Walet Besi Bab 15

BAB 15

 Nikoh tidak berambut masih menatap lantai ketika tawa Cu Siau-thian berhenti.

Sementara itu Thiat-yan gadungan sudah meluncur ke arahnya dengan teriakan lengking tinggi khas perempuan, pisau kecil yang tajam sudah terhunus ke depan.

Mendadak nikoh menutup matanya dan mengangkat kepala.

Dia kembali mengucap "Omitohud" dan mendadak membuka matanya.

Matanya berkilau terang.

Mata ini menatap mata Thiat-yan palsu dengan tajam.

Nikoh sudah disumpah untuk meninggalkan hidup keduniawian dan berlatih diri.

Tampaknya nikoh ini sudah melatih diri dengan baik.

dia memiliki kekuatan batin untuk mengelabui lawan yang memandang matanya.

Setelah Thiat-yan palsu memandang matanya, dia tampak seperti orang yang kebingungan.

Dia berhenti dan memandang ke sekeliling, nikoh ini tidak membuang waktu.

Setelah Thiat-yan palsu terkena hipnotisnya, dia kembali menunduk memandang lantai dan berjalan menuju Cu Siauthian.

Pertama-tama Cu Siau-thian tampak kebingung an melihat tingkah anak perempuannya, dan sekarang dia tampak mulai gemetar ketakutan.

Setelah nikoh itu sampai ke hadapannya, dia kembali menutup mata dan menegadahkan mukanya pada Cu Siauthian.

Kembali dia berkata "Omitohud" dan mem-buka mata, matanya kembali berkilau.

Cu Siau-thian tampak terhuyung-huyung.

Nikoh ini hanya menutup mata dan berjalan kembali ke tempatnya semula.

Dari sampingnya terdengar suara jeritan kesakitan Tu Liong.

Setelah itu jeritan panjang pembunuh beralis putih yang memilukan.

Tidak lama kemudian, suara jeritan lengking Thiat-yan palsu.

Nikoh ini menghembuskan nafas yang panjang dan berkata: "Omitohud...

jaring takdir memang tidak rapat, namun tidak seorang pun yang bisa menembusnya." 
0-0-0
 Apa yang telah terjadi" Saat itu Thiat-yan palsu memegang pegangan pisau dibalik bajunya ketika Cu Siau-thian ayah kandungnya tertawa panjang.

Dia mendelik garang ke arah Nikoh tidak berambut.

"Dasar botak sialan" umpatnya dalam hati, 'Aku akan membuat bajumu menjadi merah hari ini.' Dia sudah memasang kuda-kuda bersiap untuk menerjang cepat ke arahnya.

Ketika tawa Cu Siau-thian terhenti, dia tidak memperhatikan apa-apa lagi.

Yang ada dalam matanya hanyalah bayangan tubuh nikoh.

Dia segera meneriakkan jerit peperangan, dan menghentakkan kaki belakangnya dengan kuat dan segera meluncur kedepan.

Dia berharap dia bisa melihat rasa takut yang mendalam pada mata nikoh itu Oleh karena itu dia tidak lepas-lepasnya memandang kepala nikoh itu, berharap dia menegadahkan kepala dan melihat matanya.

Harapannya terkabul Tidak berapa lama, nikoh itu mengucapkan "Omitohud" dan menegadahkan kepala.

Namun ternyata dia masih memejamkan matanya.

Thiat-yan palsu sempat bingung, 'Apa apaan ini"' umpatnya dalam hati.

Namun tiba-tiba saja dia membuka matanya.

Thiat-yan palsu sempat merasa kaget.

Mata nikoh itu tampak bersinar terang bagaikan cahaya matahari.

Mendadak nikoh ini menghilang dari pandangannya.

Thiat-yan palsu terpaksa menghentikan langkahnya.

Dia memandang berkeliling kebingungan berusaha mencari kemana nikoh ini pergi.

Dia sempat melihat ayah kandungnya untuk membantunya menunjuk dimana nikoh ini.

Tapi ternyata ayahnya pun sama-sama tampak kebingungan.

Belum lagi Thiat-yan palsu memaklumkan rasa bingungnya, dia bertambah gugup.

Entah mengapa ayahnya tiba-tiba gemetar ketakutan dan lalu tampak terhuyung-huyung tanpa sebab.

Dia bermaksud berjalan mendekati ayahnya untuk memeriksa apa yang salah dengan dirinya.

Mendadak nikoh itu muncul dihadapannya.

Thiat-yan palsu sedikit merinding.

Dia tidak menyangka nikoh memiliki kekuatan batin untuk menghilang dan muncul begitu saja.

Tapi dia merasa nikoh itu tetap saja manusia biasa yang tidak bisa ilmu silat.

Karena itu dia kembali melaju menyerang nikoh dengan menghunuskan pisau tajam yang masih dipegangnya.

Namun belum sempat pisau ini menembus dada musuhnya, tiba-tiba saja dia merasa ngilu yang dahsyat di bagian tubuhnya.

Sebuah jeritan yang memilukan terlepas dari mulutnya.

Ternyata Cu Siau-thian ayahnya sendiri sudah berada didekatnya dan menancapkan sebatang jarum besi yang panjang ke dalam jalan darah mematikan di tubuhnya.

Tangan dan kakinya segera terkulai lemas, tidak memiliki tenaga untuk terus berdiri.

Dia segera ambruk ke tanah bagaikan seonggok daging tanpa tulang.

Mendadak Cu Siau-thian tampak sadar dari perbuatannya.

Dia lalu jatuh tersungkur dihadapannya dan menangis keras.

Tidak lama terdengar suara jeritan Tu Liong d isusul dengan suara jeritan pembunuh beralis putih.

Setelah itu terdengar nikoh berkata-kata.

0-0-0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar