Kelelawar Tanpa Sayap Bab 11 Teka teki seputar Kelelawar

Bab 11 Teka teki seputar Kelelawar

 Ketika air dan asap merapat kembali, manusia berikut sampan telah hilang tak berbekas.

Siau Jit, Lui Sin maupun Han Seng hanya berdiri tertegun ditepi pesisir, mereka tak mampu berbuat apa apa, lagipula diseputar sana tidak terdapat sampan lain.

Tentu saja mereka pun tak dapat terbang.

Paras muka Lui Sin telah berubah hijau membesi, jeritnya bagai orang kalap: "Ke1elawar,,,,

dengarkan baik baik, biar kau masuk ke neraka atau naik ke bukit golok, akan kucari dirimu hingga ketemu!

" Dari kejauhan terdengar si Kelelawar tertawa aneh sambil menyahut: "Bagus, akan kusambut kedatanganmu dengan senang hati!

" Makin lama suara itu makin menjauh sebelum akhirnya lenyap.

Lui Sin semakin gusar, dilihat sikapnya dia seolah hendak ikut terjun ke dalam sungai, Han Seng yang berada disampingnya buru buru mencegah, hiburnya: "Toako, kau tak boleh kelewat emosi!

" "Betul" ujar Siau Jit pula, "disini tak tersedia sampan lain, tampaknya untuk sementara waktu kita harus lepaskan dia" "Bagaimana pun, aku bersumpah akan menemukan kembali bajingan tua itu dan mencincangnya hingga hancur berkeping!

" sumpah Lui Sin penuh kebencian.

"Kita punya banyak waktu untuk melakukannya, masih banyak kesempatan" sambung Han Seng.

Akhirnya Lui Sin menghembuskan napas panjang, tiba tiba tanyanya: "Loji, menurut pendapatmu, bajingan itu sebetulnya manusia atau setan?

" "Tentu saja manusia" jawab Han Seng setelah tertegun sesaat.

"Bagaimana menurut pendapat saudara Siau?

" kembali Lui Sin bertanya sambil berpaling ke arah Siau Jit.

"Seperti apa yang dikatakan saudara Han tentang setan dan dewa, semua itu hanya lelucon yang tak lucu, sekalipun benar benar ada setan, yang pasti si Kelelawar adalah manusia, hanya masalahnya kenapa ia berusaha menghindari kita?

" "Betul sekali perkataan saudara Siau" seru Han Seng sambil bertepuk tangan.

"Tapi menurut cerita yang beredar dalam dunia persilatan, konon si Kelelawar , , , , , , , , , ,,

" "Siapa yang bisa pertanggung jawabkan berita yang tersiar dalam dunia persilatan?

" tukas Han Seng cepat.

"Tapi diantara kita tak pernah terjalin dendam maupun sakit hati" Han Seng berkerut kening, ujarnya kemudian: "Andaikata orang ini benar-benar si Kelelawar, maka apapun yang dia lakukan bukanlah perbuatan yang aneh" "Maksudmu , , , , , ,,

" "Konon orang ini setengah lurus setengah sesat, melakukan pekerjaan apa pun disesuaikan dengan kondisi perasaan hatinya, senang gusar tak menentu, bahkan terkadang dia tak berbeda seperti orang yang kehilangan ingatan, sinting!

" "Menurut pandanganku" timbrung Siau Jit, "tujuannya menghadang orang dan melakukan pembantaian yang dia lakukan kali ini tak lain karena nona Lui Hong" "Betul, tak diragukan tujuannya melakukan pembantaian karena ingin menghilangkan saksi, dan kemunculannya kali ini disebabkan dia tahu kalau Ciu Kick belum mati, dia sangka kita sudah mengetahui semua perbuatannya sehingga dia anggap tak perlu lagi untuk merahasiakan identitas diri" "Begitu cepatkah kabar berita yang diperoleh bajingan itu?

" tanya Lui Sin.

"Semestinya apa yang dia katakan sudah menunjukkan kesemuanya itu dengan jelas" "Untung saja kabar beritanya tidak terhitung sangat cepat" ujar Siau Jit dengan suara dalam, "kalau tidak, sekarang dia tak bakalan munculkan diri dihadapan kita semua, sebaliknya pasti akan menyusup ke dalam perusahaan Tin-wan piaukiok secara diam diam" "Mau apa dia ke sana?

" "Tentu saja membunuh Ciu Kiok!

" Siau Jit menegaskan, "asal dia berhasil membunuh Ciu Kiok maka semua mata rantai peristiwa ini akan putus ditengah jalan" "Betul sekali!

" seru Lui Sin dengan wajah berubah.

Tanpa sadar dia menatap kembali kutungan lengan yang berada ditangannya, lalu dengan perasaan gusar bercampur ragu, katanya: "Lantas apa tujuan dia menebas kutung lengan kanan Hong-ji?

" "Agar kita semua tahu kalau dialah pelaku peristiwa berdarah ini, tahu kalau nona Hong sudah t erjatuh ke tangannya" "Padahal dengan satu pernyataan pun sudah lebih dari cukup" seru Lui Sin geram.

"Bisa jadi dia kuatir kita tidak percaya dengan pernyataannya, mungkin juga lantaran otak orang ini memang kurang beres, bagi seorang manusia normal, tak mungkin dia akan melakukan perbuatan semacam ini" Lui Sin mengangguk berulang kali.

"Betul juga perkataanmu" katanya, "sejujurnya, tadi pun aku sempat dibuat sangat terkejut" "Padahal bukan hanya cianpwee yang kaget, kami pun ikut terperanjat dibuatnya, begitu menyaksikan kita semua kaget, dia tampak gembira sekali" "Aku rasa inilah tujuannya yang paling utama" "Tadi dia mengatakan telah menghantar pulang nona Hong ke piaukiok" kata Siau Jit.

II "Yaa, tadi dia memang berkata begitu Lui Sin membenarkan, setelah menghela napas, tambahnya, "meskipun kehilangan lengan kanannya, asal jiwanya terselamatkan, hal ini jelas merupakan keberuntungan ditengah ketidak beruntungan" Siau Jit tidak bersuara lagi, begitu pula Han Seng, terbungkam dalam seribu bahasa.

Lui Sin melirik mereka sekejap, tiba tiba perasaan ngeri dan seram terlintas dibalik matanya, dengan cepat dia menatap wajah Han Seng lalu tegurnya: "Jite, maksudmu?

" Han Seng manggut manggut.

Cepat Lui Sin berpaling kearah Siau Jit, belum sempat buka suara, sambil menghela napas Siau Jit telah berkata lebih dulu: "Ada sementara perkataan yang tidak sepantasnya kuutarakan, tapi mau tak mau harus kuucapkan juga" "Kalau begitu katakan saja" "Padahal apa yang hendak kukatakan sudah cianpwee ketahui juga" Lui Sin tertawa getir.

"Lohu sama seperti kau, orang yang lurus dan suka bicara langsung, tapi berada dalam situasi seperti ini, terkadang aku perlu juga membohongi diri sendiri" Setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Apakah kau hendak mengatakan, meski si Kelelawar telah menghantar balik putriku, namun dia tidak pernah menegaskan kalau yang dikirim balik itu orang hidup atau orang mati,,,,”

 Siau Jit menghela napas panjang.

"Sekalipun tak banyak yang kuketahui tentang orang ini, namun menurut apa yang kutahu, bila dia sudah menebas kutung lengan seseorang, itu berarti dia tak akan membiarkan orang itu tetap hidup" Lui Sin mendongakkan kepalanya memandang cuaca, lalu katanya: "Apa pun yang terjadi, asal kita kembali ke piaukiok, bukankah semuanya akan jadi jelas" Habis berkata ia membalikkan tubuh dan berjalan menelusuri jalan semula.

Han Seng serta Siau Jit mengikuti dari belakang, langkah mereka terasa berat, seberat perasaan hati yang mengganjal dada mereka sekarang .

Suma Tang-shia masih menanti ditempat semula, melihat ke tiga orang itu sudah balik, ia baru bertanya sesudah menghembuskan napas panjang: "Apakah si Kelelawar berhasil kabur?

" "Benar, ternyata diluar hutan sana terdapat sebuah sungai besar" "Dan Kelelawar sudah siapkan perahu disana?

" sambung Suma Tang-shia.

Siau Jit manggut-manggut.

Suma Tang-shia segera berpaling ke arah Lui Sin, kembali tanyanya: "Apakah lengan itu benar-benar lengan putrimu?

" "Kelelawar mengaku kalau lengan ini ditebas dari tubuh putriku" "Mana putrimu?

" "Katanya sudah dihantar balik ke piaukiok, tapi aku tak jelas dengan cara apa dia menghantarnya balik" paras muka Lui Sin sangat berat, dengan cepat dia melompat naik keatas kudanya.

"Kalau begitu mari kita tengok ke piaukiok" ajak Suma Tang-shia.

Seusai berkata, dia segera naik kembali ke dalam keretanya.

Lui Sin segera melarikan kudanya dipaling depan.

Langit sudah terang, namun cahaya lentera didalam gedung utama perusahaan Tin-wan piaukiok masih terang benderang bermandikan cahaya.

Disisi kiri gedung berderet peti mati berisikan mayat para piausu yang tewas ditangan Ong Bu-shia, disisi kanan berserakan pula sejumlah mayat piausu yang tewas ditangan Kelelawar.

Jenasah Lui Hong diletakkan diatas sebuah meja berkaki delapan yang berada ditengah gedung, jenasah yang telah dimutilasi, jenasah yang telah terbelah jadi enam bagian.

Ternyata lengan kanan yang diserahkan Kelelawar kepada Lui Sin memang lengan kanan milik Lui Hong.

Padahal kalau ingin membunuh, sekali tusukan pun sudah lebih dari cukup, namun dia telah mencincang tubuh Lui Hong jadi enam bagian, pada hakekatnya hanya orang gila yang bisa melakukan kesemuanya itu.

Si Kelelawar pun sama sekali tak bohong, kecuali lengan kanan itu, bagian tubuh lain milik Lui Hong telah dihantar balik semua ke gedung piaukiok.

Dikirim balik dengan begitu saja.

Sesungguhnya Lui Sin sudah mempersiapkan diri, dia sudah bersiap sedia menerima kenyataan bahwa Lui Hong yang dihantar balik ke perusahaan piaukioknya dalam keadaan mati.

Tapi mimpi pun dia tak mengira kalau mayat yang diterima justru merupakan mayat yang terpisah pisah, sesosok mayat yang tercincang, mayat yang dimutilasi.

Menyaksikan pisahan anggota tubuh putrinya, untuk sesaat dia hanya bisa berdiri mendelong , , , , , ,,

hingga kini, seperminum teh lamanya sudah lewat, ia masih berdiri menjublak, terperangah dan berdiri dengan mata terbelalak.

Suasana sangat hening, tak ada suara, tak ada yang bicara, tak terkecuali Han Seng.

Suma Tang-shia bersandar dalam pelukan Siau Jit, sekujur tubuhnya gemetar keras.

Siau Jit sendiri berdiri dengan kening berkerut, seolah ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.

Seluruh gedung piaukiok terjerumus dalam keheningan yang mendekati kematian, begitu sepi, hening tapi tegang.

Angin berhembus lewat menembusi ruangan, berapa lembar rontokan daun ikut melayang masuk dan berserakan dilantai, menambah kentalnya suasana kematian ditempat itu.

Daun yang rontok memang perlambang dari suatu kematian.

Lagi lagi angin berhembus masuk ke dalam ruangan.

Sisa hawa dingin diujung musim gugur membuat suasana bertambah beku, mengibarkan pula ujung baju semua orang.

Saat itulah Lui Sin meraung keras: "Sungguh menjengkelkan!

" tiba tiba ia muntahkan darah segar lalu roboh terjungkal ke tanah.

Buru buru Siau Jit dan Han Seng maju membangunkan tubuhnya dan memayang keatas bangku, tampak paras muka Lui Sin berubah kuning bagai kertas emas, sepasang matanya terpejam rapat, ia berada dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Toako, kenapa kau?

" jerit Han Seng agak panik.

Suma Tang-shia segera maju menghampiri, setelah diperiksa sejenak, katanya: "Tak perlu panik, dia hanya jatuh pingsan lantaran hawa amarah yang menyerang hati hingga membuat hawa darahnya bergejolak, setelah muntah darah dia malah jauh lebih mendingan" "Segera kupanggil tabib , , , , , , ,,

" "Tidak perlu" tukas Suma Tang-shia sambil menggeleng, kemudian sambil berpaling tambahnya, "Siau kecil, gunakanlah tenaga dalammu untuk menenangkan gejolak hawa darah ditubuh Lui enghiong" Siau Jit mengiakan, ia segera tempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Leng-tay-hiat ditubuh Lui Sin dan mengalirkan hawa murninya.

Kembali Suma Tang-shia berkata kepada Han Seng: "Disini terdapat berapa butir pil, minumkan dengan air panas, setelah sadar nanti, Lui enghiong akan sehat kembali" Sambil berkata ia ambil keluar sebuah botol porselen, membuka penutupnya dan mengeluarkan tiga butir pil warna hijau sebesar kacang kedele.

Buru buru Han Seng menerimanya sambil perintahkan orang untuk mengambil air hangat.

Dalam pada itu Lui Sin telah siuman kembali dari pingsannya.

Setelah menelan ke tiga butir pil dan mengatur napas sebentar, paras muka Lui Sin pun pulih kembali dalam keadaan normal.

Setelah menghembus napas panjang katanya: "Saudara Siau, silahkan tarik kembali tanganmu" Waktu itu telapak tangan kanan Siau Jit masih menempel diatas jalan darah Leng-tay-hiat, mendengar itu serunya: "Cianpwee, kau , , , , , ,,

" "Aku sudah tidak apa apa" tukas Lui Sin sambil menggeleng, "tadi aku hanya merasa mendongkol sekali , , , , , ,,

" Lambat laun sikapnya pulih kembali jadi tenang dan terkendali, melihat itu Siau Jit pun segera menarik kembali tangannya.

Setelah duduk, kembali Lui Sin menghembuskan napas panjang, ujarnya geram: "Kelelawar bajingan terkutuk, aku orang she-Lui bersumpah akan mencincang tubuhmu!

" "Toako, kau harus baik baik jaga diri" hibur Han Seng.

Lui Sin segera tertawa keras.

"Hahaha,,,,

toakomu tak gentar dibacok orang, apalah artinya hanya muntah darah" Sambil berkata perlahan-lahan ia bangkit berdiri, lalu pesannya lagi: "Saudaraku, tolong sampaikan pesanku, mulai hari ini perusahaan piaukiok menutup diri, diharapkan pemilik barang yang belum sempat terkirim untuk mengambil kembali barangnya, sementara ongkos tanggungan akan kita kembalikan lipat dua, selain itu perintahkan kasir perusahaan untuk membagikan uang pesangon kepada semua anggota perusahaan, minta mereka untuk mencari pekerjaan lain" Setelah tertawa tambahnya: "Padahal urusan semacam ini tak perlu kuperintahkan lagi, aku yakin kaupun tahu harus berbuat bagaimana" Sambil menghela napas Han Seng manggut manggut.

"Toako tak perlu kelewat merisaukan persoalan ini" "Saudaraku, masa kau masih belum paham?

" kata Lui Sin sedih, "mengandalkan ilmu silat yang kita miliki, kendatipun berhasil menemukan si Kelelawar, belum tentu kita berdua sanggup selamatkan jiwa, lagipula jangan lupa, masih ada seorang Ong Bu-shia!

" "Betul sekali" Han Seng mengangguk dengan wajah berubah.

Lui Sin menatap wajah saudaranya sekejap, kemudian katanya lagi: "Sejak dulu, kau adalah juru pikir perusahaan piaukiok kita, kenapa dalam urusan hari ini, justru aku yang berulang kali harus mengingatkan dirimu?

" Han Seng tertawa getir.

"Sejujurnya, pikiran siaute saat ini ibarat setumpuk jerami, kacaunya bukan kepalang" "Jangankan kau, aku yakin kita semua tak akan mampu menenangkan hati" sela Lui Sin sambil tertawa.

Kemudian setelah menepuk bahu Han Seng, tambahnya: "Karena Hong-ji toh sudah mati, rasanya tak ada urusan lagi yang harus buru buru kita selesaikan" Tanpa menjawab Han Seng manggut-manggut.

"Kalau begitu, pergilah laksanakan tugasmu" kata Lui Sin lagi sambil mengulapkan tangannya.

Baru saja Han Seng akan mengundurkan diri, tiba tiba Lui Sin berseru lagi: "Saudaraku, jangan lupa dengan bagianmu!

" Dengan perasaan melengak Han Seng mengangkat wajahnya, lalu serunya sambil tertawa sedih: "Toako, apa maksud perkataanmu itu?

" "Bagaimana pun, selama ini kita sudah menjadi saudara yang baik, sebagai toako, aku tak ingin menyeret kau dalam kekalutan ini dan menghantar kematian dengan percuma!

" Han Seng tertawa keras.

"Toako, apa kau tidak merasa kelewat melecehkan diri siaute" Biarpun toako sudah melupakan janji yang pernah kita ucapkan sewaktu angkat saudara dulu, sampai mati siaute akan mengingatnya terus didalam hati" Setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Bila toako ngotot terus, biarlah siaute mati lebih dulu didalam gedung piaukiok ini" "Hahaha, bagus, saudara yang hebat!

" seru Lui Sin kemudian sambil tertawa keras, "anggap saja toako salah bicara, jangan dimasukkan ke dalam hati" Dengan air mata berlinang Han Seng memberi hormat, katanya: "Kalau begitu biarlah siaute laksanakan dulu semua urusan yang toako perintahkan" Menyaksikan bayangan punggung Han Seng keluar dari gedung, Lui Sin baru berpaling kearah Siau Jit dan Suma Tang-shia sambil berkata: II "Apakah kalian berdua , , , , , , ,,

Sambil tertawa Suma Tang-shia menukas: "Ada satu urusan, mungkin Lui lo-enghiong masih belum tahu" "Urusan apa?

" tanya Lui Sin tercengang.

"Walaupun aku tak akan mati dihadapanmu, tapi kalau mulai mengumpat, caci maki ku bisa galak sekali" Lagi lagi Lui Sin tertegun, tapi sejenak kemudian ia sudah tertawa tergelak.

"Hahaha, bagus, bagus sekali" "Urusan apa?

" tanya Lui Sin tercengang.

"Walaupun aku tak akan mati dihadapanmu, tapi kalau mulai mengumpat, caci maki ku bisa galak sekali" Lagi lagi Lui Sin tertegun, tapi sejenak kemudian ia sudah tertawa tergelak.

"Hahaha, bagus, bagus sekali" Kembali Suma Tang-shia berkata sambil berpaling kearah Siau Jit: "Sedang saudaraku yang satu ini, aku yakin tidak gampang bagimu untuk mengusirnya pergi" "Aku tak akan mengusir, aku tak akan mengusir!

" Sekali lagi Lui Sin duduk diatas bangku, ditatapnya batok kepala Lui Hong sekejap, setelah pejamkan mata tiba tiba ia berteriak keras: "Empek Ang!

" Waktu itu Lui Ang memang sudah berada disamping majikannya, mendengar teriakan itu, buru buru dia maju sambil bertanya: "Loya ada perintah apa?

" "Jadi kaulah orang pertama yang bertemu siocia?

" Sekilas perasaan sangsi menghiasi wajah Lui Ang, tapi dia manggut tiada hentinya.

"Coba terangkan sekali lagi semua pengalaman yang kau hadapi pagi tadi!

" Dari sikap, nada pembicaraan serta penampilannya, jelas Lui Sin telah berhasil mengendalikan diri dan tampil normal seperti sedia kala, bahkan jauh lebih tenang.

Lui Ang mengisahkan semua pengalamannya secara detil, apalagi disampingnya hadir Suma Tang-shia yang begitu teliti, berulang kali perempuan itu mengajukan pertanyaan untuk memperjelas duduknya perkara.

Sampai pada akhirnya Lui Ang tak kuasa mengendalikan diri lagi, ia menangis tersedu-sedu.

Tentu saja rasa sedih yang mencekam perasaan Lui Sin tak terkirakan bahkan jauh melebihi rasa sedih Lui Ang, namun perasaan sedihnya saat ini sudah tertutup oleh perasaan ngeri, seram dan keheranan yang kental.

Tanpa terasa Suma Tang-shia menyandarkan kepalanya dalam pelukan Siau Jit.

Mereka semua bukan termasuk type orang bernyali kecil, namun setelah mendengar penuturan Lui Ang, tak urung berdiri juga bulu kuduknya, seseorang yang anggota tubuhnya telah terbelah enam ternyata sanggup berjalan sendiri untuk kembali ke rumahnya, bahkan dapat pula berbicara dan mencopot batok kepala sendiri untuk diserahkan kepada orang lain, jelas peristiwa semacam ini sungguh menakutkan, horor dan menggidikkan hati.

Pada hakekatnya satu kejadian yang susah dipercaya dengan nalar sehat.

Lui Ang jelas tidak berniat untuk bohong, lagipula bohong tak ada keuntungan bagi dirinya.

Selesai mendengar penuturan itu, Lui Sin termenung sambil berpikir sejenak, kemudian sambil menatap Siau Jit dan Suma Tang-shia, katanya sembari menuding kearah Lui Ang: "Dia adalah pelayan tua kami, mengurusi semua urusan rumah tangga disini, aku berani menjamin dia sangat setia dan bisa dipercaya, bahkan selama ini dia menganggap Hong-ji seperti putri kandung sendiri" Sambil menangis terisak kata Lui Ang pula: ll "Akulah yang melihat nona Hong tumbuh dewasa , , , , , , ,,

"Oleh sebab itu semua yang dia ucapkan seratus persen dapat dipercaya" tukas Lui Sin.

"Kami sama sekali tak pernah menaruh curiga terhadap perkataan orang tua ini" ujar Siau Jit, "hanya saja , , , , , , ,,

" Tidak menunggu hingga dia menyelesaikan perkataannya, Lui Sin telah bertanya lagi kepada Lui Ang: "Empek Ang, apakah waktu itu kau minum arak?

" Lui Ang menggeleng.

"Loya juga tahu, kecuali tahun baru, hamba tak pernah minum arak" "Aku percaya kau tidak minum arak, lagipula dalam situasi seperti ini, biar sedang mengantuk pun, aku yakin kau pasti berusaha menjaga kesadaranmu" Setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Tapi bagaimana pula penjelasanmu tentang peristiwa ini?

" "Cerita setan , , , , , , ,,

" kata Siau Jit.

"Aku tak pernah percaya dengan hal hal tahayul semacam itu" tukas Lui Sin cepat.

"Begitu pula dengan aku" Siau Jit segera berpaling ke arah Lui Ang dan ujarnya lagi, "orang tua, apakah kau tidak melihat ada seseorang berdiri dibelakang mayat nona Hong?

" "Budak yakin tidak ada" Kontan saja Siau Jit berkerut kening.

"Berarti hanya ada satu penjelasan, mula mula ada orang lain yang menenteng pulang batok kepala itu, sedang bagian tubuh yang lain baru dipasang dibawah dinding tembok setelah dia orang tua jatuh tak sadarkan diri" "Ehm, penjelasan ini sangat masuk diakal" Tiba tiba Suma Tang-shia menyela: "Konon batok kepala itu sempat berbicara, seharusnya dia orang tua hapal bukan dengan logat suara putrimu?

" "Betull" seru Lui Sin sambil bertepuk tangan, cepat ia berpaling ke arah Lui Ang dan katanya, "seharusnya kau sangat mengenal logat suara siocia bukan?

" "Suara itu datang sayup sayup, seperti ada seperti tidak, seperti melayang seperti mengambang, dalam perasaan budak, suara itu berasal dari seorang wanita, kemudian setelah bertemu siocia, baru kudengar kalau suara itu suara dari siocia" Untuk sesaat Lui Sin termenung, dia tak tahu harus bicara apa lagi.

Tiba tiba Suma Tang-shia berseru lagi: "Diwilayah Siong-say (Oulam) terdapat sejenis ilmu sesat, apakah Lui enghiong pernah mendengarnya?

" "Mengembala mayat?

" tanya Lui Sin setelah tertegun sejenak.

"Betul, konon banyak orang yang pernah menyaksikan sendiri ketangguhan ilmu ini, hanya sayang belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana mungkin mayat mayat itu bisa berjalan menuruti perintah seseorang" "Jadi menurut toaci, besar kemungkinan jenasah nona Lui digembala si Kelelawar dengan ilmu sesat itu hingga berjalan balik sendiri ke tempat ini?

" tanya Siau Jit sambil menghembuskan napas dingin.

"Sebetulnya apa yang kukatakan hanya salah satu penjelasan, hanya penjelasan semacam ini memang sukar diterima dengan nalar sehat" Lui Sin tertawa getir, ujarnya: "Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, si Kelelawar sudah mati, tapi sekarang dia muncul kembali, kalau orang mati pun bisa bangkit lagi, urusan apa pula yang tak mungkin terjadi?

" Siapa pun dapat menangkap kalau perkataan itu adalah ucapan orang putus asa, apa boleh buat.

Suma Tang-shia seperti akan mengucapkan sesuatu tapi diurungkan kembali, akhirnya ia tetap membungkam.

Kembali Siau Jit menghela napas, katanya lagi: "Persoalan apa pun, pada akhirnya pasti akan terungkap hingga jelas" "Sekarang juga kita pergi mencari jawaban yang sesungguhnya" sahut Lui Sin sambil mengepal tinjunya.

"Baikl" kata Siau Jit dengan wajah bersungguh sungguh, "satu hari urusan ini belum tuntas, sehari pula aku orang she-Siau tak akan meninggalkan kota Lok-yang" "Bagusl Kau memang seorang hohan sejati!

" Baru berbicara sampai disitu, terlihat Han Seng sudah berjalan masuk dari luar gedung, tiba dihadapan Lui Sin, serunya: "Semua perintahmu telah kulaksanakan!

" "Bagus sekali!

" "Tapi ada berapa orang saudara tua yang enggan tinggalkan tempat ini" ujar Han Seng setelah termenung sejenak.

"Menurut pendapatmu, apa yang harus kita lakukan?

" "Untuk saudara saudara kita yang tak takut mati, apa salahnya bila toako biarkan mereka tetap tinggal disini?

" "Tapi , , , , , , , ,,

" "Mereka adalah saudara-saudara kita yang tak takut mati, sekalipun toako mengusir mereka dari sini, toh mereka bisa bertahan diluar kantor piaukiok, daripada membiarkan mereka berkeliaran, bukankah jauh lebih aman bila menampung mereka didalam gedung saja" "Ehm, cengli juga perkataanmu itu, baiklah, kita putuskan sesuai pemikiranmu itu" Kembali Han Seng berkata: "Sewaktu berada ditikungan serambi tadi, kebetulan siaute bertemu dengan Sun Toa-nio , , , , , ,,

" "Apakah Ciu Kiok telah tersadar kembali?

" "Benar, Sun Toa-nio memang akan melaporkan kejadian ini kepada toako" "Bagus1ah" Lui Sin segera berpaling ke arah Siau Jit dan Suma Tang-shia, lalu ajaknya, "mari kita bersama-sama menengok Ciu Kiok, siapa tahu dari mulutnya bisa mendapat keterangan yang lebih jelas" Siau Jit mengangguk.

II "Betul, siapa tahu dia dapat memberi petunjuk yang berharga katanya.

"Ayoh jalan!

" dengan langkah lebar Lui Sin berjalan keluar lebih duluan.

Cahaya lentera masih menerangi seluruh ruang kamar.

Paras muka Ciu Kiok lebih pucat daripada cahaya lentera, dia memang banyak kehilangan darah, karena itu wajahnya tampak layu dan kelihatan letih sekali, namun kondisinya jauh lebih baik daripada sewaktu pertama kali tiba di piaukiok.

Seluruh ruangan dipenuhi bau obat yang kental, kini mulut luka Ciu Kiok telah dibubuhi obat terbaik dan dibalut dengan rapi.

Setelah tersadar dari pingsannya tadi, Sun Toa-nio telah buatkan semangkok kuah obat pemulih darah untuknya.

Kini ia masih berbaring lemas diatas ranjang, matanya mendelong seperti orang bodoh, entah apa yang sedang ia pikirkan.

Sampai suara langkah kaki bergema dalam kamar, sorot matanya baru perlahan lahan dialihkan, namun ia tetap tak berpaling.

Baginya, berpaling merupakan satu pekerjaan yang amat sulit, begitu pula kondisinya sewaktu duduk.

Pertama-tama ia saksikan Lui Sin, tanpa terasa butiran air mata jatuh bercucuran.

Lui Sin segera menghiburnya.

ll "Kau sudah berusaha sekuat tenaga dalam peristiwa ini, tak perlu bersedih hati katanya.

"Entah bagaimana keadaan siocia sekarang?

" bisik Ciu Kiok sambil terisak.

Kelopak mata Lui Sin sedikit mengejang, tapi dengan cepat dia menjawab: "Mati hidup sudah diatur takdir, jadi kau tak perlu menguatirkan keselamatannya" Tiba tiba berkilat sorot mata Ciu Kiok, serunya tak tahan: "Siau kongcu!

" Ternyata ia sudah melihat kehadiran Siau Jit yang berjalan masuk ke dalam ruangan.

"Kita pernah bertemu?

" tanya Siau Jit.

"Masa kongcu lupa?

" "Tidak, dalam sekali pandang, aku segera dapat mengenalimu" Semu merah pipi Ciu Kiok yang pucat setelah mendengar perkataan itu, pintanya cepat: "Kongcu, kau harus segera selamatkan nona kami" "Sebenarnya apa yang telah terjadi?

" tanya Siau Jit sedih.

Ciu Kiok mencoba mengingat kembali kejadian yang dialami, kemudian ujarnya: "Waktu itu rombongan kami tiba disebuah warung teh dekat jalan raya, tiba tiba kakek penjual teh menghentikan kami semua, katanya ada seorang tamu dari marga Siau menitipkan sepucuk surat untuk siocia kami" "Apa isi surat itu?

" tanya Siau Jit.

"Ditunggu kedatanganmu di luar hutan kuil Thian-liong-ku-sat, ada urusan penting akan dirundingkan.

Tapi dalam surat tidak tercantum nama kongcu" "Jadi siocia kalian pun pergi memenuhi undangan itu?

" "Sepeninggal siocia, kami pun masuk ke warung teh untuk menunggu, siapa sangka dalam air teh telah dicampuri racun, berapa orang rekan yang keburu meneguk air teh itu seketika keracunan dan menemui ajal!

" "Lanjut!

" seru Lui Sin geram.

"Kemudian kakek penjual teh itupun berubah!

" ketika bicara sampai disini, mimik muka Ciu Kiok kembali memperlihatkan rasa ngeri dan takut yang luar biasa.

"Berubah?

" tanya Lui Sin keheranan.

"Tampang mukanya berubah jadi sangat menakutkan, sepasang matanya seperti dua gumpal api setan, saat itulah kami baru sadar kalau siocia sudah tertipu" "Bagaimana kemudian?

" "Kakek itu mulai mencicit tertawa aneh, suara tertawanya mirip seekor tikus, dia beritahu kepada kami kalau dialah si Kelelawar!

" "Kelelawar!

" Lui Sin menggertak gigi hingga gemerutuk, Han Seng menarik napas dingin sedang Siau Jit dan Suma Tang-shia saling bertukar pandangan tanpa mengucapkan sesuatu.

Ciu Kiok bercerita lebih lanjut: "Begitu mendengar nama itu, paras muka paman To serta paman Thio berubah hebat, mereka segera mengepung kakek itu rapat rapat, dari pembicaraan yang kemudian berlangsung, rasanya si Kelelawar itu sudah mati lama" "Ehm, apa yang dikatakan Kelelawar itu?

" tanya Lui Sin.

"Tiba tiba ia bersuit nyaring, lalu seluruh ruang warung dipenuhi kawanan Kelelawar, Il jumlahnya banyak sekali dengan suara bagai merintih dia melanjutkan, "kemudian kami pun bertempur sengit, akhirnya satu per satu kami tewas diujung senjatanya yang konon disebut golok Kelelawar.

"Golok itu aneh sekali bentuknya, gagang golok berlambangkan seekor Kelelawar besar, tubuh golok melengkung bagai bulan sabit, tapi tajamnya luar biasa, walau dipakai untuk membunuh namun tiada darah yang menodai mata golok!

" Mendengar sampai disini Lui Sin segera berpaling kearah Siau Jit serta Suma Tang-shia sambil berkata: "Ternyata dugaan kalian berdua tidak salah" Kepada Ciu Kiok tanyanya: "Kau masih bisa bertahan?

" Ciu Kiok mengangguk perlahan.

"Kalau begitu ceritalah lebih jauh, coba cerita lebih detil" pinta Lui Sin.

Maka Ciu Kiok pun melanjutkan kembali penuturannya yang belum selesai.

Oo0oo
Pintu dan jendela kamar sudah tertutup rapat, hawa dingin diujung musim gugur telah tertahan diluar jendela.

Tapi penuturan Ciu Kiok seolah menghadirkan kembali hawa dingin diujung musim gugur, menyusup dan menghimpit perasaan hati setiap orang.

Akhirnya dengan air mata bercucuran ujar Ciu Kiok: "Seharusnya aku pergi ke kuil Thian-liong-ku-sat untuk melakukan pelacakan, tapi dengan ilmu silat yang kumiliki, apa gunanya pergi ke situ" Maka terpaksa aku pulang kemari" Sambil menggenggam tangan Ciu Kiok yang lembut, hibur Lui Sin: "Semua yang kau lakukan sudah betul, bila kaupun pergi ke kuil Thian-liong-ku-sat, maka selama hidup peristiwa ini akan tetap menjadi misteri, tetap akan menjadi rahasia pribadi si Kelelawar" Perlahan Ciu Kiok berpaling kearah Siau Jit, lalu tanyanya: "Siau kongcu, kenapa kaupun bisa sampai disini?

" "Apakah kau sudah lupa dengan apa yang kau katakan setibanya di piaukiok waktu itu?

" kata Lui Sin.

Ciu Kiok menggeleng, rupanya dia sudah tak dapat mengingat kembali semua kejadian itu.

"Waktu itu kau mengatakan kalau semua orang telah terbunuh, nona ditipu orang, bahkan sempat menyinggung nama Siau kongcu" Lui Sin menerangkan.

"Ehm" "Kebetulan ada orang melihat kehadiran Siau kongcu dirumah makan Tay-pek-lo, maka kami pun pergi mencarinya untuk menanyakan duduknya persoalan" "Jadi tuan sekalian sempat berkelahi?

" tanya Ciu Kiok terperanjat.

"Gara-gara bertarung, kami pun jadi bersahabat, malah akhirnya sempat mendatangi kuil Thian-liong-ku-sat bersama-sama" "Apakah berhasil menemukan siocia?

" desak Ciu Kiok.

"Tidak!

" Lui Sin menggeleng.

"Tapi aku tidak bohong , , , , , ,,

" Lui Sin segera menggenggam tangan Ciu Kiok, ujarnya penuh emosi: "Anak baik, tak ada orang yang mengatakan kau bohong" Setelah menarik napas dalam-dalam, lanjutnya: "Kami sudah memastikan kalau semua peristiwa berdarah ini merupakan hasil karya Kelelawar" "Tapi,,,,

bukankah Kelelawar sudah mengirim surat yang mengabarkan kalau dialah yang menangkap siocia, tapi apa tujuannya" Apakah dia ingin memeras kita" Apa yang mau diperas?

" Lui Sin menggeleng.

"Kelelawar tidak mengirim surat, tapi sudah munculkan diri dihadapan kami" Setelah berhenti sejenak, terusnya: "Ketika mendapat tahu kalau kau belum.

mati, disangkanya kau telah menceritakan semua kejadian kepada kami, karena itulah terpaksa dia munculkan diri dihadapan kami" ll "Ooh rupanya begitu , , , , , , ,,

"Untung saja dia menganggap begitu, kalau tidak, mungkin ia sudah menyerbu masuk ke dalam piaukiok dan membunuhmu untuk menghilangkan saksi!

" "Membunuhku untuk menghilangkan saksi?

" Ciu Kiok makin tercengang.

"Betul, dia sengaja membunuh kalian semua karena bertujuan untuk melenyapkan saksi" Tak tahan Ciu Kiok menghirup udara dingin, diapun mengalihkan pembicaraan, tanyanya: "Aaah betul, apakah sudah diketahui siocia berada dimana sekarang?

" Lui Sin tidak menjawab, dia hanya menghela napas panjang.

Tercekat perasaan hati Ciu Kiok setelah mendengar helaan napas itu, buru buru tanyanya: "Tuan, apa yang sebenarnya terjadi dengan siocia?

" "Dia sudah mati" jawab Lui Sin dengan suara parau.

Paras muka Ciu Kiok semakin pucat.

"Tidak, tidak mungkin!

" jeritnya sedih.

Lui Sin kembali menghela napas panjang.

"Sebenarnya aku tak ingin memberitahukan berita duka itu pada saat seperti sekarang, tapi akupun tak tega mengelabuhi dirimu, membiarkan kau menguatirkan terus keselamatan jiwanya" Paras muka Ciu Kick semakin pucat.

"Tidak, tidak mungkin!

" jeritnya sedih.

Lui Sin kembali menghela napas panjang.

"Sebenarnya aku tak ingin memberitahukan berita duka itu pada saat seperti sekarang, tapi akupun tak tega mengelabuhi dirimu, membiarkan kau menguatirkan terus keselamatan jiwanya" Ciu Kick tidak menjawab, hanya air matanya bercucuran makin deras.

Kembali Lui Sin berkata: "Kelelawar sengaja munculkan diri karena ingin memberi kabar atas kematian Hong-ji,,,,

selain mengirim kembali jenasah Hong-ji kepada kita" "Kenapa dia harus membunuh siccia?

" tanya Ciu Kick sambil menangis.

"Kamipun tak tahu, dia juga tidak menjelaskan" "Tuan, kau harus balaskan dendam bagi kematian siocia, harus!

" pinta Ciu Kick sambil menggigit bibir.

"Pastil" janji Lui Sin tegas.

Kembali Ciu Kick berpaling kearah Siau Jit, pintanya pula: "Siau kongcu, kau , , , , , , ,,

" "Nona Ciu Kick tak usah berkata lagi" tukas Siau Jit, "dalam peristiwa ini aku pun akan turut ambil bagian" Akhirnya sekulum senyuman tersungging juga diwajah Ciu Kick, kepada Lui Sin katanya: "Tuan, bolehkah aku menengok wajah siccia untuk terakhir kalinya?

" "Lebih baik rawat dulu luka lukamu itu" bujuk Lui Sin dengan wajah makin pedih.

"Sebenarnya apa yang telah dilakukan Kelelawar terhadap tubuh siccia?

" desak Ciu Kick serius.

"Aai, jangan ditanya lagi!

" Lui Sin menggeleng.

"Tidak, tuan, kau harus beritahu kepadaku!

" desak Ciu Kick sambil mercnta bangun.

Akhirnya Lui Sin mengaku: "Tubuh Hong-ji telah dimutilasi menjadi enam bagian!

" Air mata Ciu Kick meleleh keluar makin deras, tiba tiba tubuhnya terjengkang ke belakang dan lagi-lagi jatuh tak sadarkan diri.

"Bocah yang malang , , , , ,,

" bisik Lui Sin sedih.

Han Seng ikut menghela napas sedih.

ll "Aaai, bisa dimaklumi katanya, "hubungannya dengan Hong-ji selama ini melebihi hubungan saudara" Lui Sin segera mengulapkan tangannya seraya berseru: "Sun toa-nio!

" Perempuan tua yang selama ini berdiri disisi ruangan segera maju sambil mengiakan.

"Loya ada perintah apa" Silahkan diutarakan" "Kau harus baik-baik merawat Ciu Kick" "Loya tak usah kuatir" jawab Sun Toa-nic dengan air mata berlinang, "selama ini dia sudah kuanggap seperti anak sendiri" Tanpa bicara lagi Lui Sin manggut-manggut, kemudian setelah memeriksa jidat Ciu Kick, ia baru bangkit berdiri dan melangkah keluar tinggalkan tempat itu.

Langkah kakinya terlihat jauh lebih berat daripada ketika datang tadi.

Siau Jit bertiga mengikuti dibelakang, siapa pun tak bersuara atau bicara.

Warna musim gugur menyelimuti halaman, suasana sendu musim gugur semakin mencekam tempat itu.

Setelah sekian lama menelusuri jalan setapak, tiba tiba Lui Sin menghentikan langkahnya, mengepal tinjunya dan menengadah memandang langit sambil mengeluh: "Kelelawar sialan, biar kau sembunyi dalam alam baka pun, aku tetap akan menyerbu masuk dan menyeretmu keluar!

" "Dewasa ini, masih ada satu persoalan yang harus kita selidiki hingga jelas dan tuntas" sela Han Seng.

"Mati hidup si Kelelawar?

" tanya Siau Jit.

Han Seng manggut-manggut.

"Semua orang mengatakan dia sudah mati, walaupun berita itu hanya kabar angin, namun tak mungkin ada asap kalau tiada api, berita ini pasti timbul karena ada penyebabnya" "Biarpun ketika berada di sampan dia mengaku hendak terbang balik ke alam baka, tapi siapa yang mau percaya dengan perkataan semacam itu" Menurut pandanganku, lebih baik kita kumpulkan berapa orang cianpwee untuk membicarakannya" "Tidak perlu!

" tiba tiba seseorang menyela.

Suara dari Suma Tang-shia!

 Dengan perasaan heran Siau Jit berpaling: "Toaci , , , , , , , ,,

" "Kalian cukup bertanya padaku saja" Lui Sin, Han Seng sama sama berdiri terperangah, tidak terkecuali Siau Jit.

Menyaksikan hal itu, kembali Suma Tang-shia tertawa, ujarnya: "Rupanya kalian sudah lupa kalau Suma Ticnggcan adalah ayahku, salah satu diantara delapan jago ampuh dari Kanglam yang mengerubuti si Kelelawar waktu itu?

" "Aaah betul" seolah baru tersadar, Siau Jit berseru keras, "sudah pasti ayahmu jauh lebih mengerti tentang nasib dan mati hidup si Kelelawar itu" "Nah itu dia, jadi menurut kau, aku tahu cukup jelas tidak?

" "Tentu, tentu saja kau tahu jelas" Suma Tang-shia segera tertawa manis.

"Sejak kapan kau berubah jadi begitu pintar?

" gcdanya.

Siau Jit tidak menjawab, hanya tertawa getir.

Han Seng turut tertawa getir, katanya: "Tampaknya persoalan ini bakal membuat kita semua pusing tujuh keliling , , , , ,,

" Lui Sin berpaling pula kearah Suma Tang-shia sambil bertanya: "Jadi bagaimana ceritanya" Dalam pertarungan itu, apakah si Kelelawar sudah mampus atau mungkin dia masih hidup?

" "Boleh dibilang sudah mampus, boleh dibilang juga belum mampus seratus persen" jawab perempuan itu.

"Oya?

" Dengan perasaan keheranan dan tak habis mengerti, Siau Jit serta Han Seng sama-sama menengok ke arah Suma Tang-shia, tampaknya mereka pun tak paham dengan maksud jawaban itu.

Suma Tang-shia segera menerangkan: "Jika mampus yang dimaksud adalah menandakan seseorang sudah tidak berada di dunia ini lagi, maka orang itu boleh dibilang belum mampus" Ketiga orang jagoan itu tetap tidak mengerti.

Suma Tang-shia menjelaskan lebih jauh: "Setelah pertempuran itu, Kelelawar telah berubah menjadi dua orang yang beda, sudah bukan Kelelawar yang dahulu lagi, bukankah hal ini bisa dikatakan kalau Kelelawar sudah tak ada lagi, sudah mampus?

" "Ooo, jadi Kelelawar sesungguhnya tidak mati dalam pertempuran berdarah itu?

" akhirnya Siau Jit memahami juga maksudnya.

"Benar" Suma Tang-shia mengangguk.

"Lantas dia telah berubah menjadi manusia seperti apa?

" tanya Siau Jit lagi.

"Dia sama sekali sudah kehilangan ingatannya" "Idiot maksudmu?

" selidik Siau Jit.

"Betul, idiot!

" "Jadi maksud nona, akhir dari pertempuran itu si Kelelawar sama sekali tidak kehilangan nyawanya, tapi sudah kena dihajar hingga berubah menjadi idiot?

" sela Lui Sin.

"Yaa, idiot!

" Suma Tang-shia mengulang sekali lagi.

Maksud dari idiot adalah tidak berbeda jauh dengan kematian, sebab dalam pandangan orang normal, idiot memang satu keadaan dimana mati jauh lebih enak daripada hidup.

Tentu saja hal ini menurut sudut pandang manusia normal.

Berbeda menurut sudut pandang orang idiot, bagi mereka hidup atau mati sama sekali tak ada bedanya, karena mereka memang tak bisa memilih, kalau tidak, mungkin sejak awal mereka sudah memilih mati.

Walaupun kebanyakan kehidupan mereka jauh lebih sengsara daripada anjiing atau babi, namun sebagian besar dapat hidup terus, bahkan hidup dengan hati gembira.

Tak ada yang tahu bagaimanakah dunia dari orang orang idiot, tentu saja hal ini berlaku bagi orang yang normal.

Lui Sin menatap wajah Suma Tang-shia, sampai lama kemudian ia baru bertanya lagi: "Kenapa Kelelawar bisa berubah jadi orang idiot?

" "Apakah gara gara pertempuran waktu itu?

" sambung Han Seng.

"Benar, waktu itu ayahku bersama delapan jago dari kanglam mengerubuti si Kelelawar di ll lembah Hui-jin-gan , , , , ,,

"Maksudmu lembah Hui-jin-gan di gunung Kiu-hca-san?

" sela Siau Jit.

Suma Tang-shia menggeleng.

"Aku sendiripun tak tahu kenapa tempat tersebut disebut hui-jin-gan (Bukan tempat manusia), hanya kuketahui kalau disana terdapat sebuah dinding batu yang amat besar, di atas dinding batu itulah tertera tiga huruf besar yang b erbunyi Hui-jin-gan.

Mereka sengaja memil ih tempat itu untuk mengercyok Kelelawar, aku rasa te mpat itu memang cocok sekali untuk men ghabisi kelaknatan Kelelawar" "Dan si Kelelawar datang memenuhi undangan"' tanya Siau Jit.

Suma Tang-shia tertawa hambar.

"Sebelum terjadinya pertempuran itu, si Kelelawar sama sekali tak tahu kalau undangan tersebut merupakan sebuah perangkap, kalau dibilang kejadian itu merupakan pertarungan adu jiwa, mungkin lebih cocok kalau dibilang merupakan satu bokongan, satu serangan gelap" "Jadi delapan jago sudah bersembunyi dan membuat perangkap lebih dulu ditempat tersebut sebelum kehadiran si Kelelawar?

" "Benar, begitulah kejadiannya.

"Tapi cerita yang tersiar dalam dunia persilatan tidak berkata begitu" sela Han Seng.

Kembali Suma Tang-shia menghela napas.

"Delapan jago lihay mengerubuti satu orang saja sudah merupakan satu kejadian yang tak enak didengar, kalau dibilang kejadian itu adalah sebuah bokongan, bukankah orang akan semakin mentertawakan kawanan jago itu?

" Mendengar sampai disini, Lui Sin segera tertawa terbahak-bahak, serunya: "Hahahaha, untuk menghadapi manusia laknat macam Kelelawar, lohu rasa memang tak perlu bicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi, jadi kenapa peduli soal enak tidak enak, mentertawakan atau bukan" "Sayangnya tidak setiap orang berpendapat begitu" "Menurut pandanganku, walaupun ilmu silat yang dimiliki ke delapan jago itu sangat hebat, mereka pun berjiwa ksatria dan suka menegakkan keadilan, namun jiwa mereka masih tidak terbuka, masih sangat terkekang oleh segala tradisi" kata Lui Sin sambil tertawa.

Agaknya Suma Tang-shia setuju dengan pendapat itu, ia mengangguk.

"Betul, kalau tidak mereka pun tak usah ambil peduli bagaimana pandangan orang lain terhadap mereka" "Itulah yang lohu maksudkan" "Namun sewaktu mengurung dan menyerang Kelelawar, mereka sama sekali tak ambil peduli dengan segala peraturan dunia persilatan, saat itu jiwa, pikiran dan kekuatan mereka terhimpun jadi satu, mereka hanya tahu bagaimana membantai musuh dalam waktu singkat" "Bagus sekali, memang sudah sepantasnya manusia laknat semacam itu dibantai hingga tuntas" puji Lui Sin sambil bertepuk tangan.

Sudah jelas rasa benci dan dendamnya terhadap Kelelawar telah merasuk hingga ke tulang sumsum.

"Bisa dibayangkan betapa sengitnya pertarungan yang berlangsung waktu itu" gumam Han Seng sambil memandang ke tempat kejauhan.

Suma Tang-shia manggut manggut.

"Semasa masih hidup, setiap kali menyinggung pertarungan tersebut, ayahku selalu melonjak emosinya" "Bagaimana akhir dari pertempuran sengit itu?

" tanya Lui Sin.

"Dari delapan orang jago tangguh yang terlibat dalam pengeroyokan itu, lima diantaranya tewas seketika, sisanya yang tiga orang menderita luka parah.

Kalau dilihat secara phisik, kondisi ayahku terhitung paling utuh" "Paling utuh?

" lagi lagi Lui Sin tertegun.

"Maksudku dilihat dari penampilannya, luka yang ia derita paling enteng" "Bagaimana pula dengan si Kelelawar?

" "sekujur badan bermandikan darah dan penuh luka, konon isi perutnya tergetar hingga bergeser karena termakan pukulan dahsyat, terakhir ayahku dengan ilmu pukulan Siau-thian-seng menghajar ubun ubunnya!

" "Dan ternyata dia belum mati?

" seru Lui Sin sambil menghembuskan napas panjang.

"Waktu itu dia sudah roboh terkena pukulan hingga muntah darah dan tak sanggup bangkit lagi, siapa pun menyangka dia pasti mati, siapa tahu lewat berapa saat kemudian ternyata ia mercnta dan merangkak bangun kembali, hanya otaknya jadi miring, dia jadi idiot" "Terbukti orang ini memang memiliki daya tahan yang luar biasa, melebihi siapa pun, karena itulah meski sudah terhajar pukulan siau-thian-seng dari ayahmu, dia masih tetap bisa hidup" gumam Lui Sin.

"Dengan pengalaman yang dimiliki delapan jago tangguh dari Kanglam, seharusnya dugaan mereka tak bakal salah" "Saat itu mereka pun sempat mempersoalkan masalah ini, namun setelah dicoba berulang kali, kenyataan membuktikan bahwa Kelelawar memang sama sekali sudah kehilangan ingatan, dia telah berubah jadi seorang idiot" "Apa yang kemudian mereka lakukan?

" kembali Han Seng bertanya.

"Semua orang merasa terlalu keenakan jika menghabisi nyawa si Kelelawar dengan begitu saja, maka mereka tidak melancarkan serangan mematikan lagi" "Masa mereka membiarkan si Kelelawar meninggalkan dunia ini dengan begitu saja?

" Siau Jit termenung sejenak, katanya pula: "Bagi seorang idiot yang memiliki ilmu silat tinggi, membiarkan dia mengembara dalam dunia persilatan jelas merupakan satu persoalan yang sangat membahayakan" Suma Tang-shia manggut-manggut.

"Tentu saja mereka pun sudah mempertimbangkan sampai kesitu, karena itu, meskipun tidak sampai membunuhnya, namun mereka telah menyekapnya disuatu tempat" "Dia disekap dimana?

" kembali Siau Jit bertanya.

"Dalam rumahku" "Perkampungan Suma-san-ceng di timur kota?

" tanya Siau Jit tertegun.

"Memang kau sangka aku punya berapa rumah?

" Siau Jit tertawa getir, sementara Han Seng dan Lui Sin berdiri tertegun, kejadian ini sungguh diluar dugaan mereka.

Terdengar Suma Tang-shia berkata lebih jauh: "Tiga dari delapan jago yang masih hidup, satu tinggal di Pek-san, Hek-sui, yang seorang lagi malah jauh diluar Giok-bun-kwan, hanya ayahku yang bertempat tinggal paling dekat, lagipula perkampungan Suma san-ceng tersohor karena punya dinding baja tembok tembaga, oleh sebab itulah akhirnya diputuskan untuk menyekap si Kelelawar ditempat ini" "Peristiwa itu sudah lewat banyak tahun, apakah si Kelelawar tak pernah pulih kembali daya ingatannya?

" tanya Siau Jit lagi setelah termenung seje nak.

Suma Tang-shia menggeleng.

"Setiap berapa hari, aku selalu pergi menengok kondisi dan keadaannya, tapi walau ditinjau dan dipandang secara apa pun, dia tetap seperti seorang idiot" "Pernahkah ayahmu berpikir, seandainya suatu saat kesadaran dan pikiran orang ini pulih kembali, peristiwa mengerikan apa lagi yang bakal terjadi?

" tanya Siau Jit tertawa egir.

"Tentu saja pernah.

Karena itulah diluar loteng yang digunakan untuk menyekap si Kelelawar telah terpasang tiga belas lapis jebakan dan perangkap yang sangat lihay, jika si Kelelawar bersikeras hendak menerobos keluar, dia pasti akan menyentuh satu diantara sekian banyak alat jebakan, begitu satu alat tergerak maka semua alat perangkap lain akan ikut tergerak, akibatnya sekeliling wilayah itu bakal rata dengan tanah!

" "Bahan peledak?

" seru Siau Jit tanpa sadar.

"Betul, perangkap terakhir memang berisikan bahan peledak yang khusus dikirim dari  Kwan-gwa, Bi-lek-tong "Berarti salah satu dari ke delapan jagoan itu adalah tokoh dari perguruan Bi-lek-tong?

" "Pemilik Bi-lek-tong!

" Suma Tang-shia membenarkan, "dialah salah satu diantara tiga orang yang hidup" "Itu berarti mustahil bagi si Kelelawar untuk keluar dari situ dalam keadaan hidup?

" tanya Han Seng.

"Tidak mungkin" dengan sangat yakin Suma Tang-shia menegaskan, "aku pernah memeriksa ga mbar peta dari alat perangkap itu, sekalipun kau memb awa petunjuk peta itupun, tidak mungkin bisa keluar dari situ dengan badan utuh" "Lantas bagaimana dengan makan si Kelelawar sehariannya?

" tanya Han Seng tiba tiba.

"Semua makanan akan dikirim melalui sebuah tabung panjang yang tertanam dalam dinding, ketika lapar, dia akan mengambil sendiri" Kemudian setelah tertawa hambar, terusnya: "Kalau melihat cara hidupnya, mungkin jauh lebih enak hidup seekor anjing, terkadang akupun merasa heran, buat apa ayah sekalian menahannya terus, apa pula manfaatnya" "Betul, kenapa tidak sekali bacok habisi nyawanya, jadi tak perlu repot repot lagi" kata Lui Sin.

"Itulah kelemahan kaum hiap-kek" sambung Han Seng sambil tertawa, "terkadang mereka tak bisa lepas dari masalah keadilan, kebenaran dan kebajikan" "Itu mah tergantung dengan siapa kita berhadapan" protes Lui Sin.

Terdengar Siau Jit bertanya lagi: "Sewaktu berada dijalan raya tadi, bukankah toaci pun melihat ada seorang kakek buta yang mengaku dirinya sebagai sang Kelelawar?

" "Waktu itu kebetulan kalian menghadang jarak pandangku, sampai Lui enghiong meneriakkan nama Kelelawar tanpa sayap, aku baru terusik rasa heranku hingga ikut turun dari kereta, sayang waktu itu kalian sudah pergi dari situ" Setelah berhenti sejenak dan tertawa, lanjutnya: "Tapi bukan masalah, gampang sekali jika kalian ingin tahu apakah orang itu Kelelawar yang asli atau bukan , , , , ,,

datang dan berkunjung saja ke perkampungan Suma-san-ceng" "Betul!

" teriak Lui Sin tanpa sadar.

"Hanya saja , , , , ,,

" Han Seng kelihatan agak ragu.

Sambil tertawa Suma Tang-shia segera menukas: "Tak ada istilah mengganggu atau tidak, sekalipun kalian tidak minta, aku tetap akan mengajak kalian untuk berkunjung ke situ" "Sekarang juga mau ke sana?

" tanya Siau Jit.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar