Ilmu Golok Keramat Jilid 09

Jilid 09

 Ketika ia hampir sampai di tepi lembah pasir berjalan itu.

tiba-tiba ia melihat ada kira-kira dua puluh orang sedang berkumpul, kuda-kuda tunggangnya mereka ditambat tidak jauh dari mereka berdiri, Rupanya mereka sedang berunding matanya mengawasi kearah depan, hingga tidak mengetahui kalau Ho Tiong Jong diam diam telah sembunyikan dirinya tidak jauh dari mereka.

Orang-orang itu kiranya ada pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan.

Diantaranya Ho Tiong Jong kenali ada Seng Eng dengan puterinya seng Giok Cin, Kim Toa Lip ayahnya Kim Hong Jie, Hui Siauw Beng, Hui Seng Kang, nona Lauw Hong In, Kong soe Jin, semuanya terdiri dari dua puluh orang tua muda.

Meskipun dalam kalangan Perserikatan Benteng perkampungan sudah ada keretakan menjadi tiga partai, ternyata diwaktu menghadapi kesulitan mereka bisa bersatu padu untuk mengatasinya.

semuanya bersemangat untuk menolonGi kawankawannya yang dalam bahaya.

Yang paling tengik lagaknya Kong Soe Jin yang cengar cengir seperti monyet kena terasi.

jikalau beromong-omong dengan wanita, Nona Seng semua melihatnya, maka ia selalu menjauhkan dirinya.

lain dari itu hatinya memang sedang terbenam oleh rasa sedih, memikirkan akan nasibnya Kim Hong Jie, yang menjadi kawan akrabnya.

Air mukanya bermuram durja, ia tidak banyak omong, seperti yang kehilangan semangatnya.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan dari kejauhan merasa.

kasihan kepada nona Seng.

Sebentar lagi kelihatan seng Eng, Kim Toa Lip dan Hui Siauw ceng masing-masing mengangkat sebuah batu sebesar satu kaki persegi, yang sudah diikat tambang.

Mereka pada mengerahkan tenaga dalamnya.

Batu-batu itu kemudian dilemparkan ke seberang persis jatuh ditepi bawah gunung Si ban leng.

Bagus sekali ketika batu-batu itu melayang miring dengan membawa tambang, kemudian pada menancap ditempat tujuannya dengan kokoh sekali.

oleh karenanya orang jadi bisa melewati padang pasir berjalan itu diatas tambang yang melintang itu.

Yang pertama maju, adalah cianpwee Toa-nio yang dikenal paling mahir ilmu meng entenGi tubuhnya.

Nyonya tua itu, benar saja dapat menyebranGi pasir berjalan dengan selamat diatasnya tambang setelah disebrang, si nenek telah membikin kokoh pula batu-batu yang menancap tadi, maka dengan bergiliran telah berjalan diatas tambang itu Kim-Toa Lip.

Hui Siauw ceng dan lain-lainnya.

Justeru diwaktu Ciauw Toa-nio dan Kim Toa Lip sedang memegangi lambang membantu kawan-kawannya menyebrang, tiba-tiba meluncur turun dari atas gunung seorang kakek yang bukan lain ada Souw Kie Han sendiri.

Ia membentak dengan bengis.

Hei lekas hentikan perbuatan kalian, jangan coba membikin ribut ditempat lohu, Lekas kembali: Mereka terkejut, tapi hanya sejenak saja.

Mereka tidak takut pada kakek aneh itu, cuma saja karena menyerbu ketempat orang tanpa ijin, mereka menjadi ragu-ragu untuk memberi alasannya.

Tapi Ciauw Toa nio yang mulutnya lancang sudah berteriak keras.

Kakek jahat!! Kau jangan sok jago-jagoan dan menang sendiri, Lekas kembalikan itu anak muda yang kau sudah tahan, baru nyonya mu dapat mengampuni jiwamu dan dengan hormat akan kembali lagi dari sini.

Hmm.

menyelak Souw Kie Han sangat mendongkol Kau enak saja bicara, kalian jatuhkan dulu lohu, baru bicara tentang pengembalian anak-anak nakal itu yang sudah datang kemari tanpa ijin lohu.

ciauw Toa nio ketawa cekikikan seram, matanya mendelik mengawasi pada si kakek aneh dari goa Pek cong-tong, tapi sudah tentu saja tidak dibuat jerih oleh yang tersebut belakangan.

Maka ia telah berkata pula.

Nenek tidak berguna, kau jangan banyak lagak nanti lohu bikin kau tahu rasa untuk kelancanganmu datang disini.

Baik.

teriak si nenek Lihat saja nanti siapa yang akan dikasih tahu rasa aku atau kau sendiri" sementara itu kawan-kawannya Ciauw Toa nio sudah menyebrang semuanya.

Sambil urut-urut jenggotnya dan tertawa bergelak gelak Souw Kie Han berkata.

Kalian tentu dari Perserikatan Benteng Peikampungan, bukan" Ya, kau mau apa, kakek jahat jawab ciauw Toa nio dengan suara keras.

Sebetulnya Seng Eng dan yang lain-lainnya, kepingin bicara dengan baik-baik saja kepada si kakek.

tapi apa mau Ciauw Toa-nio sukar di rem mulutnya, Selalu mendahului yang lain lainnya, Mungkin karena ia pikir, bahwa dalam rombongannya itu dialah yang paling mahir dalam ilmu silat maupun dalam hal meng entenGi tubuh.

Bagus.

bagus.

kata Souw Kie Han.

Memang, kalau diingat ada sukar sekali kalian bersembilan dapat berkumpul bersama-sama.

Kini, kalian sudah dapat berkumpul, lohu kepingin menjajal barisan kalian yang buat bangga, yalah yang dinamai Kim-long pat-hong-thian-bee tin (barisan delapan penjuru angin naga emas dan kuda sakti), mari lohu kepingin menjajal sampai dimana lihay nya barisan yang diagul-agulkan oleh kalian itu.

Hmm., , 

menggeram Ciauw Toa nio, kembali ia mendahului kawan kawannya.

Kalau yang dihadapi oleh kami orang ada si Dewa obat Kong Yat Sin, mungkin kami orang akan merasa jerih dan lekas-lekas berlalu dari sini, Tapi kau.

kau tua bangka yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi mau membuka mulut besar" Hi, hi, hi., , 

Slouw Kie Han kewalahan menghadapi si nenek ia selainnya tidak pandai tarik urat juga sudah banyak tahun tidak bergaul dengan sesamanya, mulutnya sudah menjadi kaku.

Tidak heran, kalau ia merasa sangat gemas kepada si nenek yang pintar ngomong.

Sekarang begini saja kata si kakek.

pertama tidak ada satu diantara kamu orang yang kuperkenankan datang ditempat lohu dipuncak gunung, Kedua, kalian boleh berbaris dahulu disana, untuk menempur lohu sebentar.

Kalian keluarkan kepandaian apa saja yang dimiliki untuk menjatuhkan lohu, akan lohu layani dengan baik, Asal kalian tak mau memenuhkan dua syarat ini, h mm.

jangan sesalkan lohu mati berbuat telengas Kim Toa Lip yang paling gelisah, karena puterinya dikira masih berada dalam kekuasaannya si kakek Maka sebelumnya Ciauw Toa nio membuka mulut sudah lantas berkata.

Baik, kami akan menerima dua syarat itu, tapi dengan jaminan bahwa lima orang yang ditahan olehmu semuanya berada dalam keadaan selamat.

Ha ha ha, jangan kuatir, Mereka dalam keadaan segar bugar Asal kalian dapat menjatuhkan lohu pendeknya mudah saja mereka akan lohu bebaskan dengan tidak kurang suatu apa.

Mendengar ini hatinya Kim Toa Lip dan yang lain-lainnya merasa lega.

Kakek bangkotan teriak Ciauw Toa-nio libatiba ia masih terus tak mau kalah suara dari kawan-kawannya, Kau boleh belajar kenal dahulu dengan nyonya mu ini kalau aku kalah, baru menjajal kami punya barisan yang ampuh.

Kau ini nenek lancang kata Souw Kie Han.

Kalau belum dikasih rasa memang juga belum kenal kelihayan lohu.

Ciauw Toa nio tertawa terkekeh-kekeh.

Souw Kie Han sudah masuk usia sembilan puluh tahun masih lebih tua dua puluh tahun dari Ciauw Toa nio yang berumur tujuh puluh tahun.

Jarak diantara mereka kira-kira ada empat tumbak.

Untuk melayani si kakek, Ciauw Toanio tidak sungkan-sungkan mengeluarkan senjatanya yang ampuh, yala h suatu tali yang panjang sepuluh tumbak yang di namai, Tali Terbang Menjerit.

inilah senjata Ciauw Toanio yang sangat diandalkan yang telah mengangkat namanya tersohor dalam kalangan Kang ouw.

Kakek tua kejemur menggoda Ciauw Toa noi.

Kau lihat senjata nyonyamu akan membuat tidak ada jalan untuk meloloskan diri.

Hi hi hi., , 

Berbareng ia telah melontarkan talinya yang panjang itu.

Tapi Souw Kie Han tidak bergerak untuk berkelit atau mengegos hanya lengan bajunya dikibaskan yang mengeluarkan angin dahsyat, hingga senjata tali Ciauw Toa-nio balik lagi dan hampir saja menghajar pemiliknya sendiri, kalau tidak si nenek cepat-cepat berkelit kesamping untuk menghindarkan serangan talinya sendiri.

He he he he terdengar sikakek ketawa.

Matanya Ciauw Toa nio melotot, ia menyerang lagi tapi seperti juga tadi si kakek tidak bergerak dari berdirinya dan hanya mengebutkan lengan bajunya saja, cukup membuat si nenek gelagapan.

Yang jailnya si kakek seperti bisa mengendalikan angin pukulan lengan bajunya, ia membikin anginnya berkumpul mengarah rambutnya Ciauw Toa nio, hingga dalam tempo pendek saja rambutnya si nenek sudah menjadi riap-riapan seperti setan.

Panas hatinya Ciauw Toa nio dikocok demikian, maka ia menyerang lebih hebat lagi, setelah pukulan simpanannya telah dikeluarkan barulah ia bisa membuat perlawanan terhadap si kakek.

Cuma saja tegas sekali, bahwa ia bukan tandingannya Souw Kie Han.

Meskipun ia coba mengurung dengan tali wasiatnya, tapi si kakek dengan acuh tak acuh melayani padanya.

 Kim Toa Lip nampak Ciauw Toa nio keteter jadi saling pandang dengan kawan kawannya, ia memberi isyarat untuk menyerbu kalau Ciauw Toa nio sebentar menghadapi bahaya serangan si kakek.

Kembali terdengar si kakek tertawa terkekeh-kekeh, Budak lancang, aneh sekarang boleh rasai kelihayannya lohu, He he he., , 

Sambil berkaca Souw Kie Han telah merubah tipu serangannya.

Lengan biju kanannya menggunakan tipu serangan ok hong Pauwie, (angin jelek hujan ribut) dan lengan baju yang kiri menyerang dengan gaya, LihoanBe thian (wanita celaka menutupi udara).

Dua gerak tipu serangan dengan lengan baju yang hebat sekali, hingga Ciauw Toanio merasakan gencetannya hampir tak dapat bernapas.

Benar hebat Demikian ia pikir dalam hatinya.

Kehabisan akal.

Ciauw Toa nio berlaku nekad, ia mulai merogoh sakunya dan diamdiam sudah mengayunkan tangannya, segera benda yang berkeredepan hitam tampak diudara, itulah senjata gelapnya yang biasanya tidak suka salah alamat, kini nyeleweng karena angin pukulan lengan bajunya si kakek.

Betul juga bendanya yang ampuh itu tidak dapat menyentuh badannya Souw Kie Han.

He he he.

tertawa sikakek.

budak lancang, sekarang bagaimana.

Bagaimana gemas juga, bagaimana marahnya juga, Ciauw Toa-nio tidak bisa berdaya sama sekali menghadapi sikakek yang ilmunya ada lebih jauh lebih tinggi dari padanya.

Malah dalam hatinya meragu-ragukan kalau sikakek sebentar dapat dikalahkan oleh barisan yang ampuh.

Kakek bangkotan.

Ciauw Toa-nio tiba-tiba menjerit, ketika ia terus kena didesak oleh lawannya, Kau berhentikan dahulu pertandingan ini, aku mengaku kalah dan pertandingan dengan barisan kini boleh lantas dimulai.

Si nenek berbareng lompat keluar dari kalangan pertempuran dengan napas sengal-sengal.

Kini Souw Kie Han tertawa gelak-gelak, Bagus, bagus.

katanya, Nah, cobalah bentuk barisanmu yang sangat dibuat bangga itu.

Lohu ingin lihat, apa bisa bikin terhadap lohu.

He he.

Seng Eng, KimToa Lip dan lain-lainnya panas hati mendengar perkataan sombong dari si kakek.

^api memang juga sudah menjadi kenyataan mereka, kalau satu melawan satu bukan tandingannya si kakek.

Buktinya, Ciauw Toa nio yang merupakan benggolan dari mereka tidak bisa tahan meladeni duapuluh jurus saja.

Apa boleh buat, mereka telan semua rasa gusar dan mengharap dengan barisannya yang dinamai Kim Liong-pat.

liong thian bee tiu atau Barisan delapan penjuru angin naga emas dan kuda sakti Ho Tiong Jong yang mengikuti mereka dan mengumpat ditempat yang tidak jauh dari kalangan pertempuran diam-diam merasa kagum dengan ilmu silatnya si kakek yang tinggi.

Diam-diam ia berpikir sebab apa si kakek tidak menggunakan ular terbangnya untuk membunuh ciauw Toa-nio" Heran, kenapa dia tidak berlaku kejam" Kim Toa Lip maju kedepan sebagai pemimpinnya.

Sret.

terdengar suara pedang dihunus keluar dari sarungnya.

itulah ada pedang Kim liong kiam, senjata pusaka dari Kim-liong-po (benteng naga emas).

KimToa Lip yang akan mengepalai barisan (tin).

Dalam perkara memainkan senjata, KimToa Lip ada lebih unggul dari kawankawannya, maka juga ia telah diangkat sebagai kepala dalam barisan.

Kim Pocu dengan suaranya yang keras saban-saban berseru mengatur orangorangnya yang menduduki tempat-tempat penting dalam barisan, seperti Seng Eng, Co Tong Kang, Hui Siauw Ceng dan lain-lainnya mendapat bagian.

bagiannya untuk menjaga posisinya masing-masing dengan senjata di tangan.

Betul-betul angker kelihatannya barisan yang dibentuk oleh Kim Pocu.

Senjata yang digunakan oleh mereka ada bermacam-macam seperti yang digunakan oleh Seng Eng dengan cambuk besar, Hui Siauw Ceng dengan pit, ada yang menggunakan giokstay (ikat pinggang), perisai dan lain-lainnya.

Yang menarik perhatian CoTong Kang dengan senjata bendera apinya (Liat -hwekie), ia menjaga posnya dengan angker sekali.

sebentar lagi barisan sudah mulai bergerak, mengurung souw Kie Hong.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan kejadian itu menjadi melongo, ia tidak tahu barisan apa yang akan mengepung si kakek, Apakah Souw Kie Han dapat memecahkan barisan yang angker itu" Souw Kie Han sendiri merasa sangsi, apakah ia akan berhasil dengan perlawanannya nanti.

Melihat Souw Kie Han masih tetap bergerak.

maka Kim Coa Lip telah berkata kepadanya, Kie Han, kami sudah siap.

kenapa kau tinggal diam saja" Boleh mulai kau membobolkan barisan kami kalau kau ada itu kemampuan.

Nona Ciauw Soe See, anaknya Ciauw Toa-nio nyeletuk.

Mana si kakek ada itu keberanian untuk membikin pecah barisan Si nenek nyengir ketika mendengar anaknya berkata demikian.

Budak lancang, kalau aku tidak ditinggal mati oleh isteriku yang amat cantik dan bersumpah tidak akan membinasakan kaum perempuan, kau siang-siang sudah tidak bernyawa pula ditangan lohu, Hmm.

Souw Kie Han tutup ucapannya diiringi satu serangan dengan lengan bajunya kepada Ciauw Soe See hingga si nona merasakan sesak napasnya, ia memang tadi sudah melihat, bagaimana si kakek membuat ibunya tidak berdaya dan hampir hampir kena dipecundangi mentah-mentah, kalau tidak buru-buru lompat keluar dari kalangan berkelahi minta pertandingan dihentikan.

Ciauw Soe See menjadi ketakutan, untung Kim To Lip datang menyelak.

katanya, Kie Han, kaujangan bikin anak kecil ketakutan, kalau ada mempunyai kepandaian boleh keluarkan untuk memecahkan barisan kami.

Souw Kie Han melotot matanya, ia tidak senang dengan perkataannya Kim Pocu yang memandang rendah rasa dirinya.

Tapi sebelum ia membuka mulut, Kim Toa Lip sudah berkata pula.

Kie Han, kami memang sudah mendengar tentang kematian isterimu yang elok itu, tapi sekarang kau bertempur, jangan bercabang hatimu.

Kau harus menggunakan kepandaianmu dengan sungguh-sungguh,sebab tidak gampang-gampang kau bisa lolos dari barisan kami ini ada warisan dari nenek moyang kami, yang pada seribu tahun yang lalu pernah mengepung seorang pendekar yang luar biasa kepandaian ilmu silatnya dan membuat dia mati kutu.

Baiklah aku akan pecahkan barisan kalian Pikirannya, paling dahulu ia harus menjatuhkan Kim Toa Lip yang menjadi kepala barisan, Kalau kepalanya sudah jatuh, badan dari buntutnya lantas kalut dengan sendirinya.

Tapi ia tidak mengira, bahwa Kim Toa Lip bukan makanan empuk.

Karena begitu ia menyerang, Kim Toa Lip sudah gunakan Kim liong kiam untuk melayaninya.

Pedang pusakanya amat berat hingga angin yang keluar dari pedang itu juga bukan main beratnya dirasakan oleh si kakek.

Tiga gebrakan lekas sekali telah berlalu, Ternyata Kimpocu dapat memainkan pedangnya dengan enteng dan kokoh sekali pertahanannya, Diam-diam si kakek menjadi kaget pikirannya, Ini satu Kim Toa Lip saja sudah sukar dijatuhkan cepat-cepat, bagaimana kalau aku sebentar dikerubuti oleh yang lain-lainnya" Kalau kepandaiannya mereka ada jauh dibawahnya Kim Toa Lip tidak apa, tapi kalau rata-rata kepandaiannya berimbang saja, sukar buat aku keluar dari barisan ini., , 

Tiba tiba ia mendengarkan Khoe Cong berkata, Kim toako, kau jangan serakah, kasihlah aku mendapat giliran untuk melayani si kakek.

tanganku sudah gatal benar.

Khoe Cong berkata sambil tertawa, hingga Souw Kie Han menjadi mendelu hatinya.

Jangan kuatir Khoe hiante, segera kau juga mendapat gilirannya, Aku juga tidak serakah mengangkangi sendiri.

sahut Kim Pocu, Tidak.

kasih aku yang mendapat giliran dahulu.

inilah suaranya Coa Tong Kang.

Kemudian disusul oleh suaranya Seng Pocu.

Tidak bisa aku harus mendapat giliran terlebih dahulu, sesudahnya Kim toako.

Demikian orang ramai meminta pada dulu-dulu mendapat giliran melayani si kakek, hingga Souw Kie Han dibuat pusing kepalanya, ia sangat mendelu hati, ia gusar sekali.

Pikirnya orang sangat memandang rendah terhadap kepandaiannya.

Bagaimana juga ia harus memecahkan barisan ini, barulah mereka tahu Souw Kie Han punya kelihayan.

Sementara itu pedangnya Kim Toa Lip telah mendesak dengan keras sekali, hingga mau tidak mau perhatiannya di tumplek kepada Kim Toa Lip.

Apa mau tidak diduga sama sekali, ketika ia berkelit dari serangan pedang Kim Toa Lip ada angin yang meny amber dari samping, itulah Ciauw Toa-nio yang mengirim serangan dahsyat.

Matanya mendelik bahna gusar, tapi sebelumnya ia dapat membalas serangan orang, kempa li dari lain jurusan, ia diserang, ia dihujani serangan dari segala jurusan, boleh dikatakan dari delapan penjuru angin hingga ia repot sekali menangkis serangan yang dilakukan dengan senjata.

Souw Kie Han dalam marahnya sudah mainkan sepasang lengan baju besinya yang ampuh, hingga angin menderu-deru dan pasir batu pada berterbangan karena kesemprot oleh angin pukulannya yang hebat.

Kim Toa Lip masih terus dengan tenang mengendalikan serangannya.

Pada suatu saat ia mengirim tusukan tajam, tapi Souw Kie Han cepat merubah posisinya, hingga Kim Toa Lip kepaksa merubah tusukan pedangnya menjadi membabat, inilah yang ditunggu-tunggu oleh si kakek karena ia melihat Ciauw Toa-nlo merogoh sakunya hendak menerbangkan pula senjata gelapnya.

Maka diwaktu ia berkelit dari babatannya Kim Toa Lip lengan bajunya lantas menyerang kearahnya Ciauw Toa-nio, hingga senjata rahasia sinenek yang hendak diayun jadi urung dan ia sendiri sempoyongan terkena angin pukulan lengan bajunya si kakek, napasnya dirasakan menyesak dan hampir ia rubuh pingsan.

Serangan si kakek tadi ada tipu ilmu silat yang dinamai Pek in Cat san atau Awan putih keluar dari gunung yang hebat sekali hingga Ciauw Toa-Nio tidak tahan.

Untung Ciauw Toa Lip melihat bahaya, Menampak kawannya kena dihajar oleh angin pukulan musuh, segera ia menerjang si kakek dengan gaya Iblis bermain mata ia mengirim serentetan tusukan pedang sehingga Souw Kie Han tidak punya kesempatan untuk mengambil jiwanya si nenek yang sangat menyebalkan hatinya.

Dengan begitu Ciauw Toa-Nio dapat ketolongan jiwanya.

Hebat tipu serangan iblis bermain mata dari Kim Toa Lip tadi, sebab dua belas tusukan pedang mengarah pada dua belas tempat jalan darah yang penting pada tubuhnya si kakek aneh dari goa Pekscong-tong itu.

Tapi dasar ilmu silatnya lebih atas, maka serangan yang bertubi-tubi itu dapat dielakan oleh Souw Kie Han dengan baik sekali, malah ia sudah mengulurkan tangan dan membuka lima jarinya untuk menyengkeram Ciauw Toa-nic.

Si nenek saat itu sudah meramkan matanya akan terima nasib, tapi cengkereman si kakek urung setengah jalan, karena satu benda berapi telah membentur tangannya, itulah ada benda yang diluncurkan oleh Coa Tong Kang.

Ketika melihat kawannya dalam bahaya Coa Tong Kang menggunakan ilmu Thianbee Keng gong (kuda semberani melayang di angkasa) melesat keangkasa dari udara dengan senjata gelapnya yang mengandung api ia telah menyambit pada lengan si kakek hingga kebakar.

Si kakek terpaksa menarik pulang cengkeremannya karena jarinya dirasakan panas.

Souw Kie Han perdengarkan suara ketawanya yang aneh.

Matanya menyapu sekalian jago-jago itu yang jumlahnya sembilan orang, yang keren-keren kelihatannya, Kecuali Kim Toa Lip yang masih ngotot menyerang dengan pedangnya dan beberapa orang lainnya, masih ada lima orang pula yang masih belum bergerak dan tengah mengawasi kepadanya dengan senyuman dingin.

Senjata mereka macam-macam, ada yang digunakan untuk jarak jauh ada yang untuk jarak dekat, semuanya telah digerakkan menyerang si kakek, akan tetapi semuanya dapat dielakan oleh Souw Kie Han.

Ho Tiong Jong ditempat sembunyinya melihat jalannya pertempuran demikian hatinya sangat heran, Kenapa Souw Kie Han tidak menggunakan senjata gelapnya yang berupa ular kecil untuk membunuh mati musuhnya" Dilain pihak.

Seng Eng dan kawan kawannya juga karena tidak mau mengambil jiwanya sikakek aneh itu " untuk yang tersebut belakangan Ho Tiong dapat menebak sebab sebabnya, mungkin mereka masih menguatirkan anak keponakan mereka yang masih disekap oleh si kakek.

Kalau anak-anak disekap ditempat yang tidak ketahuan dimana letaknya dan si kakek sudah binasa, dimana mereka bisa mencarinya anak-anak itu, Terdengar Kim Toa Lip berkata nyaring.

Hei, Kie Han, apa kau masih belum mau menyerah" Kau jangan mengimpi dapat melepaskan diri dari kepungan kami orang.

Mendengar kata-kata ini bukan main gusarnya Souw Kie Han.

Ia sebenarnya kepingin menggunakan ularnya untuk membunuh musuhnya akan tetapi dipikir lagi, kalau misalnya ia sudah dapat membunuh satu musuhnya tentu senjata rahasia itu diketahui oleh yang lain-lainnya.

Mereka tentu tidak akan mau mengerti dan mengeroyok mati padanya, Lain urusannya kalau ia berhadapan dengan satu dengan satu, mudah saja ia mengeluarkan senjata ularnya untuk membinasakan musuhnya.

senjata gelapnya itu, selainnya Ho Tiong Jong tidak ada yang mengetahuinya pula.

Ia pikir, ada harapan suatu waktu ia ketemu dengan satu pada orang-orang yang kini mengepungnya ia bisa membinasakan dengan ular itu.

Akhirnya ia bisa menjawab ucapan Kim Toa Lip tadi.

Kau jangan keliru mengira lohu takut mati.

Dalam buku kamus hidup lohu tidak ada takut mati.

 Kau sudah merasakan lihaynya barisan kami, bukan" Nah, sekarang kau merdekakan anak dan keponakan kami, supaya kami dapat melepaskan kau dengan selamat dari kepungan kami.

Kim Toa Lip sambil mengasih tanda pada orang orangnya untuk meng gerakan barisannya.

IHm, kalian dengan perkataanku teriak si kakek, Lohu belum mau mengaku kalah dan sejak dahulu malah belum mengaku kalah.

Kalian tidak percaya, nah boleh belek, (belah) dada lohu apa dalam hati lohu ada tertulis kata-kata kalah" Semua orang hentikan bergeraknya barusan, mereka saling pandang mendengar kata-katanya si kakek barusan, Mereka diam-diam mengagumi sikap si kakek yang kepala batu dan kecekatannya tidak mau mengaku kalah.

Baik, tiba-tiba Kim Toa Lip berkata.

sekarang aku mau tanya kau mau lepaskan tidak orang-orang yang telah kau tahan" Souw Kie Han pada saat itu memang sudah sangat lelah, karena sudah bertanding ratusan jurus lamanya, ia sungkan mengaku kalah dan terus meladeni mereka mengeroyok dirinya, ia sudah coba menerjang keluar dari barisan sampai dua kali, akan tetapi semuanya gagal, kini ia mengerti, bahwa sukar untuk ia keluar dari kepungan kalau tidak menyerah kalah.

Sebenarnya ia sangat mendongkol dengan kata tadi, tapi apa daya" Kepaksa ia menjawab dengan suara dingin, Hmm., ,untuk apa aku kasih mereka tinggal hidup dalam daerahku" Kim Toa Lip tertawa bergelak gelak mendengar ucapannya si kakek.

Bagus inilah tanda dari perdamaian, Saudara-saudara, lekas kasih jalan untuk Souw-Locianpwee panggil anak-anak kita keluar ha ha ha.

Souw Kie Han mendelik melihat lagaknya Kim Toa Lip.

tapi ia tidak ungkulan untuk mengajak mereka bertarung lagi, maka ia hanya berkata.

Hari ini urusan kita sudah berakhir sampai disini.

Mulai sekarang dan untuk selanjutnya kalian dari Perserikatan Benteng perkampungan dan anak buah kalian dilarang menginjak daerah kediaman lohu ini.

Kalau larangan ini dilanggar, jangan sesalkan kalau lohu tidak memberi ampun lagi pada yang bersangkutan- Anak-anak muda yang mendengar ancamannya si kakek rata-rata pada naik darah panas hatinya, akan tetapi sembilan orang tua tidak menunjukkan perubahan apa-apa diwajahnya dan juga tidak mengucapkan janjinya akan mentaati larangan si kakek.

Mereka membungkam terus.

Tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas di otaknya si kakek, maka ia telah tertawa bergelak-gelak.

hingga membikin pihak lawannya keheranan.

Kau menertawakan apa" tanya Seng Eng, yang dari setadi tinggal diam--saja.

Lohu menertawakan pada kalian orang-orang tua yang tak ada gunanya.

Dalam hal apa, maka kau berani mengatakan demikian" nyeletuk ciauw Toa nio Lohu menyaksikan ketika kalian hendak menyebrangi Liu soa kok ada begitu bersusah payah, beda dengan seorang muda yang pernah datang kesini, ia dengan secara mudah saja dapat melalui lembah pasir berjalan (Liu soa-kok).

Perkataan si kakek membuat Kim Toa Lip dengan kawan-kawan jadi saling pandang.

ooOOoo

 MEKEKA tampak sedang menduga-duga siapa adanya pemuda yang dimaksudkan oleh si kakek aneh itu.

Aku lihat kalian bersembilan- terdengar Souw Kie Han berkata pula, yang sudah dapat nama termashur dikalangan Kangouw, tapi buktinya mengecewakanMenyebrangi lembah pasir berjalan saja ketakutan setengah mati, beda dengan seorang muda yang datang kesini dia sudah sampai dipuncak Si-ban leng dengan tidak mendapat kesukaran apapun juga, malah dia sudah dapat menolonGi nona yang dicitiunya dan sudah dibawa pergi olehnya.

Siapa dia" tanya Kim Toa Lip dengan tidak sabaran.

Ho Tiong Jong.

Semua orang terperanjat mendengar nama itu disebut.

Mereka hampir tidak percaya dengan pendengarannya karena Ho Tiong Jong itu sudah mati, bagaimana ia bisa datang kepuncak Si ban-leng" Apakah itu setannya yang datang kesitu" Seng giok Cin terperanjatnya lain, Mukanya berubah seketika jantungnya dirasakan memukul keras.

Tiong Jong sudah mendahului kita menolong adik Hong.

oh, dia gagah sekali, di mana adanya sekarang" si nona diam-diam menanya pada diri sendiri.

Kim Toa Lip menjublek sekian lamanya.

Ia tidak mengerti Ho Tiong Jong bisa hidup kembali.

Adakah pemeriksaannya kurang teliti" ia bersama Coa Tong Kang memeriksa bersama-sama Ho Tiong Jong dalam penjara air dimana ia sudah melayang jiwanya karena di hajar oleh senjata rahasia Ceng ciauw Nikouw yang beracun, Tok kim chi (pedang emas berbisa).

Setelah memikir lebih dalam, ia jadi geli sendirinya.

ia tidak mengira Ho Tiong Jong pada mempunyai kepandaian yang membuat dirinya itu betul betul telah tewas jiwanya dengan menggunakan tenaga dalamnya ia sudah dapat membuat dirinya dingin dan tidak bernapas, betul-betul macamnya orang sudah mati.

Disamping rasa geli, hatinya bukan main girangnya, karena Kim Hong Jie puterinya, ternyata sudah tidak ada pula pada si kakek dan sudah ditolong oleh itu sianak muda yang gagah dan tampan.

Tiba-tiba ia kaget mendengar sikakek berkata.

Hm hanya sayang sekali lohu sudah memberi tusukan beracun pada Tiong Jong sebagai ganti jiwanya yang luar biasa dalam dunia persilatan dia tidak akan muncul lagi dalam dunia Kangouw.

Sayang, sungguh sayang.

Ya apa mau dikata, kecuali suteku Kong Jat Sin dapat menolong jiwanya sudah tidak ada pula orang lainnya lagi.

Berapa lama ia bisa hidup" menyelak Seng giok Cin.

Dia dapat hidup dalam beberapa jam saja.

jawab si nenek.

Aaaaa locianpwee keliru" Mana lohu bisa keliru " Tiong Jong tidak bisa mati, Aku tidak percaya ia bisa mati.

Sebabnya " Kalau dia memang harus mati, tempo hari saja ketika kena Ceng ciauw Ni Kouw punya Tok-Kim chi.

Senjata rahasianya itu amat berbisa, aku tidak percaya jarum maut cianpwee ada lebih berbisa dari Ciauw Nikouwpunya Tok-Kim chi.

Bisa jarum yang lohu tusukan di tubuhnya itu termasuk diantara Lima Bisa sedang Ceng Ciauw punya Tok kim chi termasuk juga dalam itu Lima Bisa , Kalau Tiong Jong tidak mati oleh Tok-kim-chi tentu dia bakalan mati oleh jarum mautku, itulah rupanya, Tiong Jong memang sudah nasibnya akan binasa dengan racun kesianSudahlah, menyelak Kim Toa Lip.

sekarang lekas kau keluarkan itu anak yang kau tahan, Dan kami akan berlalu dari sini" Si kakek delikin matanya akan tetapi ia tidak kata apa-apa, ia ngeloyor pergi sekian lamanya, kemudian datang lagi dengan Tan Kie Seng, cu Coan Liang dan Kong soe Tek.

Mereka kegirangan dapat berjumpa kembali dengan paman dan kawan-kawan, terutama Kong soe Tek yang kegarangannya paling besar karena telah dapat berjumpa kembali dengan Kong Soe Jin, engkonya.

Kedua saudara itu, yang mendapat julukan im yang Siang kiam, telah berpelukan kegirangan dengan berlinang-linang air mata.

Kim Toa Lip sendiri tenang-tenang saja, karena puterinya telah diselamatkan oleh Ho Tiong Jong.

Meskipun anak muda itu sudah kena tusukan jarum beracun si kakek, ia percaya Ho Tiong Jong dapat membawa putrinya ketempat yang selamat, Mereka lantas pada meninggalkan tempat itu, karena orang-orang yang hendak ditolong nya sudah beres dan kembali dengan selamat.

Hanya Seng Giok Cin yang tidak turut mereka pulang.

Seng Eng yang percaya puteri-nya bisa membawa dirinya, tidak berkata apa-apa, ketika si nona menolak untuk turut pulang dengan alasan hendak bercakap-cakap sebentar dengan si kakek, ia hanya memesan supaya si nona berlaku hati-hati.

Seng Giok Cin hiburkan sang ayah dengan kata-kata yang menentram bati, maka ayahnya telah meninggalkan ia dengan hati lega.

Meskipun dimulut tidak mengucapkan apa-apa, tapi dihati Seng Eng sudah menebak seratus persen bahwa puterinya tidak turut pulang bersama sama tentu hendak menyelidiki Ho Tiong Jong.

Sebagai orang tua yang menyayang pada putrinya, Seng Eng mengerti bahwa puterinya telah jatuh hati kepada pemuda yang gagah berani itu.

souw Kie Han heran melihat si nona tidak turut pergi, maka ia lalu menanya.

Hei nona mengapa kau tidak turut kepada mereka" Seng Giok Cin tersenyum manis, Pelahan-lahan ia mendekati si kakek dan berkata pelahan cia npwee, aku tidak turut berlalu dari sini karena aku ada sedikit urusan dengan cianpwee.

Hei, urusan apa lagi " menentang si kakek dengan heran.

Soal Tiong Jong.

jawabnya.

Si kakek buka lebar matanya, Pikirnya, si cantik Kim Hong Jie telah menyintai Ho Tiong Jong begitu rupa, kini kembali satu nona elok menaruh perhatian begitu besar kepada si pemuda, Betul-betul Tiong Jong sangat beruntung, hanya sayang dia pendek umur, sudah kena jarum mautnya dan tidak bisa tertolong jiwanya.

Tiong Jong kenapa, tanya si kakek.

Kalau Tiong Jong sudah mati, dimana kuburannya " Kau mau bersembahyang " Ya, jawab si nona telengas.

Souw Kie Han mengelah napas, ia mengawasi paras muka si nona yang cantik menarik, yang saat itu mengandung kedukaan.

Hatinya kasihan, akan tetapi apa mau di kata, ibarat beras sudah jadi bubur ia sendiri tak dapat menolonGi Ho Tiong Jong, Tapi ia bisa menghiburi si nona, katanya.

Nona, Tiong Jong masih belum mati, sebentar malam kira-kira jam dua baru dia mati.

Setelah berkata demikian, kembali si kakek mengawasi wajah yang cantik menarik nona didepannya, pikirannya saat itu melayang kepada istrinya yang telah meninggalkan dunia.

Maka sambil menghela napas ia pelahan lahan angkat kakinya meninggalkan Seng giok cin berdiri sendiri.

Seng Giok Cin tak tahu, ia harus berbuat bagaimana sekarang.

Mau menyusul Ho Tiong Jong, menyusul kemana" ia tak tahu kemana perginya si pemuda yang membawa Kim Hong Jie.

Ia jadi berdiri menjublek sekian lamanya, pelahan napas terdengar beberapa kali, wajahnya menunjukkan rasa duka.

Ho Tiong Jong barusan mendengar Souw Kie Han memuji-muji dirinya, diam-diam ia merasa bangga, Kalau saja pujian itu pada beberapa waktu berselang, tentu ia sudah keluar dari tempat sembunyinya dan mengunjuk diri sambil tepuk-tepuk dada.

Tapi kini Ho Tiong Jong sudah ada pengalaman, ia tidak mau unjukkan dirinya sewaktu dirinya diangkat tinggi-tinggi, meskipun sang hati kepingin menonjolkan mukanya didepan orang banyak.

terutama diiepan gadis jelita seperti nona Seng.

seban saat ia tidak bisa wajahnya yang cantik dan kebaikannya.

Kini tegas ia menyaksikan bagaimana nona Seng begitu memperhatikan dirinya.

ia tidak turut pulang dengan ayah dan pamannya karena ingin mengetahui hal kematian dirinya, pembicaraan yang dilakukan antara nona Seng dan Souw Kie Han tertangkap nyata dalam telinga si pemuda, hingga diam-diam ia berkata kepada dirinya sendiri.

Dia juga menyintai diriku, bagaimana ini jadinya" Hong Jie dan giok Cin dua nona cantik jelita pada menyintai aku, kenapa " Ia sendiri tak tahu, Apakah lantaran wajahnya cakap cakap" Atau karena sikap dan pengawakannya gagah" Aaaa., , 

mustahil, sebab tak kurang-kurang pemuda pemuda lain yang lebih tampan dan gagah, malah mereka ada dari tingkatan atas, sedang ia sendiri hanya seorang muda dari kalangan gelandangan saja, IHemn, ia tidak habis mengerti.

Tiba-tiba ia teringat bahwa dirinya hanya tinggal beberapa jam lagi saja, hatinya menjadi cemas.

Diwaktu ia mengelah napas, matanya melihat nona Seng dengan perlahan lahan angkat kakinya menuju lembah.

Cepat cepat ia keluar dari tempat sembunyinya dan dengan tindakan ringan yang tidak menerbitkan suara ia menghampiri si nona.

Dari belakang nya ia berkata perlahan.

Adik Giok, kau jangan berduka, aku ada disini.

Kaget bukan main Seng giok Cin, cepat ia berbalik dari depannya berdiri Ho Tiong Jong dengan muka berseri seri, wajahnya yang tampan menawan yang selalu menjadi buah matanya.

Tapi herannya Seng Giok Cin bukannya mengunjuk wajah girang melihat si pemuda saat itu, sebaliknya air mukanya tampak dingin.

Ya, bagaimana sekarang setelah kau ada disini" katanya ketus.

Ho Tiong Jong jadi berdiri bengong.

Sama sekali ia tidak mengira bahwa akan mendapat jawaban begitu ketus dan air muka yang dingin, Aneh, pikirnya.

Kau kira dirimu seorang gagah perkasa, bukan" Hm., , 

tidak tahu malu.

Kegirangan dan kemesraan Ho Tiong Jong seketika itu lenyap tak berbekas.

ia seolah-olah diguyur air dingin dengan mendadak saja badannya dirasakan menggigil.

Tadinya ia menduga Seng giok Cin menyambut ia dengan mesra, karena ia menyaksikan sendiri, bagaimana gelisah dan benar perhatian Seng giok Cin terhadap dirinya yang dikatakan sudah kena racun dan akan menemukan ajalnya.

Heran kenapa sikapnya demikian dingin" Ah, dasar hati wanita sukar diduga.

Ketika Seng giok Cin perlakukan Ho Tiong Jong demikian" Soalnya adalah karena si nona merasa malu.

Tadi perbuatan dan percakapannya dengan si kakek pikirnya telah diketahui oleh sipemuda, itulah berarti bahwa rahasia hatinya telah diketahui semua oleh Ho Tiong Jong.

Ia merasa malu sendiri, maka juga ketika mataaya kebentrok dengan matanya sipemuda, lantas saja selebar mukanya menjadi merah jengah.

Untuk menebus rasa malunya ia coba unjukkan muka dingin dan ucapan perkataan ketus, tapi ia salah hitung, karena justeru demikian sipemuda yang beradat angkuh lantas mengambil jalannya sendiri.

Ho Tiong Jong bukannya itu pemuda yang gampang menekuk lutut didepannya wanita cantik, boleh diinjak injak kepalanya, asal si nona untuk sikap manis pemuda she Ho itu adatnya angkuh dan dapat menghargai dirinya sendiri.

Mukanya lantas berubah, ia tidak unjuk senyumannya lagi dan menjawab ucapannya si nona.

Ya, nona Seng harap kau suka maafkan, kalau karena kedatanganku ini ada mengganggu ketentramanmu.

Budimu yang telah kuterima, aku tidak akan melupakannya.

Nah, selamat tinggal.

Setelah berkata demikian Ho Tiong Jong lantas berlalu dari depan si cantik.

seng Giok Cin jadi kebingungan.

Barusan kedengarannya enak sekali ketika Ho Tiong Jong mengucapkan kata kata adik giok, sekarang sudah berubah lantas dengan Nona Seng, inilah ada tanda bahwa pemuda itu menolak sikapnya yang barusan di unjuk itu.

ia tidak menduga sama sekali kalau pemuda itu berkepala batu dan tidak tunduk oleh kecantikan.

Maka cepat-cepat ia memburu, Eh, Engko Jong, kau tunggu dahulu.

teriaknya.

Ho Tiong Jong hentikan tindakannya.

Ada urusan apa lagi" tanyanya.

Kau sekarang hendak pergi kemana" Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia harus angkat bahunya dan gelengkan kepala.

Pikirnya betul-betul hati wanita sukar di tebak arahnya.

Barusan ia begitu ketus dan dingin, kini ramah tamah dan menanyakan pula tentang dirinya hendak pergi kemana, tak pernah mau tahu urusan orang, mau pergi ke mana itulah ada urusannya sendiri.

Meskipun ia akan menghadapi kematian, tapi untuk di hina seseorang wanita, nanti dahulu, Maka ia segera melangkah lagi hendak meninggalkan si nona, yang kini sudah jinak dan lunak.

Seng Giok Cin gelisah menghadapi kepala batu, maka ia cepat memegang tangannya dan menanya pula dengan suara halus merdu dan tidak lupa mulutnya yang mungil menyungging senyuman.

Engko Jong harap jangan marah, barusan aku berlaku kurang sopan, Harap kau suka maafkan, sebenarnya bagaimana rencanamu kau mau pergi kemana" Aku sendiri tidak tahu, tapi aku harus lekas meninggalkan tempat ini.

Ho Tiong Jong menjawab sambil berjalan.

Si nona mengintil disampingnya.

Engko Jong menurut pikiranku sebaiknya kau mengikuti aku, buat aku coba menyembuhkan racun yang ada di tubuhmu.

Ho Tiong Jong ketawa getir.

Kau baik sekali nona Seng, jawabnya, terima kasih kau tak usah repot-repot karena diriku, sebab aku sendiri bisa mengatasinya.

Perih hatinya Seng Giok cin, kembali ia mendengar si pemuda memanggil, nona lagi padanya bukannya adik, itu tandanya masih marah kepadanya.

Seumurnya Seng Giok cin belum pernah begitu merendah pada orang, juga belum pernah mendengar kata-kata yang acuh tak acuh seperti Ho Tiong Jong, maka hatinya sangat perih dan ia kepingin menangis oleh karenanya.

Ia melihat si pemuda meninggalkan kepadanya.

Terpaksa ia memburu pula, sambil menyekal lengannya pula ia berkata.

Engko Jong kau benci padaku " Kenapa aku harus membenci kau " Kau kelihatannya acuh tak acuh terhadapku.

Ya, diantara kita tidak ada hubungan lain, Kita hanya sebagai kenalan sepintas lalu saja dan itu mudah dilupakan, Budimu yang aku terima, selama aku masih hidup tentu aku tidak akan melupakannya.

Kembali Seng Giok Cin hatinya merasa di tusuk-tusuk.

Perih sekali hatinya ia menyintai sipemuda, tapi ternyata pemuda itu tidak mengerti akan cintanya.

Tapi itu bukan salahnya Tiong Jong, salahnya sendiri barusan membuat sakit hatinya sipemuda yang beradat tinggi.

ia menyesal, bagaimana akalnya supaya ia dapat baik kembali" mari kita bicara.

mengajak si nona sambil menarik lengannya sipemuda pergi kebawahnya pohon yang rindang.

Kedua-nya buat sejenak lamanya tinggal membisu.

Seng Giok Cin tundukan kepala, sedang Ho Tiong Jong saban saban mendongak melihat kelangit seolah-olah ada apa-apa disitu yang dicari.

Suatu saat ia memandang sinona yang menundukkan kepala sambil bakal main ujung bajunya.

Nona Seng ada urusan apa kau ajak aku kesini" tiba-tiba sipemuda membuka pembicaraan.

Seng Giok Cin tidak menjawab, hanya dari sepasang matanya yang jelita tiba-tiba mengeluarkan air mata.

Ho Tiong Jong kaget melihat Seng Giok Cin menangis.

Kau kenapa" tanyanya heran.

Engko Jong.

kata si nona sambil terisak-isak Apa kau masih marah padaku " Kenapa aku mesti marah padamu " Engko Jong, kau tak tahu isi hatiku terhadapmu.

Ho Tiong Jong melengak.

Sebelum ia membuka suara menanya, si nona sudah mulai melanjutkan kata-katanya secara blak blakan ia bukan seorang nona pemaluan atau pingitan, ia tidak tedeng aling-aling untuk mengatakan isi hatinya didepan pemuda pujaanya.

Engko Jong, seumur hidupku selain ayah yang aku amat pikiri, tidak ada lain orang lagi.

Tapi sejak hari itu, waktu kau menolong diriku tanpa menghiraukan diri sendiri telah menempur Sepasang Orang Ganas hatiku terus memikir padamu.

Ho Tiong Jong berdebaran hatinya mendengar pengakuan si nona, ia tidak menyangka bahwa si nona berani secara terang terangan membuka rahasia hatinya, ia terus mendengarkan lanjutannya si nona bicara.

Malah, aku lebih berat memikiri dirimu dari pada ayahku sendiri, Pikirku.

setelah kau mati, aku akan mencukur rambut masuk menjadi nikouw untuk melayani suhu di Ta san.

Setiap hari aku akan tetap mengenangkan dirimu, mendoakan supaya arwah mu dialam baka mendapat tempat yang lapang., , 

Seng Giok Cin sampai disini sudah tidak dapat menahan rasa sedihnya lagi, maka ia telah menangis makin sedih danjatuhkan dirinya dalam pelukannya Ho Tiong Jong.

Ia menangis terisak-isak didadanya sipemuda yang lebar dan kuat.

Ho Tiong Jong sementara itu sudah tak dapat berkata-kata saking kagetnya.

Kaget, Karena ia tidak menyangka si nona ada demikian besar cintanya terhadap dirinya, ia menyesal akan perlakuannya tadi, yang membuat si nona merasa tidak enak hatinya, Perlahan-lahan ia memenangkan hatinya.

Sambil mengusap-ngusap rambutnya si nona yang hitam mengkilap dan tumbuh subur ia menghibur.

Adik Giok.

kau jangan berkata demikian.

Aku hanya seorang pemuda gelandangan, tidak punya rumah tangga yang tentu, malah orang tua sendiri belum tahu dimana adanya.

Masih terlalu banyak pemuda-pemuda pantaranku, yang lebih tampan, gagah dan tinggi kedudukannya maupun ilmu silatnya, maka bagimu masih mudah saja untuk memilihnya bukan" Kau.

Engko Jong.

memotong si nona dengan air mata masih berlinang-linang, memang tidak salah ucapanmu barusan, banyak yang lebih cakap dan cerdik dari pada kau.

Tapi kau adalah kau, mereka adalah mereka, Mereka bukannya kau.

Engko Jong, kau tidak tahu, meski sekarang badanku belum menjadi milikmu, tapi hatiku telah lama menjadi milikmu.

Maka kalau kau mati, hatiku juga berarti mati, mengikuti kau dikubur, Selanjutnya aku akan hidup dengan semangat melayang-layang dan mungkin, setelah suhu menutup mata aku juga akan menyusul rokhmu ketempat baka.

Adik Giok.

suara merdu menyelusup ditelinga si nona, sedang mulutnya ditekap oleh sipemuda pujaannya, Kau jangan berkata demikian, aku seram mendengarnya, Nah, sekarang coba dongakkan wajahmu yang cantik.

Seng Giok Cin menurut, dengan air mata masih berlinang-linang, ia dongakkan mukanya menatap wajahnya Ho Tiong Jong yang bersenyum kepadanya.

Sejenak lamanya keduanya saling memandang dengan tidak merasa puas.

Tangannya Ho Tiong Jong yang kiri dipakai menunjang dagunya si nona, sedang yang kanan dipakai mengusap-usap jidat, rambut, pipi dan mulutnya sinona yang mungil, Matanya terus menatap seolah olah tidak mau berkedip.

Si nona diperlakukan demikian, tinggal mandah saja malah merasa sangat bahagia.

Adik Giok.

kata sipemuda dengan suara pelahan, Aku cinta padamu, aku ingin memandang wajahmu sepuas puasnya, supaya kalau aku nanti mati dapatlah aku mengenangkan wajah yang elok jelita dari kekasihku daiam-dunia.

Suara Ho Tiong Jong parau kedengaran-nya, karena menahan rasa sedih yang mencengkeram hatinya.

Tampak pada kedua belah matanya ada meneteskan butiian air mata, sedang sepasang matanya Seng Giok Cin yang barusan baru berhenti menangis, kini mendengar kata kata itu.

kembali mengeluarkan air mata dengan derasnya.

Keduanya jadi saling peluk dengan sangat mesra seakan akan tidak ingin berpisahan pula, keduanya saat itu merasa sangat bahagia, melupakan untuk sesaat itu atas kematiannya sipemuda yang sebentar lagi akan terjadi.

Suaranya Ho Tiong Jong yang memanggil adik Giok terus berkumandang dalam telinganya si nona, jasanya seperti suara musik yang merdu, ia bersenyum, diam-diam dan balas memeluk erat-erat pada sipemuda yang memeluk kencang tubuhnya seakanakan sudah tak mau melepaskannya lagi.

Tiba-tiba Ho Tiong Jong mendorong dengan perlahan tubuh sinona yang harum semerbak, pikirannya kalut perasaannya cemas meluap-luap dan ia menyesal bahwa umurnya akan demikian pendek.

Kalau saja ia diberi panjang umur, alangkah bahagianya ia hidup di dampingi seorang wanita elok seperti nona Seng Eng yang mencintai setulus hati.

Adik Giok,sudah waktunya kita berpisahan-.

terdengar sipemuda pelahan sambil mendorong tubuhnya si pemudi pelahan.

seng Giok Cin berkeras tidak mau dipisahkan dari tubuhnya.

Engko Jong., , 

ia berbisik, Biarkan aku ikut kemana kau pergi temponya ada sangat singkat untuk kita akan berpisahan selama-lamanya, dengan begitu dapatlah nanti aku mengenangkan wajahmu dibawah sinarnya lampu sang Buddha.

Ho Tiong Jong kaget, ia tidak tega untuk mendorong sinona yang memeluk eraterat tubuhnya.

Adik Giok.

semestinya aku tidak boleh berbuat begini, aku harus bersikap dingin padamu, memancing kebencianmu, supaya kau dapat melupakan aku.

Tapi, ya, barusan kau kata hendak mengikuti aku sampai aku.

IHussstt.

kata Seng Giok Cin, sambil menekap mulutnya sipemuda dengan jari-jari tangannya yang halus mulus, jangan teruskan bicaramu, aku seram mendengarnya, sebaiknya kita bicarakan hal hal yang membahagiakan hati saja.

Ho Tiong Jong menatap wajah cantik dari Seng Giok Cin, kerlingkan matanya yang menjalin hati, membuat Ho Tiong Jong lemas karenanya, maka ia bersenyum dan berkata dengan pikiran lega.

Baiklah, aku menurut saja padamu.

Seng Giok Cin berseri-seri, air matanya yang barusan berlinang linang telah menghilang entah kemana.

Perlahan-lahan ia keluar setangannya, hendak menyeka bekas menangis tadi.

Ho Tiong Jong cepat merebutnya setangan yang harum semerbak ini, ia sendiri yang menyeka pelahan-lahan air yang masih mengeram ditelakupan dan bulu matanya yang halus lentik, oh bagaimana bahagia Seng Giok Cin pada saat itu.

Keduanya saling menatap dengan bersenyum-senyum.

Tangannya nona Seng yang halus memegang tangannya sipemuda, diajaknya untuk berduduk pada sebuah batu besar yang tidak jauh dari situ.

Engko Jong.

kata sinona, setelah mereka duduk berendeng, semula aku tidak memperdulikan segala kejadian.

Kini aku merasakan akan kedatangannya malaikat elmaut.

Setelah aku menyaksikan perbuatanmu menolong si lemah memberantas si jahat, hatiku jadi tergerak.

Aku berjanji akan membuang perangaiku yang sudah-sudah dan selanjutnya akan menjalankan kebenaran seperti kau" Bagus itu, bagus adik Giok, Setelah aku.

dia tidak dapat melanjutkan bicaranya karena mulutnya kembali dibekap oleh tangan yang mungil Seng Giok Cin matanya melotot kepadanya seolah-olah menegur kenapa ia hendak berkata pula yang menyeramkan itu.

Ho Tiong Jong merasa bersalah, maka ia berseri-seri kemudian berkata.

Adik Giok, maafkan aku barusan aku kelupaan Aku harap kan jangan timbulkan soal demikian pula, yang membikin hatiku sangat pilu dan kepingin menangis.

apakah kau senang melihat aku menangis terus-terusan" demikian si nona menyesalkan.

Iyah dah.

aku tidak berani lagi.

jawab sipemuda bergurau.

Seng Giok Cin ketawa, Suasana menjadi gembira lagi, keduanya meneruskan percakapannya.

Seng Giok Cin menyatakan pikirannya.

Engko Jong meski betul katanya kau tak iapal ditolong lagi, tapi apa salahnya sebelumnya waktunya sampai, kita berdaya untuk mencari pemunah racun yang ada ditubuhmu.

Siapa tahu Tuhan memberkahkan kita dapat hidup bahagia nanti" Ho Tiong Jong diam saja.

Tapi otaknya bekerja, ia pikir, tubuhnya sudah tiga kali kena racun.

Pertama karena goresan kukunya Tok-kay, kemudian Toat-kim chi dari ceng ciauw Nikow yang ia gigit dengan giginya, lantas belakangan diinjeksi oleh jarum mautnya si kakek aneh dari Lembah Pasir Berjalan.

Tiga macam racun sudah mengaduk dalam tubuhnya, mana mungkin dirinya ketolongan dari bahaya kematian.

Melihat sipemuda diam saja.

Seng Giok Cin meneruskan bicaranya.

oo, ya., , 

sekarang aku baru ingat, Locianpwee Kong Yat Sin sering-sering datang ke gunung Po kay san menyambangi seorang sahabatnya untuk bercakap-cakap.

Dari sini gunung itu jaraknya hanya seratus lie saja.

Aku kira, dalam waktu dua jam kita sudah bisa sampai, Siapa tahu peruntunganmu panjang umur, dengan Tuhan Yang Maha Esa kau dapat di tolong.

Dia ada mempunyai hubungan baik dengan ayahku, maka aku akan minta supaya bagaimana juga ia dapat menolong dirmu.

Eh bagaimana kau pikir" Ho Tiong Jong terbuka sedikit harapannya, ia menyetujui usulnya si nona untuk pergi kesana.

Disaat mereka pada bangun berdiri dari duduknya, tiba tiba muncul Souw Kie Han dihadapan mereka.

Hei, kalian lagi merundingkan apa lagi bukan lekas pergi" tegurnya kasar.

Ho Tiong Jong beringas, Agaknya ia sangat marah pada si kakek yang menginjeksi dirinya dengan jarum mautnya.

Tapi sebelum pemuda membuka suara, Seng Giok Cin menalangi padanya menjawab.

Hii, kau ini orang tua bawel benar, sekarang juga kira memang hendak meninggalkan tempatmu Souw Kie Han melihat sepasang matanya si nona merah seperti habis menangis, hatinya menjadi lemas.

Tidak tega berlaku keterlaluan, ia hanya menyuruh supaya mereka buru buru meninggalkan tempat itu.

Matanya Ho Tiong Jong mendelik, IHm., , 

ia menggeram, kalau kepandaianku diatasmu, aku akan membereskan kau kakek serakah ini mengangkangi seluruh gunung.

Souw Kie Han berubah wajahnya, ia tidak senang mendengar perkataan Ho Tiong Jong.

Bccah, kau jangan banyak omong.

Sekali lagi kau berani berkata begitu awas demikian ia mengancam.

Ho Tiong Jong meluap amarahnya.

Ia nekad dan hendak menempur lagi si kakek, meskipun ia sudah dipecundangi dan tahu bahwa kepandaiannya belum nempil untuk melayani si kakek.

Pikirnya, sudah kepalang, tokh dirinya bakalan mati, Takut apa sama si kakek yang kejam itu.

Tapi Seng Giok cia lebih sabar, ia tahu meski ia berdua bersatu juga mengerubuti si kakek masih bukan tandingannya, apa lagi Ho Tiong Jong seorang diri menghadapinya, maka ia sudah kasih isyarat kepada sipemuda dengan kerlingan matanya.

Sabar Locianpwee, jangan berbuat sekasar itu kepada kami, Tokh kami hanya menginjak Liu soa-kok hanya untuk sekali ini saja, untuk apa kau jadi marah" Si kakek mendengar tata bahasanya demikian halus dan merendah, hatinya lemas, Terdengar ia menghela napas, kemudian berkata.

Ya, kalian tidak tahu kesusahan hati lohu.

Sebenarnya, lohU tidak punya maksud memberlakukan kalian kasar.

Ho Tiong Jong mendengar perkataannya si kakek, lantas terlintas dalam ingatannya suatu penemuannya tempo hari.

Aku tahu kau punya kesusahan hati , katanya Souw Kie Han berubah wajahnya, ia mengawasi si pemuda sejenak.

Bagaimana kau tahu kesusahan lohu " Kau tentu sedang memikirkan benda wasiat yang kau cari tak ketemu, bukan " Si kakek tergetar hatinya, ia heran kepada pemuda ini dapat menebak dengan tepat kesusahan hatinya" Apa artinya perkataanmu itu, tanya sikakek.

Sekarang kau terangkan dahulu kesusahan hatimu, nanti aku akan kasih tahu apa apa yang membuat terhibur kesusahanmu" si kakek terheran heran mendengar bicaranya Ho Tiong Jong.

Ya.

lohu sudah puluhan tahun lamanya-tapi selama itu belum juga dapatkan benda yang lohu maksudkanHo Tiong Jong ketawa, Aku tahu kesusahan ini, kau lentu mencari itu patung yang melukiskan tubuhnya satu wanita elok.

benar tidak" Hei bocah teiiak si kakek, Kau bohong mana bisa jadi kau dapat menemukan benda itu digunung Sie ban-leng ini, tentu kau menemukannya diluar gunung.

Aku sudah memegangnya, aku sudah melihatnya, bahkan sudah membaca apa bunyinya tulisan yang diukir pada patung sicantik itu.

jawab Ho Tiong Jong.

souw Kie Han terbelalak matanya, ia mengawasi si pemuda tanpa berkesiap.

Bocah, kau lekas beritahukan pada lohu, dimana letaknya dan apa patung itu sudah di ambil olehmu.

Bicara lekas, kalau sedikit, membohong lohu tidak perkenankan meninggalkan tempat ini.

Mungkin lohu akan membuka pantangan membunuh dan hilangkan jiwa kalian.

Seng Giok Cin terkesiap hatinya, ia jerih juga menghadapi si kakek yang sedang kalap mendengar berita tadi dari Tiong Jong.

Tapi sebaliknya Ho Tiong Jong tidak takut, ia tertawa bergelak-gelak.

Kakek kejam, aku Ho Tiong Jong tidak nanti takut dengan ancamanmu sekarang mati dan nanti mati, untukku sama juga bukan" Souw Kie Hanjadi melongo.

Memang benar juga kata-katanya sipemuda, ia sudah kena jarum injeksi mautnya lagi beberapa jam menemui kematiannya, kalau sekarang ia membunuhnya sama juga, tidak banyak bedanya ada terlebih cepat ia menemui kematiannya.

 Ia menyesal sendiri tidak dapat memunahkan racun jarum mautnya, kalau tidak boleh ia memunahkan dahulu racun yang pada ditubuhnya si pemuda untuk mengorek rahasia yang diketahui oleh sipemuda itu dengan jalan menyiksa dirinya.

Kini gertakannya tidak mempan.

Maka dengan mendongkol ia sudah tinggalkan pergi sepasang muda mudi itu.

Mereka juga tidak ambil perduli si kakek dan lantas angkat kaki dari situ.

Tapi tidak dinyana si kakek kemudian balik lagi dan menegasi, katanya.

Hei bocah, apa patung itu kau sudah ambil" Tidak jawab Ho Tiong Jong sambil terus berjalan, hingga si kakek menjadi tidak senang pertanyaan dianggap sepi.

Dalam gemasnya, ia sudah keluarkan kepandaiannya menotok dari jarak jauh, sebentar lagi Ho Tiong Jong dan sinona pada jatuh rubuh.

He he he, si kakek tertawa aneh, ketika melihat korbannya rubuh, ia datang menghampiri lalu keluarkan rantai wasiatnya, dan merantai muda mudi itu diikatnya pada pohon masing-masing sejarak kira kira satu tumbak.

Mereka diikat berhadap hadapan, Setelah mana ia lalu membuka pula semua totokannya, sehingga saling susul Seng Giok Cin dan Ho Tiong Jong mendusin, Si nona merasa girang, ketika siuman melihat Ho Tiong Jong tak kurang suatu apa hatinya lega, sebaliknya sipemuda, ketika membuka matanya bukan main gusarnya pada Souw Kie Han, ia mencaci maki si kakek.

Kau ini tua bangka tidak tahu diri, kejam dan tidak punya peri kemanusiaanBagaimana tidak hujan tidak angin mau berlaku sewenang-wenang lagi pada kami" Apa belum puas dengan jarum mautmu yang ditusukkan kepadaku.

Tapi Souw Kie Han tidak jadi marah, malah ia ketawa terkekeh kekeh.

Kau sayang pada dia" tanyanya kemudian sambil menunjuk pada nona Seng.

Tentu, kan mau berbuat apa" sahut Ho Tiong Jong beringas.

He he he, kalau kau sayang padanya, lekas cerita terus terang, lohu tidak akan mau mengganggu seujung rambutnya" Tidak.

kau jangan kena digertak olehnya, Engko Jong, kalau kau menuruti kemauannya aku akan membenturkan kepalaku mati disini demikian si nona berkata dengan suara gemas dan pasti.

He he, dia cerita juga boleh kenapa" Tidak.

aku tidak suka menyenangkan hatimu, Kau kakek kejam.

Bocah, kau jangan bikin lohu jadi marah bentak Souw Kie Han pada nona Seng.

Tidak.

aku tidak takut kau marah, Eh, Engko Jong kalau kau memberitahukan kepadanya aku akan menggigit lidahku untuk mati disini.

Souw Kie Han benar benar marah, ia angkat tangannya menampar pipinya si nona hingga bersuara nyaring, Sinona sangat malu di hina demikian rupa seumur hidupnya ia baru mengalamkan kejadian itu.

Dengan air mata bercucuran ia memaki si kakek kalang kabut, tapi tidak diladeni oleh Souw Kie Han.

Di lain pihak Ho Tiong Jong perih hatinya melihat kekasihnya diperhina demikian rupa oleh si kakek.

tapi apa daya" ia tidak mempunyai tenaga untuk melawannya, ia hanya menyesalkan dirinya yang tidak punya guna.

Tapi Souw Kie Han juga sesudah menampar si gadis harinya merasa sangat menyesal ia terburu napsu bukannya ia punya maksud untuk menghina seorang wanita, ia berbuat demikian karena tidak tahan oleh perasaan gusarnya.

Ia lalu menghadapi Ho Tiong Jong dan berkata.

Bocah lohu sudah mengambil ketetapan untuk melepaskan kau dan dia.

Tapi dengan syarat, yalah ke satu kalau kalian sudah merdeka kau menjamin dia tidak akan membikin pusing lohu, kedua kau harus bersumpah bahwa benda itu masih dipuncak gunung ini tidak dibawa olehmu.

Bagaimana kau sanggup" Si kakek rupanya merasa kuatir juga si nona kalau sudah dimerdekakan akan ngamuk dan merangsak dirinya, Meskipun ia sendiri tidak takuti Seng Giok Cin tapi biar bagaimana juga ia merasa sungkan melayani seorang anak perempuan yang pantas menjadi buyut-nya.

Ho Tiong Jong pikir-pikir syarat-syaratnya itu dapat diterima sebab kalau ia terus membandel, dikuatirkan si nona akan mendapat tambah penghinaan yang tak ada perlunya dari si kakek.

Maka ia lalu mengawasi pada Seng Giok Cin, seakan-akan yang meminta persetujuaanya.

Seng Giok Cin mengerti, ia pikir memang tidak ada gunanya membandel.

Paling perlu lekas-lekas mereka dapat kemerdekaannya, supaya Ho Tiong Jong cepat-cepat mendapat pertolongan dari Kong Jat Sin.

Maka ia lantas mengasih isyarat dengan matanya, bahwa ia mupakat sipemuda menerima baik syaratnya slkakek.

Bagaimana" si kakek mendesak.

Ya, aku terima syaratmu itu.

Kalau aku membawa patung itu, biarlah langit dan bumi menghukum diriku" Souw Kie Han tertawa gelak-gelak.

Ia percaya perkataan sipemuda, maka seketika itu ia telah melepaskan mereka lagi.

Seng Giok Cin cepat-cepat mengajak Ho Tiong Jong meninggalkan tempat itu.

Mereka menuju ke gunung Po-kay san.

Di sepanjang jalan, mereka bercakap-cakap meskipun di wajah mereka kelihatan gembira, tadi dalam hati masing-masing cuma Tuhan yang tahu, Mereka kuatir akan gagal racun pada tubuh sipemuda tak dapat ditolong karena tidak dapat menemui Dewa obat Kong Yat Sin-Mereka beli seekor kuda naiki berdua, Gunung Pokaysan itu tidak seberapa jauh mereka hanya memerlukan setengah jam saja berkuda sudah sampai ditempat yang dituju.

Ketika mendaki gunung tersebut sampai ditengah-tengahnya Seng Giok Cin telah menangis, karena hatinya sangat sedih memikirkan nasib sendiri dan Ho Tiong Jong, pemuda pujaannya, ia berkata pada sipemuda.

Ya, Engko Jong hatiku merasa takut sekali.

Kau takuti apa" tanya sipemuda heran.

Kalau-kalau kita tak dapat menjumpai orang yang akan diminta pertolongannya, bagai mana baiknya, ya" Kau jangan meninggalkan aku.

Ho Tiong Jong mendengar kata-kata si nona, hatinya sangat pilu.

Kau jangan takut, jiwa manusia di tangan Tuhan- menghibur Ho Tiong Jong, tapi berbareng ia sudah menotok jalan darah si nona hingga ia ini jatuh lemas.

Ho Tiong Jong cepat menahan tubuhnya si nona yang hendak rubuh, perlahanlahan si jelita diturunkan dan kuda dan diletakkan diatas rumput dibawah satu pohon siong yang rindang.

Matanya si nona mengawasi sipemuda dengan sayu, seolah-olah mau menanya, kenapa menotok dirinya" Kemudian memeramkan matanya tidur pulas.

Adik Giok.

jangan kecil hati.

Aku terpaksa menotokmu, supaya kau jangan turut aku kesana, Sebab kalau benar tidak menemui orang yang dicari, repotlah nanti aku karena kau putus asa.

Kau beristirahatlah sebentar disitu, aku segera akan kembali^ la boleh dikata telah berkata-kata sendirian, karena Seng Giok Cin saat itu sudah tidak sadarkan dirinya, ia sudah pulas karena totokannya tadi.

Ia menghampiri kudanya dan ditambat pada sebuah pohon-Cepat Ho Tiong Jong gerakan kakinya naik keatas gunung.

Sesampainya dipuncak.

benar saja ia dapatkan rumah yang dimaksud.

Ia tampak mencil sendirian, hingga tidak sukar untuk Ho Tiong Jong mencarinya.

setelah berada didepan rumah, ia lalu mengetuk pintunya.

ooOOoo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar