Ilmu Golok Keramat Jilid 04

Jilid 04

Ho TIONG JONG ketawa nyengir.

Tapi dasar nasib, melanjutkan Tok-kay, setelah sepuluh tahun aku memperdalam ilmuku, aku merasa aku masih belum dapat menjatuhkan penghuni rumah es di Tay-pek-san, yang aku tahu betul dia ada keluaran dari Hoa-san-pay dilihat dari ilmu silatnya yang telah diperlihatkan dalam pertempuran denganku.

Pada suatu hari tiba-tiba aku mendengar bahwa dia sudah bercerai dengan suaminya dan kembali ke gunung Tay-pek-san untuk tinggal dirumah es disana.

Setelah mendapat kabar ini, aku lantas mencari Lo Teng Kok untuk aku bunuh mati, sayang aku tak dapat menemukannya.

Setelah sekian lama aku mencari dengan sia-sia, lantas dikalangan kang-ouw ada tersiar kabar tentang kematiannya Lo Teng Kok.

Sejak mana sampai sekarang aku belum pernah menyatroni rumah es di Tay-peksan lagi.

Tapi, hmm ada satu hari nanti aku akan menjumpai dia dan membunuhnya mati, kemudian aku beset-beset kulitnya nenek Kok itu, barulah hatiku merasa puas.

Ha ha ha.

-.^ Ia tertawa sambil menggerakkan tangannya.

Segera terlihat satu benda meluncur ke angkasa, kemudian jatuh nyangkut di pohon yang tumbuh disamping kuil.

Kiranya yang diterbangkan tadi adalah kitab pusaka Kumpulan Ilmu Silat sejati Meskipun waktu itu suasana ada gelap.

tapi Ho TiongJeng yang tajam matanya dapat melihat tegas meluncurnya kitab tadi dan nyangkut diatas cabang pohon.

PiKirnya Tok-kay ini sudah menjadi gila, kitab pusaka yang begitu berharga dilontarkan begitu saja, seperti juga ia membuang sampah.

Ia tak dapat didekati lebih jauh dan ia hendak menyingkir daripadanya.

Locianpwe, biarlah aku ambil kitab yang kau lontarkan tadi.

katanya sambil menggerakkan kakinya hendak berjalan, maksudnya yang sebenarnya adalah ia hendak meninggalkan pengemis gila itu Hei, bocah, menyegah Tok-kay.

kau tak perlu mengambil kitab sialan itu yang membikin seumur hidupku menjadi celaka saja.

Bukan sedikit karenanya aku menderita kecewa.

Ada satu hari aku nanti bikin musnah kitab celaka itu.

Ho Tiong Jong tidak menjawab.

Diam-diam ia berpikir.

Tok-kay ini sudah hampir gila, otaknya sudah mulai miring.

Sifatnya tak dapat dirubah, dalam alam pikirannya hanya kejahatan dan kekejaman saja yang berbayang, seolah-olah perbuatan itu sudah menjadi satu hoby kesenangan baginya.

Malam ini kalau aku tak dapat menbunuh dia, entah berapa banyak lagi manusia tidak betdosa akan binasa di tangannya" Dalam keadaan berpikir demikian, tiba-tiba terdengar Tok-kay berkata lagi.

Bocah sekarang aku tidak akan menanya asal usulmu dan juga aku tidak akan membikin celaka atau membunuhmu.

Kini kau boleh sebutkan minta pelajaran apa dari aku akan aku turunkan pelajaran yang aku tahu kepadamu.

Ho Tiong Jong melengak mendengar perkataannya pengemis yang ia sudah anggap gila ini.

Entah apa sebabnya Tok-kay ada demikian baik terhadapnya maka ia setelah mengawasi sejenak lalu menanya.

Locianpwee, sebab apa kau begitu baik terhadapku dan tidak hendak membikin celaka" Sungguh aku yang rendah tak mengira sama sekali, untuk kebaikan dan perhatian lo cianpwe aku menghaturkan banyak terima kasih.

Tok kay Kang ciong tertawa bergelak geli.

Bocah aku sendiri juga tidak tahu apa sebabnya aku jatuh hati padamu.

Rupanya itu memang sudah jodoh.

Tabeatku memang aneh.

terhadup orang yang aku penuju dan mencocoki hatiku, selalu aku ingin berbuat baik dan manis, sebisanya aku ini ingin bikin ia senang dan gembira.

Untuk dia, orang yang mencocoki hatiku, aku rela mengurbankan jiwaku.

Ha ha ha.

Ho Tiong Jong merasa terharu juga mendengar kata-katanya sipengemis beracun, tapi dipikir lagi orang sekejam dan sejahat Tok-kay ini seumur hidupnya tak akan berubah sifatnya suka membunuh dan mencelakai orang.

Memikir kesitu, perasaan terharunya telah tersapu lenyap.

Locianpwee, tiba-tiba ia berkata, aku girang sekali kalau locianpwee suka menurunkan kepadaku ilmu silat yang tinggi, untuk aku menyakinkannya.

Bocah, kau pintar bicara, hi ha ha.

Bukan pintar bicara, sebab kalau locianpwee menurunkan ilmu kepalang tanggung aku kuatir akan memalukan nama locianpwee.

sebab sudah tentu orang akan mengetahui bahwa aku mendapat pelajaran dari locianpwe.

Tok kay Kang ciong angguk anggukan kepalanya.

Baiklah, katanya.

Selama tiga puluh tahun aku menggodok macam-macam ilmu silat yang istimewa dan menciptakan ilmu silat sendiri yang dinamai Tok-liong cianghoat (ilmu telapakan tangan naga berbisa) Sememara hanya tiga belas jurus, dapat digunakan bertanding dengan tangan kosong atau pakai senjata.

Hebatnya bukan main sayang waktu aku bertanding dengan Kok Lo-lo baru saja aku mainkan jurus ketujuh keburu dijatuhkan olehnya sehingga aku jumpalitan dan malunya bukan main.

Tok-kay bicara sambil memberi petunjuk.

bagnimana memainkan iimu silat lihay itu kepada Ho Tiong Jong.

la kasih demontrasi menjalankan ilmu itu sampai tiga belas jurus kemudian minta Ho Tiong Jong coba meniru gerakannya: Pemuda itu amat cerdas otaknya setelah tadi memperhatikannya dengan cermat, ketika disuruh memainkan sendiri apa yang diperhatikan tadi, ia dapat menjalankan dengan baik meskipun ada sedikit kekurangan disana sini.

Dengan beberapa petunjuk perbaikan dari Tok kay, Ho Tiong Jong sudah dapat menangkap dan dicatat dlotaknya ilmu silat.

Tok Hong ciang-hoat yang ampuh itu, warisannya sipengemis beracun.

Ia hanya tinggal menjalankan latihannya saja supaya menjadi gagah memainkannya.

Diam-diam Ho Tiong Jong merasa kagum akan lihaynya ilmu yang dipelajarinya itu.

Menyerang dengan tenaga lunak akan mengakibatkan binasanya musuh tanpa ampun.

Cara menangkis serangan lawan dapat digunakan dengan terang-terangan atau tidak kelihatan, hingga membingungkan musuh.

Tok-kay yang menyaksikan Ho Tiong Jong begitu cerdas, dalam tempo pendek sudah dapat menangkap inti sarinya, malah sudah dapat mempertunjukkan beberapa jurus yang dipelajari barusan, bukin main girang hatinya.

Ia belum pernah menemui pemuda yang demikian baik otaknya.

Bocah, otakmu boleh juga katanya tiba-tiba.

coba mari ikut aku sekali lagi menjalankan dulu-dulu yang kau sudah dapat catat diotakmu tadi.

Ho Tiong Jong anggukkan kepala lantas mengikuti dibelakang Tok-kay, mengikuti segala gerak-gerakannya.

Tiba-tiba dalam hatinya timbul maksudnya yang semula mendekati Tok-kay.

Pikirnya saat itu ada satu kesempatan baik untuk ia membokong sipangemis beracun dari belakang.

Begitu berpikir begitu ia ambil putusan, tangannya diurut untuk menotok jalan darah pada punggungnya sipengemis beracun, Terdengar Tok-kay bersuara.

Heh e kemudian rubuhnya rubuh ditanah.

Ho Tiong Jong setelah menotok rubuh Tok kay hatinya bukan main menyesal.

Kenapa ia membunuh Tok kay yang telah menurunkan ilmunya yang ampuh kepada dirinya" ia jadi turut jatuh lemas disamping tubuhnya Tok-kay.

Ia menghela napas, ia menyesal, tapi jika dipikir sebaliknya perbuatannya itu memang harus dilakukan untuk menolong orang banyak dari kebinasaan ditangan Tokkay.

Pengemis beracun itu perlu disingkirkan jiwanya siang-siang, sebab dosanya sudah luber dari takaran.

Menghilangkan satu jiwa untuk menolong banyak jiwa, itulah ada perbuatan yang harus dilakukan Ho Tiong Jong menghibur dirinya sendiri.

Tapi biar bagaimana juga, batinya yang mulia tidak tega melihat Tok kay dalam keadaan tidak bergerak menggeletak di tanah, gara-gara perbuatannya tadi.

Locianpwe harap kau maafkan perbuatanku ini.

Aku membunuhmu bukan karena aku jahat dan serakah, hanya apa yang kuperbuat atas dirimu disebabkan untuk menolong orang banyak dari kejahatan dan keganasan mu Semoga arwahmu dalam baka tidak menyesalkan perbuatanku Ho Tiong Jong menangis, tak dapat ia menahan rasa terharunya.

Tiba-tiba ia rasakan tangannya yang berdekatan dengan tangannya Tok-kay seperti di gigit nyamuk.

ia menoleh pada Tok-kay.

Dilihatnya tubuhnya sipengemis beracun sudah kaku dengan paras pucat pasi, kukunya sudah berubah berwarna hijau ungu menakutkan.

Ho Tiong Jong lantas bangkit berdiri.

Pikirannya kusut.

Kemana ia harus pergi" Balik kembali ke Seng-kee-po" Tidak mungkin, pikirnya karena hatinya merasa jemu terhadap Pocu dari banteng itu yang kejahatannya mungkin tidak lebih rendah dari Tok-kay yang sesarang tengah menggeletak dihadapannya dengan tubuh kaku.

Ia menghela napas.

Terdengar ia berkata sendirian.

Dunia begini luas, tapi heran tidak ada tempat untuk aku menarah kaki.

Ia dengan perlahan-lahan mengangkat kakinya meninggalkan kuil yang akan merupakan kenangan tak mudah dilupakan dalam riwayat hidupnya selanjutnya.

Ketika ia sampai dihalaman muka kuil tiba-tiba ia seperti melihat ada bayangan orang yang berkelebat.

Hatinya tercekat, la tahu benar bahwa dalam kuil ini hanya ia dengan si pengemis berdua, apakah ada orang ketiga disitu" Bayangan itu seperti menyelinap dibalik pohon, akan tetapi ketika ia menyelidiki, ternyata disitu tidak kedapatan manusia.

Ia penasaran, lalu balik masuk lagi kedalam kuil.

Hatinya terkejut, tatkala ia mendekati Tok kay, sipengemis beracun kedapatan sedang berduduk seperti yang sedang mengumpulkan ingatannya.

Mayat hidup, pikir Ho Tiong Jong.

Ia pernah dengar orang cerita memang ada mayat hidup, dapat mengejar orang, akan tetapi larinya lurus (tidak dapat membiluk), maka kalau benar Tok-kay menjadi mayat hidup dan menguber padanya, ia sudah siap sedia untuk melompat kesamping supaya Tok kay menyelonong lurus.

Mungkin Tok-kay menjadi mayat hidup disebabkan kematiannya sangat penasaran kena dibokong olehnya.

Matanya Ho Tiong Jong terus mengawasi kepada Tok-kay, siapa perlahan-lahan telah bangun berdiri.

Tiba-tiba matanya mengawasi kearah Ho Tiong Jong tampak bengis sekali, menakutkan siapa yang lihat, tapi Ho Tiong Jong sebisa nya telah menabahkan hatinya.

Ho Tiong Jong jadi kemekmek bengong.

ketika mendengar Tok-kay berkata.

Hei, bocah, benar-benar nyalimu kasar sekali.

Aku yang sudah puluhan belajar ilmu, mana dapat dibunuh olehmu begitu mudah" Kelihatan Tok-kay berkata seperti yang merasa cemas.

Tidak heran kalau ia merasa cemas, karena dalam dunia yang luas ini tidak seorangpun yang dapat menyintai dirinya.

Ho Tiong Jong, pemuda yang menarik hatinya dan dengan rela ia menurunkan ilmunya bukannya membalas budinya bahkan ia coba membunuhnya.

ia merasa tidak mengerti sikapnya anak muda itu, maka ia menanya.

Bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku demikian kejamnya" Ho Tiong Jong menatap wajahnya Tok kay tanpa memberi jawaban.

Hei, bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku" tegur lagi Tok-kay bengis.

Ho Tiong Jong bukannya takut terhadap Tok kay, hanya ia marasa terharu dengan tegurannya Tok kay itu, sebab perbuatannya memang tidak berbudi.

Tok kay seperti merasakan juga keharuan anak muda itu, ia tak mendesak.

hanya menanti apa jawabannya si anak muda.

Tak lama, Ho Tiong Jong telah memberikan jawabannya dengan tenang.

Locianpwee, memang aku telah menerima kebaikanmu yang besar sekali.

Perbuatanku yang barusan itu memang tak sepantasnya.

sebab itu menandakan aku seorang yang tak mengenal budi.

Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan.

Tapi, ya aku berbuat demikian saking terpaksa.

it Terpaksa" Tok-kay nyeletuk, matanya berputaran galak sekali.

Ya, aku terpaksa melakukan itu jawab Ho Tiong Jong.

sebab apa kau terpaksa" sebabnya, lekas kau katakanSebabnya kau terlalu jahat Hmm.

Ya, aku membunuhmu karena untuk kepentingan orang banyak.

menyingkirkan bencana disebabkan oleh tanganmu yang ganas dan kejam, dengan lenyapnya kau dari dunia lenyaplah sudah bencana bagi mereka yang tidak berdosa.

Ho Tiong Jong tidak melanjutkan kata-katanya, karena diselakoleh tertawanya si pengemis beracun yang bergolak-gelak menyeramkan.

Bocah, dengar aku berkata.

Sejak suhuku mati, akulah yang meneruskan memelihara ular beracunnya.

Dalam tempo sepuluh tahun belakangan ini dengan susah payah aku sudah bisa simpan bisanya ular itu dalam kukuku.

orang yang terkena kukuku dalam tempo tiga hari orang itu akan merasakan reaksinya racunku badannya akan kegatalan tak terhingga dan racunku itu dapat menyerang pada jantung sang korban.

Dalam tempo tiga hari orang itu akan menemukan ajal nya dengan mengenaskan.

Ha ha ha.

Ho Tiong Jong kerutkan alisnya.

Apa hubungan apa racun dikukumU itu denganku" tanyanya.

Bocah, apa kau tidak merasa tadi ketika tanganmu berdekatan dengan tanganku kau merasa seperti tanganmu digigit nyamuk" Itulah racunku yang mematuk.

bukannya nyamut yang menggigit.

Ha ha ha., , 

, Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya Tok-kay.

Kiranya sipengemis tadi bukannya rubuh sewajarnya, hanya berpura-pura saja.

Betul-betul Tok-kay sangat lihay, ditotok jalan darahnya yang penting masih bisa menangkis dan dapat berpura-pura seperti yang mati.

Ya, apa daya" Sekarang sudah ketela njur, usahanya gagal membunuh sipengemis beracun, sekarang tentu Tok kay tidak mengerti dan akan mengambil jiwanya juga.

Ia menghela napas.

Locianpwe, katanya aku sudah berbuat salah terhadapmu, aku telah menerima kebinasaan karena racunmu itu bahkan kalau perlu locianpwe boleb penggal batang leherku sekarang juga.

Tok-kay dibikin kagum juga menghadapi keberanian si pemuda.

Diam-diam ia merasa sayang, Ho Tiong Jong tak dapat dibikin taluk olehnya dan menjadi muridnya yang tersayang.

ia ingin mencoba hatinya Ho Tiong Jong apakah niatan membunuh padanya benar-benar dengan tidak menyayangi dirinya sendiri" Hei, bocah, kau datang dekat kemari katanya.

Ho Tiong Jong tidak takut, ia datang dekat pada sipengemis.

sekarang cabut golokmu " Ho Tiong Jong melengak.

tapi tokh ia menurut juga menghunus goloknya.

Diam-diam dalam hatinya merasa heran, kenapa ia selalu menurut saja perintahnya ini pengemis kejam" Tapi" Tidak bisa, Tok-kay terlalu tinggi ilmu silatnya.

Jalan paling baik memang ia selain menuruti saja perintahnya Tok-kay mau tahu Tok-kay akan berbuat apa terhadapnya.

Tok kay setelah melihat semua penntah-nya dituruti saja, diam-diam dalam hatinya menduga anak muda itu tentu tidak tega akan membunuh lagi padanya yang kedua kalinya maka ia lalu berkata.

Bocah, kau sekarang sudah terkena racun ku, selainnya obatku sendiri yang dapat menyembuhkan racun dalam dirimu, adalah si Dewi Racun Kong Jat Si yang dapat menolong dirimu.

Tapi sangat mustahil dalam tempo tiga hari kau akan menemukan dirinya si tua bangka itu.

Sekarang begini, aku mau suruh kau memilih, apakah kau benar-benar mengingini jiwaku tanpa menghiraukan Kegiatanmu atau kau mau hidup sebagai pendekar jempolan dengan mendapat seluruh kepandaianku.

cara bagaimana memilihnya" nyeletuk Ho Tiong Jong.

caranya memilih itu diputuskan dengan hitungan dari satu sampai tiga puluh.

Aku masih belum mengerti.

Hmm, bocah, kau sudah berkali kali mau mengambil jiwaku karena menurut alasan untuk menghindarkan bencana orang banyak karena perbuatanku.

Aku lihat golokmu ini tajam sekali, tentunya bukan golok sembarangan dan aku rela mati dibawh golok ini kalau memang aku punya nasib ada demikian akhirnya.

Locianpwee.

kau kau.

Ho TlongJong menyelak gugup, Ia merasa tidak tega dan terharu dengan kata-katanya pengemis beracun itu.

Hmm.

kau jangan menyelak bicaraku bukankah kau mau tahu caranya memilih dua soal yang aku katakan tadi.

Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia tundukkan kepalanya dengan perasaan tidak karuan, hingga Tok-kay juga tergentar hatinya melihat keadaannya anak muda itu.

Bocah, kau dengar.

katanya kemudian, dongakkan mukamu menghadap kearahku dan siap dengan golokmu yang tajam itu.

Sementara kau bersikap demikian, aku akan menghitung dari satu sampai tiga puluh kalau hitunganku cukup tiga puluh kau tidak bergerak, artinya boleh hidup terus.

Aku akan mengobati racun dalam dirimu, mengangkat kau menjadi muridku yang tersayang.

Seluruh kepandaianku akan kuturunkan semua dan menjadikan kau sebagai satu pendekar jempolan dalam kalangan kang-ouw.

Kau sudah mengerti sekarang " Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.

Nah, mari kau mulai" Tok-kay Kang ciong menatap wajahnya anak muda di hadapannya yang sudah siap dengan golok tajamnya, ia tampak bersenyum-senyum.

Seakan-akan sudah rela untuk mati dibawah benda senjatanya Ho Tiong Jong.

la percaya anak muda ini hatinya tidak tega menyabetkan goloknya pada lehernya, kalau mengingat dengan berbuat demikian ia berarti menolong jiwanya sendiri dari kematian.

Tegasnya kalau Tok-kay tidak mati, racun yang ada dalam tubuhnya anak muda itu kukunya Tok-kay yang berbisa akan mendapat obat pemuna h nyadan ia akan diangkat menjadi muridnya yang tersayang dari pengemis tua yang kejam dan telengas itu.

Ia mulai menghitung.

satu dua tiga empat Selama Tok kay menghitung, otaknya Ho Tiong Jong bekerja.

Ia pertimbangkan antara kepentingan dirinya pribadi dan orang banyak punya keselamatan.

Hitungan sampai delapan masih belum ada kesiapan, otaknya terus bekerja, akhirnya akhirnya.

Belum lagi suara las^ keluar dari mulutnya, goloknya Ho Tiong Jong terayun dan tubuhnya Tok-kay sudah rubuh dengan kepala terpisah.

Kepentingan orang banyak dapat kemenangan dalam penimbangannya Ho Tiong Jong, maka ia sudah ayunkan goloknya menabas batang lehernya pengemis kejam itu.

Siapa sebenarnya dapat menyingkirkan diri dari sabetan golok Ho Tiong Jong, akan tetapi Tok-kay kali ini rupanya rela mati di tangannya anak muda yang mencocokkan hatinya itu maka ia tidak berkelit dan manda lehernya ditabas, sehingga darah segar menyembur keluar dari lehernya sementara batok kepalanya terjatuh ketanah.

Sampai disini berakhirlah riwayatnya pengemis beracun, Tok-kay Kang ciong, yang namanya menggetarkan dunia persilatan baik dikalangan hitam maupun putih.

Ilmunya Telapakan Tangan Berdarah yang diyakinkan dengan menggunakan entah berapa banyak wanita hamil, sangat hebat dan ganas, yang membuat lawan dan kawan segan berurusan dengannya.

Tidak dinyana kematiannya itu hanya demikian, mudah saja.

Ho Tiong Jong setelah membunuh Tok-kay menjadi kesima sendirinya, ia sendiri menjublek sekian lamanya mengawasi tubuh nya Tok-kay yang menggeletak dengan kepala berpisah.

Tanpa terasa ia telah mengucurkan air mata, ia sedih karena tahu Tokkay ada demikian baik terhadapnya tapi ia sudah membunuhnya juga karena dorongan jiwa kesatriyanya lebih mementingkan orang banyak daripada dirinya sendiri.

Ia mengerti bahwa dengan matinya Tok-kay.

jiwanya sendiri tidak akan tertolong lagi karena bekerjanya racun dalam tubuhnya, tapi ia rela menghadapi kematiannya itu asal dapat menyingkirkan seorang yang paling jahat dan kejam dalam dunia seperti Tok-kay itu.

Setelah sadar dari lamunannya, tanpa ragu-ragu Ho Tiong Jong angkat mayatnya Tok kay dibawa kesamping kuil diletakkan dibawahnya sebuah pohon, kemudian balik lagi mengambil kepalanya.

Sebentar lagi ia sudah membikin lubang kuburan, dengan hati-hati ia kubur mayatnya Tok kay dengan kepalanya ditempelkan pada lehernya.

Ia bekerja cepat, sebentar saja ia sudah selesai mengubur mayatnya si pengemis jahat.

Sambil berdiri dengan hati terharu menghadapi kuburannya Tok-kay, kelihatan Ho Tiong Jong kemak kemik mulutnya, ia berkata Locianpwe, harap arwahmu dialam baka tidak menjadi penasaran karena perbuatanku, sebab apa yang aku sudah perbuat bukan karena serakah dan mempunyai ganjalan hati terhadapmu adalah semata-mata di sebabkan hendak menyelamatkan orang banyak yang akan mengalamkan kebinasaan ditangan-mujikalau engkau terus tinggal dikasih hidup, Kalau kau masih penasaran, baik tunggulah kedatanganku dialam baka, karena racunmu yang ada dalam tubuhku tidak lama lagi akan mengantarkan aku kesana menjumpai kau Setelah mengucapkan kata-katanya yang tidak kedengaran itu tampak parasnya tidak begitu berduka lagi.

Ia mendongakkan mukanya kelangit, seakan-akan hendak mengucapkan terima kasihnya ia sudah dapat menyingkirkan seorang yang paling jahat dan kejam dalam dunia untuk keselamatannya orang banyak.

Tiba tiba matanya kebentrok dengan kitab Kumpulan Ilmu Silat Sejati, yang menyangkut pada cabang pohon, hatinya berpikir.

Aku tidak lama lagi tokh akan mati buat apa aku mengambil kitab pusaka itu" la lalu duduk didekat kuburan Tok-kay untuk mengasoh, sebentar lagi hari sudah mulai terang.

Ketika dia mendongakkan pula mukanya, ia lihat kitab pusaka diatas pohon sedang dipatokin burung-burung.

Saat itu hatinya berbalik pikir, ia harus ambil kitab itu, sebab kalau sampai jatuh ditangan-nya orang jahat ada sangat berbahaya.

Maka seketika itu lalu ia memanjat pohon dan mengambil kitab berharga itu, terus dimasukkan dalam sakunya tanpa dilihat lagi.

Setelah berada dibawah lagi.

pikirannya melayang-layang.

Kemana ia harus pergi" Merantau" Tak mungkin, karena dalam tempo pendek jiwanya sudah melayang karena pengaruhnya racun dari Tok-kay yang mengeram dalam tubuhnya.

Habis, kemana" Akhirnya terlintas dalam pikirannya, sebaik nya ia pulang ke Seng kec-po, untuk melaporkan kematiannya Tok kay kepada nona Seng yang telah melepaskan dengan banyak budi kepadanya, sekalian menemui saudara Kho Kie, sahabat karibnya, akan tetapi ia tak mau memberitahukan pada Kho Kie bahwa dirinya tidak lama lagi akan mati, supaya hati sahabat karibnya itu tidak menjadi duka karenanya.

Demikian, setelah mengambil keputusan ia telah gerakan kakinya menuju ke sengkee-po.

Belum lama ia jalan, ia telah menemui sebuah kali yang jernih airnya, ia menghampiri dan membersihkan mukanya yang kecipratan darah Tok kay tadi.

Tidak lama kemudian Ho Tiong Jong sudah sampai dilapangan, dimana ada didirikan luitay (panggung berkelahi), dimukanya sekali terdapat gedung tempat para tetamu menginap.

Disekelilingnya ada tempat duduk untuk orang menonton.

Bagian depan hanya dipergunakan bagi orang orang yang ilmu silatnya sudah dikenal saja, sedangkan mereka yang ilmu silatnya kepalang tanggung ditaruh disebelah belakang.

Disitu sudah banyak orang berkumpul yalah hari pertama dibukanya pertemuan, Mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat.

Tampak yang duduk disebelah timur adalah angkatan tua kebanyakan seperti hweshio, nikouw, jago-jago tua dari kalangan hitam yang dahulunya ada ternama dikalangan kang ouw.

Dilain bagian tampak banyak pemuda pemudi yang tampan-tampan dan cantikcantik mereka kelihatan sangat gembira bercakap-cakap.

juga tidak ketinggalan kelihatan Seng Pocu duduk diantara banyak tetamunya dengan wajah berseri-seri.

Hati Ho Tiong Jong berdebar ketika matanya melihat diantara nona-nona yang hadir ada satu nona yang wajahnya ramai dengan senyuman, kecantikannya menonjol diantara yang lainnya.

Sujennya yang menjadi kalau ia bersenyum atau ketawa membikin yang melihatnya tak mudah melupakannya.

Dia tentu ada adik Hong.

Ho Tiong Jong pikir dalam hatinya, dia benar-benar sangat cantik, entah apakah kenakalannya masih biasa setelah ia sekarang sudah menjadi gadis" Banyak nona-nona cantik lainnya, seperti cong Ie dari oey-san.

Lo lo sat Ie Ya.

Lauw Hong In dari Lauw kechung di Kim-leng, ciauw Soe Soe dari ciauw-ke-Chung dan lainlainnya, tapi kelihatan kecantikan mereka tidak ada yang nempil pada kecantikannya Kim Hong Jie.

Ho Tiong Jong menyelinap dan menonton dengan sembunyi-sembunyi diantara orang-orang penjaga rumahnya Seng Pocu yang matanya semua ditujukan ke panggung berkelahi, maka tidak mengetahui kalau ada Ho Tiong Jong diantara mereka.

Semua tetamu juga tak menggubris kedatangannya Ho Tiong Jong, karena perhatiannya lebih penting ditujukan kepanggung luitay bercakap-cakap diantara kawannya.

Tiba-tiba Ho Tiong Jong lihat ada melesat naik keatas luitay seorang yang berbadan tinggi besar.

Siapa setelah menjura kepada para penonton, lantas mengumumkan syarat-syarat mengadu silat diatas luitay yaitu pertama menghadapi wakil Taycu kesatu dalam tiga puluh gebrakan, bertanding dengan tangan kosong, babak ke dua.

dua puluh gebrakan melawan wakil Taycu kedua boleh menggunakan senjata.

Kalau orang dapat melewati dua wakil Taycu ini, kemudian ia boleh menghadapi Taycu sendiri dalam lima belas gebrakan.

Kalau dalam lima belas gebrakan itu dapat bergebrak seri saja tak usah menang, yang tersangkut akan mendapat hadiah sebagai tanda kenang-kenangan berupa uang atawa kain sutra yang indah.

Menghadapi Taycu orang boleh bertanding dengan pakai senjata atau senjata rahasia, tidak ada larangan asal diadakan perjanjian dahulu sebelumnya bergebrak.

sehari dua Taycu yang melakukan tugas-nya, yalah bagian pagi dan bagian sore.

Pada saat itu yang menjadi wakil Taycu ada seorang she Kwee nama Hoei, dalam kalangan kang ouw ia terkenal dengan ilmu mencengkramnya yang hebat.

Ia sekarang sebagai Pocu dari propinsi Ho-pak bagian she co dan merupakan partai tersendiri.

Dalam Perserikatan Benteng Perkampungan yang dahulunya akur dan dapat bekerja sama, belakangan ini kelihatan mulai retak.

Masing-masing pada berebut pengaruh dan mendirikan partai sendiri.

Perserikatan tersebut sekarang sudah merupakan tiga buah partai, yalah kesatu Kim-Hon-po bagian kira Seng kee-po, kedua Kioe keepo Lauw kee-Chung Hul-ke-Chung, ketiga adalah In-ke-Chung chong ke-Chung ciauw-ke-Chung.

Masing-masing partainya pada mengumpulkan orang-orang gagah, mereka sudah berusaha dengan segala daya dan upaya supaya orang-orang gagah itu yang ulung suka masuk dalam partainya terutama terhadap orang-orang pandai yang sudah mengasingkan diri ada sangat disukainya dan sebisanya mereka itu membujuknya supaya dapat memperkuat partainya.

Berhubung dengan tindakan mereka itu maka dalam dunia persilatan orang-orang sangat kuatirkan ada terjadi penumpahan darah kelak dikemudian hari karena tiga partai itu sudah tentu akan berebut pengaruh satu sama lain untuk berdiri sama jago.

Kita balik pada Ho Tiong Jong telah mengikuti jalannya acara dengan tenang.

Ketika Kwe Hoei habis bicara, ia lihat ada seorang naik keatas luitay.

ia kenali itu ada Soe coe Liang yang tempo hari ada makan bersama sama satu meja dengannya, la ada satu pejabat kaliber besar dibagian selatan.

Soe coe Liang lantas berhadapan dengan Kwee Hoei sebagai wakil Tayeu.

Ternyata menghadapi Kwee Hoei ia tidak bisa berbuat banyak.

Meskipun Soe coe Liang sudah keluarkan simpanannya, cuma dalam beberapa gebrakan saja ia sudah dipukul terpelanting jatuh kebawah panggung yang memalukan sekali.

ooOOoo

  KWE HOEI gembira dapat menjatuhkan lawannya demikian cepat, maka ia lalu menjura kepada penonton dan berkata.

Aku Kwei Hoei tidak punya kepandaian istimewa, cuma lantaran kebetulan saja sudah dapat mengalahkan saudara Soe, maka jikalau diantara hadirin ada yang berminat naik panggung aku akan merasa girang sekali.

Belum habis bicaranya, lantas kelihatan lompat naik keatas panggung seorang yang bertubuh jangkung kurus.

Ia menghampiri Kwee Hoei memberi hormat.

Saudara Kwei, bagus sekali ilmu silatmu barusan.

Hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat mengalahkan lawan.

Aku Kwie Boen Peng ingin coba-coba mengunjukan kepandaiannya yang rendah, harap saudara Kwee tidak mencelanya.

Kwee Boen ceng yang bertubuh kurus itu mana dipandang mata oleh Kwee Hoei.

Setelah perdengarkan suara dingin Marilah, kita jangan buang tempo.

lantas saja melancarkan serangannya.

Si jangkung kurus menghindari serangan dahsyat lawan, kemudian mainkan ilmu pukulannya yang lelompatan kesana sini, rupanya ia meyakinkan iimu pukulan kera.

Tapi rangsekannya Kwee Hoei hebat sekali, hampir tidak mengasih kesempatan untuk menancapkan kakinya dengan tetap.

Tidak heran, diserang dengan cara demikian KweoBoen ceng dalam sedikit tempo saja sudah harus menyerah kalah, tubuhnya kena dicengeram dan di lemparkan kebawah panggung.

suara tampik sorak riuh sekali menyambut kemenangannya Kwee Hoei.

Diantara tampik suara riuh itu tampak melompat kepanggung Kiauw Yang kawannya soe coe Liang yang telah dipecundangi.

Tanpa banyak cerita lagi, Kwee Hoei sudah melayani penjahat kaliber besar ini.

Pertandingan ramai juga.

cuma sayang hanya memakan tempo tidak lama.

Hanya lima belas jurus saja mereka bertempur, Kiauw Yang sudah kena dilemparkan ke bawah panggung.

Melihat saudara sekomplotannya kembali dijatuhkan, Ho Yang naik darah, lantas enjot tubuhnya melayang naik keatas luitay.

Saudara Kwee, kau benar-benar lihay, dua saudaraku sudah dipukul jatuh, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu silat mu yang tinggi.

Silahkan, silahkan menyelak Kwee Hoei dengan paras dingin hingga Ho Yang tak dapat meneruskan kata-katanya.

Sebagai gantinya ia harus cepat cepat menangkis serangan Kwei Hoei yang dilancarkan dengan cepat kembali dan mengandung tenaga yang hebat.

Betul-betul hebat pantasan dua saudara-ku kena dijatuhkan mentah-mentah demikian Ho Yang diam-diam berkata dalam-hatinya.

Tapi ia tak dapat kesempatan untuk berpikir banyak-banyak.

karena serangan Kwee Hoei yang dilancarkan saling susul membuat ia kepepet ketepi panggung dan akhirnya, seperti dengan dua saudara yang sudah ia juga kena dilemparkan mentah-mentah.

Sungguh memalukan, tiga jago dikalangan hitam yang sudah terkenal namanya dengan secara mudah saja sudah dijatuhkan satu persatu.

Kwee Hoei merasa puas hatinya ia tahu bahwa tiga saudara dari kalangan rimba hijau itu adalah gara-gara sangat sombong.

Kini mereka mendapat bagiannya yang setimpal dimukanya orang banyak.

Tapi sebelumnya Kwee Hoei dapat membanggakan kemenangannya, tiba-tiba kembali seorang berpengawakan kurus muncul di depannya.

Ia perkenalkan dirinya bernama Kie cin.

Menghadapi orang kurus kali ini Kwee Hoei tidak segalak seperti menghadapi lawan-lawannya terlebih dahulu, karena Kie cin meskipun berbadan kurus kecil ia sangat gesit dan lincah sekali.

ilmu pukulannya tangan kosong juga cukup mahir, ia sama sekali tidak takuti menghadapi Kwee Hoei yang mempunyai pukulan berat dan terus menerus coba mendesak pada dirinya.

Pertandingan berjalan dengan ramai sekali.

Rupanya Kwee Hoei sudah kecapaian atau memang musuhnya sangat ulet yang meminta ia mengerahkan banyak tenaga untuk melayaninya, maka jurus demi jurus telah dilalui akhirnya sampai pada jurus ke tiga puluh batasannya dari pertandingan babak pertama.

Pertandingan babak pertama ini dinyatakan serie.

Sekarang di mulai dengan pertandingan menggunakan senjata.

Dalam pertandingan menggunakan senjata ternyata Kwee Hoei kalah setingkat.

IAR bagaimana wakil Taycu yang kosen itu mempertahankan dirinya, tapi akhirnya ia harus menyerah kalah kepada lawannya yang lebih pandai.

Kwee Hoei terdesak dan lompat turun dari luitay.

Melihat kekalahan ini, Beng Siong Tojin yang mendapat giliran menjadi Taycu saat itu.

telah mendelikkan matanya.

Entah bagaimana tosu licik itu telah gerakan tubuhnya tahu-tahu sudah berada dihadapanya Kie cin.

Kie cin kaget juga menghadapi Ban Siong Tojin yang sudah terkenal, sedang penontonpun kelihatan merasa kuatir dengan turunnya tosu telengas itu, menguatirkaa Kie cin sebagai lawannya akan mendapat celaka.

Memang betul berat bagi Kie cin menghadapi Taycu ini tapi ia masih coba pertahankan dirinya jangan sampai cuma dua tiga gebrakan sudah kalah.

Ban Siong Tojin melihat dalam lima jurus masih juga kelihatan Kie cin alot dijatuhkan, hatinya sudah menjadi jengkel.

Wajahnya tampak menghitam hingga penonton kaget.

Hanya dalam tiga jurus kemudian saja Kie cin dibikin jatuh dari atas luitay.

Tapi belum lama Ban Siong Tojin menikmati kebanggaannya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin dari arah sebelah timur panggung, yang dengan suara keras berkata.

Hmmmm Lo cit yang namanya terkenal sebagai pendekar pada masa tiga puluh tahun yang lampau di dua propinsi oaw-lam dan ouw pak.

tidak tahunya kepandaiannya cuma sebegitu saja.

IHei, Lo cit apakah masih kenali pada aku ini Beng Siang" Sambil berkata Beng siang berbangun dari duduknya, menghampiri kepanggung luitay, kemudian lompat naik keatas luitay menghadapi Ban siong Tojin-Si tosu kaget juga melihat Beng Siang yang naik.

orang she Lo, kata Beng Siang sambil menjura lucu kepada Ban Siong Tojin, Tiga puluh tahun kita tak bertemu, aku tidak menyangka kau sudah berubah menjadi imam.

kau tentu masih kenali aku Beng Siang, bukan" Ha ha ha.

Ban Siong Tojin ketawa dingin.

Beng sicu, tentu saja aku kenali kau.

Apakah kau hendak menagih kekalahanmu tempo hari" Bagus.

Antara dua orang ini kira-kiranya ada yang mempunyai ganjalan-ganjalan pada tiga puluh tahun yang lampau.

Pada masa itu Ban Siong Tojing masih bernama Lo cit, terkenal sebagai jagoan dalam kalangan rimba hijau (kawanan penjahat) dalam dua propinsi oaw lam dan oew-pak.

Selagi ia menjalankan operasinya dalam dua propinsi itu telah ketemu dengan Beng Siang, yang pada saat itu masih muda baru berusia tujuh belas tahun dan belum lama bekerja menjadi piauwsu (pelindung antaran).

Beng Siang tidak mau menyerahkan barang yang dihubungnya hendak di ganggunya oleh Lo cit, maka mereka lantas bertempur.

BENG SIANG hanya tahan di dalam dua puluh gebrakan saja lantas sudah dilemparkan oleh lawannya.

Sejak mana ia masih penasaran kepada Lo cit, yang sekarang sudah tukar bulu menjadi imam bernama Ban Siong Tojin.

Beng Siang belakangan telah menceburkan diri juga kalangan hitam, kepandaian ilmu silatnya bertambah tinggi, hingga merebut nama harum dikalangan kang-ouw.

Kini dikalangan pendekar berjalan hitam, ia merupakan salah satu jago yang dimalui.

Seng Pocu tidak tahu ganjalan diantara dua orang itu, diam-diam merasa heran melihat mereka berhadapan seakan-akan hendak menyelesaikan urusan lama.

Sambil mengurut-urut jenggotnya ia perdengarkan tertawanya bergelak-gelak.

Suara tertawa yang penuh mengandung teka-teki untuk orang yang tahu siapa Seng-Eng , tapi untuk mereka yang tidak tahu riwayatnya Seng Pocu menganggap ketawanya itu sebagai tertawanya tuan rumah yang gembira dan berdiri tidak kesana kemari (netral).

Terdengar Beng Siang berkata lagi.

Lo cit, eh, totiang, aku bukan saja hendak menagih, tapi juga mau tau apa kau bisa melemparkan diriku lagi atau tidak" Aku lihat kau tadi begitu mudah mengalahkan lawan, membuat hatiku ketarik untuk mencoba kepandaianmu yang tinggi.

ia berkata sambil mengeluarkan senjatanya dua belas belati yang berbentuk senapan berbendera warna merah satu set senjata aneh yang belum dilihat pada sebelumnya.

Bagus kata Ban Siang Tojin.

Tapi Beng Sicu harap sabar dahulu, sebab kau harus mengalahkan wakil Taycu baru ketemu dengan aku Hm Beng Siang memotong.

Silahkan kau turun dan lantas panggil wakil Taycu itu naik panggung.

Ia kelihatan sangat mendongkol pada musuhnya, yang ia anggap takut untuk menghadapi ia.

Belum lama Ban Siong Tojin turun, lantas naik panggung seorang pemuda dengan mata jahat dan wajah yang bengis.

Banyak penonton tidak kenali siapa orang itu, akan tetapi Ho Tiong Jong lantas kenali ia ada Song Boe Ki, muridnya Sisiluman Khoe Tok yang mempunyai julukan si Tangan Telengas.

Ho Tiong Jong diam diam girang melihat Boe Ki akan mempertunjukkan kepandaiannya diatas lutay, sebab ia nanti akan dapat mengukur sampai dimana tingginya murid kepala dari Khoe Tok yang kejam itu.

sebaliknya hatinya tidak enak.

karena saat itu ia tidak melihat Khoe Kie, sahabat karibnya yang sangat baik kepadanya.

Ho Tiong Jong pikir, mungkin Khoe Kie karena saking banyak musuhnya ia tidak berani menongolkan dirinya disitu.

Penonton kebanyakan menganggap Song Boe Ki hanya mencari mati melawan Beng Siang yang sudah terkenal namanya.

Sahabat aku bernama Song Boe Ki.

Seorang tidak ternama, tapi dengan kemurahan Seng Pocu aku telah diangkat menjadi wakilnya Taycu.

Maaf, kalau kau tidak begitu bernapsu melayani aku, orang tidak ternama.

demikian Song Boe Ki membuka mulut ketika sudah berhadapan dengan Beng siang.

Beng Siang sejenak tidak memberi jawaban, matanya mengawasi pada sipemuda di depannya yang berparas bengis dan mata jahat seperti maling.

tidak kenal siapa adanya pemuda muka jahat ini, muridnya siapa dia" Tapi hatinya sudah marah, tak dapat berpikir lama-lama.

lantas berkata singkat.

Silahkan!! Inilah tanda tantangan buat lawan turun tangan Song Boe Ki tidak sungkan-sungkan lagi.

lantas gerakan tangannya mengibas.

Angin keras dari kibasan tangan ini, hingga Beng Siang kaget juga karena tak menduga pemuda itu ada mempunyai tenaga demikian kuat.

la geser kakinya berkelit, kemudian balas menyerang dengan sampokan tangannya yang dinamai Menyapu ribuan tentara .

kiranya serangan Song Boe Ki hanya serangan pura-pura saja maka Beng siang menjadi amat marah.

Ia lalu menyerang hebat sekali.

Song Boe Ki tidak keder.

ia keluarkan ilmunya tiga belas jalan menyembah pada Tuhan, ilmu pukulannya yang ajaib yang ia sangat andalkan.

Pertandingan segera sudah sampai pada jurus ke tiga puluh, inilah ada limit dari pertandingan pertama dan boleh dirubah dengan pertandingan menggunakan senjata dalam pertandingan kedua yang ditetapkan dalam dua puluh gebrakan.

song Boe Ki keluar dari kalangan pertandingan dengan berseru.

Saudara Beng, pertandingan pertama sudah habis sekarang boleh dimulai dengan pertandingan babak kedua menggunakan senjata.

Tidak ada penggantian wakil Taycu, song Boe Ki lagi yang maju dalam pertandingan peng gunakan senjata.

Banyak penonton yang mengutuk kelakuannya Song Boe Ki itu.

Tanpa Beng siang mengeluarkan dua belas senjata yang berbentuk senapan berbendera warna merah.

Sedang Song Boe Ki menggunakan satu set senjata lingkaran yang dinamai cu-bo ciang-gun .

Penonton tahan napas menunggu pertandingan ini dilakukan.

Ho Tiong Jong sambil menonton orang mengadu kepandaiannya sambil matanya mencari-cari nona Seng, perlunya hendak melaporkan tentang kematiannya Tok-kay, kemudian ia akan lantas meninggalkan tempat itu.

Hatinya gelisah tidak keruan.

Tiba-tiba ia melihat Soe coe Liang menarik-narik tangannya Ho Yang dan Kiuw Yang diajak meninggalkan tempat itu.

Ketika mereka berjalan, Ho Yang, ia melambai-lambaikan tangan nya sambil berjalan mengampiri.

Mereka bercemn dengan gembira dan bercakap-cakap.

dengan begitu Soe coe Liang dengan dua kawannya tidak jadi meninggalkan tontonan itu dan pada menonton lagi bersama-sama Ho Tiong Jong.

Beng Siang dan Song Hee Ki bertarung dengan seru sekali.

Keduanya sama tandingan, hingga senjata kedua pihak tak dapat berbuat banyak untuk mendesak musuhnya.

Masing-masing telah mengeluarkan ilmu simpanannya.

Hanya ilmu istimewanya Beng Siang tidak mau keluarkan, perlunya ilmu istimewanya ini untuk digunakan dalam pertempuran nanti melawan Ban Siong Tojin, musuh lamanya itu.

Jurus demi jurus telah dilewatkan cepat sekali, segera dua puluh jurus sudah berakhir.

Pertandingan lantas dinyatakan seri dan Beng Siang boleh maju lagi melawan Taycu, Belum lama Song Bee Ki turun dari luitay sudah tertampak dihadapannya beng Siang berdiri Ban Siong Tojin, yang tidak banyak mengambil tempo lagi setelah Song Boe Ki turun telah enjot tubuhnya melayang keatas luitay.

Bagus.

kata Beng Siang.

kita ada kenalan lama, sembari aku mau menagih kekalahan kita boleh meramaikan pertemuan ini.

ayototiang, keluarkanlah senjatamu untuk main-main dengan kupunya besi karatan ini Beng Siang sambil unjukkan senjatanya.

Baik, Ban Siong Tojin memotong, sambil keluarkan senjata kebutannya.

Ketika senjata itu dikebutkan, segera pula berdiri lempeng bulu-bulunya satu tanda bahwa kekuatan lweekangnya Ban Siong Tojin yang hebat telah disalurkan pada senjatanya Beng Siang terkejut juga melihatnya.

ia cepat siap-siap dengan senjata yang aneh untuk menangkis serangannya Ban Siong Tojin.

Dua musuh lama ini perlahanlahan sudah mulai saling menyerang.

Kepulan dari dua belas bendera saling samber, indah sekali kelihatannya.

Senjata Ban Siong Tojin lihay sekali, beberapa kali menyerang bagian-bagian jalan darah terpenting pada tubuh musuhnya, hingga Beng Siang tampak kewalahan dan ia hanya bisa menjaga tapi tak dapat balas menyerang.

Beng Siang mengeluarkan ilmu istimewanya yang tadi tidak diperlihatkan melawan Son Boe Ki.

Ia melontarkan dua senjatanya sekaligus menyerang musuh punya badan bagian kiri dan kanan, tapi Ban Siong Tojin sekali menggetarkan kebutannya dua senjata Beng Siang itu sudah kena digulung.

Hanya saking kuatnya tenaga serangan dua senjata tadi membuat Ban Siong Tojin sampa mundur selangkah dan berdiri tegak lagi.

Beng Siong berubah wajahnya menjadi pucat.

Ia heran kepandaian istimewanya tak menemui sasarannya.

Kembali ia menyerang dengan dua buah senjatanya berbareng, tapi Ban siong Tojin sambil lompat tinggi mengebut dengan senjatanya pada senjata yang mengarah dirinya itu, hingga keduanya terpukul jatuh kebawah luitay.

Dua lagi senjata Beng Siang menyusul menyerang ketika badannya Ban Siong Tojin masih terapung diudara, tapi dengan indahnya dua senjata itu pun dapat dipunahkan oleh Ban siong Tojin dengan jalan menarik perutnya kempes dan dua senjatanya berbahaya itu persis lewat beberapa dim saja dari perutnya.

Setelah kakinya menginjak papan panggung lagi.

Ban Siong Tojin tidak dikasih ketika untuk bergerak dan telah diserang lagi.

Kali ini untuk meluputkan diri Ban Siong Tojin telah merebahkan dirinya diatas papan.

Berbahaya sekali kalau senjata-senjata itu menemui sasarannya.

Penonton tahan napas menyaksikan Ban siong Tojin diberondong dengan senjata ampuh dari Beng Siang.

Ternyata imam itu tinggi kepandaiannya.

Meskipun dicecar berulang-ulang, ia dengan bagus dapat meluputkan dirinya.

Sorak ramai gemuruh seketika masing-masing pada mundur karena pertandingan saat itu sudah berjalan lima belas gebrakan sebagaimana sudah ditetapkanPertandingan ini jadi dianggap seri, tidak ada yang kalah dan menang.

Ketika mereka lompat turun dari panggung dengan berseri-seri Seng Eng datang menyambut, berkata pada Beng Siang.

Beng losu, selamat.

Ilmumu istimewa, membuat banyak pendekar di sini yang menonton merasa kagum.

Maka sekedar untuk kenang-kenangan, aku akan menghadiahkan kau dua blok kain sutra dan sejumlah uang, harap Beng toyu tidak menampik.

la berkata sambil suruh orangnya membawa barang hadiah dan uang untuk diterimakan kepada Beng Siang, yang telah menerima itu dengan mengucapkan banyak terima kasih.

Kemudian ia berjalan menghampiri tempat duduknya lagi dipinggiran ia melihat pada Song Boe Kie yang berdiri sambil ketawa nyengir, hatinya gusar sekali, tapi tidak dapat melampiaskan amarahnya itu lantaran malu hati kepada tuan rumah.

Waktu itu masih belum waktunya istirahat, maka Seng Eng lalu mengumumkan padapara hadirin bahwa kali ini yang keluar sebagai wakil Taycu ada dua saudara oet ti-Kang dan oetti Koen dengan Pek Boe taysu sebagai Taycu.

PeK Boe Taysu ada sahabat karibnya Seng Eng.

Para penonton pa dakasak-kusuk siapa adanya mereka yang menjadi wakil Taycu itu" Yang mengetahui mereka ada seperguruannya Song Boe Ki telah memberitahukan pada yang tidak tahu, hingga disitu ramai orang bercakap-cakap.

Ho Tiong Jong sudah diberitahukan oleh Kho Kie siapa-siapa yang hadir disitu, ia tidak perlu mencari tahu lagi hanya matanya terus mengharap-harap dapat melihat wajahnya nona Seng.

Tiba-tiba matanya Kim Hong Jin selagi bercakap-cakap dengan Li-lo sat Ie Ya, saban-saban tampak ia bersenyum manis dan begitu menyolok sekali cirinya dua sujen dipipinya yang botak.

Lantas saja Ho Tiong Jong pikirannya melayang pada lima tahun yang lampau peristiwa ia menolong mengambilkan bonekanya Kim Hong Jie yang jatuh disawah.

Bagaimana ia diajak kerumahnya diberi pelajaran ilmu golok keramat oleh engkongnya Kim Hong Jie.

Bagaimana Jenakanya Kim Hong Jie yang ketika itu masih menjadi satu nona cilik dan baik sekali terhadap dirinya.

Nona cilik yang nakal, lincah dan cerdas itu sekarang merupakan satu gadis berparas cantik luar biasa.

Bagaimana kalau satu waktu ia ketemu sinona, apa ia akanjawab kalau sinona menanyakan kenapa ia tidak datang lagi kerumahnya, yang telah dipesan oleh engkongnya dalam tempo setahun sudah harus kembali kerumahnya" Dengan tanpa merasa parasnya berubah merah.

Ho Tiong Jong menjadi bengong memikirkan itu semua.

Kelakuannya ini telah ditertawakan oleh Soe coe Liang dan dua kawannya, mereka mengocok Ho Tiong Jong katanya mudah terbawa semangatnya oleh sepasang sujennya Kim Hong Jie.

Mereka agak keras mentertawakan Ho Tiong Jong hingga Kim Hong Jie dan Li sat Ie Ya pada menengok kearah mereka.

Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya karena merasa malu Kim Hong Jie melihatpada Ho Tiong Jong, tapi ia tidak mengenali pemuda itu adalah itu pemuda yang telah menolong mengambilin bonekanya dulu, tetapi le Ya dapat mengenalinya pemuda tampan itu.

Begitu Ho Tiong Jong tundukan kepalanya ketika ia mendongak lagi dan mengawasi ke tempat duduknya Kim Hong Jie, ia melihat bahwa Li-lo sat, le Ya sedang bercakapcakap dengan pemuda hidung pesek Khoe cong, ialah pemuda yang tempo hari ia ketemukan di tengah hutan main petak dangan Li lo-sat Ie Ya.

Ketika matanya beralih kesamping mereka dilihatnya disitu sudah ada lain gadis lagi yang sedang duduk membelakangi ia.

Siapa gadis itu" Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran keras, ketika gadis itu berpaling sebentaran kebelakang, wajah dikenal oleh Ho Tiong Jong ia itu ada nona Seng, putrinya Seng pocu dari Seng-kee-po.

la menyesal Seng Giok cin tidak mau mengarahkan pandangannya kepadanya, hingga ia tak dapat memberi isyarat apa-apa untuk menyampaikan laporannya tentang kematiannya Tok-kay Kan ciong.

ia gelisah sendirinya, dan cara bagaimana ia dapat menyampaikan laporan itu" Pikirnya, setelah beres melaporkan ia ingin segera meninggalkan tempat itu.

Li-losat Ie Ya tiba-tiba berdiri dari duduknya.

Maksudnya ia berdiri supaya Ho Tiong Jong dapat melihat pada dirinya, tapi akibatnya, menjadi tidak enak.

Sebab, sekali ia berdiri dianggapnya ada orang yang hendak naik keatas luitay untuk mengadu kepandaian.

Semua mata ditujukan padanya, hina gadengan apa boleh buat ia menghampiri panggung dan enjot.

turunnya naik keatas.

Setelah berada di atas ia berkata kepada para penonton.

Sekalian hadirin, berhubung dengan belum adanya wanita yang naik panggung, maka aku sekarang yang jadi pelopor menunjukan sedikit kejelekanku hanya sekedar untuk membuktikan, bahwa dikalangan wanita juga tidak kalah perhatiannya dari kaum laki untuk naik keatas panggung ini Parasnya yang cantik tampak berseri-seri memikat.

Oet-ti Keng dan oet-ti Koen melihat itu jadi saling pandang.

oet-ti Koen yang berangasan tabiatnya sudah tidak sabaran, segera mencelat naik menghadapi Li losat le Ya.

Sebetulnya oet-ti Koen mau jadi wakil Tay-cu bermaksud hendak mempertontonkan kepandaiannya kepada nona Seng, sebab hatinya telah tertarik betul oleh kecantikan dan gerak-geriknya si cantik.

Tidak tahunya, bukan lelaki yang naik tapi Li lo-sat le Ya perempuan.

Aku oet-ti Koen wakil Taycu boleh main-main dengan kau, katanya dengan suara dingin dan memandang rendah kepada le Ya.

Li lo-sat Ie Ya hanya tersenyum.

Tanpa banyak kata-kata lagi mereka lantas bergerak.

 Li-lo-sat membuka serangannya dengan gerak tipu ganas sekali, hingga oet-ti Koen sangat terperanjat menghindarkan dirinya.

Lantas ia membalas dengan tipu pukulan Kui-eng Pek sat atau Raja setan mengibaskan kipasnya.

Ilmu pukulan ini mengeluarkan angin santar mengarah musuh, tapi Li lo sat dengan tenang memunahkan pukulan hebat itu.

Lalu balas menyerang dengan ganas dan kejam, meskipun tidak mengenakan sasarannya dengan telak.

angin pukulannya cukup menyerempet lengan baju kirinya oet-ti Koen, hingga ia ini jadi kaget sekali.

Meskipun setiap serangannya ada hebat, tapi Li-lo-sat le Ya tidak mendesak musuhnya, maka oet-tie Koen jadi dapat melayani tanpa mundur.

Melihat serang-serangan musuh makin lama makin ganas oet ti Koen lalu keluarkan tipu pukulan nya tiga belas gaya menyembah Tuhan, tiap serangannya berubah-rubah dan berbahaya sekali, hingga le Ya ke teter dan melayani musuhnya berputar-putar sekeliling panggung.

Sebentar saja sudah berjalan dua puluh enam jurus, tinggal tiga jurus lagi pertandingan berakhir seri dan Ie-Ya sedang memikirkan jalan untuk balas menyerang pada musuhnya tiba-tiba oet ti Koen telah menarik serangannya dan berkata padanya.

Ya, nona le, ilmu silatmu memang tinggi, aku tak dapat menang darimu.

le Ya mengerti oet-ti Koen ingin mengakhiri pertandingan itu, tapi bagaimana jalannya" Sedangnya mereka buntu jalan untuk mencari penyelesaian, tiba-tiba ada seorang lompat dari bawah panggung mencegah mereka melanjutkan pertempurannya.

Kalian berdua berhenti dahulu bertempur, aku ada berita penting untuk disampaikan kepada kawan-kawan dalam rimba persilatan- katanya.

Kiranya orang itu ada Seng Pocu sendiri setelah berkata demikian ia lalu menghadapi para hadirin berkata.

Sekalian saudara-saudara aku mengabarkan berita penting kepada kalian, yalah Tok kay yang membunuhnya pada kemarin malam dalam sebuah kuil yang letaknya tidak berapa jauh dari sini.

Dengan begitu, pengemis kejam itu tidak akan meneruskan kekejaman dan kejahatannya lagi dalam dunia ini.

Kematiannya itu entah siapa yang melakukannya.

Seng Eng berkata demikian, matanya berbareng menyapu pada sekalian tetamunya.

 Tiba-tiba matanya melihat Ho Tiong Jong mendadakan saja sudah mendelik, hingga orang banyak yang mengikuti pandangan-nya sudah pada mengarahkan perhatiannya pada Ho Tiong Jong.

Tiba-tiba Song Boe Ki yang mengenali Ho Tiong Jong sudah berteriak.

Aaa.

itu dia Ho Tiong Jong, achli waris dari San-yu Loreng Khong Teng Sho" Kenapa Song Bee Ki berteriak demikian keras" Itulah karena ia sudah dapat dengar, bahwa Seng Eng ada bermusuhan dengan San-yu Lo tong Khong Teng Shoe dan sudah sesumbar akan membasminya musuh itu berikut semua murid-muridnya.

Soe coe Liang, Kiauw Jang dan Ko Jang yang melihat matanya Seng Eng beringas mengawasi kearahnya sudah menjadi ciut nyalinya, dengan perlahan-lahan telah mengendurkan diri dan meninggalkan Ho Tiong Jong berdiri sendirian-sekarang semua mata ditujukan pada Ho Tiong Jong.

Seng Pocu sudah marah betul, tapi ia bisa kendalikan amarahnya itu, karena mengingat diseputarnya banyak tetamu.

Ia berteriak menegur.

Hai, Tiong Jong, kau semalam ada bersama-samanya dengan Tok kay, sebetulnya Tok kay telah dibunuh oleh siapa" Kau tentu mengetahuinya, lekas katakan Ho Tiong Jong tampak tidak keder menghadapi Seng Pocu, malah ia ketawa dingin.

Dengan suara keras ia menjawab.

Seng Pocu, kalau kau mau tahu, orang itu telah ditabas lehernya olehku dengan golokku sendiri.

Seng Eng terperanjat.

Tidak terkecuali dengan semua tetamu yang hadir, karena untuk membunuh Tok-kay yang berkepandaian sangat tinggi, kecuali Seng Eng yang berkepandaian tinggi orang sembarangan tidak gampang membunuhnya.

Semua orang bingung dengan pengakuannya Ho Tiong Jong.

oet-ti Koen saat itu ada perhatikan Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie yang kelihatan perhatiannya sangat tertarik oleh Ho Tiong Jong.

ia jadi cemburu dari atas luitay ia berteriak.

Ho Tiong Jong, kau jangan omong gede disini.

Kau ini sebangsa pengecut, siapa yang mau percaya kau membunuh Tok-kay.

Ho Tiong Jong marah sekali, ia berkata pada Seng Eng.

Seng Pocu, ijinkanlah aku naik ke luitay.

Belum habis bicaranya, orangnya sudah melayang dan hinggap diatas luitay menghadapi oei-ti Koen yang sedang petangtang-petingting melembungkan dada.

Hei oet ti Koen, bagaimana aku harus berbuat supaya kau percaya.

kata Ho Tiong Jong gemas.

oet-ti Koen tertawa bergelak-gelak.

Lagaknya sombong sekali, seolah-olah orang dihadapannya itu sudah tentu akan menjadi pecundangnya.

ia memikir demikian memang tidak salah sebab tempo hari Ho Tiong Jong sudah jadi pecundangnya.

Tapi ia tentu saja tidak menyangka, kalau Ho Tiong Jong yang tempo hari bersama Ho Tiong Jong yang sekarang ada lain tingkat kepandaiannya.

Tiong Jong, Tiong Jong, katanya dengan lagaknya yang tengik, sekarang begini saja, coba kau menyerang aku dan aku yang menangkisnya.

Kita bertempur satu gebrakan saja, akur" Ha ha ha.

Ho Tiong Jong sudah tidak tahan melihat lagak tengik oet ti Koen, maka ia lalu menghadap pada Seng Eng.

Seng Pocu ijinkan aku main-main sebentar di luitay melayani ini orang gagah she oet-ti.

kemudian ia balik menghadapi Li lo sat le Ya.

Nona le, kau mengaso sebentar, biarkan aku yang kasih hajaran pada bedebah ini le Ya anggukkan kepalanya sambil kasih lihat senyumannya yang memikat.

Setelah le Ya lompat turun dari luitay, oet-ti Koen berkata lagi.

Hei Tiong Jong, apa kau tahu pertempuran ini ditetapkan tiga puluh jurus untuk menentukan menang kalahnya" Tapi, tidak apa, aku boleh potong lima belas jurus untuk melayani kau, sebab dalam lima belas jurus sudah tentu kau jadi pecundang, bukan" oet-ti Koen ada demikian memandang rendah kepada Ho Tiong Jong, akan tetapi sebaliknya dengan Seng Eng.

Pocu dari benteng Seng keepo ini merasa kuatir oet-ti Koen bukan tandingannya Ho Tiong Jong, maka ia berteriak pada oet-ti Koe n supaya peraturan yang sudah di tetapkan tiga puluh jurus itu tidak boleh dilanggar.

oet-ti Koen mendongkol hatinya.

Hmm.

Pocu tentu takut aku menyesal, bukan " Kau legakan hatimu, Pocu.

oet-ti Koen tidak akan membuat malu kepada Seng Pocu.

Seng Eng kewalahan menghadapi kebandelannya oet-ti Koen, tapi ia tetap menasehati supaya oet ti Koen tetap memegang peraturan.

Diam-diam ia memberi isyarat kepada kawan karibnya Pek Boe Tay-su, supaya ia siap-siap turun rangan melindungi oet-ti Koen dan mengambil jiwanya Ho Tiong Jong.

Pek Boe Tay-su seperti sudah paham akan maksudnya Seng Eng.

maka ia sudah anggukkan kepalanya.

Tapi hatinya ia sungkan berbuat curiga begitu malu terhadap jago jago tua yang hadir disitu.

Ketika pertandingan sudah hendak dimulai, terdengar suara sangat tajam dan keras menanya kepada Ho Tiong Jong.

Hei, Tiong Jong, apakah kau itu ada akhli warisnya San yu Lo long Khong Teng shoe" Kiranya yang mempunyai suara demikian hebat ada IHan Goat Tojin dari golongan Liong-bun.

Hm.

aku bukan muridnya, jawab Ho Tiong Jong, tapi ia berpikir sebaliknya dirinya sudah tidak lama lagi hidup didunia karena racunnya Tok-kay, maka sebaiknya semua permusuhan dengan Kho Kie itu ia sendiri saja yang menanggungnya.

Maka setelah memikir demikian, ia menyambung kata-katanya.

tapi, apabila totiang mau menuntut balas urusan yang bersangkutan dengan San-yu Lo-long Khong Teng Shoe totiang boleh perhitungkan diatas diriku saja.

Bagus, bagus.

kata Han Goan Tojin sambil mengacungkan jempolnya, kau memang ada satu laki-laki sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab.

sebentar aku akan minta pelajaran darimu.

Mendengar bicaranya Han Goat Tojin, semua orang hampir percaya bahwa pemuda ini akan mempunyai kepandaian luar biasa.

Sementara itu oet-ti Koen yang melihat suasana seperti menguntungkan Ho Tiong Jong sudah semakin jelus saja hatinya.

Hmm TiongJoag, Tiong Jong sebelum lima belas gebrakan semua orang akan mencari kau ke Giam-lo-ong Ha ha ha.

demikian oet-ti Koen mengejeknya.

Bedebah, tutup mulutmu.

Kau buktikan sendiri, perkataanmu itu benar akan menjadi suatu kenyataan apa akan menjadi sebaliknya" Kaulah yang nanti pergi menghadap Giarm lo ong, apa kau sudah pesan tempat disana" Ho Tiong Jong balas mengejek.

oetti Koen marah betul.

Tanpa banyak rewel lagi ia menyerang dengan hebat.

Ho Tiong Jong tidak gentar.

ia menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya pada kedua telapakan tangannya.Jari-jari tangan kirinya dibuka.

Telapakan tangan kanannya menangkis serangan, sedang jari-jari tangan kirinya secepat kilat mengancam jalan darah ditubuh oet ti Koen yang berbahaya.

Inilah ada ilmu serangan istimewa, yalah Kim-ci Gin ciang jari emas telapakan tangan ilmunya Khong Teng Shoe yang diturunkan pada Ho Tiong Jong melalui Khoe Kie, muridnya orang tua petani dari gunung San cu itu.

Hebat ilmu Kim-ci Gi Ni ciang iru, telapakan tangan kanan danjari-jari tangan kiri menyerang berbareng, membuat lawannya jadi gelagapan menangkisnya.

Tidak heran kalau oet-ti Koen menjadi kaget.

ia rubah posisi nya dan menyerang dengan dahsyat sekali maksudnya supaya sekaligus dapat membinasakan musuhnya.

Ho Tiong Jong menyambuti dengan tidak keder sedikitpUn.

Kedua kekuatan tenaga beradu.

satu suara wut yang keras terdengar tampak oet ti Koen mundur satu tindak dan lengan bajunya sobek^ Penonton sudah dapat memperhitungkan oet-ti Koen bukan tandingan Ho Tiong Jong yang hanya dengan serangan jarinya saja sudah menang angin.

oet-ti Koen melihat lengan bajunya sobek karena serangan tadi, lantas saja kalap dan berteriak-teriak katanya lengan baju itu sobek bukan lantaran Ho Tiong Jong, tapi bekas barusan ia bertempur dengan Li-losat le Ya.

Tapi teriakannya itu mana ada orang percaya, sebab mereka dengan mata kepala sendiri melihat kejadian itu, maka mereka hanya tertawa bergelak-gelak saja.

oet-ti Kang melihat adiknya berada dibawah angin mulutnya tidak bisa diam memaki maki pada Ho Tiong.

Hei, kau jangan banyak bacot kata Ho Tiong Jong.

Itu malam kalian bertiga mengeroyok aku seorang diri masih belum ada penjelasan.

Nah, sekarang kalian bertiga boleh maju berbareng it Semua penonton kaget melihat kata-kata-itu Ho Tiong Jong, mereka percaya Ho Tiong Jong telah dikerubuti tiga dan semakin percaya bahwa ilmu silatnya anak muda itu betul-betul lihay.

Oet-ti Koen telah mengerahkan semua tenaganya ia keluarkan tipu pukulannya yang sangat diandalkan yalah tiga belas gaya menyembah Tuhan.

Ho Tiong Jong masih terus mainkan Kim ci GiNi ciang yang hanya tiga jurus, tapi lihaynya bukan main.

Telapakan tangan dan jari-jarinya Ho Tiong Jong terus-terusan mengancam bagianbagian yang berbahaya pada tubuh musuhnya, hingga oet-ti Koen menjadi kewalahan dan ia main mundur saja kedesak.

Semua penonton dibikin kagum oleh kepandaiannya Ho Tiong Jong, apalagi Ban Siong To jin.

ia melongo karena ia tidak menyangka anak muda itu ada menpunyai ilmu yang demikian baiknya, tenaganya juga hebat sekali, tidak sama dengan semalam ketika ia menghadapi padanya dalam kuil ceng-in-si.

Ho Tiong Jong makin bertempur makin gagah.

setelah berjalan dua puluh jurus tibatiba ia merubah cara menyerangnya.

Jari jari tangan kirinya menyerang, sedang telapakan tangannya seperti ditarik tapi sebenarnya menyerang.

Jalannya penyerangan kelihatan sangat aneh, hingga membuat kagum penontonnya.

Pelajaran yang ia dapat dari Tok-kay.

yalah Tok-liong ciang hoat, yang semuanya ada tiga belas jurus, telah ia pertontonkan dengan baik sekali dalam pertempuran itu.

Ilmu Tok-kay merupakan malapetaka untuk oet-ti Koen yang sombong karena dengan memainkan ilmu yang lihay itu membuat oet-ti Koen benar-benar tidak berdaya.

Jurus-jurus yang kedua puluh enam adalah babak yang menentukan Terdengar bentakan Ho Tiong Jong yang keras, oet ti Koen, jadi tidak dapat maju dan mundur.

Terpaksa ia memiringkan badannya untuk menyingkir dari gempuran musuh.

Tiba-tiba terdengar suara bra aak tubuhnya oet-ti Koen seperti la y angan putus terpental beberapa tumbak tingginya danjatuh pula diatas luitay.

Pelahan-lahan ia masih bisa merangkak bangun dan lompat turun dari luitay dengan amat malunya.

oet-ti Kang melihat adiknya dalam detik-detik berbahaya, sebenarnya sudah lompat ke atas luitay sambil menghunus pedangnya Cit Seng-kiam (pedang tujuh bintang) tapi terlambat karena adiknya bukan sudah kena tendangan telak dan badannya nampung keudara.

Ia menyesal tidak waktunya turun tangan mencegah kekalahan adiknya, tapi ia terhibur juga karena adiknya tidak sampai melayang jiwanya.

oet-ti-Kang dengan pedang telanjang menghampiri Ho Tiong Jong yang tinggal tenang-tenang saja setelah menyepak terbang oet ti Koen.

Pengecut keluarkan senjatamu oet-ti Kang menantang.

oet-ti Kang mengira Ho Tiong Jong hanya ilmu silatnya bertangan kosong saja yang ampuh, tapi tidak begitu kalau ia menggunakan senjata.

ia tahu betul Ho Tiong Jong hanya mampu menjalankan yang kedua belas jurus ilmu golok keramatnya, terhadap ini ia tidak takut dan memastikan akan kemenangannya.

Ho Tiong Jong yang mendengar tantangan oetti Kang dengan tenang ia menjawab.

Hmm.

oet-ti Kang.

Kau boleh menggunakan senjatamu, aku sendiri tidak perlu kalau hanya menghadapi orang semacam kau saja.

oet ti Kang panas hatinya.

Kim Hong Jie yang menyaksikan, tanpa merasa ia sudah nyeletuk.

Hmm orang itu sangat sombong, entahlah dia kepandaiannya sampai dimana" Kho cong yang mendengar kata-kata itu, sambil nyengir mengiyakan pendapatnya si jelita.

Memang orang itu kepandaiannya boleh juga, cuma lagaknya sombong betul, hingga orang yang menyaksikannya tidak menaruh simpati kepadanya.

Seng Giok Cin sementara itu sudah bisa mengenali ketika Ho Tiong Jong bertempur dengan oet-ti Koen telah mainkan pukulan Tok kay.

ialah Tok-liong ciang-hoat Ia diamdiam merasa heran Ho Tiong Jong dapat warisan ilmu silatnya Tok-kay, sedang menurut pengakuannya Tok-kay telah binasa ditangannya.

Betul-betul ini merupakan soal-soal ruwet dan ia baru dapat memecahkannya manakala ia sudah bisa bertemu dengan si pemuda untuk menanyakannya.

Tapi bagaimana jalannya ia dapat menemui Ho Tiong Jong" Kalau Seng Giok Cin terbenam dalam teka-teki adalah oet-ti Kang yang sudah jadi panas mendengar kata-kata yang sombong dari Ho Tiong Jong sudah berteriak keras, katanya, orang she Ho, kau cabut golokmu baru aku oet-ti Kang mau bertanding dengan kau, sebab kau dengan tangan kosong menandingi aku sama saja ketimun melawan duren.

mana bisa menang" juga taruh kata aku menang, aku juga tidak mempunyai muka untuk menghadapi sekalian tetamu, sebab kemenanganku itu tentu saja karena aku menggunakan senjata dan kau bertangan kosong.

Maka, hayolah kau cabut golokmu, keluarkan kau punya ilmu golok keramat yang kau banggakan Ho Tiong Jong pikir, ini oet-ti Kang kalau tidak dikasih hajaran tentu ia akan memandang enteng padanya, buktinya barusan ia mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hati, maka baiklah ia melayani dengan goloknya, bagaimana oet-ti Kang nanti bisa tahan atau tidak dengan kepandaiannya yang sekarang ia miliki" Segera ia mencabut golok bajanya, golok bukan sembarangan dan hadiah dari nona Seng, terhadap siapa ia sangat berhutang budi.

Kalau kau memaksa juga untuk aku mengeluarkan golokku, tidak ada halangannya, cuma saja rasanya kau tak dapat bertahan-lama kalau aku menggunakan senjata tajam.

Ha ha ha, oet-ti Kang, mari cepat maju.

Ia berkata sambil lintangkan goloknya didada, siap untuk menghadapi musuhnya yang ia tahu betul ada pandai sekali menggunakan pedangnya Cit-seng kiam yang tajam.

Kau tak usah banyak menjual lagak teriak oet-ti Kang seraya menyerang dengan pedangnya, tapi serangan itu dengan satu kelitan manis, sudah menemui sasaran kosong, hingga oet-ti Kang semakin naik hawa amarahnya.

Tiga kali lagi ia melancarkan serangan, semuanya hanya diegoskan dan dikelit dengan indah sekali, tanpa Ho Tiong Jong mengirim serangan balasan.

Hal mana, telah mengagumkan para penonton, serentak terdengar tampik sorik sorai yang gemuruh.

Kemarahannya oet ti Kang semakin menjadi jadi.

orang she Ho, hari ini.

kalau aku oet-ti Kang tak dapat mengirim kau menghadap ke Giam lo ong, benar benar aku bisa mati karena penasaranomongannya belum lampias sudah menjadi berhenti sendiri, karena ia sangat kaget, IHo-Tiong Jong yang dianggapnya takut terhadapnya tiba-tiba telah mengirim serangan hebat dengan goloknya.

Dikiranya Ho Tiong Jong hanya mengganda berkelit saja takut menghadapi ia punya ilmu pedang, padahal Ho Tiong Jong sebenarnya mau menguji kepandaiannya dihadapan orang banyak bagaimana ia melepaskan serangan lawan yang tangguh.

Ternyata kegesitannya sudah cukup boleh dibuat bangga.

Setelah ia merasa puas tiba tiba mendengar kata-katanya oet-ti Kan yang bukanbukan dengan mendadak saja hatinya sudah jadi sangat panas dan lantas menyerang kepada oet-ti Kang yang sedang mengumbar hawa amarahnya dengan keluarkan katakata yang tidak sedap untuk didengar oleh telinganya sang lawan.

Serangan Ho Tiong Jong ditangkis dengan pedangnya diam diam oetti Kang merssa sangat heran, sebab tenaganya Ho Tiong Jong tenyata bukan tenaganya Ho Tiong Jong yang tempo hari yang ketakutan sama bayangan putih.

Berpikir begitu, maka oet-ti Kang sudah memberikan perlawanan sangat hati hati pada pemuda yang mulai mengangkat nama itu.

Dengan begitu pertandingan jadi seruh sekali.

Pedang berkilau-kilau menyamber dengan ganas, dilain pihak golok berkelebatan dengan tidak kurang ganasnya.

Masing-masing telah mengeluarkan tipu silat simpanannya.

Ho Tiong Jong mainkan goloknya semakin lama semakin bagus hingga penonton merasa sangat kagum oleh kepandaiannya pemuda itu.

Diantaranya Kim Hong Jie yang jadi terpesona dengan tiba-tiba.

Itulah ilmu golok yaya-ku.

ia berkata dalam hatinya.

Lantas saja pikirannya telah melayang ke masa lima tahun yang lampau, ketika ia ketemu dengan Ho Tiong Jong dan pemuda itu telah mendapat hadiah dua belas jurus ilmu golok keramat dari yayanya.

Seharusnya ia menerima delapan belas jurus, tapi entah pemuda itu lantas tidak muncul lagi kerumahnya.

la tidak menyangka, bahwa di benteng seng-keepo ini ia dapat melihat lagi pemuda yang telah menolong mengambilkan bonekanya yang kecemplung kedalam sawah.

Sementara itu pertandingan telah berjalan dengan seru sekali^ ^1 I ^1 Kim Hong Jie kagum dengan ilmu golok yang diperlihatkan oleh Ho Tiong Jong Dia hebat dan tampan parasnya katanya dalam hati sendiri.

Matanya tidak berkesiap mengawasinya keatas panggung, dimana dua jago muda sedang mengukur tenaga dengan sungguh-sungguh.

oet ti Kang diam diam mengeluh, kenapa lawan-lawannya kini sangat sulit dirobohkan dan saban-saban tipu goloknya hampir saja mengenakan sasarannya.

ia menjadi lebih waspada ketika melihat Ho Tiong Jong yang dihadapi sekarang ada lain dengan Ho Tiong Jong yang tempo hari.

Pantasan pikirnya adikku dapat dikalahkan mentah-mentah.

 Tapi oet-ti Kang tak usah menunggu lama-lama, karena babak yang menentukan sudah lantas tertampak, ketika dengan tiba-tiba Ho Tiong Jong membentak.

Kena.

ia jadi gelagapan dan lompat mundur.

Tapi keadaannya sudah menjadi memalukan, rambutnya terpapas sebagian, sedang pedang ditangannya tinggal sepotong saja.

Kutungan yang lainnya sudah jatuh dipapan panggung.

Mukanya tampak membisu dan mengawasi musuhnya yang tinggal berdiri tegak dengan wajah bersenyum-senyum.

Ho Tiong Jong tahu lawannya sudah kalah, ia tidak perlu menyerang lagi.

sementara itu tampik sorak sorai dibawah panggung riuh sekali.

Penonton dibikin kagum oleh serangan Ho Tiong Jong yang paling belakang, mereka tidak tahu entah dengan cara bagaimana pemuda itu bergerak dan menyabetkan goloknya, karena tahu-tahu setelah membentak kena oet-ti Kang lompat mundur dan rambutnya terpapas, sedang pedangnya yang sangat dibanggakan cit-seng-kiam telah menjadi doa potong.

Kim Hong Jie juga merasa sangat heran.

Dia bergerak aneh sekali, entah dengan ilmu silat apa ia telah mengalahkan lawan nya" demikian Kim Hong Jie menanya pada dirinya sendiri.

Betul-betul ia mengagumi pemuda tampan dan hebat ilmu silatnya itu.

Kalau dahulu ia begitu akrab pada Ho Tiong Jong dalam arti menyinta pada seorang kakak tapi kini entah bagaimana dengan mendadakan hatinya berdebaran dan tidak enak.

Parasnya yang putih dan ramai dengan senyuman sejenak telah menjadi bersemu merah, seperti yang merasa jengah.

Perlahan-lahan ia pegang dadanya sendiri yang berdebaran, ia ingin menghentikan debaran itu, tapi tidak bisa.

Entah bagaimana, saat hatinya seperti berbicara.

Apa kau tidak ingin menemui pemuda tampan itu " Suaranya sang hati membuat paras mukanya menjadi merah jengah.

sementara itu Ho Tiong Jong diatas panggang, dengan merendahkan dan hormat ia menjura kepada penonton, seakan-akan yang mengucapkan terima kasih atas sambutan yang meriah bagi kemenangannya tadi.

Diam diam ia merasa bangga, ia berpikir.

Beginilah rasanya kalau menjadi orang ternama Ia seperti ingat sesuatu, matanya lantas celingukan kan memandang ke tempatnya nona seng Justru Seng Giok Cin saat itu sedang memandang kepadanya, hingga dua pasang mata kebentrok.

Nona Seng bersenyum, kemudian tundukkan kepalanya.

Tinggal Ho Tiong Jong yang dak dik duk hatinya.

Bagaimana ia tidak dak dik duk hatinya dilirik dan dilempari senyuman oleh seorang gadis yang paling cantik diantara sekian banyak nona nona cantik yang hadir disitu.

Bagaimana Ho Tiong Jong peroleh kemenangan yang mengagumkan itu" Sebenarnya ilmu goloknya, seperti diketahui, hanya dua belas jurus saja.

Setelah ini habis di mainkannya, habis juga perlawanannya pemuda itu, kecuali ia mengulangi permainannya itu.

Pada saat ilmu golok keramatnya jurus yang dua belas dikeluarkan semua, ia agak kebingungan juga.

Tapi lantas ia mengingat akan ilmunya Tok-kay.

Tok liong Ciang hoat, maka ia sudah sambung ilmu goloknya dengan ilmunya Tok-kay itu.

Benar-benar hebat sebab begitu ilmu itu dimainkan kontan Oet ti Kang keteter dan akhirnya menemui kekalahannya yang memalukan.

ooOOoo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar