau, tak duga tengah ia girang dan bangga akan pertunjukkan kekuatannya, sekonyong-konyong segulung tenaga menerpa pula dari arah lain, rangsangan tenaga kali ini jauh berbeda dengan Bi-lek-ciang Cin Hou-siau yang mengandung tenaga keras dan kasar itu, sebaliknya tenaga ini adalah sedemikian lunak dan empuk, datang secara mendadak dan tanpa suara lagi. Meskipun lunak namun kekuatannya ternyata sangat ganas, sambung menyambung menjadi satu, begitu liat dan tak terputuskan. Begitulah antara keras dan lunak ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kehebatannya sendiri-sendiri, sama-sama Lwekang tingkat tinggi yang cukup berkelebihan untuk menghadapi dan melawan Liong-siang-kang yang hebat.

Sungguh kejut dan girang pula Hong-thian-lui dibuatnya, hampir ia tidak mau percaya akan pandangan matanya sendiri. Kiranya dua orang yang beruntun datang dan menghadapi Liong-siang Hoatong ini bukan lain adalah gurunya Cin Hou siau, sedang yang lain adalah ayah Lu Giok-yau yaitu Lu Tang-wan adanya.

"Wi-tit, awas !" tiba-tiba Cin Hou-siau berteriak dalam kesibukan tempurnya.

Bicara lambat kenyataan sangat cepat, tahu-tahu Umong sudah menubruk tiba dari samping merangsak Hong-thian-lui.

Beberapa lama ini Hong-thian-lui sudah kenyang dihina dan dianiaya oleh Umong, kinilah saatnya untuk membalas dendam, dengan gusar dia membentak : "Anjing Tartar...! Berani kau menghina aku...!" begitu membalik tangan ia labrak Umong habis-habisan.

Pukulan tangan Hong-thian-lui ini cukup membuat pergelangan tangan Umong sakit, keruan kagetnya bukan main, tapi terasa olehnya kekuatan pukulan lawan jauh berkurang dibanding dulu, setelah rasa kejutnya hilang nyalinya semakin besar. Dalam hati ia berpikir: "Kiranya tuan putri memang benar telah mencuri obat pemunahnya. Untung Lwekangnya belum pulih seluruhnya, seumpama tidak bisa menang dalam waktu dekatpun takkan bisa terkalahkan olehnya. Nanti setelah Suhu membereskan kedua lawannya yang tua-tua itu, pasti dapat membekut keparat ini pula. . . ." segera ia pusatkan perhatian dan melimpahkan semangatnya untuk menempur Hong-thian-lui dengan sengit, benar juga sekian lama ia bertahan dan bertempur dengan seru sulit dibedakan siapa bakal unggul atau asor.

Menurut anggapan Umong Suhunya pasti bisa, diluar tahunya justru Liong-siang Hoatong sedang mengeluh. Dengan kekuatan gabungan Cin Hou-siau dan Lu Tang-wan, masing-masing mainkan kekerasan dan kelunakan, kekuatannya menjadi berlipat ganda. Meski Liong-siang Hoatong sudah kerahkan Liong-siang-kang sampai tingkat kesembilan toh masih terdesak dibawah angin.

Pengetahuan silat In-tiong-yan sudah cukup tinggi, sekali pandang saja ia tahu, bahwa betapapun Liong-siang Hoatong tidak gampang bisa menang maka dengan lega hati ia memutar tubuh, pikirannya Hong-thian lui malam ini pasti berhasil meloloskan dengan tertawa dingin ia menjengek, "Aku sendiri bisa jalan tak perlu kau jaga aku." ia tinggalkan Cohaptoh dan masuk kedalam seorang diri.

Cohaptoh menjadi melongo ditempatnya, tak tahu ikut masuk kedalam atau harus membantu Umong. Meskipun tadi ia mendapat perintah dari koksu, namun kata-kata Tuan putri masa dia berani membangkang. Tengah ia sangsi dan kebingungan mendadak didengarnya orang berteriak, "Lu toako, putrimu juga ada disini, lekas datang, lekas datang!" disusul seorang lainpun berteriak, "Hayo kemari lekas ada musuh!"

Orang yang berteriak ''Lu-toako" adalah Sip It sian. Seorang yang lain adalah Lou Jin cin. Mendengar suara panggilan Lou Jin-cin ini Cohaptoh jadi punya alasan untuk segera memburu kearah sana.

O^~^~^O 

Dalam pada itu Cin Liong hwi seorang diri berada didalam kamar Lou Jin-cin memandangi Lu Giok yau yang terpulas diatas ranjang, tengah hatinya dak dik-duk dan gelisah, disaat batin kemudian ia berperang nafsu kebinatangannya, sekonyong konyong jendela kamar itu terbuka sendiri tanpa ada angin menghembus, segulung pasir ditimpukan masuk kekamar,

Cin Liong hwi terperanjat, "Siapa?" bentaknya.

Orang itu tidak bersuara, sebaliknya Luo Jin-cin membentak keras, "Maling bernyali besar, kemana lari!"

Kiranya Cin Hou siau, Lu Tang-wan, Ling Tin dan Sip It-sian bersama tiba di Lou kehceng, empat orang ini berpencar membuat penyelidikan sendiri-sendiri. Secara kebetulan Sip It-sian menyelundup masuk keruang belakang bagian kamar-kamar tidur secara kebetulan pula ia pergoki perbuatan Cin Liong hwi. Melihat Cin Liong hwi menjublek berdiri didepan ranjang, seakan-akan tidak berani turun tangan berbuat pelanggaran susila, maka iapun tidak membuatnya terlalu runyam, cukup ia taburkan segenggam pasir untuk memberi peringatan saja.

Begitu ia taburkan segenggam pasirnya itu, dua orang didalam dan diluar kamar terkejut. Orang yang didalam kamar adalah Cin Liong hwi sedang yang diluar adalah Lou Jin cin yang berjaga diluar.

Lou Jin cin bekas begal tunggal dari golongan hitam yang sudah punya pengalaman kangouw puluhan tahun, segala permainan kasar halus atau kelicikan dunia persilatan sedikitpun tidak bisa mengelabui matanya, kali ini ternyata sampai digerayangi Sip It-sian sampai kekamar tidurnya tanpa diketahui sebelumnya, keruan kagetnya bukan main, sebab sekali ia menubruk kearah bayangan hitam yang muncul di bawah jendela sana.

Untuk lari lagi Sip It sian adalah segampang membalikkan tangan, namun Lu Giok-Yau masih berada dimulut harimau, dia sendiri tidak tahu apa akibatnya taburan segenggam pasirnya itu, mana dia berani tinggal pergi tanpa kuatir sedikitpun? Apalagi setelah ia melihat jelas adalah Lou Jin cin yang meluruk pada dirinya hatinya semakin curiga dan heran, lapat terasa olehnya bahwa urusan agaknya jauh lebih buruk seperti apa yang dibayangkannya tadi.

Bagaimana mungkin Cin Liong hwi melakukan perbuatan tercela yang memalukan ini? Bagaimana pula Lu Giok yau bisa terpulas diatas ranjang Lou Jin cin? Apakah Cin Liong-hwi bocah ini sudah tersesat dan menyeleweng? Menjadi begundal Lou Jin cin?" belum lenyap jalan pikirannya, terasa angin keras menyampok dating, kiranya Lou Jin cin sudah menubruk tiba sambil kirim pukulan dahsyat, belum lagi orangnya tiba kim khong ciang sudah menggetar mundur tubuhnya. "Biarlah aku melibatnya disini." demikian pikir Sip It-sian, setelah ambil keputusan dengan gaya Ui-ho-cong-sian (bangau terbang menembus langit) kakinya menjejak tanah, tubuhnya lantas melambung tinggi melampa di atas rumah untuk menghindari pukulan Lou Jin-cin ini.

Lou Jin cin membentak lagi, "Maling kecil menggelundunglah!" berbareng tangannya mencomot sebuah genteng terus dicengkeramnya hancur beberapa keping kontan ia sambitkan senjata rahasia cadangan ini ke arah Sip It sian, Ginkang Sip It sian memang hebat, kepandaiannya sejati justru sangat rendah diatas atap ia kembangkan kelincahan tubuhnya meski tidak kena kesambit tak urung kakinya jadi tidak bisa berdiri tegak, akhirnya terpaksa harus loncat ketanah kembali.

Setelah melihat tegas yang dihadapi ini adalah Sip It sian, Lou Jin cin sendiri juga terkejut batinnya, "Keparat ini sangat lihay selulup timbul laksana dewa elmaut kalau tidak ungkulan tinggal lari, mungkin aku tidak mampu meringkus dia, tapi bagaimana juga aku pantang membuatmu lolos meninggalkan rumahku ini."

Sebaliknya Sip It-sian juga sedang berpikir, "Untuk melawan jelas aku bukan tandingannya, siapakah yang harus kupanggil untuk membantu?" betapapun ia masih sayang dan prihatin pada Cin Liong hwi bila sampai diketahui perbuatan puteranya yang tercela ini oleh Cin Hou Siau, mungkin beliau bisa memukulnya sampai mampus. Akhirnya, ia berkeputusan pura-pura hanya menemukan jejak Lu Giok-yau seorang, dan memanggil ayahnya yaitu Lu Tang-wan. Disaat ia berteriak memanggil Lu Tang wan supaya lekas datang itulah bertepatan pula dengan teriakan Lou Jin-cin memanggil orang minta bantuan.

Begitu mendengar suara Sip It-sian yang sedang memanggil Lu Tang-wan, serasa arwah Cin Liong-hwi copot dari badan kasarnya, takutnya bukan main. Pikirnya, "Jangan sampai aku kepergok olehnya ayahnya disini. Apalagi bila sampai mereka ayah beranak bertemu bualanku tentu terbongkar, bagaimanakah baiknya?" sebetulnya otaknya cerdik berpikir, sedikit mengerut kening segera terpikir sebuah akal olehnya. Disaat Lou Jin-cin mengundak dan menempur Sip It sian, dan Lu Tang-wan belum memburu tiba segera ia jinjing tubuh Lu Giok-yau yang masih tertidur pulas itu terus meloncat keluar dari jendela belakang, dengan berindap-indap ia melompat keluar dari kebon belakang terus melarikan diri.

Pekarangan gedung Lou Jin-cin ini sangat luas ada beberapa gunung gunungan palsu yang tersebar dimana-mana dengan lari mengitari gunung-gunungan palsu ini ia ajak Lou Jin cin bermain petak. Sebagai maling sakti nomor satu diseluruh dunia sudah tentu Sip It sian sangat jeli kupingnya tajam luar biasa. Malam ini cuaca sangat gelap anginpun berembus agak keras ada gunungan palsu pula yang mengelilingi pandangan matanya dia tidak melihat bahwa Cin Liong-hwi sudah membolos keluar dan melarikan diri tapi Cin Liong-hwi lari sambil memanggul seorang derap langkahnya yang berat itu jelas terdengar oleh ketajaman kupingnya, tapi dia tidak berani pastikan apakah benar Cin Liong hwi adanya.

Tengah ia berusaha membebaskan diri dari libatan Lou Jin-cin dan mengejar kesana, bantuan pihak Lou Jin-cin sudah keburu tiba. Itulah isyarat Lou Jin cin dan empat dayangnya. Nyonya bawel ini bersama Thio Jay-giok, asalnya seorang begal perempuan pula. Sebelum menikah dan menjadi gundik Lou Jin-cin, pernah satu kali bekerja sama dengan Sip It-sian, melakukan dagang tanpa modal (merampok), yang dirampok adalah penjabat korup.

Begitu melihat Sip It-sian, Thio Jay-giok lantas cekikak cekikik tertawa genit serunya, "Kukira siapa, ternyata kau, ketika sama golongan dan sehaluan kenapa kau malah menggerayangi milik suamiku malah?"

Sip It-sian tertawa dingin, jengeknya, "Aku hanya mencuri harta benda, tak seperti kalian suami istri, bisa mencuri perawan orang lain."

"Jadi kau bukan jadi maling malam ini. Membongkar rahasia maksudmu?"

"Benar, bila kau bicara demi kepentingan golongan, lekas kau serahkan putri Lu Tang-wan padaku ! Hm, kau tahu tidak, lawan sudah datang."

Thio Jay-giok pura kaget dan sesambatan seperti penasaran, serunya, "Sip It sian darimana kau dengar kabar angin ini. Seumpama nyaliku setinggi langit juga tidak berani mencari perkara dengan Lu Tang-wan."

"Kabar angin apa ?" semprot Sip It-sian gusar. "mata kepalaku sendiri yang melihat kenyataan."

Thio Jay-giok menggeleng kepala, sahutnya, "Tak pernah terjadi, mungkin kau salah lihat orang."

Sip It-sian tersentak sadar, pikirnya, "Mungkinkah perempuan bawel ini main ulur waktu untuk memberi kesempatan kaki tangannya menyembunyikan nona Lu serta suruh Cin Liong hwi melarikan diri ?" rekaannya ini memang benar separo.

Cin Liong-hwi melarikan diri menggondol Lu Giok yau meski bukan mendapat petunjuk mereka suami istri, namun memang mendapat bantuan perempuan bawel ini secara diam diam. Dia tahu bahwa Cin Liong-hwi melarikan diri, dan karena ia memberi perintah sehingga Cin Liong-hwi dapat leluasa melarikan diri tanpa mengalami rintangan sedikitpun. Kalau tidak mengandal Ginkang Cin Liong hwi, memanggul seorang lagi, mana mungkin dia berhasil lolos keluar dari Lou keh ceng !

Dapat membongkar kelicikan orang, Sip It sian tertawa dingin, jengeknya, "Baik, kau kata aku salah lihat orang. Kalau begitu ingin aku melihat lebih tegas malah."

Terdengar angin menderu kencang kiranya Thio Jay giok telah mengirim cemeti panjang ditangannya merintangi jalannya, serunya, "Kau tidak percaya ucapanku, jangan salahkan aku tidak bicara mengenal aturan lagi. Hehe, kau sendiri yang tidak menurut aturan, setelah datang kau tidak bertandang secara wajar malah menyelundup mencari perkara. Masa aku harus membiarkan kau seenaknya saja pergi datang? Kalau kau tahu diri silakan turun dan minum arak dan istirahat didalam suka mari bicara secara blak-blakkan." Mulutnya bicara namun tangannya tetap menggerakkan senjata, serangannya semakin gencar malah. Bila hanya menghadapi salah satu diantara suami istri Lou Jin-cin untuk meloloskan diri, dan lari bagi Sip It sian adalah semudah membalikkan tangan namun di bawah kerubutan kedua orang ini dia menjadi kerepotan dan tidak mampu lari lagi.

Namun Sip It-sian pandai mencari kesempatan dan dapat bergerak lincah dalam suatu kesempatan diperolehnya suatu lobang kelemahan musuh, ia berhasil bolos keluar dari celah-celah kelemahan serangan kedua suami istri ini. Tak duga baru saja ia berhasil loncat turun dari gunung-gunungan palsu, tampak bayangan orang berkelebatan, bebareng beberapa buah pecut panjang rnenari-nari disekitar badannya. Menerobos ketimur kebarat keselatan atau ke timur selalu kebentur oleh libatan pecut panjang musuh, suara cemeti saling bersahutan ditengah udara menambah suasana pertempuran semakin riuh rendah. Kiranya keempat dayang Thio Jay giok sejak tadi sudah sembunyi di empat penjuru, memang mereka khusus disiapkan untuk merintangi Sip It-sian bila dia berhasil lolos.

Keempat dayang ini memiliki kepandaian yang lumayan, biasanya mereka terdidik langsung olek suami istri Lou Jin cin, keempat pecut panjang mereka dapat bergerak begitu tapi bekerja sama rapat sekali, tiada sedikit pun lobang kelemahannya. Dalam waktu dekat betapapun tinggi Ginkang Sip It-sian, ia menjadi mati kutu tak mampu melarikan diri lagi.

"Ikan sudah masuk jala, masih ingin lari lagi?" terdengar Lou Jin cin mengejek dari luar kalangan. Cepat mereka suami isteri merabu lagi bersama, keempat dayangnya segera mundur dan berpencar keempat penjuru lagi. Tapi pecut masing-masing masih dimainkan secepat kitaran untuk mengepung jalan keluar Sip It sian seolah-olah mereka sudah membentuk sebuah barisan pecut panjang. Pertempuran kali ini dilakukan ditanah lapang, tak bisa menggunakan alingan gunung-gunungan palsu lagi, sekejap saja kepungan semakin diperketat.

Dilain pihak, dari teriakan Sip It sian itu, tahu Lu Tang-wan bahwa dua orang telah menemukan putrinya disana, keruan kaget dan gugup benar hatinya. Kejutnya bukan karena tidak tahu cara bagaimana putrinya bisa disarang Lou Jin cin, yang dia gugup justru karena musuh ternyata begitu tangguh meski dikeroyok bersama Cin Hou-siau, paling paling mereka baru sedikit diatas angin.

Liong siang Hoatong ini sungguh hebat, bila dirinya tinggal pergi kesana mungkin Cin hou siau tak mampu bertahan lagi.

Tapi Cin Hou-siau tahu akan kegugupan orang, segera ia berkata, "Menolong putrimu lebih penting, lekaslah pergi !" Sekonyong konyong ia gertak gigi beruntun ia melancarkan tiga gelombang pukulan Bi-lek-ciang, sungguh dahsyat perbawa kekuatan pukulan tiga berantai ini, seolah-olah angin topan dari prahara telah memberondong tiba sekaligus, betapapun liehay dan dalam Lwekang Liong siang Hoatong, ia tak kuasa menyambut ketiga pukulan dahsyat ini, beruntun ia tersurut mundur tiga langkah.

Kesempatan tidak boleh disia-siakan, sebat sekali Lu Tang-wan segera melompat mundur dari kalangan pertempuran, tanpa pikir ia berseru, "Saudara Cin, aku pergi sebentar, segera aku kembali!"

Cohaptoh sedang berlari kencang kedepan. Sekonyong-konyong Lu Tang wan memberosot lewat dari sampingnya sembari memukulkan telapak tangannya kebelakang, Cohaptoh mana kuat menahan kekuatan pukulannya, kontan ia terjengkang roboh terguling, untung tenaga dalamnyapun tidak lemah, Lu Tang-wanpun hanya menggunakan Bik-khong-ciang lat, meski bantingannya cukup keras, untung ia tidak terluka berat.

Sementara Cohaptoh merangkak bangun, terdengar Liong siang Hoatong berteriak, "Umong, lekas kalian susul ke sana!" karena melihat Umong kewalahan melawan Hong-thian lui, dia sangka dengan kekuatan dirinya kiranya cukup berkelebihan menghadapi keroyokan Cin Hou-siau dan Hong-thian lui. Sebaliknya belum tentu Lou Jin-cin kuat melawan Lu Tang wan maka segera ia perintahkan Umong menyusul kesana memberi bantuan.

Sebenarnya Umong memang sedang terdesak dan keripuhan, sungguh sangat kebetulan pesan gurunya ini gesit sekali ia mengundurkan diri. Disebelah sana Liong siang Hoatong telah lancarkan pula Liong-siang kang sampai tingkat kesembilan. Cin Hou siau dan Hong-thian lui segera terlibat dalam lingkungan kekuatan angin pukulannya yang hebat itu.

Kedatangan Lu Tang-wan tepat pada waktunya, melihat Sip It sian terkepung dalam barisan pecut musuh segera ia melabrak dengan kedua pukulannya. Bentaknya, "Lou-Jin cin, berani kau aniaya putriku ya?" seiring dengan suaranya angin pukulannyapun memberondong tiba, sekali hantam ia serang kearah Lou Jin-cin.

Lou Jin-cin membalikkan tangan mencengkeram kebelakang. Cengkeramannya ini mengandung delapan macam perobahan termasuk tekan tepuk telikung jelentik cengkeram sobek dan cengkeram, sewaktu-waktu dapat diubah menurut kemauan dan keadaan. Sungguh merupakan Tay-kim-na-jiu hoat dari pecahan Eng-jiau jiu yang sangat lihay sekali.

Waktu pukulan Lu Tang wan mendadak merubah sasaran di tengah jalan, ia ganti pukulan In ciang menjadi pukulan Yang ciang yang kokoh kuat dan kasar, telapak tangannya terarah kedepan dan jari-jari terkembang, seperti menatap laksana mengunci, diam-diam jari tengahnya teracung kedepan, tepat mengarah jalan darah Lou khong hiat ditelapak tangan musuh. Kontan segulung tenaga lunak yang mengandung kekuatan dahsyat mengalir keluar dan menerpa kedepan tanpa bersuara kearah musuh.

Namun Lou Jin-cinpun seorang ahli silat yang cukup punya pengalaman luas, sudah tentu cengkeramannya tidak berani dilanjutkan.

Ternyata Lu Tang wan sudah lancarkan pukulan Ban-ciang yang sudah sempurna latihannya, kelihatannya jurus serangannya itu sepele dan gampang saja seperti main kembangan dibanding cengkeraman Lou Jin cin yang mengandung delapan macam perubahan yang rumit itu. Tapi permainan yang sepele ini justru sangat lihay dan menakjubkan, cukup dengan sejurus tipu yang sederhana ini, berkelebihan untuk mengatasi rangsakan balasan Lou Jin cin yang mengandung delapan perubahan itu.

Pukulan Lan ciang bila dilatih sempurna sampai tingkat yang tertinggi, sekali tepuk saja cukup membuat batu keras menjadi tepung. Lou Jin-cin memaklumi kelihayan ini. Bila adu kekerasan seumpama dirinya kalah tenaga dalam akibatnya justru lebih parah, seumpama tidak tewas juga pasti luka parah. Maka sebat sekali iapun tunjukan permainan pukulan tangannya yang lihay, dengan sodokan sikut dan kebasan lengan bajunya ia punahkan serangan tenaga musuh terus mundur beberapa langkah dan berdiri diam menanti dengan siap siaga.

Melihat orang dapat melayani pukulannya begitu sempurna diam diam Lu Tang wan rada terkejut mau tak mau berpikir, "Bangsat ini dulu malang melintang di Kangouw. Kepandaiannya cukup lihay, aku tidak bisa memandang ringan padanya. Tapi untuk mengalahkan dia, mungkin harus memakan waktu sampai ratusan jurus kemudian." karena pikirannya ini, sekonyong-konyong ia melesat lewat dari samping tubuh Lou Jin-cin!

Gerakan kedua belah pihak sama sama cepat, dalam tempo sekilas kilat berkelebat, dikata lambat terjadinya begitu cepat, melihat orang memberosot lewat kontan istri Lou Jin-cin mengayun cambuknya, "Wut" ujung cambuknya menggulung kearah kaki Lu Tang wan. Tubuh Lu Tang-wan masin terapung di tengah udara segera jumpalitan dan untuk membebaskan diri seraya menjentik jari tengah, "Cras" ujung cambuk kena keselentik mental balik meluncur turun ketanah berbareng kakinya lantas menginjak kebawah, tepat sekali menindih ujung cambuk istri Lou Jin cin.

Lou Jin cin tersipu sipu memburu maju menolong, gerakkan kedua belah sama gesit, begitu kakinya berhasil menginjak cambuk lawan, berbareng tubuh Lu Tang wan terus mendak kebawah sembari mengulur tangan meraih, terdengar suara orang menjerit kesakitan, tulang pundak seseorang telah sekali kena dicengkeram terus menjinjing tinggi-tinggi.

Semula Lou Jin cin terkejut, namun detik lain ia tertawa gelak gelak malah, serunya, "Lu Tang-wan, kenapa kau aniaya dayangku, terhitang orang gagah macam apa kau ini."

Ternyata tujuan Lu Tang-wan hendak membekuk istri Lou Jin cin, namun Thio Jay-giok cukup licin dan licik, cepat ia buang senjata cambuknya sembari melejit kesamping berbareng ia tarik dan dorong seorang dayang disampingnya, sehingga kesayangannya ini, menjadi korban cengkeramannya Lu Tang-wan, keruan dongkol dan gemes pula Lu Tang-wan dibuatnya. "Dimana putriku? Bila tidak kau serahkan, aku orang she Lu akan membuat perhitungan habis habisan pada kau!"

"Yang kau ringkus hanyalah dayangku masa harus kuganti dengan putrimu ? Apakah kau tidak terlalu rendah menilai putrimu sendiri ?"' demikian ejek Lou Jin cin sambil tertawa menyeringai, berbareng ia merangsak maju pula dengan serangan telapak tangan dan tutukan jari yang berbahaya, sedikitpun ia tidak hiraukan mati hidup dayangnya lagi.

Lu Tang wan kuatir melukai sidayang malah, segera ia babatkan tangannya kesamping melemparkan tubuh sidayang keluar kalangan sejauh tiga tombak, bentaknya, "Kau sangka aku tidak mampu meringkus istri bawelmu ini ?" tiba-tiba tubuhnya melejit maju seperti bayangan mengikuti bentuknya, ia kejar kearah Thio Jay-giok. Setelah kehilangan cambuk panjangnya, Thio Jay-giok menjadi bertangan kosong dan tidak mampu melawan. Cepat Lou Jin-cin harus mengudak tiba menolong, beruntun ia melancarkan tujuh pukulan berantai, namun semua terpaut beberapa senti dari sasarannya, ujung baju Lu Tang-wan saja ia tidak mampu menyentuhnya.

Karena kerepotan menghadapi rangsakan Lu Tang-wan, Lou Jin-cin suami istri tak sempat lagi merintangi Sip It-sian. Begitu lepas dari kepungan segera Sip It-sian melesat menuju kekamar Lou Jin-cin.

Seketika timbul akal Lou Jin-cin, bentaknya, "Sip It-sian, betapa tinggi kepandaianmu berani kau menerjang masuk kedalam kamarku ! Hehe, kebetulan aku bisa menjebak sibulus masuk perangkap." Tanpa membantu istrinya mengerubut Lu Tang-wan sebaliknya ia putar tubuh terus mengejar ke arah Sip It-sian.

"Lu Tang-wan," terdengar Thio Jay-giok mengolok dengan suara yang menyebalkan. "Kau selalu mempersukar pada nyonya orang lain, apa kau tidak hiraukan lagi badan suci putrimu?"

Beberapa gebrak lagi pasti Lu Tang-wan berhasil membekuk Thio Jay-giok serta mendengar olok-olok itu ia menjadi terkejut, batinnya, "Sip It sian hendak menerobos masuk kekamar itu, apakah putriku berada di-sana? Mereka hendak menodai kesucian anak Yau ?"

Lou Jin-cin mengejar Sip It-sian hanyalah tipu belaka untuk menolong kebebasan istrinya. Sudah dalam perhitungannya bahwa Lu Tang-wan pasti tidak akan tinggal diam. Betul juga Lu Tang-wan kena digebrak olehnya, segera ia putar balik tanpa perdulikan istrinya lagi.

Sip It-sian sedang mendorong pintu, teriaknya, "Lu toako, kau gebah mereka saja, biar aku yang periksa kedalam." Soalnya ia belum berani memastikan apakah Cin Liong hwi benar sudah melarikan diri, kuatir kepergok oleh Lu Tang-wan, seumpama Lu Tang-wan tidak mencabut nyawanya, mungkin ayahnya sendiri yang akan membunuhnya. Bila ia masuk lebih dulu, tentu berkesempatan menyuruh Cin Liong-hwi sembunyi atau melarikan diri untuk melindungi jiwanya.

Dari sebelah belakang Lou Jin cin berteriak, "Sip It sian akan masuk, sambut dengan senjata rahasia !" Dia sudah tahu bahwa Cin Liong-hwi sudah melarikan diri namun sengaja pura-pura berteriak seolah-olah didalam ada orang, sehingga Lu Tang-wan harus mengudak lebih cepat lagi.

Dengan langkah lebar Lu Tang wan menyusul kedepan, "Wut" kontan ia hantam Lou Jin-cin sampai tergentak mundur tiga tindak, bentaknya, "Seujung rambut saja putriku kena cidera, awas jiwa anjingmu !"

Setelah berada didalam kamar terlihat oleh Sip It-sian jendela sebelah belakang sudah terpentang lebar, kamar itu kosong melompong, baru sekarang ia sadar. "Kiranya suara yang kudengar tadi benar adalah derap lari Cin Liong-hwi yang memanggul Lu Giok-yau!" Belum lagi ia sempat menutup lagi jendela itu, Lu Tang wan sudah memburu masuk.

"Mana putriku ?" tanya Lu Tang-wan. Tergerak hati Sip It-sian, dasar cerdik segera ia menunjuk jendela dan menjelaskan, "Mungkin putrimu sudah lari lewat jendela itu."

"Adakah kau tadi lihat dalam kamar ini... ada orang lain ? Apakah putriku kena dibelenggu ?" demikian tanya Lu Tang-wan lebih tegas.

"Agaknya Lou Jin-cin tidak berani terlalu menyiksa putrimu, dia hanya dikurung dalam kamar ini belaka. Akupun tidak melihat orang lain, mungkin ada orang gagah dari mana yang secara kebetulan telah menolong putrimu." demikian Sip It-sian menjelaskan lebih lanjut dengan mengada ada.

Maklum Sip It-sian punya hubungan kental sejak leluhur mereka dengan keluarga Cin. Apalagi Cin Liong-hwi belum terbukti melakukan perbuatan tercela, demi melindungi nama baik keponakannya; apa boleh buat terpaksa ia berbohong mengarang cerita.

Lu Tang-wan rada lega, pikirnya, "Kiranya Lou Jin-cin hanya menggertak aku belaka. Entah darimana anak Yau mendapat kabar bahwa Hong thian-lui kena disekap di rumah keluarga Lou ini sehingga kemari mencari tahu, dan kena dibekuk oleh mereka, tujuannya tak Iain sebetulnya ingin menjadikan anak Yau sebagai sandera." Belum lenyap pikirannya terdengar suara gelak tawa Lou Jin-cin diluar, serunya, "Lu Tang-wan, putrimu sudah lari, dan jangan harap kau sendiri bisa lari."

Maka terdengarlah suara "Clap clep" berulang diatas dinding papan kamar, dari depan dan belakang luar jendela banyak anak panah melesat serabutan kedalam kamar.

Kiranya Lou Jin cin sudah memendam belasan orang pemanah diluar kamar untuk mengepung dengan rapat.

Betapa tinggi kepandaian Lu Tang wan, masa begitu gampang kena dilukai oleh panah itu ? Seenaknya saja ia meraih kearah ranjang mencopot sehelai selimut terus ditarikan dengan kencang, seketika hujan panah bertaburan diatas lantai, tiada sebatangpun yang mengenai dirinya.

Celaka bagi Sip It sian yang tiada mempunyai kepandaian silat sejati itu terpaksa ia harus berjongkok mepet dinding, dimana tempat sembunyinya tidak sampai kena sambitan panah.

Tanpa sengaja Sip It-sian menjemput sebatang panah tampak ujungnya yarg runcing itu berwarna hitam mengkilap, waktu diendus didepan hidung terasa berbau amis yang cukup keras, tanpa merasa mulutnya lantas berteriak kejut, "Awas ! Panah itu beracun!''

"Benar! Itulah panah beracun!" dengar seorang berseru menanggapi sambil bergelak tawa, itulah Lou Jin cin yang sedang memberi aba aba kepada anak buahnya, serunya pula, "Kalau berani marilah silahkan terjang keluar, kutanggung cukup tertoblos satu batang saja, kalian kontan melayang!"

Mengandal kepandaian Lu Tang-wan yang hebat itu mungkin ia masih mampu menerjang keluar dari hujan panah serangan musuh. Tapi tidak mungkin Sip lt sian bisa lolos. Berapapun cepat dan tinggi Ginkangnya masa bisa melebihi kecepatan anak panah ? Dibawah berondongan puluhan panah sekaligus, bukan mustahil satu diantaranya bisa mengenai dirinya.

Sip It-sian segera berkata, "Lu toako, terjanglah keluar, tak usah kau hiraukan aku!''

Lu Tang-wan tertawa getir, sahutnya, "Dua kepalan susah melawan empat tangan musuh, aku sendiri juga tidak punya pegangan dapat selamat menerjang keluar. Sip heng, bencana ini harus dapat kita tanggulangi bersama, jangan kau bicara begitu sungkan. Sekarang terpaksa kita hanya mampu main ulur waktu saja!"

Dikala Lu Tang wan terkurung dan Sip It-sian terkurung didalam kamar itulah secara kebetulan Hek-swan-hong dan Geng Tianpun sudah menyelundup masuk kedalam rumah Lou Jin cin.

Letak pertempuran Cin Hou siau melawan Liongsiang Hoatong dipekarangan bagian belakang, sedang kamar tidur Lou Jin cin ini terletak di depan rumah bagian barat, bangunan gedung Lou keh ceng ini sangat besar, jarak antara kedua pekarangan ini paling tidak juga ada satu li jauhnya.

Begitu berada dipekarangan Lou-keh ceng segera Hek-swan hong memasang kuping mendengarkan dengan cermat, katanya, "Dibagian timur dan barat sama ada orang sedang bertempur kemana dulu kita harus menuju?"

Tiba tiba Geng Tian berkata tertahan, "Ada orang dating !" belum lagi lenyap suaranya, dari sebelah sana sudah terdengar seorang membentak, "Bocah keparat yang bernyali besar, kiranya kau adanya!'' cepat sekali Geng Tian sudah melompat turun dari atas tembok terus bergebrak dengan orang itu.

Ternyata pendatang ini bukan lain adalah Cohaptoh dan Umong. Mereka datang dari belakang menuju kedepan untuk memberi bantuan kepada Lou Jin-cin dua belah pihak tanpa sengaja bentrok ditengah jalan.

Malam itu waktu Geng Tian berbicara dengan In tiong yan didalam hutan, Cohaptoh dan Umong datang menyambut kedatangan tuan putrinya, maka mereka kenal pada Geng Tian.

Geng Tian berjuluk San-tian-jiu atau si tangan kilat, sudah tentu cara turun tangannya cepat luar biasa, begitu saling gebrak pada babak pertama ia sudah lantas berhasil menutuk Umong. Sementara Cohaptoh keluarkan kepandaian ilmu gulatnya, sekali cengkeram ia jinjing Geng Tian terus hendak disengkelit dengan gaya Kiam-jiu-sek, kejadian adalah begitu cepat, sebelum Geng Tian kena terbanting dan tubuh masih terayun di tengah udara secepat angin lesus Hek swan hong telah menubruk tiba sekali hantam dengan pinggir telapak tangannya membacok leher Cohaptoh.

Tapi belum lagi bacokan telapak tangannya mengenai sasarannya, Cohaptoh sudah tersungkur kedepan. Kiranya bagi pemain gulat yang menggunakan gaya Kiam jiu-sek ini cara geraknya harus cukup ganas telak dan cepat, dengan kombinasi gerak yang sekaligus dilancarkan baru akan berhasil merobohkan musuh, yang penting tidak memberi kesempatan bagi musuh untuk balas menyerang. Tubrukan Hek swan-hong dengan serangan mengerah leher itu betapapun telah mengejutkan hatinya sehingga konsentrasinya terbuyar, secara reflek ia bergerak untuk berkelit, pula disaat itu ia sedang menjinjing tubuh Geng Tian yang punya julukan sebagai si tangan kilat pula, belum lagi ia terbanting ditanah, telunjuk jarinya lebih dulu sudah berhasil menutuk jalan darah Hoan-thiau-hiat didengkul Cohaptoh.

Hek-swan-hong lantas bergelak tawa, serunya, "Saudara Geng, hebat kau, kemana tidak mengalah diberikan satu padaku." belum lenyap suaranya tiba-tiba Geng Tian berteriak, "Awas!"

Kontan Hek-swan hong membalikkan telapak tangannya memukul kebelakang. "Blang !" ia pukul pembokong itu terpental mundur tiga langkah. Orang yang membokong dari belakang ini bukan lain adalah Umong. Kiranya sebagai murid terbesar Liong-siang Hoatong, Umong punya kepandaian yang cukup tinggi terutama Lwekangnya sangat lihay, setelah kena tertutuk oleh Geng Tian lekas-lekas ia berusaha mengerahkan tenaga menjebol dan berhasil membebaskan diri dari pengaruh tutukan yang melemaskan badan itu, secara kebetulan jalan darahnya terbebas diwaktu Hek-swan-hong menubruk datang tadi.

"Bagus !" bentak Hek-swan-hong, "Kemaren malah kau mengandal tenaga banyak orang mengeroyok aku, sekarang marilah kita tentukan siapa jantan dan siapa betina."

Umong sudah pernah merasakan kelihayan Hek-swan-hong, satu lawan satu belum tentu dirinya menang apalagi pihak Hek-swan-hong masih ada Geng Tian, pula Geng Tian yang telah berhasil menutuk jalan darahnya dalam satu gebrak saja, tahu dia bahwa kepandaian Geng Tian tentu tidak lemah, kemungkinan lebih lihay dari Hek swan-hong, karena gentar mana berani ia menentukan antara jantan atau betina lagi ? Tanpa bicara lagi segera ia putar tubuh terus ngacir sambil menjinjing tubuh Cohaptoh, sambil lari segera mulutnya berkaok-kaok memanggil bala bantuan.

Hek-swan-hong dan Geng Tian menguatirkan keselamatan Hong-thian-lui, tiada banyak waktu untuk mengejar lagi. Kata Geng Tian : "Didengar dari suara pertempuran dari arah barat dan timur itu agaknya melulu satu dua orang yang lagi berkelahi. Kuduga mungkin ada orang lain yang datang pula untuk menolong Ling toako."

"Baik, mari sekarang kita berpencar untuk memberi bantuan pada mereka....." segera Hek-swan-hong mengusulkan.

"Begitupun baik. Kau ketimur dan aku ke barat!" demikian sahut Geng Tian.

O^~^~^O 

Tatkala itu Lou Jin-cin sedang kesenangan memimpin para pemanahnya untuk mengepung dan menghujani anak panah kearah Lu Tang wan berdua yang terkurung didalam kamar, terdengar ia berseru takabur: "Lu Tang-wan sampai kapan kau mampu bersembunyi. Hehe, apakah selama hidup ini kau ingin menjadi kura kura yang menyurutkan kepala kedalam batoknya?''

Lu Tang-wan menjadi gusar, makinya, "Bangsat tua macam kau pintarmu cuma menggunakan akal licik dan rendah. Berani kau takabur dan mengagulkan diri? kau sangka aku tidak mampu berbuat apa apa atas dirimu ?"

"Ya, kau punya keberanian mari silahkan keluar!" tantang Lou Jin cin.

"Lu toako!" seru Sip It sian gugup. "Jangan kau tertipu olehnya! Coba lihat! Hah ada orang datang!"

Tengah Lou Jin cin kegirangan, mendadak dilihatnya sesosok bayangan hitam laksana seekor burung raksasa langsung menubruk kearah barisan pemanah yang sembunyi diatas gunungan palsu bagian jendela belakang sana, kontan terdengarlah jerit dan pekik kesakitan berulang kali, sekejap mata delapan orang telah terjungkal roboh.

Barisan pemanah bagian jendela belakang sedemikian kacau balau. Sudah tentu bukan kepalang kejut Lou Jin cin, cepat ia berlari maju bersama istrinya untuk menghentikan sepak terjang Geng Tian, Lu Tang-wan dan Sip It sian sudah keburu menerjang keluar dari jendela.

Cambuk panjang Thio Jay-giok melingkar-lingkar panjang dari bawah terus melilit tiba, bentaknya, "Robohlah!"

"Lepas cambuk!" bersamaan Geng Tian-pun membentak seraya melempit kipas dan menyendalnya keatas. Cara turun tangan kedua belah pihak sama teramat cepat, tujuan cambuk adalah hendak melilit sepasang kaki Geng Tian, serta kena tersendal oleh kipas Geng Tian kontan membelit kencang diatas batang kipasnya itu kedua belah pihak lantas sama mengerahkan tenaga dalam dan saling tarik cambuk panjang itu menjadi terentang lempang.

Geng Tian tidak sampai roboh dan cambuk Thio Jay-giok juga tidak terlepas dari tangannya.

Melihat adanya kesempatan ini sebat sekali Lou Jin cin segera menubruk maju, berbareng ia kembangkan ilmu Tay kim-na-jiu-hoat, cakar tangannya mencengkeram Biba-kut atau tulang pundak Geng Tian. Secara kebetulan Lu Tang-wang pun sudah melesat tiba tepat pada waktunya, terdengar ia menjengek dingin, "Orang she Lou mari kita tentukan siapa jantan atau betina!"

Lou Jin cin maklum bahwa ilmu bian ciang lawan sangat liehay dan sudah mencapai tingkat yang dapat menepuk batu keras menjadi tepung, mana ia berani berniat melukai Ceng Tian pula, menyelamatkan diri sendiri ada lebih penting? Gerak-geriknya memang cukup gesit juga, tahu-tahu cengkeraman tangannya sudah menyelonong balik balas menyerang maka gebrak lain mereka sudah saling tubruk dan berloncatan mencari posisi yang lebih menguntungkan, untuk melanjutkan perkelahian yang seru.

Dalam pada itu Thio Jay giok sedang membalikkan pergelangan tangan, cambuk panjang mengikuti gerakan tangannya, mendadak menjentik keatas dan lepas dari lilitan kipas lawan, dengan jurus Giok-tay wi yau (cambuk melibat pinggang) tahu-tahu menukik ke bawah dan menyerang dengan lebih gesit pula. Justru Giok tay wi-yau ini berlainan dari letak dipertengahan sengaja melejit naik menyerang, bagian atas yang diarah adalah melilit leher untuk menyesakkan tenggorokan musuh. Cara permainan ilmu cambuknya yang lincah dan tangkas ini sungguh menakjubkan.

Tapi gerak-gerik Geng Tian betapapun lebih gesit dan cekatan dari lawan. Secara mendadak dua belah pihak mengganti tipu untuk menyerang, keruan cambuk panjang Jay Giok mengenai tempat kosong, sedang kipas Geng Tian mendadak menindih kebawah terus melesat maju memapas kearah jari lawan yang memegang gagang cambuk. Pinggiran kipas Geng Tian ini terbuat dari baja murni dan tipis, bila dikembangkan dapat digunakan sebagai senjata tajam sebangsa pedang pendek.

Keruan Thio Jay-giok tersentak kaget seperti disengat kala, lekas-lekas ia menggeser kaki sambil memutar tubuh berkelit jumpalitan satu setengah tombak jauhnya. Mengandal keuntungan dari panjang cambuknya, ia ayun dan memutar-mutar senjatanya menyerang dari jarak jauh, begitu kencang putaran cambuknya sehingga penjagaannya cukup rapat, umpama hujan airpun tak tertembuskan.

Dilain pihak keempat dayang Thio Jay giokpun sedang mengerubutinya Sip It-sian, empat cambuk panjang mereka ditarikan begitu lincah dan bergulungan naik turun laksana ombak samudra mengalun tinggi rendah, seolah olah Sip It-sian sudah terkurung dalam jala dari taburan empat cambuk panjang musuh. Untung Sip It-sian dapat mengandal kelincahan Ginkangnya main selulup dan terobos kian kemari menyelamatkan diri. Dalam waktu dekat terang ia tidak akan mampu menjebol kepungan musuh untuk meloloskan diri.

Keadaan pertempuran sudah menjadi kalang kabut dan saling berkutat menjadi satu. Para pemanah itu menjadi kerepotan dan was was untuk membidikkan anak panahnya, beramai ramai mereka segera mengundurkan diri, supaya tidak menjadi korban secara konyol terkena senjata nyasar.

Tapi ada beberapa puluh centing Lou Jin cin yang biasanya terdidik ilmu silat segera merubung maju mengepung diluar gelanggang pertempuran. Lu Tang-wan menghardik keras. "Wut" sekaligus ia memberondong tujuh kali pukulan berantai, setombak membundar sekitar gelanggang merasa dada sakit dan sesak napas. Keruan Lou Jin cin dan isterinya termasuk keempat dayangnya merasa pernapasannya menjadi berat, tanpa merasa mereka sama terhuyung mundur.

Dergan kekuatan pukulan Bian ciang yang sudah terlatih sempurna itu Lu Tang wan meIabrak musuhnya dengan sengit, kepungan musuh yang tadi semakin ketat dan mengecil seketika kena disapu mundur oleh kekuatan pukulannya, Sip It-sian menjadi berkesempatan lolos dari kepungan jala taburan cambuk lawan, dan sekarang bergabung menjadi satu bersama Lu Tang-wan dan Geng Tian.

Baru sekarang Lu Tang-wan berkesempatan perhatikan pemuda penolongnya terasa seolah-olah sudah dikenalnya, segera ia bertanya, "Terima kasih Siauhiap, bukankah kau Geng-kongcu adanya?"

Kata Geng Tian, "Wanpwee memang Geng Tian. Terima kasih atas budi pertolongan paman yang melindungi aku tempo dulu, sekarang berkesempatan untuk aku membalas budi kebaikan Cianpwe. Masih ada seorang kawan yang berjuluk Hek-swan hong segerapun akan menyusul tiba."

Kejut dan girang pula hati Lu Tang wan, batinnya, "Siapa akan nyana seorang pelajar yang lemah waktu kecilnya dulu sekarang sudah punya kepandaian silat yang begini lihay. Hek-swan hong itu punya nama tenar dan menggetarkan Kangouw, tentu kepandaian silatnyapun tidaklah lemah." Bahwa girangnya semangat tempurnya semakin berkobar.

Begitu Lu Tang-wan kembangkan kekuatan Bian ciangnya, hawa menjadi bergolak semakin hebat laksana gelombang samudra mendebur tak kenal putus, seputar setombak di sekitar gelanggang yang berkepandaian rendah seketika terdesak mundur pontang panting. Mengandal kegesitan gerak badannya Geng Tian berlincahan kian kemari, begitu ada kesempatan segera ia loncat menyergap musuh dan melukainya. Meskipun Lou Jin-cin serta isterinya tak dapat dilukai, tapi beberapa anak buahnya yang bernyali besar berani merangsak maju banyak yang telah roboh ditangannya.

Lambat laun Lou Jin cin sendiri menjadi gentar dan ciut nyalinya. Nada perkataannya menjadi lembek. "Lu Tang-wan, putrimu kan sudah pergi, buat apa kau main adu jiwa disini? Bicara terus terang, meski kau seorang laki laki gagah betapapun takkan kuat melawan kerubutan sekian banyak anak buahku. Demi keselamatan dan keuntungan dua belah pihak, lebih baik kau menjura mohon maaf saja kepadaku, mengingat kita sebagai tetangga sekian tahun lamanya, setelah kau minta maaf akupun tidak akan mengulur panjang urusan ini. Kalau tidak Hehehe, bila Liong siang Hoatong sempat menyusul kemari beliau takkan begitu murah hati mau melepas kau pergi."

"Kentutmu busuk! Jangan kau mimpi!" demikian maki Lu Tang-wan. "Kiranya kau sangat mengandalkan Koksu dari bangsa Tartar itu. Baik marilah kita tunggu dan lihat ! Hm. Jangan kata baru Hoatong apa segala, dewa malaikatpun tidak akan mampu melindungi jiwamu lagi. Justru kaulah yang harus berlutut dan minta ampun padaku, tapi entahlah apa aku sudi memberi ampun pada kau tua bangka itu !"

Dari perkataan orang Lou Jin-cin berkesimpulan, bahwa seolah-olah Liong-siang Hoatong sendiripun dalam marabahaya, keruan bercekat hatinya, pikirnya : "Pembantu paling lihay Lu Tang-wan sudah kuketahui melulu hanya Cin Hou-siau seorang kepandaian silat Liong-siang Hoatong begitu sakti dan lihay, mana mungkin menghadapi marabahaya ? Mungkinkah ia memanggil pula bantuan tokoh kosen lain yang belum mengunjukkan dirinya?" hatinya setengah percaya, akhirnya ia berkata : "Eh, kau tidak terima suguhan arakku sebaliknya minta digebuk. Jangan kau menyesal bila aku berlaku tidak sungkan lagi terhadap kalian ! Hayo serbu berbareng !" kata-katanya terakhir adalah memberi aba-aba kepada seluruh anak buahnya.

Lu Tang-wan mengempos semangat, dia beradu punggung sama Geng Tian membendung segala serangan dari luar. Betapapun banyak anak buah Lou Jin-cin dalam waktu dekat mereka takkan mampu berbuat apa-apa terhadap Lu Tang-wan bertiga. Sebaliknya untuk menjebol kepungan dan melarikan diri pun bukanlah soal gampang bagi Geng Tian bertiga.

Geng Tian merasa was-was, hatinya kurang tentram, diam-diam ia berpikir, "Liong siang Hoatong adalah jagoan nomor satu diseluruh mongol. Hek-swan-hong sendiri pernah kecundang ditangannya, kenapa paman Lu tadi bicara begitu takabur ? Sayang dalam waktu dekat aku tidak mampu menerjang keluar kurungan untuk membantu mereka. Entahlah bagaimana kepandaian mereka sekarang ?"

O^~^~^O 

Sekarang mari ikuti jejak Hek-swan-hong yang memburu kepekarangan belakang, kedatangannya sungguh tepat pada waktunya. Cin Hou-siau dan Hong-thian-lui sudah terdesak hebat kepayahan, kontan Hek-swan-hong menghardik terus menubruk maju melibatkan diri dalam pertempuran yang sengit.

Liong-siang Hoatong tertawa ejek, "Kau adalah bekas kecundangku. Berani benar kau mengantar kematianmu !"

Bagi Hong-thian-lui kedatangan Hek-swan-hong justru sangat mengejutkan dan menggembirakan hatinya, seketika berkobar semangatnya "wut" kontan ia memukul dengan setaker tenaga, begitu gabungan pukulan antar guru dan murid ini memberondong keluar ditambah permainan pukulan Hek-swan-hong yang penuh variasi antara lemah dan kekerasan itu, pukulannya menjadi sulit diraba juntrungannya. Meskipun Liong-siang Hoatong sudah kerahkan Liong-siangkang sampai tingkat kesembilan tak urung badannya tersurut mundur.

Sebetulnya Liong-siang Hoatong mengurut ukuran sudah dapat mengalahkan keroyokan mereka guru dan murid tapi paling paling kepandaiannya cuma setingkat lebih unggul, kini setelah pihak musuh bertambah tenaga baru macam Hek-swan-hong justru Liong siang Hoatong kini dipihak yang terdesak berat.

Daerah pekarangan belakang sebelah timur oleh Lou Jin cin khusus disediakan untuk tempat peristirahatan kawanan tamu dari Mongol ini, seluruh anak buahnya sudah memburu keluar dan menonton dipinggir gelanggang. Soalnya sebagai Koksu yang berkedudukan agung di Mongol merupakan jagoan nomor satu lagi, kecuali mendapat perintahnya langsung seluruh anak buahnya tiada seorang pun yang berani maju membantu. Apalagi sebelum Hek-swan-hong datang tadi keadaan Liong-siang Hoatong berada diatas angin, sudah tentu para pembantunya itu tiada seorang pun yang menunjukkan diri, supaya tidak menyalahi aturannya. (sebagai jagoan nomor satu sudah tentu malu dibantu oleh anak buahnya bukan)

Dengan satu melawan tiga keadaan Liong-siang Hoatong semakin terdesak, beberapa pembantunya yang punya pandangan luas dan cukup berpengalaman segera merasakan firasat jelek, ada dua Kim tiang Busu segera tampil kedepan dan berseru, "Koksu, kedua bangsat cilik ini mana ada harganya bergebrak dengan kau orang tua, berikan pada kami biar kami labrak habis-habisan!"

Liong-siang Hoatong pura-pura gemede, dengusnya, "Bunuh ayam masa perlu gunakan golok kerbau, ya memang benar ucapan kalian. Nah labrak mereka!" dimana lengan bahunya yang gombrong itu dikebutkan laksana golok besar yang memapas turun kontan memisahkan Hong-thian-lui dan Cin Hou-siau, kejadian adalah begitu cepat, dilain kejap para Kim tiang Busu itu sudah saling gebrak dengan Hong thian-lui. Tatkala Cin Hou-siau dengan Bi lek ciangnya berhasil menjebol jurus Thi siu hud bun dari Liong-siang kang yang hebat dari tingkat kesembilan, Hek swan-hong sendiri pun keburu sudah dicegat dan dihalang-halangi oleh beberapa Busu. Kini mereka bisa saling memberi bantuan yang diperlukan.

Lwekang Hong-thian-lui tidak lebih baru pulih enam tujuh bagian, setelah mengalami pertempuran sengit ini lambat laun tenaganya terkuras pula tidak sedikit, dua Kim tiang Busu lawannya ini kepandaiannya tidak terlalu jauh dibanding Umong atau Cohaptoh, dengan menggertak gigi Hong-thian lui terus bertempur mati-matian, sekian lama mereka hanya setanding alias sama kuat.

Justru yang mengerubut Hek-swan hong melulu Busu tingkat rendahan belaka, mereka bukan tingkat Kim tiang Busu (Kim-tiang Busu terdiri dari jagoan yang terpilih diantara para Busu busu yang terpilih jadi Kimtiang Busu oleh Khan agung Mongol cuma delapan belas orang, boleh dikata kepandaian mereka merupakan aliran tingkat tinggi). Dengan ilmu pukulan Hek swan-hong yang menakjubkan dan aneh serba variasi itu ia tempur para pengoroyoknya, keadaannya lebih mending dan berada diatas angin, sekejap saja ia berhasil menutuk dua busu.

Baru saja Hek-swan hong berhasil membobol keluar dan hendak menerjang bergabung dengan Hong-thian-lui, mendadak dilihatnya dua Busu berlari bagai terbang mendatangi, teriak mereka bersama, "Bocah keparat. Mari kita tentukan lagi siapa jantan atau betina !" kedua Busu ini bukan lain adalah Umong dan Cohaptoh yang tadi berhasil telah dirobohkan oleh Geng Tian.

Ternyata tadi Cohaptoh kecundang oleh Geng Tian dan tertutuk jalan darah Hoan-tian-hiat didengkulnya. Umong memanggulnya sembunyi disemak-semak kembang disana membebaskan jalan darahnya lalu melongok pekarangan depan sebelah barat. Melihat Lu Tang-wan, Geng Tian dan Sip It sian sudah terkepung dan kelihatannya tak mampu berkutik lagi, kiranya seluruh kekuatan Lou-keh-ceng sudah berkelebihan untuk menghadapi mereka, dan tak perlu dibantu lagi oleh karena itu segera mereka berlari balik mencari Hek swan-hong menuntut balas. Sekarang dengan mengandal pihak yang banyak, nyali mereka menjadi besar sudah tentu ia menjadi berani menantang untuk bertanding lagi.

"Betina atau jantan yang jelas kalian tadi sudah roboh, tidak malu kau masih berani buka mulut," Demikian jengek Hek-swan-hong, "Hm, kalian hanya mengandal orang banyak, marilah maju sekalian, emangnya aku takut?" seiring dengan tawa dinginnya, telapak tangannya sudah menampar dan jaripun menutuk bergantian menyerang dengan gencar, kontan ia merobohkan dua Busu lagi, kini ia berhasil bergabung pula dengan Hong thian-lui.

"Kalian mundur!" teriak Umong kepada teman temannya yang rendahan, dua Kim tiang Busu yang lain sudah tentu masih jaga gengsi dan melabrak terus bergabung empat mengeroyok dua.

Dengan bahu membahu Hong thian-lui menjadi semakin berkobar daya tempurnya, demikian juga Hek-swan hong semakin gagah, empat Busu lawan mereka sama pernah kecundang, terutama Umong dan Cohaptoh bukan sekali dua mereka pernah dirugikan, oleh karena itu meski pihak mereka berjumlah banyak dan mendesak diatas angin, betapapun mereka rada keder dan was-was, tak berani bergerak terlalu dekat dengan ceroboh.

Pertempuran berkelompok yang terjadi didepan dan dibelakang pekarangan terus berlangsung gegap gempita, bahaya dan kritis justru pihak Cin Hou siau yang melawan mati-matian Liong siang Hoatong.

Tapi daya tempur Cin Hou siau yang ulet dan perwira itu benar benar diluar dugaan Liong-siang Hoatong, tadi waktu bergabung dengan Hong-thian lui, mereka guru dan murid sudah terdesak dibawah angin, kini setelah bertanding satu lawan satu, bicara sejujurnya betapapun ia tidak akan kuat melawan Liong-siang-kang tingkat kesembilan yang dikerahkan. Liong-siang Hoatong beranggapan tanpa banyak mengeluarkan tenaga lagi paling banyak tiga puluh jurus pasti ia berhasil mengalahkan lawannya.

Tak duga sekejap saja empat puluh jurus telah berlalu. Meski pukulan Liong-siang Hoatong laksana gelombang samudra yang bergulung gulung tinggi, tapi Cin Hou siau tak ubahnya laksana selonjor batu padas yang kokoh kuat berdiri ditengah damparan badai, sedikitpun ia tidak bergeming karena gelombang pasang yang hebat itu. Ternyata kekuatan pukulan dari aliran Lwekeh yang dilatihnya itu sudah mencapai puncak tertinggi dan sempurna walau dia tak sebanding Liong-siang kang yang ganas dan hebat itu, tapi bagi perlindungan dan pertahanan, cukup menjaga diri saja tanpa balas menyerang, maka daya tempurnya akan selibat lebih kuat.

Adalah Hong-thian lui yang menguatirkan keadaan gurunya, sedikit perhatian tercurah, Cohaptoh yang cerdik dan awas itu segera mendesak maju, tahu-tahu cakar tangannya sudah berhasil meraih kepundaknya, begitu kerahkan tenaga ia hendak mencengkeram remuk tulang pundak orang. Untung Hong Thian lui bisa berlaku sebat, segera pundak diturunkan berbareng sikutnya bekerja menyodok kedepan. Bersamaan waktunya Hek swan-hong juga memapaskan telapak tangannya ke leher Cohaptoh dari samping. Jurus ini adalah serangan yang membuat lawan harus menyelamatkan diri lebih dulu, betul juga Cohaptoh segera melompat menyingkir sehingga tidak terlaksana usahanya. Bersamaan waktunya Umong dan seorang Busu yang lainpun telah mendorongkan telapak tangan menggempur maju memunahkan serangan-serangan Hek swan-hong itu.

Tapi Cohaptoh adalah jagoan gulat yang kenamaan dari Monggol, mesti cengkeramannya itu tidak berhasil meremas remuk tulang pundak Hong-thian-lui, tak urung bajunya sudah remuk berhamburan.

Disebelah sana Cin Hou-siau berteriak, "Anak Wi jangan gugup, bertahan lagi sebentar, kita akan dapat lolos dari mata bahaya. Kaupun tak perlu kuatir akan keselamatanku . . . !"

Liong-siang Hoatong terbahak bahak, serunya, "Kalian ingin lari ? Cin Hou-siau, meski Bilek ciangmu tidak lemah, tak lebih kau bertempur seperti binatang dalam kerangkeng, sebentar lagi bakal terkurung dalam sangkar. Dengan cara tempurmu yang mati-matian ini, tak lebih seratus jurus pula, tidak mati ya mesti luka parah ! Hm, jiwamu sendiri belum tentu selamat masih ingin melindungi putramu apa segala?"

Hek-swan hong juga bersangsi, ia anggap ucapan Cin Hou-siau melulu untuk menghibur putranya saja, dalam hati ia membatin, "Sudah sekian lama Geng Tian belum lagi datang, mungkin disebelah sana iapun terkurung musuh, bala bantuan dari mana pula yang bakal tiba ?"

Memang dugaan Hek-swan hong tidak salah, Geng Tian dan Lu Tang-wan memang terkepung oleh musuh. Tapi dia tidak tahu kecuali Lu Tang wan masih ada seorang yang justru merupakan lawan terampuh bagi Lou-keh-ceng yang masih belum mengunjukkan diri.

Belum lagi ucapan Liong-siang Hoatong selesai mendadak terdengar seseorang berseru lantang, "Lou Jin cin ! Kau dengar. . . !" orang ini berdiri diatas sebuah gunung-gunungan palsu yang terletak ditengah antara barat dan timur dari kedua pekarangan depan dan belakang itu, semua orang dari kedua belah pihak bisa dengar dan melihat dengan jelas.

Orang yang bicara ini bukan lain adalah ayah Hong-thian-lui, yaitu Ling Hou adanya.

Lou Jin-cin tahu bahwa ilmu silat Ling Hou tidak tinggi, segera ia menjengek tawa, "Main teriak apa kau, aku sudah dengar. Tidak lebih kau menyusul tiba untuk mengantar jenazah putramu, baik akan kukabulkan keinginanmu ! Ayo tangkap orang itu!" dari samping Thio Jay-giok menambah sepatah kata, "Bila tidak bisa diringkus hidup, serang dengan senjata rahasia !"

Tanpa perintah yang kedua kali anak buah Lou Jin cin segera berbondong-bondong memburu kearah tempat sembunyi Ling Hou malah yang lari paling depan sudah menyambitkan senjata rahasianya dari kejauhan.

O^~^~^O 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar