Ilmu Golok Keramat Jilid 01

Jilid 01
SUASANA musim rontok.

Tiupannya sang angin diwaktu malam meresap ketulang-tulang, dijalan raya dari kota See-an tampak sangat sepi, seakan-akan orang merasa segan untuk berkeluyuran sekalipun sang rembulan tampak terang benderang, menerangi jagat yang luas.

Sunyi senyap, hanya terdengar sayup-sayup meniupnya sang angin.

Saat itu tibatiba pintu salah satu rumah penginapan terbuka, tampak dengan perlahan-lahan ada berjalan keluar seorang muda.

Sambil menggendong tangannya, pemuda itu telah jalan dijalan raya dengan banyak pikiran ngelamun rupanya, sebab saban-saban ia merandek mengawasi pada sang putri malam, siapa seolah-olah dianggap kawan satu-satunya pada malam yang sunyi itu.

Pemuda itu berperawakan tegap.

hidungnya mancung, matanya bersinar jernih, cakap dan tampan keadaan pemuda itu, hanya sayang ia mengenakan pakaian yang apak tidak terurus suatu tanda bahwa ia bukannya dari golongan mampu.

Meskipun dalam pakaian yang agak mesum, kenyataannya tidak menghilangkan air muka yang gagah dan tampan, perawakannya yang kokoh kekar, Suatu tubuh yang sempurna yang menjadi idaman-idamannya para pemudi.

Selama berjalan dengan sebentar-bentar merandek mengawasi rembulan yang indah terang, sering helaan napasnya, seperti juga ia sedang sangat berduka.

Kini ia sudah berumur dua puluh satu tahun, bekerja pada satu kantor Piauw-kiok (perusahaan mengantar barang).

Sejak kecil ia kerja, yalah dari jaman jadi pesuruh sehingga sekarang-sudah dewasa ia merasakan dirinya tidak ada majunya, meskipun ia banyak tahu segala urusan Piauw-kiok dan kenal banyak orang dan mempunyai banyak sahabat.

Itulah disebabkan ia dikenal hanya satu pemuda biasa saja, tidak kenal ilmu silat.

Dalam perusahaan piauw justru sangat dipentingkan orang yang pandai silat, untuk dijadikan piauwsu (tukang antar barang), untuk melindungi barang-barang yang diantarnya di perjalanan jangan sampai kena diganggu oleh orang jahat.

Disamping pandai silat juga orang yang menjadi piauwsu harus bisa menyesuaikan diri, pandai bicara dan merendah diwaktu perlu dan bengis juga jikalau temponya meminta itu.

Justru pemuda ini tidak ada mempunyai kepandaian yang sempurna itu maka meskipun sudah lama bekerja dalam perusahaan piauw tidak juga ia mendapat kenaikan pangkat dalam penghidupannya.

Inilah ada pandangannya Piauwtao (kepala pengantar barang) saja atas dirinya anak muda itu, sedang yang sebenarnya diam-diam ia sudah mempunyai kepandaian yang boleh ditonjolkan diantara kawan kawannya mungkin juga sesama kawan sekerjanya tidak ada yang tahan menempur anak muda itu.

Justru ia tidak pernah memperlihatkan kepandaiannya itu, maka diantara kawan-kawannya menganggap ia hanya seorang muda biasa saja yang tidak punya kepandaian bu (ilmu silat), bahkan diantaranya ada yang menganggap ia pemuda tolol penakut.

Cara bagaimana ia mendapatkan kepandaian silatnya itu" Itulah adalah kejadian pada lima tahun yang lampau, ia waktu itu baru berumur enam belas tahun.

Kejadian dikota Kilam, ketika pada suatu hari ia sedang jalan melewati sebuah sawah ia menemukan seorang anak kecil perempuan berumur dua belas tahun sedang menangis di pinggir sawah karena boneka mainannya telah kecemplung kedalam sawah yang banyak airnya.

Ia takut turun untuk mengambilnya, maka ia jadi menangis sendirian.

Dilihat dari pakaiannya, sigadis cilik itu mengenakan pakaian yang mewah, ada suatu tanda bahwa ia anak seorang hartawan.

Lantaran pakaiannya yarg bagus itu rupanya yang membuat ia takut nyebur kedalam sawah untuk mengambil bonekanya.

Anak muda itu lalu menghampiri dan menanya.

Hei, adik cilik,kenapa kau menangis sendirian disini" Sambil menyusut air matanya dan masih terisak-isak, tangannya yang mungil menunjuk kesawah di mana bonekanya sedang ngambang disana.

Adik kecil, kau jangan nangis, nanti aku tolong ambilkan untuk kau, kata si pemuda berbareng ia telah membuka sepatunya dan menggulung naik celananya.

Si gadis cilik tidak menjawab, harya ia segera berhenti menangisnya dan mengawasi si anak muda yang ngerobok kedalam sawah untuk mengambilkan barang mainannya Waktu itu keadaan udara sangat dinginnya, angin meniup tidak berhentinya, akan tetapi si pemuda tidak menghiraukan itu semua dan melanjutkan pertolongannya.

Ketika ia sudah naik kembali, ia serahkan boneka itu kepada pemiliknya.

Bukan main girangnya si nona cilik, bukan saja ia berhenti menangis, bahkan tersenyum-senyum memperlihatkan air mukanya yang manis menarik dan sepasang sujennya yang tak dapat dilupakan begitu saja.

Koko, kau baik sekali sudah tolong ambilkan bonekaku.

katanya dengan sikap berterima kasih.

Adik kecil, bonekamu aku sudah tolong ambilkan, harap jangan dilemparkan lagi ketengah sawah, sebab nanti tidak ada yang mau ambilkan, karena aku sudah pergi jauh dari sini.

Anak muda itu ketawa, menyambut senyumannya sinona cilik.

Koko kalau saja Yayaku ada disini tentu dia akan menghaturkan terima kasih., ,, sambung suara nyaring dibelakang mereka, entah sejak kapan ada orang dibelakangnya dua orang itu.

Ketika mereka berpaling dengan kaget, ternyata orang yang menyambung perkataannya sinona cilik ada engkongnya sendiri.

Lekas Sinona memburu dan memeluk pahanya sang engkong menggelendot dengan roman yang aleman sekali.

Ha, ha, ha, bagus kata orang tua tadi sambil mengelus-elus kepalanya sang cucu.

Kau terima budi.

Yayamu yang disuruh membilang terima kasih.

Yaya, kau sombong betul, jawab sang cucu, sambil mencubit pahanya sang engkong Matanya terus mengawaskan padaanak muda didepannya, ia meneruskan berkata.

Yaya, coba lihat itu koko kedinginan, apa kau tega antapkan saja dia dalam keadaan demikian sedang dia sudah memberikan pertolongan kepada Hong Jie.

Sang engkong mengawasi pada anak muda didepannya.

Eh, Yaya, apakah tidak baik Hong Jie ajari dia ilmu bersemedhi, supaya dia bisa tahan dingin dan tidak menggigil seperti sekarang" Sang engkong melengak mendengar kata-kata cucunya.

Hong Jie, kau ada satu anak perempuan mana boleh berlaku demikian" sang engkong berkata sambil mengelus-elus jenggotnya yang panjang.

Si gadis cilik yarg bernama Hong Jie jebikan bibirnya cemberut, hingga sang engkong tidak tahan kalau tidak ketawa.

Kalau Hong Jie tidak boleh menurunkan pelajaran itu, Yaya yang harus mengajarnya baru berarti kita pulang terima kasih, hi hi, hi.

gadis cilik itu cekikikan ketawa.

Lucu sekali lagaknya.

Tadi ia menjebikan bibirnya yang mungil, cemberut seperti yang marah kepada engkongnya, sekarang ia cekikikan ketawa dengan manisnya, teralami sujennya yang membuat sianak muda yang menyaksikannya tak dapat melupakannya.

Sungguh manis sekali anak ini, entah kalau dia sudah jadi besar, tentu luar biasa cantiknya dan murah hati kepada sesamanya demikian diam-diam ia berkata dalam hatinya.

Sementara itu hawa dingin sudah menyerang dengan hebatnya, lamerasakan tubuhnya kesemutan, hampir-hampir ia tidak dapat berdiri tegak.

Hei, bocah kau sebenarnya dari mana dan siapa namamu" tanya engkong si Hong Jie.

Aku aku she Ho dan bernama Tiong Jong adalah.

ia tak dapat meneruskan bicaranya, karena tidak tahan bibirnya bergemetaran, tubuhnya menggigil kedinginan, hingga sigadis cilik yang melihatnya menjadi kaget dan berteriak pada engkongnya.

Hei, Yaya kau jangan biarkan koko mati kedinginan Orang tua itu juga kasihan melihat keadaannya IHo Tiong Jong, sebab ia sampai demikian keadaannya gara gara ngerobok dalam sawah untuk mengambilkan boneka anaknya, maka ia cepat merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil.

Dari mana ia mengeluarkan sebutir pil diberikan kepada Ho Tiong Jong sambil berkata.

Hei, bocah, cepat-cepat kau telan obat ini untuk mengusir hawa dingin dan keadaanmu akan pulih kembali dalam waktu sekejapan saja.

Koko.

kau lekas lekas menelannya.

Hong Jie menimbrung, parasnya menunjuk rasa kuatir, akan tetapi wajahnya tetap ramai dengan senyuman.

Ho Tiong Jong sebenarnya ada satu pemuda yang angkuh adatnya, ia tidak mau gampang gampang menerima budi orang, tapi karena melihat si orang tua dan gadisnya ada demikian sungguh-sungguh kelihatannya memberikan obatnya, maka ia mau juga menerimanya dan terus ditelannya.

Benar saja obat itu manjur sebab ketika sudah berada diperutnya perlahan-lahan ia merasakan ada hawa panas yang mendorong hawa dingin dan tubuhnya lantas tidak begitu kedinginan lagi, akan kemudian sudah kembali normal.

Diam-diam ia merasa kagum akan obatnya si orang tua yang demikian mustajab.

Banyak terima kasih atas pertolorgan lo-pe, sehingga sekarang aku sudah sembuh dari kedinginan- kata Ho Tiong Jong dengan hormat.

Orang tua itu ketawa bergelak-gelak.

Hei.

bocah kau tahu obat yang tadi kukasihkan padamu" Ia ada pil Siauw yang-tan bikinan leluhurku, siapa yang makan pil itu bukan saja khasiatnya untuk menolak hawa dingin akan tetapi juga dapat memberikan tenaga tanpa disadari.

Ho Tiong Jong hanya anggukan kepalanya.

Bocah, kata lagi siorang tua, kalau nama mu Tiong Jong tentu kau ada anak yang ke dua.

Kau sebenarnya anak siapa dan apa kerjanya orang tuamu" Ho Tiong Jong geleng-gelengkan kepalanya.

Aku sebatang kara, tidak kenal engko dan tidak kenal orang tua, dimana mereka berada aku juga tidak tahu, jawabnya.

Orang tua itu setelah melengak sejenak lalu berkata lagi.

Kasihan, kau sudah sebatang kara, sekarang kau bekerja apa" Aku bekerja pada kantor Piauw-kiok.

jawab Ho Tiong Jong singkat.

Anak muda itu tampak kurang puas melayani orang tua itu bicara, karena sikapnya si orang tua agak tawar dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agaknya seperti terpaksa.

Yaya, menyelak si gadis cilik, koko barusan sudah menelan Siauw yang-tan, pengaruhnya pil ini hanya beberapa hari saja tidak lebih baik ajak dia pulang kerumah untuk diajari ilmu bersemedhi supaya dia tidak kedinginan lagi" Hong Jie, kau terlalu banyak omong, Sang engkong menyesali.

Yaya, kalau kau keberatan, Hong Jie yang mengajari dia.

Hong Jie memotong sang engkong.

Apa barusan kau tidak dengar Yayamu bilang bahwa kau ada orang perempuan, mana boleh berbuat demikian" Tapi Yaya, aku kasihan padanya.

Dia sudah menolong aku, maka sepantasnya kalau aku membalas budinya dengan mengasih apa-apa yang berarti.

Sang engkong kewalahan dengan cucunya yang bawel.

Meskipun usianya masih kecil, ternyata tadi cilik ini pintar dan sering bikin orang tuanya kewalahan kalau berdebat dengannya.

Ya sudah, aku nanti ajarkan dia ilmu yang berani, sebagai tanda terima kasihnya kau, anak bawel Sang engkong berkata sambil ketawa.

Sigadis cilik monyongkan mulutnya yang mungil tapi diam diam dalam hatinya merasa sangat girang engkongnya meluluskan keinginannya.

Ia lalu menghampiri Ho Tiong Jong kepada siapa ia berkata.

Koko, mari ikut kami pulang, Disana kau akan diacari ilmu yang membikin tubuhmu sehat segar, tidak takut dingin lagi.

Terima kasih, dik, kau baik sekali lapi.

Tapi apa" Jangan pakai tapi, kalau kau mau mengangkat nama sebagai laki-laki harus mempunyai ilmu yang berarti.

Kalau kau lepaskan kesempatan ini.

kau akan menyesal selama-lamanya, Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya.

Sebenarnya ia hendak menolak undangannya sang adik kecil itu, karena melihat sikap si orang tua yang tidak mencocokan hatinya.

Akan tetapi, mendengar kata kata si gadis cilik yang belakangan, membikin semangatnya terbangun.

Matanya mengawasi sejenak kepada si orang tua didepannya, seakan-akan ia hendak menilai apakah benar orang tua ini ada mempunyai ilmu yang akan mengangkat nadanya dikemudian hari" Kau jangan ragu-ragu, asal otakmu encer dan cepat menyangkok apa yang dipelajari oleh Yayaku.

aku tanggung kau akan ternama.

Ilmu.

ilmunya.

sampai disini si gadis melirik pada engkongnya yang terus menyaksikan tingkah lakunya sedang membujuk si anak muda, Hampir berbisik suaranya ia meneruskan.

llmu tenaga dalamnya dan golok keramatnya tanpa tandingan didunia ini.

Ho Tiong Jong kaget dibuatnya.

Matanya membelalak mengawasi Hong Jie yang lucu dan jenaka segala gerak-geriknya.

Mengingat kebaikannya si gadis cilik yang dengan sungguh sungguh memperhatikan dirinya, maka ia mau juga datang ke rumahnya si orang tua.

dimana sejak hari itu ia telah di ajari ilmu mengatur pernapasan.

Sehari lewat sehari ia bersemedi, merasa bahwa kemajuan apa-apa tidak dirasakan olehnya selain badannya dirasakan lebih segar dan enteng.

Pada suatu hari ketika ia sedang menjalankan latihannya, engkongnya Hong Jie datang diluar tahunya.

Orang tua itu mengawasi lama juga, akhirnya berkata pada dirinya sendiri.

Ah, tak diragukan lagi memang bocah ini bagus sekali tulang bakatnya.

Kalau dia dapat meyakinkan dengan mahir ilmu goloknya, pasti dikalangan kangouw sukar ia mencari tandingannya Kemudian ia berdehem, hingga Ho Tiong Jong yang sedang bersemedhi membuka matanya.

Ketika ia bergerak hendak bangun memberi hormat dicegah oleh si orang tua itu yang berkata.

Bocah, bakatmu aku lihat bagus sekali.

Aku mau menurunkan padamu ilmu golok delapan belas jurus yang lihay sekali.

Ilmu golok itu asalnya dari Siauw-lim-si bukan ciptaanku sendiri.

Asal kau sudah mahir dengan delapan belas jurus ini, jikalau bertempur, belum habis kau menjalankan delapan-belas jurus ilmu golokmu itu pasti musuhmu sudah ngacir.

kalau tidak kena dipukul rubuh tanpa ampun, bagaimana, apa kau suka belajar ilmu ini " Ho Tiong Jong sangat girang hatinya, tapi ia tidak utarakan itu jawabannya.

Terima kasih atas perhatian lope katanya.

Kalau lope suka menurunkan ilmu itu kepadaku bagaimana aku tidak menjadi girang " Budi mana tentu aku tak dapat melupakannya.

Sambil mengurut-urut jenggotnya orang tua itu tertawa.

Mulai hari itu Ho Tiong Jong telah di gembleng dalam pelajaran ilmu golok keramat atau Butek sin-to (ilmu golok tanpa tandingan).

Berkat otaknya yang encer, kemauan hati yang keras, membuat dalam sedikit tempo saja Ho Tiong Jong telah mendapat kemajuan yang pesat sekali.

Dua belas jurus ilmu golok dari jumlah delapan belas jurus telah ia apal betul, hingga orang tua itu melihatnya merasa sangat girang dan kagum akan kemajuannya bocah yang tidak dikenal siapa orang tuanya itu.

Tapi entah sifatnya memang begitu, atau ia ada sedikit memandang rendah kepada sebocah yang tidak ketahuan asal-usulnya, si-orang tua selama waktu-waktu menurunkan pelajarannya telah menunjuk sikap yang dingin terhadap Ho Tiong Jong, hingga pemuda ini merasa tidak enak hati.

Demikian, pada suatu hari Ho Tiong Jong panggil oleh orang tua itu dan berkata kepadanya.

Tiong Jong.

sekarang kau boleh pulang.

Kau teruskan latihanmu selama setahun yang mendatang, jikalau kau sudah memahirkan ilmu mengentengkan tubuh sampai bisa melompati loteng beberapa tingkat, kau boleh bilik kembali kesini dan aku akan terima kau menjadi muridku.

Itu enam jurus lagi dari ilmu golokmu yang belum kau dapati, akan kuturunkan semuanya kepadamu.

Nah, sekarang kau boleh berangkat pulang.

Ho Tiang Jong yang mendengar bicaranya orang tua menjadi kesima.

ia berdiri terpaku mengawasi si orang tua, sebab ia tidak menyangka sekali dirinya dipanggil buat terima pesenan tadi yang tidak enak didengarnya.

Ia menganggap seakan-akan si orang tua itu mengusir pada dirinya.

Sebenarnya ia sudah mulai betah dalam rumahnya si orang tua, selainnya harihari ia menerima pelajaran ilmu golok dari orang tua itu, diwaktu waktu yang senggang Hong Jie suka menemani padanya.

Kelakuannya gadis cilik itu yang lucu jenaka membuat ia tidak merasa bahwa dirinya hidup dalam dunia ini ada sebatang kara.

Sering Hong Jie membawakan makanan apa apa kepadanya dan ngobrol kebarat ketimur dengan gembira.

Bukan saja ia tidak merasa kesepian, malah semangatnya terbangun untuk meyakinkan ilmunya dengan sungguh-sungguh untuk menjadi satu pendekar.

Semua itu ada anjurannya si dara cilik yang manis menarik hati.

Tapi sekarang ia disuruh berlalu dengan tiba-tiba seolah-olah ia di usir oleh Yayanya si gadis.

Hatinya yang tinggi, angkuh dan tidak mudah dihina orang, mengangap si orang tua sudah tidak senang akan dirinya.

Maka dalam gusarnya, ia sudah meninggalkan rumah itu tanpa pamit dari orang tua yang baik hari itu, dan juga dari si dara cilik yang melepas budi kepadanya.

Ia tidak balik kembali dalam tempo setahun seperti dipesan si orang tua.

Kini setelah sang waktu lewat lima tahun, tiba-tiba perasaan menyesal telah mengaduk dalam otaknya.

Dibawahnya sinarnya rembulau yang terang, ia termenungmenung memikirkan pada kejadian lima tahun yang lampau.

Dipikir dalam-dalam lamerasa dirinya betul-betul tidak tahu diri, tidak punya perasaan terima kasih kepada si orang tua yang menurunkan pelajaran dua belas jurus ilmu golok keramat kepadanya dan melupakan Hong Jie yang lucu menarik.

Semakin diingat ia semakin terkenang kepada dua orang itu, lebih lebih terhadap si dara cilik dengan sujennya yang menyolok pada saat ia ketawa tidak bisa dilupakan olehnya.

Entah Hong Jie sekarang ini tentu ia sudah besar dan menjadi seorang gadis cantik menarik dan membuat tiap pemuda terpesona karenanya.

Selama lima tahun itu tidak putusnya Ho Tiong Jong berlatih ilmu golok keramatnya hingga tidak heran kalau untuk dua belas jurus itu ilmunya sudah apal benar.

ia pikir sekarang ia sudah mahir dalam ilmu itu, sekalipun belum pernah dijajal karena tidak ada musuhnya, sebaiknya ia membeli sebilah Golok baja untuk digantung dipinggangnya, dengan mana dirinya tidak akan dipandang tolol penakut lagi.

Pada malam itu, selagi ia melamun enak enaknya mengenangkan pada jaman lima tahun yang lampau, tiba-tiba ia dikagetkan oleh munculnya seorang muda dengan dandanan seperti satu pelajar.

Pemuda itu cakap sekali, mukanya putih dan bibirnya merah, gigi putih matanya jeli ditawungi oleh alis yang melengkung indah sekali, hingga Ho Tiong Jong yang melihatnya dibikin terpesona menyaksikan seorang muda yang demikian cakapnya.

Ketika pemuda itu lewat didepannya, tiba-tiba hentikan tindakannya dan tertawa kepadanya.

Ho Tiong Jong jawab ini dengan anggukkan kepalanya.

Sahabat, tiba-tiba pemuda pelajar itu berkata, langit dan laut sama-sama biru warna nya, aku tidak akan menanya apa yang lampau, hanya ingin mengetahui apa maksudmu menggadangi sang rembulan" Suaranya itu kedengaran sangat merdu, terasa berkumandang dalam telinganya.

Ho Tiong Jong gelisah, karena ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan katakatanya pemuda pelajar tadi.

Melihat Ho Tiong Jong membisu, pemuda pelajar itu telah perdengarkan pula suranya yang merdu.

Menurut pandanganku, kau adalah seorang yang alim.

Aku sebenarnya baru pulang dari luar kota dan menikmati bulan yang cemerlang ini.

Kalau melihat tanah seperti bertaburan perak karena sorotnya sang dewi malam, aku merasa seperti hidup bukannya di dunia yang penuh manusia Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepalanya, ia tidak tahu apa yang ia harus jawab akan kata-katanya pemuda pelajar itu.

Aku bernama Seng Giok Cin, kata pula si pemuda pelajar, sudilah kau memperkenalkan namamu juga" Belum pertanyaan ini dijawab, pemuda pelajar itu melihat pakaiannya Ho Tiong Jong yang cumpang camping, membikin ia kerutkan alisnya yaag lentik sejenak lalu menyambung perkataannya.

Ya, geloranya sang ombak.

selalu menimbulkan rupa rupa perasaan dalam sanubari kita.

Rupanya aku bawel dan telah membingungkan pikiranmu bukan" Ya maafkan aku, Seng Siang kong.

Aku karena tidak bersekolah, maka sudah tidak mengerti dengan kata-katamu barusan itu, apa yang seberarnya kau ada maksudkan" Demikian Ho Tiong Jong paksakan berkata dan pura-pura batuk-batuk.

Hei, kau berada disini ada urusan apa" tanya si pemuda jengkel.

Aku" Aku bekerja dalam perusahaan mengantar barang.

Celaka dua belas, aku sudah capai menggoyang lidah, jawabannya hanya secara tolol ini.

Setelah berludah, pemuda pelajar itu mengangkat kakinya berlalu, tapi belum ia berjalan jauh tiba-tiba memalingkan kepalanya dan berkata.

ia kau ini memang berbadan tegap Ho Tiong Jong bengong mendengar kata-katanya si pemuda pelajar yang ia tidak dapat menangkap sama sekali tujuan atau maksudnya.

ia sebenarnya ingin bersahabat, tapi melihat pakaiannya yang mewah dan kata-katanya yang sukar dimengerti dari pemuda pelajar itu, membikin ia tidak berani bicara hal persahabatan.

Malam itu ia tidak menemukan apa-apa yang dapat menghibur hatinya, bahkan menjadi pusing memikirkan kelakuannya si pemuda pelajar tadi ia kembali ke penginapannya dan masuk tidur.

Pada keesokan harinya ia benah-benahi barangnya, untuk merantau kebeberapa tempat, kemudian mampir di propinsi ouw-lam untuk melamar pekerjaan sebagai pengantar barang juga atas usul seorang sahabatnya.

Dari Kota See-an ia menuju ke Kota Lok yang kemudian kearah tenggara melewati tempat-tempat Lam-koan, Bu-koan, Hok cui-koan dan lain lainnya terus masuk ke propinsi Ouw lam, tempat yang ia tuju untuk melamar pekerjaan.

Demikian ia merancang perjalanannya yang akan ditempuh.

Ho Tiong Jong baru saja keluar dari kota See-an, tiba-tiba merasa dari belakangnya bahunya ditepuk orang, Ketika itu menoleh Kiranya yang menepuk itu ada kawan sekerjaannya dulu, siapa telah berkata kepadanya, Hei, Tiong Jong.

Kau mau meningggalkan See-an, bukan" Betul, kau sendiri Bhe toako mau kemana" Orang yang dipanggil Bhe toako mengejar napas.

Yah, aku sedang sialan- Katanya.

Kemarin dengan Kho Piauwtao aku pergi ke kota Lok-yang, malamnya telah berjudi habis habisan sehingga dua kuda kami juga turut ludes dipakai berjudi, hingga terpaksa kami berjalan kaki.

Sebelum lampias bicaranya.

Kho Piauwtao datang menghampiri dan menyelak.

Hayo kita pergi sekarang Phe toako mau pergi kemana" tanya Ho Tiong Jong.

Mari kita sama sama jalan, kami juga mau ke Lam-koan, ajaknya.

Ho Tiong Jong girang hatinya.

Pikirnya, ia tidak jadi kesepian dalam perjalanannya karena ada dua orang yang menemaninya.

Mereka lantas berangkat ke lam koan.

Perjalanan telah melewati gunung-gunung dan memang akan kesepian jikalau jalan bersendirian.

 Pada suatu tempat tiba tiba, Bhe kong (Bhe toako) yang berjalan didepan merandak dan dua tangannya di pentang mencegah dua kawannya maju lebih jauh.

Kho Piauwtoa menjadi heran, ia mendorong Ho Tiong Jong untuk berjalan terus.

Sstt Bhe kong tempelkan jarinya di mulut, Jangan ribut ribut, coba kau dengarkan, apakah itu bukan siulannya Sepasang orang ganas" Kho Piauwtao pasang kupingnya, sedang Ho Tiong Jong acuh tak acuh sebab ia memang belum pernah dengan siapa yang dikebut Sepasang orang ganas oleh Bhe Kong.

Siulan kedengaran saling susul.

Tampak Kho Pieuwtao berubah air mukanya, dalam hatinya menanya.

Apa iya siulan-siulan itu ada dari Sepasang orang ganas" Bhe Kong melihat Ho Tiong Jong acuh tak acuh telah berkata.

Tiong Jong, kau tahu Sepasang orang ganas itu dalam sepuluh lahun belakangan ini namanya menjadi sangat terkenal" Bukan saja ilmu silatnya tinggi, tapi juga ada sangat ganas dan kejam sekali, maka berdua telah mendapat julukan demikian yang tepat sekali.

Tahun yang lalu ong Piauwtao dari It Tong Piauwkiok dan phiuw-suiya si Golok Emas ciauw It telah binasa dibawah tangannya.

Pertandingan dengan Sepasang orang ganas itu memakan sepuluh gebrakan saja.

Banyak Piauwsu lainnya yang binasa dibawah tangannya.

Mereka sangat kejam, sekali merasa dibikin marah kekejamannya bukan saja ditujukan kepada pribadinya yang tersangkut, tapi juga sekeluarganya dibasmi habis habisan.

Maka itu, paling baik kita jangan berurusan dengan mereka itu, mari kita lari saja.

Ho Tiong Jong tidak senang mendengar bicaranya Bhe Kang.

ia anggap iniBhe toako nyalinya kecil, apalagi itu Ho Piauwtao yang ia lihat itu tengah menyembunyikan dirinya dibelakang pohon besar.

Apa benar-benar mereka tidak ada yang berani menempurnya"Jika demikian, terang selanjutnya perusahaan perusahaan pengantar barang akan bangkrut semua, karena tidak ada yang berani mengantarkan barang takut oleh keganasan mereka itu.

Kematiannya ong cin Bu dan ciauw It dari It Tong Piauw kiok apa tidak ada kawankawannya yang menunaikan balas" Bhe Kong tidak menjawab.

Terlalu kata pula Ho Tiong Jong dengan suara sedikit nyaring.

Kawan-kawan mereka banyak.

tersebar diberbagai tempat, banyak tentu yang berilmu tinggi, tapi tidak satu yang mau menuntutkan balas akan kematian mereka, ini betul-betul terlalu.

Hei, Tiong Jong.

kau jangan keras-keras bicara memotong Bhe Kong.

Kenapa" Ah-kau ini betul-betul mencari celaka.

Kalau bicaramu kedengaran oleh Sepasang orang ganas habislah jiwamu.

Kau tahu, dalam kantor kita tidak ada seorang yang mahir ilmu silatnya, siapa yang berani cari urusan dengan Sepasang orang ganas " Daerah yang dikuasainya sangat luas, kalau ada rombongan pengantar barang lewat didaerahnya itu tentu mereka memungut cukai sepuluh-persen dari harganya barangbarang yang diantarnya itu.

Dalam daerahnya, bukan saja orang jalan hitam yang bertempat tinggal tapi juga orang yang berjalan putih ada di-sana, cuma saja mereka yang tersebut belakangan tidak berdaya menghadapi pengaruhnya dua penjahat itu, Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala dan menarik napas mendengar bicaranya sang kawan tentang pengaruhnya Sepasang orang ganas yang besar.

Tiba-tiba Ho Tiong Jong melihat ada rombongan orang datang rupanya, kira-kira tujuh sampai delapan orang jalan melewati jembatan, terus melalui jalanan pegunungan yang agak sempit dan dikanan kirinya ada jurang.

Ketika mereka sampai pada suatu tempat, mendadak muncul dua orang yang memegat mereka.

Diantara rombongan saudagar tadi ada dua orang yang bersenjatakan golok telah maju kedepan hendak melindungi kawan-kawannya, akan tetapi baru bertempur tiga sampai empat gebrakan mereka satu persatu kena dipukul jatuh binasa.

Mayatmayatnya lalu dibuang kejurang.

Kawan-kawannya yang lain menjadi ketakutan dan pada berlutut minta diampuni.

Hmr.

Ho Tiong Jong menggeram.

Sungguh kejam, mereka tidak boleh dikasih tinggal hidup Berbareng ia berbangkit dan hendak turun menghampiri kawanan penjahat tadi, akan tetapi tangannya cepat ditarik oleh Bhe Kong.

Hei, kau jangan berbuat setolol ini.

Apa kau mau membuang jiwamu dengan percuma menghadapi kawanan iblis yang kejam" demikian katanya sang kawan.

Ho Tiong Jong sudah panas hatinya, ia tak perdulikan omongannya Bhe Kong dan hendak turun menghampiri dua penjahat tadi tapi urung karena melihat sekonyongkonyong ada kelihatan dua orang yang berkuda tengah melarikan kudanya mendatangi kearahnya.

Ho Tiong Jong kenali dua orang tadi ada sipemuda pelajar bersama pelayannya.

Bhe Kong juga melihat dua orang itu, siapa lalu berbisik dikuping Ho Tiong Jong, Nah, dua orang itu, akan menjadi mangsanya si Sepasang orang ganas .

Mereka rupanya merupakan kambing gemuk.

Sebab dalam dunia rimba hijau, orang yang menjalankan kejahatan sudah dapat tahu datangnya kereta berisi atau tidak.

Rupanya dua orang itu ada membawa barang-barang berat, tentu ada berharga isinya itu.

Bisa dilihat dari telapakan kaki kudanya, kau lihat sepasang kaki belakangnya seperti yang keberatan.

Bisa saja Bhe Kong menyatakan pendapatnya, sebenarnya itu hanya isepan jempolnya belaka membikin Ho Tiong Jong percaya.

Dua ekor kuda yang dinaiki oleh si pemuda pelajar dengan pelayannya ternyata ada Kuda-kuda pilihan, larinya pesat dan sebentar saja sudah mendatangi Ho Tiong Jong lantas berdiri, ia merasa kuatir dua orang itu akan di begal oleh dua penjahat tadi.

Hei, kau berdiri mau apa" tanya Bho Kong.

Aku mau beritahukan mereka supaya hati-hati, dihadapannya ada kawanan begal yang akan mencegatnya, jawab Ho Tiong Jong.

Ah, biarkan saja, buat apa kau turut campur.

Tidak bisa, aku kenal pemuda itu, mana dapataku peluk tangan melihati dia terjerumus dalam bahaya " Baik, kau hendak memperingati padanya jangan berteriak dari sini, lekas kau turun, jangan membawa-bawa orang lain celaka Ho Tiong Jong pikir, ini Bhe toako nyalinya kecil, hanya memikirkan diri sendiri, masa bodo yang lain celaka.

Tapi kapan ia pikir sebaliknya, memang siapa yang mau menemani ia menempuh bahaya.

Saat ia sedang berpikir bulak-balik, mendadak ia lihat dua penjahat tadi telah muncul lagi dan mencegat sipemuda pelajar dengan pelayannya.

Mereka muncul secara tiba-tiba, tidak heran kalau kudanya sipemuda pelajar menjadi kaget dan berjingrak dibuatnya.

Masing-masing penjahat itu dengan golok telanjang ditangannya kelihatan galak sekali.

Jangan kaget, kami disuruh mengundang saudara untuk mampir di markas kami.

Silahkan turun dari kuda berkata salah satu penjahat.

Pemuda pelajar itu tampak ketakutan, hingga membikin Ho Tiong Jong yang melihatnya sangat kuatir.

Ia cepat lari turun gunung menghampiri, serunya.

Hei, sahabat kau jangan turun, cepat-cepat larikan kuda mu pergi jauh-jauh dari sini Dua penjahat itu terkejut dengan munculnya Ho Tiong Jong secara tiba-tiba.

Hei.

kau anak liar dari mana datangnya mengadu biru" teriak satu dlantaranya.

Lekas, cepatan lari kan kudamu pergi dari ini Ho Tiong Jong masih terus menyuruh anak muda pelajar tadi meninggalkan tempat itu.

Sipemuda pelajar seperti kesima masih tetap tidak mau keprak kudanya melarikan diri dari situ.

Hatinya Ho Tiong Jong jadi gelisah.

Sementara itu, dua penjahat tadi sudah datang menghampiri padanya.

Satu diantaranya membentak.

Anak liar dari mana datang mengacau disini" Apakah matamu buta tidak melihat panji yang terpancang ditepi itu" Dua majikan kami lengkap ada disini, ha ha ha.

, kemana kau mau lari" Meskipun kau bisa tumbuh sayap juga tidak nanti dapat meloloskan diri dari tempat ini" Satu antaranya yang tidak bicara telah melompat kearahnya Ho Tiong Jong, menyerang dengan goloknya yang tajam.

Ho Tiong Jong meskipun sudah pandai menjalankan dua belas jurus ilmu golok keramat, tapi belum pernah bertempur, dengan musuh, maka ketika itu ia ada agak gugup menangkis serangan lawan.

Biarpun demikian lagi sekali tenaganya yang besar, sebab penjahat yang ditangkis goloknya tadi telah mundur sempoyongan.

Kawannya melihat itu, sudah lantas menyerang kepada Ho Tiong Jong dengan tipu golok Angin puyuh menghembus .

Mereka jadi bertempur seru.

Pelahan-lahan Ho Tiong Jong tidak kikuk lagi melayani musuhnya.

Ho Tiong Jong mendesak lawannya dengan ilmu golok keramatnya.

Tidak sampai tiga jurus, satu tangkisan yang dibarengi dengan tenaga dalam, membuat golok ditangan musuhnya hampir terlepas dari cekalannya.

Meskipun merasa tangannya bergemetar, penjahat itu masih terus memberikan perlawanan-Bahkan semangatnya lebih terbangun, ketika melihat enam tujuh orang kawannya datang menyerbu mengerubuti musuhnya yang tangguh.

Melihat dirinya dikepung musuh, Ho Tiong Jong putar goloknya sebagai titiran, hingga tidak seorang lawannya yang berani datang dekat.

Mereka hanya terputar-putar mengepung, tidak berani nyerbu dan mengadukan goloknya dengan golok si pemuda.

Sementara itu, Ho Tiong Jong dibikin mendongkol hatinya, karena pemuda pelajar tadi yang ia suruh lekas lekas lari bukannya menurut malah menonton ia bertanding.

Sedang ramainya orang bertempur, tiba-tiba kelihatan seorang meluncur turun dari atas gunung dengan cepat sekali.

ia berteriak-teriak supaya mereka yang bertempur berhenti.

Tapi sampai orang itu berada diantara mereka Ho Tiong Jong masih belum memberhentikan menyerangnya karena ia punya gerakan dua belas jurus ilmu goloknya belum dimainkan habis.

Ketika selesai, baru ia berhenti.

Dua diantara musuhnya sudah rubuh mendapat luka, sedang lainnya pada bubar dan lari berdiri dibelakangnya orang yang barusan berteriak-teriak menyuruh mereka berhenti bertanding.

Ho Tiong Jong lihat ujung goloknya berdarah merah, hatinya merasa tidak tega.

Sejenak kemudian ia berpaling kepada orang yang baru datang, kiranya ia ada seorang tua yang bertubuh kurus tapi wajahnya keren, berkumis dan matanya bersorot tajam.

Hayo, semua mundur.

ia teriaki orang-orangnya yang berdiri dibelakangnya.

Tidak sampai disuruh kedua kalinya, mereka semua telah bubaran-Orang tua itu kemudian berkata pada Ho Tiong Jong.

Sahabat, aku lihat ilmu golokmu bagus sekali siapakah gurumu yang mulia" Aku Teng Hong alias siBurung Kepala Sembilan ingin menjumpai gurumu.

orang tua itu yang mengaku dirinya bernama Teng Hong ada salah satu dari Sepasang orang ganas yang menggemparkan dunia kang ouw.

ia melihat ilmu goloknya sipemuda ada demikian bagus, diam-diam merasa jerih dan oleh karenanya ia menanyakan gurunya sipemuda siap2 untuk mengelakan permusuhan.

Ho Tiong Jong tidak menjawab hanya berpaling kepada sipemuda pelajar.

Saudara, sebaiknya kau menurut perkataanku kau lekas-lekas pergi dari sini., , 

, Sipemuda pelajar bersenyum manis dan anggukkan kepalanya, tapi masih tinggal tidak bergerak diatas kudanya.

Ho Tiong Jong tidak mau meladeni, pikirnya pemuda itu bandel betul, disuruh pergi tidak mau pergi seolah-olah tidak mau mengerti akan maksud orang yang baik.

Ia balik menghadapi si orang tua dan menjawab pertanyaannya.

Aku tidak punya guru dan tidak punya kepandaian.

Barusan, meskipun aku tahu aku bukan tandingan kau orang, terpaksa turun tangan karena anak buahmu yang sangat kejam telah membunuh dua orang dalam rombongan yang lewat disini.

Apakah dosa mereka" Kalian tidak ingat akan kedukaan dari keluarganya yang menantinantikan pulangnya mereka itu yang terbunuh disini.

Kalian berbuat seganas itu, apakah tidak takut akan hukuman alam Ho Tiong Jong sangat bernafsu, sebenarnya ia mau omong banyak.

Tapi tidak keluar dari mulutnya saking panas hatinya sampai badannya bergemetaran.

Teng Hong tertawa tergelak-gelak dikata-kata oleh Ho Tiong Jong.

la bukannya merasa malu, sebaliknya mukanya berubah beringas.

Bocah ingusan, katanya, kau jangan banyak jual lagak disini.

Nanti kakekmu akan kirim rokhmu keakherat dan disana kau boleh mengadu pada Giam lo ong, ha ha ha.

ini yang akan mengantar rokhmu menemui raja akherat, ha ha ha Tong Hong berkata sambil mengacungkan senjata gaetannya, senjata yang mengangkat namanya termashyur dalam kalangan rimba hijau.

Ho Tiong Jong gemas sekali dirinya dikatakan bocah ingusan ia balas memaki.

lblis tua yang sudah dekat mati, berani omong besar didepan tuan muda-mu" Hm , Apa kau kira dengan mengandalkan senjata gaetanmu bisa merubuhkan aku si orang she Ho, sebentar kau akan rasakan golokku yang tajam Teng Hong berubah air mukanya.

Dengan bengis ia gerakkan senjatanya hendak menyerang pada Ho Tiong Jong.

Si pemuda juga tak takut, ia sudah menyekal erat gagang goloknya untuk menempur orang tua yang kejam itu.

Dalam keadaan genting itu tiba-tiba terdengar suara merdu berseru.

Hei, sahabat, jangan bertempur Dua orang yang sudah berhadap-hadapan dan tinggal menggerakkan senjatanya bertempur menjadi kaget mendengar teriakan itu, keduanya lalu berpaling kearah tadi orang berteriak-Kiranya ia ada sipemuda pelajar yang masih terus berada disitu sekalipun sudah berkali-kali disuruh berlalu oleh Ho Tiong Jong.

saudara lebih baik kau tidak menyampuri urusan kami.

Lekas cambuk kudamu dan berlalu dari sini.

Ho Tiang Jong untuk kesekian kalinya menyuruh ia pergi.

Sipemuda pelajar tidak menghiraukan kata-kata Ho Tiong Jong, sebaliknya sambil mengacungkan cambuk lemasnya telah menunjuk pada Teng Hong dan berkata.

IHei, kau ini yang bernama Teng Hong, salah satu dari Sepasang orang ganas yang jahat dan kejam dan tak punya perikemanusiaan sedikitpun" orang tua itu perdengarkan suara ketawa-nya yang dingin.

Kau siapa" Kau juga berani-berani jual lagak disini" Hm.

Aku Seng Giok Cin, aku tak takut berhadapan dengan manusia tidak punya rasa perikemanusiaan seperti.

Aku si Garuda Hitam Lauw coe Teng juga ada seorang yang tidak punya perikemanusiaan ha ha ha.

demikian terdengar suara orang berkata dibelakangnya sipemuda pelajar yang mengaku namanya Seng Giok cin.

Orang itu tiba-tiba telah muncul dari pinggir jurang berbadan kurus, muka bengis dan kejam tidak jauh bedanya dengan Teng Hong.

Ialah ada Lauw coe Teng alias Garuda Hitam orang kedua dari Sepasang orang ganas.

Manusia kejam, entah sudah berapa banyak korban jatuh dibawah tangannya.

Ho Tiong Jong menduga tepat ini orang kedua dari Sepasang orang ganas.

Kini ia menghadapi dua iblis jahat kejam yang tidak mengenal kasihan, ia dikepung dan apakah ia harus lari supaya jangan mendapat kebinasaan" Tidak.

pikirnya sudah mantap.

Ia akan menempur dua iblis itu mati-matian untuk menolong orang banyak dari gangguannya mereka itu.

ia sudah tidak menghiraukan lagi akan kepandaiannya yang tidak dapat menandingi dua orang jahat itu.

Dengan suara tenang ia berkata.

Bagus, bagus dua orang ganas sudah ada dihadapanku.

Aku memang sudah tahu kelihayannya Sepasang orang ganas, tapi toh mau juga mencoba-coba sampai dimana kelihayan kalian.

Nah, marilah maju satu demi satu atawa dua sekaligus, aku si orang she Ho tidak akan menampik, Waduh, jagoan benar ini sahabat menyindir Lauw coe Teng lalu berkata pada Teng Hong.

Hei, lotoa, kalau dia bisa tahan sepuluh jurus saja dari gempuran kita berdua, lebih baik kita undurkan diri dari pekerjaan kita.

Ha ha ha ha.

Bagus, bagus.

Sekarang kau datang kemari, kita tempur bocah sombong ini sampai dia terkuing-kuing minta ampun, baru kita merasa puas dan kejumawaannya tentu akan punah sendirinya.

Belum habis bicaranya Teng Hong, seperti burung garuda saja Lauw coe Teng sudah melayang dari tempatnya menubruk pada Ho Tiong Jong.

Lauw coe Teng menggunakan senjata poan koan-pit sedang Teng Hong menggunakan senjata gaetan, berbareng menyerang, pada Ho Tiong Jong yang segera memainkan godoknya menangkis serangan musuh.

Dua belas jurus ilmu golok keramat warisannya si orang tua telah dimainkan dengan bagus sekali oleh Ho Tiong Jong, sehingga Seng Giok Cin yang menyaksikanya menjadi sangat kagum.

ia memuji ilmu goloknya Ho Tiong Jong.

ooOOoo

 PERTEMPURAN berjalan sengit sekali.

Dua lawan satu, senjata pit dan gaetan menyerang bertubi-tubi, golok berkelebatan dengan cepat sekali.

Siapa yang menyaksikan pertarungan ini memang akan menjadi terpesona dan kagum.

Tidak terkecuali dengan Seng Giok Cin.

Dalam girangnya ia menganjurkan beberapa kali supaya Ho Tiong Jong berlaku tenang, jangan gugup karena dikerubuti.

Anjuran ini bukan membikin Ho Tiong Jong bersemangat dan lebih hati-hati, malah menjadi lelet.

Tidak heran, ketika melihat lowongan ini si Burung Kepala Sembilan Teng Hong sudah dapat menggunakan gaetannya melukai tangan kirinya Ho Tiong Jong.

Seperti banteng terluka Ho Tiong Jong beringas.

ia kerahkan seranganya lebih hebat lagi, mendesak lawannya yang merangsek dengan rupa-rupa tipu serangan yang lihay.

Jurus-jurus ilmu golok keramatnya dimainkan indah sekali oleh Ho Tiong Jong.

Badannya kelihatan terputar, membuat ia terlolos dari serangan dan senjata pit dengan gaetan menjadi saling bentur sendirinya.

Tapi cepat sekali dua lawannya itu perbaiki posisinya dan melakukan offensif lagi.

Ho Tiong Jong putar goloknya santar sekali berkelebetan meminta korban, hingga dua lawannya kelihatan rada rada jerih untuk merangsek dengan mati-matian kuatir jadi makanannya golok Ho Tiong Jong.

Ketika Ho Tiong Jong memainkan jurusnya yang kesebelas, kelihatan ia sudah berada diatas angin.

Saking girangnya entah bagaimana, Seng Giok Cin telah berteriak.

Hei, kau sudah menang, lekas usir mereka pergi Ho Tiong Jong dalam hati sangat jengkel Seng Giok Cin banyak omong.

Hei.

Jangan banyak omong yang menyakiti hati orang memang maksudku untuk membikin senjata mereka terlepas Sepasang orang ganas itu mengetahui bahwa mereka tidak bisa menang dari anak muda yang tangguh itu.

Kalau pertandingan diteruskan, achirnya mereka akan jadi pecundang, pikirnya.

Mereka sudah ternama dikalangan Kangouw, kalau sampai kena dijatuhkan oleh orang muda yang tidak terkenal, bagaimana malunya mereka nanti ketemu kawan kawan seperjuangannya.

oleh sebab itu mereka mengambil putusan untuk mengundurkan diri.

Teng Hong lalu memberi isyarat dengan matanya kepada orang orangnya, kemudian ia melompat keluar dari kalangan berkelahi diikuti oleh Lauw coe Teng.

Sebagai gantinya, dua belas orangnya si sepasang orang ganasi sudah menggantikan kepalanya untuk mengerubuti Ho Tiong Jong yang sudah lelah.

Ho Tiong Jong masih meneruskan jurusnya yang kedua belas dari ilmu golok keramatnya.

Jurus kedua belas ini telah mengambil dua korban lawannya, tapi ia sudah sangat lelah dan tidak tahu untuk meneruskan pertandingan.

Dalam keadaan demikian sebatang golok musuh mampir dibahunya, ia coba menghindarkannya terlambat dan dari bahunya itu telah mengucurkan banyak darah.

Untung meskipun sudah sangat lelah, ia masih bisa menangkis, lain-lain serangan musuhnya, hingga ia tidak sampai menjadi perkedel, dalam pertempuran seru itu.

Melihat Ho Tiong Jong hanya dapat memainkan dua belas jurus ilmu golok keramat nya, enam jurus lagi seperti ia belum meyakinkannya, diam diam Seng Giok Cin merasa heran-Tapi bagaimana juga ia tidak bisa tinggal diam melihat Hong Tiong Jong sudah sangat letih kelihatannya.

Maka ia berseru.

Hmm aku kira Sepasang orang ganas yang menggemparkan dunia kangouw ada dua orang yang tinggi ilmu silatnya, tidak tahunya aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri hanya sebegitu saja.

Pengecut dan tidak tahu malu.

Huh kalian tahu bahwa toako yang membela keadilan itu hanya berkepandaian dua belas jurus ilmu silatnya, akan tetapi kalian tidak tahu siapa adanya aku ini.

Ha ha ha.

betul-betul perbuatan kalian akan menjadi buah tertawanya orarg-orang dalam dunia kangouw.

Hayo.

kalian lekas berhenti jangan bertempur terus la meneriaki pada orang-orang yang mengerumuni Ho Tiong Jong.

Tapi dua belas orang penjahat itu tidak mau memberhentikan serang-serangannya" membikin Seng Giok cin jadi sangat mendongkol.

Dari atas kudanya ia enjot tubuhnya melayang sambil perdengarkan siulan bajunya berkibaran membawa tubuhnya turun kebawah dekat dimana Ho Tiong Jong sedang ramainya bertempur.

Apa kalian tidak mendengar perintah ku" ia berkata, tubuhnya nyerbu diantara mereka, dalam sekejap saja sudah ada enam penjahat yang terpelanting keluar dari pertempuran.

Melihat kelihayan Seng Giok cin, penjahat penjahat lainnya menjadi ciut nyalinya dan pada tumpang siur melarikan diri.

Seng Giok Cin melihat itu tidak mau mengejar hanya setelah tertawa dingin ia berkata: Ha ha ha kawanan tikus hanya sebegini saja keberanian nya.

Teng Hong dan Lauw coe Teng mendengar kata-kata sombong itu tidak bisa menelaniya, mereka menghampiri si pemuda pelajar itu dengan menggunakan senjatanya masing-masing tidak banyak rewel, lagi telah menyerang pada Seng Giok Cin.

 Doa orang ganas dengan bersenjata telah mendekati Seng Giok Cin yang tidak bersenjata, tapi Seng Giok Cin tidak takut.

ia mengandaikan kegesitan dan telapakan tangannya balas menyerang pada dua orang jahat itu.

Senjata poan-koan pit Lauw coe Teng lihay sekali kelihatannya,saban-saban menyerang kebagian bagianjalan darah yang berbahaya sedang senjata gaetannya Teng Hong juga di mainkan dengan hebat sekali.

Tapi semua itu dengan tangan kosong dihadapi oleh Seng Giok cin-Tidak ada lowongan terbuka membikin pemuda pelajar itu terluka hingga dua penjahat itu menjadi gelisah sendirinya.

Satu ketika, senjata gaetannya Teng Hong yang menyerang sudah kena dirampas oleh Seng Giok Cin, siap telah meluncurkan balik senjata itu kepada pemiliknya lagi.

Baiknya Lauw coe Teng awas, ia cepat menggunakan senjatanya menyontek, hingga senjata gaetan itu nyeleweng jurusannya dan jatuh ditanah tidak jadi meminta korban.

Kalau saja Lauw coe Teng tidak turun tangan pada waktunya yang cepat.

Teng Hong tentu saat itu hanya tinggal namanya saja.

Teng Hong merasa bersyukur kepada kawannya yang sudah meloloskan dirinya dan bahaya kematian.

Pertempuran masih terus dilanjutkan dengan sengitnya.

Ho Tiong Jong merasa kagum akan kepandaiannya Seng Giok Cin yaig tadinya ia duga tidak punya kepandaian silat makanya ia berulang-ulang menyuruh ia pergi supaya tidak kerembet dan menjadi korban nya Sepasang orang ganas.

Pikirnya, pantasan Seng Giok Cin saban kali ia menyuruh berlalu hanya dijawab dengan senyum dan anggukkan kepala, akan tetapi tidak bergerak dari tempatnya Kalau begitu memangnya ia pandai silat" Melihat Seng Giok Cin berikan perlawanan dengan tangan kosong berada diatas angin dari kedua musuhnya Ho Tiong Jong pikir tidak perlu ia turun tangan membantu.

Ketambahannya ia merasakan sakit dibahu-nya yang terluka kena hajaran golok musuh.

Maka setelah sejenak melihat lukanya, ia lantas meninggalkan tempat itu pergi kelereng gunung, dimana tadi ia bersama Bhe Kong dan Kho Piauwtao berada.

Ia disana kecele, sebab ia tidak menemukan kawannya itu.

Ho Tiong Jong menghela napas jikalau mengingat akan dua kawannya itu yang berhati pengecut dan memikirkan hidupnya sendiri saja.

Ia periksa dengan teliti lukanya, ternyata hanya luka biasa saja, tidak terkena racun.

Maka setelah ia membelebat.

lantas ia duduk mengasoh mengawasi kebawah.

dimana Seng cick cin masih terus bertempur dengan Sepasang orang ganas Betul-betul lihay Seng Giok Cin itu, sebab saban kali ia menyerang dengan telapakan tangannya, musuhnya mesti sempoyongan dan dengan susah payah baru bisa menegakkan pula dirinya.

Demikian ketika untuk kesekian kalinya ia membikin dua musuhnya sempoyongan mundur, ia telah bersiul kegirangan dan berkata.

Hmmm Kalian ini orang macam apa, baru tiga gebrakan saja sudah begini rupa keadaannya.

Sebaiknya kalian ngiprit saja pulang kesarangmu untuk memikirkan nasib kalian yang sialan itu ketemu aku.

Kalau kalian masih tidak puas dan hendak menagih hutang kekalahan ini, boleh datang cari aku dibenteng seng-kee-po yang terletak disebelah timur dari kota Lok-yang.

Teng Hong yang sedang sesak napasnya habis menerima angin pukulan Seng Giok Cin, berubah mukanya ketika mendengar kata-katanya si pemuda pelajar.

ia bertanya apakah pemuda itu ada kepala dari Seng kee-po" Pertanyaan mana tidak dijawab oleh Seng Giok cin, hanya ia menambahkan.

Untuk mencari aku, jikalau kalian tidak menemui aku di Seng-kee-po, boleh mencari ke Rumah Es digunung Tay-pekssan , kalian pasti akan menempurnya.

sepasang orang ganas itu dibikin terkejut mendengar perkataannya Seng Giok Cin.

Bagaimana mereka tidak kaget, karena benteng Seng-keepo itu ada sangat termasyhur namanya, pusat dari Peserikatan Benteng-Perkampungan, lebih lagi ketika mendengar disebutnya Rumah Es digunung Tay-pekssan yang dikepalai oleh Kok-Lo lo, salah satu dari lima pendekar yang termasyhur dalam rimba persilatan pada masa itu.

Teng Hong meskipun ketakutan, coba menabahkan hatinya dan dengan ketawa dibikin-bikin ia berkata.

Ya, harap Seng Siauw-ya suka mengampuni perbuatan kami yang tidak baik.

Kami adalah orang yang berwatak tidak baik, sukar dirubahnya.

Harap saja lain kali kita dapat berjumpa pula.

Setelah mengucapkan perkataan itu, lalu ia mengajak Lauw coe Teng dan anak buahnya berlalu dari situ.

Seng Giok Cin mengawasi mereka berlalu sampai kemudian menghilang dari pemandangannya.

Mendadak ia seperti kaget, matanya celingukkan seperti ada yang dicari.

Memang ia kehilangan Ho Tiong Jong, di mana adanya pemuda itu ia tidak tahu.

Pelayannya ditanya hanya mengunjuk ke lereng gunung, lain tidak.

Pemuda pelajar itu mengelah napas dengan muka muram.

setelah menyemplak pula kudanya lantas berjalan diikuti oleh pelayannya.

juga beberapa saudagar yang terluput dari kematian, sudah mengikuti jejaknya dua orang tadi yang masing-masing naik kuda putih dan hitam.

Ho Tiong Jong diatas gunung menyaksikan berlalunya mereka itu dengan pikiran kusut.

Ia sebenarnya ingin bisa berkenalan dengan Seng Giok Cin yang berkepandaian tinggi, tapi hatinya tidak mengasih karena tertekan oleh rasa rendah diri.

PIKIRAN ia ada seorang pemuda miskin, tidak berpendidikan dan ilmu silatnya tidak seberapa tinggi.

Sebaliknya Seng Giok Cin ada suatu Kongcu (anak hartawan), terpelajar dan berilmu silat tinggi, mana dapat ia bergaul dengan orang seperti Seng Giok cin" Tambahan dalam kata-katanya yang mengandung teka-teki ia tidak dapat memecahkannya^ Setelah menghela napas beberapa kali, Ho Tiong Jong berbangkit dari duduknya dan ia juga pergi mengikuti mereka menuju ke kota Lok-yang.

Di dalam perjalanannya yang telah memakan waktu lima hari lamanya untuk sampai di kota Lokyang, bukan sedikit ia mengalami penderitaan dari bahunya yang sakit kena hajaran golok.

ia naik turun gunung dengan susahnya, tapi akhirnya, sampai juga ketempat tujuannya.

Dari salah seorang sahabatnya ia juga ada bawa surat perkenalan untuk salah satu perusahaan pengantar barang di Lok-yang.

Pikirnya, mungkin ia bernasib baik dalam kota itu, maka ia terus mencarinya perusahaan yang dimaksudkan.

setelah masuk keluar beberapa perusahaan sejenis itu, ia telah lewat didepan perusahaan pengantar barang yang merek nya tidak nyata.

Rumahnya rendah, bendera kantor piauwkiok itu berkibar kibar diatasnya, akan tetapi mereknya sudah luntur Meskipun begitu ia perlu menyelidiki siapa tahu itu ada kantor pengantar barang yang dimaksudkan oleh sahabatnya.

Ketika ia menghampiri lebih dekat, tiba-tiba pintu kantor terbuka dan keluar seorang lelaki berumur kira-kira empat puluh tahun, Ketika melihat Ho Tiong Jong seperti seorang asing sedang langak longok, ia telah menegur.

saudara cari siapa" oh, maafkan aku, ada kurang sopan, Aku sedang mencari piautao Lim San yang bergelar Huito (golok terbang), apakah saudara itu ada bekerja disini" itulah aku sendiri, saudara datang dari mana" tanya orang itu.

Aku datang dari kota See-an bernama Ho Tiong Jong, ada membawa surat dari sahabatku untuk disampaikan pada saudara.

Ho Tiong Jong berkata sambil merogo sakunya dan keluarkan sepucuk surat diserahkan kepada si Golok Terbang Lim San.

Setelah surat dibaca, mendadak air mukanya Lim San berubah dan dengan suara dingin berkata.

saudara Ho ada menginap di penginapan mana" sekarang aku sedang ada urusan penting hendak diurus, maka sebentar malam saja aku datang kesana untuk bicara dengan saudara, akur.

Ho Tiong Jong sedikit bingung, karena ia belum tahu akan menginap dirumah penginapan yang mana, sebab dalam kantongnya tidak punya uang.

Ketambahan melihat air mukanya Lim San yang demikian, seakan-akan tidak akan menerima ia bekerja dalam kantornya, maka ia telah menjawab sembarangan saja.

oh, ya, aku baru saja sampai di kota ini, Belum tahu dimana aku akan menginap.

maka sebentar malam aku sendiri saja yang datang kesini, bagaimana pikiran Saudara" Lim San tidak memberikan jawabannya, ia terus saja meninggalkan Ho Tiong Jong masuk kedalam kantornya, Kelakuan mana telah membikin Ho Tiong Jong melongo.

Diam-diam dalam hatinya mengutuk orang itu tidak tahu adat, belum selesai bicara, sudah meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa.

Dengan pikiran jengkel Ho Tiong Jong menindakkan kakinya tanpa tujuan.

Dalam kantong tidak ada uang, dimana ia harus menginap" Dalam rumah penginapan, tidak mungkin sebab harus mempunyai uang untuk membayar sewanya, ia tidak mempunyai sahabat, seorang pun dalam kota Lok-yang itu, kepada siapa ia harus minta pertolongan" Pikarannya jadi melayang-layang, ia tidak tahu kakinya sudah membawa dirinya kemana.

Tiba-tiba ia dibikin kaget ketika dari belakang orang menepuk bahunya, ia cepatcepat menoleh orang yang menepuknya seperti orang dari kantor piauwkiok.

Saudara ini bukannya yang bernama Ho Tiong Jong" tanya orang itu sambil ketawa, tampaknya ia ramah sekali seperti juga bicara terhadap kenalan lama.

Ho Tiong Jong membisu sejenak.

karena ia tidak kenal dengan orang yang menanya dirinya itu.

Ketika ia hendak membuka mulutnya menjawab, orang itu sudah mendahului berkata pula.

Aku bernama ong Kong Gie, pegawai dari Lok-yang Piauw-kiok.

Tadi aku mendengar dari Lim Piauw-tao, katanya saudara baru saja datang ke kota ini, Betulkah." Ya, betul aku memang baru datang, Barusan aku bicara dengan Lim Piauw-tao, belum ada keputusannya sudah ditinggal pergi begitu saja, Aku tidak tahu, entah itu ada adatnya yang angkuh atau karena dia terlalu repot, hingga melupakan kesopanan" ong Kong Gie tertawa mendengar bicaranya Ho Tiong Jong.

Saudara Ho jangan kau kecil hati.

Memang pada belakangan ini Lim Piauwtao ada sangat repot dengan urusan pribadinya, hingga kadang-kadang ia tidak sadar dengan kelakuannya yang dapat membikin orang mendelu hatinya, Aku yang menjadi anak buahnya dengan ini memohon maaf banyak-banyak atas sikapnya Lim Piauw-tao.

Ho Tiong Jong lumer mendongkolnya mendengar kata-katanya ong Kong Gie yang ramah dan jenaka, maka ia juga bikin habis urusan itu dan menanyakan maksud ong Kong Gie datang kepadanya ada urusan apa" Saudara Ho, kata ong Kong Gie, sambil menyekal lengan orang.

Biarlah aku menjadi tuan rumah untuk menyambut kedatanganmu dari jauh-jauh, Mari, mari kita mencari makan untuk menangsal perut, Aku kira saudara Ho tentu sudah lapar, bukan " Ho Tiong Jong agak kemerah-merahan mukanya, akan tetapi ia tidak berkata apaapa, sebab memang waktu itu ia sedang laparnya, ia mengikuti sang sahabat yang baru dikenal itu mencari salah satu rumah makan.

Tidak sukar ong Tong Gie membawanya Ho Tiong Jong masuk kedalam sebuah rumah makan yang lezat makanannya.

Ia memesan pada pelayan makanan dan minuman yang istimewa, sementara menanti barang hidangan disiapkan ong Kong Gie lah menanya pada Ho Tiong Jong, Saudara Ho, apakah kau datang dikota Lok-yang ini hanya sendirian saja" Bagaimana dalam perjalanan apa tidak menemui apa-apa yang mengherankan" Betul, aku hanya datang sendirian saja, Di perjalanan tidak ada apa-apa yang aku ketemukan mengherankan.

jawab Ho Tiong Jong ia tidak mau menceritakan pengalamannya sudah bertempur dengan Sepasang orang ganas, dan pertemuannya dengan si pemuda pelajar yang berbadan sangat mewah.

Saudara Ho, sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin bicarakan denganmu, oh, sebentar saja jikalau sudah habis makan Seiring dengan kata-katanya, ong Kong Gie membantu pelayan mengatur makanan yang dipesan diatas meja.

Demikian mereka telah makan minum dengan diseling oleh pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan jalannya cerita.

Begitu selesai makan, ong Kong Gie telah berkata.

Saudara Ho, aku harus mengucapkan selamat kepadamu.

Hei, selamat apa.

saudara ong" Selamat lantaran namamu sekarang telah naik tinggi.

Sebabnya" Kau sudah berani bermusuhan dengan Sepasang orang ganas yang sangat ditakuti dalam kalangan kang-ouw, Kau berani menempur dan mengalahkan mereka, sudah tentu namamu menjadi terkenal dimana-mana.

Kantor kami sudah mengetahui tentang saudara punya pengalaman, meskipun saudara sendiri kelihatannya sungkan untuk menuturkannya ketika aku menanyakan pengalaman saudara di perjalanan.

Saudara ong, kau terlalu memuji tinggi, Aku tidak mempunyai kepandaian apa-apa, kalau tokoh aku berani menempur pada Sepasang orang ganas disebabkan sang hati tidak tega melihat keganasan yang dilakukan oleh mereka terhadap orang-orang yang tidak salah berdosa, Maka, apa yang aku perbuat hanya sekedar untuk membela keadilan, bukannya dengan sengaja mau mencari nama dalam kalangan kangouw.

ong Kong Gie angguk-anggukan kepalanya.

Sambil mengacungkan jempolnya, ong Kong Gie berkata lagi.

 itulah ada perbuatannya satu pendekar tulen.

Dengan tidak menghiraukan diri sendiri dan tidak memikirkan akan akibatnya urusan yang diperbuatnya, saudara sudah tunjukan diri untuk membela keadilan, jarang orang yang seper.

ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya, karena diganggu oleh masuknya tiga orang laki laki berbadan tegap dengan sikap yang sombong sekali.

Mereka datang dengan berkuda, satu diantaranya yang berjalan di depan sungguh menjemukan lagaknya, ia berjalan lewat diantara tetamu yang pada makan di situ seolah-olah tidak memandang mata, sangat angkuh sikapnya, hingga yang melihatnya menjadi sebal.

Ho Tiong Jong yang melihat ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya dan matanya mengawasi kesatu jurusan, ia pun berpaling mengikuti kemana ong Kong Gie mengarahkan penglihatannya.

Hatinya Ho Tiong Jong juga jadi mendelu melihat sikapnya orang sombong tadi.

ong Kong Gie udah sedari tadi menundukkan kepalanya lagi ia melihat Ho Tiong Jong masih mengawasi kepada tiga orang yang baru datang tadi, lalu berkata dengan suara berbisik saudara Ho sebaiknya jangan kita mengawasi mereka, kita bicara tentang urusan kita saja.

Kenapa" Apa saudara ong, kenal pada mereka" tanya Ho Tiong Jong.

ong Kong Gie punya pengalaman sebagai piauwsu sudah tiga puluh tahun, ia sudah kawakan dan mengenal banyak orang gagah dari rimba persilatan, baik yang gagah budiman maupun yang gagah jahat, pengalamannya banyak dan pengetahuannya sangat luas, Dengan suara berbisik ia menjawab pertanyaannya Ho Tiong Jong.

Ya, kalau tidak keliru mereka itu ada murid-muridnya dari si siluman Khoe Tok yang sudah mengasingkan dirinya selama tiga puluh tahun belakangan ini dari dunia kangouw.

Ho Tiong Jong berpaling pula mengawasi bajunya mereka agak aneh.

Hei, saudara ong, apakah kau kenal orang yang berbaju disulam mata satu siapakah gerangan dia" Kelihatannya dia sangat tajam.

Memang betul demikian, pemandanganmu tepat sekali.

Tentang riwayatnya siluman Khoe Tok sedikit sekali orang lain, di kota Lok yang ini barangkali hanya akulah yang dapat menyediakan riwayatnya.

Tiga tetamu congkak tadi ambil tempat agak berjauhan juga dari Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie, sementara suara berisik dari tetamu yang pasang omong, membuat apa yang dibicarakan oleh Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie tidak dapat didengar oleh yang lain.

Kalau begitu, kata Ho Tiong Jong, aku harap saudara ong suka, menceritakan kepadaku ada baiknya sekedar menambahkan pengalaman ku.

ong Kong Gie angguk-anggukkan kepala, Khoe Tok yang terkenal julukannya si Siluman, ong Kong Gie mulai menutur, pada masanya ia malang melintang dalam dunia kangouw perbuatannya sangat kejam, ia suka sekali menghisap atau minum darahnya manusia.

Darah dari wanita yang datang bulan ia bikin menjadi obat, entah obat untuk apa" Ketika ia beraksi dalam kalangan kangouw telah menggemparkan rimba persilatan karena kekejaman dan keganasannya.

Dia punya kebiasaan menghisap dan meminum darah manusia, membuat banyak pendekar yang berilmu silat dan budiman menjadi marah besar.

Banyak yang sudah mencari padanya, tapi ilmu silatnya Khoe Tok yang tinggi sukar dijatuhkan bahkan bukan sedikit kawanan pendekar yang menjadi korban kekejamannya.

Kalau begitu dia sukar dibunuh sukar disingkirkan jiwanya untuk menolong banyak korban dari keganasannya.

menyelak Ho Tiong Jong.

Memang begitu kenyataannya.

Rimba persilatan gempar dibuatnya kekejaman dan keganasannya si Siluman Khoe Tok semakin menjadi-jadi.

Saban kali ia membunuh orang dia hisap atau minum darahnya.

Yang paling gila, dia kumpulkan banyak wanita yang tengah datang bulan, masingmasing disuruh kumpulkan darahnya untuk dijadikan obat.

Wanita-wanita itu setelah berhenti datang bulan, lalu diganggu kehormatannya, siapa yang tidak menuruti digeragot lehernya dan dihisap darahnya, sehingga si korban mati seketika itu karena kehabisan darah.

celaka seru Ho Tiong Jong tertahan.

Husssst.

ong Kong Gie tempelkan jarinya dimulut, Kau jangan sibuk tidak karuan, nanti aku tidak mau meneruskan ceritanya, Sebab urusan ini kalau tiga muridnya itu tahu, terang jiwaku akan melayang.

Hmm Ho Tiong Jong menahan hawa amarahnya.

Ia sebenarnya sudah ingin berteriak-teriak mencaci maki Khoe Tok si siluman yang kejam dan ganas, akan tetapi mengingat kalau ia berbuat demikian akan menimbulkan onar yang tak diingini dan ong Kong Gie kena kejiret oleh karenanya, maka ia paksa tekan amarahnya yang hampir meluap dari takarannya.

Teruskan, aku tak akan mengganggu kau cerita kata Ho Tiong Jong dengan air muka agak beringas.

ong Kong Gie ketakutan, ia berpikir sebenak untuk meneruskan ceritanya, hingga membuat Ho Tiong Jong tak sabaran.

Teruskan, kenapa saudara ong diam saja" katanya menegur.

ong Kong Gie pikir, kalau tidak diteruskan akibatnya bisa runyam, melihat Ho Tiong Jong sangat bernapsu untuk mendengarnya, maka dengan apa boleh buat ia melanjutkan ceritanya.

Perbuatannya Khoe Tok itu membuat gusar satu pendekar pedang kawakan yang bernama cin Tong, siapa ada tergolong salah satu diantara Lima Tokoh yang tertinggi ilmu silatnya dalam dunia persilatan.

Cin Tong dengan seorang diri telah mencari sarangnya Khoe Tok dan menantang kepadanya, setelah membeber kejahatannya si siluman yang jahat kejam itu.

Bagus, bagus, menyelak Ho Tiong Jong tapi bagaimana, apa dia juga mati dibawah tangannya siluman kejam itu" ong Kong Gie geleng-geleng kepala, Tidak.

jawabnya, kali ini dia ketemu batunya, Dalam suatu pertempuran seru, Khoe Tok keteter, hingga perlu dibantu oleh muridnya yang terpandai bernama oet-ti Haa.

pertandingan bertambah seru.

cin Tong dikerubuti dua orang guru dan murid tapi cin Tong betul-betul gagah, Dia dengan pedangnya telah berhasil menusuk oet ti Hin hingga roboh, sedang dengan telapakan tangannya ia menyerang telak pada Khoe Tok hingga terpaksa siluman itu melarikan diri.

Sejak mana Khoe Tok tidak kedengaran lagi namanya dalam kalangan Kangouw, ia menyembunyikan dirinya sehingga sekarang sudah tiga puluh tahun lamanya.

Halnya siluman Khoe Tok itu hanya akulah yang dapat menceritakan seterang ini, orang lain barang kali tidak dapat.

 Ho Tiong Jong setelah mendengar habis ong Kung Gie cerita, lantas berpaling ke arahnya tiga muridnya si siluman kejam, seakan-akan ia hendak memandang atau menegasi bagaimana sih rupanya murid-murid dari Khoe Tok itu" Sekarang keadaan disini amat genting.

kata pula ong Kong Gie, aku lihat banyak orang dari rimba persilatan yang jalan putih dan hitam mengalir masuk kota, Mungkin yang berjalan hitam ada hubungannya dengan Sepasang orang ganas , Saudara Ho sudah menanam bibit permusuhan dengan Sepasang orang ganas , kantor kantor piauwkiok disini menganggap ada berbahaya untuk menerima kau bekerja, maka sebaiknya kau angkat kaki dari sini pergi ke Kang-lam umpamanya, siapa tahu disana kau bisa mendapat pekerjaan, sekalian untuk menyelamatkan diri, entah bagaimana ada pikiran saudara Ho" Ho Tiong Jong tidak menjawab akan nasehatnya ong Kong Gie, la termenung, pikirnya.

Lim piauwTao rupanya sengaja mengirim ong Kong Gie untuk menyuruh aku lekas angkat kaki dari sini, itu sih tidak jadi apa, cuma saja dalam kantongku tidak membekal uang barang Sepeser, bagaimana dengan ongkos dalam perjalananku" Dan kemana aku harus pergi" Betul-betul dalam dunia ini orang harus kejam dan telengas, baru bisa beruntung, orang seperti aku ini, tidak lebih seperti sampah masyarakat, Kesana-sini melamar pekerjaan ditolak.

apakah nasibku memangnya ada demikian buruk " Apa sebenarnya keyakinanku sehingga aku mengalami meski penderitaan hidup begini" Diam-diam ia merasa putus asa.

Dalan bengong memikirkan nasibnya, tiba tiba ong Kong Gie berkata, Saudara Ho, kau dari tempat jauh datang disini, mungkin ada kekurangan ongkos dijalan, maka sukalah kau terima sedikit pemberianku ini sebagai tandanya persahabatan kita, untuk menambah bekal diperjaianan yang akan kau tempuh.

Setelah berkata ia meletakkan uang tiga tahil perak diatas meja.

Dalam keadaan setengah sinting adatnya, Ho Tiong Jong yang angkuh timbul dengan tiba-tiba, ia menggebrak meja, hingga yang diatasnya suaranya yang nyaring.

Para tetamu pada menoleh kearah dua orang itu dengan wajah merasa heran dan menduga-duga, apakah dua orang itu hendak bertempur" sambil berbangkit dari duduknya Ho Tiong Jong berkata.

Saudara ong, banyak terima kasih atas pemberianmu, aku masih ada cukup uang di kantong untuk melanjutkan perjalananku Disini aku sudah tidak dapat tempat untuk tancap kaki, semoga dilain tempat ada yang suka pakai aku punya tenaga.

Ketika matanya melirik kepada tiga orang jumawa tadi, jusru mereka punya mata pun sedang ditujukan kearah nya, hingga berbentrokan.

Satu antaranya yang muda, yang sang at jumawa tadi, telah berkata pada dua kawannya.

Hei, kalian lihat, itu tikus matanya menyala pada kita, kelihatannya sangat menantang Ia berkata seraya berbangkit dari duduknya menghampiri mejanya Ho Tiong Jong, hingga ong Kong Gie menjadi ketakutan dan mukanya pucat pasi.

Ketika ia datang dekat, ia melihat uang yang jatuh tadi telah melesak diatas meja.

Diam-diam ia bersenyum, katanya.

Kau main-main didepan kami orang seperti juga yang menantang, apa artinya itu" Ia tutup kata-katanya sambil menggebrak meja hingga uang yang nancap tadi telah mencelat keluar.

Masing-masing telah menggunakan tenaga dalamnya yang mahir, hingga para tetamu lainnya yang menyaksikan menjadi sangat kagum.

orang tadi mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan roman menghina.

Kau ini anjing kecil berani unjuk lagak didepan tuan besarmu, lekas kalian berdua berlutut baru ada harapan diampuni jiwa kalianMendengar hinaan itu, Ho Tiong Jong diam-diam berpikir, Lebih baik aku mati dari pada menelan hinaan orang.

Tengah ia berpikir untuk berlaku nekad, tiba-tiba ia melihat ong Kong Gie telah menjatuhkan dirinya berlutut, Sambil manggut-manggutkan kepalanya seperti ayam yang matokin gabah.

ong Kong Gie meratap minta ampun.

Tiga orang jahat itu tertawa tergelak-gelak, tapi kemudian wajahnya beringas, karena melihat Ho Tiong Jong masih tinggal berdiri tegak, tidak mau berlutut seperti kawannya telah berbuat.

 Anak muda itu telah unjuk sikapnya yang tenangkan sorot matanya yang dingin mengawasi kepada tiga penjahat itu.

IHmm., , 

menggeram si jumawa tadi, Sayang kami ada urusan penting yang meminta lekas diurus, kalau tidak hmm.

Kalau tidak kenapa" tanya Ho Tiong Jong dengan berani.

Siapa namamu" sijumawa tidak menjawab pertanyaan Ho Tiong Jong.

Aku belum pernah menukar nama dalam perjalananku aku she Ho nama Tiong Jong, kau mau apa" Ho Tiong Jong.

menggerutu sijumawa.

Ho Tiong Jong kau mau apa" Siapa nama kalian, aku juga mau tahu bukan" Sijumawa marah sekali mendengar ceritanya Ho Tiong Jong.

Aku oet-ti Koe dan ini engkoku oet ti Kang, yang itu ada suhengku Song Boe Ki yang bergelar si Tangan Telengas , Kalau kan orang she Ho ada bernyali besar, sebentar malam jam tiga boleh datang ditempat yang bernama Lian-mang kang, kau boleh pilih diantara kami bertiga siapa yang kau taksiran menempur.

Hmm.

Ho Tiong Jong keluarkan suara dihidung.

Kau boleh membawa kawan untuk mengerubuti salah satu diantara kami bertiga, meneruskan sijumawa, hatinya mendongkol sekali melihat sikapnya Ho Tiong Jong yang kelihatannya tidak jerih sedikitpun terhadap mereka.

Hm.

kembali Ho Tiong Jong menggeram.

Kenapa kau menggeram" Aku sebal mendengar kata katamu yang tengik, Kenapa aku harus membawa pembantu, kalau aku sendirian saja menghadapi kalian masih kekurangan lawan" Ha ha ha, kau terlalu memandang rendah padaku.

Sijumawa panas hatinya, Bagus bagus katanya Kaiau sebentar malam kau tak muncul ditempat yang barusan aku sebuikan, kami bertiga saudara akan mencari kau sampai dapat meskipun sampai diujung langit sekalipun.

Kami akan menghisap dan meminum darahmu yang masih hangat, untuk menghilangkan rasa haus, kau ngerti" Ho Tiong Jong geli dalam hatinya mendengar kata-kata sombong itu, setelah ia tertawa terbahak-bahak.

berkata, Kalian tak usah mencari aku, sebab aku sendiri yang akan mencari kalian, ini bukan sudah bagus untuk menghemat tempo kalian" Bertiga saudara itu sebenarnya sudah sangat marah dan ingin turun tangan saat itu pun kalau tak terhalang oleh urusannya yang penting, Lantaran mana, mereka hanya mengawasi dengan sorot mata mendelu ketika Ho Tiong Jong dengan agak sempoyongan lewat diantara mereka pergi keluar rumah makan.

la sudah ambil putusan nekad, Mati dan hidup sudah maunya takdir, ada ditangannya Yang Maha Esa, maka ia tidak harus takuti segala orang jahat itu.

Meskipun ia agak sinting, matanya awas dan dapat melihat berkelebatnya bayangan Bhe Kong, yang sudah lantas hendak menjauhkan diri ketika melihat Ho Tiong Jong.

Ha ha ha, Bhe toako kau mau kemana" kata Ho Tiong Jong sambil menyekal orang punya bahu, hingga Bhe Kong terpaksa hentikan tindakannya, ia kelihatan ketakutan dan mukanya meringis ringis kesakitan bahunya dicekal Ho Tiong Jong.

Bhe toako, kau ini sangat pengecut.

Lihat aku Ho Tiong Jong, dikemudian hari pasti akan tersohor namanya dikalangan kangouw, ha ha ha.

Mungkin demikian- jawab Bhe Kong, tapi lebih dahulu lepaskan cekelanmupada bahuku, sakit, nih .

Ho Tiong Jong segera melepaskan cekelannya, hingga Bhe Kong merasa lega hatinya.

Tiong Jong, namamu dikantor pengantar barang sangat dikagumi, tapi.

Tapi, kenapa" tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.

Tapi karena demikian tenagamu tidak ada orang yang mau pakai dalam kantor Piaukiok, sebabnya" Sebabnya kau terlalu polos dan mau campur saja urusan orang untuk membela keadilan-Lebih-lebih kau ada menanam bibit permusuhan dengan Sepasang orang ganas , tidak ada satu kantor piauwkiok yang mau pakai tenagamu, karena mereka takut pembalasan si Sepasang orang ganas, yang kejam telengas.

Aku tidak perduli.

Aku berbuat menurut kemauanku berdasarkan keadilan Sebenarnya, ilmu silatmu belum dapat menandingi sepasang orang ganas.

Hanya nyalimu saja yang besar membuat kau berlaku nekad, Andaikata kau dipakai oleh salah satu kantor Piuuw-kiok.

yang menjadi sasaran si sepasang orang ganas, bukan hanya pada dirimu saja, akan tetapi juga kantor pengantar barang tersangkut sekalian disikat habis, ini bukan merugikan" Maka nya bagaimana juga setelah kau menanam bibit permusuhan dengan dua orang jahat itu, kau tak dapat bekerja lagi di kantor Piauwkiok.

Ho Tiong Jong bengong sejenak, pikirnya apa yang dikatakan oleh Bhe Kong memang beralasan.

Tapi ia penasaran dan hatinya mendongkol katanya.

Hmm Memangnya penghidupanku tergantung pada kantor Piauw-kiok saja" Tanpa bekerja pada kantor demikian aku jadi kelaparan " Ha ha ha.

Bhe toako kau salah hitung.

Bicara terus terang, sejak hari ini aku tidak akan menghiraukan aku yang jadi urusan Piauwkiok.

Kau lihat saja sendiri, dikemudian hari aku Ho Tiong Jong akan mengangkat nama menjadi seorang lihay.

Nah, selama tinggal.

Ia segera meninggalkan Bhe Kong, siapa menjadi melongo dibuatnya.

Ho Tiong Jong jalan menuju kepintu utara.

Setelah berada diluar kota, mabuknya perlahan-lahan telah hilang kena disapu oleh angin musim rontok.

ia mencari salah satu pohon besar dan memanjat keatasnya, ia baringkan dirinya pada sebatang dahan setelah mengikat dirinya sendiri dengan ikat pinggang kepada dahan pohon dimana ia berbaring supaya jangan sampai jatuh.

Dalam sekejapan saja ia sudah tidur menggeros dengan nyenyaknya.

Entah berupa lama ia tertidur, sang rembulan yang terang telah memancarkan sinarnya, sehingga sang jagat menjadi terang benderang.

Ketika ia mendusin, tengah mengucek-ngucek matanya ia melihat kebawah ada seorang wanita dengan rambut riap-riap sedang berlutut sembahyang kepada sang dewi malam.

Wanita itu mengenakan baju putih mukanya ketika berdongak tampak pucat seperti mayat, Tersorot oleh terangnya sang dewi malam tampaknya lebih pucat lagi dan menyeramkan hati.

Sebentar lagi ia bangkit berdiri, mukanya mendongak keatas memandang rembulan, mulutnya berkemak-kemik seperti yang sedang berdoa.

Selainnya tiupan angin yang membuat cabang pohon dan daun daunnya berkresekan saling bentur, keadaan disitu sunyi senyap.

Tiba tiba terdengar sayup,sayup suaranya seperti orang menangis, pelahan-pelahan suara itu, semakin terdengar nyata dan menusuk kuping, hingga Ho Tiong Jong tanpa terasa menjadi bergidik.

Suara tangisan itu seperti telah keluar dari mulutnya si wanita yang berada dibawah pohon, Ho Tiong Jong dengan hati berdebaran mengikuti terus gerak-geriknya wanita aneh itu.

Sebentar lagi wanita itu menundukkan kepalanya, kemudian tekuk lututnya menghadap lurus kedepan, Dua tangannya dilonjorkan dan sepuluh jarinya dibuka lebar.

Perlahan-lahan dari ujung jari-jarinya wanita itu ada keluar sinar lemah berwarna hijau.

la tertawa, tapi tertawanya itu seperti mengandung perasaan yang kurang puas, dengan hasil latihannya belum sempurna, sinar hijau yang keluar dari sepuluh jarinya masih lemah, belum memuaskan hatinya.

Sinar itu adalah yang dinamai api setan, ia rupanya sedang meyakinkan ilmu nyeleweng, ilmu gaib yang dapat membikin celaka sesamanya.

Tengah ia sedang memainkan api senjatanya, tiba dari luar rimba ada meluncur sebuah batu besar kearahnya dibarengi dengan teriak-kan seseorang.

Wanita itu tidak jadi kaget diserang dengan batu yang tidak kurang dari lima puluh kati beratnya, ia menggunakan api senjatanya untuk menyambuti, begitu batu itu kebentur dengan api bikinannya, lantas saja sang batu nyeleweng dari tujuannya dan jatuh diatas lapangan rumput yang hijau.

Kemudian dengan cepat-cepat ia menyimpan kembali api senjatanya, dua tangannya diulur kekepalanya untuk membereskan rambutnya yang riap-riapan dan disanggul rapih sebentar lagi tampaklah wajahnya yang cantik luar biasa, sehingga Ho Tiong Jong yang berada diatas pohon menjadi melongo saking kagum.

Pada saat wanita itu sudah beres menyanggul rambutnya, tampak mendatangi kearahnya seorang pemuda sambil cengar cengir dan berkata.

Bagus bagus, memang ilmumu.

Telapakan tangan setan, sangat lihay, cuma sayang wanita yang termasyhur cantik bernama ie Ya dengan gelar Li-lo-sat sudah mengorbankan dirinya menjadi mayat hidup karena meyakinkan ilmu setan itu, ha ha ha.

Pemuda itu pengawakannya tegap.

bahunya lebar dan pinggangnya langsing.

Sayang alisnya besar dan kasar, sedang hidungnya melesak.

hingga tampak nyata mukanya yang buruk.

umurnya ditaksir kira-kira dua puluh lima tahun.

Ho Tiong Jong tertegun ia pikir, berani benar pemuda itu terhadap pendekar wanita yang menguasai daerah Huang-ho (sungai kuning) bernama le Ya yang bergelar Li losat (Wanita telengas), bahkan dengan seenaknya saja menyindir dengan kata-katanya, siapakah gerangan anak muda yang berwajah buruk itu.

Li-lo-sat ie Ya selama beberapa tahun ini namanya terkenal dikalangan kangouw sebagai Li-mo-tao atau Kepala Wanita Setan, ia bukan saja parasnya sangat cantik, tapi kepandaian silatnya sangat tinggi.

ia malang melintang dalam dunia kang ouw menuruti sesuka hatinya, kalau diwaktu marah ia dapat membunuh orang dengan mata tidak berkesiap.

ia marah dan gembira sesenang hatinya saja, Banyak pendekar dalam kalangan kang-ouw yang sungkan berurusan dengan wanita aneh ini.

Ho Tiong Jong sudah lama mendengar nama wanita telengas itu, tapi belum melihat bagaimana macam orangnya, Kini dengan mata kepala sendiri ia melihatnya, Ternyata Li-lo-sat Ie Ya ada sangat cantik dan menggiurkan siapa yang melihatnya.

Entah, bagaimana macamnya kalau ia sedang marah" Li-lo-sat Ie Ya ketika mengetahui siapa yang datang, dengan tersenyum berkata: Aku kita siapa, tidak tahunya Khoe-ya (tuan Khoe).

Apakah Khoe-ya sudah lama datang" Lo Pocu bagaimana, apakah tidak datang" Ya, ayah telah meninggalkan benteng jawab orang itu, dikalangan kangouw terus onar tidak habisnya, Bagatmana tentang kau ini, apa baik-baik saja" Apa kau tak pernah mendengar tentang ayahku ada dimana.

Tidak.

jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Pemuda wajah jelek itu mengawasi paras nya le Ya yang cantik menarik.

Aku juga datang kesini hanya sebentaran saja.

Ah, apa betul-betul katamu" menyela si pemuda sambil bertindak maju menghampiri si cantik.

Tangannya diulur hendak memegang tangan yang putih mulus, tapi le Ya cepat menarik tangannya, hingga tidak sampai terpegang.

Pemuda itu itu merangkak hendak menubruk dan memeluk sicantik, tapi le Ya dengan gesit sudah bisa menghindarkan dirinya.

Iihhh.

Siauw pocu suka main-main, katanya sambil bersenyuman genit.

le Ya, kau benar-benar sangat cantik, kenapa kau selalu menjauhkan diri dariku.

" oh, kau cantik benar le Ya.

matanya beringas, seolah-olah hendak menelan korbannya.

Siauw Pocu kau terlalu memuji aku, jawab le Ya dengan wajah ramai senyuman, tapi kau tak tahu kalau dalam Seng keepo ada nona Seng yang kecantikannya seratus kali melebihi aku.

Nah, sebentar kalau kau sudah melihatnya, kau lantas akan melupakan wajah ku yang buruk.

Hi hi hi le Ya tertawa genit, sambil menekan mulutnya.

Hmm mana ada wanita yang melebihi kecantikanmu, Aku tak percaya, eh, le Ya apa kau hendak terus-menerus berlaku kejam tidak memberi kesempatan padaku untuk memeluk pinggangmu yang ramping dan-.

Masih belum, Siauw Pocu.

le Ya menyelak.

Belum bagaimana" Belum sampai waktunya, hi hi hi.

Pemuda itu melengak.

semakin dipandang wajahnya Ie Ya yang genit menarik semakin mengobarkan napsunya untuk memeluk dan memberikan beberapa ciuman hangat kepada iblis wanita itu.

Keadaan pun disitu ada sangat sepi dan ada kesempatan baik untuk ia melakukan sesuatu menuruti napsu hatinya terhadadap si genit apa mau ia sedang menjalankan tugas yang memaksa ia harus pergi dari situ.

Memikir akan tugasnya, seketika itu napsunya telah tertekan dan lumer sendirinya, ia mengelah napas, Ya h, sudahlah aku harus pergi sekarang, Harap lain kali kita bisa bertemu muka lagi disini, Selamat tinggal, sampai ketemu lagi Ie Ya.

Kata-katanya belum habis, orangnya sudah melesat dan menghilang dari pemandangan.

Sungguh hebat kepandaiannya dia Ho Tiong Jong diam diam berkata dalam hatinya sendiri, sementara itu ia melihat Te Ya berdiri mengawasi perginya si orang she Khu sambil tolak pinggang.

Bibirnya yang halus mungkin memperlihatkan senyuman mengejek.

Hmm.

kedengaran ia berkata sendirian, Macammu yang seperti kodok buduk.

Jangan harap dapat menggerakkan hatinya Li-lo sat Ie Ya.

Tiba-tiba ia melihat dibawah seperti ada bayangan orang yang berada diatas pohon, ia cepat mendongakkan mukanya mengawasi keatas dan melihat benar saja ada manusia diatas pohon.

Ia perdengarkan tertawanya yang aneh, badannya berbareng melesat ke atas, hingga tidak jauh dari dahan di mana Ho Tiong Tong tadi merebahkan dirinya.

Saat itu sipemuda sedang repot membuka tali yang mengikat dirinya dengan dahan pohon tak tahu kalau Li-lo-sat le Ya sudah berada dibadapannya.

Matanya si iblis wanita berkilat-kilat menakutkan, ia marah benar, sebab adegan barusan antara ia dan Siauw Pocu (kepala benteng muda) tentu telah dilihat dengan nyata oleh orang-orang yang sekarang berada dihadapannya, ia sudah demikian beringas, napsu membunuhnya timbul seketika.

Tapi Tiba-tiba Ho Tiong Jong mendongakkan mukanya memandang kepadanya membikin semua amarahnya telah terbang entah kemana, ia berdiri kesima, karena melihat wajah yang cakap tampan dari si pemuda dihadapannya.

Apa mungkin ada orang begini cakap" ia menanya dalam hatinya sendiri.

Ho Tiong Jong sementara itu sudah menjadi ketakutan menghadapi wanita telengas itu, tapi dengan ramah tamah si iblis wanita datang mendekati dan menanya dengan lemah lembut.

Kau siapa berada di atas pohon" Apa dengan sengaja kau mengintai aku barusan" Ho Tiong Jong melihat le Ya tidak bersikap bengis, sebagaimana yang ia duga semula hatinya menjadi tenangan Aku Ho Tiong Jong, jawabnya.

Li-lo-sat ie Ya berpikir sejenak.

Oh, kau yang telah bertanding dengan Sepasang orang ganas " Meskipun dalam pandanganku dua setan itu tidak ada artinya, tapi kau berani menempur mereka sesungguhnya harus dipuji juga nyalimu yang besar, sebab mereka dalam kalangan kangouw terkenal kejam dan ganas serta banyak yang rubuh ditangannya, hingga mereka menjadi sangat sombong.

Ya, aku Ho Tiong Jong yang menempur mereka, ini bukannya aku sengaja, rapi karena terdorong oleh perasaan ingin menolong orang yang diperbuat sewenangwenang oleh mereka maka aku terpaksa turun tangan.

Nah baik, sekarang kau jawab pertanyaanku.

Kenapa kau berada diatas pohon ini" Kau tentu menyaksikan dan mendengarkan pembicaraan kami dengan Siauw Pocu, bukan" Lekas jawab nada suaranya agak dingin dan sikapnya juga berubah bengis.

Ho Tiong Jong tidak menjawab lantas hanya terus membuka tali yang mengikat dirinya, setelah bebas, ia menatap wajahnya ie Ya.

Roman bengis dan nada suara dingin barusan entah bagaimana telah menjadi hilang tanpa bekas diawasi si anak muda.

Betul-betul dia cakap demikian suara hatinya berkata sambil tundukan kepala.

Sesaat kemudian ia dongak lagi dan balas mengawasi si pemuda yang masih terus memandang padanya.

orang she Ho, lekas dijawab pertanyaanku.

katanya dengan suara lemah.

Ho Tiong Jong tertawa manis, Aku berada disini tidur lantaran mabuk.

jawabnya.

Apa perbuatanmu dengan si orang she Khoe itu secara kebetulan aku telah mendengar dan melihatnya.

tapi betul-betul bukan sengaja aku mengintai.

ie Ya merah selebar mukanya, ia merasa jengah sendirinya.

Kau.

hanya ini yang meluncur dari mulutnya.

Sementara itu Ho Tiong Jong sudah lompat turun dari atas pohon, tapi sebelum ia berdiri tegak Li-losat ie Ya sudah berdiri dihadapannya dengan pedang terhunus ditangannya, wajahnya yang pucat tampak dingin sekali.

Napsu membunuhnya timbul lagi, tapi lenyap lagi ketika matanya yang berkilatkilat bentrok dengan matanya si pemuda yang jernih diantara mukanya yang cakap tampan.

celaka ia kata dalam hatinya sendiri.

Mana aku tega membunuh dia yang secakap ini" oh, kemana perginya ketelengasanku.

ia jadi gelisah tak dapat mengambil putusan, Akhirnya ia berkata pada Ho Tiong Jong, orang she Ho, kau sudah mendengar dan menyaksikan percakapanku dengan siauw Pocu, aku harap kau suka pegang rahasia, tidak menceritakan kepada orang lain, Apa kau suka berjanji " Aku suka berjanji.

jawab Ho Tiong Jong sungguh-sungguh.

Bagus, seorang laki-laki akan memegang janjinya dengan betul.

le Ya kata, sambil memasukkan pula pedang nyakedalam sarungnya.

Mendadak Ho Tiong Jong ingat sesuatu.

Hei, apa kau tahu tentang ilmu silatnya orang yang bernama Khoe Tok dengan julukan si Siluman dan anak muridnya" ia menanya.

Li-losat le Ya agak kaget mendengar ditanya demikian.

Hatinya yang telah terpincuk oleh kecakapannya Ho Tiong Jong membuat ia ingin lama-lamaan pasang omong dengan pemuda itu.

Maka ia sambil mengawasi wajah yang tidak membosankan dari sipemuda, ia berdiam lama juga sebelum memberikan jawabannya, Ho Tiong Jong tidak sabaran.

Tapi sebelum ia menegur lagi le Ya sudah menjawab katanya.

Yang kau maksudkan bukankah ong Boe Kie si Tangan Telengas dan dua saudara oet ti yang terkenal namanya" Aku memang tahu ilmu silatnya mereka berapa tinggi mereka amat sombong.

tidak memandang mata kepada orang lain seolah-olah dirinya punya kepandaian sudah tidak ada yang menandinginya, Memang mereka punya kepandaian ada lebih tinggi sedikit dari Sepasang orang ganas ^, cuma saja diantara mereka semua ada bangsa berengsek, tidak ada satu yang boleh dipilih Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya Pikirnya, tiga musuhnya itu lihay lihay kepandaiannya, maka ia harus waspada menghadapinya.

Saat itu ia sudah hendak meneruskan perjalanannya, maka ia ambil selamat berpisah dari Li lo-sat ie Ya.

Nona ie, biarlah sampai disini saja kita berpisahan.

Hei, kau ada urusan apa yang penting yang dapat aku membantunya.

Oh, tidak ada apa-apa, selamat tinggaL Ho Tiong Jong sudah lantas angkat kaki dari hadapan Li lo-sat ie Ya, hingga si iblis wanita menjadi melongo karenanya.

Ho Tiong Jong percepat tindakannya.

dalam sekejapan sudah menghilang dari pemandangan le Ya.

waktu itu sudah jam tiga malam, bulan sedang terangnya, maka Ho Tlong Jong tidak begitu takut masuk keluar rimba.

Tapi apa mau ketika ia melewati satu tempat yang sangat sunyi, ia jadi jerih juga.

Sebab disitu selainnya terdengar berkreseknya cabang-cabang pohon yang beradu satu dengan lain, adalah suaranya burung hantu terdengar menyeramkan.

Ia menabahkan hatinya dan berjalan terus, pengharapannya kalau-kalau ia dapat menjumpai salah satu orang, rasa takutnya pasti akan hilang.

Apa celaka, justru ia jalan melewati tempat yang banyak kuburan malang melintang, hingga hatinya semakin dak dik duk saja.

ia berhenti beristirahat di bawahnya sebuah pohon yang rindang, Matanya celingukan melihat ke kanan kiri, tiba-tiba ia seperti melihat ada seorang berbaju putih berdiri di bawahnya sinar rembulan yang terang.

Mukanya tak dapat dilihat tegas, Ketika ia meneliti orang berbaju putih itu hanya seorang diri saja, Tapi sebentar setelah ia alihkan pandangannya ke lain jurusan sejenak dan melihat lagi kepada orang berbaju putih tadi ternyata ia sudah menghilang entah pergi kemana.

O TIONG JONG melihat kejadian itu jadi tertegun Perlahan-lahan ia meraba goloknya, kemudian dihunus keluar, Pikirnya, setelah memegang golok ia tak usah kuatir apa-apa.

Apakah mungkin pikirannya keingatan saja kepada Li-lo-sat yang membikin kaget padanya ketika dengan tiba-tiba ia sudah berada diatas pohon" Tengah memikirkan si baju putih tadi, mendadak bayangan putih tadi muncul lagi.

Kini hanya berjarak dengannya dua tumbak saja, Hatinya mendongkol lalujalan menghampiri pada si baju putih, apa mau bayangan itu kembali telah menghilang.

Hei, apakah dia setan" Diam-diam ia menanya dalam hatinya sendiri.

Ia lalu memalingkan kepalanya ke lainjurusan, kembali ia nampak seorang berbaju putih sedang berdiri sebelumnya ia menegasi kembali orang itu telah menghilang.

Di lihat keadaan disitu banyak kuburan, kemungkinan besar si baju putih tadi ada setan penasaran yang gentayangan diwaktu malam, ia tabahkan hatinya seberapa bisa.

Hmm ia menggeram Jangan main-main terhada tuan besarmu, kalau kau benar manusia lekas unjukkan cecongormu, aku nanti kasih rasa golokku yang tajam ini.

Apa dengan menakut-nakati orang itu kiranya aku si orang she Ho akan jadi gentar" Ha ha bisalah hitung sana.

Kata-katanya tersendat seketika, karena merasa bahunya tiba-tiba dipegang orang dari belakang, ia bergidik dan bulu romanya berdiri, sebab dikiranya yang memegang bahunya itu setan yang marah karena ia barusan menantang dengan sengitnya.

cepat ia memalingkan kepalanya, kiranya yang memegang bahunya tadi adalah Si tangan Telengas Song Boe Ki, muridnya si siluman Khoe Tok.

Dari kaget Ho Tiong Jong berubah menjadi gusar, sebelum ia membuka mulut telah didahului oleh Song Boe Ki.

Nyalimu memang besar, tidak punya rasa takut, sayang kepandaian silatmu sangat rendah.

coba barusan aku pegang bahumu dan mengerahkan tenaga dalamku, pasti tulang-tulangmu akan menjadi remuk karenanya, Ha ha ha Ho Tiong Jong panas hatinya.

Apa kau kira aku takut dengan kepandaianmu yang tinggi" Hmm Kau salah sahabat, Siapa yang lebih unggul kepandaiannya barulah dapat ditetapkan jikalau diantara kita sudah mengadu ilmu silat, Dan-.

Ho Tiong Jong berhenti bicaranya, karena dari jauh ada meluncur dua buah benda melayang kearahnya, ia mengira akan senjata rahasia musuh, maka ia cepat-cepat mengerahkan tenaganya untuk menyambuti, sebab-benda yang diluncurkan itu ada besar seperti bungkusan.

Setelah dua benda itu berada ditangannya kiranya itu hanya dua jubah putih.

Selagi ia bengong mengawasi dua jubah putih itu, tiba-tiba dari kedua sampingnya muncul dua orang yang bukan lain daripada oet ti bersaudara.

Sambil tertawa terbahak-bahak dua saudara oet ti mengejek pada Ho Tiong Jong, siapa dikatakan nyalinya kecil, karena melihat bayangan putih saja sudah ketakutan setengah mati.

Kini Ho Tiong Jong mengerti, bahwa dua bayangan putih yang muncul saling susul dan menghilang kembali kiranya ada oet ti bersaudara yang main sandiwara, Tidak heran kelau ia sangat marahnya, apalagi dikatakan, pengecut dan bernyali kecil oleh mereka.

Dengan keras ia berkata.

Kalian kita aku takut mari" Meskipun betul kalian sudah mampus menjadi roh gentayangan mengganggu aku, juga aku tidak takuti kalian.

Apalagi kalian masih segar bugar begini, siapa yang takuti kalian" Hmm Aduh sombongnya Oet-ti Koen mengejek Baru dapat menempur Sepasang orang ganas saja sudah kepala gede, Apa sih kepandaianmu" Ho Tiong Jong tertawa tergelak-gelak.

Kelakuannya yang demikian tenang mau tidak mau telah membikin tiga muridnya si siluman Khoe Tok menjadi kagum juga.

Apakah mungkin tidak takuti mereka bertiga" Demikian ada pertanyaan dalam hatinya masingmasing.

Terdengar Ho Tiong Jong berkata.

Mungkin orang memuji tinggi ilmu kepandaian kalian bertiga, hingga mendengar namanya saja sudah lari ketakutan.

Tapi, hmmm.

Aku si orang she Ho tidak gentar barang sedikit terhadap kalian, Nah, marilah sekarang kalian boleh maju, Satu demi satu sekaligus maju tiga-tiganya, aku bersedia untuk melayaninya, Sebentar, kalau kita sudah bertanding sepuluh jurus baru ketahuan siapa yang lebih unggul dan boleh bicara lagi tentang siapa yang ilmu silatnya rendah Suatu tantangan yang hebat sekali.

Mereka seolah-olah tidak dipandang mata oleh Ho Tiong Jong, tidak heran kalau oet-ti Koen yang berangasan menjadi berjingrak karenanya.

Dengan amarah meluap-luap oet-ti-K.oen menjawab, Kalau kami bertiga dalam sepuluh gebrakan dikalahkan olehmu, kami akan membunuh diri saja Bagus, bagus.

kata Ho Tiong Jong sambil tertawa.

Seorang laki-laki kalau sudah mengeluarkan perkataannya seperti juga ludah tidak boleh diji.

Samte, pelahan dahulu si Tangan Telengas Song Boe Ki menyelak ditujukan kepada oet-ti Koen Menghadapi macam tikus begini, untuk apa kita salah satu yang maju kalau kemudian kenyataan satu persatu kita dikalahkan olehnya, kita boleh melepaskan ia pulang saja.

oet-ti Kang menimbrung.

Memang sebenarnya begitu, tapi biarpun demikian rasanya aku merasa jijik untuk turun tangan kepada tikus begini, sebab hanya mengotor-ngotori tangan saja, Dia tidak punya kepandaian yang berarti untuk kita ambil sebagai pelajaranHo Tiong Jong mendelik matanya, Jangan banyak rewel hayo maju Lihat aku membuka serangan lebih dahulu Seiring dengan kata-katanya, Ho Tiong Jong sudah mainkan golok bajanya.

Ilmu golok keramat delapan belas jurus ia mulai kasih unjuk golok bekelebatan demikian cepatnya, seolah-olah yang mengurung kepada mereka bertiga.

oet-ti Kang yang menyambuti Ho Tiong Jong bertarung untuk melayani ilmu golok keramat Ho Tiong Jong, si orang she oet-ti telah mainkan ilmu pedang Tujuh bintang.

Untuk menambah hebatnya serangannya, oet-ti Kang telah menyalurkan tenaga dalamnya ke pedang, Tidak heran, ketika pedang dan golok beradu membuat Ho Tiong Jong terhuyung-huyung mundur, karena merasakan gempuran yang dahsyat sekali dari oet-ti Kang Melihat itu, Song Boe Ki berteriak Jite, ia begitu, Jangan kasih kesempatan lolos kepadanya sebab kalau ia bisa lolos berarti nama kita buruk dikalangan kang-ouw.

Ya, begitu terus cecer saja bikin dia tidak berdaya.

Mendengar anjurannya sang suheng, oet-ti Kang lantas merubah serangan dengan ilmu pedang Tiga belas gerakan pedang terbang keawan-.

Pedangnya berkilat-kilat menyambar dari segala jurusan.

Song Boe Ki sementara itu juga sudah turun tangan, ia menggempur dua kali pada Ho Tiong Jong, ia lantas dapat tahu bahwa ilmu tenaga dalamnya Ho Tiong Jong tidak seberapa, ia hanya bernyali besar saja menantang mereka bertiga turun tangan semua.

Maka mengingat ini, ia terus lompat mundur, kasihkan jitenya menempur sendiri.

Song Boe Ki tidak tahu, Ho Tiong Jong punya ilmu golok ada sangat mempesonakanGolok bajanya berkelebatan menangkis serangan dan balas menyerang lawan.

cepat sekali pertarungan sudah berjalan tujuh jurus, oet-ti Kang diam-diam mengeluh karena ia masih belum dapat menjatuhkan Ho Tiong Jong, sebentar kalau sudah sepuluh jurus dilewati apa tidak menjadi runyam urusan" Maka dia telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dipakai menyerang pada Ho Tiong Jong.

Tekanan tenaga yang hebat itu, membuat Ho Tiong Jong merasa kewalahan, ilmu golok keramatnya dimainkan mulai pelahan, tidak segencar tadi sebelumnya oet-ti Kang menindih dengan kekuatan tenaga dalamnya yang ampuh.

Ho Tiong Jong masih terus bandel, ia tidak mundur terus ia bikin perlawanan dengan jurus jurus berikutnya, Pikirnya, kalau ia sudah menjalankan dua belas jurus yang ia miliki ilmu golok keramat itu, masih juga tidak dapat merubuhkan musuhnya ia akan angkat kaki begitu mendapat kesempatan.

Jurus kesebelas tampak sudah dimainkas habis, belum juga ada perubahan yang menguntungkan kepadanya, maka dalam jurus kedua belas, ia mendesak oet-ti Kang, goloknya satu kali dikelebatkan demikian rupa hingga oet-ti Kang harus lompat mundur untuk mengasih lewat bahaya, justru ini ada lowongan untuk Ho Tiong Jong melarikan diri ia tidak mensia-siakan ketika.

Badannya melesat keluar dari kalangan berkelahi dan mabur, hingga tiga musuhnya yang melihat kejadian itu telah dibikin melongo, Tiba-tiba Song Boe Ki tertawa tergelakgelak.

Aku bilang juga apa.

katanya dengan bangga, orang bersemangat tikus begitu mana kuat lama bertanding, Biarlah kasih kesempatan dia lari duluan sampai sepuluh tumbak baru kita mengejarnya, siapa diantara kita yang dapat menangkapnya terlebih dahulu sipengecut itu.

Ha ha ha.

Sementara itu Ho Tiong Jong terus lari.

Setelah melewati beberapa pohon besar, pikirnya lebih baik ia menyembunyikan dirinya dibelakang salah satu pohon, Selagi ia celingukan memilih pohon yang dapat digunakan tempat sembunyinya, tiba-tiba mendengar siulan saling susah itulah ada siulan Song Boe Ki dengan dua saudara oet-ti.

Ho Tiong Jong kebingungan juga, ia tidak jadi sembunyi dipohon yang ia hampiri dan teruskan larinya kelain pohon, dimana ia melihat samar-samar seperti ada yang menghadang, ia kira ada ikat pinggang merah yang segera melihat pada goloknya yang saat itu ia hendak ayunkan menyabet pada ikat pinggang itu yang dikiranya ada manusia.

Bukan main Ho Tiong Jong kaget, Kiranya itu ada ikat pinggangnya Li-losat le Ya yang segera terdengar suaranya diatas pohon berkata.

Hei, hayo kau lekas lekas naik pohon, aku yang nanti menyesatkan mereka Berbareng dengan naiknya Ho Tiong Jong, Ie Ya juga sudah lompat turun dan menyelinap dibalik sebuah pohon, Tidak lama, Song Boe Ki dengan dua saudaranya telah datang, Ie Ya melontarkan dua cabang pohon kepadanya, hingga Song Boe Kijadi kaget, dengan angin telapak tangannya ia menangkis dua cabang pohon itu hingga jatuh ketanah, kemudian ia teriaki dua saudaranya untuk menguber lebih lanjut.

Ie Ya sudah lari jauh, disusul terus oleh mereka sebab mengiranya ia ada Ho Tiong Jong.

suaranya siulan nyaring saling susul perlahan-lahan telah hilang sendirinya, menyatakan bahwa mereka sudah berada jauh dari Ho Tiong Jong.

Dengan perlahanlahan pemuda itu turun dari atas pohon.

Ia menghela napas, memikirkan kepandaiannya masih belum cukup sempurna untuk digunakan bertanding dengan lawan yang kuat ia menyesal kalau mengingat akan adanya yang tinggi hingga pada enam tahun yang lampau ia mensia-siakan kesempatan, tidak balik lagi kerumahnya Hong Jie dan menerima pelajaran enam jurus lagi ilmu goloknya dari Yayanya si nona.

coba kalau ia sudah mainkan lengkap delapan belas jurus ilmu golok keramat, tentu ia sudah menjadi seorang jago yang memiliki ilmu golok tanpa tanding (Bu-tek Sin-to).

Semua sudah berlalu, menyesal juga percuma saja.

Setelah berpikir sejenak.

ia mengambil putusan.

Ia pikir, Ie Ya telah membawa tiga muridnya Khu Tok lari kelurusan barat, maka sebaiknya ia mengambil jurusan ketimur supayah tidak berjumpa pula dengan mereka.

Tapi kemana ia harus pergi" Malam itu telah berubah gelap keadaan sunyi mulai terasa lagi olehnya.

Sambil berjalan pelahan ia segera ia memikirkan nasibnya dikemudian hari, dan sekarang kemana ia harus pergi" Tanpa merasa ia berjalan sudah melewati puluhan li, hari pun tampak sudah mulai terang, Tidak jauh dari ia berjalan tampak ada sebuah kelenteng (kuil), ia cepatkan tindakannya menuju kesana untuk mengasoh beberapa saat lamanya.

PADA pagi hari udara tampak terang terdengar diluar kelenteng ada lewat beberapa orang yang menunggang kuda menuju ke satu jurusan.

Ho Tiong Jong ketarik hatinya, diam-diam ia telah mengikuti jejak mereka.

Kira-kira berjalan setengah lie dari kelenteng.

Ho Tiong Jong nampak sebuah benteng yang kokoh kuat, diatasnya terpentang dua bendera tiga segi.

Satu dengan latar putih tulisan merah ada tersulam kuda terbang.

Satunya lagi latar merah tulisan putih ada berbunyi.

Mengadu kepandaian mengumpulkan Sahabat, Ho Tiong Jong menghampiri dan memeriksa keadaan benteng yang besar dan tinggi itu.

Didepan benteng ada lapangan yang hias, pintu benteng terdapat disebelah depan dan belakang.

Bagian belakangnya tampak bangunannya ada lebih tinggi dan kekar.

Dilihat bangunan itu ada demikian besarnya, maka didalamnya tentu ada luas dan banyak rumah rumah seperti suatu perkampungan saja.

Pikirnya Ho Tiong Jong.

Dengan dipancangnya bendera yang bertulisan mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat , tentu pocu (kepala benteng) dari benteng besar itu hendak memilih mantu.

Dipasangnya tulisan itu maksud yang sebenarnya tentu hendak memilih pemudapemuda, yang kiranya cocok bakal menjadi mantunya.

Perutnya dirasakan lapar.

Pikirnya ia tidak ada urusan apa-apa dan untuk terpilih menjadi mantunya pocu juga tidak mungkin, se-baiknya ia masuk kedalam untuk melihat-lihat keadaan disitu.

Untuk memuaskan pemandangan, sekalian menonton orang yang akan mengadu kepandaian.

Saat itu tiba-tiba ia melihat ada dua orang muda berkuda berhenti didepan pintu masuk disambut oleh penjaganya dengan berseri hormat.

Setelah menyerahkan kudanya kepada pelayan disitu, mereka merapihkan pakaiannya dan langsung masuk kedalam.

Ho Tiong Jong menghela napas.

Begitulah kalau orang ternama, kedatangannya disambut dengan muka berseriseri dan dilayani demikian hormatnya.

demikian ia berkata sendirian.

Sebelumnya ia bertindak untuk turut juga masuk, tiba-tiba ia melihat ada dua ekor kuda lagi mendatangi dinaiki oleh satu pemuda dan satu wanita cantik.

Ketika mereka pada turun dari kudanya didepan pintu benteng sejenak mengawasi keatas pintu yang tertulis Seng-keepo , ,Pemuda itu berpinggang langsing, mukanya merah dan gagah, sayang agak bengkok badannya.

Umurnya kira-kira tiga puluh tahun.

Yang perempuan parasnya cantik sekali perawakannya tidak ada celanya, umurnya ditaksir duapuluh tahun.

Dengan paras bersenyum-senyum ia mengikuti yang lelaki jalan menghampiri pintu benteng, dimana mereka disambut oleh orang yang jaga disitu dengan kelakuan hormat.

Kepada si penjaga anak muda bengkok itu perkenalkan namanya.

Aku adalah murid dari oey-san-pay bernama Him Toa Ki dan ini ada sumoyku bernama Tiong Ie.

Secara kebetulan lewat di kota Lok-yang ini mendengar bahwa disini ada berkumpul banyak orang gagah maka kami datang untuk bantu meramalkan sebagai penonton-oleh sebab kesusu, maka semua antaran tidak keburu disediakan-.

Mengetahui slapa yang datang penjaga benteng dengan kelakuan lebih hormat lagi telah menyilahkan tetamunya ia masuk ke-dalam setelah dua ekor kudanya diserahkan kepada pelayan yang sudah ditugaskan untuk itu.

Kembali Ho Tiong Jong menghela napas.

 Pikirnya, kalau ia sebentar mau masuk.

apakah penjaga benteng akan menyambut padanya demikian hormatnya pula" Tentu tidak sebab ia ada berpakaian kumel dan tidak ternama.

Habis, bagaimana" Apakah ia bisa masuk ke dalam benteng" Tengah ia berjalan mundar mandir sambil menggendong tangan, telah dihampiri oleh seorang yang berbadan tegap.

yang sudah lama mengawasi kepadanya.

Hei.

sahabat, kau disini jalan mundar-mandir ada urusan apa" tegur orang itu.

Ho Tiong Jong menatap wajah penegurnya sejenak.

oh, aku bernama Ho Tiong Jong.

sebagai seorong kang-ouw dimana juga aku merdeka untukjalan-jalan, untuk apa kau menegurku" orang itu tampak berubah parasnya.

Ho Tiong Jong ada satu nama yang barusan saja terkenal karena mengalahkan Sepasang orang ganas.

Sikapnya orang itu tiba-tiba berubah lunak.

oh, kau yang bernama Ho Tiong Jong, Perkenalkan, namaku Tham-Khek dan orang telah memberi julukan pa daku si Ular Kumbang.

Ho Tiong Jong tertawa melihat sikap orang itu hormat padanya.

Ia memang sedang mencari sahabat, maka kebetulan sekali ia dapat berkenalan dengan orang she Tham ini.

la sendiri tidak pernah dengar nama si Ular Kumbang, tapi sengaja ia mengumpak.

oh, nama saudara dengan julukan si Ular Kumbang telah lama aku kagumi, apa Saudara juga ada penghuni dari benteng besar ini " Si Ular Kumbang girang mendengar namanya di kagumi.

Sebaiknya saudara Ho turut masak ke-dalam benteng, untuk menyaksikan keramaian, belajar kenal dengan banyak orang gagah yang sudah pada berkumpul, jawab si Ular Kumbang yang tidak menjawab langsung pertanyaannya si anak muda.

Ya, memang ada maksudku demikian.

Cuma dikuatirkan yang menjaga pintu tidak memperkenankan aku masuk.

jawab Ho-Tiong Jong.

Ah, mustahil.

Mari aku antar saudara masuk.

Si Ular Kumbang lantas jalanjalan menghampiri penjaga pintu benteng diikuti oleh Ho Tiong Jong Si Ular Kumbang bicara beberapa patah perkataan dengan penjaga pintu, ia ini lalu memanggil pelayan dan menyilahkan Ho Tiong Jong masuk.

Pelayan antar Ho Tiong Jong ke sebuah rumah berloteng yang bertulisan 'Tempat berkumpul tetamu'.

Dikanan kirinya rumah berloteng itu ada dibangun rumah-rumah yang bagus bagus.

Mengikuti si pelayan Ho Tiong Jong masuk kedalam sebuah kamar yang diperlengkapi komplit dan menarik hati.

Disinilah ada tempat tidur Ho Siang kong" kata si pelayan, ketika hendak meninggalkan Ho Tiong Jong.

Harap Ho Siangkong perhatikan tanda jam makan tetamu, yalah bunyi kentongan tiga kali.

Tidak akan dipanggil sendiri-sendiri.

Terima kasih.

kata Ho Tiong Jong sambil anggukkan kepalanya bersenyum^ Ho Tiong Jong setelah berada sendirian dalam kamar, pikirannya terkenang pada masa lima tahun yang telah berselang, makan dirumahnya si orang tua engkongnya Hong Jie ia juga mendapat kamar seperti itu, yalah kamar ia untuk bersemedhi.

Tingkah lakunya dan romannya yang mungil menarik dari si dara cilik Hong Jie, yang sekarang entah bagaimana kecantikannya sebab sudah dewasa, saat itu telah terbayang d ihadapan matanya Ho Tiong Jong.

Ia diam-diam menghela napas.

Dalam kamar itu ia tidak tiduran, tiduran terus bersemedhi sampai kemudian terdengar ada tiga kali suara kentongan.

Perutnya sudah lama minta diisi, maka tidak heran kalau ia sudah tergesa-gesa meninggalkan kamarnya untuk pergi ke ruangan makan-Beberapa orang yang melihat dandanannya diam-diam pada bersenyum.

la merasa asing setelah berada dalam ruangan makan, karena tidak ada seorangpun yang ia kenali.

Untung ada orang yang memanggil padanya untuk diajak sama sama duduk makan, ia tanpa sungkan sungkan lagi sudah menghampiri dan ambil tempat duduknya.

Satu meja untuk empat orang makan.

Tiga kawannya semeja Ho Tiong Jong memperkenalkan namanya Kiauw Jang, Hoi Jang dan Soe coe Liang, tiga orang yang Ho Tiong Jong ingat pernah dengar namanya ada dari kalangan penjahat yang ulung.

Dalam tempo sebentar saja mereka sudah bikin Ho Tiong Jong tidak merasa asing lagi akan dirinya dan saban-saban menyalahkan ia mengambil makanannya tanpa malu malu.

 Diam diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.

Apakah mereka kenal dengan Sepasang orang ganas " Tapi kemudian ia tidak pikirkan lagi tiga-orang itu dari kalangan jahat atau baik, sebab buktinya menyenangkan padanya dalam makan minum itu.

Mereka bersenda gurau dengan jenaka sekali seperti juga terhadap kawan lama.

Ho Tiong Jong merasa puas dapat kawan semeja dengan mereka ini.

Setelah selesai makan, Ho Tiong Jong balik lagi kekamarnya untuk tiduran menghilangkan mabuknya karena banyak menenggak arak.

Tapi saat itu sedang panasnya, mana ia betah tinggal didalam kamar" ia tidak bisa tidur, lalu pergi keluar untuk mencari hawa adem.

Baru saja ia berjalan dipintu luar, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang wanita yang sangat cantik.

Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran ketika matanya berbentrokan dengan mata si nona yang jeli halus, mulutnya yang mungil menyungging senyuman memikat hati.

Pikirnya, ia tentu ada nona dari Seng-keepo.

Tidak baik ia berpandangan dengan seorang gadis yang belum dikenalnya, maka ia lalu tundukkan kepalanya.

Sejenak.

ketika ia mengangkat kepalanya lagi si cantik sudah menghilang entah kemana.

Ia terus berjalan keluar, dimana ia berjumpa dengan nona cing ie yang cantik didampingi oleh suhengnya Him Toa Ki yang terkenal dengan julukannya cek-bin Thianong (Raja Langit Muka Merah) yang sedang mengobrol dengan Song Boe Ki dan dua saudara oet ti.

Sebenarnya Ho Tiong Jong mau pura-pura tidak melihat mereka, tapi Song Boe Ki tiba-tiba menegur oh, sahabat Ho juga ada disini" Betul seperti kata peribahasa, sebegitu lama manusia bernapas satu waktu dapat berjumpah lagi.

Bagaimana dengan sahabat Ho setelah kita berpisahanBerkata demikian manis untuk yang tidak tahu duduknya urusan, tapi pahit untuk Ho Tiong Jong yang menjadi pecundang dari tiga murid Siluman KhuTok.

Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, ta tebalkan muka untuk tertawa.

Ya.

saudara Song.

Tiba-tiba Him Toa Ki berkata pada Song Boe Kie, dia siapa gurunya " Apa kau suka jadi perantara untuk aku belajar kenal dengan-.

oh, dia ada seorang yang tidak laku di semua kantor Piauwkiok.

Banyak kali ia melamar pekerjaan jadi Piauwsu selalu ditolak.

sebelum Song Boe Ki bicara habis.

Ho Tiong Jong menyelak.

Aku yang rendah bernama Ho Tiong Jong seorang tidak berguna sudah lama aku mengagumi nama Him Tay hiap dan sumoy nona.

Sudah, sudah, jangan mengumpak-ngumpak orang.

memotong Him Toa Kie.

Menurut saudara song di dekat sebuah gunung Hui cui yang banyak binatangnya itu.

bagaimana kalau kita sama-sama pergi ke sana untuk berburu " Belum Ho Tiong Jong menjawab, cong Ie menyeletuk.

Hei, bukankah kau bernama Ho Tiong Jong yang menga.

Husst memotong suhengnya, sambil mengedipkan matanya pada sang sumoy hingga nona cong tak jadi meneruskan kata-katanya.

Ho Tiong Jong hanya bersenyum Mari, mari kita pergi, bagaimana, apa saudara Ho suka turut" Him Toa Ki berkata lagi pada Ho Tiong Jong Aku mau turut, cuma cuma aku tidak punyaku.

Belum lampias kata-katanya ia dibikin heran dengan munculnya seorang pelayan menuntun seekor kuda bagus, komplit dengan golok baja kegemarannya.

Ho Siang kong kata si pelayan, karen tentu kau ingin pesiar dengan naik kuda, maka majikanku sengaja telah mengirim kuda ini untukmu" Ho Tiong Jong kemekmek.

belum ia membuka mulutnya atau pelayan tadi sudah menghilang dari pandangannya.

Bagus, bagus.

kata Him Toa Ki sambil ketawa terbahak-bahak.

Barusan saudara Ho mau bilang tidak punya kuda eh, mendadak muncul kuda sebagus ini.

Demikian mereka telah pergi berburu dengan masing-masing naik kuda.

sepanjang jalan Ho Tiong Jong masih memikirkan halnya kuda yang diberikan untuk ia pakai.

Kudanya mungkin tidak mengherankan, sebab mungkin tuan ramah ada menaruh perhatian akan kepercayaannya sang tetamu, akan tetapi itu golok juga bukannya golok sembarangan.

Betul-betul ia tidak habis mengerti.

Beranjau naik kuda turun dan naik gunung sampai sepuluh li jauhnya.

Sepanjang jalan Ho Tiong Jong selalu digocek dan mau dibikin celaka oleh musuhnya, akan tetapi selalu ia dapat menghindarkan dirinya.

Siluman Khoe Tok dengan oei-san-pay memang ada menaruh ganjalan, maka tiga muridnya juga anggap dua orang suheng dan sumoy yang berada diantara mereka itu ada musuh-musuhnya.

Kiranya ganjalan bukan saja dibuktikan dengan kekuatan tenaga orang atau senjata, akan tetapi jaga dengan cara berkuda orang mau mengunjukkan keunggulannya.

Jadi mereka telah berlompat-lompat naik dan turun gunung, untuk membuktikan siapa diantar mereka yang mahir mengendalikan binatang kaki empat itu.

Nona cong ie mengenakan baju hijau dan kudanya berbulu kuning bagus.

Ia mahir sekali menunggang kuda, ketambahan kudanya bagus maka ia kelihatannya yang paling hebat berlomba, dibelakangnya ada Ho Tiong Jong yang terus mengintil.

Bukannya tidak tahu disepanjang jalan tiga musuhnya selalu main mata untuk menyelakakan dirinya, akan tetapi ia tidak berdaya akan menimpanya dengan kekuatan maka sebisa-bisa ia mencari akal untuk menghindari dirinya dari bahaya.

cong ie yang melihat Ho Tiong Jong terus mengintil dibelakang tidak dapat merendenginya ia berkuda, maka ia berhentikan kudanya menunggu.

Setelah Ho Tiong Jong sampai meneruskan berkudanya berendeng.

Engko Ho, tiba-tiba cong ie berkata, aku lihat kudamu baik dan larinya tentu hebat, tapi kenapa kau ketinggalan saja" Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya bersenyum.

cong ie ada putrinya Tlong coe Goan, ketua oei-san-pay.

Sedang Him Ton Ki apa murid kesayangannya cong coe Goan, belakang hari yang menggantikan cong coe Goan tentu Him Toa Ki sebagai ciang bun jin (ketua partai).

Sebagai putri tunggal, cong ie sangat dimanja oleh orang tuanya.Tidak heran kalau ia kolokan dan adatnya sangat congkak.

Melihat Ho Tiong Jong diam saja atas penanyaanya tadi, maka dengan sengaja ia sabet kudanya dan dikaburkan.

Ia tidak kira Ho Tiong Jong masih bisa mengintil terus dibelakangnya dalam jarak yang tertentu.

Ketika hendak menaiki gunung.

cong ie berteriak.

Engko Ho.hayo kita berlomba naik gunung, siapa yang sampai terlebih dahulu kesana Ho Tiong Jong tidak menjawab, hanya bedal kudanya menyusul si nona yang sudah larikan kudanya terlebih dahulu.

Banyak selat-selat gunung yang berbahaya telah di lalui oleh mereka, hampir-hampir diantara-nya masuk jurang.

cong ie ternyata tenaga dalamnya cukup mahir ia gunakan itu untuk imbangan sehingga kudanya tidak sampai jatuh kedalam jurang.

Ketika sampai disatu tempat, cong ie menanya pada Ho Tiong Jong.

Engko Ho, apa kau berani untuk naik terus" Ho Tiong Jong sebenarnya sudah tidak mau meneruskan naik gunung, karena semakin lama jalanan sudah jadi semakin sempit saja, tapi karena ia merasa malu kalau mesti menyebutkan tidak berani, maka ia berkata.

Nona Tiong, baik aku iringi kehendakmu jikalau kau masih ada minat untuk naik terus.

cong ie bersenyum manis, matanya mengerling galak, hingga Ho Tiong Jong tidak berani menatapnya wajah yang cantik itu lama-lama.

Si nona lalu keprak kudanya lagi untuk naik terus.

Betul betul putri ketua oey-San-pay ini tidak mengenal takut.

ia jalankan kudanya sampai ditempat yang tidak dapat dilalui oleh dua ekor kuda berendeng diteruskan keselat dimana sang kuda tak dapat memutarkan badannya lagi.

Sampai ditempai itu barulah si nona geleng-geleng kepala.

Dengan Ho Tiong Jong ia mencari akal bagai mana baiknya untuk membalikan tunggangannya masing masing supaya bisa kembali, Nona cong, kalau tadi kau tidak nekad, sekarang kita tak akan menemui kesukaran ini.

terdengar si pemuda seperti yang menyesali kawannya.

Engko Ho, kalau tadi kau menampik ajakanku tentu kita tidak akan menemui kesukaran ini.

si nona membalas menyesali: Ho Tiong Jong tidak berdaya di-kik balik oleh cong ie.

Melihat anak muda itu membisu si nona berkata lagi.

Engko Ho, kau tidak seharusnya menyesali aku sebab kalau kau tidak mau tentu juga aku tidak akan datang disini sendirian-Sekarang ibarat beras menjadi bubur mau apa lagi" Selainnya kita mencari daya bagaimana kita akali supaya kuda kita bisa berbalik badannya, bukan" Ho Tiong Jong tertawa murung mendengar alasannya si nona.

Mereka bercakap-cakap sambil duduk di atasnya batu besar.

Ho Tiong Jong lantas gerakan badannya turun kebawah mencari tali, tapi barang yang dicarinya tidak diketemukan.

Terpaksa ia naik lagi dengan perasaan agak bingung menghadapi kesulitan diatas selat gunung yang sunyi itu.

Kau turun kebawah mau apa" tanya si nona, ketika melihat Ko Tiong Jong sudah naik kembali.

Aku mencari tali.

Tali untuk apa " Mengikat leher kuda untuk ditarik keatas supaya badannya bisa berbalik.

cong ie bersenyum.

Kemudian ia mengeluarkan selendang panjang yang menyiarkan bau harum menusuk hidung.

inilah, kau boleh pakai.

kata si nona sambil menyerahkan selendangnya.

Ho Tiong Jong menyambuti sambil tertawa nyengir.

Bau harum selendang itu membuat semangatnya Ho Tiong Jong terbangun, ia kerjakan akalnya dengan bantuannya cong ie, benar saja ia berhasil memutar badannya kuda mereka menghadap balik ke ke tempat asalnya Makan tempo juga pekerjaan itu, tapi berhasil setelah dikerjakan dengan tidak mengenal sulit karena sebelum mereka melakukan pekerjaannya itu sambil pasang omong dalam soal soal yang menarik dan menggembirakan hati.

ooOOoo
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar