Pendekar Bunga Cinta Jilid 17

jilid 17 

Berhubung dengan cara penolakan si pelayan yang menyinggung perasaannya, serta suara ribut ribut yang terdengar dari rombongan orang-orang yang katanya sedang mengadakan pesta makan maka Yo Sam memaksa masuk lalu dia memilih tempat duduk tanpa menghiraukan ada Coa Wie Tong yang sedang merangkul dua perempuan lacur sedangkan adiknya, Coa Wie Go waktu itu sedang asik minum arak bersama sama kawan-kawan mereka yang lain, sambil mereka tertawa dan perlihatkan lagak yang tidak sopan.

Kehadiran Yo Sam yang bukan menjadi rombongan mereka, sudah tentu mengakibatkan Coa Wie Tong jadi marah-marah. Dia memanggil seorang pelayan yang langsung dia tendang dan maki.

Waktu pelayan itu mengatakan bahwa Yo Sam justru yang memaksa masuk, maka Coa Wie Go mendahulukan kakaknya untuk mendekati tempat Yo Sam duduk :

“Tukang obat bedebah apakah kau tak tahu bahwa kami orang-orang Ong kee po sudah memborong tempat ini .. ?" demikian maki Coa Wie Go dengan lagak seorang jagoan tengik.

Didalam hati Yo Sam menjadi terkejut. Dia memang tak menduga bahwa lagi-lagi dia telah berhadapan dengan orang orang Ong kee po, yang rupanya sudah sangat merajalela. Akan tetapi waktu itu dia diam ditempatnya.

Waktu itu Coa Wie Go sedang memegang mangkok arak yang sudah kosong isinya. Karena marahnya, dari jarak yang cukup dekat itu dia menimpuk.

Dengan tenang dan tangkas, Yo Sam mengangkat sebelah tangan kirinya menangkis mangkok arak itu yang lalu terpental jauh kearah lain, dan membenam sangat dalam pada tiang kayu rumah makan itu.

"Orang ini boleh juga !” kata Coa Wie Go dengan nada suara mengejek. Dia langsung saja membacok dengan gerak 'gunung tay san menindih' dan Yo Sam yang masih duduk ditempatnya, secara mendadak tubuhnya lompat menghindar sehingga golok Coa Wie Go membenam dikursi bekas tempat duduk Yo Sam,

Sebelum Coa Wie Go sempat mencabut goloknya yang masih membenam dikursi itu, maka bagian pantatnya kena ditendang oleh Yo Sam, sampai Coa Wie Go terlempar jatuh tengkurep !

Serentak beberapa orang Ong kee po hendak mengepung Yo Sam, akan tetapi mereka batal menyerang sebab mereka mendengar teriakan suara Coa Wie Go,

"Tunggu ! biarlah aku sendiri yang menghadapi tabib kurang ajar itu , .. !”

Coa Wie Go yang pada saat itu sudah bangun berdiri, lalu melangkah mendekati dengan golok ditangannya serta dengan lagak yang tetap seperti seorang jagoan tengik.

Dilain pihak, Yo Sam juga sudah siap dengan senjatanya yang istimewa yakni berupa sepasang siang pit atau semacam alat tulis yang masing-masing berukuran setengah meter, akan tetapi dibuat dari bahan logam. Dengan gerak tipu 'ular belang keluar dari liang', maka Coa Wie Go membuka serangan dengan suatu tikaman; akan tetapi waktu Yo Sam berkelit menyamping, maka sambil memutar tubuh Coa Wie Go mengulang serangannya dengan suatu tabasan memakai gerak tipu 'ular belang melingkar.'

Yo Sam menangkis memakai senjata yang ditangan kiri sehingga terjadi suatu benturan membikin golok Coa Wie Go hampir lepas dari pegangannya, dan selagi Coa Wie Go terkejut karena tidak menduga lawannya memiliki tenaga besar, maka senjata Yo Sam yang di tangan kanan menusuk bagian pundak.

Untuk menolong diri terpaksa Coa Wie Go harus berkelit dengan suatu lompatan jauh, akan tetapi ternyata baju pada bagian pundaknya robek kena senjata lawan, sebab tanpa dia mengetahui, senjata istimewa dari lawannya secara tiba-tiba bertambah panjang, dengan munculnya suatu benda tajam semacam mata tombak dan yang secepat itu pula sudah menghilang lagi !

Coa Wie Tong yang ikut menyaksikan keistimewaan senjata Yo Sam yang bahkan hampir berhasil merebut nyawa adiknya; lompat berdiri dengan terkejut bercampur marah.

Cepat cepat Coa Wie Tong menyiapkan goloknya dan secepat itu pula dia lompat menerjang dengan suatu bacokan, dengan menggunakan jurus 'tay san ap teng' atau gunung tay san menindih.

Yo Sam melihat datangnya musuh lain, dan dia yakin bahwa Coa Wie Tong memiliki tenaga yang besar. Tak mau dia sembarang menangkis memakai senjatanya yang kalah berat, dari itu dia lompat dan tahu tahu dia sudah berdiri dibagian belakang Coa Wie Tong dan secepat itu pula dia menikam dengan senjatanya yang istimewa, karena senjata itu lagi lagi telah memanjang dengan mata tombak yang tajam karena ujung senjata itu memang bisa dia kendalikan dengan semacam alat yang ditekan.

Untung bagi Coa Wie Tong bahwa pada saat itu Coa Wie Go sudah bergerak tepat pada waktunya. Si bungsu lompat dengan suatu pukulan mengarah senjata lawan memakai goloknya sehingga sekali lagi terdengar bunyi suara kedua benda logam itu saling bentur lalu Coa Wie Go harus berkelit dari tikaman senjata Yo Sam yang sebelah kiri sementara Coa Wie Tong juga sudah memutar tubuh dan bergerak menolong adiknya.

Dengan perlihatkan kelincahan tubuhnya, Yo Sam selalu berkelit menghindar dari serangan golok Coa Wie Tong yang berat sebaliknya tanpa ragu-ragu dia bentur golok Coa Wie Go karena dia tahu tenaga si bungsu tidak sebesar tenaga Coa Wie Tong.

Dalam sengitnya Coa Wie Tong berulang kali memaki dengan suaranya yang besar bagaikan guntur namun yang tidak dihiraukan oleh Yo Sam yang hanya perlihatkan senyum menghina; dan pada suatu kesempatan Yo Sam lompat mendekati pintu keluar dan berkata :

"Kalian anjing geladak dari dusun Ong-ke po, kalian tak ada gunanya buat aku tempur. Sebaiknya kalian pulang membawa khabar bahwa aku Yo Sam akan datang membasmi kalian semua , .. !”

Sehabis Yo Sam berkata demikian, maka dia lompat keluar dari rumah makan, tanpa dia menghiraukan teriak marah suara Coa Wie Tong, yang tak sanggup mengejar Yo Sam. Dilain pihak seorang diri dan tetap dengan membawa palu besi miliknya yang besar dan berat; Yo Toa berlari-lari menuju dusun Ong kee po !

Ketika dia tiba diperbatasan dusun itu, maka dilihatnya ada pintu gerbang yang tinggi dengan delapan orang penjaga yang bersenjata golok.

Para penjaga itu juga melihat kedatangan Yo Toa yang membawa-bawa palu besi yang besar dan berat kelihatannya. Mereka merintangi dan tidak membolehkan Yo Toa memasuki dusun Ong kee po, sedangkan Yo Toa memaki-maki mengatakan kedatangannya justeru adalah untuk melakukan balas dendam ayahnya.

Para penjaga itu kemudian menganggap Yo Toa adalah seorang orang yang sinting, dari itu mereka lalu mengepung dan menyerang sedangkan seorang diantaranya lari membawa khabar pintu gerbang yang kedua.

Yo Toa mengamuk lagi bagaikan seekor banteng gila. Palunya yang berat bergerak memukul keberbagai arah, membikin para pengepungnya tidak berani sembarang mendekati. Mereka hanya melakukan penyerangan kalau dilihatnya Yo Toa berhenti memukul dengan palunya yang berat, setelah itu mereka cepat-cepat mundur jauh kalau melihat Yo Toa mengangkat palunya.

Akibat terlalu sering Yo Toa memukul angin memakai palunya yang berat, maka Yo Toa menjadi keletihan, lalu disaat selagi Yo Toa menghapus peluh yang membasahi mukanya maka datang serombongan orang-orang yang hendak memasuki dusun Ong kee po; mereka adalah rombongannya Coa Wie Tong yang sudah bergabung dengan rombongannya Kong Sun Wie oleh karena mereka memang sedang mengejar Yo Sam yang mereka anggap mendatangi dusun Ong kee po, akan tetapi yang mereka temui justeru adalah Yo Toa sedang mengamuk.

Sangat berat perjuangan Yo Toa yang menghadapi sekian banyaknya musuh yang kuat dan gagah terlebih Coa Wie Tong yang juga memiliki tenaga besar.

Meskipun benar Yo Toa kemudian berhasil membinasakan beberapa orang musuh namun pundak kirinya terkena tusukan golok Coa Wie Tong sehingga darah membasahi tubuhnya yang tidak memakai baju dan yang memang sudah basah dengan peluh bercampur debu.

Yo Toa harus melakukan perlawanan terus untuk mempertahankan nyawanya. Tidak terpikir akan untuk melarikan diri, sebaliknya dia mengamuk bagaikan seekor banteng yang sudah terluka; sehingga palunya yang berat berhasil menghantam muka seorang lawan, sampai muka itu remuk mengerikan !

Disaat yang sangat membahayakan bagi keadaan Yo Toa, maka datang dua orang pemuda yang ternyata adalah Yo Sam dan Yo Sun.

Kedua pemuda itu tidak datang bersama-sama. Mereka bahkan datang dari dua arah yang berlawanan, sebab kedatangan mereka keperbatasan dusun Ong kee po adalah untuk menyelidik. Akan tetapi waktu mereka melihat ada seseorang yang sedang dikepung, maka tanpa memikir dua kali mereka langsung memasuki kancah pertempuran, untuk memberikan bantuan bagi Yo Toa yang mereka belum kenal.

Sekarang semangat tempur Yo Toa bangkit lagi. Tenaganya seolah-olah bertambah besar dan gerak palunya ikut jadi bertambah berbahaya. Ketiga persaudaraan Yo itu mengamuk di tengah kepungan musuh, mengakibatkan banyaknya korban orang orang Ong kee po yang tewas atau terluka.

Pada waktu itu dara Lian Cay Hong juga ternyata sudah datang ditempat pertempuran itu, akan tetapi dia tidak segera perlihatkan diri, sebaliknya dia sedang memikirkan suatu daya untuk menghentikan pertempuran, sampai kemudian dia menjadi sangat terkejut, sebab melihat datangnya Pat kwa to Ong Sin Ho dengan rombongannya !

Golok yang menjadi senjatanya Ong Sin Ho bukanlah golok yang sama ukurannya semacam pedang, akan tetapi golok yang besar dengan tangkai yang panjang dan berat, tidak kurang dari dua meter panjangnya, seperti golok Kwan kong dijaman dahulu kala.

Golok yang panjang, besar dan berat itu tidak dibawa sendiri oleh Ong Sin Ho, akan tetapi selalu digotong oleh dua orang petugas khusus yang bertubuh tinggi besar yang selalu mengikuti Ong Sin Ho, kapan saja dan dimana saja dedengkot orang orang Pat kwa bun itu berada.

Waktu Ong Sin Ho melihat banyaknya orang orang Ong kee Po yang terluka atau binasa ditangan tiga orang laki-laki muda yang sedang melanda desanya; maka dia berteriak seperti guntur buat dia meminta goloknya, dan waktu golok itu sudah berada ditangannya, maka dengan langkah kaki bagaikan seekor macan-galak, Ong Sin Ho mendekati tempat berdiri ke tiga pemuda itu oleh karena semua yang sedang mengepung sudah memisah diri dan pertempuran menjadi tertunda waktu dia teriak tadi.

Ketiga laki laki muda dari persaudaraan Yo itu bagaikan orang orang yang sudah berjanji, bergegas memasang kuda kuda untuk menghadapi Pat kwa to Ong Sin Ho dan waktu serangan golok raksasa itu datang dengan tabah Yo Toa menangkis memakai palunya yang besar dan berat, namun dia terjerumus kebelakang dan terjatuh duduk.

Menggunakan saat selagi Yo Toa menangkis golok yang besar itu maka dengan lincah dan gesit Yo Sun lompat mendekati Ong Sin Ho yang hendak dia serang memakai tudungnya yang istimewa, akan tetapi waktu dengan tangkai golok yang panjang dan berat Ong Sin Ho mendahului memukul maka tubuh Yo Sun yang masih melayang terlempar kelain arah dan dia terjatuh dengan mulut mengeluarkan darah!

Bagaikan seekor burung walet yang terbang menembus angkasa Yo Sam juga Iompat tinggi dan jauh dengan sepasang senjatanya yang sudah siap mencari sasaran pada sepasang matanya Ong Sin Ho, akan tetapi dengan gesit dan tangkas Ong Sin Ho mengangkat goloknya yang panjang menusuk keatas udara menyambut datangnya tubuh Yo Sam !

Yo Sam sangat terkejut. Dia berusaha sedapat mungkin buat menolong diri dengan miringkan tubuhnya yang sedang meluncur diangkasa namun demikian betisnya terkupas terkena mata golok yang tajam!

Pat kwa to Ong Sin Ho tertawa, lalu hendak dia membinasakan Yo Sam dengan serangan berikutnya, namun dia harus membatalkan sebab mendengar teriak suara Yo Toa yang sedang menyerang dia dengan satu pukulan palu besi.

Dengan sepasang tangannya Ong Sin Ho mengangkat goloknya melintang dan tangkai golok yang panjang itu berhasil menangkis palu Yo Toa, sampai sekali lagi Yo Toa terlempar mundur dan terjatuh duduk.

“Tunggu .. ,” teriak suara seseorang saat Ong Sin Ho

siap hendak membelah Yo Toa dengan goloknya yang panjang. Dan seseorang itu ternyata adalah 'si jelek' Lian Cay Hong yang tubuhnya sedang melayang diangkasa, untuk disaat berikutnya dia sudah berdiri menghadapi Ong Sin Ho.

"Akh, kau si jelek. Apa maksudmu mencegah aku membunuh dia ...?” kata Ong Sin Ho yang tidak lupa kebiasaannya menukar istilah “si jelek" untuk kata ganti nama Lian Cay Hong.

Dara Lian Cay Hong mengangkat sepasang tangannya memberi hormat, sambil dia berkata ;

“Susiok, aku harap kau lepaskan dan biarkan mereka pergi…." demikian katanya dengan memanggil susiok atau paman kepada Ong Sin Ho: sedangkan mereka sudah tentu dimaksud Yo Toa bertiga.

Pat kwa to Ong Sin Ho terpesona sampai terbelalak sepasang matanya, waktu dia mendengar perkataan 'si jelek' itu.

“Apakah kau datang bersama-sama dengan mereka , . ?”

akhirnya tanya Ong Sin Ho.

"Tidak. Akan tetapi ada sesuatu yang belum waktunya buat aku mengatakan kepada susiok...” sahut Lian Cay Hong kelihatan berlaku tenang, bahkan sempat menyertai senyum yang manis.

Akan tetapi, Ong Sin Ho justeru jadi bertambah heran, bahkan bercampur marah.

"Tidak bisa ! aku harus binasakan mereka…!" datuk orang orang Pat kwa bun itu berkata dengan suara yang tegas.

“Kalau begitu, maafkan bahwa aku harus melawan susiok…." kata dara Lian Cay Hong: tetap dengan suara yang tenang dan tetap dengan perlihatkan senyum yang lembut memikat, akan tetapi dia siapkan pedangnya yang dikeluarkan dari sarungnya.

“Kurang ajar kau si jelek berani menentang aku ... !" geram Ong Sin Ho.

Dara Lian Cay Hong tidak menghiraukan kemarahan Ong Sin Ho. Dengan lagak dan gaya siap bertempur dia melangkah mundur, akan tetapi didekat Yo Toa bertiga, maka dia berkata dengan suara perlahan :

“Lekas kalian lari dan tunggu aku dikuil yang sudah kita

janjikan."

Yo Sun bertiga tidak menghendaki dara Lian Cay Hong seorang diri yang menentang maut, akan tetapi mereka terpengaruh dengan suara berwibawa dari dara yang jelita itu sehingga Yo Toa cepat cepat memanggul tubuh Yo Sam yang terluka untuk kemudian mereka melarikan diri.

Dalam marahnya Ong Sin Ho sampai lupa memerintahkan orang orangnya buat mengejar Yo Toa bertiga, sebaliknya dengan sengit dia hajar si jelek memakai goloknya yang dahsyat.

Segala kunci rahasia ilmu silat Pat kwa bun golongan barat sudah diketahui oleh ayahnya Lian Cay Hong yang sudah tentu telah pula diketahui oleh dara yang cerdas itu. Oleh karena itulah tidak sukar buat Lian Cay Hong selalu menghindar dari setiap serangan Ong Sin Ho sehingga mengakibatkan meluap kemarahan Ong Sin Ho yang selalu melancarkan berbagai serangan dahsyat, sampai akhirnya Lian Cay Hong melesat menghilang tanpa dia menghiraukan Ong Sin Ho memaki-maki.

Di lain pihak Yo Toa telah perlihatkan tenaganya yang besar. Tanpa menghiraukan  dia sendiri  sedang terluka mengeluarkan banyak darah namun tetap panggul tubuh Yo Sam sampai kemudian mereka tiba disebuah kuil rusak yang letaknya tidak terlalu jauh dari bukit Kim nia.

Yo Toa menurunkan tubuh Yo Sam yang kemudian dia balut lukanya, sementara Yo Sun yang menyaksikan sempat melihat tanda cacad bekas guratan golok, baik di tangan Yo Toa maupun ditangan Yo Sam.

Segera Yo Sun menceritakan tentang hubungan mereka sebagai kakak beradik, sesuai seperti yang dia ketahui dari Lian Cay Hong.

Yo Toa sangat girang setelah mengetahui bahwa dia sedang kumpul dengan kedua adiknya, suatu kejadian yarg tak pernah dia duga atau impikan.

"Hayaa ! aku menjadi saudara tertua dari kalian !" dia berkata sambil tertawa dan menari-nari; lalu dengan tiba- tiba dia mendorong bahu Yo Sam, membikin pemuda itu terjerumus beberapa langkah kebelakang, hampir terjatuh duduk.

"Kita harus berterima kasih kepada Lian kouwnio yang kesudian bersusah payah buat kepentingan kita , , . ,” terdengar kata Yo Sam yang belum sanggup berdiri.

Justru pada saat itu datang dara Lian Cay Hong dengan wajah muka berseri-seri, karena dia ikut gembira melihat ketiga bersaudara itu sudah berkumpul.

"Lian kouwnio, kami sangat berterima kasih kepadamu

..." serentak kata Yo Toa bertiga; sambil mereka menyoja memberi hormat.

Dara Lian Cay Hong tertawa kemudian dia menceritakan tentang almarhum ayahnya yang telah menciptakan suatu ilmu "ngo houw tay sin kang” atau tenaga lima harimau bersatu padu yang dapat mengalahkan Pat kwa to Ong Sin Ho.

"Untuk belajar ilmu ngo houw tay sin kang ini, kalian harus bersabar sampai kalian lima bersaudara berkumpul, disamping itu harus ada seorang yang kuat diantara kalian, yang memiliki tenaga ratusan kati,..!"

“Akulah orangnya .. !” kata Yo Toa dengan suara bangga, sambil dia tertawa dan perlihatkan otot yang sebesar gajah.

(‘ototnya memang gede. , . !' ) pikir Lian Cay Hong didalam hati; akan tetapi dia ikut tertawa juga ketiga persaudaraan Yo jadi tertawa sampai kemudian Lian Cay Hong mengeluarkan kitab pelajaran ilmu-silat 'Ong houw tay-sin kang yang lalu dia serahkan kepada Yo Toa.

Yo Toa menyambuti kitab itu, melihat dan memutar balik sampai kemudian dia serahkan kepada Yo Sun; dan Yo Sun kemudian memberikan kepada Yo Sam yang lalu membacakan beberapa bagian yang penting, oleh karena diketahuinya bahwa kedua saudaranya itu buta hurup.

"Mulai hari ini kalian bertiga jangan meninggalkan tempat ini, sampai lagi beberapa hari si gagak putih Yo Jim akan datang seperti yang kita janjikan . , ." kata lagi Lian Cay Hong.

“Si gagak putih yang menjadi piauwsu kenamaan dari Hui eng piauwkok apakah dia saudara kami..?" tanya Yo Toa berdua Yo Sam.

“Benar.,," sahut Lian Cay Hong sambil dia perlihatkan senyumnya yang memikat, dan kemudian dia menambahkan perkataannya ;

" .. , sementara ini; aku masih harus mencari si bungsu , ,

, " ( oXo[£o ) ( 0X0^0 )

HUI-ENG piauwkiok yang berkedudukan diHang-ciu, adalah salah satu perusahaan pengangkutan yang terbesar dan banyak mendapat kepercayaan dari kalangan masyarakat, serta disegani pihak berandal, oleh karena terkenal perusahaan pengangkutan itu punya pasukan pengawal yang kuat dan mahir ilmu silatnya, diantaranya terdapat si gagak putih Yo Jim.

Adalah suatu hal yang tidak disengaja, bahwa sampai sedemikian lamanya Hui eng piauwkiok belum pernah menerima pekerjaan mengantar piauw yang harus melewati daerah perbatasan dengan dusun Ong kee po yang terkenal angker karena adanya orang orang Pat kwa bun golongan barat, yang dipimpin oleh Pat kwa to Ong Sin Ho.

Kemudian adalah suatu hal yang tidak disengaja pula, bahwa pada hari itu pihak Hui eng piauwkiok menerima tawaran untuk mengawal sejumlah kiriman untuk disampaikan di suatu tempat yang harus melewati perbatasan dusun Ong kee po !

Pihak pimpinan segera mengadakan suatu rapat kerja dengan beberapa orang piauwsu terkemuka, antara lain hadir si gagak putih Yo Jim.

Pihak pimpinan perusahaan mengatakan bahwa dengan menerima pekerjaan itu, berarti Hui eng piauwkiok harus mempertaruhkan namanya oleh karena kemungkinan besar akan dijegal oleh pihak Pat-kwa bun, sebaliknya kalau mereka tidak menerima pekerjaan itu, orang-orang akan mengambil kesimpulan bahwa perusahaan pengangkutan itu tak berani menempuh bahaya.

Maka tampil si gagak putih Yo Jim yang menyatakan kesediaannya untuk mengawal kiriman itu. Memang sudah menjadi niat Yo Jim untuk berangkat kedusun Ong kee po, buat dia memenuhi janjinya dengan dara Lian Cay Hong, dari itu dia memperhitungkan waktu bahwa dia masih sempat memenuhi janjinya terhadap Lian Cay Hong sehabis dia menunaikan tugasnya mengawal kereta piauw itu.

Pihak pimpinan perusahaan menjadi girang sebab mengetahui kegagahan piauwsu utama itu. Namun demikian pihak pimpinan itu masih menyiapkan sepasukan anggota pilihan, ditambah dengan piauwsu kedua yang bernama Lauw Eng Thian, yang juga sudah kenamaan dan kawakan, yang usianya lebih tua daripada Yo Jim.

Demikian iringan kereta piauw itu berangkat dengan kemegahan dan semangat yang menyala merasa yakin merupakan kelompok terkuat yang dimiliki oleh Hui eng piauwkiok.

Iringan kereta piauw ini telah melakukan perjalanan yang cepat tanpa menghadapi suatu rintangan, sehingga pada suatu hari yang terik, mereka terpaksa beristirahat di hutan pohon Pek tempat dahulu Yo Sun pernah bertempur melawan rombongannya Coa Wie San.

Mereka yang sedang beristirahat telah mengeluarkan persediaan air minum bekal mereka, sementara sebagian lagi telah mengipas diri memakai tudung lebar atau apa saja yang dapat mereka gunakan sebagai kipas.

Si gagak putih Yo Jim ikut meneduh dibawah pohon Pek yang lebat, akan tetapi hatinya mendadak merasa cemas, oleh karena setelah dia meneliti dari tempat dia meneduh; maka dilihatnya alangkah tepatnya tempat itu digunakan oleh pihak orang-orang jahat untuk bersembunyi dan melakukan penjegalan ! Teringat dengan hal ini, maka cepat-cepat Yo Jim mendekati tempat Lauw Eng Thian yang sedang duduk beristirahat sambil minum.

"Lauw ko, sebaiknya kita perintahkan orang-orang kita segera siap untuk berangkat, tak jauh lagi kita akan tiba disuatu dusun dimana kita dapat menyambung istirahat dan bermalam .. " demikian kata Yo Jim; namun tak dikatakannya tentang hatinya yang mendadak merasa cemas.

Piauwsu Lauw Eng Thian menurut. Dia mengemasi tempat minumnya lalu dia berdiri dan berjalan mendekati rombongannya yang masih beristirahat, untuk dia memerintahkan lekas-lekas berangkat lagi.

Adalah pada saat itu selagi rombongan Hui eng piauwkiok bersiap-siap hendak meneruskan perjalanan mereka, maka secara tiba-tiba datang serangan anak panah yang berhasil merubuhkan beberapa orang yang tidak siaga.

Piauwsu Lauw Eng Thian sempat berkelit dari beberapa batang anak panah itu yang mengarah dia, dan menyampok beberapa batang lagi memakai goloknya, sementara dia tidak lupa berteriak-teriak memerintahkan pasukannya untuk melindungi kereta piauw.

Sehabis serangan anak panah itu, maka berhamburan muncul gerombolan orang-orang yang memakai tutup muka dengan secarik kain hitam, yang lalu mengurung dan menyerang pada pihak Hui eng piauwkiok.

Si gagak putih Yo Jim mengamuk ditengah para pengurungnya yang belum dia ketahui merupakan berandal dari mana asalnya, oleh karena mereka semuanya memakai tutup muka dari bagian bawah mata sampai menutup mulut mereka. Dengan geraknya yang gesit dan lincah, Yo Jim yang memakai pakaian serba putih kelihatan benar-benar seperti seekor burung gagak yang terbang kian kemari, sementara pedangnya yang seperti pelangi berwarna putih menyambar tak hentinya mencari mangsa di kalangan para pengepungnya, sampai dilain saat dengan berkali-kali lompatan dia berhasil mendekati tempat piauw Lauw Eng Thian dikurung, untuk kemudian secara punggung menempel dengan punggung mereka hadapi para pengepungnya.

Sementara itu dipihak berandal terdapat empat orang yang sangat mahir ilmu silatnya terutama yang seorang bersenjata perisai baja ditangan kiri dan gada berantai pendek di tangan kanan. Dengan buas dia mengamuk di kalangan para pengawal kereta piauw, membinasakan setiap orang yang berani menghadapi dia.

“Biauw san su kui .. " tiba-tiba Yo Jim berseru cukup keras, sambil dia lompat tinggi dan jauh untuk menghadang orang yang bersenjata perisai baja dan gada berantai itu.

"Ha ha ha! ternyata Yo piauwsu dapat mengenali aku meskipun aku memakai tutup muka .." kata orang yang bersenjata istimewa itu.

"Siapa lagi yang memakai senjata perisai-baja dan gada berantai, kalau bukan Kang Hok hantu tertua dari Biauw san su kui .. " sahut Yo Jim mendongkol dan marah.

Nama Biauw san su kui memang cukup menggetarkan kalangan rimba persilatan. Mereka adalah empat hantu dari gunung Biauw san, keturunan suku bangsa Biauw yang masih liar.

Biaw san su kui sangat mahir ilmu silatnya yang kejam serta buas orangnya. Jauh dari daerah pegunungan Biauw san, mereka menjelajah sampai kemudian mereka menetap sebagai berandal didaerah propinsi Ouw pak. Dari itu sangat mengherankan bagi Yo Jim bahwa hari itu Biauw san su kui Kang Hok berani melakukan perampasan didaerah dekat dusun Ong kee po yang menjadi wilayah kekuasaan orang-orang Pat kwa bun golongan barat. Sekilas terpikir oleh Yo Jim bahwa Biauw san su kui sudah berpihak atau berkomplot dengan orang-orang Ong kee po.

Akan tetapi waktu itu Yo Jim tidak sempat berpikir lama, karena si hantu Kang Hok yang sudah melepaskan tutup mukanya, telah melakukan perlawanan dengan waspada namun dengan gerak yang amat pesat, sebab bukan waktunya bagi Yo Jim berlaku lunak, selagi dia harus melindungi kereta piauw serta rombongannya yang sudah semakin banyak yang gugur, karena pihak lawan sangat banyak jumlahnya.

Pada saat berikutnya Yo Jim bahkan dikepung oleh si hantu ketiga yang membantu kakaknya, ditambah lagi dengan beberapa orang orang yang tidak dikenal oleh Yo Jim: sedangkan piauwsu Lauw Eng Thian waktu itu juga sudah dikepung oleh dua hantu dari gunung Biauw san serta beberapa orang kawanan berandal.

Agaknya tidak kecewa Lauw Eng Thian menjadi piauwsu tingkat dua dari Hui eng-piauwkiok, sebab meskipun dia dikepung oleh sedemikian banyak lawannya namun dia sanggup tempur mereka dan berhasil merubuhkan beberapa orang lawan menjadi mangsa goloknya yang tajam.

Kang Liang atau si hantu kedua dari gunung Biauw san; sangat marah dan penasaran sampai dia perdengarkan pekik suaranya yang keras; yang biasanya diperdengarkan oleh orang orang suku bangsa Biauw yang masih liar. Setelah itu dua batang goloknya berputar seperti sepasang baling-baling yang lalu menyerang Lauw Eng Thian bagaikan tiupan angin utara yang ganas.

Piauwsu Lauw Eng Thian yang memang bertenaga besar, tidak gentar menghadapi serangan dahsyat dari lawan yang ganas itu, dia sapu semua serangan yang hendak mengarah dirinya, tanpa menghiraukan dia sendiri merasa tergempur tenaga dalamnya sedangkan si hantu kedua dari gunung Biauw san terjerumus limbung akibat terkena tangkisan bertenaga dari piauwsu Lauw Eng Thian.

Sekiranya berhadapan seorang lawan seorang, sudah tentu terbuka kesempatan buat Lauw Eng Thian melakukan serangan maut bagi si hantu kedua, tetapi waktu itu Lauw Eng Thian harus menghindar dari berbagai serangan para pengepungnya, yang sengaja hendak melindungi sihantu kedua disamping mereka memang hendak membinasakan piauwsu Lauw Eng Thian.

Pada kesempatan yang luang si hantu ke empat yang bersenjata sepasang ruyung besi berhasil memukul punggung piauwsu Lauw Eng Thian dari belakang sehingga piauwsu yang perkasa itu muntahkan darah namun masih sanggup dia bertahan untuk tidak terjatuh sebaliknya tanpa memutar tubuh goloknya menikam kebagian belakang, berhasil membenam di perut si hantu keempat yang tewas seketika sambil dia perdengarkan pekik teriak yang menyeramkan!

Cukup jauh terpisah letak tempat pertempuran piauwsu Lauw Eng Thian dan Yo Jim akan tetapi waktu mendengar pekik teriak mengerikan dari adiknya yang bungsu maka secara tiba-tiba si hantu tertua Kang Hok melesat meninggalkan Yo Jim menuju ketempat piauwsu Lauw Eng Thian ! Lebih dahulu si hantu Kang Hok menentang seorang teman rombongannya yang sedang bertempur melawan Lauw Eng Thian, membikin tubuh orang itu terjerumus tambah mendekati seperti hendak menerkam piauw Lauw Eng Thian, dan Lauw Eng Thian langsung menyambut dengan suatu tikaman maut, mengakibatkan tubuh orang itu bagaikan menempel dengan tubuh Lauw Eng Thian.

Disaat golok piauwsu Lauw Eng Thian masih membenam di tubuh mangsanya, maka si hantu Kang Hok memukul Lauw Eng Thian memakai prisai baja yang berat dan besar.

Piauwsu Lauw Eng Thian berusaha menolong diri dengan melompat kesamping, akan tetapi dia kalah cepat, dan perisai baja itu memukul pundaknya yang sebelah kiri, sehingga tulang pundak itu remuk dan lengan kiri Lauw Eng Thian menjadi lumpuh tidak dapat digunakan !

Tubuh piauwsu Lauw Eng Thian masih sempoyongan bekas kena pukulan yang keras itu ketika sihantu Kang Hok menyusul serangannya dengan gada berantai ditangan kanan.

Dengan mengerahkan sisa tenaganya, piauwsu Lauw Eng Thian menangkis dengan goloknya namun saat itu dia sangat lemah karena lengan kirinya yang lumpuh dan tenaga dalamnya sudah kena gempur, sehingga goloknya terlempar lepas dari tangannya; sementara tubuhnya terdorong jatuh akibat benturan dia menangkis tadi.

Dalam usahanya yang hendak menolong rekannya Yo Jim lompat menyusul si hantu Kang Hok setelah lebih dahulu dia harus menghindar dari berbagai serangan para pengepungnya.

Yo Jim terlambat datang karena piauwsu Lauw Eng Thian sudah kena dipukul dan terjatuh, akan tetapi dia masih sempat menendang punggung Kang Hok, membikin si hantu tertua itu rubuh terguling, tidak mungkin menyerang Lauw Eng Thian lagi, sementara Yo Jim juga tidak mungkin menyerang Kang Hok lagi sebab dia segera dikepung oleh si hantu kedua berikut rombongannya.

Dilain pihak, seorang musuh mendekati piauwsu Lauw Eng Thian yang belum dapat bangun berdiri, dan disaat musuh itu membacok memakai goloknya, maka Lauw Eng Thian meraih kaki sesosok mayat yang rebah didekatnya, lalu mayat itu dia lontarkan kearah musuh yang menyerang dia, membikin golok musuh itu membenam ditubuh mayat rekannya sedangkan musuh itu ikut terdorong jatuh ditindih mayat rekannya.

Membarengi gerakannya itu, maka piauwsu Lauw Eng Thian bangun berdiri; memungut sebatang golok lalu dia bermaksud membantu Yo Jim yang sedang dikepung musuh.

Waktu itu, hampir semua pasukan pengawal Hui eng piauwkiok sudah tewas atau terluka dan piauwsu Lauw Eng Thian yang bermaksud membantu Yo Jim, terpaksa harus membatalkan niatnya, sebab tiba tiba dia mendengar pekik suara si hantu tertua Kang Hok:

"Lekas rebut kereta piauw..!"

Piauwsu Lauw Eng Thian melihat begitu banyaknya musuh yang lagi mendekati kereta piauw yang sudah hampir tidak ada yang melindungi, dari itu dia batal membantu Yo Jim, dan dia ikut lari ketempat kereta piauw, dimana dia tempur setiap orang yang berusaha hendak merebut kereta piauw.

Meskipun dia bertekad hendak melindungi kereta piauw, akan tetapi piauwsu Lauw Eng Thian sudah terluka parah, yakni lengan kirinya yang lumpuh dan tenaga dalamnya yang sudah kena gempur waktu dia menangkis serangan Kang Hok tadi.

Disuatu saat golok kiri Kang Liang menusuk lutut kanan piauwsu kawakan itu, mengakibatkan Lauw Eng Thian sempoyongan ke sebelah belakang dan terjatuh duduk bersandar pada kereta piauw, menyusul kemudian seorang musuh lain menusuk perutnya memakai sebatang tombak pendek sehingga tombak itu terbenam didalam perut Lauw Eng Thian.

Piauwsu Lauw Eng Thian berteriak keras. Tangan kanannya yang tadi memegang golok, dia gunakan buat meraih dan merebut gagang tombak yang hendak dia cabut dari perutnya, sementara sebelah kakinya sanggup menendang musuh yang menusuk dia, membikin musuh itu terlempar jauh dengan mulut mengeluarkan darah segar.

Piauwsu Lauw Eng Thian kemudian berhasil mencabut tombak yang membenam diperutnya. Darah membasahi pakaian dan tangannya, dia lemas, tangan kanannya dipakai untuk memegang kereta piauw supaya tubuhnya tak terjatuh, akan tetapi tepat pada saat itu kereta piauw dilarikan kawanan perampok, sehingga tubuh Lauw Eng Thian ikut kena diseret-seret.

Dilain pihak Yo Jim tak berhasil mendekati kereta piauw, oleh karena dia selalu dirintang oleh Kang Hok dan rombongannya, sampai kemudian Yo Jim ditinggal kabur oleh sisa musuhnya oleh karena kereta piauw sudah jauh dilarikan menuju kearah perbatasan dusun Ong kee po.

Si gagak putih Yo Jim segera melakukan pengejaran akan tetapi dia terhenti waktu menemukan tubuh Lauw Eng Thian yang sudah sangat parah keadaannya.

"Toa piauwsu lekas kau kejar kereta. Kau harus

membalas sakit hati kita ini…" kata piauwsu Lauw Eng Thian dengan suara lemah, setelah itu dia tewas dekat lutut Yo Jim.

Air mata Yo Jim berlinang keluar menyaksikan akhir hidup rekannya itu. Dengan muka menengadah keatas langit, maka Yo Jim bersumpah hendak membalas dendam kepada pihak musuh; setelah itu bagaikan orang yang kemasukan hantu, Yo Jim berlari-lari seorang diri menuju kedusun Ong kee po.

Dilain pihak Pat kwa to Ong Sin Ho sedang mengadakan pesta kehormatan buat rombongan si hantu Kang Hok, yang telah berjasa merebut kereta piauw dari Hui ong piauw kiok.

Dalam melakukan perampasan kereta piauw itu, ternyata Biauw san su kui telah bekerja buat pihak Ong Sin Ho.

Suasana meriah pada perjamuan pesta itu agaknya telah membikin si hantu Kang Hok menjadi lupa dengan sibungsu adiknya, yang tewas didalam pertempuran merebut kereta piauw itu, sebaliknya kelihatan sihantu Kang Hok sedang tertawa tak sudahnya ditemani oleh tiga perempuan muda yang cantik, sebagai hadiah dari Ong Sin Ho yang waktu itu tak bosan-bosan memberikan pujian terhadap si hantu Kang Hok.

Ditengah berlangsungnya pesta yang meriah itu tiba-tiba datang seorang pengawal yang melaporkan tentang datangnya si gagak putih Yo Jim, yang saat itu katanya sedang dirintang dipintu gerbang pertama.

“Beberapa banyak orang-orang yang dia bawa .,?” tanya Ong Sin Ho yang kelihatan tenang sementara seorang perempuan cantik sedang menumbuk-numbuk sepasang kakinya Ong Sin Ho. “Dia datang sendirian,” sahut pengawal yang membawa

berita itu.

“Ha ha ha,..!" Ong Sin Ho tertawa diikuti oleh segenap

orang-orang yang hadir didalam pesta itu.

“Sigagak putih Yo Jim rupanya terlalu tidak memandang mata ,.." akhirnya kata Ong Sin Ho lalu dia hendak berdiri dan hendak memanggil orang-orang yang selalu membawa goloknya, kapan saja dan dimana saja dia berada.

Sementara itu si hantu Kang Hok yang waktu itu sedang merasa bangga, mendahulukan berdiri dan berkata,

"Buat menyembelih seekor burung gagak buat apa harus memakai golok Pat kwa....?" demikian kata si hantu Kang Hok sambil dia tertawa.

Ong Sin Ho ikat tertawa dan berkata,”Kang heng hari ini terlalu banyak jasanya. Baiklah; aku persilahkan Kang heng menghadapi si gagak putih itu…”

Si hantu Kang Hok tertawa girang; dia melangkah dengan lagak seperti seorang panglima dan dia mengajak orang orang buat membantu dia :

"Semua ular belang dan kedua adik-adik lekas ikut..,”

kata si hantu Kang Hok memerintah.

Kedua hantu dari gunung Biauw san berdiri serentak dan mengikuti kakaknya. Juga kelima ular belang harus ikut dengan hati mendongkol, sebab sebagai orang baru, yang masih dianggap menjadi tamu: ternyata Kang Hok telah perlihatkan lagak seperti seorang pemimpin !

Rombongan si hantu Kang Hok itu kemudian masih ditambah lagi dengan dua belas orang pasukan keamanan dusun Ong kee po dan mereka tiba tepat disaat si gagak putih Yo Jim hampir berhasil membobolkan pertahanan pada pintu gerbang pertama, yang sebenarnya sudah diperkuat dengan sepasukan bala bantuan, sehingga waktu itu sudah banyak mayat mayat orang Ong kee po yang bergelimpangan menjadi korban amukan Yo Jim.

"Kurang ajar….!" teriak sihantu Kang Hok, yang lalu

mengajak semua rombongannya buat mengepung Yo Jim !

Si gagak putih Yo Jim bertempur bagaikan orang yang lupa diri. Dia mengamuk tanpa menghiraukan keselamatan diri. Berulangkali pedangnya yang tajam berhasil merubuhkan pihak lawan yang lengah termasuk si ular belang ke 5 Coa Wie Go yang terkena tikaman pada betisnya, sehingga dengan langkah kaki yang pincang maka Coa Wie Go buru-buru menyisih membiarkan kawan- kawan yang menghadapi Yo Jim.

Disuatu saat Yo Jim tak berkesempatan berkelit dari serangan senjata gada sihantu Kang Hok, terpaksa Yo Jim harus menangkis memakai pedang yang ringan, dengan akibat terjadinya benturan yang keras menjadikan pedangnya patah menjadi dua !

Dalam kaget dan cemas Yo Jim lompat mundur akan tetapi dia disambar dengan suatu bacokan golok oleh Coa Wie Su.

Terpaksa dengan pedang buntung Yo Jim menangkis, akan tetapi waktu dia diserang lagi; maka tubuhnya melesat tinggi sampai dia berhasil hinggap dipuncak tertinggi dari pintu gerbang dusun Ong kee po; sedangkan dipihak musuh ternyata tidak ada yang mampu lompat setinggi itu buat menyusul dan tidak ada yang berani naik dengan bantuan tangga, takut terkena serangan Yo Jim yang berada diatas.

"Lekas panggil barisan panah .. , !” teriak Coa Wie Tong. Waktu kemudian Yo Jim diserang oleh panah-panah yang meluncur kearahnya, maka repot juga dia harus menangkis memakai pedangnya yang sudah buntung, sedangkan untuk berkelit tidak mungkin dia lakukan sebab tempat dia berdiri juga harus dibantu memakai tangan kiri.

Akhirnya Yo jim merambat naik kebagian yang lebih tinggi, dimana dia melihat ada tempat buat dia berlindung dari serangan anak panah, akan tetapi pada waktu dia sedang merambat, sebatang anak panah berhasil membenam dibagian dada sebelah kanan.

Dengan paksakan diri supaya tidak terjatuh Yo Jim merambat terus sampai dia berhasil mencapai tempat yang terlindung; membikin barisan tukang panah tidak berdaya.

“Kita berkemah disini    !" kata si hantu Kang Hok yang

penasaran, "  dia sudah terkena sebatang anak panah, kita

lihat berapa lama dia sanggup bertahan  !"

Dilain bagian, rumah makan Thiam kie adalah sebuah rumah makan besar yang terkenal memiliki pelayan pelayan yang sombong bahkan juga pengurusnya; akan tetapi rumah makan ini ternyata selalu ramai dikunjungi banyak orang, dan tempatnya seringkali digunakan pesta-pesta perjamuan.

Dirumah makan Thiam kie ini justeru pernah terjadi pertempuran antara Yo Sam melawan rombongannya Coa Wie Tong yang waktu itu sedang berpesta, sampai pemuda Yo Sam kemudian berhasil bertemu dengan saudaranya yang tertua dan yang keempat.

Siang itu, seorang diri Lian Cay Hong singgah karena ingin mencoba masakan rumah makan Thiam kie yang memang terkenal lezat, meskipun mahal harganya !

Diruangan sebelah bawah sudah penuh dengan para tamu yang makan maupun hanya duduk minum arak; dari itu Lian Cay Hong naik ketingkat atas, dimana juga sudah banyak tamu, akan tetapi masih ada tempat buat dia.

Seorang pelayan menyambut dan mengantar Lian Cay Hong ketempat yang tersedia. Pelayan ini bersikap ramah karena melihat tamunya adalah seorang perempuan cantik dan gagah, yang bahkan dia anggap memiliki banyak duit.

Pada waktu Lian Cay Hong sedang asyik menikmati santapan yang dipesannya, maka sempat dia melihat naiknya seorang pemuda berpakaian serba ringkas, warna merah bercampur hitam yang menarik perhatian orang- orang yang melihat, sementara wajah muka pemuda itu selalu kelihatan berseri-seri, dan ditangan kanannya dia membawa cambuk dari kulit yang digulung, sedangkan dipinggangnya kelihatan bergantungan beberapa pisau- belati.

Dengan cara dia berpakaian seperti itu, maka kehadiran pemuda itu banyak menarik para tamu yang sedang makan, akan tetapi pemuda itu tidak menghiraukan bahkan tambah berseri-seri wajah mukanya seperti dia kelihatan bangga dan dia memilih tempat duduk yang tidak jauh terpisah dengan tempat Lian Cay Hong.

Berdampingan dengan meja tempat pemuda itu, terdapat meja seorang tamu laki laki yang sedang bersantap dengan lahapnya; sehingga mangkok nasi yang dipegang dengan tangan kirinya, hampir tak pernah jauh dengan mulutnya, mengakibatkan mukanya turut tertutup dengan mangkok nasi itu.

Oleh karena mukanya hampir selalu tertutup dengan mangkok nasi maka dia tidak mungkin melihat bahwa bungkusannya yang berada diatas meja bisa bergerak sedikit demi sedikit oleh karena dari kolong meja tempat dia duduk, si pemuda berbaju merah sedang mengkait bungkusan itu memakai cambuknya.

Akhirnya si pemuda berhasil mengambil dan membuka bungkusan itu ditempat dia duduk, mengambil sepotong uang perak yang bernilai ratusan tail, lalu bungkusan itu dia ikat lagi dan dia kembalikan ketempatnya memakai gagang cambuk; akan tetapi waktu diketahuinya bahwa tamu itu sedang menunda makanannya, maka sudah tentu tidak mungkin buat dia menempatkan bungkusan itu di atas meja, sebab pasti akan terlihat oleh karena itu si pemuda lalu melepaskan bungkusan itu dilantai, dikolong meja dekat kaki tamu itu.

Kemudian pula waktu tamu itu sudah selesai bersantap dan hendak melakukan pembayaran, maka dia mencari-cari bungkusannya yang dia tempatkan diatas meja tadi.

Sudah tentu tamu itu kemudian ribut kelabakan merasa kehilangan bungkusannya. Dia memanggil pelayan, akan tetapi sipelayan tentu saja tidak mengetahui, karena dia juga tidak melihat bahwa bungkusan itu ada di kolong meja.

Si tamu lalu ribut mengatakan dirumah makan itu ada pencurinya, dan si pengurus rumah makan harus bertanggung jawab atas bungkusannya yang hilang.

Si pelayan yang memang terkenal sombong, perlihatkan senyum mengejek dan menunjuk kebagian dinding, dimana terdapat tulisan berupa peringatan bagi setiap tamu, untuk berhati-hati dengan barang-barang bawaan, supaya jangan hilang atau tertinggal, sebab pihak rumah makan tidak bertanggung jawab.

"Hey, mengapa kalian ribut-ribut..?” terdengar tanya si pemuda berbaju merah dari tempat dia duduk, sambil dia mulai menikmati santapannya. “Tamu ini mengatakan bungkusannya dicuri orang..." sahut si pelayan sambil jari tangannya menunjuk si tamu yang sedang merah mukanya, merasa dihina oleh seorang pelayan.

“Bukankah itu bungkusannya ?" kata lagi si pemuda tetap dari tempat dia duduk dan tetap dengan muka berseri- seri sementara jari tangannya menunjuk kearah kolong meja.

“Hmmm! Bungkusan jatuh mengaku dicuri orang…” gumam si pelayan yang pergi tanpa mau mengambilkan bungkusan itu dari kolong meja.

Tamu itu kemudian mengambil bungkusan dan membukanya hendak mengambil uang buat membayar makanan akan tetapi sekali lagi dia menjadi terkejut, sebab satu-satunya uang perak miliknya sudah hilang dari dalam bungkusan itu.

Sekali lagi tamu itu ribut-ribut dan sekali lagi dia memanggil si pelayan akan tetapi dengan marah-marah si pelayan datang dan berkata:

“Kalau memang sudah tidak punya uang, bilang saja,

jangan sok berlagak bilang hilang ..."

Tamu itu tak kuasa menahan marahnya. Dia berdiri dan memukul muka pelayan itu dengan kepelan tangannya.

Pelayan itu terdorong beberapa langkah kebagian belakang sedangkan mulutnya mengeluarkan darah dan giginya yang sedang sakit hampir ikut copot.

"Hayaaa! ada tamu ngamuk sebab kagak punya duit !” teriak pelayan itu sambil dia menunjuk si tamu yang memukul itu, membikin semua tamu lain ikut menyaksikan peristiwa itu. Didalam pihak tamu yang kehilangan uang itu menjadi semakin marah terhadap si pelayan. Dikeluarkannya goloknya yang digantung di pinggangnya, lalu dia mendekati si pelayan yang hendak dia bacok.

Sudah tentu sipelayan menjadi sangat ketakutan juga tamu-tamu lain ada yang ketakutan akan tetapi si pemuda berbaju merah berdiri dan menghadang.

“Hayaaa, kenapa harus ribut-ribut…?” kata pemuda itu dengan mukanya yang tetap kelihatan berseri-seri.

"Kurang ajar, kau berani membela si pelayan...!” bentak tamu yang sedang marah-marah itu; lalu dia membacok dengan menggunakan goloknya, akan tetapi dia menjadi bingung sebab secara mendadak si pemuda sudah hilang dari hadapannya.

“Aku disini, belakangmu..!'' tiba tiba terdengar kata si pemuda.

Si tamu hendak memutar tubuh, namun dia tidak dapat melakukan sebab bajunya diraih dari bagian belakang, dan pada waktu itu dia memaksa dan berhasil menghadapi si pemuda, maka secepat itu pula sepasang pisau belati yang tajam menggurat mukanya pada bagian bawah hidungnya, atau tepatnya pada kumisnya yang tebal melintang.

Semua tamu lain yang ikut menyaksikan, sekarang menjadi tertawa, sebab melihat kumis sebelah kanan tamu itu sudah licin hilang, tinggal sisa kumis sebelah kiri yang masih utuh !

"Lihat, dia sekarang kehilangan kumisnya.. !” teriak si pelayan yang kelihatan girang, sampai dia bertepuk tangan.

Maka meledaklah kemarahan tamu itu, waktu dia meraba dan ikut mengetahui bahwa sebagian kumisnya sudah hilang. Dia lompat dengan suatu terkaman bagaikan harimau galak menerkam kambing sementara goloknya membelah bagaikan kwan kong membelah kepala harimau.

Muka si pemuda berbaju merah tetap berseri-seri dan lagi-lagi dia berhasil menghilang dari hadapan si tamu yang menyerang sehingga sia-sia gerak dan serangan sitamu itu.

"Ha ha ha, dia ada disana .. !" teriak sipelayan dan si tamu dengan marah-marah telah mengulang gerak serta serangannya; namun sekali lagi dia kehilangan sipemuda yang sangat lincah dan gesit gerak tubuhnya sebaliknya sitamu merasa nyeri pada mukanya, dan waktu sekali lagi dia meraba kumisnya, maka ternyata semua kumisnya sekarang sudah hilang!

Sekali lagi orang-orang pada tertawa akan tetapi Lian Cay Hong tetap asyik dengan hidangan makanannya, tanpa dia merisaukan segala yang terjadi dan tidak pula menghiraukan lirikan mata yang nakal dari si pemuda berbaju merah.

Dengan geraknya yang gesit dan lincah, si pemuda berbaju merah itu telah berhasil mempermainkan si tamu; lalu dengan sama gesitnya dia telah mengambil cambuk serta bungkusannya dari atas meja, dan dilain saat dia berada didekat jendela rumah makan, lalu dia berteriak kepada si pelayan :

“Hey pelayan, ini uang untuk membayar semua makanan yang aku dan tamu itu makan. Lebihnya kau boleh ambil untuk ketukang gigi..!”

Pemuda berbaju merah itu kemudian melontarkan sepotong uang perak kearah si pelayan, sedangkan si tamu lalu berteriak-teriak mengakui bahwa itulah uang perak miliknya yang hilang.

Pemuda berbaju merah itu tertawa dan berkata : "Betul, itulah uangmu. Kau kejar aku jika kau penasaran

. , , " dan pemuda itu lalu melompat turun melalui jendela dan menghilang.

Si tamu yang merasa dipermainkan, benar-benar menjadi sangat marah dan penasaran. Dia mengambil bungkusannya dan melihat keluar jendela. Dia merasa tidak sanggup lompat turun dari tempat yang setinggi itu, maka buru-buru dia lari turun melalui anak tangga untuk mengejar si pemuda pencuri tadi.

Bagi Lian Cay Hong, peristiwa tadi dia anggap adalah biasa terjadi buat orang-orang dikalangan rimba persilatan. Dia tidak menghiraukan sebaliknya dia membayar harga santapannya dan bergegas hendak pergi, akan tetapi tiba- tiba dia terpesona mendengarkan sisa percakapan seseorang

:

“…memang dia adalah si 'tangan panjang' Yo Gie, seorang pencuri budiman, oleh karena hasil curiannya selalu dia bagikan kepada orang orang yang membutuhkan bantuan, sedangkan orang yang dia curi biasanya bukan orang baik baik..."

Itulah kata kata seorang tua yang agaknya sudah biasa melakukan perjalanan jauh sehingga banyak dia mendengar berbagai peristiwa.

Segera Lian Cay Hong teringat dengan si bungsu, atau orang kelima dari persaudaraan Yo; dari itu cepat cepat dia turun dan keluar dari rumah makan itu.

"Kemana larinya orang orang yang berkelahi tadi…?" tanya dara yang perkasa itu kepada seseorang yang ditemuinya diluar rumah makan.

"Kesana , . " sahut orang yang ditanya, sambil dia menunjuk memakai jari tangannya. Dara yang perkasa itu mengucap terima kasih; lalu tanpa menghiraukan banyak orang orang yang melihat, dia gunakan ilmu lari cepat untuk mengejar Yo Gie sehingga dimata orang banyak, hanya suatu bayangan putih yang melesat dan cepat hilang dari pandangan mata !

Si tamu yang marah marah dan penasaran itu terus mengejar Yo Gie yang telah mencuri uangnya. Dia terus menyusul sampai ke perbatasan dusun, lalu tiba tiba dia menjadi terkejut karena seseorang telah lompat turun dari atas sebuah pohon untuk menghadang.

"Kurang ajar . , ,!” bentak tamu itu karena yang menghadang dia justeru adalah si pencuri yang mukanya kelihatan tetap berseri-seri.

"Kau kembalikan uangku . , . !" bentak tamu itu sambil dia menyerang memakai goloknya.

Kali ini Yo Gie memberikan perlawanan, bahkan dengan menggunakan cambuknya yang seringkali perdengarkan bunyi suara nyaring diangkasa.

Hanya dalam beberapa jurus, Yo Gie berhasil membikin lawannya mati daya. Cambuknya bergerak bagaikan naga sakti yang telah beberapa kali berhasil melibat kaki lawannya yang kemudian dia banting !

Akhirnya lawan itu benar benar merasa tobat dan berlutut didekat kaki Yo Gie ;

"Ampun, Tayhiap . , , " dia berkata seperti meratap. "Siapa nama kau ?" bentak Yo Gie.

"Siao Jin adalah Go Cay Sim ...!"

“Apa kerja kau didusun ini , , , ?"

“Siao jin bermaksud kedusun Ong kee po.." Didalam hati Yo Gie menjadi terkejut, entah ada urusan apa orang ini dengan pihak Ong-kee po.

"Apa keperluan kau kedusun Ong-kee po?” akhirnya Yo

Gie menanya lagi.

"Siao jin hendak menemui Biauw san tay-ong Kang Hok, siao jin membawa surat perkenalan dari seorang sahabat yang maksudnya supaya siao jin diterima bekerja ..”

"Mana surat perkenalan itu ...?"

"Ada didalam kantong baju siao jin .."

Dengan seenaknya Yo Gie meraba kantong baju Go Cay Sim dan berhasil dia menemukan surat perkenalan itu yang kemudian dia baca isinya.

“Hm, sekarang kau tak perlu lagi ke dusun Ong kee po, aku akan kesana dan kalau kau bertemu lagi dengan aku, tiada ampun lagi bagimu, mengerti .. !"

"Baik, tay hiap ..." sahut tamu itu yang jadi gemetar tubuhnya.

Yo Gie menendang membikin Go Cay Sim rubuh terguling guling lalu Yo Gie langsung berangkat kedusun Ong kee po memakai kudanya yang tadi dia umpatkan.

Lian Cay Hong tiba disaat Go Cay Sim masih rebah menangis seorang diri menyesali nasibnya.

“Hey, bangun kau., !" kata Lian Cay Hong sambil menyentuh tubuh Go Cay Sim memakai ujung sepatu.

"Ampun, tayhiap,” sahut Go Cay Sim tanpa berani bangun bahkan tidak berani melihat.

"Kemana perginya orang yang kau tempur tadi . ?” Lian

Cay Hong mendesak lagi. “Ke dusun Ong kee po,” sahut Go Cay Sim, sambil dia coba coba melirik, namun dia menjadi sangat terkejut karena dia tidak menemukan adanya seseorang yang diajak bicara, sehingga dia menganggap bahwa dia telah bicara dengan hantu.

Dara Lian Cay Hong terkejut waktu mendengar jawaban tentang Yo Gie telah berangkat ke dusun Ong kee po. Tanpa menghiraukan lagi pada Go Cay Sim yang masih rebah meringkuk, maka dia lari ke arah dusun Ong kee po sehingga kehadirannya tidak dilihat oleh Go Cay Sim.

Panas terik telah mengakibatkan tubuh si gagak putih Yo Jim basah dengan keringat, di samping dia merasa lapar dan haus yang telah menyerang dia.

Sejak pertempuran dihutan pohon Pek kemarin, dia belum makan maupun minum, dan sejak berlindung kemarin, tidak mungkin dia tidur. Oleh karena saat itu keadaan Yo Jim sangat lemah sekali, bahkan pandangan matanya sampai terasa gelap dibawah teriknya sinar matahari sementara dibagian sana, si hantu Kang Hok yang sedang bergilir jaga asyik tertawa dan makan serta minum sepuasnya, sedangkan Coa Wie Tong dan yang lain lain sedang pulang istirahat untuk bergilir jaga berikutnya.

“Kita lihat, berapa lama lagi dia sanggup bertahan tidak makan dan minum ..." kata si hantu Kang Hok sambil tertawa.

"Dia akan terjatuh atau dia akan turun menyerahkan diri

, ." sahut hantu kedua Kang Liang.

Si hantu Kang Hok tertawa lagi, juga semua pasukannya ikut tertawa.

Kemudian dari arah luar dusun Ong kee po kelihatan mendatangi seorang penunggang kuda. "Bersiap-siaplah, ada seseorang yang sedang mendatangi...” kata si hantu Kang Hok kepada adiknya; dan Kang Liang lalu mengatur pasukannya.

Yo Gie tiba dan turun dari kudanya. Kepada seorang penjaga dia mengatakan maksudnya yang hendak bertemu dengan Kang Hok.

Pemuda ini kemudian dibawa menghadap kepada si hantu Kang Hok, sementara seorang pengawal kemudian menyerahkan surat yang dibawa oleh Yo Gie untuk Kang Hok, dan surat itu langsung dibaca oleh si hantu dari gunung Biauw san.

"Hai ! jadi kau yang bernama Go Cay Sim .. ?" tanya Kang Hok dengan lagak menyeramkan.

"Eh, ah jadi tay-ya, eh - tay ong yang bernama si hantu Kang Hok ...?" sahut Yo Gie yang balik menanya, dengan perlihatkan lagak jenaka serta muka berseri-seri.

"Kurang ajar ! Kau belum menjawab pertanyaanku .. !” Kang Hok memaki sambil dia memukul meja; sebab diperkemahan yang mereka bikin secara darurat, memang dilengkapi dengan meja dan lain-lain keperluan.

“Eh, ah; betul tay ong," sahut Yo Gie dengan perlihatkan wajah ketakutan, dan tubuhnya gemetaran seperti dia benar-benar sedang melihat hantu.

"Kurang ajar ! Kau berani menipu aku,,!" si hantu Kang Hok memaki lagi, bertambah bengis kelihatannya; dan sekali lagi dia memukul meja, sampai cawan arak ikut lompat-lompat dan isinya berhamburan kena muka si hantu Kang Hok.

('eh, apakah dia mengetahui bahwa aku bukan si Cay Sim , , , , ,') pikir Yo Gie didalam hati, namun dia tak mengucap apa-apa, hanya tubuhnya kelihatan tambah gemetar seperti dia ketakutan sekali.

"Kau adalah si tangan panjang Yo Gie, akan tetapi kau berani menipu aku dengan mengaku bernama Go Cay Sim…!" bentak Kang Hok, sekali ini dia tertawa tak hentinya.

"Eh ah; bagaimana tay ong menuduh aku sebagai si tangan panjang Yo Gie . , ?” tanya Yo Gie, diam-diam dia menjadi heran namun dihadapan sihantu Kang Hok dia ikut tertawa dan terus tertawa selama sihantu Kang Hok belum berhenti tertawa.

Sejenak sihantu Kang Hok mengawasi terpesona, setelah itu baru dia berkata ;

“Aku kenali kau dari pakaian kau seperti yang biasa

dipakai oleh si tangan panjang Yo Gie ..."

(“ah, hebat juga aku ini sudah terkenal di seluruh jagat , ,

!”) pikir Yo Gie didalam hati akan tetapi dia sekarang berkata dengan muka cerah dan tambah berseri-seri :

"Eh, ah, kiranya baju ini yang menyebabkan tay ong menuduh aku sebagai si 'tangan panjang' Yo Gie. Sebenarnya baju ini aku curi dari seseorang yang aku tidak kenal."

"Ha ha ha ! kau bisa mencuri barangnya seorang pencuri kawakan , .?” dan Kang Hok tertawa lagi diikuti oleh semua orang orang termasuk Yo Gie yang geli ketawa bahkan dia masih tertawa waktu orang orang lain sudah berhenti tertawa.

Setelah dia bosan tertawa: maka baru Yo Gie berkata ; "Aku curi bungkusannya waktu dia tidur, setelah itu aku

pakai dan aku datang kesini." "Hmm ! apa maksud kau mencari aku ?” si hantu Kang

Hok akhirnya menanya, tetap dengan suara menyeramkan.

“Eh, mau minta kerjaan , , ," sahut Yo Gie yang kembali

berseri-seri mukanya.

“Kerja apa yang kau bisa ... ?”

“Eh, ah ,, " Yo Gie garuk-garuk kepala seperti dia sedang berpikir, setelah itu dia menyambung perkataan:

" ... ikut ikut berkelahi, ya bisa; diajak ngerampok ya mau..." dan sepasang mata Yo Gie melihat-lihat kesekitar tempat itu bagaikan dia sedang mencari sesuatu; sampai akhirnya dia sengaja menengadah mengawasi Yo Jim yang berada diatas pintu gerbang yang tinggi, meskipun sebenarnya sejak tadi dia sudah melirik dan sedang menduga duga:

".. eh, ah, eh; siapakah itu yang berada diatas ...?” akhirnya Yo Gie menanya, sebagai kelanjutan dari perkataan tadi.

"Hm! dia adalah si gagak-putih Yo Jim," sahut Kang Hok dengan nada-suara menghina.

“Si gagak-putih yang menjadi piauwsu dari Hang ciu ..

?” Yo Gie menanya lagi tanpa dia sengaja; akan tetapi cepat cepat dia menambahkan perkataannya dengan lagaknya yang jenaka:

" .. ngapain si gagak putih hinggap diatas pintu gerbang..?"

Semua yang mendengar perkataan itu menjadi tertawa sebab menganggap Iucu, sementara Kang Hok lalu berkata:

"Sejak kemarin dia berada disitu, dia sudah terluka kena panah kami, sebentar lagi dia tentu akan menyerah atau mati kelaparan." "Mengapa tay ong tidak memerintahkan seseorang buat menangkap dia sekarang ?” tanya Yo Gie, mukanya tetap kelihatan berseri-seri.

"Hai? apakah kau sanggup lompat naik ke-tempat yang setinggi itu ?” sengaja Kang Hok balik menanya dengan suara mengejek.

“Eh, ah ,, ,” Yo Gie menggaruk garuk kepalanya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar