Kelelawar Tanpa Sayap Bab 08 Bu-shia beracun

Bab 08 Bu-shia beracun

Siau Jit tertawa dingin "Jadi kau anggap aku pasti bukan tandinganmu, pasti bakal mati diujung pedangmu?

" katanya "Benar, kau masih bukan tandinganku" "Kau yakin dugaanmu tak bakal salah?

" "Paling tidak, hingga sekarang dugaanku belum pernah meleset" "Ada satu hal mungkin belum kau ketahui" ujar Siau Jit tiba tiba "Soal apa" "Kau tak lebih hanya seorang manusia, bukan dewa "Maksudmu, selama sebagai manusia pasti akan melakukan kesalahan" "Betul!

 Tiba tiba Ong Bu-shia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak "Hahahaha,,,,

bagi orang orang semacam kita berdua, salah menduga sama artinya mencari kematian buat diri sendiri, bukan begitu" "Ehmmm "Mungkin saja dugaanku kali ini salah, keliru besar, tapi untungnya usiaku sudah lanjut, jadi urusan mati atau hidup sudah bukan kuanggap sebagai satu masalah besar lagi "Setelah mendengar penuturanmu itu, aku semakin tak berani bersikap gegabah" kata Siau Jit "Bila seseorang sudah tidak pedulikan masalah mati hidupnya, dia pasti akan menyerang tanpa kuatir, membunuh tanpa ragu, bukankah begitu" "Benar!

 Ong Bu-shia memperhatikan sekejap sepasang tangannya, kemudian berkata lagi: "Dengan mengandalkan sepasang tangan ini, aku telah menjelajahi utara selatan sungai besar dan selama ini belum pernah ketemu lawan tanding "Aku dengar memang begitu "Paling tidak belum pernah ada hingga saat sekarang, saat sebelum aku mengundurkan diri "Aku sendiripun tidak yakin kemampuanku sanggup menandingi dirimu "Meski kau tak yakin bisa menangkan aku, namun kau tak akan mundur dari gelanggang" "Tentu saja, kau pun tak akan membiarkan aku keluar dari gelanggang ini" "Memang tak mungkin" "Apalagi aku memang tak berniat mundur dari sini" kat a Siau Jit cepat Dengan tajam Ong Bu-shia menatap lawannya, tiba tiba ia tertawa "Aku sangat berharap kau adalah lawan tandingku" katanya "Kenapa" "Karena aku sudah banyak tahun hidup kesepian Setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Selama banyak tahun, belum pernah ada orang berhasil mengalahkan aku, bahkan mencari lawan tanding yang seimbang pun susahnya setengah mati "Karena itu kau merasa kesepian?

" "Betul Siau Jit menatapnya tajam "Terlepas manusia macam apakah dirimu, dalam pertarungan kali ini, aku tak akan memandang enteng dirimu "Aku memahami maksudmu , , , , ,,

kau memang seorang jago silat tulen, seorang pesilat sejati" "Sama sama, kita setali tiga uang "Tahukah kau apa hubunganku dengan Ong Sip-ciu?

" tiba tiba Ong Bu-shia bertanya "Putramu!

" "Betul, dia adalah satu-satunya putraku "Sayang putra mu tidak memiliki kegagahanmu walau hanya setengahnya saja" "Aku hanya memiliki seorang putra, tentu saja dia kelewat manja hingga terbentuk watak yang lemah "Kau seharusnya tahu bukan kenapa aku harus membunuhnya" "Dalam pandangan kalian orang orang hiap-gi yang mengutamakan kebajikan dan kebenaran, tentu saja semua perbuatan dan sepak terjangnya pantas diganjar dengan kematian, namun dalam pandangan kami orang orang kalangan hitam, ulahnya masih belum terhitung kelewat jahat dan busuk, khususnya dalam pandanganku sebagai ayahnya, apa pun yang telah dia lakukan pantas dimaafkan dan diampuni, dosanya tak perlu ditebus dengan kematian "Aku mengerti "Bagus sekali" seru Ong Bu-shia sambil perlahan-lahan menggeser kakinya Siau Jit segera ikut menggeser pula langkah kakinya Kedua orang itu sudah tidak berbicara lagi, seolah pembicaraan apa pun disaat ini sudah tak berguna lagi Pedang Siau Jit sudah terhunus, tubuh dan pedang seolah telah terwujud jadi satu Ong Bu-shia menggerakkan pula sepasang tangannya kian kemari, setiap saat dia siap melancarkan serangan Akhirnya serangan pun dilancarkan!

 Pergeseran badan Ong Bu-shia dilakukan tidak terlampau cepat, sementara Siau Jit bergeser lebih lambat, ia berdiri diatas meja, berada diatas untuk menghadapi serangan dari bawah, bahkan posisi dimana ia berdiri merupakan sumbu dari perputaran mereka berdua, karena itu dia tak perlu banyak bergerak Si Hong berdiri persis disamping Siau Jit, pedang lemasnya sudah dipersiapkan untuk setiap saat melancarkan serangan Ia menatap Siau Jit, sorot matanya sama sekali tak berkedip, tubuhnya pun sama sekali tak bergerak Hingga Siau Jit berdiri membelakangi dia, tiba tiba saja ia bertindak, secepat kilat tubuhnya menerkam ke arah Siau Jit, "Nguungg!

" pedang lemasnya digetarkan hingga tegak lurus, bagai ular berbisa langsung menyergap bagian mematikan dipunggung lawan Serangan pedang yang amat beracun, hati dan pikirann ya jauh lebih beracun!

 Dia menduga, begitu serangan dilancarkan, tak ayal Ong Bu-shia pasti akan manfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan pula serangannya, dengan begitu mereka berdua akan menyergap bersamaan waktu Dengan ikut serta dalam melancarkan serangan maut itu, niscaya Ong Bu-shia dapat menghabisi nyawa Siau Jit Mungkin saja apa yang dia bayangkan merupakan kenyataan Sayang dugaannya meleset jauh, ternyata Ong Bu-shia sama sekali tak bergerak, dia hanya mengawasi gerak serangannya itu dengan pandangan dingin Seketika itu juga hatinya tercekat, bergidik Sayang pedangnya sudah terlanjur melancarkan tusukan, tusukan kilat ibarat anak panah yang terlepas dari busur, tak mungkin untuk ditarik balik Dalam waktu singkat cahaya pedang bagai bianglala telah menghampiri tubuh Siau Jit, dan pada saat yang bersamaan tiba tiba Siau Jit membalikkan badan Bersamaan itu pedangnya melepaskan sebuah tusukan!

 Serangan yang dilancarkan Si Hong sesungguhnya tidak terhitung lambat, dalam sekali tusukan dia telah melepaskan tujuh belas ancaman, tapi sayang gerak pedang Siau Jit jauh lebih cepat, biar menyerang belakangan tapi serangan tiba disasaran lebih awal, tujuh belas tusukan kilat seketika membendung seluruh ancaman yang dilakukan Si Hong Menyaksikan kejadian itu Si Hong membentak nyaring, berapa kali dia merubah gerakan tubuhnya namun selalu gagal untuk melepaskan diri dari ancaman pedang lawan Sambil mendengus tangan kirinya berputar, tujuh batang paku bunga li yang sangat beracun siap dibidikkan ke tubuh lawan, siapa tahu baru saja tangan kirinya bergerak, telapak tangan kiri Siau Jit sudah membacok pergelangan tangannya Dengan ketajaman matanya ternyata ia tak bisa melihat dengan jelas darimana datangnya bacokan itu, dengan kegesitan gerak tubuhnya pun dia tak sanggup berkelit atau menghindarkan diri Rasa sakit yang luar biasa merasuk hingga ke tulang sumsum, pergelangan tangannya yang ditelikung ke belakang membuat genggaman ke lima jarinya mengendor, paku paku bunga li yang sudah siap ditimpuk pun seketika berjatuhan ke tanah Selama ini Ong Bu-shia hanya menyaksikan jalannya pertarungan sambil bergendong tangan, sama sekali tak punya niat untuk turun tangan membantu Menyaksikan hal ini, Si Hong merasa hatinya mencelos, perasaannya makin terperosok dalam Bersamaan dengan timbulnya rasa takut, tiba tiba perutnya terasa pedih, panas bagai terbakar dan sakitnya bukan kepalang Inilah perasaan terakhir yang bisa dia rasakan sepanjang hidupnya!

 Pedang milik Siau Jit telah menusuk ke dalam perutnya, menghujam dalam dalam Begitu ujung pedang menembusi perutnya, darah segar pun menyembur keluar bagaikan mata air Si Hong terpuruk diatas lantai bagai manusia tanah liat yang tergenang air, "Traaangl pedang lemasnya terlepas dari genggaman dan jatuh ke samping Sementara itu Siau Jit telah menarik kembali pedangnya, perlahan ia berpaling, menatap Ong Bu-shia dengan pandangan dingin Ternyata gerak serangan pedangnya selain cepat, ganas pun sangat telengas Ong Bu-shia balas menatap Siau Jit dengan pandangan dingin, tiba tiba ujarnya: "Sekali tusukan memutuskan usus, ternyata nama besarmu memang bukan nama kosong "Kau seharusnya turun tangan selamatkan jiwanya "Selama hidup, aku tak pernah mau melakukan pekerjaan yang sama sekali tak berguna uoya"n Ong Bu-shia memandang sekejap jenasah Si Hong yang terkapar ditanah, lalu ujarnya lagi: "Dia tidak seharusnya membokongmu dari sudut tersebut, sebab, walaupun kau berdiri membelakangi dia, namun sudut itu merupakan benteng pertahanan yang kuat bagimu, sudut yang tak mungkin bisa membuahkan hasil Mencorong sorot mata Siau Jit Terdengar Ong Bu-shia berkata lebih jauh: "Andaikata dia menyerangmu dari sudut kanan, paling tidak kau harus menyambut tiga buah serangan berantainya" Sinar mata Siau Jit makin mencorong dingin "Sekalipun dia menyerangku dari sudut kanan, aku yakin kau tetap tak akan turun tangan membantu "Betul!

 "Walaupun dia datang bersamamu, padahal dalam kenyataan dia hanya kelinci percobaanmu, kau ingin gunakan dia untuk menjajal tipu muslihat ilmu pedangku "Tepat sekali "Dia seharusnya mengerti akan hal ini "Sayang tidak banyak orang cerdas dikolong langit saat ini, terlebih orang secerdas kau Setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Sayangnya pula, orang yang kelewat cerdas biasanya bukan merupakan satu kejadian yang baik Siau Jit tertawa dingin "Entah sudah berapa kali kudengar perkataan semacam itu?

" dengusnya "Oya?

" "Bahkan hampir semuanya pasti mengatakan satu hal" uApa"n "Karena orang yang kelewat pintar, biasanya tidak berumur panjang!

 "Hahaha!

" Ong Bu-shia tertawa tergelak, katanya samb il manggut manggut, "hal seperti ini jelas bukan satu kejadian yang menyenangkan" "Sayangnya manusia bukan hanya andalkan kecerdasan, seringkali selain pintar, diapun harus berbudi luhur sehingga selalu dilindungi Thian, bahkan berumur panjang "Sayang tidak banyak manusia seperti itu "Tapi bukan berarti tak ada orang semacam itu "Jadi maksudmu, kau adalah salah satu diantaranya" "Betul atau tidak, aku sendiri tidak tahu, bahkan aku sendiri pun tak tahu apakah aku termasuk orang pintar atau tidak" "Kau bisa berkata begitu, hal ini menandakan kalau kau memang seseorang yang sangat cerdas, moga moga saja kau berumur lebih panjang daripada orang cerdas lainnya "Kau serius berharap begitu?

" Siau Jit balik bertanya "Hahaha, tentu saja bohong!

 Begitu selesai bicara, tiba tiba tubuhnya mulai bergerak, dia tidak melompat ataupun menerkam, tapi selangkah demi selangkah berjalan mendekat Siau Jit tidak bergerak, dia hanya mengawasi Ong Bu-shia yang semakin mendekat dengan pandangan dingin Ong Bu-shia sama sekali tidak berhenti, sampai mendekati meja tersebut, ia baru mulai berputar, bergerak menuju ke sisi kanan anak muda itu Siau Jit masih berdiri diatas meja dengan pedang terhunus, tubuhnya ikut berputar mengikuti gerakan musuhnya Ong Bu-shia mulai berputar, makin lama ia bergerak makin cepat, akhirnya dia mengelilingi meja itu dengan kecepatan luar biasa Siau Jit, tubuh berikut pedangnya ikut berputar Walaupun dia cepat, namun gerakannya tak sanggup menyusul gerakan tubuh Ong Bu-shia, dalam waktu singkat kakek jangkung itu telah merebut posisi sebelah kanan, bahkan sepasang tangannya langsung membacok, membabat pinggiran meja tersebut "Praaakkkl" meja yang lebar lagi kuat itu segera terbelah jadi dua bagian Berbareng dengan terbelahnya meja itu, Siau Jit ikut melambung ke tengah udara, coba dia baru melambung setelah meja itu terbelah, niscaya keseimbangan badannya akan sangat terpengaruh Berada ditengah udara, ia bersalto berapa kali, kemudian "Wussss!

" ia berbalik posisi, dengan kepala dibawah kaki diatas, pedangnya langsung menusuk kepala lawan Dalam posisi begitu, seharusnya Ong Bu-shia ikut melambung untuk melakukan pengejaran, namun dia sama sekali tidak berbuat begitu Mungkin hal ini dikarenakan ia telah menduga akan serangan kilat yang bakal dilancarkan Siau Jit, dia berdiri tegak sambil menyambut datangnya ancaman tersebut Bukan saja dia tidak melambung, sebaliknya justru merendahkan badan sambil menyusup ke bawah meja Babatan pedang Siau Jit segera menyambar dari atas kepalanya, hanya terpaut satu inci dari ujung rambutnya Dengan cepat orang tua itu merentangkan tangannya ke kiri kanan, ia sambar kaki meja lalu diiringi bentakan nyaring, belahan meja tersebut diangkat keatas dan dihantamkan ke tubuh Siau Jit Untuk kedua kalinya Siau Jit mencelat ke samping, kini dia telah berbalik posisi dengan kepala diatas kaki dibawah, tubuh berikut pedangnya kembali melambung Saat inilah Ong Bu-shia baru melompat bangun, tangannya sambil tetap memegang kaki meja yang terbelah merangsek maju ke depan, ternyata gerakan tubuhnya masih tetap cepat Kini kedua belah lembaran meja yang terbelah itu digunakan sebagai tameng untuk melindungi tubuhnya, dengan kondisi seperti ini dia melanjutkan terjangan Berulang kali Siau Jit mengubah gerakan tubuhnya, namun selalu gagal melepaskan diri dari jangkauan meja terbelah, akhirnya dia berpekik nyaring, tubuhnya mencelat ke atas, langsung menerjang permukaan genting ruangan "Braaak , , , , ,!

" ditengah suara keras dan hamburan debu serta hancuran genting, tubuh Siau Jit menerobos keluar dari ruangan dengan menembusi langit langit Pada saat itulah kedua lembar meja yang berada ditangan Ong Bu-shia telah menghantam langit langit, "Braaak, braaak , , , , , ,,

" suara gemuruh bergema makin nyaring, semakin banyak debu dan hancuran genting berhamburan diseluruh ruangan, meledak, meletup dan hancur berantakan Tidak berhenti sampai disitu, Ong Bu-shia menerobos keatas mengejar musuhnya, begitu berada disamping Siau Jit, lembaran meja ditangannya kembali menyapu ke depan dengan jurus Heng-sau-jian-pit-be (menyapu rata seribu ekor kuda) Kembali Siau Jit melompat ke tengah udara Gagal dengan sapuannya, Ong Bu-shia menarik tangannya sambil merapat, kedua belah lembar meja itu segera saling berbenturan, "Braaak!

" diiringi suara ledakan, lempengan kayu itu hancur berantakan dan menyebar ke empat penjuru Bukan begitu saja, paling tidak ada separuh bagian diantaranya langsung meluncur ke tubuh Siau Jit Berada ditengah udara Siau Jit memutar pedangnya rapat rapat, ia ciptakan selapis bola cahaya yang tajam untuk melindungi tubuh, begitu hancuran kayu menghampirinya, kepingan kayu itu langsung remuk jadi bubuk dan berhamburan ke lantai Menggunakan kesempatan itu Ong Bu-shia ikut melambung ke udara, sepasang tangannya menerobos masuk ke hadapan lawan, dengan tangan kiri melepaskan tujuh serangan, tangan kanan enam pukulan, dalam saat yang bersamaan dia lancarkan tiga belas buah ancaman berantai Angin pukulan menderu deru, begitu kuatnya sapuan tersebut memaksa bola cahaya pedang yang diciptakan Siau Jit buyar seketika Bukan hanya begitu, pukulan ke tiga belas dari Ong Bu-shia ternyata berhasil menghantam pedangnya hingga miring ke bawah, memanfaatkan kesempatan itu satu sodokan maut dihantamkan ke dada lawan Siau Jit memang bukan jagoan kemarin sore, berada di udara cepat ia berganti posisi, disaat yang paling kritis dia mengigos dari hantaman Ong Bu-shia lalu mencelat keluar halaman Sambil membentak nyaring tubuhnya meluncur ke bawah bagai seekor burung terbang Tempat dimana dia melayang turun tak lain adalah jalan raya, ditempat itu pula para tamu rumah makan yang membubarkan diri berkumpul, tapi begitu melihat atap dan kayu berhamburan di udara, apalagi melihat pertarungan ke dua jagoan itu sudah bergeser ke sana, tergopoh orang orang itu kembali membubarkan diri Baru saja kaki Siau Jit menginjak tanah, Ong Bu-shia telah menyusul tiba, sepasang tangannya dengan jurus Ngo-lui-hong-teng (lima guntur menghantam puncak) menghantam ubun ubun anak muda itu Kali ini Siau Jit tidak berusaha menghindar, pedangnya diayun keatas menciptakan satu lingkaran cahaya untuk menyongsong datangnya ke dua belah tangan kakek itu Tidak menunggu sepasang tangannya berhasil menyentuh tubuh lawan, cepat Ong Bu-shia mengigos ke samping Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, tentu saja dia dapat merasakan kelihayan dari serangan anak muda itu Lingkaran cahaya pedang Siau Jit segera ditarik kembali, dengan pedang bersatu badan, ia balas menyerang Ong Bu-shia dengan kecepatan bagai anak panah terlepas dari busur Berada ditengah udara, secara beruntun Ong Bu-shia berganti dengan tujuh macam gerakan tubuh sebelum berhasil meloloskan diri dari ancaman itu, begitu kakinya menjejak tanah, tangan kiri dan kanannya secara beruntun melepaskan empat buah pukulan berantai untuk mengunci datangnya ancaman Kembali Siau Jit menggerakkan tubuhnya, meloloskan diri dari kurungan lawan "Hmm, ternyata kungfu mu hebat juga!

" ejek Ong Bu-shia sambil tertawa dingin Setelah berhenti sejenak, terusnya: "Disini sudah tak ada hambatan lagi, kita bisa bertarung habis habisan!

" Belum sempat Siau Jit menjawab, suara derap kaki kuda yang ramai telah bergema dari ujung jalan raya, diikuti munculnya puluhan ekor kuda jempolan Lui Sin berada dibarisan paling depan, dari kejauhan ia sudah berteriak keras: "Siau Jit!

 Dia sama sekali tidak kenal dengan Siau Jit, tapi piausu disampingnya yang mengenali Siau Jit telah menunjuk ke arah pemuda itu sejak dari kejauhan Sambil berpaling kata Ong Bu-shia: "Teman teman yang datang membantumu telah tiba!

" "Belum tentu mereka sahabatku" sahut Siau Jit dengan kening berkerut "Berarti mereka datang mencari gara gara" "Tidak jelas" "Terserah siapa pun yang datang, mereka harus menunggu sampai aku roboh diujung pedangmu!

 Habis berkata kembali Ong Bu-shia melancarkan serangan mengurung tubuh anak muda itu Angin pukulan yang menderu, membuat ujung baju Siau Jit berkibar kencang Pada saat itulah si penunggang kuda telah mendekat, masih berada diatas kudanya Lui Sin telah menghardik: "Tahan!

 Begitu bentakan berkumandang, dua orang piausu telah melompat turun dari kudanya, sambil meloloskan senjata, mereka segera memisah Siau Jit serta Ong Bu-shia yang sedang bertarung dari kiri dan kanan "Harap semuanya berhenti!

" teriak mereka pula Siau Jit tertegun, belum lagi menarik kembali pedangnya, Ong Bu-shia telah menarik pukulannya sambil menegur: "Siapa suruh kau menghalangi kami!

 "Congpiautau kami , , , , , , , ,,

seru seorang piausu Belum selesai dia berkata, Ong Bu-shia telah menukas gusar: "Hmm, hanya andalkan kalian berdua, berani benar menghalangi pertarungan kami" Tubuhnya merangsek ke depan, langsung menerjang piausu yang berada disebelah kiri Menyaksikan hal itu buru buru Siau Jit membentak: "Cepat minggir!

" tubuh berikut pedangnya langsung menerkam Ong Bu-shia Sayang piausu itu tidak menuruti perintahnya, bukan mundur dia malah mengangkat goloknya bermaksud pukul mundur serangan Ong Bu-shia Baru saja senjatanya diangkat, pukulan tangan kanan Ong Bu-shia telah bersarang telak diatas dadanya Pukulan itu datang secepat petir, bagaimana mungkin piausu itu sanggup menghindarkan diri" "Kraaakl" terdengar suara tulang retak bergema di udara, dada piausu itu sudah terhajar oleh sebuah pukulan dahsyat hingga amblas ke dalam, tubuhnya langsung mencelat ke udara dan terlempar sejauh berapa kaki Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga pukulan itu Lui Sin amat terperanjat, tidak terkecuali si pedang perak Han Seng yang berada disisinya, bagaimana pun mereka berdua adalah jago kawakan dalam dunia persilatan, pengetahuan serta pengalaman mereka cukup luas Dari pukulan yang dilontarkan, mereka segera tahu kalau Ong Bu-shia adalah seorang jagoan kejam yang berhati telengas, menganggap nyawa manusia bagai rumput ilalang Namun mereka berdua tidak mengenali Ong Bu-shia Gerak serangan yang dilancarkan Siau Jit meski cepat, dia tetap terlambat satu langkah Tampaknya anak muda ini sadar kalau ia sudah tak sempat lagi untuk selamatkan nyawa piausu itu, bukannya menyerang kepalan kanan Ong Bu-shia, babatan pedang itu justru menyambar pinggang lawan Dengan cekatan Ong Bu-shia mengigos ke samping untuk menghindar, lalu melompat mundur dari posisi semula, kali ini dia menghampiri piausu ke dua Siau Jit sama sekali tak menyangka kalau seorang jagoan yang berilmu begitu tinggi ternyata memiliki jalan pemikiran yang begitu sempit, tak sempat menghalangi perbuatannya, jago muda ini merasa hatinya makin bergidik Ketika melihat Ong Bu-shia datang menghampiri, buru buru piausu itu mengayunkan goloknya melancarkan tujuh buah bacokan, semua serangan bukan ditujukan ke tubuh lawan melainkan hanya berusaha melindungi diri Sayang dia berhadapan dengan jagoan tangguh semacam Ong Bu-shia, ingin melindungi diri pun bukan satu hal yang mudah Ketika bacokan ke tujuh baru saja dilancarkan, tinju Ong Bu-shia sudah bersarang tiga kali diatas dadanya Biar terdiri dari tiga pukulan, namun pada hakekatnya seolah dilancarkan bersamaan waktu Seketika itu juga tulang dada piausu itu terpukul hancur hingga amblas ke dalam, sekujur badannya mencelat ke udara hingga menembus diatas dinding pagar Siapa pun tahu kalau orang itu sudah tak punya harapan lagi untuk melanjutkan hidup Sambil menuding Ong Bu-shia dengan pedangnya, bentak Siau Jit penuh kegusaran: "Apa-apaan kamu?

" Perlahan Ong Bu-shia berpaling, sahutnya tertawa: "Lohu hanya tak ingin pertarungan kita berdua diganggu oleh kehadiran orang lain Belum sempat Siau Jit mengucapkan sesuatu, dengan suara keras Lui Sin telah menghardik: "Siapa kau si tua bangka celaka" Kenapa kau bunuh piausu anak buahku" "Kau sebut lohu sebagai apa?

" Ong Bu-shia segera berpaling dan menatap Lui Sin gusar "Tua bangka celaka!

 "Bagus sekali!

" "Apanya yang bagus" "Losu sudah mendapat satu alasan yang kuat untuk membunuhmu, memang kurang bagus" Saking gusarnya Lui Sin tertawa keras "Sebenarnya aku hendak mencari Siau Jit untuk membuat perhitungan, tapi tak ada salahnya kalau kubunuh dulu dirimu Siau Jit tertegun, baru saja dia akan bertanya, Lui Sin telah meloloskan golok emasnya, kemudian sambil menuding wajah Ong Bu-shia, tegurnya: "Sebutkan namamu!

 Sambil bergendong tangan Ong Bu-shia memperhatikan Lui Sin sekejap, lalu katanya: "Lebih baik kau tak usah tahu siapa diriku!

" "Hahaha, ternyata kau tak lebih hanya seekor kura kura yang takut menyebut nama sendiri" "Hmm!

" Ong Bu-shia mendengus dingin, "aku hanya kuatir anggota badanmu jadi lemas setelah mendengar namaku, apa enaknya kalau bertarung dengan orang yang sedang menggigil ketakutan" "Memang kau anggap namamu sangat menakutkan?

" ejek Lui Sin, setelah berhenti sejenak, hardiknya, "siapa namamu!

 "Ong Bu-shia!

" kata kakek itu kemudian sepatah demi sepatah kata Berubah paras muka Lui Sin, begitu pula dengan si pedang perak Han Seng, apalagi kawanan piausu yang berada di belakang mereka berdua "Bu-shia beracun pembetot sukma menggaet nyawa?

" lanjut Lui Sin ragu "Tepat sekali!

" Perlahan-lahan Lui Sin menarik napas panjang, katanya: "Ternyata kau si tua bangka celaka!

 Berubah seram paras muka Ong Bu-shia "Kalau kubiarkan kau mampus kelewat cepat, rasanya keenakan bagimu" serunya Perkataan itu diucapkan dengan nada dingin dan berat, sepatah demi sepatah kata bagaikan gada raksasa yang menumbuk lubuk hati Lui Sin Tiba tiba si golok emas Lui Sin tertawa nyaring "Hahaha, walaupun kau tersohor, sayang tak sampai menakutkan diriku!

" "Oya?

" Ong Bu-shia tertegun Sambil mengebaskan ujung bajunya tiba tiba Lui Sin berseru: "Teman-teman, mundur semua, masalah ini merupakan urusan pribadi aku orang she-Lui, sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian semua Kawanan piausu itu baru saja tertegun, Han Seng yang berada disisinya telah berseru sambil tertawa hambar: "Toako, dengan perkataanmu itu, sama artinya kau sudah tidak menghendaki aku sebagai saudaramu" Cepat Lui Sin menggeleng "Saudaraku , , , , , ,,

"Kita dua bersaudara selalu menghadapi tantangan secara bersama, pertarungan yang kita hadapi pun tidak dibawah puluan kali, kapan kita pernah berpisah" Jika kau menghadap raja akhirat seorang diri, aku yakin Giam-ong pasti akan mengusirmu balik Mendengar perkataan itu Lui Sin hanya bisa tertawa getir Seorang piausu segera berteriak pula dengan lantang: "Congpiautau, jangan kau anggap kami adalah kawanan tikus yang takut mati "Rekan rekan semua , , , , , , , ,,

" bisik Lui Sin dengan perasaan amat terharu Sambil tertawa Han Seng menambahkan: "Apalagi Ong Bu-shia hanya seorang diri "Orang-orang itu pun hanya ada sedikit perbedaan dibandingkan kalian berdua" ejek Ong Bu-shia "Dimana perbedaannya?

" tanya Lui Sin "Kepandaian silat!

" "Ilmu silat yang kau miliki memang jauh lebih bagus daripada kepandaian yang kami miliki, namun bukan berarti kami bukan tandinganmu "Benarkah begitu" "Satu orang mungkin gampang kau taklukkan, belum tentu seribu orang bisa kau lawan "Omong kosong!

 Lui Sin tidak menanggapi lagi, sorot matanya segera dialihkan ke wajah Siau Jit, ujarnya: "Orang she-Siau, aku orang she-Lui akan bikin perhitungan denganmu atas hilangnya berapa lembar nyawa Kembali Siau Jit tertegun Tanpa banyak bicara Lui Sin mencabut keluar golok emasnya dari sisi pelana, bentaknya: "Terima serangan!

 Tubuh berikut golok langsung ditebaskan keatas kepala Ong Bu-shia Pada saat yang bersamaan Han Seng ikut bergerak, pedang peraknya diloloskan dari sarung, diantara kilatan cahaya tajam, tubuh berikut senjata bagai anak panah yang lepas dari busur langsung melesat ke arah Ong Bu-shia Ditengah bentakan nyaring, kawanan piausu itu sama sama melompat turun dari kuda lalu meloloskan senjata dan serentak meluruk ke arah Ong Bu-shia "Hahaha, orang yang menghantar kematian telah berdatangan!

" ejek Ong Bu-shia sambil tertawa nyaring Baru selesai gelak tertawanya, golok emas pedang perak telah menyerang tiba, Ong Bu-shia sama sekali tidak berkelit atau menghindar, dia menerobos masuk ke balik lapisan cahaya golok dan bayangan pedang itu, sepasang ujung bajunya dikebaskan berulang kali, "plaak, plaaak" dia pukul mundur gabungan golok emas dan pedang perak itu hingga tersingkir sejauh satu meter Tiba tiba tubuhnya melambung ke tengah udara, melewati atas ujung golok dan mata pedang, dia meluncur langsung ke tengah kerumunan para piausu "Celaka!

" pekik Lui Sin dan Han Seng hampir berbareng, senjata mereka buru buru ditarik kembali lalu memburu musuhnya Begitu meluncur turun ke tanah, ke lima jari tangan kanan Ong Bu-shia dipentang bagai kaitan tajam, "sreeetl" dia cengkeram tenggorokan salah satu piausu yang berada paling dekat dengannya Tak ampun piausu itu tewas seketika, tubuhnya langsung diangkat ke udara dan diputar bagai gangsingan Dengan menggunakan mayat piausu itu, Ong Bu-shia merangsek maju lebih ke depan, dia sambut datangnya bacokan senjata kawanan piausu itu dengan mayat tersebut Tentu saja para piausu tak tega untuk membacok mayat rekan sendiri, siapa sangka baru saja senjata mereka ditarik balik, Ong Bu-shia telah melemparkan mayat tadi langsung menumbuk dada seorang piausu lainnya Timpukan mayat itu disertai tenaga dalam yang sangat kuat, ibarat tumbukan batu cadas yang keras, "blaaam!

" piausu yang dadanya tertumpuk itu langsung mencelat ke belakang sambil muntah darah segar Tubuhnya meluncur sejauh satu tombak lebih dan menumbuk diatas dinding rumah, tampaknya nasib orang itu lebih banyak celakanya daripada beruntung Merah membara sepasang mata Lui Sin, bentaknya: "Orang she-Ong, jelek jelek kaupun seorang kangou kenamaan, terhitung jagoan macam apa perbuatan brutalmu itu" Ong Bu-shia tertawa seram "Hahaha, biar kalian tahu rasa, kalau pengin hidup, ayoh cepat mundur dari sini!
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar