Ilmu Golok Keramat Jilid 07

Jilid 07

TIDAK, nanti aku pikir lagi.

Urusan ini tak perlu tergesa-gesa dilakukan, tak begitu penting kata pula pocu dari Seng Kee Po.

Seng Eng rupanya tidak senang Kim Hong Jie menempuh bahaya ikut-ikutan dengan co Goan Liang.

 Pikiran Pocu dari Seng Kee Po ini sama dengan mulutnya sudah didahului oleh kawannya.

Kim Hong Jin dan co Goen Liang membungkam.

Mereka tidak membantah putusannya Seng Pocu.

Kim Hong Jie makanya berlaku nekad hendak pergi bersama-sama dengan co Goen Lian, lantaran pikirannya menjadiputus asa dengan kematian Ho Tiong Jong pemuda pujaannya.

Ia pikir, tanpa Ho Tiong Jong, untuk apa ia hidup lama-lama dalam dunia, maka lebih baik ia mati sekali ditangannya si kakek aneh supaya rokhnya dapat menyusul Ho Tiong Jong yang sudah pergi lebih dahulu.

Kita kembali menuturkan tiga pemuda yang mengadakan perlombaan.

Kong Soe Jin dan Kong soe Tek tampak sudah berada dipuncak gunung Hui cui-san yang menjulang tinggi.

Berdua telah meneliti sekitar tempat itu, melihat kebawah umpak serentetan gunung-gunung kecil sama sekali tidak kedapatan ada sawah dan ladang.

Dari puncak Hui-cui-san tampak lembah Liusoa kok (lembah pasir berjalan) yang dikelilingi oleh gunung-gunung kecil, yalah daerah yang akan dikunjungi oleh tiga pemuda yang berlomba hendak mengambil batu kumala hangat untuk dihadiahkan kepada nona Kim Hong Jie.

Di lembah itu ada terbentang padang pasir yang angker.

Yalah orang yang datang ke situ dansalah menginjak kakinya niscaya akan amblas kedalam pasir itu dan tidak dapat ketolongan lagi jiwanya.

Bukan saja manusia, juga binatang liar yang salah menginjakkan kakinya akan ambles dikubur oleh pasir.

Siapapun yang datang ketempat itu belum tentu dapat pulang dengan selamat.

Dua saudara Kong itu memandang dengan hati berdebaran ketempat yang bakal dilaluinya oleh Keng soe Tek.

Terdengar Kong Soe Jin menghela napas dan sambil menunjuk dengan jarinya berkata pada adiknya.

Sute, itulah yang dinamai lembah Liu-soa-kok, yang kau akan lalui.

Kakek aneh itu tinggal menyepi dalam goa Pek cong tong dipuncak Sin ban leng.

Kau harus waspada betul betul.

Kalau kiranya tidak ungkulan lebih baik kau balik dengan tangan hampa saja daripada binasa ditempat itu yang tidak ada artinya sama sekali, Kau keliru toako sang adik menjawab.

Satu laki-laki tidak gentar menempuh bahaya, itulah baru satu jantan tulen.

Kenapa kita harus takuti mati" Kalau kita sudah di takdirkan mati, dimanapun kita harus mati.

Kau legakan hatimu, aku tidak membuat kecewa namanya suhu.

Jawaban ini berada diluar dugaannya sang engko, Kong Soe Jin menjadi merasa jengah sendirinya, mendengar kata-katanya sang adik yang demikian mantap Meskipun begitu tetap Kong Soe Jin tak tega melepas adiknya.

Dalam perjalanan turun gunung, kembali Kong Soe Jin berkata.

Sute, kau dengan aku ada saudara sekandung, maka tidak perlu kita malu-malu bicara.

Terus terang saja aku merasa tak tega melepaskan kau mengunjungi tempat yang berbahaya itu.

Usulku, lebih baik kau batalkan saja perlombaan ini dan marilah kita cari tempat sembunyi.

Besok pagi-pagi baru kita pulang.

Tentu tidak seorang pun yang mengetahui perbuatanmu., , 

Hei, toako.

memotong Kong soe Tek, perbuatan ini membuat malu suhu kita, yang waktu ini namanya sedang harumnya dalam kalangan kangouw.

Dengan berbuat begitu juga berarti aku tidak memperhatikan pada Kim Hong Jie.

Wajahnya Kong Soe Jin berubah mendengar disebutnya Kim Hong Jie.

Ia bersenyum pada adiknya.

Sute, kalau hatimu naksir pada nona Kim, aku juga tidak bisa kata apa apa atas niatanmu.

Katanya dengan nada suara menyayang.

Hanya aku pesan, harap Ialah kau berlaku hati-hati dan dapat kembali dengan selamat.

Aku akan menunggu kau disana, digunung yang tinggi itu.

sambil menunjuk kesebuah gunung.

orang tidak akan melihat pada kita.

Kong soe Tek anggukkan kepalanya.

Dua saudara yang terkenal dengan julukannya im-yang Siang-kiam itu, memang ada besar cintanya satu dengan yang lain, tidak heran kalau perpisahannya itu membuat keduanya merasa berat.

Setelah mereka berjalan melewati beberapa gunung kecil, sampailah mereka diperbatasan lembah Liu-soa kok, dimana ada terbentang padang pasir.

Aaaa, aku ingin juga mencoba menginjak pasir yang dikatakan berbahaya dan dapat menelan manusia.

tiba tiba Kong Soe Jin berkata, berbareng ia jalan menghampir dan lompat kepasir.

 Tiba-tiba mukanya berubah, seperti juga ia mendapat kesulitan.

Adiknya yang melihat engkonya dalam keadaan demikian cepat-cepat mengulurkan tangannya menolong sang engko.

Tapi ternyata engkonya tak apa apa.

Pasir diinjak oleh Kong Soe Jin tadi bukannya bagian yang berbahaya maka ia berkata pada adiknya.

Aku tidak apa apa.

hanya barusan aku gugup lantaran kaget.

Berbareng ia genjot tubuhnya lompat lagi ketempatnya tadi.

Ya sute, aku hanya dapat mengantar sampai disini saja.

Selanjutnya, kau harus menempuh perjalanan sendiri.

Aku akan menantimu digunung yang barusan aku katakan padamu, disana aku akan mengawasi perjalananmu sebegitu jauh dapat dilihat oleh mataku.

Ya, toako, legakan hatimu.

Kau boleh kembali, aku akan menjaga diriku dengan hatihati.

jawab Kong Soe Tek.

matanya mengawasi pada engkonya dengan perasaan berat.

juga demikian halnya dengan sang engko.

Setelah menghela napas panjang, Kong Soe Jin telah berpisahan dengan adiknya dan ia terus naik lagi kegunung Hui-ci-san.

Koen cong diantar oleh nona Lauw Hong In dan dua adiknya si nona bernama Lauw cian dan Lauw Seng, malah Hui seng Kang juga turut mengantarnya.

Mereka berpisahan diperbatasan lembah Liu-soa kok.

mereka ini tidak berpapasan dengan dua saudara Kong yang mengambil jalan dari jurusan lain.

In Kle Seng diantar oleh Gong Ci dan cong Yong, dalam mana turut serta juga nona yang lincah, ialah ciauw Soe soe.

Merekapun mengantar hanya sampai diperbatasan lembah Lu-soa-kok dan kembali lagi ke gunung Hu-cui san.

Goa Pek oong tong dipuncak Si ban-leng itu berdinding batu buatan alam yang licin sekali.

Untuk sampai pada kamar yang tinggi, orang harus melalui tiga kamar batu dan beberapa undakan dari batu yang diatur sangat kokoh dan rapat.

Dalam kamar batu yang tertinggi, di empat penjurunya berjendela satu kaki persegi.

Dari jendela kamar ini orang dapat melihat semua keadaan lembah Liu-soa kok, Keadaan dalam goa Pek-cong-long tidak begitu luas.

Pertama masuk orang menemui kamar yang pertama keadaannya sederhana saja.

Dinding batunya kasar dan tidak rata.

Kamar yang kedua diperaboti lengkap juga, seperti kursi meja dan tempat tidur yang semuanya terbikin dari pada batu.

Suasana dalam kamar ini amat sunyi dan tentram, walaupun luasnya hanya tiga tumbak saja.

Diatasnya jalanan ke kamar ketiga ada sebuah papan batu licin mengkilat yang dapat menutup jalanan.

Kamar yang ketiga ini lebar dan luas.

inilah ada kamar batu terbesar diantara kamar-kamar batu lainnya.

Didalamnya terang, dindingnya dibuat dari pada batu kamala putih yang amat halus.

Penerangan disini dipancarkan dari sebutir mutiara sebesar buah leci yang digantung ditengah-tengahnya kamar.

Perabotannya tampak lengkap.

seperti meja kursi, ranjang, lemari buku besar dan lain-lainnya perabotan rumah tangga.

Mejanya diberi taplak yang disulam indah, kursinya dikasih bantalan empuk dan pakai sarung yang disulam juga.

Kelambu pembaringan dipajang indah.

Dipinggir lemari buku ada sebuah meja panjang, diatas mana ada ditaruh buku-buku dan anglo dari batu giok.

Api dalam anglo itu terus menyala.

Pada dinding dihiasi dengan gambar gambar kuno-dimana juga ada tergantung sebilah pedang pusaka.

Keadaan dalam kamar itn pendeknya serba resik menarik siapa yang memasukinya.

Barang barang yang serba indah dalam kamar itu membuat orang terpesona melihatnya.

Kamar yang diperaboti serba indah ini adalah kamarnya kakek Souw Kie Han, seorang kakek aneh yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia kang-ouw, dimana dahulunya ia sangat terkenal namanya.

Saat itu ia sedang berdiri di jendela memandang keadaan disebelah luar goa nya.

Tiba-tiba ia berseru.

Eh Kiranya olehnya telah dilihat ada tiga bayangan manusia yang sedang mendatangi kearah goa nya, mereka sudah dapat melewati padang pasir yang berbahaya.

Jauh ia mengasingkan diri dalam goa nya tidak ada satu manusia yang berani menginjak tempatnya, tapi kini ada tiga orang yang berbareng menyatroni.

Apakah maksudnya mereka" Apakah mereka itu ada orang-orang kuat yang akan mengganggu ketentramannya dalam tempat pengasingannya" Matanya terus mengawasi gerak-geriknya tiga orang itu.

Ia rupanya merasa kaget, karena sampai begitu jauh tampak mereka sudah memasuki daerah puncak si-ban-leng.

Keistimewaan disekitar puncak gunung Si-ban leng adalah gundul (tidak berpohon), hanya batu batu besar saja yang tampak malang melintang, Goa-goa yang terdapat di situ, entah berapa banyaknya menurut katanya orang ada seribu buah goa lebih.

Setiap goa entah berapa dalamnya, tidak terawat dan dari dalamnya menyiarkan bau yang tidak enak untuk hidung.

Buruk seperti baunya jamur beracun yang basah.

Diceritakan Khoe Tiong setelah naik jauh keatas gunung, tiba-tiba memalingkan mukanya kebelakang, dilihatnya padang pasir yang berwarna putih, padang pasir yang dikatakan orang sangat angker dan dapat menelan manusia.

Kini ia sudah dapat melewatinya dengan selamat, Tapi kemana dua orang kawannya" Ia celingukan mencarinya, akan tetapi tidak melihat mereka berdua, hingga diamdiam dalam hatinya yang jahat jelas merasa kegirangan, ia menduga bahwa dua kawannya itu tentu telah ditelan oleh padang pasir yang angker itu.

Ia melanjutkan perjalanannya, tampak di-sekitarrya sudah tidak ada pepohonan yang tumbuh.

Hanya batu-batu besar saja yang pada malang melintang seolah-olah yang menghadang perjalanan orang yang berkunjung kesitu.

Hatinya diam-diam merasa girang.

Goa Pek-cong-tong sudah berada didepan matanya.

Apakah benar disekitarnya hanya kedapatan binatang-binatang berbisa saja" ia menanya pada dirinya sendiri.

Tapi bagaimana juga ia harus dapat membawa Hwe-giok untuk dihadiahkan kepada Kim Hong Jiu, gadis yang memikat hatinya.

Siapa tahu, karena hadiah itu nona Kim akan jatuh hati kepadanya dan ia berjodoh dengan-nya.

Ia gerakkan pula langkahnya sampai pada jarak dua tumbak dari ia berdiri ia melihat ada sebuah goa.

cepat-cepat ia menghampiri untuk menyelidikinya.

Gua disitu amat banyak, dimana ia dapat mencari si kakek aneh itu" Pikirnya, terpaksa ia harus menyelidiki satu persatu goa.

Tapi sampai berapa lama" Ya.

apa boleh buat, sudah kelanjur datang kesitu bagaimanapun ia harus berdaya mencarinya di goa mana kakek aneh itu bertempat tinggal.

Satu demi satu goa diperiksanya, Ia menggunakan batu besar dilemparkan kedalam goa untuk mengetahui didalamnya ada penghuninya atau tidak.

Sudah ada beberapa goa yang diuji dengan batu lemparannya, semua batu seperti amblas kedalam lumpur.

Tidak ada reaksi apa-apa yang menandakan bahwa didalamaya ada penghuninya.

Pada salah satu goa Koe cong hampir kena digigit oleh ular-ular kecil berbisa yang datang berbaris kearahnya dan hendak mencantol kakinya.

Untung masih dapat kelihatan, ia melompat tinggi, kemudian menggempur dengan angin telapakan tangannya, hingga barisan ular ular kecil itu terbang berikut batu batu dan pasir.

Dilain goa ia coba lagi dengan pancingannya melemparkan batu ked alamnya.

Kali ini batu yang dilemparkannya itu seperti terjatuh ketanah, bukannya kedalam lumpur.

ia coba menyelidiki lebih seksama.

Kiranya dalam goa itu sangat gelap.

Ia lalu membikin api, dengan obor api ia coba masuk kedalamnya.

Tidak dikira, dalam goa itu ada sarangnya belalang.

Begitu melihat api, kawaran belalang itu pada menyerbu, hingga Khoe cong ketakutan dan lekas-lekas mundur hendak keluar lagi.

Tapi kawanan belalang yang jumlahnya puluhan ribu, tidak memberi ketika ia meloloskan diri dan menyerbu demikian rupa sehingga Khoe cong pikir jiwanya kali ini akan mati dikerubuti kawanan belalang.

Meskipun ia menggunakan tenaga angin pukulannnya untuk mengusir kawanan belalang itu, hasilnya sia-sia saja.

Entah berapa banyak binatang itu yang telah mati oleh gempurannya yang dahsyat, akan tetapi yang menyerbu jumlahnya ada berlipat ganda dari yang mati.

Tidak heran kalau Khoe cong telah menjadi kewalahan oleh karenanya.

Sementara itu Kong soe Tek di lain bagian telah mencari goa kakek souw Kie Han juga menggunakan lemparan batu sebagai penanya jalan.

Ia juga kena diserbu kawanan semut merah yang galak.

hingga keadaannya repot sekali.

Sedang In Kie Seng dilain pihak bekerja cepat ia gunakan kakinya menendang batubatu yang ada dimulut goa, sebagai alat untuk mencari tahu apa didalamnya goa goa itu ada penghuninya" Ia sudah lewati sepuluh goa, akan tetapi belum juga berhasil menemui goa yang diingininya.

 Kakek souw Kie Han melihat tegas semua yang diperbuat oleh tiga anak muda itu.

Ia kenali orang-orang itu tentu ada dari Perserikatan Benteng Perkampungan, hanya ia tidak mengerti, dari sebab apa mereka menerjang bahaya datang kesitu" Ia pikirkan, tindakan apa yang harus diambil terhadap tiga anak muda yang mengacau tempatnya itu" Tiba tiba ia melihat In Kie seng dengan menggunakan perisai dari gading telah menerjang masuk kedalam sebuah goa.

Terdengar suara tertawa dingin kakek Souw Kie Han.

In Kie Seng dengan perisainya menggempur dinding disana sini, hingga banyak bagian yang semplak.

Ia masuk terus kesebelah dalam.

tampak keadaan disitu ada terang.

Hatinya berdebaran.

Pikirnya, inilah gua yang dicarinya tentu.

Sebelum ia dapat bertindak maju, tiba-tiba ada sebuah batu menghadang didepannya.

Bukan main kagetnya.

Dibelakang batu itu sudah tidak ada jalan lagi, hanya ia melihat ada sarang laba-laba dengan penghuninya seekor laba-laba hijau yang luar biasa besar, tampak matanya mencorong seperti yang sedang mengawasi pada In Kie Seng.

LABA-LABA besar itu tiba-tiba perdengarkan suara aneh, lalu bergerak menghampiri In Kie Seng, Kaki-kakinya yang runcing hendak mencengkeram tenggorokan orang, In Kie Seng kaget dan lompat mundur, tangannya berbareng digerakan menyerang, hingga laba-laba itu nyeleweng cengkeramannya, Batu yang telah menjadi pengganti sasarannya kaki-kakinya yang runcing tampak berbekas.

orang she In itu ketakutan dan cepat-cepat lari, apa lacur dimulut goa sudah penuh dengan jaring laba-laba yang berkilat dan sangat lengket, kiranya laba-laba itu bukannya sendirian saja, ada kawan-kawannya lagi yang sama sekali berjumlah sepuluh, hingga membikin In Kie Seng matanya dibuka lebar dan ketakutan setengah mati.

Hampir rata-rata-laba-Iaba itu sebesar kerbau, yang paling kecil ada sebesar baskorn cuci muka.

Bukan main sikapnya menakutkan, mereka merayap dengan keluarkan sinar matanya ya bengis, hendak menerkam korbannya.

Dalam gugup In Kie seng lompat keatas batu kemudian menendang batu-batu didekatnya ke arah laba-laba yang kecilan, jitu tendangannya, karena batu yang diiendangnya tadi mengenakan persis pada tubuhnya si laba-laba yang sial, hingga seketika ita juga setelah mengeluarkan suara cet telah melayanglah jiwanya.

Laba-laba kawannya dalang memakan bangkainya laba laba apes tadi.

Lalu lainnya menyerbu lagi kepada In Kie Seng hingga anak muda itu terpaksa keluarkan kepandaian nya lompat sana dan lompat sini menghindarkan bahaya.

Kadang kala ia menyerang dengan batu yang ditendang kakinya atau dengan angin pukulan telapakan tangannya.

Lantas itu, maka untuk sementara In Kie Seng masih dapat menyelamatkan dirinya dari terkamannya kawanan laba laba berbisa itu.

Kita melihat Khoe cong yang dikerubuti ribuan belalang.

Meskipun ia berusaha keras menyapu mundur binatang-binatang yang mengerubuti dirinya, tidak juga kelihatan hasilnya, karena kawanan belalang itu makin lama jumlahnya telah makin banyak saja.

pikirnya ia akan mati konyol kalau tidak dapat lekas-lekas meloloskan diri.

Matanya celingukan, tidak jauh dari situ ia lihat ada goa lain, Tanpa memikirkan lagi apa isinya goa itu, ia sudah lantas lari masuk kedalam gua diuber oleh kawanan belalang, yang seolah-olah tidak mau kasih korbannya lolos.

Tapi heran, ketika Khoe cong sudah masuk kedalam goa lain ini, kawanan belalang itu tidak turut nyerbu kedalam.

Tampak mereka bergulung-gulung saja diluar goa, tidak ada satupun yang berani menerjang masuk.

Khoe cong pikir, tentu dalam goa itu ada binatang musuhnya kawanan belalang itu yang ditakuti, maka nya kawanan belalang itu tidak berani menyerbu masuk.

orang dengki hati itu tampak lega hati-nya, ia melihat kesekitar tempat, disitu tanahnya demak.

banyak rumput basah dan keadaannya kotor sekali.

Ia menjadi bengong memikirkan nasibnya nanti bagaimana" Keluar lagi takut diserbu belalang, tidak keluar lagi disitu keadaannya sangat tidak menyenangkan.

Tengah ia berada dalam kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara aneh.

Ketika ia menoleh kebelakang nya, kiranya disitu sejarak dua tumbak daripadanya ada seekor binatang tokek yang besar sekali dan bentuknya menakutkan.

Binatang itu tengah merayap mendekati kepadanya, celaka ia menghela dalam hatinya.

Kita balik menengok Kong Soe Tek.

Barisan semut merah tidak kurang-kurang menyeramkannya, karena bukan ribuan lagi tapi sudar tidak dapat dihitung banyaknya, Kemana Kong soe Tek lari telah dikejarnya hingga orang she Kong itu menjadi mengeluh, ia tidak menyangka, bahwa kepergiannya ke tempat itu akan mendapat banyak halangan yang menyeramkan.

Dengan susah payah ia bisa juga menyingkirkan diri ketempat yang ada lumpurnya.

dimana kawannya semut merah itu tidak berani datang dekat, Ada beberapa puluh yang sudah nempel dibajunya dapat dibunuh mati oleh Kong soe Tek.

Matanya celingukan.

Tiba-tiba ia dapat lihat tidak jauh dari padanya seperti ada jalanan untuk keluar, melalui jalan kebawah tanah.

Hatinya girang karena pikirnya ia bisa meloloskan diri dari serbuannya semut merah yang galak-galak itu.

Ia beristirahat tidak lama, karena begitu ia dapat menenangkan pula pikirannya, lantas enjot tubuh menancap kakinya dimulut jalanan keluar tadi.

Untuk sementara Kong soe Tek kelihatan terhindar dari serbuan semut merah yang tak kehitung jumlahnya itu.

In Kie Seng dilain pihak terus dikeroyok oleh laba laba besar dan beracun.

Laba laba yang sebesar besar kerbau itu, sangat menakutkan Matanya memancarkan sinar buas, untung In Kie Seng dapat menabahkan hatinya, dengan kepandaian yang ia miliki ia sudah terputar-putar menghindarkan diri dari serangan kawanan laba laba yang sangat bernapsu menyengkeram dirinya.

Disamping senjata batu yang dihidangkan pada kawanan laba-laba itu, In Kie Seng tidak kasih perisainya tinggal nganggur.

Dengan kegesitan dan kepandaiannya, beruntun ia sudah dapat membunuh enam sampai tujuh, laba-laba betina yang paling besar, menjadi marah.

Satu yang meluncur di tendang In Kie Seng kearahnya, dengan mata beringas ia sudah tangkis dengan kaki depannya.

Batu itu mental balik dan hampir kena menghantam pada In Kie Seng, kalau ia tidak keburu berkelit kesamping menghindarkannya.

Sungguh berbahaya diam-diam In Kie Seng mengeluh, Tapi disamping itu, bagaimana juga ia sudah dapat membunuh banyak juga kawanan laba-laba itu, hingga mengurangi bahaya kena dicengkeram oleh kaki-kakinya yang runcing.

Untungnya laba-laba itu tidak mengejar terus-terusan, karena jika melihat ada kawannya mati, dengan sendirinya laba-laba itu berhenti mengejar In Kie Seng ditunda makan bangkai kawannya dahulu, Air hijau yang keluar dari mulutnya laba-laba yang mati menyiarkan hawa busuk.

yang hampir hampir membuat In Kie Seng tidak tahan sampai muntah-muntah.

Akhirnya ketinggalan hanya dua laba-laba lagi, dengan begitu In Khie Seng setelah main petak beberapa lama lantas menyingkirkan dirinya kemulut goa dan lari keluar.

Laba-laba betina rupanya penasaran dan menguber tapi terlambat, karena In Kie Seng sudah nerobos masuk kedalam goa lain.

Rupanya laba laba itu pikir, tidak ada gunanya ribut-ribut disarang orang lain, maka ia sudah kembali masuk dalam goanya sendirinya.

Dalam sarang laba-laba itu In Kie Seng kehilangan perisainya, yang nyangkut pada jaring laba-laba yang lengket, ia menduga tentu sudah beracun, maka ia sudah tak menghiraukan pula perisai gadingnya yang ia sangat andalkan dalam perjalanan mengambil batu kumala hangat itu.

Dalam goa yang ia masuki itu, ia merasa aman.

Tapi perasaan aman itu hanya sebentara n saja, karena ketika ia mengingat kepada perisainya, lantas merasa dirinya tidak aman tanpa perisai ditangannya, perisai itu ada benda pusaka, benda turunan dari leluhurnya maka dengan hilangnya benda itu, apakah ia ada muka nanti ketemu kawan kawannya dalam dunia persilatan" Memikir kesitu hatinya jadi nekad akan mengambil kembali perisainya yang nyangkut pada jaring laba laba didekat mulut goa.

kalau perlu, pikirnya ia harus adu jiwa dengan laba-laba betina yang luar biasa besarnya itu.

Setelah mengambil putusan tetap.

lantas ia keluar dari goa menghampiri lagi goa laba-laba tadi, sebelumnya masuk ia telah kumpulkan seikat rumput kering dan membikin api untuk menyalakannya.

Dengan api ini, ia menerjang masuk dan membakar jaring laba-laba yang menahan perisainya.

Laba-laba betina menjadi kaget ia tidak berdaya melihat api berkobar, rupanya ia takut.

Ia hanya tinggal mengawasi dengan mata bersinar buas kepada In Kie Seng yang sedang berusaha untuk mengambil pulang perisainya.

Setelah mendapat kembali perisainya.

dengan segera In Kie Seng meninggalkan goa laba-laba itu dan masuk kedalam goa yang lainnya tadi.

Khoe cong dilain pihak.

yang dihampiri binatang tokek yang luar biasa besarnya, lantas mencelat tinggi menyingkirkan diri, ia rapatkan tubuhnya pada dinding didekat mulut goa sebentar lagi ia dibikin kaget melihat sang tokek telah mengulurkan lidah nya yang panjang, ia mengira lidah itu akan ditujukan kearahnya, tapi ternyata diarahkan kelain jurusan ialah keluar apa dimana ada kawannya belalang yang sedang bergulung-gulung seolah-olah sedang menanti Khoe cong keluar lagi.

Kawanan belalang itu seolah-olah sayapnya pada patah sebelah, tidak bisa melarikan diri didekati oleh lidahnya sang tokek, sebentar saja ribuan belalang sudah kena dicaploki oleh binatang raksasa itu.

Seperti juga pada lidahnya itu ada getahnya, kawanan belalang ketika nempel pada lidah sang tokeh ia lantas saja tidak bisa terbang lagi.

Entah berapa ribu banyaknya belalang yang sudah jadi mangsanya sang tokek, hingga binatang itu tampak kekenyangan dan baringkan dirinya disatu sudut.

Matanya merem melek, tidurlah ia dengan nyenyaknya.

Pantasan kawanan belalang tadi ketika lihat Khoe cong masuk kedalam goa itu tidak berani menerjang masuk kedalamnya kalau begitu didalam goa itu ada musuhnya yang sakti dan tak dapat dilawan.

Khoe cong untung besar, coba kalau tidak ada belalang yang menalangi menjadi korbannya binatang tokek itu, pasti ialah yang dijadikan mangsanya.

Diam-diam Khoe cong telah menarik napas panjang, merasa lega oleh karenanya kemudian ia keluar dari goa itu.

Kong Soe Tek dan In Kie Seng pun sudah pada keluar dari dalam goa berbahaya mereka berkumpul lagi dan berdamai hendak kembali.saja dengan tangan kosong.

Mereka sekarang tidak berani menonjolkan kesombongannya, karena dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana berbahayanya keadaan ditempat itu.

Dari pada jiwa melayang tanpa kepentingannya yang menguntungkan, mereka lebih baik kembali saja dengan tangan hampa, biarpun untuk itu mereka akan menjadi buah tertawaannya orang banyak.

Meskipun demikian, masing-masing dalam hatinya sangat menyesal tidak memperoleh batu Hwe giok.

untuk dihadiahkan kepada sijelita Kim Hong Jie.

Kakek Souw Kie Han yang telah menyaksikan semua kejadian yang dialamkan oleh tiga pemuda itu, diam-diam merasa tidak puas.

Pikirnya.

Tempatku disini orang sudah tahu tidak boleh dibuat sembarangan tapi tiga pemuda brengsek ini apa-apaan datang mengacau kesini membuat ketenangan menjadi terganggu oleh karenanya" Banyak binatang-binatang berbisa penunggu tempat ini kena dibinasakan oleh mereka, maka kalau mereka tidak dikasih rasa, mana bisa" Bagaimana nanti katanya orang luar, Kalau mereka dapat kembali pulang dengan selamat.

Tidak, aku mesti kasih contoh untuk yang lain-lainnya, supaya mereka tahu keangkeran tempatku.

orang dapat datang tapi tak dapat kembali pulang dengan selamat.

Ha ha ha.

Seram juga kalau tiga pemuda itu mendengar tertawanya si kakek.

Souw Kie Han mengawasi perjalanan tigapemuda itu, yang hendak kembali pulang ke rumahnya Seng Eng.

saat itu matahari sudah mulai naik tinggi.

Keadaan dipadang pasir tampaknya menyilaukan, Khoe cong dan dua kawannya melalui lagi padang pasir yang dikatakan angker itu, mereka kelihatan tenang-tenang saja dan menganggap akan selamat kembali menemui kawan-kawannya di Seng-kee po.

Melihat tiga pemuda itu sudah mulai menginjak padang pasir, Sou Kie Han yang mengawasi dari jendela kamar nya, lantas mengulurkan tangannya memencet alat rahasia, sebentar lagi terdengar teriakannya Khoe coe, yang mendadakan dapatkan dirinya ambas ditelan pasir.

In Kie Seng kaget, tapi sebelumnya ia engah, bahaya apa yang akan menimpali pada dirinya, ia juga tubuhnya amblas ditelan pasir, hingga ia berteriak-teriak minta tolong juga tidak ada gunanya.

Kong soe Tek melihat kejadian itu mukanya pucat seketika, ia coba gerakkan kakinya untuk lari, tapi sang kaki tidak mau menurut perintah hatinya, ia jatuh lemas dan ia juga kemudian telah mengalami nasib serupa seperti dengan dua kawannya kena dicaplok oleh pasir.

Meskipun mereka berontak keras, berusaha untuk keluar dari pasir itu, ternyata tidak menolong balik, makin lama mereka terbenam makin dalam, sehingga sebatas hidungnya.

Bukan main ketakutannya mereka, maka satu demi satu sudah menjadi pingsan oleh karenanya.

 Souw Kie Han yang menyaksikan itu semua lantas perdengarkan suara ketawanya yang aneh lagi, kemudian ia mengambil lima utas rantai kecil halus dan keluar dari kamar batunya.

Lebih dahulu ia menghampiri sebuah goa dalam mana kelihatan sudah ada dua sosok tubuh orang menggeletak dalam keadaan pingsan.

Siapa mereka itu" Kiranya mereka itu bukan lain dari pada Kim Hong Jie dan Co Goen Liang.

Mereka tidak tahu keadaannya si kakek yang terus merantai tangannya masing-masing sambil menggerendeng sendiri.

Ya, bukainya aku kejam, Tapi karena kalian datang mengganggu ketenanganku, maka kalian boleh terima hukuman ini untuk kelancangan kalian-.

Setelah menyelesaikan tugasnya merantai dua orang itu dan yakin mereka tidak akan bisa lolos dari dalam goa itu, karena rantai itu diganduli sebuah gandulan yang luar biasa beratnya, ia telah meninggalkan mereka menghampiri pada tiga pemuda yang sedang pingsan, mereka pun dirantai seperti dua yang lainnya tadi.

Rantai itu meski halus bentuknya, kuatnya bukan main, terbuat dari baja murni tak mempan diputuskan dengan pedang yang tajam bagaimanapun.

Sampai disini kita ajak pembaca menengok keadaan dirumahnya Seng Pocu diwaktu malam.

Bulan sabit nampak sebentar muncul dan sebentar lagi seperti selulup dibalik awan tebal, hingga keadaan menjadi gelap.

Malam itu tampak nona Seng sedang berada ditaman bunga yang terdapat dipekarangan belakang rumahnya.

Seng Giok Cin seperti tengah memikirkan banyak soal, karena kelihatannya sebentar duduk termenung-menung, sebentar berdiri jalan mundar mandir dan saban-saban terdengar helaan napasnya.

Memang malam itu Seng Giok Cin dirundung banyak pikiran, Urusan ayahnya yang mengadakan pertemuan mengadu silat dengan maksud tertentu, halnya Kim Hong Jie menempuh bahaya bersama co Goen Liang pergi ketempatnya si kakek aneh Souw Kie Han diluar tahunya Kim Pocu dan Seng Pocu berdua, Bagaimana nasibnya dengan mereka masih belum tahu.

 Halnya tiga pemuda, yaitu berlomba hendak mendapatkan sepotong batu kumala berapi untuk dihadiahkan kepada Kim Hong Jie, masih belum ketahuan nasibnya mereka itu, apakah mereka akan pulang dengan selamat atau salah satu diantaranya menemukan halangan yang tidak diingini" Yang paling membikin hatinya berdebar kalau ia ingat akan penuturannya Kim Pocu tentang kematiannya Ho Tiong Jong terkena senjata rahasianya ceng ciauw Nikow yang beracun.

Meski pada saat ia mendengar kabar itu tidak mengunjukkan reaksi yang menyolok tapi diam-diam dalam hatinya hanya tuhan saja yang tahu.

Ho Tiong Jong meski bukannya satu anak hartawan, satu kongcu tapi tingkah lakunya yang polos dan jujur, serta wajahnya yang cakap menarik membuat nona Seng tidak bisa melupakannya, ia ingin menarik pemuda ini kedalam komplotannya mau menggunakan tenaganya dalam usahanya sang ayah yang hendak menjagoi dalam kalangan persilatan.

Akan tetapi ternyata pemuda itu ada keras hati dan menolak keras ketika ia hubungi dan membujuknya.

Anak muda itu sekarang sudah mati, Apakah benar dia sudah mati" Nona Seng masih menyaksikan anak muda itu pendek umur, apalagi kalau ia ingat ketika bertemu dengannya, ia kelihatan segar bugar.

Banyak pemuda-pemuda cakap dari tingkatannya, tidak ada satu yang dapat merebut hatinya Seng Giok Cin.

Tapi terhadap Ho Tiong Jong sekali ia pernah ketemu dibawah terang bulan ketika ia menyamar sebagai pemuda pelajar, lantas hatinya sudah jatuh dan tak dapat melupakannya.

Dia mati.

demikian ia berkata sendirian, ia terbengong sesaat lamanya, kemudian terdengar pelahan napasnya.

Matanya yang jeli tiba-tiba melihat ada bayangan dibalik pohon.

Diam-diam dalam hatinya berpikir, Malam-malam begini ada orang yang cari mampus.

Ia pura-pura tidak mengetahui ada orang di balik pohon itu dengan maksud hendak mencekuk orang tadi.

Ketika si nona sudah datang dekat, orang itu berkelebat dan sembunyikan diri lagi di balik pohon lain.

 Diam-diam Seng Giok Cin merasa kaget juga, karena kegesitannya orang itu ada diluar dugaannya, ia ragu-ragu apakah ia sebentar berhasil mencekuk batang lehernya" Ia masih tetap berpura-pura tidak mengetahui dan menghampiri pohon dibalik mana orang itu mengumpat.

Kira-kira dua tumbak jaraknya dari pohon itu, tiba-tiba Seng Giok Cin membentak.

Penjahat bernyali besar, jangan lari, nonamu akan bekuk batang lehermu berbareng ia melancarkan serangan kepada orang itu, yang saat mana rapanya hendak melarikan diri lagi.

orang tahu dirinya diserang, orang itu berbalik dan menyambuti serangan Seng Giok cin bukan enteng, sebab ia mengerahkan tenaganya hampir delapan bagian, tapi heran, orang ini menyambuti serangannya dengan seenaknya saja, sedikitpun tidak bergeming dari tempat berdirinya.

Penjahat, kau siapa" tanya nona Seng, ketika melihat serangan dahsyatnya tidak membawa pengaruh apa-apa.

Tapi orang itu tidak menyahut hanya lalu gerakkan kakinya hendak lari lagi, Seng giok cin jadi sengit orang jahat lihat nonamu akan mengambil jiwa anjingmu ia membentak.

berbareng melancarkan serangannya yang kedua kali dengan tipu Pekpok ciang-it atau Bangau putih mengibaskan sayapnya.

Serangan ini ada berat, karena tenaga yang dikerahkan oleh si nona hampir sepuluh bagian, tapi herannya, lagi-lagi orang itu dapat menyambuti serangannya dengan seenaknya saja.

Malah kali ini ia membalas menyerang dengan mengibaskan lengan bajunya yang mengeluarkan angin keras, hingga si nona terpotong mundur.

Kesempatan ini digunakan oleh orang itu untuk enjot tubuhnya melesat melarikan diri.

Tapi si nona tidak tinggal diam, ia mengejar dengan gesit sekali.

Nona Seng, kaujangan salah paham.

Kedatanganku bukannya bermaksud jahat.

demikian sinona mendengar orang itu berkata, yang membikin seketika itu ia hentikan mengejarnya dan orang itu pun lantas lenyap dari pemandangannya.

Nona Seng berdiri menjublek sekian lamanya.

dia, apa benar dia " akhirnya ia menanya pada diri sendiri seketika itu lantas terbayang pemuda tampan dan polos didepan matanya.

kalau begitu dia tidak mati, oh, benar barusan ada suaranya dia.

Seng Giok Cin berkata-kata sendirian, ia seperti mengenangkan seseorang dan orang itu pun bukan lain Ho Tiong Jong adanya.

Memang orang tadi ada Ho Tiong Jong.

Karena gelap dan jaraknya pun ada sedikit jauh, maka Seng Giok Cin tak dapat mengenali dengan tegas, Hanya dari suaranya ia kenali betul, itu adalah suaranya Ho Tiong Jong, pemuda yang memikat hatinya.

Dalam bengong memikir hatinya si pemuda tampan itu.

Seng Giok Cin kalangkadang tampak menyungging senyuman.

Aku tidak sangsikan, benar dia.

dia tidak mati.

kembali terdengar si nona berkata kata sendiri, Tapi, dia sudah datang mengapa sudah lari lagi" Apa maksud kedatangannya kesini.

Si nona jadi meragukan kelakuannya Ho Tiong Jong.

Tapi biar bagaimana, hatinya sudah merasa lega karena kini seolah-olah ada angin mujijad yang menyapu kedukaannya tadi, ia mengenakan akan kematiannya si anak muda.

Perlahan lahan ia berjalan masuk kerumah dan didalam kamarnya ia duduk termenung-menung.

Tidak lama, ia memeriksa keadaan kamarnya.

Ia menduga janganjangan Ho Tiong Jong sudah masuk kekamarnya, karena kedatangannya anak muda itu kesitu tentu mencari dirinya.

Ketika matanya menyapu pada dinding tembok^ hatinya berdebaran, karena disitu sudah tidak kelihatan lagi golok pusakanya, sebagai gantinya ada secarik kertas menempel disitu ia lalu menghampiri dinding itu dan jumput secarik kertas tadi, yang ia baca bunyinya, Nona Seng, aku harap kau rela meminjamkan golokmu padaku, karena seperti kau tahu, aku paling suka menggunakan senjata golok.

Tapi ada suatu hari, aku nanti akan kembalikan padamu dengan tidak kurang suatu apa Meskipun secarik kertas itu tidak ada tanda tangannya, Seng Giok Cin tahu bahwa itu ada tulisannya Ho Tiong Jong.

Kembali Seng Giok Cin bengong, secarik kertas ditangannya tanpa dirasa telah diremas-remas, sejenak romannya tampak seperti yang geregetan, Memang ia gemas pada pemuda pujaannya itu, karena itu, karena dia datang dengan cara sembunyisembunyi, tidak mau terang-terangan menemui ia, yang sebenarnya ada kesempatan yang baik malam itu mereka berjumpa dalam taman bunganya yang indah.

ooOOoo

 MENGAPA Ho Tiong Jong tidak mau menemui Seng Giok Cin" Mari kita tuturkan keadaan pemuda itu, setelah ia diperiksa oleh Kim Toa Lip dan co Tong Kang yang dianggapnya sudah mati.

Dengan kecerdikannya Ho Tiong Jong tatkala itu telah dapat melebihi dua tokoh kawakan dalam Perserikatan Benteng Perkampungan.

Ia sebenarnya tidak mati, Tok kim-chi dari ceng ciauw Nikow sudah kena ia gigit, kemudian dibuang kedalam air yang merendam dirinya, tanpa dilihat oleh co Tong Kang yang terus menganggap bahwa senjatanya si nikow mengenakan dengan telak pada mulutnya Ho Tiong Jong, ia telah menggunakan kepandaiannya istimewa untuk membikin dirinya tidak bernapas seperti orang mati, kepalanya teklok dan tubuhnya lemas.

Kalau saja ia tidak dirantai pada tiang batu, terang ia bisa rubuh dan tenggelam dalam air.

Kepandaian istimewa itu telah membuat Kim Toa Lip dan co Tong Kang kena dikibuli mentah-mentah.

Tatkala ia melihat dua orang itu berlalu meninggalkan dirinya, lantas ia menyelesaikan pekerjaannya mengikir rantai dan tidak lama kemudian ia sudah merdeka.

Kebetulan sekali waktu ia bekerja itu tidak ada orangnya Seng Eng yang melongok dirinya.

Bukan main girangnya Ho Tiong Jong setelah merdeka, ia lalu berdamai dengan co Kang cay bagaimana mereka bisa keluar dari neraka itu.

Si orang tua she co, yang mengetahui betul selak-beluknya bangunan penjara air itu lantas menunjukkan jalan keluar, yalah melalui got yang menyalurkan keluar air dalam penjara itu kalau sudah tak diperlukan lagi.

Dengan mengikuti petunjuk co Kang cay tidak sukar Ho Tiong Jong sudah dapat keluar dan penjara air itu dengan melalui got tersebut.

Sampai diluar, ia girang dapat menyedot lagi hawa udara yang segar.

Pikirnya, ia hendak menemui nona Seng, minta penjelasan sebenarnya untuk apa ia di tahan dalam penjara air itu" Keadaan waktu itu sudah malam.

Bulan sabit tampak selulup timbul saja di balik awan yang tebal.

Dengan menggunakan kepandaiannya dalam sekejapan saja ia sudah sampai di rumahnya Seng Eng, saat itu sudah malam, tentu Seng Giok Cin berada dlkamarnya, ia mau pergi kesana, tapi ia tidak tahu dimana letaknya.

Tiba-tiba sedang ia kebingungan dapat melihat ada pelayan perempuan mendatangi kearahnya, ia cepat mengumpat ditempat yang gelap.

ketika pelayan itu datang dekat ia sudah sergap dengan tiba-tiba.

Pelayan itu hendak berteriak.

tapi keburu diancam oleh Ho Tiong Jong akan dibunuh kalau berani beterlak.

maka ia jadi ketakutan setengah mati dan minta ampun.

Dari mulutnya pelayan itu Ho Tiong Jong dapat tahu dimana letak kamarnya nona Seng, maka setelah menotok si pelayan itu jangan dapat bergerak.

Ia lantas pergi ke kamar Seng Giok Cin.

Dari jendela yang terbuka ia mengintip.

ternyata di dalam tidak ada nona Seng.

Kemana dia" Demikian tanyanya dalam hati.

Matanya tiba-tiba memandang pada golok pusaka yang tergantung didinding dekat tempat tidurnya sinona.

Hatinya sangat ketarik, maka tanpa dirasa ia sudah manjat dan masuk kedalam melalui jendela tadi.

Dalam kamar keadaannya sangat mewah perabotannya, bau harum menusuk kehidung-nya, hingga Ho Tiong Jong menghela napas, kapan mengingat nasibnya yang buruk.

Ia ambil golok yang menarik hatinya itu lalu dihunusnya dan ia dapat kenyataan itulah ada golok pusaka yang luar biasa tajam.

Mengingat dalam perjalanannya ia memerlukan golok.

maka ia menulis di sepotong kertas dan ditempelkan sebagai gantinya dimana golok tadi tergantung, ia percaya Seng Giok Cin tidak akan marah goloknya itu dipinjam, mengingat tempo hari si nona dengan suka rela telah menghadiahkan kepadanya golok berikut kudanya sekali untuk ia pesiar dipegunungan Hui cui-san.

Ia keluar lagi dengan pikiran masgul tidak menemui si jelita.

Tiba tiba ia lewat di taman bunga ia nampak ada bayangan orang yang sebentar duduk dan sebentar berdiri, jalan mundar-mandir dengan saban-saban menarik napas seakan-akan ada yang dipikirkan dalam-dalam oleh orang itu.

Kapan ia datang lebih dekat, kiranya orang itu ada Seng Giok Cin sendiri, yang justeru ia sedang cari.

Apa itu yang sedang dipikirkan oleh si nona ia tidak tahu, ia hendak menghampiri dan menegur, tapi tiba-tiba dalam otaknya berkelebat suatu pikiran yang mencegah ia berbuat sebagaimana dimaksud semula.

Ia jadi menghela napas dengan diam-diam, Kenapa Ho Tiong Jong tidak berani menemui nona Seng.

Itulah karena pemuda itu pikir, percuma saja, ia banyak bicara, karena tokh jiwanya bakal binasa dalam satu dua malam ini karena pengaruh racun Tok-kay.

Ia tahu si nona ada menaruh hati padanya, ia tahu si nona sangat memperhatikan dirinya, akan tetapi ia takut bicara terus terang pada nona Seng tentang dirinya terkena racunnya Tok-kay, karena ia tidak mau membikin orang berduka hatinya.

oleh sebab itu, ia jadi mengumpet dibalik pohon mengawasi gerak-geriknya nona Seng, sehingga perbuatannya itu dipergoki dan terjadilah saling serang seperti dituturkan di sebelah atas.

Ho Tiong Jong setelah meninggalkan Seng Giok Cin, lantas masuk pula kedalam penjara air melalui saluran dari mana ia semula keluar.

Mukanya berseri-seri, tampaknya ia seperti kegirangan.

Ho Tiong Jong girang" Memang benar, anak muda itu kegirangan, karena ia sekarang sudah mempunyai golok pusaka miliknya keluarga Seng.

Dengan golok ini, pikirnya ia dapat menggempur kamar tahanan Co Kang Cay dan menolong keluar orang tua itu untuk diajak ke kota Yangclo melihat bangunan gununggunungan yang aneh yang riwayatnya sangat menarik hatinya.

Pikirnya, kalau saja ia ada jodoh bisa mendapatkan dua benda ajaib itu yang berupa baskom gaib dan patung kumala hangat si cantik, ia selainnya menjadi seorang wangwee (hartawan) yang dermawan, juga ilmu silatnya akan mendapat kemajuan dan mungkin sukar mendapatkan tandingannya.

Demikianlah, dengan penuh pengarapan ia telah mulai menggempur batu kokoh yang mengurung Co Kang cay didalamnya, Perlahan tapi tentu ia sudah bisa membobok tembok batu yang konon yang kuat itu berkat bantuan golok pusaka, akan tidak lama kemudian Ia sudah dapat membikin sebuah lubang dan masuk kedalamnya.

Disitu ia dapatkan siorang tua sedang rebah, parasnya mengunjukkan ketakutanAaaa, lopek kata Ho Tiong Jong, akhir nya aku dapat masuk juga kekamarmu.

Tapi, ah, kau.

orang tua itu terputus bicaranya.

Kau kenapa lopek" tanya Ho Tiong Jong.

Tapi, kau sebenarnya tidak seharusnya membongkar kamar tahananku, nanti kalau Seng Pocu tahu, celakalah diriku.

Dari sebab itu, kita harus lekas-lekas dapat keluar dari sini jawab Ho Tiong Jong mari, kita lekas keluar.

Tiong Jong, mana dapat kau berbuat begitu, aku sudah tua, tak ada gunanya sekalipun kau dapat menolongnya keluar.

Umurku juga sudah tidak seberapa lagi, Paling celaka, manakala aku nanti kena ditangkap lagi diriku akan disiksa, Seng Eng tentu tidak akan membiarkan aku pergi, ia akan mencarinya sampai dapat.

Lopek, kau jangan banyak berpikir kesitu.

Bukankah kau pernah berkata bahwa satu waktu kau ingin melihat lagi sinarnya matahari" orang tua itu terdiam.

Lopek.

disana diluar kamar tahanan ada menantikan matahari yang akan menyinari dirimu lagi.

Dua puluh tahun kau dikeram disini tanpa dapat melihat lagi sinar matahari pagi dan sore, tidak heran kalau kau sangat merindukannya, bukan" Kembali co Kang Kay tidak memberikan jawabannya.

Kau tidak mau ikut aku menyingkir dari neraka dunia ini" tanya Ho Tiong Jong.

co Kang cay geleng geleng kepala, Aku takut, betul-betul aku takut.

katanya.

Baiklah, kalau begitu peryakinanmu yang sudah dua puluh itu akan percuma saja.

Pengharapanmu selama duapuluh tahun itu akan sia-sia.

Hai, urusan apa yang kau maksudkan " menyelak si orang tua.

Ha ha ha, lopek, apa kau sudah lupa tempo hari ada berkata padaku, bahwa kau ingin melihat itu bangunan gunung-guuungan yang mengandung rahasia ajaib" Apa bukannya kau yang tadi berkata, bahwa kau sudah yakin akan dapat memecahkan jalanan rahasia di-sana menurut theorimu yang sudah kau yakinkan banyak tahun itu Bagus kalau kau masih ingat.

Co tiang cay tergerak batin ya, Memang ia berpengharapan ada satu waktu ia bisa keluar dari tempat tahanan itu dan mengunjungi bangunan aneh itu untuk membuktikan apakah theorinya betul akan mendapatkan jalanan rahasia masuk kedalamnya gununggunungan itu yang membawa riwayat aneh luar biasa, ia ingin pergi kesana, hatinya gembira, tapi lantas padam lagi kegembiraannya itu bila mengingat keadaan dirinya waktu itu.

Ia jadi menghela napas dengan paras lesu, Lopek, kau kenapa berduka" tanya Ho Tiong Jong.

Kau tidak tahu, Tiong Jong meskipun aku dapat keluar dari sini, cuma membikin kau berabe saja, sebab aku sekarang sudah tidak bisa bergerak leluasa seperti dahulu, Lengan tangan dan kakiku rasanya susah digerakan, ah.

,, , nasib.

Orang tua itu sangat berduka, ia seperti kepingin nangis, tapi air matanya sudah kering.

Maka hanya terdengar beberapa kali ia menghela napas.

Lopek.

kau jangan kesal.

menghibur Ho Tiong Jong, aku sanggup membawa kau keluar dari sini.

Tiong Jong, kau sangat berbudi.

Semoga Allah selalu melindungimu kata co Kang cay dengan penuh rasa terima kasih.

Perlahan-lahan ia bangkit dari rebahannya dan coba berdiri, sebelum ia mencoba kakinya untuk berjalan, Ho Tiong Jong sudah menyamber tubuhnya dan dibawa keluar dari kamar neraka itu.

Sambil menggendong co Kang cay, pemuda yang berbudi luhur itu, jalan sepanjang got untuk membuang air, yang cukup luas untuk mereka lewat tanpa mendapat halangan apa-apa.

Tiba-tiba mereka mendengar dari arah depan ada kaki orang berjalan masuk.

Mereka jadi kaget, siapakah orang itu" ia bukan lain dari Seng pocu yang gedang muncul sendiri.

Seng Eng ketika mendapat laporan dari co Tong Kang, bahwa mayatnya Ho Tiong Jong dilarikan orang dalam hati sangat cemas, Maka lantas pergi kekamar bukunya dan dari tempat yang rahasia ia mengambil keluar segulung peta dari bangunan penjara air.

ia meneliti dengan seksama jalanannya saluran air itu sampai dimana ternyata sampai dibelakang rumahnya di kebun bunga.

Lalu dari ini ada lagi jalan melalui satu tutupan dari besi yang dapat terbuka dan tertutup sendiri, yalah jikalau air dalam kamar tahanan meluap dapat mendorong itu tutupan menjadi terbuka, jikalau sedang air surut tutup itu tertutup sendirinya.

Dilihat dari keadaan dua jalan membuang air, itu yang tersebut duluan adalah jalanan yang paling gampang ditempuh untuk orang melarikan diri dari penjara air.

Meskipun demikian menurut pikirannya Seng pocu adalah tidak gampang diketahui oleh orang orang tawanan, jikalau tidak mengetahui dengan betul jalanan itu, yang memang ada dirahasiakan.

Pembangunan jalanan air itu Seng Eng telah borongkan pada satu pemborong she le, tapi orang ini bersama-sama anak buahnya setelah selesai membikin saluran rahasia itu telah dibunuh mati semuanya, inilah tindakan kejam, tapi Seng Eng anggap itu ada satu keharusan ia lakukan untuk menutup rahasia jalanan itu jangan sampai diketahui oleh orang luar.

Orang shw ie itu sudah mati, tapi sekarang bagai mana orang dapat mengetahui jalanan rahasia saluran air itu" Seng Eng jadi bingung.

orang-orang penting dari Perserikatan Benteng Perkampungan memang mengetahui hal itu, akan tetapi mereka semua sudah bersumpah untuk tidak membocorkannya.

Seng Eng mengingat akan kawan-kawannya yang mengetahui hal itu, hatinya timbul ragu-ragu, apakah diantaranya ada yang mengingkari sumpahnya" Maka pada malam itu, setelah ia memeriksa peta tersebut, lalu mengambil senjatanya ci Jit pian (cambukjari matahari), suatu senjata cambuk pusaka dari keluarga Seng, panjangnya satu tumbak, besarnya sebesar jari kelingking, bersinar berkilauan.

Pada ujung pegangannya diperlengkapi dengan dua puluh dua butir mutiara merah sebesar senjata rahasianya.

Dengan membekal senjata pusaka ini, Seng Eng telah bikin pemeriksaan dan masuk juga kedalam lobang got, dimana secara kebetulan ia sudah berpapasan dengan Ho Tiong Jong yang sedang hendak keluar melalui jalanan itu.

Ho Tiong Jong telah turunkan co Kang cay dari gendongannya, lalu menghunus goloknya untuk siaga menghadapi kemungkinan.

Berdua telah mencoba untuk sebisa-bisa menahan napasnya, jangan sampai terdengar oleh orang disebelah depan, tapi apa mau telinganya Seng Eng sangat tajam, suara tarikan napas mereka tidak terlolos sebagaimana yang diharap oleh merek berdua.

Dengan pelahan-lahan Seng Eng jalan menghampiri mereka.

Ho Tiong Jong cepat menggendong co Kang cay balik masuk.

kemudian mengumpat dibalik kamar tahanan.

Sebentar lagi tampak Seng Eng sudah lewat didepannya.

siapa lantas melakukan pemeriksaan didalam situ, justeru kesempatan ini digunakan oleh Ho Tiong Jong untuk lari nerobos melalui got tadi lagi.

Gerakannya tidak terluput dari perhatian nya Seng Eng, sebab ia lantas balikkan tubuhnya dan menguber.

Ho Tiong Jong sudah berada diluar, Seng Eng juga cepat sudah menyusulnya.

co lopek, kau tunggu sebentar, aku akan tempur padanya,.

kata Ho Tiong Jong, sambil turunkan orang tua dari gendongannya dibawah sebuah pohon-Sebentar lagi Seng Eng sudah berada didepannya, membentak dengan suara keras Hei, siapa kau, berani mati masuk bikin onar ditempatku " Matanya berbareng melirik pada co Kang cay, hatinya sangat mendelu, sebab pemuda didepannya ini rupanya hendak membawa lari pada orang she co yang ia sudah kurung selama dua puluh tahun lamanya Seng Eng tidak mengenali Ho Tiong Jong yang mukanya kotor hitam.

Memang sengaja Ho Tiong Jong bikin mukanya yang tampan dilapis dengan lumpur, supaya orang tidak mengenali dirinya, yang dianggapnya sudah mati Bentakan Seng Eng tak mendapat jawaban Tentu Seng Eng Pocu menjadi marah, ia belum pernah mendapat sambutan acuh tak acuh dari seseorang yang ditegurnya.

Maka ia lalu menyerang dengan angin kepalannya, tapi pemuda itu dengan seenaknya saja telah mengegos dan serangan Seng Eng telah mengenai sasaran kosong.

Kembali Seng Eng melancarkan serangan hebat, tapi juga seperti yang pertama tidak mendapatkan maksudnya.

Hal mana membikin jago benteng Seng kee-po itu menjadi heran lawannya hanya mengandalkan kegesitannya sudah dapat mengegoskan dua serangannya ya tidak sembarangan orang dapat meloloskan diri dari pukulannya itu Mengetahui lawanan berat, maka Seng Eng keluarkan cambuknya yang dibuat andalan dalam hidupnya malang melintang di rimba persilatan Lawannya telah mengeluarkan goloknya yang berkilauan kena kesoroti rembulan.

Hatinya Seng Eng terkejut, karena ia seperti mengenali golok itu ada golok miliknya yang tergantung dalam kamarputerinya.

orang liar, lekas katakan, kau dapat curi darimana golok itu" ia membentak.

Tapi lawannya tidak menjawab, hanya menyerang dengan senjatanya, hingga Seng Eng sangat mendongkol, ia pun lantas gerakkan senjata cambuknya, hingga lawan itu dalam sekejapan saja sudah bertarung ramai sekali.

Co Kang cay menonton dibawah pohon dengan hati kuatir, diam-diam ia berdoa supaya Tiong Jong diberi kekuatan dapat mengalahkan Seng Pocu yang kejam.

Ho Tiong Jong membikin bingung lawannya, sebentar ia mainkan tipu-tipu serangan keluaran Hoa-sanpay, lalu Siauw-lim-pay, kemudian Bu tong-pay.

Terutama permainan golok-keramatnya yang membikin Seng Eng sangat kagum.

Dari mana datangnya anak liar ini" Demikian diam-diam Seng Eng menanya pada diri sendiri, sementara itu serangan yang gencar dari pihak lawan yang menggunakan tenaga im (lemas) dan yang (keras) membuat Seng Eng tak tetap menyerang dengan senjata cambuk pasakanya.

Sebagai sat ujago kawakan, yang sudah mempunyai nama dalam kalangan kangouw, terang Seng Pocu tidak mau mengalah terhadap lawannya yang masih sangat muda.

Tapi bagaimana juga ia ngotot, kenyataannya ia bukan tandingan sang lawan.

Beberapa kali goloknya lawan hendak mampir ditubuhnya, akan tetapi tidak jadi, rupanya sang lawan seolah-olah menaruh belas kasihan.

Perbuatan mana bukannya tidak diketahui oleh Seng Eng, maka juga diam-diam hatinya mulai gentar menghadapi lawannya yang lihay.

Sebenarnya, baru kali ini ia menghadapi lawan berat.

Satu kali cambuknya sudah dapat mendekati tubuh lawan, tapi goloknya musuh ada sangat cepat dengan satu sontekan yang oleh ujung golok, senjatanya Seng Eng telah dibikin terbang melayang-layang.

Seng Eng kaget, cepat ia melesat menyambuti cambuknya, kemudian ia hadapi lagi pemuda lihay itu.

ia sebenarnya keder, tapi sebagai satu jago kenamaan ia tidak mau menyerah kalah mentah-mentah.

Apalagi hatinya sangat panas bila melihat co Kong cay pikirnya, kalau bisa ia akan membunuh dua orang itu.

Kembali pertempuran telah berlangsung dengan ramai sekali.

Cambuknya Seng Eng menari dan mengurung Ho Tiong Jong, akan tetapi anak muda itu dengan tenang putar goloknya yang tajam.

Sungguh indah sekali kelihatannya dua senjata itu dimainkan oleh dua orang yang mahir menggunakannya.

Dua-dua mengeluarkan ilmu serangannya yang hebat, maka tidak heran kalau kejadian itu telah membikin co Kang cay melongo, sekalipun ia sebenarnya tidak tahu apa-apa dalam hal ilmu silat, Hatinya merasa lega, karena melihat jagonya seperti berada diatas angin.

Meskipun cambuknya Seng Eng mengulung, tidak dapat berbuat banyak.

Tubuhnya Ho Tiong Jong sangat gesit, ia pergi datang menyingkir dari sabetan pecut yang lihay, sementara goloknya berkelebatan seolah-olah malaikat elmaut hendak meminta korban, Berbagai tipu silat simpanan sudah dikeluarkan oleh seng Eng, tapi tetap lawannya yang masih sangat muda dapat melayaninya dengan bagus sekali.

celaka" Demikian ia menghela dalam hatinya.

Ia kerahkan seluruh tenaganya untuk mendesak mundur lawannya, kemudian merogoh sakunya mengeluarkan senjata rahasianya sebuah mutira merah sebesar buah lengkeng, dengan mana ia menyambit.

Mutiara merah ini mengenakan dengan jitu pada dadanya si anak muda, akan tetapi heran, lawannya tidak rubuh.

Malah, sekali ia bersiul nyaring lantas menyambar tubuhnya co Kang cay dibawah lari terbang.

Seng Eng kaget betul-betul, ia jadi bengong sejenak.

Hatinya mulai jerih dangan tibatiba itulah tidak heran, karena Seng-Eng selama menjagoi dalam kalangan rimba persilatan senjata gelapnya itu belum pernah meleset kalau ia gunakan, korbannya akan rubuh dengan luka berat paling sedikit kalau tidak binasa seketika itu juga.

Tapi kali ini korbannya yang terkena jitu senjata rahasianya itu tidak apa apa, malah dapat melarikan diri demikian gesitnya, siapa yang tidak jadi kaget oleh karenanya" Tapi ketika Ho Tiong Jong sudah berada tiga tumbak jauhnya, ia baru sadar dan paksakan menguber, cuma saja mengubernya tidak sungguh karena direm oleh perasaan takut kalau-kalau pemuda itu balik lagi dan menempur dirinya dengan kesudahan ia menjadi pecundangnya.

Setelah mengejar melewati beberapa tikungan, Seng Eng hentikan kakinya, ia tidak mau spekulasi dengan jiwanya, apa lagi kalau ingat tempat rahasia dari mana ia mengeluarkan peta saluran air d ipenjara air itu masih belum ia tutup rapih.

Oleh karenanya, ia balikkan tubuhnya dan kembali ke kamar bacanya, dimana ia menutup rapih-rapih tempat rahasia itu.

Setelah ia mengasoh sebentaran, lalu pergi keruan-gan tempat berkumpul.

Ia menyuruh orangnya untuk panggil beberapa kaki tangannya dan sebentar lagi dalam ruangan itu sudah berkumpul PekBoe Taysu, Kim Toa Lip.

co Tong Kang, Ban Slong Tojin, song Boe Kie, dua saudara oet-ti dan co Goen Tiong.

Rapat kilat ini membikin mereka heran, tapi mengerti Seng Kee Po sudah kedatangan musuh kuat, makanya Seng Pocu demikian repot kelihatannya.

Apa yang mereka duga memang tak salah, ketika sebentar lagi Seng Eng menerangkan adanya seorang pemuda yang lihay telah melarikan orang tawanan yang sudah dua puluh tahun lamanya ditahan dalam penjara air.

Ia bicara sengit dan minta supaya mereka dengan sungguh bikin penjagaan dan menangkap orang yang mengacau itu.

Dia sangat lihay, meski orangnya masih sangat muda.

Maka, kalau orang begini memusuhi kita dan tidak dapat dibekuk siang-siang niscaya kedudukan kita akan ambruk oleh karenanya, Maka itu, aku minta sekali lagi, haraplah sekalian saudara dengan sepenuh hati menjaga benteng kita dan menangkap padanya.

Demikian Seng Eng tutup bicaranya, ia tidak menceritakan yang ia barusan sudah bertanding dengan pemuda itu dan hampir menjadi pecundangnya.

Diantara mereka tidak ada yang majukan pertanyaan apa-apa, hanya menerima perintah dan melakukan penjagaan terpencar.

Setelah mereka berlalu, Seng Eng tinggal termenung-menung sendirian-Terdengar beberapa kali ia menghela napas.

Ayah.

tiba-tiba ia mendengar suara halus menyelusup dalam telinga.

Itulah suara puterinya, yang masuk keruangan menghampiri padanya.

Seng Eng hanya mengawasi puterinya tidak mengucapkan apa-apa.

Ayah, kau sudah mengadakan sidang kilat malam-malam begini apa sebenarnya yang telah terjadi " si nona menanya dengan laku yang sangat manja.

Sang ayah tinggal membisu, seolah-olah ingatannya masih belum kumpul.

Ayah, mengapa kau sampai begitu terpengaruh " Giok-jie.

kau., , 

, kau., , 

, Kau apa" Ada apa dengan giokjie " Kau tidak tahu, benteng kita sudah kemasukan satu pemuda yang lihay ilmu silatnya.

Dia sudah menculik co Kang cay, tawanan kita yang sudah dua puluh tahun lamanya sungguh celaka sekali, kalau co Kang cay dapat meloloskan diri dari sini.

ia tahu banyak tentang keadaan benteng kita, kalau ia membocorkan pada musuh kita dengan mudah mereka dapat membuat bentengan kita ambruk pertahanannya dan ludeslah sekali angan-angan kita untuk menjadi jago dalam rimba persilatanAyah, bagai mana kau tahu pemuda itu sangat lihay" si nona memotong.

giok-jie, benar-benar dia sangat lihay, cambuk ayahmu yang telah mengangkat namaku dalam rimba persilatan tidak ada gunanya dihadapkan kepadanya, malah malah senjata rahasia ayahmu mutiara merah yang ampuh luar biasa tidak mempan menembusi dadanya yang terkena telak betul, Ah, dia., , 

dia memang lihay.

Seng giok cin bingung juga melihat kelakuan ayahnya.

Adatnya sang ayah sangat angkuh, tidak gampang-gampang memuji kepandaian orang.

Kalau kini ia sampai memiiji-muji demikian rupa, sudah tentu pemuda itu bukan main lihaynya.

Apa pemuda itu bukannya dia" ia tanya dirinya sendiri.

Sedang pikirannya melayang layang, tiba-tiba dibikin kaget oleh pertanyaan ayahnya.

 Giok-Jie, aku ada mencurigakan senjatanya.

Senjata apa dia gunakan" Golok pusaka kita.

Ayah.

hanya ini yang keluar dari mulutnya yang mungil, dadanya berdebaran seketika itu, parasnya yang pucat agak kemerah-merahan.

Sang ayah menatap parasnya sang putri sekian lama, hingga Seng Giok cin tundukan kepalanya.

Betulkah itu golok pusaka kita" tegurnya, , , .

mungkin., , 

jawabnya perlahan.

Puterinya yang biasa lancar bicara dan sangat tangkas mengatur sesuatu urusan, kini kelihatan agak gugup seolah-olah yang mempunyai kesulitan, membuat Seng Pocu menjadi heran dan mau mendesak puterinya tapi urung ketika satu pikiran berkelebat dalam otaknya.

Kalau melihat kelakuan pemuda lihay itu dan anaknya sekarang, seperti ada mempunyai hubungan apa-apa yang ia tidak tahu.

Tadi ketika ia bertempur, beberapa kali goloknya si pemuda hampir berhasil melukai dirinya, tapi heran tidak diteruskan, seolah-olah sengaja tidak ingin melukainya.

Kalau benar-benar pemuda itu bertempur dengan maksud membunuh, tadi rasanya tidak sukar mengambil jiwanya, Mungkin pemuda itu ada memandang pada dirinya, maka telah mengasih kelonggaran yang tidak diduga-duga.

Seng giok cin ada puteri tunggalnya, ia sangat sayang pada si nona yang otaknya sangat cerdik dan banyak akalnya, Maka melihat anaknya seperti mempunyai kesukaran untuk menuturkan kepadanya soal golok pusaka itu, ia tidak mau mendesak lebih jauh, hanya simpangkan pembicaraan kelain jurusan.

Sudahlah Giok-jie mari ikut aku membantu mereka menangkap pemuda itu.

kita Seng Eng, sambil berbangkit dari duduk nya dan berjalan keluar diikuti oleh seng Giok Cin dengan tundukkan kepala.

Selama mengikuti ayahnya, pikirannya terkenang pada pemuda pujaannya.

Ia tidak mengira sama sekail, kalau Ho Tiong Jong ada mempunyai kepandaian yang tinggi, dapat mengalahkan ayahnya yang tersohor mempunyai kepandaian jarang tandingannya.

Barusan, ketika bertempur dengan Ho Tiong dengan acuh tak acuh memberikan perlawanannya.

Sebab kecuali anak muda itu memang tidak bermaksud jahat padanya, juga menang benar-benar kepandaiannya telah meningkat diluar dugaannya.

Tapi kenapa Ho Tiong Jong tidak mau menemuinya.

Pertanyaan ini adalah yang mengaduk dalam otaknya.

Ia paham Ho Tiong Jong tentu mengerti bahwa ia ada mencintai padanya, tapi kenapa pemuda itu tidak terang-terangan menemui padanya" Malah ia sudah menculik Co Kang Cay hendak dibawa keluar benteng, apakah maksudnya itu" Rupa-rupa pertanyaan mengaduk dalam otaknya akan tetapi sulit ia dapat memecahkannya, Tindakkannya pemuda she Ho itu seolah-olah merupakan teka-teki yang sukar ditebaknya.

Kini ia dihadang oleh jago-jago kenamaan, apakah Ho Tiong Jong dapat meloloskan diri sambil membawa beban yang berupa dirinya Co Kang Cay.

Seng giok cin baru tersadar dari lamunan nya ketika mendengar ayahnya berkata.

giok Jie, kau menjaga disini.

Awas jangan kasih dia lolos, Kalau mereka lolos berarti membahayakan pada kedudukan kita, kau mengerti" Aku mengerti ayah jawab si nona seperti yang masih linglung.

Dengan cepat Seng Eng sudah melesat ke lain jurusan dan menghilang ditempat gelap.

Tempat yang ditugaskan untuk Seng giok cin juga adalah jalanan penting untuk orang dapat keluar dari Seng Kee Po.

Meskipun ia mencurigai anaknya, tapi Seng Eng percaya puterinya tak akan menghianati ayahnya sendiri.

Kita kembali melihat Ho TioagJong, Pemuda itu setelah lari meninggalkan Seng Eng atas petunjuk co Kang cay telah mengumpat dalam satu bangunan di bawah tanah Sebelumnya masuk ia turunkan co Kang cay dari gendongannya dibawah suatu pohon yang rindang, Ia memeriksa goloknya, diam diam ia merasa terkejut ketika melihat goloknya gompal karena tadi dipakai menahan senjata rahasianya Seng Eng.

Ia mengerti hebatnya senjata rahasia mutiara merah itu, kalau saja tidak golokrya barusan yang menalangi merangkis nya, jiwanya tentu bisa melayang saat itu.

Lihay ia menggerendeng sambil menghela napas.

Pikirnya mengalami bahaya maut tadi tidak sampai mati, apakah nasibnya tidak jadi mati karena racunnya Tok kay didalam tubuhnya" Setelah sekali lagi ia menghela napas lalu pondong tubuh co Kang cay masuk kedalam bangunan rahasia tadi, dimana mereka sembunyi untuk sementara waktu dari kejarannya Seng Eng, setelah mengasoh beberapa lama, Ho Tiong Jong ajak Co Kang Cay ke luar lagi, supaya malam itu juga mereka bisa meloloskan diri dari kekuasaannya Seng Eng dan kawan-kawannya.

Tapi ia tidak jadi keluar mengambil jalanan masuk tadi, karena ketika ia mengintip keluar mendapat lihat ada si muka merah Kim Toa Lip yang sedang menjaga.

Lopek, bagaimana sekarang kita bertindak" Semua tempat rupanya sudah dijaga oleh orang orang kuat dari Seng Kee Po, apakah lopek tidak punya jalanan lain untuk kita keluar dari sini dengan selamat" tanya Ho Tiong Jong Co Kang Cay.

Tiong Jong, kau jangan kuatir.

Masih banyak jalanan untuk kita bisa keluar dari sini dengan selamat, jawab sikakek lumpuh.

Hatinya Ho liongJong lega mendengar perkataannya sang kawan tua.

Bagus, katanya, kita berusaha, kita mencoba, bagaimana juga harus kita berhasil meninggalkan tempat terkutuk ini.

Mereka lalu pergi ke lain bagian keluar, disini baru saja Ho Tiong Jong menongolkan kepalanya lantas melihat ada dijaga oleh seorang yang bersenjatakan bendera segi tiga.

Sipemuda kenali ia ada Co Tong Kang, salah satu orang lihay dalam Perserikatan Benteng perkampungan yang ia saksikan sendiri kepandaiannya ketika Co Tong Kang bertempur dengan Ceng Ciauw Nikow.

IA kembali pada Co Kang cay dan berkata padanya.

Lopek jalanan ini juga tidak aman.

Diluar ada dijaga oleh Co Tong Kang, sulit kita melewatkan dia tanpa ada pertempuran yang hebat.

Co Kang cay berpikir sejenak.

kemudian ia berkata.

 Masih ada jalanan lain, entah disana dijaga oleh siapa, mari kita kesana " Ho Tiong Jong lalu pondong lagi si kakek jalan mengikuti jalanan yang berbilukbiluk, kemudian ia letakkan si kakek dan ia sendiri menghampiri tutup lubang yang merupakan pintu jala n keluar untuk mengintip siapa yang jaga disitu.

Hatinya tiba-tiba berdebar, karena ia melihat satu bayangan kecil langsing yang sedang menjaga dibagian itu.

ia bukan lain tentu nona Seng, pikirnya.

Harapan dapat lolos dengan mendadak muncul dalam otaknya, ia paham akan besarnya cinta Seng giok cin atas dirinya, maka ia percaya si nona tidak ingin melihat ia mengalamkan kesulitan dan tentu akan memberi jalan kepadanya untuk keluar dari tempat itu.

^ Maka tanpa ragu-ragu ia telah gendong co Kang cay diajak keluar dari bangunan dibawah tanah itu, Ketika ia hendak menghampiri sinona telah dibikin merandek melihat ada bayangan seseorang yang mendatangi menghampiri si nona, cepat-cepat Ho Tiong Jong menyelingkar dibalik pohon besar.

Terdengar orang tadi berkata.

giok-jie, apakah kau tidak melihat apa-apa" Ah, dia Seng Pocu pikir Ho Tiong Jong dibalik pohon- Tidak.

ayah.

jawab si nona ringkas.

Hati-hatilah kau menjaga, jangan sampai bocah itu lolos membawa co Kang cay.

Aku banyak urusan mengontrol tidak lama-lama menemani kau.

Nah, perhatikan apa yang ayahmu kata barusan-.

Omongannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat menghilang dari pemandangan.

Diam-diam Ho Tiong Jong bersyukur dirinya tidak sampai dipergoki oleh kepala benteng yang kejam telengas itu.

Setelah keadaan sudah aman untuk ia menghampiri si nona, maka dengan perlahan-lahan sambil menggendong Co Kang Cay ia datang pada Seng Giok Cin.

Nona Seng terkejut melihat seseorang dengan menggendong orang datang menghampiri padanya tapi lekas hatinya menjadi tenang lagi ketika mengetahui bahwa orang itu bukan lain ada Ho Tiong Jong.

Ia menanti serangan Ho Tiong Jong, tapi heran pemuda itu tidak menyerang, sebaliknya malah mendekati padanya dan berkata, Nona Seng, aku mohon kemuliaan hatimu supaya memberi jalan lolos kepada kami, untuk pertolongan mana kami seumur hidup tidak akan melupakannya.

Seng Giok Cin hatinya berdebaran mendengar suara itu yang ia kenali betul.

Hai, kau ini siapa" si nona pura-pura menanya.

Aku Ho Tiong Jong, jawabnya.

Hai, bukan Ho Tiong Jong sudah mati" Giam-lo ong masih belum mau menerima aku.

Si nona menekap mulutnya yang mungil menahan ketawanya mendengar jawaban Ho Tiong Jong yang lucu.

Nona Seng, aku harap sekali pertolonganmu itu, kata pula si pemuda, yang jadi mesem melihat kelakuannya si nona terasa geli sambil menekap mulutnya.

Tiba-tiba ia rasakan tangannya dicekal si nona.

Tiong Jong, kata si nona, kau ini bukankah sudah mati dibawah senjata rahasianya ceug ciauw Nikow yang dinamai Tok kim-chi" cara bagaimana kau bisa hidup.

Selain dari itu, apa maksudmu kau hendak pergi dari sini dengan membawa-bawa orang tua ini" sambil menunjuk pada co Kang cay yang digendong.

Tidak.

malam ini juga kau harus datang dikamarku.

Ho Tiong Jong terkejut, Dalam hatinya berpikir kalau ia tidak menurut permintaannya si nona, sudah pasti ia tidak bisa keluar dari situ, Untuk dirinya sendiri tidak menjadi soal, hanya kasian kepada co Kang cay yang sudah dua puluh tahun lamanya belum pernah melihat matahari lagi, Ia cepat mengambil putusan, jawab nya.

Ya, baiklah nona Seng, sebentar jam tiga aku akan datang ketempatmu.

Seng giok ceng girang mendengar janjinya si anak muda, maka ia lalu berkata.

Nah, sekarang cepat-cepat kau melarikan diri Ho Tiong Jong mengucapkan terima kasih, kemudian meninggalkan tempat itu menuju kekuil bokbrok yang tempo hari ia dengan Tok-kay pernah meneduh dan telah membunuh pengemis beracun itu.

Ia lalu menurunkan co Kang cay dari gendongannya.

Berdua duduk diatas lantai, berCakap cakap akan bertindak selanjutnya.

Selama itu pikirannya si pemuda kalut, karena memikirkan nasibnya yang hanya sampai besok malam temponya jam tiga, jiwanya pasti melayang karena racun jahatnya Tok kay.

Pikirnya, orang telah mengetahui dirinya telah binasa dibawah Tokkim-chi ceng ciauw Nikow, sekarang hidupnya dalam rahasia sudah bocor diketahui orang juga.

Untuk apa sebenarnya hidupnya yang sesingkat waktu itu" Sambil menghela napas ia berkata pada Co Kang Cay Co Lopek.

baru sekarang aku ingat bahwa pekerjaanku menolong kau akan terlantar setengah jalan-.

Hei, kenapa kau bilang begitu" memotong Co Kang Cay kaget.

kembali Ho Tiong Jong menghela napas, Lopek.

katanya lesu , sebenarnya badanku sudah terkena racunnya Tok kay.

Besok jam tiga malam racun itu akan bekerja dalam tubuhku.

Kecualinya sebelum jam tiga itu aku ketemu dengan si Dewa obat Kong Jat Sin yang dapat menolongku, jiwaku tidak melayang karenanya, Aku menyesal tidak bisa melanjutkan tugasku menolong dirimu sampai ditempat yang amanCo Kang Cay kaget bukan main mendengar bicaranya Tiong Jong.

Mukanya menjadi pucat seketika.

Hai, bagaimana baiknya ini" katanya gugup, Kakiku sudah tak dapat berjalan, kalau nanti dapat diketemukan oleh Seng Eng tentu dia akan menyiksa diriku dengan lebih kejam lagi daripada yang sudah.

Ho Tiong Jong yang berhati budiman, merasa terharu dan kasihan pada si kakek yang jadi gelabakan ketakutan.

Perkataannya Co Kang Cay memang beralasan.

Ditempat itu, malah disekitarnya sejauh ratusan li masih dibawah kekuasaannya Seng Eng, mana mereka dapat bersembunyi disitu, apalagi kalau Co Kang Cay ditinggal sendirian, terang ia akan ditemukan lagi oleh Seng Eng.

Tiong Jong, kalau begitu baik kau bawa lagi aku ke tempatnya Seng Eng, kata co Kang cay dengan tiba-tiba.

Ho Tiong Jong kaget dan mengawasi si kakek dengan perasaan tidak mengerti.

Tiong Jong, kau jangan kaget, kata si kakek nyengir, kau tidak tahu, kita sembunyi ditempatnya Seng Eng ada lebih aman, karena disaaa ada banyak tempat yang rahasia dan aku sendiri yang mengetahuinya, jikalau kita masuk dalam salah sebuah kamar yang kiranya tidak akan menjadi perhatian mereka, tentu kita sembunyi dengan selamat kau pikir bagaimana" Ho Tiong Jong pikir jalan itu memang ada berbahaya, tapi karena sudah tidak ada jalan lain, pikirnya jalan itu baik ditempuhnya.

Tapi, bagaimana kita balik kesana, apa tidak akan dipergoki oleh mereka" tanyanya sangsi.

Kaujangan kuatir, turut saja petunjukku kau jalan akan selamat jawab si kakek yang sudah tahu betul selak seluknya tempat di benteng Seng-kee Po itu.

EMIKIAN setelah mereka mengasoh sebentar lantas Ho Tiong Jong menggendong si kakek dan dia akan sendiri, Maka nya semuanya ada tujuh koper penuh dengan isi nya emas semua, Betul-betul dalam seumur hidupnya Ho Tiong Jong baru mengalami melihat harta dunia yang demikian hebatnya, Mustahil maka berapa harganya emas itu dapat dibayangkan bawa kembali ke tempatnya Seng Eng.

Betul saja, dengan melalui jalanan yang jarang dilalui orang atas pengunjukan co Kang cay, akhirnya Ho Tiong Jong dapat membawa si kakek kembali ke-tempatnya Seng Eng dengan tidak menemui rintangan apa-apa.

Dengan mengikuti petunjuk Co Kang cay ia menggendong masuk keluar kamarkamar batu rahasianya" Akhirnya mereka memasuki sebuah kamar batu yang lebarnya dua tombak dan tingginya enam kaki, pintunya dapat didorong dan menutup sendiri.

Inilah ada kamar yang merupakan pusatnya dari sekalian kamar batu lainnya, di atasnya kamar ini ada kamar tempat tidurnya Seng Eng, penerangan disini terpancar dari dua buah batu mustika.

Co Kang Cay memilih kamar ini dianggapnya tempat yang aman, karena jarang di datangi oleh Seng Eng.

Kamar-kamar batu rahasia disitu, merupakan gudang hartanya Seng Eng.

Atas pengunjukan Co Kang cay supaya si pemuda dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana besar hartanya Seng Eng.

Ho Tiong Jong pergi ke kamar sebelahnya dimana benar saja terdapat harta benda yang tak ternilai harganya.

Di atas meja panjang ia lihat ada tersebut barang mustika, mutiara dan sebagainya yang sangat berharga.

Lebih jauh ia lihat ada tujuh buah koper besi, ia membukanya koper itu isinya ada barang barang yang terbikin dari bahan emas.

Ditaksir timbangan koper itu ada puluhan ribu.

Setelah puas melihat-lihat dalam kamar harta itu, Ho Tiong Jong balik lagi kekamar dimana Co Kang cay ada menantikan padanya.

Bagaimana " tanya Co Kang cay ketika melihat si pemuda menghampiri padanya.

Sambil ambil tempat duduk.

l Ho Tiong Jong menjawab.

Ya, betul-betul aku seumur hidupku baru melihat harta yang demikian besarnya, Tujuh buah koper penuh dengan emas sedang diatas meja ada berserakan benda-benda mustika, berlian, batu kumala, mutiara dan sebagainya.

Betul-betul Seng Pocu ada satu hartawan besar.

Ia berkata sambil menghela napas.

Hei, kenapa kau menghela napas" tanya co Kang cay.

Ya.

katanya lesu, kalausaja aku tidak merasa hutang budipada nona seng, aku pasti akan mencari akal untuk mengambil harta benda itu dan kemudian dibagi-bagikan kepada orang yang melarat supaya mereka dapat bernapas legahan dalam penghidupannya yang serra sempit.

Bagus, Tiong Jong, kata sikakek sambil mengelus-elus jenggotnya, kau yang begini muda mempunyai pikiran begitu dermawan, kelak di kemudian hari kau akan mendapat pembalasannya.

Memang benar, kalau harta kekayaan itu kita bagi-bagikan kepada orang miskin, tentu mereka merasa sangat berterima kasih dan akan membalas budi pada kita.

Tidak.

lopek memotong Ho Tiong Jong, bukan maksudku untuk menerima pembalasan budi, Aku kalau sampai dapat membagi harta kepada pihak si miskin, aku sudah merasa puas dan tidak mengharap akan pembalasan budinya mereka.

Demikian mereka melamun, jikalau menguasai harta akan dibagi bagikan kepada rakyat miskin.

Selagi si kakek tersenyum-senyum sambil mengurut-urut jenggotnya, tiba tiba ia seperti kaget dan berkata pada Ho Tiong Jong.

Tiong Jong, bukankah kau sudah berjanji dengan nona Seng" Kini sudah dekat jam tiga, kau harus pergi kesana, Harap kau lekas pergi dan cepat kembali, aku disini kesepian di tinggal sendirian.

Tidak apa, jawab Ho Tiong Jong bersenyum, lambat-lambatan sedikit tidak menjadi soal, asal aku pergi menemuinya.

Kau jangan kuatir, aku pergi dan tidak lama akan balik kembali.

Ia lalu meninggalkan Co Kang Cay, tapi di luar ia merandek dan memikirkan halnya Sikakek yang sudah dua puluh tahun ditahan sungguh tersia sia kepintarannya selama dua puluh tahun itu tak dapat digunakan.

Pikirnya, baik sekali kalau ia masuk pula ke gua harta tadi dan mengambil beberapa potong emas dan mutiara untuk diberikan kepada Co Kang Cay, ia sudah tua dan tak dapat bekerja berat lagi maka emas dan mutiara itu ada untuk ongkos hidup selanjutnya.

Setelah mengambil putusan, ia lalu mampir lagi keg udang harta tadi, dimana ia mengambil potong emas dua, dua puluh butir matiara.

Ketika ia hendak kembali kekamar Co Kang Cay, ia melihat disitu ada patung tembaga yang besar, yang bermula ia datang kesitu tidak diperhatikan.

Kini ia perhatikan patung tembaga yang besar itu.

Pikirnya, patung beginian apa gunanya ditaruh dalam gudang harta ini" ia lalu menghampiri dan merabah patung tembaga itu dari kepala sampai kebawah.

Dilihatnya dibawahnya ada satu bantalan, ia iseng dan menggosok-gosok bantalan ini tiba-tiba bantalan itu mengeluarkan cahaya dan terbuka.

Didalamnya pun ada sebuah perisai gading lebarnya tiga jari dan panjangnya tiga dim, pada gading itu ada benang merah, mulai dari sudut atas bagian kiri terus berputar-putar ketengahnya dan sampai ditengah-tengah sebelah kanan benang itu Sudah-putus, ia tidak mengerti apa rahasianya benda itu, kemudian ia benahi lagi seperti sedia kala, ia balik lagi ketempatnya Co Kang Cay.

orang tua itu heran sianak muda balik kembali.

Kau balik kembali, kenapa, apa tidak jadi menemui nona Seng " tegurnya.

Aku balik kembali membawa ini.

jawab si pemuda sambil menunjukkan emas dan mutiara yang dibawanya dari kamar harta, Untuk apa kau bawa bawa yang demikian" tanya si kakek.

 Kau sudah ditahan disini sudah dua puluh tahun lebih, maka lebih dari pantas kalau kau dapat bagian ini.

Maka harap lopek terima ini.

sambil diberikan pada si kakek.

Co Kang Cay tertawa bergelak-gelak pelahan sambil menerima barang tersebut.

Hmm Tiong Jong memang betul katamu tadi, Aku harus mendapat kerugian untuk tempoku yang ditahan disini.

Tapi aku tidak mau harta ini, aku mau tempoku itu, Nah, karena sudah ketelanjur kau membawanya, maka kita bagi seorang separuh saja.

Kau perlu gunakan untuk diperjalananmu kelak, untukku separph sudah cukup, Ho Tiong Jong menolak.

tapi setelah dipaksa ia hanya menerima lima butir saja, yang ia anggap itu ada pemberian Co Kang Cay bukannya harta haram.

Nah, sekarang sudah saatnya aku pergi menemui nona Seng, Aku sudah paham dengan jalanan rahasia disini, maka aku tidak sampai salah jalan.

Harap kau baik-baik menantikan disini.

Ho Tiong Jong segera meninggalkan tempat itu sebentar saja ia sudah sampai dikamarnya nona Seng.

ia lalu mengetuk jendelanya sampai dua kali, tapi tak kedengaran reaksi apa-apa dari dalam.

Ia sudah hendak meninggalkan tempat itu, tapi di pikirannya tak baik ia mengingkari janji, maka ia lalu mengetok pula sekali.

Tapi tak juga mendapat jawaban, Ketika ia hendak pasang kupingnya meneliti, ia mendengar suara mengorok disebelah dalam.

Kapan ia menyelidiki dari renggangannya jendela, ia dapat kenyataan yang tidur ngorok itu ada satu pelayan perempuan.

Ia sudah putar tubuhnya hendak kembali, tiba-tiba ia melihat ada berkelebat bayangan orang menuju kepinggir rumah, dimana ia menghilang.

Ho Tiong Jong bercekat hatinya, Apa ia Seng Eng" Badannya kurus dan ilmu mengentenGi tubuhnya bagus sekali.

Tertarik oleh penglihatannya, maka ia lantas mengejar, tidak jadi kembali kekamar rahasianya, ia melihat bayangan orang itu lompat melewati tembok pekarangan, maka ia juga menyusul lompati tembok tadi.

Diluar tembok pekarangan itu ternyata ada lapangan, dan sawah, sedang orang tadi entah kemana perginya tidak kelihatan bayangan-nya.

Tapi ia terus mengejar pula beberapa li, tiba-tiba ia hentikan tindakannya karena mendengar seperti ada orang yang sedang bertempur.

 Dari suara bentakan-bentakan, ia kenali suaranya Li-lo sat Ie Ya, Apakah Ie Ya terjebak disini" tanyanya dalam hati sendiri.

cepat-cepat ia pergi ketempat pertempuran disana, dibelakangnya kebun buah, ia melihat ada tiga orang sedang bertempur.

Dua lelaki melawan satu perempuan.

Perempuan yang dikerubuti itu ia kenali betul ada Li lo-sat Ie Ya, sedang yang mengeroyoknya juga ia kenali ada oet-ti Kang dan oet-ti Koen.

Dilihat jalannya pertandingan kelihatan tak menguntungkan untuk le Ya.

ia ini menggunakan selendang sutra sebagai senjata, sebenarnya ada meminta banyak tenaga karena orang yang menggunakannya harus menyalurkan tenaga dalamnya ke selendang sutra itu, barulah selendang itu dapat digunakan dengan sesuka hatinya.

Maka Ho Tiong Jong pikir, lama lama le Ya akan kewalahan dan kalah melawan dua musuhnya yang bukan lemah kepandaiannya.

Mengingat le Ya pernah menolong dirinya tempo hari maka perasaan hendak membalas kebaikan orang timbul seketika dalam hatinya.

Tambahan ia merasa gemas, seorang perempuan dikeroyok oleh dua lelaki pantes.

Tidak ayal lagi ia lantas menyerbu dalam pertempuran membantu Li-Iosat le Ya.

Co Tong Kang yang juga ada disitu telah keluarkan bentakan nyaring.

Hei, kau manusia liar dari mana berani mengacau ditempatnya Seng Pocu Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya putar goloknya menyerang kepada dua saudara oet-ti yang mengerubuti le Ya.

Oet-ti Kang sambil berkelit dari sambaran goloknya Ho Tiong Jong, telah meneruskan serangan pedangnya kepala Li-lo-sat le Ya.

Oet-ti Koen telah menangkis serangan hebat Ho Tiong Jong pedangnya membentur golok sampai lelatu api.

Ketika dilihatnya, oet-ti Koen merasa sangat terlihat berduka, karena pedang cit seng-kiamnya telah menjadi gompal karenanya.

le Ya dilain pihak ketika pedang cit-Seng kiam Oet-ti Kang mengarah dirinya lantas gunakan selendang suteranya dengan tipu Sin liong cut hay (Naga sakti keluar dari laut), ia menggulung senjatanya lawan.

Oetti Kang kerahkan tangannya menarik pulang pedangnya, tapi selendang suteranya Ie Ya terus menyerang kearah jalan dari seorang yang penting, Untung co Tong Kang itu waktu keburu menyelak.

menggunakan senjata benderanya menahan serangan selendang suteranya Ya, hingga oet-ti Kang terhindar bahaya kena ketotok.

Ho Tiong Jong tidak tinggal diam, dengan gaya co imSu-yang (tiba-tiba lunak berubah keras) yang telah menangkis benderanya co Tong Kang, Golok dengan Panji Api telah beradu, serangan im (lunak) dari Ho Tiong Jong telah berubah menjadi yang (keras) membikin co Tong Kang sangat terkejut, sampai ia mundur dua tindak.

oet-ti Kan mengenali golok yang digunakan Ho Tiong Jong ada golok pusaka, maka ia berteriak.

Hei, kau jangan berlaku pengecut Kau ini pendekar dari mana, lekas katakan, aku tidak ingin bertempur dengan segala orang yang tidak punya nama.

Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya tertawa dingin.

Ie Ya sekarang sudah mundur, menonton penolongnya bertempur dengan co Tong Kang, Diam diam ia heran sebab apa pemuda tidak dikenal ini telah turun tangan membantunya.

Ho Tiong Jong sebenarnya menyerbupada saat mereka bertempur, maksudnya supaya Ie Ya lekas-lekas melarikan diri, tapi kenyataannya tidak demikian, Ie Ya daripada angkat kaki malah diam menonton dipinggiran, Hatinya jadi gelisah.

Ho Tiong Jong dikeroyok co Tong Kang dan oet-ti Koen, tapi pemuda itu dengan tenang telah memberikan perlawanannya.

Tipu-tipu golok seperti Bulan keluar bintang lenyap dan Dimana hati melewati perbatasan gunung telah dimainkan oleh si anak muda dengan bagus sekali.

Tenaganya besar, hingga tekanan golok dirasakan oleh co Tong Kang sangat berat, Maka ia tidak berani menangkis goloknya Ho Tiong Jong dengan keras lawan keras, hanya ia mengandalkan kegesitannya untuk menyingkir dari serangan sang lawan.

Dengan gaya Thian lie San-hoa, (Bidadari menyebar bunga) Ho Tiong Jong, menyalakan api membakar langit.

oet-ti Koen yang melihat saudara tuanya tertindih, kuatir pedangnya akaa mengalami nasib seperti pedangnya sendiri gompal, maka ia lalu menyerbu memberikan bantuannya Kini-Ho Tiong Jong jadi dikerubuti bertiga.

Li lo-sat Ie Ya terbengong menyaksikannya pemuda itu sangat gagah dikerubuti bertiga masih tidak kelihatan merasa keder, justru ia sedang bengong, mendadak lihat pemuda itu mendorongkan tangannya kearahnya, angin keras telah menyampok dirinya hingga ia terpental beberapa tumbak jauhnya.

Ie Ya bermula heran, tapi kemudian ia mengerti maksudnya pemuda itu, yalah supaya ia lekas lekas menyingkir dari tempat itu, Maka seketika itu ia telah menyembunyikan diri dibaliknya rimba pepohonan yang jauhnya beberapa tumbak dari tempat pertempuran.

oet-ti Koen yang biasa suka sekali membentak ia telah menyerang dengan pedang gompalnya, Apa mau tangkisan golok bukan main beratnya, hingga tangannya tergetar dan ia sendiri telah sempoyongan mundur beberapa tindak.

Lihay Demikian pikirnya, nyalinya seketika itu telah menjadi ciut.

oet-ti Kang jugapelan pelan telah menarik serangannya, karena ia tahu betul ia bukan tandingannya musuh.

Kalau ia memaksa meneruskan pertandingan niscaya kerugian akan dialamkan olehnya.

Tinggal sekarang co Tong Kang, si bayangan kurus yang dikejar oleh Ho Tiong Jong tadi, masih ngotot melayani Ho Tiong Jong, meskipun sudah tahu bahwa ia juga bukan tandingannya si anak muda yang lihay.

Ho Tiong Jong mengerti dua saudara oet-ti itu sudah ciut nyalinya dan tidak berani mengeroyok lagi, maka untuk membikin keder satu lawannya yang masih ngotot ini, pemuda itu telah mengeluarkan tipu tipu serangan bergabung antara partay-partay Siao lim, Bu-tong dan Kun-lun.

Memang dengan tekanan ilmu gabungan itu co Tong Kang kelihatan kewalahan.

Diam-diam ia merasa keder akan lawannya yang tangguh itu.

Goloknya berkelebatan menakutkan, hingga dua saudara oet tilang menonton dipinggiran menjadi terkejut dan menguatirkan jiwanya co Tong Kang.

Di waktu sudah keteter, co Tong Kang telah keluarkan ilmunya Thian-bee Henggong atau Kuda semberani melayang diangkasa, suatu tipu serangannya yang paling ampuh dan sedikit sekali orang yang dapat meloloskan diri dari serangannya itu.

Badannya co Tong Kang tiba-tiba melesat ke angkasa, dari atas ia menukik, menyerang dengan kaki dan tangannya kepada bahu orang.

co Tong Kang sudah kegirangan, musuhnya tentu bakal kena dikalahkan, bahkan kena ditangkap hidup hidup juga dua saudara oet ti sudah bersiap-siap untuk bantu menangkapnya Siapa tahu kenyataannya ada di luar dugaan, Tiba-tiba Ho Tiong Jong bersiul nyaring, badannya mendadak kemudianjumpalitan kebelakang, akan selanjutnya mencelat keatas dan melayang turun dalam gerombolan pohon, hingga sekejapan saja ia sudah menghilang dari pemandangan mereka.

oet-ti Kang dan oet ti Koen menjadi melongo karenanya.

Sedang co Tong Kang yang mendapat sasaran kosong, juga tidak kurang kurang kagetnya menyaksikan kepandaian yang luar biasa dari pemuda lawannya itu.

Hei, bagaimana orang itu bisa meloloskan dirinya" oet-ti Koen nyeletuk setelah rasa kagetnya hilang.

co Tong Kang geleng-geleng kepalanya.

Aku juga sangat heran, katanya, orang itu gerakannya sukar dibade, Tadi dia belum habis menjalankan ilmu goloknya, ketika dia melihat aku melesat dan hendak menyerang dengan gaya oei liong (Naga kuning) tidak diduga gayanya itu telah memunahkan serangan tendanganku.

sungguh lihay orang itu, entah dia dari golongan mana karena ilmu silatnya yang campur aduk itu dari beberapa partay, Tapi biar bagaimana juga dia adalah musuh yang sangat berat bagi kita dan perlu kita waspada untuk kedatangannya yang kedua kali.

Dua saudara oet ti diam-diam bergidik mendengar kata-katanya co Tong Kang bahwa orang itu akan datang kedua kalinya, ia tidak sanggup menandinginya.

Mereka telah menarik kesimpulan, orang muda tadi adalah seorang gagu, karena berka lokali ditanya tak memberikan penyahutan.

Sementara itu, Ho Tiong Jong yang masuk dalam gerombolan pepohonan, terus lari hendak balik ke tempat rahasianya.

Belum lama ia tari, tiba-tiba mendengar suara bentakan merdu.

Berhenti Dari bilik sebuah pohon besar lompat keluar seorang wanita yang cantik.

Ho Tiong Jong kaget juga mendengar bentakan itu, maka ia hentikan larinya dan mengawasi kepada wanita cantik yang keluar dari balik pohon.

Kiranya dia ada Li lo sat Ie Ya.

Dengan wajah berseri-seri menggiurkan Ie Ya menghampiri Ho Tiong Jong yang sedang kemekmek.

Ie Ya tidak kenali anak muda itu, karena ia masih tetap melebur menjadi hitam dan kumel pakaiannya juga tidak karuan, persis seperti juga seorang pengemis yang sudah beberapa bulan tidak menemukan air untuk mandi.

Anak muda, kau baik sekali sudah membantu aku barusan kata ie Ya, seraya menghampiri sianak muda lebih dekat.

Kau siapa" Dengan kecepatan bagai kilat ie Ya telah menotok jalan darahnya Ho Tiong Jong yang membuat si anak muda jatuh lemas.

Anak muda itu tidak menyangka ie Ya akan membokong dengan totokannya, maka ia tak berjaga-jaga.

Apa maksudnya ia menotok Ho Tiong Jong, bukankah tadi ia dibantu si anak oleh muda itu" Kalau saja barusan tidak cepat Ho Tiong Jong turun tangan membantu, pasti Ie Ya sudah kena ditangkap oleh musuh musuhnya.

Tapi mengapa ia bukannya mengucapkan terima kasih malah sebaliknya telah menotok orang sehingga lemas mendeplok ditanah.

Hi hi hi.

terdengar ie Ya ketawa agak menyeramkan tapi air mukanya tetap ramai dengan senyuman, Anak muda kau terlalu pandang rendah diriku, begitu lancang turun tangan membantu aku.

Meskipun maksudmu baik, tapi aku Li lo-sat Ie Ya dalam setiap pertempuran belum pernah dibantu orang.

Dengan turun tangannya kau tadi, tidakkah kau membuat namaku menjadi gurem" Hm.

anak liar dari mana begitu lancang campur urusanku" siapa kau" Ho Tiong Jong diam saja, cuma matanya kedap kedip menatap wanita cantik didepan-nya.

Hatinya merasa sangat heran atas kelakuannya ie Ya.

Anak muda itu tidak menjawab untuk sekian lamanya, hingga Ie Ya marah dan mau mengayun tangannya menabok Ho Tiong Jong, akan tetapi tiba-tiba pikiran sehat berkelebat diotaknya.

Ia urungkan telapakannya jalan-jalan dimuka Ho Tiong Jong.

Ah, aku yang salah.

demikian ia menggerendeng sendirian, ia bersenyum manis, jarinya yang halus kembali menotok si anak muda dua kali, satu totokan membuat yang korban tidak bisa bergerak.

yang satu lagi membuka totokan pada urat gagunya sehingga anak muda itu kini dapat membuka mulutnya menjawab.

Kiranya barusan makanya Ho Tiong Jong membisu saja karena urat gagunya yang tertotok belum dibuka, Makanya Ie Ya cepat menarik pulang tangannya yang hendak mampir dipipinya sianak muda, karena ia ingat bahwa ia keliru, mana anak muda itu dapat menjawab pertanyaannya sedang totokan pada urat gagunya belum dibuka" Nah, sekarang jawablah pertanyaanku barusan.

Kata pula Ie Ya.

Enci le aku.

aku.

Hei, kau.

kau.

Ie Ya memotong karena ia kenali itu ada suaranya Ho Tiong Jong, Tersipu-sipu ia mengulur jari tangannya membuka totokan pada jalan darahnya si pemuda yang tadi tertotok.

Enci ie, kau bikin semangatku menjadi terbang Ho Tiong Jong bergurau.

Siapa suruh kau diam saja, sahut si nona ketawa manis.

Siapa suruh kau menotok urat gaguku.

jawab Ho Tiong Jong menatap wajahnya yang ayu.

Keduanya jadi ketawa geli.

Adik Jong, kata nona ie.

kabarnya kau sudah mati kena dihajar senjata Tok kim chi ceng ciauw Nikouw tapi kenyataannya kau masih segar bugar begini.

Memang benar senjata rahasianya nikouw mampir dimulutku, tapi tidak terus masuk ketenggorokan.

Sebabnya" Mana dapat senjatanya lewati giginya^ Ah, adik Jong, apa benar" Kalau tidak percaya mana dapat aku sekarang berdiri di hadapanmu" Li lo-sat ie Ya geleng-geleng kepalanya.

Adik Jong, betul-betul aku tidak nyana kau dalam beberapa hari saja tak ketemu kepandaianmu sudah begitu tinggi, seperti dapat mengalahkan co Tong Kang, salah satu tokoh terkuat dalam Perserikatan Benteng Perkampungan kalau saja itu tersiar diluar, namamu akan naik tinggi dengan mendadak dalam dunia Kang ouw.

Aku seharusnya mengaturkan selamat kepadamu, adik Jong Enci le, kau berkelebihan, sahut Ho Tiong Jong rendah, kepandaianku masih cetek dan masih memerlukan didikan orang pandai lebih jauh, orang bagaimana aku sekarang dapat pujian begitu muluk dari enci.

Tapi sebenarnya kau dapat pelajaran dari mana sih" tanya si nona penasaran.

Ah, itu hanya dengan cara kebetalan saja.

Tapi biarlah lain kali aku nanti menuturkan padamu, sekarang enci mau pergi kemana" Aku mau pergi dari sini.

Apa kau tak kuatir nanti dicegat dijalanan" Mereka tidak berani lagi, Barusan kalau mereka dapat menangkap aku, mungkin susah akan aku dapat meloloskan diri.

Ho Tiong Jong merasa heran, ia menanyakan dari sebab apa si nona kena dikeroyok oleh dua saudara oet ti.

Dari roman mereka kelihatannya begitu gemas dan seperti mau menelan si nona.

Ie Ya bersenyum-senyum, Kau tidak tahu meskipun kelihatannya akur dalam Perserikatan Benteng perkampungan sebenarnya telah retak.

Sudah terpecah menjadi tiga partai, masing-masing berusaha memperkuat partainya sendiri untuk kelak dapat menjagoi dikalangan rimba persilatan.

Dua saudara oet-ti itu tidak termasuk dalam komplotanku, mereka telah menerima perintah dari atasannya, sekarang setelah mereka gagal, buat sementara aku dapat berlalu dari tempat ini dengan--selamat.

Lain urusannya kalau dikemudian hari kita berjumpa pula.

Ooh begitu, nyeletuk Ho Tiong Jong.

Kembali Ie Ya memperlihatkan ketawa nyayang manis menarik.

Adik Jong, kau kenapa sampai sekarang masih belum juga berlalu dari sini" Enci Ie, kau mau suruh aku pergi ke-mana" kau tahu kekuasaannya Seng Pocu ada sangat luas dalam daerahnya ini, kalau tidak dengan pelahan-lahan menggunakan akal mana aku dapat lolos dari kejarannya, Lain dari itu, juga aku masih ada urusan-.

Hm urusan-.

menggerenden Gie Ya.

Mukanya yang tadi ramai dengan senyuman mendadak menjadi dingin- Aku, tahu tentu urusannya.

Urusan apa " Bagaimana kau tahu " Urusan nona Seng tentu, Kau sudah kejiret keelokannya, maka kau tidak maupergi dari sini, dia sedang keluar.

Keluar kemana" Ho Tiong Jong memotong.

Ie Ya mendelu hatinya, ia sebenarnya ada cemburuan dan merasa tidak puas melihat sikapnya Ho Tiong Jong seperti yang lebih memperhatikan dirinya Seng giok cin daripada dirinya.

Maka ia tidak lantas menjawab atas pertanyaan si pemuda, kalau tidak Ho Tiong Jong ulangi lagi pertanyaannya tadi.

Dia sudah pergi menyusul Kim Hong Jie yang pergi ke lembah Lui soa-kok.

Hei, ada itu perkara " Apa maksud Kim Hong Jie pergi kesana " Ya, Kim Hong Jie pergi kesana dengan cu coan Liang, menyusul tiga orang gila yang bertaruhan mengambil batu Hwe-giok disana" Ada pertaruhan apa encie Ie" sukalah kau menceritakan padaku" Dan siapa mereka yang barusan encie katakan tiga orang gila" Ie Ya sebenarnya mendelu hatinya, ia tidak mau orang banyak tanya lagi dan sudah hendak meninggalkan tempat icn, kalau tidak Ho Tiong Jong dengan separuh menatap minta diceritakan halnya Seng giok cin, Kim-Hong Jie dan lain-lainnya.

Soalnya sederhana saja, kata Ie Ya lantaran saling kepingin disebut jagoan, maka Khoe Tiong, Tie Kie Song dan Kong soe Tek bertiga telah pergi ke lembah Lui soa kok untuk mengambil batu Hwe-giok di goa Pek cong tong.

Untuk apa itu Hwe-giok" sipemuda menyelak.

Untuk si nona manis Kim Hong Jie"- jawab ie Ya separuh menjebi bibirnya.

Kenapa jadi untuk Kim Hong Jie" Kau tidak tahu, itu Hoan Sian Jie dan Kong Soe Jin setelah menang bertanding di atas luitay, hadiah peblokan sutera yang diterimanya, telah diserahkan pada nona Seng.

Rupanya nona Seng tidak enak kalau hanya ia sendiri saja yang peroleh hadiah itu maka telah mengusulkan pemuda-pemuda lainnya bertanding dan mendapatkan hadiah untuk diserahkan kepada Kim Hong Jie.

Ada apa hubungan batu Hwe-giok dengan goblogan sutera itu" kembali Ho Tiong Jong menyelak Li lo sat Ie Ya pelototkan matanya, Kau dengar dahulu orang ngomong, jangan saban-saban memotong, Mana kau mengerti kalau belum aku habis menutur.

kata Ie Ya.

 Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia berasa salah, maka ia lalu berkata, lya, iya dah, aku salah.

Teruskan ceritamu enci Ie Ya yang baik.

Kembali ie Ya pelototkan matanya, hanya kali ini matanya melotot tapi mulutnya yang mungil menyungging senyuman geli.

Makanya, kau dengar dulu aku cerita.

katanya, tiga pemuda itu sebenarnya hendak mengadu kepandaian diatas luitay, tapi tiba-tiba itu si Goen menyelak dan mengatakan bahwa pertandingan adu silat sudah bosan mendapat hadiah sutera sudah bukan model baru, paling baik, katanya, bertaruh pergi kegoa Pek-cong-tong mengambil Hwegiok untuk dihadiahkan pada nona Kim Hong Jie.

Barulah itu ada harganya.

katanya.

Mereka yang mau main jago-jagoan, lantas saja bersedia untuk melakukan pertaruhan itu, meskipun mereka tau bahwa orang yang pergi kesana bukannya tidak berbahaya.

Sampai disini nona ie berhenti sebentar.

Matanya yang bagus menatap mesra pemuda didepannya, kenapa kau tidak menyelak" tanyanya.

Ho Tiong Jong melengak, Bukankah enci bilang aku dengan menyelak" tanyanya.

Ie Ya menekap mulutnya, menahan ketawa nya melihat kelakuan Ho Tiong Jong.

Betul-betul kau bisa pegang janji si nona kata sambil tersenyum.

Ho Tiong Jong juga tersenyum.

suatu senyuman yang membuat hatinya ie Ya berduka sebaiknya dari bergembira, Kenapa" itulah karena diam-diam ia berpikir.

Pemuda ini dicintai oleh Giok Cin dan Hong Jie sepasang jelita yang sukar mendapat tandingan kecantikannya maupun ilmu silatnya, Aku yang dikenal sebagai Kepala iblis Wanita, apakah ada harapan menempati hatinya pemuda ini" oh, kejadian itu mungkin hanya bisa terjadi dalam impian belaka.

Berpikir demikian maka wajahnya yang barusan ramai dengan senyuman lantas berubah duka dan dingin.

Hei, kau kenapa, enci Ie" tanya Ho Tiong Jong heran melihat perubahan itu.

Si nona menghela napas, Tidak.

jawabnya, Nah, Dengarlah aku cerita terus.

Ie Ya lantas menceritakan ceritanya tentang tiga pemuda yang pergi ketempat berbahaya itu telah menimbulkan rasa kuatir dikalangan jago-jago tua dan muda, Mereka kuatirkan keselamatan tiga pemuda itu terhadap si kakek aneh souw Kie Han yang ganas, penghuni dari goa Pek-cong tong.

Kim Hong Jie yang turut memikirkan halnya tiga pemuda itu, yang telah pergi kesana karena gara-gara dia juga, merasa tidak enak hati diluar tahunya jago jago tua dalam Seng kee-po itu, dengan mengajak co Goan Liang telah menyusul kesana.

Sebagai penutup ceritanya, ie Ya berkata Seng Giok cin dan Kim Hong Jie ada satu komplotan, tidak heran kalau Giok Cin hatinya merasa tidak enak mendengar kepergiannya Hong Jie dan iapun telah menyusul kesana.

Karena itu, kedatanganmu untuk menemui Giok cin jadi kecele.

hi hi hi.

Ho Tiong Jong jadi melongo mendengar keterangannya ie Ya.

Habis, apa kepergian mereka itu dibiarkan saja.

tanyanya, ketika tersadar dari melongonya Sudah tentu tidak tolol.

Kawanan-kawanan tiga orang gila itu, yang mahir ilmu silatnya sudah pada menyusul pertandingan adu kepandaian diatas luitay dengan sendirinya dihentikan, karena Seng Pocu dan kambratnya pada menyusul juga.

Ho Tiong Jong menjublek.

pikirnya melayang kepada Seng giok cin dan Kim Hong Jie, pikirnya orang tua aneh dari goa Pek cong-tong memang sangat kejam dan telengas kabarnya tapi disamping itu juga disana pun dipelihara banyak kutu, ular, dan lainnya binatang berbisa, kalau tak sampai terbinasa ditangannya kakek aneh Souw Kie Han, mereka disana pasti akan menemui kematiannya karena diantuk oleh binatangbinatang beracun.

Belum kembali ingatannya mendadak ia mendengar Ie Ya berkata.

Adik Jong aku mengucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu barusan, memang harus aku akui kalau kau tidak datang, entah bagaimana dengan diriku kena dikeroyok oleh mereka itu.

Aku masih ada urusan, maka sampai disini saja kita berpisahanHo Tiong Jong melihat si gadis sehabis-nya mengucapkan kata-katanya dengan segera mengangkat kakinya hendak berlalu cepat-cepat ia mencegah.

Eh, encie le tunggu dulu Si nona merandek dan menoleh pada Ho Tiong Jong.

Ada apa lagi" tanyanya.

Boleh kah aku minta pertolongan encie" Dalam hal apa"  Aku ada mempunyai sahabat seorang tua, yang belum lama aku tolong keluarkan dari rumah penjara berair, Dia sudah dua puluh tahun disiksa dalam penjara, aku kasihan, ia merindukan melihat matahari lagi dalam usia tuanya.

Siapa orang tua itu, sampai tahan disekap begitu lama " Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan ringkas halnya co Kang cay dan ie Ya yang mendengarnya telah anggukkan kepalanya, Setelah ia kerutkan alisnya yang lentik halus, seperti ia sedang menimbang-nimbang lalu berkata.

Aku harus menbiwa ia kemana" Bagaimana kalau ke Yang-co apa tidak kejauhan" tanya Ho Tiong Jong bersenyum.

Jauh atau dekat, kalau memang mau menolong tidak menjadi soaL jawab si nona sambil melirikan matanya yang jeli dan bersenyum menggiurkan.

Terima kasih, kau baik sekali enci, Aku sebenarnya tidak ingin membuat berabe encie.

kalau saja aku ungkulan untuk menerjang keluar dari tempat ini.

Barusan aku ketemu encie, lantas mendapat pikiran untuk menyelamatkan orang tua itu, tidak ada jalan lain yang lebih sempurna dari pada minta pertolongan encie, Dengan dimasukkan dalam kereta encie, orang tua itu akan selamat dari tempat mereka disini, Nah, encie tunggu sebentar, aku akan ambil orang tua itu kemari.

Ie Ya angguk kan kepalanya.

Ho Tiong Jong lantas berlalu, Dengan kepandaiannya mengelilingi tubuh dalam tempo sebentaran saja ia sudah kembali dalam kamar rahasianya, di mana co Kang cay sedang menanti-nantinya.

Tiong Jong, kau sudah balik" sungguh kesepian ditinggalkan olehmu.

kata co Kang cay dengan muka berseri seri.

co Lopek sungguh kebetulan sekali aku ketemu dengan encie ie.

Dengan pertolongannya, kau dapat pulang ketempatmu di Yang-co.

kata Ho Tiong Jong dengan muka berseri-seri girang.

co Kang cay masih belum mengerti duduk -nya, tapi setelah ia diberi keterangan tentang Ie Ya hendak menyelamatkan dirinya sampai ditempatnya di Yang co, orang toa itu kegirangan.

Sambil mengurut-urut jenggotnya ia berkata, Tiong Jong, aku betulbetul merasa girang mempunyai sahabat seorang muda seperti kau ini.

Aku harap, setelah kau disini membereskan kewajibanmu, kau lekas-lekas menyusulku kesana.

Ho Tiong Jong ketawa sambil anggukan kepala.

co lopek.

asal saja aku masih bernyawa pasti aku akan menyusul kau kesana dan Tiong Jong.

menyelak si kakek, kau jangan berkata begitu di lihat dari air mukamu, kau ini bukan macam orang yang pendek umur.

Rejekimu besar meskipun kau mengalamkan banyak bayangan dalam perjalanan hidupnya akhirnya kau akan menjadi seorang yang ternama.

percayalah pada aku si orang tua.

Sebelum orang tua itu berkata habis, Ho Tiong Jong sudah tidak memberi ketika lagi, dengan cepat ia meny amber tubuhnya dan di gendong keluar dari tempat rahasia itu.

sebentar saja mereka sudah berada ditempat, dimana Li lo sat Ie Ya sudah menanti dengan keretanya.

Kusirnya berbadan tegap.

tinggi besar.

umurnya kira-kiranya tiga puluh tahun.

Roda-roda kereta telah dibungkus, rupanya supaya jangan menerbitkan suara berisik keluar dari tempat itu.

Ie Ya membantu Ho Tiong Jong memasukkan co Kang cay kedalam kereta, setelah selesai Ho Tiong Jong berkata pada Ie Ya.

Enci ie, kau sudah bermusuhan dengan-.

Aku dapat pergi jawab Ie Ya bersenyum manis, Aku kuatirkan-.

Ho Tiong Jong belum lampias bicara sudah dipotong oleh Ie Ya katanya.

Kau kuatirkan aku mendapat celaka dari pihaknya Seng Pocu" IHm.

mereka tidak membuat susah padaku, asal saja aku tidak tertangkap malam ini.

Kita akan berhadapan sebagai sahabat meskipun dalam hati masing-masing ada mempunyai rencana sendiri.

Kau jangan kuatir, Tiong Jong, kita berpisah sampai disini, tidak lupa aku mengucapkan sekali lagi terima kasih atas bantuanmu barusan-.

Ie Ya tutup bicaranya dengan mengerlingkan matanya yang memikat.

Tiong Jong hatinja berdebar sejenak.

Tapi lekas ia dapat menetapkan ketenangannya kembali Encie ie, selamat berpisah.

Semoga kau selamat dan dilain ketika dapat berjumpa kembali, tapi.

Ho Tiong Jong mengelah napas dengan tiba-tiba hingaa ie Ya jadi terperanjat.

Kau kenapa.

Tiong Jong" tanyanya.

oh.

tidak apa apa, selamat tinggal harap saja encie dapat mengantar co lopek sampai ditempatnya dengan tidak kurang apa2, Dan co lopek kini kita berpisah.

ia meneruskan kata-katanya pada co Kang cay Harap saja kau baik baik dapat menjaga diri.

Ie Ya sudah membuka mulutnya hendak berkata, akan tetapi badannya si pemuda sudah melesat sejauh beberapa tumbak, akan kemudian menghilang dari pemandangan.

Ho Tiong Jong tidak menceritakan terus terang bahwa dirinya bakal mati gara-gara racun Tok kay, maka bicaranya sampai, tapi.

telah terputus.

Ie Ya memandang bayangan si pemuda sampai hilang, lalu menghela napas, terus naik keretanya dan perintah kusirnya untuk segera menjalankan keretanya.

ooOOoo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar