Golok Sakti Bab 09 : Di atas luitay unjuk kepandaian

Bab 09 : Di atas luitay unjuk kepandaian

KWE HOEI gembira dapat menjatuhkan lawannya demikian cepat, maka ia lalu menjura kepada penonton dan berkata.

"Aku Kwei Hoei tidak punya kepandaian istimewa, cuma lantaran kebetulan saja sudah dapat mengalahkan saudara Soe, maka jikalau diantara hadirin ada yang berminat naik panggung aku akan merasa girang sekali."

Belum habis bicaranya, lantas kelihatan lompat naik keatas panggung seorang yang bertubuh jangkung kurus. Ia menghampiri Kwee Hoei memberi hormat.

"Saudara Kwei, bagus sekali ilmu silatmu barusan- Hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat mengalahkan lawan- Aku Kwie Boen Peng ingin coba-coba mengunjukan kepandaiannya yang rendah, harap saudara Kwee tidak mencelanya." Kwee Boen ceng yang bertubuh kurus itu mana dipandang mata oleh Kwee Hoei.

Setelah perdengarkan suara dingin "Marilah, kita jangan buang tempo." lantas saja melancarkan serangannya.

Si jangkung kurus menghindari serangan dahsyat lawan, kemudian mainkan ilmu pukulannya yang lelompatan kesana sini, rupanya ia meyakinkan iimu pukulan kera.

Tapi rangsekannya Kwee Hoei hebat sekali, hampir tidak mengasih kesempatan untuk menancapkan kakinya dengan tetap. Tidak heran, diserang dengan cara demikian KweoBoen ceng dalam sedikit tempo saja sudah harus menyerah kalah, tubuhnya kena dicengeram dan di lemparkan kebawah panggung.

suara tampik sorak riuh sekali menyambut kemenangannya Kwee Hoei.

Diantara tampik suara riuh itu tampak melompat kepanggung Kiauw Yang kawannya soe coe Liang yang telah dipecundangi.

Tanpa banyak cerita lagi, Kwee Hoei sudah melayani penjahat kaliber besar ini. Pertandingan ramai juga. cuma sayang hanya memakan tempo tidak lama. Hanya lima belas jurus saja mereka bertempur, Kiauw Yang sudah kena dilemparkan ke bawah panggung.

Melihat saudara sekomplotannya kembali dijatuhkan, Ho Yang naik darah, lantas enjot tubuhnya melayang naik keatas luitay.

"Saudara Kwee, kau benar-benar lihay, dua saudaraku sudah dipukul jatuh, aku juga ingin belajar kenal dengan ilmu silat mu yang tinggi."

"Silahkan, silahkan- menyelak Kwee Hoei dengan paras dingin hingga Ho Yang tak dapat meneruskan kata-katanya. Sebagai gantinya ia harus cepat cepat menangkis serangan Kwei Hoei yang dilancarkan dengan cepat kembali dan mengandung tenaga yang hebat.

"Betul-betul hebat pantasan dua saudara-ku kena dijatuhkan mentah-mentah " demikian Ho Yang diam-diam berkata dalam-hatinya.

Tapi ia tak dapat kesempatan untuk berpikir banyak-banyak. karena serangan Kwee Hoei yang dilancarkan saling susul membuat ia kepepet ketepi panggung dan akhirnya, seperti dengan dua saudara yang sudah ia juga kena dilemparkan mentah-mentah.

Sungguh memalukan, tiga jago dikalangan hitam yang sudah terkenal namanya dengan secara mudah saja sudah dijatuhkan satu persatu.

Kwee Hoei merasa puas hatinya ia tahu bahwa tiga saudara dari kalangan rimba hijau itu adalah gara-gara sangat sombong. Kini mereka mendapat bagiannya yang setimpal dimukanya orang banyak.

Tapi sebelumnya Kwee Hoei dapat membanggakan kemenangannya, tiba-tiba kembali seorang berpengawakan kurus muncul d i- depannya. Ia perkenalkan dirinya bernama Kie cin.

Menghadapi orang kurus kali ini Kwee Hoei tidak segalak seperti menghadapi lawan-lawannya terlebih dahulu, karena Kie cin meskipun berbadan kurus kecil ia sangat gesit dan lincah sekali. ilmu pukulannya tangan kosong juga cukup mahir, ia sama sekali tidak takuti menghadapi Kwee Hoei yang mempunyai pukulan berat dan terus menerus coba mendesak pada dirinya. Pertandingan berjalan dengan ramai sekali.

Rupanya Kwee Hoei sudah kecapaian atau memang musuhnya sangat ulet yang meminta ia mengerahkan banyak tenaga untuk melayaninya, maka jurus demi jurus telah dilalui akhirnya sampai pada jurus ke tiga puluh batasannya dari pertandingan babak pertama. Pertandingan babak pertama ini dinyatakan serie. Sekarang di mulai dengan pertandingan menggunakan senjata. Dalam pertandingan menggunakan senjata ternyata Kwee Hoei kalah setingkat.

Biar bagaimana wakil Taycu yang kosen itu mempertahankan dirinya, tapi akhirnya ia harus menyerah kalah kepada lawannya yang lebih pandai. Kwee Hoei terdesak dan lompat turun dari luitay.

Melihat kekalahan ini, Beng Siong Tojin yang mendapat giliran menjadi Taycu saat itu. telah mendelikkan matanya. Entah bagaimana tosu licik itu telah gerakan tubuhnya tahu-tahu sudah berada dihadapanya Kie cin.

Kie cin kaget juga menghadapi Ban Siong Tojin yang sudah terkenal, sedang penontonpun kelihatan merasa kuatir dengan turunnya tosu telengas itu, menguatirkaa Kie cin sebagai lawannya akan mendapat celaka.

Memang betul berat bagi Kie cin menghadapi Taycu ini tapi ia masih coba pertahankan dirinya jangan sampai cuma dua tiga gebrakan sudah kalah. Ban Siong Tojin melihat dalam lima jurus masih juga kelihatan Kie cin alot dijatuhkan, hatinya sudah menjadi jengkel. Wajahnya tampak menghitam hingga penonton kaget. Hanya dalam tiga jurus kemudian saja Kie cin dibikin jatuh dari atas luitay.

Tapi belum lama Ban Siong Tojin menikmati kebanggaannya tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin dari arah sebelah timur panggung, yang dengan suara keras berkata.

"Hmmmm Lo cit yang namanya terkenal sebagai pendekar pada masa tiga puluh tahun yang lampau di dua propinsi oaw-lam dan ouw pak. tidak tahunya kepandaiannya cuma sebegitu saja. IHei, Lo cit apakah masih kenali pada aku ini Beng Siang?"

Sambil berkata Beng siang berbangun dari duduknya, menghampiri kepanggung luitay, kemudian lompat naik keatas luitay menghadapi Ban siong Tojin-Si tosu kaget juga melihat Beng Siang yang naik.

"orang she Lo," kata Beng Siang sambil menjura lucu kepada Ban Siong Tojin- "Tiga puluh tahun kita tak bertemu, aku tidak menyangka kau sudah berubah menjadi imam. kau tentu masih kenali aku Beng Siang, bukan? Ha ha ha... "

Ban Siong Tojin ketawa dingin.

"Beng sicu, tentu saja aku kenali kau. Apakah kau hendak menagih kekalahanmu tempo hari? Bagus."

Antara dua orang ini kira-kiranya ada yang mempunyai ganjalan-ganjalan pada tiga puluh tahun yang lampau. Pada masa itu Ban Siong Tojing masih bernama Lo cit, terkenal sebagai jagoan dalam kalangan rimba hijau (kawanan penjahat) dalam dua propinsi oaw lam dan oew-pak.

Selagi ia menjalankan operasinya dalam dua propinsi itu telah ketemu dengan Beng Siang, yang pada saat itu masih muda baru berusia tujuh belas tahun dan belum lama bekerja menjadi piauwsu (pelindung antaran). Beng Siang tidak mau menyerahkan barang yang dihubungnya hendak di ganggunya oleh Lo cit, maka mereka lantas bertempur.

BENG SIANG hanya tahan di dalam dua puluh gebrakan saja lantas sudah dilemparkan oleh lawannya. Sejak mana ia masih penasaran kepada Lo cit, yang sekarang sudah tukar bulu menjadi imam bernama Ban Siong Tojin.

Beng Siang belakangan telah menceburkan diri juga kalangan hitam, kepandaian ilmu silatnya bertambah tinggi, hingga merebut nama harum dikalangan kang-ouw. Kini dikalangan pendekar berjalan hitam, ia merupakan salah satu jago yang dimalui.

Seng Pocu tidak tahu ganjalan diantara dua orang itu, diam-diam merasa heran melihat mereka berhadapan seakan-akan hendak menyelesaikan urusan lama. Sambil mengurut- urut jenggotnya ia perdengarkan tertawanya bergelak-gelak.

Suara tertawa yang penuh mengandung teka-teki untuk orang yang tahu siapa "Seng-Eng", tapi untuk mereka yang tidak tahu riwayatnya Seng Pocu menganggap ketawanya itu sebagai tertawanya tuan rumah yang gembira dan berdiri tidak kesana kemari (netral). Terdengar Beng Siang berkata lagi.

"Lo cit, eh, totiang, aku bukan saja hendak menagih, tapi juga mau tau apa kau bisa melemparkan diriku lagi atau tidak? Aku lihat kau tadi begitu mudah mengalahkan lawan, membuat hatiku ketarik untuk mencoba kepandaianmu yang tinggi... " ia berkata sambil mengeluarkan senjatanya dua belas belati yang berbentuk senapan berbendera warna merah satu set senjata aneh yang belum dilihat pada sebelumnya.

"Bagus" kata Ban Siang Tojin- "Tapi Beng Sicu harap sabar dahulu, sebab kau harus

mengalahkan wakil Taycu baru ketemu dengan aku "

"Hm " Beng Siang memotong. "Silahkan kau turun dan lantas panggil wakil Taycu itu naik

panggung." Ia kelihatan sangat mendongkol pada musuhnya, yang ia anggap takut untuk menghadapi ia.

Belum lama Ban Siong Tojin turun, lantas naik panggung seorang pemuda dengan mata jahat dan wajah yang bengis. Banyak penonton tidak kenali siapa orang itu, akan tetapi Ho Tiong Jong lantas kenali ia ada Song Boe Ki, muridnya Sisiluman Khoe Tok yang mempunyai julukan si Tangan Telengas.

Ho Tiong Jong diam diam girang melihat Boe Ki akan mempertunjukkan kepandaiannya diatas lutay, sebab ia nanti akan dapat mengukur sampai dimana tingginya murid kepala dari Khoe Tok yang kejam itu.

sebaliknya hatinya tidak enak. karena saat itu ia tidak melihat Khoe Kie, sahabat karibnya yang sangat baik kepadanya.

Ho Tiong Jong pikir, mungkin Khoe Kie karena saking banyak musuhnya ia tidak berani menongolkan dirinya disitu.

Penonton kebanyakan menganggap Song Boe Ki hanya mencari mati melawan Beng Siang yang sudah terkenal namanya.

"Sahabat aku bernama Song Boe Ki. Seorang tidak ternama, tapi dengan kemurahan Seng Pocu aku telah diangkat menjadi wakilnya Taycu. Maaf, kalau kau tidak begitu bernapsu melayani aku, orang tidak ternama." demikian Song Boe Ki membuka mulut ketika sudah berhadapan dengan Beng siang.

Beng Siang sejenak tidak memberi jawaban, matanya mengawasi pada sipemuda di depannya yang berparas bengis dan mata jahat seperti maling.

tidak kenal siapa adanya pemuda muka jahat ini, muridnya siapa dia?

Tapi hatinya sudah marah, tak dapat berpikir lama-lama. lantas berkata singkat. "Silahkan!!"

Inilah tanda tantangan buat lawan turun tangan

Song Boe Ki tidak sungkan-sungkan lagi. lantas gerakan tangannya mengibas. Angin keras dari kibasan tangan ini, hingga Beng Siang kaget juga karena tak menduga pemuda itu ada mempunyai tenaga demikian kuat. la geser kakinya berkelit, kemudian balas menyerang dengan sampokan tangannya yang dinamai "Menyapu ribuan tentara". kiranya serangan Song Boe Ki hanya serangan pura-pura saja maka Beng siang menjadi amat marah. Ia lalu menyerang hebat sekali.

Song Boe Ki tidak keder. ia keluarkan ilmunya tiga belas jalan menyembah pada Tuhan, ilmu pukulannya yang ajaib yang ia sangat andalkan.

Pertandingan segera sudah sampai pada jurus ke tiga puluh, inilah ada limit dari pertandingan pertama dan boleh dirubah dengan pertandingan menggunakan senjata dalam pertandingan kedua yang ditetapkan dalam dua puluh gebrakan. song Boe Ki keluar dari kalangan pertandingan dengan berseru.

"Saudara Beng, pertandingan pertama sudah habis sekarang boleh dimulai dengan pertandingan babak kedua menggunakan senjata." Tidak ada penggantian wakil Taycu, song Boe Ki lagi yang maju dalam pertandingan peng gunakan senjata. Banyak penonton yang mengutuk kelakuannya Song Boe Ki itu.

Tanpa Beng siang mengeluarkan dua belas senjata yang berbentuk senapan berbendera warna merah. Sedang Song Boe Ki menggunakan satu set senjata lingkaran yang dinamai "cu-bo ciang-gun".

Penonton tahan napas menunggu pertandingan ini dilakukan.

Ho Tiong Jong sambil menonton orang mengadu kepandaiannya sambil matanya mencari-cari nona Seng, perlunya hendak melaporkan tentang kematiannya Tok-kay, kemudian ia akan lantas meninggalkan tempat itu.

Hatinya gelisah tidak keruan- Tiba-tiba ia melihat Soe coe Liang menarik-narik tangannya Ho Yang dan Kiuw Yang diajak meninggalkan tempat itu. Ketika mereka berjalan, Ho Yang, ia melambai-lambaikan tangan nya sambil berjalan mengampiri.

Mereka bercemn dengan gembira dan bercakap-cakap. dengan begitu Soe coe Liang dengan dua kawannya tidak jadi meninggalkan tontonan itu dan pada menonton lagi bersama-sama Ho Tiong Jong.

Beng Siang dan Song Hee Ki bertarung dengan seru sekali. Keduanya sama tandingan, hingga senjata kedua pihak tak dapat berbuat banyak untuk mendesak musuhnya.

Masing-masing telah mengeluarkan ilmu simpanannya. Hanya ilmu istimewanya Beng Siang tidak mau keluarkan, perlunya ilmu istimewanya ini untuk digunakan dalam pertempuran nanti melawan Ban Siong Tojin, musuh lamanya itu.

Jurus demi jurus telah dilewatkan cepat sekali, segera dua puluh jurus sudah berakhir. Pertandingan lantas dinyatakan seri dan Beng Siang boleh maju lagi melawan Taycu, Belum lama Song Bee Ki turun dari luitay sudah tertampak dihadapannya beng Siang berdiri Ban Siong Tojin, yang tidak banyak mengambil tempo lagi setelah Song Boe Ki turun telah enjot tubuhnya melayang keatas luitay.

"Bagus." kata Beng Siang. "kita ada kenalan lama, sembari aku mau menagih kekalahan kita boleh meramaikan pertemuan ini. ayototiang, keluarkanlah senjatamu untuk main-main dengan kupunya besi karatan ini" Beng Siang sambil unjukkan senjatanya.

"Baik," Ban Siong Tojin memotong, sambil keluarkan senjata kebutannya.

Ketika senjata itu dikebutkan, segera pula berdiri lempeng bulu-bulunya satu tanda bahwa kekuatan lweekangnya Ban Siong Tojin yang hebat telah disalurkan pada senjatanya

Beng Siang terkejut juga melihatnya. ia cepat siap-siap dengan senjata yang aneh untuk menangkis serangannya Ban Siong Tojin. Dua musuh lama ini perlahan-lahan sudah mulai saling menyerang. Kepulan dari dua belas bendera saling samber, indah sekali kelihatannya.

Senjata Ban Siong Tojin lihay sekali, beberapa kali menyerang bagian-bagian jalan darah terpenting pada tubuh musuhnya, hingga Beng Siang tampak kewalahan dan ia hanya bisa menjaga tapi tak dapat balas menyerang.

Beng Siang mengeluarkan ilmu istimewanya yang tadi tidak diperlihatkan melawan Son Boe Ki. Ia melontarkan dua senjatanya sekaligus menyerang musuh punya badan bagian kiri dan kanan, tapi Ban Siong Tojin sekali menggetarkan kebutannya dua senjata Beng Siang itu sudah kena digulung.

Hanya saking kuatnya tenaga serangan dua senjata tadi membuat Ban Siong Tojin sampa mundur selangkah dan berdiri tegak lagi.

Beng Siong berubah wajahnya menjadi pucat. Ia heran kepandaian istimewanya tak menemui sasarannya. Kembali ia menyerang dengan dua buah senjatanya berbareng, tapi Ban siong Tojin sambil lompat tinggi mengebut dengan senjatanya pada senjata yang mengarah dirinya itu, hingga keduanya terpukul jatuh kebawah luitay.

Dua lagi senjata Beng Siang menyusul menyerang ketika badannya Ban Siong Tojin masih terapung diudara, tapi dengan indahnya dua senjata itu pun dapat dipunahkan oleh Ban siong Tojin dengan jalan menarik perutnya kempes dan dua senjatanya berbahaya itu persis lewat beberapa dim saja dari perutnya.

Setelah kakinya menginjak papan panggung lagi. Ban Siong Tojin tidak dikasih ketika untuk bergerak dan telah diserang lagi. Kali ini untuk meluputkan diri Ban Siong Tojin telah merebahkan dirinya diatas papan-

Berbahaya sekali kalau senjata-senjata itu menemui sasarannya.

Penonton tahan napas menyaksikan Ban siong Tojin diberondong dengan senjata ampuh dari Beng Siang. Ternyata imam itu tinggi kepandaiannya. Meskipun dicecar berulang-ulang, ia dengan bagus dapat meluputkan dirinya.

Sorak ramai gemuruh seketika masing-masing pada mundur karena pertandingan saat itu sudah berjalan lima belas gebrakan sebagaimana sudah ditetapkan-Pertandingan ini jadi dianggap seri, tidak ada yang kalah dan menang.

Ketika mereka lompat turun dari panggung dengan berseri-seri Seng Eng datang menyambut, berkata pada Beng Siang.

"Beng losu, selamat. Ilmumu istimewa, membuat banyak pendekar di sini yang menonton merasa kagum. Maka sekedar untuk kenang-kenangan, aku akan menghadiahkan kau dua blok kain sutra dan sejumlah uang, harap Beng toyu tidak menampik."

la berkata sambil suruh orangnya membawa barang hadiah dan uang untuk diterimakan kepada Beng Siang, yang telah menerima itu dengan mengucapkan banyak terima kasih. Kemudian ia berjalan menghampiri tempat duduknya lagi dipinggiran ia melihat pada Song Boe Kie yang berdiri sambil ketawa nyengir, hatinya gusar sekali, tapi tidak dapat melampiaskan amarahnya itu lantaran malu hati kepada tuan rumah.

Waktu itu masih belum waktunya istirahat, maka Seng Eng lalu mengumumkan padapara hadirin bahwa kali ini yang keluar sebagai wakil Taycu ada dua saudara oet ti-Kang dan oetti Koen dengan Pek Boe taysu sebagai Taycu." PeK Boe Taysu ada sahabat karibnya Seng Eng.

Para penonton pa dakasak-kusuk siapa adanya mereka yang menjadi wakil Taycu itu?

Yang mengetahui mereka ada seperguruannya Song Boe Ki telah memberitahukan pada yang tidak tahu, hingga disitu ramai orang bercakap-cakap.

Ho Tiong Jong sudah diberitahukan oleh Kho Kie siapa-siapa yang hadir disitu, ia tidak perlu mencari tahu lagi hanya matanya terus mengharap- harap dapat melihat wajahnya nona Seng.

Tiba-tiba matanya Kim Hong Jin selagi bercakap-cakap dengan Li-lo sat Ie Ya, saban-saban tampak ia bersenyum manis dan begitu menyolok sekali cirinya dua sujen dipipinya yang botak. Lantas saja Ho Tiong Jong pikirannya melayang pada lima tahun yang lampau peristiwa ia menolong mengambilkan bonekanya Kim Hong Jie yang jatuh disawah.

Bagaimana ia diajak kerumahnya diberi pelajaran ilmu golok keramat oleh engkongnya Kim Hong Jie. Bagaimana Jenakanya Kim Hong Jie yang ketika itu masih menjadi satu nona cilik dan baik sekali terhadap dirinya.

Nona cilik yang nakal, lincah dan cerdas itu sekarang merupakan satu gadis berparas cantik luar biasa. Bagaimana kalau satu waktu ia ketemu sinona, apa ia akanjawab kalau sinona menanyakan kenapa ia tidak datang lagi kerumahnya, yang telah dipesan oleh engkongnya dalam tempo setahun sudah harus kembali kerumahnya? Dengan tanpa merasa parasnya berubah merah.

Ho Tiong Jong menjadi bengong memikirkan itu semua.

Kelakuannya ini telah ditertawakan oleh Soe coe Liang dan dua kawannya, mereka mengocok Ho Tiong Jong katanya mudah terbawa semangatnya oleh sepasang sujennya Kim Hong Jie. Mereka agak keras mentertawakan Ho Tiong Jong hingga Kim Hong Jie dan Li sat Ie Ya pada menengok kearah mereka.

Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya karena merasa malu Kim Hong Jie melihat-pada Ho Tiong Jong, tapi ia tidak mengenali pemuda itu adalah itu pemuda yang telah menolong mengambilin bonekanya dulu, tetapi le Ya dapat mengenalinya pemuda tampan itu.

Begitu Ho Tiong Jong tundukan kepalanya ketika ia mendongak lagi dan mengawasi ke tempat duduknya Kim Hong Jie, ia melihat bahwa Li-lo sat, le Ya sedang bercakap-cakap dengan pemuda hidung pesek Khoe cong, ialah pemuda yang tempo hari ia ketemukan di tengah hutan main petak dangan Li lo-sat Ie Ya.

Ketika matanya beralih kesamping mereka dilihatnya disitu sudah ada lain gadis lagi yang sedang duduk membelakangi ia. Siapa gadis itu? Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran keras, ketika gadis itu berpaling sebentaran kebelakang, wajah dikenal oleh Ho Tiong Jong ia itu ada nona Seng, putrinya Seng pocu dari Seng-kee-po.

la menyesal Seng Giok cin tidak mau mengarahkan pandangannya kepadanya, hingga ia tak dapat memberi isyarat apa-apa untuk menyampaikan laporannya tentang kematiannya Tok-kay Kan ciong. ia gelisah sendirinya, dan cara bagaimana ia dapat menyampaikan laporan itu? Pikirnya, setelah beres melaporkan ia ingin segera meninggalkan tempat itu.

Li-losat Ie Ya tiba-tiba berdiri dari duduknya. Maksudnya ia berdiri supaya Ho Tiong Jong dapat melihat pada dirinya, tapi akibatnya, menjadi tidak enak. Sebab, sekali ia berdiri dianggapnya ada orang yang hendak naik keatas luitay untuk mengadu kepandaian-

Semua mata ditujukan padanya, hina gadengan apa boleh buat ia menghampiri panggung dan enjot. turunnya naik keatas. Setelah berada di atas ia berkata kepada para penonton-

"Sekalian hadirin, berhubung dengan belum adanya wanita yang naik panggung, maka aku sekarang yang jadi pelopor menunjukan sedikit kejelekanku hanya sekedar untuk membuktikan, bahwa dikalangan wanita juga tidak kalah perhatiannya dari kaum laki untuk naik keatas panggung ini "

Parasnya yang cantik tampak berseri-seri memikat.

Oet-ti Keng dan oet-ti Koen melihat itu jadi saling pandang.

oet-ti Koen yang berangasan tabiatnya sudah tidak sabaran- segera mencelat naik menghadapi Li losat le Ya. Sebetulnya oet-ti Koen mau jadi wakil Tay-cu bermaksud hendak mempertontonkan kepandaiannya kepada nona Seng, sebab hatinya telah tertarik betul oleh kecantikan dan gerak-geriknya si cantik.

Tidak tahunya, bukan lelaki yang naik tapi Li lo-sat le Ya perempuan-

"Aku oet-ti Koen wakil Taycu boleh main-main dengan kau," katanya dengan suara dingin dan memandang rendah kepada le Ya.

Li lo-sat Ie Ya hanya tersenyum. Tanpa banyak kata-kata lagi mereka lantas bergerak.

Li- lo-sat membuka serangannya dengan gerak tipu ganas sekali, hingga oet-ti Koen sangat terperanjat menghindarkan dirinya. Lantas ia membalas dengan tipu pukulan Kui-eng Pek sat atau "Raja setan mengibaskan kipasnya." Ilmu pukulan ini mengeluarkan angin santar mengarah musuh, tapi Li lo sat dengan tenang memunahkan pukulan hebat itu.

Lalu balas menyerang dengan ganas dan kejam, meskipun tidak mengenakan sasarannya dengan telak. angin pukulannya cukup menyerempet lengan baju kirinya oet-ti Koen, hingga ia ini jadi kaget sekali.

Meskipun setiap serangannya ada hebat, tapi Li- lo-sat le Ya tidak mendesak musuhnya, maka oet-tie Koen jadi dapat melayani tanpa mundur.

Melihat serang-serangan musuh makin lama makin ganas oet ti Koen lalu keluarkan tipu pukulan nya tiga belas gaya menyembah Tuhan, tiap serangannya berubah- rubah dan berbahaya sekali, hingga le Ya ke teter dan melayani musuhnya berputar-putar sekeliling panggung.

Sebentar saja sudah berjalan dua puluh enam jurus, tinggal tiga jurus lagi pertandingan berakhir seri dan Ie- Ya sedang memikirkan jalan untuk balas menyerang pada musuhnya tiba-tiba oet ti Koen telah menarik serangannya dan berkata padanya.

"Ya, nona le, ilmu silatmu memang tinggi, aku tak dapat menang darimu."

le Ya mengerti oet-ti Koen ingin mengakhiri pertandingan itu, tapi bagaimana jalannya? Sedangnya mereka buntu jalan untuk mencari penyelesaian, tiba-tiba ada seorang lompat dari bawah panggung mencegah mereka melanjutkan pertempurannya.

"Kalian berdua berhenti dahulu bertempur, aku ada berita penting untuk disampaikan kepada kawan-kawan dalam rimba persilatan-" katanya.

Kiranya orang itu ada Seng Pocu sendiri setelah berkata demikian ia lalu menghadapi para hadirin berkata.

"Sekalian saudara-saudara aku mengabarkan berita penting kepada kalian, yalah Tok kay yang membunuhnya pada kemarin malam dalam sebuah kuil yang letaknya tidak berapa jauh dari sini. Dengan begitu, pengemis kejam itu tidak akan meneruskan kekejaman dan kejahatannya lagi dalam dunia ini. Kematiannya itu entah siapa yang melakukannya." Seng Eng berkata demikian, matanya berbareng menyapu pada sekalian tetamunya.

Tiba-tiba matanya melihat Ho Tiong Jong mendadakan saja sudah mendelik, hingga orang banyak yang mengikuti pandangan-nya sudah pada mengarahkan perhatiannya pada Ho Tiong Jong.

Tiba-tiba Song Boe Ki yang mengenali Ho Tiong Jong sudah berteriak. "Aaa.. itu dia Ho Tiong Jong, achli waris dari San-yu Loreng Khong Teng Sho?" Kenapa Song Bee Ki berteriak demikian

keras?

Itulah karena ia sudah dapat dengar, bahwa Seng Eng ada bermusuhan dengan San-yu Lo tong Khong Teng Shoe dan sudah sesumbar akan membasminya musuh itu berikut semua murid-muridnya .

Soe coe Liang, Kiauw Jang dan Ko Jang yang melihat matanya Seng Eng beringas mengawasi kearahnya sudah menjadi ciut nyalinya, dengan perlahan-lahan telah mengendurkan diri dan

meninggalkan Ho Tiong Jong berdiri sendirian-sekarang semua mata ditujukan pada Ho Tiong Jong.

Seng Pocu sudah marah betul, tapi ia bisa kendalikan amarahnya itu, karena mengingat diseputarnya banyak tetamu.

Ia berteriak menegur. "Hai, Tiong Jong, kau semalam ada bersama-samanya dengan Tok kay, sebetulnya Tok kay telah dibunuh oleh siapa? Kau tentu mengetahuinya, lekas katakan"

Ho Tiong Jong tampak tidak keder menghadapi Seng Pocu, malah ia ketawa dingin. Dengan suara keras ia menjawab.

"Seng Pocu, kalau kau mau tahu, orang itu telah ditabas lehernya olehku dengan golokku sendiri."

Seng Eng terperanjat. Tidak terkecuali dengan semua tetamu yang hadir, karena untuk membunuh Tok- kay yang berkepandaian sangat tinggi, kecuali Seng Eng yang berkepandaian tinggi orang sembarangan tidak gampang membunuhnya. Semua orang bingung dengan pengakuannya Ho Tiong Jong.

oet-ti Koen saat itu ada perhatikan Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie yang kelihatan perhatiannya sangat tertarik oleh Ho Tiong Jong. ia jadi cemburu dari atas luitay ia berteriak.

"Ho Tiong Jong, kau jangan omong gede disini. Kau ini sebangsa pengecut, siapa yang mau percaya kau membunuh Tok-kay."

Ho Tiong Jong marah sekali, ia berkata pada Seng Eng.

"Seng Pocu, ijinkanlah aku naik ke luitay."

Belum habis bicaranya, orangnya sudah melayang dan hinggap diatas luitay menghadapi oei-ti Koen yang sedang petangtang-petingting melembungkan dada.

"Hei oet ti Koen, bagaimana aku harus berbuat supaya kau percaya." kata Ho Tiong Jong gemas.

oet-ti Koen tertawa bergelak-gelak.

Lagaknya sombong sekali, seolah-olah orang dihadapannya itu sudah tentu akan menjadi pecundangnya. ia memikir demikian memang tidak salah sebab tempo hari Ho Tiong Jong sudah jadi pecundangnya. Tapi ia tentu saja tidak menyangka, kalau Ho Tiong Jong yang tempo hari bersama Ho Tiong Jong yang sekarang ada lain tingkat kepandaiannya.

"Tiong Jong, Tiong Jong," katanya dengan lagaknya yang tengik, "sekarang begini saja, coba kau menyerang aku dan aku yang menangkisnya. Kita bertempur satu gebrakan saja, akur? Ha ha

ha... "

Ho Tiong Jong sudah tidak tahan melihat lagak tengik oet ti Koen, maka ia lalu menghadap pada Seng Eng.

"Seng Pocu ijinkan aku main-main sebentar di luitay melayani ini orang gagah she oet-ti." kemudian ia balik menghadapi Li lo sat le Ya. "Nona le, kau mengaso sebentar, biarkan aku yang kasih hajaran pada bedebah ini "

le Ya anggukkan kepalanya sambil kasih lihat senyumannya yang memikat.

Setelah le Ya lompat turun dari luitay, oet-ti Koen berkata lagi.

"Hei Tiong Jong, apa kau tahu pertempuran ini ditetapkan tiga puluh jurus untuk menentukan menang kalahnya? Tapi, tidak apa, aku boleh potong lima belas jurus untuk melayani kau, sebab dalam lima belas jurus sudah tentu kau jadi pecundang, bukan?"

oet-ti Koen ada demikian memandang rendah kepada Ho Tiong Jong, akan tetapi sebaliknya dengan Seng Eng. Pocu dari benteng Seng keepo ini merasa kuatir oet-ti Koen bukan

tandingannya Ho Tiong Jong, maka ia berteriak pada oet-ti Koe n supaya peraturan yang sudah di tetapkan tiga puluh jurus itu tidak boleh dilanggar.

oet-ti Koen mendongkol hatinya. "Hmm... Pocu tentu takut aku menyesal, bukan ? Kau legakan hatimu, Pocu. oet-ti Koen tidak akan membuat malu kepada Seng Pocu."

Seng Eng kewalahan menghadapi kebandelannya oet-ti Koen, tapi ia tetap menasehati supaya oet ti Koen tetap memegang peraturan- Diam-diam ia memberi isyarat kepada kawan karibnya Pek Boe Tay-su, supaya ia siap-siap turun rangan melindungi oet-ti Koen dan mengambil jiwanya Ho Tiong Jong.

Pek Boe Tay-su seperti sudah paham akan maksudnya Seng Eng. maka ia sudah anggukkan kepalanya. Tapi hatinya ia sungkan berbuat curiga begitu malu terhadap jago jago tua yang hadir disitu.

Ketika pertandingan sudah hendak dimulai, terdengar suara sangat tajam dan keras menanya kepada Ho Tiong Jong.

"Hei, Tiong Jong, apakah kau itu ada akhli warisnya San yu Lo long Khong Teng shoe?" Kiranya yang mempunyai suara demikian hebat ada IHan Goat Tojin dari golongan Liong-bun.

"Hm. aku bukan muridnya," jawab Ho Tiong Jong, tapi ia berpikir sebaliknya dirinya sudah tidak lama lagi hidup didunia karena racunnya Tok- kay, maka sebaiknya semua permusuhan dengan Kho Kie itu ia sendiri saja yang menanggungnya. Maka setelah memikir demikian, ia menyambung kata-katanya. "tapi, apabila totiang mau menuntut balas urusan yang bersangkutan dengan San-yu Lo-long Khong Teng Shoe totiang boleh perhitungkan diatas diriku saja."

"Bagus, bagus." kata Han Goan Tojin sambil mengacungkan jempolnya, "kau memang ada satu laki-laki sejati, berani berbuat berani bertanggung jawab. sebentar aku akan minta pelajaran darimu."

Mendengar bicaranya Han Goat Tojin, semua orang hampir percaya bahwa pemuda ini akan mempunyai kepandaian luar biasa. Sementara itu oet-ti Koen yang melihat suasana seperti menguntungkan Ho Tiong Jong sudah semakin jelus saja hatinya.

"Hmm TiongJoag, Tiong Jong sebelum lima belas gebrakan semua orang akan mencari kau

ke Giam- lo-ong Ha ha ha... " demikian oet-ti Koen mengejeknya.

"Bedebah, tutup mulutmu. Kau buktikan sendiri, perkataanmu itu benar akan menjadi suatu kenyataan apa akan menjadi sebaliknya? Kaulah yang nanti pergi menghadap Giarm lo ong, apa kau sudah pesan tempat disana?" Ho Tiong Jong balas mengejek. oet-ti Koen marah betul. Tanpa banyak rewel lagi ia menyerang dengan hebat.

Ho Tiong Jong tidak gentar. ia menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya pada kedua telapakan tangannya.Jari-jari tangan kirinya dibuka. Telapakan tangan kanannya menangkis serangan, sedang jari-jari tangan kirinya secepat kilat mengancam jalan darah ditubuh oet ti Koen yang berbahaya.

Inilah ada ilmu serangan istimewa, yalah Kim-ci Gin ciang jari emas telapakan tangan ilmunya Khong Teng Shoe yang diturunkan pada Ho Tiong Jong melalui Khoe Kie, muridnya orang tua petani dari gunung San cu itu.

Hebat ilmu Kim-ci Gi Ni ciang iru, telapakan tangan kanan danjari-jari tangan kiri menyerang berbareng, membuat lawannya jadi gelagapan menangkisnya. Tidak heran kalau oet-ti Koen menjadi kaget. ia rubah posisi nya dan menyerang dengan dahsyat sekali maksudnya supaya sekaligus dapat membinasakan musuhnya.

Ho Tiong Jong menyambuti dengan tidak keder sedikitpUn. Kedua kekuatan tenaga beradu. satu suara wut" yang keras terdengar tampak oet ti Koen mundur satu tindak dan lengan bajunya sobek^

Penonton sudah dapat memperhitungkan oet-ti Koen bukan tandingan Ho Tiong Jong yang hanya dengan serangan jarinya saja sudah menang angin-

oet-ti Koen melihat lengan bajunya sobek karena serangan tadi, lantas saja kalap dan berteriak-teriak katanya lengan baju itu sobek bukan lantaran Ho Tiong Jong, tapi bekas barusan ia bertempur dengan Li-losat le Ya.

Tapi teriakannya itu mana ada orang percaya, sebab mereka dengan mata kepala sendiri melihat kejadian itu, maka mereka hanya tertawa bergelak- gelak saja.

oet-ti Kang melihat adiknya berada dibawah angin mulutnya tidak bisa diam memaki maki pada Ho Tiong.

"Hei, kau jangan banyak bacot " kata Ho Tiong Jong." Itu malam kalian bertiga mengeroyok aku seorang diri masih belum ada penjelasan- Nah, sekarang kalian bertiga boleh maju berbareng

it

Semua penonton kaget melihat kata-kata-itu Ho Tiong Jong, mereka percaya Ho Tiong Jong telah dikerubuti tiga dan semakin percaya bahwa ilmu silatnya anak muda itu betul-betul lihay.

Oet-ti Koen telah mengerahkan semua tenaganya ia keluarkan tipu pukulannya yang sangat diandalkan yalah tiga belas gaya menyembah Tuhan. Ho Tiong Jong masih terus mainkan Kim ci GiNi ciang yang hanya tiga jurus, tapi lihaynya bukan main- Telapakan tangan dan jari-jarinya Ho Tiong Jong terus-terusan mengancam bagian-bagian yang berbahaya pada tubuh musuhnya, hingga oet-ti Koen menjadi kewalahan dan ia main mundur saja kedesak.

Semua penonton dibikin kagum oleh kepandaiannya Ho Tiong Jong, apalagi Ban Siong To jin. ia melongo karena ia tidak menyangka anak muda itu ada menpunyai ilmu yang demikian baiknya, tenaganya juga hebat sekali, tidak sama dengan semalam ketika ia menghadapi padanya dalam kuil ceng-in-si.

Ho Tiong Jong makin bertempur makin gagah. setelah berjalan dua puluh jurus tiba-tiba ia merubah cara menyerangnya. Jari jari tangan kirinya menyerang, sedang telapakan tangannya seperti ditarik tapi sebenarnya menyerang .Jalannya penyerangan kelihatan sangat aneh, hingga membuat kagum penontonnya.

Pelajaran yang ia dapat dari Tok-kay. yalah Tok-liong ciang hoat, yang semuanya ada tiga belas jurus, telah ia pertontonkan dengan baik sekali dalam pertempuran itu.

Ilmu Tok- kay merupakan malapetaka untuk oet-ti Koen yang sombong karena dengan memainkan ilmu yang lihay itu membuat oet-ti Koen benar-benar tidak berdaya.

Jurus-jurus yang kedua puluh enam adalah babak yang menentukan Terdengar bentakan Ho Tiong Jong yang keras, oet ti Koen, jadi tidak dapat maju dan mundur. Terpaksa ia memiringkan badannya untuk menyingkir dari gempuran musuh.

Tiba-tiba terdengar suara " bra aak" tubuhnya oet-ti Koen seperti la y angan putus terpental beberapa tumbak tingginya danjatuh pula diatas luitay. Pelahan-lahan ia masih bisa merangkak bangun dan lompat turun dari luitay dengan amat malunya.

oet-ti Kang melihat adiknya dalam detik-detik berbahaya, sebenarnya sudah lompat ke atas luitay sambil menghunus pedangnya Cit Seng-kiam (pedang tujuh bintang) tapi terlambat karena adiknya bukan sudah kena tendangan telak dan badannya nampung keudara.

Ia menyesal tidak waktunya turun tangan mencegah kekalahan adiknya, tapi ia terhibur juga karena adiknya tidak sampai melayang jiwanya.

oet-ti-Kang dengan pedang telanjang menghampiri Ho Tiong Jong yang tinggal tenang-tenang saja setelah menyepak terbang oet ti Koen.

"Pengecut keluarkan senjatamu" oet-ti Kang menantang.

oet-ti Kang mengira Ho Tiong Jong hanya ilmu silatnya bertangan kosong saja yang ampuh, tapi tidak begitu kalau ia menggunakan senjata. ia tahu betul Ho Tiong Jong hanya mampu menjalankan yang kedua belas jurus ilmu golok keramatnya, terhadap ini ia tidak takut dan memastikan akan kemenangannya.

Ho Tiong Jong yang mendengar tantangan oetti Kang dengan tenang ia menjawab.

"Hmm... oet-ti Kang. Kau boleh menggunakan senjatamu, aku sendiri tidak perlu kalau hanya menghadapi orang semacam kau saja." oet ti Kang panas hatinya.

Kim Hong Jie yang menyaksikan, tanpa merasa ia sudah nyeletuk.

"Hmm orang itu sangat sombong, entahlah dia kepandaiannya sampai dimana?"

Kho cong yang mendengar kata-kata itu, sambil nyengir mengiyakan pendapatnya si jelita. "Memang orang itu kepandaiannya boleh juga, cuma lagaknya sombong betul, hingga orang yang menyaksikannya tidak menaruh simpati kepadanya."

Seng Giok Cin sementara itu sudah bisa mengenali ketika Ho Tiong Jong bertempur dengan oet-ti Koen telah mainkan pukulan Tok kay. ialah Tok-liong ciang-hoat" Ia diam-diam merasa heran Ho Tiong Jong dapat warisan ilmu silatnya Tok-kay, sedang menurut pengakuannya Tok-kay telah binasa ditangannya.

Betul-betul ini merupakan soal-soal ruwet dan ia baru dapat memecahkannya manakala ia sudah bisa bertemu dengan si pemuda untuk menanyakannya. Tapi bagaimana jalannya ia dapat menemui Ho Tiong Jong?

Kalau Seng Giok Cin terbenam dalam teka-teki adalah oet-ti Kang yang sudah jadi panas mendengar kata-kata yang sombong dari Ho Tiong Jong sudah berteriak keras, katanya, " orang she Ho, kau cabut golokmu baru aku oet-ti Kang mau bertanding dengan kau, sebab kau dengan tangan kosong menandingi aku sama saja ketimun melawan duren. mana bisa menang? juga taruh kata aku menang, aku juga tidak mempunyai muka untuk menghadapi sekalian tetamu, sebab kemenanganku itu tentu saja karena aku menggunakan senjata dan kau bertangan kosong. Maka, hayolah kau cabut golokmu, keluarkan kau punya ilmu golok keramat yang kau banggakan"

Ho Tiong Jong pikir, ini oet-ti Kang kalau tidak dikasih hajaran tentu ia akan memandang enteng padanya, buktinya barusan ia mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hati, maka baiklah ia melayani dengan goloknya, bagaimana oet-ti Kang nanti bisa tahan atau tidak dengan kepandaiannya yang sekarang ia miliki?

Segera ia mencabut golok bajanya, golok bukan sembarangan dan hadiah dari nona Seng, terhadap siapa ia sangat berhutang budi.

"Kalau kau memaksa juga untuk aku mengeluarkan golokku, tidak ada halangannya, cuma saja rasanya kau tak dapat bertahan-lama kalau aku menggunakan senjata tajam. Ha ha ha, oet-ti Kang, mari cepat maju."

Ia berkata sambil lintangkan goloknya didada, siap untuk menghadapi musuhnya yang ia tahu betul ada pandai sekali menggunakan pedangnya Cit-seng kiam yang tajam.

"Kau tak usah banyak menjual lagak" teriak oet-ti Kang seraya menyerang dengan pedangnya, tapi serangan itu dengan satu kelitan manis, sudah menemui sasaran kosong, hingga oet-ti Kang semakin naik hawa amarahnya.

Tiga kali lagi ia melancarkan serangan, semuanya hanya diegoskan dan dikelit dengan indah sekali, tanpa Ho Tiong Jong mengirim serangan balasan- Hal mana, telah mengagumkan para penonton, serentak terdengar tampik sorik sorai yang gemuruh. Kemarahannya oet ti Kang semakin menjadi jadi.

"orang she Ho, hari ini. kalau aku oet-ti Kang tak dapat mengirim kau menghadap ke Giam lo ong, benar benar aku bisa mati karena penasaran-"

omongannya belum lampias sudah menjadi berhenti sendiri, karena ia sangat kaget, IHo-Tiong Jong yang dianggapnya takut terhadapnya tiba-tiba telah mengirim serangan hebat dengan goloknya.

Dikiranya Ho Tiong Jong hanya mengganda berkelit saja takut menghadapi ia punya ilmu pedang, padahal Ho Tiong Jong sebenarnya mau menguji kepandaiannya dihadapan orang banyak

bagaimana ia melepaskan serangan lawan yang tangguh. Ternyata kegesitannya sudah cukup boleh dibuat bangga.

Setelah ia merasa puas tiba tiba mendengar kata-katanya oet-ti Kan yang bukan-bukan dengan mendadak saja hatinya sudah jadi sangat panas dan lantas menyerang kepada oet-ti Kang yang sedang mengumbar hawa amarahnya dengan keluarkan kata-kata yang tidak sedap untuk didengar oleh telinganya sang lawan-

Serangan Ho Tiong Jong ditangkis dengan pedangnya diam diam oetti Kang merssa sangat heran, sebab tenaganya Ho Tiong Jong tenyata bukan tenaganya Ho Tiong Jong yang tempo hari yang ketakutan sama bayangan putih.

Berpikir begitu, maka oet-ti Kang sudah memberikan perlawanan sangat hati hati pada pemuda yang mulai mengangkat nama itu. Dengan begitu pertandingan jadi seruh sekali. Pedang berkilau-kilau menyamber dengan ganas, dilain pihak golok berkelebatan dengan tidak kurang ganasnya. Masing-masing telah mengeluarkan tipu silat simpanannya.

Ho Tiong Jong mainkan goloknya semakin lama semakin bagus hingga penonton merasa sangat kagum oleh kepandaiannya pemuda itu.

Diantaranya Kim Hong Jie yang jadi terpesona dengan tiba-tiba.

"Itulah ilmu golok yaya-ku... " ia berkata dalam hatinya.

Lantas saja pikirannya telah melayang ke masa lima tahun yang lampau, ketika ia ketemu dengan Ho Tiong Jong dan pemuda itu telah mendapat hadiah dua belas jurus ilmu golok keramat dari yayanya. Seharusnya ia menerima delapan belas jurus, tapi entah pemuda itu lantas tidak muncul lagi kerumahnya.

la tidak menyangka, bahwa di benteng seng-keepo ini ia dapat melihat lagi pemuda yang telah

menolong mengambilkan bonekanya yang kecemplung kedalam sawah. Sementara itu

pertandingan telah berjalan dengan seru sekali^ ^1 I ^1

Kim Hong Jie kagum dengan ilmu golok yang diperlihatkan oleh Ho Tiong Jong "Dia hebat dan tampan parasnya" katanya dalam hati sendiri. Matanya tidak berkesiap mengawasinya keatas panggung, dimana dua jago muda sedang mengukur tenaga dengan sungguh-sungguh .

oet ti Kang diam diam mengeluh, kenapa lawan-lawannya kini sangat sulit dirobohkan dan saban-saban tipu goloknya hampir saja mengenakan sasarannya. ia menjadi lebih waspada ketika melihat Ho Tiong Jong yang dihadapi sekarang ada lain dengan Ho Tiong Jong yang tempo hari. Pantasan pikirnya adikku dapat dikalahkan mentah-mentah.

Tapi oet-ti Kang tak usah menunggu lama-lama, karena babak yang menentukan sudah lantas tertampak, ketika dengan tiba-tiba Ho Tiong Jong membentak. "Kena." ia jadi gelagapan dan lompat mundur.

Tapi keadaannya sudah menjadi memalukan, rambutnya terpapas sebagian, sedang pedang ditangannya tinggal sepotong saja. Kutungan yang lainnya sudah jatuh dipapan panggung. Mukanya tampak membisu dan mengawasi musuhnya yang tinggal berdiri tegak dengan wajah bersenyum-senyum.

Ho Tiong Jong tahu lawannya sudah kalah, ia tidak perlu menyerang lagi. sementara itu tampik sorak sorai dibawah panggung riuh sekali.

Penonton dibikin kagum oleh serangan Ho Tiong Jong yang paling belakang, mereka tidak tahu entah dengan cara bagaimana pemuda itu bergerak dan menyabetkan goloknya, karena tahu-tahu setelah membentak "kena" oet-ti Kang lompat mundur dan rambutnya terpapas, sedang pedangnya yang sangat dibanggakan cit-seng-kiam telah menjadi doa potong.

Kim Hong Jie juga merasa sangat heran-

"Dia bergerak aneh sekali, entah dengan- ilmu silat apa ia telah mengalahkan lawan nya?" demikian Kim Hong Jie menanya pada dirinya sendiri. Betul-betul ia mengagumi pemuda tampan dan hebat ilmu silatnya itu.

Kalau dahulu ia begitu akrab pada Ho Tiong Jong dalam arti menyinta pada seorang kakak tapi kini entah bagaimana dengan mendadakan hatinya berdebaran dan tidak enak. Parasnya yang putih dan ramai dengan senyuman sejenak telah menjadi bersemu merah, seperti yang merasa jengah.

Perlahan-lahan ia pegang dadanya sendiri yang berdebaran, ia ingin menghentikan debaran itu, tapi tidak bisa. Entah bagaimana, saat hatinya seperti berbicara. Apa kau tidak ingin menemui pemuda tampan itu ?"

Suaranya sang hati membuat paras mukanya menjadi merah jengah.

sementara itu Ho Tiong Jong diatas panggang, dengan merendahkan dan hormat ia menjura

kepada penonton, seakan-akan yang mengucapkan terima kasih atas sambutan yang meriah bagi

kemenangannya tadi. Diam diam ia merasa bangga, ia berpikir. "Beginilah rasanya kalau menjadi

orang ternama "

Ia seperti ingat sesuatu, matanya lantas celingukan kan memandang ke tempatnya nona seng Justru Seng Giok Cin saat itu sedang memandang kepadanya, hingga dua pasang mata kebentrok. Nona Seng bersenyum, kemudian tundukkan kepalanya. Tinggal Ho Tiong Jong yang dak dik duk hatinya.

Bagaimana ia tidak dak dik duk hatinya dilirik dan dilempari senyuman oleh seorang gadis yang paling cantik diantara sekian banyak nona nona cantik yang hadir disitu. Bagaimana Ho Tiong Jong peroleh kemenangan yang mengagumkan itu?

Sebenarnya ilmu goloknya, seperti diketahui, hanya dua belas jurus saja. Setelah ini habis di mainkannya, habis juga perlawanannya pemuda itu, kecuali ia mengulangi permainannya itu.

Pada saat ilmu golok keramatnya jurus yang dua belas dikeluarkan semua, ia agak kebingungan juga. Tapi lantas ia mengingat akan ilmunya Tok- kay. Tok liong Ciang hoat, maka ia sudah sambung ilmu goloknya dengan ilmunya Tok-kay itu.

Benar-benar hebat sebab begitu ilmu itu dimainkan kontan Oet ti Kang keteter dan akhirnya menemui kekalahannya yang memalukan-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar