Kelelawar Tanpa Sayap Bab 03 Kuil kuno Thian-liong-ku-sat

Bab 03 Kuil kuno Thian-liong-ku-sat

Masih disaat senja, sisa sang surya belum lagi tenggelam di kaki bukit sebelah barat Seorang diri Lui Hong bergerak menuju ke luar hutan, kuil kuno Thian-liong-ku-sat Sebelum meninggalkan rombongannya, tentu saja dia tak pernah menyangka kalau sepeninggal dirinya telah terjadi begitu banyak peristiwa berdarah disitu, tentu saja dia pun tidak tahu kalau surat yang diterimanya bukan benar-benar berasal dari Siau Jit.

Terlebih dia tak menyangka kalau kesemuanya itu merupakan rencana busuk si kelelawar. Hanya satu pikiran yang melintas dalam benaknya saat itu, ingin secepatnya bertemu Siau Sit, ingin secepatnya tahu apa maksud dan tujuan Siau Jit mengundangnya kemari.

Ternyata Siau Jit tidak menunggunya di depan pintu kuil, Lui Hong mencoba mencarinya disekeliling sana, namun hasilnya nihil, perasaan gundah, mendongkol, tak suka hati berkecamuk jadi satu Sebagai seorang lelaki, sepantasnya dia menunggu kedatanganku di depan pintu, dasar!

 Sembari bergumam dia meloncat turun dari punggung kuda, menuntun binatang tunggangannya menuju undak-undakan batu di depan pintu kuil Thian-liong-ku-sat merupakan sebuah bangunan kuil yang sangat kuno dan sudah banyak tahun terbengkalai, pintu gerbangnya telah roboh, dinding kiri kanan bangunan pun banyak yang retak dan ambruk.

Atau jangan-jangan dia menunggu kedatanganku di dalam kuil" Atau sudah pergi dari situ karena lama menunggu kehadiranku" Peduli apa pun yang telah terjadi, paling penting masuk dulu dan periksa keadaan disana.

Gadis itu tidak menghentikan langkahnya, langsung menuju ke balik pintu Suasana dalam ruang kuil lebih parah lagi, robohan dinding, hancuran kayu berserakan dimana mana, rumput ilalang setinggi lutut tumbuh rapat dalam halaman, ketika angin dingin berhembus lewat, rumput rumput liar itu bergoyang menimbulkan suara gemerisik Aah, ada suara!

 Tak diragukan lagi, kuil kuno ini sudah terbengkalai, sudah cukup lama tak berpenghuni Dia pun yakin, jarang ada manusia yang berlalu lalang disitu, sebab kalau tidak, ditengah halaman yang rimbun dengan rumput liar, pasti tertera sebuah jalan setapak, jalan yang sering dilalui manusia.

Dihadapan pintu gerbang sebetulnya terdapat sebuah sekat batu yang besar, tapi kini penyekat itu sudah roboh sebagian, hurud "Hud" yang tertera diatas penyekat pun sudah samar dan susah terbaca, namun bila kau memandangnya dengan teliti, lamat lamat masih dapat terbaca kalau huruf tersebut adalah tulisan "Hud" atau Buddha. Bila melongok ke balik penyekat batu, akan terlihat ruang utama bangunan kuil itu Aah!

 Ternyata ada cahaya lentera dari tempat itu. Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk memasang lentera, namun suasana dalam ruang utama cukup gelap, tak aneh bila memasang lentera ditempat remang seperti itu.

Bila ada cahaya lentera, hal ini membuktikan kalau disa na ada manusia. Menyaksikan hal tersebut, kembali Lui Hong bergumam: "Aah, ternyata dia memang menungguku dalam ruang kuil" Ia lepaskan tali kudanya, kemudian melangkah masuk ke ruang utama dengan cepat.

Rumput ilalang amat tinggi, lebih tinggi dari lututnya, sewaktu melewatinya, bergema suara gemerisik yang ramai Andaikata berganti perempuan lain, jangan lagi menyuruhnya masuk ke ruang dalam, memintanya berdiri diluar pintu pun mungkin harus dipertimbangkan berulang kali.

Tapi Lui Hong beda, gadis ini bukan gadis rumahan yang bernyali kecil, ia terbiasa hidup dalam dunia kangau, terbiasa hidup mengawal barang, menginap di udara terbuka bukan masalah besar baginya, malah dia pernah memasuki tempat yang jauh lebih menyeramkan daripada tempat ini, bahkan menginap semalam disitu.

Yang berbeda, waktu itu dia didampingi Ciu Kiok, disekitar sana pun hadir para piausu dan tong-cu-jiu perusahaan ekspedisinya, sementara sekarang, dia hanya seorang diri. Dasar Siau Jit sialan, rupanya dia ingin menggunakan tempat semacam ini untuk menguji nyali ku. Siau Jit wahai Siau Jit, bila kau ingin menakuti aku dengan memakai tempat semacam ini, perkiraanmu itu keliru besar, salah besar Tapi, ada urusan apa dia mengundangku kemari" Merundingkan sesuatu" Sesuatu yang mana" Biarpun langkah kakinya tidak berhenti, rasa ragu dan curiga mulai terlintas diwajah Lui Hong.

Baru berjalan tiga tombak, "Bruuk, bruuk, bruuk" suara gemuruh yang kacau bergema membelah keheningan, mendadak dari balik rimbunnya semak terbang keluar berapa gumpal bayangan berwarna hitam pekat.

Betapa terperanjatnya Lui Hong, semula dia mengira ada burung gagak atau sebangsanya yang tiba tiba terbang lewat, namun setelah diamati lebih jelas, ia baru tahu kalau bayangan tersebut ternyata adalah berapa ekor kelelawar Dasar kelelawar sialan!

 Sambil mengumpat, gadis itu melejit ke udara, dengan gerakan Yan-cu-sam-ciau-sui (burung walet tiga kali menutul air), dalam tiga lompatan ia sudah melayang turun didepan ruang utama kuil.

Mengikuti gerakan tubuhnya itu, suara gemuruh bergema dari empat penjuru, berpuluh bahkan beratus ekor kelelawar beterbangan dari balik semak ilalang. Menyaksikan pemandangan tersebut Lui Hong sangat keheranan, kenapa terdapat begitu banyak kelelawar ditempat itu" Tanpa sadar dia menengadah ke atas, hatinya semakin bergidik, bulu romanya mulai berdiri Diseluruh ruang utama, baik di belandar, di tiang dan lainnya sudah dipenuhi dengan kelelawar kelelawar hitam Hanya sekejap gadis itu memandang kawanan kelelawar itu, segera teriaknya lantang: "Siau Jit!

" Tiada jawaban dari balik ruangan, bahkan tiada reaksi apa pun dari tempat itu Sambil menggigit bibir Lui Hong menaiki undak-undakan batu, langsung menerobos masuk ke ruang utama kuil.

Suasana dalam ruang utama sangat gelap, untuk menerangi suasana yang remang itu, diatas sebuah meja altar yang bobrok terletak sebuah lentera minyak, lentera yang amat kecil. Dibelakang meja altar merupakan tempat patung pemujaan, sarang laba laba nyaris membungkus tempat tersebut, patung pemujaan itu sendiri sudah roboh hancur sehingga sama sekali tak terlihat dewa manakah yang dipuja ditempat itu.

Lui Hong tak punya waktu atau lebih tepatnya tidak berminat untuk mempersoalkan hal tersebut, kembali pandangan matanya dialihkan ke meja pemujaan. Dibawah lentera minyak terlihat selembar kertas putih, kertas yang diletakkan tertindih lentera Diatas kertas putih itu lamat lamat tertulis berapa baris tulisan, apa isinya" Lui Hong berdiri kelewat jauh dari meja pemujaan, tentu saja ia tak dapat melihat jelas tulisan yang tertera disana Permainan busuk apa yang sebenarnya hendak dilakukan manusia sialan itu" Sambil menggerutu dia melanjutkan langkahnya memasuki ruangan, mengikuti bergesernya kaki, suara gemuruh makin nyaring bergema dari empat penjuru, kawanan kelelawar yang semula berada di belandar, kini mulai beterbangan mengitari ruang utama.

Begitu banyak kelelawar bercokol dalam kuil itu, satu kenyataan yang sama sekali diluar dugaan Tanpa sadar perasaan bergidik muncul dari dasar hati Lui Hong, tapi langkah kakinya sama sekali tak berhenti lantaran perasaan tersebut. Gadis ini memang berilmu tinggi, bernyali baja!

 Akhirnya tibalah dia didepan meja pemujaan, akhirnya dapat melihat dengan jelas tulisan yang tertera dikertas putih itu, gaya tulisan yang indah dan gagah, seindah burung hong menari, segagah naga terbang Menyaksikan gaya tulisan seindah itu, tanpa terasa bayangan tampan dan gagah dari Siau Jit pun melintas dalam benaknya, kemudian ia melihat dengan jelas tulisan diatas kertas "Masuklah ke ruang belakang, aku menunggu disana!

" "Minta aku menuju ke ruang belakang" Sialan, akan kulihat obat apa yang sedang kau jual dalam buli bulimu!

" Diambilnya lampu lentera itu dari meja lalu berjalan menuju ruang belakang, tentu saja dia tak lupa membawa serta surat yang ditinggalkan Siau Sit untuk dirinya.

Bila dari ruang depan akan menuju ke ruang belakang, orang harus melalui sebuah jalan serambi yang sempit, kecil lagi panjang.

Serambi itu gelap sekali, bahkan disana sini dilapisi debu dan pasir yang tebal. Cahaya lentera menerangi setiap sudut serambi, "Buuuk, bukk, bukkk" ada begitu banyak kelelawar terbang melintas sepanjang serambi, kalau dilihat dari gerak gerik mereka yang panik, jelas hal ini disebabkan munculnya cahaya lentera, mungkin sudah terlalu lama mereka tak pernah mengalami kejutan seperti ini.

Sinar lentera pun menerangi sebaris bekas telapak kaki yang tertinggal di sepanjang lantai. Menyaksikan hal tersebut, akhirnya Lui Hong merasa lega, rasa kuatirnya hilang lenyap Meski belum tahu apa maksud lawan, paling tidak hal tersebut membuktikan kalau Siau Jit memang berada di belakang sana.

Dengan membawa lentera kembali dia melanjutkan perjalanan, keluar dari serambi, sampailah gadis itu didalam sebuah halaman kecil Sama seperti keadaan diluar sana, halaman kecil ini pun dipenuhi rumput ilalang, ilalang setinggi lutut manusia dewasa, rumput rumput itu bergoyang ditengah hembusan angin malam, mengayun kian kemari bagai gulungan ombak.

Bedanya, ditengah halaman terpasang berapa buah lentera panjang, lentera yang memancarkan cahaya terang. Lui Hong semakin lega, kali ini dia tidak lagi berjalan menembusi lautan ilalang, tubuhnya melambung, dengan gerakan It-wi-to-kang (Alang-alang menyeberangi sungai), sambil membawa serta lampu lenteranya dia melewati padang semak tersebut Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya terhitung sangat bagus, gerak geriknya sangat tenang dan mantap, biarpun sedang melambung sambil meluncur, api lentera yang berada ditangannya sama sekali tak padam maupun berkedip Di belakang halaman kecil itu merupakan sebuah serambi lagi, serambi kecil Sama seperti serambi sebelumnya, tempat inipun terbengkalai, dekil, kotor dan dipenuhi sarang laba-laba.

Dibawah sorotan cahaya lentera, sepanjang lantai serambi itupun terlihat sederet bekas telapak kaki, Lui Hong pun berjalan menelusuri serambi itu dengan mengikuti bekas kaki yang tertinggal Selesai melewati serambi kecil, akhirnya tibalah gadis itu di ruang belakang kuil.

Ruang belakang boleh dibilang merupakan bagian kuil yang paling utuh, paling bersih diantara sekian banyak bagian bangunan lainnya, khusus yang telah dilewati Lui Hong.

Kendatipun warna cat sudah mengelupas, namun bagian bangunan yang roboh atau rusak tidak terlalu banyak.

Cahaya terang pun tampak menembus keluar dari balik gedung belakang kuil itu.

Lui Hong berhenti sejenak diluar bangunan, dia mencoba memeriksa seputar tempat itu, namun tak nampak seorang manusia pun, ingin sekali dia berteriak memanggil Siau Jit, tapi ingatan lain segera melintas, seandainya Siau Sit betul betul berada di dalam gedung, jelas teriakan tersebut akan meninggalkan kesan jelek dan tak sopan, akhirnya perkataan yang sudah berada disisi bibir pun ditelan kembali Seandainya dia benar-benar berada dalam gedung, sepantasnya sebagai seorang lelaki dia muncul didepan pintu untuk menyambut kedatanganku.

Terbayang sampai disitu, timbul perasaan tak puas dalam hati Lui Hong, akhirnya ia berteriak: "Siau Sit!

" Tiada jawaban, tiada suara, tiada gerak gerik apa pun dari balik ruang belakang Disamping mendongkol, jengkel, Lui Hong pun merasa keheranan, kembali dia ayunkan langkah memasuki ruang gedung.

Suasana dalam gedung terang benderang bermandikan cahaya, di setiap sudut ruangan tergantung sebuah lentera tiang-beng-teng, semua lentera dalam keadaan menyala dan memancarkan sinar terang.

Tiada manusia dalam ruang itu, ditengah gedung hanya terdapat sebuah meja bulat, diatas meja tersedia sepoci arak dengan dua buah cawan porselen Dibawah poci arak itu lagi lagi terlihat secarik kertas putih, lamat lamat terlihat ada tulisan diatas kertas itu Kali ini, dia minta aku pergi ke mana lagi!

 Begitu menjumpai sepucuk surat tergeletak dibawah poci, kontan Lui Hong naik darah, mendongkol sekali meski dia belum lagi membaca isinya Kali ini dia betul betul amat jengkel, sangat mendongkol Walau begitu toh si nona maju mendekat juga, menyingkirkan poci arak dan mengambil surat yang berada dibawahnya "Aku sedang pergi membeli sedikit makanan sebagai teman minum arak, biar kongkou kita nanti enak dan bisa berlama-lama, aku segera balik, harap tunggu sejenak, silahkan duduk Tertanda: Siau Sit" Kali ini, hanya tulisan tersebut yang tertera disurat itu Selesai membaca Lui Hong jadi cengengesan sendiri, ia betul betul dibuat salah tingkah oleh tingkah lawannya "Dasar orang bodoh, mana mungkin bisa membeli hidangan teman arak diseputar sini, mendingan menunggu kedatanganku!

" Sambil menghentakkan kakinya berulang kali dia mengomel tiada hentinya, nona itu tidak duduk tapi sambil bergendong tangan berjalan mondar mandir mengelilingi meja itu sampai berapa kali Kemudian sekali lagi dia baca ulang isi surat itu, haruskah dia duduk" Atau jangan duduk" Sarang laba-laba menyelimuti hampir setiap sudut ruangan, terkecuali meja serta ke dua bangku yang tersedia ditengah ruangan Tanpa terasa Lui Hong membuka penutup poci arak dan melongok isinya.

Bau arak yang harum semerbak segera menembusi lubang penciumannya, biarpun nona ini tak pandai minum, namun Lui Sin, ayahnya mempunyai kegemaran yang berat atas cairan harum ini, selama hidup dia hanya mencari arak kwalitas nomor satu dan belum pernah membeli arak berkwalitas rendah.

Biar bukan penggemar, karena hal itu sudah merupakan kebiasaan dalam hidupnya, maka sedikit banyak Lui Hong memiliki pengalaman yang cukup tentang kwalitas jenis arak.

Gadis ini berani bertaruh, arak yang berada dalam poci dihadapan nya sekarang merupakan arak berkwalitas paling tinggi, arak nomor satu yang dijamin kelezatannya. Arak memang nomor satu, sayang tempat yang dipilih parah sekali, dasar manusia goblok, entah urusan apa yang hendak ia bicarakan denganku" Kalau memang urusan penting atau gawat, kenapa bukannya menghadang ditengah jalan" Buat apa dia buang waktu hanya untuk pergi mencari hidangan teman arak" Lui Hong gelengkan kepalanya berulang kali, tanpa terasa bayangan Siau Jit melintas dalam benaknya Kadangkala orang ini memang tampak goblok, kelewat kekanak kanakan.

Bersama munculnya senyuman, perasaan jengkel dan mendongkol pun ikut sirna, menguap bagaikan asap Tanpa sadar ia mendongak, lagi lagi gadis itu bergidik, berdiri semua buku romanya, ternyata diatas belandar bangunan gedung itu bergelantungan pula begitu banyak kelelawar, kawanan kelelawar berwarna hitam pekat.

Aneh sekali, mengapa terdapat begitu banyak kelelawar didalam kuil Thian-liong-ku-sat" Mengapa pula si dogol mengundangnya bertemu disana" Apakah persoalan yang akan dibicarakan ada sangkut pautnya dengan tempat itu" Perasaan curiga, keheranan, ingin tahu berkecamuk menjadi satu, tanpa sadar akhirnya dia menarik sebuah bangku dan duduk Bangku itu amat kokoh, terbuat dari kayu berkwalitas nomor satu dan dibuat oleh tukang yang mahir Begitu duduk, tanpa terasa dia mengambil poci arak itu dan menuang ke dalam cawan.

Warna arak hijau lembut, baunya sangat harum menyegarkan pernapasan Lui Hong amati arak dalam cawannya dengan termangu, kembali perasaan sangsi melintas dalam benaknya Arak apakah itu" Kenapa begitu harum" Nona itu merasa belum pernah menjumpai arak semacam ini Arak berwarna hijau pupus, berbau harum semerbak, betul betul arak langka, arak luar biasa Tanpa terasa dia mencicipinya satu tegukan, ketika cairan itu mengaliri tenggorokannya, terasa harum, manis dan segar, selama hidup belum pernah dia cicipi arak selezat ini Arak wangi!

 Entah darimana si dogol mendapatkan arak selezat ini" Sebentar harus ditanyakan hingga jelas, akan kubelikan sebotol untuk oleh oleh ayah, dia pasti akan gembira.

Tanpa terasa secawan arak telah diteguknya hingga ludas Sementara itu matahari senja telah tenggelam ke langit barat, yang tersisa tinggal bianglala berwarna merah pekat, semerah darah segar.

Seluruh bangunan kuil itu seolah terendam ditengah genangan darah, sendu tapi indah, memilukan tapi cantik, hanya kecantikan yang timbul terasa begitu aneh, begitu misterius.

Angin malam mulai berhembus kencang, menggoyang rumput ilalang di halaman depan, menciptakan suara gemerisik yang riuh, aneh dan menggidikkan. Angin pun berhembus masuk ke ruang dalam lewat jendela dan pintu, menggoyangkan api lentera, menciptakan bayangan yang bergoyang tiada henti "Buuuk!

" seekor kelelawar meluncur dari atas tiang belandar, terbang keluar dari ruang gedung Suara itu muncul begitu mendadak, menggetarkan perasaan Lui Hong, membuatnya mulai bergidik, sekalipun dia bernyali besar, tak urung suara semacam itu menimbulkan juga perasaan seram perasaan ngeri yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Coba bukan gara gara Siau Jit, yakin dia tak bakal berlama lama ditempat semacam ini, dia pasti sudah tinggalkan tempat itu sedari tadi. Betapa besar pengaruh Siau Sit bagi dirinya, benarkah ia memiliki daya tarik yang begitu memukau" Begitu membetot sukma" Toh dia tak lebih hanya seorang manusia biasa" Lambat laun langit mulai gelap, malam pun segera akan menjelang tiba.

Cahaya lentera dalam ruang terasa makin terang benderang, makin menyilaukan mata. Angin yang berhembus pun makin mengencang, suara gemerisik rumput ilalang diluar halaman yang dimainkan angin terdengar makin nyaring, bergema di angkasa, menembusi daun jendela, menggaung dalam ruangan, mengimbangi bayangan lentera yang bergoyang makin kencang.

Lama sekali Lui Hong melamun, cawan arak masih berada dalam genggamannya, hanya bayangan Siau Jit yang memenuhi benaknya saat itu Selama banyak hari, bayangan itu masih begitu jelas, begitu kentara dalam benaknya, seakan baru saja mereka bersua, bertatap muka.

Angin kencang kembali berhembus lewat, dari balik hembusan angin lamat lamat dia seperti mendengar ada suara langkah kaki Dengan sigap Lui Hong berpaling, menoleh kearah mana berasalnya suara itu. Tapi suara langkah kaki itu segera sirap, tenggelam dibalik suara kebasan sayap kawanan kelelawar yang mulai beterbangan, berputar dalam ruangan Lui Hong saksikan sekawanan besar kelelawar terbang masuk ke dalam ruangan itu lalu terbang berputar kian kemari `Bruuk, buuuk, buuukk,,,,,!

" kawanan kelelawar itu sudah memenuhi seluruh ruangan. Dalam waktu singkat baik dari atas tiang belandar, sudut ruangan, hampir semuanya dipenuhi dengan suara kebasan sayap, suara dari kawanan kelelawar yang sedang beterbangan.

Anehnya, biarpun kawanan kelelawar itu terbang berputar kian kemari, namun seolah tahu akan kehadiran Lui Hong, mereka tak pernah mendekati gadis itu dalam jarak tiga langkah Peristiwa semacam ini memang merupakan satu pemandangan yang sangat aneh Lui Hong mulai bergidik, mulai merinding, sewaktu masih bergelantungan diatas tiang belandar tadi, dia tidak merasa jijik, tidak merasa seram, tapi begitu mereka mulai terbang, mulai menukik dan berputar, suasana terasa jadi menyeramkan, jadi sangat menakutkan.

Sepasang mata mereka yang merah darah, merah seperti bara api seakan sedang menatap Lui Hong, mengawasi setiap gerak geriknya Biarpun kawanan binatang berdarah dingin itu tak pernah terbang mendekat, namun entah kenapa, gadis itu merasa tegang, seolah olah kawanan kelelawar itu setiap saat bisa menerjang tubuhnya, menggigit setiap bagian tubuhnya.

Tanpa sadar gadis itu melompat bangun, tangan kanannya mulai meraba gagang golok Ada begitu banyak kelelawar yang telah terbang masuk ke dalam ruangan, mereka beterbangan dan menari dalam ruang yang sempit dan kecil, namun a neh, ternyata tak satupun diantara mereka yang saling bertumbukan Dilihat dari tingkah lakunya, kawanan kelelawar itu seakan sudah lama terlatih, dididik seseorang hingga disiplin dan teratur.

Tangan kanan Lui Hong yang meraba gagang golok semakin menggenggam kencang, baru sekarang ia merasa kalau gelagat tidak beres, ada sesuatu yang sangat aneh Darimana datangnya begitu banyak kelelawar" Mungkinkah ada masalah dalam kuil Thian-liong- ku-sat" Tapi, kenapa pula Siau Sit minta dia menunggunya disana" Atau jangan jangan semua ini hanya sebuah rekayasa, sebuah perangkap" Jangan jangan bukan Siau Jit yang mengundang kehadirannya" Namun,,,,

rasanya hal ini mustahil, aah!

Paling tidak aku harus hati hati!

Akhirnya ingatan tersebut melintas dalam benak Lui Hong Pada saat itulah mendadak berkumandang suara suitan tajam yang sangat aneh. Entah lantaran suara suitan aneh itu atau entah karena apa, kawanan kelelawar yang semula terbang menari dalam ruangan, tiba tiba meluncur keatas belandar, bergelantungan disana, atau terbang keluar, tinggalkan ruangan itu.

Dalam waktu singkat suara kebasan sayap yang ramai terhenti sama sekali, suasana berubah jadi hening Sesosok bayangan manusia muncul dari luar pintu ruangan!

 Rambutnya yang putih berkibar terhembus angin, biji matanya tajam berkilat, setajam mata malaikat, namun dia bukan dewa atau siluman, orang itu tak lain adalah Kelelawar tanpa sayap.

Dalam pandangan Lui Hong, orang itu tak lebih hanya seorang tauke warung teh Begitu sadar siapa yang muncul, nona itu terperangah "Kamu" Empek tua?

" serunya tertahan "Betul, memang aku" jawab kelelawar tanpa sayap tertawa "Kenapa kau datang kemari?

" "Aku memang tinggal disini, kalau tidak kemari lantas harus pergi ke mana?

" Lui Hong mendongak melihat keluar jendela, kemudian katanya lagi: "Aah, benar!

 Hari sudah mulai malam, memang saat seperti ini pasti sudah tak ada tamu lagi yang lewat, tak heran kau telah menutup warung.

Tapi, bukankah suasana diwarungmu jauh lebih nyaman daripada tempat ini" Kenapa kau tidak tinggal diwarungmu saja sebaliknya malah tinggal dalam kuil bobrok yang kotor ini?

" "Karena warung itu bukan milikku, aku hanya meminjamnya sementara, selama satu hari" "Hanya pinjam sehari?

" seru Lui Hong keheranan, "ooh, rupanya pemilik warung sedang ada urusan, jadi minta tolong kau untuk menjagakan sehari?

" "Aku meminjamnya sehari, bukan jaga warung itu sehari" tandas si kelelawar, kemudian setelah berhenti sejenak dia melanjutkan, "hanya saja pemilik warung itu memang tak bakal balik lagi kesana, selamanya tak akan balik lagi" "Kenapa?

" "Dia sudah mampus, aku yakin mayatnya sudah tak utuh, paling tinggal kerangka saja, karena daging dan darahnya pasti telah habis dihisap dan dilahap kawanan kelelawar" "Apa?

" jerit Lui Hong dengan bulu kuduk berdiri, "kawanan kelelawar itu doyan daging manusia?

" "Kalau tidak, dengan apa mereka hidup?

" "Apa penyebab kematian pemilik warung?

" desak Lui Hong Tiba tiba si kelelawar mementangkan tangannya lalu mencakar tiang penyangga yang berada disampingnya "Took, toook, toook!

" setiap jari tangannya yang mencakar menancap di tiang penyangga itu, menohok dalam dalam Melihat ketangguhan kakek itu Lui Hong bertambah ngeri, semakin terkesiap Siapa sebenarnya orang tua ini" Walaupun cakaran itu diarahkan pada tiang kayu yang mulai lapuk, sudah tak sekokoh dulu lagi, namun tanpa tenaga dalam yang sempurna, mustahil orang bisa melakukannya Dilihat dari semua yang terjadi, jelas apa yang sedang berlangsung selama ini merupakan sebuah perangkap, aku telah terjebak!

 Baru saja ingatan tersebut melintas, tampak kayu penyangga ruangan itu mendadak terbelah jadi berapa bagian dan hancur, rupanya si kelelawar telah membetot kayu tersebut hingga hancur sepotong. Kemudian tampak orang itu merapatkan sepasang tangannya, potongan kayu yang berada dalam genggaman pun hancur jadi serbuk kayu dan berhamburan ke atas lantai. Kini Lui Hong yakin seratus persen bahwa si kelelawar memang seorang jago bertenaga dalam sempurna, dia pasti bukan seorang kakek biasa yang lemah, namun gadis itu masih menahan diri, tidak beranjak, tidak bertindak apalagi bicara.

Sambil bertepuk tangan membersihkan serbuk kayu, kembali kelelawar berkata: "Begitulah nasib pemilik warung itu, sama seperti kayu tadi, tulang belulangnya hancur berkeping, dia memang mampus ditanganku" "Siapa kau sebenarnya?

" "Kelelawarl".

"Omong kosong!Il hardik Lui Hong Tiba tiba si kelelawar menghela napas, ujarnya: "Kenapa ada begitu banyak orang percaya ketika aku sedang berbohong, sebaliknya tak satupun yang mau percaya sewaktu aku bicara jujur?

" "Masa kelelawar bisa digunakan sebagai nama?

" dengus Lui Hong tertawa dingin "Jangan lagi kelelawar, kucing, anjing pun pernah dipakai orang sebagai namanya, kenapa aku tak boleh menyebut diriku sebagai kelelawar?

" Lui Hong terperangah, tak sanggup menjawab Kembali si kelelawar melanjutkan: Apalagi dalam kenyataan aku memang tak jauh berbeda dengan seekor kelelawar" "Ngaco belo" tukas Lui Hong cepat, jangan bicara yang lain, cukup ambil badanmu sebagai contoh, bukankah tubuhmu berapa puluh kali lipat lebih gede daripada tubuh kelelawar?

" "Besar kecilnya tubuh, bukan merupakan ciri khas dari seekor kelelawar" "Memangnya kelelawar memiliki ciri khas apa?

" "Biarpun mereka bermata, namun dalam kenyataan tak jauh berbeda dengan si buta, mereka tetap bisa terbang kian kemari tanpa menumpuk sesuatu benda, hal ini dikarenakan mereka memiliki sepasang telinga yang tajam dan sensitif" "Coh, jadi kaupun memiliki telinga yang tajam dan sensitip?

" ejek Lui Hong tertawa dingin "Tentu saja aku memilikinya, kalau tidak, mana mungkin bisa sampai disini" "Memangnya kau buta?

" Si kelelawar mengangguk tanda membenarkan Lui Hong tertawa dingin "Aku rasa sepasang mata mu normal, tak ada yang aneh" ujarnya Si kelelawar tidak banyak bicara, dengan tangan kirinya dia korek keluar biji matanya dari kelopak mata sebelah kiri, biji mata itupun segera tercomot lepas.

Dengan cepat dia membalik tangannya, meletakkan biji mata yang baru saja dikorek keluar itu ditengah telapak tangan, katanya: "Coba kau lihat, apakah mataku termasuk normal?

" Bulu kuduk Lui Hong bangun berdiri, saking terperana dan ngerinya, gadis itu sampai tak mampu berkata-kata. Biji mata itu memancarkan sinar kehijauan yang aneh, sekalipun tergeletak ditelapak tangan, meski sudah terlepas dari kelopak matanya, namun seolah memiliki tenaga hidup yang sukar dilukiskan dengan kata, biji mata itu menatap Lui Hong dengan seramnya.

Gadis itu benar-benar ngeri, hatinya bergidik, badannya merinding, tiba tiba perutnya terasa mual, ingin muntah Sambil memegangi biji matanya, kelelawar itu menghela napas sedih, kembali ujarnya: "Walaupun tak dapat melihat, untung aku memiliki sepasang telinga yang tajam dan sensitip, lebih tajam dan sensitip ketimbang pendengaran kelelawar" "Kau,,,,,,,”

 Lui Hong hanya bisa menyebut satu kata, karena dia tak mampu melanjutkan perkataan berikut "Suara angin, suara hujan, suara air mengalir, suara serangga bahkan suara saat bunga sedang mekar, pokoknya semua suara yang berasal dari alam semesta dapat kudengar sangat jelas, oleh sebab itu meski aku tak punya mata, namun mataku jauh lebih hidup dan bermakna daripada manusia bermata" Lui Hong melongo, mendengarkan uraian itu dengan tertegun. Kembali si kelelawar melanjutkan: "Manusia biasa punya mata, mereka dapat melihat, karena itu jarang sekali menggunakan telinga untuk mendengar.

Ada sementara orang bahkan menganggap telinga dan pendengaran mereka sebagai sampah, sebagai barang rongsok yang sama sekali tak berfaedah" Lui Hong membungkam, tidak menjawab.

Si kelelawar bicara lebih jauh: "Barang apa pun, semakin jarang kau gunakan, semakin surut kemampuannya, sama seperti pendengaran, makin jarang digunakan, makin tumpul pula kehebatannya" Tiba tiba Lui Hong menyela sambil tertawa dingin: "Sewaktu pejamkan mata, aku pun sama saja dapat mendengar banyak macam suara" "Apa yang sanggup kau dengar?

" "Aku dapat mendengar semua yang mampu kau dengar" Si kelelawar tertawa terbahak-bahak "Hahaha,,,

benarkah begitu?

" jengeknya, "kalau begitu coba kau pejamkan matamu, dengarkan, apa benar ada sepasang kelelawar sedang bersenggama diatas tiang penglari" Merah dadu sepasang pipi Lui Hong, merah karena jengah Kembali si kelelawar berkata: "Selain itu, dibalik dinding sebelah timur, ada seekor tikus sedang menggali lubang, dibalik semak belakang tubuhku, ada seekor ular betina sedang bertelur,,,,,”

 Lui Hong terbelalak, melotot keheranan Namun gadis itu tidak pejamkan matanya, ia tak sudi mendengar semua suara itu, hardiknya: "Kau tak usah ngaco belo, bicara tak karuan, mana mungkin suara suara semacam itu dapat kau dengar?

" "Selama ada yang mengeluarkan suara, suara itu pasti dapat ditangkap, dapat didengar" Mau tak mau Lui Hong harus mengakui kebenaran akan perkataan itu, ucapannya memang betul dan masuk akal '-l -entu saja kau tak dapat mendengarnya II kata si kelelawar lagi, "karena kau tidak memiliki sepasang telinga seperti kelelawar" Lui Hong terbungkam, dia tak tahu harus berkata apa.

Si kelelawar menghela napas berulang kali, ucapnya: "Sayang, walaupun aku memiliki ketajaman pendengar an yang luar biasa, namun tak bisa kudengar betapa cantiknya wajahmu dan betapa montok serta langsingnya perawakan tubuhmu" Dalam waktu yang relatif singkat, Lui Hong seperti mendapat satu firasat, muncul satu dugaan aneh dalam hati kecilnya Jangan jangan orang ini sinting" Tidak waras otaknya" Si kelelawar menggosok perlahan sepasang telapak tangannya, membersihkan sisa serbuk kayu yang masih menempel, kemudian terusnya: "Untung aku masih memiliki sepasang tangan yang cekatan dan sangat sensitip, oleh karena itu meski aku tak dapat melihat dan tak dapat mendengar betapa cantik, betapa seksi nya tubuhmu, sepasang tanganku masih dapat menyentuh dan meraba sekujur badanmu" "Kau berani!

" hardik Lui Hong gusar "Tak ada pekerjaan di dunia ini yang tak berani kulakukan" "Mungkin kau masih belum tahu manusia macam apa diriku ini!

" "Siapa bilang tidak tahu?

" si kelelawar tertawa, "kau adalah Lui toa-siocia, piauwsu perempuan dari perusahaan ekspedisi Tin-wan Piaukiok, ilmu silatnya tangguh, mendapat didikan langsung dari Tin-wan-siang-eng, dengan sebilah golok kau sudah malang melintang di seantoro jagad tanpa tandingan, tentang hal tersebut, sudah berulang kali kudengar orang bercerita" "Dan sekarang kau masih berani berpikiran busuk terhadapku?

" "Hingga detik ini, belum pernah ada seorang manusia pun di dunia ini yang tak berani kusentuh" Sembari berkata, lagi lagi dia menggerakkan biji matanya yang terletak ditelapak tangan itu untuk mengamati tubuh Lui Hong dari atas hingga ke bawah, bukan hanya satu kali, tapi berulang kali Seketika itu juga Lui Hong merasa seolah-olah dia sedang dipeloti orang, sedang diamati seseorang.

Perasaan tersebut aneh sekali, semacam dia ditelanjangi orang, ditelanjangi hingga sama sekali bugil, gadis itu merasa pakaian yang dikenakan sedang ditanggalkan selembar demi selembar, dilucuti hingga akhirnya dia seperti berdiri bugil didepan si kelelawar.

Dia tak tahu mengapa bisa muncul perasaan semacam itu, tanpa sadar dia benahi pakaian yang dikenakan, selembar wajahnya berubah jadi semu merah, merah karena malu Semua perubahan itu tampaknya seperti terlihat oleh si kelelawar, terekam oleh biji matanya itu, ujarnya: "Seorang gadis cantik ibarat semacam batu kumala yang indah dan berharga, bila muncul sedikit cacat saja, nilainya bakal merosot tajam, bakal berkurang kenikmatannya "Hei, jangan ngaco belo, apa yang sedang kau bicarakan" "Aku tidak ngaco belo, padahal bagi seorang gadis cantik, dia jauh lebih indah dan menawan bila tidak berlatih ilmu silat, sebab begitu kau berlatih kungfu, otot dan daging tubuhmu berubah mengeras, berotot, sama sekali kehilangan kekenyalan dan kelembutannya, kehilangan gaya lemah gemulai yang memikat" Sesudah berhenti sejenak, tambahnya: ~Tapi, berotot pun ada kelebihannya juga" "Omong kosong!

 Si kelelawar sama sekali tidak menggubris, ujarnya lagi: "Tentu saja tak seorang pun ingin merusak, apalagi menghancurkan sebongkah batu kumala indah, sekalipun orang buta pun tak akan melakukan, tentu terkecuali kalau dia sama sekali tidak tahu kalau dirinya adalah sebongkah batu kumala indah, bila dia selalu menganggap dirinya hanya sebongkah batu cadas yang tak berharga "Tiba tiba Lui Hong menatap tajam si kelelawar, bentaknya: "Besar amat nyali anjingmu, berani betul kau menyamar sebagai Siau Sit!

 "Yaaa, apa boleh buat" si kelelawar menghela napas panjang, "sebab aku tahu, kecuali mencatut nama besar Siau Jit, rasanya sulit untuk memancing dirimu hingga mau memasuki kuil Thian-liong- ku-sat "Kau tidak takut dengan Siau Jit?

" "Biarpun nama besar Siau Jit menggetarkan utara selatan sungai Tiang-kang, aku tak ambil peduli, tak pernah kumasukkan dalam hati, apalagi dalam kejadian ini, pada hakekatnya dia sama sekali tak tahu "Dasar mata buta!

" umpat Lui Hong gusar, "sudah kuduga, kau memang bangsat tak berguna Si kelelawar menarik wajah, tapi tiba tiba ia tertawa tergelak, katanya: "Hahaha,,,,

sekarang kau boleh saja mengumpat sepuas hati, tapi ada satu hal perlu kuingatkan, semakin galak kau mengumpat, semakin kotor makianmu, nanti kau akan semakin menyesal Lui Hong tidak menjawab, "Criiiing!

" ia loloskan golok dari sarungnya "Waah,,,,

masih berani mencabut golok" teriak si kelelawar, "bocah perempuan, besar amat nyalimu.

II Lui Hong hanya tertawa dingin tanpa menjawab, pergelangan tangannya digetarkan, tapi disaat tubuhnya akan menerkam maju, tiba tiba si kelelawar memperdengarkan suara suitan yang tinggi, tajam dan aneh Seluruh kelelawar yang bergelantungan dan beterbangan dalam ruangan, serentak mengepakkan sayapnya, "Buuk, bukk, bukkk,,,,!

" serentak beterbangan memenuhi ruangan Setelah berputar satu lingkaran, serentak pula kawanan kelelawar itu menerkam ke arah Lui Hong "Tak terlukiskan rasa kaget gadis itu, buru buru goloknya diayun kian kemari, "Craaat, craaat!

dimana golok itu menyambar, tujuh-delapan ekor kelelawar terpapas kutung dan mampus ke lantai Percikan darah menodai seluruh permukaan, bau busuk menyengat penciuman.

Permainan golok yang dimiliki Lui Hong terhitung hebat dan sempurna, kalau bukan begitu, sebagai seorang gadis muda, bagaimana mungkin dia bisa tancapkan kaki dalam dunia persilatan" Kawanan kelelawar itu sama sekali tidak menyurut karena peristiwa itu, bagaikan hujan panah, kembali mereka menerkam ke arah gadis itu.

Dalam waktu singkat lapisan hitam pekat menyelimuti seluruh pemandangan dihadapan Lui Hong, tentu saja lapisan hitam itu tidak berhenti, bagaikan gelombang laut ditengah amukan badai, menyerang, menggulung dan mengurung seluruh tubuh gadis itu.

Buru buru Lui Hong memutar goloknya bagaikan titiran hujan deras, dia ciptakan lapisan cahaya emas untuk melindungi sekujur tubuhnya Kawanan kelelawar itu mulai kalap, mereka adalah gerombolan binatang berdarah dingin yang menghisap darah manusia, melahap daging manusia hidup Lui Hong sama sekali tidak lupa dengan ucapan si kelelawar, justru karena terpengaruh oleh perkataan tersebut, mau tak mau dia harus berjuang keras untuk mencegah kawanan kelelawar itu menyentuh tubuhnya, menggigit dagingnya.

Ditengah kilatan cahaya golok, seekor demi seekor, kawanan kelelawar itu terpapas kutung jadi dua, rontoh ke tanah bermandikan darah. Lui Hong membentak nyaring, putaran goloknya semakin mengencang Mungkin lantaran suara bentakannya kelewat merdu, kawanan kelelawar itu sama sekali tidak menyurut mundur lantaran itu, meski permainan goloknya sangat gencar, namun pada akhirnya muncul juga titik celah yang terlepas dari perlindungan.

Dengan cepat seekor kelelawar menyusup masuk ke dalam celah itu, menerkam tubuhnya Kelelawar yang lembek, empuk, basah segera menempel dibadannya, tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana perasaan si nona saat itu Lui Hong semakin bergidik, tiba tiba saja dia merasakan gigitan yang amat sakit muncul dari bagian tubuhnya yang tertempel kelelawar itu, rasa sakit yang merasuk hingga tulang sumsum. Ternyata binatang berdarah dingin itu benar-benar akan menghisap darahku, menggigit dagingku!

 Dalam kepanikan dan rasa takut yang luar biasa, pikirannya mulai kalut, permainan goloknya ikut kacau, dibalik serangan golok semakin besar celah yang terbuka, semakin banyak pula kawanan kelelawar yang menerkam badannya, menempel dan menggigit tubuhnya Sekonyong-konyong,,,,,

seekor kelelawar menerjang datang, langsung menerkam wajah gadis itu Lui Hong merasakan bulu romanya bangun berdiri, ia merinding dan mulai menjerit keras Cepat dia angkat tangan kirinya untuk menghalau kelelawar itu "Ploookl" termakan sabetan tangannya, kelelawar itu terhajar hingga rontok, namun akibat dari tindakan itu, permainan goloknya jadi terpengaruh, semakin banyak kelelawar yang berhasil menjebol pertahanan tubuhnya, menerkam badannya.

Lui Hong betul-betul kewalahan, bukan saja dia sudah tak mampu menghalau datangnya sergapan, niat dan tekadnya untuk bertahan pun ikut rontok, dia pecah nyali, kehilangan rasa percaya diri.

Dalam waktu singkat, seluruh tubuhnya telah penuh ditempeli kawanan kelelawar. Sejak dilahirkan, belum pernah Lui Hong mengalami kejadian se seram ini, dia mulai menjerit ngeri, menjerit ketakutan, paras mukanya berubah pucat pasi Sambil menjerit kalap, ia mulai lari, kabur menuju ke luar ruang kuil.

Baru tiga langkah dia kabur, tiba tiba kakinya jadi lemas, kehilangan keseimbangan, tiba tiba saja tubuhnya terjerumus ke bawah, terperosok ke dalam sebuah liang. Rupanya lantai dimana ia pijak telah berubah jadi sebuah liang perangkap, liang yang besar sekali.

Gadis itu sempat mendengar suara tertawa dari si kelelawar, suara tertawa penuh kebanggaan, suara tertawa penuh rasa puas. Dalam waktu singkat, suara tertawa itu kedengaran makin jauh, makin sayup sebelum menghilang,,

Lui Hong tak kuasa menahan diri lagi, dia menjerit lengking, menjerit penuh ketakutan. Si kelelawar dapat mendengar teriakan itu, namun dia hanya tertawa, tertawa aneh Mendadak ia terhenti tertawa, sepasang lengannya dipentangkan, sekali lagi ia perdengarkan suara pekikan tajam dan melengking.

Bersamaan dengan menggemanya suara pekikan itu, kawanan kelelawar itu seolah mendapat pukulan yang menakutkan, serentak binatang berdarah dingin itu terbang meninggalkan ruangan, kabur ke empat arah delapan penjuru.

Dalam waktu singkat seluruh ruangan telah kosong, pulih kembali dalam keheningan yang mencekam. Si kelelawar mengangkat tangan kirinya, dengan jepitan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengahnya, dia masukkan kembali biji mata itu ke dalam kelopak matanya, kemudian rentangkan sepasang ujung bajunya yang lebar bagai sayap kelelawar, seluruh tubuhnya mulai melambung, mulai melayang, orang itu seakan telah berubah menjadi seekor kelelawar raksasa Dia mengitari ruang kuil itu satu lingkaran, kemudian "Wesss!

" meluncur keluar lewat pintu gedung Suara gemuruh yang amat nyaring bergema memekikkan telinga, ruang gedung yang semula berdiri kokoh, tiba tiba rubuh dan hancur berantakan.

Ditengah debu dan pasir yang beterbangan, dalam waktu sekejap gedung kuil yang besar itu sudah berubah jadi seonggok puing, puing yang berserakan Si kelelawar tidak pergi jauh, dia berada ditengah semak ilalang, menyaksikan berlangsungnya semua peristiwa itu.

Menyaksikan bangunan kuil itu mulai roboh, mulai hancur menjadi puing yang berserakan, tiba tiba ia tertawa lagi, gumamnya sambil tertawa aneh: "Sekarang, semua jejak telah hilang, semua petunjuk telah punah, sekalipun Siau Sit datang sendiripun, jangan harap ia berhasil melacak sesuatu Diiringi suara tertawa yang aneh, perlahan dia beranjak pergi, berjalan menuju ke luar halaman dan lenyap dibalik puing yang menggunung

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar