Pendekar Bunga Cinta Jilid 18

jilid : 18 

"KAU MENGATAKAN hendak minta pekerjaan. Nah, sekarang aku perintahkan kau yang menangkap si gagak putih itu, kalau kau tidak mampu, akan aku bunuh kau .. !" Kang Hok memutus perkataan Yo Gie, dan perlihatkan lagak yang bertambah galak.

"Eh, ah, tetapi aku perlu tangga buat naik..” sahut Yo Gie yang kelihatan ketakutan, sehingga tubuhnya jadi gemetar lagi.

"Dimana ada tangga yang setinggi itu...?" Kang Hok berkata dergan nada mengejek, sedangkan orang orang lain pada tertawa.

"Kalau begitu aku perlu naik keatas punggung kuda, supaya aku dapat naik keatas ..” akhirnya Yo Gie berkata, dan Kang Hok membiarkan Yo Gie menuntun kuda miliknya menuju kebagian bawah pintu gerbang sementara gaya Yo Gie berjalan yang jenaka, telah mengakibatkan semua orang orang jadi pada tertawa lagi.

Sengaja Yo Gie menempatkan kudanya dengan bagian kepala menghadap arah keluar dusun Ong kee po, lalu dia naik dan berdiri diatas punggung kuda; untuk kemudian dia merambat naik dengan sepasang tangan silih berganti memukul dinding tembok; oleh karena ternyata pada sepasang tangannya dia memegang pisau belati; dan pisau pisau itu membenam ditembok setiap kali dia memukul; untuk membantu dia merambat naik ke bagian atas.

Cukup lama Yo Gie memerlukan waktu buat dia mencapai keatas, sampai akhirnya dia berhasil mendekati tempat Yo Jim berlindung, lalu dengan suara perlahan dia berkata :

“Yo piauwsu; aku adalah Yo Gie. Dengarkan baik baik akan tetapi jangan jawab perkataanku .." sengaja Yo Gie menunda perkataannya sambil dia tetap bergerak tambah mendekati tempat Yo Jim berlindung, lalu dia menambahkan perkataannya lagi :

" , , . dibawah tersedia seekor kuda yang sudah siap buat kita melarikan diri. Aku akan naik keatas dan kita berlagak bertempur, setelah itu aku lompat keatas kuda dan kita kabur.”

Sehabis berkata demikian, maka Yo Gie merambat naik sampai dilain saat dari bagian bawah kelihatan kedua laki laki muda itu bertempur, dengan Yo Jim memakai pedang buntung dan Yo Gie menggunakan pisau belati.

“Lompat !” ajak Yo Gie waktu dia merasa sudah tepat

berada dibagian atas punggung kuda.

Kedua pemuda itu melompat melayang turun dan hinggap tepat diatas punggung kuda dengan Yo Jim berada disebelah depan dan Yo Gie disebelah belakang.

“Lekas tangkap !” teriak sihantu Kang Hok yang buru- buru berdiri dari tempat duduknya.

Sementara itu Yo Gie sudah siapkan cambuknya yang panjang dan cambuk itu segera bekerja menghantam setiap orang orang yang merintang atau mendekati. Bunyi suara cambuk Yo Gie terdengar sangat nyaring bahkan memperdengarkan suara gema diangkasa; lalu tepat pada saat itu dara Lian Cay Hong muncul untuk bantu melindungi kedua lelaki muda yang sedang melarikan diri itu.

“Lekas lari .. !" teriak dara Lian Cay Hong dan dia langsung bertempur melawan Kang Hok, disusul kemudian oleh Kang Liang dan yang lain.

( oXo£o )U(0X0^0 )

LEMBAH diatas bukit Kim nia memang merupakan tempat yang cukup indah, penuh dengan pemandangan daerah pegunungan serta terdapat juga sebuah danau yang jernih airnya.

Dua orang laki laki muda sedang membersihkan muka mereka yang penuh keringat bercampur debu memakai air danau itu, yang seorang bahkan kelihatan terluka pada bagian dada sebelah kanan, yang kelihatan penuh dengan noda darah pada pakaiannya yang serba putih.

Kedua pemuda itu adalah Yo Jim dan Yo Gie. Disaat yang seperti itu, menemukan air danau yang jernih adalah bagaikan menemukan sesuatu yang tak ternilai bagi Yo Jim. Dia minum sepuas-puasnya, menyendok air memakai sepasang telapak tangannya. Juga Yo Gie ikut minum memakai cara yang sama; sampai disuatu saat Yo Jim melihat tanda cacad pada tangan kanan Yo Gie, yang mirip dengan tanda cacad pada tangannya sendiri.

Oleh karena itu, maka segera Yo Jim menjadi yakin bahwa dia telah menemukan saudaranya.

Keduanya kemudian saling berangkulan, setelah Yo Jim menceritakan segala yang dia ketahui melalui dara Lian Cay Hong. “Siapakah Lian kouwnio itu ?" tanya Yo Gie yang

memang belum kenal.

“Itulah orang yang tadi membantu kita, waktu kita melarikan diri ,," sahut Yo Jim yang kemudian juga mengatakan tentang janji mereka untuk bertemu dengan dara yang perkasa itu.

“Kalau begitu marilah kita berangkat sekarang,” ajak Yo Gie, sementara dia juga teringat dengan muka dara Lian Cay Hong yang pernah dia temui waktu berada didalam rumah makan.

Dengan dibantu oleh adiknya maka Yo Jim naik keatas kuda setelah itu Yo Gie ikut naik untuk mereka mulai mencari letak kuil tua seperti yang dijanjikan oleh dara Lian Cay Hong.

Kedua pemuda itu kemudian turun dari kuda yang membawa mereka setelah mereka menemukan kuil yang mereka cari. Akan tetapi waktu mereka sedang mendekati pintu-kuil sebelah belakang keduanya menunda langkah kaki mereka dengan hati merasa heran; sebab dari arah dalam kuil itu mereka mendengar suara orang orang yang sedang bertempur !

Dengan sikap waspada keduanya lalu mengintai kebagian dalam kuil melalui cela cela daun pintu, dan terlihat oleh mereka bahwa dihalaman kuil itu ada tiga orang laki laki muda yang sedang bertempur, namun akhirnya mereka mengetahui bahwa ketiga orang orang itu sedang berlatih, bukan sedang berkelahi.

"Jie wie Yo heng, silakan kalian masuk..." kata seseorang dari sebelah belakang Yo Jim berdua Yo Gie yang sedang mengintai. Kedua pemuda itu menjadi sangat terkejut. Ilmu silat mereka sudah mahir namun mereka tidak mengetahui adanya seseorang yang mendekati, sampai orang itu bersuara menyapa mereka. Jelas seseorang itu sangat tinggi ilmunya !

Dan seseorang itu adalah Lian Cay Hong, yang lalu mengajak Yo Jim berdua Yo Gie masuk, untuk kemudian ke lima bersaudara itu dipertemukan.

Jelas pertemuan itu merupakan suatu pertemuan yang mengharukan; meskipun sebenarnya merupakan hal yang menggirangkan bahwa mereka dapat bertemu lagi setelah lebih dari sepuluh tahun mereka berpisah. Mereka menjadi lebih merasa terharu oleh karena mereka menyadari bahwa semuanya itu merupakan jasanya dara Lian Cay Hong kesudian bersusah payah mempertemukan mereka lima bersaudara.

“Semuanya ini adalah karena jasanya Lian kouwnio yang memungkinkan kita dapat berkumpul," akhirnya Yo Jim berkata, lalu dia menyoja mengucap terima kasih diikuti oleh keempat saudaranya.

Dara yang cantik dan perkasa itu tertawa girang. Dia puas melihat kelima bersaudara itu telah berkumpul. Dia pun puas karena sebagian tugas yang dipesankan oleh almarhum ayahnya sudah dia laksanakan. Sebagian tugas lagi adalah dia akan melatih kelima bersaudara itu dalam ilmu 'ngo houw tay sin kang’ seperti yang diciptakan oleh ayahnya, setelah itu dia akan pertemukan lima bersaudara itu dengan Pat kwa to Ong Sin Ho; untuk mereka menyelesaikan urusan mereka!

Untuk bahan latihan ilmu 'ngo houw tay sin kang', maka si tukang besi Yo Toa harus menjadi tukang kayu; membikin sebatang golok yang besar dan panjang, mirip dengan golok yang biasa digunakan oleh Pat kwa to Ong Sin Ho serta membikin senjata senjata lain yang biasa dipergunakan oleh kelima persaudaraan Yo.

Golok Pat kwa to yang besar dan panjang itu, kemudian dipakai oleh dara Lian Cay Hong, yang berlaku seolah-olah dia menjadi Ong Sin Ho; bertempur dalam latihan melawan lima bersaudara itu.

Dalam kesempatan pertempuran latihan itu, pernah terjadi Lian Cay Hong harus menangkis pukulan palu Yo Toa yang juga dibuat dari bahan kayu; akan tetapi sebagai akibat dari benturan itu; kelihatan Lian Cay Hong terdorong mundur beberapa langkah ke belakang, sehingga dara yang cantik dan perkasa itu benar-benar harus memberikan pujian untuk tenaga besar dari tukang besi Yo Toa.

Pada kesempatan berikutnya dan kalau lagi lagi Lian Cay Hong harus menangkis pukulan Yo Toa maka dara yang perkasa itu telah mengerahkan tenaga dalam sehingga berbalik Yo Toa yang terdorong bahkan hampir dia terjatuh duduk !

Demikian mereka melakukan latihan bersama-sama dalam suasana persahabatan dan persaudaraan, diseling dengan gelak tawa yang meriah, sampai berhasil lima bersaudara itu memiliki ilmu "ngo houw tay sin kang' atau tenaga sakti lima harimau yang bersatu padu, setelah itu mereka berangkat ke dusun Ong kee po, tetap dengan ditemani oleh dara Lian Cay Hong.

Pihak penjaga keamanan dusun Ong kee-po menjadi sangat terkejut, waktu mereka melihat sekaligus lima pemuda itu datang bersama-sama, bahkan dikawal dengan dara Lian Cay Hong yang mereka kenal dengan nama 'si jelek’. Dua orang penjaga keamanan itu segera lari terbirit-birit membawa berita buat Ong Sin Ho sedangkan yang lain melakukan penghadangan.

Bagaikan harimau-harimau yang baru lepas dari sangkarnya, sehingga didalam waktu yang sangat singkat dia berhasil menghancurkan dua kepala manusia, sementara Yo Gie dengan cambuknya dapat melumpuhkan pihak perintang dari jarak yang terpisah cukup jauh.

Dipintu gerbang yang pertama itu, dara Lian Cay Hong tidak ikut bertempur, karena dalam waktu yang tidak lama kelima persaudaraan Yo dapat menghabiskan orang-orang yang bertugas menjaga dan melakukan perlawanan; namun membiarkan orang-orang yang kabur ketakutan, sehingga disaat berikutnya Yo Toa telah memimpin adik-adiknya menuju kepintu gerbang yang kedua, dimana mereka mengamuk lagi mengakibatkan banyaknya mayat-mayat yang bergelimpangan, diantara suara rintihan orang orang terluka parah.

Tiga sisa hantu dari gunung Biauw san, ditambah dengan Coa Wie Tong dan Coa Wie San; segera datang dengan membawa serombongan orang orang Pat kwa bun.

Si gagak putih Yo Jim menjadi sangat marah waktu dia melihat datangnya si hantu Kang Hok. Dengan suatu seruan yang melengking Yo Jim melesat dari para pengepungnya dan langsung menyerang Kang Hok untuk melepas dendam Lauw Eng Thian yang gugur dalam menunaikan tugas.

Si hantu Kang Hok tertawa menyeramkan akan tetapi dia agak gentar karena kedua adiknya tidak mungkin membantu sebab kedua adiknya telah dihadang, dan telah ditempur oleh Yo Gie berdua Yo Sam. Dara Lian Cay Hong ikut bertempur dan mendapat lawan si ular belang Coa Wie Tong.

Menghadapi rantai baja yang berat, maka dara yang perkasa itu menggunakan ilmu ringan tubuh yang dalam waktu sekejap berhasil dia membikin Coa Wie Tong menjadi kelabakan.

Segera Coa Wie Tong berteriak memerintahkan orang orang mengepung dara yang cantik dan perkasa itu, sehingga selanjutnya dara yang perkasa itu lebih banyak harus menghadapi kepungan pasukan orang orang Ong kee po; sedangkan Coa Wie Tong cuma berani berteriak teriak dan hanya sekali kali berani melakukan penyerangan dari jarak jauh.

Dilain pihak, Yo Sun berhadapan dengan bekas pecundangnya, Coa Wie Su; sehingga Yo Sun lalu melakukan serangan secara bertubi-tubi, sebab Yo Sun tidak mau menghambur waktu untuk membinasakan si ular belang yang ke empat.

Berulangkali Yo Sun berhasil membentur golok Coa Wie Su memakai tudung capingnya yang istimewa, sehingga berulangkali juga Coa Wie Su tergempur tenaga dalamnya, mengakibatkan langkah kakinya jadi tidak menentu akan tetapi Yo Sun masih tidak dapat lekas lekas mencapai maksudnya, sebab selalu dia dirintangi rombongan orang orang Ong kee po yang turut mengepung, sehingga Coa Wie Su berhasil berlindung di antara kawan kawannya.

Sementara itu tak kurang dari empat belas orang musuh yang berhasil dihajar remuk oleh palu baja Yo Toa yang beratnya ratusan kati, setelah itu Yo Toa menerobos dari kepungan musuh karena dia melihat Yo Jim menghadapi kesukaran didalam kepungan Kang Hok serta rombongannya. Dengan dahsyat dan dengan menggunakan juruar 'tay san ap teng" atau gunung tay san menindih, Yo Toa menghantam sihantu Kang Hok memakai palunya; akan tetapi dengan tabah Kang Hok menangkis memakai perisai baja ditangan kiri. sementara maksudnya adalah dia hendak membarengi menyerang bagian bawah Yo Toa yang kelihatan dan tidak terlindung.

Akan tetapi bukan main kagetnya sihantu Kang Hok, karena dia menerima hantaman tenaga dahsyat dari Yo Toa sehingga tanpa ampun dia terpental mundur sampai dia terjatuh duduk !

Sementara itu si tangan panjang Yo Gie yang sejak tadi mempunyai maksud yang sama hendak membantu Yo Jim, namun didahulukan oleh Yo Toa karena banyaknya musuh yang tertinggi.

Waktu kemudian Yo Gie berhasil membobolkan pertahanan musuh dan mendekati Yo Jim, waktu itu justeru tepat disaat si hantu Kang Hok sedang terjatuh duduk.

Cambuk panjang Yo Gie segera bekerja dengan perdengarkan gema suara diangkasa. Beberapa kali dia hajar Kang Hok yang belum sempat bangun: namun sihantu dari gunung Biauw san itu selalu berhasil menjaga dirinya memakai perisai baja yang masih tetap dia pegang pada tangan kirinya, kemudian dia bahkan berhasil melibat cambuk Yo Gie memakai rantai baja ditangan kanannya lalu dengan meminjam tenaga lawan yang sedang menarik, maka Kang Hok berhasil melompat bangun berdiri sebaliknya karena tenaga tarikan yang mendadak itu, telah mengakibatkan Yo Gie terjerumus dan jatuh terguling mendekati kaki Kang Hok.

Si hantu Kang Hok mengangkat perisainya dan lalu hendak menghajar kepala Yo Gie, akan tetapi mendadak dia menunda gerakannya dan berdiri terpesona, karena dilihatnya Yo Gie cepat cepat berlutut sambil menyoja dia :

"Ampun, tay-ong ... ," kata Yo Gie; tetapi secepat itu juga sepasang tangan Yo Gie bergerak serta kedua batang pisau belati, yang lalu dia lontarkan dan berhasil menancap ditenggorokan si hantu Kang Hok !

Kemudian dengan gerak yang sama cepatnya, Yo Gie lompat bangun berdiri dan meraih cambuknya lalu dengan muka kembali berseri seri dia hajar Kang Hok yang belum rubuh sampai akhirnya si hantu Kang Hok tewas terguling guling bagaikan disambar petir!

Pekik orang orang Ong kee po terdengar sangat cemas, waktu mereka melihat tewasnya si hantu Kang Hok, apalagi waktu kemudian mereka melihat Kang Liang juga tewas terkena tudung caping Yo Sun yang ternyata sudah berganti lawan.

Rombongan orang orang Ong kee po itu terpaksa harus bertempur sambil mundur; akan tetapi tidak ada kesempatan buat mereka melarikan diri, sampai kemudian pertempuran itu berlangsung diruangan tempat latihan ilmu silat didalam halaman rumahnya Ong Sin Ho.

Bantuan untuk orang orang Ong kee po itu kemudian datang yang dipimpin oleh Coa Wie Go.

Dalam pertempuran yang serba kacau itu mendadak Yo Toa melihat kehadirannya Kong sun Wie yang sedang berteriak teriak, memerintahkan orang orang terus melakukan pengepungan.

Si tukang besi Yo Toa memang sangat membenci Kong sun Wie yang sudah berulang kali menghina dari itu kemarahannya meluap waktu dia melihat juru duit dari Ong Sin Ho itu. Tanpa menghiraukan beberapa orang musuh yang berusaha merintang, Yo Toa menerobos dan berhasil mendekati Kong sun Wie namun dua kali Kong sun Wie berhasil berlindung dibalik tubuh orang orang sampai pada yang ketiga kalinya, tanpa ada ampun lagi muka Kong sun Wie remuk kena pukulan palu baja itu !

Dilain pihak; si gagak putih Yo Jim kemudian berhasil melukai pundak kiri Coa Wie Tong, membikin Coa Wie Tong berteriak kesakitan, akan tetapi masih terus dia melakukan perlawanan sampai tiba tiba dia terkena cambuk Yo Gie, dan waktu Yo Gie menarik cambuknya itu maka tubuh Coa Wie Tong ikut terjerumus disambut dengan suatu tikaman pedang oleh Yo Jim pada bagian punggungnya. Lalu pada saat itu pula Yo Sun lompat mendekati, menabas memakai tudung caping tepat dibagian kepala Coa Wie Tong yang langsung menjadi tewas.

“Semua mundur .. !" tiba tiba teriak Ong Sin Ho yang keras seperti guntur, sehingga semua yang sedang bertempur menjadi memisah diri menghentikan pertempuran mereka.

Lian Cay Hong yang juga melihat kehadirannya datuk dari orang orang Pat kwa bun itu, tiba tiba menjadi tertawa dan mendekati dengan langkah kaki yang tenang, setelah itu dia berkata :

"Susiok, aku mengantarkan lima orang tamu yang

hendak bertemu dengan kau…”

"Ah, kau si jelek. Ternyata lagi lagi kau yang datang mengacau. Sebenarnya apa kehendak kau.." tanya Ong Sin Ho; sementara dengan sepasang matanya yang bersinar menyala, dia menyapu ke lima persaudaraan Yo yang waktu itu sudah berkumpul berdiri saling berdekatan. "Mereka berlima adalah persaudaraan Yo.." terdengar Lian Cay Hong berkata lagi, dan menyambung perkataan itu:

“ ..susiok tentu masih ingat waktu ayah mereka kau bunuh dan mereka berlima terpencar hidup dalam pengejaran orang orang Ong-kee po.."

"Kurang ajar!” Ong Sin Ho memaki; padahal didalam hati dia terkejut karena tidak pernah menduga kalau ke lima persaudaraan Yo dapat hidup dan tumbuh, sehingga hari itu mereka mengacau kampung halamannya, bahkan mencari dia!

“Mereka sekarang datang untuk menuntut balas dendam ayah mereka ..” kata lagi Lian Cay Hong, akan tetapi lagi lagi dia diputus oleh Ong Sin Ho ;

"Apakah kau bermaksud membantu mereka…?”

Dara yang cantik dan perkasa itu tertawa sambil dia menggelengkan kepala ;

“Tidak! Didalam urusan menuntut balas dendam adalah menjadi urusan pribadi mereka disatu pihak, dan susiok di lain pihak. Dalam hal ini aku tidak akan campur tangan, asal susiok tidak berlaku curang ...”

“Kurang ajar ! Apakah kau anggap mereka akan sanggup menghadapi golokku ..?”

Perkataan yang terakhir itu jelas ditujukan kepada orang orang yang selalu membawakan goloknya, di mana saja dan kapan saja dia berada.

Setelah menerima goloknya yang besar dan panjang, maka dengan sebelah tangan dia mengoncang goncang, memperdengarkan bunyi suara genta genta kecil yang saling bentur. "Kalian bersiaplah menerima kematian..!” seru Ong Sin Ho sambil dia memasang kuda-kuda; dan mengawasi ke lima persaudaraan Yo dengan sepasang mata bersinar menyala.

Orang pertama yang membuka serangan adalah Yo Sun. Dengan didahulukan oleh pekik suaranya yang nyaring, dia lompat menerkam dengan gerak tipu "harimau galak keluar dari sarang”; sementara tudung capingnya yang tajam membabat bagian dada Ong Sin Ho dengan gerak tipu 'bu siong membabat rumput’.

Ong Sin Ho perdengarkan suara mengejek. Tetap dengan sebelah tangan dia lintangkan goloknya buat menangkis tudung Yo Sun sedangkan tangan kirinya berhasil mendorong dada Yo Sun, membikin pemuda itu terlempar mundur, terjatuh duduk dengan mulut mengeluarkan sedikit darah!

Yo Toa berteriak bagaikan suara guntur, tubuhnya menyeruduk dengan palu diangkat tinggi tinggi. Itulah gerak "harimau buas mengejar mangsa", dan palu yang berat itu memukul dengan gerak gunung tay san menindih!

Sekali lagi Ong Sin Ho perdengarkan suara mengejek meskipun dia yakin kalau si tukang besi ini memiliki tenaga yang besar. Sengaja dia memakai kedua tangannya, mengangkat goloknya buat menangkis palu baja yang besar itu.

Suatu bunyi benturan yang keras segera terdengar, untuk kagetnya kuda kuda Ong Sin Ho tergempur. Meskipun benar dia berhasil membikin tubuh Yo Toa mundur tujuh langkah kebelakang, dengan tangan yang memegang palu terasa sangat sakit.

Yo Sam tak membuang waktu untuk lompat menerkam. Senjata ditangan kirinya mengarah bagian mata Ong Sin Ho, akan tetapi dia batal menyerang waktu senjatanya mau ditangkis; sebaliknya senjata yang ditangan kanan menikam pundak Ong Sin Ho.

Gerak Yo Sam tadi ternyata telah dibarengi oleh Yo Jim, sigagak putih ini lompat menerkam dengan pedang mengarah sepasang mata Ong Sin Ho; sehingga pedang si gagak putih ini justru yang kena ditangkis sebagai ganti senjata Yo Sam, lalu Ong Sin Ho menyikut Yo Sam memakai gagang goloknya yang panjang berbareng dia melompat kaget waktu secara tiba tiba senjatanya Yo Sam bertambah memanjang dengan sebatang mata tombak yang mengarah pundaknya.

Akan tetapi, lompatan Ong Sin Ho agak terlambat, sebab dia sedang menyikut Yo Sam sehingga baju bagian pundaknya robek kena senjata Yo Sam sementara punggungnya Yo Sam terkena pukulan gagang golok yang panjang, akan tetapi untung bahwa pukulan itu tidak terlalu keras sebab Ong Sin Ho harus lompat mundur.

Namun demikian Yo Sam terjerumus hampir terjatuh sedang mulutnya mengeluarkan sedikit darah, sedangkan Yo Jim yang pedangnya kena ditangkis tadi tubuhnya sampai melayang balik dan terguling jatuh, akan tetapi dia cepat cepat berdiri lagi.

Sementara itu Ong Sin Ho masih memeriksa bagian bajunya yang robek, waktu dia dikejutkan dengan bunyi suara cambuk yang menggema didalam ruangan itu, lalu dilihatnya Yo Gie si bungsu yang sedang membunyikan cambuknya memukul udara kosong sampai muka pemuda itu kelihatan berseri seri bagaikan sedang menghina.

Ong Sin Ho menjadi sangat mendongkol melihat lagak si bungsu Yo Gie. Waktu cambuk pemuda itu datang menyambar maka Ong Sin Ho angkat goloknya melintang memakai sepasang tangannya, sehingga berhasil dia membiarkan gagak goloknya terlibat ujung cambuk untuk kemudian dia menarik membikin tubuh Yo Gie terguling menyamping akan tetapi pemuda itu sempat meraih sebatang pisau belati yang lalu meluncur mengarah tenggorokan Ong Sin Ho akan tetapi dengan mudah kena digigit oleh Ong Sin Ho.

Agaknya memang sudah menjadi siasat ilmu “ngo houw tay sin kang" untuk bertempur ganti berganti secara bergelombang melawan Ong Sin Ho untuk mengurangi tenaga lawan jadi tidak sekaligus mengepung berlima yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jadi kacau balau.

Dimana Ong Sin Ho yang menghadapi ke lima persaudaraan Yo itu, akhirnya dia menjadi tertawa sebab cara itu mirip benar dengan ilmu "pat kwa lian hoan" atau ilmu serangan bergelombang dari pat kwa bun golongan utara yang sudah usang dan menjadi pecundangnya !

Sehabis perdengarkan suara tawa, maka Ong Sin Ho yang merasa yakin akan dapat mengalahkan kelima pemuda lawannya, segera dia mengatur persiapan untuk melakukan serangan, yakni goloknya yang besar dan panjang segera berputar kencang seperti baling baling, lalu tubuhnya ikut bergerak berlompatan ke delapan penjuru, menyapu atau membabat dimana saja ke lima bersaudara itu berada !

Itulah ilmu golok yang paling istimewa menjadi kebanggaan Ong Sin Ho, ilmu golok 'pat kwa yu sin to’ atau golok sakti pat kwa bun golongan barat, yang pernah digunakan buat mengalahkan dan membinasakan ayahnya kelima persaudaraan Yo. “Satu ... !" seru Ong Sin Ho waktu dia berhasil 'menyapu' pinggang Yo Sam yang terkena gagang golok, dan pemuda itu terpental dengan mulut mengeluarkan darah.

“Dua,” seru lagi Ong Sin Ho karena Yo Toa kena

tendang sampai dia jatuh, dan ..

“Ti.,."

Batal Ong Sin Ho menyebut "tiga” sebab mendadak dia harus lompat keluar dari arena pertempuran, berhubung jidatnya terkena guratan pedangnya si gagak putih Yo Jim, meskipun Yo Jim juga harus menderita pundaknya terkena mata golok Ong Sin Ho yang tajam !

Darah mulai mengalir dari jidatnya Ong Sin Ho yang terkena guratan pedangnya Yo Jim, jago tua ini merobek ujung bajunya buat dia mengikat kepalanya di bagian matanya.

Kelihatan jelas bahwa pada saat itu napas Ong Sin Ho sudah bertambah cepat. Mungkin karena sudah lama dia tidak memainkan jurus jurus ilmu "pat kwa yu sin to" yang banyak memerlukan tenaga dan kelincahan tubuh, sehingga kelihatan dia menjadi letih.

Justeru disaat Ong Sin Ho sedang mengikat bagian kepalanya itu, maka mendadak terdengar Yo Toa berteriak ;

“Siap gunakan 'ngo houw tay sin kang’..!"

Serentak setelah mendengar teriak suara itu maka keempat adik-adiknya segera lompat. Yo Gie dan Yo Sam hinggap di bagian pinggang kiri dan kanan Yo Toa, dengan sebelah tangan mereka saling berpegang. Kemudian Yo Jim dan Yo Sun hinggap dibagian pundak kiri dan kanan Yo Toa, juga dengan sebelah tangan mereka saling memegang. Maka terjadilah lima bersaudara itu berdiri saling susun dengan sebelah tangan masing-masing memegang senjata !

Ong Sin Ho tidak tahan untuk tidak tertawa. Dia bahkan tertawa tak hentinya karena dia benar benar merasa sangat lucu melihat keadaan lima bersaudara Yo itu.

“Kalian orang orang sinting, permainan apakah yang

sedang kalian perlihatkan , , ?"

Sekali lagi Ong Sin Ho tertawa, juga semua orang orang yang ikut melihat jadi pada tertawa dan terpesona, kecuali Lian Cay Hong yang kelihatan bersenyum puas.

Dipihak lima bersaudara Yo, mereka tidak menghiraukan terhadap kesan dan penilaian terhadap orang orang yang menyaksikan lagak mereka, sebaliknya Yo Toa mulai memutar mutar tubuh, yang sekaligus keempat saudaranya jadi ikut terputar.

Ong Sin Ho semakin jadi tertawa, semakin menjadi heran sampai kemudian dia melihat bertambah cepat tubuh Yo Toa berputar; membikin dia yang waspada dan tetap mengawasi jadi merasa pening, sampai kemudian dia menutup sepasang matanya sebentar, maksudnya untuk menghilangkan rasa pening; dan waktu dia membuka lagi sepasang matanya; maka Yo Toa yang tetap berputar kelihatan bertambah mendekati, lalu menyeruduk menyerang memakai palunya yang berat.

Ong Sin Ho menangkis seperti biasa, tetapi dia menjadi terkejut sebab sekarang tubuh Yo Toa tidak terdorong, sebaliknya malah Ong Sin Ho yang terdorong mundur beberapa langkah kebelakang!

Dapat dibayangkan bahwa tenaga serangan Yo Toa, dan juga daya tahannya sudah merupakan tenaga lima orang yang berkumpul bersatu padu ! Meskipun Yo Toa tadi menyerang, namun tubuhnya tetap berputar, sampai pada giliran perputaran Yo Sun yang menghajar Ong Sin Ho selagi jago tua itu terdorong mundur.

Dengan mengerahkan tenaganya, meskipun hanya sebelah tangan yang memegang goloknya, Ong Sin Ho menangkis tudung caping Yo Sun, sampai suara benturan berbunyi keras dan sekali lagi tubuh Ong Sin Ho terdorong mundur, sedangkan tubuh Yo Toa yang masih berputar, memberikan giliran buat Yo Sam yang menyerang memakai senjatanya.

Ong Sin Ho berteriak kaget, dia terpaksa harus lompat menjauh, tidak menangkis akan tetapi berkelit menghindar, namun dia kalah cepat sebab senjata Yo Sam berhasil memutuskan tali pinggang pakaiannya.

Dan tubuh Yo Toa yang masih berputar meskipun Ong Sin Ho sudah memisah diri agak jauh, dan yang mendapat giliran menyerang justru adalah Yo Gie dengan cambuknya yang panjang.

Bunyi suara cambuk itu menggema keras, sedangkan Ong Sin Ho sangat marah karena merasa sedang dipermainkan. Dia mengerahkan tenaga dan dengan tabah dia pun menyambuti dan membiarkan lengan kirinya kena dilibat cambuk, lalu dia menarik keras, namun hasilnya tubuh Yo Toa berlima tidak bergerak sebaliknya Ong Sin Ho justeru yang tertarik mendekati tempat ke lima bersaudara itu berdiri, dan menjadi giliran Yo Jim yang menikam memakai pedangnya.

Sekali lagi terdengar pekik-teriak suara Ong Sin Ho akan tetapi jago tua ini benar benar sangat tangkas dan gagah sebab selagi dia terjerumus ke depan dan melihat giliran Yo Jim yang hendak menyerang dengan pedang, maka dia justeru sengaja membuang dirinya bergulingan dilantai, sehingga nyaris dia dari tikaman Yo Jim bahkan berhasil dia menjauhi diri dari tempat ke lima bersaudara itu.

Si bungsu Yo Gie habis sabar. Dia berteriak dan lompat turun dari tubuh Yo Toa karena dia tidak mau membuang kesempatan selagi tubuh Ong Sin Ho bergulingan dilantai. Cambuknya menggema dan berulangkali berhasil menghajar tubuh Ong Sin Ho yang terpaksa harus terus bergulingan, sampai disuatu saat jago tua itu berhasil meraih ujung cambuk yang mengarah dia lalu dia menarik sekuat tenaga, membikin tubuh Yo Gie seperti terbang di udara kena daya tariknya !

Dara Lian Cay Hong berteriak kaget, sebab Yo Gie bertindak menyeleweng dari ilmu 'ngo houw tay sin kang' sehingga bukan saja keadaan Yo Gie menjadi berbahaya, bahkan semua saudaranya ikut berantakan kedudukannya.

Akan tetapi Yo Gie cukup tabah dan banyak akalnya. Dia membiarkan tubuhnya terbang akan tetapi gagang cambuknya tetap dia pegang erat erat. Tubuhnya yang terbang itu melewati tiang kaso rumah yang melintang, dan waktu tubuhnya turun sebab tertahan dengan tarikan ujung cambuk yang masih membelit dilengan kanan Ong Sin Ho, maka jago tua yang sedang tidak siaga itu kena tertarik, sampai dia ikut tergantung.

Si bungsu Yo Gie yang cerdas dan banyak akal itu, sengaja membiarkan tubuhnya terayun terus bahkan berputar membelit tiang kaso yang melintang, dan sekaligus membelit leher Ong Sin Ho yang tidak sempat melibatkan ujung cambuk pada lengannya; sehingga pada detik berikutnya tubuh Ong Sin Ho yang tergantung; menjadi tidak berdaya sebab batang lehernya ikut tercekik atau terlibat cambuk si bungsu Yo Gie, yang bahkan telah mengikat erat erat cambuk itu diatas tiang kaso. Tak kuasa Ong Sin Ho melepaskan diri, dan Yo Toa yang tubuhnya cukup tinggi dan besar, kemudian menyeruduk seperti seekor banteng gila dan palu baja yang berat lalu menghantam lutut kanan Ong Sin Ho yang masih bergantung tidak berdaya, mengakibatkan tulang lutut itu hancur, disusul kemudian dengan terkaman si gagak putih Yo Jim yang melesat dan pedangnya membenam dibagian dada kiri Ong Sin Ho; sementara Yo Sam yang ikut bergerak bagaikan kilat cepatnya dia merobek perut Ong Sin Ho, dan Yo Sun lompat bagaikan terbang membabat batang leher Ong Sin Ho memakai tudung capingnya yang tipis tetapi tajam sehingga batang leher Ong Sin Ho putus dan tubuhnya jatuh terbanting dilantai, akan tetapi sisi kepalanya masih tetap tergantung oleh cambuk yang membelit ditiang kaso !

"Dari itu benar benar pinnie sangat tidak mengerti, betapa Hong bie kauwcu Gan Hong Bie dapat membinasakan Kim an ngo kiat…" akhirnya Cay Hong suthay alias Lian Cay Hong berkata dengan suara perlahan, selagi dia masih menghadapi pemuda Pauw Keng Thian; sementara pada sepasang matanya terlihat ada butir-butir air mata.

"Mungkin waktu itu Kim an ngo kiat tak berkesempatan mempersiapkan ilmu 'ngo houw tay sin kang' .. " sahut Pouw Keng Thian yang ikut menjadi iba dengan nasib Kim an ngo kiat lima bersaudara.

Memang pada kesempatan bertempur melawan Hong bie kauwcu dan rombongannya; tak ada kesempatan buat lima bersaudara Yo menggunakan ilmu ngo houw tay sin kang sebab meskipun sudah lewat puluhan tahun, akan tetapi ternyata si bungsu Yo Gie masih tidak dapat mengendalikan diri bahkan dia menjadi orang pemarah, sehingga dia kena serangan bisa racun selekas dia memukul Hong bie kauwcu yang sedang memakai baju bulu yang tajam seperti duri duri landak!

Dipihak Cay Hong Suthay yang sangat penasaran dengan kekalahan Kim an ngo kiat melawan Hong bie kauwcu Gan Hong Bie hampir saja biarawati itu lupa bahwa dia sudah hidup mengasingkan diri berkenaan dengan hasratnya yang hendak mencari Hong bie kauwcu. Akan tetapi akhirnya dia menyadari diri sehingga sekali lagi dia menyebut 'o mi to hud' setelah itu pun menjadi teringat dengan salah seorang sahabatnya yang masih giat merajalela di kalangan rimba persilatan yakni si jeriji sakti Phang Bun Liong dari persekutuan Hek liong pang.

"Hayaa! aku hampir lupa dengan dia akan aku putuskan jari tangannya itu kalau dia tidak mau membasmi persekutuan Hong bie pang…" demikian Cay Hong Suthay berkata seperti pada dirinya sendiri; setelah itu dia memerintahkan Pouw Keng Thian buat mengunjungi tempat kediaman It cie sian Phang Bun Liong yang menjadi ketua Hek liong pang dan untuk maksud itu sengaja dia telah menulis surat untuk dibawa oleh Pouw Keng Thian.

Sekali lagi, pemuda Pouw Keng Thian terpaksa harus menunda niatnya yang hendak menyambangi makam kedua orang tuanya, sebaliknya dia langsung menuju perbatasan utara, buat menemui Phang Bun Liong dengan membawa surat dari Cay Hong suthay.

( X ) 3(

JAUH disebelah utara, disebuah kota kecil yang letaknya dekat perbatasan daerah Kang lam terdapat seorang pemuda yang bernama Ong Tiong Kun.

Pemuda Ong Tiong Kun ini berasal dari keluarga hartawan; masih punya hubungan keluarga dengan Kanglam liehiap Soh Sim Lan, dari itu tidak heran kalau saban hari pakaian Ong Tiong Kun dibikin dari bahan yang mahal harganya, disamping dia biasa hidup hambur tidak sayang mengeluarkan uang buat menolong setiap orang yang memerlukan bantuannya.

Oleh karena caranya yang hambur itu maka kedua orang tuanya membatasi pemberiannya kepada Ong Tiong Kun, sehingga pemuda ini kemudian menyusuri daerah Kanglam hendak mencari kerja buat membiayai kebutuhannya sendiri.

Berhari hari Ong Tiong Kun berkeliaran didaerah Kang lam yarg luas namun dia belum berhasil mendapat pekerjaan yang cocok buat dirinya.

Pada suatu hari dengan kudanya dia menyusuri tepi pantai laut In tay, dan pada waktu Ong Tiong Kun mencapai bagian yang sunyi dari tempat yang masih jauh terpisah dia melihat adanya seorang wanita yang sedang berjalan menuju ketengah laut bebas sampai kemudian kelihatan tubuh wanita itu ditelan gelombang laut.

Melihat adanya kejadian itu, maka didalam hati Ong Tiong Kun merasa yakin bahwa wanita itu sengaja membiarkan dirinya ditelan gelombang yang ganas, atau dengan kata lain wanita itu memang bermaksud membunuh diri dilaut yang bebas!

Namun demikian, sudah tentu Ong Tiong Kun tidak dapat membiarkan seseorang mati dihadapan matanya; sehingga tanpa memikir panjang dia melompat turun dari kudanya lalu dengan beberapa kali lompatan dia berhasil menceburkan diri kedalam laut, berenang dengan gayanya yang lincah dan mahir, untuk dilain saat dia berhasil meraih tubuh wanita itu, untuk dia seret dan biarkan terbaring dipantai. Kemudian Ong Tiong Kun berdiri dan menjadi terpesona mengawasi wajah muka wanita yang sedang rebah pingsan itu, oleh karena dia melihat suatu wajah muka yang cantik dengan tubuh ramping, dan dilihat dari pakaiannya wanita itu, maka Ong Tiong Kun yakin kalau wanita itu pandai ilmu silat.

Dengan hati berdebar keras, Ong Tiong Kun mendekati lagi wanita muda yang masih rebah pingsan itu; lalu dengan gerak berhati hati dia membalik tubuh wanita itu sampai rebah tengkurap, kemudian dia meraba dibagian punggung wanita muda itu, untuk dia menyalurkan tenaga dalamnya, berusaha mengeluarkan air laut yang sudah kena ditelan oleh wanita itu.

Setelah selesai dengan usahanya memberikan pertolongan pertama, maka wanita muda itu kelihatan mulai sadar dari pingsannya; membuka sepasang matanya dan kelihatan terkejut bercampur kecewa, sebab mendapati dirinya belum binasa, karena adanya seorang pemuda yang telah memberikan pertolongan.

Dengan suatu gerak yang diluar dugaan Ong Tiong Kun, maka wanita cantik itu lompat dan lari hendak menceburkan lagi dirinya ke tengah laut.

Sejenak Ong Tiong Kun menjadi kelabakan, akan tetapi dia cukup tangkas untuk melakukan pengejaran dan menerkam tubuh wanita itu, sampai keduanya terjatuh dan bergumul ditepi Iaut yang tidak dalam airnya.

Waktu Ong Tiong Kun sedang merangkul tubuh wanita muda itu dengan sepasang tangannya, maka dengan secara mendadak Ong Tiong Kun perdengarkan suara terkejut dan buru buru melepaskan rangkulannya, sebab wanita muda itu dilihatnya menyerang bagian leher Ong Tiong Kun dengan menggunakan dua jari tangan yang lurus, tegang bagaikan wanita muda sedang menggunakan ilmu jeriji sakti atau It ci sian.

Akan tetapi agaknya si cantik itu sengaja hanya menggertak sebab waktu Ong Tiong Kun sudah melepaskan rangkulannya maka wanita muda itu batal menyerang, sebaliknya dia lompat untuk lari meninggalkan Ong Tiong Kun dan dia lari tidak lari ketengah laut, akan tetapi menyusuri tepi pantai.

Andaikata pada saat Ong Tiong Kun membiarkan saja wanita muda itu menghilang; maka urusan akan menjadi selesai atau berakhir, akan tetapi darah muda Ong Tiong Kun menyebabkan dia lari mengejar, karena merasa penasaran wanita muda itu dapat melepaskan diri dari rangkulannya tadi, melulu karena telah menggertak dengan menggunakan jurus dari ilmu It ci sian !

Dipantai laut yang bebas, agaknya wanita muda itu merasa sukar untuk membebaskan diri dari kejaran Ong Tiong Kun; sehingga dia lari kedekat tempat adanya beberapa perahu rusak yang sudah tidak dipakai lagi, dimana dia lari berputar ganti arah, yang menyebabkan Ong Tiong Kun menjadi bertambah penasaran; dan selagi pemuda itu hendak melompati perahu buat menerkam wanita muda itu, maka dari bagian belakang ada seseorang yang membokong dia, memukul dengan sebatang kayu pendayung yang cukup panjang.

Sebagai seorang yang mahir ilmu silatnya, Ong Tiong Kun dapat merasakan angin serangan yang datang dari arah belakangnya. Dan saat itu dia tidak sempat memutar tubuh, akan tetapi dia lompat mundur sehingga dia menerjang orang yang sedang menyerang dia; sementara kayu pendayung itu lewat diatas kepalanya; menghantam badan perahu mengakibatkan kayu patah menjadi dua! Laki laki pembokong yang diterjang dengan punggung Ong Tiong Kun itu terjatuh duduk dengan sebelah tangan masih memegang sisa kayu pendayung, dan Ong Tiong Kun yang sempat memutar tubuh melihat laki laki itu yang tubuhnya sebenarnya dua kali lebih besar dari tubuhnya, menandakan laki laki itu memiliki tenaga yang besar.

Segera Ong Tiong Kun hendak lompat buat menendang muka laki laki yang sedang terjatuh duduk itu, akan tetapi mendadak datang serangan dari seorang laki laki lain, yang menyerang dengan menebarkan jala penangkap ikan; membikin tubuh Ong Tiong Kun kena terperangkap bagaikan terbungkus namun pemuda itu mengamuk meskipun dia diterkam oleh dua laki laki yang dia tidak kenal itu.

Setelah sesaat terjadi pergumulan, maka Ong Tiong Kun berhasil melepaskan diri dari bungkusan jala; lalu lengan kirinya berhasil menyikut muka laki laki yang menjala tadi, sedangkan kakinya mengirim suatu tendangan geledek yang berhasil melempar tubuh laki laki yang besar tubuhnya.

Waktu Ong Tiong Kun hendak menyerang lagi kedua laki laki itu, maka terlihatlah olehnya bahwa wanita muda yang hendak bunuh diri tadi, sedang melarikan kuda miliknya pemuda itu.

Segera Ong Tiong Kun batalkan niatnya yang hendak menyerang kedua laki laki lawannya; sebaliknya dia berteriak dan mengejar wanita muda yang membawa lari kuda miliknya, lalu tanpa memikir panjang Ong Tiong Kun mendekati dua ekor kuda yang sedang diikat, yang rupanya milik kedua laki laki yang dia tempur tadi, dan ia mengambil seekor kuda buat dia pakai mengejar wanita maling kuda itu. Dua ekor kuda lari cepat bagaikan terbang, mereka ngebut saling kejar tanpa menghiraukan adanya beberapa orang yang berlalu lintas ikut memperhatikan sampai keduanya memasuki kota In tay yang ramai; dimana tidak mungkin lagi mereka ngebut, dan Ong Tiong Kun kehilangan orang yang dikejarnya.

Pemuda Ong Tiong Kun menjadi gelisah, akan tetapi dia harus menyusuri kota In tay, sampai kemudian dia menemukan kudanya yang sedang diikat didepan suatu tempat penginapan, sehingga Ong Tiong Kun yakin bahwa wanita muda yang dikejarnya tentu berada didalam rumah penginapan itu.

Ong Tiong Kun turun dan ikat kuda curiannya di dekat kuda miliknya, setelah itu dengan langkah kaki yang tenang dia memasuki rumah penginapan itu.

Seorang pelayan mendekati Ong Tiong Kun yang disangkanya hendak mencari kamar, akan tetapi pemuda ini lalu menanyakan tentang wanita muda tadi yang untungnya sudah dikenal oleh pelayan itu.

"Itulah Phang kouwnio. Memang sudah lima hari dia menginap disini, akan tetapi sekarang dia berada diruang atas, ditempat perjudian.."

"Terima kasih..." sahut Ong Tiong Kun yang lalu naik ketingkat atas dari rumah penginapan itu, yang rupanya memberikan kesempatan berjudi tidak melulu untuk para tamu penginapan, akan tetapi juga terbuka untuk setiap orang yang berminat.

Ruang judi itu ternyata sangat lebar dan luas, mempunyai beberapa bagian untuk tiap jenis permainan dan Ong Tiong Kun menemukan Phang kouwnio yang sedang asyik duduk berjudi. Ong Tiong Kun mendekati dan memilih tempat duduk yang tepat berseberangan dengan Phang kauwnio dan Phang kauwnio melihat sebentar kearah Ong Tiong Kun, namun dia tidak menghiraukan waktu pemuda itu kelihatan bersenyum.

Dipihak Ong Tiong Kun, pemuda ini justeru menjadi tambah terpesona dengan kecantikan Phang kauwnio, yang waktu itu sudah ganti pakaian yang mentereng seperti layaknya seorang puteri hartawan atau puteri bangsawan, berlainan dengan pakaian pemuda itu yang masih agak basah bekas bergumul didalam laut tadi.

Suatu hal yang tambah mempesona Ong Tiong Kun, dibalik kecantikan wajah muka Phang kouwnio kelihatan sikapnya yang agak agung, namun terselip atau bercampur dengan muka seseorang yang sedang menanggung derita. Dingin, tanpa senyum apalagi tertawa.

Melihat cara Phang kouwnio itu melakukan perjudian ternyata wanita muda yang cantik itu sangat berani melakukan pertaruhan yang besar jumlahnya sampai kemudian kelihatan Phang kouwnio kehabisan uang, dan dia memanggil seorang pelayan yang diajak bicara dengan suara perlahan.

"Phang Koawnio; majikan kami melarang memenuhi lagi permintaan kouwnio, sebab hutang koawnio sudah terlalu banyak,.,” terdengar kata si pelayan yang meskipun perlahan akan tetapi cukup didengar oleh Ong Tiong Kun yang memang sedang memberi perhatian.

Agak merah muka Phang kouwnio waktu dia mendengar perkataan pelayan itu, akan tetapi tanpa mengucap apa apa dia bangun berdiri lalu dia meninggalkan tempat perjudian itu. Ong Tiong Kun bergegas ikut meninggalkan ruang perjudian sampai dilain saat dia menemukan Phang kouwnio dihalaman belakang yang merupakan sebuah taman kecil yang tak banyak berkumpulan tamu lain.

"Phang kouwnio , ," Ong Tiong Kun menyapa, sehingga wanita cantik itu memutar tubuh dan mengawasi Ong Tiong Kun.

"Mengapa kau mengikuti aku , ,?” tanya Phang kouwnio

waktu Ong Tiong Kun sudah tambah mendekati.

"Aku , , , " batal Ong Tiong Kun meneruskan perkataannya kelihatannya dia gugup sekali.

“Apakah karena kuda milik kau yang aku pakai ?" Phang kouwnio menanya lagi, nada suaranya dingin, tak ada maksudnya untuk bersahabat, seperti yang diharapkan oleh Ong Tiong Kun.

"Tidak,.,” sahut Ong Tiong Kun cepat cepat sebab bukan soal kuda yang menyebabkan dia menyusul Phang kouwnio itu akan tetapi dia penasaran menghadapi wanita muda yang cantik tetapi yang pernah mencoba hendak bunuh diri itu.

"Atau karena aku belum mengucap terima kasih sebab kau sudah menggagalkan niatku yang hendak membuang diri ditengah laut ? Nah; sekarang aku ucapkan terima kasih…" dan Phang kouwnio itu menjura memberi hormat sambil dia mengucap terima kasih, namun nada suaranya tetap dingin bercampur mengejek.

Sementara itu Ong Tiong Kun buru buru menyisih; sebagai tanda dia tidak mau menerima pemberian hormat dari wanita muda yang cantik itu.

“Phang kouwnio, aku.." Phang kouwnio atau nona Phang itu mengawasi dengan sepasang mata yang tajam namun kelihatan bersinar hampa, agaknya dia tidak mengerti apa maunya pemuda tampan yang sudah menolong dia itu.

",,. namaku Ong Tiong Kun, aku bermaksud ,,”

Phang kouwnio masih diam mengawasi tanpa dia mengucap apa apa, akan tetapi sikapnya itu justeru membikin Ong Tiong Kun menjadi bertambah gugup.

" . , , aku bermaksud ingin berkenalan dengan kau ," akhirnya Ong Tiong Kun berhasil menyelesaikan perkataannya, dengan memaksakan diri untuk mengatasi rasa gugupnya.

Sementara itu, tetap dengan nada suara yang dingin dan hampa, maka Phang kouwnio itu berkata lagi ;

"Kau sudah tahu namaku bukan ?” “Tetapi ..."

“Oh, nama lengkapnya maksudmu ? Lan Ing atau Phang

Lan Ing, sudah cukup ...?”

Ong Tiong Kun merasa kehabisan daya karena menghadapi sikap dingin dara yang cantik itu; padahal ingin benar dia menanyakan sebab sebab Phang Lan Ing ingin membunuh diri. Mungkinkah karena banyak hutangnya atau mungkinkah ada hubungannya dengan kedua laki laki yang dia tempur dipantai tadi, yang barangkali sedang mengancam dara yang cantik itu ?

Selagi Ong Tiong Kun sedang berpikir dan mengawasi Phang Lan Ing yang masih berdiri dihadapannya, maka secara tiba tiba ada seseorang yang membungkus kepala pemuda ini dari bagian belakang, membungkus dengan suatu kantong kain warna hitam. Disaat Ong Tiong Kun hendak melakukan perlawanan: maka tercium oleh pemuda itu suatu bau harum yang langsung membikin dia pingsan lupa diri.

Tubuh Ong Tiong Kun yang kepalanya masih tertutup dengan kantong kain hitam itu; kemudian dibungkus lagi dalam suatu kantong yang besar ukurannya oleh dua orang laki-laki, sementara ada seorang lagi yang kelihatan sedang mendekati dan memberi hormat kepada Phang Lan Ing, namun dara yang cantik itu tidak menghiraukan, sebaliknya dengan langkah kaki yang tenang dara itu meninggalkan tempat itu.

Sejenak ketiga orang lelaki itu saling mengawasi diantara mereka. Dua diantaranya adalah orang orang yang pernah bertempur melawan Ong Tiong Kun dipantai laut tadi sedangkan yang seorang lagi berkepala botak, memakai pakaian imam sebab dia memang seorang hweeshio atau paderi.

Laki laki yang bertubuh tinggi besar itu kemudian mengangkat tubuh Ong Tiong Kun yang sudah dibungkus, dan mereka meninggalkan rumah penginapan itu lewat jalan belakang dengan melompati tembok halaman; akhirnya mereka mengangkut Ong Tiong Kun dengan sebuah kereta kuda yang sudah mereka sediakan.

Ong Tiong Kun tidak mengetahui, entah berapa lama dia dalam keadaan pingsan. Waktu dia siuman; maka diketahuilah olehnya bahwa dia telah berada disuatu kamar tahanan, yang bukan merupakan kamar tahanan dibawah tanah yang dia rasakan dari hawa yang lembab tidak segar; sedangkan kamar itu dari tembok seluruhnya, tidak ada jendela dan tidak ada lubang angin, hanya tulang tulang besi pada pintu merupakan satu-satunya lobang untuk udara memasuki ruangan kamar tahanan itu. Diatas sebuah meja batu, dilihatnya ada sepiring nasi berikut sekedar lauk pauk. Karena rasa laparnya yang tidak tertahan, maka Ong Tiong Kun makan nasi itu, sementara pikirannya mulai dia gunakan, entah siapa gerangan yang telah menangkap dan menahan dia.

Waktu kemudian Ong Tiong Kun telah selesai bersantap, maka pintu kamar tahanan itu dibuka orang dari sebelah luar, yakni oleh orang orang yang menangkap Ong Tiong Kun waktu berada dirumah penginapan.

Ketiga orang laki laki itu mengajak Ong Tiong Kun yang katanya hendak dibawa menghadap kepada pemimpin mereka, dan Ong Tiong Kun mengenali dua orang dari ketiga laki laki itu, yakni orang orang yang pernah dia tempur ditepi pantai laut.

Pada saat itu Ong Tiong Kun sengaja berlaku patuh menurut, mengikuti segala perintah ketiga orang laki laki itu. Pikirnya akan sia-sia mengajukan pertanyaan kepada tiga orang laki laki itu tentang siapa gerangan si pemimpin dan mengapa dia ditangkap. Sebaliknya dia merasa lebih baik dia dibawa menghadap supaya dia bisa melihat sendiri.

Beberapa kali mereka harus menaiki anak tangga dari bata dan melewati berbagai lorong yang lembab sampai kemudian mereka melewati berbagai ruangan yang ada penjaganya, dan akhirnya mereka memasuki sebuah ruang tamu yang perabotnya terdiri dari barang barang mewah, namun didalam ruangan tamu itu tidak terlihat adanya seseorang lain.

Ong Tiong Kun mengawasi laki laki bertubuh tinggi besar yang mengawal dia tepat di saat laki laki itu juga sedang mengawasi dengan sepasang sinar mata menyimpan dendam mungkin sebab laki laki itu masih merasa penasaran sebab tidak dapat mengalahkan Ong Tiong Kun waktu pertempuran dipantai sampai mereka terpaksa memakai obat bius buat menangkap Ong Tiong Kun.

Tiba tiba Ong Tiong Kun mendapat sebuah pikiran bahwa alangkah baiknya kalau dia dapat melabrak ketiga orang lelaki itu sebagai pelepas dendam karena dia telah dibokong setelah itu baru dia menemui si pemimpin.

Waktu itu sepasang lengan Ong Tiong Kun sedang dipegang oleh lelaki yang bertubuh tinggi besar serta seorang temannya yang berada disisi lain, sedangkan si hweesio botak sedang memberikan laporan kepada pemimpin mereka.

Segera Ong Tiong Kun mengerahkan tenaganya; lalu dia berontak melepaskan diri dengan lengan kirinya yang menyikut lelaki tinggi besar itu, tepat pada bagian perut sehingga lelaki itu membungkuk kesakitan dan memaki maki.

Membarengi geraknya itu, tangan kanan Ong Tiong Kun kemudian menghajar lelaki yang seorang lagi, akan tetapi waktu lelaki itu mengangkat tangannya hendak digunakan buat menangkis, maka kaki Ong Tiong Kun yang bergerak, dan suatu tendangan bagaikan geledek membikin tubuh laki laki itu tersungkur jatuh.

Laki laki yang tinggi besar itu kemudian siap menghadapi Ong Tiong Kun. Dia memasang kuda kuda; lalu sepasang tangannya terangkat dengan sepuluh jari tangan membentang bagaikan cakar burung gagak yang liar, dan dia menerkam hendak merobek dada Ong Tiong Kun.

Sepasang tangan Ong Tiong Kun mengibas; membentur sepasang lengan laki Iaki yang bertubuh tinggi besar itu. Sebagai akibat dari benturan itu, tubuh Ong Tiong Kun terdorong mundur tiga Iangkah kebelakang, dan lawannya juga menghadapi hal yang serupa. Ong Tiong Kun ingin melakukan serangan balasan, akan tetapi tiba tiba didengarnya suara dari laki laki yang dia tendang tadi, dan laki laki itu menyerang Ong Tiong Kun memakai sebatang pisau belati.

Ong Tiong Kun sebenarnya sangat mahir dengan ilmu silat pedang, akan tetapi waktu itu dia tidak bersenjata oleh karena pedangnya disita waktu dia kena ditangkap.

Waktu serangan pisau belati datang, Ong Tiong Kun hanya sedikit menggeser tubuh menyamping; membiarkan pisau belati lewat didekat pinggangnya lalu tangannya memukul lengan musuh yang memegang pisau dan lawan itu tidak bersempatan untuk berkelit menghindar sehingga lengan itu kena dipukul dan pisau belati lepas jatuh dilantai, akan tetapi waktu Ong Tiong Kun hendak menyambung geraknya dengan suatu serangan lain, maka mendadak tubuhnya dirangkul dari bagian belakang oleh laki laki yang bertubuh tinggi besar, dirangkul erat erat bagaikan hendak membikin remuk semua tulang tulang Ong Tiong Kun !

Ong Tiong Kun berusaha hendak membebaskan dirinya dari rangkulan itu namun rangkulan itu mengunci dengan ketat, sedangkan musuh yang tadi menyerang memakai pisau belati, sekarang menggunakan kepelan tangan kirinya hendak memukul dada Ong Tiong Kun.

Pemuda ini lalu membiarkan dirinya tergantung didalam rangkulan laki laki yang bertubuh tinggi besar, dan dengan kedua kakinya yang dapat bergerak bebas itu, digunakan buat menendang laki laki yang hendak memukul membikin laki laki itu terlempar jatuh tidak dapat cepat cepat bangun.

Setelah berhasil dengan tendangannya itu maka Ong Tiong Kun membungkuk sambil dia mengerahkan tenaga membikin tubuh besar dari lawannya terbang lewat kepala Ong Tiong Kun namun masih dia berusaha tidak melepaskan pegangannya sampai lutut Ong Tiong Kun menghajar leher laki laki itu, sehingga laki laki itu berteriak kesakitan dan melepaskan pegangannya.

Adalah pada saat itu; pundak kiri Ong Tiong Kun dihajar seseorang dari bagian belakang !

Ong Tiong Kun berusaha menghindar namun lima jari tangan si penyerang berhasil menyobek baju dan sedikit kulit pundak sehingga mengeluarkan darah.

Segera diketahui oleh Ong Tiong Kun, bahwa si pembokong itu adalah si hweeshio botak. Dengan sangat marah Ong Tiong Kun lompat menerkam sambil dia melancarkan suatu pukulan pendek; akan tetapi waktu dilihatnya hweeshio itu hendak menangkis dengan menggunakan tenaga cakar elang atau Eng jiauw kang, maka adalah kaki Ong Tiong Kun yang berhasil menendang dada kiri si hweesio, namun akibatnya tubuh Ong Tiong Kun yang terlempar mundur dan jatuh duduk sedangkan si hweeshio itu juga ikut terjatuh duduk !

"Bagus  !" terdengar teriak suara seorang laki laki.

Ong Tiong Kun menganggap laki laki yang berteriak itu juga hendak menyerang dia yang masih terduduk jatuh. Sebelah tangannya segera meraih pisau belati yang kebenaran berada didekat bekas dia jatuh tadi, dan pisau belati itu dia lontarkan kearah suara laki laki yang berteriak tadi, akan tetapi dengan tenang laki laki itu hanya miringkan sedikit kepalanya, dan pisau belati itu pun lewat didekat muka laki laki itu, lalu membenam pada sebuah patung baja setinggi manusia tepat pada bagian mata yang memang bolong !

Sejenak laki laki itu mengawasi kearah patung baja yang berada disebelah belakangnya; lalu dia memutar tubuhnya menghadapi Ong Tiong Kun; akan tetapi waktu dilihatnya si hweeshio dan laki laki yang tinggi besar hendak melakukan penyerangan lagi, maka dia mencegah dengan teriak suaranya yang berwibawa ;

"Tahan ... !" demikian dia berseru, yang dengan patuh telah dituruti oleh kedua orang orang yang hendak menyerang Ong Tiong Kun.

(‘agaknya inilah sipemimpin , ..') pikir Ong Tiong Kun didalam hati: sambil dia berdiri dan bersikap waspada.

Umur laki laki yang menjadi pemimpin itu sudah lebih dari empat puluh tahun, bertubuh sehat agak gemuk akan tetapi gesit dan tangkas: memiara sedikit kumis sementara pakaiannya dari bahan sutra yang mahal.

Si pemimpin itu lalu duduk pada sebuah kursi yang lebar mewah, berhadapan dengan sebuah meja tulis yang diatasnya banyak terdapat buku buku serta alat tulis; setelah itu dia memerintahkan ketiga orang-orangnya ke luar, meninggalkan dia berdua dengan Ong Tiong Kun.

('suatu perbuatan yang sangat berani, membiarkan diri berada berdua dengan musuh ..') pikirnya Ong Tiong Kun didalam hati; sebab dia menganggap dirinya sebagai musuh dari lelaki yang menjadi pemimpin itu.

“Kau bernama Ong Tiong Kun bukan ?” akhirnya tanya lelaki itu dengan nada suara berwibawa, dan dia membiarkan Ong Tiong Kun tetap berdiri.

"Apakah harus aku menyebut namaku dan apakah harus aku bicara sambil berdiri...?” sahut Ong Tiong Kun dengan nada suara menghina, tak sedikitpun perlihatkan rasa gentar atau takut.

“Ha ha-ha! kau telah berhasil mengalahkan tiga orangku yang terbaik, dan kau berani mengucap kata kata seperti tadi terhadap aku. Sesungguhnya aku bangga dengan kau. Silahkan kau duduk!” sahut laki laki itu sambil dia tertawa; suatu hal yang benar benar diluar dugaan Ong Tiong Kun, karena semula dia menganggap pemimpin itu akan menjadi marah-marah.

Dengan sikapnya yang wajar dan tenang, Ong Tiong Kun memilih tempat duduk yang cukup berhadapan dengan si pemimpin, akan tetapi yang dia merasa tidak mungkin untuk dibokong dari bagian belakang.

“Tahukah kau siapa aku .. , ?” tanya laki laki itu, tetap dengan nada suara yang penuh wibawa, namun dengan menyertai sebuah senyuman yang ramah.

Ong Tiong Kun hanya menggelengkan kepala, lalu laki laki itu yang berkata lagi :

“Namaku adalah Phang Bun Liong, pemimpin dari persekutuan Hek liong pang , , .”

"Phang Bun Liong atau It-ci sian si Jeriji sakti ... ?” Ong Tiong Kun mengulang menyebut nama, bagaikan dia tidak sengaja; karena sesungguhnya dia tidak menyangka bahwa dia telah ditahan dan sedang berhadapan dengan ketua Hek Liong pang, suatu persekutuan yang sangat kenamaan dan luas pengaruh kekuasaannya dimulai oleh berbagi kalangan orang orang rimba persilatan, tidak melulu diwilayah sebelah utara; bahkan tembus sampai ke wilayah sebelah selatan.

Sementara itu It ci sian Phang Bun Liong lagi lagi tertawa. Agaknya dia merasa bangga karena Ong Tiong Kun kelihatan terkejut dan terpesona waktu mengetahui nama dia; lalu dengan sikap bangga dia berkata lagi ;

"Aku tidak perduli dengan kesimpulan orang orang tentang Hek Liong Pang dan tentang diriku. Ada yang mengatakan bahwa Hek-Liong Pang merupakan persekutuan kawanan garong yang suka merampok, atau ada yang menuduh sebagai penyelundup, bahkan ada yang mengatakan atau menuduh sebagai penghianat bangsa, oleh karena aku ogah ikut mendukung gerakan orang orang yang katanya sedang berjuang untuk bangsa dan negara. Buat aku, yang penting semua orang orang Hek liong pang harus taat dengan peraturan Hek Liong pang, dan bagi mereka yang menyeleweng, aku tidak ragu ragu untuk memberikan hukuman ..."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar