Jilid 02
BAGAIMANA, apa kau masih menyesalkan aku" tanya cong ie bergurau.
Ho Tiong Jong bersenyum girang tidak menjawab.
Sebagai gantinya ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hm.
orang bisu., ,
menggrendeng si nona, sambil naik pula kudanya.
Selendang cong ie tadi tidak dikembalikan kepada pemiliknya, tapi disesapkan dalam kantongnya Ho Tiong Jong.
Kali ini dalam perjalanan pulang, mereka tidak melarikan kudanya berlomba, tapi jalankan kudanya berendeng sambil pasang omong.
Sambil menikmati pemandangan alam yang indah mereka kelihatan gembira sekali.
Setelah sejenak mereka berhenti bercakap-cakap.
cong Ie berkata.
Engko Ho, bagaimana pendapatmu hal dirinya itu dua saudara oet-ti" Entahlah.
Aku benci sekali padanya, Mereka sangat jahat, kalau suheng tidak melarang supaya aku jangan bikin onar ditempat ini, sudah sejak siang-siang aku ganyang dua manusia sombong itu.
Ow, galak betul kau nona cong Bukannya galak.
memang tabiatku membenci orang yang sombong.
Mereka kira kepandaiannya sudah tak ada taranya makanya sikap angkuh dan menyebaikan itu, Ho Tiong Jong tidak memberikan pendapatnya.
Tampak ia hanya angguk anggukkan kepala, seolah-olah ia juga merasa setuju dengan pikiran sang kawan yang merasa sebal dengan sikap oet ti bersaudara.
Sementara Ho Tiong Jong dan cong ie dalam gembira menjalankan kudanya kembali ke tempat penginapannya, di lain pihak oet-ti bersaudara telah bersepakatan untuk membunuh mereka.
Melihat cek-bin Thian ong Him Toa Ki berada diatas puncak gunung ditemani oleh si Tangan Telengas Song Boe Ki, maka dua saudara oet-ti telah mengambil keputusan untuk menyingkirkan jiwanya cong ie dan Ho Tiong Jong berdua.
Mayatnya akan dilemparkan kedalam jurang, supaya Him Toa Ki nanti menyangka kalau dua orang itu telah binasa dalam suatu kecelakaan.
Demikianlah, mereka telah mencegat jalan pulangnya dua korbannya.
Tempat dimana dua orang itu sedang lewat ada jalanan sempit dan pada kedua belah tepinya berjurang dalam sekali.
oet ti bersaudara mengintai mereka dibalikpohon dengan pikiran mengiri dan cemburu melihat kemesraan mereka bercakap-cakap.
Ketika dua calon korban itu datang mendekati mereka.
oet-ti Koen berkata perlahan pada engkonya.
Jiko, mari kita dorong saja mereka masuk kedalam jurang, bagaimana pikiran Jiko" ini adalah kesempatan baik untuk kita melampiaskan dendam.
Itu juga baik.
jawab oet ti Kang sambil anggukan kepalanya.
Berdua lantas melihat kesekitarnya, untuk dapat kepastian apakah benar sudah tidak ada orang yang lihat pekerjaan mereka sebentar" Tapi apakah kagetnya mereka ketika menampakkan dirinya di puncak gunung ada Him Toa Ki dan Song Boe Ki yang tengah memandang kebawah dimana Ho Tiong Jong dan cong ie sedang jalankan kudanya.
Him Toa Ki ada jago kawakan dari oei-san-pay, ia dibuat jerih juga oleh oet-ti bersaudara maupun suhengnya si Tangan Telengas Song Boe Ki, tidak heran kalau Oetti-Koen saat itu menjadi cemas sendirinya.
celaka, ada dia di atas yang melihat.
Sukar untuk kita bekerja menurut rencana kita.
Dasar mereka masih bernasib baik demikian kata oet-ti Koen sambil menghela napas menyesal oet-ti Kang hanya anggukkan kepalanya ia juga tidak berkata.
Song Boe Ki ketika dengan Him Toa Ki berada dikaki gunung, masing-masing telah turun dari kudanya.
Setelah melihat-lihat pemandangan disitu, tiba tiba Song Boe Ki berkata.
Saudara Him, bagaimana kalau kita naik ke puncak gunung tanpa naik kuda .
Him Toa Ki mengerti maksudnya Song Boe Kie hendak mencoba kepandaiannya, maka ia anggukkan kepala dan menjawab.
Baiklah, sembari kita lihat-lihat pemandanganSong Boe Ki girang mendengar kesanggupan itu, sebab memang sebenarnya ia ingin menjajal kepandaiannya jago dari oei-san-pay itu.
Ketika mereka sampai ditengah-tengah gunung, tampak song Boe Ki kalah napas oleh Him Toa Ki, sebab kalau si orang she Him masih tenang-tenang saja adalah sebaliknya dengan si tangan Telengas, napasnya sudah sedikit memburu.
Hal mana bukannya tidak dapat dilihat oleh Him Toa Ki, tapi karena hendak menutup orang punya malu, maka jago dari oei san-pay itu telah jalan bersama-sama saja.
Him Toa Ki dari jarak tiga puluh tombak telah melihat kebawah cong ie dan Ho Tlong Jong berkuda dijalanan yang berbahaya, maka ia minta Song Boe Ki suka bersama sama turun gunung untuk menyongsong cong ie dan Ho Tiong Jong.
oet-ti bersaudara juga sudah muncul dari tempat persembunyiannya.
Mereka berenam lalu berjalan pulang.
Kalau yang lain-lainnya pulang dengan hati senang karena selamat, adalah oet-ti bersaudara merasa kecewa dengan akal jahatnya telah gagal.
Tapi diam-diam mereka masih punya pengharapan, lain kali dapat menganiaya Ho Tiong Jong dan cong ie.
Sebelum mereka sampai dibenteng Seng-kee-po ditengah jalan berpapasan dengan Li-lo sat ie Ya.
Semua tidak menaruh perhatian pada wanita galak itu, hanya Ho Tiong Jong yang terkejut diam-diam ia mengawasi ie Ya dalam hati menanya, kedatangannya itu apa maksudnya" ie Ya setelah melemparkan senyuman kepada Ho Tiong Tong, lantas menghampiri cong ie dan berkata padanya.
Barusan aku mendapat kabar si Raksasa in Goei sudah datang ke benteng.
Tapi kau jangan takut, dia datang dengan pendekar kawakan Kong-thong Sian-im Hoei Tok Tojin-Mereka berdua telah pergi, maka entah sekarang bagaimana keadaan mereka.
cong ie berubah mukanya mendengar bicaranya ie Ya.
Ya, In Goei pada lima tahun berselang pernah diusir oleh ayahku, dia tentu sampai sekarang ada menendam sakit hati.
Ho Tiong Jong merasa heran.
Sambil tertawa, ie Ya berkata padanya.
Ya, dua partay itu ada merupakan dua musuh besar dari dahulu, maka dendaman sakit hati tak habis-habisnya.
Mereka beromong-omong sambil berjalan menuju ketempat penginapan masing masing.
Ho Tiong Jong ketika sampai, segera disambut oleh pelayan yang mengantarkan kekamarnya dilain bagian, bukan dikamarnya yang semula.
Menurut keterangan pelayan, katanya ditempat itu khusus untuk para pendekar ulung yang dapat langsung berhubungan dengan Seng-Lo-pocu (kepala benteng).
Kamar kamar disitu dipecah dua baris yang sebelah kiri untuk pria mendapat pelayan-pelayan pria juga sedang sebelah kanannya untuk kaum wanita yang dilayani oleh pelayan wanita.
Tampak keadaan disitu rapi dan resik sekali hingga menyenangkan yang menempatinya.
Ho Tiong Jong terbelalak matanya, ketika ia memasuki kamarnya.
Perabotan disitu dihias rapih dan indah, disekitarnya kamar penuh dengan pemandangan yang menarik hati.
Diam-diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.
Apakah orang tidak keliru menanggap tentang diriku " Aku bukannya pendekar ulung, akan tetapi mendapat tempat yang istimewa begini, betul-betul aku tidak habis mengerti .
Selagi ingatannya melayang-layang, pelayan yang mengantarnya tiba-tiba berkata.
Ho Siang kong tentu belum tahu, dalam rumah ini mempunyai empat ratus kamar.
Dalam bagian kamar-kamar disini masih belum ada yang datang, maka Ho Siang kong harus tinggal sendirian dahulu.
Hari keramaian yang ditentukan masih ada tujuh hari lagi, untuk beberapa hari ini pasti Ho Siangkong akan merasa kesepian tinggal sendirian.
Siangkong kalau ada keperluan apa-apa, panggil saja pelayan, ia pasti datang untuk melayani Siangkong.
Tentang makan, sesuka siangkong mau dimana, dibawa kekamar juga boleh atau mau makan bersama sama teman juga tidak halangan.
Pelayan akan menyediakannya.
Sebentar malam, Pocu akan memperkenankan semua tetamunya yang sudah datang.
Terima kasih, jawab Ho Tiong Jong bersenyum, aku sekarang belum mempunyai teman, maka kalau tidak keberatan aku lebih suka kalau makanan untukku dibawa kekamarku saja Baiklah kata si pelayan sambil anggukkan kepalanya lalu keluar dari situ.
Setelah sang pelayan berlalu, Ho Tiong Jong otaknya bekerja.
ia memikirkan diam ditempat itu harus berlaku sopan santun, pakaian juga harus pantas enak dilihat orang.
Ia bisa berlaku sopan santun, tapi bagaimana dengan pakaiannya" Diam-diam ia merasa tidak enak sendirinya.
Selagi pikirannya bekerja sambil jalan mundar mandir dikamarnya, ia kaget ketika pintu kamar dibuka.
Kiranya pelayan tanggung kira kira umurnya sepuluh tahun masuk kedalam.
Dengan hormat ia berkata.
Aku bernama Keng Jie.
sengaja datang pada Siang kong untuk menanyakan, apakah Sian kong tidak ingatan untuk membersihkan badan seulah menempuh perjalanan demikian jauh" Ho Tiong Jong melengak.
la tidak mengira datang-datang pelayan cilik ini mengajukan pertanyaannya yang tepat sekali.
Apakah dia tahu bahwa aku telah melakukan perjalanan jauh" Kalau tidak siapakah yang memberi tahukan padanya" Demikian Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.
Kemana ia ingin mandi, tapi bagaimana dengan tukarannya" Apa ia harus pakai pakaiannya lagi yang buruk itu" Setelah ia menjawab.
Keng Jie sudah membuka lagi mulutnya berkata.
Ho Siang kong, mari ikut aku, Akan ku antarkan kau ketempat mandi, setelah mandi aku tanggung kau akan merasa segar.
ia bersenyum.
Kembali Ho Tiong Jong dibikin heran.
Baru saja ia ketemu dengan pelayan cilik ini, tapi ia sudah dapat bergurau seperti yang sudah lama kenal.
Heran pikirnya.
Tapi bagaimana juga memang ingin mandi maka ia lantas menjawab.
Baiklah mari antarkan aku ke tempat mandi.
Keng Jie cepatjalan di muka, diikuti oleh Ho Tiong Jong.
Tidak berapa lama mereka berjalan, sampailah pada sebuah kolam yang dikitari oleh pepohonan yang rindang daunnya.
Sejuk sekali keadaan disitu, airnya juga bening sekali, ketika Ho Tiong Jong melongok kedalam kolam.
Keng Jie yang menghentikan tindakannya sambil menunjuk kekolam tadi ia berkata.
Nah inilah tempat untuk Siangkong membersihkan badanHo Tiong Jong memang senang sekali kalau bisa mandi dalam kolam yang jernih airnya itu, maka dengan tidak menjawab lagi ia sudah membukai pakaiannya dan dengan hanya celana pendek.
ia nyebur kedalam kolam, berenang kesana sini dengan gembira sekali, entah berapa lama merendam dirinya ketika matanya mengawasi kepinggiran, tidak tertampak Keng Jie untuk menantikan ia.
Ia lalu berenang kepinggiran, lalu naik dan hendak mengambil bajunya.
Tapi alangkah herannya ia sebab pakaiannya yang sudah Compang camping tidak ada pula ditempatnya, sebagai gantinya ada setumpukkan pakaian baru.
Setelah tertegun sebentaran ia lain mendekati pakaian tadi.
Diatasnya ada sepotong surat yang berbunyi singkat saja.
Jangan sungkan, pakailah tukaran ini.
Tidak ada tanda tangan siapa yang mengirimnya, tapi tulisan indah sekali.
la ingin tahu menanyakan pada Keng Jie, akan tetapi pelayan cilik itu sudah tidak kelihatan mata hidungnya.
Entah kemana ia sudah pergi" Dengan apa boleh buat Ho Tiong Jong pakai pakaian sumbangan orang itu.
Ternyata pakaiannya itu pas benar dengan perawakannya, warnanya putih terang.
Anak muda itu dalam pakaian ini tampak menonjol parasnya yang cakap tampan.
Sambil berjalan Ho Tiong Jong memikirkan, siapa gerangannya yang telah menaruh perhatian padanya demikian besar" Bagaimana juga ia mengerjakan otaknya untuk menduga-duga, ia tidak dapat menebaknya.
Ia jalan terus, melewati sebuah kolam bunga teratai.
Disini ia jalan mundar-mandir sambil menggendong tangan.
Tiba-tiba pada suatu tempat tidak jauh dari kolam ia melihat ada tanah mumbul seperti terdorong dari sebelah dalam.
Matanya terus mengawasi pada tanah yang mumbul itu.
kemudian terlihat satu kepala manusia yang lancip nongol disusul dengan badannya keluar dari tanah.
Apakah ia setan yang muncul disiang hari" ia menanya dirinya sendiri.
Meskipun menduga adanya setan, Ho Tiong Jong tidak takut.
Ia terus mengawasi apa yang orang itu akan lakukan lebih jauh.
orang itu berpakaian hitam, tangannya besar dengan kuku-kukunya yang meruncing berkilat, hidungnya mancung, matanya sipit dan bibir tebal.
Matanya yang sipit di-pelototkan kearah Ho Tiong Jong, sambil perlihatkan giginya yaug besar.
Sungguh menyeramkan bagi orang penakut yang melihatnya.
Ho Tiong Jong tetap berdiri tidak bergerak mengawasi orang itu.
Setelah meloloskan pakaiannya yang serba hitam tadi, tampak dimasukkan kedalam sebuah kantong.
Kemudian ia merapihkan lagi tanah yang barusan terbongkar gara-garanya ia keluar dari tanah, hingga rapih kembali seperti asal mulutnya.
Ho Tiong Jong terus mengikuti segala gerak-geriknya, ia masih terus menduga bahwa orang itu tentu ada satu jejadian penunggu disitu.
orang itu setelah kembali mengawasipada Ho Tiong Jong tiba-tiba telah tertawa terbahak-bahak.
Hei, lote, kau mengawasi saja kepadaku tentu kau merasa heran barusan aku keluar dari tanah bukan" Kau jangan takut, sebab aku bukannya setan atau siluman, coba kau datang kemari untuk kita bersenda gurau.
ha ha ha Ho Tiong Jong mendengar suaranya orang itu, ia mendapat kepastian bahwa ia bukannya setan yang ia duga tadi.
Hatinya mulai tegar, maka ia lantas menjawab.
Betul, aku kira tadinya kau ada setan yang menggasir tanah.
Kembali orang itu ketawa girang.
Laote, kau kemarilah.
Aku ada punya rahasia yang akan kuceritakan padamu, amat penting, sukakah kau mendengarnya " Ho Tiong Jong bersenyum tidak menjawab.
Kembali orang itu tertawa tergelak-gelak sambil menunjukkan giginya yang besar.
Kalau begitu, biarlah aku yang datang padamu Perkataannya belum lampias, orangnya sudah melesat menghampiri dan sebentar saja sudah berada di hadapannya Ho Tiong Jong.
Laote, aku mau tuturkan suatu rahasia padamu, kata orang ini, apakah kau suka mendengarnya" Kali ini Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
Diam-diam Ho Tiong Jong merasa suka dengan gerak-gerik dan segala ucapannya orang aneh itu, yang lucu jenaka.
Toako, kau hendak cerita rahasia urusan apa" tanyanya sambil tertawa.
Sekarang kau hendak membuka rahasia itu dibelakang mu ada banyak orang yang mengawasi kau, kau percaya tidak" jawab siorang aneh.
Ho Tiong Jong cepat berpaling kebelakang nya, benar saja ada beberapa orang yang mengawasi kepadanya sambil pada bersandaran ditiang jalanan.
Ho Tiong Jong menghadapi lagi si orang aneh katanya.
Mereka kira barangkali kita Sedang main sandiwara.
orang itu ketawa lagi.
Tidak diduga orang itu ketawanya murah sekali.
saban-saban ketawa, membikin Ho Tiong Jong mau atau tidak terpaksa ikut-ikutan.
Nah, disini kau lihat.
kata orang aneh itu sambil menunjukpada dua pemuda yang edang kasak-kusuk bicara, Mereka ada pemuda sombong dari Go bie-pay, saban hari jalan ambil menyoren pedang dengan muka angkuh.
Aku sebel melihatnya, mereka namakan dirinya ebagai Im-Yang Siang-kiam , tunggu aku kasih mereka rasa.
Ia berkata sambil memunggut sebuah batu sebesar kepalan.
Sambil mengangkat tangannya ia kemak-kemik mendoa.
Atas nama langit dan bumi, semoga batu ini mengenakan tepat kepada dua orang sombong itu Ho Tiong Jong melihatnya jadi terkejut.
Sambil lompat ia mencegah.
Toako, kau mau berbuat apa " Aku mau kasih dua orang ini rasai batu ini jawabnya sambil nyengir Ah, tidak baik berbuat begitu.
Tidak baik mencari setori, nah, sekarang kau harus perkenalkan namamu kalau kau mau mengikat persahabatan aku.
orang itu ketawa bergelak-gelak.
Sambil tepok-tepok kepalanya sendiri berkata.
Aku ini memang peluapaan.
Maksudku menghampiri padamu adalah hendak berkenalan, tapi barusan timbul marahku pada dua orang jumawa itu.
maka aku jadi lupa.
Harap laote suka maafkan- ia sambil menjura memberi hormat.
Ho Tiong Jong menyambuti hormatnya orang sambil bersenyum geli.
Batu yang hendak ditimpuki tadi, telah dimasuki kedalam kantong bajunya yang besar pada saat ia hendak memberi hormat pada Ho Tiong Jong.
Laote, sebenarnya kau she apa dan nama mu yang terhormat" tanyanya Jenaka.
Aku she Ho namaku Tiong Jong.
Dan toako " Ho Tiong Jong balik menanya.
Laote bicara terus terang, aku sebenarnya barusan didalam tanah telah melihat kau merasa suka dan ingin bersahabat dengan kau, makanaaku sudah nerobos keluar untuk berjumpah muka.
Hei, bagaimana didalam tanah dapat melihat aku" menyelak Ho Tiong Jong heran.
orang itu tertawa tergelak-gelak.
Laote, memang juga kau akan merasa heran kalau aku belum bercerita tentang diriku, Aku senang padamu, ingin bersahabat, maka aku akan menceritakan padamu.
Toako kau masih belum menjawab pertanyaanku.
Pertanyaan apa" Namamu yang terhormat jawab Ho Tiong Jong sambil bersenyum.
Ow.
namaku Mudah saja.
Aku bernama Kho Kie, suhuku yang menamai aku begitu, Kie, artinya buang, jadi aku ini anak buang-buangan.
Ha ha ha ha.
Dan Kho, apa artinya" tanya Ho Tiong Jong berlaga pilon.
Ah, masa laote tidak tahu.
Kho, artinya tinggi, artinya inilah yang menjadikan aku tidak habisnya menyesal, karena aku bukan nya orang tinggi.
Aku pikir hendak merubah namaku, supaya lebih enak kedengarannya.
Semakin lama Ho Tiong Jong semakin ketarik oleh Kho Kie yang Jenaka dan menggelikan hati segala gerak-gerik dan perkataannya.
Kho toako, aku pikir buat apa kau ganti namamu, sebab itu sudah baik,.
Kho Kie ketawa nyengir.
Khotoa-ko, sekarang baik kau ceritakan padaku bagaimana kau dapat belajar ilmu masuk kedalam tanah.
Kepandaianmu itu betul-betul membikin aku tidak mengerti, demikian kata Ho Tiong Jong pula sambil tertawa.
Kho Kie kelihatannya bangga ilmunya itu dikagumi sianak muda.
la beraksi lucu sekali sebelumnya ia menuturkan kisahnya.
Ya, ia kata, sebenarnya ilmuku ini sangat dirahasiakan, tidak boleh sembarangan diberitahukan kepada orang lain.
Tapi tidak apa aku ceritakan sedikit saja cara bagaimana aku bisa mendapatkan ilmu itu.
Ho Tiong Jong angguk-anggukkan kepalanya.
Bagus, bagus ceritakanlah apa yang boleh diceritakan, katanya tertawa.
Ilmu itu dinamai Tun-te-sut (ilmu masuk tanah) yang aku yakinkan dengan susah payah baru berhasil.
Aku harus melatih kepalaku supaya jadi keras, dibantu oleh alat yang merupakan topi lancip dari baja murni.
Bermula aku meyakinkan beberapa kali merasa pening kepalaku, tetapi pelahanlahan dengan pengunjukan guruku yang telaten dapat juga mempelajarinya ilmu itu.
Setelah aku dapat masuk ketanah, sering sering aku tidur dalam tanah, hingga guruku bukannya jarang telah kehilangan diriku: ha ha ha.
ia tertawa tergelak-gelak.
Tingkah lakunya Kho Kie yang lucu dan agaknya berhati polos, membuat Ho Tiong Jong semakin lama semakin menaruh perhatian dan suka kepadanya.
Ia sebenarnya tidak percaya ada orang bisa masuk kedalam tanah, akan tetapi mau atau tidak ia harus percaya sebab ia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Mereka bercakap-cakap sambil duduk didepannya jendela kamar.
Kelihatannya dua orang itu akur sekali, seperti juga kenalan lama.
Tiap pembicaraan ditutup dengan suara ketawa, malah terkadang Ho Tiong Jong ketawa nya keterlepasan hingga merasa jengah sendirinya karena disitu ia seberapa bisa harus membawa dirinya berlaku sopan santun.
Laote Kho Kie berkata lagi, setelah berhenti ketawa.
tempat disini sangat adem, aku akan pindah disini saja menemani laote, bagaimana" Dengan senang hati.
jawab Ho Tiong Jong ketawa.
Kho Kie lalu minta pelayan ambilkan barang-barangnya untuk ia pindah kesitu.
Kemudian ia berkata lagi pada Ho Tiong Jong.
Laote, ketika aku berpisahan dengan suhuku beliau telah berkata padaku, bahwa aku ini sangat nakal.
Kalau masih dibawah perlindungannya ada selamat, tapi kalau tidak dalam perlindungannya lagi aku bisa menemui bahaya karena perbuatanku yang nakal dan ugal-ugalanAh kalau memang kita tidak mencari onar lebih dahulu, jangan kuatir kita dapat bahaya.
Sebab orang boleh tidak begitu gila akan memusuhi kita tanpa alasan, bukan" menyelak Ho Tiong Jong.
Suhuku bilang lebih jauh, ia meneruskan sambil ketawa nyengir, kalau aku diserang dari depan aku dapat melawannya, tapi kalau musuh menyerang membokong cilaka tiga belas aku tidak berdaya.
Maka beliau pesan wanti-wanti s upaya aku jangan nakal dalam perantauanSiapa nama suhu toako" tanya Ho Tiong Jong.
Suhuku Kong Tong Shu alias Sin-yu Lokong.
orang di seng-keepo tidak tahu aku ini ada muridnya karena suhu memesan aku jangan menyebut nama-namanya.
Aku sembarangan saja mengatakan muridnya It Im Lo ni, ha ha ha.
Eh, toako, siapa itu It Im Lo-ni" It Im Lo ni dari kuil cauw Im Yan di Bu tong-san, musuhnya suhuku, ha ha ha.
ia tertawa geli sekali kelihatannya.
Ho Tiong Jong sebaliknya menjadi heran, bagaimana Kho Kie dapat menyebutkan muridnya It Im Lo-ni" Tapi, toako, ia berkata nyaring, melihat Kho Kie terus-terusan ketawa.
Orang tentu heran, kenapa It Im Lo ni memungut kau sebagai muridnya" Mau juga ia pungut murid perempuan sebagai nikouw dikuilnya.
Laote, kau memang benar, jawabnya.
sambil menyusut matanya yang mengeluarkan air saking enaknya tadi ia ketawa.
Ada eorang kuasa disini yang menanyakan begitu kepadaku.
Aku sudah kibuli padanya, bahwa Lo-ni itu telah mengingkari janjinya dan telah menerima aku sebagai muridnya.
orang itu tidak percaya dan suruh aku mengunjukkan beberapa jurus ilmu silatnya Loni itu dihadapannya.
Habis, bagaimana" menyelak Ho Tiong Jong tidak sabaran.
Aku telah unjukkan ilmu itu untuk membikin yang menanya puas hatinya.
Aku tahu Lo-ni itu senjatanya kebutan yang dinamai Kim-soa Giok-peng in Tipu ilmu silatnya Lian-hoa-tjat yang sangat terkenal.
Aku sudah coba unjukkan itu, sekali aku bergerak orang yang tidak percaya tadi telah dibikin terpelanting, maka ia baru percaya aku ada muridnya si nikow tua, ha ha ha Ho Tiong Jong juga ikut ketawa, diam-diam berpikir.
Betul-betul kau nakal, tidak heran kalau gurumu memesan wanti-wanti Supaya jangan nakal diluaran.
Apakah orang yang begini lucu jenaka akan menghadapi bahaya" Ah.
sungguh sayang sekali.
Siapa orang yang kau sengkelit itu toako " Tanya Ho Tiong Jong Setelah aku berjalan dalam benteng seng kee-po ini baru saja, kalau dia itu ada si Ular Kumbang yang menjadi pengurus nomor dua dalam benteng ini.
Aku tidak takut sama segala ular, maka juga aku masih hidup sampai sekarang, ha ha ha.
Kali ini ia ketawa keterlepasan, hingga ia dengan kursinya telah terjungkel kebelakang dan membentur kaca jendela, hingga mengeluarkan suara prang yang nyaring sekali.
Kaca jendela telah menjadi pecah karenanya.
Ketika ditarik mundur, ternyata Kho Ke telah menindih seorang pelayan yang saat napasnya empas empis karena keberatan kena tertindih barang berat.
Pelayan itu justru bukannya lain dari pada Keng Jie.
Setelah kaca jendela yang pecah ditutup dengan kertas, Ho Tiong Jong dan Kho Kie meneruskan kongkonya (bercakap-cakapan ) kali ini mereka masing-masing mengisahkan riwayat dirinya.
Diam diem Ho Tiong Jong menyesalkan dirinya yang tidak bersekolah dan berkepandaian.
Dibandingkan dengan Kho Kie jauh benar pengetahuan surat dan ilmu silatnya.
Ia malu bergaul dengan Kho Kie yang jauh lebih pintar, akan tetapi Kho Kie sebaliknya merasa suka dan senang bergaul dengan anak muda itu yang dianggapnya ada orang baik-baik dan tidak sombong.
Kho Kie yang ramah tamah dan polos terus mengajak Ho Tiong Jong bergurau, hingga perasaan malunya si anak muda menjadi lumer sendirinya.
Selanjutnya mereka pasang omong dengan amat gembira sekali.
Selagi mereka sibuk dengan ceritanya masing-masing, tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki mendatangi.
Ketika itu Kho Kie sudah siap hendak masuk kedalam tanah, tapi dilihatnya yang datang terayata adalah si Ular Kumbang.
Sebentar saja mereka sudah hadapan, Ho Tiong Jong sambil menjura telah memohon maaf untuk kaca yang tadi pecah itu karena tidak disengaja.
oh itu perkara kecil, jangan dibuat pikiran.
jawab si Ular Kumbang sambil tertawa.
Ho Tiong Jong merasa lega hatinya.
Kedatanganku adalah hendak memberitahukan kalian, kata pula si Ular Kumbang, tentang perjamuan menyambut tetamu, besok semua tetamu akan diperkenalkan satu persatu dalam perjamuan itu, yalah supaya tetamu satu dengan lain mengenali terlebih dahulu.
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya, sedang Kho Kie hanya ketawa saja.
Tengah mereka bertiga bercakap-cakap.
terdengar suaranya kaki wanita mendatangi.
Ketika mereka menegasi kiranya yang datang ada si nona in, pelayannya nona Seng putri kepala benteng dari Seng-kee-po.
Si Ular Kumbang telah menjura dengan hormat kepada nona pelayan itu, sebelumnya ia membuka suara terdengar nona ln berkata secara bergurau, setelah sejenak mengawasi kepada jendela yang pecah kacanya.
Ho Tiong Jong dan Kho Kie.
Hei, apa kalian sudah berkelahi sampai kaca jendela pecah" Wajahnya berseri-seri ia meneruskan berkata pada Ho Tiong Jong.
Bagaimana" Apa Ho Siang kong senang tinggal dalam kamar ini" senang.
senang, jawab Ho Tiong Jong seraya anggukkan kepala.
Nona in ketawa manis hingga Kho Kie yang melihatnya menjadi kesengsem.
sambil tertawa nyengir ia menimbrung.
Nona in,akupun pindah kemari, kalau engkau ada tempo sukalah sekali waktu datang menyambang kepada kita di sini.
Nona in tidak menjawab, hanya matanya mengerling galak.
Sambil menekap mulutnya karena merasa geli melihat gerak-geriknya Kho Kie yang lucu, nona pelayan itu telah meninggalkan mereka.
setelah nona in berlalu, si Ular Kumbang menegur pada Keng Jie.
IHei, Keng Jie.
perlu apa kau memanggil padanya kemari" Aku bukannya sengaja memanggil.
Selagi aku keluar berpapasan dengannya, dia menanyakan tentang keadaannya Ho Siang-kong, aku lantas ceritakan kejadian barusan sebab aku kira mereka telah berkelahi.
Katanya dia kebetulan mau melihat Ho Siangkong, maka dia bersama-sama aku kesini.
Eh perjamuan besok bukannya malam, tapi jam tiga sore demikian Keng Jie nyerocos bicara.
Ho Tiong Jong tidak perhatikan pelayan itu nyerocos lebih jauh hanya diam-diam memikirkan, apa perlunya nona in menengoki ia" Hatinya merasa tidak enak berbareng saat itu pelayan yang disuruh Kho Ki datang membawa barang-barangnya Kho Kie yang sudah dapat kesitu.
Sedang tukang kayu juga sudah muncul untuk membetulkan kaca yang pecah tadi.
Ho laote.
buat apa kita tinggal diam saja disini.
Mari kita keluar jalan-jalan makan angin ha ha ha.
Kho Kie kembali dengan suaranya yang Jenaka lucu.
Baiklah.
sahut Ho Tiong Jong.
Ia berkata sambil mengikuti, pikirannya terus melayang pada nona in yang sengaja datang untuk melihat ia, entah apa sebabnya " Maka setengah jalan, ia sudah berkata pada Kho Kie.
Kho Toako, aku mau kembali kekamarku dulu, ada yang hendak kutanyakan pada Keng Jie, harap kaujalan-jalan sendiri saja.
Sebentar kalau urusan sudah beres, aku akan mencari kau lagi" Ho Tiong Jong berbareng hendak membilukkan kakinya akan tetapi Kho Kie telah menyegah, katanya.
Ho siaocu.
kau jangan tinggalkan aku sendirian.
Biar saja.
sebentar lagi juga kita ketemu Keng Jie, apa yang perlu kau tanya boleh ditanyakan kepadanya bukankah sama juga" Ia berkata sambil menarik-narik lengannya Ho Tiong Jong, hingga anak muda itu kelihatannya apa boleh buat mengikuti si orang aneh tukang nerobos tanah itu.
Berdua terus berjalan jalan sambil ngobroL Tiba-tiba mereka berjumpah dengan nona cong ie.
Setelah saling memberi selamat.
Ho Tiong Jong telah memperkenalkan Kho Kie kepada si nona.
Engko Ho.
kata nona cong pada Ho Tiong Jong Malam ini mungkin aku meninggalkan tempat ini, aku menyesal sekali tidak dapat menghadiri berkumpulnya orang-orang gagah dalam benteng ini.
Ho Tiong Jong terkejut.
Ia lantas ingat, bahwa nona cong mau meninggalkan tempat ini tentu lantaran gara-garanya si Raksasa in Goei, maka ia lalu menanya.
Apa si Raksasa in Goei belum pergi dari sini.
cong ie geleng kepala.
Hmm Sekarang belum tahu, sebentar malam baru mendapat kepastian dia pergi atau tidak.
Kho Kie yang mendengar pembicaraan Ho Tiong Jong dan cong Ie lantas mengerti bahwa nona itu akan meninggalkan benteng sebab takut oleh In Goei, maka hatinya mendadak sudah menjadi panas dan berkata.
Nona, kau tak usah meninggalkan tempat ini.
Biar aku usir si Raksasa itu, aku mendengar julukannya demikian sudah merasa sebal.
Kho toako.
menyelak Ho Tiong Jong kau tidak boleh berbuat begitu.
Kalau kau bikin onar ditempat ini aku tidak mau bersahabat dengan kau lagi.
Kho Kie tertawa nyengir.
cong ie kelihatan unjuk paras muka merengut, ia agaknya merasa kesal dengan soal yang dihadapinya ia mendengar kata-katanya si orang aneh, matanya yang bagus tiba-tiba melirik.
kemudian memandang pada Ho Tiong Jong yang menegur Kho Kie.
Ia masih berdiri sejenak didepan mereka, kemudian telah meninggalkan mereka dengan tidak berkata apa-apa lagi.
Ho Tiong Jong melongo melihat cong ie begitu ketus.
Ha ha ha.
tiba-tiba terdengar Kho Kie buka suara Ho laote barusan kau keliru melarang aku tidak boleh membuat onar, sebab dianggapnya oleh si cantik tadi kau tidak memihak kepadanya ikut membenci kepada orang yang dibencinya.
Sebaliknya kau lebih memandang berat diriku, mana dia tidak jadi marah " Ho Tiong Jong masih bingung dengan kata-katanya Kho Kie.
Kho toako, sebenarnya kenapa sih dia seperti yang ngambek berlalu dari sini Ha ha, kau masih belum mengerti juga orang omong.
Dia jengkel, karena kau menghalang-halangi untuk memberi hajaran kepada musuhnya, kau mengerti " Baru sekarang Ho Tiong Jong mengerti.
Ia kelihatan geleng-gelengkan kepalanya, tapi ia tidak mau disesalkan.
Biarlah kita jangan pusingkan yang begituan, aku memang lebih menghargai persahabatan daripada wanita dan-.
Perkataannya belum habis, cong ie tampak sudah muncul kembali didepan mereka.
Ia agaknya mendongkol pada Ho Tiong Jong, pada siapa ia berkata.
Mana itu selendangku, lekas kau kembalikan katanya dengan suara dingin.
Ho Tiong Jong terkejut, mukanya seketika itu juga merjadi merah karena merasa malu sudah menyimpan selendangnya si nona dan kini telah di tagih.
Ia merogo-rogo sakunya, Sudah tentu saja tidak kedapatan karena selendang itu ada dalam saku bajunya yang kotor, yang diambil oleh Keng Jie, Entahlah apakah Keng Jie mencuci bajunya sekalian dengan selendang itu turut dicuci" oh nona cong, maafkan aku kelupaan membawanya.
Sambil sipitkan matanya dengan kelakuan lucu sekali Kho Kie telah menyelak.
oh, selendang itu kepunyaannya nona cong" celaka tiga belas, sebenarnya aku tak seharusnya bersenda gurau dengan Ho laote, selendang itu aku telah curi dari Ho laote dan ada disini.
Ia terus meraba raba kantongnya yang besar kemudian dikeluarkan segala isinya Kira nya didalam kantong itu berisi macam-macam benda seperti baju tipis hiram untuk keluar masuk tanah, uang perakan beberapa, potong sebuah batu sebesar kepelan, dua mainan dari kayu, potongan besi bersegi tiga dan empat yang tajam sekali, sebagai penuntun ia keluarkan handuknya yang sudah dekil dan menyiarkan bau asam, hingga cong ie yang turut memeriksa apa isinya kantong telah menekap hidungnya.
Ia heran mengapa Kho Kie mengantongi banyak macam barang" Tadinya ia hendak marah akan tetapi melihat kelakuannya Kho Kie yang lucu diamdiam ia merasa sangat geli, ia ketawa dibalik tangannya yang menutupi mulutnya.
Untuk menahan rasa gelinya, supaya jangan keterlepasan ketawa, cong ie telah melototkan matanya mengawasi pada Kho Kie.
Sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Kho Kie berkata didepannya si nona: Nona cong, katanya, betul-betul aku ini orang celaka, aku sekarang ingat betul selendangmu itu bukan kutaruh dalam kantong ini, tapi.
Tapi dimana" Lekas katakan kata si nona separuh membentak.
Aku taruh di bawah bantal kepalanya Ho laote.
jawabnya sambil nyengir.
Ho Tiong Jong terbelalak matanya.
Si nona merah selembar mukanya, akan tetapi diam-diam ia merasa girang.
Biarlah, aku tidak perlu lagi dengan benda itu, katanya agak bersenyum kepada si pemuda yang saat itu tinggal membisu menyaksikan kawannya menjual aksi.
Tapi nona cong, tidak apa kau sekarang pergi mengambilnya.
kata Ho Tiong Jong.
Sudahlah kata si nona, Aku tak memerlukan lagi barang itu.
kalau nanti kau dapatkan boleh buang saja.
Matanya yang jernih menarik mengerling kearahnya si pemuda tampan, setelah meninggalkan senyumannya ia telah pergi dari situ.
Ho Tiong Jong dan Kho Kie jadi saling pandangan satu dengan yang lain-Keduanya kemudian ketawa terbahak-bahak.
Ah, betul-betul wanita itu aneh.
Ho Tiong Jong menggandeng sendirian.
Ho laote, kala Kho Kie sambil nyengir.
Nona cong itu kelihatannya sangat memperhatikan padamu, cuma sayang kau tak bisa memikat hatinya, ia cantik sekali parasnya.
Kho toako, kau jangan tertawakan aku, orang semacam aku ini mana dipandang oleh matanya nona cong yang unggul segala-galanya dari aku.
Kalau dia sudah mau manggutkan kepalanya saja terhadap aku, sudah membikin aku merasa sangat bahagia, Aku tidak memikirkan hal yang bukan-bukan.
Kho Kie tertawa, Tiba-tiba parasnya tampak menjadi sungguh-sungguh.
Ho laote, kalau untuk aku memilih wanita aku akan memilih nona in itu daripada.
IHusstt Ho Tiong Jong mencegah kawannya meneruskan kata-katanya.
Kau jangan sembarangan berkata, nanti dapat didengar orang tidak baik.
Ho Tiong Jong melihat ada orang yang memperhatikan mereka dalam bercakapcakapnya itu, makanya ia cepat mencegah kawannya berkata lebih jauh.
Ia heran, kenapa gerak-geriknya selalu diawasi saja" orang tadi telah mengikuti terus kemana mereka pergi seperti orang yang sedang menguntit pencuri saja.
Kho Kie juga tahu itu, tapi keduanya seperti yang sudah sepakat, tidak memperdulikan gerak-geriknya orang yang menguntitnya mereka itu.
Mereka teruskan jalan-jalannya, bercakap tidak putusnya dan sebentar-sebentar ditutup dengan gelak ketawanya malah Ho Tiong Jong terkadang sampai terpingkalpingkal ketawanya, rupanya tidak tahan dengan omongan-omongan Kho Kie yang mengitik urat ketawa.
oleh karenanya, tidak heran kalau banyak tetamu dalam benteng itu pada menonton lagak-lagunya mereka berdua ini.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong berhenti bertindak dan berbisik ditelinganya Kho Kie.
Kho toako, coba kau lihat disana, dialah itu si Raksaksa in Goei.
Kho Kie cepat menoleh kearah yang di tunjuk Ho Tiong Jong, Dilihatnya dipinggir sebelah kiri dari ruangan tamu ada jalan seorang yang berbadan tinggi besar dan sikapnya gagah sekali, ia berjalan lewat diantara para tamu, Tiba-tiba ia berpapasan dengan ie Ya dengan siapa ia bercakap-cakap sambil ketawa-ketawa.
Ho laote, bagaimana kalau aku gunakan senjata rahasia untuk bikin sebelah matanya buta, sehingga dia sebentar malam tidak dapat menghadiri pejamuan.
Dengan begitu nona cong juga tidak harus meninggalkan tempat ini karena gara-garanya, kau pikir.
baik atau tidak.
ooOOoo
KHO KIE menanya pikirannya sang kawan sambil ketawa nyengir ia tidak berani sembarangan menuruti hatinya, karena ia kuatir sang kawan nanti ngambek dan tidak mau bersahabat dengannya.
Kho Kie dalam tempo pendek saja hatinya sudah tertawa oleh kelakuannya Ho Tiong Jong yang jujur dan polos, maka sayang sekali kalau karena kelakuannya yang ugal-ugalan dapat membikin putus tali persahabatan dengannya.
Ho Tiong Jong ditanya demikian tampak sangsi sangsi, tapi tokh ia anggukkan kepalanya.
Kho Kie lantas siapkan senjata rahasia-nya setelah mendapat persetujuannya sang kawan.
Senjata gelapnya seperti sebuah batu dilepas dari lengan bajuuya, Dengan kecepatan luar biasa senjata telah membentur batu besar didepannya in Goei, hingga ia ini kaget dan celingukan mencari siapa yang telah melancarkan serangan gelap itu, justru ia belum dapat melihat terang, matanya telah disamber oleh pecahan senjata gelapnya Kho Kie yang membentur batu tadi.
Tidak ampun lagi matanya yang sebelah kanan mengucurkan darah, sambil menekap matanya yang luka,.
in Goei berteriak kesakitan dan hampir saja jatuh pingsan karenanya.
Ie Ya yang melihat kejadian itu segera memberikan pertolongan dengan memberikan totokan dibcberapa tempat jalan darah, sehingga darah tidak sampai mengucur lebih jauh, Para tetamu yang melihat juga pada kaget, mereka menduga duga siapa yang telah melancarkan senjata gelap membikin matanya in Goei terluka" Peristiwa yang tak diduga-duga itu membuat Ie-Ya hatinya merasa tidak enak.
cepatcepat ia menghampiri Ho Tiong Jong dan Kko Kie, kemudian menanya.
Hei, kalian apa tahu siapa yang telah melancarkan serangan gelap atas dirinya si Raksasa in Goei" Aku tak senang dengan perbuatan membokong itu, sebab belakangan hari orang akan menduga bahwa aku yang berbuat demikianHo Tiong Jong membisu mendapat pertanyaan si nona, tapi Kho Kie sebaliknya sambil ketawa nyengir telah menjawab Nona le sebenarnya kalau bukan padamu aku tidak mau bicara terus terang siapa yang telah melancarkan senjata gelap itu.
Jadi kau sendiri yang telah berbuat " memotong Ie Ya.
Bukan, bukan aku.
jawab Kho Kie dengan tenang-tenang saja, seraya unjak aksinya seperti yang benar-benar tahu kemana larinya Sipembokong In Goei.
Aku lihat barusan ada orang lari menerobos ketempat wanita berbareng aku mendengar teriakannya ia Goei, aku ia tidak meneruskan kata-katanya, karena sudah diselak oleh Ho Tiong Jong, menanya kepada Ie Ya.
Ya, Nona Ie, kalau seandainya orang yang membokong itu diketahui In Goei mau berbuat apa terhadapnya" Aku tidak tahu, sahut Ie Ya.
lihat saja nanti bagaimana" Ie Ya berkata sambil bersenyum pada pemuda dihadapannya, pemuda yang cakap ganteng menawan hati setiap wanita.
Sementara itu si Raksasa In Goei sudah di gotong masuk kekamar untuk diberikan obat sebagaimana mestinya, orang banyak pada menonton gerak-gerik Ie Ya yang menarik hati tengah bercakap-cakap dengan Ho Tiong Jong dan Kho Kie.
Menyambut senyumannya Ie Ya, diam-diam Ho Tiong Jong berpikir dalam hatinya.
Ie Ya ada begini cantik, maka mudah saja memikat hatinya banyak lelaki dan mudah membuat dirinya jadi populer, Aku seharusnya juga membikin diriku jadi populer dimatanya orang banyak.
Berpikir kesitu lalu ia berkata, Mari kita masuk kedalam ruangan untuk bercakapcakap.
Li-lo-sat Ie Ya bersenyum manis, Ah, jangan, Aku masih banyak urusan, Pocu sebentar lagi tentu akan menyuruh orang untuk melakukan penyelidikan atas kejadian ini.
Betul betul hatiku merasa sangat tidak enak, Eh, ya, hampir aku lupa memesan-.
Memesan apa" Tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.
Memesan kau harus berhati hati sebentar malam dalam perjamuan.
Muridmuridnya Siluman Khoe Tok tentu akan membikin susah padamu.
Ho Tiong Jong bengong sejenak alisnya di kerutkan, tapi tidak berkata apa-apa.
Ya, paling baik kau mendekati itu orang-orang dari oey san-pay.
berkata pula Lilo-sat ie Ya ketika melihat Ho Tiong Jong seperti merasa kebingungan.
Setelah sekali lagi melemparkan senyumannya, Li-lo-sat ie Ya telah meninggaikan Ho Tiong Jong dengan Kho Kie yang telah saling pandang satu sama lain-sebentar lagi tampak Kho Kie menggeleng-gelengkan kepalanya, Sayang, sungguh sayang.
Apa yang dibuat sayang" tanya Ho Tiong Jong heran.
Sayang dengan nasibnya wanita telengas itu, ia sangat ditakuti, tapi juga ia harus dikasihani nasibnya yang buruk.
Nasibnya bagaimana, apa Kho toako dapat menceritakan padaku" Eh ya, celaka tiga belas.
Dia tentu sudah mengetahui.
Siapa yang mengetahui urusan apa Kho toako " Nona cong.
Nona cong kenapa " Laote kau tidak tahu, nona cong ketika melihat aku mengeluarkan isi kantongku mencari selendangnya, tentu dia dapat melihat juga senjata gelapku, pasir Terbang, suatu senjata yang lain daripada yang lain karena hanya suhuku saja yang mahir menggunakan senjata demikian.
Ho Tiong Jong terdiam.
ia jadi memikirkan juga hal itu, karena dengan diketahuinya rahasia senjata itu pasti orang akan menuduh kepada Kho Kie yang telah membuat si Raksaksa in Goei terguling.
Mereka kasak-kusuk mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri, akhirnya diambil putusan buat dengan diam-diam balik ke kamarnya.
Demikianlah, setelah mereka berada dikamar Kho Kie lalu mengeluarkan semua isi kantongnya untuk Ho Tiong Jong lihat, Diantaranya yang paling menarik adalah itu pasir besi yang menjadi senjata gelapnya Kho Kie yang ampuh, Bergempal sebesar kepelan, beratnya luar biasa.
Kepada Sang kawan Kho Kie menceritakan kisahnya belajar ilmu Pasir Terbang itu.
suhunya ada seorang baik, meski benar tabeatnya kaku.
Entah kenapa oleh dunia kangouw ia dicap sebagai orang yang jalan hitam (Jahat), Selama dua puluh tahun ia mengasingkan diri digunung Sam-ju, orang telah memberi julukan padanya Sam-ju Lo long atau Petani dari gunung Sam ju.
ilmunya senjata gelap Pasir Terbang dibuat jerih oleh lawan maupun kawan.
Senjata ini dari pasir besi, dibikin menjadi sebesar kepelan tangan, ia dilepaskan dari lengan baju, Menggunakannya tidak perlu menuju sasarannya, cukup membenturkan senjata itu kepada salah satu benda yang berdesakan dengan yang diarahnya.
Segera seketika itu setelah kebentur mengeluarkan reaksinya dan pasir besi halus menyerang kearah sasarannya.
Hebat betul senjata rahasiamu itu, Kho toako.
kata Ho Tiong Jong, diam-diam ia bergidik juga mendengar bagaimana bekerjanya senjata gelap itu yang tidak mengasih kesempatan kepada korbannya untuk meloloskan diri.
Kho Kie ketawa nyengir lalu meneruskan kisahnya.
Ia telah meyakinkan ilmu itu selama sepuluh tahun dan sekarang cukup mahir menggunakannya, ia ada mempunyai seorang suheng bernama Kie Gie Seng, siapa setelah meninggalkan perguruan telah berbuat yang bukan-bukan diluaran, hingga menimbulkan amarahnya orang-orang dalam dunia persilatan.
Mereka mengutuk kepada suhunya dan mereka merencanakan untuk menuntut balas, Sang suhu mendengar ini, tidak ambil pusing, ia tahu, bahwa semua itu ada garagara muridnya yang nyeleweng dan getahnya dilekatkan padanya.
Belakangan kejadian-kejadian jahat kejam dan telengas itu hilang dengan sendirinya.
Dengan begitu pelahan-pelahan maksud menuntut balas untuk perbuatanperbuatan yang membangkitkan hawa amarah itu, telah lumer dengan sendirinya.
Mereka tidak tahu, kalau suhengnya yang berbuat itu semua, ketika pulang kegunung menemui suhunya telah dibikin buta matanya dan ilmu silatnya dimusnahkan.
Sejak membikin muridnya yang tersayang menjadi tak berguna sering-sering suhunya tampak menangis, rupanya sangat menyesal menerima murid yang tak kebetulan sehingga namanya menjadi jelek dikalangan kangouw.
Sampai disini Kho Kie menutur, tiba-tiba Ho Tiong Jong ingat akan selendangnya nona cong, maka ia lalu menanya Toako, mana itu selendang nona cong" Sebelum Kho Kie membuka mulut menjawab, tiba-tiba masuk pelayan Keng Jie membawa benda itu dan diterimakan pada Ho Tiong Jong.
Ho Siang kong, barang ini aku ketemukan dalam saku baju ketiga pakaian Siankong hendak dicuci, kata Keng Jie bersenyum, sambil menyerahkan selendang nona cong.
Ho Tiong Jong merah mukanya, ia memesan pada Kebg Jie, supaya kejadian itu tidak di ceritakan kepada lain orang lagi.
Keng Jie berjanji akan perhatikan itu.
Eh.
Keng Jie, aku lupa tanya padamu.
tiba-tiba Ho Tiong Jong berkata.
Ada pertanyaan apa, Ho Siang kong " Keng Jie, itu nona in yang kau antar pada kami itu siapa " Keng Jie bersenyum, Ho Siang kong nona in adalah pelayan yang disayang oleh puterinya pocu, makanya ia sangat dihormati oleh orang-orang dalam benteng ini.
Ho Tiong Jong jadi bengong, Pikirnya, Nona yang begitu cantik, kedudukannya hanya sebagai pelayan saja, Sayang.
Saat itu tiba-tiba Kho Kie tertawa, Ho laote.
katanya, pelayannya sudah demikian cantik, entah bagaimana kecantikannya nona yang dilayaninya, dapatlah kau membayangkannya sendiri, Ha ha ha.
Ho Tiong Jong hanya bersenyum, Keng Jie sementara itu sudah meninggaikan mereka dan waktu sudah mengunjuk jam empat sore.
Hatinya Ho Tiong Jong merasa tidak enak.
karena bagaimana ia dapat turut dalam perundingan sekarang kepandaiannya ada sangat terbatas.
Jago-jago yang akan dihadapinya semua, terdiri dari pendekar-pendekar ulung, Apakah tidak lebih baik ia mengeloyor dengan diam-diam meninggalkan tempat itu supaya tidak mengunjukkan kejelekannya didepan umum" Sebab kalau misalnya ia harus bertempur dan mengalami kekalahan bukan saja dirinya merasa malu, tapi juga hal itu akan memalukan Kho Kie yang sudah menjadi sahabat karibnya.
Melihat kawannya membungkam seperti ada apa-apa yang dipikirkan keras, Kho Kie lalu menanya.
Ho laote kau kenapa" Ho Tiong Jong geleng geleng kepalanya, tapi kemudian ia minta pikirannya sang kawan juga, bagaimana baiknya untuk dirinya yang berkepandaian terbatas menghadapi musuh-musuh yang sudah ulung, Kho Kie terdiam, ia juga rada bingung memikirkannya.
Diam-diam ia ingat dirinya ada mempunyai ilmu silat Kim-ci Gin ciang atau, jari emas Telapakan perak, yang hanya tiga jurus, tapi untuk membela diri juga ampuhnya luar biasa, ia ingin turunkan ilmu silat ini kepada Ho Tiong Jong, tapi ia yang takut kepada suhunya, sebab ilmu silat itu tidak boleh sembarangan di turunkan kepada lain orang, ia jadi bingung bagaimana dapat menolong kawannya itu.
Terdengar Ho Tiong Jong berkata sambil menghela napas.
Kho toako daripada aku menanggung malu, apa tidak lebih baik aku diam-diam saja meninggalkan bentengan ini " Kho Kie merasa kesian, Segera ia ambil keputusan, katanya.
Ho laote, jangan, kau jangan meninggalkan bentengan ini.
Aku nanti ajarnya kau ilmu silat tiga jurus yang lihay untuk melawan musuh.
Pemuda itu berubah girang wajahnya.
Ho laote, sebenarnya bakatmu bagus sekali, ilmu tenaga dalammu juga cukup, asal kau mendapat pimpinan orang pandai dalam sedikit tempo saja kau akan merupakan seorang yang sangat lihay dalam rimba persilatan.
Kini aku mau ajarkan kau ilmu silatku Kim-cie Gan ciang yang hanya tiga jurus, yalah jurus kesatu menggunakan jari kiri telapakan tangan kanan, kedua menggunakan jari kanan telapakan kiri, jadi sebaliknya dan yang ketiga balik ke yang kesatu yaitu jari kiri dengan telapakan tangan kanan yang agak sukar adalah bekerjanya tangan kanan dalam jurus ketiga dan tangan kiri dalam jurus ke-dua sebab ada banyak perubahannya, sekarang aku mulai memberi petunjuk harap kau perhatikan betul-betul.
Lantas saja Kho Kie menjalankan ilmunya, memberikan petunjuk petunjuk yang penting.
Ho Tiong Jong otaknya cerdik dan memang punya bakat yang luar biasa, maka tidak heran kalau dalam beberapa kali dimainkan saja ilmu silat tiga jurus tadi telah tercatat benar dalam otaknya.
Kemudian ia diminta oleh Kho Kie untuk menjalankan ilmu yang diberi petunjuk olehnya barusan.
Dengan sungguh-sungguh Ho-Tiong Jong telah mainkan ilmu itu dengan segala perubahannya, yang membikin Kho-Kie bukan main girangnya, sebab semuanya tak ada kesalahannya Ho laote, kau hebat sekali.
katanya sambil menepuknepuk bahu orang.
Waktu-pun saat itu sudah jam lima sore dekat saat perjamuan akan dibuka.
Ho laote, kau diam diam teruskan berlatih, aku mau kekamar kecil sebentar, kata Kho Kie tiba tiba sambil terus ngeloyor keluar kamar.
Saat Ho Tiong Jong mau memulai lagi dengan latihan ilmunya tiga jurus tiba-tiba pintu kamar terbuka dan nona in tampak masuk kedalam.
Ho Tiong Jong heran, ia mengawasi nona in yang mukanya tertawa berseri-seri.
Nona in membawa kotak kecil, Sambil menyerahkan benda itu pada Ho Tiong Jong ia berkata.
Aku disuruh oleh nonaku untuk memberikan benda ini kepada Ho Siangsong, tapi.
sambil menyambut kotak kecil itu, diam-diam Ho Tiong Jong berpikir Hei, nonamu belum kenal denganku, untuk apa ia menyerahkan benda ini padaku" la berpikir demikian, tapi tidak membuka mulut menanya, Hanya menantikan nona in menyambung bicaranya.
tapi ingat, benda ini ada untuk orang yang bersifat berani dan baik peruntungannya Apa isinya " menyela k Ho Tiong Jong.
Didalamnya ada dua butir pil yang macam dan besarnya sama.
Yang sebutir ada pil bikinannya Tok-sian Kong Jat Sin yang dinamai Siau-hoa-tan, sebuah pil yang sangat ajaib, Sebab kalau orang memakannya itu dapat bertambah tenaganya seperti sudah melatih diri puluhan tahun lamanya, sedang yang sebutir lagi.
Nona in merandek.
matanya yang bening halus menatap kepada pemuda cakap didepannya, hingga Ho Tiong Jong merasa kikuk, Tapi toch ia menanya Nona in, kenapa kau berhenti menutur, apa sih yang sebutir lagi" Nada suaranya nona ia agak tergetar ketika menerangkan Ya.
yang satunya lagi adalah pil maut (beracun) orang yang menelannya akan menderita hebat, keluar darah dari semua bagian tubuh yang berlubang misalnya hidung, mulut, kuping dan sebagainya sekarang kau diharuskan memilih salah satu diantara dua pil ini.
Kalau kau memang nasibmu bagus, tentu kau akan memilih Siauw hoan tan, tapi kalau sebaliknya tentu ang membikin jiwamu melayang ke akherat.
Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, Barusan ia menerima bingkisan diam-diam merasa kegirangan sebab itu ada bingkisan dari puterinya Pocu dari seng-ke-po, pikirnya baik betul nona itu telah menaruh perhatian atas dirinya yang belum dikenal.
Tapi kini, setelah bicaranya nona in, hatinya merasa tidak enak.
Benar soal mati hidup ada ditangan Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi kalau mati karena makan pil itu, benar-benar ia mati konyol dan penasaran sekali.
Meskipun berpikir demikian, adatnya yang tinggi dan pantang mundur mendorong ia untuk membukanya juga kotak kecil itu dengan perlahan-lahan.
Begitu terbuka, segera bau wangi menerjang keluar dari kotak itu.
Pil itu diperiksa, keduanya berwarna merah dan sama bentuknya, setelah menatap wajahnya nona in sebentar, ia berkata.
Nona in, aku akan ambil salah satu pil ini, mati hidupnya ada terserah ditangan Tuhan, tapi aku ada satu permintaanNona In bersenyum, Ho Siang kong, katakanlah ada permintaan apa " Justeru aku hendak menerangkan pada Ho Siang kong.
jawab nona In kau tentu masih ingat diwaktu lohor ini gunung Hui-cui ada pesuruh menyerahkan seekor kuda dan sebilah golok baja padamu, itulah nona Seng majikanku yang memberikannya.
Kau tentu heran sebab apa nonaku berbuat demikian" sebetulnya ia sudah tahu Ho Siang kong ada seorang jujur dan polos sifatnya, ia amat memperhatikan apa-apa yang dibutuhkan oleh Ho Siang-kong, ia sangat menaruh perhatian kepada seorang yang baik hati, maka Ho Siangkong jangan salah mengerti padanya.
Dan itu pakaian baru" menyelak Ho Tiong Jong.
juga nonaku yang telah memberikannya jawab nona In.
Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya.
Diam-diam ia merasa bersyukur kepada nona Seng yang begitu memperhatikan dirinya tapi siapakah nona itu" ia belum pernah melihat kenal padanya.
Terdengar ia menghela napas.
la budi nonamu dan kau sendiri aku tidak bisa lupakan, sebenarnya dalam hidupku selainnya kau berdua yang menaruh perhatian begitu baik, hanya toako ada satu-satunya kawan karibku.
Nah, kalau sebentar lagi aku mati juga tidak akan merasa penasaran aku sudah rela.
Nona Seng.
menyelak nona In, sudah tahu ilmu silat Ho Siangkong, meskipun tinggi, tapi latihannya kurang.
Jadi, kalau harus bertanding dengan orang-orang yang sudah berkumpul disini, perbedaannya jauh sekali, Apa lagi mengingat itu Siluman Khoe Tok punya anak murid yang jahat dan kejam.
Malam itu tentu mereka mencari akal keji untuk mencelakakan pada Ho siang kong.
Nona Seng pikir bulak-balik untuk menolong Ho Siang kong, akhirnya dia telah mengambil dua butir pil ini sudah disimpan lima tahun lamanya untuk diberikan kepada Ho Siangkong.
Ho Tiong Jong merasa heran sekali, demikian besar ada perhatian nona Seng.
Ya, memang juga aku lebih baik mati makan pil ini daripada menerima hinaan orang, Hanya aku tidak menduga sama sekali kalau nonamu ada begitu besar menaruh perhatian atas diriku yang rendah Sambil berkata, tangannya menjemput salah satu pil dan di telannya seketika.
Ia menatap wajahnya nona In yang tertegun melihatnya pemuda itu menelan pil.
Ho Tiong Jong berseyum.
Nona in, sebenarnya aku tidak ingin mati, tapi, ia, karena hatiku yang angkuh dan pantang menyerah membuat aku memilih kematian dengan menelan ini daripada menerima hinaan orang.
Nona In merasa terharu mendengar kata-katanya anak muda itu.
Sebenarnya pil ini selalu dibawa-bawa oleh nona Seng, tapi ia tak berani menerjang bahaya untuk menelannya, kata nona In.
Dari mana nonamu mendapat pil mujarab dan beracun ini" tanya Ho Tiong Jong sambil menyerahkan kembali kotak yang masih terisi satu butir pil lagi.
Sambil menyambuti kotak tadi, nona In lalu menceritakan kisah nona Seng.
Nona Seng pada suatu hari ada menonton gurunya, Kok Lo-lo, bermain catur dengan si Dewa Racun (Tok-sin) Khong Yat Sin, suatu saat nona Seng merasa kesal melihat kedua lawan itu terus mengasah otaknya, tak mau menggerakkan biji caturnya, sedang ia sudah tahu kemana jalannya untuk gurunya dapat memperoleh kemenangan dalam pertandingan itu.
Ia yang berdiri dipinggiran mesem-mesem melihat dua jago tua itu memutar otaknya, hal mana dapat dilihat oleh Kong Jat Sin.
siapa telah berkata, Hei, nona kecil kau mesem-mesem apakah sudah menemukan jalan untuk gurumu memperoleh kemenangan" Nona Seng hanya anggukkan kepala sambil melirik pada gurunya tidak berani membuka mulut.
ETELAH gurunya mengijinkan untuk ia menunjukkan jalannya bagaimana dapat menjatuhkan lawannya, nona Seng baru mau berikan pengunjukan.
Dua orang tua itu merasa heran.
Benar saja tidak lama kemudian Kong Jat Sin kena dikalahkan oleh Kok Lo lo atas bantuannya sang murid.
Ha ha ha.
demikian Kong Jat Sin tertawa bergelak-gelak sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang, Kau sungguh cerdik nona kecil, Nah untuk Kecerdikanmu aku si orang tua pecundang menghadiahkan padamu dua pil mustajab dan beracun, untuk suatu waktu bila diperlukan kau boleh menelannya.
Kong Jat Sin berkata sambil mengeluarkan dari sakunya dua ples kecil, dikeluarkannya sebutir pil dari masing-masing ples dan diberitahukan khasiatnya, hingga nona, Seng kegirangan bukan main.
Bagaimana selanjutnya kisah pil mustajab dan beracun itu.
kata nona in yang menutup ceritanya itulah Ho Siang kong sendiri dapat menanyakan kepada nonaku Nona In kemudian minta diri meninggaikan kamar Ho Tiong Jong, Di pekarangan tibatiba ia melihat Kho Kie sedang jongkok sambil memainkan batu-batu" Melihat nona in mau lewat didepannya, tiba-tiba Kho Kie bangun dan menghalanghalangi sambil cengar-cengir ketawa dan mengucapkan beberapa perkataan bergurau jenaka.
Nona In sebenarnya suka pada Kho Kie yang Jenaka lucu ini, akan tetapi ia ketika itu sedang ada urusan penting menyampaikan laporan kepada nonanya, maka hatinya mendelu juga ketika dihalang-halangi dan diajak bergurau.
Nona In, parasmu yang cantik ada muram sedikit kenapa sih" Nona In menjebikan bibirnya, tidak menyahut.
Ketika ia mau jalan, kembali Kho Kie menghalang-halangi, ia jadi tidak sabarandan sikutnya sudah membentur dadanya si orang aneh yang bisa masuk dalam tanah.
Benturan itu telak sekali, sebenarnya tidak dirasakan apa-apa oleh Kho Kie, tapi saat itu ia menemukan jalan rupanya untuk menarik perhatiannya si nona pelayan yang cantik maka ia sudah pura-pura sempoyongan sambil memegang dadanya, ia membentur dinding pekarangan dan rubuh.
Nona In matanya membelalak kaget, Apakah pukulannya sangat keras barusan" Tanyanya dalam hati, cepat ia sudah menghampiri Kho Kie yang pura-pura menggeletak pingsan.
Dirabalah dada si konyol dan diurut-urut.
Kau kenapa, apa sakit kena disikut aku barusan" Makanya jadi orang jangan konyol, ini bagiannya orang yang suka godain orang.
Kho Khie tinggal diam saja, hingga hatinya nona In menjadi lebih kuatir lagi.
Diam-diam sebenarnya Kho Kie merasa sangat bahagia, dadanya diuruti oleh tangan yang halus mungil, bau wangi dari badannya nona In menusuk hidungnya, hingga dirasakan seketika itu semangatnya seperti sedang melayang layang dikayangan.
Nona In coba angkat ia bangun, tapi sengaja Kho Kie memberatkan badannya hingga si nona menjadi kewalahan Kepinginnya ia berdiam terus di uruti oleh si nona pelayan yang telah menawan hatinya.
Tapi nona In rupanya ada cara lain untuk mengangkat bangun padanya, ia selusupi tangannya yang mungil dalam ketiak orang, kemudian mengerahkan tenaganya menyeret Kho Kie.
MMi 1H1 KM Ml JIW.
H I H Kali ini, ternyata ia berhasil sebab Kho Kie tidak bisa memberatkan dirinya lagi, karena tidak tahan merasa geli ketiaknya disodok tangan si nona, ia paling takut kalau ketiaknya kena dikitik, maka dalam sekejapan saja ia sudah dapat dibawa ke kamarnya untuk direbahkan.
Kamarnya Kho Kie berhadap hadapan dengan kamarnya Ho Tiong Jong.
setelah ia merebahkan Kho Kie, ia tidak mendengar suara apa-apa dari kamarnya Ho Tiong Jong, ia lupa Ho Tiong Jong telah menelanpil, karena hatinya sedang kusut memikirkan Kho Kie yang diduganya mendapat luka parah didalam karena sikutnya tadi, ia merasa simpati pada orang Jenaka ini, terutama ketika sudah mendengar riwayatnya yang sedih yang ia diam-diam mencuri dengar ketika Kho Kie ngobrol dengan Ho Tiong Jong, ia memeriksa jalan napasnya Kho Kie, kenyataan sebagaimana biasa, maka hatinya merasa lega juga.
Sebaliknya Kho Kie yang berpura-pura diam-diam merasa tidak enak.
karena ia membuat orang ketakutan.
Sambil memejamkan matanya ia memikir jalan bagaimana untuk bisa menghibur hatinya sinona pelayan cantik ini.
Tiba-tiba nona In ingat Ho Tiong Jong telah menelan pil maka ia cepat-cepat keluar dari kamar Kho Kie dan masuk kekamamya si pemuda.
Apa yang ia lihat" Hatinya berdebaran keras, ia melihat Ho Tiong Jong rebah dalam keadaan tidak berkutik Mati, oh dia mati.
pikirnya dengan sangat sedih.
Ia jalan menghampiri ketika ia memeriksa keadaan, Ho Tiong Jong, betut-betul badannya sudah dingin, maka ia telah mengucurkan air mata karena sedih.
Pada saat hatinya gelisah tiba tiba pintu terbuka dan masuklah Keng Jie.
Nona In cepat-cepat menutupi badan Ho Tiong Jong dengan selimut dan berkata pada Keng Jie, bahwa Ho Tiong Jong entah kenapa dengan mendadakan saja telah mati.
Setelan berkata, ia terus ngeloyor ke kamarnya Kho Kie, meninggaikan Keng Jie yang jadi berdiri melongo mendengar kata-katanya nona In tadi.
Nona In mendekati Kho Kie dan menanya Hei, apa kau sudah mendingan sakitnya" Tidak enak kalau ia tidak memberikan jawaban, maka Kho Kie menjawab: Ya, lukaku sudah mendingan.
it Nona In girang mendengar Kho Kie menyahut, maka ia datang lebih dekat lagi dan menyampaikan kabar kematiannya Ho Tiong Jong.
Kali ini Kho Kie bukan pura-pura lemas badannya, betul-betul ia lemas dan gelisah halnya mendengar apa yang diceritakan oleh nona In, Sahabat karibnya dengan mendadak telah mati sebab apa" Ah, tak mungkin, Tapi, kenapa mati" Kho Kie tidak susah menanti jawaban, sebab nona in sudah menceritakan tentang dua pil yang diberikan pada Ho Tiong Jong dan satu diantaranya telah ditelan oleh pemuda itu.
Rupanya ia telah menelan yang beracun maka ia telah menemui kematiannya.
Kemudian ia menyerahkan pil yang satunya lagi kepada Kho Kie, berkata: Nih, sebutir lagi aku serahkan padamu, aku tidak tahu kau akan berbuat apa dengan pil ini untuk menolong sahabat karibmu itu.
Kho Kie menjublek.
seolah-olah tidak mendengar apa yang dikatakan si nona, semangatnya saat itu seperti sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya, terbawa oleh kabar kematian atas sahabat karibnya itu.
Ya, sungguh harus dibuat sayang orang yang demikian baik hatinya seperti Ho Siang-kong telah menemui ajalnya.
kata nona in, sementara itu ia sudah gerakan kakinya untuk meninggaikan kamarnya Kho Kie.
Melihat nona In sudah berlalu dari kamarnya, Kho Kie jadi melamun.
Pikirnya, Betul-betul peristiwa dalam dunia ini tak dapat diduga-duga, Kawan karibnya yang segar bugar mengadakan telah mati, bagaimana akan terjadi dengan dirinya sendiri" Semua kejadian orang alami seperti dalam mimpi saja.
Saat ia dalam berduka demikian, tiba-tiba ia mendengar ribut ribut dikamarnya Ho Tiong Jong.
Kiranya kesitu sudah datang orang-orang yang mengurus kematian, hendak mengangkut mayatnya Ho Tiong Jong.
Mereka dikepalai oleh seorang bernama Ie Yong dengan julukan si Rajawali Botak.
Kepalanya botak klimis, tapi ia bertenaga besar dan ilmunya ada Eng-jiauw-kang suatu ilmu mencengkeram yang ganas dan terkenal dalam kalangan kangouw.
Ketika Ie Yong masuk ke kamar Ho Tiong Jong, lantas bikin pemeriksaan mayat, kemudian menyuruh dua orang sebawahannya mengambil usungan untuk mengangkut mayat pindah kekuil Po-im-yan yang terletak dibelakang rumah penginapan tamu itu.
Kepada yang lainnya ia menyuruh supaya mengambil peti mati yang belum jadi di gudang nomor dua, menyuruh tukang kayu untuk menyelesaikannya cepat-cepat.
Ketika Ie Yong mengulurkan tangannya membuka selimut yang menutupi wajah IHo Tiong Jong, tiba-tiba ia berkata pada dirinya sendiri Ah, sungguh sayang orang begini cakap telah mati mendadak Entah apa.yang dia sudah makan sehingga menemukan ajalnya begini" Betul-betul lucu.
Sampai disini ia berhenti, karena dua orang yang disuruh membawa usungan sudah tiba untuk mengangkut mayatnya Ho Tiong Jong, Letaknya kuil Po im-yan kira-kira setengah lie dari rumah penginapan tamu, Disitu terdapat rimba bambu, Menurut kebiasaan orang yang mati lantas ditanam, malah petinya disiapkan juga ada peti yang bagus dan mahal harganya, ia betul-betul merasa heran ia hanya menurut perintah dari nona Seng saja.
Sebenarnya ia banyak mengetahui segala rahasia dalam benteng itu, Misalnya kedatangan Ho Tiong Jong yang mendapat sambutan lain daripada tetamu yang lainnya, kemudian kamarnya dipindahkan kekamar yang sekarang, juga yang memberi kuda dan golok serta pakaian baru pada Ho Tiong Jong ia tahu ada perintah nona Seng, tapi ia tak mau membocorkan rahasia ini kepada yang lainnya.
Hanya kematian Ho Tiong Jong yang mendadak ini benar-benar ia dibikin tidak habis mengerti, mengingat perhatiannya nona Seng ada demikian besar pada anak muda itu.
Dilain pihak Kho Kie yang sedang dalam kedukaan tiba-tiba dipanggil oleh Keng Jie untuk menghadiri perjamuan.
Kho Kie mengikuti Keng Jie, ketika sampai diruangan perjamuan, ia nampak banyak pendekar sudah pada hadir dengan roman yang angker.
ia tidak ambil pusing semua ini, hanya terus nyelonong mencari tempat duduk.
Sebentar kemudian ketika ia mengangkat kepalanya, ia lihat diantara yang hadir ada beberapa imam dari Kongtong-pay, Im yang Siang-kiam Kong Soe Jin dan Kon Soe Tek diri Ngo biepay, Kauw Seng Ngo dan Hong Siang Ju dari Kun-lun-pay, kemudian murid-murid dari Siluman Khoe Tok ialah Song Boe Kie, oet ti Kang dan Oet-ti-kun Li losat juga tidak ketinggalan, iblis wanita cantik yang banyak menarik perhatian, Yang duduk dikursi sebelah kanan tuan rumah adalah seorang paderi tua teman karibnya Lo Pocu ( majikan tua ) Seng Eng yang dikenal dengan nama Pek-Boe Taysu, disebelah kirinya seorang nikow (paderi wanita) ceng Bice Sian-kow berumur kira-kira empat puluh tahun, lalu orang-orang dari oei-san-pay Him Toa Ki danTlong le serta dua padri Tibet bernama Pua Dho Ka dan Li Dho.
Selainnya ini, banyak hadir pemuda pemudi yang Kho Kie tidak kenal semuanya kelihatan gagah, cantik dan tampan, murid-murid dari orang bukan sembarangan.
Boleh dikata para hadirin disitu campur aduk dari golongan jalan putih dan hitam, jadi ada mengunjukkan luasnya pergaulan Seng Eng sebagai majikan dari benteng Seng ke-po, cong le yang melihat Kho Kie wajahnya seperti bersedih dan tidak melihat munculnya Ho Tiong Jong, hatinya berCekat ingin ia menanyakan pada Kho Kie, tapi sayang ia tidak ada tempo, karena matanya saat itu saling melotot dengan Tok-it Tojin dari Kong-tong-pay.
Rupanya diantara partai Kong-tong dan oei-san ada terbit ganjelan yang berlarutlarut, makanya juga kehadiran wakil-wakil kedua partai disitu telah menampakkan rasa bencinya masing-masing.
Lo-pocu Seng Eng tampak berseri-seri diantara banyak tetamu yang berisik bercakap-cakap satu dengan lain, tampaknya ia gembira sekali melihat kehadiran begitu banyak tetamu.
Sayang Seng Giok Cin, puterinya, tidak turut muncul.
Kalau tidak.
tentu nona yang sangat cantik itu akan menjadi sasarannya mata semua pemuda yang ada disitu.
Tapi para pemuda itu tidak usah terlalu kecewa karena ada gantinya Kim-Hong Jie putri kesayangan dari majikan benteng Kim-hong-po.
Usianya Kim Hong Jie kira-kira tujuhbelas tahun, parasnya cantik luar biasa, Yang menjadi ciri yang menyolok adalah sujennya di-pipinya yang botoh.
Semang kin ia tertawa sujen itu semakin dekik, mempesonakan dan menawan hati yang melihatnya.
Kim Hong Jie adalah nona cilik yang pada lima enam tahun yang lalu menangis ditepi sawah, menangisi bonekanya yang kecemplung kedalam sawah dan Ho Tiong Jong yang menolong mengambilkan barang mainannya itu.
sebagai jasa untuk pertolongan itu Ho Tiong Jong mendapat dua belas jurus ilmu golok keramat dari ayahnya Kim Hong Jie.
Hanya sayang anak muda itu tinggi hati, ia tidak mau balik kembali kerumahnya Kim Hong Jie setelah lewat satu bulan yang dijanjikan, Kalau tidak ia sudah mahir dengan tiga belas jurus semuanya ia boleh menjagoi dikalangan Kang-ouw.
Para hadirin berhenti bercakap-cakapnya ketika Lo-pocu Seng Eng sebagai tuan rumah berdiri angkat bicara.
Dalam pidatonya ia mengucapkan terima atas perhatian para tetamu yang datang hadir, kemudian ia memperkenalkan satu demi satu sekalian tetamu-nya agar masing masing dapat mengenal satu dengan lain dalampibu (adu silat) nanti.
Ia mohon maaf padapara tamu kalau ada sesuatu pelayanannya yang tidak menyenangkan Kemudian ia mempersilahkan sekalian tetamunya untuk makan minum sepuasnya dalam perjamuan itu menjelang esok hari pibu di adakan.
Sebagai penutup bicaranya Seng Eng telah memberitahukan syarat-syarat dalam pibu nanti.
Untuk memimpin pibu ini ditetapkan mengangkat tiga Taycu masing-masing Teng cu ada wakilnya semuanya menjadi enam orang.
orang yang berminat pibu diatas luithay (panggung berkelahi), pemuda harus menghadapi wakil Taycu kesatu, bertanding dengan tangan kosong.
Kalau kalah boleh turun panggung, tapi kalau dalam tiga puluh jurus masih belum kalah, boleh maju untuk menghadapi wakil Taycu kedua dan bertanding dengan menggunakan senjata.
Kalau dalam dua puluh jurus dapat menjatuhkan wakil Taycu itu, seterusnya boleh maju ketemu dengan Taycu sendiri, Menghadapi Taycu orang boleh sesukanya memilih pertandingan, dengan tangan kosong atau senjata, juga boleh menggunakan senjata gelap.
Syaratnya, pertandingan dengan tangan kosong atau menggunakan senjata ditetapkan dalam lima belas jurus berhenti, tak perduli pertandingan masih berjalan berimbang, Tapi kalau menggunakan senjata gelap.
harus berjanji dahulu dalam gerakan beberapa yang menentukan kalah menangnya.
Pada siapa yang keluar sebagai pemenang, tuan rumah berjanji akan menghadiahkan apa-apa sebagai tanda kenang-kenangan untuk kegagahan dari orang yang bersangkutan Semua hadirin paham dengan syarat-syarat yang disebutkan tuan rumah, tapi mereka menghadapi teka-teki, apakah diantara tiga Taycu itu ada terdapat tuan rumah sendiri" Lohu pikir, kata pula tuan rumah, semua syarat yang disebutkan tadi dapat disetujuinya oleh para sahabat, cuma yang paling penting adalah pertandingan terakhir, harap sekalian sahabat suka mengeluarkan kepandaiannya yang istimewa untuk menggembirakan para kawan yang menontonnya.
Pidato tuan rumah mendapat sambutan tepuk tangan riuh rendah dari para hadirinMereka kemudian sambil bersenda gurau melanjutkan pestanya dengan gembira sekali.
Terdengar pula Lo-pocu Seng Eng berkata.
Anak perempuanku saat ini masih ada sedikit urusan maka ia belum dapat datang Baiknya kalian adalah orang-orang sendiri,aku pikir semuanya tidak akan menyalahkan kepada kami berdua.
Kim Hong Jie mendengar ini kelihatan bersenyum manis, sujennya yang menyolok menggiurkan siapa yang melihatnya, menambah kejelitaannya.
Seng sick-sick, apa tidak lebih baik lekas-lekas panggil encie Seng keluar untuk menghadiri perjemuan" Sore tadi aku hanya sebentar saja bercakap cakap dengannya dan mendapat tahu kalau encie Seng berkepandaian sastra dan silat sangat sempurna sukar orang mencari kepadanya.
Betul, betul.
menimbrung nona Lauw Eng dari Kauw ke chung di Kim leng.
Sick sick harap menyurut orang untuk mengundang dia datang tiba aku ingin sekali berkenalan dengannya.
Saat itu tiba-tiba ada orang datang mendekat Seng Eng bicara bisik bisik dikupingnya.
Ha ha ha ha., ,
, tertawa Seng Eng, sambil mengurut-urut jenggotnya yang bagus Kebetulan lohu ada urusan masuk kedalam biarlah lohu akan memanggilnya dia keluar untuk berjumpa dengan kalianSetelah berkata, ia berbangkit dari tempat duduknya dan ngeloyor masuk.
Melihat tuan rumah tidak ada ditempatnya, ceng Ie dan it Tok Tojin kembali saling pandang dengan mempelototkan matanya masing-masing.
Keduanya kelihatan bernapsu untuk bertempur, cuma saja tidak baik disitu banyak tetamu dan malu hati terhadap tuan rumah, yang tentu tidak mengijinkan mereka bertempur begitu saja.
Sebentar lagi tampak cong Ie meninggalkan tempat duduknya dan menghampiri pada Kho Kie ia menanya.
Hei, Kho toako, kau sendirian saja" Mana Tiong Jong" Kho Kie unjuk muka lesu, ia tak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya nona cong yang cantik.
Toako, kau kenapa" desak si nona.
melihat Kho Kie seperti yang ragu-ragu untuk berbicara.
Sebelum Kho Kie dapat membuka mulut menjawab, tiba-tiba terdengar suara tertawa gelak-gelak diantara tiga muridnya siluman Khoe Tok.
Mereka kelihatan iri hati melihat si nona seperti yang sangat memperhatikan sekali atas dirinya Ho Tiong Jong, itu pemuda yang ia incar mau dianiayainya.
Nona cong.
kata oet-ti Koen mengejek.
itu siorang she Ho sudah mati, apa kau belum pergi sembahyang didepan peti matinya" Ha ha ha.
ciong Ie terkejut sekali mendengarnya.
Ia tidak ambil perduli kata katanya oet-ti Koen yang mengejek hatinya saat itu tergetar oleh kabar kematiannya Ho Tiong Jong, Dia mati.
ia mendumel setelah bengong sejenak.
Kemudian ia mengawasi pada Kho Kie.
Kho toako, apakah benar engko Ho ma.
" Ia tak dapat melampiaskan kata penghambisan ti , karena tenggorokannya terasa seperti tersumbat oleh kesedihan.
Kho Kie hanya anggukkan kepalanya ia mengerti bahwa kabar itu telah menggetarkan hatinya si nona yang tampaknya ada menaruh perhatian besar kepada si anak muda.
Kho toako, mari antar aku kesana.
kata pula si nona, seraya gunakan setangannya yang harum semerbak untuk menyeka air matanya yang mengembeng.
Kho Kie bangun dari tempat duduknya, Diam-diam dua orang itu telah ngeloyor pergi.
cek-bin Thian ong Kim Toa melihat Su-moynya mau berlalu sudah lantas menanya.
Hei, sumoay, kau mau pergi kemana" Aku mau pergi sembahyang pada jenazahnya engko Ho, jawabnya.
Him Toa Kie mengkerutkan aslinya.
Diam-diam ia berpikir sumoay baru saja berkenalan dengan orang she Ho itu, ternyata hatinya sudah tertawan olehnya, Buktinya, air matanya berlinang-linang mendengar kabar kematiannya si pemuda.
Dia ada begitu besar menaruh perhatian, mungkin hatinya jatuh cinta pada Ho Tiong Jong, Untung dia sudah mati, kalau tidak.
bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan kelakuannya sumoayku itu didepan ayahnya" Setelah berpikir demikian, ia pun meninggalkan tempat itu berjalan masuk keruangan dalam.
Kho Kie yang belum tahu jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditempatkan dimana, lalu mencari keterangan pada orang-orang Seng kee-po, kiranya jenazahnya pemuda itu ditaruh dalam kuil Po-in-yan.
Untuk kesana, mereka harus mencari sungai kecil dan masuk kedalam rimba bambu yang ada di sebelahnya.
Disitu tidak ada jembatan, hingga orang harus lompat menyebrang.
cong le yang sudah tidak sabaran untuk melihat jenazahnya Ho Tiong Jong, sudah enjot tubuhnya melesat dan sebentar saja sudah berada diseberang, kemudian terus berjalan ke kuil Po-im-yan.
Tinggal Kho Kie yang jadi kebingungan sendiri, karena ia tidak pandai mengentengi tubuh, ia tidak ungkulan untuk lompat menyebrangi sungai itu yang jaraknya ada setombak lebih, tapi karena hatinyapun sudah ingin lekas-lekas melihat jenazahnya sang kawan, ia sudah pejamkan matanya dan paksa lompat menyebrang.
Bagaimana selanjutnya" Apa Kho Kie rupanya lebih pandai masuk kedalam tanah dari pada lompat menyebrang kali karena saat itu tidak ampun lagi ia kecebur kedalam sungai dan terpaksa berenang sebentar untuk mencapai kelain tepi, setelah naik didarat pakaiannya menjadi basah kuyup, ia tidak perdulikan itu, terus menyusul nona cong yang entah sudah sampai dimana.
Sesampainya dalam kuil ia mencari kesana kemari dimana jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditaruh ia segera menemui kamar yang terang benderang lalu masuk kedalamnya.
Pada dekat dinding sebelah kanan tampak ada satu tempat tidur, dimana ada diletakkan jenazahnya Ho Tiong Jong.
Dengan badan bergemetar menahan rasa sedihnya Kho Kie datang menghampiri.
Ia membuka kelambu dan menatap wajahnya sang kawan beberapa lamanya.
Wajahnya Ho Tiong Jong seperti masih hidup hingga diam-diam Kho Kie tidak mengerti mengapa dengan wajah yang begini Ho Tiong Jong dikatakan sudah mati.
Ia menghela napas berulang-ulang, Ho laote, melihar air mukanya kau ini seperti yang tidak rela meninggal dunia, sebab apa kau tidak mau hidup kembali" Ah, sebaiknya kau hidup lagi, jangan sampai banyak nona-nona itu menjadi sedih karena mu, Ho Tiong Jong seperti yang yang mendengar kata-katanya Kho Kie, matanya yang tertutup tampak seperti bergerak terbuka separuh.
Kho Kie menjadi terkejut.
Terus ia memegang nadinya, tapi tidak terasa denyutan juga badannya sudah dingin seperti mayat, Kho Kie benar-benar merasa sangat duka Saat itu, ia merasa sangat sayang sahabat karibnya ini telah menemui ajalnya dengan cara yang luar biasa.
Dalam termenung-menungnya, tiba-tiba ia mendengar ada suara wanita dan senjata yang saling bentur seperti orang yang sedang bertempur, ia menjadi heran.
Tapi tanpa memperdulikan siapa wanita yang bertempur itu, ia sudah lantas keluar melihatnya.
Suara pertempuran itu terjadi dibalik tembok pekarangan yang ia tak mungkin melompatinya karena sangat tinggi, Lantas ia keluarkan topi lancipnya untuk masuk kedalam tanah.
Ia nerobos dan keluar dibalik tembok pekarangan tadi, dilihatnya yang bertempur itu ada nona in dan cong Ie.
Mereka bertempur sengit sekali, nona in menggunakan pedang dan nona cong berpegangan sepasang golok tajam sudah lima puluh jurus mereka bergebrak, sudah kelihatan nyata bahwa nona in bukan tandingannya lagi cong Ie, pikirannya Kho Khie yang sudah menjadi sibuk, apalagi melihat serang-serangan cong-le ada berbahaya sekali, Mungkin suatu saat nona in kena dihajar oleh sepasang goloknya yang tajam.
Tiba-tiba terdengar suara nona In tertahan pedangnya kena dipukul jatuh goloknya nona cong yang tersebut duluan ketakutan dan sudah meramkan matanya untuk menerima nasib, tapi apa mau, ketika goloknya nona cong membabat, mendadak nona in sudah menghilang entah kemana, hingga goloknya hanya membabat angin.
cong le tertegun sekian lamanya, ia Celingukan mencari-cari musuhnya, akan tetapi tidak kedapatan disekitarnya.
Meskipun ia penasaran ingin mencarinya, tapi keinginan lekas lekas ingin melihat wajahnya Ho Tiong Jong ada lebih mempengaruhi hatinya.
cepat ia enjot tubuhnya melompati tembok peka rangan, kemudian masuk kedalam kuil Po-im-yan untuk melihat jenazahnya Ho-Tiong Jong.
Ketika ia memasuki kamar jenazahnya Ho Tiong Jong, dengan airmata berlinanglinang ia membuka kelambu tempat tidur ia menatap wajahnya si pemuda yang cakap tampan sambil bercucuran air mata.
Ia berlutut ditepi pembaringan dan mengusap-usap pipinya sipemuda yang sudah menjadi dingin.
Hatinya sedih seperti disayat pisau.
Belum lama ia berkenalan dengan pemuda ini, hatinya sudah tertawan dan ia meskipun diluarnya bersikap keras dalam hatinya sangat memuja kepada pemuda yang sekarang sudah jadi mayat ini.
Ia menangis terisak-isak sekian lamanya, Sambil menatap lagi parasnya Ho Tiong Jong, ia mengusap-usap lagipipinya danjidatnya si anak muda, Engko Ho, aku tidak nyana kau sebegini pendek umur, Kau kelihatannya segar bugar, kenapa kau bisa mati secara mendadakan" oh.
Engko Ho kau.
Si nona tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena mendadak ia lihat wajahnya Ho Tiong Jong seperti yang bersenyum, ke dua matanya yang tertutup bergerak-gerak seperti hidup, Kejadian mana membuat cong Ie menjadi ketakutan.
Kakinya lemas dibuatnya, hingga hampir saja ia tak dapat berbangkit dari berlututnya dan jatuh lemas.
Untung dia masih bisa tabahkan hatinya, dengan sekali gerakan lututnya ia lompat mundur kedekat pintu, kemudian tanpa menghiraukan lagi apa yang akan terjadi lebih jauh dengan jenasahnya Ho Tiong Jong, si nona sudah angkat kaki melarikan diri terbiritbirit.
Dengan napas masih tersengal-sengal ia sudah berada pula di ruangan perjamuan, dimana banyak orang tengah bercakap-cakap sambil tertawa-tertawa ramah.
Rasa ketakutannya sudah tidak mencengkeram lagi hatinya.
Him Toa Ki yang selalu memperhatikan sumoaynya, melihat wajahnya sang sumoay datang pula kedalam ruangan demikian pucat dan napasnya tersengal-sengal, sudah lantas menanya.
Hei sumoay, kau menemui apa seperti yang ketakutan dan wajahmu pucat sekali" Kiii kata cong Ie sambil bergidik.
Kau kenapa, sumoay" Si nona tidak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya sang suheng seperti yang sudah tidak sabaran sekali, karena pertanyaannya belum dijawab.
Setelah di tanya pula, cong le lalu menjawab Suheng, apa kau percaya adanya setan dalam dunia ini" Aku tidak percaya, karena belum melihatnya.
Suheng, mungkin setan itu ada.
Hanya orang yang bintang terang saja tak dapat melihatnya ia.
Hei, ada apa" Him Toa Ki mendengus, Tapi cong Ie tidak menjawab, hanya kepalanya digeleng-gelengkan dan matanya mengawasi ketempat seorang udna yang sedang dirubung-rubung oleh banyak tetamu perempuan, kelihatannya mereka riang sekali bercakap-cakap KlRANYA nona yang menjadi pusat perhatian itu ada nona Seng Giok Cin, puterinya Pocu dari Seng-kee-po yang cantik luar biasa.
ooOOoo
Bagaimana dengan mendadak nona menghilang ketika mau dihajar dengan goloknya nona Ceng" Mari kita ajak pembaca menengok pada nona In.
Nona In yang mendadak menghilang, adalah perbuatannya Kho Kie didalam tanah.
Kho Kie yang melihat nona In dalam bahaya, sudah lantas menarik masuk kedalam tanah, Nona In sebenarnya sudah terbang dengan semangat ketika pedangnya di pukul jatuh oleh goloknya nona Ceng, kemudian ia pejamkan matanya terima binasa, Tak dinyana ia rasakan dirinya seperti ada yang telah menolongi dan masih hidup dalam dunia.
Saat itu dalam pelukannya Kho Kie.
Apakah aku ini masih hidup atau sudah berada dalam neraka" terdengar ia berkata-sendirian.
Nona In, kau masih hidup, Karena aku tarik kau masuk kedalam tanah, tak sampai putus batang lehermu dan menghadap Giam-lo-ong.
Ha ha ha apa kau kenali aku ini Kho Kie" Nona In menghela napas.
Karena kuatir lama-lama nona In dalam tanah bisa mati pengap.
maka Kho Kie sudah cepat-cepat bawa lagi si nona keluar dari tanah untuk menghirup udara segar lagi.
Nona In sudah berdiri lagi menginjak tanah.
Sambil merapihkan bajunya yang kusut dan rambutnya yang tidak karuan, matanya telah melirik pada Kho Kie yang dalam pakaian hitam dan bertopi lancip hitam, persis seperti setan penunggu gunung.
Tidak heran kalau nona In agak kaget dan hampir keluarkan jeritan tertahan, kalau tidak lekas lekas Kho Kie membuka topi lancipnya dan wajahnya yang asli tampak didepan matanya si nona.
Ah, Kho toako, betul-betul kau bikin aku mati ketakutan-.
kata si nona bersenyum.
Kho Kie tertawa nyengir.
Kho toako, kau baik sekali sudah menolongku.
coba kau tidak ada, tentu rohku sudah melayang dan menemui GIaM-lo-ong seperti barusan kau katakan-.
Eh, nona In kau jangan bilang begitu, Aku menolong karena merasa senang kepada MU.
tapi ah, aku terlalu banyak bicara, nanti kau marah.
Nona In bersenyum manis.
Nona pelayan ini selain romannya cantik manis, juga ramah tamah dan lincah sekali, hingga menarik perhatiannya Kho Kie.
ia senang terkadang suka melamun, kalau boleh ia akan jadikan nona In itu sebagai kawan hidupnya.
Nona In mengerti kemana juntrungannya Kho Kie bicara, maka ia tidak menegur dan hanya bersenyum manis, Kho toako, atas pertolongan ini aku tidak tahu bagaimana aku harus membuang terima kasih kepadamu kata si nona sambil matanya mengerling kearahnya Kho Kie, hingga membuat hatinya Kho Kie berdebaran.
Ah, tidak apa, tidak apa, asal.
Kho Kie berkata tidak lampias, Hei, Kho toako, kau jelaskan asal apa" Kho Kie ketawa nyengir.
Lagak-lagunya yang Jenaka ini yang membuat nona In suka kepadanya, tambahan si nona tertarik hatinya oleh riwayatnya Kho Kie yang sedih.
Kho toa ko, jangan main-main, lekas jelaskan, asal apa sih" sambil mengerling.
Tidak, tidak, ah, biarlah lain kali saja.
Nona In kewalahan, ia meng kerutkan alisnya yang lentik bagus dan menatap wajahnya.
Si Setan tanah hingga yang diawasi menjadi tundukkan kepalanya, sebentar kemudian Kho Kie mengangkat kepalanya dan menanya.
Nona In, bagaimana kau bisa ketemu nona dan bertempur" oh, iya, aku belum menuturkan padamu, jawab nona In Aku dengar nonaku barusan ada dalam kamarnya jenazah Ho Siangkong.Tiba tiba ada pelayan mengabarkan bahwa Lo-pocu ada mencari nonaku, maka ia dengan terburu-buru sudah meninggalkan kamar jenazah dan memesan aku menyusul belakangan, justru aku mau menyusul nonaku, aku telah berpapasan dengan nona cong.
Aku menanyakan maksud kedatangannya ia menjawab angkuh sekali, hingga hatiku merasa tidak senang, Kita jadi bertengkar kesudahannya telah diselesaikan dengan pertempuran yang hampir hampir saja.
Ia cukup perkataannya dengan menjura hormat sekali pada Kho Kie, mengucapkan rasa terima kasihnya, hingga Kho Kie menjadi gugup menyambutnya.
Jangan, jangan-.
buat apa mengucapkan terima kasih aku hanya.
Ia berkata sambil tangannya diulur menyekal lengannya si nona, yang menjerit tertahan karena kesakitan itulah lengan yang terluka barusan bertempur dengan cicng ie, maka tidak heran kalau tersentuh oleh Kho Kie menjadi kesakitan.
Kho Kie tarik pulang tangannya.
Maaf, maaf aku tidak sengaja menyentuh lenganmu yang terluka, Nona In, mari kasih aku lihat bagian mana yang terluka aku dapat mengobatinya.
Nona In tidak menjawab, hanya matanya menatap Kho Kie dan selebar mukanya menjadi merah karena merasa jengah.
Setelah melemparkan senyuman, ia enjot tubuhnya melalui tembok pekarangan meninggalkan Kho Kie yang jadi melongo dibuatnya.
Nona In ketika mampir kekamamya Ho Tiong Jong dan melihat jenazahnya Ho Tiong Jong bergerak-gerak seperti mau bangun, bukan main kagetnya.
Lantas saja ia melarikan diri tanpa menoleh lagi kebelakang.
Kho Kie yang jadi kebingungan karena tidak dapat melompati tembok pekarangan lalu mengeluarkan pula topi wasiatnya dan masuk kedalam tanah.
sebentar lagi ia sudah berada pula didalam kamarnya Ho Tiong Jong.
Kali ini ia kaget benar-benar, karena Ho Tiong Jong dilihatnya sudah duduk dipembaringan sambil menggerak-gerakannya tulang-tulangnya yang telah berbunyi kretek kretek beberapa kali.
Diam-diam dalam halnya Kho Kie berkata, Ho laote, kau mati penasaran makanya juga kau menjadi mayat hidup, Aku adalah sahabat karibmu, janganlah kau membikin ketakutan sampai mati konyol.
Ia pikir lagi, dirinya berbaju kulit kebal yang tak mempan senjata tajam atau pedang maka kalau benar-benar IHo Tiong Jong mencekik padanya, paling banyak ia mati konyol tidak sampai dirinya kena dibakar.
Memikir kesini hatinya menjadi besar lagi tidak takut menghadapi mayat hidup Ho Tiong Jong.
Sebentar lagi kelihatan Ho Tiong Jong turun dari pembaringan mengulurkan tangan dan kakinya digerak-gerakan dan tubuhnya juga bergerak-gerak seperti kepegelan.
Tiba-tiba terdengar ia berkata.
Hei, aku ini sekarang berada dimana" Kho Kie yang mendengarnya menjadi heran, matanya terbelalak.
Dia tidak mati , katanya dalam hati, Terus ia lompat menghampiri dan berteriak.
Hei, loate, kau tak jadi mati" Suaranya Kho Kie menyelusup ketelinga Ho Tiong Jong yang masih dalam linglung.
Perlahan-lahan ingatannya berkumpul lagi, Teriakannya Kho Kie mengingatkan ia kepada kejadian ia telah menelan pil dari nona In atas suruhannya nona Seng.
Ia pikir, dirinya ternyata tidak mati.
Hei, apakah aku ini tidak mati" Tidak mati, sebab apa" ia berkata sendirian sambil lompat kegirangan memeluk Kho Kie.
Sebentar lagi Ho Tiong Jong mendorong badannya Kho Kie dan berkata.
Hm, Kho toako, apa barusan kau masuk ke dalam tanah" Bajumu begini dingin, bahkan masih banyak lumpurnya.
ya memang barusan aku keluar dari tanah.
jawab sang kawan sambil nyengir.
Kemudian ia menceritakan pengalamannya yang barusan terjadi.
Ho laote.
katanya sebagai penutup bicaranya, bajuku ini terbikin dari sutera ular es dari kutub utara, tak dapat robek atau di-lekati lumpur.
Badanku terlindung dari goresan apapun, senjata tajam maupun peluru.
Tapi ya, baju karena kelamaan akhirnya bisa robek dan hilang juga pengaruhnya terhadap lumpur, seperti buktinya sekarang kau lihat.
Ha ha ha.
Ho Tiong Jong tidak memperhatikan bicaranya sang kawan, hanya matanya berputaran melihat kesekelilingnya.
Bukan main girangnya diam-diam dalam hatinya berkata Aku tidak matinya betul aku.
Bagaimana aku bisa tidak mati sesungguhnya ada suatu teka teki, Ah.
Tuhan rupanya kasihan orang yang tak berdosa, aku tidak mati.
Kho Khie melihat sahabatnya seperti sedang melayang-layang pikirannya, saat itu ia ingat akan sesuatu, maka ia cepat ulur tangannya merogoh kedalam sakunya dan dikeluarkan kotak pil yang diberikan nona In kepadanya.
Ho laote.
katanya, dalam kotak ini ada sebutir pil lagi yang kau belum telan, apa kiranya kau berani menelannya.
Ho Tiong mengawasi kotak kecil itu beberapa lamanya, kemudian perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk menerimanya dari Kho Kie.
ia membuka, dalam mana memang masih ada sebutir lagi temannya pil yang telah ia telan, matanya mengawasi pil ajaib itu sejenak.
kemudian berkata.
Kho toako apa pil ini yang tulen".
Ya, aku tidakjelas, menurut katanya nona In yang tulen, tapi kenyataannya sekarang kau tidak mati.
Ho Tiong Jong sudah ambil keputusan, ia tidak perduli pil itu yang tulen atau beracun, ia sudah jumput dan menelannya lagi, Kemudian ia jatuhkan diri dipembaringan, berkata kepada Kho Kie.
Kho toako, kali ini kalau aku benar-benar mati, kau jangan bersusah hati.
Soal mati hidup ada ditangannya Tuhan Yang Maha kuasa, Orang semacamku perlu apa hidup lama-lama dalam penderitaan, lebih baik mati tidak ada ceritanya lagi.
Kho Kie bengong melihat keberaniannya sang sahabat yang tanpa ragu-ragu telah menelannya pil yang masih dalam teka-teki beracun atau tidaknya.
Ho laote.
katanya.
aku harus memuji padamu yang demikian tabah sudah berani menelannya.
Kalau untuk orang lain, aku berani pastikan tentu tidak berani.
Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia pejamkan matanya rebah diatas pembaringan seolah-olah ia sedang menantikan reaksinya pil yang ditelannya tadi.
Ho Tiong Jong merasa heran.
Ternyata dengan menelan pil yang satunya itu bukannya ia mati, akan tetapi pelahan-lahan ia rasakan perubahan yang tidak didugaduga dalam tubuhnya, semangatnya dirasakan tambah berlipat ganda, bukan main segarnya dan badannya dirasakan kuat sekali.
Mendadak ia lompat bangun dan berkata pada Kho Kie.
Kho toako, pil tadi bukannya pil kematian sebab aku rasakan perubahan dalam tubuhku.
Bukan saja semangatku bertambah, tapi kekuatanku juga bukan main rasanya, Badanku merasa sangat segar, yang tadi ini tentu betul Siauw hoan-tan- Kho Kie yang nendengarnya pun merasa girang.
Kalau begitu, coba kau mainkan ilmu pukulan tangan kosong yang aku ajari padamu.
katanya pada sianak muda.
Ho Tiong Jong menurut.
Kho Kie setelah melihat Ho Tiong Jong habis memainkan ilmu pukulannya menjadi putus asa, karena dilihatnya Ho Tiong Jong tidak mendapat kemajuan apa-apa.
Hanya semangatnya saja betul tampak berubah banyak.
Maka ia pikir, pil itu hanya untuk menipu orang saja, tidak ada faedahnya.
Pil itu sudah lama disimpan- kata Ho Tiong Jong, mungkin kasiatnya sudah lumer.
sebab menurut katanya nona In pil ini kalau dimakan kita akan mendapat keuntungan seperti juga kita sudah berlatih tenaga dalam puluhan tahun lamanya.
Kho Kie tidak menjawab, Kedua-duanya terdiam beberapa lama, kemudian Kho Kie yang membuka suara mengajak Ho Tiong Jong untuk meninggalkan kamar jenazah itu.
Tapi toako kata IHo Tiong Jong, bagaimana aku bisa pulang ke benteng karena mereka menganggap aku ini sudah mati" Aku pikir, biarkan saja mereka menganggap aku sudah mati, Kelak kemudian hari aku dapat malang melintang didUnia kangouw dengan nama baru, tentu saja sebelumnya ini aku harus mencari dahulu suhu yang berkepandaian tinggi.
Baiklah, kata Kho Kie setelah berpikir sejenak cuma aku harus mengambil buntelanku dan golokmu dahulu di benteng kita baru bersama-sama melarikan diri dari sini.
orang lihat aku berlalu sendirian, mereka tentu tidak curiga aku melarikan jenazahmu, bukan" Ho Tiong Jong setuju dengan pikirannya sang kawan-Mereka lalu keluar dari kuil Po-im yan.
Setelah melewati rimba bambu, IHo Tiong Jong sembunyi dibawahnya sebuah pohon besar, sedang Kho Kie meneruskan langkahnya menuju ke benteng.
Ho Tiong Jong menengadah ke langit yang diterangi oleh sinarnya bintang-bintang.
Malam itu ada demikian sunyi, hingga pikirannya jadi melayang-layang kemasa lampau yang terus terusan hidup menderita kesedihan.
Dalam keadaan termenung-menung demikian, ia tidak berasa ada dua bayangan yang mendekati kepadanya.
Kapan mereka itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh, barulah Ho Tiong Jong menjadi kaget.
Ia berpaling kebelakang dan dilihatnya ia punya musuh tampak berdiri dihadapannya.
Mereka itu ada Sepasang orang ganas Teng Hong dan Lauw cica Teng.
Bagus, bagus.
kata Teng Hong, Kita dapat berjumpa muka lagi disini.
Lauw coe Teng menambahkan Ho Tiong Jong, meskipun kau bersembunyi di tempatnya orang she Seng, kau tidak akan berluput dari kepala besarku ini sambil memperlihatkan kepelannya yang gede.
Ho Tiong Jong marah mendengar kata-katanya Lauw coe Teng, Sahabat, kau jangan banyak jual lagak.
Kalau ada kepandaian boleh keluarkan semua untuk menghadapi kau punya tuan muda.
Sepasang orang ganas murka bukan main, terus mencabut senjatanya masingmasing dan berbareng menyerang kepada Ho Tiong Jong yang tidak bersenjata.
Tapi Ho Tiong Jong berani, ia tidak menghiraukan senjatanya, sepasang orang ganas itu, ia keluarkan kepandaiannya ilmu pukulan telapak tangan Kunci Gi Nio lang ajaran Kho Kie, yang ia mainkan mengeluarkan angin hebat sekali.
Teng Hong dan Lauw coeTeng lompat mundur, mereka menjadi heran sekali ilmu yang dimainkan Ho Tiong Jong lihay sekali.
Sebenarnya sianak muda sendiri tidak menginsafi pukulannya yang ampuh itu, ia hanya merasakan bahwa tenaganya sudah bertambah berlipat ganda ia mainkan ilmunya seperti gapah sekali.
Ia terus mendesak kepada Lauw coe Teng dengan serangan totokan dan telapakan tangan hingga orang she Lauw itu terdesak mundur, senjata Poan-koanpil ditangannya tidak berdaya menangkis ceceran IHo Tiong Jong.
Teng Hong yang melihat saudaranya terdesak lantas menggerakkan senjata gaetannya nyerbu mengerubuti Ho Tiong Jong, tapi pemuda itu tidak takut.
Hanya semakin tabah setelah mendapat kenyataan reaksi dari hasil latihan Iweekang yang dipelajari dari ayahnya Kim Hong Jie tempo hari.
Kalau tadinya, sebelum ia mendapat tambahan tenaga yang berlipat ganda itu, tenaga dalamnya tidak memberikan pengaruh apa apa, kini telah memperlihatkan kefaedahannya yang membuat Ho Tiong Jong diam-diam menjadi sangat kagum sendiri.
Meskipun bersenjata, Teng Hong dan Lauw coe Teng tidak berdaya menghadapi Ho Tiong Jong yang bertangan kosong, Ho Tiong Jong merasakan tenaganya sangat kuat, seperti ada tenaga yang tidak kelihatan membantunya ia menggempur musuhnya.
Sebenarnya, bukanlah begitu adanya, Ho Tiong Jong punya latihan Iweekang tempo hari yang sudah mahir, belum kelihatan reaksinya karena ia belum mempunyai tenaga yang luar biasa dan kuat, sekarang karena sudah mendapat tenaga ajaib dari dua pil yang telah ditelannya itu, membikin latihannya seperti sudah mencapai puluhan tahun, hingga dengan kontan latihan Iweekang tempo hari telah memperlihatkan reaksinya yang luar biasa.
Semakin lawannya menyerang hebat, Sin kang (tenaga sakti) Ho Tiong Jong semakin kuat dan lincah sekali gerakannya.
Serangannya dengan totokan yang lihay dan telapakan tangan yang menghembuskan angin dahsyat, cukup membikin sepasang orang ganas mengeluh dan copot nyalinya untuk menghadapi lebih jauh.
Ho Tiong Jong yang dianggapnya tadi akan menjadi mangsanya yang empuk.
Sebentar lagi tanpa senjata Poan koanpit Lauw coe Teng sudah terlepas dari pemiliknya, lalu disusul oleh teriakan dan tubuhnya Lauw coe Teng rubuh sambil memuntahkan darah segar karena pukulan telak telapakan tangan Ho Tiong Jong.
Teng Hong juga kemudian rubuh dengan dapat luka parah didadanya kena totokan jarinya Ho Tiong Jong.
Betul-betul Ho Tiong Jong seperti sudah salin rupa, ia seolah-olah bukan Ho Tiong Jong si calon piauwsu tidak laku, hanya ada Ho Tiong Jong yang akan menjadi pendekar ulung dalam rimba persilatan.
Setelah melihat dua musuhnya menggeletak ditanah, diam-diam Ho Tiong Jong mengucapkan rasa syukurnya kepada ayahnya Kim Hong Jie yang telah melatih lweekang kepadanya demikian baiknya, disampingnya sudah tentu kepada nona Kam Hong Jie sendiri yang menjadi perantarannya, perasaan terima kasih lainnya ia tujukan kepada nona Seng yang telah menaruh perhatian besar kepadanya dengan memberi kuda dan golok pakaian, serta pil mujijat yang membikin dirinya dirasakan seperti Ho Tiong Jong yang baharu dijelmakan lagi.
Ho Tiong Jong melirik pada sepasang orang ganas yang menggeletak ditanah, satu sudah melayang jiwanya dan yang satunya lagi napasnya sudah empas-ampis menanti saatnya untuk pergi ke neraka.
Diam-diam IHo Tiong Jong merasa bersyukur sudah menjatuhkan dua orang jahat iiu, ia tidak menyesal akan pukulannya yang terlalu berat tadi atas dirinya dua penjahat itu.
karena dipikirnya, ia berbuat demikian ada satu kebaikan telah menyingkirkan kejahatan untuk keselamatannya rakyat.
Tiba-tiba ia pikir, dua manusia jahat diwaktu malam keluyuran dalam benteng Seng kee-po, apa perlunya" Tentu mereka ada mempunyai maksud jahat, ia lalu jalan menghampiri dua penjahat itu untuk menggeledah badannya.
Tiba-tiba Teng Hong yang terluka parah telah menggeram.
Hmm.
ada satu waktu nanti pembalasan datang untuk perbuatanmu terhadap kami orang Seng Giok Cin benar benar nasibnya baik, hingga aku tidak bisa tidur sama-sama dengannya.
Kau ini orang she Teng tidak takut mampus memotong Ho Tiong Jong bengis.
Hmm.
hmm.
ia menggeram.
Kalau aku takut mati, sudah tentu tak datang kesini, Kau berani membunuh aku" Hmm.
benar-benar kau ada satu jagoan-.
Belum lampias omongannya, kakinya Ho Tiong Jong sudah diayun menendang tubuhnya penjahat licin itu, hingga terpental beberapa tombak jauhnya, setelah berkelejetan sebentar ia minta berhenti jadi orang, menyusul rohnya Lauw cu Teng yang sudah berangkat lebih dulu keneraka.
Setelah membunuh dua orang jahat itu, mayatnya mereka disembunyikan oleh Ho Tiong Jong dibaliknya pohon besar, ia sendiri juga mencari tempat sembunyi menanti kedatangannya Kho Kie.
Saat itu angin meniup kencang, hingga daun-daun yang membentur satu dengan lain lelah menerbitkan suara berisik, Di langit hanya kilauan bintang-bintang yang berkelap-kelip menerangi sang malam yang gelap.
Tiba-tiba pikirannya melayang kepada kejadian beberapa waktu berselang, ketika ia melihat pertemuannya dua orang ialah si hidung pesek she Khoe dan Li-Io sat le Ya.
Dipikir bulak-balik, dilihat dari tingkah lakunya itu, mereka seperti ada bersekongkol, dan ancamannya Li-lo sat kepadanya supaya ia tidak mengeluarkan tentang pertemuannya mereka.
Ho Tiong Jong menduga akan maksud jahat dari kedua orang itu terhadap keluarga Seng dari Seng-kee-po itu, Entah apakah yang menjadi sebabnya.
Selagi ia memikirkan hal itu, tiba-tiba telah dibikin kaget oleh sesosok bayangan hitam dibarengi oleh suara aneh meluncur turun dari udara.
Ketika ditegasi, kiranya ada satu pengemis tua dengan pakaiannya yang compangcamping dan kaki telanjang dipegangnya ada melihat senjata bandringan, Melihat keadaannya orang tua pengemis itu orang bisa merasa kasihan, akan tetapi bila melihat wajahnya yang beringas dan matanya bersinar kejam, sepertinya orang akan merasa ketakutan dibuatnya.
Ho Tiong Jong menduga pengemis tua ini ada seorang kejam dan telengas.
Memang tidak, orang itu ada Tok-kay Kang Kicng (si Pengemis Beracun Kang ciang).
Sudah lama ia mengasingkan diri.
Tadinya ia ada kepala rampok dan menganggap membunuh jiwa manusia itu sebagai barang mainan saja.
Ilmu silatnya tinggi, banyak orang sungkan berurusan dengannya dan sangat ditakuti, Tempat tinggalnya tidak ketentuan, sebentar disana dan sebentar banyak musuhnya ia takut dengan pembalasan mereka itu.
Tok-Kay Kang ciong tampak Celingukan memeriksa keadaan disekitarnya, lalu mengerutkan alisnya seperti yang merasa cemas.
Terdengar ia berkata sendirian- Hm.
dua tikus itu berani main sandiwara padaku" Kemana mereka sudah pergi" Setelah berpikir sejenak.
dilihatnya kembali keadaan disekitarnya.
Ya, sungguh heran sekali dua tikus itu berani menipuku, Mereka tentu sudah berhasil membawa pergi benda itu, Entah kemana perginya" Ho Tiong Jong menduga dua tikus yang di maksudkan oleh Tok-kay Kang ciong tentu ada sepasang orang ganas yang ia barusan binasakan, Mungkin Kang ciong sudah berjanji matang dengan Sepasang orang ganas untuk menyatroni Seng-kee-po dan membawa kabur suatu benda, yang kemudian akan dibagi rata atau Sepasang orang ganas dapat upah untuk mereka punya capai lelah.
Kalau demikian, semua itu ada maksud membuat rugi keluarga Seng.
Entahlah, apa Kang ciong juga akan iseng-iseng mempertontonkan ilmunya dalam pertemuan pibu atau tidak.
Tok-kay Kang ciong tiba-tiba terdengar lagi berkata sendirian.
Ya, setelah aku membalas dendam, aku akan dapat benda wasiat yang berharga, tapi mereka dapat nona cantik, Hm perdagangan begini sebenarnya tidak menguntungkan diriku, Nah, baiknya mereka tidak mentaati janji datang kemari.
Sudahlah, kau pengemis tua, nanti kau dapat marah dari sinenek Rumah Es di Tay-peksa serakah amat sih.
Kata-kata ini dapat didengar tegas oleh Ho Tiong Jong.
Kini ia tahu, bahwa nona Seng itu ada muridnya dari Kok Lo-io, pemilik Rumah Es di Tay-pekssan, hatinya menjadi berdebar-debar.
Tiba-tiba terdengar suara sat.
sat dari tanah yang rendah, Tok-kay Kang ciong terkejut, lalu memasang telinganya.
Gerak-geriknya ditonton oleh Ho Tiong Jong.
Anak muda ini pikirannya telah melayang kepada nona Seng yang baik hati, memperhatikan dirinya luar biasa, maka ia telah mengambil keputusan apa juga akan terjadi ia musti membela nona seng.
Kembali terdengar suara tadi dibarengi dengan keluhan.
Tok kay Kang ciong yang mendengar itu cepat enjot badannya melesat kearah tempat darimana keluarnya keluhan tadi, Diam-diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri, Apa itu keluhan Teng Hong yang belum mati" Kalau dia belum mati setelah ketemu Tok-kay niscaya dia akan menceritakan hal diriku yang membunuh kepadanya, selain itu, Tok-kay tentu mengambil benda wasiat yang ada d isaku bajunya.
Ah.
kenapa aku bodoh amat tidak menggeledah bajunya tadi" Tok-kay dilain pihak ketika melihat dua mayat didepan matanya, tampak mengunjukkan wajah beringas, Alisnya dikerutkan, setelah menghela napas sejenak terus memeriksa tubuhnya dua mayat itu, dua tikus yang tadi ia maki-maki.
Lauw coe Teng ternyata kena pukulan telepak tangan, hatinya tergetar dan mati karenanya.
Ketika melihat lukanya Teng Hong, ia terkejut juga, sebab Teng Hong terkena pukulan Kim ci Gini ciang ilmunya San-yu Lo long, ia memaki-maki dengan gemas kepada orang yang mencelakakan dua kawannya itu, lalu ia menggeledah seluruh badannya Teng Hong dan Lauw coe Teng, tapi tidak kedapatan benda wasiat yang dimaksudkan.
Setelah puas memeriksa, lantas ia perdengarkan suara ketawanya yang panjang tubuhnya berbareng melesat dan menghilang di telan oleh kegelapan.
Ho Tiong Jong saat itu bengong terlongong-longong.
Tiba-tiba ia disadarkan oleh suara sat, sat lagi tidak jauh daripadanya, dilihatnya tanah mumbul, kemudian disusul dengan munculnya benda lancip, Inilah ada topi wasiat-nya Kho Kie yang keluar dari tanah, sebentar lagi orangnya juga telah muncul dari dalam tanah.
Ketika Ho Tiong Jong datang menghampiri Kho Kie berkata padanya.
Hmm.
kau laote masih untung kau tak dapat dilihat oleh Tok kay Kang ciong, seorang yang jahat dan kejam hatinya Kho toako, aku sudah menbunuh dua orang penjahat disini.
kata Ho Tiong Jong yang tidak meladeni kata katanya sang kawan tentang Tok-kay.
Dua penjahat siapa" Dua penjahat yang dikenal dengan julukannya, sepasang orang ganas, yang terkenal kejam dan teleng as kepada rakyat jelata.
Oh, mereka" Tapi bagaimana kau dapat menang dari mereka yang ilmu silatnya tidak rendah, apalagi kau dikerubuti tentunya Berkat pil Siauw-hoan-tan yang mujijad Apa" Pil Siauw hoan-tan" Ya, pil siauw hoan-tan" Ah, laote, itu tidak mungkin, Paling banyak pil itu menambah kekuatan tenaga berlipat ganda, tapi apa gunanya kalau tidak berkepandaian ilmu tenaga dalam (lwekang) yang mahir.
Buktinya, ketika aku minta kau perlihatkan ilmu silat yang barusan kau pelajari dariku kelihatannya tidak selincah seperti yang aku bayangkan semula.
Ho Tiong Jong bersenyum bangga.
Kho toako, katanya, kau tidak tahu, aku sebenarnya sudah mempunyai dasar latihan lweekang yang sempurna.
Hanya saja karena aku kekurangan tenaga dan ilmu itu harus dilatih bertahun-tahun baru mendapatkan tenaga yang sesuai, maka faedahnya tak dapat terlihat.
Tapi.
Ho Tiong Jong bersenyum, tampak ia gembira sekali, tapi berhenti kata-katanya sampai disitu, hingga membikin Kho Kie jadi tidak sabaran.
Tapi, apa lekas katakan, aku sebagai sahabatmu tentu akan merasa senang dan bangga mendengarnya.
Demikian ia mendesak si anak muda.
Tapi sesudah aku menelan itu dua pil mustajab, dengan mendadakan kekuatanku telah tambah berlipat ganda, Reaksinya ada luar biasa terhadap lweekang yang ada padaku yang sekian lama tidak bekerja.
Dengan menggunakan gaya pukulan Kim ci Gini clang yang didapat dari toako, aku tempur mereka dengan hebat sekali.
Telapakan tanganku berkesiur mengandung angin dahsyat, totokanku meluncur bertubi-tubi, sehingga mereka kewalahan.
Mereka bersenjata, sedang aku bertangan kosong, tapi mereka tidak berani datang mendekati karena ngeri dengan serangan totokan dan telapakan tanganku yang hebat luar biasa, Ha ha ha, toako aku harus mengucapkan terima kasih atas untuk ilmu pukulan yang kau telah turunkan padaku.
Ho Tiong Jong tutup kata-katanya sambil menjura dalam-dalam, mukanya berseriseri gembira, hingga Kho Kie yang melihatnya menjadi terlongong-longgong.
Hai, apakah benar ada kejadian demikian" akhirnya Kho Kie dapat membuka mulut berkata.
Memang begitu kenyataannya toako juwab Ho Tiong Jong bersenyum-senyum.
Kho Kie menjublek sekian lama, seperti juga ia sedang berkutat dengan pertanyaan, apakah mungkin kenyataannya ada demikian seperti pengakuannya Ho Tiong Jong" Kho toako mari kita mencari nona Seng, kata Ho Tiong Jong tiba-tiba.
Kho Kie terkejut, ia menatap wabahnya si-anak muda.
Mencari nona Seng, untuk apa" apa kau menyintai dia" tanya Kho Kie.
Hayo, toako, kau jangan bergurau, sebentar kalau si pengemis Beracun itu kembali lagi, kita bisa mendapat susah karenanya, Susah apa" jawab Kho Kie tenang.
Tapi, eh, tunggu dahulu, kita tanam dua bangkai ini dahulu, baru bicara tentang urusan kita melarikan diri.
Ho Tiong Jong anggap bicaranya Kho Kie memang benar, maka ia dengan kawannya lantas bekerja, Tiba-tiba mereka dibikin kaget melihat pakaiannya dua mayat itu semuanya hangus, gara-gara kena terpegang oleh tangannya Tok-kay Kang ciong yang beracun.
Lihay, lihay.
menggerutu Kho Kie sambil anggukkan kepala, Kemudian dengan ilmunya nerobos tanah, Kho Kie telah membikin dua lobang untuk mengubur mayatnya Sepasang orang ganas yang tamat riwayat ditangan Ho Tiong Jong yang semula yang bermula sangat dipandang rendah.
Setelah selesai mengubur mereka lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
Terdengar Kho Khie berkata pada Ho Tiong Jong.
Ho laote, kau membunuh mereka berdua dengan ilmu Kim ci Gi Ni Ciang sudah meninggalkan tanda bekas dibadannya mereka itu, itu pengemis tua yang melihatnya, tentu akan menyangka bahwa perbuatan itu dilakukan olah guruku.
Ho Tiong Jong kaget kaget, mukanya berubah seketika ia tidak memikir sampai disitu, maka ia lantas berkata.
Kalau begitu aku harus mengejar pengemis jahat itu untuk membunuhnya.
Kho Kie terkejut.
Ho laote, katanya, memang betul ilmu silatmu sudah bagus, tapi bagaimana juga tidak dapat menempur orang yang berilmu tinggi, yang latihannya sudah mencapai lima puluh tahun dengan susah payah.
Apa lagi kalau pengemis tua itu melihat kau menggunakan ilmu pukulan Kim-ci Ginclang sudah tentu dia akan mengetahui bahwa yang membunuh mati sepasang orang ganas adalah kau orangnya.
Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya sang kawan.
Nah, kalau begitu sebaiknya aku tidak unjukan diri didepan umum sebab mereka tokh sudah memandang yang aku Ho Tiong Jong sudah mati, seandainya mereka tahu aku hidup lagi, ada sulit aku mempertanggungjawabkan soal kematianku bukan" Ya itu betul, Memang sudah lama aku memikirkan hal itu, cara bagaimana dapat mengatasinya.
Keduanya terdiam sebentar.
Eh Kho toako, kata Ho Tiong Jong, jadi aku mendapat dengar Tok kay ada bermusuhan dengan keluarga Seng, Aku ini sudah menerima budi kebaikannya nona Seng, bagaimana juga aku harus membelanya.
Soal menang kalah itulah ada urusan lain, aku tidak memikirkannya, asal aku dapat menunjukkan bahwa aku Ho Tiong Jong ada menjunjung tinggi budi kebaikannya orang.
Kho Kie menghela napas.
ooOOoo