Ilmu Golok Keramat Jilid 08

Jilid 08

KITA ikuti Ho Tiong Jong.

setelah berpisah dengan ie Ya lantas ia lari kegunung Hulcui-san, dari tempat mana ia memandang ia bisa memandang lembah Liu soa kok dipagi hari.

Dibawahnya sinar mata hari pagi tampak padang pasir yang putih mengasih pemandangan yang indah.

Dalam hatinya merasa gelisah memikirkan Kim Hong Jie yang ada kesana, di goa Pek cong-tong tempatnya si kakek aneh yang terkenal ganas dan kejam.

Tiba-tiba ia melihat dua bayangan orang yang naik kuda dikaki gunung sedang menuju ketempat Seng Eng.

Lantas saja Ho Tiong Jong mengenali satu diantaranya ada Seng Giok cin, Dalam hati berpikir, apakah Giok Cin sudah kembali dari sana" Mungkin Hong Jie sudah menemukan ajalnya disana, maka Giok Cin sudah kembali dengan tangan kosong" pikirnya tentu tidak ada gunanya ia lama lama dalam goa kakek aneh itu, karena Kim Hong Jie tokh sudah mati.

Rupa-rupa pikiran saat itu telah mengaduk dalam otaknya si anak muda.

Bayangap nona Kim yang cantik menarik dengan dua sujennya dikedua belah pipinya yang halus botoh memikat hati, membuat Ho Tiong Jong melamun kennasa yang lampau, dimana ia telah menerima banyak budi dari gadis cilik (Hong Jie) itu, selama ia belajar silat dua belas jurus ilmu golok keramat dari engkong nya.

Tanpa disadari dengan pelahan-lahan ia bertindak.

Belum lama ia berjalan, ia mendengar disebelah depan ada orang bicara, cepat-cepat ia menghampiri lalu menyelingkar di balik pohon ketika ia sudah datang dekat kepada orang orang yang bicara tadi, yang bicara tadi, yang ternyata bukan lain daripada Hui Siauw ceng yang mukanya kasar dan kakaknya si Hui Sang Kang bersama-sama dengan nona Lauw Hong In.

Pada saat itu tampak nona Lauw air mukanya muram, yang dikesalkan, apa mungkin ia memikirkan perginya Kim Hong Jie ke-tempatnya si kakek aneh, yang belum diketahui bagaimana nasibnya si nona disana" Terdengar Hui Song Kang berkata, itu putrinya Seng Pocu, Seng Giok cin semalaman suntuk gentayangan tidak berani meneruskan perjalanannya, betul-betul dia bikin kita celaka Hui Siauw ceng mengerutkat alisnya Ya, memang ditempat ini ada sangat berbahaya katanya.

pasir berjalan (Liu soa) yang harus dilewati sangat angker setiap orang yang berjalan diatas pasti menemukan bahaya yang tidak diingini.

semua-mua ada gara garanya co Goan Tiong, nyeletuk Lauw Hong in.

orang she co itu telah membunuh musuh dengan meminjam tangannya lain orang, Betul-betul terkutuk perbuatannya itu.

Hui Siauw ceng tidak berkata apa-apa.

Matanya tampak mengawasi disekitarnya.

Tiba-tiba ia berkata.

Seng Kang, coba keluarkan tambang panjang yang digemblok di punggungmu aku hendak mencoba-coba pasir berjalan ini.

Hui Seng Kang terbelalak matanya mengawasi ayahnya.

Ayah., , 

, katanya gugup, Kau kenapa, tanya sang ayah.

Jangan kita coba-coba menempuh bahaya sendiri Ayah, coba lihat itu gerombolan Seng Pocu, semuanya juga ada membawa tambang, akan tetapi mereka masih belum berani turun tangan Terserah sama mereka, memotong sang ayah dengan mata melotot, mereka mana dapat menandingi ayahmu, Lekas keluarkan jangan banyak rewel " Hong Tiong Jong kini tahu kalau Hui Siauw ceng itu kiranya ada cungcu dari keluarga Hui, pantasan ia ada demikian sombong dan angkuh, pikirnya Hui Seng Kang melihat ayahnya berkeras, ia tidak dapat membantah, dangan apa boleh buat menurunkan tambangnya kira kira tiga puluh tumbak.

Nona Lauw juga menurunkan tambangnya, diberikan pada Hui Seng Kang untuk disambung menjadi lebih panjang, kemudian diberikan pada Hui Siauw ceng.

Lalu diatur gulungan tambang supaya beres untuk dibawa terbang oleh sijago tua.

Tampak Hui Siauw ceng, sambil memegangi ujung lambang yang dibelitkan pada pergelangannya, telah mengerahkan tenaga dalamnya, ia menarik napas dalam-dalam seketika lamanya, tiba-tiba ia enjot tubuhnya melesat seperti anak panah, cepatnya meluncur kira-kira dua puluh tumbak jauhnya.

Adik In ia berkata sukalah kau bantu menolong ayahku jangan sampai dia mengalamkan kecelakaan-.

Belum habis bicaranya, hatinya kaget bukan main ketika mendengar ayahnya berteriak, celaka.

Hai Suuw ceng tampak bergulat dengan pasir, yang hendak menarik masuk ia kedalam.

Tampak ia sudah amblas sehingga pinggangnya.

Bukan main gelisahnya Hui Seng Kang, sambil berteriak supaya nona Lauw bantu turun tangan, ia memegangi kencang-kencang tambang dan coba menarik ayahnya keluar dari dalam pasir yang sudah menelan ia sehingga pinggang.

Nona Lauw juga kelihatan kaget, Ia membantu sungguh sungguh pada Hui Seng Kang dan sebentar lagi tampak tambang tercetar.

Kiranya Hui Siauw ceng dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya dibantu dengan lambang, ia beruntung dapat lolos dari cengkeraman malaikat elmaut.

Hui Seng Kang menarik napas lega melihat ayahnya kini sudah berdiri ditempat yang aman.

Rupanya diatas pasir berjalan itu ada bagian-bagian yang berbahaya dan yang tidak, yang berbahaya ialah yang telah dipasangi alat rahasia oleh si kakek aneh souw Kie Han yang dikendalikan dari dalam goanya, Kini Hui Siauw ceng berdiri dibagian yang tidak berbahaya.

Tidak lama ia sudah enjot tubuhnya dan balik lagi berkumpul dengan anaknya dan nona Lauw.

Dengan air muka masih pucat Hui Siauw ceng berkata.

Aiyaa.

betul-betul berbahaya, Baiknya aku yang mencoba, sehingga dapat menghindarkan diri dari cengkramannya pasir ajaib itu.

Kita sekarang sudah tahu berbahayanya, maka tidak usah kita tergesah-gesah menyeberangi pasir berjalan ini.

Tapi, Hui sickhu, bagaimana baiknya dengan toako Khoe cong yang sudah dua hari lamanya disana" nyeletuk nona Lauw.

Adik Lauw.

Hui Seng Kang menalangi ayahnya menjawab, apa kau tidak lihat bagaimana berbahayanya ayah barusan" Maka kita tidak boleh tergesa-gesa harus kita berunding dulu bagaimana baiknya untuk menolong mereka yang ada disana.

Lauw Hong In bungkam, tapi diam-diam hatinya merasa kurang puas.

Ya, kau tak perlu gelisah.

kata Hui Siauw ceng.

Giok cin yang cerdik tidak berani sembarangan menempuh bahaya, Yang perlu sekarang, sebaiknya kita kesampingkan dahulu kepentingan sendiri harus kita bersatu dalam tujuan hendak menolonGi orang.

Dengan demikian barulah bisa diharap kita dapat mengatasi kesulitan dan usaha kita dapat berjalan dengan amanKemudian, mereka bertiga sambil pasang omong, telah meninggalkan tempat itu.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan Hui Siauw ceng punyai ilmu mengentengi tubuh demikian mahir, sehingga dapat meloloskan diri dari terkamannya pasir ajaib diamdiam mengagumi pada orang tua itu.

Kini melihat mereka sudah meningalkan tempat itu diam-diam mereka berpikir, tapi tidak tahu siapa-siapa diantaranya pentolan-pentolan dari Perserikatan Benteng perkampungan itu yang berani menempuh bahaya terlebih dahulu" Ya, sebaiknya aku mencari tempat sembunyi, supaya mereka tidak mengetahui aku ada disini.

ia lalu meneliti disekitarnya tempat itu.

Tidak jauh dari tempat ia berdiri kelihatan ada satu batu besar ia menghampiri dan ternyata dibawahnya ada sebuah goa.

Aaaa.

ini ada tempat yang aman- pikirnya, maka ia sudah lantas masuk kedalamnya dan disitu ia duduk bersemedi, ia sudah beberapa malam tidak tidur, tidak heran kalau ia sudah kepulasan dan tidur nyenyak.

Tahu-tahu, ketika sinar matahari merah menyoroti tempat itu, membuat ia kaget dan cepat cepat lompat bangun dan keluar dari goa, gunakan ilmu lari cepatnya masuk kedalam rimba yang banyak pepohonannya.

Ia putar otaknya untuk mencari jalan bagaimana ia bisa menyeberangi lembah pasir berjalan itu dengan selamat" Mendadak ia mendapat suatu cara, Lekas ia gunakan goloknya menebang dua cabang pohon yang kokoh, ia bikin dua batang cabang itu macam tongkat ia gunakan sepasang tongkat itu sebagai gantinya pengunjuk jalan untuk mencari bagian-bagian jalanan yang tidak berbahaya.

Perlahan-lahan ia sudah berjalan diatas pasir ternyata ia tidak mendapat halangan apa apa, Hatinya ia semakin besar, maka ia percepat jalannya dan tidak lama kemudian benar saja ia sudah berada disebrang dibawahnya puncak gunuug Si-ban-leng.

Diam-diam ia bersenyum ewa mengingat percobaan yang dilakukan oleh Hui Siauw ceng yang tidak berhasil.

Pikirnya, ia ada lebih pandai menggunakan akal dan sudah bisa sampai dengan selamat ditempat tujuan.

Tapi Ho Tiong Jong tidak tahu, bahwa ia bisa selamat menyebrangi lembah pasir berjalan karena alat rahasianya tidak dikerjakan oleh Souw Kie Han.

Kakek aneh itu pada saat Ho Tiong Jong menyebrangi padang pasir yang angker itu, sedang nyenyaknya tidur, karena terus-terusan dua hari dua malam tidak tidur karena mendapat gangguan dari orang-orangnya Seng Kee Po.

coba kalau sikakek dalam sadar, tentu tidak begitu mudah Ho Tiong Jong dapat melalui padang pasir berjalan itu, kalau tidak sampai ia mengalami celaka karena ditelan oleh pasir seperti kejadian dengan Khoe cong dan kawan-kawannya.

Ho Tiong Jong setelah berdiri sejenak.

mengawasi padang pasir yang ia telah lewati barusan, lantas membuang sepasang tongkat kayunya.

Anak muda itu bukannya takut mati ditelan pasir, ia makanya ingin selamat sampai disebrang, karena hatinya ingin menolongi Kim Hong Jie.

Untuknya, kematian tidak memjadi soal, karena ia tahu ia tokh bakalan mati karena racunnya Tokskay.

ia ingin sebelumnya mati ia dapat menolong dahulu orang yang ia hargakan tinggi kebaikannya.

Dilain saat Ho Tiong Jong sudah naik ke puncak gunung, ia lihat banyak sekali terdapat goa-goa, entah betapa banyaknya ia tidak dapat menghitungnya.

BELUM berapa tombak ia jalan, tiba-tiba ia berhenti disebuah batu besar.

Ketika matanya memeriksa keadaan disitu, ia melihat dibatu besar itu ternyata ada sebuah goa.

orang tidak mudah melihatnya karena kealingan oleh batu besar tadi, Selainnya ini, Ho Tiong Jong dapatkan disana-sini diatas batu-batu ada liurnya dari binatang berbisa yang sudah menjadi kering karena kesorotan matahari.

Hatinya berdebar mengingat kemungkinan Kim Hong Jie sudah binasa menjadi mangsanya binatang berbisa.

Ia lalu berjalan masuk kedalam goa, Ternyata dalam goa itu amat bersih, diatas jalannya hanya kedapatan pasir putih, tidak kedapatan sebutir batupun, Mulut goa besar dan tinggi, dinding sekelilingnya ada dari batu kumala putih, begitupun lantainya hingga tampaknya terang dan resik.

Dilihat keadaannya goa ini seperti juga tempatnya orang yang mengasingkan diri, memang membuat orang merasa betah menempati goa ini, keadaannya tentram dan sunyi, jauh sekali bedanya kalau dibandingkan dengan goa yang barusan Ho Tiong Jong masuki dan bersemadi kepulasan, dalam goa yang terdahulu itu selain tempatnya kecil sempit, juga banyak kutu-kutu dan lain-lain binatang berbisa.

Selagi ia terpesona menyaksikan keadaan dalam goa itu, tiba-tiba hidungnya mengendus bau harum.

Hatinya heran, karena ditempat itu dimana ada tanaman bunga karena tidak ada sebatang rumputpun yang hidup disitu.

Terdorong oleh perasaan kepingin tahu.Ho Tiong Jong telah memasuki goa itu lebih dalam lagi.

Berjalan tidak lama ia menemui sebuah kamar batu yang terang, Keadaannya kosong tidak ada perabotan apa-apa, ia hanya melihat ada satu pot bunga besar yang digantung setinggi lima kaki pada dinding kamar.

Ketika diperiksa dalampot itu ada ditanami bunga degan pasir sebagai tanahnya, Tampak bunga itu hidup subur dan menyiarkan bau harum sebagaimana yang dapat diendus olehnya tadi Pot itu berbentuk patkwa delapan persegi makin didekati harumnya bunga makin keras hingga Ho Tiong Jong tidak tahan dan keluar dari kamar itu.

Tidak jauh dari kamar tersebut ada kamar pula, Kamar-kamar batu itu dibangun dengan indahnya dan seperti ada mengandung rahasia.

Ho Tiong Jong penasaran lalu keluar goa lagi, dimulut goa ada pintu bikinan alam yang kokoh kuat, Depan mulut goa tanahnya berpasir halus dan empuk ketika ia coba coba berjalan diatasnya, pikirannya didalam goa itu pasti ada penghuninya yang tinggi ilmunya.

Apakah ia ada kakek Souw Kie Han yang dimaksudnya.

Dengan menemui kakek itu, pikirnya, ia akan dapat tahu perihal keadaannya Kim Hong Jie apakah si nona masih dalam selamat atau sudah binasa diantuk binatang beracun yang banyak berkeliaran disitu" Memikir kesitu, lantas Ho Tiong Jong putar lagi badannya memasuki pula goa tadi, Dengan goloknya ia ketok ketok disekitar dinding, seolah-olah ia ada mencari alat rahasianya.

Tapi ia tidak mendapatkan apa apa selamanya suara membalik dari ketokan goloknya itu berbunyi mengaung.

Ia masih panasaran, lalu masuk kedalam kamar tadi yang ada pot bunganya.

Setelah memeriksa disekitar kamar tidak ada apa apa yang mencurigakan tangannya iseng sadah mendorong dorong pot berbentuk patkwa itu kekiri, sedikitpun tidak bergerak akan tetapi ketika didorong kekanan mendadak ia mendengar suara berkelelek danpot itu menggeser tiga dim.

Aaaa ini tentu kuncinya untuk masuk kekamar rahasia pikirnya.

Ia lalu yang menggoyang goyangkan pot itu, segera terdengar seperti suara terbukanya pintu.

Benar saja Ho Tiong Jong lihat pada dinding kamar batu itu ada terbuka sebuah pintu.

Ho Tiong Jong menjadi girang lalu ia memasuki pintu tadi, kiranya disitu juga ada sebuah kamar.

Tapi kamar disitu beda dari yang sudah sudah karena terlihatlah diperlengkapi dengan perabotan yang indah-indah seperti meja kursi dan tempat tidur.

Batu kumala putih yang melapis dinding dan lantai tampak berkilat terang, hingga keadaan disini ada lebih terang dari kamar lainnya.

Diatas pembaringan Ho Tiong Jong lihat ada satu kakek kurus kering sedang bersemedi.

cepat-cepat Ho Tiong Jong mendekati dan menjura memberi hormat, katanya.

Harap cianpwee suka memaafkan Boan-pwee yang sudah lancang masuk kedalam tempat istirahat cianpwee disini karena tidak mengetahui kalau dalam kamar ini ada penghuninya.

Ho Tiong Jong beberapa saat menanti jawaban, tapi tidak juga ia mendengar suara si kakek yang bersender didinding batu.

Harap cianpwee suka memberi maaf, supaya boanpwee meninggalkan ruangan ini dengan lega.

demikian Ho Tiong Jong berkata pula.

Tapi lama ditunggu, jaga tidak mendengar orang tua itu membawa suara.

Diam-diam anak muda itu mendongkol dalam hatinya, kenapa pikirnya sombong benar orang tua itu, ia sudah merendah sampai begitu rupa, akan tetapi dianggap sepi saja seolah-olah suaranya itu tak dapat didengar.

Kini Ho Tiong Jong membuka matanya lebih lebar mengawasi kepada orang tua itu, hatinya tiba-tiba bercekat, Dengan pelahan-lahan ia menghampiri lebih dekat dan ketika diteliti, kiranya orang tua itu sudah menjadi mayat, pantasan tidak menjawab omongannya tadi.

Entah sudah beberapa lama kakek ini sudah menjadi mayat, keadaannya masih tetap seperti orang hidup yang sedang bersemedi Tangannya tampak sedang memegangi patung kecil ditempelkan pada dadanya, agaknya seperti yang sangat menyayangi benda itu.

Ho Tiong Jong iseng tangannya lalu mengambil patung itu dan dilihatnya.

Astaga.

patung itu bagus sekali, di buat dari bahan batu kumala putih.

Patung itu merupakan bentuk badan wanita yang sempurna, kecantikannya yang luar biasa, hingga Ho Tiong Jong terpesona dan tangannya menggetar memegangnya.

Saat itu lantas berbayang air muka cantik jelita dari dua nona didepan matanya, Mereka itu bukan lain dari Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie, Ho Tiong Jong seperti juga sedang membanding-bandingkan keelokannya dua nona itu dengan patung yang ada ditangannya.

Lama dia dalam keadaan demikian, tiba tiba terdengar ia menghela napas dan berkata pada diri nya sendiri.

Ya masing-masing ada membawa kecantikkannya sendiri, siapa lebih unggul sukar ditentukan, Giok Cin dan Hong Jie kelihatannya ada menaruh hati padaku, tapi.

ah sayang aku seorang miskin, mana pantas aku menjadi pasangannya.

Ho Tiong Jong jadi ngelamun.

Dewi asmara agaknya mulai mengadu biru dalam hatinya yang masih kosong.

Tapi sang Dewi tak berhasil mendobrak hatinya, karena adanya pikiran rendah diri, bahwa ia bukan pasangannya dari nona-nona tingkatan atas itu.

Dekat pembaringan itu terdapat satu meja kecil, diatasnya Ho Tiong Jong lihat ada batu kumala yang warnanya kemerah-merahan, hatinya tertarik dan lalu memegangnya, tiba tiba ia rasakan hawa hangat nyelusup masuk keseluruh badannya keluar dari batu tadi.

Hatinya sangat heran, ia tidak tahu itulah ada batu kumala api(Hwee-giok) yang menjadi benda buruan dari tiga pemuda Khoe-cong, Kong Soe Tek dan in Kie seng datang ketempatnya si kakek Souw Kie IHan yalah benda yang akan dihadiahkan kepada Kim Hong Jie.

 Ketarik oleh keajaibannya batu kumala api itu, tanpa merasa, ia sudah bakal main ditelapakan tangannya, kemudian dimasukkan kedalam sakunya.

Kemudian ia memandang lagi patung wanita cantik tadi, ketika diteliti kiranya pada patung itu ada ukiran tulisan yang berbunyi.

cay in sudah pulang kealam baka, tak dapat hidup kembali.

Hatiku menjadi kosong oleh karenanya, dunia yang luas bagaikan menjadi sempit.

Tidak ada kebahagiaan lagi dalam dunia, maka aku menyusul dia ketempat baka.

catatan CIE KENG.

Ho Tiong Jong berdiri bengong setelah membaca ukiran tulisan tersebut.

Pikirnya, orang tua itu bernama cie Keng yang membuat patung wanita cantik bernama cay in.

ia membuat itu sebagai kenangan akan istrinya yang sangat dicintainya itu yang mendahului ia pulang kealam baka.

Kebahagiaan hidup karenanya menjadi musnah dan hidupnya cie Keng selanjutnya menjadi tidak ada artinya, Akhirnya ia mengambil putusan untuk menyusul sang istri ketempat baka.

Kesian.

Ya cie lopek., , 

terdengar Ho Tiong Jong berkata sendirian, kau masih beruntung boleh dikata, karena kau sudah mengalami masa kebahagiaan hidup dan mengenangkan orang yang dicintai, tapi seperti aku.

aku bernasib buruk.

Hanya bahaya kematian saja yang dihadapi olehku sepanjang hidupku.

Terlunta-lunta hidupku, dimana dan siapa orang tuaku, aku juga tidak tahu.

Setelah berkata kata demikian tampak wajahnya muram ia sangat berduka.

Dengan sangat hati-hati ia telah taruh lagi patung batu kumala tadi ditempat asalnya itulah benda miliknya si kakek, tak dapat dibawa dari situ.

Kemudian setelah mereda dari dukanya, Ho Tiong Jong keluar dari goa itu setelah terlebih dahulu menutup kembali kamar batu rahasia itu sebagaimana asalnya.

Ia berjalan dengan tundukan kepala.

Belum lama kakinya bertindak.

tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya, ia menjadi celingukan mencari dari mana datangnya suara itu.

Tiong Jong kembali ia mendengar orang memanggil Suaranya merdu halus, tapi seperti mengandung sedih, tidak heran kalau Ho Tiong Jong menjadi tidak sabaran.

Pikirnya tentu wanita itu dalam keadaan sulit makanya suaranya ada demikian sedih.

Tapi siapakah dia" Sebab yang mengetahui bahwa dirinya sudah hidup kembali hanya seng Giok Cin dan Li lo-sat Ie Ya.

Ketika untuk kesekian kalinya suara memanggil tadi terdengar, Ho Tiong Jong berteriak Hei, kau ini siapa dan dimana adanya" Apakah kau ada encie Ie " oh, bukan, aku she Kim.

jawab suara tadi.

Hatinya Ho Tiong Jong terkejut tapi dibarengi oleh rasa girang, sebab orang itu tentu tidak lain daripada Kim Hong Jie adanya.

Saat itu seperti keluar dari tumpukan batu, maka cepat cepat ia menghampiri tempat itu.

Memang benar keluarnya dari sini, orang tidak tahu bahwa disini terdapat sebuah goa karena kealingan oleh tumpukan batu yang tinggi.

Betul saja tampak nona Kim yang elok sedang berdiri mengawasi kepadanya dengan bersenyum, memperlihatkan sepasang sujen-nya yang memikat.

Ho Tiong Jong buru buru menghampiri dan sambil mencekal tangan si nona yang halus ia berkata.

oh, Tuhan, terima kasih.

terima kasih, akhirnya aku dapat menemukan kau juga disini, adik Hong.

Engko Jong hanya ini saja yang meluncur dari mulutnya sigadis yang mungil saking terharunya dapat bertemu pula dengan pemuda pujaannya itu.

Adik Hong, kau.

Belum usai bicaranya, telah dipotong oleh Kim Hong Jie.

Engko Jong, barusan kau menyebut namanya encie Ie Ya, apakah sebenarnya memang kau datang kesini hendak mencari padanya " Si nona menanya dengan sungguh, agaknya seperti yang menaruh cemburu.

Ho Tiong Jong bingung, tak dapat memberi jawaban lantas.

Adik Hong, nanti aku akan menceritakan duduknya.

Yang penting sebaiknya aku lekas lekas menolong dirimu keluar dan tempat ini, apa memangnya kau betah tinggal terus-terusan disini" Kim Hong Jie deliki matanya yang jeli sambil mesem.

Hmm., ,siapa kesudian tinggal terus disini.

Tapi kau lihat, apa aku bisa pergi begitu saja" kata sinona sambil perlihatkan tangan kirinya yang dirantai dengan rantai halus dan dicancang menembus ke dinding goa.

Ho Tiong Jong terkejut melihatnya.

Ah, adik Hong, bagaimana kau bisa diperlukan begini rupa " Tapi jangan kuatir, aku nanti putuskan rantai sekecil itu.

Berbareng ia coba gunakan dua tangannya dan mengerahkan tangannya untuk memutuskan rantai kecil ini, tapi tidak berhasil biar bagaimana Ho Tiong Jong berdagingan juga, ia jadi penasaran lalu mencabut goloknya dengan senjata ini ia mencoba membacok putus, tapi hasilnya serupa saja tidak bisa putus.

Masin penasaran, anak muda itu lalu pakai batu sebagai tatakan untuk membacok pitus rantai itu, tapi juga tidak berhasil, Ho Tiong Jong bukan main herannya, entah dengan bahan apa rantai yang demikian halusnya itu dibikin sehingga tidak dapat diputuskan oleh tenaga manusia dan bacokannya golok" Kim Hong Jie melihat Ho Tiong Jong menjadi kebingungan, lantas berkata.

Engko Jong, sebaiknya kita bercakap-cakap saja, jangan menghiraukan rantai yang mengikat tanganku ini.

Habis apa kau mau terus-terusan dirantai begini saja" menyelak Ho Tiong Jong.

Si nona bersenyum getir, Engko Jong, kita sudah lima tahun lamanya berpisah dan tidak bercakap-cakap.

selama tempo itu tentu kau ada mengalamkan banyak kejadian dalam perjalanan hidupmu, maka sukalah kau memberitahukan padaku" Ho Tiong Jong geleng-geleng kepalanya Adik Hong, katanya, sejak kita btrpisahan aku lantas bekerja dalam perusahaan piauw kiok, Dalam masa ini, kalau aku ceritakan benar benar aku merasa sedih, Tapi, ah, bagaimana dengan adik Hong sendiri" Kim Hong Jie bersenyum, sepasang sujen nya memain menarik hati.

Engko Jong, aku ingin menanyakan kau satu perkara.

Urusan apa, kau tanyalah, menyelak si pemuda.

Kau keluar masuk di Seng Kee Po, apakah untuk pertama kalinya kau melihat aku lagi, apakah kau kenali itu gadis cilik yang menangis dipinggir sawah karena bonekanya kecemplung" tanya si gadis sambil tersenyum manis.

Ho Tiong Jong tertegun.

ia tidak pernah menyangka si nona akan majukan pertanyaan ini, setelah saling pandang sejenak dengan penuh kenangan lama si pemuda menjawab.

Adik Hong, masa aku sampai tak dapat mengenal kau si nakal.

Engko Jong, kau kau.

si gadis nyeletuk sambil menyubit tangannya si pemuda.

Aduh.

teriak Ho Tiong Jong pura-pura kesakitan sambil mengusap-usap tangan yang kena cubitan halus dari si jelita.

Sakit" Hmmm.

sekali lagi kau berani mengatakan si nakal, aku cubit lebih keras lagi dari barusan, sipengancam dengan wajah agak cemberut.

Ho Tiong Jong ketawa, ia mengawasi si cantik dengan sorot mata lain daripada lima tahun berselang, diwaktu Kim Hong Jie masih anak-anak umur dua belas tahun.

Kini pandangannya penuh dengan rasa mesra dari seorang pemuda terhadap seorang gadis pujaannya, dahulu hanya merupakan pandangan kasih sayang dari seorang kakak terhadap adiknya saja.

Si gadis bukannya tidak tahu perobahan ini, maka dari cemberut tadi wajahnya sudah lantas berubah bersenyum-senyum yang bikin orang melamun.

Keduanya saling pandang, keduanya saling untuk menyatakan isi hatinya.

adik Hong.

Ho Tiong Jong memecahkan.

Engko Jong., , 

jawab sigadis pelahan.

Kembali sunyi, dan pasang mata saling pandang dengan penuh arti.

Adik Hong.

kata si pemuda, cubitanmu jauh bedanya dengan dahulu.

Dulu bagaimana dan sekarang bagaimana.

Dahulu kasar dan sakit.

sekarang" Halus seperti yang dielus.

Kim Hong Jie tundukkan kepalanya, wajahnya kemerahmerahan.

Memang ia sendiri tahu, bahwa cubitannya Engko Jong dahulu dan sekarang jauh bedanya.

Dahulu sebagai anak nakal ia mencubit betul-betul, tapi sekarang setelah dewasa dan memandang Ho Tiong Jong sebagai pemuda pujaannya, cubitannya halus seolaholah bergurau mengenangkan masa yang lampau.

Suatu cubitan yang menimbulkan kenangan lama.

Si pemuda berdiri bengong dengan penuh lamunannya.

Lama mereka terbenam dalam masing-masing lamunannya.

Ho Tiong Jong baru sadar ketika Hong Jie perlihatkan sujennya yang memain dan matanya mengerling kepadanya.

Engko Jong kau masih belum meneruskan ceritamu mengenai aku.

si gadis berkata pelahan.

 Adik Hong, jawab sipemuda ketika pertama kali kau diSeng-Kee Po, aku merasa berat untuk menegur kau karena aku merasa bahwa diriku seorang lantang lantung yang tidak berguna, mana adik Hong mau mengenalinya lagi" Engko Jong., , 

nyeletuk si gadis.

Ho Tiong Jong tersenyum getir, Adik Hong memang aku keliru, sebab ternyata kau ada seorang nona yang berhati mulia, kau sudah menolong membuka totokan pada jalan darahku dan memberikan sebuah kikir untuk aku mengikir putus rantai, yang membelenggu diriku, oh, sungguh mulia hatimu semoga Tuhan memberkahimu selamanya.

Engko Jong, jangan berkata begitu.

Maka, adik Hong.

Kata pula Ho Tiong Jong, ketika aku mendengar kau dalam bahaya, dengan melupakan diri sendiri yang berkepandaian rendah, sudah lantas datang kesini dengan penuh pengharapan dapat menolong dirimu.

oh.

kau baik sekali Engko Jong, Tapi kenapa mula-mula kau menyebut enci le" Adik Hong, kaujangan salah mengerti.

Aku sebenarnya dianggap sudah mati oleh semua orang di Seng Kee Po, kecuali adik Giok dan enci le yang mengetahui bahwa aku sebelumnya belum mati, Maka selainnya mereka berdua, tentu siapa lagi yang mengenali padaku" oh, begitu" Maaf untuk pertanyaanku yang tidak beralasan, Engko Jong" Keduanya bersenyum mesra.

Kim Hong Jie yang sangat kegirangan.

Pikirnya, pemuda pujaannya ini benar-benar datang kesini dengan menerjang bahaya adalah untuk menolong dirinya, bukan untuk menolong orang lain, Dasar hatinya saja yang penuh cemburu, membuat barusan berulang kali ia kepingin diterangkan kenapa si pemuda menyebut enci le bukannya adik Hong" Kini ia sudah dapat penjelasan.

Cintanya terhadap pemuda pujaannya itu sudah semakin tebal saja.

Tapi adik Hong, bagaimana sekarang baik nya" tiba-tiba Ho tiong Jong berkata.

Urusan apa" tanya si nona kaget.

Dirimu, bagaimana dapat lolos dari rantai yang ulet itu" siapa sebenarnya yang telah merantai kau, adik Hong" Kim Hong Jie menghela napas, Sudah tentu bukan lain dari tua bangka itu yang merantaiku.

Tua bangka yang mana" Julukannya si Kakek Aneh dan namanya Siaw Kie Han, suhengnya Kong Yat Sin si Dewa obat, Dia sangat hebat ilmu kepandaiannya, ayahku dengan kawan kawannya tak sanggup menghadapinya.

Kini umurnya sudah hampir satu abad, tapi masih kuat dan sehat badannya, ia sangat kejam, siapa yang melanggar daerahnya akan mendapat hukuman dari padanya.

Begitulah, aku yang lancang melanggar daerahnya telah mendapat ini perlakuansi nona yang unjukkan tangannya yang dirantai.

Adik Hong, dimana adanya dia" Aku ingin menemuinya untuk minta maaf supaya kau dapat dimerdekakan dan kembali dapat berkumpul dengan ayahmu.

Kim Hong Jie terharu mendengar kata-katanya Ho Tiong Jong.

Engko Jong, dia ada di.

ooOOoo

 NONA KIM belum lampias bicaranya, tiba tiba berhenti karena mendengar suara orang berdehem dan ia kenali itulah ada suaranya kakek aneh yang tenaga dalamnya sangat hebat.

Tunggu, aku lihat siapa diluar, kata Hong Tiong Jong, sambil bertindak keluar goa.

Sampai diluar ia celingukan mencari orang yang berdehem tadi.

Tiba-tiba dari balik batu besar tampak muncul seorang tindakannya gesit dan semangatnya bagus, Ho Tiong Jong yang melihat nya lantas sudah dapat menebak siapa oiang tua itumaka ia lantas menjura memberi hormat katanya.

cianpwee, bolehkah boanpwee menumpang tanya apakah boanpwee berhadapan dengan cianpwee Sauw Kie Han" Orang tua itu tidak menyahut, hanya anggukan kepalanya.

Bagus, kata pula Ho Tiong Jong, tempat disini ada begitu luas, sukar kalau boa npwee sengaja mencari pada cianpwee.

Kebetulan boanpwee ketemu cianpwee disini.

Siapa kau.

tanya orang tua itu kasar.

Kan mencari lohu untuk apa" Dan kau masuk golongan mana.

Maafkan boanpwee berlaku berani, Boenpwee mencari cianpwee maksudnya hendak minta pertolongan supaya nona Kim Hong Jie yang dirantai oleh cianpwee dapat diberi kebebasan, karena dia dengan boanpwee ada hubungan dekat.

Hmm.

Bebaskan dia" Kau harus tahu, lohu disini sudah sepuluh tahun lebih telah mengadakan peraturan, barang siapa yang berani menginjak daerah lohu, bisa masuk tidak bisa keluar lagi, siapakah kau" Boanpwee bernama Ho Tiong Jong, tidak punya suhu.

Mohon belas kasihan cianpwee supaya nona Kim dibebaskan.

orang tua itu ketawa aneh.

Lohu sudah tidak lantas ambil tindakan untuk kelancanganmu datang kemari sudah kelewat bagus, sekarang kau minta kebebasan tawanan lohu, betul betul lucu.

orang tua itu berkata dengan sifat mengejek memandang rendah kepada pemuda dihadapannya, sehingga Ho Tiong Jong yang melihatnya menjadi hilang sabar.

cianpwee, andai kata gunung ini sudah menjadi cianpwee, seharusnya disuatu tempat yang tertentu diberi pengumuman tidak boleh melanggar wilayah cianpwee, baru orang mengerti.

Meskipun begitu kalau sekiranya ada orang yang kesasar masuk.

rasanya masih dapat pembebasan dan tidak mendapat hukuman mati, bukan " Souw Kie Han tidak menjawab mendengar perkataannya Ho Tiong Jong yang beralasan, Selainnya itu, juga lidahnya sudah mulai kaku, karena sudah puluhan tahun ia mengasingkan diri dipuncak Si-ban-leng belum pernah ia ketemu orang dan bercakapan-Akhirnya sikakek menjadi uring-uringan.

Bocah.

kata sikakek, lohu tidak perlu dengan peraturanmu, yang lohu tetapkan, barang siapa yang berani masuk kedaerahku ini bisa masuk tak bisa keluar lagi, habis perkara.

Ia bicara dengan satu serangan hebat pada Ho Tiong Jong, Itulah serangan dengan telapakan tangan, Ho Tiong Jong tak takut, ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menangkis.

Dua kekuatan tenaga dalam segera saling bentur dengan mengeluarkan tenaga keras.

Si kakek bergoyang-goyang badannya, sedang Ho Tiong Jong terdorong mundur dua tindak.

 Ho Tiong Jong kaget bukan main, ia tak pernah menyangka bahwa serangan si kakek ada demikian dahsyat.

Dila in pihak, si kakek juga merasa gegetun menyaksikan kekuatan tenaga dalam Ho Tiong Jong.

Meskipun masih demikian muda, tapi sudah termasuk golongan kelas satu tenaga dalamnya.

Si kakek lantas menyerang lagi, tapi Ho Tiong Jong kali ini tidak mau menyambuti keras lawan keras, karena barusan sudah tahu sampai dimana kekuatannya sikakek.

ia menggunakan tenaga lunak untuk melayaninya dan menyimpan tenaga pada siku lengannya menanti kesempatan baik lantas dapat digunakan.

Si kakek tahu maksudnya Ho Tiong Jong maka ia lantas tarik pulang serangan telapakan tangannya dan diganti dengan serangan lengan baju, ia mengebutkan lengan bajunya yang gerombonganpergi datang, tapi Ho Tiong Jong masih dapat mengelakan dirinya dari bahaya.

Tiba-tiba dari kebutan lengan ba Ju Itu, Ho Tiong Jong dapat mengendus bau amis.

Hatinya bercekat, maka ia lantas menghunus goloknya untuk melayani.

Si kakek tawa gelak-gelak melihat Ho Tiong Jong menghunus goloknya.

Hai bocah bentaknya Kau mengeluarkan golok Lam tian to dari keluarga Seng bisa berbuat apa terhadap lohu" Ha ha ha.

terus ia melancarkan serangan dengan lengan bajunya yang ampuh.

Dua lengan baju berseleweran, kelihatannya bagus sekali seperti juga si kakek sedang menari-nari tapi sebenarnya ia sedang mencecar Ho Tiong Jong dengan serangan-serangan yang mengarah jalan darah yang berbahaya sekali.

Satu kali Tiong Jong hampir kena disapu mukanya oleh lengan bajunya Souw Kie Han, tapi ia sudah dapat menyingkirkan diri dengan melompat mundur.

Kemudian dengar tertawa dingin ia berkata.

Hei, kakek, ada apa itu didalam lengan bajumu" Kau dengan menyembunyikan senjata gelap dalam lengan baju untuk mencelakai musuh, apakah itu terhitung seorang gagah dalam kalangan Kang ouw" Souw Kie Han terkejut mendengar tegurannya Ho Tiong Jong.

Diam-diam dalam hatinya berpikir, kenapa penuda ini mendapat tahu bahwa dalam lengan bajunya ada tersembunyi senjata rahasia" Pertandingan dihentikan sebentar.

Bocah, kata si kakek, sedari dahulu lohu bertempur menggunakan telapakan tangan dan sepasang lengan bajuku yang di namai Lengan Baju Besi dengan dua senjata lohu sudah malang melintang dikalangan Kang ouw.

Belakangan lohu dapat melatih ular kecil yang cerdik sebagai senjata rahasia yang disembunyikan didalam lengan baju.

Ular ini dapat ditenangkan dan menggigit musuh.

Banyak pendekar ulung yang telah mati dibawah senjata rahasia lohu ini.

Tiap-tiap orang yang sudah mengetahui senjata lohu, harus menemukan kematiannya, Nah, sekarang lohu mau tanya, dari sebab apakan bisa mengetahui bahwa didalam lengan baju lohu ada menyimpan senjata rahasia" Ho Tiong Jong mengetahui rahasia itu, karena dahulu ia ketika diserang oleh Tokkay (si pengemis beracun) ada mengendus bau amis semacam itu.

Pikirnya, kalau ia berterus terang kepada si kakek, nanti si kakek akan mencari segala daya akan menyingkirkan jiwanya, maka ia sudah menjawab dengan singkat saja.

Aaaaa,,., hal itu tidak heran, Sebab siapapun tentu akan dapat menebaknya perbuatanmu itu.

Soaw Kie Han marah tidak mendapat jawaban yang semestinya, maka ia mulai segera menyerang lagi dengan lengan bajunya yang mempunyai banyak perubahan serangan, Ho Tiong Jong setelah membentak lalu memainkan goloknya untuk melayaninya.

Pemuda itu telah mainkan ilmu golok keramatnya dengan bagus sekali, hingga serangan sikakek tidak dapat menembusi benteng pembelaannya.

Diam-diam si kakek merasa amat heran bertanding dengan Ho Tiong Jong tak dapat menjatuhkannya.

Souw Kie Han lantas merubah serangannya, ia mendesak lebih rapih dan gencar, sementara itu juga telah memainkan ilmu goloknya sampai dua belas jurus, ia tidak bisa meneruskan jurus ketiga belas dan selanjutnya.

Melihat ilmu goloknya si pemuda hanya sampai dua belas jurus saja, maka Souw Kie Han sudah menggunakan kesempatan si pemuda sedang kebingungan ia menyerang dengan baju besinya dan sebentar lagi sudah dapat menggulung goloknya Ho Tiong Jong yang terus dilontarkannya ketengah udara.

Berbareng saat itu ular kecil yang tersimpan dalam lengan bajunya ditenangkan Ho Tiong Jong takut dengan ular kecil itu, maka ia sudah menjaga-jaga jangan sampai kena gigit, justru karena itu ia jadi lengah, tiba-tiba dirasakan tubuhnya lemas karena jalan darahnya yang penting sudah kena dibacok oleh si kakek tua aneh.

Souw Kie Han tertawa terkekeh-kekeh setelah membuat Ho Tiong Jong tidak berdaya, Hei bocah, kau sekarang baru merasakan lihaynya lohu.

Bagaimana, apa masih mau melawan lagi" Ho Tiong Jong tertawa dingin.

Ha ha ha.

ada lihaynya apa sih" Kau menggigit aku, Kalau aku mengerutkan alis sedikit saja karena takut, kau jangan panggil aku Ho Tiong Jong sebagai satu laki-laki sejati Souw Kie Han mengangkat ular kecilnya ditodongkan kemukanya Ho Tiong Jong sambil berkata.

Hmm kau dengan berkata begitu tentu tidak takut mati, bukan" Selama hidupku, belum pernah mengingkari hukum Tuhan, kenapa aku harus takut mati.

Kau boleh suruh ularmu yang beracun itu untuk menggigit aku.

Si kakek sebenarnya menghendaki Ho Tiong Jong, dengan mudah saja ia melontarkan ularnya kemuka si pemuda dan pasti mukanya Ho Tiong Jong akan digigitnya.

Racunnya akan masuk mengikuti peredaran darah dalam tubuh Ho Tiong Jong dan tidak lama kemudian ia bisa mati konyol.

Tapi si kakek rupanya tidak mengingini-jiwanya itu.

Ia seperti merasa sayang atas ketabahan hatinya menghadapi kematian, ia telah menarik pulang ular kecilnya dan dimasukan pula kedalam lengan bajunya kemudian berkata, Kau karena itu nona kecil, makanya kau menjadi nekad begini.

sekarang begini saja lohu tidak mau melepaskan nona itu, tapi kau lohu beri ampun.

Nah lekas kau pergi dari sini.

Lekas, jangan sampai lohu berubah pikiran lagi Tapi mana Ho Tiong Jong mau mengerti ia pergi dari situ tanpa Kim Hong Jie.

Maksud kedatangannya justru hendak menolongi Kim Hong Jie, maka ia lantas berkata pada si kakek.

cianpwee, aku tidak bisa berlalu dari sini tanpa ikut sertanya nona Kim.

Aku berjanji setelah aku dengan nona Kim lepas dari sini, akan bersumpah tidak berani menginjak pula daerah ini, Cianpwe bisa meliwatkan hidupmu dengan tenang dan tentram.

Kau tidak dengar lohu barusan bilang " Kau boleh berlalu dari sini, tapi si nona lohu tahan- kata si kakek dengan muka kurang senang.

Ho Tiong Jong terus membandel.

ia mengijeng macam anak kecil, minta supaya Kim Hong Jie dibebaskan.

Hal mana membuat Souw Kie Han pusing dan menjadi marah.

Bocah katanya, Kalau kau terus-terusan mengganggu lohu, jangan menyesal kalau lohu tidak akan ijinkan pula kau pergi dari sini.

Ho Tiong Jong ketawa getir.

pikirnya, jiwanya hanya hidup tinggal semalaman lagi, apanya yang ditakuti, maka ia lantas berkata dengan suara mantap.

cianpwee, kau boleh tak usah melepaskan aku, asal nona Kim kau merdekakan.

Betul" Ya.

Kau tidak menyesal" Aku Ho Tiong Jong sebagai satu laki-laki sejati, sekali mengucapkan perkataan tidak akan menjadi menyesal" Baik, kau keluarkan tanganmu.

Ho Tiong Jong tidak sampai diminta dua kali, sudah lantas menyodorkan sepasang tangannya, Tampak si kakek telah mengeluarkan jarum perak yang ujungnya sangat tajam dan berwarna hitam, kemudian pegang tangan kirinya si pemuda dan menusukkan jarum peraknya pada bagian jalan darah yang penting.

Setelah melakukan itu lalu berkata, Ya, sekarang kau boleh pergi.

Kau sudah kena bisa dari jarum pencabut Rokh jiwamu hanya tahan dua belas jam saja, sekarang lohu dapat melepaskan nona itu.

Tapi kau harus berjanji, kau tidak boleh membocorkan rahasia lohu ini pada siapa juga, kau paham" Ho Tiong Jong dengan tabah anggukkan kepalanya.

Ia terus mengikuti Souw Kie Han ketempatnya Hong Jie.

Si nona ketika melihat pemuda pujaannya berhasil mengudang Souw Kie Han diamdiam dalam hatinya memuji kepandaiannya Ho Tiong Jong.

Bukan main girangnya, tampak ia berseyum-senyum hingga sujennya memain memikat hati.

Engko Jong, kau.

hanya ini yang meluncur dari mulutnya yang mungil, matanya mengerling menusuk hati Ho Tiong Jong.

Hatinya pemuda itu berdebaran ia mengerti si nona, kegirangan dan ia tahu si gadis mencintai dirinya sangat besar, tapi entah kapan ia memikirkan nasib hidupnya hanya tinggal semalaman lagi, tiba-tiba rasa cemas dan sedih mengaduk dalam hatinya dan ia sudah kepingin menangis seketika itu juga.

Ketika si pemuda datang dekat, tangannya si nona yang halus memegang tangannya dengan mesra, Buat sekian kalinya ia mendengar si gadis berkata.

Engko Jong, kau.

Adik Hong, aku beruntung dapat mengundang Souw cianpwee untuk membebaskan kau d rantai dan kau selanjutnya akan bebas.

kata Ho Tiong Jong dengan paksakan wajahnya ketawa gembira.

Engko Jong, kau baik sekali.

jawab si gadis kegirangan sementara itu Souw Kie Hao sudah mendekatinya rantai halus yang tidak mempan senjata golok oleh sikakek hanya dijepit dengan dua jarinya saja sudah putus, seperti juga yang kena digunting.

Hebat ilmu kepandaiannya si kakek.

keduanya yang menyaksikan itu menjadi saling pandang dan diam-diam dalam hati masing-masing pada memuji si kakek.

Tanpa berkata apa-apa si kakek telah berdiri tidak jauh dari mereka berdua.

Kim Hong Jie kini sudah bebas, ia tidak perdulikan si kakek, hanya ia lantas menyekal tangannya Ho Tiong Jong, sambil menatap wajahnya sipemuda yang tampan, Kim Hong Jie telah menanya.

Engko Jong, cara bagaimana sampai dia mau melepaskan aku".

Ho Tiong Jong paksa bersenyum, Adik Hong, hal ini baik belakangan saja aku ceritakan padamu, sekarang yang paling perlu, lekas-lekas kau menyingkir dari sini.

Mari kita sama sama pergi, mengajak si gadis.

Kau pergi lebih dahulu, aku masih ada urusan sedikit dengan Soaw Locianpwee.

Kim Hong Jie heran, ia menatap wajahnya sipemuda yang sedang tersenyum kepadanya tapi bagaimana juga senyumannya itu seperti tak sewajarnya, maka Kim Hong Jie lalu menanya.

Engko Jong, kalau kau tidak mau pergi aku juga tidak akan meninggalkan tempat ini, Dari sebab apa, maka kau tidak mau pergi bersama-sama" Hei, bocah menyelak Souw Kie Hong dengan keras, Lekas kau pergi dari sini, aku sudah bagi kau kebebasan apa kau tidak puas" Nona Kim ada satu gadis yang cerdik, setelah dia menatap wajahnya si kakek dan Ho Tiong Jong bergantian lantas ia dapat menebak bahwa keadaan tidak sewajarnya maka dengan gemas ia berkata pada Souw Kie Han.

Kakek jahat, sekali nonamu bilang tidak mau pergi tetap tidak akan pergi, aku mau lihat kau bisa berbuat apa., , 

Souw Kie Han perdengarkan ketawanya yang aneh, ia tidak meladeni Kim Hong Jie yang nyerocos bicara, ia ngeloyor dan sebentar saja sudah tidak kelihatan mata hidungnya.

Kim Hong Jie hatinya sangat tidak enak, dengan air mata mengembeng, ia berkata pada pemuda pujaan hatinya^ Engko Jong, kau jangan sanggupi permintaannya, Ayo, mari kita lekas meninggalkan tempat ini.

Tidak menunggu nona Kim meneruskan perkataannya, Ho Tiong Jong telah menyelak, katanya, Adik Hong, memang aku tidak omong sejujurnya padamu, Tapi., , 

ah, untuk apa kau mengambil sikap demikian terhadap si kakek" jiwaku tidak berharga.

Kim Hong Jie kaget, Haa.

kau tentu telah mengikat janji dengan kakek jahat itu.

Baik, aku akan berhitungan dengannya.

ia tutup katanya itu dan lari memburu si kakek keluar goa.

Tapi Ho Tiong Jong dengan cepat mencegah Adik Hong, kaujangan begini kasar.

katanya, sambil menyekal lengannya si nona, Si nona menangis dihalangi maksudnya.

Adik Hong, kau harus berpikir dengan tenang.

Kau ada seorang cerdik, mudah sekali kau dapat menarik kesimpulan bahwa kekuatan sendiri bukan tandingannya si kakek.

Jangan lagi kau hanya seorang diri meskipun dikerubuti bersama akupun, masih bukan lawannya pula.

Tidak apa, biarlah aku yang menanggungnya, asal kau dapat pulang kemerdekaanmu dan kembali kerumah dengan selamat aku sudah merasa puas.

Si nona menangis sesenggukan.

Engko Jong., , 

gunaku kau sudah berkorban ini betul betul hatiku tidak mengasih.

Kau tidak ada, apa artinya hidupku oh Engko Jong, kau.

Nona Kim menangis makin sedih, hingga Ho Tiong Jong yang melihatnya menjadi teturutan mengucurkan air mata, ia tidak pernah mengimpi, bahwa sinona begitu tebal cintanya terhadap dirinya.

Tapi, ya, apa hendak dikata, Hidupnya hanya sampai besok malam saja dan sekarang ia sudah dapat menolong jiwanya orang yang pernah melepas budi padanya, hatinya sudah bukan main senangnya, sebelumnya ia menemukan ajalnya dapat menolong nona Kim, kematiannya nanti tidak membuat ia penasaran dan rela menyambut malaikat elmaut.

Sudahlah adik Hong, kau jangan nangis terus-terusan nanti masuk angin menghibur si pemuda dengan suara parau karena sangat sedih.

Dengan air mata berlinang linang Kim Hong Jie mengatakan isi hatinya.

Engko Jong, sejak kau meninggalkan rumahku pada lima tahun berselang, tidak barang sesaat aku melupakan dirimu.

Aku senantiasa menantikan kedatanganmu kembali supaya kau dapat merampungkan ilmu golok keramat yang sama sekali ada delapan belas jurus.

Kan hanya dua belas jurus saja, masih belum cukup untuk kau pakai malang melintang didunia Kang ouw yang penuh dengan bahaya.

Tapi setelah dinantikan setahun dua tahun, tiga dan sampai lima tahun tidak juga kelihatan muncul.

Kau bayangkan sendiri, bagaimana cemas dan risau-nya hatiku memikirkan dirimu, Aku sangat menguatirkan keselamatanmu.

Sampai disini, Kim Hong Jie tidak tahan dengan rasa sedihnya dan menangis semakin keras, hingga Ho Tiong Jong tanpa disadari telah memeluk si nona dan mengusap-usap dahinya serta membetulkan rambutnya yang riap-riapan dengan penuh kasih sayang.

Adik Hong, aku berdosa terhadapmu, kau., , 

, oh kalau aku tahukan ada demikian, betapa merindukan diriku, sudah tentu aku tidak akan membawa adat sendiri yang angin-anginan.

Nah sekarang kau berhenti menangis.

Lima tahun berselang, kata pula sigadis, Aku dapat membuktikan peribadimu yang luhur ketika kau tolong mengembalikan bonekaku yang kecemplung itu.

Waktu itu kau tidak menghiraukan hawa dingin, kau telah menolongku.

Kini, kini., , 

aku mendapat bukti lebih nyata lagi tentang kemuliaan hatimu terhadapku.

Adik Hong, menyelak Ho Tiong Jong.

Betul-betul aku merasa bangga mendapat pujianmu dan perhatianmu yang demikian besar, aku dapat mengerti akan isi hatimu terhadapku.

Aku juga merasa, hatiku ada begitu dekat dengan kau, hanya., , 

hanya sayang ada itu perbedaan-.

Ho Tiong Jong tak dapat meneruskan kata-katanya, ia berkata sampai disitu juga sudah merasa keterlepasan.

Kim Hong Jie hentikan sesenggukkannya dan menatap wajahnya si anak muda.

Engko, long, kau kata tadi perbedaan perbedaan apa itu" tanyanya.

Perbedaan tingkatan kita, Kau dari tingkatan atas dan aku dari tingkatan yang paling rendah, seorang gelandangan seperti aku, mana orang tuamu memandang mata dan mengijinkan kau bergaul dengan aku" Ah, adik Hong, sebaiknya kita akhiri sampai disini saja perkenalan kita, karena makin rapat kita bergaul makin membuat hatiku jadi lebih sengsara saja.

Ah, Engko Jong.

Tidak.

tidak., , 

apa itu tingkatan tidak ada dalam kamusku perihal tingkatan atau derajat, kau adalah orang yang paling mulia.

Adik Hong, Sudahlah, ucapanmu ini aku kuatir akan membuat kau menyesal dibeakang harinya.

Tidak mungkin kata si gadis sambil membanting-bantingkan kakinya, ia menangis lebih keras dari semula hingga saking sedihnya, ditambah kakinya lemas karena kelamaan ia dirantai oleh si kakek aneh, maka seketika itu juga Kim Hong Jie menjadi pingsan.

Ho Tiong Jong yang menyaksikan si nona pingsan dalam pelukannya menjadi sangat gelisah, sebelumnya ia bertindak apa-apa mendadak mincul Souw Kie Han.

Tanpa kata apa apa lagi si kakek telah menotok urat tidurnya si nona, sehigga Kim Hong Jie jatuh pulas dengan nyenyaknya.

Bocah.

kata si kakek.

Sekarang kau boleh antar dia keluar dari tempatku, jangan datang-datang lagi kesini.

Kau ingat, racun dari jarum Pencabut Rokh yang sudah bersarang dalam tubuhmu itu, hanya akan mengijinkan kau hidup dalam waktu dua belas jam saja.

Selainnya sute lohu Kong Jat Sin yang dapat menolong dirimu, sudah jangan harap lain orang dapat menolongnya.

Ho Tiong Jong sangat mendongkol pada si kakek, tapi apa ia bisa bikin" ia tidak ladeni Souw Kie Han mengoceh, hanya lantas ia pondong si nona untuk dibawa turun dari gunung Sie ban-leng, kemudian dengan melalui Liu soa kok (lembah pasir berjalan) ia terus membawa si nona sampai dlkaki gunung Hui cui san.

Ia memilih suatu tempat dibawah satu pohon untuk meletakkan si nona supaya gampang dilihat oleh orang yang berlalu lintas ditempat itu, ia mengharap si nona lekas diketahui oleh orang dari Seng Kee Po supaya lekas pulang dan berkumpul kembali dengan ayahnya.

ELIHAT si nona masih tidur dengan nyenyaknya, hatinya Ho Tiong Jong menjadi sangat sedih, ia mengusap-ngusap jidatnya si nona sekian lamanya, Hatinya jadi melamun pikirnya kalau dirinya ada sederajat dengan si nona, Kim Hong Jie memang ada satu pasangan yang tepat bagi dirinya.

Ia menyesalkan dirinya yang bernasib sangat buruk.

terus menerus menemukan halangan saja, Besok malam racunnya Tok kay akan bekerja disusul oleh bisa jarum pencabut Roch dari si kakek, untuknya sudah tak dapat lolos lagi dari kematian, Mau pergi ketempat si Dewa obat Kong Yat Sin, dimana" ia tidak tahu tempatnya Dewa obat itu.

Kalaupun tahu tentu letak tempatnya ada sangatjauh dan sebelumnya ia menemui Kong Yat Sin jiwanya sudah melayang ditengah perjalanan.

Mengingat akan nasibnya dan mengingat akan kecintaannya Kim Hong Jie dan Seng Giok cin yang demikian besar atas dirinya, diam-diam dirinya merasa sangat sedih dan tanpa merasa saat itu ia telah mengucurkan air matanya.

Pelahan-lahan tangannya merogoh sakunya dan dikeluarkanlah batu kumala api (Hwe-giok), ia pegang tangannya si nona yang halus dan batu itu dikepalkan dalam telapakan tangannya Kim Hong Jie.

Adik Hong, baik baiklah kau menjaga diri.

ia berkata sendirian sambil mengelus sekilas jidat dan pipinya sinona yang sedang tidur nyenyak.

Nasib telah menentukan kita berpisahan, semoga dilain penitisan saja kita berjumpa kembali, selamat berpi., ,sah adik Hong.

Ia menutup kata katanya dengan suara terputus-putus dan menyeka air matanya yang berlinang linang, Kemudian ia bangun berdiri, setelah sejenak mengawasi lagi si gadis, perlahan-lahan meninggalkan sinona balik lagi ke Liu soa kok.

ooOOoo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar